PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS IV SLB-C BAGASKARA SRAGEN TAHUN AJARAN 2008 / 2009
Oleh : Yan Dwi Hartati NIM X5107702
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS IV SLB-C BAGASKARA SRAGEN TAHUN AJARAN 2008 / 2009
Oleh : Yan Dwi Hartati NIM X5107702
Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Hermawan, M.Si NIP. 19590818 198603 1 002
Drs. R. Djatun, M.Pd NIP. 130 814 588
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Selasa
Tanggal
: 4 Agustus 2009
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs.A. Salim Choiri, M.Kes
...............................................
Sekretaris
: Drs. Maryadi, M.Ag
...............................................
Anggota I
: Drs. Hermawan, M.Si
...............................................
Anggota II
: Drs. R. Djatun, M.Pd
...............................................
Disyahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
iv
ABSTRAK
Yan Dwi Hartati 2009, PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS IV SLB-C BAGASKARA SRAGEN TAHUN AJARAN 2008 / 2009. Skripsi, Surakarta; Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Juli 2009 Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menyusun kalimat Bahasa Indonesia melalui media gambar pada anak tunagrahita ringan kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen tahun ajaran 2008/2009. Subyek penelitian ini adalah Anak Tunagrahita Kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen Tahun Ajaran 2008/2009 yang berjumlah 5 anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes dan dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kritis dan deskriptif komparatif. Hasil yang diperoleh dengan penggunaan media gambar pada refleksi siklus I diperoleh nilai rata-rata 6 dan pada siklus ke II diperoleh nilai rata-rata 7 dan meningkatnya keaktifan serta tingkat kemampuan menyusun kalimat Bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menyusun kalimat Bahasa Indonesia anak tuna grahita kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen tahun ajaran 2008/2009.
v
MOTTO
Ketahuilah bahwa setelah kesulitan itu akan ada kemudahan dan setelah kesulitan itu akan ada jalan keluar (penulis).
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk 1. Ayah dan Ibunda tercinta yang telah mengasuh dan mendidikku 2. Suami dan anak-anakku tercinta yang telah mendoakanku dan memberikan dukungan serta motivasi. 3. Almamater
.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-NYA. Dengan kemurahanNya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia Melalui Media Gambar Pada Anak Tuna Grahita Ringan Kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen Tahun Ajaran 2008/2009”. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang lain, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi. 2. Drs. R. Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian ijin penyusunan skripsi. 3. Drs. Salim Choiri, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa jurusan Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian ijin penyusunan skripsi. 4. Drs. Hermawan, M.Si, selaku pembimbing I atas bimbingan dan dukungannya dari awal sampai akhir penyusunan skripsi. 5. Drs. R. Djatun, M.Pd, selaku pembimbing II atas bimbingan dan dukungannya dari awal sampai akhir penyusunan skripsi. 6. Para Dosen Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah banyak memberikan pengetahuan selama mengikuti pendidikan serta seluruh staff/karyawan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan demi keberhasilan penulis.
viii
7. Zain Siyamto, S.Pd, selaku kepala SLB-C Bagaskara Sragen yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SLB Bagaskara Sragen. 8. Rekan-rekan guru SLB-C Bagaskara Sragen yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini. 9. Keluarga, suami dan anak-anakku tercinta, yang memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis. 10. Rekan-rekan mahasiswa yang banyak meluangkan waktunya untuk kerja kelompok dalam penyelesaian tugas-tugas perkuliahaan. 11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan mereka mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis sendiri, dunia pendidikan pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Surakarta, …………………2009
Peneliti
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ...............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv ABSTRAK .........................................................................................................
v
MOTTO ............................................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS TINDAKAN ........................................................................................
7
A. Kajian Pustaka ...............................................................................
7
1. Tinjauan Anak Tuna Grahita ...................................................
7
a. Pengertian Anak Tuna Grahita ..........................................
7
b. Karakteristik Anak Tuna Grahita ......................................
8
c. Klasifikasi Anak Tuna Grahita ......................................... 10 d. Faktor Penyebab Anak Tuna Grahita ................................ 14 2. Tinjauan Kalimat Bahasa Indonesia ....................................... 17 a. Pengertian Kalimat Bahasa Indonesia .............................. 17 b. Macam – Macam Unsur Kalimat Bahasa Indonesia .......... 18 x
c. Ciri – Ciri Unsur Kalimat Bahasa Indonesia ..................... 18 d. Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia ............................... 20 3. Tinjauan Media Gambar ......................................................... 21 a. Pengertian Media Gambar ................................................ 21 b. Manfaat Media Gambar .................................................... 21 c. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar ...................... 22 B. Kerangka Pikir .............................................................................. 23 C. Hipotesis Tindakan ........................................................................ 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 27 A. Setting Penelitian .......................................................................... 27 B. Subyek Penelitian .......................................................................... 28 C. Data dan Sumber Data ................................................................. 28 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 28 E. Validitas Data ................................................................................ 30 F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 30 G. Indikator Kinerja ........................................................................... 31 H. Prosedur Penilaian ......................................................................... 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 34 A. Deskripsi Kondisi Awal ................................................................ 34 B. Deskripsi Hasil Siklus I ................................................................ 35 C. Diskripsi Hasil Siklus II ................................................................ 39 D. Pembahasan ................................................................................... 42 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ....................................................................................... 46 B. Saran .............................................................................................. 46 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 47 LAMPIRAN ....................................................................................................... 48
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
: Urutan Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitan .......................... 27
Tabel 2
: Nilai Awal Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia .... 35
Tabel 3
: Data Hasil Pengamatan Siklus I .................................................... 37
Tabel 4
: Data Tes Hasil Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia Siklus I .......................................................................... 38
Tabel 5
: Hasil Pengamatan Siklus II ........................................................... 41
Tabel 6
: Nilai Hasil Tes Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia Siklus II ........................................................................ 41
Tabel 7
: Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan Sklus I dan Siklus II .......... 44
Tabel 8
: Rekapitulasi Nilai Awal, Siklus I, Siklus II ................................... 44
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman Grafik 1
: Nilai Awal Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia ... 35
Grafik 2
: Nilai Hasil Tes Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia Siklus I .......................................................................... 38
Grafik 3
: Nilai Hasil Tes Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia Siklus II ........................................................................ 41
Grafik 4
: Rekapitulasi Nilai Awal, Siklus I, Siklus II .................................. 45
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Foto – foto kegiatan dalam Proses Pembelajaran ......................................... 48 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................ 50 3. Lembar Pengamatan Keaktifan Proses Pembelajaran .................................. 56 4. Lembar pengamatan kreatifitas anak dalam menyusun kalimat bahasa Indonesia ..................................................................................................... 57 5. Lembar Pengamatan daya serap siswa ......................................................... 58 6. Soal Tes Siklus I .......................................................................................... 59 7. Soal Tes Siklus II ......................................................................................... 60 8. Contoh gambar yang di pakai dalam proses pembelajaran .......................... 61 9. Surat ijin penelitian dari fakultas ................................................................. 63 10. Surat ijin sekolah penelitian ......................................................................... 67
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perhatian pemerintah terhadap pendidikan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan upaya penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, perbaikan kurikulum pendidikan, maupun upaya pembinaan tenaga kependidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu usaha yang strategis dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional, tidak terkecuali bagi anak luar biasa berupa pendidikan khusus, sebagaimana ditegaskan dalam undang-undang No. 2/1989, tentang sistem pendidikan nasional, menegaskan bahwa “Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan yang disesuaikan dengan kelainan peserta didik berkenan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bersangkutan” (Penjelasan Ps. 8 : 1) Peraturan Pemerintah No. 72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa, menegaskan bahwa “Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan yang khusus diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental”. Tujuan dari pendidikan luar biasa, tersebut membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. (Pasal 2). Kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan disemua jenis dan jenjang pendidikan yang selenggarakan oleh pemerintah terus dikembangkan secara merata diseluruh tanah air dengan memberikan perhatian khusus kepada peserta didik yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, penyandang cacat serta bertempat tinggal di daerah terpencil. “Peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa perlu mendapat perhatian lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya”. (GBHN, 1993).
1
2
Sedangkan menurut UU. RI No. 4/1950 Jo. No. 12 1954 tentang dasardasar pendidikan dan pengajar di sekolah.
1. Pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus terhadap mereka yang membutuhkannya.(Bab V Pasal 6.,2) 2. Pendidikan dan pengajaran luar biasa bermaksud memberikan pendidikan dan pengajaran pada orang-orang yang dalam keadaan kekurangan, baik jasmani maupun rohaninya supaya mereka memiliki kehidupannya lahir dan batin yang layak. Menurut UU RI No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan”. (Pasal 5) Pendidikan luar biasa merupakan salah satu bentuk pendidikan khusus yang berupaya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan terhadap anak luar biasa, seperti murid tuna grahita. Tuna grahita adalah kata lain dari retardasi mental (mental retardation). Arti harfiah dari perkataan tuna adalah merugi sedang grahita artinya pikiran seperti namanya, tuna grahita ditandai oleh ciri utamanya adalah kelemahan dalam berfikir atau bernalar. Akibat dari kelemahan tersebut tunagrahita memiliki kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada dibawah ratarata. Murid tunagrahita adalah salah satu jenis murid berkebutuhan khusus yang memiliki intelegensi di bawah rata-rata sehingga pada umumnya mereka mengalami kekurangan dalam bidang akademik. Tunagrahita disebut juga moron atau debil, kelompok ini memiliki IQ antara 68 - 52 menurut Binet, sedangkan menurut skala Wescher (QISC) memiliki IQ 69 – 55. mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Sistem pengajaran dan pendidikan pada anak tunagrahita mampu didik lebih bersifat individual, fleksibel dengan cara informal, bahkan yang harus diberikan harus bersifat kongkrit dan dapat menarik perhatian sehingga membantu mempermudah anak dalam menerima pelajaran. Seperti pelajaran anak-anak pada umumnya, maka pembelajaran bagi anak tunagrahita pun media pembelajaran dan
2
3
alat bantu pelajaran memegang peranan penting, hal ini disebabkan anak tuna grahita kurang mampu berfikir abstrak, mereka membutuhkan hal-hal kongkrit. Media bagi anak tuna grahita ringan sangat membantu dalam mempermudah proses belajar mengajar. Mengingat
karakteristik anak tuna
grahita ringan mengalami kesulitan menerima pelajaran secara abstrak, mereka membutuhkan hal-hal yang kongkrit. Agar terjadinya tanggapan tentang obyek yang dipelajari, maka dibutuhkan alat pelajaran yang memadai dalam pelajaran bahasa Indonesia dalam menyusun kalimat. Maka sangat diperlukan media pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam menerima pembelajaran. Media pembelajaran merupakan satu elemen penting yang tidak dapat terpisahkan dari proses pembelajaran secara keseluruhan dan dapat lebih meningkatkan kualitas belajar siswa, kualitas mengajar guru, di samping itu dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran baik di sekolah umum maupun di SLB termasuk bagi anak-anak tuna grahita. Untuk itu sudah sewajarnya bila dalam proses pembelajaran media pembelajaran harus benar-benar direncanakan dan digunakan dengan sebaik-baiknya oleh semua guru Maka dari itu peneliti mencoba membantu para peserta didik dalam menyusun kalimat bahasa Indonesia melalui media
gambar, dengan
menggunakan media gambar peserta didik dapat melihat secara langsung obyek sehingga akan dapat mempermudah peserta didik menerima pelajaran. Selain itu membangkitkan semangat untuk belajar dan menghilangkan kejenuhan dalam kegiatan
pembelajaran.
Dengan
berbagai
fariasi
media
gambar
dapat
mempermudah peserta didik menerima pelajaran terutama penyusunan kalimat bahasa Indonesia Teknik dalam pembelajaran siswa tunagrahita harus memperhatikan karakteristik yang ada pada siswa tunagrahita. Teknik pembelajaran pada siswa tunagrahita dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Berlahan-lahan. Kalau siswa belum memahami bahan yang diajarkan, guru harus bersedia meremidinya sampai siswa memahami betul tentang materi yang diajarkan, karena daya tangkap siswa sangat lemah.
3
4
2. Dengan menggunakan media atau contoh yang kongkrit. Hal ini harus dilakukan mengingat daya abstraksi dan daya konsentrasi pada siswa tunagrahita rendah. Dengan contoh dan media pembelajaran yang kongkrit siswa akan semakin tertarik pada pembelajaran sehingga menimbulkan gairah atau minat untuk belajar. Jika siswa sudah terangsang minatnya untuk belajar maka siswa akan tahan lama dalam mengikuti pembelajaran. Jika siswa sudah tidak berminat maka pembelajarannya yang diberikan pada siswa kurang bermakna. 3. Harus banyak menggunakan latihan-latihan. Karena daya konsentrasi dan ingatan pada siswa tunagrahita yang lemah maka dalam pembelajarannya perlu mengadakan latihan-latihan sesering mungkin. 4. Banyak menggunakan metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif dan mengambil bagian dalam pembelajarannya. Jika siswa dalam proses pembelajarannya tidak aktif maka apa yang diajarkan oleh guru akan sia-sia. Maka diusahakan dalam proses pembelajaran siswa dilibatkan secara aktif agar siswa tidak mempunyai kegiatan selain dalam kegiatan belajar itu sendiri. Selain teknik di atas perlu juga di dalam pembelajaran diciptakan iklim belajar yang kondusif. Guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih dan pemimpin yang dapat menciptakan belajar yang menarik, aman, nyaman dan kondusif di kelas, dapat mencairkan kebekuan, karena iklim yang tidak kondusif berdampak negatif pada : 1. Proses pembelajaran 2. Sulit tercapainya pembelajaran dan siswa merasa gelisah, bosan, resah serta jenuh. sehingga perlu diciptakan iklim yang kondusif Iklim belajar yang kondusif dan menarik dapat : 1. Mudah tercapainya tujuan pembelajaran. 2. Proses pembelajaran yang dilakukan menyenangkan bagi peserta didik Lingkungan kondusif menurut Mulyasa (2005 : 16 – 17), layanan sebagai berikut :
4
5
1. Memberikan pilihan bagi siswa yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran. 2. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, aman, bagi perkembangan potensi siswa secara optimal penyediaan bahan yang tepat, efektif dan efisien. 3. Menciptakan kerja sama baik antara siswa dengan guru dan pengelola pembelajaran lainnya 4. Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran dalam Martinis Yamin (2006 : 111).
Mengingat karakteristik yang ada pada siswa tunagrahita tersebut maka diperlukan media pembelajaran dan situasi kelas yang kondusif sehingga mampu mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Media pembelajaran kartu gambar dapat dilakukan secara berulang-ulang oleh siswa baik dalam jam pelajaran di sekolah maupun di luar jam pelajaran sekolah. Berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi oleh siswa SLB tunagrahita ringan kelas IV di SLBC Bagaskara Sragen dalam belajar cara menyusun kalimat bahasa Indonesia masih kurang. Maka penulis mencoba memberikan pemecahan masalah dengan pembuatan media gambar dan penulisannya dalam bahasa Indonesia sebagai suatu cara untuk meningkatkan kemampuan penyusunan kalimat bahasa Indonesia secara benar.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas maka problematika penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah media gambar dapat meningkatkan kemampuan Menyusun kalimat Bahasa Indonesia pada siswa tuna grahita ringan kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen pada tahun ajaran 2008/2009? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk meningkatkan kemampuan menyusun kalimat Bahasa Indonesia melalui media gambar pada anak tunagrahita ringan kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen tahun ajaran 2008/2009.
5
6
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Untuk meningkatkan pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita ringan khususnya dalam hal media pembelajaran. b. Untuk mengembangkan media pembelajaran khususnya pada pelajaran bahasa Indonesia. c. Menambah kasanah manfaat media gambar pada anak tunagrahita ringan. 2. Manfaat praktis a. Penelitian ini merupakan usaha pengenalan lebih dekat bagi peneliti terhadap karakteristik anak tuna grahita ringan. b. Menemukan alternatif pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen khususnya yang berkaitan dengan kemampuan menyusun kalimat Bahasa Indonesia.
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Anak Tuna Grahita a. Pengertian Anak Tuna Grahita Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa referensi disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, feebleminded, mental subnormal, tuna grahita. Semua makna dan istilah tersebut sama, yakni menunjukkan kepada seseorang yang memiliki kecerdasan mental di bawah normal. Batasan tentang anak berkelainan mental subnormal atau tuna grahita para ahli dalam beberapa referensi mendefinisikan secara berbeda. Dari berbagai variasi tersebut muncul berbagai definisi tentang anak tunagrahita, tetapi secara subtansial tidak mengurangi makna pengertian anak tuna grahita itu sendiri, meskipun dalam tilikan mereka menngunakan pendekatan berbeda. Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tuna grahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik termasuk dalam program pendidikannya (Bratanata,1979 dalam Mohammad Effendi, 1994: 88). Pengertian tunagrahita menurut American Association on Mental Deficiency (AAMD) yaitu “menyatakan bahwa tuna grahita mengacu pada adanya penyimpangan fungsi intelektual umum yang nyata di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam perilaku adaptif dan tampak pada masa perkembangan” (Groosman et al, dalam Kirk & Gallagher,1979;p.104). Menurut Japan League for the Mentally Retarded (1992:p.22) dalam Mulyono Abdurrachman (1994 ; 20). yang dimaksud dengan retardasi mental ialah “(1) fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes
7
8
intelegensi baku, (2) kekurangan dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi pada masa perkembangan yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun”. Hendeschee memberikan batasan bahwa anak tuna grahita adalah “anak yang tidak cukup daya pikirnya, tidak dapat hidup dengan kekuatan sendiri ditempat sederhana dalam masyarakat. Jika ia dapat hidup, hanyalah dalam keadaan yang sangat baik” (Setia Rahman 1955). Edgar Doll dalam Mohammad Effendi (1995 ; 89) berpendapat seseorang dikatakan tunagrahita jika “(1) secara social tidak cakap, (2) secara mental dibawah normal, (3) kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda, (4) dan kematangannya terhambat” (krik, 1970). Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa seseorang dikatakan tuna grahita menunjukan fungsi intelegensi di bawah rata-rata secara jelas disertai dengan ketidak mampuan menyesuaikan perilaku dan terjadi masa pada masa perkembangan. Anak tuna grahita atau terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan jenis keterbelakangan anak tersebut untuk mencapai perkembangan yang optimal
b. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ada beberapa karakteristik yang dapat kita pelajari sebagai berikut: 1. Keterbatasan intelegensi Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai
kemampuan
untuk
mempelajari informasi
dan ketrampilan-
ketrampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tuna grahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar berhitung, menulis, dan membaca juga terbatas kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.
8
9
2. Keterbatasan sosial Disamping memiliki keterbatasan intelegensi anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan. Anak tuna grahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda dari usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi. cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. 3. Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk melaksanakan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin yang secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu lama. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi akan tetapi pusat pengolahan (perbendaharaan kata yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya). Karena itu mereka membutuhkan kata-kata kongkrit dan sering didengarnya. Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah, pertama, kedua, dan terakhir, perlu menggunakan pendekatan yang kongkrit. Selain itu anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan membedakan yang benar dengan yang salah. Ini semua karena kemampuannya yang terbatas, sehingga anak tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan. Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya. Mereka
mengalami kesulitan berfikir abstrak,
tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah
9
10
biasa maupun di sekolah khusus. Pada umur 16 tahun , baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun, tetapi itu pun hanya sebagian dari mereka. Sebagian tidak dapat mencapai umur kecerdasan setinggi itu. Sebagaimana tertulis dalam The New American Webster (1956:301) bahwa : “Moron (debile) is a person whose mentality does not develop beyond the 12 years old level”. Maksudnya, kecerdasan berpikir seseorang tunagrahita ringan paling tinggi sama dengan kecerdasan anak normal usia 12 tahun. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan karakteristik anak tuna grahita a ) Anak tuna grahita kecerdasanya dibawah normal. b) Sukar berfikir abstrak c) Masih mampu mengikuti pelajaran akademik sederhana. d) Ketergantungan terhadap orang tua, e) kurang mampu mempertimbangkan sesuatu.
c. Klasifikasi Anak Tunagrahita Klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan ( 1 ) medis / biologis, (2) sosial psikologis, dan (3). Klasifikasi untuk keperluan pembelajaran.
1. Klasifikasi medis biologis Menurut pandangan medis tunagrahita dipandang sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit atau kondisi biologis yang tidak sempurna . Sifat dari suatu klasifikasi medis didasarkan pada faktor penyebabnya atau faktor ethiologis. Grossman ( 1973 ) dalam Mulyono Abdurrachman (1994 ; 24). Menyusun daftar katagori etheologis penyakit sebagai berikut: (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Akibat infeksi dan / atau intoxikasi Akibat ruda paksa dan / atau sebab fisik lain Akibat ganguan metabolesma, pertumbuhan atau gizi ( nutrition ), Akibat penyakit otak yang nyata ( kondisi postnatal ), Akibat penyakit / pengaruh prenatal yang tidak diketahui, Akibat kelainan kromosomal, Gangguan waktu kehamilan ( gistationnal disorders ), Ganguan paska –psikiatrik ( post-psyciatrikdisorders ), Pengaruh – pengaruh lingkungan, dan Akibat kondisi –kondisi lain yang tak tergolongkan.
10
11
Klasifikasi tersebut juga digunakan oleh para psikiater di Indonesia seperti tampak pada penggolongan diaknosis gangguan juwa di Indonesia ke 1, tahun 1973 yang dikutip oleh Roan ( 1979;P.11 dalam Mulyono Abdurrachman, 1994 ; 25) berikut ini: Retardasi Mental 310 Retardasi mental taraf pembatasan ( IQ;68-85 ); 311 Retardasi mental ringan ( IQ; 52-67 ); 312 Retardasi mental sedang ( IQ; 36-51 ) 313 Retardasi mental berat ( IQ; 20-35 ) 314 Retardasi mental sangat berat ( IQ; kurang dari 20 );dan 315 Retardasi mental tak tergolongkan Kode tambahan angka ke empat digunakan untuk katagari 310-315 yaitu ; (0) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Akibat infeksi dan / atau intoxikasi Akibat ruda paksa dan / atau sebab fisik lain Akibat ganguan metabolesma, pertumbuahan atau gizi (nutrition), Akibat penyakit otak yang nyata (kondisi postnatal), Akibat penyakit / pengaruh prenatal yang tidak diketahui, Akibat kelainan kromosomal, Akibat prematuritas Akibat gangguan jiwa berat Akibat deprivasi psikososial (lingkungan )
2. Klasifikasi Sosial-psikologis Klasifikasi sosial psikologis menggunakan dua kriteria, yaitu kriteria psikometrik dan kriteria perilaku adaptif. Untuk dapat diklasifikasikan sebagai retardasi mental seorang individu harus memperlihatkan adanya penyimpangan – penyimpangan baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif yang terukur. Menurut Grossman seperti dikutip oleh Kirk dan Gallaghaer ( 1979; P.109 ) ada empat taraf retardasi mental meenurut skala intelegensi Wechsler (dalam Mulyono Abdurrachman, 1994 ; 26), yaitu ; (1) (2) (3) (4)
Retardasi mental ringan ( mild mental retardation), IQ 55-69, Retardasi mental sedang (moderate mental retardation), IQ 40-54; Retardasi mental berat ( severe mental retardation ) IQ 25-39; dan Retardasi mental sangat berat ( profouhd mental retardation ), IQ 24- ke bawah.
11
12
Taraf retardasi mental berdasarkan perilaku adaptif juga terdiri dari empat macam, yaitu; 1) ringan, 2) sedang 3) berat, dan 4) sangat berat Mengelompokkan anak tunagrahita berdasarkan perilaku adaptif tidak semudah berdasarkan taraf intelegensi. Skala kematangan sosial Vineland (The Vineland Social Maturity Scale) merupakan salah satu alat yang dapat di gunakan untuk mengukur social quotient. Taraf retardasi mntal berdasarkan perilaku adaptif diestimasikan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ahli klinis dan kurang memiliki gradasi yang baik seperti halnya yang diukur oleh tes intelegensi yang menghasilkan IQ.
3. Klasifikasi untuk Keperluan Pembelajaran Untuk keperluan pembelajaran anak-anak berintelegensi rendah umumnya diklasifikasikan berdasarkan taraf subnormalitas intelektual mereka. Ada empat kelompok pembedaan untuk keperluan pembelajaran dalam Mulyono Abdurrachman (1994 ; 26) yaitu; (1) Taraf perbatasan atau lamban belejar (the borderline or the slow learner) (IQ 70-85)’ (2) Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded) (IQ 50-70 atau 75)’ (3) tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) (IQ 30 atau sampai 50 atau 55), (4) tunagrahita mampu rawat(dependent or profoundlyretarded) (IQ di bawah 25 atau 30) Pengelompokan pada umumnya berdasarkan pada taraf intelegensinya yang terdiri dari terbelakang ringan, sedang, dan berat. Kemampuan intelegensi anak tunagrahita kebanyakan diukur degan tes Stanford Binet dan Skala Weschler (WISC)
12
13
1. Tunagrahita ringan Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil.Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik anak terbelakang mental ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Anak terbelakang mental ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti pekerjaan laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik anak tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan. Pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara fisik seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik anak tunagrahita dengan anak normal. Bila dikehendaki mereka masih dapat bersekolah di sekolah anak berkesulitan maka ia akan dilayani pada kelas khusus dengan guru dari pendidikan luara biasa.
2. Tunagrahita sedang Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 berdasarkan skala Binet sedangkan menurut skala Weschler (WISC)memiliki IQ 54-40. Anak terbelakang sedang bisa mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat dididik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebekaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan, dan sebagainya. Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung, walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial misalnya menulis
13
14
namanya sendiri, alamatnya dll., dapat dididik mengurus diri sendiri seperti mandi, berpakaian, makan, minum, mengerjakan pekerjaan rumah tangga sederhana seperti menyapu, membersihkan perabot rumah tangga, dan sebgainya.Dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan pengawasan yang trus-menerus, 3. Tunagrahita berat Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot. Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara lain anak tunagrahita berat dan sangat berat, Tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut skala Binet dan antara 39-25 menurut Skala Wechler (WICH). Tunagrahita sangat berat (Profound) memiliki IQ 19 menurut Skala Binet dan IQ di bawah 24 menurut Skala Wechler (WICH) . Kemampuan mental atau MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan, dll. Bahkan mereka memerlukan perlindungsn dari bahaya seumur hidupnya. Level keterbelakangan
IQ Stanford Binet
Skala Wechler
Ringan
68 - 52
69 - 55
Sedang
51 - 36
54 - 40
Berat
32 - 20
39 - 25
19
24
Sangat berat Klasifikasi
Anak
Tunagrahita
Berdasarkan
Derajat
Keterbelakangannya (Sumber; Blake, 1976) Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak tunagrahita dapat dikelompokkan menjadi :anak tunagrahita mampu didik (debil), anak tunagrahita mampu latih (imbisil) dan anak tunagrahita mampu rawat (idiot), kelompok ini dapat dibedakan lagi antara tuna grahita berat dan sangat berat.
14
15
d. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita Menelaah sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen) Kirk (1970) berpendapat bahwa “ketunagrahitaan karena faktor endogen, yaitu faktor ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen. sedangkan faktor eksogen, yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal”. Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut Davenport dapat dirinci melalui jenjang berikut: (1) kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma, (2) kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur, (3) kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi, (4) kelainan atau ketunaan yang timbul dalam embrio, (5) kelainan atau ketunaan yang timbul dari luka saat kelahiran, (6) kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin, dan (7) kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tunagrahita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu; 1. Genetic 2. Sebab-sebab pada masa prenatal, 3. Sebab-sebab pada masa perinatal. 4. Sebab-sebab pada masa postnatal, dan 5. Faktor-faktor sosio- cultural.
1. Faktor Genetik a. Kerusakan / Kelainan Biokimia “Menurut Waisman dan Gerritsen yang dikutip oleh Kirk dan Gallagher (1979; p, 166) pada saat ini ada lebih kursng 90 penyakit yang dapat menyebabkan kelainan metabolisme sejak kelahiran dan hal-hal tersebut dapat diturunkan secsra genetic dalam arti suatu penurunan”. Para ahli biokimia telah mengidentifikasi sejumlah substansi kimia yang dapat berpengaruh terhadap kondisi genetig abnormal misalnya materi kimia berupa karbohidrat, lemak dan asam amino. b. Abnormalisasi Kromosomal
15
16
Abnormalitas kromosom paling umum ditemukan adalah sindroma Down atau sindroma mongol (mongoliswm). Keadaan penyakit ini dikemukakan oleh Langdon Down. Pada mulanya penyakit ini disebut penyakit Down, tetapi karena penderita memiliki mata sipit, maka ada yang menyebut sebagai mongolisme. Bentu lain dari abnormalisasi kromosom bagi anak dengan syndromn down bersal dari translokasi, yaitu anak memiliki 46 kromoswom tetapi satu pasang dari kromosom tersebut mengalami kerusakan dan bagian yang lain tergantung kromosom yang lain.
2. Penyebab Tunagrahita pada Masa Prenatal a. Infeksi Rubella (Cacar) Pada awal tahun 1940-an telah ditemukan bahwa virus rubella yang mengenai ibu selama tiga bulan kehamilan pertama kemungkinan menyebabkkan kerusakan kognimental dari kemungkinan terjadinya retardasi mental pada anak. Kerusakan-kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh penyakit tersebut misalnya, gangguan penglihatan, tuli, penyakit hati, mikrosefali, dan retardasi mental. b. Faktor Rhesus (Rh) Pada manusia 86% memiliki Rh – positif dan Rh-negatif merupakan pasangan yang saling menolak. Jika keduanya bertemu dalam satu aliran darah yang sama, akan terbentuk anglutinin, yang menyebabkan sel darah menggumpal dan menghasilkan sel-sel darah yang tidak dewasa dan gagal menjadi sel yang dewasa di dalam sumsum tulang belakang. Hasil penelitian Yannet dan Lieberman seperti dikutip oleh Kirk dan Gallagher (1979;p.119)menunjukkan adanya hubungan antara keberadaan Rh darah yang tidak kompatibel pada penderita retardasi mental.
16
17
3. Penyebab Tuna Grahita Pada Masa Perinatal Perbagai peristiwa pada saat kelahiran yang memungkinkan terjadinya retardasi mental yang terutama adalah luka-luka saat kelahiran, sesak nafas, dan prematuritas.. Diagnosis kerusakan otak pada anak-anak sering berhubungan dengan kejadian-kejadian pada saat kelahiran (perinatal), yang kemudian berhubungan dengan retardasi mental. Penyebab lain dari kerusakan otak adalah sesak nafas, yang disebabkan oleh kekurangan oksigen dalam otak selama proses kelahiran. Frederich Schreibre seperti dikutip oleh Kirk dan Gallagher (1979;p.120) telah meneliti problema ini secara ekstensif dan mengemukakan data bahwa kerusakkan mental pada anak-anak kadangkadang merupakan akibat dari kekurangan oksigen pada otak. 4. Penyebab Tuna Grahita Pada Masa Postnatal Penyakit-penyakit akibat infeksi dan problema nutrisi yang diderita pada masa bayi dan pada awal kanak-kanak dapat menyebabkan retardasi mental adalah encephalitis dan meningitis. Malnutrisi kronis sebagai penyebab retardasi mental. Kekurangan malnutrisi sering dianggap sebagai pengaruh utama terjadinya retardasi mental 5. Faktor-Faktor Sosio-cultural Para psikolog dan pendidik pada umumnya mempunyai bahwa lingkungan budaya berpengaruh terhadap kemampuan intelektual seperti telah digambarkan dalam anak laki-laki, Perancis yang dikemukan oleh Itard. Berdasarkan dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab ketunagrahitaan adalah faktor genetik, sebab-sebab pada masa prenatal, sebab-sebab pada saat kelahiran, sebab-sebab pada postnatal, dan arena devresi lingkungan
17
18
2. Tinjauan Kalimat Bahasa Indonesia a. Pengertian Kalimat Bahasa Indonesia Kalimat adalah satuan bahasa yang terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Pada umumnya kalimat berupa kelompok kata. Namun demikian, tidak sedikit pula yang hanya terdiri atas satu kata. Menurut Bloofield kalimat adalah “sesuatu bentuk bahasa yang bebas, yang oleh karena suatu konstruksi gramatikal tidak termasuk dalam suatu bentuk bahasa yang lebih besar.” Inti definisi Bloomfield dapat dinyatakan dengan lebih singkat sebagai berikut: kalimat adalah satuan deskripsi bahasa yang paling besar.
Kalimat
adalah
satuan
gramatikal
yang
diantara
bagian-bagian
konstituennya dapat ditetapkan pembatasan dan keterikatan distribusi, tetapi yang tidak dapat dimasukkan sendiri ke dalam suatu kelas distribusi. Kalimat didefinisikan juga oleh para ahli bahasa tradisional sebagai satuan yang mempunyai sebuah subjek (subject) dan predikat (predicate).
b. Macam - Macam Unsur Kalimat Bahasa Indonesia Sebuah kalimat terbentuk dari beberapa komponen tertentu yang disebut unsur kalimat. Unsur tersebut dapat berupa kata atau kumpulan kata (frasa). Masing-masing unsur mempunyai jabatan atau fungsi tersendiri. Jabatan yang dimaksud adalah subjek, predikat, dan objek. Berikut ini penjelasan tentang unsurunsur yang ada dalam kalimat. 1) Subjek Subjek adalah pokok pembicaraan atau inti pikiran yang dibicarakan. Dalam kalimat bahasa Indonesia pada umumnya subjek diletakkan di depan kalimat. 2) Predikat Predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat dicari dengan mengajukan pertanyaan mengapa, bagaimana, berapa? Jawaban yang muncul merupakan predikat.
18
19
3) Objek Objek merupakan pelengkap sebuah kalimat. Untuk itu kehadirannya tidak wajib atau tidak harus ada.
c. Ciri - Ciri Unsur Kalimat Bahasa Indonesia 1) Ciri-ciri subjek adalah a) Berjenis kata benda Contoh : Presiden akan meresmikan pabrik Subjek kalimat di atas adalah kata benda. b) Dapat diikuti –nya. Contoh : Rumahnya bagus. c) Dapat diikuti kata ini dan itu. Contoh : Ibu itu ramah. Buku ini mahal. 2) Ciri-ciri predikat adalah a) Terletak di sebelah kanan subjek Contoh : Ayah pergi b) Jawaban yang muncul merupakan predikat Contoh : Ayah pergi Mengapa ayah? Jawaban: pergi (predikat) 3) Ciri-ciri objek adalah a) Terletak di sebelah kanan predikat Contoh : Tono menulis surat b) Dapat dipasifkan dan berubah menjadi subjek Contoh : Surat ditulis oleh Tono.
19
20
d. Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia Menyusun kalimat bahasa Indonesia terdiri dari : 1) Urutan dasar Urutan unsur – unsur kalimat bahasa Indonesia seperti subyek, predikat, obyek amat memegang peranan yang penting dalam bahasa Indonesia. Penulisan urutan kalimat dapat mengubah makna kalimat. Jika urutan kalimat Anjing menggigit anak itu, diubat Anak itu menggigit anjing, makna kalimat itu akan berubah. Urutan itu dapat diubah, tetapi ada syarat – syarat tertentu. Pada dasarnya ada urutan dasar dan urutan variasi. Urutan yang dianggap dasar adalah urutan S-P-O. Contoh : Rian Membawa tas S
P
O
2) Urutan variasi Di dalam kenyataan bahasa Indonesia ternyata terdapat berbagai urutan variasi, tidak hanya urutan dasar saja. Dengan demikian, perubahan urutan dapat terjadi. Tentunya, perubahan urutan itu dapat di lakukan, tetapi ada syarat – syarat yang perlu diperhatikan supaya kalimat yang dihasilkan tetap memenuhi syarat gramatikal. a) Urutan P-S Perubahan urutan dasar (P-S) dapat dilakukan sehingga dihasilkan variasi urutan. Perubahan urutan yang umumnya dilakukan ialah dengan mendahulukan predikat. Kalimat yang mempunyai urutan P-S biasanya dikenal dengan istilah tradisional kalimat inversi. Unsur predikat menduduki paling depan beserta unsur lain di belakang dengan sendirinya subyek terletak di belakang sendiri. Hal ini dilakukan biasanya jika penulis ingin menonjolkan perbuatan yang dinyatakan predikat, sebagaimana gejala umum bahwa unsur yang ditonjolkan ditempatkan di bagian awal kalimat.
20
21
Contoh : Pergi // Anak itu P
S
Meninggalkan // desanya // gadis itu P
O
S
b) Urutan P-S dalam kalimat pasif Di dalam kenyataan kalimat pasif itu tidak banyak digunakan orang. Urutan itu (S-P) memang merupakan urutan dasar. Namun, dalam kalimat pasif orang lebih banyak memilih uraian P-S. Contoh : Kami beritahukan // bahwa hari ini saya tidak masuk sekolah. P
S
3. Tinjauan Media Gambar a. Pengertian Media Gambar Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Asosiasi Teknologi
dan
Komunikasi
Pendidikan
(Associationof
Education
and
Cummunication Tecnology/AECT) di Amerika misalnya, ”Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi” Menurut Gagne (1970) menyatakan “Bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. Sementara Briggs (1970) berpendapat bahwa “Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”. Sedangkan
media
gambar
adalah
hasil
potretan
dari
berbagai
peristiwa/kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar.
b. Manfaat Media Gambar Ada beberapa manfaat dari Media Pembelajaran menurut Kemp dan Deyton, yaitu sebagai berikut :
21
22
a) b) c) d) e) f)
Penyampaian materi bias diseragamkan Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik Proses pembelajaran lebih interaktif Efisien waktu dan tenaga Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja g) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. h) Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan kreatif. Disamping itu ada manfaat praktis lain yaitu sebagai berikut: a) Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih kongkrit. b) Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu. c) Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia. d) Media juga dapat menyajikan obyek pelajaran berupa benda tau peristiwa langka dan berbahaya ke dalam kelas. e) Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan memberi kesan mendalam dan lebih lama tersimpan dalam diri siswa. DerekRowntrie (1982; 168) funnsi medeia adalah: a) b) c) d) e) f)
Membangkitkan motivasi belajar. Mengulang apa yang telah dipejari. Menyediakan stimulasi belajar. Mengaktifkan respon peserta didik. Memberikan balikan dengan cepat / segera. Menggalakkan latihan yang serasi. c. Kelebihan dan Kekurangan Media gambar
Kelebihan media gambar ; a) Menunjukkan peristiwa dan keadaan secara realistic dan kongkrit. b) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. c) Murah dan dapat digunakan. Beberapa kelebihan yang lain adalah : a) Sifatnya kongkrit. gambar/foto realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
22
23
b) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.” Tidak semua benda, obyek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas., dan tidak selalu bisa. Untuk itu gambar atau foto dapat mengatasi. Kekurangan media gambar : a) Tidak dapat dirasakan secara nyata suasana sebenarnya. b) Menekankan kemampuan indra penglihatan. c) Untuk kelas yang jumlahnya peserta didiknya besar sangat sulit karena terbatas ukurannya. d) Dapat hilang, mudah rusak, dan musnah bila tidak dirawat dengan baik, sehingga memerlukan perawatan yang intensif. Kekurangan media gambar menurut buku media pendidikan adalah: a) Gambar hanya menekankan persepsi indra mata. b) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran c) Ukurannya sangat terbatasan untuk kelompok besar.
B. Kerangka Pikir Secara konvensional terdapat empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu ; mendengarkan atau menyimak, membaca, berbicara, sering pula disebut sebagai keterampilan reseptif. Keterampilan berbicara dan menulis disebut keterampilan produktif. Pembelajaran keempat aspek tersebut tidak dapat selalu seimbang bobotnya pada semua situasi, apalagi anak tunagrahita Khususnya pada keterampilan berbicara dan menulis perlu sekali di ajarkan kepada anak. Mata pelajaran bahasa Indonesia menurut siswa kurang menarik dan membosankan. Oleh sebab itu peneliti berusaha untuk mencari jalan keluar yang dapat digunakan untuk mengajarkan pelajaran bahasa Indonesia kepada siswa di sekolah agar siswa tertarik untuk mengikuti dan bersemangat dalam proses pembelajaran khususnya penyusun kalimat.
23
24
Cara atau solusi yang dipilih oleh penulis yaitu dengan menggunakan media gambar sebagai media pembelajaran. Dengan bertujuan agar dapat membangkitkan semangat anak untuk mengikuti pelajaran, dan meningkatkan kualitas siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia cara menyusun kalimat. Pemilihan media gambar dengan pertimbangan, media gambar adalah media yang umum digunakan, media gambar harganya cenderung terjangkau dan tidak memakan tempat. Selain itu media gambar adalah penyajian dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan kehidupan sehari-hari, misalnya menyangkut manusia, peristiwa, benda-benda, tempat dan sebagainya. Media gambar mempunyai manfaat yang sangat besar bagi siswa karena media gambar dapat membantu siswa mengingat nama-nama benda atau orang yang mereka lihat, membantu siswa dalam memahami materi pelajaran memahami konsep-konsep dari materi secara kongkrit.
24
dan
25
Adapun gambar dari alur kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Masalah yang dihadapi sebelum tindakan
Siswa kurang tertarik dan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran bahasa Indonesia
Minat belajar siswa rendah
Guru mengalami kesulitan dalam menemukan solusi yang tepat untuk meningkatkan minat belajar siswa
Kemampuan menyusun kalimat bahasa Indonesia siswa rendah
Perencanaan
Tindakan penelitian Penggunaan media gambar sebagai media pembelajaran Pengamatan
Refleksi
Hasil akhir setelah dilakukan tindakan
Tertarik dan memahami pelajaran bahasa Indonesia
Minat belajar siswa meningkat
Guru menemukan solusi yang tepat terhadap masalah yang ada
25
Kualitas kemampuan menyusun kalimat bahasa Indonesia menjadi meningkat
26
C. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah “penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menyusun kalimat bahasa Indonesia pada siswa Kelas IV tunagrahita ringan di SLB-C Bagaskara Sragen tahun ajaran 2008 / 2009”.
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SLB Bagaskara Sragen, yang beralamat di jalan mawar No. 469 Sragen. Adapun alasan penelitian di SLB Bagaskara Sragen denga pertimbangan sebagai berikut : a. Efisien tenaga, biaya dan waktu, sebab penelitian berada di tempat tugas peneliti. b. Sesuai dengan kondisi siswa. c. Peneliti mengambil subyek penelitian kelas IV tunagrahita ringan 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan lima bulan mulai dari bulan februari sampai bulan Juni 2009 yaitu mulai dari persiapan awal, pembuatan proposal hingga persetujuan total skripsi. Adapun urutan waktu pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 1 Urutan Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian No
Kegiatan
1.
Penulisan Proposal
2.
Persetujuan proposal oleh
Waktu Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
pembimbing 3.
Perijinan penulisan skripsi tingkat prodi, jut, FKIP
4.
Penulisan Bab I, II, III
5.
Persetujuan bab I, II dan III
27
28
oleh pembimbing 6.
Perijinan penelitian
7.
Pelaksanaan penelitian
8.
Penulisan Bab IV dan V
9.
Konsultasi dan persetujuan Bab II dan V oleh pembimbing
10. Persetujuan total skripsi oleh pembimbing
B. Subyek Penelitian Pada penelitian tindakan kelas ini sebagai subyek penelitian adalah siswa dan guru kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen. Yang berjumlah 5 siswa dan peneliti sebagai guru.
C. Data dan Sumber Data Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan menyusun kalimat, motivasi siswa dalam menyusun kalimat, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan strategi pembelajaran) di kelas. Sumber data dalam penelitian ini adalah : 1. Siswa sebagai subyek penelitian 2. Guru sebagai kolaborator dan; 3. Peneliti
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi: observasi, wawancara, kajian dokumen, tes 1. Observasi Observasi dibedakan menjadi observasi non partisipatif dan observasi partisipatif.
28
29
Observasi non partisipatif artinya kegiatan orang yang melakukannya tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang diamati. Misalnya pada waktu mengamati proses berlangsungnya proses pembelajaran, pengamat tidak berperan sebagai guru atau murid melainkan sebagai pengamat saja. Observasi partisipatif adalah jenis observasi yang pengamatannya terlibat pada sebagai kegiatan atau seluruh kegiatan yang diamati. Misalnya dalam pengamatan proses pembelajaran dalam penyelesaian keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipatif yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan pembelajaran. 2. Wawancara Wawancara dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas. Wawancara digunakan untuk menggali dan mengumpulkan data yang hanya dapat diungkapkan secara tepat dengan kata-kata seperti ide, pendapat, pemikiran wawasan dari orang yang diamati. 3. Kajian dokumen Kegiatan juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada seperti kurikulum rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru, buku atau materi pelajaran, hasil tulisan siswa dan nilai ulangan yang diberikan oleh guru yaitu: (a) Nilai ulangan (b) Nilai ulangan siklus I (c) Nilai ulangan siklus II 4. Tes Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan perbaikan pembelajaran. Tes menyusun kalimat Bahasa Indonesia diberikan pada akhir kegiatan pembelajaran ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan mutu hasil menyusun kalimat bahasa Indonesia. Dengan kata lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan menyusun kalimat Bahasa Indonesia sesuai dengan siklus yang ada.
29
30
E. Validitas Data Teknik pemeriksaan validitas data yang digunakan untuk memeriksa validitas adalah triangulasi dan review informan kunci. “Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
validitas
data
dengan
memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data itu” (Leny J. Moloeng, 1995 : 178). Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Misalnya, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam kegiatan menyusun kalimat bahasa Indonesia. Review informan kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interprestasi temuan kepada informan kunci sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan informan tentang data atau interprestasi temuan tersebut.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif dan analisis kritis. Teknik deskriptif komperatif digunakan untuk data kuantitatif, sedangkan analisis kritis digunakan untuk data kualitatif. a. Teknik Kuantitatif Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif, data diperoleh dari hasil tes performance menyusun kalimat bahasa Indonesia melalui siklus I dan siklus II. Hasil menyusun kalimat bahasa Indonesia nilai tersebut dari siklus I dibandingkan dengan hasil siklus II, sehingga diketahui peningkatan ketrampilan menyusun kalimat bahasa Indonesia. b. Teknik Kualitatif Tehnik kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil, wawancara, observasi. Hasil observasi, wawancara dari siklus I dan II dibandingkan. Dari hasil
30
31
perbandingan tersebut akan diketahui peningkatan ketrampilan menyusun kalimat bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan menyusun kalimat bahasa Indonesia.
G. Indikator Kinerja Indikator kinerja adalah suatu rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi indikator kinerja adalah adanya peningkatan kemampuan menyusun kalimat bahasa Indonesia. Misalnya: Anak yang memperoleh nilai 7 lebih dari 80 %, nilai rata-rata kemampuan menyusun kalimat
meningkat. (Menyusun kalimat bahasa
indonesia siswa meningkat dari 6 menjadi 7).
H. Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian tersebut penulis uraikan sebagai berikut: Siklus I Perencanaan
Kegiatan : 4. Membuat rencana pembelajaran 5. Menentukan dan mempelajari materi yang akan diajarkan dalam perencanaan siklus I. 6. Menganalisis materi pelajaran 7. Melengkapi media pembelajaran. 8. Membuat lembar pengamatan penelitian berupa : keaktifan, kreativitas dan daya serap anak dalam menyusun kalimat bahasa Indonesia. 9. Menyusun alat test
31
32
Tindakan
1. Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang materi yang akan diberikan yaitu menyusun kalimat bahasa Indonesia. 2. Guru meminta siswa untuk mengamati gambar, siswa memberikan jawaban dengan kalimat sesuai dengan gambar yang dilihatnya. 3. Guru meminta siswa untuk menanyakan tugas atau materi yang belum jelas.
Observasi
Guru (kolaborator dan peneliti) : 1. Aktivitas penerapan media gambar sebagai penunjang dalam meningkatkan
kemampuan
menyusun
kalimat
bahasa
Indonesia. 2. Untuk mendapatkan data tentang kemampuan menyusun kalimat bahasa Indonesia.
Refleksi
Setelah memperoleh kesimpulan, peneliti merefleksi bagian mana yang harus diperbaiki atau disempurnakan untuk siklus berikutnya.
Siklus II Perencanaan
Kegiatan : 1. Guru mengadakan apersepsi perbaikan materi yang telah diajukan pada siklus I. 2. Memperbaiki kesalahan yang terjadi pada siklus ke I. 3. Siswa dibagi 2 kelompok untuk memainkan kartu gambar.
Tindakan
1. Siswa memainkan kartu gambar dengan bimbingan dan pengamatan guru.
32
33
2. Guru mendemonstrasikan cara menyusun kalimat bahasa Indonesia berdasarkan gambar. 3. Guru meminta siswa mengerjakan tugas. 4. Guru mengadakan tanya jawab yang berkaitan dengan menyusun kalimat bahasa Indonesia. 5. Guru meminta siswa mengerjakan tugas.
Observasi
Guru (kolaborator dan peneliti) : 1. Aktivitas penerapan media gambar sebagai penunjang dalam meningkatkan
kemampuan
menyusun
kalimat
bahasa
Indonesia. 2. Untuk mendapatkan data tentang kemampuan menyusun kalimat bahasa Indonesia.
Refleksi
Data diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis, demikian untuk hasil evaluasi. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan tentang kemampuan menyusun kalimat bahasa Indonesia dilakukan selama dua siklus, untuk menjadi laporan peneliti.
33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui keadaan nyata pada peserta didik. Hasil dari refleksi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Siswa Kurang Tertarik pada Pelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan hasil pengamatan siswa kurang tertarik pada pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini terbukti pada saat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, siswa menunjukan sikap yang kurang kooperatif dan tidak memperhatikan pelajaran Bahasa Indonesia dengan baik dan kurang maksimal. Selain itu siswa yang seenaknya sendiri, berbicara dengan temannya, sehingga pelajaran yang disampaiakan oleh guru berlalu begitu saja. 2. Siswa Kurang Tertarik Ketika Guru Mengajarkan Tanpa Media Bagi siswa sudah menjadi suatu hal yang biasa ketika guru menjelaskan materi pelajaran hanya dengan metode ceramah, sebab siswa tidak dilibatkan dalam pembelajaran tersebut. Guru terkesan menguasai kegiatan belajar mengajar tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk aktif berpendapat dan menarik perhatian siswa dengan hal-hal yang menarik atau media-media yang berbeda dengan apa yang mereka lihat dan mereka pergunakan selama ini. 3. Siswa Mengalami Kesulitan dalam Memahami Kalimat Dalam memahami kalimat siswa mengalami kesulitan karena siswa kurang begitu memahami cara menyusun kalimat bahasa indonesia yang berdasarkan unsur kalimat seperti subyek, predikat dan obyek. Urutan unsur kalimat dalam bahasa Indonesia seperti diatas sangat penting peranannya dalam bahasa Indonesia.
34
35
4. Nilai Awal Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia Yang diperoleh siswa sebelum dilaksanakan siklus 1 dapat dilihat dalam tabel dan grafik di bawah ini : Tabel 2 Nilai Awal Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia No
Nama
Nilai
KKM
1.
Ari Prasetyo
6
6
2.
Tanjung Danang
6
6
3.
Andik Wanuri
5
6
4.
Muh. Gufron
5
6
5.
Prasetyo
5
6
6 5 4 3 2 1 0
Ari P
Tanjung D Andik W M. Gufron Prasetyo
Grafik 1 Nilai Awal Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia B. Deskripsi Hasil Siklus I Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing terdiri 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi
35
36
a. Perencanaan Kegiatan perencanaan hasil tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu pada hari Senin 4 Mei 2009 dan Jumat 8 Mei 2009. Adapun tahapan perencanaan siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut : 1. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi menyusun kalimat berdasarkan unsur kalimat subyek, predikat. 2. Peneliti mempersiapkan media pembelajaran yang berupa gambar untuk membantu siswa dalam menyusun kalimat bahasa Indonesia. 3. Peneliti menyusun instrument penelitian yang berupa tes dan non tes. Instrument tes diambil dari hasil pelajaran siswa dalam menyusun kalimat bahasa Indonesia. Sedangkan instrument non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan keaktifan dan kreatifitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus ini direncanakan selama dua kali pertemuan, yakni pada hari Senin 4 Mei 2009 dan Jum’at 8 Mei 2009. pertemuan dilaksanakan selama 2 x 30 menit, sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar berdasarkan gambar.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut : 1. Peneliti memotivasi siswa, hal ini bertujuan untuk mendorong siswa agar bergembira dan tumbuh minat belajarnya. 2. Peneliti menjelaskan mengenai materi penyusun kalimat bahasa Indonesia yang akan di ajarkan pada hari ini dan siswa diminta untuk menyimak dengan baik. 3. Peneliti mendemontrasikan salah satu gambar.
36
37
4. Peneliti meminta salah satu siswa untuk mengambil gambar dan siswa memperhatikannya. 5. Peneliti meminta siswa untuk menyusun kalimat bahasa Indonesia berdasarkan gambar. 6. Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar yang telah di lakukan pada hari ini. 7. Peneliti memberikan tugas kepada semua siswa.
c. Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar menyusun kalimat bahasa Indonesia pada siklus I dapat diperoleh gambaran sebagai berikut : 1. Terdapat 3 siswa (60%) yang aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan kartu gambar. 2. Terdapat 2 siswa yang (40%) yang kreatif dalam proses pembelajaran. 3. Terdapat 2 siswa (40%) yang mampu menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel : 3 Data Hasil Pengamatan Siklus I Jumlah Siswa yang melakukan
Aspek pengamatan
1
≤ 70% benar Jumlah Siswa
Prosentase
3
60%
2
40%
2
40%
Keaktifan dalam proses pembelajaran
2
Kreatifitas
dalam
menyusun
kalimat 3
Kemampuan menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar
37
Ket
38
Tabel 4 Nilai Hasil Tes Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia Siklus I No
Nama
Nilai
KKM
1.
Ari Prasetyo
6
6
2.
Tanjung Danang
7
6
3.
Andik Wanuri
6
6
4.
Muh. Gufron
5
6
5.
Prasetyo
6
6
7 6 5 4 3 2 1 0
Ari P Tanjung D Andik W M. Gufron Prasetyo
Grafik 2 Nilai Hasil Siklus 1
d. Refleksi Proses pembelajaran menyusun kata menjadi kalimat bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar pada siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan dapat berjalan dengan lancar tetapi belum memperoleh nilai yang baik. Kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam pertemuan pertama belum dapat diatasi semua. Siswa yang sebelumnya pasif pada pertemuan kedua ini diharapkan mulai aktif, sehingga diperlukan perbaikan pada siklus II.
38
39
C. Diskripsi Hasil Siklus II Dalam hasil siklus II terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi.
a. Perencanaan Perencanaan tindaklan siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu hari Senin 11 Mei 2009 dan Jumat 15 Mei 2009. Tahap perencanaan siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut : 1. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi menyusun kalimat berdasarkan unsur kalimat subyek, predikat dan obyek. 2. Peneliti mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar dan pias kata. 3. Peneliti menyusun instrument penelitian yang berupa tes dan non tes. Instrument tes di nilai dari hasil pekerjaan siswa. Sedangkan non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan, kreatifitas selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu pada hari Senin 11 Mei 2009 dan Jumat 15 Mei 2009. Dalam kegiatan ini peneliti menyampaikan materi menyusun kalimat bahasa Indonesia berdasarkan unsur kalimat subyek, predikat dan obyek. Urutan Pelaksanaan Tindakan Siklus II sebagai berikut : 1. Kegiatan belajar mengajar diawali dengan tanya jawab untuk mengingatkan materi yang telah disampaikan. 2. Peneliti menjelaskan secara sekilas materi pada hari ini. 3. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 3 dan 2 siswa.
39
40
4. Peneliti meminta perwakilan kelompok untuk mengambil gambar. 5. Peneliti meminta menyusun kalimat berdasarkan gambar yang di lihatnya. 6. Setelah selesai kegiatan tersebut dilanjutkan dengan membaca kalimat yang telah disusun. 7. Peneliti memberikan rived pada kelompok yang dapat mengerjakan dengan benar. 8. Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar yang telah di lakukan pada hari ini. 9. Peneliti memberikan tugas kepada semua siswa sebagai tugas individu.
c. Pengamatan Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran. Dari kegiatan ini peneliti mencatat bahwa proses pembelajaran bahasa Indonesia berjalan dengan baik. Siswa kelihatan aktif dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kebanyakan siswa sudah mampu menyusun kalimat. Adapun data hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut : 1. Terdapat 5 siswa (100%) yang aktif dalam proses pembelajaran. 2. Terdapat 4 siswa (80%) yang kreatif dalam proses pembelajaran. 3. Terdapat 4 siswa (80%) yang mampu menyusun akata secara acak menjadi kalimat yang benar.
40
41
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel dan grafik dibawah ini : Tabel : 5 Hasil Pengamatan Siklus II Jumlah Siswa yang melakukan > 70% benar Jumlah Siswa Prosentase Ket
Aspek pengamatan 1 2 3
Keaktifan dalam proses pembelajaran Kreatifitas dalam menyusun kalimat Kemampuan menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar
5
100%
4
80%
4
80%
Tabel 6 Nilai Hasil Tes Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia Siklus II No
Nama
Nilai
KKM
1.
Ari Prasetyo
7
6
2.
Tanjung Danang
8
6
3.
Andik Wanuri
6
6
4.
Muh. Gufron
7
6
5.
Prasetyo
7
6
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Ari P
Tanjung D Andik W M. Gufron Prasetyo
Grafik 3 Nilai Hasil Siklus I1
41
42
d. Refleksi Pada kegiatan siklus II dapat terlihat bahwa kemampuan menyusun kalimat bahasa Indonesia siswa sudah meningkat. Peneliti sudah berhasil membangkitkan keaktifan dan kekreatifan siswa dalam pembelajaran. Peningkatan indicator individu ini dapat dilihat dari nilai siswa pada tes yang di lakukan pada siklus I dan II.
D. PEMBAHASAN Subyek penelitian ini adalah anak tunagrahita ringan kelas IV SLB –C Bagaskara Sragen tahun ajaran 2008/2009. Di dalam mengajar saya menemukan kesulitan anak dalam mnyusun kalimat Bahasa Indonesia terbukti dengan nilai awal rendah yaitu rata-rata 5,4. Dengan adanya nilai yang rendah saya merenung bagaimana agar nilai anak menjadi baik, akhirnya saya menemukan solusi yaitu dengan media gambar. Media gambar adalah hasil potretan dari berbagai peristiwa/kejadian, objek yang dituangkan dalam gambar. Media gambar dapat membangkitkan motivasi belajar, proses pembelajaran menjadi jelas dan menarik. Kemudian saya laksanakan pada siklus I dengan menggunakan media gambar, ternyata dengan menggunakan media gambar nilai anak dalam menyusun kalimat bahasa Indonesia menjadi meningkat tetapi belum memperoleh nilai yang baik sehingga perlu perbaikan pada siklus II. Pada siklus II nilai siswa dalam menyusun kalimat bahasa Indonesia meningkat terbukti dengan nilai siklus I rata-rata 6 meningkat pada siklus II rata-rata 7. Dengan demikian nilai kemampuan menyusun kalimat bahasa Indonesia meningkat, dan telah mencapai indikator kinerja. Kelebihan Dilihat dari hasil penelitian terdapat kelebihan antara lain: a. Siswa aktif dan partisipasi dalam menjawab pertanyaan dari guru
42
43
b. Siswa kreatif dalam menyusun kalimat Bahasa Indonesia c. Siswa mau menyusun kalimat Bahasa Indonesia dengan baik, dengan bimbingan guru.
Kelemahan Dilihat dari hasil penelitian terdapat kelemahan antara lain: a. Ketika guru menjelaskan materi pelajaran ada siswa yang ramai dan tidak memperhatikan pelajaran dari guru b. Siswa belum berani dalam mengemukakan pendapatnya
Tabel : 7 Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan Siklus I dan Siklus II Jumlah Siswa Yang Melakukan > 70% Benar Aspek Pengamatan
1 2 3
Keaktifan Dalam Proses Pembelajaran Kreatifitas Dalam Menyusun Kalimat Kemampuan Menyusun Kata Acak Menjadi Kalimat Yang Benar
Siklus I Jumlah Presentase Siswa
Siklus II Jumlah Presentase Siswa
3
60%
5
100%
2
40%
4
80%
2
40%
4
80%
Dari tabel di atas dapat dilihat perkembangan siswa selama dua siklus. Pada siklus I siswa yang aktif dalam proses pembelajaran dari 60% kemudian meningkat pada siklus II menjadi 100%. Untuk kreatifitas siswa dalam menyusun kalimat pada siklus I hanya 40% kemudian pada siklus II meningkat menjadi 80%, sedangkan kemampuan menyusun kata acak menjadi kalimat pada siklus I dari 40% kemudian meningkat pada siklus II menjadi 80%.
43
44
Tabel 8 Rekapitulasi Nilai Awal, Siklus I dan Siklus II No
Nama
Nilai Awal
Nilai Siklus 1
Nilai Siklus 2
1.
Ari Prasetyo
6
6
7
2.
Tanjung Danang
6
7
8
3.
Andik Wanuri
5
6
6
4.
Muh. Gufron
5
5
7
5.
Prasetyo
5
6
7
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perkembangan nilai siswa dari awal, nilai siklus I dan nilai siklus II. Dari nilai awal dapat dilihat kemampuan siswa masih rendah di bawah KKM. Kemampuan pada siklus I nilai siswa meningkat namun hasilnya masih minimal. Dan pada siklus II nilai kemampuan menyusun kalimat Bahasa Indonesia meningkat dibandingkan dengan siklus I.
8 6 4 2 0 Nilai Awal
Ari Prasetyo Muh. Gufron
Siklus I
Siklus II
Tanjung Danang Prasetyo
Andik Wanuri
Grafik 4 Rekapitulasi Nilai Awal, Siklus I, Siklus II
44
45
Dari tabel dan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyusun kalimat Bahasa Indonesia siswa pada nilai awal masih rendah terbukti hasil nilai di bawah standart KKM. Sedangkan pada siklus I nilai siswa meningkat tetapi belum memperoleh nilai yang baik, sehingga perlu perbaikan siklus II. Dalam siklus II ini nilai siswa sudah dapat mencapai target, ketercapaian indikator kinerja. Dengan demikian indikator kinerja benar-benar tercapai.
45
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Dari uraian pembahasan bab IV sebelumnya dan hasil penelitian tindakan kelas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Media gambar dapat meningkatkan kemampuan menyusun kalimat bahasa Indonesia pada anak tunagrahita ringan kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen tahun ajaran 2008/2009. Hal ini diperoleh adanya peningkatan kemampuan menyusun kalimat bahasa Indonesia dari siklus I ke siklus II. Data hipotesis yang ditentukan dari siklus I nilai rata-rata 6,00 meningkat menjadi rata-rata 7,00 pada siklus II. Jadi terbukti indikator kinerja telah tercapai.
B. Saran 1. Untuk siswa a. Dengan media gambar yang menarik diharapkan siswa termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar menyusun kalimat Bahasa Indonesia. b. Siswa belajar menyusun kalimat Bahasa Indonesia secara rutin dan berulang-ulang di sekolah maupun di rumah. 2. Orang tua a. Diharapkan orang tua berperan serta dalam belajar menyusun kalimat Bahasa Indonesia. b. Hendaknya orang tua membimbing anak dalam belajar menyusun kalimat Bahasa Indonesia di rumah.
46
47
DAFTAR PUSTAKA
Agus Priyanto. 2004. Bahasa Indonesia Strategi Tembus SMP Favorit dan Sukses UAS SD/MI. Yogyakarta : Penerbit Andi Arief S. S. Diman, R. Rahaidi, Anung Haryono. 1996. Media Pendidikan Edisi Ke 6. Pustekom Dibbud. Dendy Sugono. 1999. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta : Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. H.T. Sutjihati Sumantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Proyek Pendidikan Tenaga Guru. Gunanzah Priyatna. 2006 September 19. Seminar tentang Media Pembelajaran. Bandung. John Lyons. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta : PT. Gramedi Pustaka Utama. Moch, Sholeh, YA. J, Sunardi & Munawir Yusuf. 1994. Pengantar Pendidikan ALB (1). Surakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Universitas Sebelas Maret. Mohammad Efendi. 1995. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara. Moh Amin, Dipi H P. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Proyek Pendidikan Tenaga Guru. Mulyana Sumantri, H Johan Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana Mulyono Abdurrachman. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Sarwiji, Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta. Sunarti, Yani Manjani. 2002. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Setia. Syahwin Nikelas. 1998. Pengantar Linguistik untuk Guru Bahasa. Jakarta : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
48
PEMBELAJARAN SIKLUS I
49
PEMBELAJARAN SIKLUS II
50
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
: SLB-C Bagaskara Sragen
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : IV – C / II (Dua) Alokasi Waktu
: 2 x Pertemuan (2 x 30 menit)
Pelaksanaan
: Senin, 4 Mei 2009 dan Jumat, 8 Mei 2009
Siklus I
Standar Kompetensi
: 8.
Kompetensi Dasar
: 8.1. Menyusun kalimat sederhana
Menyusun teks pengumuman sederhana
berdasarkan bahan yang disediakan guru
Indikator
: Mampu menyusun kalimat sederhana
I. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar 2. Siswa dapat menulis kalimat dengan benar II. Materi Ajar
: 1. Penjelasan tentang menyusun sederhana
berdasarkan
unsur
kalimat kalimat
subyek dan predikat 2. Menulis kalimat sederhana III. Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan IV. Langkah-Langkah Pembelajaran : Pertemuan Pertama Kegiatan awal : (5 menit) 1. Apersepsi dengan cara berdoa dan mengucapkan salam 2. Siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang anggota keluarga dan benda-benda di sekitar kita 3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
51
Kegiatan Inti : (15 menit) 1. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang menyusun kalimat sederhana berdasarkan unsur kalimat subyek dan predikat 2. Siswa memperhatikan contoh
guru cara menyusun kalimat
sederhana yang terdiri dari subyek dan predikat 3. Siswa maju satu persatu menyusun kalimat sederhana 4. Siswa menulis kalimat sederhana
Kegiatan Akhir : (10 menit) Siswa diberi tugas menyusun kalimat sederhana
Pertemuan Kedua Kegiatan awal : (5 menit) Apersepsi : mengulangi materi yang kemarin.
Kegiatan Inti : (15 menit) 1. Siswa menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar 2. Siswa diberi motivasi agar bersemangat dan aktif dalam pembelajaran 3. Siswa diberi reward jika mengerjakan tugas dengan benar
Kegiatan Akhir : (10 menit) 1. Siswa mencatat hal-hal yang penting 2. Menyimpulkan materi. 3. Siswa diberi tugas (PR)
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku Bahasa Indonesia 3A Kelas III Yudistira 1999, gambar, pias-pias kalimat.
VI. Penilaian 1. Tehnik
: Tes Tertulis
52
2. Bentuk
: Tes Perbuatan
3. Instrumen
:
Tes Tertulis Susunlah kalimat di bawah ini menjadi kalimat yang benar ! 1. pergi – bapak 2. membawa – ani 3. menyiram –bibi 4. menyapu – saya 5. mendengarkan – ia Kunci Jawaban 1.Bapak pergi 2.Ani membawa 3.Bibi menyiram 4.Saya menyapu 5.Ia mendengarkan
Kepala Sekolah
Surakarta, 11 Mei 2009 Guru Kelas
ZAIN SIYAMTO, S.Pd NIP. 19550109 197903 1 003
YAN DWI HARTATI NIP. 19640120 198710 2 001
53
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
: SLB-C Bagaskara Sragen
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : IV – C / II (Dua) Alokasi Waktu
: 2 x Pertemuan (2 x 30 menit)
Pelaksanaan
: Senin, 11 Mei 2009 dan Jumat, 15 Mei 2009
Siklus II
Standar Kompetensi
: 8.
Kompetensi Dasar
: 8.1. Menyusun kalimat sederhana
Menyusun teks pengumuman sederhana
berdasarkan bahan yang disediakan guru
Indikator
: Mampu menyusun kalimat sederhana
I. Tujuan Pembelajaran
: 1. Siswa dapat menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar 2. Siswa dapat membaca kalimat dengan benar
II. Materi Ajar
: 1. Penjelasan tentang menyusun sederhana
berdasarkan
unsur
kalimat kalimat
subyek, predikat, obyek 2. Membaca kalimat sederhana III. Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan IV. Langkah-Langkah Pembelajaran : Pertemuan Pertama Kegiatan awal : (5 menit) 1. Apersepsi dengan cara berdoa dan mengucapkan salam 2. Siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang anggota keluarga dan benda-benda di sekitar kita 3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
54
Kegiatan Inti : (15 menit) 1. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang menyusun kalimat sederhana berdasarkan unsur kalimat subyek, predikat, obyek 2. Siswa memperhatikan contoh
guru cara menyusun kalimat
sederhana yang terdiri dari subyek, predikat, obyek 3. Siswa maju satu persatu menyusun kalimat sederhana 4. Siswa menulis kalimat sederhana
Kegiatan Akhir : (10 menit) Siswa diberi tugas menyusun kalimat sederhana
Pertemuan Kedua Kegiatan awal : (5 menit) Apersepsi : mengulangi materi yang kemarin.
Kegiatan Inti : (15 menit) 1. Siswa menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar 2. Siswa diberi motivasi agar bersemangat dan aktif dalam pembelajaran 3. Siswa diberi reward jika mengerjakan tugas dengan benar
Kegiatan Akhir : (10 menit) 1. Siswa mencatat hal-hal yang penting 2. Menyimpulkan materi. 3. Siswa diberi tugas (PR)
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku Bahasa Indonesia 3A Kelas III Yudistira 1999, gambar, pias-pias kalimat.
VI. Penilaian 1. Tehnik
: Tes Tertulis
55
2. Bentuk
: Tes Perbuatan
3. Instrumen
:
Tes Tertulis Susunlah kalimat di bawah ini menjadi kalimat yang benar ! 6. pergi – ke kantor – bapak 7. buku – membawa – ani 8. menyiram – bunga – bibi 9. lantai – saya – menyapu 10. mendengarkan – berita – ia Kunci Jawaban 6.Bapak pergi ke kantor 7.Ani membawa buku 8.Bibi menyiram bunga 9.Saya menyapu lantai 10. Ia mendengarkan berita
Kepala Sekolah
Surakarta, 11 Mei 2009 Guru Kelas
ZAIN SIYAMTO, S.Pd NIP. 19550109 197903 1 003
YAN DWI HARTATI NIP. 19640120 198710 2 001
56
LEMBAR PENGAMATAN KEAKTIFAN ANAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Sirklus I No
Nama
Aktif
Kurang aktif
Tidak aktif
1.
Ari Prasetyo
-
-
2.
Tanjung Danang
-
-
3.
Andik Wanuri
-
-
4.
Muh. Gufron
-
-
5.
Prasetyo
-
-
Aktif
Kurang aktif
Tidak aktif
Sirklus II No
Nama
1.
Ari Prasetyo
-
-
2.
Tanjung Danang
-
-
3.
Andik Wanuri
-
-
4.
Muh. Gufron
-
-
5.
Prasetyo
-
-
57
LEMBAR PENGAMATAN KREATIFITAS ANAK DALAM MENYUSUN KALIMAT BAHASA INDONESIA
Sirklus I No
Nama
Kreatif
Kurang kreatif
Tidak kreatif
1.
Ari Prasetyo
-
-
2.
Tanjung Danang
-
-
3.
Andik Wanuri
-
-
4.
Muh. Gufron
-
-
5.
Prasetyo
-
-
Kreatif
Kurang kreatif
Tidak kreatif
Sirklus II No
Nama
1.
Ari Prasetyo
-
-
2.
Tanjung Danang
-
-
3.
Andik Wanuri
-
-
4.
Muh. Gufron
-
-
5.
Prasetyo
-
-
58
LEMBAR PENGAMATAN DAYA SERAP ANAK DALAM MENYUSUN KALIMAT BAHASA INDONESIA
Siklus I Nama Siswa dan daya serap No
Keterangan
Ari
Tanjung
Andik
Gufron
Prasetyo
B C K B C K B C K B C K B C K 1
Menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar
- - -
2
Membaca kalimat dengan benar
- -
- -
- -
- -
- -
3
Menulis kalimat dengan benar
- -
- -
- -
- -
-
-
-
- -
- - -
-
Siklus II Nama Siswa dan daya serap No
Keterangan
Ari
Tanjung
Andik
Gufron
Prasetyo
B C K B C K B C K B C K B C K 1
Menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar
- -
- -
2
Membaca kalimat dengan benar
-
- -
-
3
Menulis kalimat dengan benar
-
- -
- -
-
- - - -
- - -
-
- -
- -
- -
59
SOAL TES SIKLUS I
Susunlah kata – kata di bawah ini dengan benar! 1. Menyapu – kakak 2. Minum – adik 3. Memasak – ibu 4. Naik – ali 5. Memanjat – paman 6. Menonton – mereka 7. Makan – rani 8. Bermain – mereka 9. Memukul – Rio 10. Melempar – Susi
Kunci Jawaban 1. Kakak menyapu 2. Adik minum 3. Ibu memasak 4. Ali naik 5. Paman memanjat 6. Mereka menonton 7. Rani makan 8. Mereka bermain 9. Rio memukul 10. Susi melempar
60
SOAL TES SIKLUS II
Susunlah kata – kata di bawah ini dengan benar! 1. Menyapu – kakak – lantai 2. Minum – adik – susu 3. Memasak – ibu – sayur 4. Naik – ali – sepeda 5. Memanjat – paman – pohon 6. Menonton – mereka – televisi 7. Makan – rani – roti 8. Bermain – mereka – tali 9. Memukul – Rio – anjing 10. Melempar – Susi – batu
Kunci Jawaban 1. Kakak menyapu lantai 2. Adik minum susu 3. Ibu memasak sayur 4. Ali naik sepeda 5. Paman memanjat pohon 6. Mereka menonton televisi 7. Rani makan roti 8. Mereka bermain tali 9. Rio memukul anjing 10. Susi melempar batu
61
CONTOH MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN
62
CONTOH MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN