Modul ke:
FILSAFAT MANUSIA JIWA DAN BADAN
Fakultas
PSIKOLOGI
Program Studi
PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id
Firman Alamsyah, MA
Jiwa dan Badan 9Manusia merupakan makhluk yang bisa disebut monodualis (Notonegoro), satu entiti yang terdiri dari dua unsur, yang pertama jiwa dan kedua badan. Manusia tidak ada jika hanya memiliki jiwa saja atau badan saja, tapi memiliki keduanya sekaligus. Kedua unsur manusia ini menyebabkan manusia menjadi makhluk yang plural dengan banyak dimensi.
Pengertian Jiwa dan Badan Jiwa = Ide = Roh = Spirit = Ruhani Badan = Materi = Fisik = Ragawi
Struktur Manusia dalam Jiwa dan Badan •
menurut Whitehead manusia punya struktur yang sifatnya hierarkis dalam unsur jiwa-badan dimana taraf yang tertinggi diduduki oleh taraf rasional, dalam melaksanakan tugasnya taraf ini didukung oleh taraf-taraf lain seperti taraf organik (benda mati), taraf vegetatif (tumbuhan) taraf sensitif (binatang). Taraf yang rendah mempunyai fungsi saling berhubungan dan mendukung taraf tertinggi yaitu taraf rasional. – Taraf organik (benda mati) sifatnya statis tidak memperkenalkan unsur baru yang muncul dari keinginan mewujudkan cita-cita pribadi. – Taraf vegetatif (tumbuhan) lebih menunjukkan aktifitas jiwa yang efektif dengan adanya unsur pembaharuan (adaptasi dengan lingkungan). – Taraf sensitif (binatang) sudah muncul kesadaran akan diri dan lingkungan, bersamaan dengan kemampuan analisis terhadap pengalaman-pengalaman fisik. – Taraf rasional terjadi pembaruan terus menerus yang menjadi begitu efektif di dalam sejarah kehidupan manusia, karena dalam diri manusia ada kesadaran intelektual yang punya kemampuan sangat efektif untuk menyederhanakan pengalaman dan memberi tekanan kepada segi yang dianggap penting sambil menyingkirkan yang dianggap tidak relevan.
Konsep Klasik Jiwa dan Badan Plato = Badan Merupakan penjara bagi Jiwa, Jiwa merupakan ‘ide’ yang sifatnya kekal sementara badan merupakan materi yang dapat hancur (musnah) Aristoteles = Jiwa dan badan merupakan 2 unsur esensial yang saling melengkapi dalam satu substansi yang sama (monisme). Duaslisme Aristoteles (Hylemorfisme), materi merupakan bentuk dari jiwa. Setiap materi memiliki bentuknya sendiri. Jika materi dapat hancur maka bentuknya juga hancur.
Konsep Modern Jiwa dan Badan • Konsep modern tentang Jiwa dan Badan tak lepas dari konsep klasik yang mencoba mencari substansi/esesnsi/hakikat dari memperlawankan hubungan Jiwa dan Badan. • Descartes = manusia esensinya adalah kesadaran (bukan materia). • Teilhard de Chardin = 2 macam energi dalam evolusi kehidupan: energi tangensial (organisasi lahiriah/material) dan energi radial yang dari dalam (spiritual). Kedua macam energi berevolusi sejajar dan mencapai suatu puncak dalam diri manusia yang hasilnya complexite dan conscience.
Konsep Aufklarung Jiwa dan Badan • Para filsuf masa pencerahan Jerman (aufklarung) tokohnya Hegel, Schopenhauer, Fichte, Schelling, Berkeley, Hartman dll, • Pada pemahaman tentang badan, aspek-aspeknya yang materiil memang tidak dapat disangkal, tetapi dikembalikan kepada subjektifitas; bahwa badan hanya merupakan ’epifenomena’ (hasil ikutan atau akibat) pada realitas spiritual. Pada pokoknya manusia itu adalah subjektifitas atau kesadaran (spiritual)
Konsep Materialistis Jiwa dan Badan • Para filsuf materialistis dimulai sejak jaman klasik yakni Demokritos, pada jaman modern ada Karl Marx, Engel, Feuerbach, Lamettrie dll. • Menurut pandangan ini, pada pokoknya manusia itu adalah materi walaupun aspek-aspek yang lazimnya disebut spiritual itu tidak disangkal, tetapi dasarnya adalah bahwa materi itu sebagai awal dari kesadaran. Jiwa merupakan salah satu jenis fenomena materiil yang khusus atau pula merupakan ’epifenomen’ (hasil ikutan atau akibat) pada fenomen materi yakni fisiko-kimis.
Konsep Seimbang Jiwa dan Badan • Konsep yang seimbang tentang jiwa dan badan lahir dari kaum fenomenolog dan eksistensilism tokoh-tokoh filsufnya yakni; Heidegger, Sartre, Marcel, Merleau Ponty dll. • Pandangan tentang jiwa dan badan dalam pemahaman kesadaran konsep ini mengedepankan kesadaran dengan menitikberatkan badan sebagai ’le corps-sujet’ atau ’le corps vecu’, yaitu ’badan-subjek’ atau ’badan yang dihidupi’. Badan dalam kesadaran ini lain daripada sembarang objek. Manusia tidak dapat menjauhkan diri dari badannya, atau mengelilinginya sebagaimana para kaum empiris positivistik. Perspektif pandangan terhadap yang-lain dapat diubah, akan tetapi terhadap badan sendiri itu mustahil. Justeru karena sudah dihidupi sendiri, maka badan itu di alami sebagai yang lain daripada yang-lain.
Refleksi atas Korelasi Jiwa-Badan • Behaviour: Karena manusia itu korelatif, maka dalam korelasi itu ada kesatuan spiritual-materil. Tiap tingkah laku, gerakan dan bahasaku merupakan suatu behaviour yang korelatif dengan yang lain. Manusia seolah rumpun kelakukan yang mewujudkan aku fenomenal. • Perspektif: Korelasi dengan yang lain berciri perpektif. Bukan hanya berlaku untuk badan tapi juga untuk jiwa. Manusia merrpakan sudut pandang terhadap yang lain, yang tidak mungkin diubah lagi. Sudut pandang terhadap yang lain dapat diganti/diubah namun hanya yang sekunder.
Daftar Pustaka • • •
• •
Baker, Anton, 2000, Antropologi Metafisik, Yogyakarta: Kanisius Hadiwijono, Harun, 2005. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Lavine, T.Z., 2003. Plato, Kebajikan adalah Pengetahuan. Diterjemahkan oleh Andi Iswanto dari buku From Socrates to Sartre: Philosophic Quest. Yogyakarta: Penerbit Jendela scandalon.co.uk:1, http://www.scandalon.co.uk/philosophy/aristotle_body_soul.htm Internet encyclopedia of philosophy (IEP) http://www.iep.utm.edu/
Terima Kasih Firman Alamsyah, MA