NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF PADA AJARAN DZIKRUL GHAFILIN DI DESA CANDIREJO, KEC. TUNTANG, KAB. SEMARANG TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: Mufidati Asy’ari 11108117
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
واذﻛﺮرﺑّﻚ ﻛﺜﯿﺮاوﺳﺒّﺢ ﺑﺎﻟﻌﺸﻰّ واﻹﺑﻜﺮ “Dan ingatlah Tuhanmu (dengan berdzikir) banyak-banyak, dan bertasbihlah memuji Allah pada waktu malam dan pada waktu pagi” (Ali Imran: 41)
ﺧﯿﺮاﻟﻨّﺎس اﻧﻔﻌﮭﻢ ﻟﻠﻨّﺎس “Sebaik-baik manusia adalah yang lebih bermanfaat bagi manusia lainnya” (AlHadist) “Jadikanlah Hidup sebenarmu berguna dan bermanfaat jangan pernah lupa siapa dirimu ingat selalu akan tujuan hidupmu”.
PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Ayahanda (Nasocha) dan Ibunda (Sri Rahayu) yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kerelaan dan pengorbanan baik secara lahir maupun batin dengan iringan do’a restunya.
Untuk adikku (Arifa’ Hijriyati) terimakasih atas motivasi dan dorongan pada penulis. Dengan mengungkap
dasar keikhlasanlah kita dapat meraih cita-cita.
Seluruh bapak ibu dosen yang telah
bersedia
kepadaku
dan
memberikan terima
ilmu
kasih
atas
dorongan dan motivasinya. Kepada bapak M.Ghufron M.Ag. selaku pembimbing motivator
dan serta
sekaligus sebagai pengarah
sampai
selesainya penulisan skripsi ini Kepada seluruh sahabat-sahabatku yang selalu segera
memberikan
semangat untuk
menyelesaikan
skripsi
ini.
Kawan-kawan seperjuangan anggakatan 2008 wabil khusus kelas PAI.D yang telah
memberikan
motivasi
dan
semangat belajar. Jamaah pengajian An Najach yang telah memberikan dorongan do’anya
Teruntuk seseorang yang selalu setia menungguku dan kelak menjadi pendamping dalam hidupku………………
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat, taufiq, nikmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senangtiasa terlimpah curahkan kepada beliau Baginda Nabi Agung Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Yang telah menunjukkan kepada kita agama yang hak dan menuntun kita dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Namun kebahagiaan yang tiada taranya tidak dapat disembunyikan setelah penulisan skripsi ini selesai. Oleh karena itu tak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih setulustulusnya atas terselesaikanya skripsi ini kepada: 1.
Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga
2.
Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam beserta stafnya yang telah membantu penulis selama menjalani kuliah dan ketika penyusunan skripsi ini.
3.
M. Ghufron, M.Ag selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.
4.
Kepada bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, serta bagian akademik
STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan
serta bantuan kepada penulis 5.
Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Hanya rasa syukur yang dapat penulis haturkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, dengan demikian, akhirnya penulis mengucapkan banyak terimakasih dan tentunya dalam penulisan atau
penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin
Salatiga, 30 Juli 2012 Penulis
Mufidati Asy’ari NIM : 111 08 117
ABSTRAK Asy’ari, Mufidati. 2012. Nilai-nilai Pendidikan Tasawuf Pada Ajaran Dzikrul Ghafilin (Studi Kasus di Desa Candirejo, Kec. Tuntang, Kab. Semarang Tahun 2012). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : M. Gufron, M. Ag. Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Tasawuf, Ajaran Dzikrul Ghafilin Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui realitas pelaksanaan ajaran jamaah dzikrul ghafilin yang dilakukan di Candirejo Kec. Tuntang kab. Semarang, meliputi; (1) Untuk mengetahui Pemahaman Jamaah Terhadap adanya Ajaran dzikrul ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang, (2) Untuk mengetahui Nilai-nilai Pendidikan Tasawuf pada Ajaran Dzikrul Ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab.Semarang, (3) Untuk mengetahui Implikasi Jamaah dalam Kehidupan Sehari-hari Ajaran Dzikrul Ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. Sesuai dengan pendekatan Kualitatif, maka kehadiran penulis di lapangan sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang terbentuk kata-kata diambil dari para informan / responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain datadata tersebut berupa keterangan dari para informan, serta data tambahan berupa dokumen. Keseluruhan data tersebut selain wawancara diperoleh dari observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menganalisisnya dengan cara memaparkan atau mendiskripsikan dengan kata-kata atau kalimat, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini adalah mengadakan keabsahan data. Hasil penelitian ini adalah (1) Dzikrul Ghafilin yang dilakukan di Candirejo adalah dengan menyelenggarakan beberapa kegiatan keagamaan seperti dzikir, ceramah-ceramah keagamaan dan shalat berjamaah. (2) Di antaranya Nilainilai Pendidikan Tasawuf yang dilakukan di Candirejo adalah sebagai berikut: a. Nilai Pendidikan Iman Jamaah Dzikrul Ghafilin b. Nilai Pendidikan Kejiwaan Jamaah Dzikrul Ghafilin c. Nilai Pendidikan Sosial Jamaah Dzikrul Ghafilin. (3) Adapun implikasi jamaah yang mengikuti dzikrul ghafilin di Candirejo adalah sebagai berikut: Timbulnya rasa taubat, timbulnya rasa khauf, hidup zuhud, sifat sabar, timbul rasa syukur, ikhlas, tawakkal, mahabbah, ridha, dzikrul maut.
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO ..................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................ iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vii ABSTRAK ..................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . ............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 11 D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 11 E. Penegasan Istilah ........................................................................... 12 F. Metode Penelitian .......................................................................... 15 G. Sistematika Penulisan .................................................................... 22
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai Pendidikan Tasawuf 1. Pengertian Pendidikan ............................................................. 25 2. Pengertian Tasawuf .................................................................. 30 3. Nilai-nilai Pendidikan Tasawuf ................................................ 34 B. Ajaran Dzikrul Gafilin dan Amalannya 1. Pengertian Dzikrul Ghafilin ..................................................... 38 2. Bentuk-bentuk Dzikir ............................................................... 39 3. Amalan Dzikrul Ghafilin .......................................................... 43 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Sejarah Dzikrul Ghafilin Candirejo .......................................... 49 2. Kondisi Pengajian Dzikrul Ghafilin ......................................... 51 3. Gambaran Informan ................................................................. 53 B. Temuan Penelitian 1. Pemahaman Jamaah Terhadap adanya Ajaran Dzikrul Ghafilin di desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang Tahun 2012 ... 54
2. Nilai-nilai Pendidikan Tasawuf pada Ajaran Dzikrul Ghafilin di desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang Tahun 2012 .... 55 BAB IV PEMBAHASAN A. Pemahaman Jamaah Terhadap adanya Ajaran Dzikrul Ghafilin di desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang Tahun 2012 .............. 59 B. Nilai-nilai Pendidikan Tasawuf pada Ajaran Dzikrul Ghafilin di desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang Tahun 2012 ............. 61 C. Implikasi ajaran dzikrul ghafilin bagi jamaah dalam Kehidupan Sehari-hari di desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang .......... 67 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 70 B. Saran .............................................................................................. 74 C. Penutup ......................................................................................... 76 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 78 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 80 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel I Daftar Nama Pengurus Jamaah Dzikrul Ghafilin ……………… 52 2. Table II Daftar Nama Informan ……………………………………...… 53
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah salah satu makhluk Allah SWT yang paling mulia yang diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini, manusia tidak bisa hidup secara individu karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Di samping itu juga merupakan suatu himpunan yang memiliki ciri khas tersendiri, yang itu semua tidak dimiliki oleh sekian banyak makhluk hidup lainnya. Jika dilihat secara biologis hampir tidak dapat dibedakan antara manusia dan hewan. Sedangkan yang dapat membedakan manusia dan jenis makhluk lainnya terletak pada sifat-sifat rohaninya, yaitu manusia memiliki akal budi (Omar, 1979: 130). Yang dijelaskan dalam firman Allah yang artinya hablum minallah wa hablum minannas. Allah SWT menciptakan manusia dengan membawa jiwa imanitas dan humanitas yang tumbuh sebelum manusia lahir di dunia. Yang dimaksud imanitas adalah bahwasanya manusia dilahirkan di dunia ini pada hakikatnya adalah dalam keadaan iman dan bahwasanya sebelum dilahirkan manusia menyakini Allah yang menciptakan manusia tersebut karena setiap bayi yang dilahirkan di dunia ini adalah dalam keadaan suci. Sedangkan yang dimaksud dengan humanitas adalah di mana manusia sebagai salah satu khalifah ataupun individu yang diberi
1
kelebihan oleh Allah SWT yang memiliki kehendak untuk mengendalikan, mengarahkan, dan mengembangkan segenap potensi-potensi positif yang ada dalam jiwa manusia, jiwa inilah yang menandakan subtansi manusia yang berbeda dengan subtansi makhluk lain. Manusia mungkin bisa menemukan dirinya karena dengan mengenal dirinya ia akan mengenal Tuhan atau dalam Al-Hadits yang berbunyi:
ُﻣَﻦْ ﻋَﺮَفَ ﻧَﻔْﺴَﮫُ ﻓَﻘَﺪْ ﻋَﺮَفَ رَﺑﱠﮫ Artinya: “Barang siapa mengenal dirinya pasti ia akan mengenal Tuhannya (HR. Muslim)”. Kita sadar bahwa manusia mempunyai naluri ber-Tuhan. Tetapi naluri berTuhan yang terdapat menurut kejadian dalam diri setiap orang, mungkin akan hilang lenyap apabila tidak dipupuk dan dipelihara. Apalagi kalau disengaja untuk dihilangkan atau dimatikan dengan jalan melepas diri kepada pengaruh kerohanian dan rasa ke-Tuhanan. Dengan tertariknya diri kepada pengaruh kebendaan atau sebagai sikap hidup sekuler (anti agama). Seperti sekarang ini di mana dunia pada umumnya telah dilanda dekadensi moral (Mustafa, 1976:20). Tidak
ada
masyarakat yang bisa mengasingkan diri dari pengaruh peradaban global, betapapun mereka berada di daerah terpencil. Dalam proses peradapan ini masyarakat dan negara Timur terutama di Indonesia, kini dilanda keprihatian yang luar biasa. Tetapi hal ini adalah wajar, sebab negara Timur adalah Negara yang sedang berkembang. Mau tidak mau demi kemajuan mereka sendiri dipaksa untuk
2
menerima dan membuka diri bagi membajirinya kebudayaan Barat (Simuh, 1996:1). Karena kurang selektif dengan kebudayaan barat yang masuk ke negara Timur, maka akan berpengaruh pada semua aspek kehidupan, sebagai contohnya cara hidup, pergaulan, mode dan lain sebagainya. Relasi manusia dengan Tuhannya akan berakhir bahwa Tuhanlah satusatunya referensi yang pokok dan dasar dari segala yang ada. Oleh karena itu, Ia sekaligus sebagai asal dan tujuan dari nasib manusia (Marcel, 1980:93) hakekat manusia adalah kalbu (hati). Adapun keistimewaan dan kelebihan manusia dari makhluk-makhluk lainya adalah memiliki potensi untuk ma’rifat kepada Allah. Ma’rifat kepada Allah yang maha tinggi di dunia adalah keagungan dan kesempurnaanya
bagi
kehidupan
akhirat,
ma’rifat
Allah
merupakan
perbendaharaan dan kemuliaannya (Simuh, 1999:33) jalan untuk mencapai ma’rifat adalah dengan kalbunya. Dan bukan dengan panca indra serta anggota badannya (Ghozali, 1907:15) kalbu atau hati dalam arti rohani sering disebut akal, nafsu dan ruh. Kalbu atau hati ini merupakan hakekat manusia yang berwujud Dzat halus bersifat ilahi (Robaniah). Dengan hati inilah manusia mampu menangkap baik alam kebendaan ataupun alam kerohanian dan bahkan alat untuk ma’rifat kepada Dzat Tuhan sendiri. Proses untuk membersihkan diri dan mengendalikan nafsu yang muncul dari diri dalam manusia akibat pengaruh lingkungan duniawi inilah hakekat dari tasawuf. Untuk dapat mengetahui dan membaca keadaan sosial di mana manusia
3
berada membutuhkan keadaan diri yang suci dan bersih. Hal ini merupakan tuntunan dari syariat dan untuk menuju pada hakekat agama yang sesungguhnya memerlukan jalan (thariqah). Sinergi antara pencarian ilmu dan pensucian diri seperti tersebut dalam Al-Quran Surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (AlQur’an Terjemah Depag RI)”. Ayat di atas memerintahkan manusia untuk membaca dalam arti membaca kondisi sosial masyarakat yang membutuhkan perubahan ke arah yang lebih baik. Tentu hal ini menjadi dakwah yang paling logis ketika dimulai dengan membersihkan diri dengan berdzikir dan mengagungkan Asma Allah sebagai landasan untuk beramal baik dalam beribadah maupun bermuamalah dengan disertai niat yang suci. Selain itu dalam berdakwah dan mencari hakekat ilmu pengetahuan (Agama) bersandar sepenuhnya pada pengetahuan yang diajarkan oleh Allah melalui Kalam-Nya (Al-Qur’an) maksudnya ada keterkaitan antara ilmu syariat (fiqh) dan Tasawuf. Tasawuf pada dasarnya menekankan pada keadaan batiniyah dan jiwa serta perilaku lahiriyah dalam beribadat yaitu penyerahan kepada Allah SWT.
4
Pemahaman lain dalam sufisme tampaknya untuk lebih mencari pengetahuan akan kenyataan, pencerahan, atau ma’rifat (Anshari, 1990:36). Sedangkan thariqah berarti jalan untuk mencapai ma’rifat kepada Allah dalam tasawuf disebut thariqah yang berarti jalan menuju Allah (Faturrahman, 1999:20). Oleh karena itu thariqah merupakan salah satu kesatuan dalam kegiatan tasawuf yang mengembangkan sistem pendidikan yang khas di mana persoalan batiniyah merupakan kegiatan yang paling dominan. Dalam perkembangan selanjutnya, perkataan tasawuf dapat pula diartikan secara khusus sebagai jalan rohani (Thariqah). Ini secara esensial menjadi sebuah metode praktis untuk membimbing seseorang mengikuti suatu cara berfikir, merasa dan bertindak tertentu (Al-Wafa’, tt:137). Sesara sosiologis, latar belakang lahirnya Thariqah tidak hanya berlandaskan doktrin keagamaan belaka, melainkan juga sumber-sumber non agamawi seperti aspek sosial, politik, ekonomi dan psikologi (Fazlur, 1997:219) sebagai wujud perubahan dan dinamika dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu. Sebagai contoh adalah munculnya gerakan kehidupan zuhud1 dan uzlah2 yang dipelopori oleh Hasan Al-Basri (110 H) sebagai reaksi terhadap pola hidup hedonisme yaitu pola hidup yang menganggap bahwasanya adalah
1
Zuhud adalah Perihal meninggalkan keduniawian, pertapaan (Depdiknas, 2007:1257).
2
Uzlah adalah Pengasingan diri untuk memusatkan perhatian pada ibadah (berdzikir dan bertafakur) kepada Allah SWT (Depdiknas, 2007:1281).
5
dunia segala-galanya yang dipraktekkan oleh para pejabat Bani Umayyah (Nasution, 1973:64). Berkembangnya tasawuf nampaknya juga tidak terlepas dari adanya pengaruh gejala global masyarakat islam yang cenderung silau akan berkembangnya pola hidup yang rasional. Demikian juga dengan thariqah yang semula merupakan individual dari para eliet kebatinan lalu dijadikan sebagai gerakan kesufian massal sebagai bentuk gerakan tasawuf. Penyebaran agama islam sebagian tidak terlepas dari watak kesufian yang sudah lama menjadi warisan budaya dari ulama-ulama sebelumnya yang menjadikan islam mudah diterima di masyarakat sekitar baik di Afrika maupun di Asia. Warisan budaya inilah yang menjadi pegangan doktrin tasawuf serta kepedulian ulama sufi dalam memberikan pengayoman masyarakat muslim yang sedang mengalami krisis moral, sehingga secara praktis ulama-ulama sufi selain sebagai juru dakwah juga berfungsi sebagai psikoterapi yang bersifat massal. Populernya pemikiran spiritualistik dan menonjolnya nuansa sufistik dalam kehidupan keagamaan di Indonesia ini adalah bagian dari fakta sejarah Islamisasi di kawasan Nusantara. Di Indonesia perkembangan tasawuf ditandai antara lain: pertama, penyebaran thariqah bukan hanya di kota-kota besar tetapi juga sampai di pedesaan, bukan hanya rakyat biasa tetapi juga masuk di kalangan politisi dan pejabat Negara, ada laki-laki dan perempuan, tua dan muda dan masih banyak lagi profesi dan keahlian serta menjadi suatu idola pencapaian
6
ketenangan batin dan pencapaian spiritual yang tinggi dalam melawan kesenangan dunia dan keterpurukan moral dan dimensi lain dalam kehidupan manusia saat ini (Mulyati, 2004:7). Kedua, besarnya jumlah peminat dan pengikut kursus tasawuf yang dilaksanakan secara berkala oleh lembaga semacam kelompok Agama Paradigma dan Lembaga studi Agama dan Filsafat Jakarta (Azyumardi, 1990:3). Ketiga, buku-buku tentang ajaran kalangan sufi klasik maupun cendikiawan muslim kontemporer banyak yang tersebar di masyarakat dan menjadi sangat popular. Kemunculan tradisi thariqah yang berasal dari ajaran tasawuf telah menanamkan akar yang fundamental bagi pembentukan karakter dan mentalis kehidupan sosial dan budaya bagi masyarakat islam yang ada di Indonesia. Salah satu bagian yang terpenting dalam thariqah yang hampir selalu dikerjakan adalah dzikir. Sekumpulan ahli thariqah lebih suka berdzikir dengan mengangkat suara dan berkumpul beramai-ramai untuk tujuan berdzikir. Sebenarnya ahli thariqah ini tidak memandang suatu lebih berharga dari pada berdzikir kepada Allah. Dengan dzikir manusia dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan manusia dapat lebih bersabar dalam menghadapi segala cobaan dan godaan yang ada di dunia.
7
Salah satu aliran tasawuf yang mempunyai peran penting dalam penyebaran dan dakwah agama islam di Indonesia adalah thariqah Naqsabandiyah dan thariqah Qodiriyah. Thariqah Qadiriyah merupakan salah satu aliran yang didirikan oleh Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, yang bernama lengkap Muhya al-Din Abu Muhammad Abdul Qadir ibn Abi Shalih Zango Dost al-Jaelani (Abu Bakar, 1993:308). Sedangkan thariqah Naqsabandiyah berasal dari dua kata, yaitu Naqsh yang bermaksud “ukiran” dan diartikan sebagai mengukir nama Allah SWT pada hati dan Band yang berarti “ikatan” yang menunjukkan antara insan dan Penciptanya, sehingga thariqah Naqsabandi mengajak murid-muridnya yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Thariqah ini didirikan oleh Muhammad bin Baha’udin Al-Uwaisi Al-Bukhari (Abu Bakar, 1993:319). Perkembangan thariqah ini mulai menyebar di tanah jawa, melalui peran Pondok Pesantren. Akan tetapi di sini penulis tidak akan berbicara tentang thariqah Naqsabandiyah maupun thariqah Qodiriyah. Tetapi penulis akan mencoba meneliti tentang aktifitas dzikir yang dilakukan oleh beberapa kelompok orang yang dilakukan dalam suatu masyarakat yang itu dinamakan dengan jamaah dzikrul ghafilin. Dzikrul ghafilin adalah kelompok dzikir yang didirikan oleh tiga kyai di antaranya yaitu KH. Hamim Djazuli atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Miek, KH. Hamid Pasuruan, dan KH. Achmad Siddiq yang bertujuan untuk
8
mengingatkan orang-orang yang lupa kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya yaitu melalui berdzikir dan orang-orang yang senang berkumpul bersama para wali Allah dan orang-orang shaleh (Ibad, 2012). Timbul dari keingintahuan penulis tentang adanya dzikrul ghafilin yang dianggap masih terlalu asing oleh masyarakat sekitar atau bisa dikatakan banyak masyarakat yang belum mengetahui dzikir tersebut khususnya masyarakat di daerah Candirejo. Maka dari itu timbul juga keigintahuan penulis tentang bagaimana sebenarnya pemahaman masyarakat yang mengikuti dzikrul ghafilin tersebut, apakah masyarakat hanya ikut-ikutan dalam artian taqlid buta semata ataukah memang mereka paham benar dengan dzikir tersebut. Selain itu penulis juga ingin mengetahui sebenarnya bagaimana nilai-nilai pendidikan yang ditanamkan pada jamaah dzikrul ghafilin, serta bagaimana implikasi jamaah ajaran dzikrul ghafilin dalam kehidupan sehari-hari tersebut. Apakah sama aktivitas kehidupan keseharian orang yang mengikuti atau masuk dalam jamaah dzikir tersebut dengan orang yang tidak ikut dzikir, mungkin bisa kita lihat dari segi kehidupannya baik hubungan vertikal maupun horizontal. Hubungan vertikal adalah hubungan yang menyangkut makhluk dengan Sang Kholiq yaitu Allah SWT baik shalat, puasa, zakat dan sebagainya yang semua itu menyangkut masalah tasawuf. Sedangkan hubungan secara horizontal adalah hubungan yang mengatur antara manusia dengan manusia baik dalam kehidupan di masyarakat maupun Negara.
9
Pada hakikatnya dzikrul ghafilin ini juga sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam perjalanannya ada beberapa sisi positif dari menyebarnya ajaran thariqah maupun dzikrul ghafilin pada masyarakat umum di luar lingkungan pesantren. Berangkat dari permasalahan ini maka penulis ingin melakukan penelitian tentang “Nilai-nilai Pendidikan Tasawuf pada Ajaran Dzikrul Ghafilin Studi Kasus di Desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang”.
B. Fokus Penelitian Memperhatikan latar belakang masalah yang tertulis di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman jamaah terhadap adanya ajaran dzikrul ghafilin di desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang? 2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan tasawuf pada ajaran dzikrul ghafilin di desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang? 3. Bagaimana implikasi ajaran dzikrul ghafilin bagi jamaah dalam kehidupan sehari-hari di Desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang?
10
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pemahaman jamaah terhadap nilai pendidikan
tasawuf
pada ajaran dzikrul ghafilin di desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. 2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan tasawuf pada ajaran dzikrul ghafilin di desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. 3. Untuk mengetahui implikasi ajaran dzikrul ghafilin bagi jamaah dalam kehidupan sehari-hari di Desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang.
D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang bagaimana Nilai-nilai Pendidikan Tasawuf pada ajaran dzikrul ghafilin serta dapat memberikan manfaat secara praktis dan teoritis, yakni : 1. Manfaat Praktis a. Bagi Ulama’ Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para ulama’ dalam mengasuh dan membimbing umat agar tercipta ajaran dzikrul ghafilin yang bermanfaat bagi kemaslahatan masyarakat secara luas.
11
b. Bagi Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan agar masyarakat, dalam hal ini adalah ummat atau pengikut dzikrul ghafilin untuk senantiasa meningkatkan ibadah agar tercipta tingkat kesalehan sosial yang baik. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi keberlangsungan
pendidikan keagamaan di masyarakat
khususnya bagi
pendidikan akhlaq dan pendidikan tasawuf serta memperkaya hasanah ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan islam.
E. Penegasan Istilah Untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman yang pasti serta untuk menentukan arah yang jelas dalam menyusun skripsi ini, maka penulis memberikan penegasan dan maksud penulisan judul sebagai berikut:
1. Nilai Pendidikan Tasawuf Nilai adalah prinsip atau hakikat yang menentukan harga atau nilai dan makna bagi sesuatu, atau sesuatu yang tidak terbatas (Aziz, 2009:119). Sedangkan dalam kamus besar Nilai adalah sifat-sifat yang penting bagi kemanusiaan (Em Zul Fajri:590).
12
Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Secara luas pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Sisdiknas, 2003:34). Menurut Harun Nastion (Nasution, 2002:4), Baznawi Umarie (Baznawi, 2002:4) dan para ahli tasawuf umumnya mengemukakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuufi, maknanya orang yang suci atau diliputi kesucian. Sedangkan menurut kamus besar tasawuf yaitu ilmu atau ajaran untuk mendekatkan diri kepada Allah (Em Zul Fajri: ) Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan tasawuf adalah nilai atau hakikat yang menentukan makna bagi sesuatu, atau sesuatu yang tidak terbatas sifat-sifatnya yang penting bagi kemanusiaan dalam rangka memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran demi mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar jamaah atau peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan
13
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara untuk mencapai kesucian dengan ilmu atau ajaran untuk mendekatkan diri kepada Allah. 2. Ajaran Dzikrul ghafilin Ajaran berasal dari kata ajar yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang lain agar orang tersebut mau menuruti atau mengetahui tentang sesuatu (Zul Fajri, 2005:29). Sedangkan menurut kamus besar Ajaran adalah segala sesuatu yang diajarkan atau petuah atau petunjuk kepada seseorang (Zul Fajri, 2005:30). Zikir adalah puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang (kamus besar bahasa Indonesia, 2007). Ghafilin berasal dari kata ghaflah yang artinya lupa dan tidak ingat kepada Allah. Dalam sudut pandang tasawuf ghaflah menunjukkan suatu keadaan seseorang yang kurang arif atau keadaan lupa pada hal-hal yang seharusnya tidak diucapkan (Armstrong, 1996:75). Sedangkan Dzikrul ghafilin adalah kelompok kegiatan yang didirikan oleh tiga kyai di antaranya yaitu KH. Hamim Djazuli atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Miek, KH. Hamid Pasuruan, KH. Achmad Siddiq yang bertujuan untuk mengingatkan orang-orang yang lupa kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya yaitu melalui berdzikir dan orang-orang yang senang berkumpul bersama para wali Allah dan orang-orang shaleh (Ibad, 2012).
14
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ajaran dzikrul ghafilin adalah suatu ajaran atau petunjuk yang didirikan oleh tiga kyai yang diberikan kepada seseorang yang lupa kepada Allah, untuk senantiasa mengingat Allah SWT baik dalam keadaan senang maupun duka, karena dengan melakukan dzikir ini diharapkan jamaah mampu mengendalikan dirinya dari lupa kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT untuk kembali lagi ingat kepada-Nya. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian kualitatif. Yang dapat diartikan sebagai penelitian yang tidak mengunakan perhitungan. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya (Margono, 2000: 36). Sedangkan
penelitian
kualitatif
menurut
Bogdan
dan
Taylor
mendefinisikan “Metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Lexy J.Moloeng, 2002 : 3). Dalam penelitian kualitatif ini penulis hanya mencari gambaran dan data yang bersifat diskriptif tentang ajaran dzikrul ghafilin desa Candirejo kec. Tuntang kab. Semarang.
15
2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan. 3. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang Provinsi Jawa Tengah. Adapun letak geografis desa Candirejo adalah sebagai berikut tepatnya berada di perbatasan antara kota Salatiga dengan kota Tuntang kurang lebih 5 km dari kota Salatiga dan 5 km dari kecamatan Tuntang dan letaknya sangat strategis, medannya dataran rendah dan dekat dengan jalan raya sehingga tempat mudah dijangkau baik dengan kendaraan beroda dua maupun roda empat. Adapun peneliti memilih lokasi Candirejo ini karena fenomena di tempat ini belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti sehingga peneliti tertarik dan ingin meneliti lebih jauh lagi.
16
4. Sumber data Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu : a. Data primer Yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang pendidikan tasawuf pada ajaran dzikrul ghafilin desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. Adapun sumber data langsung penulis dapatkan dari pengasuh jamaah dzikrul ghafilin yaitu pimpinan dzikrul ghafilin di Kec. Tuntang dan anggota jamaah di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. b. Data sekunder Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat, perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintah. Data ini dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-hasil studi, hasil survei, studi historis dan sebagainya. Peneliti menggunakan data skunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan pengasuh jamaah. 5. Prosedur pengumpulan data
17
a. Wawancara Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data atau informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Margono, 2000:165). Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pendidikan tasawuf pada ajaran dzikrul ghafilin desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. b. Observasi Bungin (2007:115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur. Adapun pada teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang dzikrul ghafilin Kec. Tuntang Kab. Semarang. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah daftar yang berisikan patokan-patokan atau panduan dalam menelusuri sebuah dokumentasi (Iqbal Hasan, 2004:16). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai nilai-nilai pendidikan tasawuf pada ajaran dzikrul ghafilin dan gambaran umum tentang sejarah berdirinya dzikrul ghafilin, letak geografis, keadaan masyarakat dan pendirinya.
18
6.
Analisis Data Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola induktif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dari pelaku yang dapat diamati dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dari datadata yang diperoleh dari obyek penelitian, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara: a. Mendiskripsikan data dari informan b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis oleh penulis c. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitiaan
7. Pengecekan Keabsahan Temuan Ada empat kriteria yang digunakan yaitu: kepercayaan (kreadibility), keteralihan
(transferability),
ketergantungan
(dependebility),
kepastian
(konfermability). (Lexy J. Moleong, 2008 : 324) Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti memakai tiga macam antara lain sebagai berikut:
19
a. Kepercayaan (kreadibility) Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya, ada beberapa tekhnik untuk mencapai kreadibilitas ini antara lain: tekhnik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan referensi. b. Ketergantungan (depandibility) Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih jelasnya
adalah
dikarenakan
keterbatasan
pengalaman,
waktu
dan
pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dipandibility oleh auditor independent oleh dosen pembimbing. c. Kepastian (konfermability) Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interprestasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit. 8. Tahap-tahap penelitian Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan.
20
Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Tahap sebelum kelapangan Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian dengan teori, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan perilaku kebiasaan keagamaan pada ajaran dzikrul ghafilin desa candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. c. Tahap Analisis Data Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan ketua pemimpin jamaah dzikrul ghafilin dan tokoh masyarakat di Candirejo. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
21
d. Tahap Penulisan Laporan Tahap ini meliputi: kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
G. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka dibuat sistematika penulisan skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang dimaksud adalah: Bab I
: Pendahuluan Meliputi: Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
Bab II : Penegasan Istilah Meliputi : 1.
Nilai-nilai pendidikan tasawuf yang pembahasanya meliputi: a. Pengertian Pendidikan b. Pengertian Tasawuf c. Nilai-nilai Pendidikan Tasawuf
22
2.
Ajaran dzikrul ghafilin dan amalannya a. Pengertian dzikrul ghafilin b. Bentuk-bentuk dzikir dan amalan dzikrul ghafilin
Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian A. Paparan Data: 1. Sejarah berdirinya dzikrul ghafilin 2. Kondisi pengajian dzikrul ghafilin 3. Gambaran informan B. Temuan penelitian: 1. Pemahaman jamaah terhadap adanya ajaran dzikrul ghafilin di desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. 2. Nilai-nilai pendidikan tasawuf pada ajaran dzikrul ghafilin di desa candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. Bab IV : Pembahasan yang berisi tentang: A. Pemahaman jamaah terhadap adanya ajaran dzikrul ghafilin di Desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. B. Nilai-nilai pendidikan tasawuf pada ajaran dzikrul ghafilin di Desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. C. Implikasi ajaran dzikrul ghafilin bagi jamaah dalam kehidupan seharihari di Desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang.
23
Bab V
: Penutup, meliputi: 1.
Kesimpulan
2.
Saran
3.
Penutup
24
BAB II PENEGASAN ISTILAH
A. Nilai Pendidikan Tasawuf 1. Pengertian Pendidikan Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan arti pendidikan itu sendiri adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Sisdiknas, 2003:34). Ki Hajar Dewantara seorang tokoh Pendidikan Nasional berpendapat bahwa Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditunjukkan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi merupakan perjuangan pula (Abuddin,1997:9). Jadi pendidikan adalah usaha untuk memelihara hidup tumbuh ke arah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin agar dapat mempertinggi derajat manusia.
25
Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insani kamil) sesuai dengan norma islam. Konsep manusia secara garis besar sebagai manusia beriman dan taqwa serta memiliki berbagai kemampuan yang teraktualisasi dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya secara baik, positif dan konstruktif (Achmadi, 1992:20) Menurut Al-Syaibany dalam buku Filasafat Pendidikan Islam bahwa Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat (Samsul,2005:31). Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil) (Marimba, 1989:19). Orang-orang sufi mempunyai pandangan sendiri tentang pendidikan dalam menentukan baik dan buruk, perbedaan baik dan buruk ini melahirkan ajaran akhlak. Junaidi Al-Baghdadi mengatakan, kami tidak mengambil tasawuf ini dari fikiran orang tetapi kami ambil dari menahan rasa lapar dan meninggalkan kecintaan kepada dunia, meninggalkan kebiasaan kita sehari-hari,
26
mengikuti segala yang diperintahkan dan menjahui segala yang dilarang. Maka terjadilah bagi orang sufi suatu pendidikan yang dinamakan thariqah yang tersusun dari tiga dasar: 1. Mengosongkan diri dari sifat keduniaan (Takhliyah) Yaitu menjauhkan diri dari maksiat secara lahir dan batin atau sifatsifat yang mengotori jiwa. Adapun sifat-sifat tercela seperti iri hati, dengki, sombong, merasa sempurna dari orang lain, pemarah dan lain-lain. Sifat tercela merupakan maksiat lahir yaitu segala perbuatan yang dikerjakan oleh anggota badan yang merusak diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan maksiat bathin merupakan kejahatan yang tidak bisa dilihat dan kurang disadari dan sukar dihilangkan. Seperti contoh orang mukmin yang sudah tahu bahwa tujuan shalat adalah semata-mata karena ingat kepada Allah. Tetapi kebanyakan orang menyeleweng dari tujuan itu, orang yang shalat ingatnya dengan dunia pada masalah-masalah kegiatan hidupnya. Saat berusaha untuk menghilangkan masalah dunia dengan memejamkan mata tetapi dengan sekejap datang lagi, dikarenakan hati yang sudah dikotori dengan keburukan hawa nafsu. 2. Mengisi kembali dengan sifat terpuji (Tahliyah) Yaitu yang terdiri dari dua usaha yaitu taat lahir dan batin dalam menjalankan perintah Allah atau mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji.
27
Contohnya seseorang yang berusaha memperbaiki akhlaknya dengan cara memperbaiki tata kehidupan dan penghidupan manusia, agar menjadi manusia yang ikhlas dalam beribadah kepada Allah maupun dalam pengabdian kepada masyarakat. 3. Meresapkan rasa ke-Tuhanan (Tajalli) Yaitu orang sufi dalam segala kehidupan didahulukan menjauhkan diri dari maksiat karena usaha menjauhkan diri dari maksiat itu lebih sukar dari pada mengerjakan kebajikan. Sedangkan menurut Al-Ghazali yang dikutip Abu Bakar menerangkan bahwa dalam agama itu ada dua dasar pendidikan yaitu: a) Meninggalkan pekerjaan terlarang b) Mengerjakan segala pekerjaan baik yang diperintahkan Demikian orang sufi mendidik manusia untuk menggunakan anggotanya untuk berbuat kepada Tuhan dan manusia, tidak untuk berbuat jahat, karena pada asalnya segala anggota tubuh manusia itu dijadikan Allah sebagai nikmat dan amanat bagi manusia (Abu Bakar, 1993:29-31).
Tujuan Pendidikan Proses pendidikan pada intinya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
28
Dalam kontek umum tujuan Pendidikan antara lain mentrasmisikan pengalaman dari seluruh masyarakat bukan hanya pengalaman pribadi. Sedangkan dalam kontek Islam Pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peran, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan bagi fungsi manusia untuk beramal di dunia dan di akhirat. Dalam pengertian yang lebih lengkap tujuan Pendidikan Islam merupakan “Program bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, intuisi dan sebaginya) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya peribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran islam”. (Abuddin, 2001:83-84). Menurut Achmadi dalam tujuan Pendidikan ialah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya di mana individu itu hidup (Achmadi, 1992:59). Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan jalannya pendidikan sehingga perlu dirumuskan sebaik-baiknya sebelum semua kegiatan pendidikan dilaksanakan. Sedangkan
menurut
Muhammad
al-Athiyah
al-Abrasyi
telah
menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan islam terdiri atas lima sasaran yaitu:
29
a. Membentuk akhlak mulia b. Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat c. Mempersiapkan
untuk
mencari
rizki
dan
memelihara
segi
kemanfaatannya d. Menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik e. Mempersiapkan tenaga professional yang trampil (Samsul, 2005:37).
2. Pengertian Tasawuf
Kajian penting dalam tasawuf adalah tentang penyucian jiwa. Sedangkan Hamka mengatakan tasawuf adalah latihan-latihan jiwa. Latihan yang mempertinggi sifat-sifat terpuji dan menahan dorongan nafsu, membuang sifat-sifat yang tercela, sehingga menjadi bersihlah hati sanubari. Maka hati sanubari yang bersih itulah yang dapat mendekati Tuhan, apalagi jika senantiasa dihiasi dengan dzikir yaitu ingat atau menyebut nama-nama Allah SWT. Menurut Amatullah Armstrong yang diterjemahkan oleh M.S Nashrullah dan Ahmad Baiquni bahwa Tasawuf adalah pengetahuan tentang diri yang berdasarkan ajaran Nabi Muhammad untuk mencapai karakter mulia melalui penyucian hati (Armstrong, 1995:289). Tasawuf menurut istilah membersihkan jiwa dari pengaruh benda atau alam, supaya dia mudah menuju kepada Allah (Mustafa, 1973:46). Ilmu Tasawuf adalah ilmu yang menerangkan hal-hal
30
tentang cara mensucikan atau membersihkan jiwa, tentang cara memperbaiki ahklak dan tentang cara pembinaan kesejahteraan lahir dan bathin untuk mencapai kebahagiaan yang abadi (Al-Anshory, 1990:36). Sebagian sufi mendefinisikan bahwa tasawuf merupakan tahap untuk mencari hakikat sesuatu yang ada di sisi Allah dan menjauhi segala yang ada di tangan manusia. Sedangkan definisi lain tasawuf adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana meningkatkan derajat kesempurnaan sebagai manusia dalam
tingkatan-tingkatan
kebahagiaan
dan
persoalan-persoalan
yang
menghadang (ujian) dalam upaya meningkatkan derajat tersebut sesuai dengan kemampuan manusia (Tamrin, 2010:6). Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah kepasrahan mutlak dari seorang hamba kepada sang khalik yaitu Allah SWT dengan senantiasa mengikuti semua yang akan diperintahkan dan menjauhi segala
larangan-Nya,
dan
senantiasa
berusaha
semaksimal
mungkin
mendekatkan dirinya dengan Allah untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, serta berpegang teguh pada prinsip-prinsip ajaran islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Tujuan Tasawuf Secara umum tujuan tasawuf adalah pendekatan diri dengan Allah. Makna dekat dengan Allah diketahui melalui tiga simbolik maksudnya dekat
31
dalam arti melihat Tuhan dan bisa merasakan kehadiran-Nya di dalam hati. Dekat dalam arti berjumpa dengan Tuhan dan dekat sehingga terjadi dialog antara hamba dengan Tuhan, dan dekat sebagai penyatuan hamba dengan Tuhan sehingga terjadi penyatuan antara keduanya dalam iradat-Nya. Sedangkan Tujuan tasawuf yang lain di antaranya yaitu: 1. Menekankan pembinaan aspek moralitas yang tinggi sebagaimana seseorang ketika mendapatkan musibah, dia bisa bersabar bahkan dia tetap bersyukur terhadap musibah yang menimpanya, karena ternyata yang dapat diterima adalah musibah yang kecil karena ada musibah yang lebih besar lagi. 2. Agar bisa ma’rifat kepada Allah melalui penyingkapan langsung. Tasawuf ini bersifat teoritis dengan pengetahuan secara khusus yang diformulasikan secara sistematis analitis. Sebagai contoh orang yang shalat agar dapat bertemu Allah, dia harus bisa khusyu’ melalui mujahadah dan akhirnya bisa musyahadah kepada Allah dengan penglihatan spiritual. 3. Membahas sistim pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah secara mistis filosofis, maksudnya hubungan antara hamba dengan Tuhan. Contohnya, seorang hamba bisa menyatu dengan Tuhan apabila sudah dapat menghilangkan sifat kemanusiaan dan bisa memunculkan sifat ketuhanan.
32
Sedangkan menurut pandangan Rifa’I Siregar dalam buku tasawuf irfani ada tiga tujuan tasawuf yaitu: 1) Pasrah sepenuhnya kepada Allah karena Dialah penggerak utama dari semua kejadian alam ini. 2) Melepaskan secara total semua keinginan pribadi dan melepas diri dari
sifat-sifat jelek yang berkenaan dengan kehidupan duniawi. 3) Adanya kesadaran diri serta pemusatan diri pada perenungan terhadap
Allah semata, tiada yang dicari melainkan Dia (Tamrin, 2010:26-27). Menurut pandangan Mustafa Zahri tujuan Tasawuf adalah untuk mencapai ma’rifatullah maksudnya leburnya pribadi pada ketetapan Allah di mana perasaan. Keinsanan lenyap diliputi rasa ke-Tuhanan dalam keadaan di mana semua rahasia yang membatasi atau menutup diri dengan Allah dan menjadi salah satu dalam ketetapannya. Adapun tujuan akhir tasawuf adalah ma’rifat yaitu puncak dari segala-galanya, yang mana tingkat seorang murid dapat merasakan adanya Allah untuk disembah segala amal dan ibadat yang dilakukan (Mustafa, 1991:169). Hadits yang dijelaskan dalam kitab Risalah al Qusyairiah yang memberikan perincian tentang pengertian ma’rifat yaitu sebagai berikut: ﻓَﻤَﻦْ ﻋَﺮَفَ اﷲَ ﺑِﮫِ ﻓَﮭُﻮَ ﻋَﺎرِفٌ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﺤَﻘِﯿْﻘَﺔِ وَﻣَﻦْ ﻋَﺮَﻓَﮫُ ﺑِﺎﻟﺪﱠﻟِﯿْﻞِ ﻓَﮭُﻮَ ﻣُﺘَﻜَﻠﱢﻢٌ وَﻣَﻦْ ﻋَﺮَﻓَﮫُ ﺑِﺎﻟﺘﱠﻘْﻠِﯿْﺪِ ﻓَﮭُﻮَﻋَﺎﻣِﻰﱞ
33
Artinya: “Barang siapa yang mengenal Allah dengan jalan pertolongan Allah maka orang itu adalah “Arif” tentang Allah secara hakekat (ahli tasawuf). Orang yang “Arif” tentang Allah dengan cara dalil saja maka itu, adalah orang mutakallimin (Ahli usuluddin). Orang yang “Arif” tentang Allah dengan cara taklid (menuruti perkataan orang tanpa mencari dalil) maka orang itu adalah orang awam atau orang bodoh (HR. Imam Abi Qasim) (Mustafa, 1991:171)”. Dari keterangan hadits di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwasannya pengertian ma’rifat dibagi menjadi 3 macam yaitu: 1. Ma’rifatnya ahli Tasawuf adalah seseorang mengenal Allah dengan jalan pertolongan allah maka orang tersebut dikatakan orang yang arif tentang Allah secara hakikat. 2. Ahli Usuluddin adalah seseorang mengenal Allah dengan cara dalil saja yang bisa disebut mutakallimin. 3. Ahli Taqlid adalah seseorang mengenal orang Allah dengan cara mengikuti perkataan orang lain yang bisa disebut dengan orang awam atau orang bodoh. 3. Nilai-nilai pendidikan tasawuf Dalam surat al-Baqarah ayat 177 ada beberapa pesan tentang nilai pendidikan tasawuf. Dalam ayat tersebut mengungkapkan nilai-nilai pendidikan tasawuf dan implikasinya dalam dunia pendidikan islam.
34
Adapun firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 177 yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya: “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orangorang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa (AlQur’an Terjemahan Departemen Agama)”.
Dalam surat di atas dapat kita tarik kesimpulan ada kandungan Nilai-nilai Pendidikan Tasawuf yang dianalisis menggunakan teori-teori pendidikan islam, sehingga munculah nilai-nilai pendidikan tasawuf sebagai berikut:
35
a. Pendidikan Iman Meliputi: iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada rasul, iman kepada taqdir, iman kepada hari akhir, dan ibadah shalat. b. Pendidikan Moral Pendidikan moral adalah pengembangan nilai-nilai atau tata cara untuk mewujudkan titik optimal moral, sehingga dapat bersikap dengan baik dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. seperti: menepati janji, berbuat baik. c. Pendidikan Fisik Pendidikan fisik adalah pendidikan yang bersifat jasmani yang ini semua bisa kita lihat dan kita rasakan dengan anggota tubuh maupun panca indra. Adapun pendidikan fisik meliputi: memberi nafkah atau harta kepada keluarga atau kerabat dekat. d. Pendidikan Rasio Pendidikan rasio adalah pendidikan yang bisa kita terima dengan akal dan pikiran kita yang semua itu bisa mendekatkan kita kepada Allah SWT. Adapun pendidikan rasio Meliputi: kebajikan yang sesungguhnya yang mengantar kepada kedekatan kepada Allah.
36
e. Pendidikan Kejiwaan Pendidikan kejiwaan adalah pendidikan yang tertanam dalam jiwa manusia sebagai pembentukan karakter hidup. Yang meliputi: sabar dalam menghadapi segala ujian hidup. f. Pendidikan Sosial Pendidikan sosial adalah Pendidikan yang mengajari manusia untuk bersosialisasi dengan manusia lain. Yang meliputi: memberikan harta kepada anak-anak yatim, orang-orang miskin. g. Pendidikan Seksual Meliputi: hubungan dengan dzawil qurba atau kerabat dekat. Di samping itu terdapat implikasi nilai-nilai pendidikan tasawuf dalam dunia pendidikan islam, yaitu pendidikan tasawuf sebagai penguat Pendidikan Islam yang berdasarkan nilai-nilai tasawuf yang akan meneguhkan kualitas kemanusiaan yang senantiasa diberi sentuhan Ilahiyah (http://digilib.uinsuka.ac.id/id/eprint/6127).
37
B. Ajaran Dzikrul Ghafilin 1. Pengertian dzikrul ghafilin Dzikrul ghafilin berasal dari dua kata dzikir dan ghaflah. Dzikir berasal dari kata dzakara yang artinya pengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti. Menurut kamus besar dzikir adalah pujian kepada Allah yang disusun secara runtut dan berulang-ulang atau dalam arti luas mengingat Allah (Zul Fajri, 869). Menurut Amatullah Armstrong yang diterjemahkan oleh M.S Nasrullah dan Ahmad Baiquni bahwa dzikir adalah mengingat atau mengagungkan Allah dengan mengulang-ulang salah satu nama Allah atau kalimat keagungannya (Armstrong, 1996: 52). Sedangkan ghafilin berasal dari kata ghaflah yang artinya lupa dan tidak ingat kepada Allah. Dalam sudut pandang tasawuf ghaflah menunjukkan suatu keadaan seseorang yang kurang arif atau keadaan lupa pada hal-hal yang seharusnya tidak diucapkan (Armstrong, 1996:75). Dzikrul ghafilin merupakan salah satu kegiatan mujahadah yang didirikan oleh tiga kyai di antaranya yaitu KH. Hamim Djazuli atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Miek, KH. Hamid Pasuruan, KH. Achmad Siddiq yang bertujuan untuk mengingatkan orang-orang yang lupa kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya yaitu melalui berdzikir dan orang-orang yang senang berkumpul bersama para wali Allah dan orang-orang yang shaleh (Ibad, 2012).
38
Dzikrul ghafilin didirikan oleh KH. Hamid Pasuruan, KH. Hamim, Tohari Djazuli atau akrab dengan panggilan Gus Miek, Gus Miek adalah salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan pejuang Islam yang masyhur di tanah Jawa dan memiliki ikatan darah kuat dengan berbagai tokoh Islam ternama, khususnya di tanah jawa yaitu di Jawa Timur. Sehingga wajar, jika Gus Miek dikatakan pejuang agama yang tangguh dan memiliki kemampuan yang terkadang sulit dijangkau akal. Selain menjadi pejuang Islam yang gigih, dan pengikut hukum agama yang setia dan patuh, Gus Miek memiliki spiritualitas atau derajat kerohanian yang memperkaya sikap, taat, dan patuh terhadap Allah. Beliau tidak menyamakan ajaran ini dengan thariqah tetapi ajaran dzikrul ghafilin hampir sama sejenis dengan dzikir dan metodenya (Ibad:2012). Sehingga dzikrul ghafilin bisa diamalkan seperti dengan dzikir. Dengan dzikir ini diharapkan para anggota jamaah dapat mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi, dengan cara yang efektif dan lebih efisien.
2. Bentuk-bentuk Dzikir dan Amalan Dzikrul Ghafilin a. Bentuk-bentuk dzikir 1. Dzikir dengan lisan dan hati
39
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (QS. Ar-Rad:28). Yang dimaksud dengan hati mereka menjadi tentram dan damai dengan mentauhidkan Allah, sehingga akan membuatnya menjadi tenang dan hati mereka mejadi tentram dengan selalu berdzikir kepada Allah. 2. Membaca Al-Qur’an Dzikir yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Sa’ad Al-Khudri bahwa Rasulullah bersabda, “Allah SWT berfirman “Siapa yang disibukkan dengan membaca Al-Qur’an untuk meminta kepada-Ku dan berdzikir kepada-Ku, pasti aku akan memberinya pahala yang lebih baik dari pada apa yang diminta oleh orang-orang yang meminta dan keistimewaan kalamullah atas yang lain-lain, seperti keistimewaan kalamullah atas segala makhluk-Nya (H.R Ad-Darimi). Abu Said al-Khudri meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda, “siapa yang membaca sepuluh ayat Al-Qur’an dimalam hari, pasti dia akan dicatat sebagai orang yang banyak berdzikir dan siapa yang membaca lima ratus hingga seribu ayat, pasti dia telah memiliki satu qintar (lebih kurang empat puluh lima kilo pahala)” (HR. An Nasai).
40
3. Shalat adalah dzikir Abu Said dan Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, “siapa yang bangun di tengah malam dan membangunkan keluarganya, lalu keluarganya shalat bersama dua rakaat. Maka mereka berdua dicatat sebagai laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah (HR.Ad-Darimi). Sesungguhnya dengan firman-Nya di dalam Al-Qur’an yang berbunyi: “ Dan sebutlah nama Tuhan-Mu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari (Al-Insan:25-26). ”. Memang Tuhan akan ingat kepada orang yang ingat kepada-Nya. Tuhan berkata dalam sebuah hadits Qudsi, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: “Aku berada di dalam hamba-Ku pada dirinya. Aku pun ingat kepadanya pada diri-Ku, apalagi ia ingat kepada-Ku pada suatu ketika, aku pun ingat kepadanya ketika yang baik itu, apabila ia mendekati Aku sejengkal, Aku mendekatinya sehasta, dan apabila ia akan mendekati Aku sehasta, Aku mendekatinya dengan berlari”. Ulama menafsirkan, bahwa dzikrulah ingat kepada Tuhan dalam menjauhkan diri daripada pekerjaan yang munkar, sesungguhnya lebih besar artinya daripada sembahyang yang dikerjakan sunyi daripada mengingat Tuhan (Abu Bakar, 1993:277-278).
41
b. Dzikir dalam thariqah Salah satu bagian yang terpenting dalam thariqah yang hampir selalu kelihatan dikerjakan, adalah dzikir. Dzikir artinya mengingat kepada Tuhan, tetapi dalam thariqah mengingat kepada Tuhan itu dibantu dengan bermacammacam ucapan, yang menyebut nama-nama Allah atau sifat-Nya, atau katakata yang mengingatkan mereka kepada Allah. Thariqah mematrealisasikan dirinya dalam dzikir yang praktek regulernya mengantarkan sang arif yang ditakdirkan menuju keadaan ketenggelaman (istighraq) dalam Tuhan. Oleh sebab itu, dzikir membentuk kerangka thariqah. Dzikir ini mendapat landasan normatifnya dari ajaran alQur’an “….Berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah SWT, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang (Muhsin, 2005:67). Dzikir dalam thariqah, dilakukan dalam waktu-waktu tertentu dan dengan tehnik tertentu pula. Dzikir khafi misalnya, didasarkan pada saat bernafas,
penghembusan
dan
penghirupan.
Dan
bibir
tertutup,
mempergunakan kalimat tahlil dasar, orang berdzikir menghembuskan nafas, berkonsentrasi pada la ilaha, untuk menyingkirkan gangguangangguan eksternal, selanjutnya waktu menarik nafas berkonsentrasi pada ilallah. Thariqah juga mengatur secara lebih detail teknik dan formula dzikir, tahapan dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai melalui dzikir.
42
3. Amalan dzikrul ghafilin Amalan dzikir yang dilakukan oleh jamaah dzikrul ghafilin yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadist, adapun salah satu cara untuk mendukung ajaran-ajaran thariqah yang telah ada biasanya juga mengacu pada pemikiran-pemikiran para sufi, seperti Syekh Abdul Qodir Jailani, Baha’uddin Naqsaband, Abu Hasan A-Syadzili dan Imam-imam lain. Akan tetapi ajaran dzikrul ghafilin selain harus mengacu kepada imam-imam tersebut juga mengacu kepada pemikiran Imam Hamim Djazuli, Imam Hamid Pasuruan dan Achmad Shiddiq yang merupakan salah satu pendiri dari ajaran dzikrul ghafilin. Adapun pelaksanaan jamaah dzikrul ghafilin diamalkan setidaknya setelah shalat wajib dan waktunya setelah shalat maghrib kemudian dilanjutkan setelah shalat isya’. Dzikir yang diperintahkan Allah SWT bisa dilakukan dengan lisan, yakni dengan mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil dan sebagainya atau dengan kata lain dzikir dengan menyebut nama Allah atau sifat-Nya. Dzikir merupakan salah satu sarana pendekatan diri kepada Allah SWT dan sebagai pengingat seorang hamba kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT dengan berbagai macam gerakan tubuh dan cara melafalkannya ada yang dengan jahr (keras) dan ada yang tanpa suara (sirr), yang semua itu telah diatur dalam peribadatan masing-masing jamaah dzikir, begitupula yang terjadi pada jamaah dzikrul ghafilin gerakan kepala ketika berdzikir ada yang ke kanan dan ke kiri adapula yang ke atas dan ke
43
bawah, di bawah ini ada beberapa amalan yang dibaca oleh jamaah Dzikrul Ghafilin ketika mengamalkan dzikir. Pada prinsipnya dzikir itu dilaksanakan dengan cara dan kesopanan tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditentukan oleh Al-Qur’an dan dicontohkan Rasulullah yang dilakukan dengan merendahkan diri, penuh rasa takut dan tidak mengeraskan suara. Kegiatan dasar yang dilakukan oleh para pengikut dzikrul ghafilin adalah berdzikir mendekatkan diri kepada Allah. Dzikir dipandang sebagai inti ibadah yang dapat dipahami sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah. Karena Allah adalah satu-satunya yang memiliki semua sifat yang baik. Maka dalam berdzikir kita harus melaksanakannya dengan penuh penghayatan dan kekhusyuan yang semuanya itu bisa kita lakukan dzikir secara pelan dalam suara rendah atau diulang-ulang dalam lisan, pikiran dan hati sang pelaku, sehingga memang benar-benar tahu dari pada maksud apa yang diucapkan. Di bawah ini adalah amalan-amalan yang dibaca oleh jamaah dzikrul ghafilin pada saat dzikrul ghafilin, adalah sebagai berikut: ِﺑِﺴْﻢِ اﷲِ اﻟﺮﱠﺣْﻤﻦِ اﻟﺮﱠﺣِﯿْﻢ َاَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُاﷲَ اﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ اَﺷْﮭَﺪُاَنْ ﻟَﺎاِﻟﮫَ اِﻟﱠﺎاﷲ وَاَﺷْﮭَﺪُاَنﱠ ﻣُﺤَﻤﱠﺪًارﱠﺳُﻮْلُ اﷲ : ِاِﻟﻰ ﺣَﻀْﺮَة
44
اﻟﱠﻨﺒِﻰﱢ اﻟْﻤُﺼْﻄَﻔﻰ ﻣُﺤَﻤﱠﺪٍ ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠَﻢَّ ﺛُ ﱠﻢ اِﻟﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ ﺳَﯿّْﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﻋَﺒْﺪُاﻟْﻘٌﺪِرِاﻟْﺠَﯿْﻠَﺎﻧِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰ ﺣَﺎﻣِﺪٍاﻟﻐَﺰَاﻟِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ اﻟْﺤَﺒِﯿْﺐِ ﻋَﺒْﺪُ اﷲِ ﺑْﻦِ ﻋَﻠْﻮِاﻟْﺤَﺪﱠادِرَﺿِﻰَ اﷲُ ﻋﻨْﮭُﻢْ .ﻟَﮭُﻢُ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ ............. اﻟْﻔَﺎ ﺗِﺤَﺔْ اﯾَﺔُ اﻟْﻜُﺮْﺳِﻰﱢ اَﺳْﻤَﺎءُاﻟْﺤُﺴْﻨَﻰ اﱠﻟﺬِىْ ﻟَﻢْ ﯾَﻠِﺪْوَﻟَﻢْ ﯾُﻮْﻟَﺪْ وَﻟَﻢْ ﯾَﻜُﻦْ ﻟَﮫ ﻛُﻔُﻮًا اَﺣَ ٌﺪ .ﻟَﯿْﺲَ ﻛَﻤِﺜْﻠِﮫ ﺷَىْﺊٌ وَھُﻮَاﻟﺴﱠﻤِﯿْﻊُ اﻟْﺒَﺼِﯿْﺮُ دُﻋَﺎءْ ﺑﺮْﺳَﻤَﺎ رَﺑﱠﻨَﺎ اﺗِﻨَﺎ ﻓِﻰ اﻟﺪﱡﻧْﯿَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔً وﱠﻓِﻰ اﻟْﺎ ﺧِﺮَةِ ﺣَﺴَﻨَﺔً وﱠﻗِﻨَﺎ ﻋَﺬَابَ اﻟﻨﱠﺎر ×١٠ اﻟﺘﱠﻮَﺳُﻞْ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ................ اِﻟﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ ﺟَﻤِﯿْﻊِ اﻟْﺄَﻧْﺒِﯿَﺎءِ وَاﻟْﻤُﺮْﺳَﻠِﯿْﻦَ وَأُوﻟِﻰ اﻟْﻌَﺰْمِ ﻣِﻦَ اﻟﺮﱡﺳُﻞِ وَﺟَﻤِﯿْﻊِ اﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔِ اﻟْﻤُﻘَﺮﱠﺑِﯿْﻦَ ﻋَﻠَﯿْﮭِﻢُ اﻟﺼﱠﻠَﺎةُوَاﻟﺴﱠﻠَﺎمُ ,اْﻟﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ ×٣ ﺻَﻠَﻮَاتُ اﻟْﻤُﻘَﺮﱠﺑِﯿْﻦَ اَﻟﻠﱠﮭُﻢﱠ ﺻَﻞﱢ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﯿﱢﺪِﻧَﺎ ﺟِﺒْﺮِﯾْﻞَ ,وَﺳَﯿﱢﺪِﻧَﺎ ﻣِﯿْﻜَﺎﺋِﯿْﻞَ ,وَﺳَﯿﱢﺪِﻧَﺎ اِﺳْﺮَاﻓِﯿْﻞَ ,وَﺳَﯿﱢﺪِﻧَﺎ اِزْرَاﺋِﯿْﻞَ ,وَﺣَﻤَﻠَﺔِاﻟْﻌَﺮْشِ ,وَﻋَﻠَﻰ اﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔِ اﻟْﻤُﻘَﺮﱠﺑِﯿْﻦَ وَﻋَﻠَﻰ ﺟَﻤِﯿْﻊِ اﻟْﺄَﻧْﺒِﯿَﺎءِوَاﻟْﻤُﺮْﺳَﻠِﯿْﻦَ ,ﺻَﻠَﻮَاتُ اﷲِ وَﺳَﻠَﺎﻣُﮫ ﻋَﻠَﯿْﮭِﻢْ اَﺟْﻤَﻌِﯿْﻦَ ×٣ ﺛُﻢﱠ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ ﺷَﻔِﯿْﻌِﻨَﺎ ﺳَﯿﱢﺪِاﻟﺴﱠﺎدَاتِ ﻣُﺤَﻤﱠﺪٍ ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ وَاَزْوَاﺟِﮫِ وَاَوْﻟَﺎدِهِ وَذُرﱢﯾَﺎﺗِﮫِ وَاﻟِﮫِ وَاَﺻْﺤَﺎﺑِ ِﮫ وَﺧُﺼُﻮْﺻًﺎ اَھْﻞِ ﺑَﺪْرٍ ﻣِﻦَ اﻟْﻤُﮭَﺎﺟِﺮِﯾْﻦَ وَاﻟْﺎَﻧْﺼَﺎرِرَﺿِﻰَ اﷲُ ﻋَﻨْﮭُﻢْ اَﺟْﻤَﻌِﯿْﻦَ وَﺟَﻤِﯿْﻊِ اَﺗْﺒَﺎﻋِﮫِ وَاﻟﺸﱡﮭَﺪَاءِوَاﻟْﻌُﻠَﻤَﺎءِ وَاﻟْﺎَوْﻟِﯿَﺎءِوَاﻟﺼﱠﺎﻟِﺤِﯿْﻦَ وَاﻟْﻤُﺼَﻨﱢﻔِﯿْﻦَ وَاﻟْﻤُﺆَﻟﱢﻔِﯿْﻦَ وَﺟُﺪُوْدِﻧَﺎ وَﺟَﺪﱠاﺗِﻨَﺎوَاَﺑَﺎﺋِﻨَﺎوَاُﻣﱠﮭَﺎﺗِﻨَﺎوَﻣَﻦْ ﻟَﮫُ ﺣُﻘُﻮْقٌ ﻋَﻠَﯿْﻨَﺎ ﻏَﻔَﺮَاﷲُ ﻟَﻨَﺎوَﻟَﮭُﻢُ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔُ ×٣ ﺛُﻢﱠ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ ﺑَﺤْﺮِاﻟﺸﱠﻔَﺎﻋَﺔِﺳَﯿﱢﺪِﻧَﺎ اﻟْﻤَﺤْﺒُﻮْبِ ﻣُﺤَﻤﱠﺪٍﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﺧَﺎﺻﱠﺔً ,اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ اَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُاﷲَ اﻟْﻌَﻈِﯿْﻢَ ×١٠٠ ﺛُ ﱠﻢ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ ﻧَﺒِﯿﱢﻨَﺎاﻟْﺨَﻀِﺮِأَﺑِﻰ اﻟْﻌَﺒﱠﺎسِ ﺑَﻠْﯿَﺎﺑْﻦِ ﻣَﻠْﻜَﺎنَ ﻋَﻠَﯿْﮫِ اﻟﺴﱠﻠَﺎمُ ,اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ ﺛُﻢﱠ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِﺳُﻠْﻄَﺎنِ اﻟْﺄَوْﻟِﯿَﺎءِاﻟْﺄَوﱠلِ ﺳَﯿﱢﺪِﺷَﺒَﺎبِ أَھْﻞِ اْﻟﺠَﻨﱠﺔِ ﺳِﺒْﻂُ ﺧَﯿْﺮِاﻟْﺒَﺮِﯾﱠﺔِ
45
أَﺑِﻰ ﻣُﺤَﻤﱠﺪٍ ﺳَﯿﱢﺪِﻧَﺎاﻟْﺤَﺴَﻦِ ﺑْﻦِ ﻋَﻠِﻰﱢ ﺑْﻦِ أَﺑِﻰ ﻃَﺎﻟِﺐٍ وَاَﺧِﯿْﮫِ اﻟﺸﱠﮭِﯿْﺪِ ﺳَﯿﱢﺪِﻧَﺎاﻟْﺤُﺴَﯿْﻦِ وَوَاﻟِﺪَﯾْﮭِﻤَﺎ ﺳَﯿﱢﺪِﻧَﺎﻋَﻠِﻰﱢ ﺑْﻦِ أَﺑِﻲْ ﻃَﺎﻟِﺐٍ وَﺳَﯿﱢﺪَﺗِﻨَﺎﻓَﺎﻃِﻤَﺔُاﻟﺰﱠھْﺮَاءِاﻟْﺒَﺘُﻮْلِ رَﺿِﻰَ اﷲُ ﻋَﻨْﮭُﻢْ ﻟَﮭُﻢُ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ........................ ﺛُﻢﱠ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ..................... ﺳﻠْﻄَﺎنِ اﻟْﺄَوْﻟِﯿَﺎءِاﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﻋَﺒْﺪُ اﻟْﻘَﺎدِرِاﻟْﺠَﯿْﻠَﺎﻧِﻰﱢ ﺑْﻦِ أَﺑِﻲْ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻣُﻮْﺳَﻰ ﺟَﻨْﻜَﺎ ﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﻣُﺤْﻰِ اﻟﺪﱢﯾْﻦِ أَﺑِﻰ ﻣُﺤَﻤﱠﺪٍ ُ دَوْﺳَﺖْ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺤَﻤﱠﺪٍﺑَﮭَﺎءِاﻟﺪﱢﯾْﻦِ اﻟﻨﱠﻘْﺸَﺒَﻨْﺪِىﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻲْ ﺣَﺎﻣِﺪٍ ﻣُﺤَﻤﱠﺪٍاﻟﻐَﺰَاﻟِﻰﱢ وَاَﺧِﯿْﮫِ اﻟﺼﱠﻐِﯿْﺮِﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ اَﺣْﻤَﺪَاﻟْﻐَﺰَاﻟِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ ﺑَﻜْﺮِاﻟﺸﱢﺒْﻠِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ اﻟْﻘُﻄْﺐِ اﻟْﻐَﻮْثِ اﻟْﺤَﺒِﯿْﺐِ ﻋَﺒْﺪِاﷲِ ﺑْﻦِ ﻋَﻠْﻮِى اﻟْﺤَﺪﱠادِ رَﺿِﻰَ اﷲُ ﻋَﻨْﮭُﻢْ ﻟَﮭُﻢُ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ ﺛُﻢﱠ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ ............... ﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ ﯾَﺰِﯾْﺪَﻃَﯿْﯿﻔُﻮْرِﺑْﻦِ ﻋِﯿْﺴَﻰ اﻟْﺒَﺴْﻄَﺎﻣِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﻣُﺤَﻤﱠﺪِاﻟﺤَﻨَﻔِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿِﺦِ ﯾُﻮْﺳُﻒَ ﺑْﻦِ اِﺳْﻤَﺎﻋِﯿْﻞَ اﻟﻨﱠﺒْﮭَﺎﻧِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﺟَﻠَﺎلِ اﻟﺪﱢﯾْﻦِ اﻟﺴﱡﯿُﻮْﻃِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ زَﻛَﺮِﯾﱠﺎ ﯾَﺤْﻲَ ﺑْﻦِ ﺷَﺮَفِ اﻟﻨﱠﻮَوِىﱢ رَﺿِﻰَ اﷲُ ﻋَﻨْﮭُﻢْ ,ﻟَﮭُﻢُ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ ................ ﺛُﻢﱠ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ .................. ﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﻋَﺒْﺪِ اﻟْﻮَھﱠﺎبِ اﻟﺸﱠﻌْﺮَاﻧِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﻋَﻠِﻰْ ﻧُﻮْرِاﻟﺪﱢﯾْﻦِ اﻟﺸﱠﻮْﻧِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ اﻟْﻌَﺒﱠﺎسِ اَﺣْﻤَﺪَ ﺑْﻦِ ﻋَﻠِﻰﱢ اﻟْﺒُﻮْﻧِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ اِﺑْﺮَاھِﯿْﻢَ ﺑْﻦِ اَدْھَﻢَ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ اِﺑْﺮَاھِﯿْﻢَ اﻟﺪﱠﺳُﻮْﻗِﻰﱢ رَﺿِﻰَ اﷲُ ﻋَﻨْﮭُﻢْ ,ﻟَﮭُﻢُ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ ........... ﺛُﻢﱠ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ ................. اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰ اﻟْﻌَﺒﱠﺎسِ ﺷِﮭَﺎبِ اﻟﺪﱢﯾْﻦِ اَﺣْﻤَﺪَ ﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ اﻟْﺄَﻧْﺼَﺎرِىﱢ اﻟْﻤُﺮْﺳِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ ﺳَﻌِﯿْﺪٍ ﻋَﺒْﺪِ اﻟْﻜَﺮِﯾْﻢِ اﻟْﺒُﻮْﺻِﯿْﺮِىﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰ اﻟْﺤَﺴَﻦِ اﻟْﺒَﻜْﺮِىﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ ﻋَﺒْﺪِاﷲِ ﻣُﺤَﻤﱠﺪِ ﺑْﻦِ اِﺳْﻤَﺎ ﻋِﯿْﻞَ اﻟْﺒُﺨَﺎرِىﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ زَﯾْﻦِ اﻟﺪﱢﯾْﻦِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪِ اْﻟﻌَﺰِﯾْﺰِ اﻟْﻤَﻠَﯿْﺒَﺎرِىﱢ اﻟْﻔَﻨَﺎﻧِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﺗﺎَجِ اﻟﺪﱢﯾْﻦِ ﺑْﻦِ ﻋَﻄَﺎءِاﷲِ اﻟﺴﱠﻜَﻨْﺪَرِىﱢ رَﺿِﻰَ اﷲُ ﻋَﻨْﮭُﻢْ ,ﻟَﮭُﻢُ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ .............. ﺛُ ﱠﻢ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ اﻟْﺄَﺋِﻤﱠﺔِ اﻟْﺄَرْﺑَﻌَﺔِ اﻟْﻤُﺠْﺘَﮭِﺪِﯾْﻦَ اَﺻْﺤَﺎبِ اﻟْﻤَﺬَاھِﺐِ اﻟْﺄَرْﺑَﻌَﺔِ ,وَﺣُﺼُﻮْﺻًﺎ : ﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ اﻟْﺎِﻣَﺎمِ ﻣُﺤَﻤﱠﺪِ ﺑْﻦِ اِدْرِﯾْﺲَ اﻟﺸﱠﺎﻓِﻌِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ ﺣَﻔْﺺٍ ﻋُﻤَﺮَ اﻟﺴﱡﮭْﺮَوَرْدِىﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿِﺦِ أَﺑِﻰْ ﻣَﺪْﯾَﻦَ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ اﺑْﻦِ ﻣَﺎ ﻟِﻚِ اﻷَﻧْﺪَﻟُﺴِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ ﻋَﺒْﺪِاﷲِ ﻣُﺤَﻤﱠﺪِ ﺑْﻦِ ﺳُﻠَﯿْﻤَﺎنَ اﻟْﺠَﺰُوْﻟِﻰﱢ
46
وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﻣُﺤْﻰِ اﻟﺪﱢﯾْﻦِ ﺑْﻦِ اﻟْﻌَﺮَﺑِ ﱢ ﻰ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﻋِﻤْﺮَانِ ﺑْﻦِ ﺣُﺼَﯿْﻦٍ رَﺿِﻰَ اﷲُ ﻋَﻨْﮭُﻢْ ,ﻟُﮭُﻢُ اﻟْﻔَﺎِﺗﺤَﺔَ ............... ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺤَﻤﱠﺪٍ ×٣٠٠ اﻟْﻘُﻄْﺐِ اﻟْﻜَﺒِﯿْﺮِ ﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﻋَﺒْﺪُ اﻟﺴﱠﻠَﺎمِ ﺑْﻦِ ﻣَﺸِﯿْﺶٍ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ اﻟْﺤَﺴَﻦِ ﻋَﻠِﻰﱢ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪُاﷲِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪُاﻟْﺠَﺒﱠﺎرِ اﻟﺸﱠﺎذِﻟِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ ﻣَﺤْﻔُﻮْظٍ ﻣَﻌْﺮُوْفِ اﻟْﻜَﺮْﺧِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰ اﻟْﺤَﺴَﻦِ اﻟﺴﱠﺮﱢى اﻟﺴﱠﻘَﻄِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰ اﻟْﻘَﺎﺳِﻢِ اﻟْﺎِﻣَﺎمِ اﻟْﺠُﻨَﯿْﺪِاﻟْﺒَﻐْﺪَادِىﱢ وَﺳَﯿّﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰ اﻟْﻌَﺒﱠﺎسِ اَﺣْﻤَﺪَ اﻟْﺒَﺪَوِىﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ اَﺣْﻤَﺪَ ﺑْﻦِ اﻟْﺤُﺴَﯿْﻦِ اﻟﺮﱢﻓَﺎﻋِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ ﻋَﺒْﺪِ اﷲِ اﻟﻨﱡﻌْﻤَﺎنِ رَﺿِﻰَ اﷲُ ﻋَﻨْﮭُﻢْ ,ﻟَﮭُﻢُ اْﻟﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ ............... ×٢ ﺛُﻢﱠ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ ............ ﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ اﻟْﺎِﻣَﺎمِ اﻟﺤَﺴَﻦِ ﺑْﻦِ أَﺑِﻰ اﻟْﺤَﺴَﻦِ أَﺑِﻰْ ﺳَﻌِﯿْﺪِاﻟْﺒَﺼَﺮِىﱢ وَﺳَﯿﱢﺪَﺗِﻰْ رَاﺑِﻌَﺔِ اﻟْﻌَﺪَاوِﯾَﺔِ وَﺳَﯿﱢﺪَﺗِﻰ اﻟْﻌُﺒَﯿْﺪَةِ ﺑِﻨْﺖِ أَﺑِﻰْ ﻛِﻠَﺎبٍ رَﺿِﻰَ اﷲُ ﻋَﻨْﮭُﻢُ اْﻟﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ ................ ﺛُﻢﱠ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ ................ ﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﺳُﻠَﯿْﻤَﺎنَ اﻟﺪﱠرَاﻧِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ ﻋَﺒْﺪِاﷲِ اﻟْﺤَﺎرِثِ ﺑْﻦِ أَﺳَﺪِاﻟْﻤَﺤِﺎﺳِﺒِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰ اﻟْﻔَﯿْﺾِ ذِى اﻟﻨﱡﻮْنِ اﻟْﻤِﺼْﺮِىﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ زَﻛَﺮِﯾﱠﺎ ﯾَﺤْﻲَ ﺑْﻦِ ﻣُﻌَﺎذِ اﻟﺮﱠازِىﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﺣَﻤْﺪُوْنَ اْﻟﻘَﺼﱠﺎرِاﻟﻨﱠﯿْﺴَﺎﺑُﻮْرِىﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ اﻟْﺤُﺴَﯿْﻦِ ﺑْﻦِ ﻣَﻨْﺼُﻮْرِاﻟْﺤَﻠﱠﺎجِ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ ﺟَﻠَﺎلِ اﻟﺪﱢﯾْﻦِ اﻟﺮﱡوْﻣِﻰﱢ وَﺳَﯿﱢﺪِى اﻟﺸﱠﯿْﺦِ أَﺑِﻰْ ﺣَﻔْﺺٍ ﺷَﺮَفِ اﻟﺪﱢﯾْﻦِ ﻋُﻤَﺮَاﺑْﻦِ اﻟْﻔَﺎرِضِ اﻟْﺤَﻤَﻮِىﱢ اﻟْﻤِﺼْﺮِىﱢ رَﺿِﻰَ اﷲُ ﻋَﻨْﮭُﻢْ ﻟَﮭُﻢُ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ .................. ×٢ ﺛُﻢﱠ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ ................ ﺟَﻤِﯿْﻊِ اﻟْﺎِﺧْﻮَانَ اﻟﺬﱠاﻛِﺮَاتِ اﻟْﺄَﺣْﯿﺎَءِ ﻣِﻨْﮭُﻢْ وَاﻟْﺄَﻣْﻮَاتِ ﺗَﻐَﻤﱠﺪَھُﻢُ اﷲُ ﺑِﺮَﺣْﻤَﺔٍ وَﻣَﻐْﻔِﺮَةٍ ﻣِﻦَ اﷲِ وَرِﺿْﻮَانٍ ,اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ ×٢ ................. ﺛُﻢﱠ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ ................. اﻟْﺄَﺣْﯿَﺎءِوَاﻟْﺄَﻣْﻮَاتِ ﻣِﻦْ ﺟَﻤِﯿْﻊِ اﻟﺼﱠﺎﻟِﺤِﯿْﻦَ ﻣِﻦَ اﻟْﺄَوْﻟِﯿَﺎءِ رِﺟَﺎلِ اﷲِ اﻟْﻌَﺎرِﻓِﯿْﻦَ وَاﻟْﻌُﻠَﻤَﺎءِ اﻟْﻌَﺎﻣِﻠِﯿْﻦَ وَﺟَﻤِﯿْﻊِ اﻟْﺄَوْﻟِﯿَﺎءِ ﻓِﻰْ ﺟَﺎوَةَ وَﻣُﺪْرَةَوَﺑِﺎﻟْﺄَﺧَﺺﱢ ﺟَﻤِﯿْﻊِ "ﺳُﻮْﻧَﻦْ وَاﻟِﻰ ﺳَﺎﻏَﺎ" أَﺟْﻤَﻌِﯿْﻦَ وَﺳَﺎ ﺋِﺮِاﻟﺴﱠﺎدَاتِ اﻟﺼﱡﻮْﻓِﯿﱠﺔِ اﻟْﻤُﺤَﻘﱢﻘِﯿْﻦَ أَﯾْﻨَﻤَﺎﻛَﺎﻧُﻮْا ﻣِﻦْ ﻣَﺸَﺎرِقِ اﻟْﺎَرْضِ اِﻟَﻰ ﻣَﻐَﺎرِﺑِﮭَﺎ إِنﱠ اﷲَ ﯾَﺠْﻤَﻌُﻨَﺎ وَاِﯾﱠﺎھُﻢْ وَﯾَﮭْﺪِﯾْﻨَﺎ ﺑِﮭِﺪَاﯾَﺘِﮭِﻢْ وَﯾَﺤْﻤِﯿْﻨَﺎ ﺑِﺤِﻤَﺎ ﯾَﺘِﮭِﻢْ وَﯾُﻤِﺪﱡﻧَﺎ ﺑِﻤَﺪَدِھِﻢْ وَﯾُﻌِﯿْﺪُ ﻋَﻠَﯿْﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﺑَﺮَﻛﺎَﺗِﮭِﻢْ وَاَﺳْﺮَارِھِﻢْ وَاَﻧْﻮَارِھِﻢْ وَﻋُﻠُﻮْﻣِﮭِﻢْ ﻓِﻰ اﻟﺪﱠارَﯾْﻦِ ﺛُﻢﱠ اِﻟَﻰ ﺣَﻀْﺮَةِ ............... اﻟﻨﱠﺒِﻰﱡ اﻟْﻤُﺼْﻄَﻔَﻰ ﻣُﺤَﻤﱠﺪِ اﻟﻤُﺠْﺘَﺒَﻰ ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎﻧَﻮَى اﻟﺴﱠﻠَﻒُ اﻟﺼﱠﺎﻟِﺢُ ,ﻟَﮭُﻢُ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ ×٣ ﻟَﺎاِﻟَﮫَ اِﻟﱠﺎاﷲُ ×١٠٠ ﻣُﺤَﻤﱠﺪُ رﱠﺳُﻮْلُ اﷲِ ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ
47
ﻟَﺎﻣَﻌْﺒُﺪَ إِﻟﱠﺎاﷲُ * ﻟَﺎﻣَﻘْﺼُﻮْدَ إِﻟﱠﺎا ُ ﷲ ﻟَﺎﻣَﻄْﻠُﺐَ إِﻟﱠﺎاﷲُ * ﻟَﺎﻣَﻮْﺟُﻮْدَ إِﻟﱠﺎاﷲُ ﻣَﻮْﻟَﺎىَ ﺻَﻞﱢ وَﺳَﻠﱢﻢْ دَاﺋِﻤًﺎ أَﺑَﺪَا * ﻋَﻠَﻰ اﻟْﺤَﺒِﯿْﺒِﻚَ ﺧَﯿْﺮِاﻟْﺨَﻠْﻖِ ﻛُﻠﱢﮭِﻢِ ھُﻮَ اﻟْﺤَﺒِﯿْﺐُ اﻟﱠﺬِيْ ﺗُﺮْﺟَﻰ ﺷَﻔَﺎ ﻋَﺘُﮫُ * ﻟِﻜُﻞﱢ ھَﻮْلِ ﻣِﻦَ اﻟْﺄَھْﻮَالِ ﻣُﻘْﺘَﺤِﻢِ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ .................... ×٣ ﻟِﺮَﺳُﻮْلِ اﷲِ ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﻟِﺼَﺎﺣِﺐِ اﻟْﺒُﺮْدَةِ رَﺿِﻰَ اﷲُ ﻋَﻨْﮫُ ﻟِﻘَﻀَﺎءِﺣَﺎﺟَﺎﺗِﻨَﺎ وَﺣَﺎﺟَﺎﺗِﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺣَﻮَاﺋِﺞِ اﻟﺪﱡﻧْﯿَﺎ وَاﻟْﺄَﺧِﺮَةِ ,اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ .............. اﻟ ﱡﺪﻋَﺎءْ ذِﻛْﺮُ اﻟْﻐَﺎ ﻓِﻠِﯿْﻦَ ................. (Siddiq, 2-19).
48
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data 1. Sejarah Dzikrul Ghafilin Candirejo Dzikrul Ghafilin terletak di desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Berada di perbatasan antara Salatiga dengan Kec. Tuntang kurang lebih 5 km dari kota Salatiga dan 5 km dari Kecamatan Tuntang. Menyajikan panorama yang memikat dalam nuansa alam pedesaan dipadu dengan hamparan tumbuh-tumbuhan dan rumah membentuk suasana asri dan menyejukkan sehingga banyak yang mengadakan thariqahthariqah ataupun dzikir terutama dzikrul ghafilin. Berdirinya Dzikrul Ghafilin di daerah Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang mulai dari tahun 2008. Yang pertama kali mengajarkan dzikrul ghafilin ini adalah Kyai Maksum kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bernama Kyai Mansyur di desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Beliau mulai mengembangkan kajian tentang dzikrul ghafilin atas izin dari orang tuanya untuk diajarkan kepada masyarakat sekitar. Awal mula mengadakan dzikir tentang dzikrul ghafilin ini setiap malam senin di rumah beliau. Ternyata dzikrul ghafilin ini banyak
masyarakat sekitarnya tertarik
49
untuk mengikuti dzikrul ghafilin. Tetapi butuh waktu lama untuk menyadarkan kepada masyarakat tentang dzikrul ghafilin tersebut. Pada masa awal penyebaran dan dakwah sempat muncul beberapa tantangan dan dugaan yang silih berganti baik itu dari beberapa orang yang tidak suka ataupun yang suka kepada beliau. Adapun tantangan dan cobaan tersebut sangat besar sekali karena orang-orang yang tidak suka dengan ajaran dzikrul ghafilin dianggap sesat dan dianggap tidak sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. Tetapi isu tersebut tidak mempengaruhi semangat untuk berdakwah tentang dzikrul ghafilin yang beliau yakini kebenarannya itu. Masyarakat mulai sadar bahwa dzikrul ghafilin itu adalah bukan ajaran yang menyimpang dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Pengikut dzikrul ghafilin bukan dari kalangan orang tua saja melainkan juga anak muda. Selama ini banyak yang berpandangan bahwa dzikrul ghafilin itu hanya untuk diikuti orang tua saja. Pada mulanya dzikrul ghafilin hanya diikuti oleh 15 – 25 orang saja, akan tetapi dari hari kehari serta diiringi dengan perkembangannya maka lamakelamaan pengikut dzikrul ghafilin bertambah semakin banyak. Adapun rutinitas kegiatan dzikrul ghafilin ini sudah ditentukan hari dan waktunya, yaitu dilaksanakan pada malam senin setelah ba’da maghrib dilanjutkan sholat isya’ bersama-sama kemudian diisi pengajian dan ditutup dengan do’a. Dzikrul ghafilin ini dilakukan secara bergilir dari satu rumah ke rumah yang lain dan
50
waktu pelaksanaannya dua minggu satu kali. Adapun harapan dari Kyai Mansyur yang mengasuh ponpes rowosari adalah beliau ingin bahwasannya dzikrul ghafilin dapat secara luas menyebar di kalangan masyarakat serta dapat dijadikan salah satu cara untuk bisa membangkitkan semangat, motivasi, dorongan dalam beribadah kepada Allah SWT. 4. Kondisi Pengajian Dzikrul Ghafilin Ketika berbicara masalah dzikrul ghafilin sebenarnya pengatasannya dimulai yakni dari pribadi masing-masing jamaah dzikrul ghafilin. Dengan pondasi keimanan yang kuat berupa pendidikan keagamaan yang sesuai dengan syariat islam, baik pendidikan budi pekerti maupun pendidikan yang lain sebagai salah satu dasar yang kuat untuk senantiasa tetap mengikuti dzikrul ghafilin dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pada realitanya ternyata Dzikrul Ghafilin tidak hanya dilakukan oleh orang tua saja dari kalangan anak muda juga ada minat untuk mengikuti dzikrul ghafilin tersebut. Adapun jamaah dzikrul ghafilin di desa Candirejo yang biasanya datang untuk mengikuti kegiatan dzikir tersebut terkadang tidak dapat dipastikan, ada kalanya jamaah yang mengikuti sangat begitu banyak tetapi di sisi lain juga terkadang mengalami penurunan juga, hal ini disebabkan oleh masing-masing minat serta kemauan dari jamaah itu sendiri. Adapun orang-orang yang memiliki minat yang tinggi untuk mengikuti dzikir
51
tersebut biasanya dari daerah jauh seperti suruh, banyubiru, ungaran, dan lainlain. Dalam pendidikan tasawuf tentang thariqah maupun dzikrul ghafilin tujuannya sama yaitu untuk mengendalikan jiwa dalam menempuh hidup dan mencari ridha Allah, supaya tidak terpedaya oleh kehidupan dunia. Sebenarnya pengatasannya dimulai dari masing-masing individu, keluarga, masyarakat dan lain-lain untuk mencapai tujuan yang lebih hebat yaitu melihat wajah Allah.
TABEL I DAFTAR NAMA PENGURUS JAMA’AH DZIKRUL GHAFILIN Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang Tahun 2012
No
Nama
Jenis kelamin
Jabatan
Umur
Lulusan
1.
R
L
Kepala Desa
45 th
SMA
2.
M
L
Ketua
47 th
SI
3.
Ms
P
Sekretatis
45 th
SI
4.
Sn
L
Bendahara
42 th
SMA
5.
R
L
Sie Keamanan
50 th
SMA
6.
M
L
Pembantu Umum
50 th
SMA
52
5. Gambaran Informan Untuk mengetahui secara dalam tentang bagaimana ajaran dzikrul ghafilin di desa Candirejo, maka dapat didasarkan pada beberapa pendapat tokoh masyarakat baik seperti dari pengurus ataupun anggota jamaah dzikrul ghafilin tersebut. Setidaknya, pendapat itu dapat menjadi bentuk perwakilan informasi tentang ajaran dzikrul ghafilin di Candirejo secara umum.
TABEL II DAFTAR NAMA INFORMAN Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012
No
Kode Informan
Jenis klamin
Umur
Lulusan
1.
M
L
46 th
SI
2.
R
L
50 th
D2
3.
N
L
50 th
SMA
4.
K
P
45 th
SMP
5.
S
P
40 th
SMP
53
B. Temuan Penelitian 1. Pemahaman Jamaah Terhadap Adanya Dzikrul Ghafilin di Desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang Pehamaman jamaah terhadap adanya ajaran dzikrul ghafilin sebenarnya sangat penting sekali karena dengan memahami dan menghayati diharapkan jamaah benar-benar mengetahui lebih mendalam dan tentunya jamaah bisa menjalankan ajaran dzikir sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam hal ini sudah pasti sebagai sesepuh, guru ataupun bisa dikatakan pemimpin dzikir tidak lepas dalam membina dan memberikan arahan serta pemahaman kepada jamaahnya dalam rangka sebagai motivasi bagi pengikutnya untuk senantiasa menjalankan apa yang telah didawuhkan dalam ajaran dzikrul ghafilin tersebut. Temuan data penelitian menunjukkan bahwa pemahaman jamaah terhadap dzikrul Ghafilin sangatlah penting mengingat masih minim sekali pemahaman jamaah terhadap dzikir tersebut. Seperti yang R tuturkan selaku Perangkat desa, sebenarnya untuk pemahaman jamaah terhadap dzikrul ghafilin dari saya sendiri selaku perangkat desa sudah sering mendengar K.H Mansyur memberikan arahan atau bisa dikatakan tausiyah setiap kali kita selesai dzikir bersama sebagai salah satu cara atau pengingat bagi jamaah dzikrul ghafilin tersebut. Pengakuan R di atas dikuatkan oleh N yang juga merasakan pentingnya adanya pemahaman jamaah terhadap dzikrul ghafilin. Menurut penuturannya, “saya selaku tokoh masyarakat di sini memberikan dukungan secara maksimal dengan adanya ajaran dzikrul ghafilin ini yang setiap selesai berdzikir diadakan pengajian sebagai pengingat akan pentingnya dzikir tersebut yang dilakukan oleh sesepuh atau pemimpin dzikir dari Kyai Mansyur”. Dari penuturan N di atas nampak bahwa ia selaku tokoh masyarakat mewakili bahwa adanya Dzikir Ghafilin tersebut seluruh elemen masyarakat
54
benar-benar memberikan dukungan atas terselenggaranya ajaran jamaah dzikrul ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. Menurut M, pandangan R dan N di atas telah menempatkan atau memberikan peluang yang besar kepada M untuk melaksanakan ajaran dzikrul ghafilin sekaligus memberikan pemahaman khususnya kepada jamaah dan umumnya pada masyarakat sekitar. “Memang dengan motivasi sekaligus dukungan yang diberikan oleh pihak perangkat desa dan elemen masyarakat memudahkan kita untuk memberikan pemahaman kepada jamaah dengan cara seperti ceramah keagamaan/santapan rohani, sholat jamaah dan dzikir bersama”. tutur M kepada peneliti mengenai pemahaman yang diberikan kepada jamaah. Lebih lanjut M menuturkan, “bahwasanya target dari kita untuk melakukan dzikir sekaligus pemberian pemahaman adalah biar mereka mau berubah dan berhenti ke arah yang lebih baik dari melakukan perbuatanperbuatan yang tidak baik”. Senada dengan pandangan R, N dan M, S dan K juga sangat memahami eksistensi misi pemahaman bagi jamaah dzikrul ghafilin, maka mereka juga bisa menerima dan mengerti serta menghormati kepada Kyai Mansyur yang merupakan pemimpin dzikrul ghafilin. Penuturan mereka, “ ya mbak menurut kami bisa dapat dipahami karena dzikir diamalkan setiap hari dengan mendo’akan para sahabat dan wali-wali Allah agar besuk dihari ahir kita dapat digolongkan kepada orang-orang yang madzkur (pengikut para wali, sahabat dan kekasih Allah). Jelas S dan N kepada peneliti mengenai pemahaman dalam mengikuti ajaran dzikrul ghafilin.
2. Nilai-nilai Pendidikan Tasawuf Pada Ajaran Dzikrul Ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang Temuan data penelitian di lapangan menunjukkan bahwa Nilai-nilai Pendidikan Tasawuf Pada Ajaran Dzikrul Ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang oleh informan dari sesepuh atau pemimpin ajaran jamaah dzikrul ghafilin yang memiliki kemampuan dalam mengemban misi pembinaan dan pemahaman jamaah dzikrul ghafilin tersebut, yang menerapkan berbagai
55
pilihan atau nilai yang digunakan dalam melakukan pembinaan dan pemahaman jamaah dzikir tersebut. Pilihan nilai-nilai pendidikan yang ada dalam jamaah dzikrul ghafilin disesuaikan dengan kajian materi keagamaan, maupun orientasi ke dalaman penyampaian misi pembinaan serta pemahaman ajaran dzikrul ghafilin. Seperti yang dialami M, nilai-nilai pendidikan pada ajaran Dzikrul Ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang Tahun 2012 adalah mencakup nilai-nilai atau dimensi-dimensi pendidikan sebagai berikut: a. Pendidikan Iman b. Pendidikan Kejiwaan c. Pendidikan Sosial Pendidikan iman ini mengungkap masalah keyakinan manusia terhadap rukun iman (iman kepada Allah, malaikat, kitab, nabi, hari pembalasan, serta qadha dan qadar), kebenaran agama dan masalah-masalah ghaib yang diajarkan agama. Dalam pendidikan tasawuf yang dilakukan secara intensif yang mencakup tiga teori pendidikan islam di atas, peneliti memulai pertanyaan kepada M, Untuk memperdalam Nilai-nilai pendidikan anggota jamaah dzikrul ghafilin terhadap pendidikan iman guna tujuan mendidik keagamaan jamaah
56
dzikrul ghafilin maka langkah-langkah apa yang diambil oleh pemimpin dzikrul ghafilin. “Guna memperdalam keimanan anggota jamaah dzikrul ghafilin terhadap pendidikan iman, maka dalam pendidikan iman ini diharapkan jamaah dzikrul ghafilin benar-benar mampu meyakini akan kehadiran Tuhan, meyakini segala sesuatu yang terjadi pada diri sendiri entah itu baik atau buruk merupakan takdir dari Tuhan, dan dapat meyakini segala perbuatan baik atau buruk mendapat balasan dari Tuhan sehingga mereka senantiasa melakukan hal yang baik”, tutur M ketika menjelaskan kepada anggota jamaah dzikrul ghafilin tentang pendidikan iman. Guna lebih mengetahui mendalam tentang pendidikan jamaah dzikrul ghafilin pada pendidikan kejiwaan maka peneliti memberikan pertanyaan untuk informan pada saat wawancara berlangsung, tentang bagaimana pendidikan kejiwaan yang anda berikan kepada jamaah sehingga kejiwaan jamaah dapat dengan tenang dan selalu khusyuk dalam menjalankan ajaran-ajaran agama, “Upaya untuk menciptakan suasana kejiwaan yang kondusif salah satunya adalah dengan cara menciptakan suasana yang aman dan nyaman serta keheningan disaat melakukan dzikir, serta menumbuhkan rasa saling menghormati antara jamaah satu dengan yang lain dengan memupuk rasa persaudaraan satu jiwa satu raga yaitu islam, setelah timbul rasa saling menghormati dan menganggap semua adalah saudara serta ada kesadaran dari jamaah untuk bersama-sama bermunajad kepada Allah SWT, maka diharapkan secara otomatis ketika ada salah satu dari jamaah yang sedang menjalankan ibadah maka jamaah yang lain tidak melakukan kegiatan yang dapat mengganggu saudaranya yang sedang melaksanakan ajaran agama atau wirid, jelas M dalam menjawab pertanyaan dari peneliti pada pendidikan kejiwaan jamaah dzikrul ghafilin. Untuk lebih memperjelas gambaran bagaimana pendidikan sosial yang diberikan kepada jamaah dzikrul ghafilin maka peneliti melontarkan beberapa pertanyaan, tentang apakah ada usaha atau pendekatan tertentu yang anda ambil guna mengubah pendidikan sosial dari jamaah dzikrul ghafilin yang anda bina, misal pada suatu saat bertemu sebuah kasus di mana ada salah satu jamaah yang memperoleh pengalaman buruk dari lingkungan sehingga enggan melaksanakan ibadah. M menjawab, “untuk masalah pendidikan sosial yang kita berikan yaitu seperti yang ada dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menulis bahwa orang yang beriman dan beramal baik akan masuk surga dan orang yang tidak beramal baik diumpamakan seperti orang yang punya ilmu tapi tidak mengamalkannya itu seperti pohon yang tidak berbuah, tidak ada
57
manfaatnya. Untuk jamaah yang memperoleh pengalaman buruk dari lingkungan dari saya tidak ada kebijakan khusus yang digunakan, hanya saja pada saat menemui kasus tersebut dilakukan pendekatan persuasif kepada jamaah dengan penekanan arti penting dan kewajiban melaksanakan ibadah serta memupuk rasa sabar kepada sesama manusia”. Tegas M ketika memberikan keterangan mengenai pembinaan keagamaan pada pendidikan sosial. Selanjutnya, N menambahkan bahwa dalam realitas kehidupan di lingkungan jamaah dzikrul ghafilin sering kali ditemui berbagai pelanggaran norma sebagai bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh jamaah yang moralitasnya perlu diluruskan. N juga menceritakan mengenai pendidikan yang digunakan dalam mencegah pelanggaran yang biasa terjadi pada jamaah dzikrul ghafilin.Menurutnya “pendidikan yang sesuai adalah keteladanan, yaitu dari segi perilaku yang beliau gunakan dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus memandang strata sosial baik itu kaya ataupun miskin, semua sama wajib dihormati dan dihargai dengan raut muka yang menyenangkan dengan orang lain, baik dengan keteladanan dari cara berpakaian bertindak sampai berbicara”. Menurut R, Pendidikan yang diterapkan M dan N tersebut di atas kiranya telah sejalan dengan dirinya dalam hal pilihan pendidikan jamaah dzikrul ghafilin. Misi penanaman pendidikan jamaah dzikrul ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang, pada dasarnya adalah pencegahan perilaku yang tidak ihsan yang dilakukan jamaah dan pendekatan diri kepada Allah SWT.
58
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pemahaman Jamaah Terhadap Adanya Ajaran Dzikrul Ghafilin di Desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang Tahun 2012 Banyaknya beberapa thariqah yang ada tentunya tidak akan terlepas dari yang namanya fanatisme yang ada pada tiap-tiap penganut thariqah tersebut, dan itu semua adalah hal yang sudah wajar dan lumrah di kalangan jamaah thariqah yang ada dari jaman dulu hingga sekarang, maka dari itu dzikrul ghafilin dalam pengamalannya lebih memberikan keleluasaan kepada pengikutnya daripada amalan thariqah. Di samping itu dzikrul ghafilin sama sekali tidak terdapat penekanan fanatisme, menolak amalan-amalan yang lain sebagaimana thariqah atau dzikir yang lainnya sehingga dzikrul ghafilin bisa menampung dan menyatukan berbagai pengikut thariqah dalam satu kegiatan dan amalan sebagaimana cita-cita gus miek ketika mencetuskannya, yaitu menyatukan umat yang terpecah belah karena fanatisme thariqah. Kaitannya dengan pengetahuan tentang adanya beberapa tasawuf maka kita bisa ketahui pada umumnya ada tiga tasawuf yaitu tasawuf Sunni atau akhlaqi, tasawuf falsafi dan tasawuf ‘amali. Tasawuf akhlaqi yaitu tasawuf yang sangat menekankan nilai-nilai etis (moral). Tasawuf amali yaitu tasawuf yang lebih mengutamakan kebiasaan beribadah, tujuannya agar diperoleh penghayatan spiritual
59
dalam setiap melakukan ibadah dengan cara berdzikir. Tasawuf falsafi yang menekankan pada masalah-masalah yang metafisik. Dari beberapa pengertian tasawuf di atas kita bisa tarik kesimpulan bahwasannya ajaran jamaah dzikrul ghafilin termasuk pasa tasawuf ‘amali karena di dalam dzikrul ghafilin sendiri aktivitas yang dilakukan jamaah di antaranya seperti berdzikir, shalat berjamaah, dan ceramah-ceramaah kegamaan dan pada intinya tujuannya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berbagai upaya yang dilakukan dari kyai Mansyur selaku sesepuh ataupun pemimpin dzikrul ghafilin beserta tokoh masyarakat sekitar yaitu melalui berbagai macam cara baik itu melalui pengajian maupun pendekatan secara personal kepada masyarakat demi syiarnya agama islam melalui dzikrul ghafilin ini merupakan salah satu jalan untuk menghantarkan betapa pentingnya dzikrul ghafilin ini. Upaya yang dilakukan oleh Pembina atau pemimpin untuk terus memompa dan memberikan pemahaman kepada jamaah dan usaha jamaah sendiri guna terus meningkatkan spiritualitas keagamaan pada diri sendiri, tidak mungkin akan terlepas dari berapa besar pemahaman dan implikasi jamaah dzikrul ghafilin. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang memperoleh gambaran bahwa pemahaman jamaah terhadap ajaran dzikrul ghafilin, meliputi tahapan sebagai berikut:
60
a.)
Pengarahan dan pemahaman yang diberikan KH. Mansyur kepada jamaah dengan cara seperti ceramah keagamaan/santapan rohani, shalat jamaah dan dzikir bersama.
b.)
Menurut kami (jamaah) ajaran dzikrul ghafilin bisa dapat dipahami karena dzikir diamalkan setiap hari dengan mendo’akan para sahabat dan wali-wali Allah agar besuk dihari akhir kita dapat digolongkan kepada orang-orang yang madzkur (pengikut para wali, sahabat dan kekasih Allah).
B. Nilai-nilai Pendidikan Tasawuf Pada Ajaran Dzikrul Ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. Pembinaan Jamaah ajaran dzikrul ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kec. Semarang bagi jamaah dzikir yang telah dilakukan oleh sesepuh sekaligus pembina keagamaan
melalui
bermacam-macam
kegiatan
keagamaan
seperti shalat
berjamaah, berdzikir, ceramah-ceramah keagamaan. Konsep dalam dzikrul ghafilin yang dilakukan di lingkungan Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang ini adalah bagaimana menambahkan serta mengembangkan keimanan dan ketaqwaan jamaah kepada Allah SWT, karena masalah keimanan adalah hak masing-masing orang maka pelaksanaan ajaran jamaah dzikrul ghafilin dilakukan bukan dengan cara doktrin kepada jamaah dengan ajaran tertentu.
61
Keagamaan jamaah dzikrul ghafilin sangat di pengaruhi oleh nilai-nilai yang diberikan dari sesepuh ataupun pemimpin dari jamaah dzikrul ghafilin itu sendiri, selain itu juga keagamaan jamaah dzikrul ghafilin dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik itu faktor intern yang ada dalam individu jamaah dzikir ghafilin seperti bagaimana pemahaman mereka terhadap agama, maupun faktor ekstern seperti keluarga dan masyarakat. Jamaah dzikrul ghafilin yang dikatakan memiliki keagamaan yang baik tidak sekedar hanya melakukan hubungan dengan Tuhan akan tetapi juga harus memiliki hubungan yang baik dengan sesama manusia. Untuk merealisasikan kedua hubungan tersebut maka dari sesepuh sekaligus pembina menanamkan beberapa nilai-nilai pendidikan yang ada pada jamaah dzikrul ghafilin yang mencakup beberapa aspek yaitu: 1. Pendidikan iman jamaah dzikrul ghafilin Orang yang mengaku beragama islam tidak hanya cukup meyakini Tuhan dan ciptaan-Nya ia juga dituntut untuk mengetahui berbagai pengetahuan dasar agama tentang keyakinan, tentang ritual peribadatan, kitab suci dan hubungan sosial ke masyarakatan. Dengan mengetahui pengetahuan agama maka dapat melakukan berbagai kegiatan agama ataupun kegiatan masyarakat yang benar sesuai ketentuan hukum agama. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada jamaah ajaran dzikrul ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang ternyata pengetahuan agama islam jamaah dzikir bervariasi, ini dikarenakan berbagai macam faktor seperti
62
latar belakang keluarga, maupun lingkungan masyarakat sekitar jamaah tinggal. Beberapa dari mereka sudah memiliki landasan kuat dan wawasan yang cukup luas tentang pengetahuan agama yang diperoleh dari keluarga atau masyarakat, tetapi sebaliknya beberapa dari jamaah masih kurang terhadap pemahaman tentang pengetahuan agama. S dan K mengakui “bahwasanya kami masih perlu lebih diarahkan dan dibimbing guna tujuan memperluas pengetahuan agama dikarenakan kami belum mempunyai bekal yang cukup diperoleh dari keluarga maupun lingkungan sekitar tentang pengetahuan agama”. Tegas S dan K kepada peneliti seolah-olah dengan nada permohonan yang menandai bahwa informan sebenarnya masih sangat butuh sekali dengan nilai pendidikan dan pembinaan keagamaan. Seperti penuturan S, “walaupun pengetahuan saya terhadap agama islam tidak begitu mendalam, saya secara pribadi selalu berusaha dan berupaya meningkatkan pengetahuan tentang agama islam dengan membaca buku-buku agama islam”. Pernyataan di atas juga dikuatkan oleh K yang menyatakan bahwa “selain membaca buku-buku keagamaan saya juga rutin mengikuti kegiatan jamaah dzikrul ghafilin yang dibina oleh KH. Mansyur dari Rowosari”. Tegas S dan K saat diwawancarai. Tampak bahwa informan S dan K memiliki kemauan untuk mengetahui dan memahami sekaligus ingin mempelajari agama walaupun mereka belum bisa secara keseluruhan melaksanakan hukum-hukum agama. Pada dasarnya para jamaah dzikrul ghafilin telah mengetahui tentang kewajiban melaksanakan shalat lima waktu, amalan-amalan dzikir dan puasa di bulan Ramadhan, namun kebanyakan dari mereka masih kurang paham akan cakupan
pengetahuan
agama
tidak
hanya
terletak
pada
pengetahuan
63
melaksanakan ibadah saja tetapi mempunyai cakupan yang sangat luas mengenai pengetahuan-pengetahuan lain yang dapat lebih digali potensinya. Sebenarnya banyak cara yang bisa digunakan atau ditanamkan nilai pendidikan keimanan pada jamaah ajaran dzikrul ghafilin pada pengetahuan agama, misalnya dengan cara memberikan tugas untuk mempelajari hukum fikih dan lain sebagainya. M menjelaskan, “secara umum setiap pendamping pada jamaah dzikir mempunyai berbagai model pendidikan dan pembinaan keagamaan pada pengetahuan agama yang diterapkan pada jamaahnya, dari macam-macam model-model pendidikan yang digunakan mengacu kepada satu hal yaitu disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat penalaran jamaah yang pada saat itu dihadapi”. Tegas M kepada peneliti mengenai model pendidikan keimanan atau keagamaan yang diterapkan.
2. Pendidikan Kejiwaan jamaah dzikrul ghafilin Dalam agama islam kejiwaan seseorang merupakan salah satu syarat diterimanya amal ibadah seseorang, selain itu dalam melaksanakan atau mengamalkan merupakan praktek ibadah dalam implementasi terhadap pengetahuan agama, bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan keyakinan menjalankan perintah-perintah agama yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan atau ritual ibadah seperti shalat, puasa, zakat serta ritual-ritual lainnya. Sedangkan ritual ibadah juga bisa merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak terikat oleh waktu tertentu seperti mengucapkan salam ketika bertemu dengan sesama muslim dan berdo’a ketika akan memulai kegiatan. Wawancara dan observasi yang dilakukan penulis pada pendidikan dan pembinaan kejiwaan jamaah dzikrul ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab.
64
Semarang, mengantarkan penulis untuk mengetahui seberapa besar upaya pihak sesepuh atau pembina untuk melakukan pembinaan terhadap jamaah dzikrul ghafilin pada pendidikan kejiwaan dalam rangka untuk mengamalkan praktek ibadah, karena dengan jiwa yang sehat akan menjadikan semangat dalam beribadah, dari sini bisa kita lihat bahwasanya ibadah bisa dijadikan tolak ukur seberapa besar tingkat kejiwaan keagamaan jamaah dzikrul ghafilin. Senada dengan penjelasan M dan N, R juga menegaskan bahwa, “Dari sesepuh dzikrul ghafilin dan tokoh masyarakat telah melakukan berbagai upaya guna mendukung jamaah dzikrul ghafilin mempraktekkan pengetahuan agama yang mereka peroleh di jamaah dzikrul ghafilin dengan jalan menyediakan berbagai macam fasilitas seperti masjid ataupun bergiliran di rumah-rumah yang digunakan untuk melaksanakan dzikir bersama, ibadah shalat, ceramah-ceramah keagamaan, jadi misalkan jamaah memperoleh pengetahuan bagaimana adab dan cara melaksanakan ibadah shalat serta tatacara ataupun adab dalam berdzikir maka jamaah dapat mempraktekkan pengetahuan yang diperoleh di dalam masjid”. Jelas R kepada peneliti. Selain itu masjid juga digunakan untuk berbagai kegiatan rutin keagamaan seperti, melaksanakan ibadah shalat berjamaah dan tadarus yang dilakukan masyarakat sekitar dan jamaah dzikrul ghafilin. M sebagai Pembina sekaligus sesepuh juga menyatakan dukungannya bagi para jamaah dzikrul ghafilin guna melaksanakan praktek ibadah juga ditunjukkan oleh pembina keagamaan “dengan cara menerapkan peraturanperaturan yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah agama yang berlaku serta memilih waktu yang tepat untuk pelaksanaan dzikir tersebut sehingga dapat tercipta suasana yang kondusif yang bertujuan agar jamaah dzikrul ghafilin dapat tenang dan khusuk ketika melaksanakan praktek ibadah baik itu di masjid ataupun rumah warga”. Jelas M saat menceritakan kepada peneliti guna memahami kondisi kejiwaan dan melaksanakan praktek ibadah. Pendidikan kejiwaan jamaah dzikrul ghafilin pada praktek ibadah lebih condong pada bentuk dukungan dan pengawasan, dukungan yang dilakukan
65
guna lebih menanamkan pemahaman tentang pengetahuan agama yang mereka peroleh ketika berada di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sedangkan pengawasan dilakukan bukan untuk memaksa atau menekan jamaah dzikir melainkan bertujuan untuk sedini mungkin mengantisipasi kesalahan praktek ibadah yang mereka lakukan dikarenakan tingkat pemahaman jamaah dzikir terhadap pengetahuan agama yang diperoleh. Konsekuensi umat beragama ketika sudah mengetahui pengetahuan tentang agama kemudian mempraktekkan pengetahuan tersebut kemudian secara sadar dan konsisten dengan penuh penghayatan terhadap ajaran agama islam hanya untuk mengharap ridha dari Allah SWT. M mengakui bahwa “Berbagai usaha telah dilakukan oleh beliau sebagai Pembina sekaligus sesepuh jamaah ajaran dzikrul ghafilin guna membina keagamaan jamaah pada pendidikan kejiwaan praktek agama dengan cara mendidik dan membentuk akhlak jamaah sehingga mereka senantiasa bisa membagi waktu yang tepat dalam mempraktekan ajaran agama yang telah mereka peroleh secara konsisten walaupun tidak ada yang mengawasi mereka. Jelas M saat ditanya peneliti pada nilai pendidikan kejiwaan praktek agama. 3. Pendidikan Sosial jamaah dzikrul ghafilin Pendidikan sosial dalam keagamaan sering disebut dengan pengalaman atau lebih tepatnya penghayatan, dan biasanya penghayatan ini tumbuh menyertai pengamalan ajaran agama dan peribadatan yang dilakukan seseorang. Penghayatan ini menunjukan seberapa jauh tingkat seorang muslim merasakan, mengalami perasaan dan pengalaman-pengalaman religius, bagi
66
seorang muslim penghayatan terwujud dalam perasaan dekat dengan Allah SWT. Adapun beberapa pengalaman yang dihadapi oleh S dan K pada saat menemui salah satu temannya yang enggan melaksanakan ibadah shalat dikarenakan pengalaman yang buruk diakibatkan pengaruh lingkungan ataupun pengaruh pergaulan yang acuh terhadap ajaran beragama. “Maka mereka sebagai teman melakukan pendekatan dengan cara memberi perhatian dan berusaha menasehati sebisa mungkin agar segera sadar akan kewajibannya sebagai makhluk ciptaan Allah”. Tutur S dan K seakan-akan memberikan simpati karena hal tersebut menunjukkan akan peningkatan keagamaan jamaah dilihat dari segi kepedulian dengan sesama teman atau muslim.
C. Implikasi Ajaran Dzikrul Ghafilin bagi Jamaah Dalam Kehidupan Sehari-hari di Desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. Setelah dikira cukup dalam menggali tentang pemahaman jamaah pada ajaran dzikrul ghafilin maka peneliti ingin mengetahui implikasi jamaah dzikrul ghafilin dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. R sebagai kepala desa Candirejo memberikan penjelasan bahwa “implikasi yang dialami oleh masyarakat adalah bisa dilihat dari kesehariannya ada sebagian yang sudah disiplin dalam hal shalat sehingga ketika adzan berbunyi langsung menunaikan shalat dengan meninggalkan pekerjaannya tapi juga ada yang menunda-nunda waktu shalatnya karena pekerjaannya dan masih belum ada kesadaran yang tertanam dalam diri jamaah akan arti penting dari manfaat adanya ajaran dzikrul ghafilin tersebut”. Tegas R kepada peneliti tentang implikasi dalam ajaran dzikrul ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang.
67
Pada sisi lain, N menegaskan bahwa “salah satu implikasi jamaah ajaran dzikrul ghafilin dalam masyarakat yang muncul belakangan ini adalah sudah tampak sekali ketika bertemu dengan jamaah lain saling memberikan nasehat menasehati dalam kebaikan dari pada ngobrol ngalor ngidul membicarakan aib orang lain yang tidak ada gunanya”…tegas N seolah-olah seperti memberikan laporan kepada peneliti mengenai partisipasi dari masyarakat sekitar. Berbeda halnya dengan penuturan M selaku sesepuh ajaran jamaah dzikrul ghafilin, beliau menjelaskan kepada peneliti. “Di antara implikasi yang biasa saya alami dan saya temui pada jamaah adalah adanya sifat taubat, khauf, zuhud, sabar, syukur, ikhlas, tawakkal, mahabbah, ridha dan dzikrul maut”. Jelas M saat menceritakan implikasi ajaran jamaah dzikrul ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. Dari pemaparan hasil penelitian di atas bisa kita tarik kesimpulannya bahwasanya implikasi ajaran jamaah dzikrul ghafilin adalah sebagai berikut: a.) Timbulnya rasa taubat, taubat dianggapnya anak kunci bagi kemenangan segala orang, maka orang yang gemar taubat dikasihi Allah . b.) Timbulnya rasa khauf atau takut kepada Allah SWT. c.) Hidup zuhud yaitu melepaskan diri daripada kemuliaan dan kesenangan dunia. d.) Sifat sabar, jamaah dzikrul ghafilin membiasakan sabar yaitu sabar dalam berbuat tha’at dan ibadah, sabar dalam segala kekurangan, kesusahan dan kehinaan serta kesakitan yang dianggapnya semua itu dari Allah SWT. e.) Timbul rasa syukur, rasa terimakasih kepada Allah SWT atas segala kenikmatannya. f.) Ikhlas, berbuat sesuatu hanya untuk Allah semata-mata.
68
g.) Tawakkal, menyerahkan segala sesuatu kepada Allah SWT sesudah melakukan ikhtiar. h.) Mahabbah, bahwa manusia itu pada akhirnya akan sampai kepada tingkat cinta yang hakiki yaitu Allah SWT. i.)
Ridha, bersenang diri dengan apa yang ditentukan Allah SWT.
j.)
Dzikrul maut, jamaah akan berhati-hati dan berfikir dua kali dalam melakukan sesuatu ketika ia ingat akan mati.
69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap hasil penelitian Nilai-nilai Pendidikan Tasawuf
Pada Ajaran Dzikrul Ghafilin di Desa Candirejo Kec.Tuntang Kab.
Semarang melalui tiga nilai-nilai pendidikan
keagamaan, maka penulis dapat
mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian tersebut, yaitu: 1. Pemahaman jamaah terhadap adanya ajaran dzikrul ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang memperoleh gambaran bahwa pemahaman jamaah terhadap ajaran dzikrul ghafilin, meliputi tahapan sebagai berikut: a. Pengarahan dan pemahaman yang diberikan KH. Mansyur kepada jamaah dengan cara seperti ceramah keagamaan/santapan rohani, shalat jamaah dan dzikir bersama. b. Menurut jamaah ajaran dzikrul ghafilin bisa dapat dipahami karena dzikir
diamalkan setiap hari dengan mendo’akan para sahabat dan wali-wali Allah agar besuk dihari akhir kita dapat digolongkan kepada orang-orang yang madzkur (pengikut para wali, sahabat dan kekasih Allah).
70
2. Nilai-nilai pendidikan tasawuf yang dilakukan pada jamaah dzikrul ghafilin adalah dengan menyelenggarakan beberapa kegiatan keagamaan seperti dzikir bersama, ceramah-ceramah keagamaan dan shalat berjamaah. Di antaranya nilai-nilai pendidikan keagamaan yang dilakukan pada jamaah dzikrul ghafilin adalah sebagai berikut: a. Pendidikan Iman jamaah dzikrul ghafilin Orang yang mengaku beragama islam tidak hanya cukup meyakini adanya Tuhan dan ciptaan-Nya, ia juga dituntut mengetahui berbagai pengetahuan dasar agama. Dengan mengetahui pengetahuan agama maka dapat melakukan berbagai kegiatan agama ataupun kegiatan masyarakat yang benar sesuai ketentuan hukum agama. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti di jamaah ajaran dzikrul ghafilin ternyata pengetahuan agama islam jamaah dzikir bervariasi, ini dikarenakan berbagai macam faktor seperti latar belakang keluarga maupun lingkungan masyarakat sekitar. b. Pendidikan Kejiwaan jamaah dzikrul ghafilin Dalam agama islam kejiwaan seseorang merupakan salah satu syarat diterimanya amal ibadah seseorang, karena dengan jiwa yang sehat akan menjadikan semangat dalam beribadah, dari sini bisa kita lihat bahwasanya ibadah bisa dijadikan tolak ukur seberapa besar tingkat kejiwaan keagamaan jamaah dzikrul ghafilin. Selain itu dalam melaksanakan atau mengamalkan merupakan praktek ibadah dalam implementasi terhadap pengetahuan agama.
71
c. Pendidikan Sosial jamaah dzikrul ghafilin Pendidikan
sosial dalam keagamaan
sering
disebut
dengan
pengalaman atau lebih tepatnya penghayatan, dan biasanya penghayatan ini tumbuh menyertai pengamalan ajaran agama dan peribadatan yang dilakukan seseorang. Penghayatan ini menunjukkan seberapa jauh tingkat seorang
muslim
merasakan,
mengalami
perasaan
dan
pengalaman-
pengalaman religius, bagi seorang muslim penghayatan terwujud dalam perasaan dekat dengan Allah SWT 3. Implikasi ajaran dzikrul ghafilin bagi jamaah dalam kehidupan sehari-hari di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang Tahun 2012. Dari pemaparan hasil penelitian di atas bisa kita tarik kesimpulan bahwasanya implikasi ajaran jamaah dzikrul ghafilin adalah sebagai berikut: Timbulnya spiritual taubat, taubat dianggapnya anak kunci bagi kemenangan segala orang, maka orang yang gemar taubat dikasihi Allah, timbulnya rasa khauf atau takut kepada Allah SWT, hidup zuhud yaitu melepaskan diri daripada kemuliaan dan kesenangan dunia, sifat sabar, jamaah dzikrul ghafilin membiasakan sabar yaitu sabar dalam berbuat tha’at dan ibadah, sabar dalam segala kekurangan, kesusahan dan kehinaan serta kesakitan yang dianggapnya semua itu dari Allah SWT, timbul rasa syukur, rasa terimakasih kepada Allah SWT atas segala kenikmatannya, ikhlas, berbuat sesuatu hanya untuk Allah semata-mata, tawakkal, menyerahkan segala sesuatu kepada Allah
sesudah
72
melakukan ikhtiar, mahabbah, bahwa manusia itu pada akhirnya akan sampai kepada tingkat cinta yang hakiki yaitu Allah SWT, ridha, bersenang diri dengan apa yang ditentukan Allah SWT, Dzikrul maut, jamaah akan berhati-hati dan berfikir dua kali dalam melakukan sesuatu ketika ia ingat akan mati.
4.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya ke arah yang lebih baik kepada : 1. Sesepuh atau Pembina jamaah dzikrul ghafilin di Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang. Karena melihat begitu pentingnya dan keterbatasan waktu yang dimiliki KH. Mansyur selaku sesepuh jamaah dzikrul ghafilin untuk melaksanakan pembinaan dan pendidikan keagamaan jamaah dzikrul ghafilin, serta begitu besarnya pengaruh lingkungan jamaah dzikir dan lingkungan masyarakat maka pihak Pembina atau sesepuh perlu mengadakan pendekatan yang lebih intens bukan hanya kepada jamaah dzikrul ghafilin melainkan juga perlu dilakukan pendekatan dengan sekitar lingkungan jamaah dzikrul ghafilin mengenai pentingnya pembinaan dan nilai-nilai pendidikan jamaah dzikrul ghafilin untuk bekal mereka melakukan interaksi dengan dunia luar.
73
2. Tokoh Masyarakat Perlu adanya kerja sama yang baik antara sesepuh ataupun pembina jamaah dzikrul ghafilin dengan tokoh masyarakat dan warga sekitar agar ketika ditanya oleh jamaah dapat bisa menyatukan persepsi. 3. Jamaah dzikrul ghafilin Bagaimanapun upaya yang dilakukan oleh sesepuh ataupun pembina dzikrul ghafilin tidak akan pernah berhasil jika dari individu sendiri tidak sadar dan aktif
bergerak untuk memperdalam pemahaman mereka tentang
keagamaan. Oleh karena itu untuk menyadarkan jamaah dzikrul ghafilin tentang pentingnya keagamaan disarankan mereka mau mencari secara individu pemahaman keagamaan melalui buku agama ataupun berbagai kegiatan agama, dan pada saat jamaah dzikrul ghafilin menemui suatu hal dalam buku agama atau kegiatan keagamaan yang tidak dipahami, mereka akan aktif untuk bertanya kepada sesepuh ataupun pembina ketika ada di masjid ketika diskusi bersama atau bertanya dengan orang yang lebih paham ketika mereka berada di lingkungan luar. 5.
Penutup Alhamdulillahirobbil’alamin, tiada kata yang pantas dituturkan karena rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia telah membuka jalan pikiran penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nilai-nilai
74
Pendidikan Tasawuf
Pada Ajaran Dzikrul Ghafilin Studi Kasus di Desa
Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang Tahun 2012” ini dengan baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya akan dinantikan di akhir kelak. Penulisan karya ilmiah atau skripsi ini tidak luput dari keterbatasan pengetahuan dan kekhilafan penulis, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan baik bagi individu maupun lingkungan jamaah dzikir ghafilin dalam upaya meningkatkan keimanan jamaah dzikir ghafilin sehingga dapat memajukan agama islam secara keseluruhan. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan, bantuan dan dorongan dari semua pihak, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah SWT.
75
DAFTAR PUSTAKA 1. Abdul Haq Anshari, Muhammad. Antara Sufisme dan Syariah, Jakarta: Rajawali. 1990. 2. Achmadi. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media. 1992. 3. Armstrong, Amatullah. Kunci Memasuki Dunia Tasawuf. Mizan. 4. Atjeh, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat (Kajian Historis tentang Mistik), Solo: Ramadhani.1993. 5. Azra. Azyumardi. Neo-Sufisme dan Masa Depan Islam, Makalah Kelompok Kajian Agama. Jakarta:Paradigma. 1990. 6. Departemen Agama RI. Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undangundang Sisdiknas. Jakarta. 2003. 7. Fajri, Em Zul. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. 8. http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6127 9. http://id.wikipedia.org/wiki/Tasawuf 10. Ibad, M.N. Dzikir Agung Para Wali Allah. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. 2012. 11. Ibad, M.N. Dhawuh Gus Miek. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. 2007. 12. Jamil M.A, Muhsin. Tarekat dan Dinamika Sosial Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005. 13. Moeloeng J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja. 2002. 14. Mulyati. Sri. Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana. 2004. 15. Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru dan Murid (Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali). Jakarta: Grafindo Persada. 2001. 16. Nizar, Samsul dan Rasyidin. Filsafat Pendidikan Islam. Ciputat Press. 2005. 17. Omar, Mohammad Al Toumy Al Syaibany. Falsafah Pendidikan Islam. Bulan Bintang. Jakarta. 1979.
76
18. Maesur, Lc., M.A, Sidqon. Akhlak Wa Tasawuf Al-Islami. STAIN Salatiga Press. 2003. 19. Sudirman, N. A. Tabrani Rusyan, Zainal Arifin,Toto Fathani. Ilmu Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. 1991. 20. Tamrin, Dahlan. Tasawuf Irfani. UIN Maliki Press. Malang. 2010. 21. Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya. Bina Ilmu. 1991.
77
LAPORAN SKK Nama NIM Maryatin
: Mufidati Asy’ari : 11108117
Progdi : PAI PA : Dra.
No
Jenis Kegiatan
Keterangan
Pelaksanaan
Nilai
1.
OSPEK
Peserta
3
2.
Sarasehan Keagamaan DEMA “Aktualisasi Nilai-nilai Spiritual Puasa di Bulan Ramadhan” Buka Bersama & Bedah Film “Perjumpaan Indah dengan Ramadhan Penuh Berkah” Seminar Nasional (KSEI) “Membudayakan Ekonomi Syari’ah di Jawa Tengah” Publik Hearing I SEMA
Peserta
25-27 Agustus 2008 09 September 2008
Peserta
15 September 2008
2
Peserta
17 Oktober 2008
6
Peserta
3
Buka Bersama Pra-DM KAMMI “Indahnya Kebersamaan di Bulan Ramadhan” MILAD VII LDK “Bedah Buku Deadline Year Life” MILAD VII LDK “Talk Show” Seminar Nasional DEMA “Demokrasi, Kepemimpinan Nasional dan Masa Depan Indonesia” Seminar DEMA “Efektifitas dalam Mengaplikasi aggaran Pendidikan dari APBD Kota Salatiga” Bedah Buku “Metode Studi Islam: Aplikasi Sosiologi Pengetahuan Sebagai Cara Pandang” Masa Penerimaan Anggota Baru II PMII
Peserta
17 September 2008 04 September 2008
Peserta
14 April 2009
2
Peserta
14 April 2009
3
Peserta
22 April 2009
6
Peserta
25 Maret 2009
3
Peserta
26 Mei 2009
2
Peserta
12 Mei 2009
3
3.
4.
5. 6.
7. 8. 9.
10.
11.
12.
2
2
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20. 21. 22. 23.
24.
Bedah Film DEMA “Laskar Peangi dan Penggalangan Dana untuk Korban Sintu Gintung” Diskusi Panel & Buka Bersama “Aktualisasi Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dalama Dakwah Islam” Masa Penerimaan Anggota Baru PMII “Optimalisasi Gerak Kader dalam Menciptakan Gerak Kolektif” Seminar HMI “Menggali Potensi Mahasiswa dalam Menghadapi Persaingan Global” Gema Ramadhan LDK “Tingkatkan Taqwa, Kuatkan Ukhuwah di Bulan Ramadhan Penuh Berkah” Seminar Regional “Peran Lembaga Public Sebagai Alat Kontrol Pemerintahan Demi Terciptanya Good Governance” SK Pratikum Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam SK Bimbingan Baca Tulis AlQur’an SK Pratikum Metodologi Pendidikan Agama Islam Pratikum Kepramukaan
Peserta
04 April 2009
2
Peserta
05 September 2009
2
Panitia
22 November 2009
3
Peserta
18 Mei 2010
4
Peserta
21 Agustus 2010
2
Peserta
22 Maret 2010
4
Peserta
25 November 2010
3
Peserta
20 Maret 2010
2
Peserta
3
Seminar Nasional “Membudayakan Sebuah Pendidikan Berkarakter KeIndonesia-an dalam Pendidikan Formal (Potret Sekolah Alternatif)” Public Hearing SEMA “Meningkatkan Tatanan Birokrasi Kampus yang Berbasis pada Prinsip-prinsip Integritas”
Peserta
01 Desember 2010 15-17 Februari 2010 06 November 2010
25 Juni 2011
3
Peserta
Peserta
3 6
PEDOMAN WAWANCARA I. Identitas Informan 1. Nama 2. Usia 3. Pekerjaan 4. Wawancara hari/tanggal 5. Waktu
: : : : :
II. Sasaran Wawancara 1. Pemahaman yang dilakukan jamaah terhadap adanya dzikrul ghafilin. 2. Nilai-nilai pendidikan tasawuf pada ajaran dzikrul ghafilin 3. Implikasi bagi jamaah yang mengikuti ajaran dzikrul ghafilin III. Butir-butir Pertanyaan Daftar pertanyaan wawancara Ketua Pimpinan Dzikrul Ghofilin dan Tokoh Masyarakat 1. Apakah saudara mengetahui sejarah dzikrul ghafilin? 2. Bagaimana konsep sanad dzikrul ghafilin tersebut? 3. Menurut saudara apa peran serta dari pemerintah dalam menyikapi adanya jamaah dzikrul ghafilin? 4. Apa yang mendorong saudara untuk mengikuti dzikrul ghafilin? 5. Bagaimana pemahaman saudara terhadap dzikrul ghafilin? 6. Nilai-nilai pendidikan tasawuf seperti apa yang saudara pilih dalam dzikrul ghafilin? 7. Bagaimana aktifitas kehidupan sehari-hari jamaah dzikrul ghafilin? 8. Bagaimana implikasi orang yang mengikuti ajaran dzikrul ghafilin 9. Adakah kemungkinan akan ada wirid atau amalan baru dalam dzikrul ghafilin? 10. Kesulitan apakah yang saudara rasakan selama mengikuti jamaah dzikrul ghafilin? 11. Bagaimana solusi yang saudara pilih untuk mengatasi kesulitan tersebut? 12. Adakah partisipasi dari masyarakat sekitar dalam ikut serta mensukseskan jamaah dzikrul ghafilin? Jika iya/tidak, bagaimana?
PEDOMAN WAWANCARA I. Identitas Informan 1. Nama 2. Usia 3. Pekerjaan 4. Wawancara 5. Waktu
: : : : :
II. Sasaran Wawancara 1. Pemahaman yang dilakukan jamaah terhadap adanya dzikrul ghafilin. 2. Nilai-nilai pendidikan tasawuf pada ajaran dzikrul ghafilin 3. Implikasi bagi jamaah yang mengikuti ajaran dzikrul ghafilin III. Butir-butir Pertanyaan Daftar pertanyaan wawancara Informan 1. Apa saudara mengetahui tentang sejarah dzikrul ghafilin? 2. Menurut saudara apa peran serta dari pemerintah dalam menyikapi adanya jamaah dzikrul ghafilin? 3. Apa yang mendorong saudara untuk mengikuti dzikrul ghafilin? 4. Bagaimana pemahaman saudara terhadap dzikrul ghafilin? 5. Bagaimana nilai pendidikan yang diberikan oleh pemimpin dzikir dari ajaran dzikrul ghafilin? 6. Apa yang dilakukan saudara untuk meningkatkan pengetahuan keagamaan? 7. Bagaimana implikasi orang yang mengikuti ajaran dzikrul ghafilin? 8. Adakah partisipasi dari masyarakat sekitar dalam ikut serta mensukseskan jamaah dzikrul ghafilin? Jika iya/tidak, bagaimana?
Transkip Wawancara Nomer Data : 01 Hari, tanggal : Senin, 09-07-2012 Nama Informan : KH. Mansyur Kode Informan : KH. M Tempat Wawancara : Rumah KH. M Bukti : Catatan Wawancara -
-
-
-
-
-
Mulai terjun di dunia dzikrul ghafilin ……… Alumni dari pondok Kediri, Jepara Bisa dikatakan sebagai kyai atau sesepuh dzikrul ghafilin Dzikrul ghzfilin ini berasal dari Jawa Timur, pendirinya yaitu KH.Hamid Pasuruan, KH. Ahmad Shiddiq dan KH. Hamim Djazuli atau Gus Miek yang pada prinsipnya dzikrul ghafilin untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan munajad sehingga mendapat aurad-aurad atau amalanamalan dengan cara shalat dan puasa empat puluh hari Materi yang diberikan berupa: a. Dzikir bersama b. Shalat berjamaah c. Ceramah-ceramah keagamaan Cara penyampaian materi disamakan dengan dengan audiens karena biasanya jamaah akan semakin hikmad atau khusyuk, ketika dalam posisi berdzikir dan shalat daripada mendengarkan ceramah keagamaan Nilai-nilai pendidikan tasawuf yang ditulis dalam rangka pendidikan keagamaan jamaah dzikrul ghafilin mencangkup tiga hal yaitu: a. Pendidikan iman b. Pendidikan kejiwaan c. Kejiwaan social Guna memperdalam pengetahuan dzikrul ghafilin terhadap pemahaman jamaah yang mengikuti dzikir tersebut maka dari pengurus atau sesepuh melakukan beberapa kegiatan yang bisa mendorong jamaah terhadap dzikrul ghafilin yaitu melakukan beberapa kegiatan keagamaan seperti dengan memberikan pengarahan dan pemahaman yang diberikan Kyai kepada jamaah dengan cara seperti ceramah keagamaan/santapan rohani, shalat jamaah dan dzikir bersama, menurut kami (jamaah) ajaran dzikrul ghafilin bisa dapat dipahami karena dzikir diamalkan setiap hari dengan mendo’akan para sahabat dan wali-wali Allah agar besuk dihari akhir kita dapat digolongkan kepada orang-orang yang madzkur (pengikut para wali, sahabat dan kekasih Allah). Untuk mendukung jamaah agar dapat melaksanakan dzikrul ghafilin maka sesepuh atau pengurus bekerja sama dengan masyarakat sekitar
-
-
-
menyediakan fasilitas seperti masjid dan selain itu juga dibuat system giliran dari rumah satu kerumah lain untuk mengikuti dzikrul ghafilin Kesulitan yang saya rasakan untuk rutin mendatangi jamaah dzikrul ghafilin biasanya timbul dari keulitan eksternal yang ada yaitu dari luar, missal pada musim penghujan biasanya jamaah enggan untuk datang dan kalau tidak tidak musim hujan biasanya ada kesibukan atau keperluan sendiri-sendiri Dan usaha yang saya tanamkan dan saya lakukan yaitu menanamkan keistiqomahan kepada saya pribadi khusunya dan kepada jamaah umumnya Di antara beberapa implikasi jamaah yang mengikuti ajaran dzikrul ghafilin di dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut: a. Timbulya rasa taubat, taubat dianggapnya anak kunci bagi kemenangan segala orang, maka orang yang gemar taubat dikasihi Allah. b. Timbulnya rasa khauf atau takut kepada Allah SWT. c. Hidup zuhud yaitu melepaskan diri daripada kemuliaan dan kesenangan dunia. d. Sifat sabar, jamaah dzikrul ghafilin membiasakan sabar yaitu sabar dalam berbuat tha’at dan ibadah, sabar dalam segala kekurangan, kesusahan dan kehinaan serta kesakitan yang dianggapnya semua itu dari Allah SWT. e. Timbul rasa syukur, rasa terimakasih kepada Allah SWT atas segala kenikmatannya. f. Ikhlas, berbuat sesuatu hanya untuk Allah semata-mata. g. Tawakkal, menyerahkan segala sesuatu kepada Allah SWT sesudah melakukan ikhtiar. h. Mahabbah, bahwa manusia itu pada akhirnya akan sampai kepada tingkat cinta syang hakiki yaitu Allah SWT. i. Ridha, bersenang diri dengan apa yang ditentukan Allah SWT. j. Dzikrul maut, jamaah akan berhati-hati dan berfikir dua kali dalam melakukan sesuatu ketika ia ingat akan mati.
Transkip Wawancara Nomer Data : 02 Hari, tanggal : Senin, 02-07-2012 Nama Informan : Rahmat Effendi Kode Informan : R.E Tempat Wawancara : Kantor Kepala Desa Candirejo Bukti : Catatan Wawancara P I P I P I
P I P
I P I P I
P I
P
: Sudah berapa lama bapak menjabat kepala desa di candirejo ? : Mulai menjabat kepala dari tahun 2009 : Bapak lulusan universitas mana? : Alumni UMS Solo : Mulai masuk sebagai penasehat di candirejo sudah berapa tahun? : Sebenarnya tidak hanya di candirejo mbak, tapi sebagai penasehat di kelurahan candirejo jenengan bisa tanya, mungkin ditingkat lurah sampai bupati kalau sama saya pasti banyak yang tau : Kok bisa seperti itu pak? : Ya karena kalau ada pertemuan apa saja di daerah candirejo pasti ada saya (Rahmat Effendi) : O… seperti itu , mau tanya lagi pak bagaimana tanggapan bapak sebagi tokoh masyarakat terhadap lingkungan di sekitar bapak yang semakin banyak aliran thariqah atau wirid? : Kalau saya mendukung mbak karena apa yang dilakukan mereka tidak merugikan kita : Maksudnya mendukung bagaimana pak? : Ya masalahnya yang dilakukan itu mereka bertujuan baik untuk mendekatkan diri kepada Allah : Bagaimana pemahaman bapak tentang dzikrul ghafilin tersebut? : Sebenarnya untuk pemahaman jamaah terhadap dzikrul ghafilin dari saya sendiri selaku perangkat desa sudah sering mendengar K.H Mansyur memberikan arahan atau bisa dikatakan tausiyah setiap kali kita selesai dzikir bersama sebagai salah satu cara atau pengingat bagi jamaah dzikrul ghafilin tersebut. : Lha terus kalau menurut bapak sendiri nilai-nilai pendidikan seperti apa yang diterapkan dalam jamaah dzikrul ghafilin tersebut? : Menurut saya pendidikan yang diterapkan adalah keteladanan yaitu dari segi perilaku yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus memandang strata sosial baik itu kaya ataupun miskin, semua sama wajib dihormati dan dihargai dengan raut muka yang menyenangkan dengan orang lain, baik dengan keteladanan dari cara berpakaian bertindak sampai berbicara”. : Menurut bapak implikasi apa sajakah bagi jamaah yang mengikuti ajaran dzikrul ghafilin?
I
: Ya bisa dilihat dari kesehariannya ada sebagian yang sudah disiplin dalam hal shalat sehingga ketika adzan berbunyi langsung menunaikan shalat dengan meninggalkan pekerjaannya tapi juga ada yang menundanunda waktu shalatnya karena pekerjaannya dan masih belum ada kesadaran yang tertanam dalam diri jamaah akan arti penting dari manfaat adanya ajaran dzikrul ghafilin tersebut”.
Transkip Wawancara Nomer Data : 03 Hari, tanggal : Selasa, 03-07-2012 Nama Informan : NASOCHA Kode Informan :N Tempat Wawancara : Rumah N Bukti : Catatan Wawancara -
-
-
-
-
-
Sudah lama mbak, saya asli pribumi sini Alumni STAIN Salatiga Sebagai kepala sekaligus petugas pembinaan disana Dari Jawa Timur yang pendirinya Gus Miek yang pada prinsipnya bertujuan untuk dzikir mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan munajad, puasa 40 hari, dan setiap malamnya shalat kemudian mendapatkan petunjuk dari Allah, sehingga mendapatkan aurad-aurad atau bacaan-bacaan tertentu Sanadya dari seorang auliya’ Jawa Timur yang menemukan suatu aurad dzikrul ghafilin untuk mengingatkan orang-orang yang lupa kepada Allah dengan bacaan dzikir tertentu yang disponsori oleh Gus Miek kemudian diikuti oleh muridnya dan disebarluaskan oleh pengikut-pengikutnya Pemerintah mendukung karena dzikir tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama yang ada maupun dalam hal kepemerintahan Dengan motivasi sekaligus dukungan yang diberikan oleh pihak perangkat desa dan elemen masyarakat memudahkan kita untuk memberikan pemahaman kepada jamaah bahawa pentingnya berdzikir untuk mengingat kepada Allah Yang dipilih dalam rangka pembinaan keagamaan adalah mencakup nilainilai pendidikan sebagai berikut: 1. Pendidikan iman 2. Pendidikan kejiwaan 3. Pendidikan sosial Aktifitas dzikrul ghafilin berjalan dengan istiqomah Salah satu implikasi jamaah ajaran dzikrul ghafilin dalam masyarakat yang muncul belakangan ini adalah sudah tampak sekali ketika bertemu dengan jamaah lain saling memberikan nasehat menasehati dalam kebaikan dari pada membicarakan aib orang lain yang tidak ada gunanya Tidak ada wirid atau amalan baru karena dzikir tersebut mengikuti sumber dari orang yang mengajarkan amalan dzikir tersbut
-
-
Kesulitan atau kendalanya mengikuti dzikrul ghafilin adalah pada saat musim hujan karena dengan musim rasanya jadi kurang semangat dismping itu jga banyak yang mempunyai keperluan masing-masing Dengan jalan yaitu usaha jangan meninggalkan perbuatan istiqomah dalam mengikuti dzikrul ghafilin Yang sudah mengikuti dzikir tersebut bila meninggalkan terasa kecewa atau disayangkan karena meninggalkan perbuatan istiqomah dan yang tidak meninggalkan pada prinsipnya belum tau maksud dan tujuan amalan-amalan dzikir tersebut adalah salah satu amalan-amalan para wali Allah, para Nabi dan lain-lain
Transkip Wawancara Nomer Data : 04 Hari, tanggal : Senin, 9-7-2012 Nama Informan : Kasoni Kode Informan :K Tempat Wawancara : Rumah K Bukti : Catatan Wawancara P : Sudah berapa lama bapak tinggal di sini? I : Sudah 45 tahun mbak P : Bapak pekerjaannya apa? I : Saya mengajar di SMP Karangjati P : Apakah bapak mengetahui tentang sejarah dzikrul ghafilin? I : Ya saya tau sedikit bahwa dzikrul ghafilin didirikan oleh Gus Miek dari Jawa Timur P : Lha terus apakah bapak tau nama aslinya Gus Miek? I : Tau mbak, gus miek itu hanya sebutan saja nama aslinya KH. Hamim Djazuli P : Bapak ikut dzikrul ghafilin karena apa? I :Ya karena saya ingin mengetahui lebih jauh mbak P : Maksudnya ingin mengetahui lebih jauh bagaimana pak? I : Maksudnya mengetahui apa yang diajarkan didalamnya seperti santapan rohani, dzikir bersama dan shalat berjamaah P : Mau tanya lagi pak, bagaimana pemahaman bapak terhadap ajaran dzikrul ghafilin itu sendiri? I : Menurut saya bisa dapat dipahami karena dzikir diamalkan setiap hari dengan mendo’akan para sahabat dan wali-wali Allah agar besuk dihari akhir nanti kita dapat digolongkan kepada orang-orang yang madzkur (pengikut para wali, sahabat dan kekasih Allah) P : O…..begitu, terus bagaimana nilai pendidikan tasawuf yang diberikan oleh pemimpin dzikir kepada bapak dan yang lain? I : Nilai pendidikan keimanan karena pendidikan iman ini tidak hanya meyakini adanya Tuhan saja melainkan harus mengetahui berbagai pengetahuan dasar agama dan pengetahuan agama P : Menurut bapak adakah nilai-nilai pendidikan yang lain atau tidak? I : Sebenarnya ada sih mbak, yang lain seperti nilai pendidikan social dan nilai pendidikan kejiwaan P : Lha terus menurut bapak bagaimana implikasinya yang mengikuti dzikrul ghafilin tersebut? I : Di antara implikasinya adalah sifat sabar, khauf, tawakal, taubat, ikhlas
Transkip Wawancara Nomer Data : 05 Hari, tanggal : Rabu, 11-07-2012 Nama Informan : Slamet Kode Informan :S Tempat Wawancara : Rumah S Bukti : Catatan Wawancara -
-
-
Sudah 5 th mbak Asli dari temanggung Ya saya ikut istri Belum begitu tau mbak, dengar-dengar dari jawa timur Untuk melakukan dzikir dan mereka agar mau berubah dan berhenti ke arah yang lebih baik dari melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik”. Nilai pendidikan yang diberikan seperti 1. Pendidikan kejiwaan 2. Pendidikan iman 3. Pendidikan sosial Selain membaca buku-buku keagamaan saya juga rutin mengikuti ajaran dzikrul ghafilin yang dipimpin oleh sesepuh dzikrul ghafilin Timbulnya rasa taubat, Timbulnya rasa khauf atau takut kepada Allah, hidup zuhud, sifat sabar, timbul rasa syukur, ikhlas, tawakkal, mahabbah, ridha, dan dzikrul maut Masih perlu diarahkan dan dibimbing guna tujuan memerluas pengetahuan agama, dikarenakan saya belim mempunyai bekal yang cukup diperoleh dari keluarga maupun lingkungan sekitar tentang pengetahuan agama Amalan dzikrul ghafilin ini langsung dari para wali sehingga saya mengikuti jejak beliau atau mengamalkan amalan tersebut
Nomor Data : 01/W/KH.M/09-07-2012/CW 1. Pemahaman Jamaah Guna memperdalam pengetahuan dzikrul ghafilin terhadap pemahaman jamaah yang mengikuti dzikir tersebut maka dari pengurus atau sesepuh melakukan beberapa kegiatan yang bisa mendorong jamaah terhadap dzikrul ghafilin yaitu melakukan beberapa kegiatan keagamaan seperti denga memberikan pengarahan dan pemahaman yang diberikan Kyai kepada jamaah dengan cara seperti ceramah keagamaan/santapan rohani, shalat jamaah dan dzikir bersama, menurut kami (jamaah) ajaran dzikrul ghafilin bisa dapat dipahami karena dzikir diamalkan setiap hari dengan mendo’akan para sahabat dan wali-wali Allah agar besuk dihari akhir kita dapat digolongkan kepada orang-orang yang madzkur (pengikut para wali, sahabat dan kekasih Allah). 2. -
Nilai Pendidikan Nilai-nilai pendidikan tasawuf yang ditulis dalam rangka pendidikan keagamaan jamaah dzikrul ghafilin mencangkup tiga hal yaitu: a. Pendidikan iman b. Pendidikan kejiwaan c. Kejiwaan social
3. Implikasi Jamaah - Di antara beberapa implikasi jamaah yang mengikuti ajaran dzikrul ghafilin di dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut: a. Timbulya rasa taubat, taubat dianggapnya anak kunci bagi kemenangan segala orang, maka orang yang gemar taubat dikasihi Allah. b. Timbulnya rasa khauf atau takut kepada Allah SWT. c. Hidup zuhud yaitu melepaskan diri daripada kemuliaan dan kesenangan dunia. d. Sifat sabar, jamaah dzikrul ghafilin membiasakan sabar yaitu sabar dalam berbuat tha’at dan ibadah, sabar dalam segala kekurangan, kesusahan dan kehinaan serta kesakitan yang dianggapnya semua itu dari Allah SWT. e. Timbul rasa syukur, rasa terimakasih kepada Allah SWT atas segala kenikmatannya. f. Ikhlas, berbuat sesuatu hanya untuk Allah semata-mata. g. Tawakkal, menyerahkan segala sesuatu kepada Allah SWT sesudah melakukan ikhtiar. h. Mahabbah, bahwa manusia itu pada akhirnya akan sampai kepada tingkat cinta yang hakiki yaitu Allah SWT. i. Ridha, bersenang diri dengan apa yang ditentukan Allah SWT. j. Dzikrul maut, jamaah akan berhati-hati dan berfikir dua kali dalam melakukan sesuatu ketika ia ingat akan mati.
Nomor Data : 02/W/RE/02-07-2012/CW 1. Pemahaman Jamaah - Sebenarnya untuk pemahaman jamaah terhadap dzikrul ghafilin dari saya sendiri selaku perangkat desa sudah sering mendengar K.H Mansyur memberikan arahan atau bisa dikatakan tausiyah setiap kali kita selesai dzikir bersama sebagai salah satu cara atau pengingat bagi jamaah dzikrul ghafilin tersebut. 2. Nilai Pendidikan - Menurut saya pendidikan yang diterapkan adalah keteladanan yaitu dari segi perilaku yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus memandang strata sosial baik itu kaya ataupun miskin, semua sama wajib dihormati dan dihargai dengan raut muka yang menyenangkan dengan orang lain, baik dengan keteladanan dari cara berpakaian bertindak sampai berbicara”. 3. Implikasi Jamaah - Ya bisa dilihat dari kesehariannya ada sebagian yang sudah disiplin dalam hal shalat sehingga ketika adzan berbunyi langsung menunaikan shalat dengan meninggalkan pekerjaannya tapi juga ada yang menunda-nunda waktu shalatnya karena pekerjaannya dan masih belum ada kesadaran yang tertanam dalam diri jamaah akan arti penting dari manfaat adanya ajaran dzikrul ghafilin tersebut.
Kode Data 1.
: 03/W/N/03-07-2012/CW
Pemahaman Jamaah - Dengan motivasi sekaligus dukungan yang diberikan oleh pihak perangkat desa dan elemen masyarakat memudahkan kita untuk memberikan pemahaman kepada jamaah bahawa pentingnya berdzikir untuk mengingat kepada Allah.
2. -
Nilai Pendidikan Yang dipilih dalam rangka pembinaan keagamaan adalah mencakup nilainilai pendidikan sebagai berikut: 1. Pendidikan iman 2. Pendidikan kejiwaan 3. Pendidikan social
3. Implikasi Jamaah - Salah satu implikasi jamaah ajaran dzikrul ghafilin dalam masyarakat yang muncul belakangan ini adalah sudah tampak sekali ketika bertemu dengan jamaah lain saling memberikan nasehat menasehati dalam kebaikan dari pada membicarakan aib orang lain yang tidak ada gunanya.
Kode Data
: 04/W/K/09-07-2012/CW
1. Pemahaman Jamaah - Menurut saya bisa dapat dipahami karena dzikir diamalkan setiap hari dengan mendo’akan para sahabat dan wali-wali Allah agar besuk dihari akhir nanti kita dapat digolongkan kepada orang-orang yang madzkur (pengikut para wali, sahabat dan kekasih Allah). 2. Pendidikan Nilai - Nilai pendidikan keimanan karena pendidikan iman ini tidak hanya meyakini adanya Tuhan saja melainkan harus mengetahui berbagai pengetahuan dasar agama dan pengetahuan agama. 3. Implikasi Jamaah - Di antara implikasinya adalah sifat sabar, khauf, tawakal, taubat, ikhlas, ridha dan masih banyak lagi
Kode Data
: 05/W/S/11-07-2012/CW
1. Pemahaman Jamaah - Untuk melakukan dzikir dan mereka agar mau berubah dan berhenti ke arah yang lebih baik dari melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik. 2. Nilai Pendidikan - Nilai pendidikan yang diberikan seperti 1. Pendidikan kejiwaan 2. Pendidikan iman 3. Pendidikan sosial 3. Implikasi Jamaah - Timbulnya rasa taubat, Timbulnya rasa khauf atau takut kepada Allah, hidup zuhud, sifat sabar, timbul rasa syukur, ikhlas, tawakkal, mahabbah, ridha, dan dzikrul maut.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa: Nama
: Mufidati Asy’ari
Tempat/Tanggal lahir : Kab. Semarang, 01 Agustus 1989 Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Alamat
: Kintelan Lor Rt 01 Rw 03, Candirejo Kec. Tuntang Kab.
Semarang Pendidikan
: 1. MI Al-Falah Ma’arif Magelang Lulus Tahun 2002 2. MTS Ma’arif Damarjati Magelang Lulus Tahun 2005 3. Madrasah Aliyah Negeri MAN 1 Salatiga Lulus 2007
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebagaimana mestinya.