UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK YATIM PUTRI DI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : LUKLUUM MAKNUN NIM: 111-12-245
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
ii
KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga Telp. (0298) 323706 Website : www.iainsalatiga.ac.id e-mail :
[email protected] PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan naskah skripsi Kepada Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa. Nama : Lukluum Maknun NIM : 111-12-245 Judul : UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK YATIM PUTRI DI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk ditujukan dalam sidang munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salatiga, 20 Februari 2017 Pembimbing,
iii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JL. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 kode Pos 50721 Salatiga Website : http://iainsalatiga.ac.id e-mail :
[email protected]
SKRIPSI
UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK YATIM PUTRI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
Oleh LUKLUUM MAKNUN NIM : 11112245 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada Tanggal Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Susunan Panitia Penguji: Ketua Penguji
: Dr. Fatchurrohman, M.Pd
..........................................
Sekertaris Penguji
: Dr. Muna Erawati, M.Si
..........................................
Penguji I
: Dr. Miftahuddin, M.Ag
..........................................
Penguji II
: Drs. Wahyudhiana, M.M.Pd
.......................................... Salatiga, 22 Maret 2017 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd. NIP. 19670121 199903 1 002 iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Lukluum Maknun
NIM
: 111-12-245
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 20 Februari 2017
v
MOTTO
ِ من تَ ب َّحر فِى ِعل ِْم اََْل َلة إِ ْىتَ َدى بِ ِو اِلَى َسائِ ِر اْلعُلُ ْوِم َ َ َْ “Barang siapa yang menguasai ilmu alat (Nahwu Sharaf) maka ia akan mendapatkan petunjuk untuk mencapai ilmu-ilmu yang lain”
vi
PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Bapak H. Aziz Muslikhin S.Pd dan Ibu Hj. Siti Karimah S.Pd.i yang senantiasa memberikan nasehat dan yang telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama. 2. Adik tersayang Laily Ikrima dan Ahmad Lubab Al-Farih yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh. 3. Keluarga Besarku yang senantiasa memberikan dukungan dan do’a. 4. Keluarga Besar RA Az-zahra yang telah membimbing dan memberikan inspirasi kepadaku. 5. Seluruh sahabatku yang selalu memberikan semangat dan motivasinya. 6. Keluarga PAI G, Keluarga PPL MTS N Salatiga dan Kelompok KKN yang telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK YATIM PUTRI DI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG” Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2.
Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
4.
Ibu Muna Erawati S.Psi, M.Si. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5.
Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik.
6.
Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
viii
7.
Pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di tempat tersebut. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 20 Februari 2017 Penulis
ix
ABSTRAK Maknun, Lukluum. 2017. “Upaya Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang”. Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dr.Muna Erawati, S.Psi, M.Si. Kata Kunci: Kemandirian Belajar, Anak Yatim Putri, Panti Asuhan Kehidupan anak yatim putri panti asuhan Aisyiyah Tuntang Kab.Semarang sangat menarik untuk dikaji, mengingat bahwa status subjek penelitian berusia anak-anak, berjenis kelamin putri dan tidak memiliki sosok ayah menjadikan betapa rentannya terhadap persoalan sosial. Seorang individu untuk tumbuh kembang secara baik memerlukan materil, emosional, sosial dan spiritual dari kedua orang tuanya. Ketika anak yatim putri panti asuhan ini kehilangan sosok ayah, maka diprediksikan bermunculah permasalahan sosial dan psikologis, antara lain: 1). Bagaimana kondisi sosial emosional anak yatim putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang? 2). Bagaimana upaya panti dalam pembentukan kemandirian belajar anak yatim putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang? 3). Apa saja hambatan pembentukan kemandirian belajar anak yatim putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang? Kemandirian belajar bukan berarti belajar sendiri, sebab perwujudannya dapat berupa belajar sendiri maupun belajar kelompok. Melalui panti asuhan anak yatim putri dididik, dibina dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangatlah penting. Data yang terbentuk kata-kata diperoleh dari informan sedangkan data tambahan diperoleh dari dokumen. Analisis data dilakukan dengan menelaah data yang ada kemudian melakukan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan data. Temuan penelitian menunjukkan bahwa : 1. Kondisi sosio-emosional anak yatim putri. a). Perkembangan sosio-emosional anak-anak (6-12) belum stabil, disebabkan lingkungan karena penyesuaian diri pada situasi baru yang ada dikehidupannya. Kondisi sosial ditandai dengan adanya perluasan hubungan, ia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya. Remaja (13-18) b). perkembangan emosional remaja sudah stabil. Perkembangan sosial ditandai dengan banyaknya kegiatan sosial yang diikuti, sehingga dapat menilai karakter sosial temannya. 2. Upaya panti untuk membentuk kemandirian anak yatim putri ada dua cara yaitu Memberikan pendidikan agama Islam dan Keterampilan kepada anak sebagai usaha untuk menciptakan pribadi yang mandiri. 3. Hambatan pengurus dalam membentuk kemandirian belajar anak yatim putri panti asuhan Aisyiyah Tuntang antara lain: a). Kurangnya pemahaman dalam menerima materi belajar b). Ketidakhadiran pengajar dalam proses pembelajaran c). Kurangnya efisiensi waktu dalam beraktifitas sehingga anak yatim putri sulit membagi waktu antara kegiatan panti dengan kegiatan sekolah.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN BERLOGO ...........................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .........................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................
v
MOTTO ......................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
viii
ABSTRAK .................................................................................................
x
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Fokus Penelitian ......................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
7
D. Kegunaan Penelitian ................................................................
8
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................
9
F. Penegasan Istilah ....................................................................
11
G. Metode Penelitian ....................................................................
16
H. Sistematika Penulisan ..............................................................
26
BAB II KAJIAN PUSTAKA .....................................................................
27
A. PANTI ASUHAN ....................................................................
27
xi
1. Pengertian Panti Asuhan ....................................................
27
2. Landasan Hukum Didirikannya Panti Asuhan ..................
28
3. Tujuan Panti Asuhan .........................................................
31
4. Fungsi Panti Asuhan ..........................................................
32
B. Anak Yatim ..............................................................................
33
1. Pengertian Anak Yatim ......................................................
33
2. Batasan Usia Anak Yatim .................................................
34
3. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim ............................
35
C. Kemandirian Belajar ................................................................
38
1. Pengertian Kemandirian Belajar .......................................
38
2. Bentuk-Bentuk Kemandirian Belajar ................................
40
3. Ciri-Ciri Kemandirian Belajar ...........................................
41
4. Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar .............
52
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN ..............................................
58
A. Gambaran Umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang .......
58
1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Putri Aisyiyah ..............
58
2. Tujuan Berdirinya Panti Asuhan Putri Aisyiyah ..............
59
3. Letak Geografis ................................................................
60
4. Visi Dan Misi Panti Asuhan Putri Aisyiyah .....................
61
5. Tata Tertib Dan Peraturan Panti Asuhan Putri Aisyiyah ..
61
6. Sarana Dan Prasarana .......................................................
66
7. Struktur Organisasi ...........................................................
67
8. Anggaran Dana ................................................................
68
xii
9. Anggota Binaan Panti Asuhan Putri Aisyiyah .................
69
10. Sumber Data ......................................................................
71
BAB IV PEMBAHASAN ..........................................................................
75
A. Kondisi Sosio-Emosional Dan Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri PA Aisyiyah ............................................................................
75
1. Anak-Anak .......................................................................
75
2. Remaja ..............................................................................
80
B. Upaya Panti Asuhan Dalam Membentuk Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang ..........................
85
1. Pendidikan Agama (Islam) ...............................................
86
2. Pendidikan Moral (Akhlak) ..............................................
87
3. Keterampilan-Keterampilan .............................................
89
C. Hambatan Yang Diperoleh Dalam Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang ................
100
BAB V PENUTUP ....................................................................................
102
A. Kesimpulan ..............................................................................
102
B. Saran .......................................................................................
106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ RIWAYAT HIDUP PENULIS .................................................................. LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tabel 3.2 Jadwal Aktivitas Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Daftar SKK
2.
Nota Pembimbing Skripsi
3.
Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
4.
Surat Keterangan Melakukan Penelitian
5.
Lembar Konsultasi
6.
Pedoman Wawancara
7.
Transkip Wawancara
8.
Dokumentasi
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah pembimbing pertama dan utama, karena dari keluarga anak pertama kali memperoleh dasar-dasar pendidikan untuk menanamkan kemandirian dalam dirinya yang penting bagi perkembangan pribadi maupun psikologis anak. Orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak. Sebab orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua melalui pendidikan dalam keluarga merupakan lingkungan pertama yang diterima anak, sekaligus sebagai pondasi bagi pengembangan kemandirian anak. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar anak dalam keluarga. Hal ini disebabkan pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak selanjutnya, dan hasil pendidikan dari orang tua sangat menentukan perkembangan anak dimasa depan.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
1
(perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S At-Tahrim:6)
Setiap anak pastilah menginginkan memiliki keluarga yang sempurna, dimana dalam satu keluarga terdapat seorang kepala keluarga yang sering disebut ayah, terdapat sosok seorang perempuan lembut dan penuh dengan kasih sayang kepada semua anggota keluarga yang tidak lain adalah ibu dan seorang buah hati atau anak. Tetapi dalam kenyataan yang terjadi di masyarakat tidak semua anak memiliki keluarga yang sempurna yang dapat membimbing, mengarahkan dan memberikan pengawasan secara langsung dari kedua orang tuanya. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adanya salah satu orang tuanya telah tiada, kedua orang tuanya telah meninggal dunia atau mereka memiliki kedua orang tua, namun kedua orang tuanya memiliki kehidupan perekonomian terbatas, sehingga mereka hidup tanpa bimbingan orang tua.
Karena itulah mereka dituntut untuk memiliki
kemandirian dalam belajar tanpa bimbingan orang tuanya. Herman
Holstein
(1987:
5)
berpendapat
bahwa
dengan
kemandirian belajar bukan berarti bahwa setiap anak belajar secara individualistik, bahkan sebaliknya, situasinya dibina untuk belajar kelompok dan setiap anak menjadi partner bagi temannya. Kemandirian belajar bukan berarti belajar sendiri, sebab perwujudannya dapat berupa belajar sendiri maupun belajar kelompok. Sejauh ada motivasi dari diri
2
sendiri yang mendorong pada kegiatan belajar, di situlah terjadi kemandirian belajar. Dengan kemandirian belajar, selain memperoleh kecakapan juga dapat mengembangkan daya kognitif yang tinggi, Ini disebabkan karena anak terbiasa dalam menghadapi tugas serta mencari pemecahan sendiri dengan menggali sumber-sumber belajar yang ada dan berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam menghadapi kesulitan belajarnya. Panti asuhan adalah salah satu Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang telah banyak membantu anak asuhnya dalam melaksanakan kewajiban menuntut ilmu. Bukan hanya itu, Panti Asuhan juga memberikan pendidikan agama, pengarahan dan pembinaan anak sebagai pembentukan kemandirian anak agar menjadi anak yang mandiri tanpa bergantung pada orang lain dan dapat membantu orang tuanya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. (Muntaha, 2012 : 2) Anak-anak yang berada di suatu lembaga sosial atau panti asuhan diharapkan untuk bisa mandiri dalam hal apapun baik dalam aktivitas sehari - hari maupun belajar. Dengan belajar anak mampu mengetahui segala sesuatu, dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan memiliki kepribadian yang tangguh. Belajar adalah kegiatan yang disengaja dan terarah untuk menuju suatu tujuan. Kegiatan belajar dilakukan dengan kesadaran dan dilandasi oleh beberapa pertimbangan yang matang. Tanpa kesadaran yang baik dan aspek - aspek kejiwaan yang berkaitan, maka kegiatan belajar
3
kemungkinan kurang atau bahkan tidak akan memberi hasil yang memuaskan. Di samping itu kondisi lingkungan, faktor kemauan dan ketangguhan hati dari anak tidak dapat diabaikan. Kebanyakan dari anak sendiri masih memerlukan bimbingan, pengarahan dan pengawasan dari orang dewasa yang berada di panti asuhan tersebut. Dalam membina anak asuh, panti asuhan mengadakan kegiatankegiatan rutin, seperti pengarahan serta bimbingan. Di panti asuhan mereka tidak hanya mendapatkan pendidikan saja melainkan juga mendapatkan perlindungan dan pelayanan yang baik serta fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh panti asuhan. Selain itu Panti Asuhan juga memberikan perhatian dengan memberikan kasih sayang serta nasihatnasihat yang bermanfaat. Tidak sekedar kasih sayang dan pendidikan saja yang diberikan namun diajarkan juga bagaimana cara berwirausaha dan mengembangkan bakat anak asuh dalam hal kesenian. Fungsi panti asuhan adalah sebagai lembaga sosial yang dimana anak-anak tercukupi kebutuhan sehari-hari, dilatih dan diberikan bekal keterampilan sesuai apa yang anak asuh miliki. Panti asuhan didirikan agar anak-anak dapat menjadi generasi penerus bangsa dan tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas dan mandiri. Panti asuhan mengajarkan anak asuhnya untuk hidup mandiri dan berdisiplin waktu. Pada umumnya masyarakat berharap pendidikan dan pengasuhan di lembaga panti asuhan dapat menjamin tumbuh kembang anak dengan baik mengingat pendidikan dan pengasuhan di panti asuhan lebih
4
sistematis (sebagaimana pendidikan di pesantren). Sejak awal status anak yang berada di panti asuhan diprediksikan dapat menumbuhkan sikap kemandirian yang lebih awal dibandingkan anak yang mempunyai orang tua, sebab mereka terbiasa tidak dapat menggantungkan atau bergantung sepenuhnya pada orang lain. Tetapi, dalam kehidupan sehari-hari di panti asuhan, peneliti menjumpai adanya anak-anak yang belum cukup mandiri dalam belajar, para penguruslah yang ekstra keras untuk mendorong dan mendisiplinkan mereka. Diantaranya, mereka masih merasa kesulitan dalam membagi waktu antara kegiatan sekolah dan kegiatan yang ada di panti asuhan, sering pulang tidak tepat waktu, dan kurangnya kesadaran dalam belajar. Berdasarkan paparan di atas penulis bermaksud mengungkapkan bagaimana upaya pembentukan kemandirian belajar anak yatim dipanti asuhan putri Aisyiyah Tuntang kab. Semarang. Selanjutnya penelitian ini penulis tuangkan dalam bentuk tulisan yang berjudul “UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG ”. A. Fokus Penelitian Kehidupan anak yatim di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kec. Tuntang Kab. Semarang sangat menarik untuk dikaji, mengingat bahwa anak-anak di sana memiliki kondisi atau status sebagai anak tanpa ayah, dan mereka hidup di Panti.
5
Status subjek penelitian yang berusia anak-anak, berjenis kelamin putri dan tidak memiliki sosok bapak menjadikan betapa rentannya mereka terhadap persoalan-persoalan sosial. Seorang individu untuk bertumbuh kembang secara baik memerlukan materiil, emosional, sosial dan spiritual dari kedua orang tuanya. Ketika anak-anak Putri Panti Asuhan ini kehilangan sosok ayah, maka diprediksikan bermunculah permasalahanpermasalahan sosial dan psikologis, untuk itu penelitian ini mengungkap, “ Bagaimana kondisi sosial emosional dan kemandirian belajar anak yatim putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?” Kemandirian belajar bukan berarti belajar sendiri, sebab perwujudannya dapat berupa belajar sendiri maupun belajar kelompok. Sejauh ada motivasi dari diri sendiri yang mendorong pada kegiatan belajar, di situlah terjadi kemandirian belajar. Dengan kemandirian belajar, selain memperoleh kecakapan juga dapat mengembangkan daya kognitif yang tinggi. Melalui panti suhan anak-anak panti asuhan dididik, dibina dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan kepercayaan diri berdasarkan pengetahuan dan berbagai aktivitas yang dilakukan secara terus menerus sehingga psikologis anak secara tidak langsung dapat terbentuk. untuk itu penelitian ini mengungkap “Bagaimana peran Panti Asuhan dalam pembentukan kemandirian belajar anak yatim putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?”
6
Adapun kehidupan sehari-hari di panti asuhan, peneliti menjumpai adanya anak-anak yang belum cukup mandiri dalam belajar, para penguruslah yang ekstra keras untuk mendorong dan mendisiplinkan mereka. Diantaranya, mereka masih merasa kesulitan dalam membagi waktu antara kegiatan sekolah dan kegiatan yang ada di panti asuhan misalnya, sering pulang tidak tepat waktu, dan kurangnya kesadaran dalam belajar. Untuk itu penelitian ini mengungkap “Apa saja hambatan dalam membentuk kemandirian belajar anak yatim putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?” B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui kondisi sosial emosional dan kemandirian belajar anak yatim putri di Panti Asuhan Aisyiyah kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
2.
Untuk mengetahui Peran Panti Asuhan dalam membentuk kemandirian belajar anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
3.
Untuk mengetahui apa saja hambatan yang diperoleh dari tingkat kemandirian belajar anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
7
C. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. 1. Manfaat Teoretis a. Penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam pembentukan kemandirian belajar anak yatim di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang b. Dapat dijadikan informasi-informasi awal untuk dilakukan kajian lebih lanjut dalam rangka penyempurnaan karya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi awal kepada pihak-pihak terkait seperti Dinas Sosial, Pemerintah Daerah, Kecamatan atau Organisasi Aisyiyah sebagai penanggung jawab keberadaan panti asuhan serta semua pihak yang terkait dengan keberadaan panti asuhan. D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan hal yang penting karena akan menjadi acuan dasar dan sebagai pembeda terhadap penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Telaah pustaka ini peneliti ambil dari buku dan penelitian-penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang penulis jadikan telaah pustaka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
8
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Muntaha dengan judul “Pendidikan Kemandirian Anak-Anak Yatim Piatu Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga Tahun 2012.” Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam membentuk kemandirian anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga tahun 2012, Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam pendidikan kemandirian anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga tahun 2012 dan Untuk mengetahui solusi yang ditempuh untuk mengatasi problematika yang muncul dalam pendidikan kemandirian anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga tahun 2012. Perbedaan skripsi Muntaha dengan skripsi ini adalah skripsi Muntaha menjelaskan pendidikan kemandirian Anak-Anak Yatim Piatu sedangkan penelitian ini menjelaskan pembentukan kemandirian belajar anak yatim, skripsi Muntaha subjek penelitiannya adalah Anak-Anak Yatim Piatu Putra maupun putri sedangkan dalam penelitian ini, subjek penelitian ini hanyalah anak Putri saja. Muntaha meneliti upaya yang dilakukan untuk melatih kemandirian, santri asuh diberi pendidikan yang dibutuhkan di masyarakat yang sifatnya fisik, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan ini bahwa anak asuh di beri pendidikan kemandirian eksrakurikuler berupa keterampilan. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Putri Ariani dengan judul “Upaya Pembinaan Kemandirian Di Panti Asuhan (Sinar Melati IV)
9
Berbah Sleman Yogyakarta Untuk Mempersiapkan Masa Depan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep kemandirian yang dilakukan oleh panti asuhan dalam pembinaan kemandirian anak yatim piatu untuk mempersiapkan masa depan. Perbedaan skripsi Putri Ariani dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah dalam skripsi Putri Ariani terdapat konsep kemandirian yang diterapkan oleh pengurus panti asuhan terhadap anak asuh. salah satu buktinya dengan pengurus panti terbuka untuk siapa saja mengajarkan kepada anak asuhnya dalam hal apa saja. Pengurus panti asuhan juga memberikan kesempatan untuk para warga masyarakat dan dermawan untuk mengajarkan memasak. Pengurus panti asuhan tidak menolak anak asuhnya tersebut diajarkan memasak oleh warga masyarakat dan para dermawan yang berkunjung, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan ini bahwa pengurus panti hanya terbuka kepada relawan untuk mengajarkan kepada anak asuh dalam hal apapun. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Nur Habib dengan judul “Pembinaan Akhlak Anak Asuh di Panti Asuhan Yatim Piatu Putra Islam An-Nur Bantulkarang Ringinharjo Bantul”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembinaan keagamaan, shalat lima waktu, tahfidz, puasa sunnah senin kamis dan lain-lain, dengan mengggunaan metode pembinaan akhlak serta pendampingan belajar. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah anak-anak asuh dalam pembentukan kemandirian belajar melalui bimbingan pengurus yang dilakukan secara berulang-ulang.
10
Dari sejumlah kajian pustaka yang dilakukan, penulis tidak menemukan kajian mengenai Pembentukan Kemandirian Belajar Anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiah kecamatan Tuntang kabupaten Semarang. Sehingga penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dan memiliki orisinilitas yang dapat dipertanggungjawabkan. E. Penegasan Istilah Dalam skripsi yang berjudul, “Pembentukan Kemandirian Anak Dalam Belajar Di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang” ini perlu penegasan guna untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam mengartikan sehingga akan lebih mudah dipahami setelah dijelaskan lebih lanjut secara terperinci. 1.
Panti Asuhan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:646) Panti Asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu dan sebagainya. Menurut Depsos RI (2004: 4), panti sosial asuhan anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas,tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadianya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari
11
generasi penerus cita- cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa panti asuhan merupakan salah satu lembaga perlindungan anak yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap hak anak-anak sebagai wakil orang tua dalam memenuhi kebutuhan mental dan sosial pada anak asuh agar mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri sampai mencapai tingkat kedewasaan yang matang serta mampu melaksanakan perannya sebagai individu dan warga negara di dalam kehidupan bermasyarakat. 2.
Anak Yatim Keluarga inti adalah suatu unit sosial yang paling kecil dalam masyarakat. Keluarga yang beranggotakan ayah, ibu dan anak-anaknya
merupakan
suatu
keseluruhan
yang
saling
mempengaruhi diantara sesamanya. Bertambah atau berkurangnya anggota keluarga akan mempengaruhi suasana keluarga, secara keseluruhan akan memberi dampak pada perasaan pemikiran dan perilaku-perilaku anggotanya. Khusus mengenai kematian ayahnya, ibu dan keduanya dengan sendirinya akan memberi pengaruh terhadap keluarganya secara keseluruhan dan juga terhadap anakanak yang ditinggalkan. Islam sangat menganjurkan untuk merawat anak-anak yang tidak lagi mempunyai orang tua. Islam tidak hanya mewasiatkan atau
12
menjelaskan ketidakberdayaan mereka saja, tetapi juga merinci wasiat-wasiat ini dan menyeru pada tiga hal yang berkenaan dengan anak yatim ini, yaitu bersikap kasih sayang terhadap mereka, melindungi kekayaan mereka apabila mereka mempunyai harta dan memberi nafkah mereka apabila tidak mempunyai harta yang cukup.
ِ وى ْم فَِإ ْخ َوانُ ُك ْم َ َفِي الدُّنْيَا َو ْاْل ِخ َرِة َويَ ْسأَلُون ُ ُح ل َُه ْم َخ ْي ٌر َوإِ ْن تُ َخالط ْ ِك َع ِن الْيَتَ َام ٰى قُ ْل إ ٌ ص ََل ِ واللَّو ي علَم الْم ْف ِس َد ِمن الْم اء اللَّوُ ََلَ ْعنَتَ ُك ْم إِ َّن اللَّ َو َع ِز ٌيز ْ ُ َ ُ ُ َْ ُ َ َ صل ِح َول َْو َش ِ ﴾٢٢۰:يم ﴿البقرة ٌ َحك Artinya: Tentang dunia dan akhirat dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah : “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu, dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S AlBaqarah :220) Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak yatim adalah anak yang telah kehilangan bapaknya disebabkan meninggal dunia.
13
3.
Kemandirian Belajar Kemandirian belajar merupakan perilaku yang ada pada seseorang yang belajar karena dorongan dari dalam diri sendiri bukan karena pengaruh luar. Dengan kemandirian seseorang mampu menunjukkan adanya pengaruh dari dalam terhadap pengendalian dirinya. Kemandirian merupakan perilaku yang diarahkan oleh diri sendiri dan tidak mengharapkan bantuan dari orang lain, bahkan ia ingin mencoba memecahkan masalahnya sendiri. Anung Haryono (2005:75) memberikan definisi kemandirian belajar sebagai suatu sistem belajar mandiri, merupakan sistem pembelajaran yang didasarkan kepada kedisiplinan terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh siswa disesuaikan oleh keadaan perorangan siswa, waktu yang dimiliki dan keadaan sosial ekonominya. Sedangkan menurut Jerold E. Kemp (1994 : 154) Metode belajar yang sesuai dengan kecepatan sendiri juga disebut belajar mandiri. Pengajaran sendiri atau belajar dengan mengarahkan diri sendiri. Siswa diharapkan lebih banyak belajar mandiri atau kelompok dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain. Semua itu diperlukan kemampuan, kemauan yang kuat dan disiplin yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan belajar. Kemauan yang keras akan mendorong untuk tidak putus asa dalam menghadapi
14
kesulitan, sedangkan disiplin yang tinggi diperlukan supaya kegiatan belajarnya sesuai dengan jadwal yang diatur sendiri. Kemandirian belajar bukan berarti belajar sendiri, sebab perwujudannya dapat berupa belajar sendiri, belajar kelompok dan klasikal. Sejauh ada motivasi diri yang mendorong kegiatan belajar disitulah terjadi kemandirian belajar. Herman Holstein (1987: 5) berpendapat bahwa dengan mandiri bukan berarti murid-murid belajar secara individualistik bahkan sebaliknya situasinya dibina untuk belajar kelompok dan setiap anak menjadi patner temannya. Dalam belajar kelompok ditanamkan rasa kebersamaan, kesadaran untuk bekerja sama saling membantu dan mengoreksi tanpa rasa tersinggung menghargai pendapat temannya. Hal ini berarti mengarahkan anak untuk menjadi anggota masyarakat yang pandai bermasyarakat serta demokratis disamping dapat belajar tanpa memerlukan guru. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah sikap yang menunjukkan pada kesadaran belajar dari diri sendiri sehingga bertanggung jawab sepenuhnya dengan proses belajar tersebut.
15
F. Metode Penelitian 1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian yang berjudul Upaya Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Yatim Di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang bertujuan untuk mengungkapkan dan menggambarkan secara realistis dan faktual fakta-fakta yang berkenaan dengan pelaksanaan Upaya Pembentukan Kemandirian Belajar di Panti Asuhan Aisyiyah. Oleh karenanya pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Sugiono (2006:15) metode penelitian kualitatif adalah
metode
penelitian
yang
berlandaskan
pada
filsafat
pospositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Pengambilan sample, sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan
triangulasi
(gabungan),
analisis
data
bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari generalisasi. 2.
Kehadiran Peneliti Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian maka peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian
16
sampai memperoleh data-data yang diperlukan. Dalam penelitian kualitatif ini seorang peneliti menjadi instrumen. 3.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang, Kab. Semarang. Selain letaknya yang strategis, alasan lain pemilihan tempat penelitian adalah berkaitan dengan upaya meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap anak-anak yatim piatu dan anakanak yang kurang beruntung, serta menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya upaya pembentukan kemandirian belajar bagi anak-anak yang tinggal di panti asuhan. Di Panti Asuhan Aisyiyah memiliki kegiatan yang teratur dan struktur organisasi yang terprogram dan berjalan dengan lancar.
4.
Sumber Data a. Data Primer Menurut Sugiono data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitia dan juga sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (2010: 137). Hal ini tercermin dengan adanya kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.
Peneliti
menggunakan
data
ini
untuk
mendapatkan informasi langsung tentang Upaya Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri Di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
17
b. Data sekunder Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai
dokumen-dokumen
resmi
dari
berbagai
instansi
pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badanbadan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survei, studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui studi pustaka dan wawancara langsung kepada anak asuh, pengurus dan pengasuh yang bersinggungan dengan Upaya Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri Di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. 5.
Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah) sumber daya primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, berperan serta (partisipan observation), wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi (Sugiono, 2006:309) Menurut
Lexy
J.Moleong
(Moleong,
2002:125-163)
metode yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu
18
pengamatan,
wawancara,
catatan
lapangan
dan
penggunaan
dokumen. Namun demikian penggunaanya harus disesuaikan dengan penelitian yang sedang dilakukan sehingga ada kecocokan. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah: a.
Observasi Metode Observasi adalah suatu metode penelitian yang digunakan dengan jalan pengamatan suatu obyek dengan seluruh indra. Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, pengecap dan peraba (Arikunto, 1998: 146). Teknik yang pertama digunakan sebagai alat pengumpul data yang digunakan untuk menggali dariresponen penelitian. Aspek sosiologis maupun keagamaan dari setiap responden akan sangat diperhitungan guna memperoleh informasi yang jelas terutama yang berkaitan dengan Pembentukan Kemandirian Belajar Anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiah kecamatan Tuntang kabupaten Semarang. Metode ini digunakan penulis sebagai metode utama dalam mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini (Arikunto, 1998: 146). Jalan yang dilakukan penulis yaitu dengan cara pengamatan langsung mengenai kegiatan belajar mengajar Pembentukan Kemandirian Belajar Anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiah kecamatan Tuntang kabupaten Semarang. Lebih fokus lagi metode yang
19
digunakan adalah pendekatan pengamatan peserta yaitu, pendekatan yang bercirikan suatu periode interaksi sosial intensif antara peneliti dengan subyeknya, di dalam lingkungan subyek tersebut. b.
Wawancara Teknik
wawancara
merupakan
salah
satu
cara
pengumpulan data dalam penelitian, karena menyangkut data maka wawancara menjadi elemen penting dalam proses penelitian (Bagong, 2006:70). Wawancara bisa diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka.
Namun
demikian
tehnik
wawancara
ini
dalam
perkembanganya tidak harus dilakukan secara berhadapan langsung, melainkan dapat dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain. Teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara bertanya langsung kepada responden, untuk mendapatkan data tersebut penulis menggunakan metode wawancara mendalam kepada pengasuh, pengurus, dan para anak asuh, metode ini digunakan peneliti sebagai metode bantu dalam melakukan observasi (Moleong, 2002: 135), Yang bertujuan untuk menggali ketarangan-ketarangan dan informasi yang terkait dengan Pembentukan Kemandirian Belajar Anak yatim Putri di
20
Panti
Asuhan
Aisyiyah
kecamatan
Tuntang
kabupaten
Semarang. c.
Dokumentasi Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk menggali informasi dari media cetak, internet maupun dokumen-dokumen kepustakaan lainya yang mendukung erat dengan kaitanya masalah yang diteliti. Namun dalam penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan dokumen pribadi yaitu tempat orang mengungkap dengan kata-kata sendiri, pandangan mereka tentang seluruh kehidupan mereka atau beberapa aspek tentang mereka sendiri (Furchan, 1992: 25). Dokumen pribadi anak asuh di atas antara lain, buku pelajaran di sekolah maupun buku pelajaran di panti yang digunakan belajar, serta hasil tes evaluasi anak asuh baik berupa lisan maupun tulisan.
6.
Analisis Data Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian, sebab dari hasil analisis inilah dapat dijadikan jawaban dalam memecahkan masalah dalam penelitian. Analisisnya adalah dengan menggunakan analisis deskriptif. Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data dimulai sejak pengumpulan data sedang berlangsung.
21
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik yang dilakukan oleh Miles dan Huberman dalam (Sugiono 2006:337). Adapun dalam penerapannya adalah sebagai berikut: a.
Analisis selama pengumpulan data Kegiatan analisis data ini dapat dimulai setelah penulis memahami fenomena sosial yang sedang diteliti. Langkahlangkahnya adalah sebagai berikut: 1)
Menetapkan fokus penelitian (rumusan masalah)
2)
Menyusun temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul.
3)
Pembuatan rencana-rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan data yang telah terkumpul.
4)
Pembuatan rencana-rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan
temuan-temuan
pengumpulan
data
sebelumnya. 5)
Penerapan sasaran pengumpulan data (informan, situasi, dokumen, dan lain-lain).
b.
Reduksi data Dalam reduksi data ini penulis memilih data-data yang telah diperoleh selama melakukan proses penelitian. Hal ini bisa dilakukan
dengan
menajamkan,
mengorganisasikan
sehingga kesimpulan finalnya dapat dicek kembali.
22
data
c.
Penyajian data Langkah ini dapat dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasana
berbentuk
naratif,
sehingga
memerlukan
penyederhanaan tanpa mengurangi isinya. d.
Menarik kesimpulan (verifikasi) Kegiatan analisis berikutnya yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Mulai dari mencari pola, tema, hubungan, permasalahan, hal-hal yang sering timbul, dan sebagainya. Dari data tersebut diambil kesimpulan serta memverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali data yang telah diperoleh.
7.
Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data dilakukan agar data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif tidak menjadi biasa dan memenuhi kriteria keilmiahan. Dalam penelitian ini kriteria keabsahan data beserta teknik pemeriksaanya menggunakan sumber data dan teknik pengambilan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding itu (Moleong,
23
1989:195). Sedangkan menurut Sugiono (2009 : 372) triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan jalan membandingkan dan mengecek informasi atau data yang diperoleh dari wawancara dengan hasil pengamatan. Demikian pula sebaliknya data yang diperoleh dari pengamatan dibandingkan dan dicek melalui wawancara. 8.
Tahap-tahap Penelitian a.
Pra Penelitian Sebelum melakukan penelitian, penulis mengkaji bukubuku yang berkaitan dengan pembentukan kemandirian belajar. Selain itu, dalam tahap ini terdapat beberapa kegiatan yaitu penentuan fokus penelitian, persiapan alat dan penelitian yang mencakup observasi lapangan, serta permohonan ijin kepada subjek yang diteliti.
b.
Penelitian Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang pembentukan kemandirian belajar, kemudian penulis melakukan observasi ke obyek penelitian untuk melihat secara langsung pola pembentukan kemandirian belajar di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
24
c.
Pelaporan Pada tahap ini kegiatan meliputi penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan
saran-saran
demi
kesempurnaan
skripsi
yang
kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut untuk disempurnakan. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi. G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman secara komprehensif, maka dalam penulisan ini perlu adanya sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan, meliputi latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penlitian, dan sistematika penulisan penelitian. Bab II menjelaskan tentang Pembentukan Kemandirian Belajar Anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang di dalamnya meliputi, tinjauan panti asuhan, tinjauan anak yatim dan tinjauan kemandirian belajar.
25
Bab III menjelaskan tentang gambaran umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, dan Pembentukan Kemandirian Belajar Di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Bab IV merupakan analisis tentang Upaya pembentukan kemandirian belajar Anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah kecamatan Tuntang kabupaten Semarang. Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari hasil tentang Upaya Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri Di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
26
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Panti asuhan 1. Pengertian panti asuhan Menurut kamus besar bahasa Indonsia, panti asuhan berarti rumah atau tempat untuk memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu dan sebagainya (Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2007:826). Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) menjelaskan bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga sosial yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memelihara, merawat dan memenuhi segala kebutuhan anak asuhnya
27
sebagai pengganti orang tua dalam keluarga sehingga mereka dapat memperoleh kesempatan yang memadai untuk perkembangan kepribadian anak asuh. 2. Landasan hukum didirikannya panti asuhan Landasan hukum didirikannya panti asuhan antara lain: a. Al- Qur’an 1) QS. Al-Ma’un ayat 1-3
َ أرأَي ُّ)وال َيحُ ض٢( ) َف َذل َِك الَّذِي َي ُدعُّ ا ْل َيتِي َم١( ين َ َ ِ ْت الَّذِي ُي َك ِّذبُ ِبال ِّد )٣(ِين ِ َع َلى َط َع ِام ْال ِمسْ ك Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS. AlMa’un: 1-3) Anak yatim adalah anak yang paling membutuhkan pertolongan dan kasih sayang, karena ia telah kehilangan seorang ayah pada saat ia membutuhkan kehadirannya. Ia telah kehilangan sosok yang mencari nafkah untuknya. Karena itu, Islam mendorong umatnya untuk menyayangi anak-anak yatim (M.Alaika Salamulloh, 2008:43).
28
2) QS. An-Nisa’ ayat 58
ِ َإِ َّن اللَّ َو يأْمرُكم أَ ْن تُ َؤدُّوا ْاَلَمان ِ َى أ َْىلِ َها َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْي َن الن َّاس أَ ْن ٰ ات إِل َ ْ ُُ َ ِ تَ ْح ُكموا بِالْع ْد ِل ۗ إِ َّن اللَّ َو نِِع َّما ي ِعظُ ُكم بِِو ۗ إِ َّن اللَّ َو َكا َن س ِميعا ب ص ًيرا َ ُ َ ً َ ْ َ Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Q.S An-Nisa’ 58) Memberikan hak fakir miskin adalah kewajiban mutlak dan mengikat bagi setiap orang yang diberi kelebihan rezeki oleh Allah. Maksud kelebihan rezeki disini adalah kelebihan rezeki setelah digunakan untuk menutupi kebutuhan pokoknya. Setelah kebutuhan pokok terpenuhi dan masih ada sisa harta, sisa harta itulah yang sepatutnya dibagi-bagikan
kepada
yang
berhak
menerimanya.
Termasuk yang harus diprioritaskan adalah kaum fakir miskin (M. Alaika Salamun, 2008;61).
29
b.
Undang-undang Dasar 1945 1) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara (Pasal 34 ayat 1). 2) Undang-undang No.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak a) Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial (Pasal 9). b) Orang tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya sebagaimana
termaksud
dalam
pasal
9,
sehingga
mengakibatkan timbulnya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dicabut kuasanya sebagai orang tua terhadap anaknya. Dalam hal itu ditunjuk orang atau badan sebagai wali (Pasal 10 ayat 1). 3) Undang-undang N0. 23 tahun 2004, pasal 4 tentang perlindungan anak Setiap anak berhak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat
dan
martabat
kemanusiaan,
serta
mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. (Departemen Sosial Republik Indonesia, 2004:7-8)
30
3. Tujuan panti asuhan Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997:6) yaitu: a. Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan kepada profesi pekerjaan sosial pada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai ketrampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat. b. Tujuan penyelengaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti
asuhan
adalah
terbentuknya
manusia-manusia
yang
berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan kepada anak asuh agar memiliki kepribadian matang dan berdedikasi, dan memiliki keterampilan
kerja
yang
keluarganya.
4. Fungsi panti asuhan
31
mampu
menopang
hidupnya
dan
Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997:7) panti asuhan mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan, pengembangan dan pencegah. b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak. c. Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi
penunjang).
melaksanakan
Panti
fungsi
asuhan
keluarga
sebagai dan
lembaga
masyarakat
yang dalam
perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja. Menurut Achmadi (2003:15) Panti asuhan tidak hanya menerima anak-anak yang tidak memiliki orang tua, atau salah satu orang tuanya meninggal dunia tetapi panti asuhan juga menerima anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan fisik, psikis, dan sosialnya diantaranya: a. Anak yatim atau piatu atau yatim piatu. b. Anak dari keluarga miskin. c. Anak dari keluarga pecah (broken home). d. Anak dari keluarga bermasalah. e. Anak yang lahir di luar nikah atau terlantar. f. Anak yang terlantar karena ditinggal kerja oleh orang tuanya. 32
g. Anak yang mendapatkan perlakuan salah (child abuse). Dengan demikian, fungsi panti asuhan adalah sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak, sebagai pusat data, informasi dan konsultasi kesejahteraan anak, serta sebagai pusat pengembangan keterampilan.
B. Anak Yatim 1. Pengertian anak yatim Menurut Raghib Al-Isfahami dalam buku Ensiklopedi hukum Islam karya Dahlan Abdul Azizi (1996 : 1962) seseorang ahli kamus al-Qur’an, bahwa istilah yatim bagi manusia digunakan untuk orang yang ditinggal mati ayahnya dalam keadaan belum dewasa. Menurut Peter Salim dan Yenny Salim dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer (1991 : 1727) mengatakan bahwa tidak beribu atau tidak berbapak, atau tidak mempunyai ibu dan bapak, tetapi sebagian menyebutkan sebutan untuk anak yatim ialah untuk anak yang bapaknya meninggal. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat ayahnya, sedang ia belum berada pada usia dewasa, atau belum mencapai usia baligh dan belum dapat mengurusi dirinya sendiri dengan baik. Baligh dalam ajaran
33
islam merupakan batasan usia dari masa kanak-kanak beralih kepada masa dewasa. 2. Batasan usia anak yatim a. Menurut Islam
ِ ِ ِال الْيَت َّى يَ ْب لُ َغ أَ ُشدَّه ۗ َوأ َْوفُوا بِال َْع ْه ِد ۗ إِ َّن ال َْع ْه َد َكا َن َ َوََل تَ ْق َربُوا َم ٰ َح َس ُن َحت ْ يم إََِّل بِالَّتِي ى َي أ وَل ً َُم ْسئ Artinya: Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung jawabnya. (Q.S Al-Isra’ :34) احتِالَم ْ الَيُ ْت َم بَ ْع َد “Tidak ada keyatiman setelah baligh” (Hadits Sunan Abu Dawud). Baligh menurut Islam apabila telah mengalami mimpi basah bagi laki-laki dan telah mengalami haid bagi perempuan. b. Menurut Psikologi Menurut ilmu psikologi dijelaskan bahwa siklus kehidupan manusia khususnya pada tingkatan masa kanak-kanak menuju masa yang dapat dikatakan dewasa itu diantaranya sudah melewati masa kanak-kanak dan masa remaja. Adapun masa kanak-kanak dan remaja adalah terdiri dari masa kanak-kanak awal, pertengahan dan akhir, lalu remaja awal, madya dan remaja akhir. Dan berikut
34
ini adalah batasan usia masa kanak-kanak dan masa remaja (Gunarsa & D. Gunarsa 1989 : 88) yakni: 1) Anak-anak awal (0-3 tahun) 2) Anak-anak madya (3-7 tahun) 3) Anak-anak akhir (7-12 tahun) 4) Remaja dini (12-15 tahun) 5) Remaja madya (15-17 tahun) 6) Remaja akhir (17/18-21 tahun) c. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Undang - undang no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1 ayat (1), “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Artinya batas usia dewasa menurut aturan ini adalah 18 tahun ke atas. Dengan demikian batasan usia anak yatim menurut penelitian ini adalah yang belum berusia delapan belas tahun (di bawah usia delapan belas tahun). 3. Pandangan Islam terhadap anak yatim Islam memberikan perhatian khusus terhadap diri anak yatim karena
kecilnya
dan
ketidakmampuannya
untuk
menjalankan
kemaslahatan yang menjamin kebahagiaan hidup di masa depan, dengan perhatian ini, umat dapat menghindarkan kejahatan atau bahaya yang mengancam mereka, seperti mereka tidak bisa
35
memperoleh pendidikan karena kehilangan orang tua yang mengasuh, mendidik dan memeliharanya (Mahmud Syaltut 1990 : 348). Hadits riwayat Imam Bukhari سول ُ ه صلهىْ ه ِْيمْفِي َ ْأَ َن:َّْللاُْ َعلَيه َِْو َسله َم َ َِّْْللا ُ ْر َ َ ْ َقال:َْسعدٍْ َقال َ ْسه ٍلْب ِن َ َْْعن ِ اْو َكافِلُْال َيت َ ْىْو َف هر َجْ َبي َن ُه َما َ َْوأ،ْا شي ًئا َ ِْوال ُوس َط َ الس هبا َبة ارْ ِب ه َ ش َ ال َج هنةِْ َه َك َذ Dari Sahl bin Sa’ad r.a berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta merenggangkan keduanya” (HR al-Bukhari no. 4998 dan 5659). Dalam ayat lain Allah menegaskan dalam surat An-Nisa’ ayat 36 sebagai berikut :
Artinya : Janganlah kamu menyembah selain Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah pada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, Ibnu
36
sabil dan hamba sahaya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang sombong dan membangga-banggakan diri. Pada ayat ini Allah mengisyaratkan kepada manusia agar selalu berbuat baik kepada anak yatim, memperhatikan dan mengurus anak-anak yatim itu berarti memperhatikan pembangunan umat, dan ketidak pedulian terhadap mereka (anak yatim) berarti membuka pintu masuknya kejahatan yang dapat menodai dan merusak citra dan kehormatan umat tersebut. Mendidik anak yatim pada dasarnya adalah memberikan bimbingan dan pembinaan agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan baik. Pasalnya, banyak pemelihara anak yatim yang meremehkan masalah ini serta menzhalimi anak yatim. Keadaan seperti inilah justru akan menimbulkan masalah sosial dalam masyarakat (Ummu Abdillah 2004 : 55). Demikian pandangan Islam bahwa pendidikan anak-anak yatim itu merupakan permasalahan yang harus mendapat perhatian khusus dari seluruh lapisan masyarakat, mereka adalah kelompok anak-anak yang harus dilindungi karena statusnya yang sangat rentan terhadap perlakuan yang tidak adil.
C. Kemandirian Belajar 1.
Pengertian Kemandirian Belajar
37
Menurut Holstein (1994 : 1), Kemandirian merupakan suatu hal yang penting yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat berdiri sendiri dengan kaki (berdikari) tanpa harus bergantung kepada orang lain. Seseorang dikatakan mandiri apabila orang tersebut mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Kemandirian disebut juga sebagai kesakaryaan (kegiatan sendiri). Thoha (1996 : 121) berpendapat, bahwa kemandirian merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya . Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kemandirian
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
memenuhi
kebutuhannya sendiri baik fisik maupun psikis tanpa bantuan dari orang lain. Sedangkan
Menurut
Rousseau
sebagaimana
dikutip
Sukmadinata (2003:168) menyatakan bahwa pengertian kemandirian belajar yaitu, anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Anak mempunyai kekuatan untuk mencari sendiri, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Menurut Sukmadinata (2003:165-166), beberapa prinsip belajar sebagai berikut:
38
1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan. 2) Belajar berlangsung seumur hidup. 3) Belajar berlangsung disetiap tempat dan waktu. 4) Belajar dapat berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru. 5) Belajar karena tuntutan motivasi. Kemandirian dalam belajar perlu diberikan kepada anak agar mereka mampu tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dan mengembangkan kemampuan belajar atas kemampuan sendiri. Sikap tersebut perlu dimiliki anak karena hal tersebut merupakan kedewasaan orang terpelajar. Menurut
Sumahamijaya
(2001:78)
menekankan
bahwa
kemandirian adalah sikap mental berdiri sendiri tercermin dalam rasa tanggung jawab, percaya diri, inisiatif, dan tidak mengelak dari keharusan mengambil resiko yang sepantasnya serta tidak mengelak keharusan bersaing. Dijelaskan pula mengenai aspek kemandirian yaitu: 1) Tidak tergantung pada orang lain. 2) Mempunyai kemampuan yang keras untuk mencapai tujuan hidupnya. 3) Tidak suka menunda waktu, rajin, dan tidak mudah putus asa. 4) Mempunyai ide atau gagasan dan berusaha untuk mempertahankan argumen logisnya.
39
2.
Bentuk-Bentuk Kemandirian Belajar Havighurts
dalam
(Desmita,
2009:185)
membedakan
kemandirian atas empat bentuk kemandirian, yaitu: 1) Kemandirian emosional, yaitu kemampuan mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantungnya emosi pada orang lain. 2) Kemandirian ekonomi, yaitu mampu mengatur ekonomi sendiri dan tidak tergantung kebutuhan ekonomi pada orang lain. 3) Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. 4) Kemandirian sosial, yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang lain. Sementara itu Steinberg sebagaimana yang dikutip (Desmita, 2009:186) membedakan kemandirian menjadi tiga bentuk, yaitu: a) Kemandirian emosional, yaitu aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu. b) Kemandirian tingkah laku, yaitu suatu kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung kepada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab. c) Kemandirian nilai, yaitu kemampuan memakai seperangkat prinsip tentang salah dan benar, tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting.
40
Dari pendapat kedua tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk kemandirian ada 3 yaitu kemandirian emosional, kemandirian tingkah laku dan kemandirian nilai.
3.
Ciri-Ciri Kemandirian Belajar Orang yang mandiri akan dapat menemukan sendiri apa yang harus
dilakukan,
menentukan
dalam
memilih
kemungkinan-
kemungkinan dari hasil perbuatan dan dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalahnya tanpa mengharapkan bantuan orang lain. Begitu juga dalam kemandirian anak, tentunya tidak akan terlepas dari karakteristik yang menandainya bahwa seorang anak sudah bisa dikatakan mandiri atau belum. Seperti yang dikemukakan Thoha (1996 : 122) sebagai berikut: a. Seseorang
mampu
mengembangkan
sikap
kritis
terhadap
kekuasaan yang datang dari luar dirinya. Artinya, tidak segera menerima begitu saja pegaruh orang lain tanpa dipikirkan terlebih dahulu segala kemungkinan yang akan timbul. b. Adanya kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas tanpa dipengaruhi orang lain. Menurut pendapat Kartono (1985 : 137) keterampilan memecahkan masalah merupakan keterampilan yang sangat penting
41
jadi, kemampuan dan keterampilan memecahkan masalah banyak penting untuk menolong orang lain tetapi juga menolong diri sendiri. Menurut Sufyarman (2003 : 51-52) orang-orang mandiri dapat dilihat dengan indikator antara lain: a. Progresif dan ulet seperti tampak pada mengejar prestasi, penuh ketekunan b. merencanakan dan mewujudkan harapan-harapannya. c. Berinsiatif, yang berarti mampu berfikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif. d. Pengendalian diri dalam adanya kemampuan mengatasi masalah yang dihadapi mampu mengendalikan tindakan serta kemampuan mempengaruhi lingkungan atas ulahnya sendiri. e. Kemampuan diri, mencakup dalam aspek percaya pada diri sendiri. f. Memperoleh kepuasan atas ulahnya sendiri. Dari pendapat ketiga tokoh tersebut yang mengemukakan tentang ciri-ciri kemandirian, yaitu mempunyai persamaan antar lain adanya kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah tanpa bantuan orang lain. Artinya, anak tersebut dapat berdiri sendiri mewujudkan cita-citanya tanpa ketergantungan kepada orang lain. anak yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat dari kegiatan belajarnya, dia tidak perlu disuruh bila belajar dan kegiatan belajar dilaksanakan atas inisiatif dirinya sendiri. Untuk mengetahui ciri-ciri
42
kemandirian
belajar,
Sukarno
(1989:6)
menyebutkan
ciri-ciri
kemandirian belajar sebagai berikut: a. Siswa merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri. b. Siswa berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus menerus. c. Siswa dituntut bertanggung jawab dalam belajar. d. Siswa belajar kritis, logis, dan penuh keterbukaan. e. Siswa belajar dengan penuh percaya diri. Menurut Sardiman sebagaimana dikutip oleh Ida Farida Achmad (2008:45) menyebutkan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar yaitu meliputi: a. Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak atas kehendaknya sendiri. b. Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan. c. Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun untuk mewujudkan harapan. d. Mampu untuk berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif dan tidak sekedar meniru. e. Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar. f. Mampu menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan tanpa mengharapkan bimbingan dan tanpa pengarahan orang lain.
43
Kesimpulan dari uraian di atas, bahwa kemandirian belajar adalah sikap mengarah pada kesadaran belajar sendiri dan segala keputusan, pertimbangan yang berhubungan dengan kegiatan belajar diusahakan sendiri sehingga bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses belajar tersebut. kemandirian belajar pada penelitian ini berdasarkan pada faktor internal (dari dalam diri) anak asuh yaitu percaya diri, disiplin, motivasi, inisiatif dan bertanggung jawab.
a.
Percaya diri Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:85) menyebutkan bahwa “ percaya kepada diri sendiri berarti yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa akan dapat memenuhi harapanharapannya)” Menurut Hakim (2002 : 6) “ Rasa percaya diri juga dapat diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya”. Menurut Hakim (2002 : 5-6) terdapat beberapa ciri-ciri tertentu dari orang-orang yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, yaitu: 1) Bersikap tenang didalam mengerjakan segala sesuatu.
44
2) Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai. 3) Mampu menetralisir ketegangan yang muncul didalam berbagai situasi. 4) Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi. 5) Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya. 6) Memiliki kecerdasan yang cukup. 7) Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup 8) Memiliki keterampilan dan keahlian yang menunjang kehidupannya, misalnya ketrampilan berbahasa asing. 9) Memiliki kemampuan bersosialisasi. 10) Memiliki latar blakang pendidikan keluarga yang baik. 11) Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan didalam menghadapi berbagai cobaan hidup. 12) Selalu bereaksi positif didalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup. Para
ahli berpendapat bahwa rasa percaya diri erat
kaitannya dengan konsep diri, maka jika seseorang memiliki konsep diri
yang
negatif
terhadap dirinya,
maka
akan
menyebabkan seseorang tersebut memilki rasa tidak percaya
45
terhadap dirinya sendiri. Rasa percaya diri yang rendah akan berakibat pada tindakan yang tidak efektif. Tindakan yang tidak efektif tentu akan memberikan hasil yang jelek. Hasil yang jelek akan
semakin
membenarkan
bahwa
diri
tidak
memiliki
kompetensi dan akan berakibat pada rasa percaya diri yang semakin rendah. Seseorang yang yakin terhadap dirinya, segala kegiatan yang dilakukannya penuh dengan rasa optimis adalah seseorang yang memiliki percaya diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu, dan percaya bahwa bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Dalam penelitian ini, percaya diri anak asuh dapat dilihat pada tingkah laku yang muncul ketika proses belajar di panti. Percaya diri anak asuh pada proses Belajar dapat diamati berdasarkan tiga kriteria yaitu: 1) Mengikuti kegiatan belajar di panti 2) Ketenangan dalam berbicara 3) Keikutsertaan dalam mengikuti kegiatan panti b.
Disiplin
46
Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri atau kepatuhan seseorang untuk mengikuti bentuk-bentuk aturan atas kesadaran pribadinya, disiplin dalam belajar merupakan kemauan untuk belajar yang didorong oleh diri sendiri. Dalam penelitian ini, disiplin anak asuh dapat diamati dari tingkah laku yang muncul selama proses belajar berlangsung. Disiplin anak asuh pada proses belajar dapat diamati berdasarkan lima aspek yaitu kriteria anak asuh dalam hal:
1) Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 2) Semangat dan antusias dalam kegiatan belajar di panti 3) Komitmen yang tinggi terhadap tugas 4) Mengatasi kesulitan yang timbul pada dirinya 5) Kemampuan memimpin c.
Inisiatif Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2005:395) “Inisiatif adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta”. Menurut Wollfock
dalam
Mardiyanto
(2008:23)
“Inisiatif
adalah
kemampuan individu dalam menghasilkan sesuatu yang baru atau asli atau suatu pemecahan masalah”. Menurut Suryana (2006:2) mengungkapkan
bahwa
“Inisiatif
adalah
kemampuan
mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan
47
masalah dan menemukan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (thinking new things). Menurut Munandar (1990:48) mengungkapkan bahwa “ Inisiatif adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban dari suatu masalah,
dimana
penekananya
adalah
pada
kuantitas,
ketepatgunaan, dan keragaman jawaban”. Ciri-ciri orang yang inisiatif menurut Sund dalam Slameto (2003:147) adalah sebagai berikut:
1) Hasrat keingintahuan yang besar 2) Bersikap terbuka dalam pengalaman baru 3) Panjang akal 4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti 5) Cenderung menyukai tugas yang berat dan sulit 6) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan 7) Memiliki dedikasi bergairah secara aktif dalam melaksanakan tugas 8) Berfikir fleksibel 9) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak.
48
Sedangkan menurut Guilford dalam Mardiyanto (2008 : 24) adalah sebagai berikut: 1) Kelancaran (fluency), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan 2) Keluwesan
(fleksibilitas),
yaitu
kemampuan
untuk
mengemukakan bermacam-macam Berkaitan dengan definisi beberapa ahli diatas maka pengertian
Inisiatif
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya dalam usaha memecahkan suatu masalah. Inisiatif dalam penelitian ini dapat dilihat dalam proses kegiatan belajar. Inisiatif anak asuh yang diamati meliputi: 1) Memiliki dorongan rasa ingin tahu yang tinggi 2) Keterampilan berfikir luwes 3) Keterampilan berfikir lancar 4) Keterampilan berfikir orisinil 5) Berani mengambil resiko d.
Tanggung jawab Menurut Zimmerer dalam Ikaputera Waspada (2004:6) mengungkapkan ciri-ciri orang yang memiliki sifat tanggung jawab sebagai berikut:
49
1) Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas atau pekerjaannya 2) Mau bertanggung jawab 3) Energik 4) Berorientasi ke masa depan 5) Kemampuan memimpin 6) Mau belajar dari kegagalan 7) Yakin pada dirinya 8) Obsesi untuk mencapai prestasi yang tinggi. Dalam penelitian ini tanggung jawab anak asuh dapat dilihat selama proses belajar yang diamati berdasarkan tiga aspek, yaitu:
1) Keikutsertaan melaksanakan tugas yang diberikan panti 2) Keikutsertaan dalam memecahkan masalah 3) Kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota panti e.
Motivasi Menurut
Suryana
(2006:40)
“Seseorang
selalu
mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang mengutamakan nilai-nilai motivasi, berorientasi pada ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai energik dan berinisiatif”. Menurut Suryana (2006 : 52)” Seseorang memiliki motivasi tinggi apabila orang tersebut memiliki hasrat untuk mencapai hasil yang terbaik
50
guna mencapai kepuasan pribadi. Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi”. Menurut Suryana (2006:53)” Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Ingin mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan dan permasalahan yang timbul pada dirinya 2) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan 3) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi 4) Berani menghadapi resiko dengan penuh tantangan 5) Menyukai dan melihat tantangan secara seimbang Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi adalah seseorang yang selalu melakukan sesuatu yang lebih baik dan efisien dibanding sebelumnya. Dalam penelitian ini anak asuh yang memiliki motivasi tinggi dapat diamati selama proses belajar berlangsung. Indikator yang digunakan untuk mengamati anak asuh dengan motivasi tinggi diantaranya: 1) Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 2) Semangat dan antusias saat kegiatan belajar berlangsung 3) Komitmen yang tinggi terhadap tugas
51
4) Mengatasi sendiri kesulitan yang timbul pada dirinya 5) Kemampuan memimpin
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar Banyak faktor yang memengaruhi kemandirian. Sebagaimana aspek-aspek psikologis lainnya, kemandirian juga bukanlah sematamata merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir. Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang datang dari lingkungannya, selain potensi yang telah dimiliki sejak lahir sebagai keturunan dari orang tuanya. Menurut Ali dan Muhammad Asrori (2006 : 118) beberapa faktor yang disebut berhubungan dengan perkembangan kemandirian, yaitu sebagai berikut:
a. Gen atau keturunan orang tua Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki sifat mandiri juga. Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena adanya pendapat bahwa sesungguhnya bukan karena sifat kemandirian orang tuanya itu menurun kepada anaknya, melainkan karena sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tuanya mendidik anaknya. b. Pola asuh orang tua
52
Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan memengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya. Orang tua yang terlalu banyak melarang kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Demikian juga orang tua yang cenderung sering membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan kemandirian anak. c. Sistem pendidikan di sekolah Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demikratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa ragu mentasi akan menghambat kemandirian anak. Demikian juga dengan, proses pendidikan yang menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman juga
dapat
menghambat
perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya proses pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetisi positif akan memperlancar kemandirian anak. d. Sistem kehidupan di masyarakat Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur sosial kurang menghargai menifestasi
53
potensi anak dalam kegiatan produktif dapat menghambat perkembangan
kemandirian
anak.
Sebaliknya,
lingkungan
masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak terlalu hirarki akan merangsang dan mendorong perkembangan anak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kemandirian adalah gen atau keturunan, pola asuh orang tua, sistem pendidikan di sekolah, sistem kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Hasan Basri (1996: 53-56) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar menjadi dua, yaitu: a. Faktor endogen Yang dimaksud ialah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah/ibu dan nenek moyangnya mungkin akan didapat di dalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual, dan potensi pertumbuhan tubuhnya. b. Faktor eksogen Yang dimaksud ialah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan faktor lingkungan. Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan faktor yang
54
memengaruhi kemandirian belajar yaitu, berasal dari dalam diri sendiri (bakat, keyakinan diri, minat, motivasi) dan berasal dari luar diri sendiri atau yang disebut dengan faktor lingkungan. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 97-100) faktor yang memengaruhi kemandirian belajar adalah: a.
Cita-cita atau aspirasi anak asuh
b.
Kemampuan anak asuh
c.
Kondisi anak asuh
d.
Kondisi lingkungan anak asuh
e.
Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.
f.
Upaya pengasuh dalam membelajarkan anak asuh Berikut penjelaskan satu persatu faktor yang memengaruhi
kemandirian belajar tersebut di atas. a.
Cita-cita atau Aspirasi anak asuh Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan makanan lezat, berebut permainan, dapat membaca dapat menyanyi dan lain-lain selanjutnya.
Keberhasilan
mencapai
menumbuhkan
kemauan bergiat, bahkan di kemudian hari
menimbulkan cita-cia dalam kehidupan.
keinginan
tersebut
Timbulnya cita-cita
dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa dan nilai-nilai memperkuat
kehidupan
serta
motivasi
belajar
55
kepribadian. intrinsik
Cita-cita maupun
akan
motivasi
ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. b.
Kemampuan anak asuh Keinginan
seorang
anak
perlu
dibarengi
dengan
kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. c.
Kondisi anak asuh Kondisi anak yang meliputi kondisi jasmani dan rohani memmengaruhi kemandirian belajar. Seorang anak asuh yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan menggangu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang anak asuh yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian.
d.
Kondisi lingkungan anak asuh Lingkungan anak asuh berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran anak asuh memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku budaya. Semua lingkungan anak asuh yang berupa
56
lingkungan alam, tempat tinggal, pergaulan, dan lingkungan budaya anak asuh mendinamiskan kemandirian belajar. f.
Upaya pengasuh dalam membelajarkan anak asuh Upaya pengasuh membelajarkan anak asuh terjadi di panti. Upaya pembelajaran pengasuh di panti tidak terlepas dari kegiatan luar panti. Pusat pendidikan luar panti yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Pengasuh dituntut menjalin kerja sama dengan pusat-pusat pendidikan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, kesimpulan peneliti tentang unsur
yang memengaruhi kemandirian belajar dalam diri anak asuh lebih cenderung pada pendapat Dimyati dan Mudjiono yang dirasa lebih lengkap dan
dekat dengan kehidupan Anak asuh yaitu, cita-cita,
kemampuan, kondisi diri anak asuh maupun lingkungannya dan upaya pengasuh dalam membelajarkan anak asuh serta unsur-unsur di dalamnya seperti perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran anak asuh.
57
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Putri „Aisyiyah Tuntang 1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Putri „Aisyiyah Panti asuhan merupakan suatu lembaga sosial yang bertanggung jawab memberi pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan ketentuan ajaran islam. Panti Asuhan berdiri dilatarbelakangi oleh masih banyaknya anak-anak yatim dan terlantar yang tidak mampu melanjutkan sekolah karena tidak mampu atau tidak mempunyai biaya dan kehidupan anak yatim yang terlantar. Diharapkan dengan adanya panti asuhan, anak-anak yatim dan terlantar dapat hidup layak. Selain itu juga sebagai umat muslim menjalankan perintah Allah Swt dalam surat Al-Maun yaitu perintah untuk menyantuni anak yatim. Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang terletak di Jalan Raya SoloSemarang, tepatnya di Jalan fatmawati No. 71 Tuntang, Kab. Semarang, yang didirikan pada tanggal 13 Oktober 1989 di bawah naungan organisasi Sosial Keagamaan ”Aisyiyah”. Bermula dari rumah biasa pemberian wakaf dari bapak H. Harmoni Ja’far dari Bogor. Ketika itu anak asuhnya baru berjumlah tujuh orang. Sedangkan Biaya asuh atau dana berasal dari donatur-donatur yang awalnya hanya terbatas pada pengurus dan insidentil masyarakat. Sesuai dengan perkembangan
58
zaman dan daya tampung, akhirnya Panti Asuhan Putri Aisyiyah dapat menampung hingga 20 anak. Akan tetapi pada tahun 1995, hal yang tidak diinginkan terjadi. Panti Asuhan Putri Aisyiyah mengalami musibah kebakaran karena konsleting arus pendek listrik pada jam 1 malam, sehingga bangunan induk terbakar habis. Walaupun demikian, tidak ada korban jiwa. Dan dari tahun ke tahun hingga sampai saat ini Panti Asuhan Aisyiyah telah berhasil direnovasi kembali bahkan ada penambahan bangunan yang nampak makin berdiri kokoh dan cukup memadai. Semua pembangunan itu tidak lepas dari sumbangan para donatur dan dermawan. Tahun ini jumlah anak yang tinggal di panti tersebut kurang lebih sekitar 82 anak. Semuanya sekolah dari tingkat SD, SMP, SMA bahkan ada yang kuliah. 2. Tujuan Berdirinya Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Tujuan didirikannya Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang yang bergerak dibidang sosial adalah: a. Menyantuni anak-anak memberikan pendidikan formal dan nonformal kepada anak yatim, piatu, yatim-piatu, anak-anak terlantar serta keluarga tidak mampu. b. Ikut membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan dengan jalan memberikan bekal pendidikan jasmani dan pendidikan rohani, sehingga terbentuk SDM yang mandiri, sehingga kelak anak dapat kembali ke masyarakat dengan kemandiriannya.
59
c. Anak yang ditampung adalah anak usia sekolah (SD, SMP, SMA dan Kuliah). 3. Letak Geografis Panti Asuhan Putri Aisyiyah berada di pusat kecamatan Tuntang, Tempatnya sangat strategis dan mudah dijangkau karena terletak di tepi jalan raya, tepatnya di dusun Petet Desa Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang berada di jalan Fatmawati No.71 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Sedangkan identitas Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut: a. Nama Panti
: Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab.
Semarang b. Alamat Kab.
: Jl. Fatmawati (Jl. Raya Tuntang) No. 71 Tuntang Semarang
c. Tahun Berdiri : 13 Oktober 1989 d. Akta Notaris : A. Dimyati, SH No. 6 (enam) 3 Mei 1999 e. Telp
: (0298) 2405639, (0298) 593759, 08122809426
f. Kontak
: PIN BB 56EBEA07, WhatsApp 08122809426
g. Website
: www.pantiasuhanaisyiyahtuntang.or.id
h. Email
:
[email protected]
4. Visi, dan Misi didirikannnya Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang a. Visi Terpenuhinya hak anak yang meliputi: hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partipasi berdasarkan tuntutan dan hadist nabi.
60
b. Misi 1) Menyelenggarakan upaya kebutuhan-kebutuhan anak baik jasmani, rohani, mental, psikososial. 2) Memberikan perlindungan terhadap anak dari perlakuanperlakuan salah atau eksploitasi dan situasi yang membahayakan anak. 3) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai bakat dan minatnya. 4) Membentuk akhlakul karimah yang sesuai dengan ajaran Alqur’an dan Al-hadist. 5. Tata Tertib dan Peraturan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Penghuni Panti Asuhan berasal dari berbagai daerah dimana setiap anak mempunyai sifat dan watak yang berbeda. Tata tertib dan peraturan yang berlaku di Panti Asuhan tidak lain adalah untuk menumbuhkan dan melatih
kedisiplinan anak asuh agar tidak
bergantung terhadap orang lain, yang nantinya akan sangat bermanfaat untuk anak asuh ketika telah dewasa agar mandiri dan siap untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Tinggal di panti asuhan secara otomatis anak yang satu dengan yang lain harus ada pengertian agar di dalam panti asuhan terdapat keharmonisan. Karena, ketika anak sudah masuk dalam panti asuhan merupakan satu keluarga, satu saudara yang harus menjaga persaudaraan. Untuk mengontrol kedisiplinan, maka dalam panti asuhan setiap anak diberi tanggungjawab untuk piket, piket
61
kamar anak masing-masing, piket untuk membersihkan panti maupun piket memasak di dapur. Sedangkan mengenai perijinan, anak tidak boleh meninggalkan panti asuhan tanpa adanya surat ijin dari pengurus yang telah ditandatangani. Kecuali bagi anak yang harus mengikuti kegiatan sekolah. Mereka cukup dengan memberikan surat pengantar dari sekolah. Jadwal anak pulang ke rumah adalah ketika liburan semester dan lebaran idul fitri. Kecuali anak dijemput oleh orang tuanya atau orang yang telah diberi kuasa oleh orang tuanya atau saudara karena ada keperluan di rumah. Misalnya, saudara dekatnya menikah atau mempunyai hajat yang lain. Setelah mendapat surat ijin pulang, anak harus membawa buku pernyataan yang menyatakan bahwa anak benar-benar pulang kerumah. Dan buku pernyataan tersebut harus ditandatangani oleh orang tua atau wali anak. Dengan adanya berbagai tata tertib atau peraturan yang berlaku di panti asuhan, menuntut anak untuk hidup teratur, disiplin, tanggung jawab dan memiliki rasa kebersamaan serta menjauhkan diri dari sifat individualisme. Semua itu merupakan salah satu usaha dalam mendidik dan merealisasikan apa yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. Aktifitas anak Panti Asuhan Aisyiyah setiap harinya pun juga berbeda-beda antara hari yang satu dengan hari yang lain. Berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh panti bertujuan untuk menggali potensi yang dimiliki anak sesuai dengan bakat dan minatnya. Semua itu
62
guna untuk membentuk kemandirian belajar anak asuh demi meraih masa depan yang gemilang. Kegiatan Adapun daftar pelajaran dan aktifitas anak Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang selama 24 jam dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Panti Asuhan Putri No.
Hari
Jenis Kegiatan
Waktu
Pembimbing
1.
Senin
Drum band
15.30 – 17.00
Bpk. Slamet
2.
Selasa
Fiqih
16.00 – 17.30
Ibu Atiyatun
3.
Rabu
Qiro’at
16.00 – 17.30
Bpk. Kasmuri
4.
Kamis
Aqidah Akhlaq
15.30 – 17.00
Bpk. Legiono
5.
Jum’at
Menjahit
14.30
– Ibu Tri Mulyati
17.00 6.
Sabtu
Rebana
19.30 – 21.00
Bpk. Gunadi
7.
Minggu
Kerja bakti
07.00 – 08.30
Ketua Kelompok
Tabel 3.2 Jadwal Aktivitas Panti Asuhan Putri NO
HARI
1. Senin,
KEGIATAN
Selasa, Sholat Subuh Berjamaah
Rabu, Kamis
WAKTU 04.30-05.00
Mandi
05.00-05.30
Piket
05.30-06.00
Sarapan
06.00-06.15
63
Sekolah
06.15-13.00
Sholat Dhuhur/istirahat siang
13.00-14.00
Mengaji
14.00-15.30
Sholat Ashar Berjamaah
15.30-16.00
Kegiatan Panti (qiro’ah, drum 16.00-17.00 band,fiqih,aqidah akhlak) Persiapan Sholat Maghrib Tadarus al-Qur’an Makan malam Sholat isya’
18.00-19.00 19.00-19.30 19.30-20.00
Belajar
20.00-21.00
Tidur malam
2. Jum’at
17.00-18.00
21.00-04.30
Sholat Subuh Berjamaah
04.30-05.00
Mandi
05.00-05.30
Piket
05.30-06.00
Sarapan
06.00-06.15
Sekolah
06.15-10.00
Bimbingan sholat
11.00-13.00
Sholat Dhuhur/istirahat siang
13.00-14.00
Sholat Ashar Berjamaah
15.30-16.00
64
3. Sabtu
4. Minggu
Menjahit
16.30-18.00
Persiapan Sholat Maghrib
18.00-19.00
Makan malam
19.00-19.30
Sholat isya’
19.30-20.00
Belajar
20.00-21.00
Tidur malam
21.00-04.30
Sholat Subuh Berjamaah
04.30-05.00
Mandi
05.00-05.30
Piket
05.30-06.00
Sarapan
06.00-06.30
Sekolah
06.30-11.00
Sholat Dhuhur/istirahat siang
13.00-15.30
Sholat Ashar Berjamaah
15.30-16.30
Persiapan Sholat Maghrib
16.30-17.30
Sholat Maghrib Berjamaah
18.00-18.30
Makan malam
18.30-19.00
Sholat isya’
19.00-19.30
Rebana
19.30-21.00
Tidur malam
21.00-04.30
Sholat Subuh Berjamaah
04.30-05.00
65
Mandi
05.00-05.30
Piket
05.30-06.00
Sarapan
06.00-07.00
Kerja bakti
08.00-11.00
Sholat Dhuhur/istirahat siang
12.00-15.00
Sholat Ashar Berjamaah
16.00-17.00
Persiapan Sholat Maghrib
17.30-18.00
Makan malam
19.00-19.30
Sholat isya’
19.30-20.00
Belajar
20.00-21.00
Tidur malam
21.00-04.30
6. Sarana dan Prasana Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang mempunyai sarana dan prasarana antara lain: Tabel 3.3 Sarana dan Prasana Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang No
Nama Gedung
Jumlah
1. Gedung asrama lantai 2
8 kamar
2. Gedung asrama lantai 1
3 kamar
3. Ruang UKS
1
66
4. Ruang Komputer
1
5. Ruang Perpustakaan
1
6. Ruang Waserda dan kantor panti
1
7. Ruang jahit
1
8. Ruang kegiatan
1
9. Ruang aula
1
10. Ruang dapur
1
11. Ruang makan
1
12. Mushola
1
13. Kamar mandi
10
14. Rumah pengasuh
1
15. Ruang ketua panti
1
7. Struktur Organisasi Untuk menunjang tercapainya kegiatan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang terdapat struktur organisasi yang mempunyai peranan sangat penting bagi suksesnya penyelenggaraaan program-program kegiatan panti asuhan tersebut. Adapun Struktur organisasi pengurus panti asuhan adalah sebagai berikut: Penanggung Jawab
: Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Semarang
67
DR. H. M. Saerozi, M.Ag Penasehat
: Pimpinan Daerah Aisyiyah Kab. Semarang Hj. DR. Ida Zahara Adibah, M.Si Hj. Siti Ida Asrotul M., M.Pd
Pembina
: PDA Majelis kesejahteraan Sosial Hj. Sri Hartini, S.Pd
Ketua
: Hj. Alimah, B.A
Wakil ketua
: Hj. Endang Wiratni, B.Sc
Sekretaris
: Hj. Rahmi Rahayu., S.H., M.Pd.I
Wakil Sekretaris
: Khurotul Aeni Eliyah
Bendahara
: Hj. Atiyatun Najah, S.Ag., M.Pd.I
Wakil Bendahara
: Yatmi Sutono, S.Pd.I
Sie Pendidikan
: Asrining Yunani Alisu’ad Hj. Endang Sulistyorini Santo
Sie Usaha
: Umi Salamah Saerozi Hj. Nuryati Sarlan
Sie Kesehatan
: Hj. Habibah Mutaqin, S.Kep Hj. Yayuk Zarkoni
Pembimbing Konseling
: Hj. Yuani Tri Harsini, M.Pd Niken Wibawanti, S.Psi
Pengasuh
: Sri Lestari, S.Sy.,Eka Jumiati,S.Pd.I 68
Tri Rusti Kanti, S.Pd.I Humas
: Eka Wahyu Budiati, Rachmawati
Asisten Umum
: M.Suyuti
8. Anggaran Dana Dana yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan panti asuhan berasal dari berbagai sumber. Sumber dana panti asuhan adalah sebagai berikut: a. Donatur tetap, yaitu 1) Sumbangan dari donatur tetap dan donatur insidential 2) Sumbangan dari pemerintah lewat Kementerian Sosial RI 3) Sumbangan dan bantuan dari Dinas Kesejahteraan Sosial propinsi Jawa Tengah b. Sumbangan dan bantuan dari lembaga-lembaga, organisasiorganisasi, atau badan-badan serta perorangan yang dengan sukarela dan tidak mengikat, baik berupa uang, barang-barang, perlengkapan-perlengkapan
maupun
fasilitas-fasilitas
dan
makanan. c. Penerimaan harta wakaf, hibah, sodaqoh, zakat, infaq dan wasiat d. Mengajukan proposal ke instansi-instansi menjelang ulang tahun panti asuhan, akhir tahun atau akan mengadakan kegiatan untuk meminta sumbangan.
69
9. Anggota Binaan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Anggota binaan panti asuhan adalah anak-anak yatim, anak-anak piatu, anak-anak yatim-piatu dan anak-anak dari keluarga yang tidak mampu serta anak-anak terlantar. Selain itu panti asuhan juga memberikan santunan dan bantuan kepada lanjut usia yang ekonominya sangat lemah. Santunan yang diberikan kepada anak-anak asuh adalah berupa : kebutuhan sehari-hari (sandang, pangan, dan papan), alat-alat sekolah, seragam sekolah, biaya pendidikan dan uang saku. Syaratsyarat yang harus dipenuhi agar anak dapat masuk menjadi anggota binaan panti asuhan yaitu sebagai berikut: a. Beragama Islam b. Anak berasal dari keluarga tidak mampu, dibuktikan dengan surat keterangan tidak mampu dari pejabat yang berwenang c. Usia sekolah (SD, SMP, SMA, Kuliah) d. Bersedia mentaati tata tertib dan peraturan panti asuhan Santunan yang diberikan kepada lanjut usia berupa santunan beras dan uang setiap bulan serta pemberian pakaian satu tahun sekali. Anggota binaan panti asuhan Putri periode tahun 2016/2017 terdapat 82 anak yang tinggal di panti 43 anak. Untuk lanjut usia tidak disediakan tempat tinggal akan tetapi hanya diberikan santunan setiap bulan. Anak asuh panti asuhan tidak hanya berasal dari Desa Petet saja tetapi juga berasal dari berbagai
70
daerah di kabupaten Semarang serta berasal dari luar kota. Khusus untuk lanjut usia hanya berasal dari Tuntang. Jumlah alumni yang sudah keluar adalah 236 orang, mereka keluar karena telah menyelesaikan pendidikan yaitu telah mendapatkan ijazah SMA atau ijasah sarjana bagi yang melanjutkan kuliah, hubungan panti dengan alumninya berjalan baik seperti dituturkan oleh Ibu En Selaku ketua Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang sebagai berikut: Hubungan anak asuh dengan panti asuhan berjalan baik, alumni biasanya sebulan sekali kesini nyetor atau ngirim lewat rekening. Selain itu juga 2,5% penghasilan mereka masuk kesini. Selain itu setiap lebaran 3 hari mereka biasanya kumpul untuk menengok panti dan reuni sama teman-temannya yang pada belum keluar (20 November 2016). 10. Sumber Data Sumber data penelitian dalam pembentukan kemandirian belajar di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang terdiri dari dua kelompok, Pertama sumber data yang berasal dari pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang yaitu: Ibu Hj. En, beliau merupakan ketua yayasan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, usia beliau kurang lebih 60 tahun. Pekerjaan beliau saat ini adalah ibu rumah tangga. Bapak Sy merupakan salah satu pengurus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. Usia bapak Sy 40 tahun. Latar belakang pendidikan bpk Sy SMA. Pekerjaan beliau saat ini sebagai penjahit pakaian. Bpk Sy merupakan seorang yang tekun dan bertanggung jawab, beliau juga yang menjaga inventaris serta 71
menjaga keamanan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Sumber data pertama seterusnya akan disebut sebagai informan. Kedua sumber data yang berasal dari anak-anak yatim Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. Beberapa anak yang berusia anak-anak (6-12 th) adalah Pi. Ia sekarang duduk di kelas 1 SD dan berusia 7 tahun. Pi merupakan anak yatim termuda diantara anak-anak yatim yang lain di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang. Pi berasal dari aceh, Bencana alamlah yang menjadikan Pi ditinggalkan ayahnya untuk selama-lamanya. Setelah terjadinya Bencana alam ibunda menitipkan Pi di tempat neneknya di kota Semarang. Dikarenakan ibunda Pi bekerja menjadi TKI di Malaysia, nenek Pi pun sudah renta dan tidak bisa memenuhi kebutuhan sekolah Pi, akhirnya ibunda dengan berat hati menitipkan Pi kepada panti guna untuk mendapatkan kesejahteraan dan ilmu yang bermanfaat. Seperti yang dikatakan Pi sebagai berikut: Saya masih bergantung dengan salah satu keluarga, yaitu nenek. Saya masih merasa kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan, sehingga itu yang membuat ketidaksatbilan perkembangan emosional dalam diri saya. Sedangkan di panti asuhan banyak temannya, ada yang menjaga dan juga dituntut untuk mandiri seutuhnya ( 20 November 2016). Anak yatim di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang juga berusia anak-anak adalah Nr. Usia Nr saat ini 8 tahun. Pendidikan Nr kelas 2 SD. Nr telah tinggal di panti selama 2 tahun, penyebab Nr tinggal di panti adalah kurangnya pengawasan dari orang tua dalam membimbing belajar, ibundanya bekerja serabutan berangkat pagi
72
pulangnyapun tidak menentu, oleh karena itu Nr diserahkan kepada pihak panti untuk dibina dan mendapatkan pengawasan yang baik selayaknya anak-anak pada umumnya. Seperti yang dikatakan Nr sebagai berikut. Mendapatkan perhatian dari pengurus dan juga teman-teman yang tidak saya dapatkan di rumah. Karena kurangnya pengawasan dan bimbingan dari orangtua sehingga menyebabkan perkembangan emosional saya kurang stabil ( 20 November 2016). Anak yatim selanjutnya yang masih berusia anak-anak adalah El. Usia El 9 tahun, El tinggal di panti sudah 3 tahun yang lalu. saat ini El duduk di kelas 3 SD. Kurangnya ekonomi keluarganyalah yang menyebabkan El harus tinggal di panti, sehingga El harus berjauhan dengan saudara dan ibundanya seperti yang sudah dikatakan El sebagai berikut: Karena kurang terpenuhinya fasilitas belajar yang saya dapatkan di rumah, sehingga menyebabkan perkembangan emosional saya kurang stabil. Sedangkan di panti asuhan saya mendapatkan fasilitas belajar yang cukup (20 November 2016). Sedangkan anak-anak yang berusia remaja (13-21 th) adalah Nk usia Nk saat ini 14 tahun, Menurut pengamatan penulis Nk termasuk anak asuh yang tekun, Nk juga memiliki prestasi belajar bagus. Penulis tertarik ketika melakukan wawancara dengan Nk. Nk salah seorang anak yatim di Panti asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang tekun. Menurut Nk faktor yang membuat ia tinggal di panti adalah kurangnya mimiliki sikap kepercayaan diri, Nk merasa kurang memiliki kelebihan
73
dalam dirinya, Dengan adanya kegiatan yang diterapkan panti Nk dapat mengembangkan sikap percaya dirinya serta menggali potensi yang ia sebenarnya miliki. Anak yatim yang lain adalah Rq. Rq berusia 17 tahun yang saat ini Rq duduk di kelas 2 SMA. Rq tinggal di panti sejak berusia 10 tahun sampai saat ini. Hal yang menyebabkan Rq tinggal di panti adalah ingin memiliki masa depan yang gemilang serta Rq ingin membahagiakan ibundanya dengan menuruti keinginan ibundanya untuk menimba ilmu di panti, sehingga Rq rela berpisah jauh dengan sang ibunda agar ibunda bahagia kelak melihat Rq menjadi sukses dan membanggakan keluarga. Mj merupakan salah satu anak yatim di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, Mj berusia 18 tahun dan sekarang duduk di kelas 3 sekolah menengah atas. Mj merupakan anak asuh yang sudah memiliki kepribadian baik, dengan kepribadian yang Mj miliki, sehingga anakanak asuh lainnya merasa nyaman apabila bergaul dengan Mj. Karena bisa mengayomi dan melindungi anak-anak asuh lain, pengurus sering menyuruhnya untuk membimbing belajar kepada anak-anak asuh yang lebih kecil. Faktor yang menyebabkan Mj tinggal di panti adalah banyaknya saudara kandung yang Mj miliki mengakibatkan ibunda Mj tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga ibunda Mj memutuskan untuk menitipkan Mj tinggal di panti guna mendapatkan masa depan yang baik, sumber data kedua seterusnya di sebut sebagai subjek penelitian.
74
BAB IV PEMBAHASAN A. Kondisi Sosial Emosional dan Kemandirian Belajar Anak Yatim di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang 1. Anak-anak Perkembangan anak pada usia enam sampai dua belas tahun merupakan sesuatu yang kompleks. Artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya kondisi sosial emosionalnya.
Baik
unsur-unsur
bawaan
maupun
unsur-unsur
pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan, saling memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju kondisi sosial emosional anak tersebut. Menurut CP. Chaplin, Emosi dapat dirumuskan sebagai suatu
keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahanperubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya ,dan perubahan perilaku (CP.Chaplin, 1982: 163). Sedangkan menurut teori James dan Lange, bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya, menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira, lari itu karena takut, dan berkelahi itu karena marah. Berbeda halnya dengan teori Lindsley mengemukakan teorinya yang disebut “activition theory” (teori pengerakan), menurut teori ini emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan 75
syaraf terutama otak. Contohnya, apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi (Yusuf : 118). Emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan yang tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Menginjak usia ini, Anak yatim di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang memiliki Perkembangan emosional yang belum stabil, disebabkan
karena
lingkungan.
Keadaan
lingkungan
yang
menyebabkan ketidakstabilan adalah penyesuaian diri pada situasi baru yang ada di kehidupannya. Pada situasi ini anak cenderung cepat marah, rewel, dan umumnya sulit dihadapi. Misalnya ketika anak pertama kali datang ke panti, dengan kondisi
lingkungan
yang
berbeda
menyebabkan
meningginya
emosional anak. Mereka menjadi gelisah, tegang dan mudah tersinggung oleh masalah yang sangat kecil sekalipun. Keadaan emosi
76
yang tidak tersalurkan maka tidak menyenangkan bagi anak, seringkali anak dengan cara coba-coba meredakan keadaan ini dengan sibuk bermain, dengan tertawa terbahak-bahak atau bahkan dengan menangis. Sekali cara meredakan emosi yang tidak tersalurkan ini ditemukan, maka akan timbul cara baru bagi anak untuk mengatasi ungkapan emosional agar sesuai dengan harapan sosial. Meskipun banyak cara yang digunakan, tetapi anak menemukan melalui cara coba-coba dan bukan melalui bimbingan, bahwa ada beberapa bentuk yang lebih baik dan secara sosial lebih diterima daripada banyak bentuk yang lainnya. Misalnya ketika anak menangis, cara tersebut merupakan pelampiasan emosi yang tertahan, namun cara tersebut biasanya mempunyai akibat sampingan yaitu perasaan sedih yang melemahkan tenaga bagi dirinya dan timbulnya mata memerah serta bengkak yang menunjukkan bahwa ia baru menangis. Selain itu anak beranggapan bahwa menangis merupakan perilaku seperti anak kecil, Walaupun anak tersebut menangis secara sembunyi-sembunyi. Di lain pihak, tertawa dan sibuk bermain tidak menimbulkan akibat sampingan dan juga tidak menimbulkan penolakan sosial. Dengan demikian pada masa ini sebagian besar anak telah menemukan bentuk cara emosional yang memenuhi kebutuhan mereka dan membantu mereka mengatasi pengendalian emosi seperti yang diharapkan oleh lingkungannya. Beberapa
anak
yang
mempunyai
77
teman
akrab,
sering
kali
membicarakan hal-hal yang menimbulkan emosi seperti perasaan sedih, kecewa dan takut dengan teman, karena hal tersebut akan banyak
membantu.
Dengan
melakukan
hal
tersebut
mereka
memperoleh pandangan baru tentang berbagai masalah emosional sehingga setiap situasi yang membangkitkan emosi dapat dicegah atau dikurangi. Dengan cara ini memungkinkan mereka untuk belajar mengungkapkan
emosi
dengan
cara
yang
dapat
diterima
lingkungannya serta dengan ketegangan fisik atau ketegangan emosional yang sedikit. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar. Mengingat hal tersebut, maka pengurus hendaknya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara lain : 1. Mengembangkan suasana panti yang bebas dari ketegangan. 2. Memperlakukan Anak asuh sebagai individu yang mempunyai harga diri. 3. Menghargai hasil karya anak asuh.
78
Sedangkan perkembangan sosial pada anak usia enam sampai dua belas tahun (6-12) adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Dapat
juga
dikatakan
sebagai
proses
belajar
untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan sosial pada anak usia ini ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Anak yatim putri Aisyiyah Tuntang usia ini mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri kepada sikap yang bekerja sama atau mau memperhatikan kepentingan orang lain. Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok serta merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungannya. Dalam proses belajar anak yatim di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang,
dimanfaatkan kelompok,
atau baik
kematangan dimaknai yang
perkembangan
dengan
membutuhkan
sosial
memberikan tenaga
dapat
tugas-tugas
fisik
(seperti
membersihkan panti dan halaman panti), maupun tugas yang membutuhkan fikiran (seperti membuat tugas kelompok). Tugas-tugas kelompok tersebut diharuskan dapat memberikan kesempatan kepada
79
setiap anak asuh untuk menunjukkan prestasinya, Tetapi juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan melaksanakan tugas kelompok, anak asuh dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa dan bertanggung jawab. 2. Remaja Masa remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal:12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun dan (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai masa “Strom & Stress”, frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralienasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Yusuf : 184). Masa
remaja
merupakan
puncak
emosionalitas,
yaitu
perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organorgan seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-
80
perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan tempramental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung); sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya. Gessel dkk. (dalam Hurlock 1996: 213) mengemukakan bahwa remaja empat belas tahun sering kali mudah marah, mudah terangsang, dan emosinya cenderung “meledak”, tidak berusaha mengendalikan perasaanya. Sebaliknya remaja enam belas tahun mengatakan bahwa mereka “tidak mempunyai keprihatinan”. Jadi, adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja. Mencapai
kematangan
emosional
merupakan
tugas
perkembangan yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondisinya diwarnai oleh hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosionalnya. Sebaliknya apabila kurang dipersiapkan
81
untuk memahami peran-perannya dan kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua atau pengakuan dari teman sebaya, mereka cenderung akan mengalami kecemasan, perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosionalnya. Perkembangan Emosional yang di alami anak yatim putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang memiliki karakteristik anak remaja pada umumnya diantaranya, mereka tidak lagi mengungkapkan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarahnya. Mereka juga iri hati terhadap anak yang memiliki benda lebih banyak. Ia tidak menyesali diri sendiri, seperti yang dilakukan anak-anak. Mereka suka bekerja sampingan untuk mendapatkan uang agar dapat membeli barang yang diinginkan. Kematangan emosional anak yatim putri Aisyiyah yang berusia remaja tidak “meledakkan” emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk kematangan emosional yang lain yaitu individu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berfikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak memiliki kematangan emosional. Dengan demikian anak asuh mengabaikan banyak rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan ledakan emosi. Akhirnya, anak asuh yang emosinya
82
matang memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain. Untuk mencapai kematangan emosi anak asuh harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan masalah pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat kesukaanya pada orang lain. Selain itu ia juga harus belajar menggunakan cara yang tepat untuk menyalurkan emosinya. Dengan cara bermain, melakukan kegiatan yang ada di panti, tertawa atau menangis. Meskipun cara-cara ini dapat menyalurkan gejolak emosi yang timbul karena usaha pengendalian ungkapan emosi, namun sikap sosial terhadap perilaku menangis kurang baik dibandingkan dengan sikap sosial terhadap perilaku tertawa, kecuali bila tertawa hanya dilakukan bilamana memperoleh dukungan sosial. Sedangkan perkembangan sosial pada masa remaja disebut “Social Cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaan. Pemahamannya ini, mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan (pacaran) (Yusuf : 198).
83
Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut interes, sikap, nilai, dan kepribadian. Memiliki solidaritas yang amat tinggi dan kuat dengan kelompok sebayanya, jauh melebihi dengan kelompok lain, bahkan dengan keluarganya sekalipun. Remaja senantiasa mencari nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan, apabila tidak
menemukannya
cenderung
menciptakan
nilai-nilai
khas
kelompok mereka sendiri, Mulai tampak kecenderungannya untuk memilih karier tertentu (M.Ali & M.Asrori : 93). Perkembangan sosial pada Anak yatim putri Panti Asuhan Aisyiyah ditandai dengan lebih menyukai teman dari lawan jenisnya daripada teman sejenisnya, mengikuti berbagai kegiatan sosial, baik kegiatan dengan sesama jenis maupun lawan jenis. Dengan banyaknya kegiatan sosial yang dilakukan, maka wawasan sosial semakin membaik pada anak asuh yang lebih besar. Sehingga anak asuh dapat menilai teman-temannya dengan lebih baik, penyesuaian diri dalam situasi sosial bertambah baik dan pertengkarang menjadi berkurang. Semakin banyak partisipasi sosial, semakin besar kemampuan sosial anak asuh, seperti terlihat dalam mengadakan pembicaraan, dalam melakukan olah raga, permainan yang populer, dan berperilaku baik dalam berbagai situasi sosial. Dengan demikian anak asuh memiliki kepercayaan diri yang diungkapkan melalui sikap yang tenang dan seimbang dalam situasi sosial.
84
Bertambah dan berkurangnya prasangka dan diskriminasi selama masa ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan dia berada dan oleh sikap serta perilaku teman-teman baiknya. Selain itu anak asuh memiliki kemampuan sosial untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasaannya, yang mendorong untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan teman sebaya, baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan (pacaran). Seperti halnya ketika pengurus menghadapi anak asuh yang ketahuan berpacaran, pengurus memanggil anak asuh, memberikan nasihat
serta
bimbingan
dan
memanggil
keluarganya
guna
menyelesaikan masalah tersebut.
B. Upaya Panti Asuhan dalam Membentuk Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Kemandirian belajar tidak bisa terbentuk sendiri, perlunya usaha dari diri sendiri dan bimbingan dari orang lain, Adanya kerjasama antara pengurus dan anak asuh. Upaya panti untuk membentuk kemandirian anak yatim ada berbagai cara yaitu dengan memberikan pendidikan dan keterampilan kepada anak yatim sebagai usaha untuk menciptakan pribadi yang mandiri dan mempunyai kecakapan hidup (life skill) sesuai dengan visi panti asuhan yaitu terpenuhinya hak anak yang meliputi: hak hidup,
85
tumbuh kembang, perlindungan dan partipasi agar dapat meraih masa depan yang lebih baik. Pendidikan yang diberikan kepada anak asuh didasarkan pada pedoman pendidikan anak yang ada dalam ajaran agama islam, karena Panti Asuhan Putri Aisyiyah merupakan panti asuhan yang didirikan oleh organisasi
keagamaan
yaitu
agama
Islam
(organisasi
Aisyiyah).
Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada anak yatim bertujuan agar dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimiliki kecakapan hidup dan terampil. Pendidikan-pendidikan dan keterampilan yang diberikan kepada anak-anak yatim adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan Agama (Islam) Pendidikan agama harus diberikan dan diajarkan kepada anak sejak dini, karena agama merupakan pegangan dan pedoman hidup manusia. Oleh karena itu pengasuh berkewajiban untuk memberikan pendidikan agama Islam kepada anak asuh, agar anak asuh menjadi individu yang mempunyai dan memiliki kepribadian Islami sebagai seorang muslim. Kewajiban pendidik adalah menumbuhkan anak atas dasar pemahaman dan dasar-dasar pendidikan iman dan ajaran Islam sejak pertumbuhannya. Pendidikan agama Islam yang diberikan meliputi aqidah dan akhlak, mengkaji kandungan Al-Qur’an dan hadits, pembacaan tilawatil Qur’an (PTQ) dan Ke Muhammadiyah-an. Pendidikan aqidah diberikan agar anak asuh memiliki keyakinan yang kuat atas ajaran Islam
86
sehingga anak dapat mengingat dan terikat serta dapat menjalankan rukun islam, rukun Iman syari’at yang ada dalam agama Islam. Dengan pendidikan akhlak, anak asuh akan memiliki budi pekerti dan tingkah laku yang baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat. Anak asuh juga mengkaji Al-Qur’an dan hadits agar anak asuh bisa menjalankan hidup sesuai Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup umat muslim dan bisa mencontoh teladannya yaitu Rasulullah Saw. Kegiatan pengajian (pendidikan agama) dilaksanakan setelah sholat maghrib sampai waktu sholat isya’. Kegiatan pendidikan agama Islam disusun dengan jadwal harian (waktu, hari dan pembimbing). Pembimbing yang menyampaikan materi kepada anak asuh setiap hari berganti-ganti atau tidak sama sesuai dengan materi yang akan disampaikan (disesuaikan dengan bidang kajiannya). Disamping pendidikan agama diberikan dalam bentuk pengajian ba’da maghrib, juga diberikan dalam bentuk penanaman pelaksanaan ibadah yang harus dilakukan anak asuh setiap hari yaitu kewajiban menjalankan ibadah sholat lima waktu, membaca ayat suci Al-Qur’an, puasa dan lain-lain. 2. Pendidikan Moral (Akhlak) Pengurus sebagai pengganti ayah dan ibu bagi anak asuh, berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan moral (akhlak) yang baik kepada mereka (anak asuh) sesuai dengan ajaran agama Islam, Misalnya yaitu: mendidik anak untuk berlaku
87
benar, dapat dipercaya, mendidik anak untuk melakukan kebiasaankebiasaan yang lebih menghormati, menjauhi perbuatan yang tercela, sopan santun dalam berperilaku dan lain-lain. Pendidikan moral (akhlak) yang diberikan kepada anak asuh diterapkan pada kehidupan sehari-hari anak asuh. Kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan anak asuh misalnya: adap sopan santun dalam bergaul baik dengan teman maupun dengan masyarakat, berbicara dengan halus dan sopan dengan orang lain misalnya, berbicara dengan orang yang lebih tua menggunakan bahasa krama inggil (bahasa jawa halus). Dalam menjalankan aktifitas sehari-hari di asrama panti asuhan dibiasakan untuk tolong menolong dalam segala hal, baik dalam mengerjakan tugas harian ataupun belajar anak asuh yang lebih dewasa membimbing anak asuh yang lebih kecil. Setiap anak asuh harus pamit atau meminta izin kepada ibu asrama atau pengasuh jika akan pergi atau akan pulang ke rumah. Dalam bergaul dengan orang lain atau masyarakat sopan santun anak asuh selalu dijaga, misalnya anak asuh yang sedang bertugas untuk menarik uang sumbangan donatur tiap bulan harus dengan “unggah-ungguh” yang baik, sopan dalam berbicara, mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum masuk ke rumah dan lain-lain. Menghindari perbuatan yang tercela, misalnya: berbohong, mencuri, membolos sekolah, serta perbuatan-perbuatan tercela lainnya. Untuk
menghindari
perbuatan-perbuatan
88
tersebut
pengasuh
mengajarkan dan sangat menekankan kejujuran, karena dengan kejujuran anak asuh akan bisa bertanggung jawab dengan apa yang diucapkan serta apa yang dilakukannya. Selain mengajarkan pendidikan moral secara teori (melalui pengajian) pengurus juga memberikan contoh yang nyata dengan tingkah laku dan perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji. 3. Keterampilan-Keterampilan yang diberikan Kepada Anak yatim Anak-anak
yatim
di
panti
asuhan selain
mendapatkan
pendidikan agama, pendidikan moral (akhlak) dan pendidikan formal (sekolah) juga mendapatkan berbagai macam keterampilan. Dengan kecakapan yang dimiliki anak asuh diharapkan mereka akan dapat hidup mandiri dengan bekerja sesuai dengan keterampilan dan bakat yang mereka miliki setelah keluar dari panti asuhan. Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada anak asuh meliputi: keterampilan membuat kerajinan tangan, keterampilan menjahit dan kesenian. Keterampilan yang diajarkan kepada anak asuh disampaikan oleh pembimbing yang sudah ditunjuk oleh pihak panti asuhan yang disesuaikan dengan bidang keahliannya masing-masing. Keterampilan membuat kerajinan tangan misalnya, membuat bros kerudung, hasil dari kerajinan tangan tersebut ada yang di jual dan ada juga sebagian yang dipakai sendiri oleh anak-anak asuh. Kesenian misalnya marching band dan rebana.
89
Anak merupakan bagian yang terpenting dalam kelangsungan hidup manusia. Karena anak sebagai generasi penerus dalam suatu lembaga. Sejak lahir anak diperkenalkan dengan pranata, aturan, norma, dan nilai-nilai budaya yang berlaku melalui pembinaan yang diberikan oleh orang tua dalam keluarga. Proses sosialisasi pertama kali terjadi dalam lingkungan keluarga melalui pembinaan anak yang diberikan oleh orang tuanya. Di sini pembinaan anak sebagai bagian dari proses sosialisasi yang paling penting dan mendasar karena fungsi utama pembinaan anak adalah mempersiapkan anak menjadi warga masyarakat yang mandiri. Keutuhan
keluarga
sangat
diperlukan
dan
penting
dalam
pendewasaan anak. Kehadiran orang tua memungkinkan adanya rasa kebersamaan sehingga memudahkan orang tua mewariskan nilai-nilai moral yang dipatuhi dan ditaati dalam berperilaku, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang mandiri. Oleh karena itu, mereka membutuhkan pertolongan dari orang dewasa yaitu melalui pendidikan dan pelatihan dalam hal ini adalah keluarga, terutama orang tua. Pada saat ini peran orang tua dan peran respon dari lingkungan sangat diperlukan bagi anak sebagai “penguat” untuk setiap perilaku yang telah dilakukannya.
Berbeda
halnya
dengan anak yatim, adanya
disorganisasi keluarga dalam hal ini tidak adanya ayah dalam keluarganya membuat anak menjadi kurang perhatian dan pendidikan terabaikan. Peran ayah dalam keluarga sangatlah penting dalam membentuk kemandirian belajar anak. Tanpa mengesampingkan peran ibu yang juga
90
penting. Seorang ayah sebagai kepala keluarga sekaligus pengambil keputusan utama memiliki posisi penting dalam mendidik anak. Seorang anak yang dibimbing oleh ayah akan cenderung berkembang menjadi anak yang lebih kuat, memiliki pengendalian emosional dan perilaku kemandirian belajar yang lebih baik dibandingkan anak yang tidak memiliki ayah. Dalam sebuah keluarga ayah memainkan peranan sebagai: (1) Provider (penyedia dan pemberi fasilitas), (2) Protector (pemberi perlindungan), (3) decision maker (pembuat keputusan), (4) child spesialiser and edukator (pendidik dan yang menjadikan anak sosial) dan (5) Nartured Mother (pendamping ibu), (Dagun, 2002:12-17). Anak yatim tidak bisa merasakan peran ayah karena mereka tidak mempunyai ayah mereka membutuhkan sosok lain yang bisa menggantikan peran ayah dalam keluarganya. Salah satu cara yang dilakukan agar anak yatim tetap dalam pengasuhan adalah dengan menampung anak-anak tersebut ke dalam suatu wadah, yaitu panti asuhan guna membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara mendidik, merawat, membimbing, mengarahkan dan memberikan keterampilan-keterampilan seperti yang diberikan oleh orang tua dalam keluarga. Para pengurus menerapkan cara-cara tertentu dalam pembentukan kemandirian belajar anak asuh agar mereka menjadi pribadi yang mandiri sehingga mereka memiliki pengalaman yang nantinya akan dijadikan pedoman bagi mereka agar kelak mereka hidup di dalam lingkungan masyarakat dan mendapatkan suatu bekal yaitu dalam bentuk pendidikan
91
yang diberikan dengan cara memberi suatu pengertian sejak dini lalu dilatih secara
berulang-ulang
kemudian
menjadi
kebiasaan
dan
akhirnya
membudaya. Penanaman kemandirian belajar juga disesuaikan dengan jenjang sekolah anak asuh. Sesuai yang dituturkan oleh Ibu En selaku ketua Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang sebagai berikut: Anak usia SD atau yang baru datang, dia kan belum bisa cuci piring, cuci baju, nyetrika, ngepel, bersih-bersih panti lah. Pengurus mendampingi mereka kalau mereka capek istirahat terus besoknya mulai lagi begitu seterusnya sampai mereka bisa, kalau SMP yang pertama harus membimbing adik-adiknya dan membantu adik-adiknya yang butuh bantuan, mereka sudah mulai kita aktifkan pada kegiatan dan keterampilan-keterampilan yang ada disini, kalau yang SMA sama tugasnya membimbing dan membantu adik-adiknya sekaligus sebagai panutan adikadiknya terus kegiatan kita sarankan supaya lebih aktif tapi kalau keterampilan mereka kita sarankan supaya fokus pada salah satu bidang biar bisa bener-bener ahli di bidang tersebut, kalau bisa semua sih tidak apa-apa ntar malah tidak bisa semua gara-gara tidak fokus (20 November 2016).
Penanaman nilai kemandirian belajar di panti dilakukan dengan cara membangun kesadaran anak asuh bahwa panti merupakan milik mereka sendiri dan segala pemenuhan kebutuhan menjadi tanggung jawab mereka sendiri, panti asuhan hanya memfasilitasi. Anak asuh mencuci pakaian sendiri, menyetrika baju sendiri, ketika mereka membutuhkan uang panti asuhan memfasilitasi kebutuhan tersebut. Sesuai dengan tuturan Ibu En salah satu pengurus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah sebagai berikut: Penanaman nilai kemandirian belajar dilakukan dengan menyelesaikan segala persoalan kebutuhan mereka sendiri, rumah ini, panti ini mereka yang merawat ada jadwal-jadwal kegiatan sehari-hari. Jadi mengajarinya
92
tidak kamu harus begini begitu tapi mereka sudah tau, saya harus begini saya harus begitu, nyuci baju sendiri apa-apa sendiri pokoknya menyelesaikan semua persoalan sendiri, pengurus hanya memfasilitasi, kamu butuhnya uang untuk transport, butuh sabun disiapkan sabun, butuh makan disiapkan makan tapi bagaimana bajunya harus bersih, bagaimana mereka berangkat mereka harus mengaturnya sendiri (pada tanggal 20 November2016). Adanya peraturan dan tata tertib serta jadwal keseharian membuat anak menjadi disiplin sehingga tidak bersikap kekanak-kanakan yang terus mengandalkan bantuan orang lain. Mereka sudah mengerti apa yang harus mereka kerjakan untuk kehidupan mereka di panti tanpa harus meminta bantuan orang lain. Peraturan yang ada dijalankan dengan tertib dan tegas oleh pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang seperti yang dituturkan oleh Ibu En selaku ketua Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, peraturannya sebagai berikut: Dulu juga pernah ada anak yang bilangnya pulang ke rumah tetapi setelah saya menghubungi rumahnya ternyata dia tidak di rumah, setelah kembali di panti saya panggil dia sambil tak suruh bantu-bantu membersihkan ruangan, saya nasehati dia kasih peringatan. Apabila dia mengulanginya lagi maka saya kembalikan ke walinya saja. Anak itu terus meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Terus biasanya kalau ada anak asuh yang bolos sekolah, malam harinya saya panggil datang ke ruangan pengurus biar tidak malu sama temantemannya, saya beri nasehat dan arahan supaya tidak mengulangi lagi terus uang sakunya untuk sementara waktu tidak saya berikan dulu, supaya anaknya kapok (pada tanggal 20 November 2016). Penanaman kemandirian belajar juga dilakukan dengan cara memberikan keterampilan yang nantinya membuat mereka bisa mencari penghidupan sendiri tanpa tergantung kepada orang lain. Sesuai dengan
93
tuturan Bpk Sy salah satu pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang sebagai berikut: Di sini mereka kita beri bermacam-macam keterampilan, biasanya kesenian dan menjahit. Kita selama ini belum pernah kerjasama dengan lembaga-lembaga penyalur kerja paling Cuma menyarankan kamu sebaiknya ke sini apa suruh kita bantu-bantu buat jadi karyawan kita tapi itu untuk yang sudah pintar dalam bidangnya. Biasanya kita sarankan begitu. Contoh lainnya seperti ketika mereka tak suruh untuk belajar kesenian, agar kelak ketika mereka suah keluar dari panti dapat memliki keahlian dalam bidang seni. Jadi, kegiatan ini saya maksudkan untuk melatih kemandirian anak, biar mereka tahu kalau anak panti itu harus memiliki keahlian yang nantinya berguna untuk masa depannya kelak. (pada tanggal 20 November 2016). Berbagai keterampilan yang diberikan kepada anak asuh diharapkan mereka mempunyai bekal keahlian dalam bidang-bidang tertentu sehingga mereka bisa menggunakan keahliannya tersebut untuk kehidupannya setelah keluar dari Panti Asuhan Putri Aisyiyah. Anak asuh juga harus mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman mereka. Kemampuan seorang anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial, serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan mendukung pribadi yang bertanggung jawab mempunyai perasaan aman dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan tidak mudah menyerah akan mendukung perilaku mandiri. Sesuai dengan tuturan Ibu En salah satu pengurus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah sebagai berikut: Hubungan anak yatim dengan teman-teman lain yang tinggal di panti baik, mereka saling melengkapi, kadang kalau teman-temannya membutuhkan pertolongan mereka siap membantu, mungkin ada satu atau dua anak yang
94
belum perduli dengan teman-temannya karna mungkin anaknya pendiam atau cuek jadi mereka bingung membantunya bagaimana, tapi kita usahakan mereka berbaur saling melengkapi tanpa harus melihat status anak di panti dengan memberi pengarahan bahwa kita semua tinggal di asrama ini bersaudara tanpa memandang status, hubungan antara pengurus dan anak asuh saling tolong menolong dan anak asuh menghormati pengurus untuk kepentingan bersama (pada tanggal 23 November 2016). Menurut pandangan pengurus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah, anakanak yatim Panti Asuhan Putri Aisyiyah mempunyai hubungan yang baik kepada semua anggota yang tinggal di asrama karena menunjukkan keramahan dan keberanian dalam bergaul tanpa diliputi rasa rendah diri. Selain itu, mereka juga sopan dan menggunakan bahasa yang halus dalam berbicara. Ini dibuktikan dengan contoh ketika berbicara dengan seluruh pengurus biasanya anak menggunakan bahasa yang halus dan berperilaku sopan. Mereka mengaplikasikan langsung pendidikan yang mereka dapatkan di panti untuk menolong teman-temannya atau orang yang membutuhkan pertolongannya. Namun, masih ada anak yatim panti yang kurang mampu untuk berinteraksi dengan pengurus karena terlalu pendiam, rendah diri dan penakut serta belum dewasa tingkat berfikirnya. Selain itu kepribadian pengurus juga menjadi alasan anak asuh memiliki bahasa yang halus dan perilaku yang sopan. Pengurus panti asuhan putri Aisyiyah Tuntang memiliki suri tauladan dan budi pekerti baik yang sangat patut ditiru oleh anak asuh, dengan adanya pengurus yang memiliki kepribadian baik itulah tidak heran apabila ternyata anak asuh memiliki hal yang serupa.
95
Sesuai dengan tuturan Bpk Sy salah satu pengurus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah sebagai berikut: Anak-anak panti sini bagus mbak, ramah sopan sama semua pengurus, mereka gampang banget bergaul sama semua pengurus tidak isinan lah, ditanya jawabnya pakai bahasa kromo, anak-anaknya kepenakan artinya kalau ada yang sambat minta tolong mereka siap membantu. Tapi ya tidak semuanya begitu ada yang beberapa satu dua anak yang susah buat bergaul sama pengurus, ketemu tidak mau nyapa, mungkin anaknya memang pendiam apa pemalu (pada tanggal 23 November 2016). Di dalam panti mereka juga dituntut untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri kalau tidak bisa baru meminta bantuan sama orang lain. Sesuai dengan tuturan Ibu En salah satu pengurus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah sebagai berikut: Biasanya kalau ada yang mengalami kesulitan anak yang kecil minta bantuan yang gede kalau yang gede tidak bisa ya kita tanya sama mbah google mbak, hehe. Yang namanya anak mesti pernah punya kasus nggak mungkin sempurna sekali, dipanggil orang tuanya kita pengurus yang datang, tapi kita kalau dipanggil nggak mau datang, kita suruh wali anaknya yang datang karena kita tahunya si anak sekolah. Lha udah berangkat sih dari sini. Saya suruh orang tuanya atau walinya untuk mengurusi semuanya, biar menjadi shock terapi. Saya kira ini merupakan pembelajaran yang luar biasa untuk si anak (Pada tanggal 23 November 2016). Pernyataan itu dipertegas Rq, salah satu anak asuh di Panti Asuhan Putri Aisyiyah sebagai berikut: Kita disini disuruh untuk menyelesaikan masalah kita sendiri mbak, kalau ada masalah sama teman kita harus menyelesaikan secepat mungkin dan jangan sampai pengurus turut campur dalam masalah ini. Kalau bingung ngadepi masalah biasanya kita minta bantuan teman dulu biasane mbak-mbakku kalau mbak-mbakku nggak bisa 96
kita minta saran sama pengurus, contohe dulu saya pas milih jurusan di SMA saya bingung mau milih jurusan IA atau IS terus dikasih masukan sama mereka kalau di IA tu begini kalau di IS itu begini (Pada tanggal 23 November 2016). Tujuan dari anak yatim menyelesaikan masalah mereka adalah untuk mencapai tanggung jawab sosial. Hakikat tugas ini adalah agar anak yatim mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan bangsa dengan selalu memperhitungkan nilai-nilai sosial dalam tingkah lakunya secara pribadi. Intelegensi ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Menurut
Ibu
En
pengurus
mengupayakan
pembentukan
kemandirian belajar yang akan diberikan kepada anak asuh mencakup halhal sebagai berikut: 1. Setiap kegiatan belajar yang akan dilaksanakan di panti asuhan harus berdasarkan hasil musyawarah antara pengurus dan anak asuh. Tujuannya agar pembelajaran menghasilkan suatu kondisi yang kondusif.
Setiap
keputusan
yang
diambil
harus
berdasarkan
kepentingan bersama. 2. Di Panti Asuhan Putri Aisyiyah kegiatan belajar yang akan dilaksanakan terlebih dahulu dimusyawarahkan antara pengurus dan anak asuh tentang materi yang akan dipelajari. Materi belajar bukan semata-mata
ditentukan
oleh
pengurus,
anak
asuh
diberikan
kesempatan untuk menentukan materi belajar yang mereka inginkan.
97
3. Setiap anak asuh harus diberikan kesempatan untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya sehingga setiap anak asuh dapat membantu mengembangkan dirinya untuk berkembang sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. Prinsip ini akan menumbuhkan kemandirian belajar pada
anak
asuh
untuk
melakukan
sesuatu
keputusan
tanpa
ketergantungan pada pihak lain. 4. Pembelajaran yang diberikan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah diupayakan dapat memberikan kesempatan kepada anak asuh untuk mengembangkan kemampuan dirinya sesuai dengan kemampuan masing-masing anak asuh. Misalnya, anak asuh yang mempunyai minat menjahit maka lebih cenderung fokus pada menjahit dibandingkan dengan kegiatan yang lainnya. Demikian pula yang mempunyai kemampuan dan berminat dalam bidang drum band, kegiatan belajarnya akan disesuaikan dengan minatnya dalam bidang drum band, sedangkan anak asuh yang mempunyai kemampuan dan berminat dalam bidang memasak kegiatan belajar disesuaikan dengan kegiatan yang sesuai, demikian selanjutnya sesuai dengan kemampuan dan minat yang dimiliki anak asuh. 5. Setiap anak asuh harus diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam berbagai kegiatan. Ini dilakukan untuk melatih anak asuh menjadi berani, menimbulkan kepercayaan diri anak asuh dan diharapkan menjadi pemimpin di lingkungan masyarakat kelak.
98
6. Dalam pembentukan kemandirian belajar anak asuh, pengurus tidak bekerja sendiri, akan tetapi dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, seperti petugas kesehatan, organisasi Muhammadiyah, pemerintah kabupaten, Dinas sosial, dll. Masing-masing dari yang dilibatkan dalam membelajarkan anak asuh memberikan pelayanan kepada anak asuh yang berbeda. Misal, petugas kesehatan satu bulan sekali mengecek kesehatan anak asuh dan memberikan pengarahan kepada mereka untuk selalu menjaga kebersihan baik kebersihan badan maupun lingkungan. 7. Anak asuh dengan karakter yang berbeda diarahkan untuk saling menerima perbedaan tersebut. Anak asuh diharapkan dapat saling berbagi dalam hal apapun. Masing-masing anak asuh mempunyai karakter berbeda, tidak semua anak asuh memiliki kecerdasan emosi dan sosial yang sama, ada diantara mereka sulit berinteraksi terhadap teman-temannya, belum mampu menyesuaikan diri dengan baik, serta kurangnya tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, oleh karenanya dalam memberikan bimbingan kepada anak asuh diarahkan agar anak asuh bisa saling menghargai, menghormati, dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan baik. 8. Prinsip belajar terus menerus harus memberikan kesempatan kepada anak asuh untuk terus belajar sesuai dengan kebutuhannya. Konsekuensinya, kegiatan belajar harus merangsang anak asuh untuk
99
dapat memahami proses pembelajaran, bukan hanya sesaat tetapi dapat bermakna jika dilaksanakan dalam jangka waktu yang lama. Kegiatan belajar di Panti Asuhan Aisyiyah dirancang agar anak asuh menjadi pembelajar mandiri materi yang dipelajari harus sesuai dengan minat dan dibutuhkan oleh anak asuh. Anak asuh akan merasa rugi apabila tidak mengikuti kegiatan yang diajarkan oleh pengurus.
C. Hambatan Yang Diperoleh Dalam Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Panti asuhan dalam memberikan kemandirian belajar kepada anak asuh bukan tanpa hambatan. Menurut Ibu EN beberapa hambatan yang dialami oleh panti asuhan diantaranya: 1.
Kekurangpahaman anak asuh dalam menerima materi belajar. Anak asuh sering berpura-pura sudah mengerti tentang materi belajar yang disampaikan oleh pengurus, padahal sebenarnya belum mengerti. Sebagai contoh, ketika guru pembimbing fiqih mempraktekkan cara berwudhu yang baik, anak asuh menganggap sudah bisa dan tidak memperhatikan, ketika mereka disuruh mempraktekkannya kembali ternyata belum sempurna wudhunya.
2.
Ketidakhadiran pengajar sering menjadikan hambatan dalam proses pembelajaran, seperti halnya ketika musim hujan biasanya pengajar
100
yang tidak bermukim di asrama tidak hadir, sehingga waktu anak asuh yang seharusnya melakukan kegiatan menjadi terhambat. 3.
Banyaknya aktifitas anak asuh di sekolah menjadikan mereka terkadang pulang ke asrama dengan tidak tepat waktu, sehingga ketika kegiatan belajar berlangsung mereka terlambat atau bahkan tidak mengikuti kegiatan belajar tersebut.
101
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai upaya pembentukan kemandirian belajar di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perkembangan sosio-emosional dan kemandirian belajar anak yatim putri panti asuhan Aisyiyah Tuntang sudah cukup baik, tetapi perlu dikembangkan terus-menerus. Perkembangan sosio-emosionalnya dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut: a. Kondisi sosio-emosional anak yatim usia 6-12 (anak-anak) 1) Kondisi emosional Pada usia ini perkembangan emosional anak belum stabil, disebabkan karena lingkungan. Keadaan yang menyebabkan ketidakstabilan adalah penyesuaian diri pada situasi baru yang ada dikehidupannya. 2) Kondisi sosial Kondisi sosial pada masa ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial pada anak usia ini ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Anak yatim putri panti asuhan Aisyiyah
102
Tuntang mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri kepada lingkungan dan teman-temannya, sehingga terbentuknya kematangan perkembangan sosial pada diri anak. b. Kondisi sosio-emosional anak yatim usia 13-18 (remaja) 1) Kondisi emosional Kondisi emosional pada remaja anak yatim di panti asuhan putri Aisyiyah Tuntang mereka tidak lagi mengungkapkan amarah yang meledak-ledak, tetapi ia sudah dapat menahan emosinya. Dengan demikian anak asuh mengabaikan banyak rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan ledakan emosi. Akhirnya, anak asuh yang emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain. 2) Kondisi sosial Kehidupan remaja pada umumnya berusaha untuk menemukan jati dirinya, sehingga remaja tersebut terdorong untuk berinteraksi sosial dengan orang lain guna memahami karakter individu yang menyangkut pribadinya maupun pribadi orang lain. Perkembangan sosial pada anak yatim putri panti asuhan Aisyiyah Tuntang ditandai dengan banyaknya kegiatan sosial yang diikutinya, sehingga anak asuh dapat menilai karakter sosial teman-temannya. Dengan banyaknya kegiatan sosial yang dilakukan, maka wawasan sosial semakin membaik
103
bertambah. Sehingga anak asuh dapat menilai teman-temannya dengan lebih baik, penyesuaian diri dalam situasi sosial bertambah baik dan pertengkarang menjadi berkurang. Dengan demikian
anak
asuh
memiliki
kepercayaan
diri
yang
diungkapkan melalui sikap yang tenang dan seimbang dalam permasalahan sosial. 2. Upaya yang dilakukan pengurus dalam pembentukan kemandirian belajar anak yatim di panti asuhan putri Aisyiyah Tuntang Upaya panti untuk membentuk kemandirian anak yatim putri ada berbagai cara yaitu dengan memberikan pendidikan agama Islam dan keterampilan kepada anak yatim putri sebagai usaha untuk menciptakan pribadi yang mandiri dan mempunyai kecakapan hidup (life skill) dengan harapan anak yatim putri agar dapat meraih masa depan yang lebih baik. Adapun pendidikan dan keterampilan yang diberikan kepada anak yatim putri sebagai berikut: a. Pendidikan agama Islam Pendidikan agama harus diberikan dan diajarkan kepada anak sejak dini, karena agama merupakan pegangan dan pedoman hidup manusia. Pendidikan agama Islam yang diberikan meliputi aqidah dan akhlak, karena pendidikan akhlak sangatlah penting bagi kehidupan anak sebagai pondasi sekaligus bekal bagi kehidupan anak ke depannya. Selain mengajarkan pendidikan moral secara teori (melalui pengajian) pengurus juga memberikan contoh yang
104
nyata dengan tingkah laku dan perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji. b. Keterampilan Anak yatim putri di panti asuhan selain mendapatkan pendidikan agama, pendidikan moral (akhlak) dan pendidikan formal (sekolah) juga mendapatkan berbagai macam keterampilan. Adapun tujuan dari keterampilan anak yatim putri adalah dengan adanya kecakapan yang dimiliki anak asuh diharapkan mereka dapat hidup mandiri dengan bekerja sesuai dengan keterampilan dan bakat yang mereka miliki setelah keluar dari panti asuhan. Di sini pembinaan anak sebagai bagian dari proses sosialisasi yang paling penting dan mendasar
karena
fungsi
utama
pembinaan
anak
adalah
mempersiapkan anak menjadi warga masyarakat yang mandiri. 3. Hambatan yang diperoleh pengurus dalam pembentukan kemandirian belajar anak yatim di panti asuhan putri Aisyiyah Tuntang antara lain: a. Kurangnya pemahaman pada anak yatim putri dalam menerima materi belajar b. Ketidakhadiran pengajar menjadikan hambatan dalam proses pembelajaran c. Kurangnya efisiensi waktu dalam beraktifitas sehingga anak yatim putri seringkali kegiatan yang ada di panti asuhan tersita dengan kegiatan yang ada di sekolahan. Dengan adanya hambatan tersebut,
105
pengurus panti belum bisa sepenuhnya menuntaskan, sehingga kurang terbentuknya kemandirian belajar yang sempurna. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya kearah yang lebih baik, kepada: 1. Pengurus Yayasan Aisyiyah Tuntang diharapkan dapat meningkatkan profesionalitasnya agar mampu membimbing anak yatim putri dan mencetak anak yatim putri yang lebih mandiri dan berkwalitas. 2. Anak yatim putri panti asuhan Aisyiyah Tuntang hendaknya lebih giat, sungguh-sungguh, dan tekun dalam belajar baik di panti maupun di sekolah formal dan mematuhi semua tata tertib dan aturan yang ada dalam panti asuhan, karena semua itu untuk kebaikan anak asuh. 3. Pihak keluarga diharapkan untuk lebih memperhatikan tumbuh kembang anak yang dititipkan di panti asuhan dengan ikut berperan aktif dengan pengurus dalam merawat dan mendidik anak, sehingga cita-cita untuk mewujudkan anak yang cerdas dan berakhlaqul karimah dapat terwujud, karena bagaimanapun juga keluarga adalah pihak yang bertanggung jawab atas kehidupan anak. 4. Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan nasib anak-anak yang kurang beruntung serta mengambil kebijakan guna meningkatkan pendidikan, kelayakan dan kesejahteraan anak-anak, khususnya anak yatim yang hidup di panti asuhan.
106
DAFTAR PUSTAKA Achmadi. 2003. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Ali, M. & Asrori, M. 2005, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara. Anung, H. 2005. Belajar Mandiri: Konsep dan Penerapannya Dalam Sistem Pendidikan Dan Pelatihan Terbuka/Jarak Jauh, Jakarta : Seamolec. Azizi, D. A. 1996 Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Iektiar Baru Van Hoeve Chabib, T. 1996 Kapita Selekta Pendidikan Islam,Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dagun, SM. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta Dawud, S. A. no. 2.873, Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10 (Tahun VIII/125H/2004) Departemen Agama RI, 2010. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta : Departemen Agama RI. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2005 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Departemen Sosial Republik Indonesia. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Kesejahteraan Panti Asuhan. Jakarta: Balai Pustaka Departemen Sosial RI. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Kesejahteraan Panti Asuhan. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
107
Desmita, 2009 Perkembangan Peserta Didik : Panduan Bagi Orang Tua Dan Guru Dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA, Bandung: Rosdakarya, Elizabeth, H. B. 1996 Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. D. 1989 Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Gunung Mulia. Hadits Riwayat Shahih Bukhari no. 4998 dan 5659 Herman, H. 1994 Murid Belajar Mandiri, Bandung: Rosdakarya, Kartono, K. 1996, Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju Kemp, J. E. 1994. Proses Perencanaan Mengajar, Bandung : ITB Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda karya Offset. Muntaha, 2012. Pendidikan Kemandirian Anak-Anak Yatim Piatu Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga : Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Nasution S, 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Tarsito Nur, Habib. 2009. Pembinaan Akhlak Anak Asuh di Panti Asuhan Yatim Piatu Putra Islam An-Nur Bantulkarang Ringinharjo Bantul. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta : Jurusan Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga. Peter Salim & Yenny Salim, 1991 Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Putri, A. 2015. Upaya Pembinaan Kemandirian di Panti Asuhan Untuk Mempersiapkan Masa Depan. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta : Jurusan Sosiologi UIN Sunan Kalijaga.
108
Sugiono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta. Syaltut, M. 1990, Tafsir Al-Qur’anul Karim, Bandug: CV. Diponegoro. Syaodih, S. N.
2008
Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, Thursan, H. 2002 Belajar Secara Efektif, Jakarta: Pustaka pembangunan Swadaya Nusantara Yusuf LN, S. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya Dokumen : Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Anak Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
109
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Lukluum Maknun
Tempat Tanggal Lahir
: Tuntang, 22 Desember 1994
Alamat
: Jl.Jawa No.8 Rt 01/Rw03 Krajan Jombor Kec. Tuntang Kab. Semarang
Pendidikan
: 1. RA Jombor 2000 2. MI Ma’arif Jombor 2006 3. MTs Sunan Pandanaran Jogjakarta 2009 4. MA Sunan Pandanaran Jogjakarta 2012
Demikian daftar biodata saya buat dengan sebenar-benarnya.
Tuntang, 20 Februari 2017 Yang bersangkutan,
LukluumMaknun NIM. 111-12-245
110
PEDOMAN WAWANCARA UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK YATIM PUTRI DI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG A. Identitas Informan a.
Nama
:
b. Umur
:
c.
:
Pekerjaan
d. Pendidikan Terakhir
:
B. Pertanyaan 1.
ANAK YATIM PUTRI a) Kenapa anda bisa tinggal di panti? b) Apakah aktivitas anda sehari-hari setelah pulang sekolah? c) Bagaimana perbedaan aktivitas anda sehari-hari di panti dengan di rumah? d) Adakah perubahan yang anda rasakan selama tinggal di panti? e) Apa pengalaman yang anda peroleh selama tinggal di panti? f)
2.
Adakah manfaat yang anda dapatkan selama kamu tinggal di panti?
PENGURUS PANTI ASUHAN AISYIYAH a) Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya yayasan Aisyiyah? b) Apakah Visi dan Misi Yayasan Aisyiyah? c) Apa
bimbingan
pendidikan
yang
dilakukan
dalam
rangka
meningkatkan kemandirian terhadap anak yatim? d) Apakah bimbingan yang dilakukan mempengaruhi kemandirian anak yatim tersebut? e) Materi keterampilan apa saja yang diajarkan di Yayasan Aisyiyah? f)
Upaya apa yang dilakukan pihak Yayasan Aisyiyah untuk lebih meningkatkan keterampilan bagi anak yatim?
111
TRANSKIP WAWANCARA UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK YATIM PUTRI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG A. Identitas Informan a. Nama
: Putri
b. Umur
: 7 tahun
c. Pekerjaan
: Pelajar
d. Pendidikan Terakhir : B. Pertanyaan 1. ANAK YATIM PUTRI a. Kenapa anda bisa tinggal di panti? Pi berasal dari aceh, Bencana alamlah yang menjadikan Pi ditinggalkan ayahnya untuk selama-lamanya. Setelah terjadinya Bencana alam ibunda menitipkan Pi di tempat neneknya di kota Semarang. Dikarenakan ibunda Pi bekerja menjadi TKI di Malaysia, nenek Pi pun sudah renta dan tidak bisa memenuhi kebutuhan sekolah Pi, akhirnya ibunda dengan berat hati menitipkan Pi kepada panti guna untuk mendapatkan kesejahteraan dan ilmu yang bermanfaat. b. Apakah aktivitas anda sehari-hari setelah pulang sekolah? Istirahat, solat dan makan. c. Bagaimana perbedaan aktivitas anda sehari-hari di panti dengan di rumah? Kalau di rumah tidak ada yang menjaga, sedangkan di panti asuhan banyak temannya dan ada yang menjaga. d. Adakah perubahan yang anda rasakan selama tinggal di panti? Ada, keberanian saya muncul setelah tinggal di panti, karena
112
e. Apa pengalaman yang anda peroleh selama tinggal di panti?banyak teman sebaya yang menjadikan saya berani. f. Adakah keluarga yang pernah berkunjung selama tinggal di panti? Ya, nenek saya 1 bulan sekali selalu berkunjung ke panti asuhan untuk menjenguk saya. g. Apakah manfaat yang anda dapatkan selama kamu tinggal di panti? Mendapatkan kesejahteraan dan ilmu yang bermanfaat. 2. PENGURUS PANTI ASUHAN AISYIYAH Identitas Informan a. Nama
: Hj. Endang Sulistyorini Santo
b. Umur
: 60 tahun
c. Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
d. Pendidikan Terakhir : Sarjana Ekonomi a. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya yayasan Aisyiyah? Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang terletak di Jalan Raya SoloSemarang, tepatnya di Jalan fatmawati No. 71 Tuntang, Kab. Semarang, yang didirikan pada tanggal 13 Oktober 1989 di bawah naungan organisasi Sosial Keagamaan ”Aisyiyah”. Bermula dari rumah biasa pemberian wakaf dari bapak H. Harmoni Ja’far dari Bogor. Ketika itu anak asuhnya baru berjumlah tujuh orang. Sedangkan Biaya asuh atau dana berasal dari donatur-donatur yang awalnya hanya terbatas pada pengurus dan insidentil masyarakat. Sesuai dengan perkembangan zaman dan daya tampung, akhirnya Panti Asuhan Putri Aisyiyah dapat menampung hingga 20 anak. Akan tetapi pada tahun 1995, hal yang tidak diinginkan terjadi.
113
Panti Asuhan Putri Aisyiyah mengalami musibah kebakaran karena konsleting arus pendek listrik pada jam 1 malam, sehingga bangunan induk terbakar habis. Walaupun demikian, tidak ada korban jiwa. Dan dari tahun ke tahun hingga sampai saat ini Panti Asuhan Aisyiyah telah berhasil direnovasi kembali bahkan ada penambahan bangunan yang nampak makin berdiri kokoh dan cukup memadai. Semua pembangunan itu tidak lepas dari sumbangan para donatur dan dermawan. Tahun ini jumlah anak yang tinggal di panti tersebut kurang lebih sekitar 82 anak. Semuanya sekolah dari tingkat SD, SMP, SMA bahkan ada yang kuliah. b. Apakah Visi Misi Yayasan Aisyiyah? Visi Terpenuhinya hak anak yang meliputi: hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partipasi berdasarkan tuntutan dan hadist nabi. Misi 5) Menyelenggarakan upaya kebutuhan-kebutuhan anak baik jasmani, rohani, mental, psikososial. 6) Memberikan perlindungan terhadap anak dari perlakuanperlakuan salah atau eksploitasi dan situasi yang membahayakan anak. 7) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai bakat dan minatnya.
114
8) Membentuk akhlakul karimah yang sesuai dengan ajaran Alqur’an dan Al-hadist. c. Apa bimbingan pendidikan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemandirian terhadap anak yatim? 1. Pendidikan agama 2. Pendidikan moral 3. keterampilan d. Apakah bimbingan yang dilakukan mempengaruhi kemandirian anak yatim tersebut? Iya, Adanya peraturan dan tata tertib serta jadwal keseharian membuat anak menjadi disiplin sehingga tidak bersikap kekanakkanakan yang terus mengandalkan bantuan orang lain. Mereka sudah mengerti apa yang harus mereka kerjakan untuk kehidupan mereka di panti tanpa harus meminta bantuan orang lain. e. Materi ketrampilan apa saja yang diajarkan di Yayasan Aisyiyah ? Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada anak asuh meliputi: keterampilan membuat kerajinan tangan, keterampilan menjahit dan kesenian. f. Upaya apa yang dilakukan pihak Yayasan Aisyiyah untuk lebih meningkatkan keterampilan bagi anak yatim? Dengan
cara
memberikan
pendidikan
agama
Islam
dan
keterampilan kepada anak yatim putri sebagai usaha untuk menciptakan pribadi yang mandiri dan mempunyai kecakapan hidup (life skill) dengan harapan anak yatim putri agar dapat meraih masa depan yang lebih baik. Adapun pendidikan dan keterampilan yang diberikan kepada anak yatim putri sebagai berikut:
115
1. Pendidikan agama Islam Pendidikan agama harus diberikan dan diajarkan kepada anak sejak dini, karena agama merupakan pegangan dan pedoman hidup manusia. Pendidikan agama Islam yang diberikan meliputi aqidah dan akhlak, karena pendidikan akhlak sangatlah penting bagi kehidupan anak sebagai pondasi sekaligus bekal bagi kehidupan anak ke depannya. Selain mengajarkan pendidikan moral secara teori (melalui pengajian) pengurus juga memberikan contoh yang nyata dengan tingkah laku dan perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji. 2. Keterampilan Anak yatim putri di panti asuhan selain mendapatkan pendidikan agama, pendidikan moral (akhlak) dan pendidikan formal
(sekolah)
juga
mendapatkan
berbagai
macam
keterampilan. Adapun tujuan dari keterampilan anak yatim putri adalah dengan adanya kecakapan yang dimiliki anak asuh diharapkan mereka dapat hidup mandiri dengan bekerja sesuai dengan keterampilan dan bakat yang mereka miliki setelah keluar dari panti asuhan. Di sini pembinaan anak sebagai bagian dari proses sosialisasi yang paling penting dan mendasar karena fungsi utama pembinaan anak adalah mempersiapkan anak menjadi warga masyarakat yang mandiri.
116
TRANSKIP WAWANCARA UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK YATIM PUTRI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG A. Identitas Informan a. Nama
: Nia Ramadhani
b. Umur
: 8 Tahun
c. Pekerjaan
: Pelajar
d. Pendidikan Terakhir : B. Pertanyaan 1. ANAK YATIM PUTRI a. Kenapa anda bisa tinggal di panti? penyebab Nr tinggal di panti adalah kurangnya pengawasan dari orang tua dalam membimbing belajar, ibundanya bekerja serabutan berangkat pagi pulangnyapun tidak menentu, sehingga dia tinggal di panti. b. Apakah aktivitas anda sehari-hari setelah pulang sekolah? Istirahat, sholat, mengerjakan PR dan makan. c. Bagaimana perbedaan aktivitas anda sehari-hari di panti dengan di rumah? Sangat berbeda, ketika di rumah tidak ada yang mengawasi, karena ibu bekerja berangkat pagi dan pulangnya tidak menentu. d. Adakah perubahan yang anda rasakan selama tinggal di panti? Saya mendapatkan bimbingan dan pengawasan
yang baik
layaknya anak-anak pada umumnya. e. Apa pengalaman yang anda peroleh selama tinggal di panti? Mendapatkan perhatian dari pengurus dan juga teman-teman. f. Adakah keluarga yang pernah berkunjung selama tinggal di panti? Ada, ibu saya 2 bulan sekali. g. Apakah manfaat yang anda dapatkan selama kamu tinggal di panti? Mendapatkan bimbingan, binaan dan pengawasan yang lebih.
117
2. PENGURUS PANTI ASUHAN AISYIYAH a. Nama
: Suyuti
b. Umur
: 30 Tahun
c. Pekerjaan
: Penjahit
d. Pendidikan Terakhir : SMA a. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya yayasan Aisyiyah? Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang terletak di Jalan Raya SoloSemarang, tepatnya di Jalan fatmawati No. 71 Tuntang, Kab. Semarang, yang didirikan pada tanggal 13 Oktober 1989 di bawah naungan organisasi Sosial Keagamaan ”Aisyiyah”. Bermula dari rumah biasa pemberian wakaf dari bapak H. Harmoni Ja’far dari Bogor. Ketika itu anak asuhnya baru berjumlah tujuh orang. Sedangkan Biaya asuh atau dana berasal dari donatur-donatur yang awalnya hanya terbatas pada pengurus dan insidentil masyarakat. Sesuai dengan perkembangan zaman dan daya tampung, akhirnya Panti Asuhan Putri Aisyiyah dapat menampung hingga 20 anak. Akan tetapi pada tahun 1995, hal yang tidak diinginkan terjadi. Panti Asuhan Putri Aisyiyah mengalami musibah kebakaran karena konsleting arus pendek listrik pada jam 1 malam, sehingga bangunan induk terbakar habis. Walaupun demikian, tidak ada korban jiwa. Dan dari tahun ke tahun hingga sampai saat ini Panti Asuhan Aisyiyah telah berhasil direnovasi kembali bahkan ada penambahan bangunan yang nampak makin berdiri kokoh dan cukup memadai. Semua pembangunan itu tidak lepas dari
118
sumbangan para donatur dan dermawan. Tahun ini jumlah anak yang tinggal di panti tersebut kurang lebih sekitar 82 anak. Semuanya sekolah dari tingkat SD, SMP, SMA bahkan ada yang kuliah. c. Apakah Visi Misi Yayasan Aisyiyah? Visi Terpenuhinya hak anak yang meliputi: hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partipasi berdasarkan tuntutan dan hadist nabi. Misi 1) Menyelenggarakan upaya kebutuhan-kebutuhan anak baik jasmani, rohani, mental, psikososial. 2) Memberikan perlindungan terhadap anak dari perlakuanperlakuan salah atau eksploitasi dan situasi yang membahayakan anak. 3) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai bakat dan minatnya. 4) Membentuk akhlakul karimah yang sesuai dengan ajaran Alqur’an dan Al-hadist. d. Apa bimbingan pendidikan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemandirian terhadap anak yatim? 1. Pendidikan agama 2. Pendidikan moral 3. Keterampilan
119
e. Apakah bimbingan yang dilakukan mempengaruhi kemandirian anak yatim tersebut? Iya, Adanya peraturan dan tata tertib serta jadwal keseharian membuat anak menjadi disiplin sehingga tidak bersikap kekanakkanakan yang terus mengandalkan bantuan orang lain. Mereka sudah mengerti apa yang harus mereka kerjakan untuk kehidupan mereka di panti tanpa harus meminta bantuan orang lain. f. Materi ketrampilan apa saja yang diajarkan di Yayasan Aisyiyah ? Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada anak asuh meliputi: keterampilan membuat kerajinan tangan, keterampilan menjahit dan kesenian. g. Upaya apa yang dilakukan pihak Yayasan Aisyiyah untuk lebih meningkatkan keterampilan bagi anak yatim? Dengan
cara
memberikan
pendidikan
agama
Islam
dan
keterampilan kepada anak yatim putri sebagai usaha untuk menciptakan pribadi yang mandiri dan mempunyai kecakapan hidup (life skill) dengan harapan anak yatim putri agar dapat meraih masa depan yang lebih baik. Adapun pendidikan dan keterampilan yang diberikan kepada anak yatim putri sebagai berikut: 1. Pendidikan agama Islam Pendidikan agama harus diberikan dan diajarkan kepada anak sejak dini, karena agama merupakan pegangan dan pedoman hidup manusia. Pendidikan agama Islam yang diberikan meliputi aqidah dan akhlak, karena pendidikan akhlak sangatlah penting bagi kehidupan anak sebagai pondasi sekaligus bekal bagi kehidupan anak ke depannya. Selain 120
mengajarkan pendidikan moral secara teori (melalui pengajian) pengurus juga memberikan contoh yang nyata dengan tingkah laku dan perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji. 2. Keterampilan Anak yatim putri di panti asuhan selain mendapatkan pendidikan agama, pendidikan moral (akhlak) dan pendidikan formal
(sekolah)
juga
mendapatkan
berbagai
macam
keterampilan. Adapun tujuan dari keterampilan anak yatim putri adalah dengan adanya kecakapan yang dimiliki anak asuh diharapkan mereka dapat hidup mandiri dengan bekerja sesuai dengan keterampilan dan bakat yang mereka miliki setelah keluar dari panti asuhan. Di sini pembinaan anak sebagai bagian dari proses sosialisasi yang paling penting dan mendasar karena fungsi utama pembinaan anak adalah mempersiapkan anak menjadi warga masyarakat yang mandiri.
121
TRANSKIP WAWANCARA UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK YATIM PUTRI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG Identitas Informan a. Nama
:Nurul Khamidah
b. Umur
: 14 tahun
c. Pekerjaan
: Pelajar
d. Pendidikan Terakhir : Pertanyaan 1. ANAK YATIM PUTRI a. Kenapa anda bisa tinggal di panti? kurangnya mimiliki sikap kepercayaan diri, Nk merasa kurang memiliki kelebihan dalam dirinya, Dengan adanya kegiatan yang diterapkan panti Nk dapat mengembangkan sikap percaya dirinya serta menggali potensi yang ia sebenarnya miliki. b. Apakah aktivitas anda sehari-hari setelah pulang sekolah? Istirahat, sholat dan makan. c. Bagaimana perbedaan aktivitas anda sehari-hari di panti dengan di rumah? Kalau di panti saya bisa mengembangkan sikap percaya diri serta dapat menggali potensi yang saya miliki. d. Adakah perubahan yang anda rasakan selama tinggal di panti? Ada, dengan adanya kegiatan yang ada di panti saya menjadi lebih percya diri dan mengetahui potensi yang ada pada diri saya. e. Apa pengalaman yang anda peroleh selama tinggal di panti? Memiliki banyak teman, mandiri, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. f. Adakah keluarga yang pernah berkunjung selama tinggal di panti?
122
Ada, paman, ibu, tante 1 bulan sekali. g. Apakah manfaat yang anda dapatkan selama kamu tinggal di panti? Dengan adanya kegiatan yang diterapkan panti Nk dapat mengembangkan sikap percaya dirinya serta menggali potensi yang ia sebenarnya miliki.
123
TRANSKIP WAWANCARA UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK YATIM PUTRI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG Identitas Informan a. Nama
: Rizqi Fauziyah
b. Umur
: 17 tahun
c. Pekerjaan
: Pelajar
d. Pendidikan Terakhir : Pertanyaan 1. ANAK YATIM PUTRI a. Kenapa anda bisa tinggal di panti? adalah ingin memiliki masa depan yang gemilang serta Rq ingin membahagiakan ibundanya dengan menuruti keinginan ibundanya untuk menimba ilmu di panti, sehingga Rq rela berpisah jauh dengan sang ibunda agar ibunda bahagia kelak melihat Rq menjadi sukses dan membanggakan keluarga. b. Apakah aktivitas anda sehari-hari setelah pulang sekolah? Istirahat, solat dan makan. c. Bagaimana perbedaan aktivitas anda sehari-hari di panti dengan di rumah? Kalau di rumah mendapatkan ilmu hanya di sekolah, akan tetapi ketika di panti bisa mendapatkan ilmu yang lebih yang tidak ada di sekolah. d. Adakah perubahan yang anda rasakan selama tinggal di panti? Mendapatkan ilmu agama dan ilmu umum (ketrampilan) e. Apa pengalaman yang anda peroleh selama tinggal di panti? f. Adakah keluarga yang pernah berkunjung selama tinggal di panti? Belajar mandiri untuk berpisah dengan orangtuanya.
124
g. Apakah manfaat yang anda dapatkan selama kamu tinggal di panti? Bisa mendapatkan ilmu yang banyak untuk meraih kesuksesan di masa depan.
125
TRANSKIP WAWANCARA UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK YATIM PUTRI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG Identitas Informan a. Nama
: Miftahul Jannah
b. Umur
: 18 tahun
c. Pekerjaan
: Pelajar
d. Pendidikan Terakhir : Pertanyaan 1. ANAK YATIM PUTRI a. Kenapa anda bisa tinggal di panti? banyaknya saudara kandung yang Mj miliki mengakibatkan ibunda Mj tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga ibunda Mj memutuskan untuk menitipkan Mj tinggal di panti guna mendapatkan masa depan yang baik b. Apakah aktivitas anda sehari-hari setelah pulang sekolah? Istirahat solat dan makan. c. Bagaimana perbedaan aktivitas anda sehari-hari di panti dengan di rumah? Kalau di rumah sepulang sekolah membantu ibunya bekerja, sehingga saya tidak bisa belajar dengan maksimal. d. Adakah perubahan yang anda rasakan selama tinggal di panti? Saya semakin mandiri dan bisa membantu mengurangi beban orangtua. e. Apa pengalaman yang anda peroleh selama tinggal di panti? Pengurus sering menyuruh saya untuk membimbing belajar anakanak panti yang lebih kecil. f. Adakah keluarga yang pernah berkunjung selama tinggal di panti?
126
Iya ada, tapi kadang-kadang. g. Apakah manfaat yang anda dapatkan selama kamu tinggal di panti? Saya mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman yang tidak saya dapatkan ketika di rumah.
127
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Definisi Panti Asuhan “Putri Aisyiyah” Tuntang
128
Anak – Anak Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
Kegiatan Rebana Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
129
Kegiatan Drum Band Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
Ruang Menjahit Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
130
Kegiatan Qiro’ah Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
Kegiatan Menyulam Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
131
Anak-Anak Panti Sedang Belajar
Anak-Anak Panti Sedang Belajar
132
Pengurus Panti Membimbing Belajar Anak Asuh
Anak-Anak Panti Sarapan Pagi
133
Kegiatan Sholat Berjamaah Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
Lomba Porseni Tingkat Kabupaten Semarang
134