Modul ke:
FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN
Fakultas
PSIKOLOGI
Program Studi
PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id
Ahmad Sabir, M. Phil.
Kematian Manusia • Kematian merupakan batas historisitas manusia yang telah dimengerti oleh masing-masing manusia sebagai tragedi kehancurannya/ketiadaannya. • ‘Aku’ manusia itu melulu berkembang memuncak, dan tidak kembali, namun tidak pula dapat disangkal bahwa ‘aku’ manusia itu yang terus melakukan perubahan dan perkembangannya bakal berhenti pada satu batas, yakni kematiannya sendiri.
Fenomena Kematian • Kematian berarti Terpisahnya jiwa dari badan • Kematian merupakan kenyataan yang pasti dan merupakan bagian integral dari kehidupan ‘aku’ manusia. Namun faktanya manusia selalu berusaha lari dari kematiannya. • Kematian dalam pengalaman manusia yang didapatnya dari yang-lain dipahami sebagai berakhirnya kehidupan secara negatif
Kesadaran Tentang Kematian • Kematian dihindari dan tak dibicarakan • Kematian sebagai refleksi permenungan kehidupan • Kematian dihindari dengan melompat ke dalam iman
Kematian Menurut Para Filsuf Klasik • Epicurus; ‘kematian merupakan puncak penderitaan atau rasa sakit’ • Kaum Stoics; ‘menerima kematian sebagai takdir yang harus dihadapi dan disadari secara terusmenerus’ • Plato; ‘kematian merupakan terpisahnya jiwa dari badan dengan kembalinya ide (jiwa) ke dunianya yang baka’ • Aristoteles; ‘kematian adalah ketiadaan manusia, hancurnya eksistensi baik ide maupun materi manusia.
Kematian Menurut Para Filsuf Modern Kontemporer •
•
•
• •
•
Voltaire; ‘manusia adalah satu-satunya species yang tahu bahwa ia akan mati, dan mengetahuinya dari pengalamannya bersama oranglain’. Spinoza; ‘‘seorang yang merdeka tidak memikirkan sesuatu yang kurang dari kematian, dan kebijaksanaannya tidaklah terletak di dalam permenungannya atas kematian tetapi di dalam permenungannya atas kehidupan’ Max Scheler; ‘kesadaran akan kematian merupakan struktur a priori (kesadaran abstrak simbolik yang tidak dialami) dan imanen bagi kesadaran manusia’ Freud; ‘kematian sama sekali tidak bisa dibayangkan’ Goethe; ‘sama sekali tidak mungkin bagi makhluk yang bisa berpikir untuk memikirkan ketidakadaannya sendiri (kematinya), berhentinya aktifitas berpikir dan hidupnya’ Bertrand Russell; ‘ketika aku mati, aku membusuk dan tidak ada sesuatupun dariku yang bisa bertahan hidup’,
Kematian Menurut Para Filsuf Eksistensialis
• Heidegger; ‘Kematian merupakan totalitas manusia yang hidup dalam situasi ‘kebeluman’ terus menerus • Sastre; ‘Kematian bersifat absurd dan membuat kehidupan manusia menjadi absurd • Jaspers; ‘Kematian sebagai situasi batas eksistensi dalam pemenuhan lompatan kepada iman
Tawaran Eksistensial atas Kematian • Kematian mendorong hidup menjadi bermakna karena mati merupakan proyeksi dari kemungkinan terakhir manusia. • Kematian menunjukkan bahwa hidup merupakan sesuatu yang absurd yang merusak jalannya kehidupan • Kematian menuntut kepada sesuatu yang transenden mengatasi keberadaan dan kehidupan.
Refleksi Kematian • Kematian merupakan wilayah privat paling ultim dalam diri ‘aku’ manusia yang dipahami dan dimiliki secara subjektif oleh masing-masing manusia • Segala pengertian dan makna tentang kematian berpulang pada masing-masing ‘aku’ manusia, karena tak ada penjelasan tentang kematian sebagai sesuatu yang sudah dialami • Kematian merupakan misteri manusia dari segala unsur, struktur dan dimensi yang dimilikinya
Daftar Pustaka • • • • •
•
Baker, Anton, 2000, Antropologi Metafisik, Yogyakarta: Kanisius Hadi, Hardono, 1996, Jatidiri Manusia, Yogyakarta: Pustaka Filsafat. Heidegger, Martin, 1962,. Being and Time (translate. John Macquarrie & Edward Robinson), Harper & Row Publishers: New York. Leahy, Louis, 1989, Manusia, Sebuah Misteri, Jakarta: Penerbit Gramedia. Sabir, Ahmad, 2006, Skripsi untuk kelulusan strata1: Metafisika Martin Heidegger dalam konteks ‘Being and Time’. Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Sartre, Jean, P, 1956, Being and Nothingness (translate Hazel Barnes), Washington Square Press; New York.
Terima Kasih Ahmad Sabir, M.Phil.