Modul ke:
Fakultas
PSIKOLOGI
Program Studi
PSIKOLOGI
www.mercubuana.ac.id
Kecanduan Obat Ellen Prima, S.Psi., M.A.
Definisi Pecandu adalah pemakai obat habitual yang terus memakai obat terlepas dari efek-efek adversif pada kesehatan & kehidupan sosialnya (Volkow & Li, 2004).
Kambuh dan Penyebabnya Menurut Shaham dan Hope (2005) : 1. Stres 2. Drug priming (mengutamakan obat, satu paparan tunggal ke obat yang sebelumnya disalahgunakan). 3. Paparan isyarat – isyarat lingkungan (misalnya, orang, waktu, tempat, atau objek) yang sebelumnya terkait dengan pemakaian obat. Bukti-bukti dari penelitian tentang pengadministrasian obat pada binatang laboratorium menunjukkan bahwa : 9 korteks prefrontal memediasi kekambuhan yang diinduksi pemprimaan (priming) 9 amigdala memediasi kekambuhan yang diinduksi isyarat kondisional, dan 9 hipotalamus memediasi kekambuhan yang diinduksi stres. Kambuh juga melibatkan aktivasi neuron dari sistem mesolimbik dopaminergik.
Obat yang sering disalahgunakan
Opiat : Heroin & Morfin 9 Getah yg menetes dari bunga opium (sari tanaman poppy) & memiliki beberapa kandungan psikoaktif. 9 Mampu melepaskan rasa sakit & menyebabkan tidur serta menjadi obat yg disalahgunakan krn menghasilkan kondisi euforia yg nikmat. 9 Otak dpt memproduksi zat kimiawinya sendiri yg memiliki efek seperti opiat. Pertama, neuron dlm otak memiliki situs reseptor yg cocok dgn opiat. Kedua, tubuh manusia memproduksi zat seperti opiat yg mengikat situs reseptor yg sama seperti yg diikat opiat, disebut endorfin (endogenous morphine). Toleransi opiat mendorong pecandu utk menggunakan dosis yg semakin tinggi & pengadministrasian yg langsung (suntikan).
Stimulan : kokain & amfetamin Zat psikoaktif yg meningkatkan aktivitas sistem saraf, menyebabkan perasaan euforia dan percaya diri. Stimulan dapat meningkatkan tersedianya neurotransmiter norepinefrina dan dopamin pada otak. Amfetamin (shabu-shabu) sering digunakan dlm bentuk pil/dihisap dlm bentuk murni (“ice”/“crystal meth”). Jenis poten lain dari amfetamin : 3,4methylenedioxymethamphetamine (MDMA, atau ekstasi).
Nikotin 9Nikotin dan zat lain yang ada di dalam rokok bersifat karsinogenik (Slotkin, 1998). 9Nikotin merangsang pelepasan epinefrina, hormon yang menimbulkan aktivitas otonom yang cepat termasuk peningkatan detak jantung dan pelepasan cadangan gula ke dalam darah. Nikotin juga dapat menekan selera makan dan memberi “kenikmatan” psikologis yang singkat.
Alkohol 9 Alkohol memberikan rasa euforia dalam waktu singkat, meningkatkan aktivitas neuron dopaminergik dari sistem mesolimbik dan pelepasan dopamin. 9 Alkohol juga mempengaruhi fungsi otak dengan mengganggu fungsi messengers kedua di neuron, serta mendisrupsi transmisi GABAergik & glutaminergik (Farber & Olney, 2003; Ikonomidou dkk., 2000). 9 Pada level fisiologis, alkohol, seperti benzodiazepine, meningkatkan sensitivitas dari posisi reseptor GABA, krn GABA adalah neurotrasmiter inhibitor. Peningkatan aksi GABA akan mengurangi keseluruhan aktifitas sistem saraf pusat dan menciptakan perasaan santai.
Kannabis (Mariyuana atau Ganja) 9 Mariyuana berasal dari tanaman cannabis sativa. 9 Penggunaan biasanya dgn menghisap daunnya dalam bentuk joint (lintingan mariyuana) dan efektif bila dipakai secara oral. 9 Mariyuana dapat menghasilkan halusinasi ringan. Zat psikoaktif dalam mariyuana adalah delta-9-tetrahydrocannabinol, atau THC. THC ditemukan di cabang & daun tanaman tetapi paling tinggi konsentrasinya pada getah tanaman betina. THC Æ hashish Æ minyak hash. 9 Penelitian tentang THC berubah pada awal 1990-an dengan ditemukannya 2 reseptor di otak (CB1 & CB2). CB1 tenyata reseptor terkait protein-G yang paling menonjol di otak, sedangkan CB2 ditemukan di batang otak & di sel-sel sistem imun (Sickle dkk, 2005). Kedua reseptor tersebut berkaitan dengan golongan neurotransmiter kanabinoid endogen (endocannabinoids). Hippocampus memiliki konsentrasi besar terhadap reseptor THC.
Perspektif Biologis 1. Neurotransmiter Dasar biokimiawi dari penyalahgunaan obat juga melibatkan neurotransmiter lain seperti serotonin yang juga mengaktivasi sirkuit kenikmatan “reward” dalam merespon kokain, alkohol, dan penggunaan obat lain (Begley, 2001 & Rocha dkk., 1998). Selain itu, endorfin juga memiliki kemampuan untuk mengatasi rasa sakit seperti pada opiat.
Lanjutan 2. Faktor Genetik Faktor genetik dan lingkungan berperan penting dalam menentukan kemungkinan seseorang mengkonsumsi obatobatan dan menjadi ketergantungan. Lingkungan memiliki peran yang kuat dalam mempengaruhi seseorang untuk mencoba obat dan terus menggunakannya agar memperoleh kesenangan, tetapi faktor genetik memiliki peran yang lebih kuat dalam menentukan apakah seseorang menjadi kecanduan. Kerentanan terhadap alkoholisme bisa disebabkan oleh perbedaan kemampuan seseorang untuk mencerna atau memetabolisme alkohol & perbedaan dalam struktur atau biokimia otak (Wood dkk., 2001).
Penanganan dan Terapi
Detoksifikasi Penanganan perilaku dengan cara memberikan reward untuk perilaku bebas zat (dinilai dari sampel urine yang bersih) dapat membatu meningkatkan hasil selama detoksifikasi. Detoksifikasi adalah langkah penting menuju hidup bersih, tetapi ini hanya tahap awal.
Antidepresan Dapat mengurangi ketagihan pada kokain setelah putus zat. Obat ini menstimulasi proses saraf yang mengatur perasaan nikmat yang berasal dari pengalaman sehari-hari.
Terapi Pengganti Nikotin 9 Penggunaan pengganti nikotin dalam bentuk permen karet yang diresepkan (Nicorette), stiker di kulit & obat semprot hidung (spray nasal) dapat membantu perokok menghindari gejala putus zat yang tidak menyenangkan & ketagihan untuk rokok yang mungkin terjadi setelah pemutusan rokok. Tetapi, pengganti nikotin ini tidak efektif untuk jangka panjang. 9 Pada tahun 1997, pemerintah menyetujui penggunaan obat antirokok pertama tanpa dasar nikotin, sebuah antidepresan yang disebut bupropion. Obat tersebut telah terbukti lebih efektif daripada plasebo dalam membantu perokok berhenti (Hurt dkk., 1997).
Program Pemantapan Metadon 9 Metadon (methadone) adalah opiat sintetis yang digunakan untuk mengurangi ketagihan heroin dan membantu mencegah gejala tidak menyenangkan yang menyertai putus zat. Metadon berfungsi memblokir efek-efek withdrawal heroin dengan mempertahankan para pecandunya dengan metadon sampai mereka dapat “disapih” darinya (Zador, 2007). 9 Ada tipe narkotik sintetis lain, buprenorfin. Banyak penyedia penanganan lebih memilih buprenorfin daripada metadon karena obat ini memproduksi sedikit sedatif & dapat dikonsumsi dalam bentuk pil hanya 3x seminggu, sedangkan metadon diberikan dalam bentuk cair setiap hari (O’Connor, 2001). Selain itu, buprenorfin dapat memblokir efek-efek opiat pada otak, tanpa menghasilkan euforia yang kuat.
Disulfiram Disulfiram dapat menekan konsumsi alkohol karena kombinasi dari keduanya menyebabkan respons yang tidak enak (mual, sakit kepala, percepatan jantung, muntah & tekanan darah menurun drastis yang menyebabkan individu mengalami shock & meninggal (Kalb, 2001). Akan tetapi, manfaat disulfiram tidak bertahan untuk jangka panjang (Garbutt dkk, 1999).
Nalokson dan Naltrekson 9 Nalokson (naloxon) & naltrekson (naltrexone) merupakan obat yang mencegah rasa melayang yang dihasilkan heroin & opiat lainnya. Dengan mencegah efek opiat, obat tersebut dapat berguna untuk membantu menghindari kambuh setelah putus opiat (Anton dkk., 2001). 9 Naltrekson memblokir rasa melayang dari alkohol & juga dari opiat. Naltrekson tidak mencegah orang untuk minum, tetapi menumpulkan rasa ketagihan akan obat (Kalb, 2001). Dengan memblokir kenikmatan yang dihasilkan alkohol, obat dapat membantu memutuskan lingkaran setan di mana satu kali minum menyebabkan keinginan untuk minum lagi, menuntun pada episode minum berlebih.
Referensi • Pinel, John P.J. (2009). Biopsikologi: edisi ketujuh (Terj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Terima Kasih Ellen Prima, S.Psi., M.A.