JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
1
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI HITUNG CAMPURAN MENGGUNAKAN METODE AKTIVITAS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 BABADAN KARANGREJO SEMESTER I TAHUN 2011/2012 Oleh: Sri Purwartiyah SD Negeri 02 Babadan Karangrejo Tulungagung
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas V SD Negeri 02 Babadan Kecamatan Karangrejo Semester I Tahun 2011/2012 dalam materi operasi hitung campuran melalui metode aktivitas. Metode aktivitas dimaksudkan bahwa pengajaran ini didasarkan pada keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, sehingga semua siswa beraktivitas sesuai dengan kemampuannya. Hasil penelitian menunjukkan prestasi belajar siswa dinyatakan dengan rerata skor tes formatif untuk siklus I sebesar 73,67. Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 69,00 karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus II rerata skor formatif sebesar 81,00 Hasil dari siklus II jauh beda dengan siklus I, karena siswa sudah terbiasa dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran, terdorong untuk belajar yang lebih baik, serta merasa lebih terbuka kepada teman kelompoknya untuk pemahaman konsep-konsep yang belum dimengerti. Disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode aktivitas dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi operasi hitung campuran dalam pembelajaran matematika. Kata kunci: prestasi belajar, matematika materi hitung campuran, metode aktivitas
Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam sektor yang sangat luas berdampak pada tuntutan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sesuai dengan peran pendidikan untuk menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu berpikir secara mandiri dan kritis, karena pendidikan merupakan modal dasar bagi pembangunan manusia yang berkualitas. Dewasa ini pembangunan nasional lebih diarahkan pada pembangunan pendidikan dengan penekanannya pada peningkatan mutu untuk setiap jenjang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh sumber daya manusianya yang berkualitas. Salah
satu wadah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa adalah melalui pendidikan yaitu peningkatan kualitas pendidikan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, UNESCO telah mempersiapkan pendidikan manusia abad XXI, yaitu peserta didik perlu dilatih untuk bisa berpikir, berbuat atau melakukan sesuatu, menghayati hidupnya menjadi seorang pribadi sebagaimana yang ia inginkan, belajar secara mandiri juga perlu belajar untuk hidup bersama orang lain (Atmadi dan Setiyaningsih, 2000). Belajar merupakan suatu proses pembelajaran diri menjadi manusia yang berilmu dan lebih maju dengan berbagai pengalaman belajar. Akan tetapi, ketika seseorang ingin hasil yang maksimal, maka dalam proses belajar mengajar harus ada yang namanya
2
Sri Purwartiyah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Hitung...
suatu usaha dan yang baik untuk menuju proses pembelajaran yang baik. Aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan yaitu kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa dan metode yang digunakan. Kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam hubungannya dengan pendidikan tersebut disebut kegiatan belajar mengajar. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar diperlukan metode yang tepat agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode yang digunakan harus sesuai dengan materi dan menunjang kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses menyampaikan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik yang direncanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Berhasil tidaknya suatu pembelajaran tergantung kepada faktor guru dalam menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik. Hamalik (2001) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit aktivitas, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai. Pengajaran berbasis aktivitas dimaksudkan bahwa pengajaran ini didasarkan pada keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, sehingga semua siswa beraktivitas sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian diharapkan dalam proses belajar
mengajar ini didapatkan hasil belajar yang optimal. Ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli, diantaranya: (1) kegiatan-kegiatan visual, (2) kegiatankegiatan lisan (oral), (3) mendengarkan, (4) menulis, (5) menggambar, (6) metrik, (7) metal, dan (8) emosional. Dari beberapa macam aktivitas tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan pengajaran, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang disampaikan guru atau masalah yang sedang dibahas. Seorang guru akan kecewa bila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak sesuai dengan target kurikulum. Dalam kaitannya dengan belajar, hasil berarti penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh guru melalui mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Jadi hasil bermakna pada keberhasilan seseorang dalam belajar atau dalam bekerja atau aktivitas lainnya. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai, dikerjakan, dilakukan (Poerwadanninta, 1987). Prestasi belajar adalah sebagai indikator kualitas dan pengetahuan yang dikuasai oleh anak. Tinggi rendahnya prestasi belajar adalah sebagai indikator sedikit banyak yang dikuasai dalam bidang studi atau kegiatan tertentu. Jadi, tinggi rendahnya prestasi belajar menunjukkan kualitas dan sejauh mana bahan pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa (Abdullah, 1995). Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan prestasi belajar matematika adalah tingkat keberhasilan
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
siswa menguasai bahan pelajaran matematika selain memperoleh pengalaman belajar matematika dalam suatu penggalan waktu tertentu. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan memegang peranan penting dalam memacu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pengajaran matematika dan ilmu dasar lainnya perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan pendidikan. Obyek langsung dalam matematika adalah fakta, keterampilan proses dan aturan (principal) untuk mempelajari obyek-obyek langsung ataupun untuk mempelajari topiktopik dalam matematika tidak dapat sembarangan. Topik-topik dalam matematika itu tersusun secara hirarki mulai dari yang mendasar atau sudah sampai kepada yang paling sukar. Setiap orang yang ingin belajar Matematika dengan baik harus melalui jalurjalur pasti telah tersusun secara logis. Di samping itu setelah anak memahami fakta, keterampilan konsep dan aturan obyekobyek langsung itu harus dilatih dan di fahamkannya juga. Siswa harus hafal simbol, notasi, definisi, aturan, prosedur rumus, dalil yang lain-lainnya agar penerapannya pada situasi yang baru lancar mengenai pemahaman suatu konsep atau dalil yang merupakan prasyarat itu dapat secara intensif dan dapat pula secara deduktif. Rendahnya prestasi belajar siswa terhadap mala pelajaran matematika di sekolah antara lain disebabkan oleh banyak faktor. Untuk memahami konsep-konsep matematika yang abstrak memerlukan pengulangan yang kontinyu dan berkesinambungan belajar di luar jam sekolah. Kemauan
3
siswa untuk mengulang pelajaran matematika di rumah akan sangat tergantung dari prestasinya terhadap pelajaran matematika. Kurangnya prestasi siswa untuk belajar matematika disebabkan oleh ketidakmampuan guru dalam menguasai materi atau cara mengajarkannya kurang efektif, sehingga siswa tidak dapat menyerap materi yang sedang diajarkan. Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan di atas, maka untuk lebih mewujudkan fungsi dan tujuan matematika sebagai salah satu wahana sumber daya manusia perlu dikembangkan iklim belajar yang konstruktif bagi berkembangnya potensi kreatif siswa sehingga lahir gagasan baru dalam pembelajaran harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didiknya sedangkan siswa harus selalu berusaha melakukan kegiatan yang lebih banyak daripada guru. Peran guru harus membimbing, mengarahkan materi pelajaran sehingga siswa lebih banyak memahami aktivitas belajar dari sisi konsep serta kemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam belajar yang aktif dan kreatif. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru perlu memperhatikan semua aspek pribadi siswa seperti potensi fisik dan jiwa (lambat, cepat), tingkat perkembangan pengalaman belajar, latar belakang sosial ekonomi dan lingkungan sosial budaya, bakat, minat kepribadian dan harapannya serta proyeksi yang diterapkan masyarakat, pemerintah untuk masa depannya (Gunawan, 1996). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dan berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal
4
Sri Purwartiyah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Hitung...
melalui cara dan prosedur paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS khususnya ekonomi. Penelitian dilakukan mulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pemantauan (observasi), (4) refleksi pada setiap tindakan yang dilakukan, dan (5) evaluasi (Arikunto, 2009:16). Pengumpulan data penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Oktober-November 2011 dan mendapatkan responden 24 orang dari siswa V SDN 02 Babadan. Instrumen penelitian dilakukan dengan tes, observasi, angket dan catatan lapangan. Penelitian terdiri dari 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Dalam penelitian guru bertindak sebagai penyampai materi pembelajaran dan dibantu oleh rekan guru sebagai pengamat/observer. Hal ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya peningkatan belajar pada siswa kelas dalam pembelajaran matematika melalui metode aktivitas. Dalam menentuan keberhasilan proses yang dilakukan selama penelitian, ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang. Dimana penilaian menggunakan format skor. Arikunto (1997) membagi skor penilaian menjadi 4 kategori, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Untuk mencari persentase nilai ratarata setelah dilakukan observasi dilakukan dengan menggunakan rumus: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑁𝑅 = 𝑥 100% 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 NR adalah persentase nilai rata-rata setelah dilakukan observasi. Tabel 1 Kategori Penilaian Lembar Observasi
Penilaian skor 4 3 2 1
Kategori Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik
Data yang sudah didapat dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adala menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan dan mereduksi data yang melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklarifikasian di dalamnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan observasi di Kelas V Semester I SD Negeri 02 Babadan dapat direkam bagi Kelas V Semester I SD Negeri 02 Babadan siswanya tampak lebih siap untuk mengikuti pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran meningkat. Indikator observasi adalah siswa aktif dalam menyajikan tugas kelompok, cukup banyak yang mengacungkan jari, tetapi frekuensi siswa bertanya masih kurang. Guru lebih mudah dalam menyampaikan materi karena guru tidak terlalu banyak menerangkan konsep. Dalam hal ini guru hanya memberikan penjelasan hal-hal yang pokok. Materi yang disampaikan sesuai dengan sasaran yang diinginkan. Serta guru lebih mudah dalam mengarahkan proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dinyatakan dalam Tabel 2. Tabel 2 Nilai siswa pra siklus No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Siswa AW AJA DRA DW DAS DPR DPA FTL
Nilai Seb.Siklus Siklus I 76 76 60 60 60 60 60 76 76 76 84 92 60 76 76 76
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 No 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama Siswa GJK IYF LNA LF MDP MSE SDY SE YDS YW YWH LH RP MA AB JW Jumlah Rata-rata
Nilai Seb.Siklus Siklus I 76 76 84 84 76 76 76 76 68 76 52 68 60 60 76 76 76 76 76 76 60 60 60 76 76 84 60 76 60 76 68 60 1656 1768 69.00 73.67
Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dinyatakan dalam tabulasi data pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai siswa siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama Siswa AW AJA DRA DW DAS DPR DPA FTL GJK IYF LNA LF MDP MSE SDY SE YDS YW YWH LH RP MA AB JW Jumlah Rata-rata
Nilai Siklus I 76 84 76 76 76 100 76 92 76 84 76 76 76 76 92 84 84 76 76 76 76 100 84 76 1768 73,67
Siklus II 76 84 76 76 76 100 76 92 76 84 76 76 76 76 92 84 84 76 76 76 76 100 84 76 1944 81,00
5
Berdasarkan hasil penelitian tentang situasi pembelajaran dengan metode aktivitas, tampaknya pengajaran dengan menggunakan metode ini membuat siswa lebih bergairah daripada diajar dengan teknik ceramah yang biasa dilakukan sebelumnya. Di dalam penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar siswa aktif dalam mengerjakan tugas kelompok dan cukup banyak siswa yang mengacungkan jari untuk menjawab pertanyaan guru. Tetapi dalam penelitian ini diketahui pula bahwa frekuensi untuk bertanya masih kurang. Kemungkinan hal ini disebabkan budaya malu masih sangat kuat di dalam diri siswa. Aktivitas siswa mengalami peningkatan, pada siklus I 65,63 sedangkan pada siklus II naik menjadi 82,81. Dari segi guru, tampaknya pengajaran dengan metode aktivitas sangat memudahkan karena guru lebih mudah mengarahkan jalannya proses belajar mengajar. Aktivitas guru juga mengalami peningkatan, pada siklus I sebesar 69,32 meningkat pada siklus II sebesar 80,62. Untuk lebih jelasnya gambaran tentang peningkatan prestasi hasil belajar siswa yang dicapai dari sebelum siklus sampai siklus II disajikan pada Gambar 1. 100.00 100.00 81.00 73.67 90.00 75.00 80.00 69.00 70.00 60.00 50.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
KETUNTASA N RATA-RATA
Gambar 1 Grafik Peningkatan hasil belajar siswa
6
Sri Purwartiyah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Hitung...
Hasil belajar siswa yang dinyatakan dengan rata rata nilai tes formatif untuk siklus I sebesar 73,67. Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 69,00 karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus II rata rata nilai formatif sebesar 81,00. Hasil dari siklus II jauh beda dengan siklus I, karena siswa sudah terbiasa dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran, terdorong untuk belajar yang lebih baik, serta merasa lebih terbuka, kepada teman kelompoknya untuk pemahaman konsep-konsep yang belum dimengerti. Pada siklus I siswa dikelompokkan, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang untuk mengerjakan tugas kelompok. Tampaknya pengelompokkan ini dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar. Namun perlu ditingkatkan dengan pembagian kelompok yang lebih kecil lagi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, yaitu jauh berbeda dengan siklus 1. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemberian tugas secara berkelompok sangat bermanfaat, utamanya untuk kelas yang berjumlah besar. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan Metode aktivitas dikatakan positif yaitu sebesar 1,83. Sebagian siswa menyatakan lebih mudah dan lebih tertarik dalam proses belajar mengajar. Hal ini bisa dipahami karena proses belajar mengajar menjadi bergairah dan tidak membosankan. Pada pembelajaran matematika di kelas, belajar matematika dengan kerja kelompok adalah kelompok kerja yang kooperatif lebih dari kompetitif, meskipun pada suatu keadaan khusus hal tersebut dapat terjadi. Dengan menerapkan kelompok, maka kemampuan dalam satu kelompok memiliki kemampuan yang heterogen. Sehingga setiap
siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual. Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang dikerjakan teman satu timnya (Slavin, 1985). PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan bahwa langkah pembelajaran yang diterapkan pertama adalah kegiatan tanya jawab, memberikan tugas untuk diselesaikan secara berkelompok, siswa menyimpulkan pekerjaannya, guru memberi penguatan, siswa mengerjakan tes secara individu dan yang terakhir guru memberikan tugas rumah (PR). Pembelajaran dengan menggunakan metode aktivitas dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V Semester I SDN 02 Babadan Kecamatan Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam memahami materi operasi hitung campuran pada mata pelajaran matematika secara signifikan. Hal ini diketahui dari peningkatan nilai dan ketuntasan belajar sebelum siklu 67,0 dengan ketuntasan sebesar 50,0%, siklus II 73,67 dengan ketuntasan 75%, serta siklus II 81,00 dengan nilai ketuntasan sebesar 100%. Saran Pembelajaran yang menggunakan metode aktivitas perlu dikembangkan pada mata pelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman siswa. Untuk mendapatkan prestasi yang maksimal maka perlu dilakukan kombinasi pola pembelajaran yang menggunakan metode aktivitas dengan model belajar yang lain.
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
Penggunaan model pembelajaran menggunakan metode metode aktivitas perlu dilakukan secara terus menerus karena pembelajaran ini menyenangkan bagi siswa, mendorong dan membiasakan siswa untuk belajar mandiri, serta tidak bergantung kepada guru. DAFTAR RUJUKAN Abdullah, A.E. 1995. Prinsip-Prinsip Layanan Bimbingan Belajar. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang. Atmadi,A & Setiyaningsih, Y. 2000. Transformasi Pendidikan. Jakarta: Kanisius. Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
7
Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang menggunakan metode aktivitas, diperlukan pelatihan agar guru dapat mengembangkan kemampuannya.
Gunawan, U. 1996. Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar Sekolah Dasar. Bandung: Siger Tengah Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Poerwadannita. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Slavin, R.E. 1985. An Introduction to Cooperative Learning Research. Dalam Slavin, R. et al 1985. Learning to Cooperate, Cooperating to Learn. (pp 5-14). New York: Plenum Press.