MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM PADA LINGKUNGAN BEDA AGAMA DI DUSUN CELENGAN DESA LOPAIT KEC TUNTANG KAB SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I ) Dalam Ilmu Tarbiyah
Diajukan Oleh : FADHULIL JANNAH NIM : 111 10 114
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN) SALATIGA 2014
i
JURUSAN TARBIYAH
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected] Syukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si. Dosen STAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing Lamp : 5 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Fadhulil Jannah Kepada: Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Fadhulil Jannah NIM : 111 10 114 Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI Judul : MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM PADA LINGKUNGAN BEDA AGAMA DI DUSUN CELENGAN DESA LOPAIT KEC TUNTANG KAB SMARANG TAHUN 2014 Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqasyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 24 Desember2014 Pembimbing
Syukron Ma‟mun,S.H.I., M.Si NIP. 19790416 200912 1 001
iii
SKRIPSI MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM PADA LINGKUNGAN BEDA AGAMA DI DUSUN CELENGAN DESA LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 DISUSUN OLEH Fadhulil Jannah 111 10 114 Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24 Desember 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Dr. Agus Waluyo, M.Ag
Sekretaris Penguji
: Sri Guno Najib C. M.A
Penguji I
: Drs. Taufiqul Mu‟in M.Ag
Penguji II
:Rovi‟in, M.Ag
Penguji III
: Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si
Salatiga, .............. Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd NIP. 19670112 199203 1 005
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Bismillahirrohmanirrohim Saya yang bertandatangan di bawahini: Nama
: Fadhulil Jannah
NIM
: 111 10 114
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menyatakanbahwaskripsi
yang
sayatulisinibenar-
benarmerupakanhasilkaryasayasendiri, bukanjiplakandarikaryatulis orang lain. Pendapatatautemuanorang
lain
yang
terdapatdalamskripsiinidikutipataudirujukberdasarkankodeetikilmiah.
Salatiga, 24 Desember 2014 Yang Menyatakan,
Fadhulil Jannah Nim: 111 10 114
v
MOTTO
“Hai
manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.[13]
Imam Ahmad dan imam hadits yang lain meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sekalian para nabi adalah (bagaikan) saudara seibu, tapi agama mereka tetap satu. Dan sesungguhnya aku adalah nabi terdekat dengan Isa ibnu Maryam karena antara dia dan aku tidak ada nabi. Sesungguhnya ia (Isa) akan turun. Apabila kamu melihatnya, maka kenalilah ia lebih dahulu; warna kulitnya putih agak kemerahmerahan, ia mengenakan dua helai pakaian, rambut kepalanya seakan-akan meneteskan air sekalipun tidak basah, ia mematahkan palang salib dan membunuh babi, meniadakan pajak dan menyeru manusia untuk masuk agama Islam. Di zaman turunnya, Allah memusnahkan sekalian aliran agama kecuali Islam. Di zamannya, Allah membinasakan Dajjal, kemudian terciptalah keamanan dan kedamaian di bumi hingga kita akan menyaksikan seekor macan jalan bergandengan dengan unta, singa bergandengan dengan sapi, serigala dengan domba. Anak-anak kecil bermain dengan ular, tetapi anak-anak itu
vi
tidak digigit ular. Isa hidup selama empat puluh tahun kemudian ia wafat dan dishalatkan kaum muslimin.(HR. Ahmad dalam kitab hadits Musnad (2/406)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah skripsi ini selesai Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah mendorong untuk selalu memperjuangkan mimpiku:
1. Ayahanda (M. Khoiri S) dan Ibunda (Marhamah), motivator yang tak pernah lelah memberi semangat kepadaku walaupun jarak memisahkan kita , kalian tetap menjadi motor penggerak hidupku. Mendoakan aku setiap saat serta selalu berusaha mewujudkan setiap harapanku. 2. Kakak-kakakku (Nafsul Mutmainnah, Madiyah, Mahmudah, kak Idin, kak Romin, Kak Atam) dan Adikku (Husni Mubarok, Husnul Khotimah, Abdullah Al-matin) yang telah menjadi penyemangat hidup untuk bisa jadi yang terbaik dan meraih kehidupan yang lebih baik. 3. Semua guru-guruku khususnya K.H. Mukhlis Dimyati dan Ibu Hj Siti Romlah Ali Lc beserta keluarga yang telah menuntun jiwa dan raga yang dhoif ini kecahaya Illahiyah. Terimakasih telah mendidik dan mengajarku. 4. Bapak Syukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si. yang telah sabar dalam mengarahkan dan memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini. 5. Dosen-dosen STAIN Salatiga, terimakasih telah mengalirkan ilmu kedalam hati, menjadi fasilitator serta mendorongku agar bisa berbuat yang terbaik untukku maupun bangsaku. Terima kasih, jasa-jasamu takkan aku lupakan.
viii
6. Semua teman-teman angkatan 2010 yang senasib seperjuangan yang selalu memotivasi dan mendukung agar cepat mnyelesaikan perkuliahan ini. 7. Seluruh teman-teman KOPMA FATAWA yang telah memberikanku banyak pengalaman berharga 8. Semua sahabat-sahabatku tersayang khusunya Al-El Alias Assajadah Balqis n Ellsa lita, tak lupa pula Ute Anabelle, Febri Istanti, Dias Ribiyanti kalian adalah teman seperjuangan dalam suka maupun duka. Juga Taufikurrahman yang selalu memberi nasehat, motifasi dan dorongan agar tetap selalu semangat. Semoga pertemuan kita semua akan abadi sampai hari tua. Terimakasih atas saran, kritik, kebaikan dan ketulusan kalian. Dan semoga kita menjadi manusia yang sukses di dunia dan di akhirat.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. 3. Bapak Rasimin, SPd.I, M.Pd Selaku Ketua program studiPAISTAIN Salatiga. 4. Bapak Syukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si. selaku bimbingan skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran dalam masa bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini. 5. Ibu Muna Erawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimingan selama masa kuliah. x
6. Segenap dosen fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama di bangku perkuliahan. 7. Ayahanda (M. Khoiri S) dan ibunda (Marhamah) yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta dengan tulus ikhlas mendoakan agar cepat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. 8. Kakak-kakakku (Nafsul Mutmainnah, Madiyah, Mahmudah, kak Idin, kak Romin, Kak Atam) dan adikku (Husni Mubarok, Husnul Khotimah, Abdullah Al-matin) yang selalu memberikan motivasi dan semangat. 9. Bapak Solikin dan Ibu Yatimah selaku Kadus Dusun Celengan,Pengurus Krang taruna Dusun Celengan, Remas Dusun Celengan, dan para masyakat atau warga yang telah banyak membantu selama proses penelitian ini berlangsung. 10. Bapak K.H Mukhlis Dimyati dan Ibu Siti Romlah Ali Lc selaku pengasuh pondok pesantren Daru Falah Cukir Jombang yang selalu memberikan pesan moral dan tausiyahnya kepada penulis untuk selalu semangat dalam segala aktifitas supaya sukses di dunia dan di akhirat. 11. Semua teman-teman angkatan 2010, PPL dan KKN yang senasib seperjuangan yang selalu memotivasi dan saling mendukung agar cepat menyelesaikan perkuliahan ini. 12. Sahabat-sahabat dan seluruh pihak yang tak bisa penulis sebutkan satupersatu. Terimakasih atas segala bantuan dan do‟anya.
xi
Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohon do‟a semoga amal mereka diterima oleh Allah SWT. Dan mendapat pahala yang lebih baik serta mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Setelah melalui proses yang cukup panjang, Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang tentunya masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran, kritik, dan masukan yang konstruktif selalu penulis harapkan demi kesempurnaan penulis selanjutnya. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran pendidikan islam dan bagi para pemikir pendidikan di masa depan, berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin…
Salatiga, 14 Oktober 2014 Penulis,
Fadhulil Jannah Nim: 111 10 114
xii
ABSTRAK Jannah, Fadhulil. 2014. 11110114. Model Toleransi Keagamaan Remaja Muslim Pada Lingkungan Beda Agama Di Dusun Celengan Desa Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014 . Pembimbing: Syukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si. Kata kunci: Toleransi Keagamaan Remaja Dusun Celengan Desa Lopait Kec Tuntang Kab Semarang sebagian warganya beragama muslim dan non muslim. Meskipun ada perbedaan keyakinan dan pendapat para remaja tersebut dapat hidup rukun dan bertoleran antar satu dengan yang lain serta dapat menjalankan aktifitas/kegiatan keagamaan mereka dengan lancar. Tidak hanya kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan tetapi juga sikap sosial mereka seperti gotong royong, tolong menolong, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk beribadah, menghargai pendapat orang lain dan menghormati dan menyayangi sesama. Padahal remaja yang secara fisiologis sangat rentan terhadap segala sesuatu, kejiwaan yang labil, dan selalu memegang idiom ketokohan, namun mereka dapat hidup rukun di tengah-tengah lingkungan yang berbeda keyakinan atau beda agama dan tatanan hidup yang berbeda pula. Padahal harus disadari bahwa perbedaan bisa saja menjadi sumber konflik dan perpecahan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Model Toleransi Keagamaan remaja muslim di lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa Lopait Kec Tuntang Kab Semarang Tahun 2014, 2) Sikap Toleransi remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa Lopait Kec Tuntang Kab Semarang Tahun 2014, 3) Faktor penyebab terbangunnya sikap toleransi remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa Lopait Kec Tuntang Kab Semarang Tahun 2014. Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang menjadi subjek penelitian adalah para remaja Dusun Celengan, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik analisis model interaktif.Peneliti menggunakan pendekatan diskriptif analitik dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa model toleransi yang di terapkan dalam kehidupan sehari-hari remaja Dusun Celengan adalah Model Toleransi terbuka Toleransi terbuka yaitu merekadapat menghormati menyayangi dan menghargai antar sesamanya sehingga tidak terjadi kekacauan, konflik ataupun keributan karena adanya perbedaan dan tanpa memandang perbedaan agama, ras, bahasa, karakter dan sifat, dan tertutup, yaitu mereka yang hanya menghormati dan menyayangi dan menghargai karena terpaksa dan hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya saja, dalam arti disini adalah pilih-pilih tidak menyeluruh. Sikap toleransi remaja muslim di Dusun Celengan mereka merealisasikan dengan bersikap dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah; 1)Berkata baik dan sopan serta tidak menyinggung, 2)tidak mengganggu umat lain ketika beribadah, 3)rasa persatuan, 4) gotong royong memperbaiki xiii
tempat umum dan diskusimenghormati acara umat lain, dan Faktor Penyebab Terbangunnya Toleransi Remaja Muslim pada Lingkungan Beda Agama di Dusun Celengan adalah; 1)rasa ingin dihargai, 2) rasa persaudaraan, 3) karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
xiv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... LEMBAR BERLOGO ................................................................................... HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................... iii PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... v MOTTO ...................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ……………………………………………………...... vii KATA PENGANTAR ............................................................................... viii ABSTRAK ................................................................................................... xi DAFTAR ISI ............................................................................................... xii DAFTAR TABEL....................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah ............................................................................. 2 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 8 D. Penegasan Istilah ....................................................................................... 9 E. Metode Penelitian .................................................................................... 11 F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 23 BAB II LANDASAN TEORI A.Model Toleransi Keagamaan ....................................................................... 1. Pengertian Model Toleransi Keagamaan ..................................... 25 2. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan Islam ................................. 27 xv
3. Dasar Kegiatan Keagamaan Islam ............................................... 29 B. Toleransi .................................................................................................. 31 1. Pengertian Toleransi..................................................................... 31 2. Toleransi dalam Islam .................................................................. 34 3. Segi-segi Toleransi ....................................................................... 36 4. Asas Toleransi .............................................................................. 37 5. Problem Toleransi ........................................................................ 39 6. Macam-macam Sikap Toleransi ................................................... 41 C. Remaja Muslim .................................................................................... 42 1. Pengertian Remaja ....................................................................... 42 2. Remaja dan Ciri-cirinya ............................................................... 43 3. Perkembangan Remaja ................................................................. 45 4. Problema Agama dan Akhlak Remaja ......................................... 47 5. Perkembangan Pribadi, Sosial, dan Moral Remaja ...................... 49 6. Kategori Batas Usia Remaja ........................................................ 50 BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek penelitian......................... 52 1. Situasi dan Kondisi Biografi ........................................................ 52 2. Keadaan Sosial Keagamaan ......................................................... 53 3. Keadaan Ekonomi Masyarakat Dusun Celengan ......................... 56 4. Struktur Organisasi Dusun Celengan ........................................... 57 5. Kegiatan Karang Taruna Dusun Celengan ................................... 58 6. Temuan Penelitian ....................................................................... 61 xvi
BAB IV PEMBAHASAN A. Model Toleransi Remaja Muslim Pada Lingkungan Beda Agama..70 B. Sikap Toleransi Remaja Muslim Pada lingkungan Beda Agama
….76
C. Faktor penyebab terbangunnya Toleransi Remaja Muslim Pada Lingkungan Beda Agama............................................ …………….80 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................. 85 B. Saran ........................................................................................... .86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
xvii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1: jumlah Penduduk Menurut Umur Dusun Celengan Tahun 2014 Tabel 3.2: Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Dusun Celengan tahun 2014 Tabel 3.3: Sarana Peribadatan Dusun Celengan tahun 2014 Tabel 3.4: Jumlah Majlis Ta‟lim Dusun Celengan Tahun 2014 Tabel 3.5: Kegiatan Keagamaan Warga Non Muslim Tabel 3.6: Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian Dusun Celengan tahun 2014 Tabel 3.7: Pengurus RT/RW Dusun Celengan Tahun 2014 Tabel 3.8:Daftar Kegiatan Organisasi Remaja Dusun Celengan Tabel 3.9:Data Responden Hasil Penelitian
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang berciri universal,yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya dan juga meletakkan peraturan-peraturan dasar mengenai hubungan-hubungan antar manusia dan kepentingan-kepentingan mereka secara umum, dengan tujuan mensejahterakan dan menentramakan masyarakat. Namun dengan seiring kemajuan ilmu dan teknologi, kehidupan manusia selalu mengalami perubahan,baik dari segi ekonomi,moralitas, sikap sosial dan gaya hidup. Perubahan-perubahan itu terjadi akibat banyaknya tuntunan dan keinginan, baik dari lingkungan masyarakat maupun dari pihak luar. Semakin besar tuntunan tersebut maka, semakin besar pula perubahan watak seseorang, sehingga membawa kepada kehidupan sosial yang berdampak positif seperti perkembangan teknologi,ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Di samping itu pula ada yang berdampak negatif seperti perubahan watak seseorang yang penuh dengan kekerasan, kekejaman, dan kebengisan. Perubahan-perubahan itu telah membawa kepada pergeseran tata nilai yang bertentangan dengan kepribadian bangsa itu sendiri yang bersifat ramah tamah, gotong royong dan sebagainya. Pergeseran tata nilai ini secara konkret membawa pada perilaku hidup umat yang mengejar kehidupan dunia yang tidak
1
menghiraukan baik dan buruk, sehingga melupakan hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan manusia. Dengan adanya pembinaan pengetahuan di bidang agama kiranya dapat meredam sikap yang berdampak pada dekadensi moral. Pendidikan agama dan kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan secara umum sangat penting dalam memenuhi kebutuhan jiwa manusia dan membentuk kepribadian yang baik dan mulia, terutama pendidikan dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang bernuansa Islam. Pengajian dalam majelis ta‟lim dapat dijadikan sebagai wadah pembentukan jiwa dan kepribadian yang agamis sekaligus berfungsi sebagai stabilator dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia yang mempunyai keilmuan dan beriman kepda Allah SWT. Firman allah dalam surat al-Mujadilah ayat 11.
”Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,“berilah kelapangan dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman 2
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan allah maha teliti apa yang kamu kerjakan.” Selayaknya kegiatan-kegiatan bernuansa Islam mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, khususnya bagi remaja. Sehingga tercipta insan-insan yang memiliki keseimbangan potensi dari segi intelektual maupun mental spiritual. Sikap mental yang tertata dengan memperluas wacana keilmuan dengan semua itu maka kejadian yang mengenai keberlangsungan hidup akan dapat mensikapi gejala-gejala perkembangan zaman dengan sinergi. Masyarakat maju atau modern yang beragama, pada umumnya cenderung pada monoteisme, yaitu menyakini hanya pada satu Tuhan, yang menciptakan segenap alam; tiada Tuhan selain Dia, seperti rumusan syahadat (Tidak ada Tuhan selain Allah). Umat Islam, Yahudi,Kristen, Hindu, Budha Mahayana, mengaku bahwa agama masing-masing adalah agama monoteisme (Isomuddin, 2002:31). Pemahaman keagamaan yang ada dalam suatu masyarakat terutama remaja, mereka masih sangat labil dalam menyikapi agama yang di yakininya dan masih sangat beragam sesuai dengan pengetahuan masing-masing. Setiap individu dalam menjalankan ritual keagamaan berbeda-beda meskipun pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah yang menciptakan alam dengan kesempurnaan-Nya Remaja
dusun Celengan kec Tuntang kab Semarang yang warganya
sebagian beragama muslim dan non muslim, meskipun ada perbedaan keyakinan dan pendapat akan tetapi para remaja diDusun tersebut dapat hidup rukun dan bertoleran antar satu dengan yang lain serta dapat menjalankan aktifitas/kegiatan 3
keagamaan mereka dengan lancar. Tidak hanya kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan tetapi
juga sikap sosial mereka seperti gotong royong, tolong
menolong, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk beribadah, menghargai pendapat orang lain dan menghormati dan menyayangi sesama. Untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara manusia diperlukan sikap saling memahami dan menghargai bahkan menerima perbedaan-perbedaan yang timbul dalam masyarakat. Karena dalam masyarakat selalu ada keragaman (pluralisme) baik eksternal maupun internal. Timbulnya keragaman pemahaman atau pandangan dalam masyarakat di dikarenakan tingkat intelektualitas dan kedalaman spiritual anggota masyarakat berbeda. Salah satu sebab yang menimbulkan pemahaman beragam adalah sulitnya dipastikan apakah suatu teks harus di pahami secara literal atau simbolis (Alwi Shihab, 1999:61). Oleh karena itu, pemeliharaan kerukunan dan sikap toleransi menjadi sangat penting untuk menghindari terjadinya konflik baik internal maupun eksternal. Karena toleransi pada dasarnya upaya untuk menahan diri agar potensi konflik dapat ditekan. Secara umum kehidupan dan pergaulan antar umat beragama remaja muslim di Dusun Celengan tanpak rukun. Akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa kehidupan dan pergaulan antar umat beragama tidak pernah terjadi ketegangan atau persaingan satu sama lain.ketegangan dan persaingan dalam kehidupan umat beragama itu wajar dalam kehidupan masyarakat yang beraneka. Sebab dalam masyarakat majemuk pasti terdapat suatu pesaingan dan justru dalam persaingan itu terdapat keberagaman yang menarik. Dengan demikian kita harus belajar 4
toleran terhadap kemajemukan dan dituntut untuk hidup di atas dasar dan dalam semangat pluralisme, contoh kecil saja seperti kegiatan yang diadakan oleh remaja Dusun Celengan, yaitu mengadakan dialog antar umat beragama antara yang umat nasrani dan muslim, mereka mengundang pemuka agama dari umat nasrani dan pemuka agama dari agama muslim, dengan maksud bertukar pikiran, sharing apabila ada konflik ketidaksamaan dan ketidakcocokan yang terjadi diantara mereka, mencari solusi dan jalan keluar dengan mengadakan dialog tersebut. Dengan demikian mereka hidup rukun selama bertahun-tahun di dusun tersebut tanpa konflik yang berkepanjangan. Sesungguhnya masyarakat yang majemuk bisa juga dipandang menjadi suatu berkah sebab dengan kemajemukan itu selain bisa menjadi sumber konflik dan perpecahan, sebenarnya juga berpotensi sebagai sumber kekuatan manakala sumber kekuatan itu dapat dikembangkan untuk pencapaian kesejahteraan dan persatuan dalam masyarakat itu sendiri. Dengan adanya perbedaan itu mereka dapat membangun kerjasama dan kemitraan secara tulus bukan kerjasama yang semu yang dipaksakan sehingga dengan ketulusan itu dapat tercipta kerukunan dan dapat membentuk masyarakat yang harmonis. Seperti ketika ada kegiatan pengajian akbar di Dusun tersebut para remaja yang beragama nasrani ikut serta dalam kerjasama dalam kegiatan tersebut tanpa merasa berat hati, begitu juga ketika umat nasrani mempunyai hajat. Remaja muslim ikut serta membantu dalam hajatan tersebut, hal inilah menjadikan suatu keunikan tersendiri tentang toleransi Remaja yang terjadi di Dusun Celengan yang sangat menarik bila di bahas.
5
Sehubungan dengan itu penulis timbul pertanyaan mendasar, ketika penulis melihat anak-anak remaja yang secara fisiologis sangat rentan terhadap segala sesuatu, kejiwaan yang labil, dan selalu memegang idiom ketokohan, namun mereka dapat hidup rukun di tengah-tengah lingkungan yang berbeda keyakinan atau beda agama dan tatanan hidup yang berbeda pula. Dari uraian di atas, penulis menaruh perhatian terhadap para remaja muslim yang tinggal di daerah tersebut, tepatnya berada di wilayah Dusun Celengan,Desa Lopait, Kec Tuntang, Kab Semarang. Bagaimana sikap toleransi remaja muslim di dusun celengan terbangun? Dan faktor-faktor apa yang menjadikan mereka dapat hidup bertoleran antar sesamanya? Berdasarkan uraian diatas untuk mengetahui secara pasti keberadaan mereka , penulis berusaha meneliti secara mendalam, yang kemudian penelitian ini penulis beri judul “MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM PADA LINGKUNGAN BEDA AGAMA DI DUSUN CELENGAN DESA LOPAIT KAB SEMARANG” B. Rumusan Masalah Memperhatikan latar belakang masalah yang tertulis di atas, maka dapat dikemukakan fokus penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014?
6
2. Bagaimana sikap toleransi remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014? 3. Faktor
apa
yang
menyebabkan
sikaptoleransiremajamuslimpadalingkunganbeda
agama
terbangunnya di
Dusun
Celengan,Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014? 2. Untuk mengetahui sikap toleransi remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014? 3. Untukmengetahuifaktor penyebabterbangunnyasikaptoleransiremajamuslimpadalingkunganbeda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014? D. Kegunaan penelitian
7
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang bagaimana model toleransi keagamaan pada remaja muslim pada lingkungan beda agama serta dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, yakni:
1. Manfaat penelitian secara teoritis a. Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan keilmuan khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya tentang model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama. b. Menambah ilmu pengetahuan berupa hasil penelitian ilmiah sebagai kajian dunia pendidikan islam. 2. Manfaatpenelitiansecarapraktis a. Bagimasyarakat Agarhasilpenelitianinidiharapkandapatmemberikancontoh-contoh, danpelajaranberhargabagimasyarakattentangbagaimana
toleransi
keagamaanbagiremajamuslimpadalingkunganbeda agama. b. Bagiremaja Melalui penelitian ini diharapkan remaja dapat memperkuat hubunganantar sesama temansebayanyadalamberbagaiaspek, baik agama maupun sosial. c. Bagipenulis Melaluipenelitianinidiharapkanpenulismendapat
ilmuyang
lebihterutama dalam bidang toleransi keagamaan dan dapat memberikan
8
sumbangan pemikiran sebagai solusi atas masalah yang di hadapi oleh dunia islam. E. PenegasanIstilah 1. Model Toleransi Keagamaan Model adalah suatu pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.Sedangkan toleransi adalah sifat
atau
sikap
menenggang
(menghargai,
membiarkan,
membolehkanpendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan kelakuan) yang lain atau yang bertentangan dengan pendiriannya (KBBI, 1991:1065) Dan keagamaan berasal dari kata dasar agama yang berarti ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Sedangkan keagamaan adalah yang berkaitan atau berhubungan dengan agama (Depdiknas, 2007:12) Jadi model toleransi keagamaan adalah
suatu pola aktivitas
keagamaan yang mempunyai arti dalam kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai agama, yang diyakininya serta mampu merespon positif terhadap pendapat, pandangan, dan kepercayaan orang lain untuk menghargai serta memahaminya agar tidak terjadi kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari. 2. Remaja Muslim 9
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni anatara 12 sampai 21 tahun (Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. gunarsa, 2011: 203). Yang di maksud remaja muslim dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 12 sampai 21 tahun dan beragama islam.
10
3. Lingkungan BedaAgama Beda agama berasal dari dua kata yaitu beda dan agama. Pengertian beda secara bahasa yaitu yang menjadi berlainan (tidak sama) antara benda yang satu dengan benda yang lain (ketidaksamaan). Sedangkan pengertian agama yaitu segenap kepercayaan (kepada tuhan, dewa, dan sebagainya) serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu (WJS Poerwadarminta, 2007:267) Jadi lingkungan beda agama adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia yang mempunyai pandangan tidak sama antara satu orang dengan orang yang lain kelompok dengan kelompok lain yang berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan. F. MetodePenelitian 1. JenisdanPendekatanPenelitian JenispenelitianyangdigunakanadalahjenispenelitianPenelitiankualit atif, menurut Kirk dan Miller adalahtradisitertentudalamilmupengetahuan sosial yangsecarafundamentalbergantungpadapengamatanpadamanusiadalamka wasannyasendiridanberhubungandenganorangorangtersebutdalambahasanyadanperistilahannya (Margono, 2000:36). SedangkanpenelitiankualitatifmenurutBogdandan mendifinisikan
Taylor
metodologikualitatifsebagaiprosedurpenelitian yang
11
menghasilkan data diskriptifberupa kata-kata tertulisataulisandari orangorang danperilaku yang dapat di amati (Lexy J. Moloeng 2002:3). Penelitiankualitatifbersifat
generating
theory
bukanhipotesis
testing.Sehinggateori yang di hasilkanbukanteorisubtantifdanteori-teori yang diangkatdaridasar.Dalampenelitiankualitatifinihanyamencarigambaranda n data yang bersifatdiskriptiftentang model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014. Penelitianinimenggunakanpendekatandiskriptifdan
analitik
yaituprosedurpenelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulisatau orang-orang dariperilaku yang dapatdiamati dan di analisisdengantujuanuntukmenggambarkankeadaanatau status fenomenadari
data-data
yang
diperolehdariobyekpenelitian,
yang
kemudiandilakukananalisisdengancara: a. Mendiskripsikan data dariinforman. b. Memilahmilahsesuaidengananalisispenelitiankemudiandianalisisolehpenulis. c. Disimpulkanuntukmenjawabtujuanpenelitian. 2. KehadiranPeneliti Dalampenelitianini,
penelitibertindaksebagaipengumpul
dansebagaiinstrument
aktifdalamupayamengumpulkan
lapangan.Sedangkan
instrumen 12
pengumpulan
data
data-data yang
data di lain
selainmanusiaadalahsebagaibentukalat-alat bantu danberupadokumendokumenlainnyayang dapatdigunakanuntukmenunjangkeabsahanhasilpenelitiannamunberfungs isebagai
instrumen
olehkarenaitukehadiranpenelitisecaralangsung lapangansebagaitolakukurkeberhasilanuntukmemahamikasus
pendukung, di yang
diteliti, sehinggaketerlibatanpenelitisecaralangsungdanaktifdenganinformandans umber data lainnyadisini mutlak diperlukan. Selama penelitian ini peneliti melaksanakannya dengan melakukan 8 kali pertemuan, pada tanggal 01 September 2014 peneliti berkunjung ke Kelurahan Desa Lopait dengan maksud permohonan izin, pada hari itu peneliti berbincang-bincang dengan bapak kepala desa dan bapak kadus Dusun Celengan, lumayan cukup lama sekitar 1 jam setengan, peneliti banyak mendapatkan gambaran umum tentang Dusun Celengan mulai dari penduduk, adat, jumlah, dan lain sebagainya. Pada tanggal 03-04 September peneliti terjun langsung di lapangan melihat-lihat keadaan Dusun Celengan, tanggal 07 September 2014 peneliti ikut dalam kegiatan rapat rutin organisasi remaja di Dusun Celengan,dan alhamdulillah para remaja muslim maupun non muslim dapat menerima dan menyambut saya dengan baik, pada tanggal 08-09 dan 11 September 2014 peneliti melakukan wawancara langsung dengan para remaja Dusun Celengan dan pada tanggal 25 September peneliti datang lagi ke Dusun Celengan 13
hanya sekedar silaturrahmi dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang peneliti belum dapatkan, seperti foto-foto kegiatan seperti pengajian akbar yang tentunya tidak bisa peneliti dapatkan secara langsung karena keterbatasan waktu. 3. LokasiPenelitian Penelitianinidilaksanakan
di
KecamatanTuntang,
DusunCelengan,
DesaLopait,
Kabupaten
Semarang
tahun2014.AdapunletakgeografisDusunCelenganberdekatandengantempa twisataGuarong, letaknyapunsangatstrategiskarenaterletak di pinggir jalurutama
Solo-Semarang,
sehinggamudah
jangkaudenganalattransportasiumummaupunpribadi.
Alasan
di lain
pemilihan tempat penelitian adalah berkaitan dengan upaya untuk menumbuhkan kesadaran tentang betapa pentingnya toleransi antar umat beragama khusunya di lingkungan beda agama seperti di Dusun tersebut, yang warganyapun sebagian beragama islam, kisten, dan khatolik serta mereka sangat enak dan ramah-ramah karena masyarakat desa yang lebih mau berusaha berjuang hidup dibandingkan dengan masyarakat kota yang sudah terbiasa dengan berbagai hal yang berbau instan dan segi sikap masyarakat desa juga mudah bersosialisasi, lebih berkerabat antara satu dengan yang lainnya. Karena didesa yang paling penting adalah saling membantu, saling menolong, saling menghargai dan menghormati dan saling pengertian. Hal-hal itulah yang menjadikan peneliti untuk mengambil lokasi tersebut selain mudah di jangkau masyarakatnya yang 14
ramah-ramah,
sehingga
memudahkan
peneliti
dalam
melakukan
penelitian dan penemuan data.
4. Sumber Data Adapunsumber data yang digunakanolehpenelitiyaitu : a. Data Primer Dataprimer
adalah
data
yang
diperolehlangsungdarilapanganatautempatpenelitian.Kata-kata dantindakanmerupakansumber
data
yang
diperolehdarilapangandenganmengamatiataumewawancarai.Penelitimeng gunakan data iniuntukmendapatkaninformasilangsungtentang model toleransikeagamaanremajamuslimpadalingkunganbeda DusunCelengan,
DesaLopait.
Adapunsumber
penulisdapatkandariremajamuslimpadalingkunganbeda
agama data
di
langsung, agama
di
DusunCelengan, DesaLopait, KecTuntang, Kab Semarang. Data-data yang peneliti dapatkan secara langsung adalah cara remaja di Dususn Celengan dalam menyikapi segala sesuatu yang ada di kehidupan mereka baik yang bersifat sosial dan agama, contonya ketika ada yang sakit mereka datang menjenguk dan mendoakan, dan ketika umat lain beribadah mereka menghormati dengan cara tidak menganggu umat lain ketika beribadah. b. Data Sekunder
15
Data
sekunder
adalah
data-data
didapatdarisumberbacaandanberbagaimacamsumberlainnya terdiridarisurat-suratpribadi,
bukuharian,
sampaidokumen-dokumenresmi
yang yang
notulenrapatperkumpulan, yang
dapatdariberbagaiinstansipemerintah.
di Data
sekunderjugadapatberupamajalah,bulletin, publikasidariberbagaiorganisasi,
lampiran-lampirandaribadan-
badanresmisepertikementrian-kementrian, hasil-hasilstudi, tesis, hasil survey, study historis, dansebagainya. Penelitimenggunakan data sekunderiniuntukmemperkuatpenemuandanmelengkapiinformasi
yang
telahdikumpulkanmelaluiwawancaralangsungdenganremajamuslimpadali ngkunganbeda agama di DusunCelengan, DesaLopait, KecTuntang, Kab Semarang. Data sekunder yang penulis dapatkan selama penelitian adalah, notulen rapat, dan struktur organisasi dalam perkumpulan rutin organisasi remaja di Dusun Celengan, dokumen-dokumen resmi yang peneliti dapat dari pemerintah Desa Lopait Dusun Celengan tentang gambaran desa dan penduduk Dusun Celengan, dan dokumterdokumenter kegiatan remaja muslim yang sifatnya sangat lama terjadi seperti pengajian akbar yang terjadi satu tahun sekali, serta buku-buku yang ada di perpustakaan STAIN Salatiga dan perpustakaan daerah juga online atau internet yang membahas tentang toleransi keagamaan. Hal ini peneliti lakukan untuk memudahkan peneliti dalam memahami persoalan yang akan di teliti, khusunya mendapatkan pengertian yang lebih baik 16
mengenai pengalam-pengalaman yang mirip dengan persoalan yang akan peneliti lakukan. 5. TeknikPengumpulan Data a. Wawancara Wawancaraadalahsuatualatpengumpulan
data
atauinformasidengancaramengajukanpertanyaansecaralisanuntukdijawab secaralisan
pula
(Margono,
2000:165).
Jadi
di
siniharusterjadikontaklangsungantarinstrument danpenelitipewawancarayaitu orang yang mengajukanpertanyaan, dan yang
diwawancaraiadalah
orang
yang
memberijawabanataspertanyaantersebut. Wawancaradalampenelitiankualitatifbiasanyamerupakansejeniswa wancaratakberstruktur.Tujuannyaadalahmemperolehketeranganterincidan mendalammengenaiperspektif yang adadalamhatidanfikiran orang lain. Pertanyaanbiasanyatidakdisusunterlebihdahulumalah disesuaikandengankeadaandanjawaban
yang
mengalirsepertidalampercakapanseharihari.Teknikinipenulisgunakansebagaiteknikpokokdalammencari
data
tentangmodel toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, dengan mewawancarai pengurus karang taruna atau organisasi remaja dan remaja-remaja Dusun Celengan. Menurut penulis mereka sangat perlu di wawancarai karena dengan mewawancarai mereka maka 17
penulis akan mendapatkan keterangan secara rinci dan membantu penulis untuk mendapatkan data-data yang akurat. b. Observasi Observasidapatdiartikansebagaipengamatandanpenataansecara sistematik terhadapgejala yang tampakpadaobyekpenelitian (Margono, 2000
:
158).
Observasimerupakankegiatanpemusatanperhatianterhadapobyekdenganm enggunakanseluruhalatindra. Dalamaktivitasobservasidapatdiartikansuatuteknikuntukmengamatisecara langsungmaupuntidaklangsungterhadapkegiatan-kegiatan
yang
sedangberlangsung di lingkunganmasyarakat. Metode-metodeobservasibiasanyadigunakanuntukmenggalidatadata
yang
dengandiamatisecaralangsung.Agar
menjadipartisipansekaliguspengamat, penelitihendaknyaturutsertadalamberbagaiperistiwakegiatan
(S.
Nasution, 2003:60)teknikpenelitianinidigunakanpengamatuntukmencari data tertentu. Observasi secara langsung mempunyai maksud untuk mengamati dan melihat bagaimana sikap toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun tersebut. Hal ini di lakuakan oleh peneliti dengan maksud untuk mendapatkan data tentang toleransi keagamaan yang terbangun di Dusun tersebut, sehingga di peroleh pemahaman atau sebagai alat untuk membuktikan terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.Selama melakukan 18
observasi, adapun yang hal-hal yang diamati peneliti yaitu, lingkungan sekitar atau lokasi, tradisi, adat kebiasaan, para remaja, dan kegiatankegiatan remaja Dusun Celengan, hal ini peneliti lakukan guna mendapatkan gambaran tentang hal-hal yang diamati peneliti tersebut sekitar seperti apa? Dan juga membantu peneliti dalam mengatur strategi dan pendekatan yang lebih dekat kepada para remaja Dusun Celengan, membantu dalam hal pengumpulan data-data.
c. Dokumentasi Dokumentasiadalahmencari data mengenaihal-halatau variable yang
berupacatatan,
notulenrapat,
legger,
transkip, agenda
bukusuratkabar, dansebagainya
majalah,
prasasti,
(SuharsimiArikunto,
1998:231) Dokumenterdiridariatastulisanpribadisepertisurat-surat,bukubukuhariandandokumenresmi.Data dalampenelitiankebanyakandiperolehdarisumbermanusiaatau
human
resource, melaluiobservasidanwawancara. Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu data tentang kegiatan remaja secara
keseluruhan,
diantaranya
kepengurusan, dan jadwal kegiatan. 6. TeknisAnalisis Data 19
keadaan
lingkungan
sekitar,
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis model interaktif. Model analisis interaktif dapat dilihat pada flow chart Sutopo dalam Nur‟aini (2005:8)
A. Pengumpulan data
B. Reduksidata
C. Sajian data
D. Penarikan data
a. Pengumpulan dataadalah pengumpulan data dari lapangan yang baik dari hasil pengamatan maupun wawancara yang dilakukan secara fungsional sehingga diperoleh data yang dituangkan dalam catatan lapangan memuat: 1) Identitas catatan lapangan : pengamatan dan wawancara 2) Bagian diskripsi : yang berisi hasil pengamatan dan wawancara apa adanya atau terbaca dari data yang diperoleh dilapangan. b. Reduksi dataadalah melakukan pemotongan terhadap data-data yang dianggap tidak terkait dengan permasalahan yang diangkat. Prosesnya yaitu dari sekian data yang diperoleh, kemudian dipilah-pilah data mana yang cocok dan dibutuhkan dalam penelitian. 20
c. Penyajian dataadalah melakukan penyajian data yang diperoleh selama penelitian. Penyajian data ini dilakukan setelah data direduksi, penyajian data dilakukan secara sistematis kedalam sebuah laporan. d. Penarikan dataadalah proses penarikan data merupakan proses akhir dari penelitian yaitu dilakukan penarikan kesimpulan akhir dari data-data yang telah disajikan diatas untuk dituangkan dalam hasil penelitian. 3. PengecekanKeabsahanTemuan Ada empatkreteria yang digunakanyaitu : (a) Kepercayaan (creadibility), (b)keteralihan (transferability), (c) Kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). (Lexy J. moleong, 2008 : 324). Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti memakai tiga macam kreteria antara lain sebagai berikut: a. Kepercayaan (kredibilitas) Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya, ada beberapa teknik untuk mencapai kredibilitas ini antara lain: teknik triangulasi dan diskusi teman sejawat. b. Ketergantungan (dependability) Kreteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih jelasnya adalah dikarenakan keterbatasan pengalaman, waktu, dan pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses 21
penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dependability oleh auditor independent oleh dosen pembimbing. c. Kepastian Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta iterpetasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit. 4.
Tahap-Tahap Penelitian Pelaksanaan penelitian ada 4 tahap yaitu : tahap sebelum kelapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. a. Tahap sebelum kelapangan Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis mengkaji referensi-referensi yang berkaitan dengan model toleransi keagamaan. Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunanusulanpenelitian. b. Tahap Pekerjaan Lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa Lopait. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi c. Tahap Analisis Data 22
Tahap analisis data, meliputi analisis data, baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa Lopait. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti. d. Tahap Penulisan Laporan Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing
untuk
mendapatkan
perbaikan
saran-saran
demi
kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi. G. Sistematika penulisan Hasil penelitian ini peneliti sajikan dalam 5 bab, yaitu: Bab pertama: pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi. 23
Bab kedua: kajian pustaka , Pada bab ini berisi tentang pengertian dan paparan mengenai model kegiatan keagamaan, sikap toleransi, remaja muslim, dan batasan-batasan seseorang dikatakan remaja. Bab ketiga: paparan dan hasil temuan penelitian, Pada bab ini berisi tentang gambaran umum Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang (kondisi desa, kondisi pemerintahan desa, visi misi, dan potensi desa), dan kegiatan remaja Dusun celengan, dan hasil penelitian di Dusun Celengan. Bab ke empat: pembahasan, Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis data yang meliputi model toleransi keagamaan remaja muslim, dan penyebab munculnya sikap toleransi pada diri remaja muslim di lingkungan beda agama, serta faktor-faktor penyebab terbangunnya toleransi pada remaja muslim di lingkungan beda agama. Bab ke lima: penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran-saran dalam penelitian. Bagian akhir dari skripsi ini berisi lampiran-lampiran.
24
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model ToleransiKeagamaan 1. Pengertian Model adalah suatu pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Dan sikap toleransi berarti sikap kepedulian, menghargai, dan menghormati orang lain serta dapat menempatkan diri pada situasi yang dialami orang lain sehingga dapat ikut merasakannya dan dengan tindakan sebagai perwujudannya. Sedangkan definisi keagamaan adalah berasal dari agama, menurut teori evolusi yang di kemukan oleh James Fraser dan Andrew Lang bahwa orang akan di perkenalkan perkembangan bentuk-bentuk keagamaan dari bentuk yang masih sangat sederhana hingga bentuk yang modern. Melalui urutan klasik muncullah pra-animisme yang meliputi magisme dan fetisysme, animism, kedudian religi atau agama. Dalam pra-animisme manusia menggunakan kekuatan “gaib” (supra empiris) yang dipercayai berada di dalam bendabenda yang tak bernyawa, seperti batu yang aneh, besi (keris), dlsb. Dalam animisme manusia berhubungan dengan makhluk yang bernyawa, khusunya makhluk halus atau roh-roh (baik dan jahat) yang di percayai memiliki kekuatan lebih tinggi dari pada manusia secara kategorial. Misalnya para arwah nenek moyang , roh-roh yang di percayai menguasai sumber air, sungai, lautan, gunung, dlsb. Dalam religi, manusia mengadakan hubungan 25
dengan “roh yang tertinggi “, yang di percayai memliki kekuasaan yang tak terbatas, yang oleh agama-agama besar disebut TUHAN, yang menciptakan dan menguasai alam semesta (Hendropuspito, 1983:33). Agama menurut toib Thahir Abdul Mu‟in (1983:121) arti agama menurut bahasa sansakerta ialah: a = tidak, gama = kacau, kacau, kocar kacir. Jadi agama artinya tidak kocar kacir: teratur. Arti agama (addin) dalam bahasa arab artinya adab kebiasaan, tingkah laku, taat, hokum, keadaan politik dan fikiran(pendapat). Addin mengadung beberapa arti dalam pemakaian bahasa arab, kadang-kadang addin dipakai juga untuk menyebut hari kiamat, seperti: maaliki yaumiddin artinya: tuhan yang memiliki dan menguasai hari kiamat. Kata addin kadang-kadang dipakai juga untuk agama lain yang dibawa oleh Nabi-nabi terdahulu. Agama ialah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganutpenganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayainya dan di dayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya. (Hendropuspito, 1983:34) Penegertian (agama religi) lebih dipandang sebagai wadah lahiriyah atau sebagai instansi yang mengatur pernyataan iman di forum terbuka (masyarakat) dan yang manifestasinya dapat dilihst (disaksikan) dalam bentuk kaidah-kaidah, ritus, dan kultus, doa-doa dlsb. Bahkan orang dapat menyaksikan sejumlah ungkapan lain yang sangat menarika seperti: lambing-lambang
keagamaan,
pola-pola 26
kelakuan
tertentu
cara
bermisi(berdakwah)
rumah-rumah
ibadah,
potongan
pakaian
dan
seterusnya.(Hendropuspito, 1983:36) Berbicara masalah agama , akhirnya orang sampai pada kata akhir: percaya atau tidak. Seseorang yang beragama, sulit bertemu dalam pandangan hidupnya, dengan yang berpaham materialism dan naturalism. Dalam materialism,--- suatu paham yang sebenarnya tidak dianut oleh orang barat, tetapi juga oleh orang Timur, walaupun secara sistematis di tulis dalam tradisi pemikirannya filsafat barat, yang dianggap nyata atau primer hanyalah materi, kesadaran, akal atau perasaan yang di ungkapkan dalam bahasa, hanyalah refleksi dari materi. Dalam naturalisme, realitas adalah dunia empiris. Realitas itu hanya dapat dipahami lewat sains yang bias memberikan interpretasi mengenai dunia secara memuaskan. (Tufik Abdillah dan M. Rusli Karim, 1989: 16) 2. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan Islam Kegiatan keagamaan islam atau dalam kata lain di kenal pula dengan kata ibadahmempunyai beberapa bentuk atau macam dilihat dari segi ataupun sudut pandang yang berbeda-beda pula. Dalam bukunya Zakiyah darajat
(1983:4)
menyebutkan
bentuk-bentuk
kegiatan
keagamaan
berdasarkan beberapa sudut pandangnya, diantaranya adalah: a. Kegiatan keagaman islam didasarkan pada umum dan khususnya ada dua macam, yaitu:
27
1) Khasanah adalah kegiatan keagamaan yang ketentuannya telah di tetepkan oleh nash, seperti sholat, zakat, puasa, haji. 2) „Aamah adalah semua pernyataan baik yang dilakukan dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah, seperti makan, minum, bekerja, dan lain sebagainya dengan niat melaksanakan perbuatan itu untuk menjaga badan jasmaniyah dalam rangka agar dapat beribadat kepada allah. b. Kegiatan keagamaan islam dari segi hal-hal yang ertalian dengan pelaksanaan nya dibagi menjadi tiga, yaitu: 1)Jasmaniyah ruhaniyah, seperti sholat dan puasa. 2)Ruhaniyah dan maliyah, seperti zakat 3)Jasmaniyah ruhaniyah dan maliyah, seperti mengerjakan haji c. Kegiatan keagamaan islam dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, maka di bagi dua: 1). Fardhi, seperti sholat dan puasa 2). Ijtima‟iseperti zakat dan haji. d. Kegiatan keagamaan islam dari segi bentuk dan sifatnya: 1). Kegiatan keagamaan islam yang berupa perkataan atau ucapan lidah, seperti: membaca do‟a, membaca al-qura‟n, membaca zikir, membaca tahmid, dan mendoakan orang yang bersin.
28
2). Kegiatan keagamaan islam yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti: menolong orang lain, berjihat, membela diri dari gangguan, tajhizul-jjanazah. a) Kegiatan keagamaan islam yang berupa pekerjaan tertentu yangbentuknya meliputi perkataan dan perbuatan, seperti : sholat, zakat, puasa dan haji. b) Kegiatan keagamaan islam yang pelaksanaanya menahan diri, seperti: ihram, puasa, i‟tikaf (duduk di masjid dan menahan diri untuk bermubasyiroh dengan istrinya) c) Kegiatan keagamaan islam yang sifatnya menggugurkan hak, seperti: membebaskan hutang, memaafkan orang yang bersalah. (daradjat 1983: 4-5) 3. Dasar Kegiatan Keagamaan Islam Segala sesuatu kegiatan yang dilakukan atau yang dikerjakan oleh manusia harus mempunyai dasar, begitu juga dengan kegiatan keagamaan islam yang didalamnya meliputi berbagai macam ibadah, baik yang tercantum dalam rukun islam maupun ibadah-ibadah di luar rukun islam tersebut. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah dasar-dasar yang bersumber dari Al-quran, diantaranya sebagai berikut:
29
a. Al-ankabut: 45
Artinya: “Bacalah apa yangtelah di wahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al-quran) dandirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar.dan sesungguhnya mengingat Allah (solat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ankabut: 45) (Departemen Agama RI, 2011:401) b. Al- Faathir: 29
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah anugrahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. AlFaathir: 29) c. Hadist Nabi
Artinya: “Biasanya kami berkumpul mendirikan sholat juma’at bersama Rosulullah SAW , ketika matahari telah tergelincir kea rah barat, kemudian pulang dengan mencari tempat yangteduh.” (H.R Bukhori Muslim) 30
Dari dasar-dasar ayat-ayat Al-quran diatas dapat diambil pelajaran hanya orang-orang yang memahami kitab Allah SWT, mendirikan sholat dan menafkahkan harta di jalan Allah SWT itulah orang yang mengharap pahala kekal. Dan yang dilakukan tersebut adalah termasuk dalam kegiatan keagamaan islam. Dan juga dengan dasar hadist tentang pelaksanaan sholat juma‟t yang harus dilakukan pada waktu sholat dzuhur telah masuk.sebab pada hakikatnya sholat juma‟t sama dengan sholat dzuhur. (Mahalli, 2003: 416) B. Toleransi 1. Pengertian Sikap
toleransi
berarti
sikap
kepedulian,
menghargai,
dan
menghormati orang lain serta dapat menempatkan diri pada situasi yang dialami orang lain sehingga dapat ikut merasakannya dan dengan tindakan sebagai perwujudannya. Makna toleransi menjadi bagaian dari etika islam itu sendiri, yang diambil dari sumber ajaran islam yaitu Al-Qur‟an, Hadist, Ijma‟, Qiyas. Sebagaimana firman Allah
31
Artinya: “Ajaklah (mereka ) ke jalan tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasihat yang baik. Dan debatlah mereka cara yang lebih baik. Sesungguhnya tuhanMU Dia lebih tahu padaorang yang dari jalannya dan Dia lebih tahu pada orang yang mendapat petunjuk. Dalam ayat itu menjelaskan bahwa perintah toleransi sudah sangat jelas,bahwa agama itu tidak dapat dipaksakan kepada seseorang, karena jika agama di paksakan kepada seseorang maka hal itu pasti akan bertentangan dengan fitrah manusia itu sendiri, dan menjatuhkan martabat agam islam. Selain dari ayat al Qur‟an yang menerangkan tentang perintah toleransi, Nabi sendiri juga telah menguatkan dalam berbagai macam Sabda beliau yang menyuruh kita utuk selalu bertoleransi. Seperti dalam sabda nabi yang di riwayatkan oleh Muslim:
Artinya: “Aisyah r.a berkata “Nabi s.a.w Berkata: sesungguhnya Allah itu penyantun suka pada kelembutan dan memberikan kepada orang berlaku lembut (santun) dengan sesuatu yang tidak akan diberikan pada orang yang berlaku kasar dan tidak akan diberikan kepada selain orang yang berlaku lembut (santun)”. (Riwayat muslim) Bila kita perhatikan wasiat nabi di atas dapatlah kita mengerti bahwa beliau adalah orang yang paling tinggi budi pekertinya. Nabi berwasiat demikian agar dapat dijadika sebagai pedoman oleh umatnya untuk selalu 32
bertoleransi kepada siapa saja dan bertutur kata lembut baik itu kepada musuh kita sendiri, bahkan beliau juga pernah berwasiat dalam sebuah hadist bahwa menganjurkan umat-NYA untuk berbuat baik samapi kepada benda mati sekalipun seperti pohon dan rumah. Inilah salah satu contoh toleransi yang diajarkan oleh nabi kepada umatnya, dan bahkan seorang musuh islam bernama Thomas Arnoldseorang orientalis barat, telah mengakui akan ketoleransian nabi Muhammad yang di tulis dalam bukunya berjudul The Preaching Of Islam. (YunusAli Almuhdar, Istilah toleransi dalam bahasa inggris, disebut dengan tolerance berarti kesabaran, kelapangan dada, dapat menerima (John M.e chols dan Hasan Sadily, 595). Dalam bahasa arab disebut dengan tasamukh, yang berasal dari kata samakha, tasaamakha yang artinya memudahkan, berlaku lemah lembut (Mahmud Yunus, 1990:178) sedangkan dalam kamus besar Bahasa indonesia toleransi di artikan sebagai sikap atau sifat menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan melakukan) yang lain atau bertentangan dengan pendiriannya (KBBI, 1991:179) Pada umumnya, toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada manusia atau kepada semua warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menetukan nasibnya masingmasing. Selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak
33
melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat azas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat. Dari beberapa penjelasan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa toleransi adalah sikap membiarkan, mengijinkan orang lain untuk meyakini, memeluk, mengamalkan ajaran agama atau keyakinan masingmasing.
2. Toleransi dalam Islam Toleransi yang dalam bahasa arab di sebut juga dengan tasamuh sesungguhnya merupakan salah satu diantara sekian ajaran inti dalam islam. Toleransi sejajar dengan ajaran fundamental yang lain seperti kasih (rahmah), kebijaksanaan (hikmah), kemaslahatan universal (mashlahah a‟mmah), keadilan (adl) (Abdul Muqsith Ghazali, cetak Biru Toleransi di Indonesia// www google.com) Sebagai suatu ajaran yang fundamental konsep toleransi telah banyak ditegaskan dalam al-qur‟an, dan al-quran berpandangan bahwa perbedaan agama bukan penghalang untuk merajut tali persaudaraan antar sesama manusia yang berlainan agama. Dengan adanya bermacam-macam agama itu bukan berarti Tuhan membenarkan diskriminasi atas manusia, melainkan untuk saling mengakui eksistensi masing-masing (lita‟arafuu)
34
Rosulullah Muhammada SAW dilahirkan sebagai rahmatallil alamin. Oleh karena itu tidaklah beralasan bagi seorang muslim untuk tidak menenggang dan bersikap toleran kepada orang lain hanya karena bukan dari kelompoknya. Pembiaran terhadap orang lain untuk tetap memeluk agama no-islam adalah bagian dari perintah islam sendiri. Dengan perkataan lain pemaksaan dalam perkara agama disamping bertentangan dengan harkat dan martabat manusia – sebagai makhluk yang merdeka - juga bertentangan dengan ajaran islam sendiri, seperti firman allah yang artinya “tidak ada paksaan untuk memasuki agama (islam), sesungguhnya jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat” (QS Al-baqaroh: 256). Bahkan nabi sendiri pernah mendapat teguran dari Allah yang terekam dalam surat Yunus ayat 99 yang berbunyi:
Artinya : maka apakah kamu (muhammad) hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya (QS Yunus : 99). Dalam ayat yang lain Allah berfirman
35
Artinya : “Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku (QS Al-kafirun :6) Menjadi hak setiap orang untuk mempercayai bahwa agamanyalah yang paling benar. Namun dalam waktu yang bersamaan, yang bersangkutan juga harus menghormati jika orang berfikiran serupa. Karena tidak ada manfaatnya sama sekali memaksa orang lain untuk memeluk suatu agama tanpa di barengi dengan keyaqinan, dan juga memeluk agama karena paksaan dan intimidasi merupakan pemelukan agam yang sia-sia. Tidak adanya tekanan teologis untuk melakuakn pemaksaan dalam urusan agama ini menjadi maklum karena Allah telah memposisikan kepada kita bahwa manusia adalah sebagai makhluk yang berakal yang mampu untuk membedakan yang baik dan buruk.
3. Segi-segi Toleransi Dalam
pembahasan
sebelumnya
telah
di
uraikan
betapa
toleransinya ummat islam terhadap masyaraka atau umat agama lain. Dalam pembahasan berikutnya akan disampaikan segi-segi toleransi secara singgakat yang di paparkan oleh Umar Hasyim dalam bukunya ( 1979:2325). Diantaranya sebagai berikut: a. Mengakui Hak Setiap Orang Setiap manusia tentunya mempunyai kepentingan yang berbeda dalam kehidupannya. Mengakui hak setiap orang merupakan satu sikap mental yang mengakui bahwa setiap manusia berhak menentukan sikap laku dan nasibnya masing-masing. 36
b. Menghormati Keyakinan Orang Lain Tidak menghormati keyakinan orang lain atau memaksakan keyakinan seseorang dengan kekerasan atau dengan cara halus akan mengakibatkan orang lain bersikap hipokrit atau munafik. Dari uaraian tersebut jelaslah bahawa sikap umat islam terhadap umat lain harus tetap menghormati c. Agree In Disagreement (Setuju dalam Perbedaan) Perbedaan tidak harus menimbulkan pertentangan karena memang di dunia ini sesalu ada perbedaan. d. Saling Mengerti Tidak akan terjadi saling menghormati antara sesama orang lain bila tidak ada saling mengerti. Saling membenci dan saling berebut, adalah pengaruh salah satu akibat dari tidak adanya saling pengertian dan saling menghargai antara satu dengan yang lain. e. Kesadaran dan Kejujuran Sikap toleransi menyangkut sikap dan kesadaran batin seseorang, dan kesadaran jiwa menimbulkan kejujuran dan kepolosan sikap laku. f. Jiwa falsafah pancasila Dari segi-segi yang telah disebutkan di atas,pancasila telah menjamin adanya ketertiban dan kerukunan hidup bermasyarakat, karena falsafah pancasila itu merupakan satu landasan yang telah di terima oleh segenap manusia Indonesia. 4. Asas Toleransi 37
Asas toleransi disini dimaksudkan suatu sikap atau tindakan yangmerupakan dasar bagi terwujudnya sifat atau sikap toleransi tersebut. Asas toleransi beragama menurut Suryan A Jamarah dalam bukunya dapat dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya adalah: a. Dialog Antar Umat Beragama Adapun dialog antar umat beragama yang dimaksutkan oleh Suryan A Jamarah adalah pembicaraan yang mendalam, suatu keterbukaan antar umat beragama (1986:20 ) Pengertian tersebut diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa dialog antar umat beragama adalah suatu percakapan, pembicaraan atau pembahasan secara terbuka yang melibatkan antara pemuka agama satu dengan yang laindengan tujuan untuk menyamakan persepsi, pemahaman dan lain sebagainya dalam rangka mewujudkan kerukunan dan kebersamaan. b. Kerjasama antar Kemasyarakatan Kerjasama antar kemasyarakatan menurut Abu Zahra yang dikutip oleh Suryan A Jamarah dalam bukunya dimaksutkan kerjasama atau tolong menolong adalah suatu dasar umum bagi semua masyarakat (1986:21) Dari pengertian tersebut kaitannya dengan toleransi anatar umat beragama, maka kerjasama ini adalah suatu dasar bagi terwujudnya 38
toleransi tersebut. Bila kerjasama ini terbina dengan baik kiranya bisa digambarkan bahwa toleransi akan terwujud. Melalui
kerjasama
sosial
kemasyarakatan,
rasa
saling
ketergantungan, rasa keakraban dan persaudaraan serta saling hormat menghormati antar umat beragama dapat dipupuk dengan baik, sehingga dalam menghadapi persoalan-persoalan yangbersifat agamis yang serba berbeda itu, akan terwujud pulalah sikap toleransi. 5. Problem Toleransi Problem ialah masalah yang harus dipecahkan. Yang dimaksut problem disini adalah masalah atau hal-hal yang merupakan faktor penghambat atau penghalang bagi terwujudnya toleransi, antar umat beragama. Adapun problem yang dimaksut dari pengertian tersebut diatas, antara lain sebagai berikut: a. Faktor Perbedaan Kehidupan yang beraneka ragam agama atau keyakinanmuncul dipermukaan masyarakat luas yang memiliki perbedaan ajaran atau tidak sama bahkan ada yang bertentangan antara satu dengan yang lain. Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwasannya kehidupan ini banyak sekali perbedaan yang muncul di masyarakat baik secara agama atau keyakinan, pendapat, pemahaman, atau sifat antar satu sama lain. 39
Dalam suasana tersebut pembicaraan masalah agama orang selalu terlihat, berpihak dan tidak mungkin sepenuhnya rasional dan obyektif. Hal ini merupakan faktor awal munculnya permasalahan, perpecahan bahkan peperangan antar satu sama lain. Orang akan lebih menggunakan keimanannya. Karena perasaan selalu dipengaruhi oleh agama seperti di atas dan karena perbedaan yang sedemikian prinsipil sehingga membawa umat suatu agama memusuhi bahkan memerangi umat agama lain. Dengan gambaran diatas, dapatlah kiranya dimengerti bahwa, selagi sikap menghadapi perbedaan semacam tersebut diatas masih berakar pada tiap-tiap jiwa umat, niscaya selama itu pula toleransi antar umat beragama sukar terwujud. b. Fanatisme Negatif Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, betapa agama-agama itu tidak sama dan betapa tiap-tiap orang selalu berpegang teguh kepada perasaan dan keimanan agamanya masing-masing. Selanjutnya akan di kemukankan betapa fanatiknya seseorang tersebut terhadap agama atau keyakinan sehingga akan membawa manusia mengarah pada hal-hal yang negatif. Seperti disampaikan oleh Suryan A Jamarah bahwa pengertian fanatisme ialah semangat untuk mengejar-ngejar suatu tujuan tertentu, disertai dengan manifestasi emosional yang sangat kuat dan luar biasa, serta keyakinan keyakinan terlampau kuat (1986 :23)
40
Dari pengertian tersebut diatas dapat juga dimaksutkan bahwa fanatisme adalah suat tindakan atau sikap teguh menjalankan perintah agama, tunduk dan taat kepada ajarannya serta keyakinan agamanya, tidak akan goyah pensiriannya walau godaan yang sangat keras menimpanya. Jadi dalam hal ini dimaksudkan bahwa fanatisme itu baik, tiap-tiap umat dituntun harus berpegnag teguh dan taat kepada perintah-perintah agamanya.tetapi
bukan
fanatisme
yang
mengarahkan
manusia
berperilaku dan bersikap negatif dengan merealisasikan segala sikap dan gerakannya untuk menyerang,menghina faham atau keyakinan orang lain. 6. Macam-macam sikap toleransi Kita hidup dalam negara yang penuh keragaman, baik dari suku, agama, maupun budaya. Untuk hidup damai dan berdampingan, tentu dibutuhkan toleransi satu sama lain.Menurut Yosef Lalu (2010) Toleransi sendiri terbagi atas tiga yaitu:
1. Negatif adalah isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan saja karena menguntungkan dalam keadaan terpaksa.Contoh PKI atau orang-orang yang beraliran komunis di Indonesia pada zamanIndonesia baru merdeka. 2. Positif adalah Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.Contoh seseorang beragama Islam wajib hukumnya menolak
41
ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama yang diyakininya, tetapi penganutnya atau manusianya dihargai. 3. Ekumenis adalah Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri.Contoh si A dengan teman temannya si B sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi berbeda aliran atau paham.
Dalam
kehidupan
beragama
sikap toleransi
ini
sangatlah
dibutuhkan, karena dengan sikap toleransi ini kehidupan antar umat beragama dapat tetap berlangsung dengan tetap saling menghargai dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.Toleransi antar umat beragama bila kita bina dengan baik akan dapat menumbuhkan sikap hormat menghormati antar pemeluk agama sehingga tercipta suasana yang tenang, damai dan tenteram dalam kehidupan beragama termasuk dalam melaksanakan ibadat sesuai dengan agama dan keyakinannya Melalui toleransi diharapkan terwujud ketenangan, ketertiban serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masingmasing. Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu akan terbina peri kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.
C. Remaja Muslim 1. Pengertian
42
Menurut Prof. Dr. singgih D. Gunarsa dan Drs. Yulia singgih D. gunarsa remaja adalah masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara 12 samapi 21 tahun (Prof. Dr. singgih D. Gunarsa, Drs. Yulia singgih D. gunarsa, 2011:203), remaja adalah seseorang yang mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin (WJ.S.Poerwadarminta: 964), muslim adalah orang yang beragama islam. Jadi remaja muslim yang di maksut disini adalah seseorang yang sudah sampai umur yaitu antara umur 12 samapi 21 tahun dan beragama muslim atau islam.
2. Remaja dan Ciri-cirinya Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, luar dan dalam, hal itu membawa perubahan yang tidak sedikit pada remaja terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja (darajat, 1978: 8). Menurut beberapa ahli remaja juga disebut dengan berbagai macam istilah seperti pubertas. Remaja adalah periode transisi yaitu periode anak-anak ke periode dewasa (uhbiyati, 2009: 20). Dalam agam islma, biasa di katakan remaja bila seseorang telah akil baligh, telah bertanggung jawab atas setiap perbuatan nya (darajat, 1987: 11) Menurut Nur Uhbiyati (2009: 96-97), masa remaja terbagi menjadi tiga fase yaitu:
43
a. Praremaja masanya sangat pendek, kurang lebih satu tahun. Untuk wanita 11-12/ 12-13 tahun dan untuk laki-laki 12-13/13-14 tahun. Dikatakan juga sebagai fase negatif yakni fase yang sukar untuk anak-anak dan orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh, terutama fungsi seks. b. Remaja awal 13/14-17. Perubahan-perubahan fisik terjadi dengan pesat dan mencapai puncaknya. Ketidakseimbangan emosional da tidak stabil dalam banyak hal terdapat pada masa ini. Ia mencari identitas diri karena pada masa ini statusnya tidak jelas, pola hubungan sosial mulai berubah. c. Remaja lanjut 17-20/21 tahun. Diri menjadi perhatian, ia ingin menonjolkan diri, caranya lain dengan remaja awal. Idealis, mempunyai cita-cita tinggi. Bersemangat dan mempunyai energi yang besar. Usahausaha memantapkan idealitas dir. Ingin mencapai ketidaktergantungan emosional. Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam perubahan fisiknya maupun perubahan sikap dan perilakunya. Berikut ini empat perubahan yang bersifat universal selama masa remaja: 1) Meningkatnya emosi : identitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Perubahan emosi ini banyak terjadi pada awal remaja 2) Perubahan fisik, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial menimbulkan masalah-masalah baru sehingga selama masa ini remaja merasa di timbuni masalah. 44
3) Dengan berubahnya minat dan perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang dianggap penting atau bernilai pada masa kanak-kanak sekarang tidak lagi. Kalu pada masa kanak-kanak segi kuanlitas yang di pentingkan, sekarang segi kualitas yang diutamakan. 4) Sebagian besar remaja bersifat ambivalensi terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut (Syafa‟at dkk, 2008:96-97) 3. Perkembangan Remaja Pada masa remaja terjadi beberapa perkembangan, menurut Aat Syafa‟at dkk (2008: 103-104), diantaranya sebagai berikut: a. Perkembangan Fisik Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan kehidupan, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat peat. Masa pertama terjadi pada fase pranatal dan bayi b. Perkembangan Intelektual Ditinjau dari perkembangan intelektual, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal. Remaja secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain, operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistem sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada berfikir kongkrit. c. Perkembangan Emosi 45
Masa remaja merupakan puncak emosional, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi perkembangan emosi atau perasaan dan dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti parasaan cinta,rindu, dan keinginan untuk berkenalan dengan lawan jenis.
d. Perkembangan Sosial Pada masa ini remaja sudah mempunyai kemampuan untuk memahami orang lain, sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat, pribadi, nilai-nilai, minat maupun perasaannya. e. Perkembangan Moral Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatanperbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lai. Remaja berperilaku bukan
hanya
untuk
memenuhi
kepuasan
fisiknya,
tetapi
juga
psikologisnya.
f. Perkembangan Kepribadian Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari fisik, sikap kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respon, individu yang beragam. Fase remaja yang paling penting bagi perkembangan dan integritas kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tempat terjadinya perubahan kepribadian pada masa remaja meliputi 46
1) Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai dewasa 2) Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru. 3) Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan mengevaluasi kembali tentang standar (norma) tujuan, cita-cita 4) Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heterokseksual, berteman dengan pria maupun wanita. 5) Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. 6) Perkembangan kesadaran agama, pada tahap ini anak akan memiliki kemampuan berfikir abstrak dan mampu mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan Yang Maha Esa.
4. Problema Agama dan Akhlak Remaja Para remaja menghadapi pula problema yang menyangkut agama dan budi pekerti karena, masa remaja adalah masa dimana remaja mulai ragu-ragu
terhadap
kaidah-kaidah
akhlak
dan
ketentuan
agama,
kebimbangan pikiran remaja itu akan memantul kepada tingkah laku mereka, sehingga tanpak berbeda sekali dalam periode umur ini.keteganganketegangan emosi, peristiwa-peristiwa yang menyedihkan dan keadaan yang tidak menyenangkan, mempunyai pengaruh besar dalam sikap remaja terhadap masalah-masalah agama dan akhlak. Oleh karena itu dapatlah
47
dikatakan bahwa penentuan problema ini, tidak cukup dengan factor ratio saja, bahkan dipengaruhi pula oleh factor-faktor luar. Masa remaja adalah masa yang sangat peka terhadap agama dan akhlak. Kadang – kadang remaja menjadi sangat peka terhadap agama dan akhlak, kadang-kadang remaja menjadi bimbang terhadap agama dan akhlak, selanjutnya terhadap ajaran agama. Akan tetapi di samping itu ia merasa butuh akan bantuan dari luar yang melampui kekuatan manusia, seolah-olah tidak percayanya kepada tuhan mengandung keyaqinan. Demikianlah percaya dan iman berganti-ganti, sehingga hiduplah mereka pada masa tertentu dalam ambivalensi yang berlawanan. Akhirnya berhenti disatu titik, biasanya pada iman yang telah didahului oleh keraguan dan kegoncangan (Zakia daradjat, 1959: 172). Menurut riset yang dilakukan oleh zakia darajat bahwa remaja Indonesian 30,70 – 31,50 % mereka tidak mampu menganalisis masalah agama dengan logika saja , kendatipun mereka percaya kepada logika. Maka mereka adakalanya menyerahkan terhadap ajaran agama tanpa meminta penjelasan logis, dan bahkan 36,63 – 51,51 % semakin besar remaja semakin berkurang perhatian mereka untuk menjalankan ajaran agama, terutama sembayang. Kegoncangan iman remaja terhadap tuhan adalah wajar, karena masa remaja adalah masa keragu-raguan ,dilain pihak ia merupakan masa bersemangtnya terhadap agama, perlu di ketahui bahwa kebimbangan 48
remaja tentang agamatidaklah tetap, maka dalam hatinya merasa bahwa agama suatu kekuatan gaib yang pasti ada yang tugasnya mengatur alam semesta ini, oleh karena itu remaja segera mencari-NYA apabila ia ditimpa oleh suatu musibah atau kesulitan berat. Kurangnya perhatian remaja terhadap persoalan ini di sebabkan oleh keadaan adat, agama,dan social dalam masyarakat( Zakia daradjat, 1959: 175-176).
5. Perkembangan Pribadi, Sosial, dan Moral Remaja Pribadi diartika sebagai organisme yang dinamis dalam sistem fisikpsikis,
yang
menetukan
seseorang
menyesuaikan
diri
terhadap
lingkungannya.Pribadi seseorang unik dan dinamis, keunikan itu bermula pada hakekat kepribadian itu sendiri yang merupakan bentukan dari faktorfaktor dalam dan luar. Faktor luar adalah pembawaan (hereditas) yang melekat pada organisme, dan citra diri (self-concept). Sedangkan factor luar adalah pengaruh lingkungan terutama lingkungan sosial (dalam proses sosialisasi). Tiga hal yang berpengaruh kuat tadi (pembawaan, citra diri, dan lingkungan sosial) terdapat perbedaan dalam kualitas dan kuantitasnya yang terkenakan pada individu sehingga seseorang membangun kepribadiannya secara unik. Kedinamisan pribadi menjelaskan bahwa pribadi itu berkembang selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan segala aspek (biologis, psikologis, sosiologis) seseorang.
49
Remaja dengan citra dirinya, menilai diri sendiri dan menilai lingkungannya terutama lingkungan social. Misalnya remaja menyadari adanya sifat dan sikap sendiri yang baik dan buruk, dengan kesadaran itu pula remaja menilai sifat dan sikap teman teman-teman sepergaulannya, yang kemudian dibandinkan dengan sifat dan sikap yang dimilikinya. Dalam masa remaja awal ini, seringkali remaja menilai dirinya tidak selaras dengan keadaan yang sesungguhnya , maksutnya adalah remaja sering memiliki citra diri yang lebih tinggi ataupun lebih rendah dari yang semstinya(Drs Andi Mappiare, 1982:67). Moral sebagai standar yang muncul dari agama dan lingkungan social remaja, memberikan konsep-konsep yang baik dan buruk, patut dan tak patut, layak dan tak layak secara mutlak. Pada satu pihak, remaja tidak begitu saja menerima konsep-konsep yang di maksut, tetapi di pertentangkannya dengan citra diri dan struktur kognitif yang di milikinya. 6. Kategori Batas Usia Remaja Bagi setiap remaja mempunyai batasan usia, bagi remaja masingmasing yang satu sama lain tidak sama. Di Negara Indonesia sendiri dalam rangka usaha pembinaan dan penanggulangan kenakalan remaja, agar secara hukum jelas batas-batasnya, maka di tetapkan lah batas usia bawah dan usia atas.Menurut M. Arifin dalam bukunya (1982:80-81) batas usia bawah sebaiknya adalah 13 tahun dan batas usia atas adalah 17 tahun baik laki-laki maupun perempuan dan yang belum kawin (nikah).
50
Penentuan batas usia tersebut di atas berdasarkan alasan sebagai berikut: a. Anak pada usia sebelum 13 tahun dikategorikan usia anak-anak, yang tindakan atau perilakunya belum dapat dibebani pertanggungan jawab social dan agama. Perilaku dan tindakan anak usia sebelum umur 13 tahun meskipun melanggar norma-norma hokum, social, dan agama yang diberlakukan (baik dalam keluarga, masyarakat, maupun pemerintahan) oleh orang tua, oleh pemimpin masyarakat, atau oleh pemerintah, tidak dapat dibebani sanksi-sanksi hukuman seperti terhadap orang dewasa. Perteanggung jawab atas anak tersebut adalah di tangan orang tuanya, atau walinya, kecuali jika anak usia tersebut telah kawin. Pada usia sebelum 13 tahun anak belum dapat dibebankan tanggung jawab keluarga secara penuh, kecuali jika ia telah ijin kawin, pada usia ini anak belum dapat dimintai tanggung jawab keluarga secara penuh, kecuali ia telah kawin. b. Kenakalan remaja, menurut data yang diperoleh selama ini, banyak terjadi dalam bentuk dan sifat kenakalan yang dilakukan oleh anak usia 13 s.d anak usia 17. Bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak usia sebelum 13 tahun pada umumnya belum begitu serius dan membahayakan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh anak usia 13 tahun keatas. Sedamgkan usia 18 tahun keatas adalah dipandang sudah menjelang dewasa yang telah terkena sanksi hukum. 51
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Situasi dan Kondisi Biografi Untuk mengetahui lebih jauh mengenai wilayah penelitian yaitu Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, maka penulis melaporkan beberapa tinjauan sebagai berikut. Secara geografis Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang terletak di daerah lereng Gunung Rong dan adapun batas wilayah Dusun Celengan dengan Dusun-dusun yang mengeliliginya, disebelah barat bagian Dusun Celengan berbatasan dengan Desa Gudang, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Cerbonan dan sebelah utara berbatasan dengan Dusun Ndelik dan PTP Perkebunan, serta bersebelahan dengan Watu Agung sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Dusun Banjaran.
52
Dusun Celengan dibagi menjadi dua bagian yaitu RT 01- 06 masuk pada daerah Dusun Celengan sedangkan RT 07-10 masuk pada derah Dusun Jeblosan. Dusun celengan mempunyai 10 RT. Dusun Celengan Dusun yang termasuk berpendudukpadat. Dusun yang berada dalam wilayah Desa Lopait ini mempunyai 1603 jiwa, yang terbagi menurut jenis kelamin sebagai berikut:
a. Laki-laki
: 814 orang
b. Perempuan
: 789 orang
Dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 472 orang yang dibagi menjadi KK laki-laki dan KK perempuan. KK laki-laki berjumlah 403 orang dan KK perempuan 69 orang. Adapun pengelompokan penduduk menurut kelompok umur pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini: TABEL 3.1 JUMLAH PENDUDUK MENURUT UMUR DUSUN CELENGAN PERIODE 2014 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Umur 0<1 1-5 6-10 11-15 16-20 21-25 26-30 31-40 41-50 51-60
Jumlah 50 Orang 85 Orang 150 Orang 165 Orang 180 Orang 165 Orang 180 Orang 195 Orang 185 Orang 150 Orang 53
11
60-KEATAS Jumlah
98 Orang 1603 Orang
2. Keadaan Sosial Keagamaan Masyarakat Dusun Celengan yang berjumlah 1603 jiwa kebanyakan warga Dusun Celengan beragama Islam namun ada juga yang beragama Non Islam yaitu Kristen dan Katolik, jika di prosentasekan masyarakat Dusun Celengan yang beragama Islam ada sekitar 88,52%, yang beragama kristen ada 11,22% dan yang beragama katolik ada 0,24%. untuk lebih lebih jelasnya mengenai keadaaan sosial keagamaan dan jumlah pemeluk serta sarana peribadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan 3.3berikut ini: TABEL 3.2 JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA DUSUN CELENGAN PERIODE 2014 No 1 2 3 4 5 6
Jenis Agama Islam Kristen Katholik Hindu Budha Konghuchu Jumlah
Jumlah
prosentase
1419 orang 180 orang 4 orang 1603 orang
88,52% 11,22% 0,24 %
TABEL 3.3 SARANA PERIBADATAN DUSUN CELENGAN PERIODE 2014
54
No 1 2 3
Jenis Sarana Ibadah Masjid Mushola Gereja
Jumlah 2 2 1
Secara umum keadaan fisik bangunan tempat ibadah yang ada di Dusun Celengan Desa Lopait dikatakan baik dan cukup permanen. Rata-rata bangunan fisik tempat ibadah di Dusun Celengan Desa Lopait ini lebih baik dari pada rumah penduduk pada umumnya. Hal ini setidaknya merupakan indikasi bahwa perhatian mereka terhadap masalah keagamaan cukup besar dan baik. Masyarakat Dusun Celengan bisa dikatakan baik dan peduli terhadap kegiatan keagamaan dan sosial, hal ini dapat dilihat dari kegiatan keagamaan yang diikuti oleh masyarakat Dusun Celengan. Adapun data yang lebih jelas dapat dilihat dari data statistik majelis Ta‟lim di masyarakat Dusun Celengan pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5 kegiatan keagamaan warga non muslim berikut: TABEL 3.4 JUMLAH MAJLIS TA’LIM DUSUN CELENGAN PERIODE 2014 No 1 2 3
Tingkat Pendidikan Majlis Ta‟lim Perempuan Majlis Ta‟lim Laki-laki Majlis Ta‟lim Remaja Masjid
Jumlah 35 orang 29 orang 55 orang
TABEL 3.5 KEGIATAN KEAGAMAAN WARGA NON MUSLIM 55
DUSUN CELENGAN PERIODE 2014 No 1 2 3
Nama Kegiatan Kebaktian kaum wanita dan laki-laki Kelompok wilayah dan lingkungan Remaja gereja
Jumlah 50 Orang 52 Orang 30 Orang
Dari Tabel diatas dapat kita lihat bahwasannya masyarakat Dusun Celengan baik yang muslim maupun non muslim dapat aktifdalam menjalankan kegiatan keagamaan mereka
dan berjalan
lancar, sepertimajlis ta‟lim dan remas yang di miliki warga muslim mereka biasanya berkecimpung mengurusi keagamaan
keagamaan
warga muslim seperti pengajian, peringatan hari besar islam seperti hari raya, zakat fitrah, yasinan, pendidikan Alquran untuk anak-anak, dan lain sebagainya. Begitu juga warga non muslim juga dapat menjalankan kegiatan keagamaan mereka seperti kelompok kebaktian kaum laki-laki dan perempuan dan remaja gereja yang mengurusi halhal yang berkaitan tentang keagamaan seperti latihan koor setiap sabtu sore, missa pagi setiap minggu jam 5 pagi, ibadah anjang sanah, dan PPA (Pusat Pengembangan Anak),bible kring setiap rabu dan dua minggu sekali, Untuk kelompok wilayah dan lingkungan biasanya mengurusi hal-hal atau kegiatan keagamaan yang berkaitan dengan wilayah seperti persekutuan doa gabungan. 3. Keadaan Ekonomi masyarakat Dusun Celengan
56
Keadaan
penduduk
Dusun
Celengan
berdasarkan
mata
pencaharian :
TABEL 3.6 PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN DUSUN CELENGAN PERIODE 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mata Pencaharian PNS Pegawai swasta Pensiun Wiraswasta Buruh harian lepas Buruh tani Petani Nelayan Lain-lain Jumlah
Jumlah 1 Orang 284 Orang 5 Orang 216 Orang 369 Orang 1 Orang 48 Orang 1 Orang 678 Orang 1603 Orang
4. Struktur Organisasi Dusun Celengan Untukmelancarkan jalannya mekanisme kerja di suatu lembaga / instansi, maka perlu adanya pembagian kerja, sehingga dengan demikian semua tugas dan pekerjaan diharapkan dapat dikerjakan dengan baik. Demikian halnya dengan Dusun Celengan, Desa Lopait 57
secara administrasi berada di wilayah Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, baik tugas rutin maupun tugas pembangunan seorang RW dibantu oleh 10 RT, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3,7 berikut ini :
TABEL 3.7 PENGURUS RT/RW DUSUN CELENGAN PERIODE 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KETUA RW Bp.Kusnadi Bp.Kusnadi Bp.Kusnadi Bp.Kusnadi Bp.Kusnadi Bp.Kusnadi Bp.Kusnadi Bp.Kusnadi Bp.Kusnadi Bp.Kusnadi
KETUA RT Bp. Zarkoni Bp. Maryoto Bp. Sarmat Bp. Tukimin Bp. Zaenal Mustofa Bp. Ahmad Zarkoni Bp. Sikhono Bp. Jumadi Bp. Wagidi Bp. Maryono
BENDAHARA SEKRETARIS Bp. Khoiri Bp. Tulus Bp. Rosyid Bp. Ahmad Bp. Tommy Bp. Hardi Bp. Muji Bp. Saeful Bp. Slamet Bp. Santoso
Bp. Zaenuri Bp. Mustofa Bp. Parman Bp. Andreas Bp. Kholis Bp. Wahib Bp. Wagimin Bp. Sutiman Bp. Faiz Bp. Taufik
5. Kegiatan Karang Taruna / Organisasi Remaja Para remaja Dusun Celengan terbilang remaja yang aktif dalam berbagai kegiatan di Dusun mereka baik agama maupun sosial, di buktikan dengan adanya organisasi remaja atau karang taruna dan adanya kegiatan-kegiatan para remaja di dalam karang taruna tersebut, 58
adapun kegiatan para remaja karang taruna di bagi menjadi tiga bagian kegiatan yaitu mingguan, bulanan, dan tahunan, kegiatan mingguan seperti bermain bola atau olah raga bersama dengan seluruh anggota aktif dan pasif karang taruna, kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada hari minggu sore dengan tujuan untuk mempererat tali persaudaraan dan terciptanya persatuan dan kesatuan tanpa memandang perbedaan, adapun kegiatan bulanan seperti adanya pertemuan rutin para remaja Dusun Celengan yang di isi dengan sharing atau diskusi yang biasanya di laksanakan setiap bulan sekali minggu pertama, kegiatan ini dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan atau menyampaikan informasi, bila ada sesuatu yang penting, kemudian ada kegiatan penyuluhan tentang narkoba yang bekerja sama dengan dengan kepolisian setempat, kegiatan ini di ikuti oleh seluruh pemuda Dusun, kegiatan ini di adakan untuk membantu para remaja bagaimana cara menghadapi stres dan mengendalikan masalahnya agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang menyimpang, dan kegiatan tahunan meliputi membantu dalam acara pengajian akbar dan peringatan hari besar islam, ada peringatan HUT RI dan yang terakhir adalah piknik bersama, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3.8 berikut: TABEL 3.8 DAFTAR KEGIATAN ORGANISASI REMAJA DUSUN CELENGAN PERIODE 2014 No 1
Nama Kegiatan Pertemuan rutin
Pelaksanaan Di laksanakan pada 59
Keterangan Kegiatan ini di
remaja di isi dengan sharing dan diskusi
setiap bulan sekali, minggu pertama. Dari rumah ke rumah setiap anggota, bergilir.
2
Bemain bola atau olah raga bersama dengan seluruh anggota dan pengurus organisasi remaja.
Kegiatan ini di laksanakan setiap 1 minggu sekali, biasanya di laksanakan pada hari minggu, dimana saat mereka libur aktifitas baik yang kerja maupun yang sekolah
3
Sosialisasi atau penyuluhan tentang narkoba yang bekerja sama dengan kepolisian setempat
Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap 1 bulan sekali, yang diikuti oleh seluruh pemuda dusun.
4
Membantu Pengajian akbar dan peringatan hari besar Islam
Kegiatan ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali
5
Peringatan hari kemerdekaan RI atau HUT RI
Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap tahun sekali pada tgl 17 agustus.
60
laksanaka dengan maksut untuk memecahkan suatu pemersalahan dan menyampaikan informasi jika ada sesuatu yang penting dan mempersiapkan suatu acara atau kegiatan. Kegiatan ini di adakan untuk mempererat tali persaudaraan dan rasa saling menyayangi antar sesama temannya dan agar terciptanya persatuan dan kesatuan karena mereka bersatu tidak memandang islam ataupun non islam. Kegiatan ini dilaksanakan oleh pengurus karang taruna dengan maksud untuk mengajarkan kepada remaja untuk mengetahui bagaimana mengendalikan masalahnya serta mengatasi stress dan kecemasan. Dalam kegiatan ini para remaja baik muslim maupun non muslim ikut serta dalam kegiatan seperti pembuatan dekorasi dan perlengkapan kegiatan. Dalam kegiatan ini baik remaja muslim dan non muslim ikut serta dan partisipasi dalam acara seperti mengkoordinasi lomba
6
Piknik bersama
Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap satu tahun sekali, yang diikuti oleh seluruh anggota dan pengurus organisasi pemuda
dan membantu membuat dekorasi untuk memeriahkan acara. Acara ini dilaksanakan supaya terciptanya keakraban antar sesama temannya baik muslim maupun non muslim, dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan.
B. Temuan peneliti Setelah melakukan wawancara pengumpulan data melalui observasi, interview dan dokumentasi dilapangan, terlebih dahulu disajikan dalam bentuk data guna memperlancar langkah suatu penelitian. Untuk memperoleh data tentang toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkugan beda agama di Dusun Celengan peneliti menggunakan wawancara, yang dilakukan dengan 5 pertanyaan panduan wawancara, yang kemudian peneliti kuak dan korek secara dalam dengan mewawancarai para responden, lalu hasil dari wawancara tersebut peneliti kumpulkan menjadi satu, kemudian peneliti pilah mana saja yang layak dan masuk untuk di jadikan data dalam penelitian ini. Berikut ini penulis melampirkan data responden dari hasil penelitian di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang 2014. Data responden dapat dilihat pada Tabel 3.9 sebagai berikut : 61
TABEL 3.9 DATA RESPONDEN HASIL PENELITIAN DUSUN CELENGAN PERIODE 2014 No 1
Nama Fifi Andriani(FA)
Umur 17 Tahun
2
M.BagasArianto(MBA)
17 Tahun
3
Cristi Fikawati(CF)
16 Tahun
4
Sukamto(S)
17 Tahun
5
Yatimah(Y)
21 Tahun
6
Dias Ribiyanti(DR)
20 Tahun
7
M. Solikin(MS)
21 Tahun
8
Sucipto Ramadani(SR)
21 Tahun
9
Sumarsono(S2)
20 Tahun
10
Eko Setyono(ES)
19 Tahun
Keterangan Remaja Dusun Celengan Remaja Dusun Celengan Remaja Dusun Celengan Remaja Dusun Celengan Pengurus Remas Celengan Pengurus Remas Celengan Pengurus Remas Celengan Pengurus Karang Taruna Celengan Pengurus Karang Taruna Celengan Pengurus Karang Taruna Celengan
Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut : 1. Model toleransi keagamaan remaja muslim di Dusun Celengan Berasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, model toleransi keagamaan remaja muslim di Dusun Celengan adalah seperti yang di ungkapan para responden sebagai berikut: a. FA (17 tahun ) remaja Dusun Celengan Model toleransi yang di lakukan oleh FA adalah toleransi yang terbuka, seperti yang diungkap oleh FA sebagai berikut: 62
“Saya selalu menghargai teman saya,meskipun dia itu beda agama, kemudian kalau dia mau beribadahya saya selalu mempersilahkan karena itu sudah menjadi hak mereka untuk melakukan ibadahnya sesuai dengankeyakinan mereka,dan kewajiban mereka. Begitu juga teman saya kalau saya mau ibadah mereka juga mempersilahkan, kalau ada yang sakit ya selalu datang biar cepet sembuh biar bisa kumpul kembali, beraktifitas kembali, kalau ada yang meninggal ya kita turut berduka cita menengok dan mendoakan” (FA, 08-09-2014) b. MBA (17 tahun) remaja Dusun Celengan Model toleransi yang di lakukan oleh MBA adalah model toleransi berbeda dengan saudara FA tadi, model toleransi yang di lakukan oleh saudara ini masuk pada model toleransi tertutup, karena MBA hanya memperdulikan orang yang baik dengan dia saja,seperti yang di ungkapkan oleh MBA sebagai berikut: “Yo saya suka main bareng sama mereka, nongkrong bareng, ngobrol meskipun mereka itu lain agama sama kita mbak,nek ada yang sakit saya juga menjenguk tapi kalo saya gak suka sama dia ya saya gak jenguk, begitu juga kalau di undang di acara pernikahan, dan orang meninggal dunia, saya yo datang nek disuruh dan di ajak teman,kalo ada yang sedang beribadah yo saya biasa aja, gak pernah ngusik, wong mereka juga gak pernah mengusik kita nek pas kita beribadah. Yo pokok e gitulah mbak.nek kene ki apik wonge, rukun. Ra tau rebut-tibut nak masalah agama, nak saya yo ngono kae mbak, wong saya yo jarang ibadah”(MBA, 08-09-2014). c. Y (21 tahun) remas Dusun Celengan Model toleransi yang dilakukan oleh Y adalah toleransi terbuka, seperti yang di ungkap oleh Y sebagai berikut: “Nak ono wong susah,eneng wong loro di tilik i, ono sumbangan melu nyumbang, ono kegiatan nek dusun yo kita datangi meskipun itu berlainan keyaqinan pendapat terhadap kita. Misal pas kita merayakan hari raya, kono ki yo iso menceritakan nabi-nabi, dia juga mengucapkan selamat idul fitri, yo wes samasamalah.Nak pas nikahan yo kita ikut rewang, nak pas prosesi 63
sakral maksut e kaya ijab gitu ya di gereja yang ikut kerabatkerabat sama yang sesama agama, nak masyarakat ya ikut meramaikan, datang di undang” (Y, 09-09-2014) d. MS (21 Tahun) pengurus remas Dusun Celengan Model toleransi yang di lakukan oleh MS tidak jauh beda dengan Y dan FA, model toleransi yang mereka gunakan adalah, model toleransi terbuka, seperti yang di ungkap nya sebagai berikut: memberikan kesempatan beribadah kepada mereka itu yaa menurut saya seng penting gelem melaksanakan anjuran agama, seperti islam, perintah sholat wajib kita harus tau, jadi pas waktuwaktu ibadah, silakan yang mau melaksankan ibadah yo seng arep sholat, sholat sek..!. Ini sudah waktunya, contohnya seperti itu, jadi rasa toleransi dalam melaksanakan ibadah juga berjalan baik. Masalah kerukunan disini tidak memandang agama, masalah sakit atau pun yang meninggal semua ikut dalam berbela sungkawa, seumpamane ketika umat kristiani meninggal ya yang muslim ikut menyaksikan, sepertipas acara 3 harian, namanya beston penghiburan, ya yang muslim datang ikut mendukung untk menghibur, semua datang, di anggep koyo dulur dewe.Untuk kegiatan ibadah umat kristiani seperti natal, warga kristiani juga mengundang umat muslim untuk mengikuti perayaan natal, orang muslim juga tetap datang untuk menghargai saja.(MS, 09-092014) e. ES (19 tahun) pengurus organisasi remaja Dusun Celengan Tidak lain sama yang di ungkap oleh beberapa orang di atas, ES juga termasuk orang yang bertoleransi terbuka, seperti yang di ungkap nya sebagai berikut: “nek pas lebaran gitu yo dia ki ngasih, ikut-ikut masak.trus seumpamane gereja natalan, kan sini deket gereja ya mbak, itu tetangga deket-deket gereja di undang,tapi ada juga yang datang, kalau saya tapi gak pernah datang, tapi yo mereka biasa, sudah taulah, ngerti jadi mereka ya biasa saja, gak gimana-gimana. disana itu Cuma suruh makan aja,begitu juga pas acara nikahan yo mereka masak e ora aneh-aneh,umum e wong nikahan,yang muslim ikut bantu-bantu, sama orang meninggal orang-orang 64
muslim ikut datang melayat, yo pokok e sini tu bagus mbak toleransine” (ES, 11-09-2014). 2. Sikap toleransi remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, sikap toleransi remaja muslim di lingkungan beda agama di Dusun Celengan adalah sebagai berikut:
a. FA (16 tahun ) remaja Dusun Celengan Menurut FA sikap toleransi remaja di dusun celengan ini dibangun dengan rasa saling menghormati dan menyayangi antar sesama teman dan selalu berkata baik, sopan, tidak menyinggung perasaan orang lain, seperti yang di ungkapnya sebagai berikut: “kalau saya kan setiap hari ketemu toh, sama temen e, kita ngobrol, cerita.. yoo apa yah.. kami ki saling menghargai, kalau dia cerita kami selalu mendengarkan memberi solusi, tros yo gak pernah menyinggung perasaan terutama kalau ngomong masalah agama, nek dia cerita tentang agamane yo saya mendengarkan, ya kita anggap itu sharing, di ambil bagusnya, gak saling hina atau merasa benar sendiri, ya kalau ada yang berlaku kurang baik sama kita, ya kita bersikap biasa ajah, tidak memusuhi, ” b. MBA (17 tahun) remaja Dusun Celengan Sikap toleransi remaja di dusun celengan menurut pengakuan MBA adalah rasa dapat di percaya, seperti yang di ungkap saudara MBA sebagai berikut: “Untuk hubungan baik dengan sesama manusia ki lak yo kudu bisa bersikap baik to mbak, jadi nak pengen orang lain baik 65
dengan kita yo kita harus bersikap baik, trus nak pinjam barang atau apa gituu harus bisa di percaya seumpamanya pinjam motor ya harus di kembalikan, kalau kita cerita yang sifatnya rahasia yo jangan di bicarakan sama org lain, jadi iso di percoyo, kan enak nek gituu c. Y (21 tahun) remas Dusun Celengan Sikap toleransi di Dusun Celengan dibangun dengan cara tidak mengganggu umat lain ketika beribadah, seperti yang di ungkap saudara Y sebagai berikut: “Mereka beribadah yo hak mereka to mbak, mereka berhak beribadah kepada tuhannya,hehe, nak menurut mereka benar dan tidak menganggu saya, kenapa tidak? Misal pas kita merayakan hari raya, kono ki yo iso menceritakan nabi-nabi, dia juga mengucapkan selamat idul fitri, yo wes samasamalah. Kegiatan-kegiatan keagamaan juga selalu berjalan lancar jadi di atur biar tidak mengganggu umat lain yang sedang ibadah, seumpamane akan mengadakan pertemuan-pertemuan opo acara keagamaan di rancang kiro-kiro seng ora ganggu sana, maksut e umat lain ki kapan?muslim yo duwe perkumpulan dewe koyo to remas iki, sana juga duwe perkumpulan,yo kumpulan mayoritas dia yo wes dewe-dewe ra tau saling terganggu” d. MS (21 Tahun) pengurus remas Dusun Celengan Menurut MS Sikap toleransi remaja di Dusun Celengan di pupuk dengan cara rasa persatuan, gotong royong memperbaiki tempattempat umum dan diskusi. Seperti yang di ungkapkan oleh MS sebagai berikut: “Setiap orang pasti pasti untuk selalu berkeinginan untuk saling menghormati dan menyayangi antar sesama, apalagi di dusun rasa untuk menjaga kebersamaan dan kesatuan itu masih kentel, seperti pas pembangunan masjid warga kristiani ikut membantu, sebaliknya kalau pas waktu ada pembangunan gereja sebagian dari warga muslim ikut membantu, jadi dari situ dapat timbul rasa toleransi, rasa menghormati antar pemeluk kistiani sama muslim di dusun ini, kalau disini sudah sangat bagus 66
menurut saya toleransinya, dulu juga sempat ada pertemuan antar pemuda kristiani sama pemuda muslim, disitu kami bertukar pikiran, bagaimana cara hidup pemuda yang baik menurut cara pandang kristiani, juga menurut cara pandang agama islam, trus kami dialog, jadi situ ada ustadz juga ada pendeta, semua datang disitu, trus juga rasa pemersauan itu jelas, bhineka tunggal ika dan kita sesama pemeluk agama itu di anjurkan saling menghormati, saling bekerjasama baik. e. ES (19 tahun) pengurus organisasi remaja Dusun Celengan Sikap toleransi remaja dusun celengan di bangun dengan cara menghormati acara umat lain, seperti puasa dan cara berdoa. Seperti yang di ungkap saudara ES sebagai berikut: “Disini itu saling menghargai antar satu sama lain, seumpamane nak pas ono acara kumpulan remaja, la pas pembukaan gitu yoo berdoane menurut agama masing-masing, meskipun akeh muslim e, trus nek ada orang sakit pas jenguk gituu yo kan mendoakan, nek seng sakit itu agamane nasrani yo yang mimpin doa orang yang agamane nasrani,umat islam yo menghargai, seng penting niat e mendoakanterus nak ngadekke acara pas bulan puasa ya gak makan-makan, ya yang agama nasrani menghargai. Mereka tetap datang”. 3. Faktor penyebab terbangunnya toleransi remaja muslim pada lingkungan beda agama di dusun celengan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, faktor penyebab terbangunnya toleransi di Dusun Celengan adalah sebagai berikut: a. FA (16 tahun ) remaja Dusun Celengan Menurut saudara FA faktor yang mempengaruhi timbulnya toleransi remaja dusun celengan adalah rasa ingin di hargai, seperti yang di ungkapnya sebagai berikut:
67
Karna kita ini kan makhluk sosial, jadi ketika ada yang membutuhkan kita harus membantu, meskipun kita beda keyakinan dengan kita, kalau kita ingin di hargai ya kita harus menghargai juga, jadi saling mengertilah antar satu dengan yang lain.
b. MBA (17 tahun) remaja Dusun Celengan Menurut MBA faktor terbangunnya sikap toleransi Remaja di Dusun celengan adalah dengan cara menganggap mereka itu seperti keluarga kita sendiri, yang harus disayangi, dihormati, diperlakukan baik. Seperti yang di ungkap nya sebagi berikut: Yaa sekarang kan kita hidup berdampingan,eemm... kita selalu berkumpul bersama jadi yaa tetap menganggap mereka itu seperti keluarga sendiri, yaa berusaha menghilangkan perbedaan yang sangat mencolok itu. c. Y (21 tahun) remas Dusun Celengan Faktor terbangunnya sikap toleransi menurut saudara Y adalah karena manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain dan kebersamaan di Dusun Celengan, seperti yang di ungkapnya sebagi berikut: Kan awak e dewe ki manusia.. udu manusia purba yoo.. hehe, yo makluk sosial tu kan ora iso hidup sendiri, yo seperti itu hidup di masyarakat ki, wes tuntutan, Wong kene ki do nyenengke mbak, misalle kene duwe gawe yo di ewangi.gawe omah ngunu yo di ewangi tanpa dewe ki akon-akon tonggone, wong kene ki entengan mbak,misal e tonggone gor opek lombok we di kei, jangan gori we di kei. d. MS (21 Tahun) pengurus remas Dusun Celengan Menurut MS faktor terbangunnya rasa toleransi karena kerukunan yang dan rasa persaudaraan yang terjalin di antara mereka, seperti yang di ungkapnya sebagai berikut: 68
Faktor yang paling dominan yo jelas ki maslah kerukunan, jadi tepo slirone warga dusun ki masih sangat bagus, untuk memupuk rasa persaudaraan. Rasa persaudaraan itu sangat tinggi. misalkan ya mbak, pas saya dulu membuat kandang sebelah itu, kandang ayam. La kui ada tetangga Cuma liat itu pada datang, ngewangi sak rampunge.Jadi rasa tolong menolong itu masih bagus wes kyo sedulur dewe ra mandang perbedaan. e. ES (19 tahun) pengurus organisasi remaja Dusun Celengan Tidak jauh berbeda dengan saudara Y bahwa faktor terbangunnya sikap toleransi remaja di Dusun Celengan menurut saudara ES karena kita manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, seperti yang di ungkapnya sebagai berikut: Setiap orang kan pasti kan membutuhkan bantuan, jadi ora mungkin kita itu bisa hidup sendiri, jadi berangkat dari situ timbul rasa uhh nak weroh tonggone gek kerepotan yo mesti kene bagaimana caranya ra ketong sitek iso ngewang-ngewang I, jadi pas kita kerepotan yo orang lain bisa membantu, tanpa memandang perbedaan apapun.
69
BAB IV PEMBAHASAN A. Model Toleransi Keagamaan Remaja Muslim pada Lingkungan Beda Agama Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada beberapa informan tentang toleransi keagamaan remaja muslim di Dusun Celengan , peneliti menemukan berbagai jawaban mengenai model toleransi remaja di Dusun tersebut, model toleransi yang digunakan oleh para remaja di lingkungan beda agama di Dusun Celengan ada dua macam yaitu model toleransi terbuka dan tertutup, adapun model toleransi terbuka penulis akan memaparkannya sebagai berikut: 1. Toleransi terbuka Para responden lebih banyak yang menggunakan model toleransi terbuka.Terbuka yang di maksudkan peneliti disini adalah, merekadapat menghormati menyayangi dan menghargai antar sesamanya sehingga tidak 70
terjadi
kekacauan,konflik
ataupun
keributan
karena
adanya
perbedaan.Islam secara tegas mengajarkanumatnya untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Selamanon-Muslim tidak mengganggu seorang muslim dalam menjalankan ibadahnya,maka umat Islam dilarang untuk mengganggu pemeluk agama lain. Pembahasan tentang agama-agama dan relasinya ini mengambilbentuk dalam ilmu perbandingan agama, sebuah disiplin ilmu yang berkembangluas di Indonesia setelah diperkenalkan oleh almarhum Mukti Ali, mantan GuruBesar Ilmu Perbandingan Agama di IAIN Yogyakarta.Islam telah mengajarkan umatnya untuk menghormati agama lain danmelarang mencelanya. Bahkan dalam sebuah ayat, Allah SWT melarang kita untukmencela sesembahan-sesembahan para penyembah berhala. Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selainAllah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudiankepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yangdahulu mereka kerjakan.”( Q.S. Al-An„am [6]: 108.) Ayat di atas secara tegas melarang umat Islam untuk mencerca danmengolok-olok
sesembahan
non-Muslim,
karena
dikhawatirkan
mereka (non-Muslim) akanberbalik menghina Islam. Ayat ini jelas mengajarkan prinsip tasamuh(toleransi)kepada setiap Muslim dalam hubungannya dengan agama lain(MuktiAli,2004:251).
71
Keanekaragaman adat istiadat, suku, ras, dan tradisi yang hidup di tengahtengahmanusia adalah sunnatullah. Allah SWT telah menciptakan manusiaberbeda-beda, baik dari suku, bahasa, maupun warna kulitnya. Berkaitan dengan halini, Allah SWT berfirman yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki danseorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamusaling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allahialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahuilagi Maha Mengenal”.( QS. Al-Hujuraat [49]: 13). Ayat ini memuat pesan egalitarianisme, bahwa tidak ada perbedaan baiklaki-lakimaupun perempuan dalam hal apapun, perbedaan hanya terletak padaketaqwaandan kualitas keimanannya kepada Allah SWT. Ayat ini pula,mengajarkan tentang sikap penghargaan terhadap orang lain tanpa pembedaanwarna kulit, suku, rasdan sebagainya. Karena sikap penghargaan terhadapseseorang itu berdasarkan prestasi bukan prestise seperti
fanatisme
keturunanmaupun
kesukuaan(Nurcholish
Madjid,1999:108). Dari ungkapan diatas maka toleransi terbuka yang dimaksudkan disini mereka yang dapat terbuka dari semua aspek baik dalam urusan agama dan sosial, baik sosial kemasyarakatan maupun sosial dengan antar teman sebayanya. Hal ini dapat di lihat dari jawaban FA yang menyatakan: “Kalau dia mau beribadahya saya selalu mempersilahkan karena itu sudah menjadi hak mereka untuk melakukan ibadah nya sesuai dengan keyakinan mereka,dan kewajiban mereka. Begitu juga teman saya kalau saya mau ibadah mereka juga mempersilahkan, 72
kalau ada yang sakit ya selalu datang biar cepet sembuh biar bisa kumpul kembali, beraktifitas kembali, kalau ada yang meninggal ya kita turut berduka cita menengok dan mendoakan”(FA,08-09-2014)
Dari pernyataan itu, juga dikuatkan dengan jawaban-jawaban lain dari beberapa informan. Ini ditunjukkan hasil wawancara dengan Y dan ES. Sosok yang faham dengan kondisi sikap toleransi remaja karena kedua sosok tersebut terjun langsung dalam kegiatan-kegiatan remaja yang ada di Dusun celengan, sehingga semakin sering berkecimpung dengan orang banyak semakin mengetahui banyak karakter remaja di Dusun celengan. Y menambahkan dengan jawaban sebagai berikut: “Nak ono wong susah,eneng wong loro di tilik i, ono sumbangan melu nyumbang, ono kegiatan nek dusun yo kita datangi meskipun itu berlainan keyaqinan pendapat terhadap kita. Nak pas nikahan yo kita ikut rewang, nak pas prosesi sakral maksut e kaya ijab gitu ya di gereja yang ikut kerabat-kerabat sama yang sesama agama, nak masyarakat ya ikut meramaikan, datang di undang”(Y,09-09-2014) Yang kemudian ditambahkan dengan jawaban ES sebagai berikut: “seumpamane gereja natalan, kan sini deket gereja ya mbak, itu tetangga deket-deket gereja di undang,tapi ada juga yang datang, kalau saya tapi gak pernah datang, tapi yo mereka biasa, sudah taulah, ngerti jadi mereka ya biasa saja, gak gimana-gimana. disana itu Cuma suruh makan aja.,begitu juga pas acara nikahan yo mereka masak e ora aneh-aneh,umum e wong nikahan,yang muslim ikut bantu-bantu, sama orang meninggal orang-orang muslim ikut datang melayat”(ES,11-09-2014) Sehingga dari beberapa pernyataan diatas, model toleransi keagamaan remaja di Dusun Celengan sudah terbilang cukup bagus dengan 73
mereka memberikan kesepatan beribadah kepada pemeluk agama lain, mendatangi undangan orang yang berbeda keyakinan dengan nya 2. Toleransi tertutup Meskipun dari hasil wawancara yang di lakukan peneliti kepada responden banyak yang termasuk orang yang menggunakan toleransi terbuka, namun ada juga yang masuk dalam kategori toleransi tertutup, yang peneliti maksutkan tertutup di disini adalah mereka yang hanya menghormati dan menyayangi dan menghargai karena terpaksa dan hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya saja, dalam arti disini adalah pilih-pilih tidak menyeluruh, tidak seperti model toleransi yang terbuka mereka yang tergolong dalam toleransi terbuka adalah orang-orang yang welcome dari semua golongan tanpa memandang perbedaan agama, ras, bahasa, karakter dan sifat. Berkaitan dengan hal diatas tersebut, peneliti dapatkan jawaban dari responden yang berinisial MBA dan, sebagai berikut: “kita mbak,nek ada yang sakit saya juga menjenguk tapi kalo saya gak suka sama dia ya saya gak jenguk, begitu juga kalau di undang di acara pernikahan, dan orang meninggal dunia, saya yo datang nek disuruh dan di ajak teman,kalo ada yang sedang beribadah yo saya biasa aja, gak pernah ngusik, wong mereka juga gak pernah mengusik kita nek pas kita beribadah”(MBA,0809-2014). Yang peneliti maksudkan model toleransi terbuka sama hal nya dengan toleransi positif dan model toleransi tertutup sama dengan toleransi netral. 74
Dari pernyataan tersebut di dalam alqur‟an sendiri, di temukan tiga sikap terhadap non-muslim yaitu : positif, netral, dan negatif Positif misalnya dinyatakan dalam ayat alquran surat Albaqarah ayat 62 yang artinya sebagai berikut
“sesungghnya orang-orang beriman, Yahudi, Nasrani, dan Shabi’in, siapa saja di antara mereka beriman kepada Allah, Hari Akhir, dan melakukan amal saleh, mereka mendapatkan pahala dari Tuhan mereka, tidak ada ketakutan dan tidak pula mereka bersedih(QS 2:62) Sikap Netral di tunjukan Al-quran dalam surat Al-Kafirun ayat 6
“bagi kalian agama kalian, dan bagiku agamaku”(QS 109: 6) 75
Adapun sikap negatif ditunjukkan Al-Qura‟an surat AnNisa ayat 46
“(yaitu) diantara orang yahudi, yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata: kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.”(dan) mereka mengatakan pula: dengarkanlah, sedangkan engkau Muhammad sebenarnya tidak mendengar apapun. Dan mereka mengatakan: ra’ina dengan memutar balikkan lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami: tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali sedikit sekali”.(QS 4: 46) Selain Surat An-Nisa‟ ayat 46, di jelaskan pula pada (QS 2:120 dan 5:18.). Dalam konteks bahwa sebagian mereka 76
mengubah kitab kitab suci mereka untuk kepentingan mereka, berlebih-lebihan dalam beragama, atau menunjukkan permusuhan dan menghianatan kepada Nabi dan komunitas muslim selain itu (Nurcholish Madjid, 2003:186)
B. Sikap Toleransi Remaja Muslim pada Lingkungan Beda Agama di Dusun Celengan. Sikap toleransi remaja muslim di Dusun Celengan sudah baik mereka merealisasikan dengan bersikap dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah: 1. Berkata baik dan sopan serta tidak menyinggung 2. Tidak mengganggu umat lain ketika beribadah 3. Rasa persatuan, gotong royong memperbaiki tempat umum dan diskusi. 4. Menghormati acara umat lain Berkaitan dengan hal diatas tersebut, penulis dapat dari penuturan para responden sebagai berikut:
“kalau saya kan setiap hari ketemu toh, sama temen e, kita ngobrol, cerita.. yoo apa yah.. kami ki saling menghargai, kalau dia cerita kami selalu mendengarkan memberi solusi, tros yo gak pernah menyinggung perasaan terutama kalau ngomong masalah agama, nek dia cerita tentang agamane yo saya mendengarkan, ya kita anggap itu sharing, di ambil bagusnya, gak saling hina atau merasa benar sendiri”. (FA, 08-09-2014) “Apalagi di dusun rasa untuk menjaga kebersamaan dan kesatuan itu masih kentel, seperti pas pembangunan masjid warga kristiani ikut membantu, sebaliknya kalau pas waktu ada 77
pembangunan gereja sebagian dari warga muslim ikut membantu, jadi dari situ dapat timbul rasa toleransi, rasa menghormati antar pemeluk kistiani sama muslim di dusun ini,dulu juga sempat ada pertemuan antar pemuda kristiani sama pemuda muslim, disitu kami bertukar pikiran, bagaimana cara hidup pemuda yang baik menurut cara pandang kristiani, juga menurut cara pandang agama islam, trus kami dialog, jadi situ ada ustadz juga ada pendeta, semua datang disitu, trus juga rasa pemersauan itu jelas, bhineka tunggal ika”. (MS, 0809-2014) “Kegiatan-kegiatan keagamaan juga selalu berjalan lancar jadi di atur biar tidak mengganggu umat lain yang sedang ibadah, seumpamane akan mengadakan pertemuan-pertemuan opo acara keagamaan di rancang kiro-kiro seng ora ganggu sana, maksut e umat lain ki kapan?muslim yo duwe perkumpulan dewe koyo to remas iki, sana juga duwe perkumpulan,yo kumpulan mayoritas dia yo wes dewedewe ra tau saling terganggu”(Y, 08-09-2014) “seumpamane nak pas ono acara kumpulan remaja, la pas pembukaan gitu yoo berdoane menurut agama masing-masing, meskipun akeh muslim e, trus nek ada orang sakit pas jenguk gituu yo kan mendoakan, nek seng sakit itu agamane nasrani yo yang mimpin doa orang yang agamane nasrani,umat islam yo menghargai, seng penting niat e mendoakan terus nak ngadekke acara pas bulan puasa ya gak makan-makan, ya yang agama nasrani menghagai. Mereka tetap datang”. (ES, 11-092014)
Jadi, bentuk kerjasama ini harus di wujudkan dalam kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan dan tidak menyinggung keyakinan agama masing-masing. sebagai umat beragama berkewajiban menahan diri untuk tidak menyinggung perasaan umat beragama yang lain. Hidup rukun dan bertoleransi tidak berarti bahwa agama yang satu dan agama yang lainnya dicampuradukkan. Pokok- pokok toleransi keagamaan a. Agama Samawi datang dari Allah YME, satu-satu-Nya 78
b. Bahwa nabi-nabi adalah bersaudara, tidak ada perbedaan diantara mereka dalam hal missinya,dan seluruh kaum muslimin hendaknya mempercayai mereka itu semua. c. Bahwa aqidah tidak dapat dipaksakan kepada orang untuk menganutinya. Sebaliknya aqidah itu memerlukan kesadaran dan kerelaan d. Bahwa tempat-tempat peribadatan agama-agama yang menyembah kepada Allah merupakan tempat-tempat yang harus dipelihara, dijaga, dan dipertahankan,seperti umat Islam memelihara dan mempertaankan masjid-masjidnya. e. Bahwa seluruh manusia ini tidak harus bermusuhan atau bunuhbunuhan karena perbedaan mereka memahami agamanya masingmasing. Sebaliknya mereka wajib bertolong-tolongan dalam melakukan kebaikan dan perbaikan serta dalam menghilangkan kejahatan di kalangan mereka. f. Bahwa kelebihan manusia yang satu atas yang lain dalam kehidupan dan sisi Allah tergantung kepada kadar kebaikan bagi diri sendiri dan bagi orang lain g. Bahwa perbedaan agama yang menjadi anutan tidak harus menghalangi pelaksanaan kewajiban berbuat baik, bersaturahmi, dan saling kunjung-mengunjungi h. Bahwa dalam keanekaragaman agama-agama yang dianuti orang diperlukan dialog/diskusi yang baik dalam batas-batas sopan 79
santun dengan hujjah(pemikiran dan dasar) yangmemuaskan serta menyakinkan i. Bahwa bila suatu umat dimusuhi karena aqidah yang mereka anuti, wajiblah atas mereka dan orang-orang lainnya menghapuskan permusuhan itu demi memelihara keyakinan dan menghindarkan malapetaka Itulah prinsip-prinsip toleransi kagamaan menurut ajaran Islam, seluruh kaum muslimin diwajibkan mempercayai adanya nabi-nabi dan rasul-rasul, kaum mu‟minin diharuskan menghargai dan menghomati semua Nabi utusan Allah, diharuskan bergaul dengan baik dengan umat lain dalam tindakan, kata-kata ketetanggaan saling berkunjung dan lain-lain. (Mushtafa As-Siba‟I, 1986:147-151) Jadi sekali lagi melalui toleransi ini diharapkan terwujud ketenangan, ketertiban, serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing. Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu, akan terbina peri kehidupan yang rukun, tertib, dan damai. Dalam kehidupan seharihari, dan sikap toleransi antar umat beragama dan prinsip-prinsip toleransi keagamaan seperti diuraikan di atas telah dilakukan dan di terapkan oleh remaja Dusun Celengan dan sudah termasuk dalam kategori berperilaku toleran dan saling menghargai.
80
C. Faktor
Penyebab
Terbangunnya
Toleransi
Remaja
Muslim pada
Lingkungan Beda Agama di Dusun Celengan Seriring dengan sebuah pencapaian tujuan pastilah terdapat faktor-faktor yang membangun dalam perjalanannya. Tidak terpungkuri pula dalam pelaksanaan suatu kegiatan dan aktivitas-aktivitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari di masyarakat, sehingga terciptanya sebuah kehidupan yang aman, damai, tentram tanpa adanya bentrok, konflik ataupun rasa untuk benar sendiri meskipun berbeda-beda antara satu sama lain. Berikut ini faktor penyebab terbangunnya toleransi remaja di Dusun Celenganyang peneliti dapat dari hasil wawancara dengan remaja Dusun Celengan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Rasa ingin dihargai Seperti yang di ungkap oleh saudara FA sebagai berikut: “Karna kita ini kan makhluk sosial, jadi ketika ada yang membutuhkan kita harus membantu, meskipun kita beda keyakinan dengan kita, kalau kita ingin di hargai ya kita harus menghargai juga, jadi saling mengertilah antar satu dengan yang lain”(FA, 08-09-2014). 2. Rasa persaudaraan Rasa persaudaraan juga menjadi faktor terbangunnya toleransi di kalangan remaja muslim celengan, dalam hal apapun mereka menganggap saudara mereka sendiri dan menghilangkan perbedaanperbedaan yang ada di sekitar mereka, seperti yang di ungkap oleh para responden sebagai berikut: “Yaa sekarang kan kita hidup berdampingan,eemm... kita selalu berkumpul bersama jadi yaa tetap menganggap mereka itu seperti 81
keluarga sendiri, yaa berusaha menghilangkan perbedaan yang sangat mencolok itu”(MBA, 08-09-2014). “Rasa persaudaraan itu sangat tinggi. misalkan ya mbak, pas saya dulu membuat kandang sebelah itu, kandang ayam. La kui ada tetangga Cuma liat itu pada datang, ngewangi sak rampunge.Jadi rasa tolong menolong itu masih bagus wes kyo sedulur dewe ra mandang perbedaan”(MS, 09-09-2014). 3. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain Dari hasil wawancara, ada beberapa jawaban dari responden yang menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi adalah karena manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, seperti hubungan sosialisasi dengan tetangga. Hal tersebut diungkap oleh saudara Y dan ES sebagai berikut: “Kan awak e dewe ki manusia.. udu manusia purba yoo.. hehe, yo makluk sosial tu kan ora iso hidup sendiri, yo seperti itu hidup di masyarakat ki, wes tuntutan, Wong kene ki do nyenengke mbak, misalle kene duwe gawe yo di ewangi.gawe omah ngunu yo di ewangi tanpa dewe ki akon-akon tonggone, wong kene ki entengan mbak,misal e tonggone gor opek lombok we di kei, jangan gori we di kei”.(Y, 09-09-2014) “Setiap orang kan pasti kan membutuhkan bantuan, jadi ora mungkin kita itu bisa hidup sendiri, jadi berangkat dari situ timbul rasa uhh nak weroh tonggone gek kerepotan yo mesti kene bagaimana caranya ra ketong sitek iso ngewang-ngewang i, jadi pas kita kerepotan yo orang lain bisa membantu, tanpa memandang perbedaan apapun”.(ES, 11-09-2014) Menanggapi hal di atas masih berhubungan dengan agama adalah sebagai sarana untuk menjaga kesusilaan an tata tertib masyarakat karena agama dapat berfungsi sebagai instansi yang
82
menjaga atau menjamin berlangsungnya ketertiban dalam hidup moral dan sosial. (Nico Syukur, 1988:101) Bukan hal sulit bagi Allah untuk membuat untuk membuat manusia menjadi satu komunitas. Tetapi Allah memberikan rahmat dengan
pluralisme
sehingga
menambah
kekayaan
dan
keberagaman hidup. Setiap komunitas memiliki jalan hidup, kebiasaan, tradisi, dan hukumnya sendiri. Tapi semua hukum dan cara hidup itu haruslah dapat menjamin perkembangan dan memperkaya hidup, walaupu berbeda satu sama lain. Allah tidak mau memaksakan satu hukum untuk semuanya dan sebaliknya menciptakan banyak komunitas. Allah telah menciptakan beragam komunitas dengan suatu tujuan, yakni untuk menguji umat manusia atas apa yang telah diberikan kepada mereka (misalnya, perbedaan kitab suci, hukum dan jalan hidup). Dan ujian itu adalah untuk hidup secara damai dan harmonis sesuai kehendak Allah. Perbedaan hukum dan jalan hidup hendaknya tidak menjadi penyebab ketidak harmonisan dan perbedaan. Yang di harapkan dari manusia adalah hidup dengan segala perbedaan dan berlombalomba satu sama lain dalam amal kebaikan (Nurcholish Madjid, 2003:172) Dari sinilah peneliti menemukan fakta bahwa remaja Dusun Celengan yang sebagian besar penduduk nya beragama islam dan sebagian besar beragama Kristen dan katholik pada hakekatnya 83
saling hidup rukun, berdampingan tanpa ada konflik, dan tolong menolong antar warga tanpa memandang status keagamaan. Hal ini terbukti dengan sikap remaja yang peduli terhadap tetangga dengan tidak bergaul pada komunitas agama saja tetapi saling berkumpul tanpa memandang agama. Selain itu warga juga tolong menolong misalnya: ketika ada teman yang tertimpa musibah seperti bila ada warga yang meninggal, dengan penuh kesadaran mereka datang untuk menolong, menjenguk bila ada yang sakit, dan bahkan mengikuti kegiatan upacara kematian, hal ini dilakukan untuk menghormati tetangga. Bukti lain remaja Dusun Celengan hidup rukun adalah adanya kegiatan gotong royong dalam pembangunan tempattempat ibadah tanpa di suruh mereka datang, serta adanya kegiatan organisasi masyarakat seperti karang taruna, remas. Hal ini merupakan suatu wujud dari partisipasi remaja dalam mewujudkan kerukunan hidup melalui sikap toleransi antar pemeluk agama yang berbeda. Harus disadari bahwa menumbuhkan sikap keragaman agama dan menumbuhkan sikap toleransi dalam bermasyarakat sangat sulit dan tidak datang dengan sendirinya. Kita harus dapat melibatkan diri untuk dapat belajar menerima orang laindalam perbedaan terebut. Kita harus dapat menghormati dan dapat
84
bertoleransi untuk dapat tinggal bersama dengan masyarakat yang memiliki kayakinan dan kegiatan kegamaan yang bebeda. Sikap toleransi harus di wujudkan dengan sikap menerima dengan tulus akan keberadaan agama lain di lingkungan mereka, dengan menyadari adanya perbedaan agama lain, para remaja dapat bersilaturrahmi dan dapat merasakan aman dan mudah dalam melaksakan ibadah mereka. Sikap tersebut menjadi penyebab terwujudnya kerukunan antar umat beragama. Selain itu kesadaran remaja muslim di Dusun Celengan tentang pentingnya bertetangga dan hidup saling membutuhkan satu sama lain merupakan penghambat terjadinya konflik antar umat beragama, karena dengan sikap tersebut akan tercipta hubungan yang positif antar kelompok yang berbeda agama sehingga
tercipta
hubungan
yang
harmonis
dan
dapat
memperkokoh tradisi untuk hidup berdampingan yang sudah berlangsung sejak dulu. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari penelitian tentang model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama dapat ditarik kesimpulan:
85
1. Model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agamadi Dusun Celengan Model toleransi di dusun celengan yang di gunakan oleh remaja dusun celengan di bagi menjadi dua, yaitu: a. Toleransi terbuka yaitu merekadapat menghormati menyayangi dan menghargai antar sesamanya sehingga tidak terjadi kekacauan, konflik ataupun keributan karena adanya perbedaan dan tanpa memandang perbedaan agama, ras, bahasa, karakter dan sifat. b. Toleransi tertutup yaitu mereka yang hanya menghormati dan menyayangi dan menghargai karena terpaksa dan hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya saja, dalam arti disini adalah pilih-pilih tidak menyeluruh Meskipun ada yang tergolong model toleransi tertutup namun sebagian besar remaja Dusun celengan termasuk dalam model toleransi terbuka 2. Sikap Toleransi Remaja Muslim pada Lingkungan Beda Agama di Dusun Celengan. Sikap toleransi remaja muslim di Dusun Celengan sudah baik mereka merealisasikan dengan bersikap dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah: a. Berkata baik dan sopan serta tidak menyinggung b. Tidak mengganggu umat lain ketika beribadah
86
c. Rasa persatuan, gotong royong memperbaiki tempat umum dan diskusi. d. Menghormati acara umat lain 3. Faktor Penyebab Terbangunnya Toleransi Remaja Muslim pada Lingkungan Beda Agama di Dusun Celengan a. Rasa ingin dihargai b. Rasa persaudaraan c. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain B. SARAN Peneliti akan menyampaikan beberapa sumbangan pemikiran yang berupa saran sebagai berikut: 1. Untuk masyarakat Dusun Celengan khusunya remaja agar tetap mempertahankan kerukunan hidup antar sesamanya. Walaupun sering mengikuti kegiatan keagamaan yang berbeda tetapi tetap pada keyakinan agama masing-masing. Mengikuti kegiatan keagamaan agama lain bukan berarti ikut dalam ajaran agama tersebut tetapi hanya ntuk menghormati sesama. 2. Saran untuk umum agar mencontoh sikap remaja Dusun Celengan yang hidup rukun tanpa ada konflik meskipun hidup dengan keberagaman agama
87
3. Bagi seluruh Dusun Celengan perlu adanya peningkatan dialog antar sesama pemuka agama sehingga dapat mempererat kerukunan antar pemeluk agama yang berbeda.
88
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik.1989. Metodologi Penelitian Agama.Yogyakarta:PT Tiara Wacana: Jogya Abdul
Muqsith
Ghazali,
Cetak
Biru
Toleransi
di
Indonesia.
www.google.com Ali Al-Muhdar, Yunus.1983.Toleransi-Toleransi Islam.Bandung:N.V. Tarate. Ali Mukti, Ilmu Perbandingan Agama. 1991. Tiara Wacana:Yogyakarta -------------------2004. Metodologi Ilmu Agama Islam, dalam Taufik Abdullah, ed. Metodologi Penelitian Agama. Tiara Wacana:Yogyakarta
Arikunto,Suharsimi.1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta:Bhineka Cipta. A Sirry, Mun‟in. 2003. Membendung Militansi Agama. Jakarta:Erlangga Darajad, Zakiyah.1983.Ilmu Fiqh.Jakarta:Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Islam. ______________.1979.Kesehatan Mental.Jakarta:Gunung Agung. ______________.1959.Problema Remaja di Indonesia:Bulan Bintang. Dain
Din
Indrakusuma,Amir.1973.Pengantar Ilmu Pendidikan.Malang:Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang. Zainudin.2005.Pendidikan Budi Islam.Jakarta:Al-Mawardi.
Pekerti
dalam
Perspektif
Dister ofm, Nico Syukur. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta:Kanisius (Anggota IKAPI) Gunarsa, Singgih.2011.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja:Libri. Hadi, Sutrisno.1984.Metodologi Research.Bandung:Mizan. 89
Hasyim, Umar.1979.Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan antar Agama.Surabaya. Husein,Nabhan.
1987.
Kebangkitan
Kebudayaan
Islam.
Jakarta
Pusat:Media Da‟wah Ishamuddin.2002.Pengantar Sosiologi Agama.Jakarta:Ghalia Indonesia. J Maelong, Lexy.2002.Metodologi Penelitian Kualitatif:PT Remaja Posdakarya Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.1982:Golden Terayon Press. Kartini, Kartono.1987.Kamus Psikologi.Bandung:Pionir Jaya. Lalu, Yosef. 2010. Makna Hidup Dalam Terang Iman Katolik. Yogyakarta:Kanisius (Anggota IKAPI) Mahali, Mudjab Ahmad.2003.Hadist Hadist Ibadah.Jakarta:Jakarta Kencana.
Muttafaqalai
Bagian
Muin, Abdul.Toib Thahir.1986.Ilmu Kalam. Jakarta:Bulan Bintang Nasution, S.2002. Metodologi Penelitian Naturalistik – Kualitatif. Nurcholish Madjid, Cita-Cita Masyarakat Islam Era Reformasi, Jakarta: Paramadina, 1999 Kementrian
Agama
RI.
2011.Alqura’n
Tajwid
dan
Terjemah.
Jakarta:Cahaya Qur‟an Suryan
A Jamarah, M Thalib.1986.Toleransi Islam.Yogyakarta:PD Hidayah.
Beragama
dalam
Syafaat, A‟at.2008.Peranan Pendidikan dalam Islam. Uhbiyati, Nur.2009.Long Life Education: Pendidikan Anak Sejak dalam Kandungan sampai Lansia.Semarang:Walisongo.
90
Wirawan Sartono, Sarlito.1987.Pengantar Umum Psikologi.Jakarta:Bulan Bintang. Yasmadi.2005.Modernisasi Pesantren:Kritik Nurcholis Majid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional.Ciputat:Quantum Teaching. Zuhairini.2006.Quo Vadis Pendidikan Islam.Malang:Mudja Raharja UIN Malang Press.
91
PEDOMAN WAWANCARA 1. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi dengan orang lain, akan tetapi pada kenyataannya tidak bisa di pungkiri bahwa dalam berinteraksi ada perbedaan antara satu dengan yang lain. Apakah dalam kehidupan sehari-hari anda bisa menghargai, menghormati, menyayangi terhadap sesama? Bagaimana caranya? 2. Jika ada orang lain yang sedang melaksanakan ibadahnya menurut agama dan kepercayaan tersebut disekitar lingkungan anda, apa anda memberikan kebebasan atau kesempatan untuk mereka melaksanakan ibadahnya? Mengapa anda memeberikan kesempatan dan kebebasan tersebut? 3. Jika ada tetangga atau teman yang sakit parah dan berbeda agama dengan anda apakah anda menjenguk? 4. Jika ada orang lain yang meninggal dunia, tetapi orang tersebut tidak seagama, apakah anda berta‟ziah kepadanya atau keluarganya? 5. Apa yang membuat anda dapat menghargai atau bertoleran dengan teman antar sesama anda?