OVERVIEW Pendahuluan
2 Isi
Latar Belakang
Proses Bisnis PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Rumusan Masalah
Struktur CIM PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Tujuan
Penilaian Kematangan Integrasi Manufaktur
Manfaat
OEE
Ruang Lingkup (Batasan dan Asumsi)
Analisa
Tinjauan Pustaka
Rekomendasi Perbaikan
Metodologi
Kesimpulan dan Saran
LATAR BELAKANG -1
3 Rencana Peningkatan Kapasitas PT. PG Candi Baru Sidoarjo 4500 4000
Kapasitas (TCD)
3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
REVITALISASI/ OTOMASI PABRIK
0
Tahun
GULA Produksi vs Konsumsi Gula di Indonesia 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000
Produksi (ton)
2,000,000 1,000,000 0
Konsumsi (ton) 20052006 2007
2008 2009
2010 2011 2012 2013
Sumber : Sekretariat Dewan Gula Indonesia (2013)
PT. PG Candi Baru lebih giat dalam melakukan perubahan
LATAR BELAKANG -2
4
Otomatisasi Mesin Pabrik
PERBAIKAN PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Meningkatkan sistem informasi (upgrading)
Computer Integrated Manufacturing (CIM)
LATAR BELAKANG -3
√
Sudah
5 Belum
• Evaluasi terhadap Hasil Pencapaian (output) • Melakukan perbaikan terhadap hasil evaluasi tersebut
PT. PG Candi Baru Sidoarjo
CIM PERUSAHAAN BELUM MATANG
• Evaluasi Berdasarkan Kematangan Integrasi Manufaktur • Kelebihan : - Perusahaan dapat mengetahui tingkat kematangan integrasi manufaktur - Terdapat indikator-indikator kematangan yang dapat membantu perusahaan dalam melakukan perbaikan
RUMUSAN MASALAH
6
TUJUAN
7
1
Tujuan
Menentukan tingkat kematangan integrasi manufaktur atau CIM PT. PG Candi Baru Sidoarjo
2
3
Merumuskan poin-poin yang perlu diperbaiki oleh PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Merumuskan rekomendasi perbaikan terhadap poin-poin yang perlu diperbaiki kepada PT. PG Candi Baru Sidoajo
MANFAAT
8
Sebagai evaluasi terhadap CIM PT. PG Candi Baru Sidoarjo Manfaat Sebagai rekomendasi perbaikan untuk CIM PT. PG Candi Baru Sidoarjo
RUANG LINGKUP BATASAN Data yang digunakan adalah data produksi PT. PG Candi Baru Sidoarjo tahun 2013 Evaluasi kematangan integrasi manufaktur menggunakan sistem evaluasi kematangan integrasi manufaktur dari penelitian Prasetyawan dkk. (2013) Hasil dari penelitian ini hanya sampai pada tahap rekomendasi perbaikan
9 ASUMSI Tidak mempertimbangkan permasalahan bahan baku yang terjadi di industri gula Kebijakan serta sistem manufaktur objek amatan tidak mengalami perubahan saat dilakukannya penelitian ini
TINJAUAN PUSTAKA
10 CIMOSA
Value Stream Mapping
(VSM) KPI Manufaktur
Sistem Manufaktur
Sistem Produksi
Proses Bisnis CIM
Industri Proses
Evaluasi Sistem Manufaktur Terintegrasi Komputer
Self Assesment Questionnaire (SAQ)
Penilaian Kematangan Integrasi Sistem Manufaktur
Root Cause Analysis (RCA)
Analytical Hierarchy Process (AHP)
METODOLOGI -1
11 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Identifikasi Permasalahan 1. Identifikasi permasalahan dan 2. Merumuskan tujuan penelitian 3. Studi literatur mengenai teoriteori yang melandasi penelitian 4. Survey ke perusahaan
1. Identifikasi sistem bisnis dan sistem integrasi manufaktur 2. Pengisian SAQ (penilaian kualitatif) 3. Validasi Penilaian (penilaian kuantitatif)
Analisa (Metode 5 why) 1. Pencapaian kematangan masing-masing kriteria 2. Pencapaian kematangan sistem 3. Pencapaian OEE perusahaan
1. Perhitungan nilai masing-masing kriteria (KPI) 2. Perhitungan nilai sistem 3. Perhitungan OEE 4. Pembuatan Grafik Kematangan Integrasi Manufaktur
Rekomendasi Perbaikan (Visualisasi RCA)
Kesimpulan dan Saran
METODOLOGI -2
No.
Target
12
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1
Identifikasi Permasalahan
2
Pengumpulan dan Pengolahan Data
3
Analisa
4
Penyusunan Rekomendasi Perbaikan
5
Kesimpulan dan Saran
PT. PG Candi Baru Sidoarjo • Status • • • • • • • • •
Sumber : Website resmi PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Lokasi Kota Kode Pos Negara Telepon Fax Tahun Berdiri Produk Produk Samping
13
: Anak perusahaan dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia yang bergerak di bidang Agro Industri : Jl Raya Candi No. 10 Sidoarjo : Sidoarjo - Jawa Timur : 61271 : Indonesia : +62 31 892 1003 - 4 : +62 31 892 1002 : 1832 : Gula jenis SHS 1A (gula kristal putih I) : tetes dan ampas
CIMOSA PT. PG Candi Baru Sidoarjo Set Direction
Visi : Menjadi Pabrik Gula Terefisien di Jawa Timur dengan kinerja terus meningkat Misi : Pertumbuhan, Tekad berbuat yang terbaik, Lebih mensejahterakan karyawan, Bermanfaat bagi masyarakat
Manage Process
Set Strategy Memaksimalkan kapasitas giling, efisiensi biaya, memastikan jumlah tebu giling
14
Direct Business Administrasi dan Keuangan, SDM dan Umum, Tanaman, Instalasi, Fabrikasi
Core Process Develop Product Mengemas produk dalam packaging 1 kg (retail) dan 50 kg (curah)
Get Order Kerja sama dengan anak perusahaan PT. RNI lainnya, yakni PT. Nusindo
Fulfill Order Kerja sama dengan Petani Tebu, sistem produksi 24 jam
Support Product Kemasan gula terbuat dari plastik (1 kg) dan karung (50 kg), adanya after sales service
Support Process Human Resources Terdapat evaluasi kinerja SDM, upgrading, training, sistem pegawai tetap dan kontrak
Information Technology Terdapat sistem informasi bagian keuangan, tanaman, gudang, SDM
Financial/ Accounting Pembuatan laporan keuangan sekali dalam satu bulan dan laporan akhir sekali dalam masa produksi, Terbuka dengan pemegang saham
Maintenance Dilakukan pada masa giling (Predictive Maintenance dan beberapa stoppage planning) dan masa tidak giling (Pembongkaran mesin total)
STRUKTUR ORGANISASI PT. PG Candi Baru Sidoarjo 15 DIREKTUR
KABAG. AK & KEU
KEUANGAN
KABAG. SDM & UMUM
AKUTANSI
SDM
KABAG. TANAMAN
UMUM
RAYON I
KABAG. FABRIKASI
RAYON II
KABAG. INSTALASI
PEMURNIAN/P TENGAH
GILINGAN
GUDANG MATERIAL
AKUTANSI
PENGGAJIAN
SEKRETARIAT
SKW I
SKW VI
PENGUAPAN
KETEL KCC
KASIR
ATR
KEPEGAWAIAN
KEAMANAN/ SATPAM
SKW II
SKW VII
MASAKAN
BESALI
GUDANG HASIL
TIMBANGAN
POLIKLINIK
KENDARAAN
SKW III
SKW VIII
PUTERAN
LISTRIK
PAJAK/AP
I.T.
SMK3.
PROPER/ LINGKUNGAN
SKW IV
SKW IX
LABORATORIUM
PENGADAAN
SKW V
SKW X
BANGUNAN
POWER HOUSE
INSTRUMENTASI
VSM PT. PG Candi baru Sidoarjo
16 Konsumen Perusahaan/CV
Request
Kontrol Produksi Surat Perintah Angkut berdasar Kesepakatan Lelang
Rapat Manajemen
Petani Tebu
Request
Rencana Harian
Lahan Tebu Sendiri
PT. Nusindo
Kontrol Produksi Sistem Informasi dan Pengontrolan secara manual
Rencana Harian
Pengiriman Harian
Gula PG
Lelang Gula Petani
FIFO
2406 ton
Pemerahan Tebu (Ekstraksi)
4 jam 24 jam
Pemurnian Nira
Kristalisasi/ Masakan dan Putaran
Penguapan (Evaporasi)
Pengeringan dan Pembungkusan
166,29 ton
2.392,99 ton
2.096,03 ton
403,1 ton
175,45 ton
1,5 jam
1,25 jam
0,25 jam
0,167 jam
24,5 jam
6 jam
37,25 jam
0,5 jam 0,5 jam
Waktu Sistem = 95,521 jam Waktu Proses = 92,25 jam
STRUKTUR CIM Enterprise Level
Plant Level
17 Administration & Accounting
Production Planning & Control
Raw Material Resources Planning
Financial Planning
Human Resources Planning
Facilities Planning
Cell Controller : 1. Pengaturan Boiler 2. Pengaturan Turbin Manual
Machine Level
Material Processing Machine
Semi Automation
1.Mesin Puteran A 2 dan 3 2. Mesin Puteran SHS 1 3. Pengemasan
1. Gilingan I-IV 2. Pan Masakan A 3. Pan Masakan C 4. Pan Masakan D 5. Mesin Puteran A 1 6. Boiler
Assembly & Packaging Machine
Automation
1. Cane Leveller 2. Cane Cutter 3. Unigrator 4. Juice Heater I dan II 5. Flash Tank 6 Single Tray Clarifier 7. Rotary Vacuum Filter 8. Pan Penguapan 1-5 9. Mesin Puteran C 1 dan 2 10. Mesin Puteran D1 1-3 11. Mesin Puteran D2 1-2 12. Mesin Puteran SHS 2 dan 3
Inspection Machine Material Handling Data Collection
Meja Tebu 1 dan 2
Checksheet
Data Processing Data Transfer
Device Level
Sensor : Berat, cahaya, suhu, tekanan
Travelling Cane
Buku
Cane Carrier I dan II
Piping Printer
Kamera
USB
CD/DVD
Telepon
HT
Cane Elevator
Conveyor Pengemasan Pompa
Komputer
DCS
Komputer
Intranet
Internet
PENILAIAN KEMATANGAN INTEGRASI MANUFAKTUR Actual Time vs Downtime
Rejection Case by Quality Control
Actual Time vs Teoritical Time
Biaya
Rejection Case by Customer
Kualitas
Produktivitas
Kriteria Penilaian Delivery & Transfer
Moral
Safety
Utilized Time vs Unutilized Time Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours
18
Self Assessment Questionnaire (SAQ) • Self Assessment Questionnaire (SAQ) adalah salah satu model penilaian kinerja perusahaan/organisasi berupa kuisioner • SAQ ditujukan untuk mengetahui adanya gap yang terjadi antara aplikasi di lapangan dengan standar prosedur yang ada (Prasetyawan, Wibowo, & Cholifah, 2013)
Kriteria : Produktifitas Subkriteria : Operation Time vs Down Time Validator Kualitatif : No. INDIKATOR Yes No VALIDATION Kapabilitas mesin produksi 1 (prosentase operation time √ >80%) Kemampuan teknologi untuk 2 mengidentifikasi penyebab √ downtime Upaya dari pihak manajemen 3 untuk menimimumkan √ downtime Terdapat jadwal rutin 4 √ maintenance mesin produksi 5 ... 15
Record dan dokumentasi terjadi kerusakan pada mesin
19 menghasilkan : Pencapaian Kualitatif Pencapaian Jumlah nilai 1 Kualitatif Total Indikator
√
Downtime mesin selama ini mempengaruhi finansial √ perusahaan Tingkat Pencapaian Kualitatif Validator Kuantitatif :
No
Bulan
1
Januari
2
Februari
3
Maret
4
April
5
Mei Tingkat Pencapaian Kuantitatif Pencapaian Sub Kriteria
Downtime
Availability Rate
menghasilkan : Pencapaian Kuantitatif
HASIL SAQ UNTUK SETIAP KRITERIA No.
Kriteria
1
Produktifitas 1
2
Produktifitas 2
3
Produktifitas 3
4
Produktifitas 4
5
Kualitas 1
6
Kualitas 2
7
Biaya Delivery & Transfer Safety Moral
8 9 10
Subkriteria Operation Time vs Down Time Actual Time vs Teoritical Time Utilized Time vs Unutilized Time Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours Rejection Case by Quality Control Rejection Case by Customer -
Pencapaian Kualitatif
Pencapaian Kuantitatif
Pencapaian Kriteria
66,67%
98,97%
82,82%
65,63%
82,97%
74,30%
40,00% N/A
40,00%
62,50% N/A
62,50%
85,71%
99,9954%
92,85%
91,67%
100,00%
95,83%
94,74% N/A
94,74%
-
90,00% N/A
90,00%
-
44,44% N/A 90,91% N/A
44,44% 90,91%
20 Pencapaian Kualitatif Pencapaian Kuantitati f 2
PERHITUNGAN NILAI KEMATANGAN SISTEM AHP No.
Kriteria
1
Produktifitas 1
2
Produktifitas 2
Subkriteria Operation Time vs Down Time Actual Time vs Teoritical Time Utilized Time vs Unutilized Time Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours Rejection Case by Quality Control
Pencapaian Kriteria 82,82% 74,30% 40,00%
3
Produktifitas 3
4
Produktifitas 4
5
Kualitas 1
6
Kualitas 2
Rejection Case by Customer
95,83%
7
Biaya Delivery & Transfer Safety Moral
-
94,74%
-
90,00%
-
44,44% 90,91%
8 9 10
Bobot
62,50% 92,85%
Total Pencapaian Kematangan Level Kematangan
21
Pencapaian Kriteria × Bobot Kontribusi Kematangan
Skala Kematangan Level
Prosentase
Kematangan
Kematangan
1
1
0 % - 16%
2
2
17 % - 32 %
3
3
33 % - 49 %
4
4
50 % - 66 %
5
5
67 % - 83 %
6
6
84 % - 100 %
No.
PEMBOBOTAN MENGGUNAKAN AHP -1
22
Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah pendekatan sistematis untuk menstrukturkan pengalaman, intuisi, dan pengambilan keputusan berdasarkan heuristik, ke dalam sebuah metodologi yang terdefinisi dengan baik atas dasar prinsip-prinsip yang terdengar matematis (Bhushan & Rai, 2004). AHP ini membantu dalam menstrukturkan kompleksitas, pengukuran dan sintesis dari perankingan
1. Pengisian kuisioner pembobotan Pembobotan antar Kriteria Subkriteria
Bobot
Pembobotan antar Subkriteria Produktivitas Subkriteria
Operation Time vs Down Time
Actual Time vs Teoritical 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Time
Operation Time vs Down Time
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 vs Unutilized
Operation Time vs Down Time
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Actual Time vs Teoritical Time Actual Time vs Teoritical Time Utilized Time vs Unutilized Time
Utilized Time Time
Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours Utilized Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 vs Unutilized Time Valued Man Hours vs 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Unvalued Man Hours Valued Man Hours vs 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Unvalued Man Hours
Pembobotan antar Subkriteria Kualitas
PEMBOBOTAN MENGGUNAKAN AHP -2 2. Pengolahan menggunakan software Expert Choice Pembobotan antar Kriteria
Pembobotan antar Subkriteria Kualitas
Pembobotan antar Subkriteria Produktivitas
23
PEMBOBOTAN MENGGUNAKAN AHP -3
24
3. Merekap hasil pengolahan ke dalam tabel No. 1
2
Kriteria Produktivitas
Kualitas
Bobot Kriteria 0,291
0,249
Operation Time vs Down Time
Bobot Subkriteria 0,562
0,163542
Actual Time vs Teoritical Time
0,065
0,018915
Utilized Time vs Unutilized Time Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours Rejection Case by Quality Control
0,114
0,033174
0,259
0,075369
0,875
0,217875
Rejection Case by Customer
0,125
0,031125
Subkriteria
Bobot
Biaya Delivery & Transfer
0,195
-
-
0,195
0,039
-
-
0,039
5
Safety
0,106
-
-
0,106
6
Moral
0,120 1
-
-
0,12
3 4
TOTAL
TOTAL
1
PERHITUNGAN NILAI KEMATANGAN SISTEM No. 1 2 3 4
Kriteria
Operation Time vs Down Time Actual Time vs Produktifitas 2 Teoritical Time Utilized Time vs Produktifitas 3 Unutilized Time
6
Kualitas 2
7
Biaya Delivery & Transfer Safety Moral
Bobot
Kontribusi Kematangan
(b)
(a) × (b)
82,82%
0,16354
13,54%
74,30%
0,01892
1,41%
40,00%
0,03317
1,33%
62,50%
0,07537
4,71%
92,85%
0,21788
20,23%
95,83%
0,03113
2,98%
94,74%
0,195
18,47%
-
90,00%
0,039
3,51%
-
44,44% 90,91%
Valued Man Hours Produktifitas 4 vs Unvalued Man Hours
Kualitas 1
9 10
Subkriteria
Produktifitas 1
5
8
Pencapaian Kriteria (a)
Rejection Case by Quality Control Rejection Case by Customer -
0,106 0,12 Total Pencapaian Kematangan Level Kematangan
4,71% 10,91% 81,80% Level 5
25
1. Efektif, pendekatan sistematis, dan responsif terhadap keseluruhan hingga di luar item persyaratan pada KPI 2. Pendekatan tersebar dengan baik, tidak ada gap yang signifikan 3. Pendekatan sistematik untuk mengevaluasi dan improvement serta pembelajaran organisasi, termasuk inovasi menjadi tools kunci manajemen, perbaikan terihat jelas sebagai hasil dari analisis dan sharing level organisasi 4. Terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi sekarang dan masa depan teridentifikasi melalui respon terhadap Profil Organisasi dan item lainnya 5. Sistem informasi sudah berkembang, penggunaan komputer pada beberapa mesin semi automated dan fully automated, plant level
PERHITUNGAN OEE
26
Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah rasio waktu produktif dan waktu produksi yang direncanakan (Vorne, 2012). OEE berguna untuk mengukur persentase waktu produksi terencana yang benar-benar produktif (Vorne, 2013). Periode
Rate
Performance
Quality
Rate
OEE
1
I (22 Mei - 15 Juni)
100,00%
50,38%
100%
50,38%
2
II (16 Juni - 30 Juni)
99,61%
62,83%
100%
62,58%
3
III (1 Juli - 15 Juli)
98,47%
69,85%
100%
68,78%
4
IV (16 Juli - 31 Juli)
99,44%
75,92%
100%
75,49%
5
V (1 Agustus - 31 Agustus)
99,41%
77,88%
100%
77,42%
6
VI (1 September - 15 September)
98,00%
86,57% 99,972%
84,82%
7
VII (16 September - 30 September)
97,89%
94,12%
100%
92,13%
8
VIII (1 Oktober - 14 Oktober)
99,75%
95,30%
100%
95,06%
9
IX (17 Oktober - 31 Oktober)
95,04%
100,00%
100%
95,04%
10
X (1 November - 15 November)
100%
99,40%
100%
99,40%
11
XI (16 November - 30 November)
100%
98,52% 99,972%
98,50%
12
XII (1 Desember - 24 Desember)
100%
84,82%
84,82%
Rata-rata OEE
100%
82,04%
Pencapaian OEE Tahun 2013 100.00%
80.00% Pencapaian OEE
60.00%
OEE
No.
Availability
World Class Standar dari OEE
40.00%
20.00%
0.00%
I
II
III
IV
V
VI VII VIII IX Periode
X
XI
XII
RENDAHNYA PERFORMANCE PERUSAHAAN
Permasalahan :
Rendahnya performance perusahaan
Why 1 Kualitas tebu rendah
Performansi mesin rendah
Why 2 Why 3 Why 4 Kadar gula Banyaknya air Turunnya hujan dalam tebu yang diserap oleh rendah/ tebu rendemennya rendah Mesin masih dalam tahap penyesuaian untuk beroperasi
Why 5
27
PENCAPAIAN KEMATANGAN KRITERIA No.
Kriteria
1
Produktifitas 1
2
Produktifitas 2
3
4
Subkriteria Operation Time vs Down Time Actual Time vs Teoritical Time
28
Pencapaian Level Kriteria Kematangan 82,82%
Level 5
74,30%
Level 5
Grafik Pencapaian Kematangan Masing-masing Kriteria Penilaian Kematangan Integrasi Manufaktur PT. PG Candi Baru Sidoarjo 92.85% 95.83% 94.74% 90.00%
100.00%
Produktifitas 3
Utilized Time vs Unutilized Time
Produktifitas 4
Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours
62,50%
Rejection Case by Quality Control
92,85%
Level 6
20.00%
95,83%
Level 6
0.00%
94,74%
Level 6
40,00%
Level 3
90.91%
82.82% 80.00%
74.30%
62.50%
Level 4
60.00% 40,00% 40.00%
5
Kualitas 1
6
Kualitas 2
7
Biaya
Rejection Case by Customer -
8
Delivery & Transfer
-
90,00%
Level 6
9 10
Safety Moral
-
44,44% 90,91%
Level 3 Level 6
44.44%
BANYAKNYA PERBAIKAN
29
No.
Kriteria
Subkriteria
Pencapaian Kriteria
Level Kematangan
Banyak Perbaikan menuju Level 6
Banyaknya Perbaikan untuk Pencapaian Maksimum
1
Produktifitas 1
Operation Time vs Down Time
82,82%
Level 5
1
7
2
Produktifitas 2
Actual Time vs Teoritical Time
74,30%
Level 5
4
12
3
Produktifitas 3
Utilized Time vs Unutilized Time
40,00%
Level 3
7
9
4
Produktifitas 4
Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours
62,50%
Level 4
7
6
5
Kualitas 1
Rejection Case by Quality Control
92,85%
Level 6
-
3
6
Kualitas 2
95,83%
Level 6
-
1
7
Biaya
Rejection Case by Customer -
94,74%
Level 6
-
1
8
Delivery & Transfer
-
90,00%
Level 6
-
1
9 10
Safety Moral
-
44,44% 90,91%
Level 3 Level 6
4 23
5 1 46
ANALISA PENCAPAIAN -1 Permasalahan :
Why 1
Why 2
Why 3 Indikator 2 belum tercapai
Indikator 5 belum tercapai
Pencapaian Subkriteria Operation Time vs Down Time Kriteria Produktivitas adalah 82,82%
Pencapaian kualitatif Operation Time vs Down Time Kriteria Produktivitas adalah 66,67%
Why 4 Kurangnya penerapan teknologi yang dapat mengidentifikasi downtime
Why 5 Why 6 Terkendalanya rencana untuk lebih Keterbatasan dana banyak menerapkan teknologi untuk mengidentifikasi downtime
Belum adanya dokumentasi terhadap kerusakan mesin Record penyebab kerusakan mesin masih manual
Tidak sempat melakukan Kemudahan dalam melakukan pencatatan (record )
Indikator 11 belum tercapai
Penanganan downtime masih belum seluruhnya ditangani oleh operator maintenance
Operator mesin dinilai masih dapat Kerusakan yang muncul pada menangani permasalahan yang beberapa mesin dinilai masih terjadi ringan Efisiensi tenaga kerja Meminimalisir penambahan biaya operasional
Indikator 12 belum tercapai
Adanya ketidak sesuaian antara penjualan dengan forecast
Kemoloran proses produksi
Indikator 15 belum tercapai
Downtime mesin mempengaruhi Downtime menambah biaya finansial perusahaan operasional Pencapaian kuantitatif Operation 8 dari 12 periode memiliki Availability Rate rata-rata adalah Availabilitas mesin masih kurang Time vs Down Time Kriteria availability rate yang tidak 98,97% maksimal Produktivitas adalah 98,97% maksimum
Why 7
Terburu-buru dalam melakukan Meminimalkan waktu downtime maintenance Kurangnya kemampuan karyawan dalam mengoperasikan komputer
Adanya waktu operasi yang terbuang
Downtime membuat molornya proses produksi Adanya downtime
Mengurangi HPP
Proses produksi terhenti
Downtime membuat waktu operasi terbuang Adanya downtime terencana Adanya downtime tidak terencana Pemasukan tebu kurang
Indikator 1 belum tercapai
Kemoloran proses produksi
Adanya waktu operasi yang terbuang
Pemasukan tebu kurang Indikator 2 belum tercapai
Sistem tidak stabil
Indikator 4 belum tercapai
Belum adanya interface pemantauan proses produksi Belum adanya perhitungan performance mesin
Indikator 6 belum tercapai
Indikator 8 belum tercapai Pencapaian kualitatif Actual Time vs Teoritical Time Kriteria Pencapaian Subkriteria Actual Produktivitas adalah 65,63% Time vs Teoritical Time Kriteria Indikator 9 belum tercapai Produktivitas adalah 74,30% Indikator 10 belum tercapai Indikator 11 belum tercapai
Indikator 16 belum tercapai
Indikator 18 belum tercapai
Indikator 27 belum tercapai
Pencapaian kuantitatif Actual Performance Rate 8 dari 12 Time vs Teoritical Time Kriteria periode masih belum maksimum Produktivitas adalah 82,97% Indikator 1 belum tercapai
Indikator 2 belum tercapai
Indikator 4 belum tercapai
Indikator 8 belum tercapai
Kurang maksimalnya Indikator 9 belum tercapai pencapaian kematangan integrasi manufaktur dari PT. Pencapaian Subkriteria Utilized PG Candi Baru Sidoarjo Time vs Unutilized Time Kriteria Produktivitas adalah 40,00%
Terjadinya bias informasi pada saat berlangsungnya produksi
Indikator 12 belum tercapai
Belum digunakannya software untuk production planning
Indikator 13 belum tercapai Indikator 14 belum tercapai Indikator 1 belum tercapai
Indikator 6 belum tercapai Indikator 7 belum tercapai Pencapaian Subkriteria Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours Kriteria Produktivitas adalah 62,50%
Indikator 8 belum tercapai
Indikator 10 belum tercapai
Indikator 13 belum tercapai
Rencana waktu penyelesaian order produksi tidak sesuai dengan Kemoloran proses produksi rencana Aktivitas operator belum sesuai dengan waktu teori yang direncanakan Penanaman waktu terhadap pegawai untuk mencapai waktu teori masih kurang Rendahnya performance perusahaan
Tidak semua memiliki alat komunikasi HT
SDM masih belum memadai Variansi produk rendah (produk yang dihasilkan hanya 1 jenis) Kurangnya penggunaan current SDM masih belum memadai technology dalam proses integrasi Perencanaan investasi tidak produksi terstruktur dengan baik Utilisasi mesin kurang dari 80% Jadwal produksi masih belum dapat memaksimalkan utilitas Masih ditemukan waktu idle pada Belum ada rincian waktu kerja operator untuk operator Belum ada perencanaan untuk investasi cell controller SDM kurang memadai Belum adanya penilaian efektivitas Kurangnya SDM dalam operator memanfaatkan waktu melakukan penilaian kerjanya Tidak semua operator memiliki Ada beberapa mesin di lantai kemudahan dalam melakukan produksi yang masih terlalu movement berdekatan Kurangnya alat untuk Aktivitas pendokumentasian belum mendokumentasikan secara seluruhnya secara otomatis otomatis Belum adanya rincian kerja Belum ada pengukuran waktu mengenai berapa lama bekeja kerja Kurangnya cell controller
Indikator 4 belum tercapai
Pencapaian kualitatif Subkriteria Rejection Case by Quality Control Kriteria Kualitas adalah Indikator 5 belum tercapai Pencapaian Subkriteria Rejection 85,71% Case by Quality Control Kriteria Kualitas adalah 92,85% Pencapaian kuantitatif Subkriteria Belum maksimalnya pencapaian Rejection Case by Quality Quality Rate rata-rata Control Kriteria Kualitas adalah perusahaan 99,9954%
Operator tidak memiliki kemampuan dalam menemukan penyebab reject Belum adanya dokumentasi terhadap reject
Belum ada rincian waktu kerja untuk operator
Penanaman waktu hanya sampai pada mandor
Mandor bertanggung jawab kepada keseluruhan sistem di stasiun Kadar gula dalam tebu rendah/ rendemennya rendah Mesin masih dalam tahap penyesuaian untuk beroperasi Meminimalisir penambahan biaya operasional
Kualitas tebu rendah Performansi mesin rendah Meminimalisir kemoloran proses produksi Mesin mengalami keausan Adanya perencanaan dalam relayout
Adanya variansi kapasitas mesin
Indikator 4 belum tercapai Indikator 6 belum tercapai
Pencapaian Kriteria Moral adalah Indikator 9 belum tercapai 90,91%
Adanya investasi mesin pada waktu yang berbeda-beda
Belum ada perencanaan untuk melakukan re-layout
Keterbatasan biaya dalam melakukan re-layout
Belum ada perencanaan untuk investasi
Keterbatasan dana
Kurangnya SDM dalam melakukan pengukuran waktu kerja Belum adanya pelatihan atau penjelasan mengenai penyebab reject Belum menjadi salah satu fokus dalam penanganan reject
Keterbatasan dana
Pencapaian Kriteria Delivery & Transfer adalah 90%
Kurangnya kesadaran karyawan akan K3
Pengangkutan tebu memakan waktu lama
Alat transportasi tidak bisa masuk Tanah menjadi berlumpur lahan
Beberapa mesin mengalami kerusakan tiba-tiba
Mesin mengalami keausan
Pemadaman listrik oleh PLN Terhentinya proses produksi
Beberapa mesin mengalami kerusakan tiba-tiba Keterlambatan datangnya bahan baku (tebu) Adanya downtime terencana Adanya downtime tidak terencana
Adanya downtime terencana Adanya downtime tidak terencana
Mesin mengalami keausan Pengangkutan tebu memakan waktu lama Beberapa mesin mengalami kerusakan tiba-tiba
transportasi tidak bisa masuk lahan Tanah menjadi berlumpur
Mesin mengalami keausan
Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5)
Turunnya hujan
Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5)
Keterlambatan datangnya bahan baku (tebu) Adanya downtime terencana Adanya downtime tidak terencana
Pengangkutan tebu memakan waktu lama
transportasi tidak bisa masuk lahan Tanah menjadi berlumpur
Beberapa mesin mengalami kerusakan tiba-tiba
Mesin mengalami keausan
Kurangnya SDM dalam melakukan pengukuran waktu kerja
Keterbatasan dana
Mengurangi HPP
Memperbesar laba atau keuntungan perusahaan
Perencanaan investasi tidak terstruktur dengan baik
Keterbatasan dana
Adanya investasi mesin pada waktu yang berbeda-beda Keterbatasan dana
Perencanaan investasi tidak terstruktur dengan baik
Kurangnya kemampuan petani tebu dalam menggunakan media informasi tersebut Keterbatasan dana
Tidak sempat melakukan
Terburu-buru dalam melakukan pengolahan produk kembali
Kondisi produk reject akan semakin memburuk bila dibiarkan semakin lama
Kemoloran proses produksi
Keterbatasan dana Training K3 masih belum seluruhnya diberikan kepada karyawan Belum adanya orang khusus menangani K3
Proses produksi terhenti
Turunnya hujan
Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5)
Keterbatasan dana
Belum adanya perencanaan penjadwalan training K3
Belum adanya orang khusus menangani K3 Keterbatasan dana
Belum adanya orang khusus menangani K3
Keterbatasan dana
Keterbatasan dana
Alur birokrasi yang panjang dari BUMN Keterbatasan dana
Keterlambatan datangnya bahan baku (tebu)
Pengangkutan tebu memakan waktu lama
transportasi tidak bisa masuk lahan Tanah menjadi berlumpur
Adanya downtime
Adanya downtime terencana Adanya downtime tidak terencana
Beberapa mesin mengalami kerusakan tiba-tiba
Mesin mengalami keausan
Belum adanya orang khusus menangani K3
Keterbatasan dana
Belum adanya analisa mengenai kondisi kerja Belum adanya orang khusus menangani K3
Belum adanya orang khusus menangani K3
Pemasukan tebu kurang
Pemadaman listrik oleh PLN
Keterbatasan dana
Keterbatasan dana
Keterbatasan dana
Turunnya hujan
Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5) transportasi tidak bisa masuk lahan Tanah menjadi berlumpur
Mesin mengalami keausan
Turunnya hujan
Why 13
Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5)
Keterbatasan dana
Konsumen tidak mengambil Harga produk rendah di pasaran produk dalam batas waktu yang ditentukan Kemampuan warehouse terbatas Kurangnya ketersediaan APD
Keterlambatan datangnya tebu
Adanya downtime
Banyaknya air yang diserap oleh tebu
Terdapat dua periode yang belum Ditemukan produk reject (kondisi Belum sesuainya pengaturan mesin Adanya sedikit kerusakan pada maksimal pencapaian Quality produk adalah sedikit basah, mengenai takaran bahan mesin Rate -nya bukan kering) pelengkap
Tindakan perbaikan atas Kecelakaan masih terjadi di setiap kecelakaan yang terjadi pada masa giling masa lampau belum dilakukan Tanda K3 masih jarang ditemukan di perusahaan Belum adanya manajemen resiko terhadap kecelakaan kerja Kurangnya ketersediaan APD Keterbatasan dana Kurang sesuainya kondisi kerja Belum adanya analisa mengenai dengan manajemen K3 yang kondisi kerja diberlakukan Perbaikan masih belum dilakukan Belum adanya orang khusus menangani K3 Training K3 masih belum Belum adanya perencanaan menyeluruh diberikan kepada penjadwalan training K3 karyawan Keterbatasan dana Lamanya perijinan atas Organisasi masih kurang dapat improvement yang dilakukan menerima improvement Belum adanya bagian yang secara khusus menangani pengembangan perusahaan
Memperbesar laba atau keuntungan perusahaan Kurangnya pemasukan tebu
Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5) Ukuran mesin yang sangat besar
Jadwal produksi didasarkan pada Adanya variansi kapasitas mesin kapasitas mesin terendah Belum ada pengukuran waktu Kurangnya SDM dalam kerja melakukan pengukuran waktu kerja Keterbatasan dana
Meningkatnya biaya operasional
Indikator 2 belum tercapai Indikator 3 belum tercapai
Pemadaman listrik oleh PLN Belum ada pengukuran waktu kerja
Why 12
Keterbatasan dana
Belum seimbangnya warehouse barang jadi dengan pengiriman/ pemesanan
Pencapaian Kriteria Safety adalah 44,44%
Adanya downtime
Why 11
Memperbesar laba atau keuntungan perusahaan
Keterbatasan dana Lamanya perijinan atas pengadaan Alur birokrasi yang panjang dari BUMN Tidak semua memiliki kepentingan yang sangat tinggi dalam proses produksi
HPP mengalami peningkatan
Indikator 1 belum tercapai
Beberapa mesin mengalami kerusakan tiba-tiba
Why 10
Mengurangi HPP
Belum ada alur ataupun media dalam penyampaian informasi
Belum adanya media informasi dengan pihak eksternal
Indikator 7 belum tercapai
Pemadaman listrik oleh PLN Pengangkutan tebu memakan waktu lama
Why 9
Meminimalisir penambahan biaya operasional
Alur birokrasi yang panjang dari BUMN
Pencapaian Kriteria Biaya adalah Indikator 7 belum tercapai 94,74%
Indikator 5 belum tercapai
Proses produksi terhenti
Masih ditemukan waktu idle
Adanya kecemasan bahwa konsumen atau petani tebu tidak bisa mendapatkan informasi Belum ada perencanaan untuk membuat media informasi
Pencapaian kualitatif Subkriteria Rejection Case by Customer Kriteria Kualitas adalah 91,67%
Keterlambatan datangnya bahan baku (tebu) Adanya downtime terencana Adanya downtime tidak terencana
Downtime
Pemadaman listrik oleh PLN Belum ada perencanaan untuk Keterbatasan dana membuat interface Fokus perusahaan hanya jumlah Adanya target produksi output yang dihasilkan Kemudahan dalam menggunakan Kurangnya kemampuan cara lain (nomer induk) stockholder (petani, supir truk, Belum diimplementasi-kannya dan karyawan) dalam barcode identifier menggunakannya Belum ada perencanaan untuk Keterbatasan dana penerapan barcode identifier Jauh dari ladang tebu Desain pabrik belum efektif untuk Mesin ada yang masih belum Belum terealisasinya perencanaan Keterbatasan dana mempersingkat waktu aktual otomatis untuk mengotomasi mesin SDM masih belum memadai Belum adanya teknik pengukuran Kurangnya SDM dalam Keterbatasan dana waktu teoritis melakukan pengukuran Belum adanya evaluasi terhadap Kemudahan dalam menggunakan SDM masih belum memadai waktu teori dan aktual dengan cara seperti pengkajian simulasi Pemasukan tebu kurang
Belum menyeluruhnya Meminimalkan waktu downtime pemberhentian mesin secara rutin saat masa giling Adanya pemberhentian mesin yang Beberapa mesin mengalami tidak sesuai rencana kerusakan tiba-tiba Re-layout membutuhkan waktu yang cukup lama Fleksibilitas lini produksi rendah Keterbatasan lahan untuk relayout Keterbatasan dana Jadwal produksi masih belum Jadwal produksi didasarkan pada dapat memaksimalkan utilitas kapasitas mesin terendah Keterbatasan dana Lamanya perijinan dalam Lamanya waktu untuk melakukan pengembangan produk pengembangan produk Lamanya pengujian produk ke konsumen Tidak tersalurkannya informasi dari shift yang satu ke shift selanjutnya
Indikator 11 belum tercapai
Adanya downtime
Proses produksi terhenti
Why 8
Meminimalisir kemoloran proses produksi
30
Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5)
Turunnya hujan
RCA untuk Pencapaian Kematangan Integrasi Manufaktur PT. PG Candi Baru Sidoarjo
ANALISA PENCAPAIAN -2 Penanaman waktu masih kurang
Terjadinya bias informasi saat produksi
Organisasi masih kurang dapat menerima improvement
Penanaman waktu hanya sampai pada mandor
Mandor bertanggung jawab pada stasiun terkait
Tidak tersalurkannya informasi antar shift
Belum ada alur/ media penyampaian informasi
Tidak semua karyawan memiliki alat komunikasi HT
Tidak semua memiliki kepentingan tinggi
Belum ada bagian khusus pengembangan perusahaan
Alur birokrasi yang panjang dari BUMN
Lamanya perijinan
Lamanya waktu pengembangan produk
Lamanya pengujian produk ke konsumen
Re-layout membutuhkan waktu lama
31
Adanya perencanaan re-layout
Ukuran mesin yang besar
Keterbatasan lahan
Terdapat 46 poin-poin yang perlu diperbaiki 46 poin tersebut merujuk pada 23 akar permasalahan
Fleksibilitas lini itu rendah
Kurangnya ketersediaan APD
Belum adanya manajemen resiko K3
Kecelakan masih terjadi di setiap masa giling
Perbaikan dalam K3 belum dilakukan
Kesadaran karyawan akan K3 itu kurang
Belum seluruh karyawan ikut training K3
Belum ada perencanaan penjadwalan
Tanda K3 masih jarang ditemukan
Kurang sesuainya kondisi kerja dengan manajemen K3
Analisa seluruh kondisi kerja belum secara mendalam
Aktivitas operator belum sesuai dengan waktu yang direncanakan
Masih ditemukan waktu idle
Belum ada rincian waktu kerja
Belum ada pengukuran waktu kerja
Kurangnya SDM dalam melakukan hal itu
Dasar jadwal produksi adalah kapasitas terkecil
Variansi kapasitas mesin
Waktu investasi yang berbedabeda
Belum ada teknik pengukuran waktu teoritis Belum menggunakan software untuk rencana produksi
Variansi produk rendah
Tidak semua operator bebas bergerak
Beberapa mesin terlalu berdekatan
Utilitas mesin kurang dari 80%
Jadwal produksi belum memaksimalkan utilitas
Kurangnya Teknologi untuk mengidentifikasi downtime
Perencanaan tidak terstruktur dengan baik
Kurangnya current technology dalam integrasi produksi
Realisasi rencana sulit dilakukan
Pendokumentasian produksi belum seluruhnya otomatis
Kurangnya alat untuk dokumentasi otomatis
Interface untuk memonitor proses produksi itu belum ada Keterbatasan Dana
Implementasi barcode identifier masih belum dilakukan
Record kerusakan masih manual Evaluasi waktu proses produksi tidak dilakukan dengan simulasi
Belum ada perencanaan Kemudahan dalam melakukan Kurangnya kemampuan SDM yang terkait
Kurangnya cell controller
1. Mandor bertanggung jawab terhadap suatu stasiun
12. Kerusakan mesin yang masih ringan
2. Belum adanya alur atau media penyampaian informasi
13. Adanya target produksi
3. Tidak semua karyawan memiliki kepentingan yang tinggi atau ikut andil selalu dalam
15. Turunnya hujan
4. Alur birokrasi yang panjang dari BUMN 5. Lamanya pengujian produk ke konsumen
Mesin mayoritas belum otomatis Desain pabrik belum efektif mempersingkat waktu aktual
Jauh dari ladang tebu
Belum adanya media informasi dengan pihak eksternal
Adanya kecemasan informasi tidak sampai
Belum adanya dokumentasi kerusakan mesin
Tidak sempat melakukan
Terburu-buru melakukan maintenance
Minimalisir waktu downtime
Minimalisir molornya waktu produksi
Minimalisir biaya operasional
Mengurangi HPP
Meningkatkkan laba
7. Keterbatasan lahan
Belum seluruh mesin yang diberhentikan rutin
Kerusakan belum seluruhnya ditangani operator maintenance
Belum ada perhitungan performansi
Efisiensi tenaga kerja
Operator mesin masih dapat menangani
Kerusakan masih ringan
Fokus perusahaan adalah output
Ada target produksi
Performansi mesin rendah Rendahnya performansi perusahaan
Rencana waktu penyelesaian order tidak sama dengan rencana Ketidak sesuaian penjualan dan forecast Downtime mesin mempengaruhi finansial perusahaan
Mesin dalam tahap penyesuaian
Rendahnya kualitas tebu
Kadar gula dalam tebu (rendemen) rendah
Banyaknya air yang diserap tebu
Kemoloran proses produksi
Adanya waktu operasi yang terbuang
Proses produksi terhenti
Kurangnya pemasukan tebu
Keterlambatan kedatangan tebu
Lamanya waktu pengangkutan
Alat transportasi tidak bisa masuk lahan
Biaya operasional bertambah
Tanahnya berlumpur
Turunnya hujan
Pemadaman listrik oleh PLN
HPP mengalami kenaikan Downtime tidak terencana Sistem tidak stabil
Availabilitas mesin masih kurang maksimal
Pencapaian Rejection Case by Quality Control belum maksimal
Belum maksimalnya quality rate rata-rata
Quality rate 2 periode belum maksimal
Adanya produk cacat
Belum ada dokumentasi reject
Belum menjadi fokus dalam penanganan reject
Tidak Sempat melakukan
Terburu-buru melakukan pengolahan kembali
Operator tidak punya kemampuan menemukan penyebab reject
Belum seimbangnya warehouse dengan pengiriman
Beberapa mesin rusak tiba-tiba
Mesin aus
Downtime terencana
Pengaturan mesin belum sesuai standar
Kerusakan mesin
Lama-lama Kondisi produk reject semakin bertambah memburuk
Kemampuan warehouse terbatas
Harga produk rendah di pasaran
16. Pemadaman listrik oleh PLN 17. Terkena cairan tebu yang bersifat asam 18. Adanya downtime terencana 19. Kerusakan mesin
8. Keterbatasan dana
20. Semakin lama kondisi produk reject semakin bertambah memburuk
9. Kurangnya kemampuan stakeholder terkait (karyawan, konsumen, atau supplier)
21. Belum ada penjelasan tentang penyebab reject
Terkena cairan tebu yang bersifat asam
Adanya downtime
Belum ada penjelasan tentang penyebab reject
Konsumen tidak mengambil produk
6. Besarnya ukuran mesin proses produksi
14. Mesin dalam tahap penyesuaian
10. Ladang tebu yang semakin jauh dari perusahaan 11. Adanya upaya untuk meningkatkan laba
22. Kemampuan warehouse terbatas 23. Harga produk rendah di pasaran
REKOMENDASI PERBAIKAN -1 1. Menanamkan pencapaian waktu teori sampai operator sehingga semua elemen dalam perusahaan, dari level atas sampai level bawah, memiliki visi dan misi yang sama dalam bekerja. 2. Membuat alur sederhana untuk menyampaikan informasi yang terjadi saat jalannya proses produksi sehingga semua elemen karyawan mengetahui hal tersebut dimana hal itu akan menambah sense of belonging karyawan terhadap perusahaan. 3. Membuat perencanaan atau penjadwalan bila melakukan pengembangan perusahaan dimana di dalamnya terdapat urutan dan prioritas sehingga bila realisasinya tidak sesuai rencana, maka perubahan perencanaan dapat diminimalisir. Perencanaan ini di sini meliputi beberapa rencana untuk beberapa situasi sehingga bila terjadi suatu hal yang berbeda dari rencana, maka dapat digunakan rencana lainnya. Selain itu, perlu adanya komitmen untuk menjalani perencanaan pengembangan tersebut. 4. Membuat perencanaan atau penjadwalan mengenai pengembangan produk serta mempelajari karakteristik dari konsumen sehingga pengujian yang dilakukan tidak membutuhkan waktu yang lama. 5. Membuat perencanaan re-layout saat akan dibutuhkan dengan segera dan perencanaan untuk masa mendatang akibat adanya rencana investasi perusahaan untuk memperbesar kapasitas proses produksi.
32
REKOMENDASI PERBAIKAN -2
33
6. Mengkaji kembali mengenai permasalahan lahan apakah nantinya lantai produksi dikembangkan secara vertikal, tidak horizontal (perluasan lahan) dimana pengkajian tersebut meliputi pembuatan uji kelayakannya dan perencanaannya. 7. Membuat perencanaan perbaikan perusahaan secara menyeluruh dan mendetail, seperti apa yang akan diperbaiki, kapan dilaksanakan, serta urutan perbaikan yang akan dilakukan. Hal ini tentunya akan membantu dalam pembuatan perencanaan pengembangan perusahaan. 8. Memberikan pelatihan secara rutin untuk mengembangkan dan menyiapkan karyawan untuk menghadapi teknologi baru. 9. Melakukan analisa pendahuluan terhadap reaksi SDM internal dan eksternal terkait dengan rencana implementasi teknologi baru. 10.Melakukan sosialisasi kepada SDM internal dan eksternal sehingga SDM tersebut dapat menyiapkan diri untuk menghadapi teknologi baru tersebut. 11.Lebih fokus dalam melakukan perbaikan di dalam pabrik agar waktu produksi menjadi efisien. 12.Sebaiknya perusahaan tidak melewati beberapa langkah perbaikan.
REKOMENDASI PERBAIKAN -3 13.Menerapkan kebijakan bahwa penanganan downtime dilakukan oleh operator maintenance dengan konsekuensi bertambahnya biaya operasional akibat tenaga kerja atau penanganan mesin tetap dilakukan oleh operator mesin dengan disertai mengenai kerusakan mesin yang masih ringan dan bagaimana menanganinya. 14.Mengkaji mengenai lama waktu yang dibutuhkan mesin untuk melakukan penyesuaian. 15.Mengkaji mana hal yang lebih tidak merugikan, apakah menambah tenaga manusia sehingga waktu angkut lebih pendek atau membiarkan proses produksi terhenti. 16.Mengkaji ulang mengenai sumber tenaga (power) untuk menjalankan proses produksi. 17.Memberikan perhatian kepada bagian mesin yang mengalami kerusakan agar mesin tidak berhenti secara tiba-tiba. Caranya yaitu dengan melakukan pemantauan setiap shift atau didasarkan pada data historis. Adapun bagian mesin yang perlu perhatian adalah side kap gilingan II, hammer unigrator, kopling LSG Gilingan II, Gilingan IV, Shaft Flends Timur gilingan I, Shaft Flends Barat gilingan I, elmot cane cutter, pisau unigrator, dan elmot blower. 18.Melakukan perencanaan produksi dengan mempertimbangkan downtime terencana. 19.Melakukan pemantauan mesin secara rutin setiap shift.
34
REKOMENDASI PERBAIKAN -4 20. Melakukan dokumentasi terhadap produk reject secara rutin. 21.Memberikan penjelasan mengenai penyebab defect dari karakteristik produk reject dimana penjelasan tersebut dapat didasarkan pada hasil dokumentasi terhadap produk reject 22.Menyewa gudang lagi untuk menampung produk yang tidak dapat ditampung oleh gudang perusahaan dan membebankan biaya sewa gudang dan biaya transportasi (untuk memindahkan produk dari gudang perusahaan ke gudang yang disewa) kepada konsumen. 23.Meningkatkan jumlah produksi untuk menjaga kestabilan harga di pasar.
35
KESIMPULAN 1. Kematangan integrasi manufaktur PT. PG Candi Baru Sidoarjo adalah level 5 dengan pencapaian sebesar 81,80%. Hal ini menunjukkan bahwa luas cakupan perusahaan adalah plant level. Untuk kematangan subkriteria Utilized Time vs Unutilized Time dan kriteria safety adalah level 3. Kematangan level 4 dimiliki oleh subkriteria Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours. Kematangan subkriteria Operation Time vs Down Time dan Actual Time vs Teoritical Time adalah level 5. Sedangkan kematangan subkriteria Rejection Case by Quality Control, Rejection Case by Customer, kriteria biaya, delivery and transfer, dan moral adalah level 6. 2. Terdapat 46 poin-poin yang perlu diperbaiki. 46 poin tersebut merujuk pada 23 akar permasalahan sehingga untuk memperbaiki 46 poin tersebut maka yang dilakukan adalah melakukan perbaikan pada 23 akar permasalahan tersebut. 3. Terdapat 23 perbaikan yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Dengan melakukan kedua puluh tiga perbaikan tersebut, maka dapat memperbaiki 46 poin-poin yang memerlukan poin perbaikan.
36
SARAN
1. 2.
Sistem evaluasi kematangan integrasi manufaktur dapat dikembangkan lagi, terutama pada sistem penilaian kualitatif per kategori. Hal ini bertujuan agar pencapaian indikator dapat dengan mudah diidentifikasi dan perbaikan dapat dengan mudah untuk dirumuskan. Diperlukan pengukuran atau perhitungan secara terperinci mengenai waktu proses produksi sehingga optimalisasi waktu dapat dengan mudah dilakukan.
37
DAFTAR PUSTAKA -1 Albrecht, W. S., Stice, E. K., & Stice, J. D., (2008), Financial Accounting, Thomson South-Western, Mason. Ammerman, M., (1997), The Root Cause Analysis Handbook : a simplified approach to identifying, corrective, and reporting workplace errors, Productivity Press, New York.
Ang, C. (1989), “Planning and Implementing Computer Integrated Manufacturing”, Computers in Industry, hal. 131-140. Anityasari, Maria. (2010), Business Process, Lecture Handout: Pengantar Teknik dan Sistem Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Anityasari, Maria, & Wessiani, Naning Aranti, (2011), Analisa Kelayakan Usaha, Guna Widya, Surabaya. Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia, (2013), Membuat Gula, Agri, Tersedia di: http://www.agrirafinasi.org/tentang-gula/membuat-gula (Diakses pada 27 Februari 2014) Bedworth, D. D., Henderson, M. R., & Wolfe, P. M., (1991), Computer-Integrated Design and Manufacturing, McGraw-Hill, Singapura. Bhushan, N., & Rai, K., (2004), Strategic Decision Making: Applying the Analytic Hierarchy Process (Decision Engineering), Springer, London. Chan, J. H., Foo, D. C., Kumaresan, S., Aziz, R. A., & Abu-Hassan, M. A. (2008), “An Integrated Approach for Water Minimisation in a PVC” Chang, J. F., (2006), Business Process Management Systems: strategy and implementation, Auerbach Publications, Boca Raton. ConceptDraw, (2014), Lean Value Stream Map, ConceptDraw, Tersedia di: http://www.conceptdraw.com/How-To-Guide/lean-valuestream-map (Diakses pada 24 Juni 2014) ConceptDraw, (2014), Value Stream Mapping Symbols, ConceptDraw, Tersedia di: http://www.conceptdraw.com/How-ToGuide/value-stream-mapping-symbols (Diakses pada 24 Juni 2014) Denford, (2000), Computer Integrated Manufacturing, West Yorkshire, Inggris.
39
DAFTAR PUSTAKA -2 Dinas Perkebunan Jawa Timur, (2014), Perkembangan Produksi Gula di Jawa Timur, Dinas Perkebunan, Tersedia di: http://www.disbun.jatimprov.go.id/berita.php?id=245 (Diakses 30 Juni 2014) Expert Choice Inc., (2012), expertchoice for Collaborative Decision Making, Tersedia di: http://expertchoice.com/about-us/ourapproach/ (Diakses pada 14 Juni 2014) Gani, Erzi Agson, (2010), Intermediasi Revitalisasi Industri Gula Nasional, Pusat Teknologi Industri Manufaktur Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. Gildersleeve, R., (1991), Winning Business : How to Use Financial Analysis and Benchmarks, Gulf Professional Publishing, Houston. Groover, Mikell P., (2008), Automation, Production Systems, and Computer Integrated Manufacturing, Prentice Hall, New Jersey. Gunasekaran, A. (1997), “Implementation of computer- integrated manufacturing: a survey of integration and adaptability issues”, Computer Integrated Manufacturing, hal. 266-280. Gunasekaran, A., Marri, H. B., & Lee, B. (2000), “Design and Implementation of Computer Integrated Manufacturing in Small & Medium-Sized Enterprises : A Case Study” Hannam, Roger, (1997), Computer Integrated Manufacturing: from concepts to realisation, Addison-Wesley, Harlow. Hill, C. W., & Jones, G. R., (2012), Strategic Management: An Integrated Approach, Cengange Learning, Mason. Hughes, P., & Ferrett, E., (2011), Introduction to Health and Safety in Construction, Routledge, New York. Kementrian Perindustrian, (2009), Roadmap Industri Gula, Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementrian Perindustrian, Jakarta. Khan, M. Y., & Jai, P. K., (2008), Management Accounting: Text, Problems and Cases, Tata McGraw-Hill, New Delhi.
40
DAFTAR PUSTAKA -3 Lee, N. C., (2014), Chapter 2: Design and Engineering, GlobalSpec, Tersedia di: http://www.globalspec.com/reference/50564/203279/html-head-chapter-2-design-and-engineering (Diakses pada 24 Juni 2014)
Locher, D. A., (2008), Value Stream Mapping The Development Process: a how-to guide for streamlining time to market, Productivity Press, New York. Menteri Perindustrian Republik Indonesia, (2010), Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 11/MIND/PER/1/2010, Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Jakarta. Methods Engineering, (2013), CIM ARCHITECTURE AND ENTERPRISE MODELING, Methods Engineering., Tersedia di: http://www.themethodsengineer.com/2013/03/cim-architecture-and-enterprise-modeling.html (Diakses pada 24 Juni 2014) Nagalingman, S. V., & Lin, G. C. (2008), “CIM—still the solution for manufacturing industry”, Robotics and Computer-Integrated Manufacturing, hal. 332–344. Oxtoby, Gillis, Nachtrieb, & Suminar, (2003), Prinsip-prinsip Kimia Modern, Erlangga, Jakarta. Pacarita.com, (2013), Jenis Topologi Jaringan Komputer : Bus, Star, Topologi Ring, Pacarita.com, Tersedia di: http://pacarita.com/jenistopologi-jaringan-komputer-bus-star-topologi-ring.html (Diakses pada 24 Juni 2014) Prasetyawan, Y., Suef, M., Kurniati, N., & Anityasari, M., (2012), Sistem Manufaktur, Lecture Handout: Sistem Manufaktur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Prasetyawan, Y., Wibowo, N. A., & Cholifah, S. (2013), “Perancangan Instrumen Kematangan Integrasi Sistem Manufaktur (Studi Kasus Perusahaan Flow Line Production)”, Metris, hal. 105-112. PT. PG Candi Baru Sidoarjo, (2010), Roadmap PT. PG Candi Baru Sidoarjo, PT. PG Candi Baru, Sidoarjo. PT. PG Candi Baru Sidoarjo, (2014), Profil Perusahaan, PG Candi Baru RNI Group, Tersedia di: http://www.candibaru.com/profil.html (Diakses pada 21 Februari 2014)
41
DAFTAR PUSTAKA -4 PT. SIER-PIER, (2006), Gudang, SIER-PIER, Tersedia di: http://www.dodydody.com/klien/sier/gudang.asp (Diakses 2 Juli 2014) Rehg, J. A., & Kraebber, H. W., (2001), Computer-Integrated Manufacturing, Prentice-Hall, New Jersey.
Rich, J. S., Jones, J. P., Mowen, M. M., & Hansen, D. R., (2010), Cornerstones of Financial Accounting-Current Trends Update, Cengange Learning, Mason Ohio. Singh, N., (1996), Computer-Integrated Design and Manufacturing, John Wiley & Sons, New York. Sobek, D. K., & Smalley, A., (2008), Understanding A3 Thinking : A Critical Component of Toyota's PDCA Management System, Productivity Press, New York. Sudradjat, H., (2010), Model of Sustainable Sugar Industry Development Based on Clean Development Mechanism and Society Participation, Disertasi, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Vorne, (2012), World Class OEE, OEE Overall Equipment Effectiveness, Tersedia di: http://www.oee.com/world-class-oee.html (Diakses pada 17 Juni 2014) Vorne, (2013), OEE, LEANPRODUCTION.com, Tersedia di: http://www.leanproduction.com/oee.html (Diakses pada 8 Juli 2014) Wibowo, & Arif, A., (2006), Pengantar Akuntansi II (Ikhtisar Teori dan Soal-soal), Grasindo, Jakarta. Wiratno, S. E., (2004), Introduction to Facilities Planning, Lecture Handout: Perencanaan Fasilitas, Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya. Zidel, T. G., (2006), A Lean Guide To Transforming Healthcare : How to Implement Lean Principles in Hospitals, Medical Offices, Clinics, and Other Healthcare Organization, American Society for Quality, Milwaukee.
42