22
Sulistyowati, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika...
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS V SDN 02 KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012 Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung
Abstrak. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah termasuk pendidikan sosial yang sangat dominan menentukan sikap siswa. Walaupun siswa memiliki nilai yang tinggi dari mata pelajaran selain IPS, tetapi dalam sikap dan perbuatannya ia tidak memahami, mengerti dan melaksanakan apa yang terkandung dalam ilmu IPS maka dia tidak akan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Lokasi penelitian ini adalah SDN 02 Karangrejo Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung, dengan subyek penelitian siswa kelas V semester I Tahun 2011/2012 berjumlah 33 siswa. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Oktober sampai dengan Nopember 2011. Nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 66,67, siklus I 70,00 dan siklus II 81,52, sedangkan ketuntasan yang dicapai pada sebelum siklus sebesar 54,55%, pada siklus I sebesar 78,79%, dan pada siklus II sebesar 100,00%. Aktivitas guru mendapatkan skor ketercapaian setiap siklusnya sebesar 45% pada sebelum siklus, 70% pada siklus I dan 95% pada saat siklus II. Aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan CTL mendapat skor ketercapaian sebesar 48% pada sebelum siklus, 72% pada siklus I dan pada siklus II sebesar 92%. Dengan menggunakan pendekatan CTL dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDN 02 Karangrejo Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung semester I Tahun 2011/2012 yang pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar siswa secara signifikan. Kata kunci: prestasi belajar, persiapan kemerdekaan, pendekatan CTL
Pendidikan merupakan komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki kualitas lebih baik. Peningkatan kualitas tersebut tidak terlepas dari kualitas yang dimiliki tenaga pendidik atau Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh sebab itu, lembaga pendidikan juga harus mampu memenuhi kebutuhan SDM baik. Peningkatan kualitas pembelajaran perlu menggunakan strategi-strategi tertentu. Strategi tersebut tidak lain adalah pemilihan model, metode dan penggunaan media pembelajaran. Dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran tersebut, hendaknya tenaga pendidik memperhatikan kondisi sekolah juga lingkungan disekitar sekolah tersebut. Upaya ini dilakukan agar pemilihan
dan penggunaan metode pembelajaran tersebut lebih terarah, tepat dan efisien. Dalam segi jumlah maupun kualitas guna mengembangkan unsur-unsur pokok serta meningkatkan proses pendidikan setempat. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menegaskan bahwa melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi Warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab serta warga dunia yang cinta damai. Fenomena kehidupan global di masa mendatang yang penuh dengan tantangan, menuntut mata pelajaran IPS untuk dirancang bisa mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
bermasyarakat yang dinamis. Perkembangan kognitif Piaget pada umumnya untuk anak kelas V berada pada tahapan Concrete Operational (7β11 tahun) anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda, sehingga dalam proses pembelajaran guru harus bisa memberikan contoh-contoh konkret agar mudah dipahami oleh peserta didik. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar perlu disusun secara sistimatis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Pendekatan tersebut diharapkan mampu membina siswa agar menjadi warga negara Indonesia yang bertanggung jawab dan warga dunia yang efektif, dalam masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Pendidikan IPS mempunyai tujuan untuk mengembangkan kualitas peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa kehidupan masyarakat. Selain itu pendidikan IPS juga berfungsi untuk pembangunan jati diri bangsa pada peserta didik yang menuju tercapainya integrasi bangsa (Supriya, 2009). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010). Sedangkan Gagne (Dimyati, 2010) menegaskan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
23
belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas itu adalah dari stimulus yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Sudjana (2005) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada siswa. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, serta kecakapan dan kemampuannya. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2001). Sehingga belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses belajar, berdasarkan pengalaman tertentu sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Interaksi tersebut salah satunya adalah proses belajar yang diperoleh di sekolah. Menurut Mulyasa (2002: 101) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaktidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata
24
Sulistyowati, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika...
menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan. Pendekatan CTL yang telah dikembangkan di negara-negara maju, menjadi pilihan untuk menjawab problem inikarena pendekatan ini mengarahkan pembelajaran dan dapat meningkatkan motivasi belajar dan mendorong siswa aktif dalam pembelajaran. Kata kontekstual (Contextual) berasal dari kata context yang berarti hubungan, konteks, suasana, dan keadaan. Adapun pengertian dari CTL menurut Sujana (2005) adalah sebagai berikut: βModel CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), penilaian sebenarnya (authentic assessment). Menurut Johnson (2008) yang mendefinisikan model CTL sebagai sistem yang merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks pribadi, sosial, dan budaya mereka. Ketika para guru membantu siswa untuk percaya pada diri mereka sendiri dan untuk menemukan jalan mereka, para guru menginspirasikan untuk mencapai standar
akademik. Guna meningkatkan belajar siswa dalam pelajaran IPS, guru perlu memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi pembelajaran yang hanya dengan ceramah menjadi pembelajaran yang memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Salah satunya menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). Pendekatan CTL dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini sesuai untuk mengajarkan IPS, Karena IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang dimulai dari lingkungan terdekat hingga lingkungan terjauh siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Model CTL merupakan sebuah strategi pembelajaran yang dianggap tepat untuk saat ini karena materi yang diajarkan oleh guru selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan menggunakan Model CTL, materi yang disajikan guru akan lebih bermakna. Siswa akan menjadi peserta aktif dan membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan mereka. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dan berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS. Penelitian dilakukan mulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pemantauan (observasi), (4) refleksi pada setiap tindakan yang dilakukan, dan (5) evaluasi (Arikunto, 2009:16).
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Oktober-November 2011 dan mendapatkan responden 33 orang dari siswa kelas V SD Negeri 02 Karangrejo. Instrumen penelitian dilakukan dengan tes, observasi, angket dan catatan lapangan. Penelitian terdiri dari 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Dalam penelitian guru bertindak sebagai penyampai materi pembelajaran dan dibantu oleh rekan guru sebagai pengamat/observer. Hal ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya peningkatan belajar pada siswa kelas V dalam pembelajaran IPS melalui pendekatan CTL. Dalam menentuan keberhasilan proses yang dilakukan selama penelitian, ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang. Dimana penilaian menggunakan format skor. Arikunto (1997) membagi skor penilaian menjadi 4 kategori, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Kategori Penilaian Lembar Observasi Penilaian skor Kategori 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup baik 1 Kurang baik
Untuk mencari persentase nilai ratarata setelah dilakukan observasi dilakukan dengan menggunakan rumus: π½π’πππβ π πππ ππ
= π₯ 100% ππππ ππππ ππππ NR adalah persentase nilai rata-rata setelah dilakukan observasi. Data yang sudah didapat dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adala menelaah seluruh data
25
yang telah dikumpulkan dan mereduksi data yang melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklarifikasian di dalamnya. Kegiatan diawali dengan diskusi tentang materi ajar, yaitu persiapan kemerdekaan diikuti dengan latihan menerapkan strategi pembelajaran menggunakan pendekatan CTL. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan penelitian dilaksanakan sebanyak 2 kali, yaitu siklus I dan siklus II. Dalam penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas V pada mata pelajaran IPS. Hasil observasi dapat dilihat dari hasil analisa data penilaian kinerja siswa. Perolehan hasil belajar siswa pada akhir siklus I disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai siswa siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Inisial DW SW AAN A AWL CY DS DA EL EF FI FM H IN PH MAS MT MR FR BR NB AM ML FA K P
Skor 75 75 85 70 75 75 60 60 55 75 70 75 70 70 70 70 70 70 80 70 70 75 60 70 65 60
Ketuntasan T TT T T T T T T TT TT TT T T T T T T T T T T T T T TT T TT TT
26
Sulistyowati, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika...
No 27 28 29 30 31 32 33
Inisial RA R SN SCL Y YI H Jumlah Rata-rata
Skor 70 75 70 70 70 65 70 2310 70,00
Ketuntasan T TT T T T T T TT T 26 7 78,79 21,21
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap aktivitas guru mendapatkan skor sebesar 70% dan terhadap aktivitas siswa sebesar 72%. Dari data di atas terlihat jelas bahwa kemampuan siswa untuk memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan dengan kualifikasi baik masih sangat rendah. Tingkat ketuntasan mencapai 78,79 % atau 17 siswa dari 26 siswa yang diteliti yang berarti lebih rendah dari syarat ketuntasan minimum yaitu 85% siswa dengan nilai minimum 70. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II. Hasil Observasi selama proses pembelajaran pada siklus II adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai siswa siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Inisial DW SW AAN A AWL CY DS DA EL EF FI FM H IN PH MAS MT MR
Skor 80 80 85 85 90 80 85 85 70 85 80 95 80 85 90 75 75 75
Ketuntasan T TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T -
No 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Inisial FR BR NB AM ML FA K P RA R SN SCL Y YI H Jumlah Rata-rata
Skor 85 75 75 80 80 90 75 80 80 90 80 80 80 85 75 2690 81,52
Ketuntasan T TT T T T T T T T T T T T T T T T 33 0 100 0,00
Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I sudah diperbaiki dalam siklus II. Hasil observasi yang dilakukan terhadap aktivitas guru mendapatkan skor sebesar 95% sedangkan observasi terhadap aktivitas siswa sebesar 92%. Dari tabel diatas diketahui rata-rata prestasi belajar siswa adalah sebesar 81,52 dengan ketuntasan siswa mencapai 100,00% atau 33 siswa, sehingga penelitian ini telah berhasil dan tidak perlu dilanjutkan lagi. Dari aktivitas guru mendapatkan skor ketercapaian setiap siklusnya sebesar 45% pada sebelum siklus, 70% pada siklus I dan 95% pada saat siklus II. Sedangkan aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan CTL mendapat skor ketercapaian sebesar 48% pada sebelum siklus, 72% pada siklus I dan pada siklus II sebesar 92%. Tindak lanjut terhadap hasil interpretasi ini berupa perencanaan tindakan siklus berikutnya, disertakan atas dasar evaluasi untuk perbaikan kelemahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan siklus berikutnya. Pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 66,67, siklus pertama 70,00, dan siklus kedua 81,52. Sedangkan
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
ketuntasan yang dicapai pada sebelum siklus sebesar 54,55%, pada siklus I sebesar 78,79% dan pada siklus II sebesar 100%. Untuk lebih jelasnya perbandingan perolehan atau peningkatan nilai digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Grafik Peningkatan Belajar Dan Ketuntasan Siswa
Gambar 2 Grafik Peningkatan aktivitas guru dan siswa
Pembelajaran model CTL membantu guru dalam mengaitkan materi dengan dunia nyata, oleh karena itu seorang guru agar mudah dalam menyampaikan materi serta mengaitkannya ke dalam dunia nyata guru harus terlebih dahulu mempelajari penerapan CTL pada pelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan maksud agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih cepat.
27
Pendekatan CTL pada pembelajaran IPS sangat tepat untuk diterapkan karena materi IPS berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar. Menggunakan metode CTL, materi yang disampaikan akan bermakna karena siswa berinteraksi langsung dalam pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran IPS dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar. Selain peningkatan hasil belajar, penelitian menggunakan contextual teaching and learning juga meningkatan keaktifan siswa dan kreatifitas guru dalam pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa dengan contextual teaching and learning pembelajaran membuat siswa aktif yaitu melaksanakan pembelajaran yang bermakna. Kreatifitas guru terlihat dari digunakannya berbagai alat peraga, melakukan penguatan, memberikan motivasi. Penerapan contextual teaching and learning dalam pembelajaran materi sejarah hindu menyediakan sumber belajar yang lebih kontekstual bagi siswa. Diambil dari kehidupan sehari-hari siswa memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih interaktif terhadap sumber belajar yang disediakan serta memberikan pengalaman langsung bagi siswa sehingga hasil belajar lebih bermakna. Kerjasama antar siswa semakin meningkat. Guru tidak hanya menggunakan ceramah, melainkan bisa menggunakan metodemetode yang menarik sesuai dengan materi yang akan disampaikan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan diterapkannya proses pembelajaran dengan pendekatan CTL menjadikan pemahaman siswa terhadap materi kemerdekaan Indonesia mata
28
Sulistyowati, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika...
pelajaran IPS mengalami peningkatan. Motivasi belajar siswa untuk mempelajari bidang studi IPS semakin meningkat, hal ini didukung oleh peningkatan rata-rata prestasi belajar siswa dari siklus I 70 dengan persentase ketuntasan 78,79% menjadi 81,52 pada akhir siklus II dengan persentase 100%. Hal ini menunjukkan motivasi guru terhadap siswa juga meningkat, dominasi guru terhadap pembelajaran akan semakin berkurang, dan suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan menyenangkan. Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dipaparkan dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut agar dalam DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP Semarang Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Johnson, E.B. 2008. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC
menerapkan pendekatan CTL dapat mencapai hasil yang memuaskan: (1) Dalam proses belajar mengajar guru perlu memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap bidang studi yang diajarkannya. (2) Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan. (3) Memaksimalkan persiapan perangkat pembelajaran, khususnya LKS. (4) Memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan pendekatan CTL. (5) Untuk tim dalam penelitian, meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan dari kolaborator bisa lebih meningkatkan kinerja.
Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta Supriya. 2009. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sudjana, N. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.