Dampak Program Kampanye Pride Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap Perilaku Masyarakat Nelayan Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Nadiah Suhaima Ghina, Sri Susilih Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia E-mail :
[email protected] /
[email protected]
Abstrak Jurnal ini bertujuan untuk menggambarkan Dampak Program Kampanye Pride Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap Perilaku Masyarakat Nelayan di Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Taman Nasional Kepulauan Seribu termasuk ke dalam Kawasan Perlindungan Laut di Indonesia dan dikelompokkan ke dalam beberapa zonasi, salah satunya yakni zona inti. Pada tahun 2010-2012, Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu menjalankan program Kampanye Pride yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat agar tidak menangkap ikan di kawasan zona inti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak program terhadap perilaku nelayan setelah dua tahun program selesai dijalankan. Skripsi ini membahas dampak Program Kampanye Pride di Kelurahan Pulau Harapan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta dengan menggunakan analisis metode kuantitatif terhadap 30 responden. Teori yang digunakan adalah teori dimensi-dimensi dampak oleh Agustino yang terdiri dari dimensi pengaruh program terhadap kelompok sasaran, keadaan program di masa kini, serta pengaruh tidak langsung program terhadap kelompok sasaran. Simpulan yang didapatkan dari penelitian adalah Program Kampanye Pride memberikan dampak positif terhadap perilaku masyarakat nelayan di kelurahan Pulau Harapan.
Kata kunci: Dampak Program, Program Kampanye Pride, Kelurahan Pulau Harapan
The Impact of Pride Campaign Program of Kepulauan Seribu National Park’s Office on Fishermen’s Behavior in Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Abstract The purpose of this journal is to describe the impact of Pride Campaign on Fishermen’s Behaviour in Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Kepulauan Seribu National Park is one of the Marine Protected Area in Indonesia which is grouped into several zones, one of which is the core zone. In 2010-2012, Kepulauan Seribu National Park’s Office ran Pride Campaign program that aims to change fishermen’s behavior so they do not to catch fish in the core zone. This study aims to determine the impact of the program on fishermen’s behavior after two years this program is finished. This study discusses the impact of the Pride Campaign Program at Kelurahan Pulau Harapan in Kepulauan Seribu, DKI Jakarta by using quantitative analysis method to 30 respondents. The theory used is dimensions of the impact’s theory by Agustino which consists: the impact of a program to target groups, present state of the program, and the indirect impact of a program to target groups. The conclusions obtained from the research is the Kampanye Pride program had a positive impact on fishermen’s behavior in Kelurahan Pulau Harapan. Key words : Impact Program, Pride Campaign Program, Kelurahan Pulau Harapan
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang secara geografis terletak di jantung Coral Triangle (Segitiga Terumbu Karang), sebuah wilayah yang merupakan rumah bagi keanekaragaman hayati terkaya di planet Bumi. Bahkan di antara perairan yang kaya akan terumbu karang ini, Indonesia dikenal dengan keragaman ekosistem pesisir yang menyimpan 18% dari terumbu karang di dunia, lebih dari 70 genera dan 500 spesies karang, 2.500 spesies ikan, 2.500 spesies moluska, 1.500 spesies krustasea, dan berbagai biota laut lainnya (Huffard dkk, 2012:3). Saat ini, Marine Protected Areas atau Kawasan Konservasi Laut merupakan alat manajemen utama dalam melestarikan keanekaragaman hayati dan membantu pengelolaan sumber daya laut. Kawasan konservasi menurut IUCN adalah ruang geografis yang diakui, didedikasikan, dan dikelola melalui hukum atau cara lain yang efektif, untuk mencapai konservasi alam jangka panjang yang terkait dengan sistem ekosistem dan nilai-nilai budaya (Day dkk, 2008:9). Kawasan Konservasi Laut di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Kawasan Konservasi Perairan. Kawasan konservasi laut penting bagi perlindungan keanekaragaman hayati laut dan pemeliharaan produktifitas perairan terutama sumberdaya perikanan (www.coremap.or.id, 2004). Kawasan Konservasi Laut di Indonesia diterapkan ke dalam beberapa kategori, yaitu: Cagar Alam Laut, Kawasan Konservasi Perairan Daerah, Suaka Alam Perairan, Suaka Margasatwa Laut, Taman Nasional Laut, Taman Nasional Perairan, Taman Wisata Alam Laut, dan Taman Wisata Perairan. Salah satu kategori kawasan perairan yang dilindungi di Indonesia adalah taman nasional laut. Taman nasional laut di Indonesia saat ini berjumlah sebanyak tujuh taman nasional, di antaranya Taman Nasional Bunaken, Taman Nasional Taka Bone Rate, Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Taman Nasional Wakatobi, Taman
Nasional
Karimun
Jawa,
dan
Taman
Nasional
Kepulauan
Togean
(kkji.kp3k.kkp.go.id, 2014). Taman Nasional Kepulauan Seribu, yang termasuk salah satu dari tujuh taman nasional di Indonesia berada di provinsi DKI Jakarta, ibukota negara Indonesia. Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia dan salah satu kota terpadat di Indonesia, masih menyisihkan kantong konservasi terutama konservasi laut (Abdullah dan Rusandi, 1998:37). Selain itu, Taman Nasional Kepulauan Seribu saat ini merupakan salah satu dari 20 Taman Nasional Model di Indonesia, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
Nomor SK. 69/IV-Set/HO/2006. Penetapan sebagai Taman Nasional Model ini dimaksudkan sebagai upaya optimalisasi pengelolaan Taman Nasional sesuai kekhasannya. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan Nomor SK.05/IV-KK/2004 tanggal 27 Januari 2004 tentang Zonasi Pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu dibagi ke dalam beberapa zona, yaitu Zona Inti, Zona Perlindungan, Zona Pemanfaatan Wisata, dan Zona Pemukiman. Zona Inti dan Zona Perlindungan merupakan zona yang sangat terbatas pamanfaatannya. Pada Zona Inti, tidak diperbolehkan adanya kegiatan eksploitasi yang bersifat komersial, termasuk penangkapan ikan oleh kapal nelayan. Zona Perlindungan dibentuk dalam rangka mendukung keberadaan Zona Inti dan juga tidak dimaksudkan untuk kegiatan yang bersifat eksploitasi komersial. Kegiatan wisata masih diperbolehkan namun merupakan jenis wisata alam terbatas. Zona Inti terdiri dari tiga bagian, yaitu Zona Inti I. Zona Inti II, dan Zona Inti III. Status Kepulauan Seribu dengan zonasi yang telah ditetapkan pemerintah membuat masyarakat juga harus turut serta dalam menjaga keanekaragaman hayati di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Kawasan Zona Inti I merupakan kawasan yang ditetapkan untuk perlindungan Penyu Sisik, Kawasan Zona Inti II menjadi kawasan perlindungan Penyu Sisik dan ekosistem hutan bakau, dan Kawasan Zona Inti III ditetapkan menjadi tempat perlindungan Penyu Sisik dan ekosistem terumbu karang. Kawasan zonasi ini tidak akan berfungsi sesuai aturan apabila masyarakat dan nelayan tetap mengambil ikan dari kawasan tersebut. Untuk itu, diperlukan komitmen pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kawasan konservasi agar kondisinya tidak semakin memburuk akibat penangkapan ikan menggunakan bom dan racun serta penangkapan ikan berlebih sehingga mengurangi populasi ikan karang. Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan unit pelaksana teknis di bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem yang berada dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan. Fungsi Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah penyusunan rencana, program dan evaluasi pengelolaan taman nasional, pengelolaan taman nasional, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari taman nasional, perlindungan, pengamanan dan penanggulangan kebakaran taman nasional, promosi dan informasi, bina wisata dan cinta alam, serta penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, kerjasama pengelolaan taman
nasional,
dan
pelaksanaan
urusan
tata
usaha
dan
rumah
tangga
(http://www.tnlkepulauanseribu.net, 2012). Pada tahun 2010 hingga 2012, Balai Taman
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
Nasional Kepulauan Seribu bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat “Rare” menjalankan program “Kampanye Pride” yang bertujuan untuk melakukan pendekatan kepada para nelayan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan komunikasi mereka dalam memahami dan mematuhi zonasi TN Kepulauan Seribu, untuk mewujudkan kawasan zona inti yang bersih gangguan dan menjadi sumber ikan di masa mendatang di kawasan TN Kepulauan Seribu (Ardianti, 2012:11). Dari program Kampanye Pride ini masyarakat diharapkan memiliki kepatuhan terhadap zona inti, ikut dalam pengawasan zona inti, dan kesediaan untuk melaporkan bila melihat adanya pelanggaran di zona inti. Hasil dampak dari program Kampanye Pride disusun ke dalam beberapa kategori sebagai berikut: 1. Menghasilkan perubahan positif dalam pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal 2. Menyingkirkan halangan terhadap perubahan perilaku 3. Mencapai perubahan perilaku 4. Mencapai pengurangan ancaman dan hasil konservasi Program Kampanye Pride yang dilaksanakan oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dan didukung oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Rare merupakan kampanye yang menyasar pada masyarakat yang tinggal di dalam kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu, yang tersebar di 5 (lima) pulau, yaitu Pulau Panggang dan Pulau Pramuka di Kelurahan Pulau Panggang; Pulau Kelapa dan Pulau Kelapa Dua di Kelurahan Pulau Kelapa; dan Pulau Harapan di Kelurahan Pulau Harapan. Setelah dilaksanakan program, aspek pengetahuan mengenai letak zona inti untuk nelayan pulau Harapan terjadi peningkatan dari 49% menjadi 83%. Aspek lain dari nelayan pulau Harapan yang meningkat adalah sikap nelayan pulau Harapan yang setuju bahwa zona inti akan memberikan manfaat untuk memulihkan cadangan ikan berhasil ditingkatkan dari 29% menjadi 60.4%, meskipun tidak berhasil mencapai sasaran sebesar 80%. Selain pengetahuan nelayan pulau Harapan mengenai letak zona inti, tidak ada sasaran lain yang tercapai meskipun terjadi peningkatan bila dibandingkan hasil survey Pra Kampanye. Sedangkan untuk perubahan perilaku mengenai tidak lagi menangkap ikan di dalam zona inti bagi nelayan pulau Harapan terjadi penurunan, meskipun secara pengetahuan, sikap, dan komunikasi interpersonal nelayan pulau Harapan meningkat. Salah satu penyebabnya adalah karena pulau Harapan terletak paling dekat dengan zona inti, berdasarkan peta Kepulauan Seribu. Lokasi yang dekat dengan zona inti membuat nelayan Pulau Harapan yang berlandaskan pada kebutuhan ekonomi, tetap menangkap ikan di dalam zona inti.
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
B. Permasalahan Program Kampanye Pride diadakan selama dua tahun oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, dimulai pada bulan November 2010 dan berakhir pada bulan April 2012 dan didukung oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Rare. Menurut Notoatmodjo, untuk merubah atau memotivasi seseorang agar menerima sikap dan kebiasaan baru bukanlah hal yang mudah dan cepat, namun tergantung kepada aspek intra-personal dan intra-personal seseorang. Program kampanye yang diadakan oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu telah berakhir dua tahun yang lalu. Dua tahun setelah program kampanye ini dilakukan, muncul pertanyaan, yaitu: “Bagaimana dampak program Kampanye Pride Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap perilaku masyarakat nelayan Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta?” C. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan dampak program kampanye Pride yang dilakukan pada tahun 2010-2012 oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap perilaku masyarakat nelayan di Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Tinjauan Teoritis Dalam penelitian mengenai ”Dampak Program Kampanye Pride Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap Perilaku Masyarakat Nelayan Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta” digunakan konsep Kebijakan Publik, terutama konsep evaluasi kebijakan publik dan dampak kebijakan, serta konsep perubahan perilaku yang digunakan sebagai acuan pertanyaan penelitian. A. Konsep Kebijakan Publik Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis, aktivitas politis tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan, sedangkan aktivitas perumusan masalah, forecasting, rekomendasi kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang bersifat intelektual (Subarsono, 2013:8). B. Konsep Evaluasi Kebijakan Publik
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
Evaluasi kebijakan merupakan salah satu proses dari kebijakan publik. Nawawi (2009:155) mengemukakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi atau unit kerja dalam melakukan tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya. Dunn (2003:608) menyebutkan bahwa secara umum evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Michael Borus dalam Ripley berpendapat bahwa ada 3 tipe evaluasi kebijakan atau program, yaitu (yang kembali disadur/Kusumanegara, 2010:124): 1.
Evaluasi Proses. Tipe evaluasi yang berusaha menjawab pertanyaan bagaimanakah program berjalan? Evaluasi proses disebut juga evaluasi formatif.
2.
Evaluasi Dampak. Tipe evaluasi yang menjawab pertanyaan apa yang telah dilakukan suatu program? Atau akibat apa yang terjadi dengan adanya suatu program? Evaluasi dampak disebut juga evaluasi summative.
3.
Analisis Strategis. Berupaya menjawab pertanyaan seberapa jauh efektivitas program dalam mengatasi masalah sosial dibandingkan dengan program-program lain untuk masalah yang sama?
C. Konsep Dampak Kebijakan Suatu kebijakan dapat dikatakan atau dinilai berhasil jika kebijakan tersebut menghasilkan dampak seperti yang diinginkan. Suatu kebijakan/program dikatakan mempunyai dampak manakala kebijakan/program dapat mencapai perubahan ke arah tujuan dan sasaran (goal and objectives) yang dikehendaki. (Widodo, 2008:121). John M. Owen dan Patricia Roger mengemukakan bahwa “Impact evaluations seek to assess the particular program and are concerned with outcomes, which are benefits for participants during or after their involvement with a program”. (Owen dan Roger dalam Jenny Neale, 2007:33). Dengan kata lain, evaluasi dampak melihat dan menilai program tertentu dan evaluasi serta dikonsentrasikan kepada hasil yang dicapai, siapa saja yang berpartisipasi dan keuntungan apa yang di dapat setelah mereka terlibat dalam program. Agustino (2008:191-193) juga manyampaikan empat dimensi dampak kebijakan yang dapat digunakan untuk menilai dampak suatu kebijakan, yaitu: 1. Pengaruhnya pada persoalan masyarakat yang berhubungan dan melibatkan masyarakat. Dalam dimensi ini, individu-individu atau kelompok-kelompok yang diharapkan untuk dipengaruhi oleh kebijakan harus dibatasi terlebih dahulu. 2. Pengaruh kebijakan terhadap situasi dan kelompok lain di luar sasaran dan tujuan kebijkan.
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
Dampak kebijakan yang keluar dari sasaran dan tujuan kebijakan ini lebih dikenal dengan eksternalitas, atau dampak yang melimpah. 3. Pengaruh kebijakan di masa kini dan di masa yang akan datang. Dimensi ini diharapkan dapat menentukan konsekuensi dari kebijakan-kebijakan berdasarkan dimensi waktu, yaitu di masa sekarang atau di masa yang akan datang. Pengaruh kebijakan secara tidak langsung bagi masyarakat. Dampak dan pengaruh yang tidak langsung tersebut pun dapat berupa keuntungan maupun kerugian bagi masyarakat yang kadang kala tidak disadari masyarakat. D. Konsep Perilaku Pada dasarnya, perilaku adalah aktifitas atau kegiatan nyata yang ditampilkan seseorang yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak langsung, dan diamati melalui sikap dan tindakan. Namun tidak berarti bahwa bentuk perilaku hanya dapat dilihat dari sikap atau tindakannya saja (Notoatmodjo, 1985). Menurut Burrhusm Frederic Skinner (dalam Notoatmodjo, 2003:114) perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan hasil penelitian Rogers pada tahun 1974 (Notoatmodjo, 2003:121) sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek terlebih dahulu) 2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus 3. Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya 4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru 5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti didasari oleh kesadaran, pengetahuan, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat tahan lama (long lasting). a. Kesadaran Menurut Soekanto (dalam Wardhani, 2008:8) terdapat empat indikator kesadaran yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya dan menunjuk pada tingkat kesadaran tertentu, mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi, antara lain: pengetahuan, pemahaman, sikap, dan pola perilaku (tindakan). Priyono (dalam Wardhani, 2008:8) menyatakan bahwa kesadaran terhadap permasalahan lingkungan berarti memahami dan berpengetahuan/berwawasan lingkungan dan memahami tindakan yang diberitahu yang
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
diperlukan untuk menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada. Dalam teori psikologi, kesadaran mencakup tiga hal, yaitu: persepsi, pikiran, dan perasaan (Atkinson, 1997:287). b. Pengetahuan Notoatmodjo mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil tahu dan terhadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang penting dan menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu bertahan lama (Notoatmodjo, 2003:121). c. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2003:124). Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu: kepercayaan (keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek), kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. d. Tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan yaitu fasilitas dan dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2003:127). Tindakan memiliki beberapa tingkatan, yaitu: persepsi, respon terpimpin, mekanisme, dan adopsi. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian dapat dibagi berdasarkan tujuan, manfaat, dimensi waktu, dan berdasarkan teknik pengumpulan data. Berdasarkan keempat klasifikasi tersebut, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berjudul “Dampak Program Kampanye Pride Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap perilaku masyarakat di Kelurahan Pulau Harapan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta” adalah sebagai berikut: a) berdasarkan tujuan adalah penelitian deskriptif b) berdasarkan manfaat adalah penelitian murni c) berdasarkan dimensi waktu adalah cross sectional d) berdasarkan teknik pengumpulan data adalah teknik pengumpulan data kuantitatif dengan survei, triangulasi, dan studi kepustakaan. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
A.
Karakteristik Responden Penelitian yang berjudul “Dampak Program Kampanye Pride Balai Taman Nasional
Kepulauan Seribu terhadap Perilaku Masyarakat Nelayan di Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta” menggunakan 30 orang yang dijadikan sebagai responden. Sub-bab ini akan menjelaskan mengenai karakteristik dari responden yang pernah mengikuti program kampanye Pride di Pulau Harapan. Karakteristik tersebut terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir, serta pengeluaran rumah tangga per bulan dari para responden. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Jenis kelamin
: Pria – 100%
Usia
: Berdasarkan usia, mayoritas responden pada rentang usia 41-50 tahun, yaitu dengan total 10 orang responden. Mayoritas kedua yaitu responden dengan rentang usia 31-40 tahun dan 51-60 tahun dengan masing-masing responden pada kedua rentang usia tersebut adalah 8 responden. Sisanya sebanyak 4 orang responden berada pada rentang usia 61-70 tahun.
Pendidikan
: Untuk tingkat pendidikan responden penerima program Kampanye Pride di Kelurahan Pulau Harapan, 30 orang responden di pulau Harapan mayoritas berpendidikan hingga tingkat SD, yaitu sebanyak 19 responden. Untuk tingkat SMP ada sebanyak 6 responden dan sisanya 5 responden mendapatkan pendidikan hingga tingkat SMA atau sederajat.
Pengeluaran
: Berdasarkan data pengeluaran rumah tangga perbulan pada 30 responden, dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki rentang pengeluaran antara Rp 1.200.000 hingga Rp 2.000.000 dengan jumlah responden sebanyak 10 orang. Selanjutnya sebanyak 8 orang responden yang mendapatkan program kampanye Pride memiliki rentang pengeluaran antara Rp 800.000 sampai Rp 1.200.000. Mayoritas berikutnya ada 6 responden yang memiliki pengeluaran rumah tangga antara Rp 2.000.000 sampai Rp 5.000.000. Kemudian sisanya sebanyak 3 responden memiliki pengeluaran rumah tangga per bulan sebesar Rp 250.000 dan Rp 800.000, sebanyak 2 responden yang memiliki pengeluaran rumah tangga antara Rp 250.000, dan satu
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
responden tidak menjawab pertanyaan karena tidak tahu berapa pengeluaran rumah tangga per bulannya. B.
Analisis Variabel Penelitian 1. Dimensi Pengaruh Program Kampanye Pride terhadap Kelompok Sasaran Dimensi dampak Program Kampanye Pride pada kelompok sasaran memiliki 28 pernyataan dari 39 pernyataan yang disebarkan kepada 30 orang responden kelompok sasaran di Kelurahan Pulau Harapan. Untuk mengukur 28 pernyataan pada dimensi ini dibuat kategori baru, yaitu Positif dan Negatif. Nilai interval untuk kategori ini yaitu: Interval = (m-n)/b = (120-30)/2 = 90/2 = 45 Dengan m adalah nilai tertinggi yang mungkin didapatkan; n adalah nilai terendah yang mungkin didapatkan; dan b adalah jumlah kelas. Sehingga nilai interval adalah 45. Dari nilai terendah dan nilai tertinggi yang telah diketahui, serta nilai rata-rata yang didapatkan, maka dapat diketahui rentang nilai untuk kategori positif dan negatif, yaitu program Kampanye Pride dikatakan memberikan pengaruh negatif pada kelompok sasaran jika penghitungan pada aplikasi SPSS 17 berada pada rentang 30 hingga 74. Sementara itu, program Kampanye Pride dikatakan memberikan pengaruh positif jika penghitungan pada aplikasi SPSS 17 berada pada rentang 75 hingga 120. Hasil olahan data untuk dimensi pengaruh program Kampanye Pride terhadap kelompok sasaran dijelaskan pada Gambar 1.1 di bawah ini:
Analisis Dimensi Pengaruh Program terhadap Kelompok Sasaran 0
Positif Negatif 100%
Gambar 1.1 Analisis Dimensi Pengaruh Program Terhadap Kelompok Sasaran Dimensi pengaruh program terhadap kelompok sasaran terdiri dari empat indikator, yaitu indikator kesadaran, indikator pengetahuan, indikator sikap, dan indikator tindakan. Setiap indikator telah dianalisis dan menunjukkan hasil yang positif terhadap
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
kelompok sasaran. Berdasarkan Gambar 5.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 30 responden, sebanyak 100% atau 30 responden memberikan nilai positif terhadap pengaruh program Kampanye Pride terhadap kelompok sasaran. Hal ini berarti pengaruh program Kampanye Pride memberikan dampak positif terhadap perilaku masyarakat nelayan yang merupakan kelompok sasaran. Walaupun memberikan dampak positif 100% terhadap kelompok sasaran, ada beberapa temuan yang ditemukan peneliti saat melakukan penelitian, salah satunya yaitu dalam sub-indikator tanggapan bahwa zona inti merupakan zona larang tangkap. Empat orang dari 30 responden yang berasal dari kelompok sasaran penelitian masih beranggapan bahwa zona inti merupakan zona yang dilarang untuk dihampiri atau berlabuh karena pulau-pulau yang termasuk ke dalam zona inti merupakan pulau untuk melindungi penyu dan karang. Berbeda dengan definisi zona inti yang sebenarnya, yaitu keseluruhan wilayah di pulau dan perairan yang dilarang untuk dilakukan kegiatan apapun didalamnya termasuk penangkapan ikan oleh nelayan. Selain itu, untuk kegiatan patroli oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dilakukan minimal dua kali dalam sebulan. Untuk sub-indikator kesediaan berpatroli, sebanyak 11 responden dalam penelitian ini setuju, dan 4 responden sangat setuju telah ikut serta dalam patroli bersama Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dalam mengawasi kawasan zona inti. Namun sebanyak 15 responden mengaku tidak pernah mengikuti patroli bersama Taman Nasional Kepulauan Seribu. Para responden yang tidak mengikuti patroli ini beralasan mereka tidak ikut patroli karena tidak bisa ikut dan ada yang mengaku tidak pernah diajak patroli bersama. 2. Dimensi Dampak Program Kampanye Pride yang Diharapkan Saat Ini Dimensi dampak Program Kampanye Pride yang diharapkan saat ini memiliki 7 pernyataan dari 39 pernyataan yang disebarkan kepada 30 orang responden kelompok sasaran di Kelurahan Pulau Harapan. Untuk mengukur 7 pernyataan pada dimensi ini dibuat kategori baru, yaitu Positif dan Negatif. Nilai interval dari dimensi ini yaitu: Interval = (m-n)/b = (28-7)/2 = 21/2 = 10,5 Dengan m adalah nilai tertinggi yang mungkin didapatkan; n adalah nilai terendah yang mungkin didapatkan; dan b adalah jumlah kelas. Sehingga nilai interval adalah 7. Dari nilai terendah dan nilai tertinggi yang telah diketahui, serta nilai rata-rata yang didapatkan, maka dapat diketahui rentang nilai untuk kategori positif dan negatif, program Kampanye Pride dikatakan memberikan pengaruh negatif pada kelompok sasaran jika penghitungan pada aplikasi SPSS 17 berada pada rentang 7 hingga 17.
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
Sementara itu, program Kampanye Pride dikatakan memberikan pengaruh positif jika penghitungan pada aplikasi SPSS 17 berada pada rentang 18 hingga 28. Hasil olahan data untuk dimensi ini dijelaskan pada Gambar 1.2 di bawah ini:
Analisis Dimensi Dampak Program yang Diharapkan Saat Ini 33% Positif 67%
Negatif
Gambar 1.2 Analisis Dimensi Dampak Program yang Diharapkan Saat Ini Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS versi 17 (Desember 2014)
Berdasarkan Gambar 1.2 di atas dapat dilihat bahwa dari 30 responden, sebanyak 67% atau 20 responden memberikan nilai positif terhadap pengaruh program Kampanye Pride yang diharapkan saat ini. Sementara itu sebanyak 33% atau 10 responden lainnya memberikan penilaian negatif terhadap keadaan yang diharapkan dari program Kampanye Pride saat ini. Namun, walaupun demikian, mayoritas responden memberikan respons bahwa program Kampanye Pride telah memberikan pengaruh sesuai dengan yang diharapkan. 3. Dimensi Pengaruh Tidak Langsung Program terhadap Kelompok Sasaran Dimensi dampak Program Kampanye Pride yang diharapkan saat ini memiliki 2 pernyataan dari 39 pernyataan yang disebarkan kepada 30 orang responden kelompok sasaran di Kelurahan Pulau Harapan. Untuk mengukur 2 pernyataan pada dimensi ini dibuat kategori baru, yaitu Positif dan Negatif. Untuk mengetahui apakah dimensi ini memiliki hasil yang positif atau negatif dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menemukan nilai terendah, nilai tertinggi, dan nilai interval. Nilai terendah dapat diketahui dari jumlah pernyataan dalam dimensi ini dikalikan dengan nilai terendah di antara 4 kategori jawaban pada pernyataan tersebut. Sementara itu, nilai tertinggi dapat diketahui dari jumlah pernyataan dalam dimensi ini dikalikan dengan nilai tertinggi di antara 4 kategori jawaban pernyataan. Nilai terendah yang mungkin didapatkan adalah
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
2, sementara itu nilai tertinggi yang mungkin didapatkan adalah 8. Nilai interval dari dimensi ini yaitu: Interval = (m-n)/b = (8-2)/2 = 6/2 = 3 Dengan m adalah nilai tertinggi yang mungkin didapatkan; n adalah nilai terendah yang mungkin didapatkan; dan b adalah jumlah kelas. Sehingga nilai interval adalah 3. Dari nilai terendah dan nilai tertinggi yang telah diketahui, serta nilai rata-rata yang didapatkan, maka dapat diketahui rentang nilai untuk kategori positif dan negative. Program Kampanye Pride dikatakan memberikan pengaruh negatif pada kelompok sasaran jika penghitungan pada aplikasi SPSS 17 berada pada rentang 2 hingga 5. Sementara itu, program Kampanye Pride dikatakan memberikan pengaruh positif jika penghitungan pada aplikasi SPSS 17 berada pada rentang 6 hingga 8. Hasil olahan data untuk dimensi ini dijelaskan pada Gambar 1.1 di bawah ini:
Pengaruh Tidak Langsung Program 30
30 20 10
Pengaruh Tidak Langsung Program
0
0 Positif Negatif
Grafik 1.1 Analisis Pengaruh Tidak Langsung Program Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS versi 17 (Desember 2014)
Berdasarkan Grafik 1.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 30 responden, sebanyak 30 responden memberikan nilai negatif terhadap pengaruh tidak langsung program Kampanye Pride kepada kelompok sasaran. Hal ini dikarenakan dampak tidak langsung program berupa perbaikan jumlah penangkapan ikan belum dapat dirasakan oleh para nelayan di kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Butuh waktu yang cukup lama dan komitmen dari para nelayan yang menangkap ikan di kawasan Taman Nasional untuk menjaga kawasan zona inti dengan tidak mengambil ikan di sana dan tidak menangkap bibit-bibit ikan yang berada di perairan Taman Nasional. Untuk penurunan konflik sebagian besar responden menjawab tidak setuju karena memang tidak pernah
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
merasakan konflik dalam penangkapan ikan, sementara sebagian kecil merasakan konflik yang timbul antar nelayan dalam menangkap ikan masih sering terjadi. Simpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan, maka dari penelitian yang berjudul “Dampak Program Kampanye Pride Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terhadap Perilaku Masyarakat Nelayan Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta” dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memberikan tanggapan positif atas dampak Program Kampanye Pride terhadap perilaku masyarakat nelayan di Kelurahan Pulau Harapan. Hal ini sesuai dengan asumsi awal peneliti yang memperkirakan dampak Program Kampanye Pride memberikan dampak positif terhadap perilaku masyarakat nelayan Kelurahan Pulau Harapan. Namun, meskipun dampak yang dihasilkan oleh program ini adalah positif, ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah, terutama Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, yaitu masih adanya anggapan pada kelompok sasaran bahwa zona inti tidak penting serta masih adanya pemahaman kelompok sasaran bahwa menangkap ikan di zona inti diperbolehkan selama menggunakan alat pancing. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Pulau Harapan tersebut, peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1.
Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu perlu melakukan diskusi rutin dengan nelayan pulau Harapan mengenai peraturan, larangan, dan manfaat dari adanya zona inti di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Masih adanya anggapan bahwa zona inti tidak penting dan bukan untuk tujuan pariwisata membuat pemerintah perlu untuk melakukan komunikasi langsung kepada nelayan bahwa terdapat perbedaan antara zona inti dan zona pariwisata.
2.
Selain melakukan diskusi dengan nelayan mengenai peraturan dan manfaat zona inti, Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu juga perlu melakukan patroli kawasan zona inti di hari biasa (bukan akhir pekan saat tamu tiba). Hal ini untuk menjaga kawasan agar tidak ada yang menangkap ikan lagi walaupun hanya menggunakan alat pancing.
REFERENSI Buku : Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014
Atkinson, Rita L., Richard C. Atkinson, dan Ernest R. Hilgard. 1997. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga. Day, Jon et al. 2008. Guidelines for Applying the IUCN Protected Area management categories to marine protected areas. IUCN. Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Joko Widodo. 2008. Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Banyumedia Publishing. Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gava Media. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo dan Solita Sarwono. 1985. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: BPKM FKM UI. Subarsono, AG. 2013. Analisis Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar: Yogjakarta. Dokumen Peraturan/Laporan : Ardianti, Yuniar. 2012. Kampanye PRIDE Taman Nasional Kepulauan Seribu: Laporan Pembelajaran Kampanye. Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Natural Resource Management Program. 1998. Lokakarya Kepala Balai Dan Kepala Unit Taman Nasional se-Indonesia. Jurnal : Wardhani, Rr Ambar Sih. 2008. Studi tentang Kesadaran Pekerja terhadap Pelaporan Kecelakaan Kerja di PT Astra Nissan Diesel Indonesia Website : Anonim.
2012.
Organisasi
Pengelola
Taman
Nasional
http://www.tnlkepulauanseribu.net/index.php?which=39
Kepulauan
diakses
pada
Seribu.
tanggal
21
Agustus 2014 pukul 22.30 WIB Coral Triangle Initiative. 2011. Geographic Priorities for Marine Biodiversity Conservation in Indonesia. (http://www.coraltriangleinitiative.org/sites/default/files/resources/8_Geographic%20Pr iorities%20for%20Marine%20Biodiversity%20Conservation%20in%20Indonesia.pdf) diakses pada tanggal 21 Agustus 2014 pukul 18.08 WIB
Dampak program..., Nadiah Suhaima Ghina, FISIP, 2014