Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi Konsep FPB, KPK, Dan Faktor Persekutuan Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Cangakan 1 Kasreman Oleh: Sri Suwarni, S.Pd. SD Negeri Cangakan 1 Kasreman
ABSTRAK Secara realitas, pembelajaran matematika khususnya kelas IV SD Negeri Cangakan 1 Kasreman. sebagaian besar siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep FPB, KPK dan Faktor persekutuan. Untuk itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan menerapkan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada konsep FPB, KPK, dan Faktor Persekutuan bagi siswa Kelas IV SD Negeri Cangakan 1 Kasreman Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Cangakan 1 Kasreman. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 21 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang berorientasi pada konstruktisvisme ternyata dapat membuat siswa antusias dan termotivasi dalam belajar matematika sehingga siswa terlibat baik secara intelektual maupun emosional. Selain itu telah terjadi peningkatan hasil belajar, yang diindikasikan (a) ketuntasan mengalami kenaikan (b) angka ketidaktuntasan mengalami penurunan, dan (c) rata-rata secara klasikal juga mengalami kenaikan yakni jika siklus I rata-rata sebesar 64 kemudian pada siklus II meningkat menjadi 68 dan pada siklus II meningkat menjadi 74. Dengan demikian pendekatan konstruktivistik benar-benar mampu meningkatkan prestasi belajar siswa Kata kunci: penerapam, pendekatan, konstruktivisme, meningkatkan, prestasi PENDAHULUAN
belajar mengajar yang dikemukakan
Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar
prinsip-prinsip
Pada kurikulum 2006 tentang
disebutkan bahwa: belajar merupakan
kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Pada buku itu
juga disebutkan pula prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar diantaranya
adalah berpusat pada siswa, belajar dengan melakukan serta mengembang kan
kemampuan
sosial.
Dengan
memperhatikan 3 prinsip kegiatan
pada Kurikulum 2004 terlihat bahwa pandangan
tersebut
Konstruktivis
mengacu yaitu
penciptaan kondisi yang memungkin
kan siswa untuk mengkonstruksikan pengertian
sendiri
terhadap
suatu
bermanfaat
bagi
siswa,
bila
konsep sehingga lebih menarik dan dibandingkan dengan jika pengertian tersebut diperoleh secara langsung dari
guru, sehingga pembelajaran sering
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
80
disebut pembelajaran berpusat pada siswa.
Kurangnya keaktifan
dalam
belajar (Matematika) dapat diduga akan
berpengaruh
maka
siswa
besar
terhadap
gairah belajar. Jika hal ini dibiarkan akan
semakin
tidak
menyenangi Matematika bahkan pada
menanggapi
pendapat
temannya,
kurang berani mengambil resiko (takut salah), kebiasaan mencontoh pekerjaan temannya dan kurang terlibat aktif
dalam kelompok (cemas), merupakan indikasi lemahnya keaktifan (keuletan) siswa dalam belajar Matematika
Secara realitas, pembelajaran
taraf tertentu akan bersikap anti pati
matematika khususnya kelas IV SD
dari itu semua semua tentu prestasi
sebagaian
pada pelajaran Matematika. belajar Matematika rendah.
Matematika
penting
bagi
Akibat
akan semakin
dianggap
kehidupan
sangat
manusia.
Matematika memiliki keterkaitan dan menjadi pendukung berbagai bidang ilmu serta berbagai aspek kehidupan manusia.
Matematika
Tetapi
di
sisi
lain,
juga dianggap sebagai
mata pelajaran yang cukup sulit bagi siswa, bahkan cukup menakutkan bagi beberapa
siswa
di
SD
Negeri
Cangakan 1 Kasreman. Hal ini terlihat
pada saat pembelajaran berlangsung para siswa memiliki keaktifan dalam belajar Matematika
masih rendah,
data yang lain dapat dilihat dari hasil wawancara beberapa siswa. Sedikitnya
siswa yang mengajukan pertanyaan dan berani menjawab pertanyaan atau
Negeri
Cangakan besar
1
siswa
Kasreman.
mengalami
kesulitan dalam memahami konsep FPB, KPK dan Faktor persekutuan, hal
ini karena beberapa faktor, yang salah satunya adalah situasi pembelajaran. Selama ini masih banyak dijumpai pembelajaran
matematika
yang
sifatnya verbal dan prosedural. Dalam
pembelajaran siswa nampak pasif dan
menerima pengetahuan sesuai yang diberikan guru. Hal ini berdampak pada
lemahnya
memahami
siswa
konsep-konsep
dalam
dasar
matematika khususnya konsep FPB. KPK, dan Faktor persekutuan.
Sebagai tindak lanjut dari asumsi
diatas maka, peneliti tertarik untuk memberikan
tindakan,
alternatif
pembelajaran
diharapkan
dapat
melalui
yang
berorientasi pada konstruktivisme yang
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
meningkatkan 81
pemahaman siswa pada konsep FPB.
guru. Sebagai upaya yang diasumsikan
lebih rinci, akan dilihat kesalahan yang
maka
KPK, dan Faktor persekutuan. Secara dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan FPB.
KPK, dan Faktor persekutuan, faktorfaktor
yang
menyebabkan
siswa
yang
dapat
dilakukan
untuk
melakukan kesalahan dan tindakan meningkatkan
pemahaman
siswa
terhadap konsep FPB. KPK, dan Faktor persekutuan.
Masalah yang ingin peneliti
kaji melalui penelitian tindakan kelas ini
dapat
dirumuskan
yakni
bagaimanakah penerapan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan prestasi konsep
belajar
FPB,
matematika
KPK,
dan
pada
Faktor
Persekutuan bagi siswa Kelas IV SD
Negeri Cangakan 1 Kasreman?. Secara umum
siswa mengalami
kesulitan
dalam memahami konsep FPB, KPK dan Faktor persekutuan, hal ini karena beberapa faktor, yang salah satunya
adalah situasi pembelajaran. Selama ini masih banyak dijumpai pembelajaran
matematika yang sifatnya verbal dan
mampu mengatasi masalah di atas adalah
dengan
penerapan
pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivisme. Dengan pendekatan konstruktivisme mampu
maka
meningkatkan
siswa
akan
pemahaman
konsef FPB dan KPK.
Tujuan dilaksanakan penelitian
tindakan
kelas
ini
selain
pengembangan profesi guru dalam
jabatan adalah menerapkan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan prestasi konsep
belajar
FPB,
matematika
KPK,
dan
pada
Faktor
Persekutuan bagi siswa Kelas IV SD Negeri Cangakan 1 Kasreman. Dengan hasil ini diharapkan bisa masukan
mengenai
memberi
pembelajaran
dengan pendekatan konstruktivisme sehingga guru dapat menemukan salah satu cara meningkatkan prestasi balajar siswa pada mata pelajaran Matematika KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teori Tentang Matematika Matematika berasal dari bahasa
prosedural. Dalam pembelajaran siswa
latin manthanein atau mathema yang
pengetahuan sesuai yang diberikan
Matematika dalam hahasa Belanda
nampak
pasif
dan
menerima
berarti belajar atau hal yang dipelajari.
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
82
disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang
tentang
penalaran.
didasarkan atas empat prisip dasar,
kesemuanya
berkaitan
(Kurikulum
dengan
2006)
Ciri
utama matematika adalah penalaran
deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dan kebenaran sebelumnya
sehinga kaitan antar konsep atau
pernyataan dalam matematika bersifat konsisten
Pembelajaran dan pemahaman
konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata
atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Kegiatan dapat
pengetahuan,
menurut
O’Loughlin dalam Santyasa. (2000) yaitu:
a. Pengetahuan
construction’,
terdiri
b. Pengkonstruksian
dan
‘post
pengetahuan
terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi,
c. Belajar
sebagai
suatu
proses
organik penemuan lebih daripada proses mekanik akumulasi, dan
d. Mengacu kepada mekanisme pada situasi
perkembangan
dapat berlangsung. Menurut
Nickson
kognitif (dalam
dimulai dengan beberapa contoh atau
Hudojo, 1998) pembelajaran matema
sifat yang muncul (sebagai gejala),
adalah
fakta yang teramati, membuat daftar memperkirakan
hasil
baru
yang
diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam
mempelajari matematika. Penerapan cara
kerja
matematika
diharapkan
dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan komunikatif pada siswa. Pandangan Konstruktivisme
Pandangan konstruktivistik
tika dalam pandangan konstruktivisme membantu
siswa
untuk
membangun konsep-konsep matema
tika dengan kemampuannya sendiri
melalui proses internalisasi sehingga
konsep itu terbangun kembali melalui
transformasi informasi untuk menjadi konsep baru. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran
matematika
membangun pemahaman.
adalah
Pemahaman/pengetahuan dapat
dibangun
oleh
siswa
sendiri
berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (Skemp, dalam
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
83
Hudojo, 1998). Proses membangun
yang sudah dimiliki siswa sehingga
hail belajar, sebab pemahaman akan
an pengetahuan;
pemahaman ini lebih penting daripada bermakna pada materi yang dipelajari.
Pembelajaran matematika dalam
pandangan konstrukvistik mempunyai
ciri-ciri antara lain: (1) siswa terlibat aktif dalam belajar, (2) informasi dikaitkan
dengan
informasi
lain
sehingga menyatu dalam skemata, dan pemahaman menjadi
terhadap
komplek;
informasi
(3)
orientasi
pembelajaran adalah investigasi dan penemuan (Hudojo, 1998). (dalam
Menurut
Suparno,
Von
1997)
Glasersfeld
mengajar
adalah membantu seseorang berpikir secara benar dengan membiarkannya berpikir sendiri. Jadi guru hanya berperan
sebagai
mediator
dan
fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik.
Sebagai implikasi konstruktivis
me terhadap pembelajaran matematika, tugas guru adalah membantu siswa agar
mampu
pengetahuannya.
mengkontruksi
Menurut
Hudojo
(1998) guru perlu mengupayakan halhal sebagai berikut:
a. Menyediakan pengalaman belajar
dengan mengaitkan pengetahuan
belajar melalui proses pembentuk b. Mengintegrasikan
pembelajaran
dengan situasi realistik dan relevan dengan
konkret;
melibatkan
c. Mengintegrasikan yang
pengalaman
pembelajaran
memungkinkan
terjadinya
interaksi dan kerjasama seseorang dengan
orang
lingkungannya;
d. Memanfaatkan
lain
atau
berbagai
media
termasuk komunikasi lisan dan tertulis; dan
e. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika menjadi menarik.
Selain itu langkah awal agar
model pembelajaran konstruktivistik dapat diimplementasikan adalah guru hendaknya
mengikuti
pandangan
konstruktivistik, Menurut Brooks dan
Martin Brooks dalam Santyasa (2000),
guru konstruktivistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menganjurkan
dan
menerima
otonomi dan inisiatif siswa,
b. Menggunakan data primer dan bahan
mani
pulatif
dengan
penekanan pada keterampilan
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
84
berpikir kritis,
c. Ketika
penyusunan
tugas-tugas,
k. Menyediakan waktu untuk siswa
analisis,
hubungan dan menciptakan analogi
memakai istilah istilah kognitif seperti
mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kiasifikasi,
ramalkan, dan ciptakan,
dalam mengkonstruksi hubunganatau kiasan-kiasan (metaphors),
d. Menyertakan respons siswa dalam
l. Memelihara sikap keingintahuan
mengubah strategi pembelajaran,
frekuensi pemakaian model sikius
rangka
pengendalian
pelajaran,
dan mengubah isi,
e. Menggali
pemahaman
siswa
alamiah siswa melalui peningkatan belajar.
Kebermaknaan materi matema
tentang konsep konsep yang akan
tika yang dipelajari dapat membangun
pemahamannya tentang konsep-
penelitian ini adalah terbangunnya
dibelajarkan
sebelum
sharing
konsep tersebut,
f. Menyediakan kondisi agar siswa dapat
berdiskusi
baik
dengan
dirinya maupun dengan siswa yang lain,
suatu
konsep
Konsep
FPB,
Persekutuan).
matematika.
Dalam
KPK
Faktor
Proses
dan
terbangunnya
konsep ini berarti terjadinya asimilasi dan atau akomodasi. Menurut
cara
‘tradisional’
g. Mendorong sikap inkuiri siswa
dalam pendekatan bottom-up untuk
menuntut berpikir kritis, menggu
kepada siswa prosedur langkah demi
dengan menanyakan sesuatu yang nakan
pertanyaan-pertanyaan
terbuka, dan mendorong siswa agar berdiskusi antar teman,
h. Mengelaborasi respon awal siswa, i. Mengikutsertakan pengalaman
siswa
pengalaman
dalam
yang
mengajarkan KPK adalah mengajarkan langkah untuk mendapatkan jawaban
yang benar dari suatu soal Hanya
setelah siswa menguasai keterampilan dasar ini mereka baru diberi masalahmasalah terapan sederhana. Dalam
tivis,
kemudian mendorong diskusi,
masalah dan selanjutnya membantu
j. Menyediakan waktu tunggu setelah
sebaliknya,
dengan
konstruk
dapat menimbulkan kontra diksi terhadap hipotesis awal mereka dan
bekerja
pendekatan
yaitu
arah
dimulai
yang
dengan
siswa menyelesaikan masalah menemu
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
85
kan
langkah-langkah
masalah
tersebut.
memecahkan
Tugas
guru
memfasilitasi agar proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan pada diri
tiap-tiap siswa terjadi secara optimal. Sebagai contoh, jika seseorang siswa membuat
suatu
kesalahan
dalam
mengerjakan sebuah soal, sebaiknya
guru tidak langsung memberitahukan di
mana
letak
kesalahannya.
Diharapkan guru mengajukan beberapa
pertanyaan untuk menuntun siswa sehingga
pada
akhirnya
siswa
menemukan sendiri letak kesalahan tersebut.
Agar
proses
konstruksi
pengetahuan dalam pikiran siswa bisa berlangsung secara optimal, guru bisa
membantu siswa dengan cara memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai. suatu
Konstruktivisme teori
atau
merupakan
faham
yang
menyatakan bahwa setiap pengetahuan
atau kemampuan hanya bisa dikuasai (dipahami secara sungguh-sungguh)
oleh seseorang apabila orang itu secara aktif
mengkonstruksi
dalam
pikirannya.
membentuk
pengetahuan atau kemampuan itu di Aliran
kognitif
(konstruktivistik) berupaya mendiskrip sikan apa yang terjadi dalam diri
seseorang ketika ia belajar Teori ini
lebih
menaruh
perhatian
pada
peristiwa-peristiwa internal. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru
dengan
jalan
mengaitkannya
dengan struktur informasi yang telah
dimiliki. Belajar terjadi lebih banyak ditentukan
karena
individu.
adanya
Penataan
karsa
kondisi
bukan
sebagai penyebab terjadinya belajar, tetapi sekedar memudahkan belajar.
Keaktifan siswa menjadi unsur yang sangat penting dalam menentukan
kesuksesan belajar. Kini teori ini diakui memiliki kekuatan yang dapat melengkapi
kelemahan
dan
teori
behavioristik bila diterapkan dalam pembelajaran.
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
rancangan Penelitian Tindakan Kelas,
yang dilakukan secara kolaboratif, dimana
kepala
kolaborator,
sekolah
sebagai
sebagai
pengamat,
observer namun seluruh rancangan penelitian
didesain
oleh
peneliti,
sedangkan peneliti sendiri sebagai guru kelas IV yang melekukan proses pembelajaran.
Penggunaan Penelitian Tindak
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
86
an Kelas ini dimaksudkan mendiskripsi kan pemahaman konsep FPB, KPK
dan Faktor Persekutuan dalam mata pelajaran
Matematika
penerapan
pembelajaran yang berorientasi pada
konstruktivisme dapat meningkatkan
pemahaman konsep nilai tempat bagi siswa kelas IV SD Negeri Cangakan 1
Kasreman , dengan mengikuti alur pokok
Siklus
identifikasi alternatif rencana
pertama
masalah,
pemecahan tindakan,
merupakan
dilanjutkan
masalah dan
pelaksanaan
tindakan, kemudian diobservasi dan dianalisa,
terakhir
penulis
akan
melakukan refleksi, apabila dalam
siklus pertama belum berprestasi maka
penulis akan meneruskan pada siklus kedua, dan juga apabila pada siklus
keduapun belum berprestasi maka penulis akan melanjutkan pada siklus ketiga,
seandaianya
dalam
ketigapun
belum
berprestasi
tindakan
kelas
ini
siklus juga
pada siklus ketiga. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
Kelas IV SD Negeri Cangakan 1 Kasreman,
Adapun
jumlah
siswa
sebagai populasi dan sampel penelitian
sebanyak 21 siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yakni bulan Januari sampai Pebruari 2011
Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan ini adalah pelaksanaan yang merupakan penerapan
isi
melaksanakan
rancangan,
tindakan
di
yaitu
kelas.
Semua rencana yang telah disiapkan di lapangan harus sesuai dengan rumusan yang
telah
rancangan,
ditetapkan
keterkaitan
dalam
antara
pelaksanaan dengan perencanaan harus sinkron, harus berlaku wajar dan tidak dibuat-buat.
penulis akan menghentikan penelitian
Observasi
mengevaluasi ulang dari keseluruhan
dilakukan oleh kolaborator kepada
kelas. Atau penulis menetapkan bahwa
pembelajaran kelas IV dan prestasi
dan
akan
komponen dalam penelitian tindakan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan 3 (tiga) siklus, maka penelitian tindakan kelas akan berhenti maksimal
Pengamatan pada penelitian ini
peneliti yang sedang melakukan proses belajar siswa sebagai sumber data penelitian. penelitian
ini
Pengumpulan dengan
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
data
wawancara, 87
analisis dokumen guru, yang mana
penelitian ini menggunakan analisa
belajar siswa, dengan membandingkan
Suharsimi (1989: 195) “Diskiriptif
untuk mengukur peningkatan prestasi nilai
awal
sebelum
pemberian
tindakan, dengan perkembangan nilai evaluasi setiap siklus atau setelah pemberian perlakuan tindakan.
Peneliti bersama kolaborator
mengkaji, melihat dan mempertimbang kan atas prestasi atau dampak dari yang
sudah
eksploratif,
eksploratif
adalah
penelitian
yang
menurut
risearch
bertujuan
dilakukan,
kemudian merivisi perbaikan untuk digunakan pada siklus berikutnya.
fenomena”. Dalam hal ini peneliti penerapan
pembelajaran
berorientasi dapat
pada
konstruktivisme
meningkatkan
konsep
FPB,
yang
KPK
pemahaman
dan
Negeri Cangakan 1 Kasreman
prestasi atau dampak dari tindakan
Pratindakan
melihat dan mempertimbangkan atas dilakukan,
kemudian
merivisi perbaikan untuk digunakan pada siklus ketiga. ini
Analisis data dalam penelitian
dimulai
sejak
awal
sampai
berakhirnya pengumpulan data; dan
dikerjakan secara intensif sesudah
meninggalkan lapangan. Data yang berupa kata-kata/kalimat dari catatan
lapangan dan hasil wawancara diolah menjadi
kalimat-kalimat
kualitatif.
Analisa
yang
bermakna dan dianalisis secara disriptif data
dalam
Faktor
Persekutuan bagi siswa Kelas IV SD HASIL PENELITIAN DAN
sudah
untuk
menggambarkan keadaan atau suatu
Peneliti bersama kolaborator mengkaji,
yang
atau
hanya ingin mengungkapkan bahwa
Refleksi
tindakan
Diskriptif
PEMBAHASAN
Secara umum kelas IV Sekolah
Dasar Negeri Karangrejo 2 Kecamatan Karangrejo
sebagian
besar
siswa
dan
Faktor
mengalami kesulitan dalam memahami konsep
FPB,
KPK
persekutuan, hal ini karena beberapa faktor, yang salah satunya adalah
situasi pembelajaran. Selama ini masih banyak
dijumpai
pembelajaran
matematika yang sifatnya verbal dan prosedural. Dalam pembelajaran siswa nampak
pasif
dan
menerima
pengetahuan sesuai yang diberikan
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
88
guru.
Hal
ini
berdampak
pada
lemahnya siswa dalam memahami konsep-konsep
dasar
matematika
khususnya konsep FPB. KPK, dan faktor persekutuan.
Indikator rendahnya prestasi
siswa tampak bahwa tingkat ketuntasan
pada materi konsep FPB. KPK, dan faktor persekutuan dari 21 siswa sebanyak 10 siswa atau 48% siswa
selengkapnya
grafik berikut.
sebagaimana
dalam
Grafik 1: Prestasi Belajar Siklus I 12 10
8
Jumlah 6 4 2 0
50-59
60-69
70-79 Nilai
80-89
90-100
Berdasarkan grafik di atas dapat
sedangkan 11 atau 52% masih belum
diketahui bahwa dengan penerapan
menjadi masalah tersendiri bagi guru
terdapat 12 anak atau 69% yang
tuntas. Oleh karena itu kondisi ini sehingga perlu diatasinya.
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan tim peneliti diperoleh hasil
bahwa pada awal pembelajaran I ke
1,
siswa
belum
satu
angka,
memahami betul konsep menentukan kelipatan
bilangan
dinyatakan tuntas. Sedangkan anak
yang belum tuntas sebanyak 9 siswa
Hasil Penelitian Siklus I
pertemuan
siklus I diperoleh data dari 21 siswa
mengenal kelipatan bilangan dua angka
(mulai dengan 10 dan 25), menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan 2 bilangan satu angka
Selanjutnya, pada pembelajaran
tindakan I pertemuan ke 2 siswa mulai
terlihat antusias dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Adapun hasil
atau prestasi belajar siswa pada siklus I
atau 31%. Dengan hasil ini maka penelitian belum dinyatakan berhasil. Berdasarkan hasil tersebut diterapkan
bahwa tujuan pembelajaran tindakan I telah tercapai. Oleh karena itu tidak diperlukan mengulang tindakan, dalam arti dapat dilanjutkan ke tindakan II.
Hasil Penelitian Siklus II Guru telah melaksanakan pembelajaran tindakan II-1 dan II-2
sesuai rencana yang ditetapkan. Selain
itu peneliti telah berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
Pada tindakan II pertemuan ke 1
pertemuan ke 2, subjek penelitian
sudah menampakan antusiasme dan
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
89
motivasi yang tinggi. Hal ini nampak
dengan
dan mengemukkan pendapatnya.
dibagi 2, 3, 4 dan 5. Suasana
dari keberanian siswa untuk bertanya
Selanjutnya, pada pembelajaran
tindakan II pertemuan ke 2 siswa mulai
terlihat antusias dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Adapun hasil
atau prestasi belajar siswa pada siklus
II selengkapnya sebagaimana dalam grafik sebagai berikut.
2
angka)
bilangan
dan
habis
pembelajaran yang kondusif, ternyata
sangat membantu siswa dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran tindakan II
dapat
tercapai
namun
tujuan
penelitian secara umum belum tercapai Hasil Penelitian Siklus III telah
melaksanakan
pembelajaran tindakan III-1 dan III-2
16
sesuai rencana. Selain itu peneliti telah
14 12
berusaha menciptakan suasana pembel
10 Jumlah 8
ajaran yang kondusif sebagai mana di
6 4 50-59
60-69
70-79 Nilai
80-89
90-100
Berdasarkan grafik di atas dapat
diketahui bahwa dengan penerapan
siklus II diperoleh data dari 21 siswa terdapat 15 anak atau 79% yang
dinyatakan tuntas. Sedangkan anak
yang belum tuntas sebanyak 6 siswa atau
ciri-ciri
Peneliti
Grafik 2: Prestasi Belajar Siklus II
2 0
mengenal
bilangan
21%.
Dengan
hasil
peneliti
berasumsi bahwa dengan penerapan siklus II hasil penelitian belum sesuai
dengan tagret yakni ketuntasan secara
klasikal sebesar 85%. Berdasarkan hasil yang dicapai pada tindakan II, konsep mencari faktor persekutuan
terbesar (FPB), 2 bilangan (sampai
dalam siklus sebelumnya. Pada tidakan
III-1 dan III-2 ini, subjek penelitian
sudah terbiasa dengan situasi pembel ajaran
yang
diterapkan
peneliti;
sehingga siswa hafal urutan yang harus
dilakukan. Suasana pembelajaran sema
kin menarik karena kelima subjek penelitian selalu berlomba dalam me nyelesaikan tugas dan melaporkannya.
Selanjutnya, pada pembelajaran
tindakan II pertemuan ke 2 siswa mulai
terlihat antusias dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Adapun hasil
atau prestasi belajar siswa pada siklus
II selengkapnya sebagaimana dalam grafik di bawah ini.
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
90
berulang-ulang,
Grafik 3: Prestasi Belajar Siklus III
mampu
membangun hubungan tiga komponen
16
dasar pengetahuan nilai tempat.
14 12
10 Jumlah 8
Situasi pembelajaran tindakan I
6 4 2 0
siswa
50-59
60-69
70-79 Nilai
80-89
90-100
Berdasarkan tabel dan grafik di
atas dapat diketahui bahwa dengan penerapan siklus III diperoleh data dari
21 siswa terdapat 19 anak atau 93% yang dinyatakan tuntas. Sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 2
siswa atau 7%. Dengan hasil peneliti
pertemuan ke 1 dan 2 yang lebih
komunikatif ternyata dapat mempenga ruhi
hasil
tes
formatif,
Namun
demikian jika dilihat hasil ulangan hasilnya
masih
31%
siswa
yang
mendapatkan nilai lebih dari atau sama
dengan 70. Selain itu ketuntasan secara klasikal, peneliti menetapkan 85% siswa yang dinyatakan tuntas.
Berdasarkan hasil yang dicapai
berasumsi bahwa dengan penerapan
pada tindakan II, konsep mencari
dengan tagret yakni ketuntasan secara
bilangan (sampai dengan bilangan 2
siklus III hasil penelitian telah sesuai klasikal sebesar 85%. Oleh karena itu penelitian telah dianggap cukup dan
hasilnya telah mampu menunjukkan adanya keefektifan pembelajaran.
Pembahasan Hasil penelitian Untuk membangun konsep konsep menentukan kelipatan bilangan satu
angka,
dan
25),
mengenal
kelipatan
menentukan
kelipatan
faktor persekutuan terbesar (FPB), 2
angka) dan mengenal ciri-ciri bilangan
habis dibagi 2, 3, 4 dan 5. Suasana pembelajaran yang kondusif, ternyata
sangat membantu siswa dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran tindakan II
dapat
tercapai
namun
tujuan
penelitian secara umum belum tercapai
Konsep mengenal faktor dari
bilangan dua angka (mulai dengan 10
suatu bilangan. Misal, faktor dari 12
persekutuan terkecil (KPK) dan 2
suatu bilangan (dimantapkan dengan
bilangan satu angka Pada tindakan I pertemuan ke 1, melalui aktivitas yang
adalah 1,2,3,4,6, dan Mencari faktor
mencongak; soal yang mudah dan
sederhana).dapat dipahami oleh siswa jika
siswa
terlibat
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
aktif
dalam 91
pembelajaran
melalui
tahap-tahap
konkret, semi konkret/semi abstrak, dan
abstrak.
Pembelajaran
berorientasi
pada
intelektual
maupun
yang
konstruktivisme
nampak melibatkan siswa baik secara
emosional.
Suasana pembelajaran yang kondusif ternyata sangat membantu siswa dalam
belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan hasil penerapan
tindakan
tersebut
tampak
adanya
peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan
tersebut
selengkapnya
dipaparkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa No 1 2 3 4 5
Interval 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Jumlah
Ketercapaian Siklus Siklus Siklus I II III 5 1 0 4 5 2 12 15 15 0 0 2 0 0 2 21 21 21
Dari tabel 1 di atas maka dapat
dijelaskan bahwa prestasi belajar siswa
pada siklus I, siklus II dan siklus III mengalami
diindikasikan
kenaikan (1)
yang
ketuntasan
mengalami kenaikan yakni jika siklus I sebesar 69% pada siklus II meningkat
menjadi 79% dan pada siklus III
meningkat menjadi 93%, (2) angka
ketidaktuntasan mengalami penurunan yakni
jika
siklus
I
angka
ketidaktuntasan sebesar 31% menurun
menjadi 21% pada siklus II dan
menurun menjadi 7% pada siklus III (3) rata-rata
secara
klasikal
juga
mengalami kenaikan yakni jika siklus I rata-rata sebesar 64 kemudian pada
siklus II meningkat menjadi 68 dan pada siklus II meningkat menjadi 74.. KESIMPULAN dan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian pembahasan
maka
dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran yang berorientasi
pada
konstruktisvisme
ternyata dapat membuat siswa antusias dan
termotivasi
baik
secara
dalam
belajar
matematika sehingga siswa terlibat intelektual
maupun
emosional. Selain itu telah terjadi peningkatan
diindikasikan mengalami
hasil
(a)
kenaikan
belajar,
yang
ketuntasan
(b)
angka
ketidaktuntasan mengalami penurunan, dan (c) rata-rata secara klasikal juga
mengalami kenaikan yakni jika siklus I rata-rata sebesar 64 kemudian pada
siklus II meningkat menjadi 68 dan pada siklus II meningkat menjadi 74.
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
92
Dengan
demikian
pendekatan
konstruktivistik benar-benar mampu meningkatkan prestasi belajar siswa SARAN
Penelitian ini sebaiknya dilakukan
secara terus menerus minimal selama 1 (satu)
semester
diketahui
sehingga
apakah
dapat
pendekatan
konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih menyeluruh.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsiwi, 1989, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Bina Aksara. Depdikbud. 1993. Kurikulum 1994 Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud. Depdikbud. 1995. Petunjuk Pengajaran Berhitung Kelas I, II, III di SD. Jakarta: Depdikbud. Hudojo, H. 4 April 1998. Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktisvisme. Makalah disajikan pada Seminar Nasional
Upaya-Upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Era Globalisasi, Program Pasca Sarjana, IKIP Malang, Malang. Ruseffendi, E.T. 1982. Dasar-Dasar Matematika Modern untuk Guru. Edisi 3. Bandung: Tarsito. Santyasa, dkk. 2000 Penerapan Kaidah-kaidah konstrukvistik Dalam Pembelajaran Fisika Dasar. Makalah disampaikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknologi Pembelajaran V di UM tanggal 7 Oktober 2000. Slamento. 1988. Belajar dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Bina Aksara Soedjadi. 2000. “Nuansa Kurikulum Matematika Sekolah Di Indonesia”. Dalam Majalah Ilmiah Himpunan Matematika Indonesia (Prosiding Konperensi Nasional Matematika X ITB, 17-20 Juli 2000) Suparno, Paul. 1997 Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225
93