Modul ke:
Nama Mata Kuliah
Filsafat Manusia Fakultas
Fakultas Psikologi Program Studi
Program Studi www.mercubuana.ac.id
Masyhar MA
HUBUNGAN ANTARSUBJEKTIF DAN HUBUNGAN DENGAN DUNIA INFRAHUMAN Template Modul
FILSAFAT MANUSIA • Membantu para mahasiswa agar semakin memiliki wawasan pengetahuan/pemahaman yang lebih luas, lengkap dan mendalam tentang manusia sebagai misteri dalam ziarah intelektualnya sebagai seorang ilmuwan psikolog.
3
PENDAPAT-PENDAPAT FILOSOFIS • Dua Esktrem (Materialisme, spiritualisme) Kosmos merupakan kumpulan atau sistem substansi-substansi materiil yang ber antar relasi dalam hubungan-hubungan alamiah. Manusia adalah salah satu di antara substansi-substansi itu yang hanya berbeda dari substansi substansi infrahuman secara gradual. Hubungan subjek dengan segala substansi, manusia dan bukanmanusia, bersifat pragmatis dan objektif
Spiritual-Materiil (Subjektivistis: Plato, Agustinus; Objektivistis: Aristoteles, Aquinas, Descartes, Kant). Plato Hubungan manusia dengan manusia adalah pertemuan langsung dari jiwa ke jiwa, melalui bahasa dan tingkah laku. Cinta kasih dan persahabatan hanya merupakan bayangan dari Cinta Utama dan 'Yang Baik'; hanya dibutuhkan manusia sebagai bantuan/alat untuk menjadi diri sendiri. Begitu juga hubungan dengan yang infrahuman. Agustinus: Manusia tidak merasa "at home" dengan dunia infrahuman (termasuk badannya); ia merasa diri di pengasingan, dan ia rindu akan 'dunia rohani’. Cinta kasih dan benci yang terutama terarah kepada manusia lain meng arahkan seluruh kesadaranku, pengertian, dan penghendakan. Hubungan antar- subjektif menjadi contoh pula bagi hubungan dengan yang infrahuman Aristoteles: Tempat penting diberikan kepada 'persahabatan' yang timbal balik akhirnya sebagai syarat mutlak bagi kebaikannya sendiri. Cinta itu berbeda dengan 'kesenangan' atau 'keinginan' akan subitansi-substansi infrahuman Thomas Aquinas: Manusia berbeda secara esensial dari semua substansi-substansi infrahuman, sebab berjiwa spiritual. Namun, relasi manusia dengan manusia lain menurut strukturnya tidak secara esensial berbeda daripada hubungan dengan yang infrahuman. Pemahaman akan sesama digambarkan secara bukan personal, objektif dan 'dalam pelaku ke-3'. Bahkan puncak cintakasih, yaitu "amor amicitiae" (yang tanpa pamrih) berbeda sekali dari ,'amor concupiscentiae" (yang ingin memiliki dan menguasai), itu pun dianalisis secara objektivistis.
Filsafat Modern/Post Kant (Pelopor: Scheler, Buber, Ferdinand Ebner; Personalisme dan Neo-Tomisme; Eksistensialisme: Heidegger, Sartre, Ponty, Levinas, G. Marcel).
Scheler Manusia menemukan 'aku'-nya dalam hubungan dengan manusia lain. Pribadi orang tidak dapat menjadi objek bagi aku, ridak dapat diketahui. Hanya dapat dipahami ("verstehen") dalam bertindak bersama dan hidup bersamajikalau pribadi itu membuka diri dengan bebas. Martin Buber Buber meneruskan ide-ide Franz Rosenzweig. Adanya manusia baru dihayati dalam pertemuan dengan mengakui yang-lain sebagai laindari-diri-sendiri. Pertemuan ‘aku-engkau’ ini berlainan dan bertentangan dengan hubungan ‘aku-itu’. Hubungan 'aku-itu' hanya meliputi hidup sehari-hari dan pergaulan pragmatis dengan barang benda; hubungan ini bersifat subjek-objek dan berpusat pada 'aku' (aku-sentris).
HUBUNGAN ANTARSUBJEKTIF • Aku dan Engkau menjadi “Kita” (Engkau, kita, Dia). • Pengertian dan Misteri Engkau • Penghargaan akan Subjek Lain • Kreativitas Hubungan “Aku-Engkau” • Tahap-Tahap dalam perkembangan Kesatuan antarsubjektif
'Aku dan ‘engkau : menjadi ‘kita’ 'Aku' dan 'engkau' dari semula hanya muncul dalam komunikasi dan kebersamaan. Mereka menjadi sadar akan keunikan masing-masing dalam dialog ini. Sebagai 'aku' dan 'engkau' mereka (dan sabdanya) sama orisinalnya. Setiap sabda (balasan) partner yang satu sudah mengarahkan diri kepada sesuatu yang baru dari partner lainnya, yang akan menjawab pula. Maka hubungan antarsubjektif menurut hakikatnya merupakan hubungan 'aku-engkau'
mendalamnya hubungan 'aku-engkau' maka komunikasi timbal balik tidak hanya bersifat sementara dan momentan. Di dalam pertemuan itu subjek dan partner saling mengadakan dan saling mengembangkan. Mereka hadir yang satu di-dalam yang lain, dan menjadi "indispensable" yang satu bagi yang-lain, dalam penerimaan dan penolakan, sehingga membedakan dan sekaligus menyatukan. 'Aku' dan 'engkau' menjadi 'kita'
Hubungan 'aku-engkau' tidak terisolir dari hubungan dengan orang-orang lain. Tidak pernah korelasi manusia hanya meliputi dua subjek saja, selalu seluruh umat manusia diinklusi di dalam korelasi itu. Namun, aku hanya dapat berhubungan berhadaphadapan dengan satu ‘engkau’ saja. Seluruh subjek meruncingkan ciri menuju 'engkau' yang satu itu. Dibandingkan dengan dialog itu setiap manusia lain menjadi 'dia’ walaupun dengan arti berbeda-beda
DIFERENSIASI HUBUNGAN ANTARSUBJEKTIF
• Lingkaran-Lingkaran (intim dan dangkal, padat dan luas hubungan) • Taraf-taraf hubungan antarsubjektif (Taraf beraneka warna, kesatuan taraf-taraf pertemuan • Misteri
HUBUNGAN DENGAN DUNIA INFRAHUMAN • Subjek atau objek? • Hubungan manusia dengan Dunia Infrahuman (saling menunjuk; menemukan otonomi pribadi dlm perjumpaan; mengakui otonomi yang lain; saling mengembangkan dengan komunikasi: subtansi-substansi infrahuman, homo faber; saling mengadakan; in der welt sein.
INTEGRASI LINGKARAN HUMAN DAN INFRAHUMAN
• Saling memuat Pertemuan manusia dengan dunia infrahuman merupakan suatu landasan bagi hubungan antarsubjektif. Dunia infrahuman merupakan lapangan pertemuan manusia. Sebaliknya, hubungan antarsubjektif mengangkat dan mentransformir korelasi lebih rendah itu, sehingga dunia infrahuman mengabdikan diri kepada hubungan antarsubjektif. Dengan tetap dijamin kesendiriannya mereka dipergunakan sebagai alat
Kebudayaan “Berada” dan “mempunyai” Kesimpulan Setiap pergaulan manusia dengan dunia sekitar merupakan pembudayaan dan menghasilkan kebudayaan. Di dalam komunikasi efektif dengan manusia substansi-substansi infrahuman tetap mempertahankan hakikatnya sendiri (batu, kaca, tumbuh-tumbuhan, sapi) dan sekaligus 'diangkat' dan dihumanisir (menjadi bendungan, dinding kaca, kebun, kuda angkutan).
DEHUMANISASI • Dasar dehumanisasi • Objektivitas-Subjektivitas (taraf-taraf ilmiah di dalam hubungan, hubungan eksistensial, perkembangan objektivitas-subjektivitas manusia)
• Universal-Singular (Taraf-taraf ilmiah, hubungan eksistensial, perkembangan universalitassingularitas)