51
PEMBAHASAN
Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 – 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton, dari tahun 2006 ke 2007 ± 6 000 ton sejalan dengan pertambahan umur tetapi pada tahun 2007 ke 2008 peningkatan produksi tidak terlalu signifikan hanya ± 1 000 ton. Hal ini disebabkan pertambahan umur, tahun tanam 1995 dan 1996 mengalami penurunan produksi dan kegiatan pemeliharaan belum terlaksana dengan baik, pemupukan tidak direalisasikan sesuai perencanaan karena peralihan sistem manajemen, pada tahun tersebut terjadi krisis ekonomi sehingga biaya untuk pemupukan dikurangi. Realiasi pupuk pada tahun 2007-2008 mengalami penurunan terutama N dan K (Tabel 11).
Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. Jenis Pupuk Urea MOP ZnCOP Kieserite RP HGFB Kaptan Dolomit Zn SO4 NPK CusO4
Rencana (kg) 454 747 993 112 128 202 497 426 279 059 19 940 73 611 54 591
Tahun 2007 Realisasi (kg) 453 700 99 100 77 728 496 900 15 230 19 916 6 6100 20 550
% 100 100 61 100 55 100 89 37
Rencana (kg) 1 074 548 1 870 271 57 050 605 629 94 812 11 722 -
Tahun 2008 Realisasi (kg) 517 600 919 000 603 700 67 100 25 350 44 450 20 000 34 100 18 900
% 48 49 0 100 71 0 0 0 0 0 0
Sumber : Kantor Pusat PT JAW Kebun Mentawak
Manajemen Panen Pengelolaan tenaga kerja panen dengan memperhatikan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
52
tenaga kerja panen perlu dilaksanakan dalam menjamin terlaksananya panen dengan baik. Perencanaan berarti persiapan atau penentuan terlebih dahulu tentang kegiatan yang akan dikerjakan di masa akan datang, dalam batas waktu tertentu untuk mencapai hasil semaksimal mungkin dengan biaya yang ada. Perencanaan tenaga kerja Kebun Mentawak menggunakan rasio tenaga kerja panen yang telah ditetapkan oleh pihak kebun, yaitu 0.05 /ha. Kebutuhan tenaga kerja panen juga perlu diperhitungkan dan direncanakan. Kebutuhan tenaga kerja panen divisi VI jika dihitung mebutuhkan 0.05 x 738 ha = 37 orang, sedangkan tenaga kerja yang ada hanya 32 orang sehigga kekurangan tenaga kerja 5 orang. Kebutuhan tenaga kerja panen tiap hari dapat dihitung berdasarkan kondisi buah yang ada dilapang. Kebutuhan tenaga kerja panen
dapat dihitung
berdasarkan angka kerapatan panen. Berdasarkan Tabel 12 kebutuhan tenaga kerja panen mengalami kekurangan sehingga perlu penambahan tenaga kerja panen.
Tabel 12. Hasil Perhitungan Tenaga Kerja Panen Divisi VI
Populasi (pokok) 16 647 14 296 17 654 19 734 17 433
Basis Panen (kg) 800 800 800 800 800
AKP 1: 6 1: 6 1: 6 1: 6 1: 6
BJR (kg) 8.5 9.6 8.6 8.5 8.3
Aktual (orang) 28 24 31 32 30
Perhitungan (orang) 29 28 32 35 30
Sumber : Kantor divisi VI Ket
: Rumus perhitungan tenaga kerja panen = A = Angka kerapatan panen B = Bobot janjang Rata-rata (kg) C = Populasi tanaman (pokok) D = Basis panen(kg/hk)
ܥݔܤݔܣ ܦ
Kegiatan panen harus terorganisasi dengan baik agar dapat berjalan lancar sehingga tujuan untuk mendapatkan produksi yang tinggi dengan ALB yang rendah tercapai. Tenaga kerja panen PT JAW Divisi VI dibagi dua kemandoran dengan satu orang kerani buah. Satu orang mandor beranggotakan 16 tenaga kerja pemanen. Hal yang perlu diperhatikan dalam organisasi panen adalah kedisiplinan pemanen dalam mematuhi tata tertib panen. Mandor panen selalu memberikan arahan dan memotivasi anggotanya, hal ini penting dalam organisasi panen agar pemanen termotivasi dan memanen TBS sebanyak-banyaknya sesuai dengan
53
syarat-syarat kualitas yang diinginkan. Agar hal itu tercapai diperlukan pengawasan ketat pada saat pemanenan. Pemeriksaan ancak panen dilakukan pada saat kegiatan panen berlangsung dan pencatatan jumlah TBS pemanen dilakukan mandor panen dan krani buah. Mandor panen harus mampu mengkoordinasi anggotanya dalam menyelesaikan ancaknya. Apabila ada pemanen yang tidak hadir, maka mandor panen mengarahkan anggotanya untuk menyelesaikan ancak kosong. Pelaksanaan panen dapat berjalan dengan baik jika ada kerjasama yang baik antara sesama tenaga kerja panen, mandor panen, mandor I serta asisten. Hal ini diperlukan karena dalam menyelesaikan areal panen seluruh tenaga kerja panen bersamasama dalam tiap perpindahan blok sampai selesai areal panen. Pelaksanaan panen perlu memperhatikan sistem ancak dan rotasi agar kegiatan panen terlaksana dengan baik. Sistem ancak yang dipakai Kebun Mentawak ancak giring tetap. Sistem ancak giring tetap merupakam modifikasi dari sistem ancak tetap dan ancak giring. Pada sistem ini pemanen diberi ancak tertentu dari areal yang akan dipanen. Kelebihan dari sistem ancak giring tetap adalah pengawasan lebih mudah, pencatatan jumlah TBS dan brondolan mudah dilakukan, buah lebih cepat keluar ke TPH sehingga cepat diangkut ke PKS, kebersihan hanca lebih terjamin karena pemanen akan merawat ancaknya dengan baik. Selain itu sistem hanca giring tetap juga memiliki kelemahan seperti ancak tidak seragam sehingga ada pemanen yang sering ketinggalan, pemanen sering meninggalkan ancaknya karena tertinggal oleh pemanen lain sehingga ada buah matang yang tidak dipanen. Pengawasan tenaga kerja panen dilakukan agar produksi yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Pengawasan panen dilakukan oleh mandor panen, mandor I, asisten divisi, senior asisten serta maneger. Pengawasan panen diutamakan bagi pemanen-pemanen yang melanggar tatatertib panen. Pelanggaran panen yang terjadi dikebun Kebun Mentawak yaitu pemanenan buah mentah, gagang panjang, brondolan tidak dikutip, buah matang tidak dipanen, dan pelepah sengkleh atau tidak pada tempatnya. Berdasarkan Tabel 12 persentase memanen buah mentah 0.4 – 1.6 %, jumlah buah mentah tidak terlalu banyak tetapi pihak kebun menetapkan standar 0 % untuk buah mentah, jumlah buah mentah tidak terlalu banyak tetapi diharapkan pemanen tidak melakukan pemanenan buah mentah.
54
Faktor penyebab dipanennya buah mentah adalah pemanen ingin memperoleh premi yang tinngi, dan pada saat musim trek (buah sedikit di pokok untuk dipanen) tidak bisa mencukupi basis sehingga buah mentah juga ikut dipanen, pemanen malas mengutip brondolan, jika memanen buah matang premi brondolan terlalu rendah sedangkan untuk mengutipnya memerlukan waktu yang lama, pemanen menghindari buah yang memberondol pada rotasi berikutnya dengan memanen buah yang masih mentah. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) panen bauah mentah akan merugikan perusahaan karena produktivitas minyak kelapa sawit menurun. Selain itu, pengolahan inti kelapa sawit menjadi sulit karena tempurung buah yang belum matang cukup keras. Kandungan minyak sawit meningkat dari tahap mentah ke matang, kemudian menurun pada tahap lewat matang, sedangkan kandungan ALB meningkat dari buah matang sampai lewat maatang. Dari Tabel 13 masih terdapat buah lewat matang dipanen hal ini dikarenakan buah matang tidak dipanen, penyebabnya pemanen yang tertinggal sering meninggalkan ancaknya dan kurangnya ketelitian pemanen dalam memeriksa TBS yang matang. Buah matang tidak dipanen sebesar 0.5-1% masih dibawah standar kebun yaitu5 %.
Tabel 13. Pengamatan Kualitas Panen TBS Kebun Mentawak PT JAW Divisi VI
Blok A-19 A-21 A-23 B-19 B-21
Total TBS (janjang) 2 229 2 105 2 363 2 052 1 218
Buah Matang (janjang) 2 194 2 075 2 348 2 022 1 198
% 98.42 98.57 99.36 98.53 98.35
Buah Mentah (janjang) 10 11 15 28 20
% 0.44 0.52 0.63 0.13 1.64
Buah Lewat Matang (janjang) 25 19 12 -
% 1.12 0.90 0 0.58 0
Sumber : Pengamatan lapang (Mei 2009)
Menurut Lubis (1992) brondolan mengandung minyak yang tinggi yaitu 50-56% terhadap daging buah atau 40-42% minyak terhadap buah. Kehilangan produksi akibat berondoaln tiak dikutip dapat dikurangi dengan pemberian upah yang sesuai sehingga tenaga kerja panen termotivasi untuk mengutipnya dan pengawasan yang ketat. Berdasarkan Tabel 14 brondolan tinggal di TPH (0.20.9%), lebih banyak dibandingkan di piringan (0.2-0.4%), dan pasar pikul (0%)
55
hal ini dikarenakan pemuat malas mengutip brondolan di TPH, pada blok B-19 dan B-21 TPH tidak terawat sehingga sulit untuk mengutip brondolan. Brondolan tinggal di TPH, piringan, pasar pikul walaupun persentasenya kecil tetapi diharapkan tidak ada lagi brondolan yang tertinggal.
Tabel 14. Pengamatan Brondolan Tinggal dan TBS Tinggal Kebun Mentawak PT JAW Divisi VI Blok A-19 A-21 A-23 B-19 B-21
Jumlah Brondolan (kg) 890 720 920 820 480
TPH 55 75 25 100 150
% 0.04 0.08 0.02 0.09 0.25
Brondolan Tinggal (biji) Piringan % Pasar Pikul 0 25 0.02 10 0 50 0.04 5 25 0.04 -
% 0 0.01 0 0.004 0
Sumber : Pengamatan lapang (Mei 2009) Ket : 1 kg brondolan ± 125 biji
TBS bergangang panjang harus dipotong, karena gagang TBS hanya menambah biaya bagi PKS dan kebun sebab hanya menambah berat semu TBS dan gagang bukan bagian dari TBS yang mengahasilkan minyak melainkan akan menyerap kandungan minyak dibrondolan. TBS bergagang panjang Kebun Mentawak dipotong berbentuk tapak kuda maksimal 3 cm dari potongan terdekat dengan sisi permukaan buah dan jangan sampai terkena tandan buah. Berdasarkan pengamatan penulis yang disajikan pada Tabel 15, panjang gagang TBS rata-rata dibawah standar peraturan kebun tetapi masih ada pemanen yang tidak memotong sesuai peraturan kebun, maka dari itu perlu dilakukan pengawasan yang lebih teliti agar pemanen tidak melakukan kesalahan. Pelanggaran tata tertib panen sering terjadi Kebun Mentawak yang dilakukan pemanen karena kurang tegasnya mandor panen memberikan denda terhadap pemanen yang melakukan pelanggaran. Penerapan denda sulit dilakukan karena adanya kepentingan bersama antara pemanen dengan mandor panen, mandor I, dan krani buah untuk mendapatkan premi.
56
Tabel 15. Pengamatan Panjang Gagang TBS Kebun Mentawak PT JAW Divisi VI Blok A-19 A-21 A-23 B-19 B-21
Rata-rata Panjang Gagang TBS (cm) 2 1.2 1.5 1.3 2.5
Sumber : Penagamatan lapang (Mei 2009)
Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen memiliki peranan penting dalam mengembangkan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi perusahaan perkebuan kelapa sawit. Tenaga kerja suatu perusahaan perlu dilakukan penilaian terhadap prestasi kerjanya dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinya karena penilaiaian tersebut dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada tenaga kerja tentang pelaksanaan kerja mereka. Berikut ini diuraikan hasil kajian pengaruh umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama masa kerja, asal, dan jenis pekerjaan sebelumnya terhadap prestasi kerja panen kelapa sawit.
Hubungan antara Umur Pemanen dan Prestasi Kerja Pemanen Dari data profil tenaga kerja pemanen, umur tenaga kerja pemanen berada pada rentang 18 sampai 50 tahun. Tenaga kerja panen didominasi oleh umur 2633 tahun (56%) dan memilki nilai prestasi kerja hasil panen tertinggi (Tabel 16). Hasil uji korelasi Rank Spearman (rs) menunjukkan rs hitung < rs tabel (α = 0.05), yaitu - 0.066 < 0.336. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terdapat hubungan antara umur dengan nilai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pemanen. Faktor
umur
biasanya
terkait
dengan
kekuatan,
kecepatan,
kesabaran,
kedisiplinan, dan ketelitian. Kelompok umur yang diharapkan memiliki lima unsur tersebut ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap prestasi kerja pemanen. Hasil uji korelasi Rank spearmen (rs) antara variabel tingkat umur (X1) dengan variabel Prestasi kerja pemanen (Y) tercantum pada Tabel Lampiran 16.
57
Tabel 16. Jumlah Tenaga Kerja Panen Berdasarkan Umur dan Rata-rata Hasil Panen Kebun Mentawak PT JAW Divisi VI Kelompok Umur (tahun) 18-25 26-33 34-41 42-49 ≥50
Jumlah Tenaga Kerja Panen (Orang) 3 14 4 2 2
Persentase (%) 12 56 16 8 8
Rata-rata hasil panen (janjang/bulan) 2284 2551 2473 1692 2247
Sumber : Data sekunder dan Pengamatan lapang (Mei 2009)
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Prestasi Kerja Pemanen Tingkat pendidikan tenaga kerja panen yang paling banyak adalah tamat SD (56%). 10% tamat SMP dan hanya 4 % yang tamat SMA (Tabel 17). Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan rs hitung > rs tabel (α = 0.05), yaitu 0.418 > 0.336. Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan nilai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pemanen. Tingkat pendidikan SMP memiliki prestasi
kerja tertinggi. Tingkat pendidikan yang
masih rendah perlu diberikan pengarahan dan pembinaan teknis panen yang lebih intensif. Hasil uji korelasi Rank Spearmen (rs) antara variabel tingkat pendidikan (X2) dengan variabel prestasi kerja pemanen (Y) tercantum pada Tabel Lampiran 17. Tabel 17. Jumlah Tenaga Kerja Panen Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Rata-rata Hasil Panen Kebun Mentawak PT JAW Divisi VI Tingkat pendidikan SD SMP SMA
Jumlah Tenaga Kerja Panen (Orang) 14 10 1
Persentase (%) 56 40 4
Rata-rata hasil panen (janjang/bulan) 2242 2687 2081
Sumber : Data sekunder dan pengamatan lapang (Mei 2009)
Hubungan antara Jumlah Tanggungan Keluarga dan Prestasi Kerja Pemanen Dari Tabel 18 terlihat bahwa sebanyak 52% tenaga kerja penen mempunyai tanggungan keluarga 1-2 orang, 24 % tidak mempunyai tanggungan (belum menikah), dan 24% tenaga kerja penen mempunyai tanggungan keluarga 3-4 orang. Hasil uji korelasi Rank Spearman (rs) menunjukkan rs hitung < rs tabel (α
58
= 0.05), yaitu - 0.121< 0.336. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan
dengan prestasi kerja yang
dihasilkan oleh pemanen. Jumlah tanggungan keluarga ternyata tidak berpenagruh nyata terhadap prestasi kerja pemanen. Diduga bahwa semakin banyak jumlah tanggungan semakin tinggi prestasi kerja pemanen tetapi tidak menjadi kenyataan. Hasil uji korelasi Rank Spearmen (rs) antara variabel jumlah tanggungan keluarga (X3) dengan variabel prestasi kerja pemanen (Y) tercantum pada Tabel Lampiran 18. Tabel 18. Jumlah Tenaga Kerja Panen Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga dan Rata-rata Hasil Panen Kebun Mentawak PT JAW Divisi VI Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 0 1-2 3-4
Jumlah Tenaga Kerja Panen (Orang ) 6 13 6
Persentase (%) 24 52 24
Rata-rata Hasil Panen (janjang/bulan) 2634 2417 2186
Sumber : Data sekunder dan pengamatan lapang (Mei 2009)
Hubungan antara Asal Daerah dan Prestasi Kerja Pemanen Tenaga kerja pemanen berasal dari berbagai macam suku. Berdasarkan Tabel 19 kebanyakan berasal dari Jawa (48%) dan memiliki nilai prestasi kerja hasil panen paling tinggi dibandingkan dengan berasal dari Jambi, Palembang, Padang dan Medan. Tabel 19. Jumlah Tenaga Kerja Panen Berdasarkan Asal Daerah dan Rata-rata Hasil Panen Kebun Mentawak PT JAW Divisi VI Asal Jawa Jambi Palembang Padang Medan
Jumlah Tenaga Kerja Panen (Orang) 12 9 2 1 1
Persentase (%) 48 36 8 4 4
Sumber : Data sekunder dan pengamatan lapang (Mei 2009)
Rata-rata Hasil Panen (janjang/bulan) 2575 2400 1900 2081 1956
59
Hubungan antara Lama Masa Kerja dan Prestasi Kerja Pemanen Dari Tabel 20 diketahui bahwa tenaga kerja pemanen Kebun Mentawak Divisi VI paling lama bekerja selama kurang lebih 10 tahun dan yang hanya bertahan 2 orang. Lama masa kerja kurang dari satu tahun (40%), 2-5 tahun (48%) dan 6-9 tahun (4%). Hasil uji korelasi Rank Spearman (rs) menunjukkan rs hitung < rs tabel (α = 0.05), yaitu 0.0015 < 0.036. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terdapat hubungan antara lama masa kerja
dengan prestasi kerja yang
dihasilkan oleh pemanen karena pemanen yang bekerja di kebun Mentawak asalnya bekerja di perusahaan lain sebagai pemanen. Hasil uji korelasi Rank spearmen (rs) antara variabel lama masa kerja (X4) dengan variabel prestasi kerja pemanen (Y) tercantum pada Tabel Lampiran 19.
Tabel 20. Jumlah Tenaga Kerja Panen Berdasarkan Lama Masa Kerja dan Rata-rata Hasil Kebun Mentawak PT JAW Divisi VI Lama Masa Kerja (tahun)
≤1 2-5 6-9 ≥10
Jumlah Tenaga Kerja Panen (orang) 10 12 1 2
Persentase (%)
Rata-rata Hasil Panen (janjang/bulan)
40 48 4 8
2398 2491 2122 1900
Sumber : Data sekunder dan pengamatan lapang (Mei 2009)
Hubungan antara Pekerjaan Sebelumnya dan Prestasi Kerja Pemanen Tenaga kerja panen memilki latar belakang pekerjaaan sebelumnya kebanyakan dari pemanen (76%) yang bekerja di perusahaan perkebunan lain, petani (12%), pemuat (4%) berasal dari yang berpindah profesi menjadi pemanen, dan karyawan non pertanaian (8%). Berdasarkan Tabel 21 pemanen yang latar belakang pekerjaan sebelumnya adalah karyawan non pertanian, prestasi kerjanya tertinggi dari latar belakang pekerjaan sebelumnya pemanen, petani, pemuat.
60
Tabel 21. Jumlah Tenaga Kerja Panen Berdasarkan Pekerjaan sebelumnya dan Rata-rata Hasil Panen Kebun Mentawak PT JAW Divisi VI Rata-rata Hasil Panen Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja Persentase (janjang/bulan) Sebelumnya Panen (Orang ) (%) Pemanen 19 76 2409 Petani 3 12 1988 Pemuat 1 4 2646 Karyawan non 2 8 2976 pertanian Sumber : Data sekunder dan pengamatan lapang (Mei 2009)