perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 40 METER MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 MAJASEM KECAMATAN KEMANGKON TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: SRI HARTATI X 4710112
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Sri Hartati
NIM
: X4710112
Jurusan/Program Studi
: FKIP/Penjaskesrek
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 40 METER MELALUI PENDEKATAN BERMAIN
PADA
SISWA
KELAS
V
SD
NEGERI
1
MAJASEM
KECAMATAN KEMANGKON TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benarbenar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan
Sri Hartati
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 40 METER MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 MAJASEM KECAMATAN KEMANGKON TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: SRI HARTATI X 4710112
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user JULI 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: Senin
Tanggal : 30 Juli 2012
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Sri Hartati. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 40 METER MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 MAJASEM KECAMATAN KEMANGKON TAHUN PELAJARAN 2011/2012, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012 Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar lari cepat 40 meter melalui pendekatan bermain pada siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon yang berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 14 siswa putra dan 8 siswa putri. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi atau arsip. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi data. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif. Prosedur penelitian adalah model siklus yang saling berkaitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar lari cepat 40 meter dari pra siklus sebesar 45,5% kemudian pada siklus I meningkat menjadi 72,6% dan pada siklus II sebesar 90,9%. Proses pembelajaran pada pra siklus bersifat teacher-centered sehingga hasil belajar lari cepat 40 meter siswa rendah. Peningkatan terjadi pada siklus I. hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat 40 meter meningkat walaupun belum optimal. Pelaksanaan siklus II menyebabkan hasil belajar lari cepat 40 meter siswa meningkat tinggi sehingga mendukung suatu pembelajaran yang berkualitas. Simpulan penelitian ini adalah melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar lari cepat 40 meter siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: pendekatan bermain, hasil belajar, lari cepat 40 meter.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Mengajar seringkali disebut sebagai ibu dari segala profesi (Stinnett Dan Huggett) Berbicara masalah martabat guru, separuhnya adalah kesejahteraannya (Wardiman Djojonegoro) Agar para pendidik jangan menampilkan diri sebagai sosok yang serba tahu, biarkan anak didik yang menemukan sendiri (Muchlas Samani) Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan kompetensi-kompetensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan (Purwanto) Adanya standar untuk menentukan guru sebagai profesi, memungkinkan tidak semua orang menjadi guru (Purwanto)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembakan karya ini untuk: SD Negeri 2 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga Terima kasih atas segala dukungan dan motivasinya Suami dan anak-anakku tercinta, Segalanya bagiku Bapak dan Ibuku, Kasihmu sepanjang jalanku Bapak dan Ibu Mertuaku, Sumber inspirasiku Setiyarto, Salamun, Saefullah, Didik Kambriyatna, Endang Triningsih, Wasis Priyono, Widati, Fajriyah. Bersama kalian segalanya jadi mudah dan cerdas. FKIP Universitas Sebelas Maret, almamater tercinta kampus tempatku mengasah dan mempertajam wawasan keilmuan
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga Penelitian Tindakan Kelas dapat terselesaikan guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama penyusunan penelitian, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan Penelitian Tindakan Kelas. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan Penelitian Tindakan Kelas. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta 4. Drs Sunardi, M. Kes, selaku Pembimbing I, dan Sri Santoso Sabarini, S. Pd. M. Or, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan sehingga penelitian dapat terselesaikan dengan lancar 5. Bapak dan Ibu Dosen Program Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB) Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan yang telah tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan. 6. Kepala Sekolah SD Negeri 1 Majasem yang telah memberikan izin terlaksananya penelitian. 7. Kolaborator yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penyusunan penelitian. 8. Siswa-siswi SD Negeri 1 Majasem yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. 9. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun spiritual demi terselesaikannya Penelitian Tindakan Kelas ini. commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian Tindakan Kelas ini telah diusahakan sebaik-baiknya, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan penelitian. Semoga penelitian yang telah disusun dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL..........................................................................................................
i
PERNYATAAN…………………………………………………………...
ii
PENGAJUAN……………………………………………...........................
iii
PERSETUJUAN...........................................................................................
iv
PENGESAHAN……………………………………………………………
v
ABSTRAK…………………………………………………………………
vi
MOTTO……………………………………………………........................
vii
PERSEMBAHAN…………………………………………........................
viii
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………
xiv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………
xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................
1
B. Perumusan Masalah....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian......................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………
6
1. Pengertian Pendidikan Jasmani…………………………….
6
2. Pengertian Lari……………………………………………..
7
3. Karakteristik Lari Sprint…………………………………...
8
a. Start……………………………………………………...
9
b. Gerakan Sprint…………………………………………..
9
c. Gerakan Finish..................................................................
9
to user 4. Karakteristik dan commit Kebutuhan Anak SD……………………
10
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Hakikat Belajar Gerak……………………………………..
13
a. Pengertian Belajar……………………………………….
13
b. Pengertian Belajar Gerak.................................................
14
c. Proses Belajar Gerak…………………….........................
15
6. Pengertian Permainan dan Bermain………………………..
16
7. Teori Tentang Permainan………………………………….
17
8. Pembelajaran Berorientasi Bermain…………………….....
18
B. Kerangka Berpikir......................................................................
19
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
21
1. Tempat Penelitian.................................................................
21
2. Waktu Penelitian..................................................................
21
B. Subyek Penelitian.......................................................................
22
C. Data dan Sumber Data...............................................................
22
D. Pengumpulan Data.....................................................................
22
E. Uji Validitas Data……………………………………………..
23
F. Analisis Data..............................................................................
23
G. Indikator Kinerja Penelitian……………………………………
24
H. Prosedur Penelitian.....................................................................
24
1. Siklus I……………………………………………………..
26
a. Tahap Perencanaan……………………………………..
26
b. Tahap Pelaksanaan……………………………………...
26
c. Pengamatan Tindakan…………………………………..
27
d. Tahap Evaluasi………………………………………….
27
2. Siklus II…………………………………………………….
27
a. Tahap Perencanaan……………………………………..
27
b. Tahap Pelaksanaan……………………………………...
27
c. Pengamatan Tindakan…………………………………..
28
d. Tahap Evaluasi………………………………………….
28
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra Tindakan……………………………………………..
29
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus………………………………
31
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus…………………………
39
D. Pembahasan…………………………………………………………
41
BABV SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A.Simpulan………………………………………………………….....
44
B. Implikasi………………………………………………………….....
44
C. Saran………………………………………………………………...
45
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
47
LAMPIRAN……………………………………………………………….
48
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian.........................
21
2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data.......................................................
22
3. Indikator Kinerja Penelitian…………………...…………………….....
24
4. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Pra Penelitian………………………….
30
5. Deskripsi Hasil belajar Siswa Siklus I…………………………………
34
6. Deskripsi Hasil belajar Siswa Siklus II………………………………..
38
7. Deskripsi Data Perbandingan Hasil belajar Tiap Siklus……………….
39
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Gerak Dasar Lari ………………………………………………………..
9
2. Kerangka Berpikir……………………………………………………….
20
3. Skema Siklus…………………………………………………………….
25
4. Grafik Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Lari Cepat……………
40
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Silabus Pembelajaran……………………………………………………. 48
2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.……………….................... 49
3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II.…………………………..
60
4.
Data Hasil Belajar Pra Siklus………………………………....................
72
5.
Data Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I………………..................
73
6.
Data Hasil Pengamatan Sikap Sisiwa Siklus I………………................... 74
7.
Data Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I……………………………...
75
8.
Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I…………………………....................
76
9.
Data Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus II...……………..................
77
10. Data Hasil Pengamatan Sikap Siswa Siklus II………………..................
78
11. Data Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II………………......................
79
12. Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II……………………………………..
80
13. Foto-foto Kegiatan………………………………………….. ………….
81
14. Surat Ijin Penelitian……………………………………………………...
86
15. Surat Ijin Menyusun Skripsi……………………………………………..
87
16. Surat Permohonan Izin Penelitian……………………………………….
88
17. Surat Keterangan Penelitian……………………………………………..
89
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian keseluruhan dari sistem pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran, dan tindakan moral. Di dalam penyelenggaraan pendidikan yang berkesinambungan merupakan suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Peranan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Ada dua prinsip utama dalam pendidikan jasmani, yakni, pertama, mengutamakan partisipasi semua siswa. Kedua, upaya pendidikan itu harus dapat membentuk kebiasaan hidup aktif di sepanjang hayat, Ismaryati (2008: 37). Prinsip pertama berkaitan dengan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Prinsip kedua berkaitan dengan usaha mencapai kualitas hidup sehat sejahtera dan paripurna. Dengan kata lain, tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah salah satu sarat suksesnya pembelajaran pendidikan jasmani yang bermuara pada tujuan. Tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani juga akan berpengaruh terhadap pencapaian kualitas kesegaran jasmani siswa. Oleh karena itu, perlu upaya yang nyata agar pembelajaran menarik dan menyenangkan sehingga meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Salah satu dari beragam bahan ajar yang kurang diminati siswa dalam pelajaran pendidikan jasmani, adalah atletik cabang lari. Mayoritas siswa menolak usermenganggap atletik hanya berisi dan menghindari materi atletik, commit karena to siswa
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 aktivitas membosankan dan melelahkan, kurang menarik bila dibanding dengan materi yang lain seperti sepakbola ataupun kasti. Menyikapi permasalahan tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah konkrit oleh guru untuk memberikan pencerahan kepada siswa bahwa materi atletik tidak kalah pentingnya dengan bahan ajar pendidikan jasmani yang lainnya. Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani harus memiliki beragam kemampuan yang dapat menunjang tugasnya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satunya adalah memiliki kreativitas dan daya inovatif dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang menarik siswa. Sehingga materi atletik yang semula dianggap sulit menjadi menarik. Tidak hanya menarik tetapi yang utama adalah mampu meningkatkan derajat kebugaran siswa seperti yang tertuang dalam tuntutan kurikulum. Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa tidaklah mudah, terlebih lagi jika materi yang akan diajarkan bertolak belakang dengan karakteristik psikologis anak. Karakteristik anak usia sekolah dasar cenderung menyukai aktivitas yang menyenangkan seperti bermain. Kecermatan guru dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan pelajaran yang akan diberikan (diajarkan) dengan karakteristik psikologis anak akan mendukung terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, guru harus senantiasa mengembangkan kreativitasnya dalam mengembangkan model-model pembelajaran. Bermain dan bermain adalah dunia milik anak-anak seusia SD. Dimanapun, kapanpun dalam kondisi apapun dorongan untuk bermain ada dalam jiwa anak-anak. Demikian pula dinamika dari suatu permainan yang merangsang anak untuk bergerak dan terus bergerak, secara perlahan namun pasti akan merangsang pertumbuhan serta perkembangan fisik si anak. Apalagi kalau situasi permainan tersebut menyenangkan bagi mereka, dimana rasa senang, puas serta berbagai keberhasilan akan mereka rasakan dari kegiatan yang sedang mereka lakukan tersebut akan menumbuh kembangkan aspek-aspek psikologis mereka secara positif. Nomor-nomor yang ada dalam atletik seperti jalan, lari, lompat dan commitberkaitan to user dengan kehidupan sehari-hari. lempar adalah aktivitas yang selalu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 Berjalan cepat, berjalan jauh, berjalan lama setiap saat akan selalu kita perlukan dalam hidup kita. Berlari dengan cepat, mampu berlari jauh dengan cepat atau mampu berlari lama, juga seringkali kita perlukan. Demikian juga dengan berbagai kemampuan melompat serta melempar seringkali dibutuhkan dalam kehidupan kita, apalagi bila dikaitkan dengan kebutuhan serta keterkaitan dengan aktivitas fisik pada cabang olahraga lain. Artinya bahwa pembelajaran atletik tidak boleh diabaikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, utamanya di sekolah dasar. Dengan mempertimbangkan materi pembelajaran yang kurang bernuansa bermain seperti cabang atletik, maka perlu dilakukan upaya strategis dan efektif agar anak termotivasi untuk beraktivitas layaknya dalam pembelajaran aktivitas penjas seperti pada materi permainan. Berdasarkan data yang diperoleh dari nilai siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem dalam kegiatan pembelajaran lari cepat 40 meter, dari 22 siswa hanya 45,5% atau 10 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas. Besar jumlah rata-rata dan nilai siswa yang mendapat nilai di bawah 70 menjadi bukti kongkrit bahwa hasil siswa-siswi di kelas V SD Negeri 1 Majasem belum mencapai batas ketuntasan belajar siswa yang dipatok pada angka 70. Hal tersebut menunjukkan proses pembelajaran yang belum melibatkan siswa secara aktif, guru masih menjadi pusat pembelajaran, kurangnya model pembelajaran, gaya mengajar serta pemodifikasian dan media pembelajaran yang masih kurang untuk mencapai tujuan pendidikan. Penyebab masalah belajar dapat bersumber dari faktor interen dan ekstern, faktor dari dalam individu sendiri atau interen, misalnya motivasi dan antusiasme siswa terhadap materi pembelajaran. Sedangkan faktor eksternal mencakup keluarga dan lingkungan sekitar yang dapat berupa guru, lingkungan, materi, media dan metode yang digunakan guru. Kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran siswa dalalm mengikuti pembelajaran akan menurunkan tingkat keberhasilan siswa dalam belajar, oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang mampu melibatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang dilakukan di SD Negeri commit to user 1 Majasem, khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani, persoalan belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 yang sering dijumpai adalah siswa sulit menerima materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan karena siswa kurang berminat terhadap bahan ajar tersebut, pelajaran yang disampaikan menjemukan, sulit dipahami dan terkesan kurang menarik. Oleh karena itu semakin baik suatu model pembelajaran yang dipergunakan, maka semakin mudah tujuan pembelajaran dapat tercapai. dalam memberikan pelajaran, makin efektif digunakan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Model pembelajaran efektif
yang digunakan dalam proses
pembelajaran bergantung pada bermacam-macam faktor antara lain: tujuan yang akan dicapai, kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran, kemampuan siswa, besarnya kelompok belajar, waktu, dan fasilitas yang tersedia. Penggunaan model pembelajaran yang efektif akan sangat membantu dalam
proses
pembelajaran.
Suatu
model
pembelajaran
dalam
proses
pembelajaran memiliki hubungan yang erat dengan tujuan proses tersebut. Guru sebagai pengajar memiliki peranan penting dalam mengorganisasi dan mengatur lingkungan belajar siswa sebaik-baiknya sehingga tercipta kegiatan belajar yang ideal. Dalam memilih suatu model pembelajaran untuk meningkatkan prosentase ketuntasan hasil belajar siswa tersebut, guru dituntut merancang model pembelajaran yang lebih tepat serta penerapan bahan ajar yang variatif dan dari kenyataan tersebut, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah menumbuhkan minat dan menarik simpati siswa untuk mencintai bahan ajar atletik. Oleh karena itu salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui pendekatan bermain. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Cepat 40 Meter Melalui Pendekatan Bermain Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Tahun Pelajaran 2011/2012” Penelitian ini diharapkan dapat membentuk suasana yang lebih menarik dan menyenangkan dalam pembelajaran atletik. Adapun pemilihan materi ajar dalam bentuk bermain ini didasarkan pada keterkaitannya dengan konsep-konsep to user pembelajaran atletik yang sedangcommit menjadi bahan kajian yang ada dalam kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 tersebut. Sehingga sistem pembelajarannya tetap mengacu pada batasan kajian yang diberikan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta dapat merangsang peserta didik untuk lebih menyukai atletik.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar lari cepat 40 meter siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah untuk meningkatkan hasil belajar lari cepat 40 meter melalui pendekatan bermain pada siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian Manfaat utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan dapat tidaknya pendekatan bermain digunakan untuk meningkatkan hasil belajar lari cepat 40 meter siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem. Manfaat lainnya adalah: 1. Bagi siswa Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat yang dilaksanakan. 2. Bagi guru a. Menambah pengetahuan tentang macam-macam model pembelajaran. b. Sebagai usaha untuk mengubah cara pembelajaran dari model konvensional menjadi pembelajaran kearah PAKEM. 3. Bagi sekolah a. Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu sekolah khususnya mata pelajaran Penjasorkes. commit toprogram user sekolah berikutnya. b. Sebagai masukan untuk penyusunan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pendidikan Jasmani Aip Syarifudin (2001: 116) mengemukakan bahwa “Pendidikan jasmani adalah phase dari proses pendidikan secara keseluruhan yang berhubungan dengan aktivitas berat yang mencakup sistem, otot serta hasil belajar dari partisipasi dalam aktivitas tersebut”. UNESCO masih dalam Syarifudin, mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistimatik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Rusli Lutan (2001: 14) mendefinisikan bahwa, ”Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan via aktivitas jasmani, permainan dan/atau olahraga”. Sedangkan Subagiyo (2001: 118) mengatakan Pendidikan Jasmani yang dipergunakan dalam istilah di lembaga-lembaga pendidikan adalah sebagai berikut: “Pendidikan Jasmani adalah latihan jasmani yang dimanfaatkan, dikembangkan, didayagunakan dalam ruang lingkup pendidikan, baik sebagai sarana, metode, dan merupakan bagian mutlak dari seluruh pendidikan”. Di sisi lain Sugiyanto (2001: 737) menyatakan bahwa, ”Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari proses pendidikan secara total, yang bertujuan untuk mengembangkan warga negara segar fisik, mental, emosional, dan sosial melalui aktivitas fisik”. Dari tiga pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang melalui aktivitas jasmani yang dilakukan secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani, keterampilan gerak, pengetahuan kesehatan, perilaku hidup sehat dan commit to pendidikan user kecerdasan emosi. Proses pembelajaran jasmani yang efektif dapat
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, kognitif, dan afektif setiap siswa.
2. Pengertian Lari Langkah kaki terdiri dari tahap menumpu dan tahap melayang. Sedangkan gerakan kaki mulai tahap menumpu kemudian mendorong (kaki tolak) sedangkan kaki ayun melakukan gerak pemulihan dan gerak ayunan. Menurut Djumidar (2001: 52), ”Lari adalah frekuensi langkah yang dipercepat sehingga pada waktu berlari ada kecenderungan badan melayang, yang artinya pada waktu lari kedua kaki tidak menyentuh tanah sekurangkurangnya satu kaki tetap menyentuh tanah”. Lebih lanjut menurut Djumidar (2001: 126), “Lari jarak pendek adalah semua peserta perlombaan berlari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus ditempuh”. Kelangsungan gerak pada lari jarak pendek, baik 100 m, 200 m, 400 m secara teknis adalah sama. Kalau ada perbedaan hanyalah terletak pada penghematan penggunaan tenaga, karena perbedaan jarak yang harus ditempuh. Makin jauh jarak yang harus ditempuh makin membutuhkan keuletan atau daya tahan. Lari 400 m membutuhkan daya tahan yang besar, maka ada yang menamakan Endurance Sprint, lari cepat disertai daya tahan. Masih menurut Djumidar, tahapan gerakan lari jarak pendek itu dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu a) start b) gerakan lari cepat atau sprint c) gerakan finish. Menurut Munasifah (2008: 13), ”Lari jarak pendek disebut juga dengan istilah sprint atau lari cepat. Disebut dengan lari cepat karena jarak yang ditempuh adalah pendek atau dekat. Jadi dalam nomor lari ini yang diutamakan adalah kecepatan maksimal mulai dari awal lari (start) sampai akhir lari (finish)”. Mengingat dalam lari ini yang diutamakan adalah kecepatan maka kekuatan fisik yang prima sangat diperlukan. Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lari cepat atau sprint adalah gerakan langkah kaki yang dipercepat dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 kecepatan maksimal dari start hingga finish untuk mencapai jarak tertentu dengan waktu yang sesingkat-singkatnya.
3. Karakteristik Lari Sprint Gerak dominan yang utama dari gerak lari adalah gerakan langkah kaki dan ayunan lengan. Sedangkan aspek lain yang perlu diperhatikan pada saat berlari adalah kecondongan badan, pengaturan napas, dan harmonisasi gerakan lengan dan tungkai. Sedangkan yang paling menentukan kecepatan lari seseorang adalah panjang langkah dan kekerapan langkah. Langkah kaki terdiri dari tahap menumpu dan tahap melayang. Sedangkan gerakan kaki mulai tahap menumpu kemudian mendorong (kaki tolak) sedangkan kaki ayun melakukan gerak pemulihan dan gerak ayunan. Secara umum gerak dasar dominan lari meliputi start, gerak lari dan finish. Start pada lari sprint harus dilakukan dengan start jongkok, sedangkan untuk lari jarak menengah dan jauh menggunakan start berdiri. Aba-aba start pada lari sprint ada tiga yaitu “Bersedia-Siap-Ya (tembakan pistol)”. Sedangkan pada lari jarak menengah dan jauh hanya dua yaitu “Bersedia dan Ya”. Tujuan start pada lari sprint adalah meninggalkan start blok secepat mungkin. Karena jarak larinya pendek dan sepanjang jarak lari menggunakan kecepatan maksimum, maka teknik start menjadi salah satu kunci keberhasilan seorang pelari. Setelah melakukan gerakan start dengan langkah-langkah peralihan yang makin meningkat lebar dan condong badan yang berangsurangsur berkurang, kemudian dilanjutkan dengan melakukan gerakan lari jarak pendek. Menurut Muklis (2007: 13) Cara-cara melakukan lari jarak pendek/sprint adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Kemiringan tubuh ± 60º Berat badan terpusat pada pinggang Semua otot badan rileks Pandangan ke depan Kaki digerakkan cepat dengan commit to lutut user diangkat tinggi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 6) Tangan dan siku dibengkokkan, diayun ke depan dan ke belakang bergantian sebatas di depan hidung untuk mengimbangi gerakan kaki. Lebih lanjut menurut Munasifah (2008: 14-18), “Kelangsungan gerakan sprint dibedakan menjadi 3 bagian yaitu start, gerakan sprint, gerakan finish”. a. Start Gerakan start merupakan gerakan yang dilakukan dengan eksploitasi, di mana otot-otot harus melakukan kontraksi secara mendadak dengan kekuatan penuh. b. Gerakan Sprint Cara melakukan sprint adalah sebagai berikut: 1) Kaki bertolak kuat-kuat sampai terkadang lurus. Lutut diangkat tinggitinggi, setinggi panggul. Tungkai bawah mengayun ke depan untuk mencapai langkah lebar. Lebar langkah sesuai dengan panjang tungkai. 2) Usahakan badan tetap rileks. Badan condong ke depan dengan sudut antara 25º-30º. Hal ini hanya dapat terlaksana apabila gerakan lengan tidak terlalu berlebihan. 3) Lengan bergantung di samping badan secara wajar. Siku ditekuk kirakira 90º. Tangan menggenggam kendor. Gerakan atau ayunan lengan ke depan dan ke belakang secara wajar, gerakan lengan makin cepat berimbang dengan gerak kaki yang makin cepat pula. 4) Pungung lurus dan segaris dengan kepala. 5) Pandangan lurus ke depan. 6) Pelari harus menggerakan kaki dengan frekuensi yang tinggi dan langkah selebar mungkin. Kecepatan kaki harus tidak mengurangi panjang langkah. c. Gerakan Finish Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pada waktu pelari mencapai finish: 1) Lari terus tanpa perubahan apapun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 2) Dada dicondongkan ke depan, kedua tangan diayunkan ke bawah ke belakang, di Amerika lazim di sebut ”the lunge” (merebahkan diri) 3) Dada diputar dengan ayunan tangan ke depan atas sehingga bahu sebelah maju ke depan, yang lazim disebut ”the shrug”.
Gambar 1. Gerak Dasar Lari (Tim Bina Karya Guru 2005: 43) 4. Karakteristik dan Kebutuhan Anak SD Menurut Mulyani Sumantri (2009: 63-65), ”Karakteristik dari anak SD diantaranya: (1) anak SD adalah senang bermain, (2) anak SD adalah senang bergerak, (3) anak seusia SD adalah senang bekerja dalam kelompok, (4) anak usia SD adalah senang merasakan atau memeragakan/melakukan sesuatu secara langsung”. Karakteristik yang pertama dari anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan pembelajaran yang bermuatan permainan terutama bagi siswa-siswa kelas rendah. Model pembelajaran hendaknya dirancang yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Karakteristik yang kedua dari anak SD adalah senang bergerak. Oleh karena itu hendaknya proses pembelajaran dirancang yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi merupakan situasi yang menyiksa bagi mereka. Karakteristik yang ketiga anak seusia SD adalah senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspekaspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti belajar mematuhi aturanaturan kelompok, belajar setiacommit kawan, to belajar user tidak bergantung pada orang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 dewasa, belajar bekerja sama, mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya, belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajari olahraga dan permainan kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru penjas harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja sama dalam kelompok. Karakteristik yang keempat anak usia SD adalah senang merasakan atau memeragakan/melakukan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari perkembangan kognitif, anak usia SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasarkan pengalaman ini, siswa membentuk konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, peran jenis kelamin, moral dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan pemberian contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan juga dapat bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan keb utuhan anak SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugastugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugastugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat, dan kesulitan menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan yang berhubungan dengan kematangan fisik diantaranya adalah belajar berjalan, belajar melempar-menangkap dan menendang bola, belajar menerima jenis kelamin yang berbeda dengan dirinya. Beberapa tugas perkembangan terutama bersumber dari kebudayaan seperti to user belajar membaca, menulis dancommit berhitung, belajar bertanggung jawab sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari nilainilai kepribadian individu diantaranya memilih dan memepersiapkan untuk bekerja, memperoleh nilai filsafat dalam kehidupan. Lebih lanjut Mulyani Sumantri menegaskan bahwa anak usia SD ditandai tiga dorongan keluar yang besar yaitu: (1) Kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok teman sebaya, (2) Kepercayaan anak memasuki dunia pemainan dan kegiatan yang memerlukan keterampilan fisik, dan (3) Kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbolis dan komunikasi orang dewasa. Subyek didik sebagai individu sesungguhnya merupakan kesatuan dari berbagai karakteristik yang terpadu di dalam dirinya. Guru harus mengetahui dan mendalami berbagai karakteristik yang ada di dalam diri subyek didiknya secara menyeluruh yang merupakan suatu kesatuan. Ini sangat penting karena aktivitas subyek didik dalam proses pembelajaran sesungguhnya melibatkan keseluruhan karakteristik yang mereka miliki yang berfungsi secara berkaitan satu sama lain dalam suatu kesatuan. Keterkaitan fungsi berbagai karakteristik dalam suatu kesatuan aktivitas subjek itu menghasilkan proses belajar yang mereka lakukan. Mengabaikan atau menafikan salah satu atau beberapa karakteristik subyek didik dalam suatu sistem proses pembelajaran akan berakibat timbulnya ketimpangan proses belajar yang mereka lakukan. Akibatnya, mereka tidak akan dapat melakukan proses belajar secara maksimal. Pemahaman berbagai karakteristik subyek didik secara holistik ini akan mengantarkan para guru atau pendidik kepada pemahaman dan penghayatan secara mendalam tentang keberbedaan individual (individual differences) subyek didik. Ini akan sangat bermanfaat bagi para guru atau pendidik karena dengan demikian mereka akan mampu menyelenggarakan proses pembelajaran secara arif dan bijaksana. Dengan demikian pemahaman terhadap tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai commit dengan kebutuhan perkembangan anaktoituuser sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 Dengan
memahami
karakteristik
perkembangan
siswa
guru
pendidikan jasmani dapat mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga siswa dapat belajar secara efektif. Pembelajaran yang bercirikan permainan dapat meningkatkan partisipasi siswa dan pada akhirnya tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan mudah.
5. Hakikat Belajar Gerak a. Pengertian Belajar Belajar merupakan sesuatu yang kompleks, yang menyangkut bukan hanya kegiatan berpikir untuk mencari pengetahuan, melainkan juga gerak tubuh dan emosi juga perasaan. Robert N. Gagne dalam Sugiyanto (2001: 7.33) mengatakan bahwa, ”Aspek-aspek kemampuan yang bisa ditingkatkan melalui belajar adalah meliputi: 1) Keterampilan intelekual; 2) Kemampuan mengungkapkan informasi dalam bentuk verbal; 3) Strategi berpikir; 4) Keterampilan gerak; 5) Emosi dan perasaan”. Lebih lanjut Robert N. Gagne mendefinisikan: ”Belajar adalah suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka waktu tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan”. Masih dalam Sugiyanto (2001: 7.34) S. Nasution mengemukakan bahwa, “Belajar adalah perubahan urat-urat, perubahan pengetahuan, dan perubahan perilaku yang dihasilkan dari pengalaman dan latihan”. Charles
Galloway
(1976)
dalam
Sugiyanto
(2001:
7.34)
mendefinisikan: “Belajar adalah perubahan kecenderungan tingkah laku yang relatif permanen, yang merupakan hasil dan berbuat berulang-ulang”. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang bisa menghasilkan perubahan-perubahan pada diri seseorang dalam berbagai macam kemampuan atau sifat yang ada pada dirinya. Perubahan dalam belajar terjadi karena pengalaman, berbuat berulang-ulang atau berlatih. Perubahan yang terjadi akibat dari belajar bisa commit to userlama. bertahan dalam jangka waktu yang relatif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 b. Pengertian Belajar Gerak Belajar yang menekankan pada aktivitas berpikir bisa disebut belajar kognitif. Belajar yang menekankan pada aktivitas emosi dan perasaan bisa disebut belajar afektif. Sedangkan belajar yang menekankan pada aktivitas gerak tubuh disebut belajar gerak. John N Drowtzky dalam Sugiyanto (2001: 736), mengemukakan bahwa “Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui responrespon muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh”. Masih dalam Sugiyanto (2001: 737), berkaitan dengan belajar gerak Reuben B. Frost mengemukakan secara rinci mengenai fungsi pendidikan jasmani sebagai berikut: 1. Mengembangkan keterampilan gerak, dan pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa seseorang bergerak, serta pengetahuan tentang bagaimana cara-cara gerakan dapat diorganisasi. 2. Untuk belajar menguasai pola-pola gerak keterampilan secara efektif melalui latihan, pertandingan, tari dan renang. 3. Memperkaya pengertian tentang konsep ruang, waktu dan gaya dalam hubungannya dengan gerakan tubuh. 4. Mengekspresikan pola-pola perilaku personal dan hubungan interpersonal yang baik di dalam pertandingan dan lari. 5. Meningkatkan kondisi jantung, paru-paru, otot dan sistem organ tubuh lainnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dalam keadaan darurat. 6. Memperoleh manfaat serta bisa menghargai kondisi fisik dan bentuk tubuh yang baik, serta kondisi perasaan yang selaras. 7. Mengembangkan minat atau keinginan berpartisipasi dalam olahraga sepanjang hidup Lebih lanjut Sugiyanto (2001: 738-739) berpendapat bahwa, ”Belajar gerak berperan dalam pendidikan jasmani yang melibatkan domain psikomotor, yaitu dalam upaya pencapaian tujuan: 1) Mengembangkan keterampilan gerak tubuh, 2) Menguasai pola-pola gerak keterampilan olahraga, 3) Mengekspresikan pola-pola perilaku personal dan interpersonal yang baik di dalam pertandingan dan lari”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar gerak mempunyai peranan penting di dalam pendidikan jasmani. Oleh karena itu pembelajaran pendidikan jasmani seyogyanya dirancang dan dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, dan memberikan kesempatan gerak seluas-luasnya sehingga dapat membantu tercapainya pertumbuhan dan perkembangan siswa secara optimal.
c. Proses Belajar Gerak Belajar gerak merupakan sebagian dari belajar secara umum yang mempunyai tujuan tertentu. Tujuannya adalah untuk menguasai berbagai keterampilan gerak dan mengembangkannya agar keterampilan gerak yang dikuasai bisa dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak untuk mencapai sasaran tertentu. Berikut beberapa pendapat para ahli tentang belajar gerak dalam Sugiyanto (2001: 9.4-9.9) antara lain: 1. Fase Belajar Gerak Menurut Fitts dan Posner Proses belajar gerak keterampilan terjadi dalam tiga fase belajar, yaitu: fase kognitif, fase asosiatif, fase otonom. Penjelasan mengenai ketiga fase tersebut adalah sebagai berikut: 1) Fase kognitif Pada fase kognitif proses belajar diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Informasi yang ditangkap oleh indera kemudian diproses dalam mekanisme perseptual yang berfungsi untuk menangkap makna informasi 2) Fase asosiatif Fase asosiatif juga disebut juga fase menengah. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. 3) Fase otonom Fase otonom bisa dikatakan fase akhir belajar gerak. Dalam fase ini seseorang mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan harus memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. 2. Fase Belajar Gerak Menurut Adam Adam berpendapat bahwa proses belajar gerak keterampilan terjadi dalam 2 fase yaitu: 1) Fase gerak verbal Fase gerak verbal adalah fase belajar gerak dimana gerakan yang dipelajari masih berada dalam pikiran. Aktivitas gerakan tubuh to user berpikir. masih dipengaruhicommit oleh aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 2) Fase gerak Pada fase gerak ini karena penguasaan geraknya sudah baik, maka pada saat melakukan gerakan seolah-olah tidak memikirkan lagi gerakan yang sedang dilakukan.
6. Pengertian Permainan dan Bermain Permainan merupakan cabang olahraga yang kita gunakan sebagai alat dalam usaha pendidikan. Syamsir Azis
(2001: 14) mengatakan bahwa,
”Permainan adalah suatu kegiatan yang menarik, menantang dan yang menimbulkan kesenangan yang unik, baik dilakukan oleh seorang atau lebih, yang dilakukan oleh anak-anak atau orang dewasa, tua atau muda, orang miskin atau kaya, laki-laki atau perempuan”. John Dewey dalam Soetoto Pontjopoetro, dkk. (2002: 13), ”Bermain adalah suatu sikap hidup yang dapat dilakukan dalam segala situasi”. Lebih lanjut masih dalam Soetoto Pontjopoetro, dkk, (2002: 13) J. Hizinga mengatakan bahwa, ”Bermain adalah perbuatan atas kemauan sendiri yang dikerjakan dalam batas-batas tempat dan waktu yang telah ditentukan, diikuti oleh perasaan, sedangkan permainan adalah keluar dari hidup biasa masuk ke dalam dunia angan-angan dan sudah ditentukan aturan-aturannya”. Clarence Rainwater yang juga dalam Soetoto Pontjopoetro, dkk, (2002: 13) mengatakan bahwa,”Bermain (play) sebagai cara hidup dan hidup atau pengalaman hidup yang menyenangkan, dan dilakukan tidak untuk mendapatkan hasil semata-mata dan kegiatan tersebut dapat diterima oleh masyarakat sekelilingnya”. Masih dalam Soetoto Pontjopoetro, dkk (2002: 13), Joseph Lee mengatakan bahwa bermain merupkan suatu faktor yang mempengaruhi perkembangan
tiap
individu.
Lawrence
Jacks
mengutarakan
bahwa
kepentingan bermain juga terletak pada sifat atau unsur perangsang terhadap keinginan belajar atau pendidikan. Jay Nas mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang khususnya tidak ditujukan mencari nafkah, dan dapat digunakan untuk mengisi waktucommit luang secara to userkreatif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa permainan adalah suatu perbuatan atas kemauan sendiri yang dikerjakan dalam batas-batas ruang dan waktu tertentu yang diikuti rasa senang, serta dapat menuntun perkembangan jasmani dan rohani. Sedangkan bermain adalah suatu pandangan atau sikap hidup yang dapat dilakukan dalam segala situasi. Begitu pula jika permainan dilaksanakan di sekolah dan direncanakan oleh guru penjas maka akan sangat berguna untuk membantu anak didik berkembang secara optimal yang meliputi kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial emosional.
7. Teori Tentang Permainan Beberapa teori tentang permainan dari para ahli dalam Soetoto Pontjopoetro, dkk. (2002: 1.7-1.8), diantaranya: a. Teori Kelebihan Tenaga Dari Herbert Spencer Mengatakan bahwa tenaga yang berlebihan yang ada pada anak itu menuntut jalan keluar dan dapat disalurkan dalam permainan. Lebihlebih bagi pemuda-pemuda yang kurang mendapatkan kesempatan untuk mengeluarkan atau melayani hasrat bergeraknya. b. Teori Rekreasi Dari Schaller Dan Lazarus Permainan itu adalah keasyikan yang bukan dalam bentuk bekerja dan bermaksud untuk bersenang-senang serta istirahat. Permainan dilakukan orang setelah lelah bekerja dan bermaksud menyegarkan kembali jiwa dan raganya. c. Teori Atavisme Dari Stanley Hall Permainan anak adalah itu adalah ulangan dari pada kehidupan nenek moyangnya. Teori yang sesuai adalah dari pendapat dari Haeckel yang mengatakan bahwa menurut hukum dasar biogenese tiap-tiap anak itu mengulangi perbuatan-perbuatan nenek moyangnya. d. Teori Persiapan Dari Atau Latihan Dari Groos Bermain sebagai latihan manusia belum dewasa untuk menyiapkan beberapa fungsi-fungsi bagi keperluan hidup. e. Teori Katarsis Dari Aristoteles Permainan itu sebagai saluran untuk menyalurkan segala emosi yang tertahan dan menyalurkan perasaan yang tidak dapat dinyatakan kearah yang lebih baik. f. Teori Fantasi Dari Claparede user hidupnya sehari-hari ia tidak Anak itu bermain commit karena todalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 mendapat kepuasan, sehingga ia melarikan diri ke alam fantasi di dalam permainannya, tempat ia dapat melepas segala kemauannya, dapat menjadi raja dan sebagainya. g. Teori Relaksasi Dari Patrick Bermain adalah menyenangkan dan karena ingin bermain. Bermain adalah cara untuk melepaskan diri dari segala beban kehidupan dan segala macam paksaan. Bermain menimbulkan kepuasan, menghilangkan ketegangan dan tekanan yang ada pada diri pribadi.
8. Pembelajaran Berorientasi Bermain Anak-anak itu senang bermain. Permainan itu dilakukan dengan gembira. Oleh karena itu segala sesuatu yang diajarkan pada waktu bermain dapat diungkapkannya dengan mudah. Maka sebaiknya semua pelajaran kepada anak-anak diberikan dalam suasana gembira, sambil bermain. Ahli-ahli ilmu pendidikan seperti Gutsmuths, Montessori, dan Frohel menganjurkan supaya permainan itu menjadi alat pendidikan yang utama, untuk menuntun pertumbuhan jasmani dan rohani. Umumnya anak-anak bermain dalam suasana jiwa bebas, lepas dari segala rintangan dan tekanan. Dalam bermain seakanakan mencerminkan jiwa mereka, hingga mudah bagi kita untuk mengetahui tabiat anak. Maka tepat sekali jika para ahli pendidikan mengatakan bahwa anak yang sedang bermain adalah sebagi buku yang terbuka, yang mudah terbaca. Permainan-permainan yang bersifat pertandingan, sifat sportivitas dan fair play harus dipupuk sepenuhnya dengan menjunjung tinggi peraturanperaturan. Peraturan-peraturan baik yang tidak tertulis dan tertulis dalam permainan harus diperhatikan untuk menumbuhkan jiwa sportivitas pada anak. Sebagai hiburan dan pengisi waktu luang yang baik, permainan itu sungguh merupakan hal yang penting sekali. Waktu yang terluang hendaknya diisi dengan usaha-usaha yang bermanfaat dan berguna bagi petumbuhan dan perkembangan kesehatan dan jiwa raga anak, dan menambah pengalamanpengalaman yang berharga agar hidup anak lebih berarti. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 Agar pembelajaran nomor lari sprint dapat berhasil dengan baik, maka unsur-unsur bermain harus menjadi pokok pertimbangan penyelenggaraan pembelajaran yang dilakukan. Unsur yang terkandung dalam permainan adalah kegembiraan atau keceriaan. Tanda-tanda menuju ke arah permainan yang menggembirakan tersebut antara lain: a) menanamkan kegemaran berlomba atau berkompetisi dalam situasi persaingan yang sehat, b) penuh tantangan dan kegembiraan, c) memberikan kesempatan untuk unjuk kemampuan atau ketangkasan yang dikuasainya. Pendekatan permainan dapat digunakan dalam pembelajaran lari sprint sebagai upaya untuk meningkatkan minat siswa dalam proses pembelajaran.
B. Kerangka Berpikir Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan sosial anak. Dengan bermain anak berinteraksi dengan teman main yang banyak memberikan berbagai pengalaman berharga. Bermain memberikan peluang dan pelajaran kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesama teman. Melalui bentuk permainan yang disukai anak dapat membangun atau membentuk serta mampu mengembangkan kreativitas anak. Selain itu permainan juga membantu perkembangan otot dan pembentukan tubuh. Bermain akan menimbulkan perasaan senang pada diri anak. Usia siswa sekolah dasar masih tergolong anak-anak. Pendekatan permainan sangatlah mungkin untuk digunakan dalam mengelola proses pembelajaran penjas. Suasana keceriaan sebagai akibat dari proses pembelajaran sambil bermain, akan meminat siswa untuk beraktivitas. Melalui permainan siswa akan terbawa kepada suasana riang dan gembira sehingga lupa dan tidak peduli bahwa permainan itu membuatnya lelah. Permainan yang disukai anak dapat membangun atau membentuk serta mampu mengembangkan kreativitas anak. Selain itu permainan juga membantu perkembangan otot dan pembentukan tubuh. Melalui pendekatan permainan yang berorientasi pada pengalaman gerak yang seluas-luasnya akan memberikan kepuasan tersendiri pada diri si anak. commit to user Permainan dalam pembelajaran lari sprint yang penuh dengan suasana keriangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 dan kegembiraan, serta permainan yang mempesona dengan berbagai macam variasi gerak, memungkinkan anak untuk menikmati seperti layaknya pada permainan olahraga lain. Pendekatan permainan dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan minat dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Permainan dapat mengoptimalkan pembelajaran lari sprint, di SD Negeri 1 Majasem. Pembelajaran lebih bermakna dan menjadi lebih efektif dan efisien. Siswa lebih aktif dan berminat dalam mengikuti pembelajaran. Dengan terbentuknya suasana semacam ini tujuan pembelajaran akan tercapai dengan mudah. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kondisi Awal
Guru kurang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran
a. Siswa kurang antusias dan cepat bosan dengan pelajaran pendidikan jasmani b. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari sprint masih rendah.
Tindakan
Menerapkan model pembelajaran lari sprint melalui pendekatan bermain
Siklus I: guru dan peneliti menyusun pola pengajaran yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran lari sprint melalui pendekatan bermain
Kondisi Akhir
Melalui pendekatan berrmain dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari sprint
Siklus II: upaya perbaikan dari siklus I sehingga meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari sprint melalui pendekatan bermain
Gambar 2. Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada bulan April Tahun Pelajaran 2011/2012.
Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian 2011/2012 Kegiatan Penelitian Apr Mei Jun Jul 1. Persiapan Penelitian a. Koordinasi peneliti dengan kepala sekolah b. Diskusi dengan teman sejawat dan kolaborator c. Penyusunan proposal d. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen (lembar observasi) e. Simulasi pelaksanaan tindakan 2. Pelaksanaan Tindakan a. Siklus I b. Siklus II 3. Analisis Data dan Pelaporan a. Analisis Data b. Penyusunan Laporan Skripsi c. Ujian dan Revisi d. Penggandaan dan Pengumpulan Laporan commit to user
21
Ag
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 B. Subjek Penelitian Subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah semua siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 22 siswa terdiri atas 14 siswa putra dan 8 siswa putri.
C. Data dan Sumber Data Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut: a. Data Primer 1. Data hasil belajar lari cepat 40 meter diperoleh dari siswa 2. Data tentang keaktivan siswa diperoleh dari peristiwa yang terjadi selama berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) 3. Data tentang penggunaan pendekatan bermain diperoleh dari peristiwa yang terjadi selama berlangsungnya KBM b. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini terdiri atas: nilai hasil belajar lari cepat 40 meter siswa sebelum menjalani tindakan, RPP, silabus, kurikulum; diperoleh dari dokumen yang dimiliki guru dan sekolah.
D. Pengumpulan Data Tabel 2. Teknik dan alat pengumpulan data No 1
Jenis Data
Sumber Data
Teknik Pengumpulan Data Tes Praktik
Instrumen
2
Hasil belajar lari cepat 40 meter Keaktivan siswa
Siswa
Pengamatan
3
Pendekatan bermain
Peristiwa
Pengamatan
4
Nilai hasil belajar lari cepat 40 meter sebelum tindakan RPP, silabus, kurikulum
Dokumen Studi Simak
Tes lari cepat 40 meter Lembar pengamatan Lembar pengamatan Daftar Nilai
Dokumen Studi Simak commit to user
Analisis Content (isi)
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 E. Uji Validitas Data Validitas adalah ukuran yang menyatakan ketepatan tujuan tes (alat ukur) dan memenuhi persyaratan pembuatan tes. Validitas tes menunjukkan derajat kesesuaian antara tes dan atribut yang akan diukur. Menurut Kirkendall (Ismaryati 2011: 14) validitas menggambarkan kemampuan kemampuan tes dalam mengukur apa yang ingin diukur. Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan triangulasi. 1.
Hasil belajar lari cepat 40 meter dianalisis dengan triangulasi tiga sumber data, yakni data yang diperoleh dari peneliti, observer, dan siswa.
2.
Keaktifan siswa, tiga sumber data, yakni data yang diperoleh dari peneliti, observer, dan siswa.
3.
Pendekatan bermain, tiga sumber data, yakni data yang diperoleh dari peneliti, observer, dan siswa.
4.
Nilai hasil belajar lari cepat 40 meter sebelum tindakan, divalidasi dengan triangulasi peneliti
5.
RPP, silabus, kurikulum divalidasi dengan triangulasi dokumen
F. Analisis Data Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan teknik statistik deskriptif komparatif, sedangkan data kualitatif dianalisis dengan analisis kritis. Secara rinci analisis tersebut adalah: a.
Hasil belajar lari cepat 40 meter; dianalisis dengan menghitung persentase capaian di siklus I dan siklus II.
b.
Keaktifan siswa; dianalis tentang kelemahan dan kelebihan siswa ketika berlangsungnya KBM.
c.
Penggunaan pendekatan bermain; dianalis tentang kelemahan dan kelebihan siswa ketika berlangsungnya KBM lari cepat 40 meter dengan menggunakan pendekatan bermain.
d.
Nilai hasil belajar lari cepat 40 meter sebelum tindakan; dianalisis dengan commit to user cara membandingkan nilai yang dicapai dengan KKM yang sudah ada.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 e.
RPP; dianalisis melalui analisis isi untuk melihat kesesuaian kompetensi dasar dalam RPP dengan silabus dan kurikulum, serta langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai tujuan.
G. Indikator Kinerja Penelitian Kriteria ketuntasan minimal materi lari cepat 40 meter di SD Negeri 1 Majasem adalah 70. Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil apabila jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM minimal mencapai 80%.
Tabel 3. Indikator Kinerja Penelitian Aspek yang diukur Hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat 40 meter
Persentase Cara mengukur Pra Siklus Siklus Siklus 1 2 Dengan membandingkan 80 gerakan 45,5% 70% lari cepat 40 meter yang dilakukan siswa dengan teknik lari cepat 40 meter yang benar. Yang diamati adalah: sikap start, sikap sprint, sikap finish
H. Prosedur Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian tindakan kelas, dilakukan tindakan-tindakan yang dalam pelaksanaanya berlangsung secara terus-menerus dan dilaksanakan dalam siklus yang diberikan pada siswa yang dijadikan subyek penelitian. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas prosedurnya adalah dilaksanakan secara partisipatif atau kolaborasi dengan teman sejawat bekerja sama, mulai dari tahap orientasi dilanjutkan penyusunan rencana tindakan dilanjutkan pelaksanaan tindakan dalam siklus. Menurut Agus Kristiyanto (2010:54), langkah-langkah PTK pada prinsipnya meliputi 4 (empat) langkah pokok pada tiap siklusnya. Keempat langkah tersebut meliputi (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindaakan, commit to user (3) observasi, dan (4) refleksi. PTK adalah penelitian praktis untuk menemukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 solusi atas masalah yang dihadapi, dengan cara melakukan aksi atau tindakan rasional yang telah dipilih dan disepakati oleh peneliti utama dan kolaborator. Melalui kerjasama dan diskusi, diharapkan dapat memecahkan kebuntuan dalam proses pembelajaran, sehingga mendukung tercapainya tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Diskusi yang bersifat analitik yang kemudian dilanjutkan pada langkah reflektif-evaluatif atas kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama, untuk kemudian mempersiapkan rencana modifikasi, koreksi, pembetulan, atau penyempurnaan pada siklus dan seterusnya. Secara sederhana prosedur tindakan atau langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas dapat digambarkan seperti skema berikut: Penetapan fokus masalah
Perencanaan
SIKLUS I Refleksi
Pelaksanaan
Observasi
Perencanaan
TINDAKAN LANJUTAN Refleksi Observasi
SIKLUS II HASIL Pelaksanaan
commit to user Gambar 3. Skema Siklus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat dan kolaborator menyusun skenario pembelajaran yang terdiri dari: 1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan siswa dalam pembelajaran penjasorkes 2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran lari cepat 40 meter. 3) Menyusun instrument yang digunakan dalam siklus PTK, lembar pengamatan pembelajaran lari cepat 40 meter. 4) Menyiapakan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran. 5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap, pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan aktivitas pembelajaran di lapangan dengan langkah-langkah kegiatan antara lain sebagai berikut: 1) Menjelaskan kegiatan pembelajaran lari cepat 40 meter melalui pendekatan bermain 2) Melakukan pemanasan 3) Membentuk kelompok dalam proses pembelajaran 4) Melakukan latihan gerak dasar lari cepat 40 meter. a. Cara melakukan lari cepat 40 meter melalui pendekatan bermain yang telah dirancang oleh guru dan peneliti. b. Cara melakukan lari cepat 40 meter dan penerapan alat bantu 5) Menarik kesimpulan 6) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung 7) Melakukan pendinginan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 c. Pengamatan tindakan Pengamatan tindakan tahap (1) hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat 40 meter melalui pendekatan bermain (2) kemampuan melakukan gerak dasar lari cepat 40 meter (3) aktivitas siswa dalam pembelajaran.
d. Tahap Evaluasi (Refleksi) Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan berikutnya.
2. Siklus II a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat dan kolaborator menyusun skenario pembelajaran yang terdiri dari: 1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan siswa dalam pembelajaran penjasorkes 2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran lari cepat 40 meter. 3) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, lembar pengamatan pembelajaran lari cepat 40 meter. 4) Menyiapakan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran. 5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan Pada
tahap,
pelaksanaan,
kegiatan
yang
dilakukan
adalah
melaksanakan aktivitas pembelajaran di lapangan dengan langkah-langkah kegiatan antara lain sebagai berikut: 1) Menjelaskan kegiatan pembelajaran lari cepat 40 meter melalui pendekatan bermain 2) Melakukan pemanasan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 3) Membentuk kelompok dalam proses pembelajaran 4) Melakukan latihan gerak dasar lari cepat 40 meter. a. Cara melakukan lari cepat 40 meter melalui pendekatan bermain yang telah dirancang oleh guru dan peneliti. b. Cara melakukan lari cepat 40 meter dan penerapan alat bantu 5) Menarik kesimpulan 6) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung 7) Melakukan pendinginan
c. Pengamatan tindakan Pengamatan tindakan tahap (1) hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat 40 meter melalui pendekatan bermain (2) kemampuan melakukan gerak dasar lari cepat 40 meter (3) aktivitas siswa dalam pembelajaran.
d. Tahap Evaluasi (Refleksi) Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan berikutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan Pembelajaran pendidikan jasmani yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga selama ini belum berjalan efektif. Pembelajaran tak ubahnya rutinitas yang menjemukan bagi siswa. Pembelajaran berorientasi pada teknik, sehingga pembelajaran menjadi suasana yang monoton. Guru kurang bisa memodifikasi pembelajaran menjadi suatu aktifitas yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Kecenderungan pola pembelajaran yang monoton tersebut di atas berdampak pada ketidaktercapaian tujuan pembelajaran. Dari hasil pengamatan pra penelitian yang dilakukan pada kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga, diperoleh data sebagai berikut: a. Siswa Kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Tahun Pelajaran 2011/2012 berjumlah 22 siswa terdiri atas 14 siswa putra dan 8 siswa putri. b. Dari jumlah keseluruhan 22 siswa, hanya 45,5% siswa atau sekitar 10 siswa yang dapat mencapai batas ketuntasan minimal. c. Model pembelajaran yang diterapkan belum bisa meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran atletik dengan materi lari cepat. Situasi yang demikian berakibat tujuan pembelajaran tidak tercapai. Berdasarkan hasil observasi pra penelitian tersebut di atas menjadi bukti konkrit bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran atletik dengan materi lari cepat masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh pembelajaran yang masih monoton.
Kurangnya
model-model
pembelajaran
serta
kecenderungan
pembelajaran yang berorientasi pada teknik. Pendekatan yang dilakukan oleh guru belum dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sementara karakteristik gerak dasar lari cepat juga merupakan aktivitas yang cepat membuat siswa lelah dan kurang menggembirakan bagi siswa commit to user Pendekatan yang digunakan guru kelas V SD Negeri 1 Majasem pada khususnya.
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 dalam pembelajaran juga belum sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar, yaitu menyukai aktivitas yang menyenangkan seperti bermain. Kegagalan guru dalam merancang pembelajaran, sering mengakibatkan pembelajaran yang seharusnya menyenangkan menjadi suasana yang menjemukan dan membosankan bagi siswa. Hal tersebut berdampak buruk terhadap pencapaian hasil belajar siswa kurang memuaskan. Adapun hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon pada tahap pra penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Pra Penelitian Jumlah Skor Kriteria Persentase Keterangan Siswa 90-100 Baik Sekali 0 0% 80-89 Baik 4 18,3% Tuntas 70-79 Cukup 6 27,2% Tuntas 60-69 Kurang 10 45,4 Tidak Tuntas 2 9,1% Tidak Tuntas < 60 Kurang Sekali Jumlah
22
100%
Berdasarkan data tabel 5, dari 22 siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga, siswa yang berhasil mencapai ketuntasan minimal dalam mengikuti pembelajaran lari cepat hanya 45,5% dan sisanya sebesar 54,5% masih belum mencapai batas ketuntasan minimal yang ditetapkan. Data selengkapnya ada pada lampiran. Oleh karena itu dilakukan tindakan dalam pembelajaran lari cepat melalui pendekatan bermain. Skenario pembelajarannya adalah berupa pemberian materi gerak dasar lari cepat yang dikemas sesuai dengan karakteristik siswa usia sekolah dasar. Pemberian tindakan dilakukan dari gerakan yang mudah kemudian meningkat ke gerakan yang lebih kompleks. Melalui pendekatan bermain materi gerak dasar lari cepat dilakukan dalam bentuk bermain sehingga diharapkan dapat menyenangkan dan menggembirakan bagi siswa. Melalui pendekatan bermain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 tersebut memungkinkan siswa menyerap materi lari cepat yang diberikan oleh guru dengan mudah dan tuntas dalam suasana yang menggembirakan. Tindakan yang dilakukan terdiri dari dua siklus yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran lari cepat khususnya di SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Untuk mengetahui hasil dari tindakan tersebut, maka dilakukan evaluasi dengan cara mengamati peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat, kemudian diklasifikasikan dengan indikator yang telah ditetapkan pada tiap akhir siklus.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 12 Mei 2012, sedangkan pertemuan kedua siklus I pada hari Sabtu tanggal 19 Mei 2012. Pada siklus II tindakan juga dilakukan dalam dua pertemuan. Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 Mei 2012, sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 2 Juni 2012. Masing-masing siklus terdiri dari: (1) perencanaan (2) pelaksanaan (3) observasi (4) refleksi. Pada setiap akhir siklus, dilakukan refleksi bersama kolaborator dan teman sejawat untuk membahas tentang tindakan yang telah dilaksanakan dalam siklus. Selanjutnya mencari solusi dari permasalahan yang muncul pada siklus dan menentukan tindakan berikutnya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. 1. Deskripsi Siklus Pertama a. Perencanaan Tindakan I - Penentuan waktu tindakan kelas - Penentuan kelas yang akan diberi tindakan - Perencanaan tindakan yang akan diberikan - Pembuatan RPP - Persiapan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 b. Tindakan I Pelaksanaan tindakan pada siklus I terdiri dari dua pertemuan yaitu pada hari Kamis tanggal 26 April 2012, sedangkan pertemuan kedua pada hari Kamis tanggal 3 Mei 2012. Adapun kegiatan yang dilakukan pada siklus I pertemuan pertama adalah sebagai berikut: 1) Pendahuluan - Siswa berbaris, berdo’a dan presensi - Apersepsi (menghubungkan materi pelajaran dengan pengetahuan awal). - Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. - Pemanasan dilakukan dengan melakukan gerakan statis dan dinamis, yang dilakukan secara urut dari tubuh bagian atas sampai tubuh bagian bawah.
2) Kegiatan Inti Pembelajaran Lari melalui “Permainan Hijau Hitam” Satu kelompok diberi nama “hijau” sedangkan kelompok yang lain adalah “hitam”. Setelah ada aba-aba dari guru maka kelompok yang disebut lari ke arah belakang dan kelompok yang lain mengejarnya. Permainan ini dilakukan dengan variasi dari sikap awal jongkok, duduk, tidur terlentang dan seterusnya. Di samping untuk melatih reaksi juga untuk melatih start.
3) Penutup a) Memberikan refleksi b) Evaluasi umum terhadap proses dan hasil belajar siswa (pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa) c) Apresiasi atas hasil kerja siswa, baik kelompok dan atau individu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus I pertemuan kedua adalah sebagi berikut: 1) Pendahuluan - Siswa berbaris, berdo’a dan presensi - Apersepsi (menghubungkan materi pelajaran dengan pengetahuan awal). - Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. - Pemanasan dilakukan dengan melakukan gerakan statis dan dinamis, yang dilakukan secara urut dari tubuh bagian atas sampai tubuh bagian bawah.
2) Kegiatan Inti Pembelajaran lari menggunakan alat bantu ban bekas. Ban ditata menjadi 4 baris. Tiap baris ada 5 ban, jarak masing-masing ban ± 1 m. Anak dibagi menjadi 4 baris, masing-masing regu berbaris.
3) Penutup a) Memberikan refleksi b) Evaluasi umum terhadap proses dan hasil belajar siswa (pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa) c) Apresiasi atas hasil kerja siswa, baik kelompok atau individu.
c. Observasi Berdasarkan
hasil
observasi
yang
dilakukan
selama
proses
pembelajaran berlangsung, yaitu pada hari Kamis tanggal 26 April 2012, sedangkan pertemuan kedua pada hari Kamis tanggal 3 Mei 2012 diperoleh data sebagai berikut: 1. Terjadi peningkatan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran atletik dengan materi lari cepat. Hal tersebut berkaitan dengan model pembelajaran yang diterapkan yaitu melalui pendekatan commit to usersiswa. Pendekatan bermain juga bermain berhasil menarik perhatian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 meningkatkan antusiasme siswa dalam mempelajari gerak dasar lari cepat. Namun demikian masih ada beberapa siswa yang masih belum maksimal dalam melakukan gerak dasar lari cepat. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan pada siklus I, hasil belajar siswa dalam pembelajaran atletik meningkat jika dibandingkan data pada pra siklus. Dari 22 siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon, 15 siswa atau 72,6% berhasil mencapai ketuntasan belajar. Persentase tersebut meliputi 2 siswa atau 9,1% termasuk dalam kategori baik sekali, 6 siswa atau 27,2% termasuk dalam kategori baik dan 8 siswa atau 36,3% termasuk dalam kategori cukup hasil belajarnya. Sedangkan untuk kategori kurang adalah 4 siswa atau 18,3%. Sedangkan 2 siswa atau 9,1% berada pada kategori kurang sekali. Adapun data peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus I seperti pada tabel berikut:
Tabel 6. Deskripsi Hasil belajar Siswa Siklus I Skor
Kriteria
90-100
Baik Sekali
Jumlah Siswa 2
80-89
Baik
70-79
Persentase
Keterangan
9,1%
Tuntas
6
27,2%
Tuntas
Cukup
8
36,3%
Tuntas
60-69
Kurang
4
18,3%
Tidak Tuntas
< 60
Kurang Sekali
2
9,1%
Tidak Tuntas
22
100%
Jumlah
Melalui pendekatan permainan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran atletik dengan materi lari cepat. Akan tetapi masih ditemukan beberapa masalah yang mengakibatkan tindakan pada siklus I kurang maksimal. Masalah tersebut diantaranya adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 1. Meskipun antusias siswa cukup tinggi permainan yang digunakan belum cukup menantang bagi siswa. 2. Masih ada beberapa siswa yang masih belum maksimal aktivitasnya dalam PBM.
d. Refleksi Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan permasalahan yang muncul selama pembelajaran siklus I, maka perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya, yang antara lain meliputi: 1. Melakukan tindakan melalui aktivitas permainan dalam bentuk kompetisi. 2. Memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran
2. Deskripsi Siklus Kedua Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan kelanjutan dari tindakan yang dilakukan pada siklus I. Implementasi tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah untuk mengatasi masalah-maslah yang muncul pada siklus I. Setelah dilakukan tindakan yang dilakukan pada siklus II diharapkan hasil belajar siswa semakin meningkat dan hambatan serta permasalahanpermasalahan yang muncul pada siklus sebelumnya dapat teratasi, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat dapat meningkat lebih maksimal. a. Perencanaan Tindakan II - Penentuan waktu tindakan kelas - Penentuan kelas yang akan diberi tindakan - Perencanaan tindakan yang akan diberikan - Pembuatan RPP - Persiapan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran c. Tindakan II Pelaksanaan tindakan pada siklus II terdiri dari dua pertemuan, yaitu commit to user pertama, sedangkan pertemuan pada hari Kamis 24 Mei 2012 pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 kedua hari Kamis 31 Mei 2012. Adapun kegiatan yang dilakukan pada siklus II pertemuan pertama adalah sebagi berikut: 1) Pendahuluan - Siswa berbaris, berdo’a dan presensi - Apersepsi (menghubungkan materi pembelajaran dengan pengetahuan awal). - Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. - Pemanasan dilakukan dengan melakukan gerakan statis dan dinamis, yang dilakukan secara urut dari tubuh bagian atas sampai tubuh bagian bawah.
2) Kegiatan Inti a) Lari hilir mudik memindahkan benda. Aktivitas ini dilakukan dengan memindahkan batu dalam bentuk lomba b) Lari cepat melewati gawang Pelaksanaan lari ini dilakukan dengan start jongkok. Setelah ada abaaba “Ya” maka pelari langsung lari kemudian berputar melompati gawang dan masuk finish.
3) Penutup a) Siswa duduk istirahat rileks. b) Refleksi pengalaman belajar, siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat tentang hal-hal yang baru dipelajari. c) Evaluasi umum terhadap proses dan hasil belajar siswa. d) Siswa berbaris, dihitung, evaluasi, berdoa, dan dibubarkan
Pertemuan kedua pada siklus II dilakukan tindakan sebagai berikut: 1) Pendahuluan - Siswa berbaris, berdo’a dan presensi - Apersepsi (menghubungkan materi pelajaran dengan pengetahuan commit to user awal).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 - Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. - Pemanasan dilakukan dengan melakukan gerakan statis dan dinamis, yang dilakukan secara urut dari tubuh bagian atas sampai tubuh bagian bawah.
2) Kegiatan Inti Lari cepat menempuh jarak 20 m dan 40 m dilakukan dalam bentuk lomba. Aktivitas ini dilakukan dengan start jongkok kemudian lari secepat mungkin lalu masuk finish.
3) Penutup a) Siswa berbaris rileks. b) Refleksi pengalaman belajar, siswa diberi kesempatan untuk berpendapat tentang hal-hal yang baru dipelajari. c) Evaluasi umum terhadap proses dan hasil belajar siswa. d) Siswa berbaris, dihitung, evaluasi, berdoa, dan dibubarkan
c. Observasi Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus II, diperoleh data sebagai berikut: 1. Terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran atletik dengan materi atletik. Peningkatan hasil belajar siswa berkaitan dengan permainan yang dilakukan dalam bentuk lomba berhasil menarik perhatian siswa. 2. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil belajar, siswa yang berhasil mencapai batas ketuntasan belajar dalam pembelajaran atletik meningkat jika dibandingkan data pada siklus I. Dari 22 siswa Kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon yang dapat mencapai KKM 20 siswa atau 90,9%. Sedangkan 2 siswa atau 9,1% berada pada kategori kurang. Meskipun demikian, terjadi pengurangan siswa yang berada pada commit to user kategori kurang sekali semula 2 siswa atau 9,1% menjadi 0%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 Adapun data peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus II seperti pada tabel berikut:
Tabel 7. Deskripsi Hasil belajar Siswa Siklus II Jumlah Persentase Keterangan Siswa 5 22,5% Tuntas
Skor
Kriteria
90-100
Baik Sekali
80-89
Baik
5
22,5%
Tuntas
70-79
Cukup
10
45,9
Tuntas
60-69
Kurang
2
9,1%
Tidak Tuntas
< 60
Kurang Sekali
0
0%
-
22
100%
Jumlah
Dari tabel tersebut di atas diketahui bahwa hasil belajar siswa-siswi kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga pada proses pembelajaran atletik dengan materi lari cepat pada siklus II meningkat menjadi 90,9%. Prosentase tersebut meliputi jumlah kriteria baik sekali 22,5% atau 5 siswa, kategori baik 22,5% atau 5 siswa, kategori cukup 45,9% atau 10 siswa, kategori kurang 9,1% atau 2 siswa. Pada kategori kurang tidak ada atau 0%. d. Refleksi Secara umum kelemahan-kelemahan dan hambatan yang muncul pada siklus I telah dapat diatasi dan dapat diminimalkan dalam siklus II. Tindakan yang dilakukan berhasil meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran atletik dengan materi lari cepat. Siswa terlihat lebih antusias dan semangat dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa melalui pendekatan permainan dapat meningkatkan hasil belajar lari cepat siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem. Pendekatan bermain commit to userdapat meningkatkan animo siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 dalam mempelajari gerak dasar lari cepat serta meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam belajar atletik. Berdasarkan data pada siklus II (tabel 7) maka dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan terhadap materi lari cepat melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negei 1 Majasem. Melalui kesepakatan bersama kolaborator, maka diputuskan bahwa penelitian ini dinyatakan berhasil sehingga hanya sampai pada siklus kedua.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dengan materi lari cepat melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon. Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Dalam hal ini penguasaan materi pembelajaran siswa menjadi lebih baik. Berdasarkan data hasil observasi pada pra siklus, siklus I, siklus II, tindakan yang dilakukan melalui pendekatan bermain berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat siklus I meningkat jika dibandingkan dengan data hasil belajar pada pra siklus. Peningkatan hasil belajar siswa pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8. Deskripsi Data Perbandingan Hasil belajar Tiap Siklus Pra Siklus
Skor
Kriteria
Jumlah Siswa
90-100
Baik Sekali
80-89
Siklus I
Persen
Jumlah Siswa
0
0%
Baik
4
70-79
Cukup
60-69 < 60
Siklus II
Ket
Persen
Jumlah Siswa
Persen
2
9,1%
5
22,5%
Meningkat
18,3%
6
27,2%
5
22,5%
Meningkat
6
27,2%
8
36,3%
10
45,9
Meningkat
Kurang
10
45,4
4
18,3%
2
9,1%
Berkurang
Kurang Sekali
2
9,1%
2
9,1%
0
0%
Berkurang
100%
22
100%
Jumlah
22
100% to user 22 commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 Tabel 8 menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran atletik pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Dari tabel tersebut diketahui bahwa hasil belajar siswa-siswi Kelas IV SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon yang berjumlah 22 siswa pada pra siklus adalah sebesar 45,5%, siklus I 72,6%, siklus II 90,9%. Berdasarkan data persentase tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada tiap siklus. Peningkatan persentase dari pra siklus ke siklus I sebesar 27,1%. Sedangkan dari siklus I ke siklus II sebesar 18,3%. Pencapaian persentase pada siklus II sebesar 90,9% melampaui target capaian yang direncanakan yaitu sebesar 80%. Dengan demikian pelaksanaan tindakan melalui pendekatan bermain dinyatakan berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012. Peningkatan persentase hasil belajar siswa pada tiap siklus, adalah merupakan bukti konkrit bahwa melalui pendekatan bermain dapat mengatasi rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran atletik. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini menghasilkan temuan bahwa cara penyampaian materi pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik anak akan memudahkan guru menyampaikan materi secara optimal. Selain itu siswa juga dengan mudah menyerap materi dengan optimal pula. Perbandingan peningkatan hasil belajar siswa dalam pra siklus, siklus I dan siklus II seperti terlihat dalam grafik berikut: 50% 40%
Baik Sekali
30%
Baik
20%
Cukup
10%
Kurang Kurang Sekali
0% Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 4. Grafik Hasil Belajarcommit Siswa dalam to userPembelajaran Lari Cepat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 D. Pembahasan Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dengan materi lari cepat melalui pendekatan bermain bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran atletik. Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal, penguasaan materi pembelajaran siswa menjadi lebih baik. Pemberian tindakan dalam pembelajaran lari cepat menggunakan pendekatan bermain ternyata tidak mengurangi makna dari pembelajaran itu sendiri. Siswa lebih antusias, semangat, disiplin, tanggung jawab, serta percaya diri, dalam melakukan tugas gerak. Pendekatan bermain merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa pada proses pembelajaran yang monoton, sehingga pembelajaran atletik yang dilaksanakan dapat berhasil. Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran meningkat jika dibandingkan dengan data pada hasil belajar pra penelitian. Berdasarkan tindakan yang dilakukan dalam penelitian melalui pendekatan bermain, pembelajaran ini bertujuan untuk memberikan kemudahan siswa agar lebih termotivasi untuk mempelajari gerak dasar lari cepat. Upaya untuk memudahkan siswa dalam mempelajari materi lari cepat atletik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui pendekatan bermain. Yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pembelajaran atletik di sekolah dasar adalah pemberian materi gerak dasar atletik disesuaikan dengan karakteristik siswa yang menyukai aktivitas dalam bentuk bermain. Pemberian tindakan diawali dari siklus I pertemuan pertama berupa melakukan gerak dasar lari cepat melalui permainan hijau hitam yang pelaksanaannya dilakukan secara bervariasi dari sikap berbaring, duduk dan berdiri. Aktivitas ini dimaksudkan untuk melatih reaksi siswa sekaligus merupakan pembelajaran gerak dasar start. Pertemuan kedua siklus I Pembelajaran dilanjutkan dengan aktivitas lari menggunakan alat bantu ban bekas. Ban ditata menjadi 4 baris. Tiap baris ada 5 ban, jarak masing-masing ban ± 1 m. Anak dibagi menjadi 4 baris. Siswa berlari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 dengan melewati ban secara bergantian. Aktivitas ini melatih gerak dasar langkah lari cepat. Pada siklus II pertemuan pertama, aktivitas pembelajaran masih merupakan kelanjutan dari siklus sebelumnya. Pembelajaran masih dalam suasana bermain namun dalam bentuk perlombaan. Pada tahap ini siswa melakukan lari hilir mudik memindahkan benda. Siswa tercepat memindahkan benda yang menjadi pemenangnya. Siklus II pertemuan kedua, siswa masih melakukan lari dalam bentuk lomba. Aktivitasnya berupa lari cepat melewati gawang. Pelaksanaan lari ini dilakukan dengan start jongkok ataupun start berdiri. Setelah ada aba-aba “Ya” maka pelari langsung lari kemudian berputar melompati gawang dan masuk finish. Pelari tercepat masuk finish dinyatakan sebagi pemenang. Pada tahap ini siswa terlihat sangat antusias dalam mengikuti semua instruksi guru. Berdasarkan data hasil penelitian, hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat meningkat jika dibandingkan data pada pra siklus. Pada siklus I pencapaian target siklus sebesar 72,6% melebihi rencana target pencapaian yang semula 70%. Dari 22 siswa kelas V SD Negeri 2 Majasem, 16 siswa atau 72,6 % berhasil mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan. Titik puncak peningkatan hasil belajar siswa pada penelitian ini adalah pada siklus II. Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa 20 siswa atau 90,9% menunjukkan peningkatan hasil belajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, sedangkan 2 siswa atau 9,1% berada pada kriteria kurang berhasil. Hal itu berarti rencana pencapaian target siklus II yang semula 80%, dapat terlampaui. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat melalui pendekatan bermain pada siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga Tahun 2011/2012, telah mencapai keberhasilan pada siklus II. Dengan tercapainya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat, maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil dan dapat dihentikan. Setelah dilakukan tindakan dalam penelitian ini, maka diperoleh fakta commit to user sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 1. Pendekatan bermain dapat digunakan sebagai alternatif dalam meningkatkan hasil belajar lari cepat siswa. 2. Melalui pendekatan bermain dapat menanamkan konsep dasar gerakan lari cepat. 3. Penyampaian materi pembelajaran dengan mempermudah karakteristik tugas gerak dapat dilakukan dari gerakan yang mudah kemudian menuju gerakan yang tingkat kesulitannya lebih kompleks. 4. Pendekatan bermain yang dirancang sesuai dengan karakteristik gerak dasar lari cepat dapat digunakan dalam pembelajaran atletik khususnya bagi siswa sekolah dasar kelas V SD Negeri 1 Majasem.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan analisis data yang dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya,
diperoleh
simpulan
bahwa
pendekatan
bermain
berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran lari cepat 40 meter. Hasil belajar siswa pada tahap pra siklus 45,5% atau 10 siswa, pada akhir siklus I menjadi 72,6% atau 15 siswa, kemudian pada siklus II menjadi 90,9% atau 20 siswa. Peningkatan dari pra siklus ke siklus I sebesar 27,1%, dan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 18,3%.
B. Implikasi Penelitian
ini
memberikan
suatu
gambaran
yang jelas
bahwa
keberhasilan proses pembelajaran tergantung beberapa faktor. Faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa, serta metode pembelajaran yang digunakan. Faktor dari guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, serta metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketersediaan perangkat pembelajaran yang menarik, dapat juga membantu meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, sehingga akan diperoleh hasil yang optimal. Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan secara maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di lapangan. Apabila guru mempunyai kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan dalam mengelola kelas serta didukung sarana dan pra sarana yang commit to user memadai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 tersebut akan diterima dengan baik pula apabila siswa memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk selalu aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif, dan efisien. Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa pendekatan bermain dapat meningkatkan minat, motivasi dan semangat siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat. Penelitian ini juga memberikan implikasi bahwa pendekatan bermain dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat 40 meter. Pemberian tindakan dari siklus I, dan siklus II memberikan deskripsi bahwa adanya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Kekurangan dan kelemahan tersebut dapat diatasi setelah dilakukan tindakan pada siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran penjaskes terutama hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan gairah siswa dalam mempelajari gerak dasar lari cepat 40 meter sehingga hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran lari cepat 40 meter dapat meningkat.
C. Saran Dari pembahasan di atas dapat disarankan sebagai berikut: 1. Untuk Guru a. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan memaksimalkan pendekatan bermain. b. Pendekatan
bermain
dapat
dikembangkan
dan
digunakan
dalam
pembelajaran. c. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru lebih memperhatikan kondisi siswa dalam menentukan model-model pembelajaran yang akan digunakan commit to user dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 d. Guru hendaknya lebih membuka diri untuk menerima berbagai masukan, saran dan kritikan agar dapat lebih meningkatkan kualitas mengajarnya. 2. Untuk Siswa a. Siswa harus siap untuk mengikuti pembelajaran dengan metode apapun yang diberikan guru dan selalu bersedia dengan penuh kesadaran untuk melaksanakan instruksi yang diberikan guru. b. Keaktifan siswa hendaknya tidak hanya selama kegiatan pembelajaran berlangsung, melainkan aktif belajar mandiri dengan banyak latihan di luar jam belajar, untuk menggali dan meningkatkan kemampuannya. 3. Untuk Penelitian Berikutnya Disarankan bagi peneliti di masa mendatang untuk dapat mengembangkan penelitian tentang strategi dan metode pembelajaran, baik dari gaya mengajar maupun penggunaan pendekatan dalam pembelajaran agar kualitas pembelajaran dapat semakin meningkat sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
commit to user