Upaya Meningkatkan Pemahaman Terhadap Materi Pergaulan Yang Sehat Pada Siswa Kelas IX-F SMP Negeri 1 Kasreman Melalui Metode Spontaneous Group Discussion Oleh : Sri Hartati Kusuma Wardani SMP Negeri 1 Kasreman
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman terhadap materi pergaulan yang sehat pada siswa kelas IX-F SMP Negeri 1 Kasreman melalui metode Spontaneous Group Discussion. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kasreman yang terletak di Jl. Raya Ngawi-Caruban Km 06 Desa Cangakan, Kecamatan Kasreman. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas IX-F semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 siswa. Penelitian tindakan kelas Ini dilaksanakan selama 2 bulan yakni bulan Maret 2015 sampai April 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan Dengan penerapan metode kooperatif tipe Spontaneous Group Discussion tampaknya telah mampu meningkatkan kemampuan siswa yang diindikasikan dengan tingkat ketuntasan yang selalu mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut misalnya jika pada siklus I ketuntasan mencapai 59% pada siklus II meningkat menjadi 75% dan pada siklus III meningkat menjadi 94%. Ketidak tuntasan mengalami penurunan yakni jika siklus I sebesar 41% turun menjadi 25% pada siklus II dan turun menjadi 6% pada siklus III Kata kunci: meningkatkan pemahaman, metode spontaneous group discussion
A. PENDAHULUAN Bimbingan dan Konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam menjalani pengalaman bimbingan di sekolah. Dengan demikian usaha Bimbingan Konseling perlu dilaksanakan secara optimal agar perkembangan peserta didik dapat berjalan secara maksimal. Menurut pedoman pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Konselor atau guru BK dalam membantu mamahami perkembangan anak dapat melalui sembilan bimbingan yaitu:” bimbingan orientasi, informasi, pembelajaran, penempatan dan penyalauran, konseling,
bimbingan kelompok, kotak konsultasi, konferensi kasus dan bimbingan papan bimbingan’. Tujuan Bimbingan Konseling adalah membantu peserta didik dalam tugas perkembangannya agar peserta didik memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME, memiliki sikap positip, dinamis terhadap perkembangan fisik dan psikisnya, memiliki sikap mandiri secara emosional dan sosial ekonomi, memiliki pola hubungan sosial yang baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat, memiliki prestasi belajar yang baik dan dapat merencanakan dan mengembangkan kariernya.
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
163
Untuk membantu peserta didik dalam tugas perkembangannya perlu mendapat bimbingan dari Konselor agar tugas-tugas perkembangan yang dilalui dapat berkembang sesuai perkembangan anak yaitu antara anak usia 12 tahun sampai dengan 16 tahun. Bimbingan konseling di SMP sampai saat ini masih berorientasi pada metode bimbingan yang konvensional dalam arti bahwa metode konvensional yang digunakan tidak lebih pada kegiatan ceramah oleh guru sementara siswa hanya sebagai pendengar. Akibat dari pendekatan yang menekankan pada aktivitas guru tersebut kompetensi yang dimiliki siswa tidak bisa berkembang secara optimal. selain itu, kemampuan siswa juga cenderung rendah. Kelas IX-F SMP Negeri 1 Kasreman secara umum memiliki kemampuan memahami materi bimbingan yang rendah. Hal ini adalah kondisi yang sangat memprehatinkan sehingga perlu adanya upaya mengatasi masalah tersebut. Untuk itu, mengingat kelas IX-F merupakan kelas yang memiliki kemampuan di bawah kelas lain maka penerapan metode bimbingan juga harus tepat. Hal ini di dasarkan bahwa sebagai yang memiliki kemampuan di bawah kelas lain tentu belum mampu menggunakan pola pikir yang maksimal sehingga diperlukan kecermatan guru dalam mengajar. Salah satu upaya yang diharapkan bisa mengatasi rendahnya tingkat pemahaman siswa kelas IX-F adalah dengan menggunakan metode kooperatif tipe Spontaneous Group Discussion. Metode kooperatif tipe Spontaneous Group Discussion atau bermain peran
pada prinsipnya merupakan metode bimbingan yang menekankan permainan dalam pembelajaran. Penerepan metode ini dimaksudkan untuk melatih siswa siswa agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial psikologis sekaligus melatih siswa -siswa agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. Mendasar dari uraian di atas, peneliti sekaligus guru BP/BK yang membimbing di kelas IX-F berupaya menerapkan metode Spontaneous Group Discussion atau bermain peran tersebut dalam pemahaman “Pergaulan yang Sehat” pada kelas IX-F. Penerapan metode ini menitik beratkan pada kemampuan siswa untuk memahami materi bimbingan secara menyeluruh sehingga mampu memberikan manfaat yang besar pada kemampuan afektif maupun kognitif. Adapun judul penelitian yang dilaksanakan adalah “Upaya Meningkatkan Pemahaman terhadap Materi Pergaulan yang Sehat pada Siswa Kelas IX-F SMP Negeri 1 Kasreman melalui Metode Spontaneous Group Discussion” Berdasarkan pada pembatasan masalah diatas maka dibuat suatu perumusan masalah yakni bagaimanakah upaya meningkatkan pemahaman terhadap materi pergaulan yang sehat pada siswa kelas IX-F SMP Negeri 1 Kasreman melalui metode Spontaneous Group Discussion? Adapun tujuan yang akan dicapai sehubungan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan pemahaman terhadap materi pergaulan yang sehat pada siswa
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
164
kelas IX-F SMP Negeri 1 Kasreman melalui metode Spontaneous Group Discussion Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan terbaik bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru maupun memperbaiki mutu sekolah sekaligus sebagai rujukan bagi para peneliti lainnya terutama terkait dengan metode pemberian bimbingan pada siswa. B. KERANGKA TEORITIS Bimbingan Konseling Materi Pergaulan yang Sehat Pergaulan sehari-hari memiliki peran sangat besar dalam menentukan kesuksesan atau kegagalan kita. Kalau sehari-hari kita hanya bergaul dengan orang-orang yang pesimis dan tidak memiliki semangat hidup, hampir dapat dipastikan kita pun akan pesimis dan tidak memiliki semangat hidup seperti temanteman bergaul kita. Sebaliknya, jika kita bergaul dengan orang-orang optimis dan selalu memiliki mimpi besar untuk meraih kesuksesan yang lebih bermakna dari waktu ke waktu, maka kita telah berada di jalur yang tepat dan benar karena cepat atau lambat kita pun akan meraih kesuksesan dalam hidup seperti teman bergaul kita. Apakah ini berarti kita harus memilih hanya bergaul dengan orangorang yang positif dan telah sukses saja serta memutuskan tali silaturahmi dengan orang-orang yang pesimis, banyak mengeluh, berpikir negatif dan gagal dalam hidup? Tentu saja tidak. Kita perlu menjaga silaturahmi dengan sanak, saudara, sahabat dan teman-teman kita walaupun mereka pesimis, banyak mengeluh, berpikir
negatif dan gagal dalam hidup. Benar kita tidak boleh memutuskan tali silaturahmi dengan mereka, bahkan kalau bisa kita mengajak mereka untuk berpikir, bersikap dan bertindak positif seperti kita. Namun demikian agar kita tidak terpengaruh secara negatif, kita perlu secara sengaja memilih lebih banyak bergaul dengan teman-teman yang positif dan optimis. Karena seperti dikatakan oleh Charlie “Tremendous” Jones: “Lima tahun lagi Anda akan sama seperti sekarang, kecuali dua hal, orang-orang dengan siapa Anda bergaul dan buku-buku yang Anda baca.” Carilah teman-teman yang sudah sukses sebanyak-banyaknya, tanpa meninggalkan teman-teman lama kita. Cara mendapatkan teman seperti itu adalah dengan mengikuti seminar-seminar sukses, pengembangan diri dan motivasi. Orang-orang sukses atau belum sukses tapi berorientasi sukses sangat gemar mengikuti seminar-seminar sukses, pengembangan diri. Menurut Dale Carnegie ada enam cara membuat orang menyukai kita, di antaranya sebagai berikut. 1) secara tulus tunjukkan minat terhadap orang lain (Become genuinely interested in other people); 2) tersenyumlah (Smile); 3) ingat bahwa bagi setiap orang namanya adalah suara termanis dan terpenting dalam bahasa apa pun (Remember that a person’s name is to that person the sweetest and most important sound in any language) 4) jadilah pendengar yang baik. Dorong orang untuk berbicara tentang diri mereka (Be a good listener. Encourage others to talk about themselves);
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
165
5) bercakaplah mengenai hal-hal yang menarik orang lain (Talk in terms of the other person’s interests); 6) buat orang merasa dirinya penting— dan lakukanlah dengan tulus (Make the other person feel important—and do it sincerelyotivasi. Dampak Positif dan Negatif dalam Pergaulan Bergaul memang telah menjadi kebutuhan masing-masing individu untuk melakukan sosialisasi. Tak heran jika banyak orang yang rela mengorbankan banyak hal agar bisa eksis di dunia pergaulan. Meskipun demikian, memiliki pergaulan yang luas juga memiliki dampak yang cukup ekstrim bagi diri anda. karenanya, dalam bergaul, anda perlu memperhatikan kelebihan atau kekurangan pergaulan yang bisa anda manfaatkan. Berikut ini merupakan beberapa dampak positif dan dampak negatif dalam pergaulan. 1. Satu hal yang perlu anda ketahui, pergaulan merupakan suatu kebutuhan manusia untuk menjaga kehidupan sosial mereka tetap berjalan. Dalam bergaul, anda harus memiliki batasanbatasan tertentu dan pintar memilih agar dampak negatif yang bisa timbul bisa diminamilisasi. Pada satu sisi, pergaulan bisa memberi anda manfaat yang sangat baik dalam perkembangan jiwa anda. Di sisi lain, pergaulan juga bisa melibatkan anda pada satu permasalahan yang tidak pernah anda kira bisa terlibat. Karenanya, anda perlu banyak belajar dalam melakukan
pergaulan agar anda tidak mudah terkena dampak negatif dalam pergaulan. 2. Dalam bergaul, ada beberapa hal yang perlu anda perhatikan. Salah satunya adalah mengenai teman anda. Anda harus bisa menyeleksi teman atau orang lain yang bisa anda anggap sebagai teman. Hal lain yang juga perlu anda perhatikan adalah mengenai grup yang anda masuki. Anda jangan terlalu mudah untuk bergabung dengan suatu grup pertemanan. Jika anda sampai salah masuk, anda bisa memiliki kemungkinan besar untuk mendaptkan dampak yang negatif dalam diri anda. 3. Belajarlah untuk lebih mudah mengatakan kata “tidak”. Terkadang, jika kita diminta untuk menyediakan suatu hal yang anda rasa kurang mampu untuk melakukannya, anda harus mampu untuk mengatakan tidak jika memang anda tidak bersedia untuk melakukannya. 4. Jangan terlalu mudah untuk mengikuti tren. Menjadi diri sendiri memang terkadang tidak mudah, apa lagi jika anda banyak dikelilingi oleh orangorang yang senantiasa up to date dan selalu mengikuti tren masa kini. Karenanya, anda perlu bisa mengontrol diri anda agar lebih berhati-hati dalam menjalani pergaulan. Model bimbingan Spontaneous Group Discussion Jika siswa diminta untuk duduk berpasangan atau berkelompok, kita akan lebih mudah menginstruksikan mereka untuk melakukan aktivitas-aktivitas
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
166
tertentu, seperti mencari makna sesuatu, mencari alasan tentang peristiwa tertentu, aatau memecahkan suatu masaalah. Dikenal dengan istilah spontaneous group discussion karena diskusi kelompok ini tidak direncanakan sebelumnya, tetapi dilaksanakan secara spontan. Teknik pelaksanaannya pun sederhana, yaitu meminta siswa untuk berkelompok dan berdiskusi tentang sesuatu. setelah itu, guru memanggil kelompok itu satu per satu untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Diskusi ini bisa dilaksanakan beberapa menit atau sepanjang jam pelajaran. Akan tetapi, meskipun spontan diskusi kelompok ini tetap mengharuskan guru untuk memperhatikan lima elemen pembelajaran kooperatif. Interpredensi positif, akuntabilitas individu, interaksi promotif, keterampilan sosial, dan pemrosesan kelompok. Spontaneous group discussion ialah suatu penyajian bahan pelajaran secara ilmiah dengan cara siswa saling tukar informasi, pengalaman, pendapat, atau pemecahan masalah secara formal/lisan untuk mencapai tujuan. Adapun metode diskusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu penyajian materi dengan proses interaksi antara dua siswa atau lebih individu, untuk saling tukar informasi, pengalaman, pendapat, atau memecahkan masalah secara musyawarah dan saling berhadapan muka dengan tujuan untuk mencapai suatu kesepakatan dalam membahas materi pelajaran. Adapun langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Spontaneous group discussion a. Menjelaskan tujuan pembelajaran
b. Memberikan pengarahan diskusi c. Membentuk kelompok diskusi sekaligus memilih pimpinan diskusi d. Memberi materi kepada kelompok diskusi e. Kelompok diskusi mempresentasikan hasil diskusi di hadapan kelompok diskusi yang lain f. Memberi kesempatan untuk bertanya/ menyampaikan pendapat dan menjawab/ mengemukakan pendapat kepada peserta diskusi g. Diadakan evaluasi dengan cara mengisi soal-soal yang telah disiapkan dan melarang siswa untuk kerjasama h. Selesai tes siswa disuruh mengisi angket C. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Rancangan PTK digunakan karena beberapa alasan. Pertama, masalah yang akan dicarikan solusinya adalah masalah yang akan ditemukan dalam praktik bimbingan yang dilakukan adalah untuk memperbaiki layanan, meningkatkan hasil layanan, dan menemukan alternatif pengelolaan kelas yang lebih kondusif dalam bimbingan dan konseling. Kedua, adanya kolaborasi antara peneliti dan guru BP/BK yang lain dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan kesimpulan terhadap proses bimbingan konseling melalui penerapan metode kooperatif tipe Spontaneous Group Discussion. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kasreman yang terletak di Jl. Raya Ngawi-Caruban Km 06 Desa Cangakan, Kecamatan Kasreman. Adapun
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
167
subjek penelitian adalah siswa kelas IX-F semester genap tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 32 siswa. Penelitian tindakan kelas Ini dilaksanakan selama 2 bulan yakni bulan Maret 2015 sampai April 2015 Prosedur Penelitian Perencanaan Berdasarkan temuan permasalahan pada identifikasi awal, disusunlah rencana tindakan mengenai penerapan model bimbingan Spontaneous Group Discussion dari masalah-masalah yang ditemui dalam proses layanan. Penyusunan rencana tindakan ini berlandaskan pada prinsip kolaborasi antara peneliti dan praktisi. Rencana tindakan yang disusun berkaitan dengan bimbingan metode kooperatif tipe Spontaneous Group Discussion yakni (1) menyusun rencana bimbingan dengan metode kooperatif tipe Spontaneous Group Discussion yang meliputi (a) tujuan layanan, (b) kegiatan layanan, (c) materi layanan, (d) media layanan, dan (e) evaluasi bimbingan setiap siklusnya (2) menyusun indikator dan kriteria pencapaian siswa dalam bimbingan (3) menyusun kriteria ketuntasan. Target Penelitian Dalam melakukan penelitian tindakan kelas IX-F ini, target yang hendak dicapai adalah (1) meningkatnya motivasi bimbingan minimal tinggi, (2) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diindikasikan tercapainya ketuntasan secara individu sebesar 70 dan ketuntasan secara klasikal minimal 80%. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan bimbingan berlangsung selama tiga siklus. Setiap pertemuan menggunakan waktu satu jam pelajaran (1x40menit). Fokus tindakan setiap siklus berupa implementasi metode Spontaneous Group Discussion. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, guru melaksanakan bimbingan berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun secara kolaboratif antara peneliti dan praktisi. Observasi Observasi dilakukan selama bimbingan berlangsung. Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan bimbingan dengan tujuan untuk mendapatkan berbagai data yang diperlukan serta mengetahui kendala yang dihadapi guru dan siswa berkaitan dengan bimbingan metode Spontaneous Group Discussion. Dengan kata lain, kegiatan pengamatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan bimbingan (baik proses maupun hasil). Pada pelaksanaan tindakan, peneliti berkedudukan sebagai pengamat untuk memantau secara kritis dan objektif pelaksanaan bimbingan serta untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh guru. Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang komprehensif, peneliti menggunakan instrumen pengumpul data yang telah dibuat sebelumnya. Pengamatan dilakukan mulai dari siklus pertama sampai dengan siklus ketiga. Hasil pengamatn ini didiskusikan oleh peneliti dan praktisi secara kritis dan seksama, kemudian hasilnya diperlukan
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
168
untuk kepentingan refleksi. Pengamatan yang dilakukan dalam satu siklus akan memberikan masukan dan dijadikan dasar bagi penyususunan rencana tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Refleksi Tahap refleksi dilaksanakan setiap berakhirnya satu tindakan. Pada tahap ini, hasil observasi yang berkaitan dengan proses dan hasil bimbingan dengan metode Spontaneous Group Discussion. Dengan strategi aktifitas siswa dalam bimbingan didiskusikan dengan praktisi. Kegiatan yang dilakukan dalam diskusi adalah (1) Menganalisis pelaksanaan tindakan bimbingan yang telah dilakukan dari segi proses maupun hasil, (2) Menyintesis hasil pelaksanaan tindakan bimbingan yang telah dilakukan dari segi proses maupun hasil, (3) Memaknai hasil pelaksanaan tindakan bimbingan yang telah dilakukan dari segi proses maupun hasil, (4) Menyimpulkan hasil pelaksanaan tindakan bimbingan yang telah dilakukan dari segi proses maupun hasil. Hasil refleksi ini memberi masukan bagi peneliti untuk menentukan sikap bagi pelaksanaan siklus berikutnya. Selain itu, hasil ini dijadikan dasar untuk menyusun rencana bimbingan berikutnya sebagai tindakan perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan bimbingan sebelumnya. Daur tindakan akan berhenti apabila telah mencapai indikator hasil yang telah ditetapkan. Teknis Analis Data Analilsis data dilakukan berdasarkan tahapan analisa model mengalir yang dikemukakan Miles dan
Huberman (1992:18). Kegiatan analisis tersebut ada tiga tahapan yakni (1) tahap reduksi data, (b) tahap penyajian data, dan (3) tahap penarikan kesimpulan. Analisis data dapat dilakukan selama dan sesudah penelitian dengan bertumpu pada proses dan hasil. Reduksi data dilakukan pada saat dan sesudah kegiatan pengumpulan data berupa aktivitas, latar, dan situasi bimbingan berlangsung. Penyajian data dilakukan dengan memaparkan semua data yang telah direduksi. Data penelitian sudah diorganisasikan dan diklasifikasikan pada masing-masing tahapan. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pratindakan Rendahnya kemampuan memahmi materi Pergaulan yang Sehat akan menjadi masalah tersendiri bagi guru BP/BK. Hal ini adalah kondisi yang sangat memprehatinkan sehingga perlu adanya upaya mengatasi masalah. Untuk itu, maka penerapan metode bimbingan harus tepat karena dengan metode bimbingan yang tepat maka tingkat pemahaman siswa terhadap materi bisa dioptimalkan Dalam mengikuti bimbingan atau bimbingan konseling, kelas IX-F SMP Negeri 1 Kasreman secara umum memiliki motivasi yang rendah sehingga tingkat pemahaman materi juga rendah. Dan sebagaimana dalam studi pendahuluan diketahui bahwa pada materi Pergaulan yang Sehat dari 32 siswa terdapat 16 siswa atau 50% siswa dinyatakan tuntas dan 16 siswa atau 50% siswa yang belum tuntas tau belum
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
169
mampu. Oleh karena itu penerapan metode Spontaneous Group Discussion ini menjadi salah satu alternatifnya.
mengekpresikan diri, 41% Bisa menyebutkan cara bergaul yang sehat dengan benar, 44% berusaha mencari alternatif jawaban pada teman, dan 47% Bisa mengerjakan tugas secara baik.. Dan Hasil Penelitian Siklus I Observasi yang dilakukan selama jika dirata-rata maka motivasi siswa bimbingan siklus I terdapat dua hal yakni menunjukkan angka 46% atau berkategori observasi motivasi selama mengikuti kurang memiliki motivasi dalam bimbingan siswa dan observasi terhadap bimbingan. prestasi belajar siswa. Seiring dengan Setelah dilakukan tes pada penerapan siklus I yang dalam bimbingan pertemuan kedua maka dapat diketahui memerlukan 2 jam pelajaran maka bahwa hasil atau kemampuan memahami motivasi selama mengikuti bimbingan materi Pergaulan yang Sehat sudah lebih siswa dapat diidentifikasi bahwa dari 32 baik dari refleksi awal. Kemampuan siswa siswa terdapat 47% siswa yang Antusias selengkapnya sebagaimana dalam tabel 1 dalam layanan, 53% berani di bawah ini. Tabel 1 Kemampuan Siswa Siklus I No 1 2 3 4 5
Nilai 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Jumlah
Ketercapaian 5 8 18 1 0 32
Dari tabel 1 di atas tampak bahwa berdasarkan penerapan siklus I, dari 32 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 19 siswa atau 59% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 13 atau 41%. sedang ratarata secara klasikal 66. Dan dari hasil ini maka jika mengacu pada target penelitian maka penelitian ini belum sesuai dengan target yang ditetapkan yakni ketuntasan sebesar 80%. Penerapan siklus I ternyata belum mampu memenuhi target penelitian sehinga dengan hasil observasi yang menunjukkan motivasi masih kurang dan ketuntasan masih di bawah target maka
Keterangan
penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus II. Hasil Penelitian Siklus II Observasi yang dilakukan selama bimbingan siklus I terdapat dua hal yakni observasi motivasi selama mengikuti bimbingan siswa dan observasi terhadap prestasi belajar siswa. Seiring dengan penerapan siklus II yang dalam bimbingan memerlukan 2 Jam pelajaran maka motivasi siswa dalam bimbingan dapat diidentifikasi bahwa dari 32 siswa terdapat 59% siswa yang Antusias dalam layanan, 66% berani mengekpresikan diri, 59% Bisa menyebutkan cara bergaul yang
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
170
sehat dengan benar, 63% berusaha Setelah dilakukan tes pada mencari alternatif jawaban pada teman, pertemuan kedua maka dapat diketahui dan 53% Bisa mengerjakan tugas secara bahwa hasil atau kemampuan siswa dalam baik. Dan jika dirata-rata maka motivasi memahami materi Pergaulan yang Sehat siswa menunjukkan angka 60% atau sudah lebih baik dari siklus I. Hasil berkategori cukup memiliki motivasi pemahaman siswa selengkapnya dalam bimbingan. sebagaimana dalam tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Kemampuan Siswa Siklus II No 1 2 3 4 5
Nilai 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Jumlah
Ketercapaian 1 7 22 2 0 32
Dari tabel 2 di atas tampak bahwa berdasarkan penerapan siklus II, dari 32 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 24 siswa atau 75% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 8 atau 25%. sedang ratarata secara klasikal 70. Dan dari hasil ini maka jika mengacu pada target penelitian maka penelitian ini belum juga sesuai dengan target yang ditetapkan yakni ketuntasan sebesar 80%. Dengan hasil ini menunjukkan bahwa penerapan metode kooperatif tipe Spontaneous Group Discussion pada siklus II belum mampu meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa pada materi Pergaulan yang Sehat. Untuk itu penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus III karena hasil penelitian belum sesuai dengan target penelitian. Hasil Penelitian Siklus III Pada siklus III ini siswa melaksanakan kegiatan bimbingan sebagaimana yang telah direncsiswa an yakni bimbingan dengan metode Spontaneous Group Discussion. Adapun
Keterangan
hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan baik motivasi maupun kemampuan siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut. Seiring dengan penerapan siklus III yang dalam bimbingan memerlukan 2 Jam pelajaran atau (2 x 40 menit) pelajaran maka motivasi selama mengikuti bimbingan siswa dapat diidentifikasi bahwa dari 32 siswa terdapat 78% siswa yang Antusias dalam layanan, 84% berani mengekpresikan diri, 84% Bisa menyebutkan cara bergaul yang sehat dengan benar, 75% berusaha mencari alternatif jawaban pada teman, dan 84% Bisa mengerjakan tugas secara baik. Dan jika dirata-rata maka motivasi siswa menunjukkan angka 81% atau berkategori motivasi tinggi. Setelah dilakukan tes pada pertemuan kedua maka dapat diketahui bahwa hasil atau kemampuan belajar siswa materi Pergaulan yang Sehat sudah lebih baik dari siklus II. Hasil belajar
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
171
siswa selengkapnya sebagaimana dalam tabel 3 di bawah ini. Tabel 3 Kamampuan Siswa Siklus III No 1 2 3 4 5
Nilai 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Jumlah
Dari tabel 3 di atas tampak bahwa berdasarkan penerapan siklus II, dari 32 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 30 siswa atau 94% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 2 atau 6%. sedang ratarata secara klasikal 76. Dan dari hasil ini maka jika mengacu pada target penelitian maka penelitian ini telah sesuai dengan target yang ditetapkan yakni ketuntasan sebesar 80% bahkan 15% di atas target. Mengingat 15% ketuntasan di atas target yang ditentukan maka penelitian ini bisa dihentikan. Dengan hasil ini menunjukkan bahwa penerapan metode kooperatif tipe Spontaneous Group Discussion pada siklus III telah mampu meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa pada materi Pergaulan yang Sehat. Untuk itu penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya karena hasil penelitian sesuai 4% di atas target yang ditentukan. Pembahasan Bimbingan konseling dengan metode kooperatif tipe Spontaneous Group Discussion yang dilaksanakan dengan tiga siklus mampu memberikan motivasi selama mengikuti bimbingan siswa. Hal ini terbukti dari peran serta siswa dalam bimbingan cukup tinggi. Kemampuan siswa dalam kelompok ditunjukkan dengan adanya kemampuan
Ketercapaian 0 2 18 11 1 32
Keterangan
siswa dalam membuat melaksanakan layanan. Penerapan siklus I dan II telah membawa aktivitas belajar yang berbeda dari sebelumnya. Namun demikian penerapan siklus I dan II ternyata belum mampu memenuhi target penelitian yakni motivasi selama mengikuti bimbingan tinggi dan ketuntasan secara individu sebesar 70 dan secara klasikal sebesar 80%. Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan guru dalam melakukan bimbingan di antaranya (a) Agar guru membentuk kelompok siswa secara hiterogen dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa artinya setiap kelompok diharapkan ada siswa yang memiliki kepandaian lebih dibanding teman-temannya. (b) guru diharapkan memberikan penguatan atas hasil yang dicapai setiap kelompokknya sehingga siswa benar-benar bisa mengetahui kebenaran materi tersebut Setelah dilakukan tindakan sebagaimana siklus III tampaknya telah terjadi peningkatan baik motivasi maupun kemampuan siswa. Hal ini terbukti dari peran serta siswa dalam bimbingan cukup tinggi. Kemampuan siswa dalam kelompok ditunjukkan dengan adanya kemampuan siswa dalam membuat melaksanakan layanan.
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
172
E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian pada Bab IV tentang hasil-hasil penelitian, penulis mengambil kesimpulan bahwa dengan penerapan metode kooperatif tipe Spontaneous Group Discussion tampaknya telah mampu meningkatkan motivasi selama mengikuti bimbingan siswa yang diindikasikan dengan meningkatnya persentase motivasi setiap siklusnya. Selain itu, dengan penerapan metode kooperatif tipe Spontaneous Group Discussion tampaknya telah mampu meningkatkan kemampuan siswa yang diindikasikan dengan tingkat ketuntasan yang selalu mengalami kenaikan.
Mubin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Sinar Baru. Oemar Hamalik. 1986. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito Palogo
Budianto. 1984. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta : Depdikbud.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. DasarDasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua. Bandung: Nadia Press. Suharsimi Arikunto. 1993. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Sutratinah Tirtinegoro. 1989. Siswa Supernormal dan Program Sehubungan dengan simpulan penelitian ini, penulis menyampaikanJakarta saran-saran :hendaknya guru Pendidikannya. Gramedia. sangat tinggi. W.J.S Poerwadarminta. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta F. DAFTAR RUJUKAN : balai Pustaka. Saran
Ahzar Arsyad. 2002, Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Basuki Wibawa dan farida Mukti. Media Pengajaran. Jakarta : Depdikbud I. Djumhar dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling). Bandung : CV Ilmu.
Wilbar Schramn. 1984. Media Besar Kecil Alat dan Teknologi untuk Pendidikan. Semarang : IKIP Semarang Press. Winkel, W.S,.2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakart a: Gramedia
Kartini
Kartono. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung : Mandar Maju. Moh Nazir. 1995. Metode Penelitian Kuantitatif.
Jakarta
:
Ghalia
Indonesia.
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
173