Modul ke:
FILSAFAT MANUSIA KEHENDAK & KEBEBASAN
Fakultas
PSIKOLOGI
Program Studi
PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id
Ahmad Sabir, M. Phil.
Kehendak dan Kebebasan • Kecuali memiliki pengetahuan yang merupakan hasil pikiran, pertimbangan dan keputusannya, “Aku” (manusia) juga memiliki ‘kehendak’ yang membedakan-ku dengan makhluk-makhluk lain di dunia ini. Kehendak yang tidak hanya lahir pada taraf insting naluriah akan tetapi juga psikis dan kesadaran. Pengandaian merupakan hal yang mendasari kemungkinan adanya kehendak dan kebebasan untuk memilih.
Pengertian Kehendak • Kehendak merupakan dimensi manusia dengan aktifitas ‘mau’ sesuatu. Jika benar bahwa seorang menggerakkan tangannya, maka juga harus benar bahwa tangan itu bergerak. Namun, pernyataan ‘dia menggerakkan tangannya’ tidak sama dengan pernyataan ‘tangannya bergerak’. Beberapa filsuf berpendapat bahwa suatu gerakan merupakan hasil dari dua hal yang dihubungkan secara kausal (sebab-akibat): • Suatu kegiatan mental, dan • Hasilnya, yaitu gerakan tubuh. • Contoh-contoh dari kegiatan mental ini disebut tindakan kehendak atau kemauan.
Beragam Pandangan Mengenai Kehendak • Rene Descartes = Kehendak dipahami dalam dualitas jiwa-badan • Malebranche dan Leibniz = Teori Occasionalisme • Spinoza dan Mackay = Teori Double-Aspect • Locke dan Hume = Teori Empirisme materialis
Kehendak Sebagai Motor Perkembangan Kehendak merupakan hal yang paling menentukan di dalam perwujudan diri seseorang, entah itu dalam tindakan, perasaan, atau pikiran. Kekuatan kehendak bisa menegaskan apa yang dirasa, dipikir dan dipertimbangkan. Tanpa kehendak yang kuat, apapun dirasa dan dipikirkan tidak mendapat perwujudannya yang selayaknya. Meskipun manusia mempunyai perasaan yang halus dan pikiran yang tajam, tetapi kalau tidak disertai kehendak yang teguh tidaklah akan menghasilkan sesuatu. Kehendak bergerak diantara dimensi potensialitas dan aktualitas manusia.
Pengertian Kebebasan • Kebebasan secara harfiah mengandung dua makna sekaligus mengenai bebas dalam pengertiannya; • 1. Bebas dari.... • 2. Bebas untuk....
Bentuk Kebebasan Kebebasan memiliki dua bentuk; dalam arti Negatif & Positif 1. Kebebasan negatif berarti tidak adanya rintangan, campur tangan, paksaan, atau kontrol ketat; 2. Sedangkan kebebasan positif menunjuk kepada proses pilihan dan tindakan atas dasar inisiatif individu ‘Aku’ manusia, dan lebih konkret menunjuk kepada jenis-jenis umum dari minat manusia atau bentuk-bentuk kegiatan untuk mengekspresikan diri dan melaksanakan kebebasan.
Kebebasan dan Pilihan • Kebebasan hanya terdapat di dalam situasi dimana dimungkinkan terjadinya pilihan. Selanjutnya kemungkinan pilihan tidak hanya menunjuk pada absennya paksaan langsung tetapi juga tersedianya macam-macam alternatif yang bisa diketahui.
Kebebasan dan Tanggungjawab Kebebasan merupakan bagian dari hak subjektif manusia yang dimana ‘kehendak’ telah melekat di dalamnya. Kehendak mendorong munculnya hak untuk ‘bebas’. Hak subjektif dalam sosialitas manusia merupakan posisi tautologis/saling mengandaikan dengan kewajiban yang harus di bagi dalam dunia dengan cara mengurus, perduli dan memperhatikan. Kewajiban yang dijalankan dalam sosialitas manusia yang larut dalam dunianya mendorong munculnya tanggungjawab. Oleh sebab itu, Kebebasan dan tanggungjawab merupakan dua hal yang saling mengandaikan, dua hal yang harus ada ibarat budi praktis dan teoritis dalam manusia.
Masalah Kebebasan Manusia • Di dalam sejarah pemikiran filosofis dan pemikiran sosiologis ‘kebebasan’ memiliki suatu kegunaan khusus sebagai konsep moral dan sosial. • Sebagai konsep moral dan sosial, kebebasan mengalami pasang surut pengertian dan makna yang didalamnya terdapat pertentanganpertentangan diantara dua hal yang memandang makna kebebasan sebagai sentra. Antara yang tradisional dan inovasi, konservatisme dan liberalisme, Pro-Life dan Pro-Choice dll.
Kedudukan Kehendak Manusia Kehendak merupakan motor dalam menentukan pilihan untuk bebas, dan kebebasan selalu berarti digerakkan oleh kehendak. Disisi lain, kehendak selalu diwarnai oleh dunia tempat dimana ia bergerak dan dilingkupi diantara budi praktis dan teoritis, artinya kebebasan yang sebenar-benar bebas dalam maksud sebebas-bebasnya itu tidak ada, melainkan dituntun oleh intensi (keterarahan) yang sudah melekat pada manusia di dalam kehendaknya yang dituntun oleh budi (akal & rasa).
Daftar Pustaka • Baker, Anton, 2000, Antropologi Metafisik, Yogyakarta: Kanisius • Bertens, K, 2004, Etika (cetakan ke-8), Gramedia Pustaka Utama: Jakarta • Hadi, Hardono, 1996, Jatidiri Manusia, Yogyakarta: Pustaka Filsafat. • Leahy, Louis, 1989, Manusia, Sebuah Misteri, Jakarta: Penerbit Gramedia.
Terima Kasih Ahmad Sabir, M.Phil.