MODEL PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEBERAGAMAAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG, KAB. SEMARANG TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh SITI NURHANIFAH NIM : 11109046 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2013
i
MOTTO
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.
) Carilah ilmu walaupun ke negeri Cina, maka sesungguhnya mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap orang Islam laki-laki perempuan.
ABSTRAK
Siti Nurhanifah. 2013. 11109046. Model Pengembangan Pendidikan Keberagamaan Anak Asuh di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang Tahun 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag. Kata Kunci: Panti Asuhan, Pendidikan Keberagaamaan, Model. Penelitian ini dirasa penting mengingat peran yang dimainkan oleh pengurus panti asuhan dalam mengemban tugas yang tidak ringan, karena harus mengembangkan seluruh aspek pada anak, termasuk pendidikan dan keberagamaan mereka. Tentu dibutuhkan usaha yang memadai oleh pengurus panti asuhan. Penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahan (1) Bagaimana model pengenbangan pendidikan keberagamaan yang dilakukan oleh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab, Semarang dalam usaha mengembangkan keberagamaan anak asuh? (2) Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam model pengembangan keberagamaan tersebut? Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh di lapangan kemudian disusun dengan melakukan reduksi data yaitu pemilihan dan penyederhanaan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data sehingga dapat ditarik kesimpulan. Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa (1) model pengembangan keberagamaan yang dilakukan oleh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab, Semarang dalam usaha mengembangkan pendidikan keberagamaan anak asuh antara lain: menggarap bidang pendidikan dan keagamaan, pembinaan keagamaan terhadap aspek keyakinan, pengetahuan keagamaan, praktek keagamaan, pengalaman, dan konsekuensial, pemberian materi keagamaan yang berisi fikih, akidah akhlak, Al Qur‟an (2) serta faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam upaya pengembangan keberagamaan tersebut antara lain: faktor pendukung: sarana dan prasarana yang ada di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, dukungan dari Pimpinan Muhammadiyah daerah Kab. Semarang, bantuan dari elemen masyarakat dan faktor penghambat: keterbatan SDM (pemateri) dari kalangan Muhammadiyah, keterbatasan waktu pemateri untuk mengabdi di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, masih labilnya kejiwaan anak asuh yang menyebabkan masih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif, latar belakang anak asuh yang berbeda-beda.
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Ayahku Dan Ibuku tersayang yang selalu mendo’akan, memberikan banyak kasih sayang dan banyak berkorban untukku hingga aku seperti sekarang. 2. Adik-adikku, semua saudaraku dan seluruh keluarga yang telah mendukungku. 3. Semua teman-temanku PAI C yang telah melukis begitu banyak kenangan, , serta semua teman-teman angkatan 2009. 4. Para dosen yang telah memberikan begitu banyak ilmu kepadaku .
KATA PENGANTAR بسم اهلل الرحمن الرحيم Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Upaya Pengembangan Keberagamaan Terhadap Anak Asuh di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang Tahun 2013“. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan Islam di Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr.Imam Sutomo,M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga 2. Dra. Siti Asdiqoh M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam. 3. Dra. Djami‟atul Islamiyah,M.Ag, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak dan ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. 5. Ibu Hj. Alimah BA yang telah memberikan ijin penelitian sehingga penelitian ini dapat selesai. 6. Kedua orang tuaku, adik-adikku, semua saudaraku serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan materi dalam penyusunan skripsi ini. 7. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Seluruh pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang yang telah membantu penelitian, Ibu Tiara Rubiati, Ibu-Ibu yang tidak bisa saya sebut satu persatu pada khususnya yang telah bekerja sama dalam penelitian ini. 9. Semua pihak yang terkait dengan ikhlas telah memberikan bantuan baik materiil maupun spiritual dalam penulisan skripsi ini. Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bias berdo‟a semoga bantuan dan bimbingan dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT sebagai amal ibadah. Akhirnaya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untk kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 29 Agustus 2013 Penulis
Siti Nurhanifah Nim. 11109046
DAFTAR ISI …………………………………………………….......
i
…………………………………………...
ii
………………………………………………………….........
iii
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING DEKLARASI MOTTO
………………………………………………………………….......
v
…………………………………………………………...
vi
.......................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
…………………………………………………........
………………………………………………………………....
DAFTAR TABEL
…………………………………………………………....
viii x xiii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………..........
1
B. Rumusan Masalah
…………………………………………………..
4
C. Tujuan Penelitian
…………………………………………………..
4
D. Manfaat Penelitian
…………………………………………………..
4
E. Penegasan Istilah
..………………………………………………….
5
F. Metode Penelitian
…………………………………………………..
6
A. Latar Belakang Masalah
G. Sistematika Penulisan …………………………………………………..
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pengembangan Pendidikan Keberagamaan .................................... 15 1. Pengertian Model Pengembangan Pendidikan Keberagamaan ............ 15 2. Dimensi Keberagamaan ....................................................................... 16 B. Faktor yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan ........................................ 23 C. Fungsi Agama dalam Kehidupan Sosial .................................................... 25 D. Deskripsi Panti Asuhan Umum dan Panti Asuhan Aisyiyah ..................... 26 1. Panti Asuhan Umum.......................................................................... ..26 2. Panti Asuhan Aisyiyah......................................................................... 29 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Sejarah Panti Asuhan Aisyiyah ............................................................. 31 2. Kondisi Lingkungan Panti Asuhan Aisyiyah ........................................ 32 3. Visi, Misi, dan Tujuan .......................................................................... 32 4. Struktur Organisasi ............................................................................... 33 5. Daftar Aktifitas Keseharian Anak Asuh ............................................... 36 6. Sarana Prasarana ................................................................................... 39 7. Gambaran Informan............................................................................. 39 B. Temuan Penelitian 1. Hasil Wawancara Pengurus Dan Pengasuh…………………………. .40 a. Model yang Dilakukan Panti Asuhan Putri Aisyiyah………... 40 b. Sasaran yang Ingin Dicapai…………………………………… 42
c. Pembinaan Terhadap Aspek atau Dimensi Keberagamaan…… 43 d. Isi atau Materi dari Pembinaan Keagamaan………………....... 45 e. Faktor Pendukung dan Penghambat…………………………… 46 2. Hasil Wawancara dengan Anak Asuh…………………………….......... 48 BAB IV PEMBAHASAN A. Model yang Dilakukan Panti Asuhan………………...…….....................59 B. Isi atau Materi Pengembangan Keberagamaan.……………………….. .....67 C. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Keagamaan .................. 69 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
………………………………………………………..........72
……………………………………………………………………75
C. Penutup …………………………………………………………...……… ..75
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Struktur Organisasi Anak Asuh...................................................33 Table 2 Struktur Organisasi Pengurus Panti Asuhan................................34 Tabel 3 Jadwal Kegiatan Anak Asuh....................................................... 36 Tabel 4 Jadwal Kegiatan Sehari-hari Anak Asuh.....................................37 Tabel 5 Data Informan............................................................................. 39
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Panti Asuhan merupakan suatu lembaga sosial yang mengasuh anak-anak yang berlatar belakang kurang sempurna dari segi kekeluargaan seperti anak yatim, anak piatu dan anak yatim piatu serta anak fakir miskin. Panti asuhan didirikan untuk membina dan mendidik serta memelihara anak-anak agar mendapat kehidupan yang layak baik dari segi ekonomi, sosial, dan pendidikan demi masa depan mereka. Peran lembaga Panti Asuhan di era global ini menjadi sangat penting. Hal itu dikarenakan lembaga ini memiliki tanggung jawab yang berat terkait dengan mempersiapkan generasi penerus bangsa ini bagi mereka yang “kurang beruntung” dari sisi ekonomi maupun pengasuhan orangtua. Lebih lagi era sekarang ini akses informasi menjadi semakin maju pesat yang jika tidak dikondisikan melalui filter pendidikan tertentu (pendidikan agama misalnya) akan dengan mudah mampu merusak moral generasi muda bangsa ini. Secara normatif diajarkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), dimana fitrah tersebut sangat ditentukan laju kembangnya oleh lingkungan sekitar yakni keluarga, yaitu bapak, ibu, dan semua yang ada dalam satu keluarga. Sebagaimana disebutkan dalam Al Quran:
Artinya:
“ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”. (Q.S. An Nisa: 9) Dalam tersebut dijelaskan bahwa kedua orang tua sangat menentukan kehidupan manusia selanjutnya dari perkembangan potensi-potensinya. Potensi anak akan berkembang sesuai dengan kesempatan dan suasana yang diberikan oleh kedua orang tuanya sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama dan juga pendidik utama dan pertama. Keluarga bagaikan sekolah pertama yang dimasuki anak-anak, sementara orang tua laksana guru pertama dan utama tempat anak belajar. (Baharuddin, 2005:141). Akan tetapi gambaran ideal tersebut di atas tidak selamanya mampu dirasakan oleh setiap anak. Diantara mereka ada yang terpisahkan dari orangtua yang dicintainya, ayah, ibu, saudara karena sebuah kondisi yang memaksa. Kondisi tersebut bisa dirasakan karena faktor ekonomi, baik dari mereka (anak) yang sesungguhnya tidak yatim namun kurang mampu, atau karena memang ditinggal salah satu atau bahkan kedua orangtua. Lebih dari itu, diantara mereka juga ada yang tidak pernah kenal siapa orangtuanya yang melahirkan dia ke dunia. Mencermati deskripsi penghuni panti asuhan tersebut di atas, peran yang dimainkan oleh pengurus panti asuhan menyadari ini sangat penting untuk dikaji. Mengingat lembaga ini mengemban tugas yang bisa dikatakan tidak ringan, karena harus mengembangkan seluruh aspek
pada anak, termasuk pendidikan dan keberagamaan
mereka. Panti Sosial yang bernaung di bawah yayasan sosial seperti Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang adalah salah satu panti asuhan yang berada di wilayah Kab. Semarang.
Tepatnya terletak di Kec. Tuntang, Kab. Semarang. Panti Asuhan ini dihuni oleh anak asuh usia SD, SMP, dan SMA. Dari berbagai macam latar belakang anak yang berbeda dari segi karakter dan usia yang berbeda pula, maka ini menjadi tugas yang berat bagi pengasuh untuk mengantarkan anak asuh menjadi insan yang mulia. Karena kondisi tersebut, Panti Asuhan ini membutuhkan suatu usaha atau upaya yang dalam mengembangkan keberagamaan anak asuh tersebut. Berkaitan dengan pendidikan, pengembangan keberagamaan menjadi salah satu unsur yang sangat penting untuk perkembangan anak asuh tersebut. Di tengah globalisasi dimana ilmu pengetahuan dan tegnologi terus berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, banyak munculnya efek negatif dimasyarakat terutama karena krisis moral dan menurunnya tata krama terutama pada anak dan remaja. Maka, melalui pengembangan keberagamaan, anak-anak dapat dikontrol secara kejiwaan melalui pengembangan keberagamaan. Panti Asuhan tentu memilki suatu model pembinaan tersendiri untuk mengatur perilaku anak asuhnya melalui pembinaan agama. Sehingga dapat mengantarkan anak asuh kepada kehidupan yang lebih baik, bertakwa dan berakhlak mulia. Maka dari itu, penulis tertarik meneliti masalah tersebut, selanjutnya penulis memberikan judul “MODEL PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEBERAGAMAAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG, KAB. SEMARANG TAHUN 2013”.
B. Rumusan Masalah Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana model pengembangan pendidikan keberagamaan yang dilakukan oleh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab, Semarang dalam usaha mengembangkan keberagamaan anak asuh? 2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam model pengembangan pendidikan keberagamaan tersebut? C.
Tujuan Penelitian Agar dapat memberikan gambaran konkrit serta arahan yang jelas dalam pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai yaitu: 1. Untuk mengetahui model pengembangan pendidikan keberagamaan yang dilakukan oleh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang dalam usaha mengembangkan pendidikan keberagamaan anak asuh. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan
penghambat
dalam
model
pengembangan pendidikan keberagamaan tersebut. D.
Manfaat Penelitian Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritik yaitu : 1. Secara praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan.
b. Bagi Panti Asuhan Aisyiyah Agar dapat memberikan contoh yang baik dalam menerapkan agama Islam serta membina anak asuh dengan kajian kitab-kitab akhlak. c. Bagi Stain Salatiga Menjadikan pembelajaran yang berharga dalam rangka memajukan pendidikan agama Islam bagi para mahasiswa sebagai anak didik untuk menuju masa depan.
2. Secara teoritik : a.
Tulisan ini menjadi sumbangan pemikiran alternatif mengenai gambaran pengembangan pendidikan keberagamaan di Panti Asuhan.
b. Tulisan ini dapat menjadi masukan bagi semua pihak terkait dalam pengembangan pendidikan keberagamaan di Panti Asuhan. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kemungkinan penafsiran yang berbeda dalam menggunakan kata dalam judul penelitian ini, maka perlu di jelaskan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian. Sedangkan istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut: 1.
Model Pengembangan Pendidikan Keberagamaan Model adalah pola dari sesuatu
yang akan dibuat (EM Zul Fajri:
572).Pengembangan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976:556) adalah perbuatan (hal, cara,usaha) mengembangkan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ayat 1 bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengembangan kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang
diperlukan
dirinya,
masyarakat,
bangsa
dan
Negara
(http://abdaz.wordpress.com/meningkatkan-intensitas-keberagamaan-melaluipendidikan/) diakses tanggal 26-09-2013 jam 19.27 WIB. Keagamaan yaitu yang berhubungan dengan agama (Kamus besar bahasa Indonesia, 2007:12). Menurut Muhaimin (2002:288), keberagamaan lebih melihat aspek yang di dalam lubuk hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa, cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawinya) ke dalam pribadi manusia. Jadi penjelasan di atas dapat disimpulkan model pengembangan pendidikan keberagamaan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan yang berkaitan dengan kehidupan
keagamaan
seseorang
agar
berkembang
secara
sistematis
dan
berkesinambungan. Upaya pendidikan keberagamaan senantiasa mengantar dan membimbing perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia. 2. Panti Asuhan Panti asuhan adalah rumah , tempat (kediaman) untuk merawat anak yatim atau piatu (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1982:710).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian Jika ditinjau dari segi tempat penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field veasearch). Sebab data-data yang di kumpulkan dari lapangan terhadap obyek yang bersangkutan yaitu di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang. Namun, jika di lihat dari pendekatan penelitian maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan di lapangan yang bersifat verbal, kalimat, serta fenomena-fenomena yang terjadi di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahanya (Margono, 2000: 36). Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan “Metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati (Lexy J.Moloeng, 2008 : 4). 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data yang ada di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk
memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainya di sini mutlak diperlukan. Lokasi penelitian dilakukan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang.
3. Sumber Data Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu : a. Data primer Yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti mengunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang model pengembangan pendidikan keberagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang tahun 2013. b. Data sekunder Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat, perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintah. Data ini dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-hasil studi, hasil survei, studi historis dan sebagainya. Peneliti mengunakan data skunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan pembina keagamaan. 3. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang. 4. Prosedur pengumpulan data
a. Wawancara Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data atau informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Margono, 2000:165). Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang model pengembangan pendidikan keberagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang 2013. b. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah dan sebagainya (Arikunto, 2010: 201). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kegiatan anak asuh yang ada di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang. Selain itu, metode dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh data tentang struktur organisasi yang ada di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. c. Observasi Bungin (2007:115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu, observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur. Adapun pada teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang upaya pengembangan pendidikan keberagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang tahun 2013.
5. Analisis Data
Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya mengunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola induktif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dari pelaku yang dapat diamati dengan tujuan untuk mengambarkan keadaan atau status fenomena dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara: a. Mendeskripsikan data dari informan b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis oleh penulis c. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian 6. Pengecekan Keabsahan Temuan Ada empat kriteria yang digunakan yaitu: kepercayaan (kreadibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependebility), kepastian (konfermability) (Lexy J. Moleong, 2008 : 324). Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti memakai tiga macam antara lain sebagai berikut: a.
Kepercayaan (creadibility) Kriteria kreadibilitas ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Adapun teknik dalam penentuan kreadibilitas ini adalah memperpanjang masa observasi, menggunakan bahan referensi, membicarakan dengan orang lain serta mengadakan member check. Penulis melakukan wawancara tentang
pengembangan keberagamaan apabila masih ada materi yang belum terjawab, maka dilakukan perpanjangan wawancara sampai peneliti merasa cukup informasinya. b.
Ketergantungan (depandibility) Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih jelasnya
adalah
dikarenakan
keterbatasan
pengalaman,
waktu
dan
pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dipandibility oleh auditor independent oleh dosen pembimbing. c.
Kepastian (konfermability) Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interprestasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
1.
Tahap-tahap penelitian Pelaksanaan penelitian
ada empat tahap yaitu : tahap sebelum ke
lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a.
Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian. b.
Tahap pekerjaan lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan model pengembangan pendidikan keberagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang Tahun 2013. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
c.
Tahap analisis data Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan anak panti asuhan dan pengasuh di lingkungan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d.
Tahap penulisan laporan Tahap ini meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data
sampai pemberian makna data.
Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing
untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi. G. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka dibuat sistematika penulisan skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang dimasud adalah: Bab I: Pendahuluan Meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. Bab II: Kajian Pustaka Meliputi : A. Pengembangan pendidikan keberagamaan yang pembahasanya meliputi: 1. Pengertian pengembangan pendidikan keberagamaan. 2. Dimensi keberagamaan. B.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan.
C. Fungsi agama dalam kehidupan sosial. D. Deskripsi Panti Asuhan Umum dan Panti Asuhan Aisyiyah 1. Panti Asuhan Umum 2. Panti Asuhan Aisyiyah Bab III: Paparan Data dan Temuan Penelitian A. Paparan Data: 1. Sejarah Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang 2. Kondisi lingkungan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
3. Visi dan misi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. 4. Struktur organisasi 5. Daftar kegiatan keseharian anak asuh 6. Sarana dan prasarana 7. Gambaran informan B. Temuan penelitian: 1. Upaya yang dilakukan oleh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang dalam usaha mengembangan keberagamaan anak asuh mereka 2. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan keberagaamaan tersebut. Bab IV: Pembahasan yang berisi tentang: A. Model pengembangan pendidikan keberagamaan yang dilakukan oleh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang dalam usaha mengembangkan keberagamaan anak asuh. B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan pendidikan keberagaamaan tersebut. Bab V: Penutup, meliputi: A. Kesimpulan B. Saran C. Penutup
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pengembangan Pendidikan Keberagamaan 1. Pengertian Model Pengembangan Pendidikan Keberagamaan Model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya)(Poerwadarminto: 1982:1132).
J. Milton Yinger seorang ahli sosiologi agama berpendapat bahwa
agama adalah sistem kepercayaan dan praktek dengan makna, suatu masyarakat atau kelompok manusia berjaga-jaga untuk menghadapi masalah terakhir di dunia ini (Hendropuspito, 1983: 35) Agama adalah suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan berpola-pola perilaku yang memenuhi syarat. Menurut Durkheim 1964 mendefinisikan agama ialah seperangkat bentuk dan tindakan simbolik yang menghubungkan manusia dan akhir eksistensinya (Bellah, 1964) jadi agama dapat dirumuskan sebagai suatu sistem kepercayaan dan praktik dimana suatu kelompok manusia berjuang menghadapi masalah-masalah akhir kehidupan manusia (Ishomuddin, 2002:29-30). Pendidikan dalam maknanya yang luas adalah senantiasa mengantar dan membimbing perubahan perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia (Jendar Wahyudi, 2006:5). Secara etimologi kata agama berarti percaya atau kepercayaan, sedangkan menurut terminologi pendapat Quraish Shihab bahwa agama adalah sebagai
hubungan antara makhluk dengan kholiknya, hubungan ini terwujud dalam sikap batin serta tampak pada ibadah yang dilakukanya, dan tercermin pula dalam sikap keseharianya (Quraish Shihab, 1994:210). Keberagamaan merupakan suatu sikap atau kesadaran yang muncul yang didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan seseorang terhadap agama (Agus Muhaimin, Agus Zaenul Fitri, 2010:117). Menarik kesimpulan penjelasan di atas model pengembangan pendidikan keagamaan mengarah pada kemampuan setiap individu atau kelompok dalam usaha membina, mengembangkan dan meningkatkan pemahaman tentang agama yang bermanfaat untuk diri sendiri maupun kelompok. Pengembangan keberagamaan ditujukan untuk memberikan bimbingan dan layanan kepada individu atau kelompok baik yang bersifat ibadah seperti sholat, zakat, puasa, maupun yang bersifat muamalah yaitu hubungan dengan manusia dan alam sekitar, sehingga diharapkan anak asuh dapat hidup sesuai dengan nilai dan norma agama. 2. Dimensi Keberagamaan Dalam penelitian ini, mengenai religiusitas yang ditinjau dari agama Islam menyimpulkan ada lima dimensi yang mencangkup agama seseorang: a.
Dimensi akidah Dimensi akidah ini mengungkap masalah keyakinan manusia terhadap rukun
iman (iman kepada Allah, malaikat, kitab, nabi, hari pembalasan, serta qadha dan qadar), kebenaran agama dan masalah-masalah ghoib yang diajarkan agama (Fuad Nashori dan Rachmi Diana Muchrom, 2002: 78). Firman Allah Dalam QS Albaqoroh ayat 1-3 yang berbunyi:
Artinya: “ Alif laam miin. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka”. (QS. Al-Baqoroh : 1-3) Setelah mencapai dimensi akidah diharapkan anak asuh benar-benar mampu meyakini akan kehadiran Tuhan, meyakini segala sesuatu yang terjadi pada diri sendiri entah itu baik atau buruk merupakan takdir dari Tuhan, dan dapat meyakini segala perbuatan baik atau buruk mendapat balasan dari Tuhan sehingga mereka senantiasa melakukan hal yang baik. b. Dimensi Ibadah Ibadah atau praktek agama (syariah) merupakan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung seorang hamba dengan khaliknya dan sesama manusia, yang menunjukkan seberapa patuh tingkat ketaatan seseorang dalam mengerjakan
kegiatan-kegiatan
ritual
keagamaan
yang
diperintahkan
dan
dianjurkan. Dimensi ibadah (ritual) berkaitan dengan frekuensi, intensitas, pelaksanaan ibadah seseorang (Fuad Nashori dan Rachmi Diana Muchrom, 2002: 78).Dimensi Ini mencakup shalat, puasa, zakat dan haji. Firman Allah SWT tentang tujuan hidup manusia dan jin dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Ibadah adalah penghambaan diri kepada Allah SWT dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Pada dimensi ini prajurit diharapkan melaksanakan ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah bukan yang lain, misalkan mereka beribadah bukan karena diawasi oleh pembina keagamaan atau teman melainkan mereka melaksanakan ibadah hanya karena Allah. c. Dimensi Ikhsan Yaitu mencakup pengalaman dan perasaan tentang kehadiran Tuhan dan kehidupan, ketenangan hidup, takut melanggar larangan Tuhan, keyakinan menerima balasan, perasaan dekat dengan Tuhan, dan dorongan melaksanakan perintah agama (Fuad Nashori dan Rachmi Diana Muchrom, 2002: 81). Adapun ikhsan adalah cara agar anak asuh bisa khusyu‟ dalam beribadah kepada Allah. Ikhsan ini harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga jika kita berbuat baik, maka perbuatan itu selalu kita niatkan untuk Allah SWT. Firman Allah SWT dalam Q.S Yasin ayat 65 yang berbunyi:
Artinya: “Pada hari Ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”. (QS. Yasin:65).
d. Dimensi Ilmu Yaitu tingkat sampai seberapa jauh pengetahuan seseorang tentang ajaranajaran agamanya. Dimensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya (Fuad Nashori dan Rachmi Diana Muchrom, 2002: 91). Allah berfirman dalam Q.S Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi:
Artinya: “(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. AzZumar: 9). Dari ayat di atas sangatlah jelas bahwa Dengan ilmu mereka akan mengetahui apakah amalan yang dikerjakan benar atau salah misalnya shalat merupakan ibadah wajib, jadi mereka harus mempelajarinya yaitu segala macam yang berkaitan dengan sahnya shalat seperti wudhu. e. Dimensi Amal Yaitu meliputi pengalaman keempat dimensi yang telah disebutkan, serta dilakukan dalam tingkah laku seseorang, misalnya melihat norma-norma Islam. Dimensi amal ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama untuk merealisasikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari yang berlandaskan
pada etika dan spiritualitas agama (Fuad Nashori dan Rachmi Diana Muchrom, 2002: 79).
Firman Allah SWT dalam Q.S Al-An‟am yang berbunyi:
Artinya: “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al-An‟am: 132). Di dalam Al-Qur‟an banyak ayat yang menulis bahwa orang yang beriman dan beramal baik akan masuk surga dan orang yang tidak beramal baik diumpamakan seperti orang yang punya ilmu tapi tidak mengamalkanya itu seperti pohon yang tidak berbuah, tidak ada manfaatnya. Kaitannya dengan pengetahuan agama Islam, dimensi pengetahuan atau ilmu menunjukkan pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya. Pendapat tersebut di atas hampir sama dengan pendapat Glock dan Stark menjabarkan ada lima macam dimensi keberagamaan seseorang, yaitu: 1) Dimensi Keyakinan Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana orang religius berpegang teguh pada doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya di antara agama-agama, tetapi sering kali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.
2) Dimensi Praktik Agama Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas 2 kelas penting yaitu: a) Ritual, mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktekpraktek suci yang semua mengharapkan para pemeluk melaksanakannya. b) Ketaatan, ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relative spontan , informal, dan khas pribadi. 3) Dimensi Pengalaman Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, mesti tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supernatural). Seperti telah kita kemukakan, dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsipersepsi, dan sensasi-sensasi yang di alami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir, dengan otoritas transcendental.
4) Dimensi Pengetahuan Agama Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimaannya. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. Lebih jauh, seseorang dapat berkeyakinan bahwa kuat tanpa benar-benar memahami agamanya, atau percaya bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit. 5) Dimensi Konsekuensi Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat dimensi yang sudah dibicarakan di atas. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Oleh karena itu, maka keberagamaan seseoarang akan meliputi berbagai macam dimensi. Kaitannya dengan pengetahuan agama Islam, dimensi pengetahuan atau ilmu menunjukkan pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman Muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama mengenai termuat dalam kitab sucinya. Dalam keberIslaman, dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi Al-Qur‟an, pokokpokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun iman), hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan sebagainya. Nyatalah bahwa pendidikan individu dalam Islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu: menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah SWT.
Dan tidak perlu dinyatakan lagi bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada shalat, shaum dan haji, tetapi setiap karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan ibadah. Dari segi yang lain dapat dilihat, betapa pentingnya peran agama dalam kehidupan manusia. Bisa diakui adanya dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan oleh tiap individu. Orang ingin memiliki harta, memiliki pangkat untuk menjamin rasa aman dan rasa harga dirinya, bahkan yang terpenting menjamin makan dan minum. Namun dalam memenuhi semua kebutuhan itu ada ketentuan-ketentuan agama yang akan memelihara orang agar jangan sampai jatuh kepada kesusahan dan kegelisahan yang mengganggu ketentraman batin. Agama memberikan bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya. Mulai dari hidup pribadi, keluarga, masyarakat dan hubungan kepada Allah, bahkan dengan alam semesta dan makhluk hidup yang lain. Jika bimbingan tersebut dijalankan betulbetul akan terjaminlah kebahagiaan dan ketentraman batin dalam hidup ini (Zakiyah Daradjat, 1984:58-59).
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keberagamaan Adapun faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan seseorang ada 2 yaitu intern dan ekstern. 1) Faktor intern meliputi: 1)
Faktor keturunan
2)
Tingkat usia
3)
Kepribadian
4)
Kondisi kejiwaan (Jalaludin,2000:213-219)
2) Faktor ekstern meliputi: 1)
Keluarga
2)
Institusi
3)
Masyarakat (Jalaludin, 2000: 220-223) Dari keterangan di atas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
keagamaan seseoarang dapat di simpulkan bahwa keduanya faktor di atas saling berhubungan. Di mana faktor intern itu yang timbul dari diri sendiri seperti faktor keturunan, faktor usia yang tidak dapat di tambah maupun di kurangi, faktor kepribadian yang melekat pada diri individu yang bersifat positif atau negative. Adapun fator eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar individu, seperti: keluarga, lembaga pendidikan, lingkungan masyarakat serta kondisi kejiwaan seseorang. Sementara itu Robert H. Thouless dalam bukunya yang berjudul ”Pengantar Psikologi Agama” (Penerjemah Husein Machnun, 1992:34) ada empat faktor dalam perkembangan sikap keagamaan: 1. Pengaruh-pengaruh sosial: mencangkup pengaruh pendidikan atau pengajaran dalam berbagai tekanan sosial (faktor sosial). 2. Pengalaman; berbagai pengalaman yang membantu sikap keagamaan, terutama pengalaman-pengalaman mengenai keindahan, keselarasan, dan kebaikan di dunia lain (faktor alami), konflik moral (factor moral) dan pengalaman emosional keagamaan (faktor afektif). 3. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi, terutama kebutuhan-kebutuhan terhadap:
a). Keamanan b). Cinta kasih c). Harga diri d). Ancaman kematian. 4. Berbagai proses pemikiran verbal atau faktor intelektual (Husein Macnun, 1992:34).
C. Fungsi Agama dalam Kehidupan Sosial Masalah agama tidak akan mungkin dipisahkan dari kehidupan sosial. Dalam buku „Sosiologi Agama‟ fungsi agama dalam masyarakat antara lain: 1. Fungsi Edukatif Berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran agama yang harus di patuhi. Yang menurut agama Islam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. 2. Fungsi Penyelamat Manusia selalu mengiginkan dirinya selamat. Keselamatan yang berupa keselamatan dunia da akhirat. Dengan pengenalan yang sakral, yang berupa keimanan kepada Allah SWT. 3. Fungsi Sebagai Pendamaian Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa yang demikian itu bisa ditebus dengan taubat atas kesalahannya dan tidak akan mengulanginya.
4. Fungsi Sebagai Sosial Kontrol Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama, baik secara pribadi maupun kelompok. Ajaran agama di anggap sebagai norma, maka dalam hal ini agama disebut sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok.
5.
Fungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan iman dan kepercayaan.
6.
Fungsi Tranformatif Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
7.
Fungsi Kreatif Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kebutuhan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Bukan saja di suruh untuk bekerja secara rutin dalam pola yang sama, akan tetapi di tuntut untuk melakukan inovasi penemuan baru (Ishomuddin, 2002:54-56).
D. Deskripsi tentang Panti Asuhan Umum dan Panti Asuhan Aisyiyah 1. Panti Asuhan Umum Departemen Sosial Republik Indonesia (1997:4) menjelaskan bahwa Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan
melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional. Panti Asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 826). Panti asuhan memberikan pelayanan kepada anak terlantar akibat disfungsi sosial keluarga (orang tua atau keluarga tidak mampu melaksanakan fungsi sosialnya). Penyebabnya antara lain adalah satu atau kedua orang tuanya meninggal dunia, keluarga miskin, keluarga retak dan sebagainya. Panti asuhan berperan sebagai lembaga pelayanan pengganti orang tua atau wali yang bersifat sementara. Tidak hanya anak yatim, piatu, maupun anak yatim piatu saja, akan tetapi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang juga merawat anak-anak terlantar dan kaum dhuafa. Didalam panti asuhan memiliki dua jenis manajemen yaitu menejemen kelembagaan yang menyangkut pengelolaan institusinya (termasuk jatidiri, program, prasarana dan sarana serta sumber daya) dan manajemen pelayanan yang menyangkut kepengasuhannya. Kesimpulan dari uraian di atas bahwa panti asuhan adalah lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan social pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai untuk perkembangan anak asuh sesuai harapan.
a. Tujuan Panti Asuhan Tujuan Panti Asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997:6) yaitu: 1) Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tangung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat. 2) Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mammpu menopang hidupnya dan keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan keterampilan kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas. b. Fungsi Panti Asuhan Panti Asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997:7) Panti Asuhan berfungsi sebagai berikut: 1) Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti Asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan pengembangan dan pencegahan.
2) Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak. 3) Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi penunjang). Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Panti Asuhan berfungsi sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak, sebagai pusat data, informasi dan konsultasi kesejahteraan anak, serta sebagai pusat pengembangan keterampilan (http://psychologynews.info/artikel/panti-asuhan/) diakses tanggal 19-07-2013 jam 19.00
WIB. 2. Panti Asuhan Aisyiyah Sesuai dengan garis besar program Muhammadiyah, pada bidang kesehatan, kesejahteraan,
dan
pemberdayaan
masyarakat
adalah
mengembangkan
dan
memperluas kekuatan basis gerakan Muhammadiyah yang terletak pada pusat “Penolong Kesengsaraan Oemoem” sehingga menjadi tenda besar bagi pelayanan dan keberpihakan sosial Muhammadiyah secara terpadu dan lebih luas. Garis besar program bidang kesehatan, kesejahteraan, dan pemberdayaan masyarakat: 1) Mendorong pelayanan terpadu bidang kesehatan yang menekankan pada kesehatan fisik, jiwa, iman, hukum dan sosial. 2) Mengembangkan konsep jalinan dan keterpaduan antara pelayanan sosial kesehatan Muhammadiyah dengan masyarakat dalam rangka mengembangkan misi Islam dan Muhammadiyah.
3) Membangun jaringan pelayanan sosial dan kesehatan Muhammadiyah yang mendorong bagi terciptanya daya dukung kekuatan pelayanan yang kuat, strategis dan cepat kepada masyarakat akar rumput (Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2010:84-85). Panti Asuhan merupakan rumah khusus menampung anak-anak yatim piatu, dibentuk pada tahun 1920. Sekarang Panti Asuhan merupakan salah satu ciri kepekaan Muhammadiyah terhadap masalah kehidupan sosial. Kegiatan tersebut kini tersebar di seluruh Indonesia (Abdul Munir Mulkhan, 1990:35). Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang didirikan tanggal 13 Oktober 1989 dibawah naungan organisasi sosial keagamaan Aisyiyah, berada satu naungan dengan Muhammadiyah. Visi didirikannya Panti Asuhan ini adalah terpenuhinya hak anak yang meliputi hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi berdasarkan tuntunan Al Quran dan Al Hadist. Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang merupakan salah satu Panti Asuhan Putri di Kab. Semarang yang dislokasinya terletak di jalan Fatmawati (Jalan Raya Tuntang) nomer 71 (http://pantiaisyiyahtuntang.or.id/ ) diakses tanggal 12-07-2013 jam 09.42 WIB.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Sejarah Panti Asuhan Panti Asuhan Putri Aisyiyah yang terletak di Jln. Fatmawati No. 71 Tuntang Kab. Semarang didirikan pada tanggal 13 Oktober 1989 dibawah naungan Organisasi Sosial Keagamaan “Aisyiyah”. Bermula dari rumah biasa pemberian wakaf dari bapak H. Harmoni Ja‟far yang berasal dari Bogor yang pada saat itu baru ada 7 orang anak asuh. Biaya asuh berasal dari donator-donatur yang awalnya hanya terbatas pada pengurus dan insidentil masyarakat. Sesuai dengan perkembangan zaman dan daya tampung, akhirnya Panti Asuhan Putri Aisyiyah dapat menampung 20 anak. Akan tetapi pada tahun 1995, hal yang tidak diinginkan terjadi. Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang kebakaran yang disebabkan oleh konsleting arus pendek listrik pada jam 1 malam, sehingga bangunan induk terbakar habis. Walaupun demikian, tidak ada korban jiwa. Dan dari tahun ketahun hingga sampai saat ini Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang telah berhasil direnovasi kembali bahkan ada penambahan bangunan yang Nampak berdiri kokoh dan cukup memadai. Semua pembangunan itu tidak lepas dari sumbangan para donator dan dermawan. Jumlah seluruh anak asuh di panti saat ini adalah 52, yang terdiri dari 11 anak SD, 16 anak SMP, 18 anak SMA, dan 8 anak Mahasiswa.
2.
Kondisi Lingkungan Panti Asuhan Putri Aisyiyah a. Letak Geografis Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang berada di pusat kecamatan Tuntang. Letaknya sangat strategis dan mudah dijangkau karena berada tepat di tepi jalan raya jalur Solo Semarang. Tepatnya di Jln. Fatmawati No. 71 Tuntang Kabupaten Semarang, Dusun Petet, Desa Tuntang. Daerah ini termasuk wilayah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. b.
Identitas Panti Asuhan a. Nama Panti
: Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang
b. Alamat
: Jln. Fatmawati No. 71 Tuntang, Kab. Semarang
c. Tahun Berdiri
: 13 Oktober 1989
d. Akta Notaris
: A. Dimyati, SH No. 6 3 Mei 1999
3. Visi Misi dan Tujuan Panti Asuhan Putri Aisyiyah a. Visi
Terpenuhinya hak anak yang meliputi hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi berdasarkan tuntunan Al Quran dan Al Hadist
b. Misi
1. Menyelenggarakan upaya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar anak baik jasmani, rohani, mental, dan psikososial 2. Memberikan perlindungan terhadap anak dari perlakuan-perlakuan salah/eksploitasi dan situasi yang membahayakan anak
3. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai bakat dan minatnya 4. Membentuk akhlakul karimah yang sesuai ajaran Al Quran dan Al Hadist.
c. Tujuan Panti Asuhan Aisyisyah Tujuan didirikannya Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang bergerak di bidang sosial, yaitu: a.
Menyantuni anak-anak memberikan pendidikan formal dan non-formal kepada anak yatim, piatu, yatim-piatu, anak-anak terlantar serta keluarga tidak mampu.
b.
Ikut membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan dengan jalan memberikan bekal pendidikan jasmani dan pendidikan rohani, sehingga terbentuk SDM yang mandiri, sehingga kelak anak dapat kembali ke masyarakat dengan kemandiriannya.
c. Anak yang ditampung adalah anak usia sekolah (SD, SMP, SMA, dan Kuliah. (dokumentasi Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang). 4. Strutur Organisasi Untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang terdapat struktur organisasi yang mempunyai peranan sangat penting bagi suksesnya penyelenggaraan program-program kegiatan panti tersebut.
Struktur organisasi di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang terdiri dari struktur organisasi anak asuh dan struktur organisasi pengurus panti asuhan. Tabel 1 Struktur Organisasi Anak Asuh
Ketua Solichatun
Sekretaris 1. Tiara Nurbaeti 2. Jayanti
Bendahara 1. Eka Budi 2. Istiqomah
Koordinator Kebersihan 1. Estri Wijayanti 2. Tri Rusti Kanti
Koordinator Keamanan 1. Yuni Astuti 2. Sri Lestari
Koordinator
Koordinator
Kegiatan
Belanja
1. Siti Amirawati
1. Eka Jumiati
Koordinator Makan dan Belajar 1. Puji Lestari
Tabel 2 Struktur Organisasi Pengurus Panti
PELINDUNG Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Semarang Bpk. Dr. H. Saerozi, M. Ag KETUA PENASIHAT Pimpinan Daerah Aisyiyah Kab. Semarang 1. Ibu Hj.Ida Asrotul Mahmudah, M. Pd •
2. Ibu Hj. Sri Hartini Tugiman
Majelis Pimpinan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Ibu Hj. Dra. Halimah Ilyas
KETUA 1. Ibu Hj. Alimah BA 2. Ibu Hj. Yuani Tri Harsini, S. Pd
SEKRETARIS 1. Ibu Hj. Rahmi Rahayu S. SH 2. Ibu Hj. Endang Sulistyo Rini
BENDAHARA 1. Ibu Hj. Endang Wiratni B.Sc 2. Ibu Hj. Atiyatun N, S. Ag
SIE. USAHA Ibu Hj. Yayuk Zarkoni
SIE. KESEHATAN
PETUGAS UMUM
Ibu Hj. Iin Habibah, S. Kep
Mas Suyuti
PENGASUH Tiara Rubiati Lukman Fahmi. S.Pd.I
Sumber: Dokumentasi Panti Aisyiyah Tuntang
5. Daftar Aktivitas Keseharian Anak Aktifitas anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang sehari-harinya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3 Jadwal Kegiatan Anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang No 1.
2.
Hari
Jenis Kegiatan
Senin
Selasa
Mengaji
Drum Band
Mengaji
Fiqh
Penyuluhan
Waktu
13.30-14.30
Pembimbing
Ibu Ummi
Bpk. Anwar
15.30-17.00
Kesehatan
13.30-
Ibu ummi
14.30
Ibu Hj.
15.00-
Atiyatun
16.30
N, S. Ag
16.30-
17.00
Ibu Hj. Iin Habibah, S. Kep
3.
Rabu
Mengaji
13.30-
Ibu Ummi
Bpk.
14.30
Qiroah
16.301700
4.
Kamis
Mengaji
13.30-
Kasmuri
Ibu Ummi
Bpk.
14.30
Aqidah Akhlak
15.0016.00
Legiyono
5.
Jum‟at
Mengaji
13.30-
Ibu Ummi
Ibu Tri
14.30
Menjahit
15.3016.30
6.
Sabtu
_
_
_
7.
Minggu
_
_
_
Sumber: Dokumentasi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Tabel 4 Jadwal Kegiatan Sehari-hari Anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang No.
Waktu
Kegiatan
1.
04.00-04.45
Sholat Subuh Berjamaah
2.
04.45-06.00
Piket Pagi dan Persiapan Sekolah
3.
06.00-06.15
Sarapan Bersama
4.
06.15-13.00
Sekolah
5.
13.00-13.30
Sholat Dhuhur dan Makan Siang
6.
13.30-14.30
Mengaji Iqro‟
7.
14.30-15.00
Istirahat
8.
15.00-15.30
Piket dan Mandi
9.
15.30-17.00
Sholat Ashar dan Kegiatan
10.
18.00-18.30
Sholat Maghrib dan Tadarus
11.
18.30-19.00
Makan Malam Bersama
12.
19.00-19.15
Sholat Isa
13.
19.15-21.00
Belajar
14.
21.00-04.00
Istirahat Malam
Sumber: Dokumentasi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
6.
Sarana dan Prasarana
a. Gedung Asrama : Lantai 1 (4 kamar) - Lantai 2 (8 kamar) b. 1 ruang UKS dan komputer c. 1 ruang jahit d. 1 ruang perpustakaan e. 1 kantor panti f. 1 ruang unit simpan pinjam / waserda g. 1 ruang pendidikan h. 1 ruang aula i. 1 ruang dapur j. 1 ruang makan k. 9 kamar mandi l. 1 rumah pengasuh m. 1 mushola
7. Gambaran Informan Untuk mengetahui pembinaan keagamaan Islam di Panti Asuhan, dapat di dasarkan pada beberapa pendapat pengasuh dan pemateri keagamaan yang membina di lingkungan tersebut. Untuk itu terlebih dahulu akan disampaikan beberapa data Pengasuh dan Pemateri yang telah dimintai bantuan untuk bimbingan antara lain:
No.
Nama
Status
1
Ibu Hj. Alimah BA
Pengurus
2
Ibu Hj. Endang Wiratni, Bsc.
Pengurus
3
Ibu Hj. Atiyatun N, S. Ag
Pemateri dan Pengurus
4
Ibu Tiara Rubiati
Pengasuh
B. Temuan Penelitian 1. Hasil Wawancara dengan Pengurus dan Pengasuh a. Upaya yang dilakukan oleh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Secara umum, bidang-bidang yang digarap di Panti Asuhan Putri Aisiyah Tuntang dalam sebagaimana diutarakan oleh Ibu EW: Bidang-bidang yang dikerjakan antara lain: bidang pendidikan dan bidang keagamaan sudah pasti, anak mendapatkan materi fiqih, akidah akhlak. Di sini ada juga usaha jahitan dilaksanakan oleh tenaga operasional dengan sistem bagi hasil, koperasi simpan pinjam memperoleh dana hibah dari Kantor Koperasi dan UKM kab. Semarang dengan anggota masyarakat sekitar dan dikelola oleh pengurus panti, hasil usaha jahitan dan koperasi simpan pinjam digunakan untuk kesejahteraan anak-anak di sini, bidang kesenian ada musik yaitu drumband latihannya dua kali seminggu oleh instruksi dan tampil dalam acara-acara tertentu, rebana latihan satu kali dalam seminggu dan tampil pada acara-acara keagamaan, latihan qiro‟ah diadakan satu kali seminggu dan tampil pada acara tertentu, pengembangan keterampilan praktek menjahit satu kali seminggu, hasil dari praktek digunakan untuk kebutuhan pribadi, tetapi kalau hasil membuat bros, jepit rambut itu dijual sebagai hasil keterampilan dan wirausaha. (W/PR/BG/EW/31-072013). Hal yang sama juga diutarakan oleh Ibu AT mengenai bidang-bidang yang dikerjakan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang:
Bidang-bidang yang dikerjakan di Panti adalah bidang pendidikan dimana anak-anak disediakan perpustakan yang bisa digunakan anakanak untuk membaca, ada pelajaran bahasa Jawa, kita berikan pelajaran bahasa Jawa karena bahasa ini lama-lama terasingkan oleh anak-anak zaman sekarang, bidang pengembanngan keagamaan dalam hal ini kita berikan pengetahuan tentang keagamaan diantarnya ada materi fiqih, akidah akhlak, membaca Al Qur‟an, bidang keterampilan menjahit, membuat bros, jepit rambut kita jual untuk belajar kewirausahaan, bidang seni ada drumband dimana anak-anak nantinya tampil di acara-acara tertentu, ada rebana dimana anak-anak juga ditampilkan dalam acaraacara keagamaan, ada latihan seni membaca Al Qur‟an, anak juga ditampilkan dalam acara-acara tertentu, di Panti ini juga ada usaha simpan pinjam, menjahit yang dioperasikan oleh mas yuti dengan sistem bagi hasil. (W/PR&PM/BG/HA/23-07-2013).
Ibu TR pada hari Kamis, tanggal 25 Juli 2012, jam 15.00 WIB juga menjelaskan bidang-bidang yang dikerjakan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang adalah sebagai berikut: “Bidang-bidang yang dikembangkan di sini adalah bidang pendidikan, di sini disedikan perpustakan dan ruang komputer,belajar bahasa Jawa, bidang keagamaan, keagamaan sudah pasti yaitu memperikan pengetahuan tentang agama Islam secara Muhammadiyah, bidang seni misalnya drumband, rebana, agar anak asuh seimbang antara otak kanan dan otak kiri dan tidak jenuh dengan pelajaran,hafalan maupun aturan setiap hari. Bidang keterampilan misalnya membuat bros, bidang kewirausahaan dimana hasil-hasil karya anak dari membuat bros kita jual, kita juga menjual keperluan seperti sabun mandi, sabun cuci, makanan ringan, oleh-oleh makanan khas yang mana kita pesankan apabila ada pengunjung panti datang, menjahit yang dalam hal ini dikembangkan oleh mas Yuti”. (W/PS/BG/TR/25-07-2013). Dari penjelasan di atas oleh Ibu HEW, Ibu HA, dan Ibu TR dapat disimpulkan bidang-bidang yang digarap di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang adalah: 1. Bidang Pendidikan dan keagamaan dengan pemberian materi bahasa Jawa, penyediaan perpustakaan, materi pengetahuan keagamaan pada anak asuh seperti fiqih, akidah akhlak, dan membaca Al Quran.
2. Bidang kewirausahaan: a. Usaha jahitan dilaksanakan oleh tenaga operasional dengan sistem bagi hasil, hasilnya untuk kesejahteraan anak asuh b. koperasi simpan pinjam memperoleh dana hibah dari kantor Koperasi dan UKM Kab. Semarang dengan anggota masyarakat sekitar dan dikelola oleh pengurus panti. Hasilnya untuk kesejahteraan anak asuh. 3. Pengembangan praktek menjahit satu kali seminggu. Hasil dari praktek digunakan untuk kepentingan pribadi 4. Bidang seni: a. Drumband, diadakan latihan dua kali seminggu dan tampil dalam acara tertentu b. Rebana, diadakan latihan satu kali seinggu dan tampil pada acara keagamaan c. Qiro‟ah/seni membaca Al Qur‟an, diadakan latihan satu kali seminggu dan tampil pada acara tertentu. b. Sasaran yang hendak dicapai di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Sasaran yang hendak dicapai di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang sebagaimana diutarakan oleh Ibu TR adalah sebagai berikut: “Ada beberapa sasaran yang ingin kami capai di panti ini, yang paling utama adalah etika dan akhlak, istilahnya dalam bahasa Jawanya tahu (unggah-ungguh) dalam hal ini adalah pembentukan akhlakul karimah, beretika yang baik dimana pendidikan ini tidak terlepas dari pendidikan agama Islam seperti akidah akhlak. Dan satu-satunya agama yang mengajarkannya adalah Islam, sasaran lain yang ingin dicapai adalah pemberian bantuan makan sehari-hari, biaya pendidikan, peningkatan pengetahuan agama, pendidikan keterampilan serta membiayai pendidikan bagi anak asuh. Aturan di sini juga saya terapkan seperti di pondok sesuai dengan pengalaman kami waktu dulu jadi santri,
misal ada anak yang tidak berjama‟ah, sama saja melanggar aturan di sini dan setiap melanggar aturan sanksinya adalah hafalan surat pada juz „amma, yang mana nanti disetorkan kepada pengasuh”. Tegas Ibu TR. (W/PN/TR/25-07-2013). Diutarakan oleh Ibu HEW mengenai sasaran yang hendak dicapai: “Sasaran yang hendak dicapai sesuai visi dan misi, tetapi yang paling penting adalah akhlak. Apalagi di sini semua adalah anak perempuan. Dan permasalahannya adalah mereka terdiri dari latar belakang yang berbeda dan tidak ada yang mengarahkan, dan ini adalah tugas kita. Masalah akhlak sangat berkaitan dengan agama. Agama membentuk karakter anak agar terwujud akhlakul karimah. Sasaran yang lain adalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari anak dari biaya makan sampai biaya pendidikan”.(W/PR/EW/31-07-2013). Sebagaimana juga diungkapkan oleh Ibu HA dalam wawancara di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang sebagai berikut: “Sasarah utamanya adalah pembentukan akhlakul karimah pada anak. Dan jika agamanya baik maka akhlaknya juga baik. Untuk itu kami berikan materi-materi keagamaan sesuai dengan Qur‟an dan hadis seperti materi tentang akidah akhlak maupun fiqih”. (W/PM&PS/HA/23-072013).
Dari uraian di atas, panti ini memberikan peranan dalam pengembangan keagamaan dalam bentuk bimbingan pengetahuan agama Islam untuk membentuk akhlakul karimah bagi anak asuh. C. Model Pengembangan Melalui Aspek atau Dimensi Keberagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. Model pembinaan keagamaan yang diungkapkan Ibu TR dan Ibu HA dalam usaha pengembangan pendidikan keberagamaan di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan keberagamaan anak asuh pada aspek keyakinan 2. Pengembangan keberagamaan anak asuh pada aspek pengetahuan keagamaan 3. Pengembangan keberagamaan anak asuh pada aspek pengalaman 4. Pengembangan keberagamaan anak asuh pada aspek praktek agama 5. Pengembangan keberagamaan anak asuh pada aspek konsekuensial Pelaksanaan kegiatan pembinaan agama terbagi dalam lima aspek, yaitu aspek keyakinan dengan materi tauhid, didapatkan anak asuh di sini untuk mengenal Allah, mengerti rukun iman dan rukun Islam. Pintarpintarnya pengasuh untuk menjelaskan kepada anak-anak untuk menerima sebuah konsep dalam pikiran maupun percaya dan yakin bahwa Allah Maha Besar ,Allah itu ada, yang selalu memberi, yang selalu harus kita sembah, tempat meminta, semua gerak-gerik kita diawasi oleh Allah dan dicatat oleh malaikat, adanya surga dan neraka. Aspek pengetahuan agama dengan memberikan kegiatan-kegiatan pendidikan keagamaan. Ke tiga melalui praktek agama misalnya pengetahuan secara teori sholat yang didapat dari pelajaran fiqih di sini kita praktekkan melalui sholat berjamaah jadi aspek psikomotoriknya juga jalan, sholat lima waktu, sholat sunnah, melaksanakan puasa, membiasakan beretika dan berakhlak yang baik misal mengucap salam,berdoa sebelum melaksanakan kegiatan, membina hubungan yang baik dengan sesama. Yang ke empat adalah pengalaman, dengan diajak takbir bersama, menyaksikan penyembelihan hewan kurban, anak-anak diajak ke Panti Cacat Ganda agar anak lebih bersyukur, anak-anak di ajak outbound untuk melihat pemandangan yang indah wujud dari ciptaan Allah dan anak bisa bersyukur karena masih bisa melihat dengan mata yang sehat, Ke Lima konsekuensi yaitu dengan berbuat baik kepada sesama, mengucap salam, tidak boleh bertengkar, tidak boleh mengambil barang milik orang karena agama mengajarkan demikian” (W/PG/UP/TR/25-07-2013). Dalam misi pengembangan pendidikan keberagamaan yang mencangkup lima dimensi di atas, Ibu EW juga menuturkan : “Upaya sholat lima waktu berjama‟ah, mengaji Al Quran dan Iqro‟,penekanan terhadap kedisiplinan, mengunjungi Panti Asuhan Cacat Ganda, kegiatan seperti takbir, buka bersama, sholat tarawih, puasa” (W/PR/UP/EW/31-07-2013). Ibu At juga menuturkan:
“Di sini anak-anak mendapat materi-materi tentang pengetahuan keagamaan, tentang ketauhidan sudah pasti, yaitu rukun iman, rukun Islam, konsekuensi bila tidak mengerjakan perintah Allah,tata cara ibadah yang baik kita praktekkan bersama dengan sholat berjamaah, wudlu, kegiatan hari besar keagamaan seperti Idul Adha anak diajak untuk menyaksikan penyembelihan hewan kurban jika sisa anak diajak untuk membagikan kepada masyarakat yang kurang mampu, takbir bersama di depan panti” (W/PM/UP/AT/23-07-2013).
b. Isi atau Materi Pengembangan Pendidikan Keberagamaan Sesuai penuturan Ibu AT mengenai isi atau materi dari pengembangan pendidikan keberagamaan adalah: “Di sini anak-anak mendapat materi-materi tentang pengetahuan keagamaan diantaranya adalah berisi pelajaran fiqih dalam hal ini saya berikan materi bab sholat, puasa, thoharoh, zakat, haji dan umroh. Walaupin di sekolah sudah di dapatkan saya perjelas di sini dan saya ulas kembali lebih dalam. Setelah mendapatkan materi atau teori tersebut, kita praktekkan bersama dengan sholat berjamaah, wudlu, adab sholat yang baik sesuai muhammadiyah, dalam hal ini saya berkoordinasi dengan pengasuh, langkah ini antara pengetahuan dan praktek berkesinambungan dan anak bisa mengamati di lingkungan masyarakat maupun di sekolahan yang mereka dapatkan yang dijadikan sebagai pengalaman sehingga anak-anak akan lebih paham” (W/PM/IS/AT/2307-2013). Ibu TR juga menuturkan : ”Di sini anak-anak mendapatkan materi keagamaan sepert tata cara ibadah secara Muhammadiyah (fiqih), akidah akhlaq, tauhid, al quran”. (W/PG/IS/TR/25=07-2013). Hal yang sama juga dituturkan oleh Ibu EW: “Untuk materi yang disampaikan berisi tentang yang berhubungan dengan fiqih, akidah, akhlak sesuai Muhammadiyah” (W/PR/IS/EW/3107-2013).
D. Faktor-faktor
Pendukung
dan
Penghambat
Pendidikan
Keberagaamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Pengembangan
Faktor pendukung dan penghambat kegiatan pembinaan keagamaan sangat penting sekali, karena dengan adanya faktor pendukung dan penghambat pembinaan keagamaan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Temuan data penelitian menunjukkan bahwa faktor pendukung dan penghambat pembinaan keagamaan seperti yang Ibu EW tuturkan selaku Pengurus, sebenarnya untuk pelaksanaannya sudah difasilitasi mbak bentuk apapun. ”Pada wawancara kepada ibu EW tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat kegiatan pengembangan keberagamaan antara lain: fisik dan non fisik. Fisik misalnya masjid yang berguna untuk beribadah dan digunakan untuk kegiatan belajar keagamaan, disediakan tempat wudzu, perpustakaan yang di situ banyak disediakan buku-buku keagamaan. kemudian yang non fisik seperti dukungan dari pimpinan daerah muhammdiyah Kab. Semarang maupun masyarakat sekitar. Untuk faktor penghambat antara lain yaitu latar belakang anak asuh yang berbeda-beda ketika masuk ke Panti ini baik dari segi umur maupun kondisi keluarga, dilihat dari umur maka anakasuh masih labil sehingga mudah bagi anak asuh untuk terpengaruh hal-hal yang negatif, dalam pemberian materi keagamaan kita kesulitan untuk mencari pemateri dari kalangan Muhammadiyah” (W/PR/FP/EW/31-07-2013). Ibu Atiyatun selaku pengurus dan pemateri di Panti asuhan Putri Aisyiyah Tuntang juga menjelaskan faktor-faktor pendukung dan penghambat dari pengembangan pendidikan keberagamaan: ”Waktu saya untuk mengabdi di Panti Asuhan di sini sangat terbatas, jadi waktu saya dalam penyampaian materi keagamaan kepada anak-anak juga sedikit. Selain itu latar belakang anak-anak juga berbedabeda misal dari segi umur yang sudah besar maupun masih kecil jadi satu. Itu adalah faktor penghambatnya, kemudian untuk faktor pendukung sendiri desidiakannya fasilitas seperti mushola untuk kegiatan sholat berjama‟ah, kegiatan belajar keagamaan juga di mushola, sound sistem, kepedulian dari elemen masyarakat sekitar” (W/PM/FP/AT/23-07-2013).
Ibu TR selaku Pengasuh Panti juga menuturkan: ”Untuk pendukungnya adalah sarana seperti mushola, aula, semangat dari anak asuh untuk mengikuti kegiatan keagamaan, rekanrekan dari luar yang memiliki kepedulian kepada anak asuh untuk menyelenggarakan kegiatan di dalam panti maupun di luar panti , kepedulian pembina dan seluruh elemen masyarakat sekitar” (W/PN/FP/TR/25-07-2013). Dari keterangan di atas dari hasil wawancara dengan informan, maka dapat disimpulkan antara lain: Faktor pendukung dari pengembangan keberagamaan: a. Fasilitas yang disedikan oleh pihak pengurus panti asuhan untuk mendukung keagamaan anak asuh. b. Berbagai macam kegiatan keagamaan seperti kulltum, sholat berjama‟ah, mengaji Al Quran, jam Ketua Pengurus, dll. c. Kepedulian seluruh elemen masyarakat sekitar terhadap Panti asuhan Putri Aisyiyah Tuntang d. Semangat dan antusias anak asuh dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang betujuan untuk meningkatkan keagamaan. e. Rekan-rekan dari luar yang menyelenggarakan kegiatan di luar maupun di dalam panti asuhan dalam rangka kepedulian terhadap anak asuh. Faktor penghambat dalam pengembangan keberagamaan: a. Keterbatasan waktu yang ada karena kegiatan keagamaan berlangsung setelah anak asuh pulang dari sekolah b. Latar belakang anak yang terdiri dari umur yang berbeda-beda dan dijadikan dalam satu kegiatan
c. Keterbatasan waktu yang diberikan pemateri untuk mengabdi di Panti asuhan sehingga bepengaruh dalam penyampaian materi keagamaan d. SDM dari pembina yang terkadang tidak dari kalangan Muhammadiyah. e. Kondisi anak asuh yang masih labil sehingga mudah terpengaruh hal-hal yang bersifat negatif yang didapatkan ketika anak asuh sedang berada di luar panti asuhan.
b.
Hasil Wawancara dengan Anak Asuh 1. Materi yang bisa dipelajari di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Seorang anak asuh IF kelas 2 SD, umur 9 tahun, yang tinggal di Panti Asuhan sejak kelas 1 Sekolah Dasar mengutarakan materi yang bisa di pelajari di Panti Asuhan tersebut: “Di sini belajar bahasa Jawa, mengaji iqro‟, fiqih, akidah akhlak, drumband, rebana, qiro‟ah, belajar membuat bros, jepit rambut” (W/AS/SD/IF/23-07-2013). EWI kelas 6 Sekolah Dasar, umur 12 tahun, yang tinggal di Panti sejak umur 6 tahun juga mengutarakan: “Saya di sini belajar tentang pengetahuan agama Islam seperti fiqih, akidah akhlak, belajar membaca Al Quran, qiro‟ah, drumband, rebana, keterampilan seperti membuat bros, tapi ada kesulitan waktu membaca Al Quran mengenai tajwidnya apa, sebenarnya kalau kita minta materi pasti diberi karena di sini tidak ada” (W/AS/SD/EWI/23-07-2013). AA anak asuh kelas IX Sekolah Menengah Pertama mengutarakan: “Yang bisa dipelajari di sini rebana, latihan drumband, fiqih materinya tentang sholat, thoharoh, puasa, dll, akidah akhlak materinya seperti sabar, mempelajari bahasa Jawa, membaca Al Quran tapi kesulitan saya di sini kurang tahu tentang hukum bacaan atau tajwidnya karena di sini tidak diberikan materi
tersebut secara mendalam, sebenarnya kalau kita minta pasti diberikan jadwal tambahan untuk kegiatan belajar tajwid” (W/AS/SMP/AA/23-07-2013). NCPM anak asuh kelas VII Sekolah Menengah Pertama mengutarakan: “Materi yang bisa dipelajari di sini tentang fiqih, akidah akhlak, bahasa Jawa, latihan drumband, rebana, dulu mengaji iqro‟ sekarang Al qur‟an, Qiroah, ada keterampilan menjahit” (W/AS/SMP/NCPM/26-07-2013). IS anak asuh kelas X Sekolah Menengah Atas mengungkapkan: “Mempelajari tentang materi-materi keagamaan seperti fiqih membahas tata cara ibadah seperti sholat, puasa, thoharoh, haji dan umroh, materi akidah akhlak membahas tentang shodakoh, sabar, ikhlas, ada latihan rebana, latihan drumband, keterampilan menjahit, pelajaran bahasa Jawa” (W/AS/SMA/IS/22-07-2013). FH anak asuh kelas XI Sekolah Menengah Atas mengungkapkan: “Materi yang bisa dipelajari adalah materi tentang agama Islam seperti fiqih tentang sholat, puasa, haji, thoharoh, akidah akhlak tentang ikhlas, sabar, bisa mempelajari alat musik atau not-not dalam musik karena ada drumband, rebana, mempelajari bahasa Jawa, mengaji Al Qur‟an, Qiro‟ah” (W/AS/SMA/FH/2507-2013). Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dari kegiatan di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang anak asuh mendapatkan materi keagamaan, seni, mutan lokal
maupun keterampilan. Adanya pengembangan keagamaan
diberikannya materi-materi tentang pendidikan agama Islam. 2. Pembinaan Keagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Diungkapkan oleh IF anak asuh kelas 2 Sekolah Dasar: “Pembinaan Keagaamaan di sini menyenangkan, karena pengasuhnya menyenangkan, di sini banyak teman, bisa belajar sholat dan juga mengaji” (W/AS/IF/SD/23-07-2013).
Diutarakan oleh anak asuh EWI siswa kelas 6 Sekolah Dasar: “Menyenangkan karena pematerinya tidak galak, temannya banyak, tidak ada kesulitan selama mengikuti kegiatan keagaamaan, tetapi harus bisa menyesuaikan antara di sekolah dengan di Panti, kalau di sekolah materinya NU, kalau di Panti materinya Muhammadiyah” (W/AS/SD/23-07-2013). Diungkapkan juga oleh NCP yang berumur 13 tahun, siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama dan tinggal di panti sejak kelas V Sekolah Dasar, dalam wawancara dengan penulis hari Selasa, tanggal 23 Juli 2013, jam 17.20 WIB : “Kegiatan pembinaan keagamaan di sini cukup menyenangkan, cara penyampaiannya mudah diserap. Ketika pemateri menjelaskan ditulis di papan tulis, dijabarkan, dan dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari diselipkan dengan ceritacerita dari ceramahnya pemateri” (W/AS/SMP/NCP/23/07-2013). Diutarakan oleh AA anak asuh kelas IX Sekolah Menengah Pertama: “Cukup menyenangkan, di sini kegiatan agamanya banyak, di sini saya bisa mengaji, sholat berjama‟ah, setoran hafalan juz „amma kalau melanggar tata tertib misal tidak berjamaah seperti di pondok. Menyenangkan tapi adakalanya mengantuk saat mendapat materi keagamaan” (W/AS/SMP/AA/23-07-2013).
Diungkapkan juga oleh anak asuh NCPM: ”Cukup baik, karena bisa mendapatkan materi tentang agama mudah untuk dipahami, enak yang menjelaskan, ditulis dan ditambahkan dengan cerita-cerita. Tidak ada kesulitan selama mengikuti kegiatan. Di sini juga seperti di pondok, ada jam mengaji, ada aturan sholat berjamaah, aturannya juga disiplin sehingga kita bisa rajin beribadah” (W/AS/SMP/NCPM/26-072013). Diungkapkan oleh IM selaku anak panti yang tinggal di panti sejak kelas VII Sekolah Menegah Pertama yang berumur 16 tahun, sebagaimana
dikutip dalam wawancara dengan peneliti hari Selasa, tanggal 23 Juli 2013, jam 17.00 WIB: “Pembinaan keagamaan di sini saya rasa cukup bagus dan menyenangkan. Lumayan bagus, karena kegiatan keagamaannya banyak. Sebagian besar di sini jadi tekun beribadah. Mungkin kalau kita tidak di sini kita tidak akan seperti ini, karena di sini kita di arahkan. Saya merasa sama sekali tidak ada kesulitan selama mengikuti kegiatan keagamaan di sini. Pematerinya di sini juga menyenangkan ,penyayang dan mudah dicerna” (W/AS/SMA/IM/23-07-2013).
Diutarakan juga oleh anak asuh FH seorang pelajar Sekolah Menengah Atas: ”Menurut saya, pembinaan keagaamaan di sini baik. Setelah saya di sini saya lebih taat beribadah, lebih tekun, karena dulu tidak tahu dalam hal agama sekarang menjadi tahu. Misal tata cara beribadah, agama juga mengajarkan bagaimana berbuat baik kepada sesama agar kita diperlakukan yang baik juga oleh orang lain. Bunda juga memberikan nasehat yang baik, dimana dulu saya selalu memakai pakaian yang pendek-pendek, karena ditegur bunda, saya meniru memakai pakaian yang menutup aurat, mungkin kalau tidak di sini saya tidak akan seperti sekarang ini” (W/AS/SMA/FH/25-07-2013).
BAB IV PEMBAHASAN A. Model yang Dilakukan oleh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, ditemukan bidang-bidang garapan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang adalah: 2. Bidang Pendidikan dan keagamaan dengan pemberian materi bahasa Jawa (materi ini diberikan karena dari pihak pengurus merasa bahwa bahasa Jawa tersingkirkan dibandingkan dengan bahasa asing seperti bahasa Inggris), penyediaan perpustakaan yang disediakan buku-buku keagamaan, buku pelajaran maupun komik yang bisa dibaca anak asuh, pemberian materi pengetahuan keagamaan pada anak asuh seperti fiqih, akidah akhlak, dan membaca Al Quran pada jadwal yang sudah ditentukan Pengurus Panti. 3. Bidang kewirausahaan: c. Usaha jahitan dilaksanakan oleh tenaga operasional dengan sistem bagi hasil, hasilnya untuk kesejahteraan anak asuh d. koperasi simpan pinjam memperoleh dana hibah dari kantor Koperasi dan UKM Kab. Semarang dengan anggota masyarakat sekitar dan dikelola oleh pengurus panti. Dari hasil tersebut digunakan untuk kesejahteraan anak asuh. 4. Pengembangan praktek menjahit satu kali seminggu. Hasil dari praktek tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi anak asuh.
5. Bidang seni: a. Drumband, diadakan latihan dua kali seminggu yang dilatih oleh instruktur dan anak asuh bisa tampil dalam acara tertentu b. Rebana, diadakan latihan satu kali seinggu dan tampil pada acara keagamaan c. Qiro‟ah/seni membaca Al Qur‟an, diadakan latihan satu kali seminggu dan tampil pada acara tertentu. “Hasil wawancara dari Ibu PS “Bidang-bidang yang dikembangkan di sini adalah bidang pendidikan, di sini disedikan perpustakan dan ruang komputer,belajar bahasa Jawa, bidang keagamaan, keagamaan sudah pasti yaitu memperikan pengetahuan tentang agama Islam secara Muhammadiyah, bidang seni misalnya drumband, rebana, agar anak asuh seimbang antara otak kanan dan otak kiri dan tidak jenuh dengan pelajaran,hafalan maupun aturan setiap hari. Bidang keterampilan misalnya membuat bros, bidang kewirausahaan dimana hasil-hasil karya anak dari membuat bros kita jual, kita juga menjual keperluan seperti sabun mandi, sabun cuci, makanan ringan, oleh-oleh makanan khas yang mana kita pesankan apabila ada pengunjung panti datang, menjahit yang dalam hal ini dikembangkan oleh mas Yuti” (W/PS/BG/TR/25-07-2013). Hal tersebut juga sama dituturkan oleh Ibu HA: Bidang-bidang yang dikerjakan di Panti adalah bidang pendidikan dimana anak-anak disediakan perpustakan yang bisa digunakan anakanak untuk membaca, ada pelajaran bahasa Jawa, kita berikan pelajaran bahasa Jawa karena bahasa ini lama-lama terasingkan oleh anak-anak zaman sekarang, bidang pengembanngan keagamaan dalam hal ini kita berikan pengetahuan tentang keagamaan diantarnya ada materi fiqih, akidah akhlak, membaca Al Qur‟an, bidang keterampilan menjahit, membuat bros, jepit rambut kita jual untuk belajar kewirausahaan, bidang seni ada drumband dimana anak-anak nantinya tampil di acara-acara tertentu, ada rebana dimana anak-anak juga ditampilkan dalam acaraacara keagamaan, ada latihan seni membaca Al Qur‟an, anak juga ditampilkan dalam acara-acara tertentu, di Panti ini juga ada usaha simpan pinjam, menjahit yang dioperasikan oleh mas yuti dengan system bagi hasil (W/PR&PM/BG/HA/23-07-2013). Berdasarkan uraian di atas, mengenai bidang-bidang garapan di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang, ada bidang garapan pendidikan dan keagamaan. Maka bidang
pendidikan dan keagamaan merupakan upaya dari Pengurus Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang untuk mengembangkan atau membina dalam hal keberagamaan anak asuh. Adapun model pengembangan pendidikan keberagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang dari hasil observasi dan wawancara meliputi aspekaspek: a. Pengembangan keberagamaan anak asuh pada aspek keyakinan Dimensi ini berkaitan dengan pengakuan dan penerimaan terhadap sesuatu zat yang sakral, yang Maha Besar, sebagai suatu kebenaran. dengan penerimaan atau pengakuan tentang penjelasan mengenai divinitas rukun iman, Allah, malaikat, alam ghaib, termasuk kehidupan, kematian, surga, neraka, dan lain-lain. “Materi tentang Tauhid didapatkan anak asuh di sini untuk mengenal Allah mengerti rukun iman dan rukun Islam. Pintar-pintarnya pengasuh untuk menjelaskan kepada anak-anak untuk menerima sebuah konsep dalam pikiran maupun percaya dan yakin bahwa Allah Maha Besar ,Allah itu ada, yang selalu memberi, yang selalu harus kita sembah, tempat meminta, semua gerak-gerik kita diawasi oleh Allah dan dicatat oleh malaikat, adanya surga dan neraka” (W/PS/AP/TR/25-072013). b. Pengembangan anak asuh pada aspek pengetahuan keagamaan Orang yang mengaku beragama Islam tidak hanya cukup menyakini adanya Tuhan dan ciptaanya, ia juga dituntut mengetahui berbagai pengetahuan dasar agama tentang keyakinan, tentang ritual peribadatan, kitab suci dan hubungan sosial kemasyarakatan. Dengan mengetahui pengetahuan agama maka dapat melakukan berbagai kegiatan
agama ataupun kegiatan masyarakat yang benar sesuai ketentuan hukum agama. “Aspek pengetahuan agama dengan memberikan kegiatan ekstra di luar jam sekolah dengan pemberian materi-materi keagamaan , ceramah kegiatan-kegiatan keagamaan, arahahan atau konseling dari ketua pengurus panti asuhan, disediakannya buku-buku bacaan tentang agama di perpustakaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan agama anak asuh” . (W/PN/AP/TR/25=07-2013).
c. Pengembangan keberagamaan anak asuh pada aspek praktek agama Dalam agama Islam melaksanakan praktek ibadah merupakan implementasi terhadap pengetahuan agama, bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan keyakinan menjalankan perintah-perintah agama yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan atau ritual ibadah seperti sholat, puasa, zakat serta ritual-ritual lainya. Melalui praktek agama misalnya pengetahuan secara teori sholat yang didapat dari pelajaran fiqih di sini kita praktekkan melalui sholat berjamaah jadi aspek psikomotoriknya juga jalan, sholat lima waktu, sholat sunnah, berakhlak yang baik kepada sesame, melaksanakan puasa. Untuk yang kecil-kecil agar anak-anak mau berpuasa sampai maghrib, Bunda bertanya, mau dapat surga tingkat 1 apa tingkat 2? Anak-anak menjawab, tingkat 1 bunda, saya jawab, kalau pengen dapat surge tingkat 1 maka puasanya harus sampai maghrib, kalau puasanya sampai dzuhur saja nanti surganya dapat yang tingkat 1 bukan 2. Akhirnya anak-anak yang kecil bisa sehari penuh puasanya (W/PN/AP/TR/25=07-2013).
Pengembangan keberagamaan anak asuh pada aspek praktek agama juga dijelaskan oleh ibu: “Kaitannya dalam praktek, dalam hal ini saya bekerjasama dengan pengasuh, setelah materi saya sampaikan dipraktekkan misalnya
tatacara beribadah yang baik dipraktekkan sebentar selanjutnya dipraktekkan bersama dengan sholat berjamaah yang dalam hal ini diawasi oleh ibu TR selaku pengasuh” (W/PM/AP/AT/23-07-2013).
d. Pengembangan keberagamaan anak asuh pada pengalaman agama. Dimensi pengalaman dalam keagamaan sering disebut dengan penghayatan, dan biasanya penghayatan ini tumbuh menyertai pengamalan ajaran agama dan peribadatan yang dilakukan seseorang. Penghayatan ini menunjukan seberapa jauh tingkat seorang muslim merasakan, mengalami perasaan dan pengalaman-pengalaman religius, bagi seorang muslim penghayatan terwujud dalam perasaan dekat dengan Allah SWT. “Untuk pengalaman keagamaan kita ajak anak-anak untuk memaknai dan hal apa yang dirasakan oleh anak-anak ketika mendapatkan rizki melalui donatur yang datangnya rizki itu tidak disangka-sangka, hal-hal yang dirasakan ketika doanya terkabul, anakanak diajak untuk berkunjung ke Panti Cacat Ganda agar anak lebih bersyukur bisa terlahir dengan fisik yang normal, buka bersama dengan anak-anak panti asuhan lain yang dalam hal ini acaranya diselenggarakan oleh donatur, anak-anak diajak outbound agar bisa melihat pemandangan yang indah sebagai ciptaan Allah, anak kita ajak bersyukur masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bisa melihat dengan mata yang sehat” (W/PN/AP/TR/25=07-2013).
e. Pengembangan keberagamaan melalui aspek konsekuensi Dimensi ini merupakan manifestasi ajaran agama dan kemudian sikap itu tercermin
dalam
kehidupan
sehari-hari
yaitu
apakah
seseorang
menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. Aspek ini berbeda dengan aspek ritual, Aspek ritual lebih pada perilaku keagamaan yang bersifat penyembahan, sedangkan aspek komitmen lebih mengarah pada hubungan manusia tersebut dengan sesamanya dalam kerangka agama yang dianut. Segala perilaku termotivasi oleh agama. Seperti yang dituturkan oleh Ibu TR: “Dari aspek konsekuensi, anak-anak harus saling menghormati kepada sesama teman, apalagi kita hidup di panti jadi kita harus saling memiliki dan menyayangi, saling menghargai,mengucap salam, di Panti tidak boleh mengambil barang milik orang lain bahkan dihukum kalau ketahuan, tidak boleh bertengkar, saling memaafkan, karena agama mengajarkan demikian” (W/PN/AP/TR/25=07-2013). Membaca temuan di atas, tentang dimensi-dimensi/aspek dalam pengembangan pendidikan keberagamaan anak asuh secara keseluruhan sudah memenuhi sesuai karena memenuhi standar. Dimana pengasuh mengambil 5 dimensi tersebut dalam pengembangan keberagamaan seperti: aspek keyakinan, aspek pengetahuan keagamaan, praktek keagamaan, pengalaman keagamaan, dan aspek konsekuensial. Terkait dengan aspek/dimensi pembinaan keagamaan Glock dan Stark menjabarkan ada lima model aspek keberagamaan seseorang, yaitu: 6) Dimensi Keyakinan Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana orang religius berpegang teguh pada doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang
lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya di antara agama-agama, tetapi sering kali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama. 7) Dimensi Praktik Agama Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas 2 kelas penting yaitu: c) Ritual, mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktekpraktek suci yang semua mengharapkan para pemeluk melaksanakannya. d) Ketaatan, ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas public, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relative spontan , informal, dan khas pribadi. 8) Dimensi Pengalaman Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, mesti tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supernatural). Seperti telah kita kemukakan, dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsipersepsi, dan sensasi-sensasi yang di alami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir, dengan otoritas transcendental.
9) Dimensi Pengetahuan Agama Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimaannya. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. Lebih jauh, seseorang dapat berkeyakinan bahwa kuat tanpa benar-benar memahami agamanya, atau percaya bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit. 10) Dimensi Konsekuensi Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat dimensi yang sudah dibicarakan di atas. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Oleh karena itu, maka keberagamaan seseoarang akan meliputi berbagai macam dimensi. Kaitannya dengan pengetahuan agama Islam, dimensi pengetahuan atau ilmu menunjukkan pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman Muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama mengenai termuat dalam kitab sucinya. Dalam keberIslaman, dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi Al-Qur‟an, pokokpokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun iman), hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan sebagainya. Nyatalah bahwa pendidikan individu dalam Islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu: menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah SWT.
Dan tidak perlu dinyatakan lagi bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada shalat, shaum dan haji, tetapi setiap karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan ibadah. Dari segi yang lain dapat dilihat, betapa pentingnya peran agama dalam kehidupan manusia. Bisa diakui adanya dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan oleh tiap individu. Orang ingin memiliki harta, memiliki pangkat untuk menjamin rasa aman dan rasa harga dirinya, bahkan yang terpenting menjamin makan dan minum. Namun dalam memenuhi semua kebutuhan itu ada ketentuan-ketentuan agama yang akan memelihara orang agar jangan sampai jatuh kepada kesusahan dan kegelisahan yang mengganggu ketentraman batin. Agama memberikan bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya. Mulai dari hidup pribadi, keluarga, masyarakat dan hubungan kepada Allah, bahkan dengan alam semesta dan makhluk hidup yang lain. Jika bimbingan tersebut dijalankan betulbetul akan terjaminlah kebahagiaan dan ketentraman batin dalam hidup ini (Zakiyah Daradjat, 1984:58-59).
B. Isi atau Materi dari Pengembangan Pendidikan Keberagamaan Isi pengembangan pendidikan keberagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang diungkapkan di bawah ini: Isi pembinaan keagamaan yang disampaikan meliputi: fiqih, tauhid, akidah, akhlak, al qur‟an: Kegiatan-kegiatan pendidikan keagamaan yang berisi pemberian materi akidah akhlak, fiqih dan Al Quran. (W/PN/IS/TR/25=07-2013). Sedangkan menurut AT mengatakan bahwa:
“Di sini anak-anak mendapat materi-materi tentang pengetahuan keagamaan sesuai Muhammadiyah. Jadi isi pembinaan keagamaan di sini diantaranya adalah berisi pelajaran fiqih dalam hal ini saya berikan materi bab tata cara beribadah yang baik sesuai Muhammadiyah seperti sholat, puasa, thoharoh karena sangat penting terutama tentang haid, zakat, haji dan umroh. Akidak akhlaq seperti bab sabar, sodaqoh, ikhlas. (W/PM/IS/AT/23-07-2013).
Menurut Tono, Sulasno dkk untuk isi pembinaan keagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, dalam bukunya “Ibadah dan akhlak dalam Islam” sebagai berikut: 1. Fiqih : seperti shalat: kedudukan shalat,pengaruh shalat dalam kehidupan individu dan sosial,keutamaan shalat berjamaah, urgensi shalat dll. Seperti zakat: macam-macam zakat seperti cara menhitung zakat fitrah dan zakat mal. Seperti puasa: menjelakan puasa wajib, puasa sunah. 2. Ahklak: menjelaskan bagaimana cara menghormati antar umat beragama, ahlaq muslim di tengah keluarga, masyarakat dan Negara. (Tono, Sularno dkk,1998) 3. Serta isi dari pembinaan mengikuti moment-moment tertentu. Seperti pengajian Isro‟ Mi‟roj, maulid Nabi Muhammad SAW dll. Membaca temuan di atas, tentang isi pengembangan keagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang secara keseluruhan sudah memenuhi standar dari buku paduan yang sudah ada, yaitu berpedoman dengan al Qur‟an dan Hadits. Yang kemudian di persempit menjadi beberapa tema seperti: fiqih, ahlaq ,tauhid, al qur‟an sesuai dengan kebutuhan anak asuh yang ada. serta dengan menggunakan reverensi buku-buku yang berhubungan dengan pembinaan keagamaan Islam. Terkait dengan isi pembinaan keagamaan
Yusuk Burhanuddin, dalam bukunya
„Kesehatan Mental‟ menjelaskan bahwa materi pembinaan keagamaan sebagai berikut: 1. Pelajaran Al qur‟an
Di tujukan untuk melatih penyempurnaan bacaan al qur‟an di lanjutkan dengan pemahaman dan aplikasi ajaran dalam kehidupan sehari-hari, pelajaran al quran merupakan sarana utama dalam mewujudkan tujuan. 2. Pelajaran Hadist Di tujukan agar umat Islam meneladani Rosul SAW, dalam beribadah, bermuamalah dll. 3. Pelajaran Tauhid Tujuan mempelajari tauhid adalah menambah keimanan anak didik dalam ketaatan kepada Allah, menambah ayat-ayat al Qur‟an dan perenungan ayat-ayat Allah. Seperti pemahaman rukun iman sehingga perilaku umat Islam dapat bersumber dengan konsepkonsep keimanan. 4. Pelajaran Fiqih Memperkenalkan perilaku Islami, baik secara individu maupun secara sosial yang bersumber dari Al qur‟an dan sunnah meliputi: cara beribadah, berperilaku dan bermasyarakat. 5. Pelajaran Budaya Islam Pelajaran ini dititikberatkan pada pengaruh budaya Barat terhadap budaya Islam.hal ini di tujuakan untuk menanamkan akidah Islam agar tidak terpengaruh dengan budaya barat.( Aat Syafaat, 2008:156-158).
D. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengembangan Pendidikan Keberagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang 1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung menurut Ibu HEW yaitu: “Faktor-faktor pendukung kegiatan pengembangan keberagamaan antara lain: fisik dan non fisik. Fisik misalnya masjid yang berguna untuk beribadah dan digunakan untuk kegiatan belajar keagamaan, disediakan tempat wudzu, perpustakaan yang banyak disediakan buku-buku keagamaan. kemudian yang non fisik seperti dukungan dari pimpinan daerah Muhammdiyah Kab. Semarang, serta arahan dari Ketua Pengurus Panti Asuhan”. (W/PR/HEW/31-07-2013). Kemudian menurut Ibu HAT: ”Faktor pendukung meliputi: mushola, sound sistem, perpustakaan, kepedulian dari elemen masyarakat sekitar”. (W/PR&PM/FP/AT/23-07-2013). Tutur kata Ibu TR untuk faktor pendukung adalah: ”sarana seperti mushola, aula, semangat dari anak asuh untuk mengikuti kegiatan keagamaan, rekan-rekan dari luar yang memiliki kepedulian kepada anak asuh untuk menyelenggarakan kegiatan di dalam panti maupun di luar panti , kepedulian pembina dan seluruh elemen masyarakat sekitar”. (W/PG/FP/TR/25=07-2013). 5.
Faktor Penghambat Faktor penghambat menurut Ibu HEW adalah: “Yang dipelajari keagamaan di sini adalah sesuai Muhammadiyah, tapi dalam hal ini kita kesulitan untuk mendapat pemateri dari kalangan orang Muhammadiyah, kesulitan yang lain dari segi umur dan latar belakang anak asuh yang berbeda yang datang ke Panti ini”. (W/PR/FP/EW/31-07-2013). Ibu TR menambahkan hambatan yang dialami: “Dari segi umur anak di sini berbeda-beda, ada yang masih kecil-kecil dan ada yang sudah remaja, masih labilnya kejiwaan anak asuh sehingga mudah terpengaruh oleh hal-hal yang datang ketika mereka berada di luar”. (W/PR&PM/FP/HA/23-07-2013). Ibu AT selaku pengurus serta pemateri juga menuturkan masalah kendala yang dialami: “Waktu saya untuk mengabdi di sini sangat terbatas, anak-anak dari segi umur maupun latar belakang anak juga berbeda dan dijadikan satu untuk mendapatkan materi keagamaan, waktu penyampaian materi sangat terbatas karena kegiatan dimulai setelah anak pulang sekolah”. (W/PR&PM/FP/AT/2307-2013).
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan faktor pendukung dan penghambat sebagai berikut: 1. Faktor Pendukung a) Sarana dan prasarana yang ada di Panti asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. b) Dukungan dari Pimpinan Muhammadiyah daerah Kab. Semarang c) Bantuan dari elemen masyarakat sekitar, dll. 2. Faktor Penghambat a) Keterbatan pemateri dari kalangan Muhammadiyah b) Keterbatasan waktu pemateri untuk mengabdi di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. c) Masih labilnya kejiwaan anak asuh yang menyebabkan masih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif d) Latar belakang anak asuh yang berbeda-beda.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian tersebut, yaitu: 1. Model pengembangan pendidikan keberagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang: Pembinaan keagamaan terhadap aspek keyakinan: Dimensi ini berkaitan dengan pengakuan dan penerimaan terhadap sesuatu zat yang sakral, sebagai suatu kebenaran. Upaya yang dilakukan adalah dengan pengenalan rukun iman dan rukun Islam, anak diajak untuk mengkaji Al Qur‟an serta perenungan terhadap ayat-ayat Allah tersebut. Pembinaan keagamaan terhadap aspek pengetahuan. Artinya orang beragama memiliki pengetahuan tentang keyakinan ritus, kitab suci, dan tradisi yang berkaitan dengan agama. Upaya yang dilakukan dengan memberikan kegiatan ekstra di luar jam sekolah dengan pemberian materi-materi keagamaan, ceramah kegiatan-kegiatan keagamaan, arahahan atau konseling dari ketua pengurus panti asuhan, disediakannya buku-buku bacaan tentang agama di perpustakaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan agama anak asuh. Pengembangan keberagamaan anak asuh pada aspek praktek agama. Pada agama Islam melaksanakan praktek ibadah merupakan implementasi terhadap pengetahuan agama, bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan keyakinan menjalankan perintah-perintah
agama yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan atau ritual ibadah seperti sholat, puasa, zakat serta ritual-ritual lainya. Upaya yang dilakukan antara lain: anak diajak untuk sholat lima waktu berjama‟ah di mushola, tadarus, puasa pada bulan ramadhan, puasa sunah, berdoa sebelum dan memulai kegiatan,dll. Pembinaan keagamaan anak asuh pada aspek pengalaman agama, dimensi ini disebut dengan penghayatan, biasanya penghayatan ini tumbuh menyertai pengamalan ajaran agama dan peribadatan yang dilakukan seseorang. Upaya yang dilakukan antara lain: anak diajak untuk berkunjung ke Panti asuhan cacat ganda, menyaksikan penyembelihan hewan kurban, takbir bersama, buka bersama dengan panti asuhan lain, anak diajak outbound untuk melihat pemandangan yang indah sebagai wujud ciptaan Allah serta agar anak bersyukur masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bisa melihat. Pengembangan keberagamaan melalui aspek konsekuensi. Dimensi ini merupakan manifestasi ajaran agama dan kemudian sikap itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari yaitu apakah seseorang menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. Aspek ini berbeda dengan aspek ritual. Aspek ritual lebih pada perilaku keagamaan yang bersifat penyembahan, sedangkan aspek komitmen lebih mengarah pada hubungan manusia tersebut dengan sesamanya dalam kerangka agama yang dianut. Segala perilaku termotivasi oleh agama. Upaya yang dilakukan antara lain: anak tidak boleh mengambil barang milik orang lain kalau ketahuan dihukum, jujur, disiplin, merasa saling memilki dan menyayangi sesama anak panti, saling menghormati, saling memaafkan. Isi atau materi keagamaan yang disampaikan adalah fiqih yang berisi tentang shalat (syarat dan rukun shalat), zakat (bagaimana cara menghitung zakat fitrah dan zakat mal), puasa (menjelakan puasa wajib, puasa sunah), ahklak (menjelaskan perilaku terpuji seperti
husnudzan, sabar, ikhlas), Al Qur‟an ditujukan untuk melatih penyempurnaan bacaan al qur‟an di lanjutkan dengan pemahaman dan aplikasi ajaran dalam kehidupan sehari-hari 2. Faktor pendukung dan penghambat pengembangan pendidikan keberagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang: Faktor pendukung dalam pengembangan pendidikan keberagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang adalah sarana dan prasarana yang ada di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, dukungan dari Pimpinan Muhammadiyah daerah Kab. Semarang, bantuan dari elemen masyarakat sekitar, dll. Faktor penghambatnya adalah keterbatan SDM (pemateri) dari kalangan Muhammadiyah, keterbatasan waktu pemateri untuk mengabdi di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, masih labilnya kejiwaan anak asuh yang menyebabkan masih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif, dan latar belakang anak asuh yang berbeda-beda.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan di atas maka penulis mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya ke arah yang lebih baik, yaitu: 1. Bagi Pengurus Panti Asuhan a.
Model pengembangan pendidikan keberagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang sudah baik, alangkah baiknya jika bekerja sama dengan Muhammadiyah daerah Salatiga untuk mendapatkan pemateri(pembina) dari kalangan Muhammadiyah.
b. Perlu ditingkatkan lagi dalam menjalin kerjasama dengan organisasi maupun mubalig dari luar untuk mewujudkan hubungan ukhuwah Islamiyah. 2. Bagi Pemateri Diberikan materi tambahan yang berhubungan dengan bacaan Al Quran yaitu tajwid. C. Penutup Alhamdulillahirobbil‟alamin, tiada kata yang pantas dituturkan karena rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia telah membuka jalan pikiran penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “MODEL PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEBERAGAMAAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN PUTRI ASISYIYAH TUNTANG, KAB. SEMARANG TAHUN 2013” ini dengan baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya akan dinantikan di akhir kelak.
Penulisan karya ilmiah atau skripsi ini tidak luput dari keterbatasan pengetahuan dan kekhilafan penulis, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan baik bagi individu maupun Panti Asuuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang dalam upaya meningkatkan keberagamaan anak asuh. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan, bantuan dan dorongan dari semua pihak, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bineka Cipta. Agus Maimun dan Agus Zaenul Fitri. 2010. Lembaga Alternatif di Era Kompetitif. Malang: UIN-Maliki Press. Baharuddin. 2005. Aktualisasi Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Darajat, Zakiyah. 1996. Ilmu jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Departemen Agama RI. 1989. Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra. Fuad Nashori dan Rahmi Diana Muhram. 2002. Mengembangkan Kreatifitas dalam Perspektif Psikilogi Islam. Yogyakarta: Menara Kudus. Hadi, Sutrisno.1984. Metodologi Reseach. Bandung: Mizan. Ishomuddin. 2002. Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Ghalia Indonesia. Jalaludin. 2000. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Junus, Mahfud. 1986. Terjemahan Al Qur‟an Al Karim. Bandung: PT Al Maarif. Moeloeng J. Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulkhan, Abdul Munir. 1990. Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Dalam Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. _____________. 2010. Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Muhaimin, Suti‟ah dan Nur Ali. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution. 1992. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nasrori Fuad & Djamaludin Ancok. 2001. Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2010. Berita Resmi Muhammadiyah. Yogyakarta: Surya Sarana Grafika. Poewardaminta, W.J.S. 2007. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Thouless, Robert H. 1992. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: CV. Rajawali. Shihab, Quraish. 1994. Membumikan Al Qur‟an. Bandung: Mizan. (http://pantiaisyiyahtuntang.or.id/
)
diakses
tanggal
12-07-2013
jam
09.42
WIB.
(http://psychologynews.info/artikel/panti-asuhan/) diakses tanggal 19-07-2013 jam 19.00 WIB
GEDUNG PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG
ANAK ASUH SEDANG TAMPIL REBANA
ANAK ASUH SEDANG MENGAJI AL QUR‟AN
ANAK ASUH MENGIKUTI SHOLAT BERJAMAAH