16
Rusmiati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS...
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SEJARAH HINDU MENERAPKAN MODEL CTL PADA SISWA KELAS V SDN 1 PUNJUL KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012 Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung
Abstrak. Dalam proses belajar mengajar IPS, siswa sebagai pusat pembelajaran harus aktif dan tidak pasif. Siswa yang aktif tidak hanya sekedar duduk mendengarkan dan mencatat keterangan dari guru, akan tetapi siswa terlibat aktif secara langsung dalam proses belajar mengajar. Faktanya motivasi belajar IPS siswa kelas V SDN 1 Punjul Karangrejo Tulungagung masih rendah, hal ini berpengaruh pada rendahnya hasil ulangan harian siswa, masih banyak siswa berada di bawah KKM IPS (70) yang ditentukan. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Punjul Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung pada siswa Kelas V bidang studi IPS pokok bahasan sejarah hindu Semester I tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai bulan Nopember 2011. Berdasarkan pengamatan pada siklus I diperoleh persentase aktivitas guru sebesar 55% dan pada siklus II meningkat menjadi 83,75%. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I persentasenya sebesar 56,25% dan pada siklus II meningkat menjadi 82,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan CTL pada siswa kelas V SDN 1 Punjul Karangrejo Tulungagung berhasil dengan baik. Pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 56,29, pada siklus pertama 75,14, dan siklus kedua 82,86. Kata Kunci: prestasi belajar, sejarah hindu, model CTL
Pada era kemajuan teknologi saat ini kita dituntut untuk melek informasi atau mengetahui informasi sesuai perkembangan jaman. Salah satu sarana untuk mengetahui informasi tersebut adalah melalui pembelajaran di sekolah. Sekolah adalah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa salah satunya tempat untuk mentransfer ilmu. Tujuan pendidikan nasional adalah menjadikan manusia yang lebih baik. Pendidikan sekolah dasar diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperlukan untuk kehidupan masyarakat serta menyiapkan peserta didik agar memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Oleh karena itu, pendidikan di sekolah dasar harus dilaksanakan dengan baik. Salah satu mata
pelajaran pokok yang diajarkan pada pendidikan dasar adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan mata pelajaran dengan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada umumnya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran di tingkat SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang dimulai dari lingkungan terdekat hingga lingkungan terjauh. Melalui IPS, siswa diarahkan untuk menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
Dalam panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan dinyatakan tujuan pembelajaran IPS (BSNP, 2006) yaitu: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global. Sudjana (2005) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada siswa. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, serta kecakapan dan kemampuannya. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2001). Sehingga belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses belajar, berdasarkan pengalaman tertentu sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Interaksi tersebut salah satunya adalah proses belajar yang diperoleh di sekolah. Profesionalisme seorang guru sangat dibutuhkan guna terciptanya suasana proses belajar mengajar yang efektif dan efisiensi dalam pengembangan siswa yang memiliki kemampuan beragam. Guru sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan dan mitra belajar dari pada sekedar menstransfer pengetahuan kepada siswa. Hal ini sesuai dengan UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
17
(Siswoyo, 2007) bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa, pada pendidikan usia dini jalur formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah. Dalam proses pendidikan harus mampu menumbuhkan minat belajar siswa. Guru juga harus dapat menggunakan metode yang tepat sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Pemilihan berbagai metode pembelajaran yang banyak jenisnya, tentu harus dipertimbangkan sebelum digunakan, misalnya dengan memperhatikan beberapa aspek seperti materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia serta hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Menurut Suryabrata (1975) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai selama mengikuti pelajaran pada periode tertentu di dalam suatu lembaga pendidikan dimana hasilnya dalam penilaian yang diwujudkan dengan angka atau simbol-simbol. Bloom membagi kawasan belajar yang disebut sebagai tujuan pendidikan yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik. Untuk mengetahui prestasi belajar kognitif siswa maka diperlukan tes prestasi belajar yang disusun secara terencana untuk mengetahui penguasaan materi yang telah diajarkan. Halhal yang mempengaruhi prestasi belajar sehingga tercapai penguasaan materi secara penuh. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Syah (2002) mengartikan bahwa penilaian (evaluasi) prestasi belajar siswa sebagai proses penilaian untuk menggambarkan prestasi
18
Rusmiati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS...
belajar yang dicapai oleh siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kontekstual adalah konsepkonsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Johnson (2008) mengungkapkan kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari. CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Ketika para guru membantu siswa untuk percaya pada diri mereka sendiri dan untuk menemukan jalan mereka, para guru menginspirasikan untuk mencapai standar akademik. Guna meningkatkan belajar siswa dalam pelajaran IPS, guru perlu memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi pembelajaran yang hanya dengan ceramah menjadi pembelajaran yang memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Salah satunya menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). Pendekatan CTL dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini sesuai untuk mengajarkan IPS, Karena IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial yang dimulai dari lingkungan terdekat hingga lingkungan terjauh siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dan berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS. Penelitian dilakukan mulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pemantauan (observasi), (4) refleksi pada setiap tindakan yang dilakukan, dan (5) evaluasi (Arikunto, 2009:16). Pengumpulan data penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Oktober-November 2011 dan mendapatkan responden 21 orang dari siswa kelas V SD Negeri 1 Punjul. Instrumen penelitian dilakukan dengan tes, observasi, angket dan catatan lapangan. Penelitian terdiri dari 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Dalam penelitian guru bertindak sebagai penyampai materi pembelajaran dan dibantu oleh rekan guru sebagai pengamat/observer. Hal ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya peningkatan belajar pada siswa kelas V dalam pembelajaran IPS melalui model CTL. Dalam menentuan keberhasilan proses yang dilakukan selama penelitian, ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang. Dimana penilaian menggunakan format skor. Arikunto (1997) membagi skor penilaian menjadi 4 kategori, seperti yang ditunjukkan Tabel 1. Tabel 1 Kategori Penilaian Lembar Observasi
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 Penilaian skor 4 3 2 1
Kategori Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik
Untuk mencari persentase nilai ratarata setelah dilakukan observasi dilakukan dengan menggunakan rumus: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑁𝑅 = 𝑥 100% 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 NR adalah persentase nilai rata-rata setelah dilakukan observasi. Data yang sudah didapat dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adala menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan dan mereduksi data yang melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklarifikasian di dalamnya. Kegiatan diawali dengan diskusi tentang materi ajar, yaitu sejarah hindu diikuti dengan latihan menerapkan strategi pembelajaran menggunakan metode CTL. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan penelitian dilaksanakan sebanyak 2 kali, yaitu siklus I dan siklus II. Dalam penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas V pada mata pelajaran IPS. Hasil observasi dapat dilihat dari hasil analisa data penilaian kinerja siswa. Perolehan hasil belajar siswa pada akhir siklus I disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Nilai siswa siklus I No 1 2 3 4 5 6 7
Inisial AM AP AGP BD CO DS ED
Skor 100 82 82 64 64 100 82
Ketuntasan T TT T T T TT TT T T -
No 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Inisial EAW FYS FAS FCP FEN ITW ILK PS RY SA SAL SNA DJF SFL Jumlah Rata-rata
Skor 82 64 46 82 64 82 82 46 64 100 64 64 82 82 1578 75,14
19
Ketuntasan T TT T TT TT T TT T T TT TT T TT TT T T 12 9 57,14 42,86
Dari data di atas terlihat jelas bahwa kemampuan siswa untuk memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan dengan kualifikasi baik masih sangat rendah. Tingkat ketuntasan mencapai 57,14% atau 12 siswa dari 21 siswa yang diteliti yang berarti lebih rendah dari syarat ketuntasan minimum yaitu 85% siswa dengan nilai minimum 70. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II. Hasil Observasi selama proses pembelajaran pada siklus II adalah seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai siswa siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Inisial AM AP AGP BD CO DS ED EAW FYS FAS FCP FEN ITW ILK PS RY SA SAL
Skor 100 82 82 82 82 100 82 82 82 64 82 82 100 82 64 82 100 64
Ketuntasan T TT T T T T T T T T T TT T T T T TT T T TT
20 No 19 20 21
Rusmiati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS... Inisial SNA DJF SFL Jumlah Rata-rata
Skor 82 82 82 1740 82,86
Ketuntasan T TT T T T 18 3 85,71 14,29
Kekurangan yang ada pada siklus I sudah diperbaiki dalam siklus II. Dari tabel 2 diketahui bahwa ketuntasan telah mencapai 85,71%, ketuntasan tersebut telah melebihi ketuntasan secara klasikal sebesar 85%, sehingga penelitian ini telah berhasil dan tidak perlu dilanjutkan lagi. Aktivitas guru dan siswa dalam penelitian ini telah mengalami peningkatan. Guru sudah lebih bisa memberikan motivasi kepada siswa. Sehingga prestasi siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan pengamatan pada siklus I diperoleh persentase aktivitas guru sebesar 55,00% dan pada siklus II meningkat menjadi 83,75%. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I persentasenya sebesar 56,25% dan pada siklus II meningkat menjadi 82,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan CTL pada siswa kelas V SDN 1 Punjul Karangrejo Tulungagung tahun 2011/2012 semester I berhasil dengan baik. Pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 56,29, siklus pertama 75,14, dan siklus kedua 82,86. Untuk dapat lebih jelasnya perbandingan perolehan atau peningkatan nilai digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Pendekatan CTL pada pembelajaran IPS sangat tepat untuk diterapkan karena materi IPS berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar. Menggunakan metode CTL, materi yang disampaikan akan bermakna karena siswa berinteraksi langsung dalam pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran IPS dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar. Selain peningkatan hasil belajar, penelitian menggunakan contextual teaching and learning juga meningkatan keaktifan siswa dan kreatifitas guru dalam pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa dengan contextual teaching and learning pembelajaran membuat siswa aktif yaitu melaksanakan pembelajaran yang bermakna. Kreatifitas guru terlihat dari digunakannya berbagai alat peraga, melakukan penguatan, memberikan motivasi. Penerapan contextual teaching and learning dalam pembelajaran materi sejarah hindu menyediakan sumber belajar yang lebih kontekstual bagi siswa. Diambil dari kehidupan sehari-hari siswa memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih interaktif terhadap sumber belajar yang disediakan serta memberikan pengalaman langsung bagi siswa sehingga hasil belajar lebih bermakna. Kerjasama antar siswa semakin meningkat.
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
Guru tidak hanya menggunakan ceramah, melainkan bisa menggunakan metode-metode yang menarik sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
21
Saran
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, dengan diterapkannya proses pembelajaran dengan pendekatan CTL menjadikan prestasi belajar siswa untuk mempelajari bidang studi IPS semakin meningkat, Hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 56,29, pada siklus pertama 75,14 dan pada siklus kedua 82,86. Efektifitas pembelajaran IPS mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan motivasi guru terhadap siswa juga meningkat, dominasi guru terhadap pembelajaran akan semakin berkurang, dan suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan menyenangkan.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dipaparkan dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut agar dalam menerapkan pendekatan CTL dapat mencapai hasil yang memuaskan: (1) Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan. (2) Memaksimalkan persiapan perangkat pembelajaran, khususnya LKS. (3) Memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan pendekatan CTL. (4) Untuk tim dalam penelitian, meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan dari kolaborator bisa lebih meningkatkan kinerja. (5) Dalam proses belajar mengajar guru perlu memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap bidang studi yang diajarkannya.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. BSNP. 2008. Model Silabus Kelas V. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, Dirdik Lanjutan Pertama. Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Johnson, E.B. 2008. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC Siswoyo, D. dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sudjana, N. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Suryabrata, S. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. Syah, M. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.