JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
237
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF STAD PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SAWAHAN KECAMATAN PANGGUL TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN 2013/2014 Oleh Lilik Sujayanti SD Negeri 1 Sawahan Kabupaten Tranggalek
Abstrak. Pembelajaran siswa aktif merupakan harapan dari semua komponen pendidikan. Akan tetapi siswa kelas VI SDN 1 Sawahan masing menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit. Hal ini dibuktikan dengan hasil ulangan siswa yang sangat rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan perombakan metode pembelajaran dengan menggunakan metode yang berbeda dari pembelajaran sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) peningkatan prestasi prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode kooperatif STAD, dan (2) dampak kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode kooperatif STAD. Lokasi penelitian tindakan ini adalah SDN Sawahan Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 1 Sawagan Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester II. Hasil penelitian tindakan menunjukkan peningkatan prestasi belajar yang dinyatakan dengan rerata skor tes formatif siklus I sebesar 76,19 dengan ketuntasan belajar 80,96%. Hasil ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan nilai sebelumnya yaitu 64,29 dengan ketuntasan belajar 42,86%. Pada siklus II terjadi peningkatan rerata nilai menjadi 83,33 dengan ketuntasan belajar 90,48%. Kata kunci: peningkatan prestasi belajar, metode kooperatif STAD, operasi hitung pecahan
Salah satu tujuan pembelajaran matematika berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Pemahaman konsep memiliki peranan penting bagi siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Kurikulum matematika perlu memberikan pengalaman belajar yang membantu siswa memenuhi kebutuhan pribadi, sosial, lingkungan dan ekonomi. Pengalaman belajar dalam kurikulum Matematika membantu siswa untuk: (1) menjalani kehidupan seharihari secara efektif; (2) memahami dunianya
dan hal-hal yang mempengaruhinya; (3) memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, fleksibel dan inovatif; (4) mengembangkan pengertian tentang konsep-konsep matematika; (5) menilai dan menggunakan produk teknologi; (6) memahami bahwa karir dalam sains dan teknologi yang cocok bagi pria dan wanita; (7) memahami penilaian tetang isu-isu yang berkenaan dengan lingkungan alam dan buatan; (8) bertanggungjawab terhadap perbaikan kualitas lingkungan; (9) memberikan pemecahan pada dilema moral sehubungan dengan isu-isu sains dan teknologi; dan (10) menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan yang lebih lanjut. Menurut Kristiyawan (2009:3) faktor yang menyebabkan rendahnya pemahaman
238
Lilik Sujayanti, Peningkatan Prestasi Belajar dengan Menerapkan Metode...
konsep siswa dalam belajar matematika adalah kegiatan pembelajaran yang terpusat pada guru. Oleh kare itu, diharapkan guru untuk kreatif dalam menggunakan strategi pembelajaran agar siswa tertarik mengikuti pembelajaran karena strategi pembelajaran yang menyenangkan mampu mengembangkan pemahaman konsep siswa. Upaya peningkatan kualitas pengetahuan matematika idealnya dimulai dari pembenahan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu dengan menggunakan suatu model pembelajaran. Suatu model pembelajaran yang mampu mengubah pandangan negatif siswa terhadap matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan. Pendidikan di sekolah tidak terlepas dari pembelajaran dan interaksi antara siswa dan guru. Kondisi belajar mengajar yang tidak inovatif dapat mengakibatkan kemampuan pemahaman konsep siswa yang tidak optimal terutama pada pelajaran matematika. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecapakan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill (Riyanto, 2008:271). Arends (2001) mengemukakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) berupaya membantu siswa untuk mempelajara isi akademis dan berbagai keterampilan untuk mencapai berbagai sasaran dan tujuan sosial dan hubungan antar manusia yang penting. Kunci dari pembelajaran kooperatif adalah bekerjasama. Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi yang dirancang untuk memudahkan pencapaian tujuan lewat bekerjasama dalam kelompol. Model ini memiliki ciri pokok yaitu siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif yang dibentuk dari
siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Selain itu, penghargaan lebih diutamakan pada kelompok daripada perorangan. Tujuan dari model pembelajaran ini adalah hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Menurut Nur (2005:3) pembelajaran menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri: (1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya; (2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; (3) bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda; dan (4) penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu. Model pembelajaran kooperatif memiliki prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (dalam Trianto, 2009:61-62) yaitu: (1) penghargaan kelompok yang diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan; (2) tanggung jawab individual bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain; dan (3) kesempatan yang sama untuk sukses bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkat belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
Terdapat variasi pendekatan pada model pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim, dkk (Trianto, 2009:67-68) salah satunya adalah Students Teams Achievement Divisions (STAD). STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang memiliki anggota kelompok heterogen saling bekerjasama dan bertanggungjawab terhadap pemahaman suatu konsep atau informasi. Informasi yang diberikan merupakan informasi akademik sederhana. Pemilihan topik dilakukan guru. Model ini menggunakan suatu kuis untuk mengukur pemahaman konsep dari siswa. Guru yang menggunakan STAD menyajikan informasi akademis baru kepada siswa setiap minggu atau secara reguler, baik melalui presentasi verbal atau teks. Siswa di kelas tertentu dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim belajar dari kedua gender (laki-laki dan perempuan), dari berbagai ras atau etnis dengan prestasi rendah, sedang, dan tinggi. Anggota tim menggunakan worksheets atau alat belajar lain untuk menguasai berbagai materi akademis dan kemudian saling membantu untuk mempelajari berbagai materi melalui tutoring, saling memberikan kuis, atau melaksanakan diskusi tim. Secara individual, siswa diberi kuis mingguan atau dua minggu tentang berbagai materi akademis. Kuis-kuis diskor dan masingmasing individu diberi skor kemajuan untuk mengetahui perkembangan siswa. Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki ciri utama yaitu memotivasi siswa dalam satu kelompok untuk saling memberi semangat, saling bekerja sama dan membantu untuk menuntaskan informasi atau keterampilan yang sedang dipelajari untuk menghadapi kuis individu. Pembelajaran ini juga menekankan adanya sebuah penghargaan sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar.
239
Adanya penghargaan tersebut dapat memotivasi siswa untuk lebih baik dalam menghadapi kuis individu yaitu memperoleh skor terbaik. Poerwanto (2007) memberikan pengertian prestasi belajar sebagai hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapot. Selanjutnya Winkel (1997) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan menurut Nasution (1987) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakti: kognitif, afektif dan psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan pre eksperiment design dengan model pretest and post-test one group design. Model ini lebih sempurna karena sudah menggunakan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test), sehingga besarnya efek dari eksperimen dapat diketahui dengan pasti. Menurut (Sugiyono, 2007:110) hasil dari perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Menurut Arikunto (2006) subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti, pendapat tersebut berarti bahwa orang cocok dengan karakteristik variabel yang akan diteliti. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Sawahan Kabupaten Trenggalek sebanyak
240
Lilik Sujayanti, Peningkatan Prestasi Belajar dengan Menerapkan Metode...
21 orang. Subyek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut diantaranya faktor perbedaan kemampuan belajar antara siswa dan kondisi lingkungan pada lokasi penelitian. Waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan, dimulai pada bulan Maret 2014 dan berakhir pada April 2014. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik. Hal ini disebabkan data yang dikumpulkan berupa angka atau bilangan (penelitian kuantitatif). Karena data yang disajikan berbentuk ordinal dan berdistribusi normal yang artinya subyek dalam penelitian ini kurang dari 25, yaitu terdapat 13 subyek (N=13) yang akan mendapatkan perlakuan. Maka dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data statistik nonparametrik. Menurut Siegel (1998:40) jika sampelnya kecil, hanya tes nonparametrik yang bisa digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar siswa kelas VI SDN 1 Sawahan pada bidang studi matematika materi operasi bilangan pecahan antara sebelum dan sesudah penerapan model belajar kooperatif tipe STAD. Tabel 1 Hasil belajar siswa siklus I Ketuntasan No. Nama Jml Tuntas Tidak Tuntas 1 J 100 T 2 IM 80 T 3 M 70 T 4 AS 70 T 5 AF 60 TT 6 AS 80 T 7 AZ 100 T 8 FR 70 T 9 IYF 60 TT 10 KK 60 TT 11 RP 80 T -
No. 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama
SP TR TK EA SH AW AM ASN LN MH Jumlah Rata-Rata
Jml 70 60 80 100 70 100 70 70 70 80 1600 76.19
Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas T TT T T T T T T T T 17 4 80.95 19.05
Berdasarkan data di atas terlihat prestasi belajar siswa pada siklus I mencapai 76,19 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 80,95%. Peningkatan prestasi belajar siswa ini masih belum mencapai kriteria ketuntasan yang direncanakan peneliti. Selama pelaksaan model pembelajaran tipe STAD siklus I siswa terlihat lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar sebelumnya. Beberapa siswa cepat dalam mempelajari materi yang disampaikan guru. Siswa juga sudah memiliki keberanian dalam menyampaikan pendapat dan kegiatan diskusi sudah berjalan meski didominasi oleh siswa yang pandai. Tabel 2 Hasil belajar siswa siklus II Ketuntasan No. Nama Jml Tuntas Tidak Tuntas 1 J 100 T 2 IM 80 T 3 M 70 T 4 AS 80 T 5 AF 60 TT 6 AS 100 T 7 AZ 100 T 8 FR 80 T 9 IYF 70 T 10 KK 70 T 11 RP 90 T 12 SP 80 T 13 TR 60 TT 14 TK 100 T 15 EA 100 T -
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 No. 16 17 18 19 20 21
Nama
SH AW AM ASN LN MH Jumlah Rata-Rata
Jml 80 100 70 90 80 90 1750 83.33
Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas T T T T T T 19 2 90.48 9.52
Berdasarkan data di atas nampak peningkatan prestasi belajar siswa yang jauh lebih baik dari siklus I. Pada siklus II prestasi belajar siswa mencapai 83,33 dengan persentasi 90,48%. Dari total 21 siswa kelas VI hanya 2 siswa yang tidak tuntas dalam siklus II ini. Selain hasil data tersebut aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode kooperatif juga menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan strategi yang digunakan sebelumnya. Di dalam penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar siswa aktif dalam mengerjakan tugas kelompok dan cukup banyak siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan guru. Tetapi dalam penelitian ini diketahui pula bahwa frekuensi untuk bertanya masih kurang. Hal ini mungkin disebabkan budaya malu masih sangat kuat di dalam diri siswa. Dari segi guru, tampaknya pembelajaran dengan Strategi belajar kooperatif sangat memudahkan karena guru lebih mudah mengarahkan jalannya proses belajar mengajar. Untuk lebih jelasnya gambaran tentang peningkatan prestasi belajar siswa yang dicapai dari sebelum siklus sampai siklus II, penulis ekspresikan dalam bentuk Gambar 1 peningkatan prestasi belajar seperti di bawah ini.
100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
64.29 42.86
241
90.48 80.95 83.33 76.19
NILAI RATA-RATA
KETUNTASAN
Gambar 1 Peningkatan prestasi belajar siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada materi operasi bilangan pecahan menggunakan metode kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan metode sebelumnya. Hal ini disebabkan metode STAD berorientasi keterampilan proses menuntut siswa lebih aktif dalam menemukan pengetahuan dan siswa dapat berdiskusi kelompok apabila mengalami kesulitan sehingga siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan dari guru tetapi siswa berusaha menemukan pengetahuan dengan keterampilan proses yang dimiliki. Pendekatan keterampilan proses yang diterapkan pada pembelajaran juga membuat prestasi belajar lebih tinggi karena dengan pendekatan keterampilan proses siswa mampu mengembangkan kemampuan yang dimiliki serta menekankan bagaimana belajar menemukan pengetahuannya sendiri dan mengelola perolehannya. Denga menemukan konsep secara mandiri maka siswa lebih mudah memahami konsep temuan orang lain. Dalam meemukan konsepnya sendiri siswa dilatih menggunakan kemampuannya untuk menyelidiki secara sistematis dan kritis sehingga siswa mampu merumuskan pengetahuan yang diperoleh. Menerapkan metode STAD berorientasi keterampilandalam pembelajaran akan
242
Lilik Sujayanti, Peningkatan Prestasi Belajar dengan Menerapkan Metode...
membuat siswa mandiri untuk menemukan pengetahuannya sendiri dan meningkatkan prestasi siswa. Pemahaman siswa dapat meningkat karena siswa berdiskusi kelompok dengan siswa lain atau bertanya pada guru apabila ada masalah atau kesulitan. Siswa akan menemukan dan memahami konsep yang sulit apabila mereka mendiskusikan konsep tersebut dengan temannya. Metode pembelajaran kooperatif STAD menjadikan siswa lebih berpartisipasi dalam pembelajaran, aktivitasnya meingkat, berani menyampaikan pendapat, mampu menjelaskan persoalan pelajaran lewat diskusi dan kerja kelompok, nilai afektif dan psikomotornya juga meningkat. Farihah (2005) mengungkapkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses pembelajaran membuat siswa lebih mudah memahami materi pelajaran karena adanya saling membantu antarsiswa dalam kelompok sehingga siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit. Pemahaman juga sangat penting dalam matematika karena matematika dibutuhkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan. Dalam memecahkan masalah diperlukan keterampilan-keterampilan yang berasal dari aplikasi pengetahuan yang telah dipelajari. Untuk dapat mengaplikasikan yang dimiliki, diperlukan pemahaman terhadap pengetahuan tersebut. Watson (1995) menemukan bahwa prestasi belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif secara intensif sama baiknya dengan kelompok heterogen. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI
SDN 1 Sawahan Kabupaten Trenggalek antara sebelum dan sesudah penggunaan metode pembelajaran tipe STAD. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode kooperatif tipe STAD berorientasi keterampilan proses pada saat pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD berorientasi keterampilan proses dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran matematika. Skor rata-rata hasil prestasi siswa juga lebih tinggi ketika diterapkannya metode pembelajaran ini. Performan siswa yang belajar secara kelompok lebih baik daripada yang belajar secara individu. Kelebihan penerapan metode kooperatif tipe STAD adalah siswa berusaha mencari pengetahuannya sendiri dengan keterampilan proses yang dimiliki dan melatih siswa untuk belajar dan berdiskusi secara kelompok serta belajar merumuskan pengetahuan yang diperoleh sehingga pembelajaran terpusat pada siswa. Sedangkan kekurangan dalam penerapan STAD adalah dibutuhkan peralatan yang lebih banyak. Kendala yang muncul dalam penerapan metode kooperatif tipe STAD adalah belum terbiasanya siswa untuk melaksanakan pembelajaran berpusat pada siswa sehingga harus dibimbing dalam pelaksanaannya. Saran Bagi guru mata pelajaran matematika agar mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan berbagai macam strategi. Salah satunya adalah strategi pembelajaran kooperatif. Bagi guru ketika menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD harus menerangkan prosedur
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
pelaksanaan pembelajaran sehingga siswa mengetahui apa yang harus dikelakukan dan siap melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu guru harus mengawasi dan membimbing siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran sehingga siswa dapat bertanya pada guru apabila menemui kesulitan.
DAFTAR RUJUKAN Arends, R. 2001. Learning to Teach. New York: McGrawHill. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Farihah, L. 2005. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Konsep Perubahan Lingkungan Fisik dan Prosesnya dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Semarang: Skripsi UNNES. (Tidak Diterbitkan). Kristiyawan, A. 2009. Peningkatan Pemahaman Konsep Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok melalui Model Pembelajaran Aktif Tipe Snowball. Surakarta: Skripsi FKIP UMS. (Tidak Diterbitkan). Nasution, S. 1987. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Nur, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA. Poerwanto, N. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya.
243
Bagi peneliti lain, hendaknya memperhatikan aspek metode pengumpulan data semaksimal mungkin untuk menghindari subyektifitas dalam penelitian serta memperhatikan alokasi waktu yang ada dalam penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan sebaik mungkin agar siswa benar-benar terbantu dan merasakan manfaatnya.
Riyanto, Y. 2008. Paradigma Baru Pembelajaran (sebagai Referensi bagi Guru dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Surabaya: Prenada Media. Siegel, S & Castellen, N.J. 1988. Non Parametric Statistics. New York: McGrawHill. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV.Alfabeta. Triyanto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Media Group. Watson, B.S & Marshall, J.E. 1995. Effect of Cooperative Interactions and Heterogeneous Arrangement on Achievement and Interaction of Cooperative Learning Group in College Life Science Course. Journal of Research in Science Teaching, 32:292-299. Winkel, W.S. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia