PERBEDAAN KESESUAIAN GAYA MENGAJAR KOMANDO DAN GAYA MENGAJAR RESIPROKAL TERHADAP KEMAMPUAN SHOOTING BOLABASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 2 JATIROTO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010
SKRIPSI Oleh :
FENDI DWI RAHARJO NIM : X4606041
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PERBEDAAN KESESUAIAN GAYA MENGAJAR KOMANDO DAN GAYA MENGAJAR RESIPROKAL TERHADAP KEMAMPUAN SHOOTING BOLABASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 2 JATIROTO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010
Oleh : FENDI DWI RAHARJO NIM : X4606041
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas maret Surakarta
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. NIP. 19651128 199003 1 001
Sri Santoso Sabarini, S.Pd. M.Or. NIP. 19760822 200501 2 001
iii
Skripsi ini telah dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Hari
: Selasa
Tanggal
: 13 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi ( Nama Terang )
( Tanda Tangan )
Ketua
: Drs. H. Mulyono, M.M.
……………….
Sekretaris
: Djoko Nugroho, S.Pd. M.Or.
Anggota I
: Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd
Anggota II
: Sri Santoso Sabarini, S.Pd. M.Or
..………..…….. ………………..
Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001
iv
...….………….
ABSTRAK
Fendi Dwi Raharjo. PERBEDAAN KESESUAIAN GAYA MENGAJAR KOMANDO DAN GAYA MENGAJAR RESIPROKAL TERHADAP KEMAMPUAN SHOOTING BOLABASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 2 JATIROTO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli. 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1). Perbedaan kesesuaian antara gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010. (2). Gaya mengajar yang lebih sesuai pengaruhnya antara gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Di dalam penelitian eksperimen ini menggunakan group pretest – posttest design. Pembagian kelompok ke dalam 2 kelompok dengan cara “pairing of subject”. Populasi penelitian adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010 yang berjumlah 90 siswa yang terbagi dalam 5 kelas, sedangkan sampel yang diambil sejumlah 30 siswa dengan proporsional random. Teknik analisis data menggunakan uji t untuk mencari perbedaan. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa : (1). Ada perbedaan kesesuaian gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap kemampuan shooting bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010, karena nilai thitung yang diperoleh sebesar 2,566755 , lebih besar dari ttabel sebesar 2,010. (2). Gaya mengajar resiprokal lebih sesuai daripada gaya mengajar komando terhadap peningkatan kemampuan shooting bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010, karena rata-rata peningkatan secara matematika yaitu persentasenya peningkatan gaya mengajar resiprokal lebih baik daripada gaya komando, yaitu gaya resiprokal 71,794 % dan gaya komando 30,952 %..
v
MOTTO
Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling berguna bagi orang lain. ( H.R. Al Qodla’iy )
Janganlah ragu-ragau dalam berkorban untuk meraih cita-cita, karena cita-cita akan tercapai membutuhkan banyak pengorbanan. (Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan
Kepada Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberi do’a Saudaraku yang selalu mendukungku Seseorang yang setia memotivasiku Rekan-rekan angkatan 06 JPOK UNS Almamater
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Banyak kendala dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kendala tersebut dapat teratasi untuk itu atas segala bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan 3. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi 4. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.
sebagai Pembimbing I atas segala perhatian dan
bimbingannya. 5. Sri Santoso Sabarini, S.Pd. M.Or. sebagai Pembimbing II atas segala kesabaran dan bimbingannya. 6. Rekan JPOK “06” Penjaskesrek yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 7. Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Jatiroto Wonogiri sebagai tempat penelitian. 8. Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Wonogiri sebagai sampel penelitian. 9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan tersebut mendapat imbalan dari Tuhan YME, harapan penulis, semoga skripsi bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan Olahraga Bolabasket di Sekolah Menengah Pertama khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Surakarta, Juni 2010
viii
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ………………………………………..……………...………………………...
I
PENGAJUAN ……………………………………………..…..…………………………
ii
PERSETUJUAN ……………………………………………..…..………………………
iii
PENGESAHAN ………………………………………………...……………………….
iv
ABSTRAK……………………………………..…………………..……………………...
v
MOTTO ……………………………………..………………………..…………………
vi
PERSEMBAHAN ……………………………………..……………….………………..
vii
KATA PENGANTAR ……………………………………..……………….……………
viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….…………..
ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………..
xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………..…………….……………..
xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................
xiii
BAB I . PENDAHULUAN ……………………………………..……………….…..
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………...…...……………….……...
1
B. Identifikasi Masalah
…………………………....………………………...
3
C. Pembatasan Masalah ……………………………..………….……………
4
D. Perumusan Masalah ………………………………....……………………
4
E. Tujuan Penelitian ……………………………………...………………….
4
F. Manfaat Penelitian ….……..…………………………....….……………
5
BAB II. LANDASAN TEORI ………………………………………………………
6
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................................
6
1. Permainan Bolabasket............................................................................. .
6
2. Teknik Dasar Tembakan Bolabasket (Shooting)……………………....
7
3. Pembelajaran .......................................................................................
10
4. Hakekat Mengajar ………………………………………………….......
18
5. Gaya Mengajar Shooting Bolabasket...……………………………...…
20
6. Mengajar Shooting Bolabasket dengan Gaya Komando …………..…
24
7. Mengajar Shooting Bolabasket dengan Gaya Resiprokal ..…………..
28
ix
B. Kerangka Pemikiran …………………………………………………….....
28
C. Perumusan Hipotesis.....................................................................................
30
BAB III. METODE PENELITIAN ...........…………………………………………
31
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..…………………………………..……..
31
B.
Metode Penelitian ……………….…………………………………….....
31
C. Variabel Penelitian ..… ………………………………………………....…
32
D. Definisi Operasional Variabel...................................................................
33
E. Populasi dan Sampel ................................................................................
33
F. Teknik Pengumpulan data …………………...……….…………………...
35
G. Teknik Analisis Data.................................................................................
35
BAB IV. HASIL PENELITIAN ……...………………………………………………..
39
A. Deskripsi Data …………………………...……………………………….
39
B. Pengujian Prasyarat Analisis.…………..…………………………………
40
C. Pengujian Hipotesis …………………...…….…………………………….
42
D. Pembahasan Hasil Penelitian .................…..……………………………..
43
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI,SARAN ………………………………………...
45
A. Simpulan ……………………....…………………………………………..
45
B. Implikasi ………………………....………………………………………..
45
C. Saran ………………………………....……………………………………
46
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….
47
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………………………..
49
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Deskripsi Data Hasil kemampuan shooting bola basket......................………... 39 Tabel 2. Tabel Uji Reliabilitas .... ................................................................................
40
Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas ……………........................….………………….
40
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ……….................................................
41
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data …...........................................…….
41
Tabel 6.Rangkuman Hasil T-Test kemampuan shooting bolabasket pada Taraf Signifikasi a = 0,05....................................................................................
xi
42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Petunjuk Pelaksaan tes Shooting Bola Basket……………….………
Halaman 49
Lampiran 2. Program Pembelajaaran gaya komando..............................................
50
Lampiran 3. Pengambilan Sampel penelitian .......................................................
54
Lampiran 4. Data tes awal shooting bola basket .................................................
55
Lampiran 5. Data Tes Akhir Shooting Bola Basket ..............................................
57
Lampiran 6. Uji Reliabilitas ..................................................................................
59
Lampiran 7. Uji Normalitas ..................................................................................
63
Lampiran 8. Uji Homogenitas .............................................................................
65
Lampiran 9
67
Uji Perbedaan ............................................…......................………...
Lampiran 10 Dokumentasi ........................ ………………………………………...
76
Lampiran 11 Perijinan Penelitian ...........................................................................
78
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Gambaran Gaya Mengajar Resiproklal....................................................
25
Gambar 2. Rancangan Penelitian ...................………...........…………….…….……
31
Gambar 3. Rata-Rata Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Tes Shooting Bola
Basket........................................................................................
xiii
39
ABSTRACT
Fendi Dwi Raharjo. FITNESS DIFFERENCES IN TEACHING FORCE COMMAND AND FORCE ON TEACHING SKILLS RECIPROCAL BASKETBALL SHOOTING STUDENT IN CLASS VIII BOYS SMP NEGERI 2 JATIROTO WONOGIRI YEAR 2010. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. University Sebelas Maret Surakarta, July. 2010.
The purpose of this study is to determine: (1). Suitability differences between teaching styles and command the reciprocal teaching style of basketball shooting skills students Junior High School eighth grade son 2 Jatiroto Wonogiri 2010. (2). Teaching style is more appropriate effect between teaching style and command the reciprocal teaching style of basketball shooting ability of the son of the eighth grade students of SMP Negeri 2 Jatiroto Wonogiri 2010. The method used in this study is the experimental method. In this experimental study using group pretest - posttest design. The division of the group into two groups by way of "pairing of subject". The study population was the son of the eighth grade students of SMP Negeri 2 Jatiroto Wonogiri year 2010 which amounted to 90 students, divided into five classes, while a sample taken a number of 30 students with a proportional random. Data were analyzed using t test to look for differences. Based on the results of data analysis can be concluded that: (1). There are differences in commands and appropriateness of teaching styles reciprocal teaching style of basketball shooting skills at the eighth grade students of SMP Negeri son two years Jatiroto Wonogiri 2010, because the value of t obtained by 2.566755, larger than ttable of 2.010. (2). Reciprocal teaching style is more appropriate than the teaching style of command to increase basketball shooting skills at the eighth grade students of SMP Negeri son two years Jatiroto Wonogiri 2010, because the average percentage increase in math are improving reciprocal teaching style better than the command style, the style reciprocal 71.794% and 30.952% commando style ..
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian intregral dari pendidikan secara keseluruhan. Ini berarti pendidikan jasmani dapat memberikan sumbangan/kontribusi yang sangat berarti terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia, sehingga diperlukan pembinaan pendidikan jasmani secara benar dan berkesinambungan baik dilingkungan sekolah maupun dimasyarakat. Pembinaan pendidikan jasmani dan olahraga disekolah dapat diartikan sebagai upaya untuk memupuk bakat dan minat siswa dilingkungan sekolah, dengan harapan agar siswa dapat meningkatkan kemampuan secara optimal. Karena itu peran pendidikan jasmani dilingkungan sekolah perlu ditingkatkan baik ditingkat SD,SMP maupun SMA dan SMK. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah negeri maupun swasta dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang berlaku, yang dalam implementasinya dilapangan banyak dijumpai banyak kendala. Salah satu kendala yang nampak adalah terbatasnya jam pelajaran pendidikan jasmani. Karena itu diperlukan kegiatan ekstrakurikuler diluar jadwal pelajaran. Beberapa jenis olahraga yang diajarkan disekolah meliputi kegiatan pokok yang terdiri atas : olahraga permainan, senam, dan atletik. Di SMP untuk pokok bahasan olahraga permainan terdapat beberapa macam diantaranya adalah olahraga : sepak bola, bolavoli, bolabasket dls permainan bolabasket, tak terkecuali di SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri. Dalam permainan bolabasket khususnya shooting sangat dipengaruhi oleh sikap badan dan posisi tubuh sebelum dan sesudah melakukan lemparan bola, sehingga shooting memerlukan metode yang sesuai. Masalah peningkatan kemampuan teknik dasar shooting bola basket dilingkungan sekolah merupakan tugas guru pendidikan jasmani sebab guru pendidikan jasmani secara langsung mendidik dan mengajar siswa disekolah. Salah satu masalah dalam meningkatkan shooting bolabasket adalah metode mengajarnya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru harus kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran dengan berbagai cara agar bahan pelajaran yang disajikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Husdarta & Yudha M. Saputra (2000 : 61) mengemukakan, “keterampilan memvariasikan metode dalam proses belajar mengajar xv
meliputi tiga aspek (1) variasi dalam gaya mengajar, (2) variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, (3) variasi dalam interaksi antara guru dan siswa”. Gaya mengajar merupakan bagian penting yang dapat dilakukan guru untuk menyajikan materi pelajaran. Seorang guru harus memiliki kemampuan dalam menyajikan bahan pelajaran, sehingga siswa tertarik dan terjadi interaksi positif antara guru dan siswa. Gaya mengajar dapat dilakukan dengan berbagai macam variasi misalnya suara, pemberian waktu, kontak pandang, gerakan perpindahan posisi guru dilapangan dan lain sebagainya. Dari sudut pandang siswa, variasi yang dilakukan guru tersebut sebagai suatu yang dinamis dan energik, sehingga siswa akan tertarik mengikuti tugas ajar yang diberikan. Gaya mengajar yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasing antara lain gaya komando dan gaya resiprokal. Dari kedua gaya mengajar tersebut masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga belum diketahui secara pasti gaya mengajar mana yang lebih sesuai dan lebih efektif terhadap peningkatan kemampuan shooting bola basket. Untuk mengetahui hal tesebut perlu dikaji dan diteliti baik secara teori maupun praktek melalui penelitian eksperimen. Kurangnya perhatian dan bimbingan guru akan mengakibatkan pola gerakan yang salah dan teknik shooting bola basket tidak dikuasai dengan baik. Sering dijumpai para guru enggan melakukan pembelajaran dengan metode yang tepat. Pada waktu pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani khususnya dalam materi permainan bola basket, biasanya anak disuruh langsung bermain bola basket, anak-anak dibiarkan bermain dengan sendirinya tanpa memperhatikan teknik-teknik dasar bermain bola basket yang benar ada kalanya guru memberikan teknik dasarnya tetapi tidak mengawasi waktu siswa melakukan. Sedangkan guru santai berteduh di bawah pohon memperhatikan mereka atau bahkan tidak diawasi. Keadaan semacam ini akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Di SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri berdasarkan observasi yang penulis lalukan, begitu banyak siswa di SMP tersebut yang belum menguasai teknik dasar shooting bolabasket dengan baik. Berdasarkan pengamatan secara langsung ataupun pengamatan dari hasil pembelajaran diantaranya adalah nilai tes shooting, Kurangnya penguasaan shooting bolabasket siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri dikarenakan kurangnya kreatifitas serta pengawasan dari guru pada waktu pembelajaran olahraga berlangsung siswa cenderung main sendiri dan tidak memperhatikan materi yang di ajarkan. xvi
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan diatas maka penelitian ini mengambil judul “Perbedaan Kesesuaian Gaya Mengajar Komando dan Gaya Mengajar Resiprokal Terhadap Kemampuan Shooting Bolabasket Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010 masih rendah. 2. Kurangnya kreatifitas guru Penjaskes di SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri dalam menyajikan materi pelajaran shooting bola basket, sehingga teknik dasar shooting sulit dikuasai. 3. Belum pernah diterapkan gaya mengajar komando dan gaya resiprokal
untuk
meningkatkan kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010. 4. Belum diketahui gaya mengajar yang lebih sesuai dan lebih efektif antara gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal untuk meningkatkan kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.
C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari penyimpangan permasalahan, masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut : 1. Gaya mengajar shooting bola basket dengan gaya komando 2. Gaya mengajar shooting bola basket dengan gaya resiprokal. 3. Kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.
xvii
D. Perumusan Masalah Bertolak dari identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Adakah perbedaan kesesuaian gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010? 2. Manakah yang lebih sesuai
antara gaya mengajar komando dan gaya mengajar
resiprokal terhadap kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui : 1. Perbedaan kesesuaian antara gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010. 2. Gaya mengajar yang lebih sesuai pengaruhnya antara gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.
F. Manfaat Penelitian Masalah dalam penelitian ini sangat penting untuk diteliti dengan harapan : 1. Sebagai masukan untuk menambah wawasan bagi guru Penjaskes di SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tentang pentingnya gaya mengajar, agar diperoleh hasil belajar yang optimal. 2. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan gaya mengajar yang tepat untuk meningkatkan kemampuan shooting bola basket pada siswa SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri.
xviii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan Bola Basket
a. Pengertian Permainan Bola Basket Bola basket merupakan permainan beregu yang dimainkan masing-masing regu oleh lima orang pemain. Permainan ini dimainkan dengan keterampilan mengolah bola dengan tangan kanan dan atau tangan kiri secara bergantian, bola boleh dioper, atau digelindingkan, dipantulkan kesegala arah. Bola basket dimainkan diatas tanah atau lantai yang rata dan lapangan berbentuk persegi panjang. Pada kedua garis lapangan tepat ditengah – tengah masing – masing dipasang ring atau basket. Masing – masing regu yang sedang bertanding menempati separuh lapangan dan saling berhadap hadapan. Tujuan dari masing – masing regu adalah berusaha untuk memasukkan bola kebasket lawan untuk membuat angka sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan agar basketnya tidak kemasukan. FIBA dalam buku official Basketball Rules (1991: 11) yang diterjemahkan oleh PB. PERBASI mendefinisikan permainan bola basket sebagai berikut : Bola basket diaminkan oleh dua regu yang masing-masing terdiri dari 5 orang pemain. Tiap – tiap regu berusaha memasukkan bola kedalam keranjang regu lawan dan mencegah regu lawan memasukkan bola atau membuat angka atau score. Bola dioper, digelindingkan atau dipantulkan kesegala arah sesuai peraturan.
b. Teknik Dasar Bola Basket Menurut Soedarwo (1997:6) “Teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti”. Dalam cabang bola basket ada beberapa dasar bola basket menurut Soebagio Hartoko (1992:21) adalah sebagai berikut : 1) Operan (Passing) 2). Menangkap (catching) 3). Menembak ( Shooting) 4).Menggiring (Drible) 5). Olah kaki (Foot work) 6). Pivot dan gerak tipu ( Fakes And feints)
2. Teknik Dasar Tembakan Bola (Shooting) xix
Teknik Dasar tembakan (shooting) untuk memasukkan bola ke dalam keranjang adalah teknik dasar yang paling penting dalam permainan bolabasket. Tujuan dalam permainan adalah berusaha memasukkan bola ke dalam keranjang lawan dan mencegah lawan untuk memasukkan bola ke dalam keranjang tim tersebut. Segala kemampuan teknik, taktik, dan strategi dikerahkan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Sebab, kemenangan dalam suatu pertandingan ditentukan oleh jumlah dari hasil tembakan yang dibuat oleh suatu regu. Oleh karena itu keterampilan memasukkan bola sangat penting bagi pemain bolabasket. Setiap pemain harus dilatih kemampuan memasukkan bola, agar memiliki kemahiran dalam memasukkan bola. Untuk memiliki kemahiran dalam melakukan tembakan (shooting) dibutuhkan latihan yang cukup banyak. Pada setiap latihan bolabasket harus selalu ada latihan menembak.
a. Macam-macam Teknik Memasukkan Bola Teknik dasar menembak atau memasukkan bola ke dalam keranjang dalam permainan bolabasket cukup banyak macamnya dan bervariasi. Dalam permainan bolabasket ada bermacam-macam tembakan. Jon Oliver (2004 : 13) mengemukakan bahwa ada beberapa jenis tembakan yaitu : (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Tembakan dua tangan dari atas kepala Tembakan dengan satu tangan Tembakan lay-up menggunakan tangan kanan Tembakan lay-up menggunakan tangan kiri Tembakan jump hook Tembakan didahului dengan menggiring bola dan langsung mengadakan tembakan lay-up Tembakan under the basket shoot Tembakan pantulan bola kering (hool shoot) Tembakan lain-lain gaya.
Jenis teknik dasar memasukkan bola ke dalam keranjang dalam permainan bolabasket selalu berkembang sesuai dengan situasi dan perkembangan. Jenis-jenis keterampilan shooting tersebut perlu dimiliki oleh pemain bolabasket. Penggunaan jenis teknik dalam memasukkan bola ke dalam keranjang tersebut tiap orang berbeda. Hal ini tergantung pada kebiasaan, kemampuan kondisi fisik, situasi yang dihadapi serta tergantung pada tingkat penguasaan teknik yang dimiliki oleh pemain itu sendiri. Pemain yang ideal xx
adalah pemain yang memiliki berbagai kemampuan teknik memasukkan bola. Namun untuk dapat menguasai berbagai teknik memasullan bola dengan sempurna sangat sulit dan diperlukan latihan secara terus menerus dan tak kenal lelah dalam waktu yang cukup lama.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Menembakkan Bolabasket Ke Dalam Keranjang Seperti telah diketahui bahwa kemampuan dalam memasukkan bola merupakan teknik yang paling penting dalam permainan bolabasket. Oleh karena itu, semua pemain menguasai dan memiliki kemampuan dalam memasukkan bola dengan baik dan akurat. Untuk dapat melakukan tembakan dengan akurat tidaklah mudah, tetapi harus melalui latihan secara berulang-ulang, rutin dan teratur. Menurut Soebagio Hartoko ( 1994 : 39 ), “sebenarnya rahasia daripada menembak mahir adalah ketekunan latihan, dan sekali lagi latihan dalam setiap peningkatannya secar tepat.” Dengan latihan yang tekun, maka akan membuat kebiasaan yang mengarah pada otomatisasi gerakan, sehingga dapat menambah ketepatan dalam menembak. Dalam melakukan latihan memasukkan bola harus memperhatikan faktor-faktor yang ikut menentukan terhadap keberhasilan dalam melakukan tembakan memasukkan bola. Dalam pelaksanaan pertandingan ada berbagai faktor yang menentukan terhadap hasil tembakan. Dalam hal ini Soebagio Hartoko (1994: 44 ) mengemukakan bahwa, hal-hal yang ikut menentukan mudah atau sukarnya menembak ialah, 1) 2) 3) 4) 5)
Dekat jauhnya antar jarak basket dengan penembak Mobilitas penembak Sikap permulaan penembak Frekuensi tembakan Situasi
Jarak keranjang dengan penembak menentukan terhadap hasil tembakan yang dilakukan. Jika jarak keranjang dengan penembak jauh maka akan sulit bagi penembak untuk dapat memasukkan bola ke dalam keranjang. Makin jauh jarak penembak dengan keranjang, maka akan semakin sulit untuk melakukan tembakan. Sebaliknya semakin dekat jarak keranjang akan semakin mudah untuk melakukan tembakan. Oleh karena itu untuk memasukkan bola pemain harus berusaha unruk mendekati keranjang. Gerakan yang dilakukan pemain pada saat menembak akan mempengaruhi keberhasilan dalam tembakan.
xxi
Menembak dari sikap diam di tempat memiliki tingkat keberhasilan yang lebih besar daripada menembak dalam keadaan bergerak, misalnya dalam sikap berlari, melompat atau memutar. Sikap permulaan penembak mempengaruhi tingkat kesulitan dalam upaya memasukkan bola ke dalam keranjang. Penembak dengan sikap permulaan menghadap ke arah keranjang akan lebih mudah daripada menembak dari sikap permulaan serong atau membelakangi keranjang. Secara teknis, kunci pokok keberhasilan dalam melakukan tembakan adalah pola gerakan (dasar mekanika) shooting tersebut. Dasar mekanika dalam melakukan tembakan, menurut Hal Wissel ( 1996 : 46 ) antara lain, “pandangan, keseimbangan, posisi tangan, perngaturan siku, irama tembakan, dan pelaksanaanya”. Untuk dapat menjadi pemain bolabasket yang mahir dalam melakukan tembakan, harus memperhatikan prinsip-prinsip mekanika di atas. Dari hal-hal di atas, dapat dirangkum bahwa kunci pokok keberhasilan dalam melakukan tembakan adalah pandangan, keseimbangan dan koordinasi serta irama pelaksanaan tembakan.
3. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis secara berulang-ulang atau ajeg dengan selalu memberikan peningkatan materi pembelajaran. Dengan pembelajaran yang sistematis melalui pengulangan tersebut akan menyebabkan mekanisme susunan syaraf bertambah baik. Hal ini sesuai dengan prinsip beban belajar meningkat yang dikemukakan oleh Sugiyanto (1993:55) sebagai berikut : Penguasaan gerakan keterampilan terjadi secara bertahap dalam peningkatannya. Mulai dari belum bisa menjadi bisa, dan kemudian menjadi terampil. Dengan demikian hendaknya pengaturan materi belajar yang dipraktekkan dimulai dari mudah ke yang lebih sukar, atau dari hal yang sederhana ke yang lebih kompleks. Hasil nyata dari pembelajaran ini adalah gerakan-gerakan otomatis yang tidak terlalu membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf, sehingga gerakan otomatis yang terjadi akan mengurangi gerakan tambahan yang berarti penghematan tenaga.
xxii
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani ditentukan oleh orang yang menangani atau guru dan teori-teori ilmu olahraga sebagai penunjang. Keberhasilan interaksi antara teori dan praktek dalam pembelajaran akan membawa keberhasilan dalam penampilan olahraga. Untuk mencapai tujuan pembelajaran seorang guru pendidikan jasmani hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pengaturan. Pelaksanaan gerakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang benar sehingga akan menghasilkan peningkatan yang sempurna. Menurut Sugiyanto (1993:55-57) bahwa, “Ada beberapa prinsip dalam pengaturan melakukan gerakan antara lain, prinsip pengaturan giliran praktek, beban belajar meningkat, kondisi belajar bervariasi dan pemberian motivasi dan dorongan semangat”. Dengan demikian pengaturan pelaksanaan gerakan atau praktek yang benar dari guru, akan memperlancar proses pembelajaran, sehingga diharapkan tujuan dari pembelajaran akan dapat tercapai. Pengaturan pelaksanaan gerakan harus didukung oleh unsur lain, yaitu keadaan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, prasarana dan sarana. Sehingga ada hubungan yang saling menunjang antara guru selaku pengelola dan siswa
selaku sasaran pembelajaran, serta prasarana dan sarana
selaku alat untuk
memproses kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani tidak lepas dari bergerak, karena belajar gerak merupakan salah satu sarana untuk memperoleh keterampilan gerak yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan jasmani. Sugiyanto (1991:25) menerangkan “Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muscular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh”. Belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh. Proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola gerak yang dipelajari. Intensitas keterlibatan kemampuan yang paling utama adalah unsur kemampuan psikomotor termasuk pula kemampuan fisik. Hasil akhir dari belajar gerak berupa kemampuan melakukan pola-pola gerak keterampilan tubuh. Pada dasarnya Peningkatan kualitas gerak merupakan perwujudan dari peningkatan efisiensi dan efektifitas gerakan, sehingga untuk meningkatkan keterampilan gerak diperlukan proses belajar gerak, makin sering melakukan gerakan akan makin terbiasa dengan stimulus dan respon gerakan yang dilakukan. Dengan makin terbiasa dengan stimulus yang sejenis, maka kecepatan untuk merespon terhadap xxiii
stimulus akan menjadi semakin cepat sehingga kecepatan reaksinya akan menjadi meningkat berarti prestasinya pun juga akan meningkat. Kemampuan mengulang-ulang gerakan sebanyak mungkin dalam waktu yang ditentukan, atau lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas gerak tertentu juga merupakan indikator untuk menilai prestasi belajar gerak. Oleh karena pembelajaran gerak dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani akan mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, maka diharapkan syarat-syarat dalam belajar gerak harus dipenuhi. Soemanto Y. (1990:6) menerangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam belajar gerak adalah sebagai berikut : (1) Mengetahui tujuan. Jadi harus mengenal dan yakin akan kegunaan tujuan itu bagi dirinya. (2) Mempunyai tanggapan yang jelas terhadap kecakapan itu. (3) Pelaksanaan yang tepat pada taraf permulaan. Pada taraf permulaan yang penting adalah teknik gerakan yang benar, selanjutnya baru menuju prestasi. (4) Latihan untuk meningkatkan prestasi.
4. Hakikat Mengajar a. Definisi Mengajar Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih daripada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan atau ketangkasan. Kegiatan mengajar meliputi penyampaian pengetahuan, menularkan sikap, kecapan atau keterampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar. Untuk memberikan batasan mengajar, berikut ini disajikan definisi mengajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli : Menurut Rusli Lutan (1988: 376) pengajaran merupakan seperangkat kegiatan sengaja dan berencana dari seseorang atau person (P) yang memiliki kelebihan pengetahuan atau keterampilan untuk disampaikan kepada orang lain sebagai sasaran atau obyek (O), yang belum berkembang pengetahuan, keterampilan atau bahkan sifat-sifat biologis tertentu, dan informasi atau keterampilan itu disampaikan melalui saluran atau metode tertentu, yang kemudian mendapat respon dari obyek sekaligus berperan sebagai subyek. Menurut Chauhan dalam Husdarta & Yudha M. Saputra (2000 : 3) mengajar adalah upaya guru dalam memberikan rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. xxiv
Menurut Soenaryo Basuki (1994: 73) mengajar berarti memberikan pelajaran, usaha agar siswa memperoleh pengertian, kecakapan atau ketangkasan tentang sesuatu yang diajarkan yang mencakup semua faktor yang merangkum keseluruh situasi pemgajaran yang meliputi siswa, kegiatannya, guru, azas-azas mengajar, lingkungan mengajar, tujuan yang ingin dicapai dan evaluasi. Berdasarkan batasan-batasan mengajar di atas dapat disimpulkan bahwa, mengajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan yang bertujuan untuk mempengaruhi atau meningkatkan pengetahuan atau keterampilan siswa menjadi lebih baik. Ditinjau dari pelaksanaannya, unsur pokok dalam proses mengajar terdiri beberapa elemen yaitu “(1) guru yang berpengalaman dan terampil, (2) siswa yang sedang berkembang, (3) informasi atau keterampilan, (4) saluran atau metode penyampaian informasi/keterampilan dan (5) respon atau perubahan perilaku pada siswa (Rusli Lutan, 1988 : 376)”. Hal yang terpenting dan diperhatikan dalam mengajar yaitu, guru harus mampu membelajarkan siswa menjadi aktif melaksanakan tugas ajar yang diberikan. Apabila siswa aktif melaksanakan tugas ajar yang diberikan, maka akan terjadi perubahan-perubahan ke arah positif dan tujuan mengajar akan tercapai dengan baik.
b. Mengajar yang Efektif Mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar. Dalam belajar siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk itu guru dituntut dapat membantu siswanya, sehingga pada waktu mengajar dapat dilakukan dengan efektif. Menurut Rusli Lutan (1988 : 381) efektivitas pengajaran meliputi beberapa unsur yaitu “(1) pemanfaatan waktu aktif berlatih, (2) lingkungan yang efektif, (3) karakteristik guru dan siswa, (4) pengelolaan umpan balik”. Diantara empat elemen tersebut elemen yang dominan pengaruhnya pada efektifitas pengajaran adalah pemanfaatan waktu aktif berlatih. Lebih lanjut Rusli Lutan (1988 : 381) mengemukakan “jumlah waktu yang dihabiskan siswa untuk aktif belajar, merupakan indikator utama dan efektivitas pengajaran”. Konsep jumlah waktu aktif berlatih erat dengan kemampuan managemen guru dalam mengelola proses belajar dan kesediaan serta ketekunan siswa untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang diajarkan. Seorang guru bertugas mengelola proses pengajaran berupa aktifitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan, tidak saja susunan
xxv
pengalaman atau tugas-tugas ajar, tetapi juga penciptaan kondisi lingkungan belajar yang efektif. Menurut Husdarta & Yuha M. Saputra (2000 : 4) mengemukakan : Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar terjadi di kelas atau lapangan. Ciri utama terjadinya proses pembelajaran adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat di dalam proses pembelajaran. Pada guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan. Walau demikian guru tetap berfungsi sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran.
Pendapat di atas menunjukkan bahwa, dalam pengaturan lingkungan belajar bertujuan agar siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Seorang guru harus mampu menerapkan cara mengajar efektif. Untuk itu guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar, agar tujuan pengajaran dapat berhasil. Menurut Slameto (1995 : 92 – 94) untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut : 1). Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. 2). Guru harus banyak menggunakan metode pada waktu mengajar. 3). Motivasi, sangat berperan pada kemajuan, perkembangan siswa selanjutnya melalui proses belajar. 4). Kurikulum yang baik dan seimbang. 5). Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual. 6). Guru membuat perencanaan sebelum pengajaran. 7). Pengaruh guru yang sugesif perlu diberikan kepada siswa untuk lebih giat belajar. 8). Guru harus memiliki keberanian pada siswanya, juga masalah-masalah yang timbul waktu proses belajar mengajar berlangsung. 9). Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis. Mengajar yang efektif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh setiap guru. Syarat-syarat seperti di atas harus dipahami dan dilakukan oleh seorang guru, agar proses mengajar belajar dapat berjalan dengan baik dan memperoleh hasil belajar yang optimal.
c. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar seorang guru merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini seorang guru harus memiliki kepandaian dalam merumuskan tujuan pengajaran yang akan dilakukan. Sudjana (2001 : 40) merumuskan formula pembelajaran sebagai berikut, “Pb = fp (m s x y z). formula tersebut diartikan bahwa, pembelajaran (Pb) adalah fungsi (f), pendidik (p) untuk pembelajaran, (m) peserta didik (s) terhadap materi pelajaran (x) untuk mencapai hasil belajar (y) yang menimbulkan pengaruh belajar (z)”.
xxvi
Rumus formula pembelajaran di atas mengandung keragaman masalah dan pemahaman terhadap setiap unsur yang terkandung didalamnya. Sebagai contoh, unsur x (materi pelajaran) tidak hanya menunjukkan mata pelajaran tertentu, tetapi mengandung berbagai aspek bahan pembelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Hasil belajar (y) dapat mencakup perubahan perilaku peserta didik dalam kognisi, afeksi dan atau psikomotorik. Hasil belajar dapat pula berupa penguasaan pengetahuan tertentu, sosok peserta didik yang mandiri, kebebasan berpikir dan lain sebagainya. Pengaruh belajar (z) terdiri atas perubahan taraf hidup peserta didik setelah mengikuti pembelajaran seperti perolehan atau peningkatan penampilan diri dan pendidikan. Pengaruh belajar juga dapat digambarkan dengan upaya peserta didik dalam menularkan hasil belajarnya kepada orang lain, atau partisipasi peserta didik dalam kegiatan lainnya. Upaya pembelajaran (m) dapat melambangkan pendekatan dalam pembelajran. Membelajarkan dapat pula menggambarkan kegiatan untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar seperti kegaiatan membimbing, mengajar (membelajarkan) atau melatih. Unsur peserta didik (s) dapat melambangkan penamaan orang yang melakukan kegiatan belajar seperti siswa, mahasiswa atau peserta latihan. Sedangkan unsur pendidik (p) terdiri dari berbagai penamaan yang terdiri atas guru, pembimbing pelatih atau lain sebagainya. Secara singkat formula pembelajaran tersebut di atas menggambarkan interaksi dinamis antar unsur-unsur yang terlibat dalam pembelajaran yaitu pendidik, peserta didik, materi, proses dan pengaruh kegaiatan pembelajaran. Jika unsur-unsur tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik pula.
d. Peranan Guru Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru mempunyai tugas yang cukup kompleks. Guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam proses belajar mengajar, membantu proses perkembangan siswa. Penyampaikan materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan
xxvii
dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase perkembangan siswa. Slameto (1995 : 97) mengemukakan, secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada : 1). Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2). Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai. 3). Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri. Tugas-tugas seperti di atas harus dipahami dan diperhatikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk keberhasilan dalam menjalankan tugasnya, seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan. Menurut Soenarya Basoeki (1994 : 75) hal-hal yang harus dimiliki seorang guru meliputi : 1). 2). 3). 4). 5). 6).
Kecakapan dan keterampilan teknis. Kasih saying kepada anak-anak. Kelebihan. Memahami karakteristik perkembangan anak-anak. Dapat memilih metode yang sesuai. Bijaksana. Hal-hal seperti di atas harus dimiliki oleh seorang guru. Proses mengajar belajar
akan dapat berjalan dengan lancar, jika guru memiliki kemampuan-kemampuan seperti di atas, sehingga tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik. Hal-hal seperti di atas dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut : 1). Kecakapan dan keterampilan teknis Seorang guru harus menguasai materi yang diajarkan. Guru harus memiliki kecakapan dan keterampilan teknis dari materi pelajaran yang diajarkan baik secara teori maupun praktek. Agar memperoleh hasil yang optimal, guru harus mampu berkomunikasi dan dapat menggunakan bahasa yang tepat dan efektif. Guru harus mampu menerangkan sesuatu sedemikian rupa sehingga siswa dapat menangkap apa yang dimaksud oleh guru.
2). Kasih sayang kepada anak-anak Kasih sayang guru kepada siswanya akan nampak pada perhatiannya, perlakuan dan tegur sapanya, semuanya dapat dirasakan oleh siswanya. Kasih sayang guru juga akan nampak pada sikap yang dapat menahan diri dan penyabar. Perasaan mendapat perhatian dan mendapat kasih sayang guru tersebut menimbulkan kepercayaan diri kepada siswa. Dari kepercayaan itu akan timbul minat, perhatian dan kemauan yang kuat serta akan xxviii
timbul kesanggupan menerima dan mengasimilasikan bahan yang disajikan oleh guru, sehingga materi pelajaran dapat masuk pada diri siswanya.
3). Memahami perkembangan karakteristik anak Guru akan berhasil dalam tugasnya, jika dapat memahami sifat-sifat dan karakteristik perkembangan siswa, baik karakteristik fisik, mental serta emosional dan sosial. Dengan pemahan terhadap sifat-sifat dan karakteristik siswa pada kelompok-kelompok usia tertentu, maka penenangan guru terhadap proses belajar dapat disesuaikan dengan kelompok usia siswa, sehingga hasil optimal yang diharapkan dapat tercapai. 4). Memilih metode mengajar yang tepat Memilih metode mengajar yang baik dan tepat merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Metode mengajar merupakan cara yang digunakan oleh seorang guru dalam penyampaikan materi pelajaran, agar materi pelajaran dapat diterima siswanya secara aefektif. Menurut Sugiyanto & Sudjarwo (1991 : 368) metode mengajar keterampilan gerak yang sering digunakan antara lain “(1) metode praktek keseluruhan, (2) metode praktek bagian, (3) metode drill, (4) metode pemecahan masalah”. Berdasarkan metode-metode di atas, maka seorang guru harus mengerti dan memahami dari masing-masing metode tersebut. Seorang guru harus mampu menerapkan metode mengajar yang tepat sesuai dengan kondisi siswa dan tujuan yang hendak dicapai.
5). Bijaksana Guru dalam mengajar atau mendidik akan menghadapi siswa, situasi dan lingkungan sekolah yang berbeda-beda serta peralatan yang terbatas. Karena itu harus dapat mempertimbangkan keadaan yang serba terbatas, keadaan yang berlainan dan selalu berubah dengan tindakan yang tepat. Di samping itu guru harus memupuk kerjasama antara sesama guru, guru dengan orang tua murid, antara guru dengan petugas-petugas di lingkungan sekolah, dan antara guru dengan masyarakat sekitarnya.
5. Gaya Mengajar Shooting Bola Basket xxix
a. Definisi Gaya Mengajar Pemakaian istilah gaya mengajar (teaching style) sering disamakan dengan istilah strategi mengajar (teaching strategy). Gaya mengajar atau strategi mengajar dimaksudkan agar siswa lebih aktif mengikuti tugas ajar dari guru. Hal ini dikaitkan dengan upaya untuk mengelola lingkungan dan atmosfir pengajaran untuk tujuan mengoptimalkan jumlah waktu aktif berlatih dari para siswa yang dipandang sebagai indikator untuk menilai efektifitas pengajaran. Untuk memahami pengertian gaya mengajar atau strategi mengajar berikut disajikan batasan-batasan dari beberapa ahli : 1). Menurut Husdarta & Yudha M. Saputra (2000 : 21) gaya mengajar merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar agar materi yang disajikan dapat diserap oleh siswa. 2). Menurut Sugiyanto (198 : 427) strategi mengajar adalah pengaturan penerapan cara-cara mengajar agar proses belajar bisa berlangsung dengan baik dan tujuan bisa tercapai. 3). Menurut Rusli Lutan (2000 : 29) strategi mengajar adalah siasat untuk menggiatkan partisipasi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas ajar.
Berdasarkan definisi gaya mengajar tersebut dapat disimpulkan bahwa, gaya mengajar merupakan cara atau siasat yang dilakukan guru untuk mengaktifkan dan menggiatkan partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas – tugas ajar dari guru. Dalam hal ini guru dapat memilih atau menerapkan gaya mengajar tertentu untuk menyampaikan materi pelajaran dan mengatur kegiatan belajar.
b. Pentingnya Gaya Mengajar Gaya mengajar merupakan salah satu bagian yang dapat mempengaruhi kesuksesan mengajar belajar. Rusli Lutan (2000: 29) menyatakan “pembuatan keputusan pada awal pengajaran tentang gaya mengajar yang akan digunakan oleh guru pendidikan jasmani sangatlah penting untuk mencapai pengajaran sukses”. Pembuatan keputusan gaya mengajar bergantung pada situasi dan kondisi
pembelajaran. Gaya mengajar harus
direncanakan sejak awal pengajaran, jika tidak direncanakan akan menghadapi kesukaran untuk menyampaikan materi pelajaran.
xxx
Dalam kenyataannya, guru dalam penyajian materi pelajaran tidak hanya menggunakan satu gaya mengajar saja. Beberapa gaya mengajar dapat diterapkan dalam satu jam pelajaran. Tetapi harus dipahami faktor apa yang dipakai oleh guru sebagai dasar pembuatan keputusan gaya mengajar yang akan digunakan. Menurut Rusli Lutan (2000: 30) alasan menggunakan beberapa gaya mengajar antara lain “(1) untuk mendorong terciptanya suasana belajar yang mengajarkan siswanya untuk belajar, (2) Agar guru dan siswa sama – sama termotivasi dan giat melaksanakan tugas – tugas masing – masing”. Pada kenyataannya penggunaan gaya mengajar didasarkan pada situasi yang dihadapi pada waktu berlangsungnya proses pengajaran. Lebih lanjut Rusli Lutan (2000: 30) mengemukakan “tidak ada satu gaya mengajar yang dianggap paling berhasil, sebab bergantung pada situasi”. Hal ini menunjukkan bahwa, gaya mengajar dapat berubah – ubah, sekali waktu dapat ditekankan pada guru sebagai pusat pengajaran, dan sekali waktu berpusat pada siswa.
6. Mengajar Shooting Bola Basket Dengan Gaya Komando
a. Gaya Komando Gaya komando adalah suatu cara pendekatan guru dalam membuat semua keputusan selama pertemuan berlangsung yang akan diteruskan kepada siswa. Dalam gaya ini, Moston (1994: 17) meninjaunya dari tiga perangkat keputusan : “Pra-pertemuan, selama pertemuan, dan pasca pertemuan. “Dalam pra-pertemuan semua keputusan dibuat oleh guru antara lain mengenai materi pokok bahasan, tugas-tugas, organisasi, dan lain-lain. Selama pertemuan berlangsung yang dibuat oleh guru antara lain penjelasan peranan guru dan siswa, penyampaian pokok bahasan, penjelasan mengenai prosedur organisasi, kelompok, tempat kegiatan yang terdiri dari : peragaan, penjelasan, pelaksanaan, dan penilaian. Keputusan pada pasca pertemuan antara lain umpan balik dari guru kepada siswa, sasarannya harus memberi banyak waktu pada waktu pelaksanaan tugas. Implikasi dari gaya komando ini adalah standar penampilan sudah mantap dan ada umumnya satu model untuk satu tugas pokok bahasan yang dipelajari dengan cara menirukan dan mengingat melalui penampilan setiap pokok bahasan dipilah-pilah menjadi bagian-bagian yang mudah di mengerti dan dapat diikuti oleh siswa; dalam gaya komando tidak ada perbedaan individual. Dalam gaya ini terdapat unsur-unsur yang khas dalam xxxi
pelajaran yaitu semua keputusan dibuat oleh guru; siswa mengikuti petunjuk dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru; menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi; dan dalam hal ini dapat membuat siswa merasa terlibat dan termotivasi pada saat melaksanakan tugas dari guru; mengembangkan perilaku yang berdisiplin dan mentaati prosedur yang ditetapkan selama kegiatan berlangsung. Dalam hal ini guru menjelaskan mengenai peranannya yaitu semua keputusan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar tergantung darinya dan siswa disini mengikuti dan melaksanakan semua petunjuk yang diberikan oleh guru, penyampaian pokok bahasan, penjelasan prosedur organisasi atau kelompok. Keputusan yang dibuat oleh guru dan murid memberi tanggapan terhadap setiap keputusan. Mosston (1994:17) mengemukakan bahwa tujuan dari gaya ini adalah “Untuk belajar melaksanakan tugas dengan teliti, menumbuhkan sikap disiplin, memperoleh kemajuan dalam mengatasi setiap masalah, saling menghargai dan menumbuhkan sikap bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas”. Gaya komando merupakan gaya mengajar yang menitik beratkan pada guru. Menurut Husdarta & Yudha M. Saputra (2000 : 28) “gaya komando bertujuan mengarahkan siswa dalam melakukan tugas gerak secara akurat dan di dalam waktu yang singkat. Pendapat lain dikemukakan Rusli Lutan (2000 : 31) “Gaya komando adalah pendekatan mengajar yang paling bergantung pada guru. Guru menyiapkan segala aspek pengajaran. Guru sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif terhadap pengajaran dan memantau kemajuan belajar”. Pada gaya komando ini, siswa harus mengikuti segala instruksi yang disampaikan oleh guru. Menurut Husdarta & Yudha M. Saputra (2000: 28) dalam gaya komando peran guru sangat dominan yaitu : 1) Membuat segala keputusan dalam pembelajaran. 2) Membuat segala yang terkait dengan mata pelajaran, susunan pelaksanaan tugas, memulai dan mengakhiri waktu pelaksanaan pengajaran, interval, dan mengklarifikasi berbagai pertanyaan siswa. 3) Memberi umpan balik kepada siswa mengenai peran guru dan materi. Mengajar dengan gaya komando sangat bergantung pada inisiatif dan kreatifitas guru dalam menyajikan materi pelajaran. Siswa hanya mengikuti dan melakukan tugas yang diinstruksikan dari guru. Hal yang terpenting dalam gaya komando adalah penjelasan harus disampaikan dengan singkat dan langsung tertuju pada maksud. Tekanannya adalah
xxxii
pemberian kesempatan kepada siswa untuk berlatih sebanyak mungkin. Dengan menggunakan gaya komando, maka sasaran yang dicapai akan melibatkan siswa yang akan mengikuti petunjuk-petunjuk guru, dengan sasaran-sasaran menurut Muska Mosston (1994: 19-21) sebagai berikut: (1)Respons langsung terhadap petunjuk yang diberikan (2) Penampilan yang sama / seragam (3) Penampilan yang disinkronkan (4) Penyesuaian (5) Mengikuti model yang telah ditentukan (6) Mereproduksi model (7) Ketepatan dan kecermatan respons (8) Meneruskan kegiatan dan tradisi ultural (9) Mempertahankan tingkat estetika (10) Meningkatkan semangat kelompok (11) Penggunaan waktu secara efisien (12) Pengawasan keamanan
b. Pelaksanaan Mengajar Shooting Bola Basket Dengan Gaya Komando Mengajar shooting dengan gaya komando yang dimaksud adalah, guru mengatur siswa sedemikian rupa agar dalam pelaksanaan shooting semua siswa memperoleh kesempatan melakukan tugas gerak secara merata dan dapat melakukan pengulangan gerakan sebanyak-banyaknya. Pembelajaran shooting telah direncanakan dan disusun oleh guru materi yang akan disajikan. Susunan materi pembelajaran shooting dapat dilakukan dari cara yang lebih mudah yaitu tanpa menggunakan bola, kemudian ditingkatkan secara bertahap. Sebagai contoh guru menjelaskan pengertian shooting, cara melakukan shooting yaitu, dari sikap permulaan, saat perlepasan bola dan gerak lanjut. Setelah teknik-teknik tersebut dijelaskan, guru dapat mendemonstrasikan dan guru menginstruksikan agar siswa mengikuti gerakan yang dilakukan guru. Teknik-teknik tersebut dapat diperagakan secara terpisah-pisah tanpa menggunakan bola, selanjutnya dapat diperagakan menggunakan bola. Hal yang terpenting penekanan pada gaya komando ini adalah, setiap instruksi dari guru harus diikuti siswa. Sebagai contoh guru menginstruksikan siswa melakukan gerakan sikap permulaan shooting. Guru harus mengamati gerakan-gerakan yang dilakukan siswa, jika ada gerakan atau sikap yang salah segera dibetulkan. Demikian seterusnya hingga teknik-teknik tersebut diajarkan secara keseluruhan.
c.
Kelebihan dan Kelemahan Mengajar shooting Bola Basket Komando
xxxiii
Dengan Gaya
Perlu disadari bahwa setiap gaya mengajar tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Demikian halnya gaya komando juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Berdasarkan pengertian gaya komando di atas, gaya mengajar ini dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan mengajar shooting dengan gaya komando antara lain : 1) Siswa dapat mengerti dan menguasai teknik shooting yang benar. 2) Kesalahan siswa akan segera diketahui guru dan langsung dapat dibenarkan 3) Guru dapat selalu mengawasi dan memonitoring pelaksanaan pembelajaran. 4) Semua siswa dapat terlibat dalam pelaksanaan proses pembelajaran. 5) Pelaksanaan pengajaran dapat terkendali dengan baik. Sedangkan kelemahan mengajar shooting bola basket dengan gaya komando antara lain : 1) Siswa hanya selalu mengikuti instruksi guru sehingga kurang kreatifitas dalam mengikuti tugas ajar dari guru. 2) Siswa tidak memiliki inisiatif dalam mengikuti pembelajaran. 3) Jika pejelasan guru terlalu rinci dan banyak biasanya siswa tidak dapat mengingat secara keseluruhan. Mengajar gaya komando ini sangat bergantung pada guru. Dalam hal ini guru telah memfikirkan tujuan yang akan dicapai. Penerapan gaya komando didasarkan pada beberapa aspek berdasarkan tujuan atau situasi dan kondisi yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Menurut Rusli Lutan (2000 : 32) gaya komando dipakai apabila “(1) ingin diajarkan keterampilan khas atau hasil yang khas pula, (2) menangani kelas yang sukar dikendalikan karena kurang disiplin, (3) ingin dicapai kemajuan yang lebih cepat, (4) sekelompok anak perlu bantuan khusus untuk perbaikan”.
7. Mengajar Shooting Bola Basket Dengan Gaya Resiprokal
Gaya mengajar resiprokal merupakan cara mengajar yang menitik beratkan pada siswa, dimana siswa berperan sebagai pelaku dan pengamat dalam melaksanakan tugas dari
xxxiv
guru dan serta dilakukan secara bergantian. Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 29) menyatakan bahwa, “gaya resiprokal adalah gaya mengajar yang menuntut siswa bertanggung jawab untuk mengobservasi penampilan dari teman atau pasangannya dan memberikan umpan balik segera pada setiap gerakan”. Pendapat lain dikemukakan Srijono Brotosuroyo dkk (1994: 272) bahwa, “dalam gaya mengajar resiprokal, tanggung jawab memberikan umpan balik bergeser dari guru ke teman sebaya. Pergeseran peranan ini memungkinkan (1) peningkatan interaksi sosial antara teman dan (2) umpan balik langsung. Dalam gaya mengajar resiprokal ini guru mempersiapkan lembar tugas yang menjelaskan tugas yang harus dilaksanakan, berikut kreteria evaluasi yang berfungsi untuk menentukan bahwa gerakan yang dilakukan pasangannya itu sudah sesuai dengan rujukan. Deskripsi semacam ini akan membantu siswa selaku pengamat dan analisis tugasnya. Secara umum setiap guru akan memberikan pelajaran, guru harus memulainya dengan memberikan peragaan dan menguraikan cara melaksanakan skill atau gerakan yang dipelajari dan mengklarifikasi lembar tugasnya. Latihan selanjutnya, siswa melakukannya yang satu bertindak sebagai pengamat dan pasangannya melakukan aktivitas pengajaran. Setelah itu guru, menyuruh siswa untuk bergantian dalam melaksanakan tugasnya, yang semula sebagai pengamat menjadi pelaku dan sebaliknya. Kegiatan ini dapat diulang beberapa kali tergantung gerakan mana yang masih dianggap perlu dilatih. Dalam gaya mengajar resiprokal, tanggung jawab memberikan umpan balik bergeser dari guru ke teman sebaya.
a. Anatomi Gaya Resiprokal Menurut Muska Mosston (1994: 18-19) anatomi dari gaya resiprokal adalah : Di dalam perangkat keputusan sebelum pertemuan. Pengadaan umpan balik langsung digeser kepada seorang pengamat (a). Kelas diatur berpasangan dengan perananperanan khusus untuk setiap partner. Salah satu dari pasangan adalah “pelaku” (p). Lainnya menjadi pengamat (a). Guru (G) memegang peranan khusus untuk berkomunikasi dengan pengamat. Peranan pengamat adalah memberikan umpan balik kepada pelaku dan berkomunikasi dengan guru. Guru mengamati baik “p” maupun “a” tetapi hanya berkomunikasi dengan “a”.
xxxv
p
––––––
a
G
Gambar 1. Gambaran Gaya Mengajar Resiproklal
b.
Pelaksanaannya Gaya Resiprokal Dalam gaya resiprokal ada tuntutan-tuntutan baru bagi guru dan pengamat. Guru
harus menggeser umpan balik kepada siswa (a), Pengamat harus belajar bersikap positif dan memberi umpan balik. Pelaku harus belajar menerima umpan balik dari teman sebaya. Gambaran pelaksanaan gaya mengajar resiprokla menurut Muska Muston (1994: 67-68) adalah : 1)
Sebelum pertemuan: a). Guru menambahkan lembaran desain kriteria kepada pengamat untuk dipakai dalam gaya ini. 2) Selama pertemuan: a). Guru menjelaskan peranan-peranan baru dari pelaku (p) dan pengamat (a). b). Perhatian bahwa pelaku berkomunikasi dengan pengamat dan bukan dengan guru. c). Jelaskan bahwa peranan pengamat adalah untuk menyampaikan umpan balik berdasarkan kriteria yang terdapat dalam lembaran yang diberikan. 3) Sesudah pertemuan: a). Menerima kriteria b). Mengamati penampilan pelaku c). Membandingkan dan mempertentangkan penampilan dengan kriteria yang diberikan. d). Menyimpulkan apakah mengenai penampilan benar atau salah. e). Menyampaikan hal-hal mengenai penampilannya kepada pelaku. Berdasarkan gambaran pelaksanaan gaya resiprokal tersebut dapat diketahui
bahwa, siswa diatur secara berpasangan, dimana salah satunya sebagai pelaku dan yang lainnya sebagai pengamat. Sedangkan tugas guru adalah sebagai pengamat saja. Dalam hal ini guru menjawab atas pertanyaan yang diajukan pengamat gerakan. Gaya mengajar resiprokal merupakan cara mengajar dimana sebelumnya guru telah membuat keputusan – keputusan tugas gerak yang harus dilakukan siswa dan telah
xxxvi
membuat kriteria – kriteria atau penilaian atas tugas gerak yang dilakukan siswa. Menurut Muska Mosston. (1994: 72-75) pelaksanaan resiprokal meliputi : 1).Dalam gaya resiprokal ada tuntutan – tuntutan baru bagi guru dan pengamat : a) Guru harus menggeser umpan balik kepada siswa b) Pengamat harus belajar bersikap positif dan memberikan umpan balik c) Pelaku harus belajar menerima umpan balik dari teman sebaya ini memerlukan adanya rasa percaya. 2).Keputusan – keputusan : a). Sebelum pertemuan : (1) Guru menambahkan lembaran desain kreteria pada pengamat untuk dipakai dalam gaya ini b). Selama pertemuan : (1). Guru menjelaskan peranan – peranan baru dari pelaku (p) dan pengamat (a). (2) Perhatian bahwa pelaku berkomunikasi dengan pengamat dan bukan dengan guru. (3) Jelaskan bahwa peranan pengamat adalah untuk menyampaikan umpan balik berdasarkan kriteria yang terdapat dalam lembaran yang diberikan. c). Sesudah pertemuan : Menerima kriteria. (1). Mengamati penampilan pelaku. (2). Membandingkan dan mempertentangkan penampilan dengan kriteria yang diberikan. (3). Menyimpulkan apakah mengenai penampilan benar atau salah. (4). Menyampaikan hal – hal mengenai penampilannya kepada pelaku. d) Peranan guru : (1). Menjawab pertanyaan – pertanyaan dari pengamat. (2). Berkomunikasi dengan pengamat saja. (3). Ini memungkinkan timbulnya saling percaya antara pelaku dan pengamat. (4). Komunikasi guru dengan pelaku akan mengurangi peranan pengamat. (5). Pada waktu tugas telah terlaksana, pelaku dan pengamat bergantian peranan. e) Proses pemilihan patner dan pemantauan keberhasilan proses adalah penting. f) Guru bebas untuk mengamati banyak siswa selama pelajaran berlangsung. 3). Pemilihan pokok bahasan : Lembaran kriteria : a) Ini menentukan garis – garis pedoman untuk perilaku pengamat. b) Lima bagian lembaran adalah : (1). Uraian khusus mengenai tugas (termasuk pembagian tugas secara barurutan). (2). Hal – hal yang khusus yang harus dicari selama penampilan (kesulitan yang potensial). (3). Gambar – gambar atau sketsa untuk melukiskan tugas. (4). Contoh – contoh perilaku verbal untuk dipakai sebagai umpan balik.
xxxvii
(5). Mengingatkan peranan pengamat (apabila siswa) telah memahami gaya ini, bagian ini bisa dihapuskan. Berdasarkan gambaran dan pedoman pelaksanaan gaya resiprokal tersebut dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran pasing atas siswa diatur secara berpasangan untuk melakukan pembelajaran pasing atas, dimana salah satunya sebagai pelaku dan lainnya sebagai pengamat, sedangkan tugas guru adalah sebagai pengamat baik kepada pelaku maupun siswa pengamat. Akan tetapi guru hanya berkomunikasi pada pengamat saja, dalam hal ini menjawab pertanyaan yang diajukan pengamat gerakan. Kelebihan mengajar shooting bola basket dengan gaya resiprokal antara lain : 1). Siswa mengerjakan tugas dari guru sesuai urutan dari petunjuk yang telah dibuat oleh guru. 2). Siswa dapat mencermati tugas dari teman pasangannya sudah benar atau belum. 3). Meningkatkan rasa percaya atas umpan balik dari pasangannya. 4).
Siswa dapat mengenali langsung gerakan yang dilakukan benar atau salah dari pengamat.
5). Siswa dapat mengetahui secara langsung kemampuannya berdasarkan kriteria dari penampilannya. Sedangkan kelemahan mengajar shooting bola basket dengan gaya resiprokal antara lain : 1) Proses pelaksanaan pengajaran lebih rumit . 2) Siswa terbebani dengan tugas rangkap yaitu sebagai pengamat dan pelaku sehingga akan berpengaruh terhadap penampilannya. 3) Membutuhkan waktu yang cukup lama.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas, maka dikemukakan kerangka berpikir bahwa keberhasilan shooting
ditentukan oleh gaya mengajar. Gaya mengajar
merupakan siasat yang diterapkan guru untuk menggiatkan partisipasi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas ajar. Gaya mengajar dapat ditekankan pada berbagai unsur baik guru maupun siswa.
xxxviii
Kelebihan Gaya Komando
Kelebihan Gaya Resiprokal
1). Kesalahan siswa akan segera diketahui 1).Siswa mengerjakan tugas dari guru guru dan langsung dapat dibenarkan 2).Guru
dapat
selalu
mengawasi
sesuai urutan dari petunjuk yang telah dan
memonitoring pelaksanaan pembelajaran. 3).Semua
siswa
dapat
terlibat
dalam
pelaksanaan proses pembelajaran.
dibuat oleh guru. 2).Siswa dapat mencermati tugas dari teman pasangannya sudah benar atau belum.
4).Pelaksanaan pengajaran dapat terkendali 3).Meningkatkan rasa percaya atas umpan dengan baik.
balik dari pasangannya. 4).Siswa
dapat
mengenali
langsung
gerakan yang dilakukan benar atau salah dari pengamat. 5).Siswa
dapat
mengetahui
secara
langsung kemampuannya berdasarkan kriteria dari penampilannya. Kelemahan Gaya Komando
Kelemahan Gaya Resiprokal
1). Siswa hanya selalu mengikuti instruksi 1). Proses pelaksanaan pengajaran lebih guru sehingga kurang kreatifitas dalam mengikuti tugas ajar dari guru.
2). Siswa terbebani dengan tugas rangkap
2).Siswa tidak memiliki inisiatif dalam mengikuti pembelajaran.
biasanya
siswa
yaitu sebagai pengamat dan pelaku sehingga akan berpengaruh terhadap
3).Jika pejelasan guru terlalu rinci dan banyak
rumit .
tidak
mengingat secara keseluruhan.
penampilannya.
dapat 3).Membutuhkan
waktu
yang
cukup
lama.
Gaya mengajar resiprokal dimulai dengan memperhatikan perubahan yang lebih besar dalam membuat keputusan dari guru kepada siswa. Siswa bertanggungjawab untuk mengobservasi penampilan dari teman atau pasangannya dan memberikan umpan balik segera pada setiap kali melakukan gerakan. Dalam gaya ini, guru mempersiapkan lembar tugas yang menjelaskan tugas yang harus dilakukan siswa, secara umum setiap kali guru akan memberikan pelajaran, guru harus memulai dengan memberikan peragaan dan menguraikan cara melaksanakan tugas atau keterampilan shooting bola basket dan xxxix
mengklarifikasi lembar tugasnya. Selanjutnya siswa melakukan bersama-sama dengan pasangan masing-masing dimana yang satu bertindak sebagai pengamat dan yang lainnya melakukan aktifitas pengajaran berupa gerakan shooting bola basket. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk bergantian dalam melakukan tugasnya, yang bertugas sebagai pengamat menjadi pelaku dan sebaliknya yang menjadi pelaku pertama menjadi pengamat. Peranan guru dalam gaya pembelajaran resiprokal ini adalah menyiapkan lembaran kerja dan membentuk kelas menjadi formasi berpasangan. memungkinkan
siswa
memberikan
umpan
balik
Gaya mengajar ini akan
seketika
dan
sekaligus
akan
mengembangkan kerjasama dalam tim kecil sehingga aspek sosial akan berkembang. Kedua gaya mengajar tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil belajar shooting bola basket. Namun dari uraian diatas diduga bahwa untuk meningkatkan hasil belajar shooting bola basket, gaya mengajar resiprokal akan memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan gaya mengajar komando.
C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada perbedaan kesesuaian gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap kemampuan shooting bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010. 2. Gaya mengajar resiprokal lebih sesuai daripada gaya mengajar komando
terhadap
peningkatan kemampuan shooting bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.
xl
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan
di lapangan bolabasket SMP Negeri 2 Jatiroto
Kabupaten Wonogiri.
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan pertengahan Maret 2010 dengan frekuesi seminggu tiga kali .
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyanto (1993 : 22) bahwa, Eksperimen dilakukan untuk menimbulkan gejala – gejala tertentu melalui perlakuan – perlakuan tertentu oleh peneliti terhadap sampel percobaan. Peneliti memanipulasi dan mengontrol variabel – variabel yang berhubungan dengan gejala – gejala yang diteliti. Rancangan dalam penelitian ini adalah :”Randomized Pretest – Posttest Design”. Gambar rancangan penelitian sebagai berikut :
R
Pretest
KE 1
Treatment A
Posttest
KE 2
Treatment B
Posttest
MSOP
Gambar 2. Rancangan Penelitian Keterangan : R Pretest SOP K1
= Random = Tes awal = Matched Subject Ordinal pairing = Kelompok eksperimen 1
K2 = Kelompok eksperimen 2 Treatment A = Gaya mengajar komando xli
Treatment B = gaya mengajar resiprokal Post-test = Tes akhir Untuk menyeimbangkan kelompok dilakukan secara ordinal pairing berdasarkan hasil tes awal shooting bola basket. Prosedur pemasangan adalah :
K1
K2
1
2
4
3
5
6
8
7
9
dst.
Random dilakukan untuk menentukan ragam metode pembelajaran pada kedua kelompok.
C. Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka penelitian ini terdiri dari beberapa variabel. Menurut Sugiyanto (1995 : 17) variabel adalah “suatu konsep yang dapat ditempatkan dalam berbagai nilai yang berbeda”. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas : 1. Variabel bebas (independent) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain, variabel bebas dalam penelitian ini adalah : a. Mengajar shooting bola basket dengan gaya komando. b. Mengajar shooting bola basket dengan gaya resiprokal. 2. Variabel terikat (dependent) yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kemampuan shooting bola basket.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Gaya Mengajar Komando
xlii
Gaya mengajar komando merupakan bentuk mengajar yang dititik beratkan pada guru. Siswa melakukan tugas gerak sesuai dengan instruksi dari guru.
2. Gaya Mengajar Resiprokal Mengajar gaya resiprokal
merupakan bentuk mengajar yang menekankan pada
siswa. Guru telah mendesain tugas gerak yang memungkinkan siswa memberikan umpan balik terhadap keterampilan siswa lainnya.
3. Kemampuan Shooting Bola Basket Kemampuan shooting bola basket merupakan bentuk unjuk kerja siswa untuk melakukan shooting ke dalam ring bola basket berdasarkan peraturan yang berlaku.
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010 yang berjumlah 90 siswa yang terbagi dalam 5 kelas.
2. Teknik Pengambilan Sampel Agar sampel yang diperoleh dapat mewakili populasi, maka dalam penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Widodo J. Pudjiraharjo ( 1996 : 57 ) sebagai berikut :
N z2 x S 2 n = N d2 + Z2 S2
Keterangan : n = Besarnya sampel N = Besarnya populasi Z = Nilai Standar normal yang besarnya tergantung a
,bila a = 0.05
maka z =1.67, bila a = 0.01, maka z = 1.96 S = besarnya varians ( = SD2 +) D = besarnya penyimpangan yang masih dapat di tolerer ( semakin kecil xliii
d, akan semakin tinggi penelitian, d = 0.1 % ) Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sejumlah 90 subyek sedangkan jumlah sampel berdasarkan rumus diatas diperoleh rumus sejumlah 30 siswa dengan proporsional random dari 5 kelas. ( penghitungan terlampir ) Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan dengan tiga kali latihan dalam satu minggu. Sugiyanto dan Sudjarwa (1992 : 358) menyatakan “Banyak waktu yang tersedia untuk berlatih atau mempraktekkan gerakan merupakan aspek penting dalam situasi belajar mengajar keterampilan gerak. Perencanaan pengajaran harus selalu mempertimbangkan waktu yang tersedia. Waktu yang tersedia bisa dihitung dalam satuan menit, jam pelajaran, hari, minggu, bulan atau semester”. Pendapat lain dikemukan Rusli Lutan (1988 : 427) “Struktur pengajaran terdiri dari tiga bagian utama yaitu (1) pendahuluan/pemanasan, (2) inti dan, (3) penenangan”. Sedangkan waktu yang diterapkan dalam penelitian ini (program yang dibuat) mengacu pada waktu atau jam pelajaran pendidikan jasmani umumnya, Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000 ; 3 – 4) menyatakan : “Rata-rata frekuensi mengajar penjas dalam seminggu adalah satu kali dengan jumlah waktu 2 x 30 menit atau 60 menit. Memang betul waktu tersebut dalam pertemuan rasanya cukup banyak. Tetapi manakala guru harus mempertimbangkan tercapainya tujuan pengajaran, misalnya : agar siswa dapat melakukan permainan bola besar waktu tersebut relatif singkat. Jangankan agar siswa dapat melakukan teknik dasar permainan dengan baik dan benar, terkadang agar seluruh isi pelajaran dapat disampaikan saja terkadang dirasakan masih sangat kurang. Kalaupun ada beberapa siswa dapat melakukan teknik dasar dengan baik dan benar, hal itu terkadang (kalau kita mau jujur) bukan efek dari pemberian PBM, akan tetapi siswa tersebut memang sebelumnya sudah mampu melakukan materi yang diajarkan tersebut”. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, belajar satu kali dalam satu minggu dengan waktu 60 menit suatu teknik shooting bola basket tidak akan mencapai hasil seperti yang diharapkan. Namun pada umumnya suatu keterampilan akan dikuasai dengan baik minimal seminggu belajar atau berlatih tiga kali. Dengan belajar 3 kali dalam satu minggu secara teratur selama 6 minggu memungkinkan sudah menampakkan pengaruh yang berarti terhadap peningkatan kemampuan shooting bola basket. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan shooting bola basket dilakukan tes akhir atau post-test.
F. Teknik Pengumpulan Data
xliv
Data kemampuan shooting bola basket diperoleh dengan tes kemampuan shooting dengan ketepatan menembak dari Imam Sodikun, ( 1992 : 64).
G. Teknik Analisis Data 1. Mencari Reliabilitas Untuk mencari reliabilitas tersebut dengan menggunakan rumus dari Kirkendall & Johnson, sebagai berikut :
R=
MSSubject - MS Error MS Subject
(Barry L. Johnson/Jack K. Nelson, 1986:53)
2. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors (Sudjana, 1992: 466). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut adalah sebagai berikut : 1). Pengamatan X1, X2,……., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,……, Zn dengan menggunakan rumus : Xi S
Zi =
X
Keterangan :
X1 = Nilai tiap kasus X = Rata-rata S = Simpangan baku. 2). Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z £ Zi).
xlv
3). Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,……., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka :
S (Zi) =
banyaknya Z1 , Z 2 ,KK, Z n yang n
£ Zi
4). Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya. 5). Ambil harga yang paling besar diantara harga – harga mutlak selisih tersebut. Sebuah harga terbesar ini merupakan L. hitung.
b. Uji Homogenitas Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians yang lebih besar dengan varians yang lebih kecil. Adapun rumusnya yang digunakan menurut Sutrisno Hadi (1988 : 389) adalah :
Fdbvb : dbvk =
SD 2 bs SD 2 kt
(Sutrisno Hadi, 1988: 389)
Keterangan : dbvb dbvk dbvb : dvbk
= derajat kebebasan dari varians yang lebih besar = derajat kebebasan dari varians yang lebih kecil = derajat kebebasan KE 1 dan KE 2
SD2bs
= standar deviasi KE 1
SD2kt
= standar deviasi KE 2
3. Uji Perbedaan
Untuk
menghitung
perbedaan
peningkatan
kesegaran
jasmani
menggunakan rumus t-test dari Thomas dan Nelson (2001:137) sebagai berikut :
xlvi
dengan
Md
t =
S d Nx ( N
2
- 1)
Keterangan : t Md d2 N
= Nilai perbedaan
= Mean deviasi = derajat perbedaan = jumlah sampel
Mengkonsultasikan hasil t-test dengan t-tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = N – 1. Jika thitung < ttabel = 5%, maka Ho ditolak. Artinya tidak ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010. Jika thitung > ttabel = 5%, maka Hi diterima. Artinya ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.
Untuk mencari peningkatan kemampuan shooting bolabasket dari tes awal ke tes akhir digunakan rumus dari Jerry R. Thomas dan Jack K. Nelson berikut : Nilai peningkatan hasil latihan =
Mean different x100% Mean pretest
Dimana Mean different = mean posttest - mean
xlvii
( 1990 : 136 ) sebagai
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpres-tasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir kemampuan shooting bola basket. Deskripsi hasil analisis data kemampuan shooting bola basket yang dilakukan pada kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sebagai berikut : Tabel 1. Deskripsi Data Hasil kemampuan shooting bola basket Rata-Rata dan Simpangan Baku kemampuan shooting bola basket Test Tes Awal
Tes Akhir
Gaya Mengajar Komando
Gaya Mengajar Resiprokal
X1 SD X1
= 26,65 = 4,793362
X2 SDX2
= 26,708 = 4,54335
Y1 SD Y1
= 31,2 = 3,503382
Y2 SDY2
= 28,4 = 4,096211
Gambar 3. Rata-Rata Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Tes Shooting Bola Basket
Keterangan: X1 : Tes Awal Kelompok Gaya Mengajar Komando
xlviii
X2
: Tes Awal Kelompok Gaya Mengajar Resiprokal
Y1
: Tes Akhir Kelompok Gaya Mengajar Komando
Y2
: Tes Akhir Kelompok Gaya Mengajar Resiprokal
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Reliabilitas Sebelum digunakan sebagai tes dalam penelitian ini, Tes kemampuan shooting bola basket dicari reliabilitasnya dengan uji reliabilitas Anava I jalur. Adapun hasil pengujian tersebut seperti dalam tabel berikut : Tabel 2. Hasil uji reliabilitas Tes
Nilai Reliabilitas
Kategori
Tes Awal shooting
0,932
Tinggi Sekali
Tes Akhir shooting
0,957
Tinggi Sekali
Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilita hasil tes tersebut menggunakan tabel korelasi koefisien dari Book Walter, yang dikutip Mulyono B ( 1992: 22), yaitu: Tabel . 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas Kategori Tinggi sekali Tinggi Cukup Kurang Tidak signifikan
Validita 0.80 – 1 0.70 – 0.79 0.50 – 0.69 0.30 – 0.49 0.00 – 0.29
Reliabilita 0.90 – 1 0.80 – 0.89 0.60 – 0.79 0.40 – 0.59 0.00 – 0.39
Obyektivita 0.95 – 1 0.85 – 0.94 0.70 – 0.84 0.50 – 0.69 0.00 – 0.49
Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.
2. Uji Normalitas Sebelum dilakuakn analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut: xlix
Tabel 4.
Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Kelompok K1 K2
N 15 15
M 2,80 2,60
SD 1,146409 1,121224
Lhitung 0,16409 0,17039
Lt 5% 0,220 0,220
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K1 diperoleh nilai Lhitung = 0,16409 dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K1 termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K2 diperoleh nilai Lhitung = 0,17039 dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu
0,190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K2 termasuk
berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok 1 dan kelompok 2. Uji homogenitas ini berfungsi sebagai persyaratan dalam pengujian sampel dari populasi yang homogen. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Kelompok
N
SD2
Fhitung
Ft 5%
K1 K2
15 15
9,0622222 7,9288889
1,142937
2,14
Dari uji homogenitas diperoleh nilai Fhitung = 1,142937, sedangkan dengan db = 14 lawan 14, angka Ftabel5% = 2,14 yang ternyata bahwa nilai Fhitung
l
Pengujian Hipotesis pada dasarnya merupakan langkah untuk menguji apakah pernyataan yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis t-test dengan taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil perhitungan t-test dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut : Tabel 6 : Rangkuman Hasil T-Test kemampuan shooting bolabasket pada Taraf Signifikasi a = 0,05. Data
t hitung
t tabel
Keterangan
Antar pre-test
1,870828
2,010
Non Signifikan
Pre & Post-test Gaya Komando
4,5162541
2,010
Signifikan
Pre & Post-test Gaya Resiprokal
9,7273166
2,010
Signifikan
Antar post-test
2,5667557
2,010
Signifikan
Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan pada data hasil tes akhir kelompok Gaya Komando dan kelompok Gaya Resiprokal diperoleh: 1. Hasil penghitungan sebesar 2,5667557 sedangkan angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel adalah 2,010. ternyata lebih besar dari angka batas penolakan hipotesis nol, dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh kemampuan shooting bola basket dengan Gaya komando dan Gaya Resiprokal ditolak, berarti hipotesis pertama terbukti kebenarannya. 2. Nilai peningkatan kelompok Gaya Resiprokal lebih baik dibandingkan dengan kelompok Gaya Komando, dengan nilai peningkatan kelompok gaya komando sebesar 30,952 %, sedangkan kelompok gaya resiprokal sebesar 71,794 %. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan kelompok gaya resiprokal
lebih baik pengaruhnya
dibandingkan kelompok gaya komando terbukti kebenarannya.
D. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Analisis Tes Awal Kelompok Gaya Komando dan Gaya Resiprokal Sebelum masing–masing kelompok mendapat perlakuan, diadakan perhitungan ststistik dengan menggunakan rumus t-tes. Adapun hasil penghitungan t-tes untuk tes
li
awal kelompok dengan Gaya Komando dan tes awal Gaya Resiprokal adalah 1,8708286 lebih kecil dari ttabel sebesar 2,010, yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tes awal hasil kemampuan shooting bola basket pada kedua kelompok penelitian. 2. Analisis Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok Gaya Komando Setelah masing–masing kelompok mendapat perlakuan, selanjutnya untuk membuktikan perubahan diadakan perhitungan ststistik dengan menggu-nakan rumus ttes. Adapun hasil penghitungan t-tes untuk tes awal dan tes akhir pada kelompok dengan Gaya komando sebesar 4,516254 lebih besar dari ttabel sebesar 2,010, yang berarti tolak hipotesis nol. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tes awal dan tes akhir kemampuan shooting bola basket. Secara Statistik peningkatan kemampuan shooting bola basket dengan Gaya Komando sebesar 30,952 %.
3. Analisi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok dengan Gaya Resiprokal Hasil penghitungan statistik untuk tes awal dan tes akhir kelompok Gaya resiprokal sebesar 9,7273166 lebih besar dari ttabel sebesar 2,010, yang berarti menolak hipotesis nol. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tes awal dan tes akhir kemampuan shooting bola basket. Peningkatan kemampuan shooting bola basket dengan Gaya resiprokal sebesar 71,794871 %.
4. Analisis Data Tes Akhir Gaya Komando dan Gaya Resiprokal. Hasil tes akhir setelah diadakan perlakuan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui perbedaan efek dari perlakuan tersebut. Selanjutnya untuk perbedaan peningkatan kemampuan shooting resiprokal,
dapat
diketahui
bola basket, antara Gaya Komando
dengan
melakukan
perhitungan
dan Gaya
statistik
dengan
menggunakan rumus t-tes. Adapun hasil penghitungan t-tes untuk tes akhir pada kelompok Gaya Komando dan Gaya resiprokal sebesar 2,566755, lebih besar dari ttabel sebesar 2,010, yang berarti menolak hipotesis nol. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan shooting bola basket pada kelompok dengan Gaya Komando
dan Gaya Resiprokal. Hasil pengujian hipotesis pertama,
lii
menunjukkan bahwa hipotesis terbukti kebenarannya, hal ini berarti teori yang telah dikemukakan dapat dibuktikan melalui penelitian ini.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI,SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagi berikut : 3. Ada perbedaan kesesuaian gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap kemampuan shooting bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010, karena nilai thitung yang diperoleh sebesar 2,566755 , lebih besar dari ttabel sebesar 2,010. 4. Gaya mengajar resiprokal lebih sesuai daripada gaya mengajar komando
terhadap
peningkatan kemampuan shooting bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun
2010, karena rata-rata peningkatan secara
matematika yaitu persentasenya peningkatan gaya mengajar resiprokal
lebih baik
daripada gaya komando, yaitu gaya resiprokal 71,794 % dan gaya komando 30,952 %.
Implikasi
liii
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kemampuan shooting dengan gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal keduanya mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kemampuan shooting bola basket. Implikasi yang diberikan bahwa dalam meningkatkan kemampuan shooting bola basket, guru dapat menggunakan gaya mengajar resiprokal, sehingga hal tersebut menjadi dasar bagi guru untuk meningkatkan kemampuan shooting bola basket.
Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan. Maka guru/pengajar, Khususnya di SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri, disarankan hal-hal sebagi berikut : Dalam pembelajaran kemampuan shooting bola basket hendaknya
guru/pengajar
menggunakan gaya mengajar yang sesuai dan dapat digunakan untuk pembelajaran shooting bola basket secara maksimal. Penggunaan gaya mengajar yang tepat ternyata sangat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan
shooting
bola basket, gaya mengajar komando dan gaya mengajar
resiprokal ternyata sesuai dengan karakteristik siswa SMP lebih berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa. Untuk meningkatkan kemampuan shooting
bola basket hendaknya guru/pengajar
menggunakan gaya mengajar resiprokal, karena berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan gaya mengajar resiprokal mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan shooting bola basket.
liv
DAFTAR PUSTAKA
FIBA. 1991. Official Basketball Rules. Terjemahan PB. Perbasi. Jakarta : KONI. Hall Wissel. 1996. Bola Basket. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. Husdarta & Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Depdiknas. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Imam Sodikun. 1992. Olahraga Pilihan Bola Basket. Jakarta : Depdikbud, Dirjendikti, PPTK. Johnson Barry L & Nelson Jack K. 1986. Practical Measurent ForEvaluation In Physical Education. Burgess Publishing Company Minneapolis Minnesota. Muska Mosston 1994. Teaching Physical Education. Macmillan College Publishing Company. New York. Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori Dan Metode. Jakarta : Dekdikbud. Ditjendikti. _________. 2000. Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Jakarta : Depdiknas. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sugiyanto dan Sudjarwo. 1991. Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta : Depdikbud. Proyek peningkatan mutu guru SD setara D2 Soebagio Hartoko. 1994. T dan P Bola Basket I. Surakarta : FKIP UNS. Soemanto Y. 1990. Interaksi Belajar Mengajar. Surakarta : FKIP UNS. Soenaryo Basuki. 1994. Atletik. Surakarta. UNS Press. Sudjana. 2001. Metode statistika. Bandung : Tarsito Sudjarwo. 1997. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta: UNS Press. Sutrisno Hadi. 1988. Statistik Jilid 3. Yogyakarta : Andi Offset. Sugiyanto. 1993. Belajar Gerak I. Surakarta : UNS Press
lv
. 1995. Metodologi Penelitian. Surakarta : UNS Press.
________1998 Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta : Depdikbud. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II Widodo J Pudjiraharjo, dkk. 1993. Metode Penelitian dan Statistik Terapan. Surabaya. Airlangga University Press. Jon Oliver. 2004. dasar-dasar permainan bolabasket. Bandung : Pakar Raya Mulyono
Biyakto Atmojo. 1992. Tes dan Pengukuran Jasmani/Olahraga.Surakarta. UNS Press
lvi
Dalam
Pendidikan
lvii