Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
IMPLEMENTASI PENGALIHAN PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) KE DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA PONTIANAK Oleh: DEBBIE YUARI SIALLAGAN NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak, 2015 Email:
[email protected]
ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih adanya potensi Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang belum tergali dan belum adanya pendataan ulang terhadap objek pajak. Permasalahan lain adalah tidak efektifnya pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 6 tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kota Pontianak. Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana pemerintah Daerah Kota Pontianak telah mengimplementasikan Peraturan tersebut, sehingga peneliti dapat mengetahui penyebab potensi BPHTB tidak tergali oleh Pemerintah Daerah Kota Pontianak. Implementasi Pengalihan Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Kota Pontianak cukup menarik untuk diteliti mengingat besarnya Potensi BPHTB di kota Pontianak. Dalam upaya menilai keberhasilan implementasi Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 6 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kota Pontianak peneliti menggunakan teori Van Meter dan Van Horn dengan 6 variabel yaitu, Ukuran dan Tujuan kebijakan dalam Implementasi, Sumberdaya dalam Implementasi, Karakteristik Agen Pelaksana dalam Implementasi, Sikap/Kecendrungan Para Pelaksana dalam Implementasi, Komunikasi antar Organisasi dalam Implementasi dan Lingkungan Ekonomi, social dan Politik dalam Implementasi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi peraturan daerah No 6 tahun 2010 tentang pajak daerah kota Pontianak kurang berjalan efektif. Standar atau ukuran kebijakan belum sepenuhnya di jalankan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak. Sumberdaya manusia pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak belum memadai dalam aspek kulitas dan kuantitas. Standart Oprasional Prosedur belum dijalankan dengan baik. Sikap para pelaksana yaitu Dispenda kurang memberikan sanksi kepada wajib pajak yang berbuat curang dan Kurangnya koordinasi antar pihak-pihak terkait. Saran dari penelitian ini adalah kepada wajib pajak agar mengurus pajak BPHTB baiknya dilakukan sendiri tidak perlu bantuan notaries dan Dinas Pendapatan Daerah seharusnya melakukan pendataan ulang objek pajak. Kata-kata Kunci: Implementasi Pengalihan Pemungutan, BPHTB, dan Pajak.
1 DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
ABSTRACT The problem in this research is still the potential for Tax on Acquisition of Land and Building (BPHTB) untapped and there is no data collection of the tax. Another problem is the ineffective implementation of Pontianak City Regional Regulation No. 6 of 2010 on Local Taxes Pontianak. Thesis writing is intended to determine the extent of the Regional Government of Pontianak City has implemented the regulation, so that researchers can determine the cause potential BPHTB not explored by the Regional Government of Pontianak City. Implementation of Acquisition Fee Collection Transfer of Land and Building (BPHTB) in Pontianak is quite interesting to study by considering the enormous potential of BPHTB in Pontianak. In efforts to assess the success of the implementation of Pontianak City Regional Regulation No. 6 Year 2010 on Regional Taxes Pontianak City of researchers using the theory of Van Meter and Van Horn by 6 variables, namely, size and purpose of policy implementation, Resources in the implementation, Characteristics Agent Managing the Implementation, attitude / tendency of the executive in the implementation, communication between organizations in Implementation and Environmental Economics, Social and Political in implementation. This research uses descriptive research with a qualitative approach. Results from this study indicate that the implementation of local regulations No. 6 of 2010 on local taxes the town of Pontianak less effective. Standard or policy measures have not been fully run by the Regional Revenue Office of Pontianak. Human resources’ Regional Revenue Office of Pontianak inadequate in quantity and quality of their aspects. Standard Operational Procedures have not been carried out. The attitude of the implementers in other word the revenue less impose sanctions on taxpayers who cheat and the lack of coordination among the relevant parties. Suggestions of this study was to taxpayers in order to take care of the good done BPHTB tax itself does not need the help of the notary and the Department of Revenue should perform data collection tax. Keywords: Implementation Transfer of polling, BPHTB, and Tax.
2 DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pajak yang tentunya akan meningkatkan
PENDAHULUAN
jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pelaksanaan pengalihan BPHTB
Latar Belakang Masalah Pajak adalah iuran rakyat kepada
dari pajak pusat menjadi pajak daerah telah
kas negara berdasarkan undang-undang
berjalan lebih dari 3 (tiga) tahun, Tujuan
sehingga dapat dipaksakan dengan tiada
dari pengalihan tersebut adalah untuk
mendapat balas jasa secara langsung. Pajak
memperbaiki sistem pemungutan pajak
dipungut penguasa berdasarkan norma-
juga untuk meningkatkan Pendapatan Asli
norma
biaya
Daerah (PAD) Selain itu, pengalihan ini
produksi barang-barang dan jasa kolektif
untuk meningkatkan efektivitas sistem
untuk mencapai kesejahteraan umum. Di
pengawasan dimana sebagian besar daerah
kota
sudah
hukum
untuk
Pontianak
menutup
yang
mengelola
melakukan
pemungutan
sejak
pembayaran pajak adalah dinas pendapatan
tanggal 1 Januari 2011. Sebagaimana
daerah
halnya dengan pajak daerah lainnya,
(DISPENDA)
Dasar
pengelolaan
kota
pontianak.
pendapatan
daerah
pemungutan
BPHTB
hanya
dapat
adalah undang-undang nomor 28 tahun
dilakukan setelah adanya Peraturan Daerah
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
(Perda). Perda tentang BPHTB merupakan
Daerah.
dasar hukum yang mengatur kebijakan
Terbitnya Undang-Undang No 28
BPHTB di suatu daerah yang mencakup
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
objek, subjek dan wajib pajak, tarif, dasar
Retribusi
pengenaan,
Daerah
Pemerintah
Daerah
dan
ketentuan
lain
yang
diberikan kewenangan yang besar dalam
diperlukan untuk pemungutan BPHTB
pemungutan pajak. Di dalam Undang-
sesuai dengan kondisi masyarakat dan
undang No 28 tahun 2009 ini terdapat
karakteristik daerah masing-masing.
empat jenis pajak yang dialihkan ke
Untuk mendapatkan pengelolaan
Pemerintah Daerah salah satunya adalah
pajak yang maksimal, diperlukan suatu
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
program
Bangunan (BPHTB) yang sebelumnya
Pontianak. Dasar dari program tersebut
menjadi wewenang Pemerintah pusat.
diatur dalam peraturan pemerintah daerah
pemerintah
daerah
kota
Pelimpahan Bea Perolehan Hak
nomor 6 tahun 2010 tentang pajak daerah
Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
kota Pontianak. Peraturan daerah nomor 6
menjadi pajak daerah sangat berdampak
tahun 2010 tentang pajak daerah kota
baik bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
pontianak adalah peraturan yang mengatur
Karena akan menambah jumlah objek
tentang pajak di kota Pontianak khususnya 3
DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
hanya potensi dari perumahan saja belum
Bangunan.
diberlakukannya
diketahuinya potensi jual beli, hibah, tukar
peraturan tersebut setiap warga yang
menukar, waris dan lain-lain. Berikut data
memiliki hak atas tanah dan bangunan
yang diperoleh peneliti potensi pendapatan
wajib membayar Bea Perolehan Hak Atas
BPHTB perumahan di kota Pontianak.
Sejalan
Tanah dan Bangunan setiap pergantian kepemilikan.
Berdasarkan data tersebut baiknya pemerintah menggali lebih dalam lagi
Meskipun
target
di
potensi BPHTB mengingat salah satu
Pontianak terealisasi dengan baik di tahun
fungsi di alihkan dari pusat kedaerah agar
2011-201
dan
pendapatan lebih besar lagi dikarenakan
BPHTB
daerah lebih memahami masalah yang ada.
ternyata lebih besar dari realisasinya. Data
Dan berdasarkan data yang diperoleh
diatas
Dinas
menunjukkan bahwa pemerintah daerah
Pendapatan Daerah Kota Pontianak Dapat
belum mendata ulang potensi sehingga
menaikkan
pemerintah
setelah
menjumlahkan
BPHTB
didata
potensinya
menunjukkan
Target
bahwa
Pajak
BPHTB
belum
mengetahui
bahwa
dikarenakan setiap tahunnya Dispenda
penerimaan BPHTB targetnya bisa lebih
menentukan target yang sama.
Untuk
besar lagi. Keberhasilan implementasi dari
meningkatkan pendapatan asli daerah kota
suatu kebijakan pemerintah kota Pontianak
Pontianak Dispenda harus mendata ulang
tergantung
objek pajak yang sebenarnya sehingga
implementor kebijakan yang mana dalam
dapat menentukan target pajak yang benar
hal ini dijalankan oleh Dinas Pendapatan
dan dapat meningkatkan pendapatan asli
Daerah Kota Pontianak. Apabila program
daerah kota Pontianak. Seperti yang sudah
kebijakan pemerintah yang telah disusul
peneliti dapat potensi pajak BPHTB Pada
tidak di implementasikan dengan baik
tahun 2012 sebesar Rp.64,6 Milyar, tahun
maka
2013 sebesar Rp.63,7 Milyar dan tahun
kebijakan tersebut tidak akan sampai
2014 sebesar Rp.68,6 Milyar. Potensi
dengan
BPHTB ini diperoleh yaitu luas tanah
pembuat kebijakan. Proses implementasi
dikali Rp. 1.000.000 permeter persegi dan
kebijakan
bangunan dikali Rp. 3.000.000 per meter
dilaksanakan
persegi
dengan
pemerintah saja melainkan antar lembaga.
NPOP-TKP ( Nilai Perolehan Objek Pajak
Lembaga-lembaga tersebut mengupayakan
Tidak Kena Pajak) yaitu Rp.60.000.000
dan menata sumber daya manusia dan unit-
kemudian di kali 5 persen. Berikut ini
unit yang mengarah pada upaya menjadi
kemudian
dikurangi
pada
tidak
tingkat
menutup
tujuan
yang
tersebut oleh
kinerja
kemungkinan
diinginkan
bukan satu
oleh
hanya lembaga
4 DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
hasil sesuai dengan tujuan dari kebijakan
persoalan, dapat diartikan secara umum
tersebut.
sebagai suatu kebijakan.
a) Implementasi Kebijakan Publik Implementasi kebijakan merupakan
KAJIAN TEORI
suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan
A. Kebijakan Publik James Anderson (dalam Agustino,
dari
suatu
kebijakan.
Sehingga
2008:7) memberi pengertian kebijakan
Implementasi kebijakan selalu menarik
publik sebagai serangkaian kegiatan yang
dibicarakan dan untuk dikaji, baik oleh
mempunyai maksud dan tujuan tertentu
pihak
yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang
perumusan dan pelaksanaan kebijakan
aktor
maupun pihak-pihak yang berada diluar
atau
sekelompok
aktor
yang
berhubungan dengan suatu permasalahan
yang
terlibat
dalam
proses
lingkungan kebijakan
atau suatu hal yang diperhatikan. Menurut
Van Meter dan Van Horn (dalam
Jones (1991:46) kebijakan publik adalah
winarno, 2008 : 146) mengemukakan “
keputusan tetap yang dirincikan oleh
Implementasi kebijakan sebagai tindakan-
konsistensi
pengulangan
tindakan yang dilakukan individu-individu
(tepetitiveness) tingkah laku dari mereka
(kelompok-kelompok) pemerintah maupun
yang membuat dan yang dari mereka yang
swasta yang diarahkan untuk mencapai
mematuhi keputusan tersebut.
tujuan –tujuan yang telah ditetapkan dalam
dan
David
Easton
(dalam
Islamy,
1992:19), bahwa kebijakan publik hanya
keputusan-keputusan
kebijakan
sebelumnya”.
pemerintah yang syah berbuat secara
Ada 6 variabel menurut Van Meter
sesuatu pada masyarakat dan pilihan
dan Van Horn (dalam Agustino, 2008:
pemerintah untuk melakukan sesuatu atau
142). Menurut Meter dan Horn, ada 6
tidak melakukan sesuatutersebut dirupakan
variabel
dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai
implementasi, yakni :
pada masyarakat. Hal ini mengandung makna
bahwa
yang
mempengaruhi
kinerja
1) Ukuran dan Tujuan Kebijakan.
bahwa
rencana
Kinerja impelementasi kebijakan
ataupun
sebagai
dapat diukur tingkat keberhasilannya jika
keputusan lain yang dikeluarkan suatu
dan hanya jika ukuran dan tujuan dari
sistem administrasi untuk mencapai suatu
kebijakan memang realistis dengan sosiao-
tujuan
kultur yang mengada dilevel pelaksana
program,proyek,
atau
untuk
mengatasi
suatu
5 DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
kebijakan.
Ketika
menjadi
kucuran dana berjalan dengan baik, tetapi
kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu
terbentur persoalan waktu yang terlalu
ideal
ketat, maka hal itu pin dapat menjadi
(bahkan
ukuran
terlalu
utopis)
untuk
dilaksanakan dilevel warga, maka agak
bagian
sulit memang merealisasikan kebijakan
kebijakan.
publik hingga titik yang dikatakan berhasil.
Pusat
Keberhasilan proses implementasi sangat
tergantung
dari
implementasi
3) Karakteristik Agen Pelakasana
2) Sumberdaya.
kebijakan
ketidakberhasilan
pelaksana
perhatian
meliputi
pada
agen
organiasi-organisasi
formaldan organisasi informal yang akan
kemampuan memanfaatkan sumberdaya
terlibat
yang terpenting dalam menentukan suatu
publik. Hal ini sangat penting karena
keberhasilan proses implementasi. Tahap-
kinerja
tahap tertentu dari keseluruhan proses
sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri
implementasi menurut adanya sumberdaya
yang tepat serta para agen pelakasananya.
manusia yang berkualitas sesuai dengan
Misalnya, implementasi kebijakan publik
pekerjaan
oleh
yang berusaha untuk merubah perilaku
kebijakan yang telah ditetapkan secara
atau tindaklaku manusia secara radikal,
apolitik. Tetapi ketika kompetensi dan
maka
kapabilitas dari sumber-sumbernya itu
berkarakteristik keras dan ketat kepada
nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat
aturan serta sanksi hukum. Sedangkan bila
sulit untuk diharapkan.
kebijakan
yang
diisyaratkan
pengimplementasian
implementasi
agen
kebijakan
pelaksana
publik
kebijakan
itu
itu
tidak
akan
haruslah
merubah
Tetapi diluar sumberdaya manusia,
perilaku dasar manusia, maka dapat saja
sumberdaya-sumberdaya lain yang perlu
agen pelaksana diturunkan tidak sekeras
diperhitungkan juga, ialah : sumberdaya
dan tidak setegas pada gambaran yang
finansial dan sumberdaya waktu. Karena,
pertama.
mau tidak ma]u ketika sumberdaya yang
Selain itu, cankupan atau luas
tidak berkompeten dan kapabel telah
wilayah memperhitungkan implementasi
tersedia sedangkan kucuran dana melalui
kebijakan
perlu
anggaran tidak tersedia, maka memang
manakala
hendak
menjadi
pelaksana.
persoalan
pelik
untuk
juga
diperhitungkan
menentukan
Semakin
luas
agen
cangkuoan
merealisaisikan apa yang hendak dituju
implmentas kebijakan, maka seharusnya
oleh tujuan kebijakan publik. demikian
semakin luas pula agen yang dilibatkan.
pula dengan halnya sumberdaya waktu. Saat sumberdaya manusia giat bekerja dan
4) Sikap
/
kecendrungan
(Dispotition) para Pelaksana. 6
DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Sikap penerimaan atau penolakan
biang
keladi
dari
kegagakan
kinerja
dari agen pelaksana akan sangat banyak
implementasi kebijakan. Karena itu untuk
mempengaruhi keberhasialan atau tidaknya
mengimplementasikan kebijakan publik
kinerja impelementasi kebijakan publik.
harus pula memperhatiakan kekondusifan
hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena
kondisi lingkungan eksternal.
kebijakan yang dilaksanakan bukanlah
6) Lingkungan
hasil formulasi warga setempat yang
dan Politik.
mengenal
Hal
betul
persoalan
dan
Ekonomi,
terakhir
diperhatikan
kebijakan yang implementor pelaksana
implementasi publik dalam perseperktif
ialah kebijakan dari atas (top down) yang
yang ditawarkan oleh Van Meter dan Van
sangat
bilan
Horn adalah, sejauh mana lingkungan
pernah
mengetahui
eksternal turut mendorong keberhasilan
mampu
menyentuh)
kebijakan kebijakan publik yang telah
kebutuhan, keinginan, atau permasalahan
ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi,
yang warga ingin selesaikan.
politik yang tidak kondusif dapat menjadi
keputusan (bahkan
para
tidak tidak
pengam
5) Komuikasi Antarorganisasi dan
biang
keladi
dari
menilai
perlu
permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi
mungkin
guna
yang
Sosial,
kegagakan
kinerja
kinerja
Aktifitas Pelaksana.
implementasi kebijakan. Karena itu untuk
Koordinasi merupakan mekanisme
mengimplementasikan kebijakan publik
yang ampuh dalam implementasi kebijakan
harus pula memperhatiakan kekondusifan
publik. Semakin baik koordinasi diantara
kondisi lingkungan eksternal.
pihak-pihak yang terlibat daalam suatu proses implementasi, maka asumsinya
B. Bagan Alur Pikir Penelitian
kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan , begitu pula sebaliknya. Hal diperhatikan
terakhir guna
yang menilai
perlu kinerja
implementasi publik dalam perseperktif
Untuk dalam
memperjelas
penelitian
dipaparkan
ini,
paradigma
alur
pikir
berikut
akan
atau
model
penelitian dalam gambar berikut:
yang ditawarkan oleh Van Meter dan Van Horn adalah, sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, politik yang tidak kondusif dapat menjadi 7 DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Alur Pikir Penelitian Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 6 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah
Penelitian
ini
penelitian
deskriptif
menggambarkan
menggunakan dengan
atau
jenis tujuan
mendeskripsikan
berbagai kondisi situasi dan berbagai fenomena realitas sosial. Masalah: 1. 2.
Berdasarkan permasalahan diatas
Masih adanya potensi BPHTB yang belum tergali. Belum adanya pendataan ulang terhadap objek pajak
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.
Menurut
Meolong
(2009:6)
metode penelitian kualitatif, penelitian yang untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitaian
Teori Van Meter Van Horn (Leo Agustino) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
misalnya perilaku, presepsi, motivaisi,
Ukuran dan tujuan kebijakan Sumberdaya Karakteristik agen pelaksana Sikap/kecenderungan para pelaksana Komunikasi antar organisasi dan aktifitas pelaksana Lingkungan ekonomi, sosial dan politik
tindakan dll. Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dikarenakan peneliti ingin benar-benar mencari fakta dari permasalahan pajak BPHTB dan peneliti ingin menjelaskan kondisi atau fakta-fakta yang terjadi dilapangan.
Implementasi kebijakan BPHTB dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu mengingkatnya PAD Kota Pontianak
PEMBAHASAN
A. Ukuran dan Tujuan Kebijakan METODE PENELITIAN Berkenaan dengan SOP dalam Dalam Implementasi
usaha
mendeskripsikan
Pengalihan
pemungutan BPHTB di Kota Pontianak,
Pemungutan
telah ditetapkan SOP pelayanan pajak
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
BPHTB yang didasarkan atas Peraturan
Bangunan (BPHTB) ke Daerah Dalam
Daerah Kota Pontianak Nomor 6 Tahun
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
2010 tentang Pajak Daerah dan Perwako
(PAD) Di Kota Pontianak maka penelitian
Pontianak Nomor 40 Tahun 2011 tentang
ini dilakukan dengan jenis penelitian
Sistem dan Prosedur Pemungutan Bea
deskriptif.
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Usaha
pendeskripsian
ini
dilakukan melalui pendekatan kualitatif.
di Kota Pontianak. 8
DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Mengenai
ukuran
dan
tujuan
Namun ketika peneliti menanyakan
kebijakan peneliti menanyakan mengenai
cara perhitungan untuk pengurangan bagi
isi kebijakan pada peraturan daerah No. 6
warga yang tidak mampu Ibu Arwani tidak
tahun 2010 tentang pajak daerah kota
memberitahu cara perhitungannya dengan
pontianak tersebut yaitu mengenai SOP
alasan menjaga kerahasiaan yang Dispenda
(Standart Oprasional Prosedur) pada Dinas
miliki.
Pendapatan Daerah Kota Pontianak. Untuk mengetahui
bagaimana
SOP
tersebut
Kemudian peneliti mengkonfirmasi hal tersebut kepada Pihak BPN yaitu bapak
dijalankan peneliti mewawancarai ibu
Mur’ie beliau mengatakan:
Arwani
“Dispenda
Kepada
penetapan
dan
bidang piutang.
pendaftaran, Dan
berikut
kutipan wawancara Beliau:
mereka
saja
menentukan tarif BPHTB, banyak juga
tentang tariff BPHTB”
Daerah sudah menjalankan SOP dengan sesuai
seenak
masyarakat yang mengeluh kepada kami
“Selama ini pihak Dinas Pendapatan
baik
itu
dengan
Dari
hasil
wawancara
tersebut
menjalankan
dapat dilihat bahwa dalam menjalankan
Peraturan daerah No.6 Tahun 2010
ukuran dan tujuan kebijakan pemungutam
tentang pajak daerah kota Pontianak”.
BPHTB
Kemudian bagaimana
peneliti
pihak
menanyakan
belum
benar-benar
dijalanan dengan baik. Hal tersebut dapat
dalam
dilihat dari pernyataan bapak Mur’ie dari
menghitung pajak BPHTB apakah sesuai
pihak BPN yang mengatakan bahwa pihak
dengan SOP dalm perda tersebut. Dan ibu
Dispenda seenaknya menentukan tarif
Arwani mengatakan:
pajak BPHTB dan dari pernyataan ibu
“Pihak Dispenda selama ini mengitung
Arwani yang tidak bersedia menjelaskan
tarif BPHTB yang akan dibayar oleh wajib
cara
pajak yaitu dengan cara Nilai Perolehan
BPHTB bagi masyarakat yang kurang
Objek Pajak (NPOP) dikurangi Nilai
mampu. Hal tersebut akan berpotensi
Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak
menyimpang
(NPOPTKP) dan dikali 5 persen. Namun
ditetapkan pemerintah. Hal ini seharusnya
selama
yang
tidak boleh dilakukan oleh pihak Dispenda
menemui saya untuk mengurangi tarif
karena pendapatan pajak BPHTB yang
BPHTB
mampu
seharusnya tinggi karena hal tersebut
membayarnya. Dan banyak alasan-alasan
pendapatan pajak BPHTB rendah. Karena
lain yang berikan kepada saya dan kami
sifat pajak adalah memaksa dan perlunya
menurutinya”
keadilan dalam pemungutan pajak BPHTB
ini
banyak
dikarenakan
Dispenda
tersebut
masyarakat
tidak
perhitungan
dari
pengurangan
SOP
yang
tarif
sudah
9 DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
ini dapat membuat masyarakat merasa adil
prasarana yang dimiliki oleh Dispenda
dan mampu berusaha membayarnya. Dan
dalam melaksanakan Perda No. 6 Tahun
sebagai implementor Dispenda seharusnya
2010 tersebut. Dan beliau mengatakan
menjalankan pemungutan pajak sesuai
bahwa:
dengan peraturan yang telah ditetapkan.
“Dinas
Dalam hal ini Dispenda belum bisa
Pontianak kurang memiliki sarana dan
dikatakan menjalankan standar atau ukuran
prasarana
kebijakan dengan baik dan benar. Dari hal
menjalankan tugas dan karena hal ini
tersebut juga dapat dilihat bahwa tujuan
mengahambat kami dalam pelaksanaan
dari pengalihan BPHTB belum terpenuhi.
kerja khususnya para pegawai peninjau
Pendapatan
yang
lapangan
Daerah
memadai
yaitu
belum
Kota
dalam
tersedianya
kendaraan oprasional”.
B. Sumberdaya Berdasarkan
hasil
wawancara
Tidak hanya sumberdaya manusia
penulis lakukan terhadap ibu Arwani
saja
selaku Kabid pendaftaran, penetapan dan
peneliti
tanyakan
tetapi
mengenai
sumber
finansial
dan
piutang, mengatakan bahwa” kesiapan
sumberdaya
waktu
SDM Dinas Pendapatan Daerah Kota
pendukung untuk menjalankan kebijakan
Pontianak
tersebut Beliau mengatakan”
dalam
hal
mempersiapkan
yang
juga
salah
satu
pemungutan BPHTB sebagai pajak daerah
“tidak adanya masalah dalam sumberdaya
dari segi kuantitas
finansial
belum mencukupi,
dalam
mengimplementasikan
dikarenakan Dispenda masih kekurangan
kebijakan tersebut karena sumber dana
pegawai dalam bagian penijauan lapangan
telah di anggarkan dalam APBD Kota
untuk memastikan luas lahan yang akan
Pontianak sesuai dengan kebutuhan. Hal
diukur dan dari segi kualitas beliau
tersebut sama dengan sumberdaya waktu
mengatakan bahwa pegawai Dispenda
ia mengatakan tidak mengalami kendala
yaitu kurang mengikut sertakan para
karena waktu yang ditentukan cukup
pegawai Dispenda pada diklat-diklat yang
lama”
dilaksanakan
oleh
Direktorat
Jenderal
Berkenaan
dengan
dukungan
Pajak Kementerian Keuangan Republik
fasilitas kerja yang dimiliki oleh Dispenda
Indonesia.
Kota
Setelah
mengetahui
Pontianak
dalam
melaksanakan
mengenai
pengelolaan BPHTB berdasarkan hasil
kualitas dan kuantitas Sumberdaya di
penelitian menunjukkan bahwa Dispenda
Dispenda peneliti menanyakan mengenai
Kota
dukungan fasilitas kerja yaitu sarana dan
keterbatasan
Pontianak sarana
masih
memiliki
dan
prasarana, 10
DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
sehingga menghambat pelaksanaan kerja
pajak BPHTB ini karena masyarakat atau
pengelolaan BPHTB,
wajib pajak 70 persen menggunakan jasa
apalagi
BPHTB
merupkan pajak baru yang diserahkan
Notaris/PPAT
kepada daerah. Sarana dan prasarana
membayar pajak BPHTB ini. Hal ini
tersebut antara lain adalah perangkat
dikatakan
komputer
operasional
wawancara beliau mengatakan wajib pajak
petugas. Perangkat computer sudah cukup
seharusnya menjalankan sistem ini agar
tersedia, namun kendaraan operasional
semuanya berjalan dengan lancar. Selama
bagi petugas peninjau lapangan kurang
ini pajak BPHTB ini 70 persennya
tersedia.
dibayarkan oleh Notaris. Kami sudah
dan
kendaraan
dalam
ibu
menghitung
Arwani
dan
berdasarkan
menghimbau agar wajib pajak dapat mengurusnya tetapi masih saja itu terjadi
C. Karakteristik Agen Pelaksana Peneliti
menanyakan
mengenai
sruktur birokrasi antar agen pelaksana yaitu
Dispenda,BPN,
kelurahan
sehingga banyaknya tindak kecurangan yang dilakukan Notaris.
dan
Hal tersebut langsung dikonfirmasi
Notaris/PPAT. Dalam hal pemungutan
oleh ibu Notaris Ratna Helena Purba beliau
BPHTB dijalankan sesuaia dengan sistem
mengatakan bahwa:
assessment, apakah dalam menjalankan
“selama saya menjadi notaris sering
sistem ini ada beberapa tahapan-tahapan
saya dengar hal itu, banyak notaris/PPAT
yang tidak dijalankan, kemudian ibu
yang
Arwani mengatakan bahwa:
tersebut. Tetapi saya selama ini sebagai
“Dalam menjalankan sistem ini ada
Notaris tidak pernah melakukannya.”
melakukan
tindak
kecurangan
kendala yang kami hadapi, sistem ini menjelaskan pajak
bahwa
dibutuhkan
dalam
membayar
partisipasi
D. Sikap/Kecendrungan
wajib
Para
Pelaksana
pajaknya langsung untuk membayar, tetapi
Berdasarkan hasil wawancara yang
selama ini 70 persen yang membayarnya
penulis
adalah Notaris/PPAT. Dan itu dapat
kebijakan
menghambat kami karena adanya tindak
merasakan kesulitan dikarenakan selama
kecurangan yang dilakukan mereka dalam
ini tidak pernah mendapatkan pembekalan
hal nilai objek pajak sehingga kecilnya
atau
tariff yang akan dibayar”.
mengimplentasikan
Setelah adanya sistem ini Dispenda masih kesulitan dalam hal pemungutan
mereka
lakukan
bahwa
pelaksana
atau
pegawai
Dispenda
pelatihan-pelatihan
kurang
tentang
kebijakan
BPHTB,
memahami
langkah-
langkah apa yang hendak dilaksanakan 11
DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
bahkan ada yang melakukan tetapi tidak
permasalahan ini dengan memberikan
sesuai dengan tujuannya, ini dikarenakan
pelatihan-pelatihan kepada pegawai yang
kurangnya persiapan atau pelatihan yang
melakukan
dilakukan. Bahkan banyak para pelaksana
Pentingnya pelatihan yang diberikan akan
kebijakan
membawa
penijau
khususnya pegawai bagian lapangan
manfaat
kebijakan.
kepada
pelaksana
mendapat
kebijakan agar para pelaksana siap ketika
penolakan dari masyarakat yang di suvei
dilapangan. Penolakan yang dilakukan oleh
oleh pegawai Dispenda dikarenakan tidak
masyarakat seharusnya bisa ditangani dan
sesuai dengan apa yang dilaporkan. Begitu
melibatkan satuan polisi pamong praja
juga dengan pegawai Dispenda yang
ketika dilapangan guna melindungi para
bekerja di bagian pelayanan pembayaran
pelaksana yaitu pegawai Dispenda ketika
BPHTB banyak yang mengeluh bahkan
survei lapangan. Selain itu Dispenda harus
tidak segan-segan marah kepada petugas
memiliki sikap yang tegas dan memberi
pelayanan karna mahalnya pajak yang
sangsi kepada PPAT apabila ditemukannya
dibayar.
kecurangan data yang dilakukan dan tidak
Tantangan
yang
pelaksana
yang
didapat
oleh
sesuai dengan apa yang ada dilapangan.
Dispenda sebagai pelaksana kebijakan ternyata bukan dari penolakan warga saja
E. Komunikasi Antar Organisasi
tetapi dari notaris/PPAT juga. Hal ini
Berdasarkan hasil wawancara yang
langsung dikonfirmasi oleh ibu arwani
penulis lakukan dengan salah satu pejabat
bahwa adanya kecurangan yang dilakukan
Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak
oleh Notaris/PPAT dalam menentukan
yang saat ini menjabat sebagai Kabid
nilai jual beli tanah atau banguanan
pendaftaran, penetapan dan piutang yaitu
sehingga
ibu Arwani, M.Si
Dispenda
kesulitan
dalam
mengatakan bahwa
menentukan harga pajak BPHTB yang
Komunikasi kepada Pejabat Pembuat Akta
harus dibayar karena merasa tidak sesuai
Tanah
dengan nilai yang sebenarnya. Ibu arwani
dikarenakan wajib pajak yang membayar
menegaskan bahwa tidak adanya sangsi
atau
yang diberikan Dispenda kepada wajib
menggunakan jasa notaris/PPAT, namun
pajak maupun PPAT yang melakukan
ketika saya mewawancarai lebih dalam
kecurangan tersebut.
mengenai ketaatan dalam membayar pajak
Kepala Dispenda Kota Pontianak
(PPAT)
mengurus
permainan
melakukan
Notaris/PPAT
menanggulangi
BPHTB
maksimal
70
persen
beliau mengatakan sering terjadi adanya
dalam hal ini harus sesegera mungkin upaya
kurang
yang
dilakukan
dengan
wajib
oleh pajak 12
DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
mengenai
harga
Objek
Pajak,
yang
Berdasarkan
temuan
dilapangan
dimaksud adanya permainan itu adalah
tersebut, terdapat koordinasi yang kurang
tidak sesuainya harga Jual beli dengan
tepat dan kurang memahami tugas dan
yang sebenarnya agar wajib pajak tidak
fungsi masing-masing karena seharusnya
terlalu besar membayar Pajak BPHTB.
tugas dan fungsi BPN yang
Setelah penulis menanyakan komunikasi
survei dilapangan mengenai ukuran untuk
Dispenda dengan Notaris, penulis juga
mengetahui
menayakan komunikasi dengan Kelurahan
Dispenda yang melaksanakan karena sudah
yaitu Kelurahan Siantan Hilir Kecamatan
jelas salah satu tugas fungsi BPN untuk
Pontianak
Utara
melaksanakan
Pontianak
Utara
karena
Kecamatan
memiliki
Potensi
luas
lahan
survei
Pontianak
ibu Arwani pihak Dispenda tidak pernah
melakukan
upaya
berkoordinasi
permasalahan
ini
Pihak
bukan
dan
pihak
pengukuran
tanah. Dalam hal ini Pemerintah Kota
pendapatan BPHTB lebih besar. Menurut
dengan
melakukan
harus
sesegera
mungkin
menanggulangi
dengan
menegaskan
kelurahan/Kecamatan di kota Pontianak
kembali tugas dan fungsi masing-masing
mengenai
BPHTB
instansi
struktur
Pemungutan BPHTB.
dikarenakan
pemungutan tidak
jelasnya
dalam
mengimplementasikan
komunikasi dalam pemungutan BPHTB sehingga pihak Dispenda merasa tidak perlunya
koordinasi
dengan
pihak
Kelurahan. Hal tersebut dibenarkan oleh
F. Lingkungan
Ekonomi,Sosial
dan
pengawasan
yang
Politik Pentingnya
Kelurahan Siantan Hilir Bapak Pariansyah
dilakukan oleh anggota dewan sangat
yang
bermanfaat agar apa yang dilakukan oleh
menjabat
sebagai
Administrasi
Umum Pemerintahan, beliau mengatakan
eksekutif
bahwa Pihak Dispenda tidak
kebijakan dapat berjalan dengan baik.
pernah
dalam
hal
ini
pelaksana
berkoordinasi dengan kelurahan namun
Adapun pertumbuhan ekonomi kota
ketika saya tanyakan alasannya pihak
Pontianak pada tahun 2011 sebesar 5,39,
kelurahan
tahun 2012
tidak
penyebabnya, namun
mengetahui
apa
sebesar 5,88 tahun 2013
pihak kelurahan
sebesar 6,07 tahun 2014 sebesar 6,91. Dari
meminta agar pihak Dispenda seharusnya
data berikut membuktikan bahwa setiap
berkoordinasi dengan kelurahan sebagai
tahun nya pertumbuhan ekonomi Kota
pemilik wilayah agar tidak menggangu
Pontianak
pelayanan BPHTB.
tersebut
meningkat. dapat
Dan
dari
disimpulkan
data bahwa
kesejahteraan masyarakat kota Pontianak 13 DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
meningkat
dari
tahun
tahun,
pegawai yang sesuai kebutuhan harus
berkurangnya kemiskinan dikota Pontianak
dipersiapkan karena para pegawai tersebut
membuktikan bahwa sedikit demi sedikit
tidak hanya melakukan tugas dikantor
pendapatan masyarakat kota Pontianak
tetapi juga melakukan peninjauan lapangan
meningkat setiap tahunnya oleh karena itu
terhadap potensi BPHTB di kota Pontianak
kemampuan masyarakat kota Pontianak
yang mungkin dapat ditingkatkan dalam
dalam membayar pajak dapat dikatakan
menerapkan
mampu
dari
pemungutan BPHTB. Karakteristik agen
kesejahteraan dan pendapatan masyarakat
pelaksana menunjukan bahwa Dispenda
kota Pontianak.
sudah memiliki kebijakan oprasioanal
dikarenakan
ke
melihat
kebijakan
pengalihan
(SOP) dalam menjalankan pemungutan BPHTB tersebut yang menjadi pedoman bagi para petugas yang menjalankan
KESIMPULAN DAN SARAN
pemungutan BPHTB dan mengenai SOP Dispenda
A. Kesimpulan Implementasi
menentuan
Target
BPHTB
Pengalihan
berdasarkan pertumbuhan ekonomi kota
Pemungutan BPHTB tidak berjalan dengan
Pontianak dan melihat target dari tahun-
baik. Hal tersebut dikarenakan Ukuran dan
tahun sebelumnya. Sikap para pelaksana
tujuan kebijakan pengalihan pemungutan
dalam hal ini sudah menerima pengalihan
BPHTB ke daerah sudah mencapai tujuan
pemungutan BPHTB dari pusat ke daerah,
yang telah ditetapkan. Dan mengenai
selain itu sikap Dispenda kurang tegas
ukuran atau standar
kebijakan pihak
dalam memberi sangsi kepada PPAT atau
Dispenda belum menjalankan sepenuhnya.
wajib pajak yang berbuat curang mengenai
Sumberdaya dalam hal ini Dispenda masih
harga jual beli tanah atau bangunan.
adanya masalah sumberdaya manusia yang
Kurangnya koordinasi antara pihak-pihak
belum
rangka
terkait dengan pelaksanaan pemungutan
melakukan
dan pengelolaan pajak daerah BPHTB
dialihkan
sepeti Dinas Pendapatan Daerah Kota
menjadi pajak Daerah. Untuk melakukan
Pontianak, Badan Pertanahan Nasional,
pengelolaan BPHTB dibutuhkan beberapa
Notaris/PPAT dan Kelurahan. Terbukti
keahlian
pegawai
bahwa Dispenda kurang koordinasi kepada
terutama dalam melakukan aspek kualitas,
PPAT dalam hal nilai pajak yang harus
kuantitas SDM
Dispenda juga harus
dibayar, dan juga Dispenda tidak pernah
tersedia sesuai dengan kebutuhan. Jumlah
berkoordinasi kepada kelurahan di Kota
memadai
mempersiapkan pemungutan
dalam diri
BPHTB
khusus
dari
yang
setiap
14 DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Pontianak
sebagai
pemilik
wilayah.
Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik
yang
telah
ditetapkan
walikota
Pontianak.
dalam hal ini bahwa situasi ekonomi masyarakat kota Pontianak meningkat baik terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi kota
DAFTAR PUSTAKA
Pontianak meningkat begitu juga situasi sosial
dan
politik
masyarakat
kota
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung : Alfabeta.
Pontianak.
Saran-saran 1.
kekurangan yang dirasakan terutama dalam sistem koordinasi yang belum jelas
yang
seharusnya
dilakukan
Dispeda kepada kelurahan. 2.
Buku-buku:
Dinas
Pendapatan
Daerah
Pontianak
menyarankan
masyarakat
kota
mengurus
pajak
Kota kepada
Pontianak BPHTB
untuk baiknya
Badjuri, Abdulkahar. Teguh yuwono. 2003. Kebijakan Publik: konsep dan strategi. Semarang: Universitas Diponegoro Humaidi, S.U. 1993. Mengenal Ilmu Kebijakan Publik. Pasuruan: Garoeda Buana indah. Islamy, Irfan. 1992. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakansana Negara. Jakarta: Bumi Aksara. Moleong Lexy. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Remaja Rosada Karya
dilakukan sendiri tidak perlu bantuan PPAT. 3.
Dinas
Pendapatan
Pontianak
Daerah
seharusnya
Kota
melakukan
Nawawi, Ismail. 2009. Public Policy: Analisis, Strategi Advokasi Teori dan Praktek. Surabaya:CV. Putra Media Nusantara.
pendataan ulang objek pajak karena potensi objek pajak di Kota Pontianak sangat
besar,
maka
dapat
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah kota
Pontianak.
temuan
Dan
dilapangan
Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Bandung : Balai Aksara Pahala, Marihot. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta. PT Raja grafindo persada.
berdasarkan selama
ini
Dispenda yang melakukan survei ke lapangan, hal tersebut telah menyalahi tugas dan fungsi Dispenda karena seharusnya BPN yang melakukan
Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis Dalam Study Kebijakan Publik. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Subarsono, A. G. 2013, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogya: Pustaka pelajar
lebih memahami tugas dan fungsi 15 DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publika, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi . Bandung: Alfabeta ………. . 2011. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Tangkilisan, H.N.S. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi, Yogyakarta: Lukman Offset Widodo, Joko. 2008. Analisis Kebijakan Publik, Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia. Winarno, Budi.2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses, Jakarta : PT. Buku Kita
Peraturan perundang-undangan Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pemerintah Daerah. Peraturan Pemerintah Daerah No. 6 Tahun 2010 tentang Pajak daerah Kota Pontianak.
16 DEBBIE YUARI SIALLAGAN, NIM. E01111007 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN