JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
137
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI MODEL BELAJAR KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS VI SDN 1 TULUNGREJO KECAMATAN KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012 Oleh: Siti Wadingah SD Negeri 1 Tulungrejo, Karangrejo, Tulungagung Abstrak. Pada umumnya siswa mempelajari bidang studi PKn kurang berminat, kemampuan siswa dalam memahami pokok bahasan bidang studi PKn masih rendah, hal ini dapat dilihat dari guru hanya menggunakan metode ceramah dan dengan media seadanya sehingga tidak menumbuhkan minat belajar siswa yang mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Rancangan penelitian terdiri dari refleksi, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis, refleksi. Instrumen yang digunakan terdiri dari rencana pembelajaran, lembar observasi, lembar evaluasi, dan angket. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Tulungrejo pada siswa Kelas VI bidang studi PKn materi Pelaksanaan Pemilu Di Indonesia Semester I Tahun Pelajaran pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Perkembangan prestasi belajar siswa menunjukkan perkembangan yang signifikan yaitu aktivitas belajar siswa pada siklus I menunjukkan prestasi yang “cukup baik” dengan persentase aktivitas 48,33% yang meningkat menjadi “baik” pada siklus II menjadi 71,25%. Artinya siswa dapat belajar dengan baik setelah diterapkannya metode belajar kooperatif STAD. Sedangkan untuk aktivitas guru pada siklus I menunjukkan prestasi yang “cukup baik” dengan persentase aktivitas 49,17% meningkat menjadi “baik” pada siklus II dengan persentase aktivitas 72,50%. Artinya guru dapat menerapkan metode kooperatif STAD dengan baik pada pelajaran PKn di kelas VI. Hal ini berimbas pada perkembangan prestasi belajar siswa yang menunjukkan perkembangan yang signifikan yaitu pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 68,52 siklus I: 71,17 siklus II: 91,25 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 100% pada akhir siklus II. Kata kunci: PKn, kooperatif STAD, prestasi belajar
Pada umumnya siswa dalam mempelajari bidang studi PKn kurang berminat, kemampuan siswa dalam memahami pokok bahasan bidang studi PKn masih rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa masih dalam tingkat persentase ketuntasan yang belum maksimal (Prasodjo & Budi, 2003). Untuk menciptakan pendidikan yang lebih maju kita seharusnya memodernisasi metode pembelajaran kita. Salah satunya dengan menerapkan model belajar kooperatif STAD. Dengan teknik ini siswa dituntut untuk lebih aktif. Pada saat ini dalam kegiatan pembelajaran, guru sering menggunakan berbagai macam metode antara lain metode
ceramah, tanya jawab, dan lain-lain (Ibrahim, Muhsin dkk, 2000). Fokus permasalahan yang diprioritaskan dalam penelitian ini adalah adanya keinginan untuk mengembangkan pembelajaran untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi guru di kelas. Permasalahan yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan pemahaman belajar siswa, sehingga kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan dapat tinggi/meningkat (Ali, 1982). Kendala inilah yang dialami oleh siswa Kelas VI SDN 1 Tulungrejo Kecamatan Karangrejo Tulungagung dalam memahami
138
Siti Wadingah, Peningkatan Prestasi Belajar PKn Melalui Model...
pokok bahasan Pelaksanaan Pemilu di Indonesia pada Bidang Studi PKn siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa sebelumnya yang sangat rendah dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 63,64%. Hal tersebut di atas disebabkan oleh guru yang hanya menggunakan metode ceramah, urutan materi mengajar tidak runtut, guru hanya menggunakan papan tulis, dan guru tidak menggunakan metode yang tepat (Pedomo, 1991). Metode kooperatif STAD yang telah dikembangkan di negara-negara maju, menjadi pilihan penulis untuk menjawab problem ini karena metode pembelajaran ini mengarahkan pembelajaran dan sesuai dengan karakter pembelajaran PKn (Nasution, 2006). Atas dasar permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: "Peningkatan Prestasi Belajar PKn Melalui Model Belajar Kooperatif STAD Pada Siswa Kelas VI SDN 1 Tulungrejo Kecamatan Karangrejo Tulungagung Semester I Tahun 2011/2012". METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh sesuai dengan konteks yang ada melalui pengumpulan data berlatar alami (natural seting) dengan peneliti sebagai instrumen utama serta lebih menonjolkan proses dan makna dari sudut pandang subyek terteliti (Sutopo, 2007: 44). Bogdan & Biklen (1982) mengatakan penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang dihasilkan data diskriptif berupa kata-kata atau pernyataan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati.
Dengan ciri-ciri yaitu: (1) adanya latar alami karena data diambil langsung dari peristiwa, (2) bersifat diskriptif, (3) mementingkan proses daripada hasil, (4) analisis data bersifat induktif, (5) makna merupakan masalah yang esensial untuk penelitian. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas berupaya untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa. Hal ini sesuai dengan karakteristk penelitian tindakan kelas yang bersifat situasional yaitu mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu. (Sutopo, 2007: 45) Tahap Penelitian Pada tahap ini kegiatan penelitian memuat beberapa kegiatan pra tindakan dan kegiatan tindakan pelaksanaan tindakan yaitu: (1) Kegiatan pra tindakan dilakukan untuk mendata permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung yaitu pada pembelajaran PKn, sekaligus melakukan studi dokumentasi. Studi dokumentasi dilakukan terhadap hasil nilai siswa pada mata pelajaran PKn dari hasil ulangan harian siswa pada pembelajaran sebelumnya, serta rencana pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru kelas VI. Kegiatan Pelaksanaan Tindakan: (a) Perencanaan tindakan. Dari kegiatan pra tindakan, disusun rencana tindakan perbaikan atas masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran. Pada tahap ini ditetapkan dan disusun rancangan perbaikan pembelajaran PKn dengan menggunakan pembelajaran model belajar kooperatif STAD. (b) Penga-
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
matan dilakukan bersamaan dengan pembelajaran dengan tujuan untuk mengenali, merekam, mendokumentasikan semua indikator baik proses maupun hasil perubahan yang terjadi akibat dari tindakan yang direncanakan dan sebagai efek samping. (c) Refleksi dilakukan pada setiap akhir tindakan untuk mendiskusikan tindakan yang telah dilakukan dengan menganalisis tindakan yang baru dilakukan, mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana tindakan dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan dan melakukan interpretasi, pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh. Kehadiran Peneliti Peneliti sebagai instrument utama berperan sebagai pelaku pembelajaran, perencana tindakan, pengumpul data, penafsir data, pemakna data dan pelapor temuan penelitian dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu pedoman pengamatan, pedoman wawancara, catatan lapangan, angket, dan tes tulis. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VI semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 di SDN 1 Tulungrejo Kabupaten Tulungagung. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut. (1) SDN 1 Tulungrejo merupakan tempat peneliti sebagai kepala sekolah SDN 1 Tulungrejo Kecamatan Karangrejo. (2) Siswa kelas VI mengalami kesulitan pada materi Pelaksanaan Pemilu Di Indonesia. (3) Pembelajaran masih bersifat konvensional, guru lebih mengutamakan hasil daripada proses pembelajaran itu sendiri. (4) Belum pernah dilaksanakan pembelajaran model belajar kooperatif STAD dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa pada mata
139
pelajaran PKn. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Tulungrejo pada siswa Kelas VI Semester I bidang studi PKn materi Pelaksanaan Pemilu di Indonesia Tahun Pelajaran pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2011 sampai Nopember 2011. Rancangan Penelitian Prosedur siklus penelitian yang dilakukan, prosedur penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.( Suharsimi Arikunto. 2006) Untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan bertanya siswa, dengan melihat hasil observasi dari hasil observasi awal siswa dan guru, maka refleksi awal diperlukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan bertanya siswa di dalam kelas. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur: (1) Perencanaan (Planning), (2) Pelaksanaan (Action), (3) Observasi (Observation), dan (4) Refleksi (Reflection). Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu sejak bulan Oktober sampai dengan bulan Nopember 2011 pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SDN 1 Tulungrejo Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang berjumlah 32 siswa. Teknik Analisis Data
140
Siti Wadingah, Peningkatan Prestasi Belajar PKn Melalui Model...
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun yang bersifat sirkuler. (Arikunto. 2012) Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: (a) Untuk menilai ulangan atau tes formatif. Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan: X X N Dengan:
X = Nilai rata-rata X = Jumlah semua nilai siswa N = Jumlah siswa (b) Untuk ketuntasan belajar. Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 70% atau nilai 70, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 85%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: Siswa. yang.tuntas.belajar x100% p Siswa (c) Untuk lembar observasi. (1) Lembar observasi pengolahan metode kooperatif STAD Untuk menghitung lembar observasi pengolahan metode kooperatif STAD
digunakan rumus sebagai berikut. X P1 P2 2 Dimana: P1 = pengamatan 1 dan P2 = pengamatan 2 (2) Lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut. %= X
X x100%.dengan X
Jumlah.hasil. pengamatan jumlah. pengamat
P P 1
2
2
Dimana: % = Persentase pengamatan
X
= Rata-rata = Jumlah rata-rata
P1 P2
= Pengamatan 1 = Pengamatan 2
X
Penyiapan Partisipan Karena penelitian ini dilandasi prinsip kolaboratif, partisipatoris dan kooperatif, maka kegiatan penyiapan partisipan dipandang perlu dilakukan. Kegiatan pelatihan diawali dengan kegiatan diskusi tentang penerapan metode kontekstual dan diteruskan dengan meninjau materi yang akan disampaikan pada penelitian tindakan. Metode Pengumpulan Data Tes Skor hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal yang meliputi tes pada tiap akhir siklus (siklus I dan siklus II). Hasil dari tes tersebut akan digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman dan pencapaian prestasi belajar siswa. Data berupa hasil tes tulis siswa juga dianalisis dengan acuan terhadap ketuntasan
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
belajar. Ketuntasan belajar yang digunkan adalah berdasarkan SKM (Standar Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 70. Seorang siswa dianggap tuntas belajarnya apabila siswa tersebut telah menyelesaikan sekurang-kurangnya 70% dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan secara klasikal jika 85% dari banyaknya siwa kelas tersebut menyelesaikan sekurangkurangnya 85% dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai. %𝑲𝒆𝒕𝒖𝒏𝒕𝒂𝒔𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒍𝒂𝒔 ∑ 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒊𝒏𝒅𝒊𝒗𝒊𝒅𝒖𝒂𝒍 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% ∑ 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂
Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui adanya peningkatan aktivitas atau respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti dan guru kelas VI dengan menggunakan lembar observasi. Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh pengamat. Format lembar observasi terlampir. Dari hasil observasi kegiatan pembelajaran dicari persentase nilai rata-ratanya dengan menggunakan rumus berikut 𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑹𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂 (𝑵𝑹) 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑴𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍
Persentase Nilai Rata-rata (NR) = (Jumlah skor)/(Skor Maksimal) x 100% Penilaian: Skor 4 : sangat baik Skor 3 : baik Skor 2 : cukup baik Skor 1 : kurang baik (Suharsimi Arikunto, 1997). Kriteria taraf keberhasilan tindakan dapat ditentukan sebagai berikut:
141
Nilai 75% < NR ≤ 100%: sangat baik Nilai 50% < NR ≤ 75%: baik Nilai 25% < NR ≤ 50%: cukup baik Nilai 0% < NR ≤ 25%: kurang baik Catatan Lapangan (fieldnote) Pencatatan lapangan dimaksudkan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam instrumen pengumpul data yang ada. Dengan demikian diharapakan tidak ada data yang terlewatkan dalam penelitian ini. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yaitu: (1) Silabus, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar. (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masingmasing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. (3) Lembar Kegiatan Siswa, lembar kegiatan ini adalah lembar kegiatan yang dipergunakan siswa dan digunakan peneliti untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen. (4) Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar. (5) Lembar observasi pengolahan metode Kooperatif STAD untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. (6) Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. (7) Tes formatif . Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman PKn. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah
142
Siti Wadingah, Peningkatan Prestasi Belajar PKn Melalui Model...
pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soalsoal ini telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisis butir soal adalah sebagai berikut. Tes Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:
r
xy
N XY X Y
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
(Suharsimi Arikunto, 2001: 72) Dengan: rxy : koefisien korelasi product moment N : jumlah peserta tes Y : jumlah skor total X : jumlah skor butir soal X2 : jumlah kuadrat skor butir soal XY : jumlah hasil kali skor butir soal Reliabilitas Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus belah dua sebagai berikut.
r
11
2r 1 r
1 / 21/ 2 1 / 21 / 2
(Suharsimi Arikunto, 2001:93) Dengan: r11: Koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan: Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes Kriteria reliabilitas tes jika harga dari perhitungan lebih besar dari harga r pada
tabel product moment maka tes tersebut reliable. Taraf Kesukaran Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah: B P= Js (Suharsimi Arikunto, 2001: 208) Dengan: P: Indeks kesukaran B: banyak siswa yang menjawab soal dengan benar Js: Jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut: (a) Soal dengan P= 0.000 sampai 0.300 adalah sukar; (b) Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang; (c) Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut. D
B B J B J A
B
P A PB
A
(Suharsimi Arikunto, 2001: 211) Dimana: D : Indeks diskriminasi BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar JA : Jumlah peserta kelompok atas
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
JH : Jumlah peserta kelompok bawah PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar. PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal sebagai berikut. (a) Indek dengan D = 0.000 sampai 0.200 adalah jelek; (b) Indek dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup; (c) Indek Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik; (d) Indek Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik. HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan Metode Belajar Kooperatif Model STAD Dalam menerapkan metode belajar kooperatif model STAD, peneliti membagi siswa Kelas VI yang berjumlah 32 siswa menjadi 8 kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan hasil ulangan harian siswa. Jumlah kelompok juga disesuaikan dengan lokasi belajar dan jumlah bangku yang tersedia. Setelah kelompok terbentuk, peneliti berdiskusi dengan guru kelas. Selanjutnya guru mengumumkan daftar kelompok belajar yang telah dirancang oleh peneliti kepada siswa satu hari sebelum siklus I dimulai agar siswa siap menerima metode pembelajaran yang baru. Pada siklus I, untuk memotivasi siswa guru meminta salah satu siswa untuk memimpin rekan yang lain menyanyikan lagu “Pemilihan Umum”. Kemudian guru memberikan penjelasan mengenai materi yang akan dipelajari. Guru membagikan lembar kerja siswa untuk didiskusikan bersama kelompoknya. Dalam kegiatan diskusi ini guru menempatkan diri sebagai mediator dan fasilitator pembelajaran. Guru berusaha merang-
143
sang komunikasi antar siswa dalam kelompok dengan memberikan pertanyaan kepada masing-masing anggota kelompok sesuai dengan soal pada lembar kerja, sehingga semua siswa termotivasi untuk memberikan ide atau gagasannya. Selanjutnya guru meminta kelompok diskusi untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya dipilih secara undian. Kelompok yang tidak terpilih memberikan tanggapan. Peneliti selaku observer melakukan pengamatan pada terhadap jalannya pembelajaran. Pada akhir pembelajaran guru memberikan reward berupa pujian dan koin kepada siswa yang aktif. Pada siklus II peran guru banyak sebagai fasilitator, siswa tampal lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pemberian reward berupa koin dan lagu yang dinyanyikan dalam pembelajaran mampu memotivasi siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Aktivitas Belajar PKn di Kelas VI Dengan diterapkannya metode belajar kooperatif model STAD mampu menghidupkan aktivitas belajar siswa Kelas VI SDN 1 Tulungrejo pada mata pelajaran PKn. Hal ini dapat dilihat dari hasil obervasi yang dilakukan oleh peneliti yang menunjukkan peningkatan yang signifikan yaitu persentase aktivitas guru pada siklus I mencapai 48,33% termasuk dalam kriteria “cukup baik” meningkat menjadi 71,25% termasuk dalam kriteria “baik”. Hal ini membuktikan bahwa langkah-langkah yang telah direncanakan oleh peneliti mampu diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh guru Kelas VI sebagai kolaborator penelitian. Dengan meningkatkan aktivitas guru tentu berimbas pada peningkatan aktivitas belajar siswa yaitu
144
Siti Wadingah, Peningkatan Prestasi Belajar PKn Melalui Model...
pada siklus I persentase aktivitas siswa mencapai 49,17% dalam kriteria “cukup baik” meningkat menjadi 72,50% dalam kriteria “baik”. Hal ini membuktikan siswa mau dan mampu menerapkan metode belajar yang diterapkan oleh guru dengan baik, sehingga secara tidak langsung langkah-langkah yang direncanakan oleh kepala sekolah mampu diapresiasikan dengan baik oleh siswa. Untuk melihat perkembangan aktivitas belajar siswa ditampilkan pada Gambar 1.
Pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 68,52; siklus I: 71,17; siklus II: 91,25; dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 100% pada akhir siklus II. Dengan melihat hasil yang terus naik pada tiap siklus maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil dengan baik. Untuk dapat lebih jelasnya penulis telah sajikan perbandingan perolehan atau peningkatan nilai pada Gambar 2. Respons Siswa Pada akhir siklus II, peneliti melalui guru Kelas VI menyebarkan angket yang berisi 10 butir pernyaataan untuk mengetahui respon siswa setelah diterapkannya metode belajar kooperatif model STAD. Dari hasil rekapitulasi respon siswa diketahui bahwa siswa merespon sangat positif penerapan metode pembelajaran yang dirancang oleh peneliti, dengan hasil respon 3,54.
Gambar 1 Grafik Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa (Sumber: Diolah Dari Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa)
Gambar 2 Grafik Perkembangan Prestasi Belajar Siswa (Sumber: Diolah Dari Hasil Evaluasi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II)
Perkembangan Prestasi Belajar Siswa
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Dengan pembentukan kelompok secara heterogen menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kebersamaan dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh guru. Dengan menumbuhkan kerjasama, komunikasi dan interaksi yang positif kepada siswa mampu meningkatkan peran siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian Melalui pembelajaran kooperatif STAD siswa dilatih untuk leluasa mengeluarkan ide atau gagasan dalam setiap kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Pembelajaran lebih menarik lagi dengan adanya dorongan dari guru berupa pemberian pujian dan reward berupa koin kepada siswa yang aktif. (2)
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
Aktivitas belajar siswa pada siklus I menunjukkan prestasi yang “cukup baik” dengan persentase aktivitas 48,33% yang meningkat menjadi “baik” pada siklus II menjadi 72,25%. Artinya siswa dapat belajar dengan baik setelah diterapkannya metode belajar kooperatif STAD. Sedangkan untuk aktivitas guru pada siklus I menunjukkan prestasi yang “cukup baik” dengan persentase aktivitas 49,17% meningkat menjadi “baik” pada siklus II dengan persentase aktivitas 72,50%. Artinya guru dapat menerapkan metode kooperatif STAD dengan baik pada pelajaran PKn di Kelas VI. Hal ini berimbas pada perkembangan prestasi belajar siswa yang menunjukkan perkembangan yang signifikan yaitu pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 68,52 dengan persentase ketuntasan sebesar 62,50% jauh lebih rendah dari siklus I yang memperoleh nilai rata-rata 71,17 dengan persentase ketuntasan belajar 78,13%. Prestasi belajar DAFTAR RUJUKAN Ali, M. 1982. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Penerbit Angkasa. Arikunto, S. 2001. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V. Yogyakarta: Penerbit Rineka Cipta. Arikunto. 2012. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Bogdan, R.C & Biklen, S.C. 1982. Qualitatif Research for Education an Introduction to Theory and Methods.
145
siswa dapat tercapai secara maksimal pada akhir siklus II dengan nilai rata 91,25 dengan persentase 100%. Saran Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan dan sesuai dengan pelajaran. Memaksimalkan persiapan perangkat pembelajaran, khususnya LKS yang melibatkan kegiatan metode Kooperatif STAD. Memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan metode kooperatif STAD. Meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan atau input dari para kolaborator bisa lebih meningkatkan kinerja. Dalam proses belajar mengajar guru perlu memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap bidang studi yang diajarkannya.
Boston London Sydney Toronto: Allyn and Bacon, Inc. Ibrahim, Muhsin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Nasotion. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Pedomo & Hadinoto, H. 1991. Kesulitan Belajar Dan Gangguan Bicara. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro. Prasodjo & Budi. 2003. Teori dan Aplikasi PKn Untuk kelas 1 SD. Jakarta: Yudhistira.