Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
2. Urusan Kehutanan 1) Realisasi Fisik dan Keuangan
Pada tahun 2015 , Program dan Kegiatan Urusan Kehutanan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan berjumlah 2 program yang terbagi menjadi 3 kegiatan. Realisasi fisik dan keuangan untuk masingmasing kegiatan selengkapnya disajikan pada tabel 2.8. Tabel 2.8 Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan Urusan Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015 TARGET DAN REALISASI TAHUN 2015 URUSAN, PROGRAM, KEGIATAN
TARGET
REALISASI
INDIKATOR KINERJA FISIK (%)
KEUANGAN (Rp.)
(%)
FISIK (%)
KEUANGAN (Rp.)
(%)
Urusan Kehutanan Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Masukan (Input)
Keluaran(Outputs) Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Hasil(Outcomes)
Manfaat(Benefits)
Dampak(Impacts)
Masukan (Input) Pengembangan Pengujian dan Pengendalian Peredaran Hasil Hutan
Keluaran(Outputs)
Hasil(Outcomes)
Dana Rp. 107,250,000 SDM 8 orang Pemberdayaan Kelompok Tani HKm 7 kelompok HKm Sarana Pengembangan lebah madu 9 kelompok Sarana budidaya semut merah 2 kelompok Fasilitasi HKm (7 kelompok) dan Kelompok Tani Hutan (2 kelompok)
100
107,250,000
100
100
104,134,014
97.09
100
57,750,000
100
100
55,446,500
96.01
Meningkatnya produksi hasil hutan Meningkatnya kinerja ekonomi dan pendapatan masyarakat Dana Rp. 57,750,000 SDM 10 orang Pendampingan penatausahaan hasil hutan kayu dan pelaku usaha kehutanan 12 kec Dokumentasi Penatausahaan Hasil Hutan Kayu
43
Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
Manfaat(Benefits)
Meningkatnya produksi hasil hutan
Dampak(Impacts)
Meningkatnya kinerja ekonomi dan pendapatan masyarakat
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Masukan (Input)
Dana Rp. 1,490,503,734 SDM 9 orang Dokumen RPRHL 1 dokumen Dam penahan (2 unit), gully plug (25 unit)
Keluaran(Outputs)
Konservasi dan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan
Sarana produksi pengembangan mangrove dan koordinasi penghijauan lingkungan (1 lokasi), sarana prasarana hasil hutan (2 kelompok) Pengembangan tanaman bambu (10 ha) dan sarana produksi pengkayaan hutan rakyat (650 ha)
Hasil(Outcomes)
Konservasi Hutan dan Lahan (Hutan Rakyat 27 kel, Mangrove 1 kelompok, sipil teknis 9 kelompok) ; Sarpras pengolahan hasil hutan 2 kelompok;
Manfaat(Benefits)
Menurunnya luas lahan kritis
Dampak(Impacts)
Meningkatnya perlindungan dan konservasi sumberdaya alam
100
1,490,503,734
100
100
1,291,758,750
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2015 2) Realisasi Program
Realisasi pelaksanaan program urusan kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015 selengkapnya disajikan pada Tabel 2.9
44
86.67
Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
Tabel 2.9 Realisasi Pelaksanaan Program Urusan Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
Urusan/Program/ Kegiatan
Indikator Kinerja Program (Outcome)/Indikator Kinerja Kegiatan (Output)
1
2
Target Kinerja dan Anggaran RKPD 2015
Realisasi Kinerja dan Anggaran RKPD 2015
Tingkat Capaian Kinerja dan Anggaran RKPD 2015 (%)
K
Rp
K
Rp
K
Rp
3
4
5
6
7
8
Urusan Kehutanan Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan
Pengembangan Pengujian dan Pengendalian Peredaran Hasil Hutan Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Konservasi dan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan
Capaian peningkatan produksi hasil hutan (%) Pemberdayaan Kelompok Tani HKm (kelompok HKm) Sarana Pengembangan lebah madu (kelompok) Sarana budidaya semut merah (kelompok) Pendampingan penatausahaan hasil hutan kayu dan pelaku usaha kehutanan (kecamatan) Cakupan rehabilitasi hutan dan lahan (%) Dokumen RPRHL (dokumen) Dam penahan (2 unit), gully plug (25 unit)
95,9
165.000.000
100,88
159.580.514
105,19
96,72
7
107.250.000
7
104.134.014
100
96.72
9
9
100
2
2
100
12
57.750.000
12
55.446.500
100
97.09
98,48
1.490.503.734
100,83
1.291.758.750
102,39
86,67
1
1.490.503.734
1
1.291.758.750
100
86.67
27
27
100
Sarana produksi pengembangan mangrove dan koordinasi penghijauan lingkungan (1 lokasi), sarana prasarana hasil hutan (2 kelompok)
3
3
100
Pengembangan tanaman bambu (10 ha) dan sarana produksi pengkayaan hutan rakyat (650 ha)
660
660
100
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2015 3) Realisasi Urusan
a. Capaian sasaran urusan yang ditargetkan Tahun 2015 pada RPJMD Perubahan tahun 2011-2016 1. Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian dan Kehutanan Indikator Kinerja Utama Dinas Pertanian dan kehutanan Urusan Kehutanan terdiri dari 2 (dua) indikator yaitu Produksi Kayu Bulat dan
45
Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
Luas Lahan Kritis. Capaian indikator kinerja utama urusan Kehutanan selengkapnya disajikan pada Tabel 2.10. Tabel 2.10 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian dan Kehutanan (Urusan Kehutanan) Tahun 2015 Capaian Kinerja No
Indikator
Satuan
2014
2015 Target
Realisasi
3
43.300,00
45.000,00
45.305,00
5.107,52
5.013,50
5.013,00
1.
Produksi kayu bulat
m
2.
Luas Lahan Kritis
Ha
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2015 Dilihat dari target kinerja yang telah ditetapkan dalam Perubahan RPJMD Tahun 2011-2016, 2 (dua) indikator kinerja utama
dapat
mencapai target yaitu Produksi Kayu Bulat (100,68%) dan Luas lahan Kritis (100,01%).
Pada Tahun 2015, 2 (dua) indikator kinerja utama
tersebut juga mengalami peningkatan capaian dari Tahun 2014 yaitu Produksi kayu bulat meningkat sebesar 4,63% dan Luas lahan kritis menurun sebesar 94,52 ha (peningkatan capaian kinerja 1,85%). Tercapainya target indikator kinerja utama pada Tahun 2015 dan peningkatan capaian kinerja dari Tahun 2014 untuk produksi kayu bulat disebabkan oleh keberhasilan penanaman tanaman kehutanan. Dalam hal ini target produksi kayu bulat yang merupakan tujuan ekonomis dapat tercapai tanpa mengesampingkan tujuan konservasi. Pengendalian penebangan tanaman kehutanan dilaksanakan melalui pendekatan perhitungan
etat
tebang.
Etat
tebang diartikan sebagai
volume
penebangan kayu yang masih diperkenankan untuk pengelolaan hutan secara lestari di Kabupaten Kulon Progo. Perhitungan etat tebang Tahun 2015 adalah 57.703,55 m3. Dengan produksi kayu bulat sebesar 45.305,00 m3 (di bawah etat tebang), dapat dikatakan bahwa pengelolaan hutan di Kabupaten Kulon Progo dilaksanakan sesuai
46
Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
kaidah-kaidah kelestarian. Produksi kayu bulat Kabupaten Kulon Progo selengkapnya disajikan pada Tabel 2.11 Tabel 2.11 Produksi Kayu Bulat Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 – 2015 No.
Jenis Kayu
1. Jati
Produksi (m3) Tahun 2014
Tahun 2015
Perubahan (%)
28.057,38
28.558,63
1,79
2. Mahoni
6.054,42
6.254,94
3,31
3. Sonokeling
3.084,78
3.279,04
6,30
638,78
745,28
16,67
5. Sengon
4.227,94
4.937,42
16,78
6. Rimba lain
1.236,70
1.529,69
23,69
43.300,00
45.305,00
4,63
4. Akasia
Jumlah
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan , 2015 Tabel 2.11 menunjukkan bahwa produksi kayu bulat di Kabupaten Kulon Progo didominasi oleh Komoditas Jati (63,04%), diikuti oleh Komoditas Mahoni (13,81%), Sengon (10,90%), Sonokeling (7,24%), rimba lain (3,38%) dan Akasia (1,65%). Semua komoditas kehutanan mengalami peningkatan produksi dari tahun 2014 ke tahun 2015 . Tercapaianya Indikator Kinerja Utama Produksi Kayu Bulat merupakan pencapaian dari sasaran
meningkatnya produksi kayu yang lestari yang
merupakan tujuan ke-1 yaitu terwujudnya peningkatan produksi komoditas pertanian/perkebunan dan kehutanan serta mendukung perwujudan ke- 1 Dinas kuantitas
Pertanian dan Kehutanan hasil
serta
pengolahan
Misi
yaitu Meningkatkan kualitas dan dan
pemasaran
komoditas
pertanian/perkebunan dan kehutanan.
Tercapainya target indikator kinerja utama pada Tahun 2015 dan peningkatan capaian kinerja dari Tahun 2014 untuk luas lahan kritis merupakan keberhasilan program dan kegiatan dalam urusan kehutanan yang dilaksanakan sebagai upaya memberdayakan kelompok tani dalam pengelolaan hutan dan lahan. Hal tersebut memberikan kontribusi nyata dalam upaya penurunan luas lahan kritis. Luas lahan kritis
mengalami
47
Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
penurunan
sebesar 94,52 Ha yaitu dari 5.107,52 Ha pada tahun 2014
menjadi 5.013,00 Ha pada tahun 2015. Lahan kritis di Kabupaten Kulon Progo tersebar di 12 kecamatan. Kondisi tahun 2015 luas lahan kritis yang terbesar adalah di Kecamatan Temon
(14,66%),
kemudian
diikuti
Kecamatan
Galur
(13,76%)
dan
Kecamatan Panjatan (12.97%). Lahan kritis di wilayah Kecamatan Temon , Kecamatan Galur dan Kecamatan Panjatan sebagian besar berlokasi di lahan pantai di mana kekritisan lahannya terutama dilihat dari parameter kondisi tutupan vegetasi yang ada. Data selengkapnya mengenai luas lahan kritis disajikan pada tabel 2.12 Tabel 2.12 Luas Lahan Kritis Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 – 2015 No
Kecamatan
Luas Lahan Kritis (ha) Tahun 2014
Tahun 2015
Perubahan (%)
1. Temon
743,38
735,09
(1,12)
2. Wates
292,64
289,87
(0,95)
3. Panjatan
655,45
650,38
(0,77)
4. Galur
704,50
690,06
(2,05)
5. Lendah
168,27
166,75
(0,90)
6. Sentolo
461,36
454,87
(1,41)
7. Pengasih
256,75
249,85
(2,69)
8. Kokap
185,68
178,48
(3,88)
9. Nanggulan
107,56
100,78
(6,30)
10. Girimulyo
470,35
461,16
(1,95)
11. Samigaluh
460,01
448,69
(2,46)
12. Kalibawang
601,57
587,52
(2,34)
5.107,52
5.013,00
(1,84)
Jumlah
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan , 2015 Tercapaianya Indikator Kinerja Utama Luas lahan kritis merupakan pencapaian dari sasaran menurunnya luas lahan kritis yang merupakan tujuan ke-2 yaitu terwujudnya peningkatan perlindungan dan konservasi sumber daya alam serta mendukung perwujudan
Misi
ke- 2 Dinas Pertanian dan
48
Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
Kehutanan
yaitu meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam yang
berkelanjutan.
2. Indikator Kinerja Program Indikator kinerja program urusan Kehutanan terdiri dari 2 (dua) indikator. Cakupan peningkatan produksi hasil hutan merupakan indikator dari program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan sedangkan Cakupan rehabilitasi hutan dan lahan merupakan indikator dari program Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Capaian indikator kinerja program urusan kehutanan Tahun 2015 selengkapnya disajikan pada Tabel 2.13. Tabel 2.13 Capaian Indikator Kinerja Program Dinas Pertanian dan Kehutanan (Urusan Kehutanan) Tahun 2015 Capaian Kinerja No
Indikator
Satuan
2015
2014
Target
1. Cakupan % 93,66 peningkatan produksi hasil hutan 2. Cakupan % 97,81 rehabilitasi hutan dan lahan Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2015
Realisasi
95,9
96,74
98,48
99,3
Tabel 2.13 menunjukkan bahwa Indikator program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan yaitu cakupan peningkatan produksi hasil hutan dapat melampaui target yang ditetapkan yaitu dengan capaian 96,74% (100,88% dari target).
Apabila dibandingkan dengan
pencapaian pada Tahun 2014, indikator Cakupan peningkatan produksi hasil hutan mengalami peningkatan sebesar 3,29% Indikator
cakupan
peningkatan
produksi
hasil
hutan
diperhitungkan melalui produksi kayu bulat dan produksi kayu olahan. Tercapaianya target produksi kayu bulat dan produksi kayu olahan
49
Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
berkontribusi pada tercapaianya indikator program
Pemanfaatan
Potensi Sumber daya Hutan. Tercapaianya target produksi kayu bulat dipengaruhi oleh keberhasilan kegiatan penanaman tanaman kehutanan seperti diuraikan di atas, sedangkan tercapainya target produksi kayu olahan dipengaruhi oleh berkembangnya pelaku usaha kehutanan kayu (industri primer hasil hutan kayu). Selain hal tersebut, ketersediaan dan peningkatan bahan baku kayu bulat yang cukup memadai berkontribusi terhadap peningkatan produksi kayu olahan. Produksi
kayu
olahan
primer
Kabupaten
Kulon
Progo
selengkapnya disajikan pada tabel 2.14 Tabel 2.14 Produksi Kayu Olahan Primer Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 dan Tahun 2015 Produksi (m3)
No
Jenis Kayu
. 1.
Jati
2.
Tahun 2014
Tahun 2015
Perubahan (%)
223,00
1.068,30
379,06
Mahoni
46,64
267,03
472,53
3.
Sonokeling
99,68
267,37
168,23
4.
Sengon
1.876,56
693,09
(63,07)
5.
Akasia
-
158,60
100,00
6.
Rimba lain
369,67
213,74
(42,18)
2.615,55
2.668,13
2,01
Jumlah
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan , 2015
Indikator program Rehabilitasi Hutan dan Lahan yaitu cakupan rehabilitasi hutan dan lahan dapat melampaui target yang ditetapkan dengan capaian 99,30% (100,83% dari target). Apabila dibandingkan dengan pencapaian pada Tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,52%.
50
Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
Indikator cakupan rehabilitasi hutan dan lahan
diperhitungkan
melalui luas lahan kritis dan luas hutan rakyat. Tercapaianya target luas lahan kritis dan luas hutan rakyat berkontribusi pada tercapaianya indikator program Rehabilitasi Hutan dan Lahan .Tercapaianya target luas lahan kritis dipengaruhi oleh keberhasilan kegiatan konservasi dan rehabilitasi baik berupa kegiatan vegetatif (penanaman) dan kegiatan sipil teknis (Pembuatan bangunan konservasi tanah dan air), sedangkan tercapainya target luas hutan rakyat dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang tinggi akan pentingnya kegiatan konservasi hutan dan lahan melalui penanaman tanaman kehutanan. Kegiatan penanaman tanaman kehutanan yang dilaksanakan sebagian besar merupakan kegiatan pengkayaan sehingga sifatnya lebih pada penambahan populasi di satuan luas hutan rakyat yang sudah ada. Luas hutan rakyat dan
Populasi
tanaman
kehutanan
Kabupaten
Kulon
Progo
selengkapnya disajikan pada tabel 2.15 dan Tabel 2.16. Tabel 2.15 Luas Hutan Rakyat Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 – 2015 No.
Kecamatan
Luas Hutan Rakyat (ha) Tahun 2014
Tahun 2015
Perubahan (%)
1.
Temon
811,50
812,72
0,15
2.
Wates
191,89
193,04
0,60
3.
Panjatan
690,57
692,58
0,29
4.
Galur
319,76
321,91
0,67
5.
Lendah
597,75
600,99
0,54
6.
Sentolo
1.017,68
1.021,93
0,42
7.
Pengasih
1.707,67
1.727,83
1,18
8.
Kokap
4.801,29
4.860,50
1,23
9.
Nanggulan
480,45
484,05
0,75
10.
Girimulyo
3.447,44
3.490,66
1,25
11.
Samigaluh
4.108,23
4.127,35
0,47
12.
Kalibawang
2.218,07
2.274,85
2,56
20.392,30
20.608,41
1,06
Jumlah
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan , 2015
51
Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
Tabel 2.16 Populasi Tanaman Kehutanan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 – 2015 No.
Jenis kayu
Populasi (batang) Tahun 2014
Tahun 2015
Perubahan (%)
1.
Jati
3.368.513
3.493.573
3,71
2.
Mahoni
2.844.391
2.865.130
0,73
3.
Sonokeling
948.739
957.747
0,95
4.
Akasia
1.395.273
1.414.791
1,40
5.
Sengon
3.185.542
3.292.107
3,35
6.
Rimba lain
3.108.420
3.137.934
0,95
Jumlah
14.850.878
15.161.283
2,09
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan , 2015 Luas hutan rakyat Tahun 2015 dibandingkan Tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,06%, yaitu dari 20.392,30 Ha menjadi 20.608,41 Ha. Populasi tanaman kayu
mengalami peningkatan sebesar 2,09%
yaitu dari 14.850.878 batang pada tahun 2014 menjadi 15.161.283 batang pada tahun 2015. Peningkatan luas hutan rakyat dan populasi tanaman kayu tersebar di 12 kecamatan. Kondisi tahun 2015 luas hutan rakyat yang terbesar adalah di Kecamatan
Kokap (23,59%) , kemudian diikuti Kecamatan
Samigaluh
dan
(20,03%)
Kecamatan
Girimulyo
(16,94%).
Untuk
Kecamatan dengan luasan hutan rakyat paling kecil adalah Kecamatan Wates (0,94%).
b. Prestasi Penyelenggaraan Urusan Prestasi yang diperoleh dalam penyelenggaraan urusan Kehutanan adalah sebagai berikut: 1) Juara I Tingkat Propinsi dalam Lomba Wana Lestari Tingkat DIY Katagori Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM), diraih oleh SD Negeri Pagerharjo, Samigaluh, Kulon Progo
52
Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
2) Juara I Tingkat Propinsi DIY dalam Lomba Wana Lestari Katagori Kelompok Tani Penghijauan, diraih oleh KT Sido Dadi, Karangasem, Sidomulyo, Pengasih 3) Juara II Tingkat Propinsi DIY dalam Lomba Kebun Bibit Rakyat (KBR), diraih oleh KT Rukun Makaryo, Girinyono, Sendangsari, Pengasih 4) Juara II Tingkat Nasional dalam Lomba Wana Lestari Katagori Kelompok Tani Penghijauan , diraih oleh KT Sido Dadi, Karangasem, Sidomulyo, Pengasih. 5) Peringkat 10 besar Nasional dalam Lomba Wana Lestari Katagori Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM), diraih oleh SD Negeri Pagerharjo, Samigaluh, Kulon Progo
c. Permasalahan dan Solusi Permasalahan 1) Kondisi topografi dan geografi pada sebagian wilayah Kabupaten Kulon Progo memiliki potensi sebagai lahan kritis yang relatif tinggi (faktor alam kemiringan lahan). 2) Pengelolaan hutan rakyat sebagian besar masih dilakukan secara konvensional, belum terorganisir dengan baik. Solusi 1) Gerakan penanaman pohon dan pembangunan sipil teknis pada wilayahwilayah yang berpotensi menjadi lahan kritis. 2) Pembinaan secara berkelanjutan dan pengorganisasian yang lebih baik dalam pengelolaan hutan rakyat dan pengembangan sertifikasi hutan rakyat.
53