PERAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA DALAM USAHA PEMBENTUKAN SIKAP KEMANDIRIAN ANAK ASUH TAHUN 1966-1984
Disusun Oleh:
YUNI ARYANI C0505051
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
HALAMAN PERSETUJUAN
PERAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA DALAM USAHA PEMBENTUKAN SIKAP KEMANDIRIAN ANAK ASUH TAHUN 1966-1984 Disusun oleh: YUNI ARYANI C0505051
Telah Disetujui Oleh Pembimbing
Pembimbing
Dra. Isnaini, W.W, M.Pd NIP. 195905091985032001
Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum NIP. 195402231986012001
PERAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA DALAM USAHA PEMBENTUKAN SIKAP KEMANDIRIAN ANAK ASUH TAHUN 1966-1984 Disusun oleh: YUNI ARYANI C0505051 Telah Disetujui Oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal ………………….2010 Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua Penguji
Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum
(
)
(
)
(
)
(
)
NIP. 195402231986012001 Sekretaris Penguji
Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd NIP. 195806011986012001
Penguji I
Dra. Isnaini, W. W, M.Pd NIP. 195905091985032001
Penguji II
Dr. Warto, M.Hum NIP. 196109251986031001 Mengetahui Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M. A NIP. 195303141985061001
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Nama: YUNI ARYANI Nim : C0505051
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul PERAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) DALAM MEMANDIRIKAN ANAK ASUH TAHUN 1966-1984 adalah betul-betul karya sendiri, bukan dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 26 April 2010 Yang membuat
YUNI ARYANI
HALAMAN PERSEMBAHAN
·
Bapak dan Almh Ibu serta Kakakkakakku (keluarga besarku) terimakasih untuk semuanya.
HALAMAN MOTTO
“Orang yang meletakkan tanggannya di atas kepala anak yatim karena rasa kasih dan sayangnya, maka Allah akan memberi pahala kebaikan kepadanya sebanyak rambut yang terpegang oleh tangan itu”. ( H. R. Ahmad dan Abbu Hayan). Hidup adalah perjuangan, hidup adalah arah dan tujuan, masa depan adalah harapan. (Penulis).
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Dengan memanjatkan puji syukur alhamdullilah kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, serta dengan usaha yang sungguh-sungguh, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana ilmu sejarah pada fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa penulis tidak akan menyelesaikan skripsi ini tanpa bimbingan, pengarahan dan petunjuk dari beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Sudarno, M. A, selaku Dekan Universitas Sebelas Maret. 2. Ibu Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum, selaku ketua jurusan fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 3. Ibu Dra. Isnaini, W. W, M. Pd, selaku pembimbing utama yang telah memberikan arahan serta nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak M. Bagus Sekar Alam, S. S, M. Si, selaku pembimbing akademik yang membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 5. Seluruh staf dosen fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret. 6. Bapak Wahyudi selaku ketua PAKYM, yang telah mau meluangkan waktunya untuk membantu penulis sampai selesainya skripsi ini. 7. Segenap pengurus dan pengasuh PAKYM Surakarta, yang telah mau membantu penulis mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam skripsi ini. 8. Bapak dan Almh Ibu tercinta, Ibu Watini, Mas. Eko, Mbak. Nana, Mas. Ari, Mbak. Lis, Mbak. Yuni, Murni, Mega dan semua keluarga besarku”, terimakasih dan buat Eko Sriono terimakasih motivasinya.
9. Sahabatku sekalian Metha, Wanti, Weni, Dona, Acik, Shinta, Siti, yang selalu memberi semangat untukku sehingga terwujudnya skripsi ini, sukses untuk kita semua, Amin. 10. Sobat-sobat Ilmu Sejarah, Ari’, Budi Darmawan, Cahyo, Robet, Budi Trapsilo, dan teman–teman seperjuangan angkatan 2005 Ilmu Sejarah. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesainya skripsi ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan segala rahmat dan anugrahnya sebagai balasan atas segala puji yang telah dilakukan. Akhirnya dengan menyadari segala kekurangan dan keterbatasan dalam menyajikan skripsi ini maka kritik dan saran pwenulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini, dan penulis berharap semoga skripsi yang penulis sajikan dengan segala kekurangan dan keterbatasan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Waasalamu’alaikum Wr.Wb. Surakarta, 26 April 2010 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................
xii
DAFTAR ISTILAH.........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiv
ABTRAKSI
xv
..................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. G.
Latar Belakang Masalah................................................................. Perumusan Masalah ....................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................... Manfaat Penelitian ......................................................................... Tinjauan Pustaka ............................................................................ Metode Penelitian .......................................................................... Sistematika Penelitian ....................................................................
1 10 11 11 12 15 19
BAB II. SEJARAH BERDIRINYA PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA A. Letak Geografis PAKYM Surakarta .............................................. 21 B. Sejarah Berdirinya PAKYM Surakarta .......................................... 25 C. Kedudukan PAKYM di Dalam Muhammadiyah ........................... 29 1. Sejarah Berdirinya Majlis ........................................................ 29
2. Majlis PKU dan PAKYM Surakarta ........................................ BAB
III.
PERKEMBANGAN PANTI ASUHAN KELUARGA MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 1966-1984
A. Pengorganisasian PAKYM Surakarta Tahun 1970-1984 .............. 1. Sistem Penerimaan Anak Asuh PAKYM Surakarta ................ 2. Sistem Pendidikan Anak Asuh PAKYM Surakarta ................. 3. Pengolahan Dana PAKYM Surakarta ...................................... 4. Kepengurusan PAKYM Surakarta ........................................... 5. Kondisi Kehidupan PAKYM Surakarta ................................... B. Interaksi Sosial di Dalam PAKYM Surakarta ............................... C. Pengaruh Situasi Sosial, Politik dan Ekonomi PAKYM Surakarta ........................................................................................ D. Upaya Pengembangan PAKYM Surakarta ....................................
35 YATIM 42 44 47 51 57 61 69 76 79
BAB IV. PERAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA DI BIDANG PENDIDIKAN UNTUK MEMBENTUK SIKAP KEMANDIRIAN A. Peran PAKYM Surakarta di Bidang Pendidikan Untuk Membentuk Sikap Kemandirian Anak Asuh...................................................... 82 1. Pendidikan Informal ................................................................. 84 a. Sistem Kekeluargaan.......................................................... 85 b. Sistem Keteladanan ............................................................ 87 c. Sistem Kedisiplinan ........................................................... 89 2. Pendidikan Formal .................................................................... 90 3. Pendidikan Nonformal .............................................................. 97 a. Kegiatan Pendidikan Nonformal ........................................ 98 1. Pembinaan Keagamaan ................................................ 98 2. TapakSuci..................................................................... 100 3. Pendidikan Olah Raga .................................................. 101 b. Jadwal Pendidikan Nonformal ........................................... 101 c. Biaya Pendidikan Nonformal ............................................. 103 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 107 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 111 DAFTAR INFORMAN……………………………………………………… 117
x
DAFTAR TABEL
1: Dartar alumni PAKYM yang telah berhasil…………………………………. 51 2: Rekapitulasi anggaran pemasukan PAKYM Surakarta tahun 1981………… 57 3: Rekapitulasi anggaran pengeluaran PAKYM Surakarta tahun 1981.............. 58 4: Daftar menu makan di PAKYM Surakarta tahun 1980.................................. 67 5: Data tempat sekolah anak asuh PAKYM Surakarta tahun 1970-an............... 94 6: Data tempat sekolah anak asuh PAKYM Surakarta tahun 1980-an............... 94 7: Data anak asuh yang masuk ke PAKYM Surakarta tahun 1970-an............... 95 8: Data anak asuh yang masuk ke PAKYM Surakarta tahun 1980-an............... 96 9: Jadwal kegiatan pendidikan nonformal PAKYM Surakarta tahun 1970-an.. 102 10: Jadwal kegiatan pendidikan nonformal PAKYM Surakarta tahun 1980-an. 102
DAFTAR SINGKATAN
· · · · · · · · · · · · · ·
AD/ART: Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga ASEAN: Association South East Asia Nation BAZIS : Badan Amal Zakat Infak Sodaqoh DIKDASMEN: Pendidikan Dasar Menengah PAKYM: Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah PAYM : Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah PCM : Pimpinan Cabang Muhammadiyah PDM : Pimpinan Derah Muhammadiyah PKO : Penolong Kesengsaraan Oemoem PKU : Pembina Kesejahteraan Umat PPM : Pimpinan Pusat Muhammadiyah RMM : Rumah Miskin Muhammadiyah SATV : Sidiq Amanah Tabligh Vatonah STM : Sekolah Tehnik Pertama
DAFTAR ISTILAH · Tajdid : Pembaharuan · Foster Parents : santunan kepada anak yatim yang dirawat oleh keluarga · Foster care : santunan kepada anak yatim yang diangkat sebagai anak angkat · Survival : ukuran kepentingan
DAFTAR LAMPIRAN
1: Muhammadiyah Sebagai Badan Hukum............................................................ 117 2: Surat Permohonan Bantuan Untuk Mengembangkan Rumah Yatim Muhammadiyah di Surakarta…………………………………………………. 118 3: Surat Tanda Pendaftaran PKU Muhammadiyah………………………………. 119 4: Keputusan Menteri Sosial RI Tentang Pengukuhan Organisasi Sosial……….. 120 5: Surat Pendaftaran Sementara PAKYM Surakarta.............................................. 122 6: Dokumentasi PAKYM Surakarta........................................................................ 124 7: Rekapitulasi BUku Kas PAKYM Surakarta Tahun 1981................................... 134 8: Rapor Alumni Anak Asuh PAKYM Tahun 1974............................................... 138 9: Daftar Menu Makan Anak Asuh PAKYM Surakarta......................................... 139 10: Denah PAKYM Surakarta................................................................................ 140 11: Daftar Informan................................................................................................ 141
ABSTRAK
Yuni Aryani (C0505051) Peran Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta Dalam Usaha Pembentukan Sikap Kemandirian Anak Asuh Tahun 1966-1984 Skripsi, Surakarta : Fakultas Sastra dan Senirupa, Universitas Sebelas Maret, 2010. Secara struktural PAKYM Surakarta merupakan usaha sosial yang dilakukan oleh Muhammadiyah, melalui Majlis-majlis PKU Daerah Surakarta,. tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Laweyan yang bertanggung jawab kepada Majlis PKU. Pada dasarnya skripsi ini dibatasi oleh cakupan temporal yaitu antara tahun 1966-1984, alasannya bahwa pada tahun 1966 merupakan awal digunakannya turunan akte resmi penyerahan PAKYM Surakarta ke Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Surakarta. Penelitian dalam studi sejarah ini memakai pendangan sejarah kritis yang didasarkan pada metode historis yang di dalamnya mencakup kegiatan pengumpulan sumber, menguji, menganalisa secara kritis, rekontruksi, yang kemudian menghasilkan historiografi. Akhirnya skripsi ini hendak memberikan gambaran tentang usaha Muhammadiyah Kodia Surakarta melalui Majlis PKU dalam ikut peduli terhadap pengentasan kemiskinan melalui penyantuanan anak-anak terlantar dan memberikan bekal pendidikan baik Informal, Formal dan Nonformal yang dapat bermanfaat bagi diri masing-masing anak asuh, juga usaha Muhammadiyah dalam ikut menyalurkan ke dalam lapangan pekerjaan pada diri anak-anak asuh.
ABSTRACT Yuni Aryani (C0505051) Growht And The Role Of Family Orphanage Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta 1966-1984 Year In The FIield Of Education Skripsi, Surakarta: Faculty of Literature and Fine Arts, University Eleven in March, 2010 Surakarta is structurally PAKYM social enterprise conducted by Muhammadiyah, through the Majlis-majlis Regional PKU Surakarta, Surakarta PAKYM managed and developed. But in practice done by Muhammadiyah Laweyan Branch Manager is responsible to the Majlis PKU. In this paper also provides an explanation of the history and position within the Muhammadiyah Surakarta PAKYM and Surakarta PAKY role in education for foster children. In its inception, PAKYM Surakarta has undergone several name changes, namely House Poor Muhammadiyah (RMM), Muhammadiyah Orphan Aylum Asuhan (PAYM) and Surakarta Muhammadiyah Orphan Asylum Asuhan Family (PAKYM) Surakarta. Similarly, residential moving, in the hands of pengelolaanpun experiencing displacement, namely from the Regional Chairman of Muhammadiyah (PDM) Kodia Surakarta through the Majlis Dients PKO. PKO that from to the Branch Head of Muhammadiyah (PCM) Laweyan, however all the stewardship and management of Surakarta accounted PAKYM to the Majlis PKU Conference each period. Basically, this thesis is limited by the temporal coverage between the years 1966-1984, the reason is that in 1966 was the beginning of the use of derivatives official handover certificate PAKYM Muhammadiyah Surakarta to Branch Manager (PCM), Surakarta, but in the Articles of Association or Bylaws there are still some similarities such as foster children in the system of revenue, the principal profisions that must be met to be able to join part of the foster children in Surakarta PAKYM among other truly orphaned of fatherless children from families who can not afford, Islam, and not taken care of by relatives. While the provisions of the age and origin area was little changed from a maximum of 10 years to between 6-11 years, who were originally from Surakarta, also experienced growth in all areas outside of Surakarta in the nursing facility remains adequate.
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu gerakan pembaharuan Islam yang cukup luas pengaruhnya di dalam masyarakat, sejak zaman penjajahan Belanda sampai sekarang adalah Muhammadiyah. Organisasi ini didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 Nopember 1912 yang merupakan perkumpulan modernis Islam.1 Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang merupakan wujud konkret dari hasil renungan Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammadiyah Abduh, yang artinya Afghani dan Abduh adalah penggagas ide-ide besar yang membutuhkan kerja intelektual yang serius. Satu diantara ide besar itu adalah membebaskan umat Islam dari sikap mengikuti seraya membawa kepada Qur’an dan sunnah.2 Muhammadiyah pada awalnya merupakan bentuk gerakan keagamaan yang diilhami oleh kegelisahan intelektual. Perbedaan pemikiran keagamaan yang didasarkan atas penafsiran amaliyah melalui pendekatan keilmuan yang mulanya merupakan titik tolak lahirnya pendangan tajdid (pembaharuan),
1
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES), 1980, hal. 84.
2
Suara Muhammadiyah, No. 7 Tahun ke 79, 1-15 April 1994. Hal. 41.
2
sekaligus mendorong perkembangan yang menempatkan agama sebagai sumber perubahan di tengah masyarakat.3 Banyak faktor yang melatarbelakangi pendirian Muhammadiyah. Salah
satunya
adalah
Muhammadiyah
merupakan
organisasi
yang
mementingkan kehidupan masyarakat, antara lain dengan membangun rumah sakit, mendirikan panti asuhan, menyantuni fakir miskin, mendirikan sekolah dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Bidang pendidikan dianggap perlu dan penting dilaksanakan guna menunjang sumber daya manusia yang mampu menjawab tantangan masa depan. Bidang
pendidikan
dianggap
penting
sebagai
usaha
untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, di bidang kewanitaan, kepemudaan, kemahasiswaan, di dunia pelajar, dan di dunia kesehatan. Santunan sosial dan kesejahteraan serta penyiaran Islam merupakan dakwah yang harus terus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman.4 Jika hal tersebut kita renungkan, maka akan tampak sekali sungguh besar jasa Muhammadiyah dalam gerakan mencerdaskan bangsa. Muhammadiyah sebagai organisasi terbesar dan tertua selain Sarekat Islam, yang tetap mempertahankan eksistensinya sejak jaman penjajahan Belanda, Jepang sampai pada masa kemerdekaan. Muhammadiyah dalam perkembangannya mampu mendirikan amal-amal usaha, antara lain bergerak 3
Emha Ainun Nadjib dkk, Pak AR Profil Kyai Merakyat, Yogyakarta: Dinamika, 1995, hal. 49.
4
PP Muhammadiyah Majlis Tabligh, 1988. Hal. 111-112.
3
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, dan pembinaan kehidupan beragama Islam. Pada jaman penjajahan Belanda, Muhammadiyah sangat aktif dalam menjalankan gerakan pembaharuan
(tajdid)
di
tengah-tengah
masyarakat.
Muhammadiyah
mengadopsi teknik barat dalam bidang pendidikan, dan menjadikannya sebagai media untuk melawan pemerintah secara kultural. Sikap menentang pemerintah kolonial yang diwujudkan melalui cara-cara yang baik, hal itu menyebabkan gagasan penentangan Muhammadiyah tidak beralasan untuk ditindak oleh Belanda, sampai akhirnya menang.5 Pada jaman Jepang, para tokoh Muhammadiyah tetap dapat melestarikan kepribadian Muhammadiyah, kepribadian Muhammdiyah adalah cirri-ciri dan sifat-sifat khas Muhammadiyah yang merupakan perwujudan jiwa dan semangat Muhammadiyah yang memberi warna setiap gerak langkah perjuangan
dan
harus
dimiliki
dan
dipelihara
oleh
setiap
warga
Muhammadiyah.6 Pada jaman kemerdekaan, Muhammadiyah turut mempunyai pesan besar dalam pembangunan di bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi dan sosial. Banyak amal usaha yang dimilkiki oleh Persyarikatan Muhammadiyah antara lain Universitas Muhammadiyah, sekolah-sekolah Muhammdiyah dan
5
MT. Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: Pustaka Jaya), 1987, hal.
242-243. 6
Zakiyuddin Baidhawy, Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis, Ideologi dan Organisasi,(Surakarta: LSI UMS), 2001, hal. 64.
4
Rumah Sakit Muhammadiyah. Namun hal ini barulah pada awal perjuangan Muhammadiyah untuk melanjutkan cita-cita pendiri Muhammadiyah (K. H. Ahmad Dahlan) yang masih panjang. Arti Muhammdiyah dapat ditinjau dari dua segi bahasa dan istilah,7 bila ditinjau dari segi bahasa mempunyai arti “umat Muhammad” atau “pengikut Muhammad” yaitu semua orang yang beragama Islam dan meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan pengasuh Allah yang terakhir. Dari segi istilah, Muhammadiyah adalah merupakan gerakan yang diharapkan dapat mencontoh segala jejak perjuangan dan pengabdian nabi Muhammad SAW. Selain itu di maksudkan agar semua anggota Persyarikatan Muhammadiyah benar-benar menjadi seorang muslim yang penuh pengabdian dan tanggung jawab terhadap agamanya serta merasa bangga dengan keIslamannya. Muhammadiyah mempunyai banyak organisasi yang mementingkan kehidupan masyarakat, wujudnya antara lain adalah Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta. PAKYM Surakarta berdiri pada zaman Hindia Belanda tepatnya pada tahun 1930 di kota Solo (Surakarta) yang diprakarsai oleh Almarhum Bapak K. H. Muhammad Edris Abdus Salam yang dibantu oleh Almarhum Bapak H. Anwar Shidiq dan kawan-
7
Mustafa Kamal Pasha, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, (Yogyakarta: Persatuan), 1988, hal. 27.
5
kawan. Keberadaan panti asuhan ini berdasarkan akte pendirian Persyarikatan Muhammadiyah sebagai badan hukum dengan No. 81. Pertama kali letak panti asuhan ini di kampung Kandangsapi, Kecamatan Jebres, Solo. Dalam kegiatannya panti asuhan ini adalah mendidik dan mengasuh anak-anak yatim piatu terlantar dari berbagai daerah. Pada tanggal 7 Nopember 1953 terjadilah musibah di daerah tersebut dengan adanya angin taufan yang membuat bangunan panti asuhan tersebut roboh, sehingga pada tahun 1954-1955 panti asuhan tersebut terpaksa ditempatkan pada bangunan darurat yang dibangun di sebelah rumah panti asuhan yang roboh karena musibah angin taufan. Pada bulan Maret 1956 panti asuhan menempati gedung baru yang terletak di jalan Brigjen Slamet Riyadi No. 441 Solo yang termasuk wilayah Pajang, kecamatan Laweyan, Surakarta hingga sekarang. Gedung baru ini dibangun pada tahun 1954 atas bantuan dari Yayasan Dana Bantuan (YDB). Nama lembaga panti ini semula bernama Rumah Miskin Muhammadiyah Surakarta, kemudian tahun 1956 diganti nama menjadi Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) Surakarta yaitu disesuaikan dengan surat keputusan Menteri Sosial Repiblik Indonesia tanggal 8 Nopember 1955 dan telah mendapat persetujuan dari Pimpinan Muhammadiyah Majlis PKU Surakarta yang termaktub dalam surat tanggal 5 Januari 1956 No. 041/56. Namun berdasarkan fatwa se-Indonesia di Purwokerto bulan September 1968, maka nama Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) sejak tanggal 1 Januari
6
1970 diubah menjadi Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM).8 Status Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta adalah merupakan salah satu amal usaha atau kegiatan sosial, Muhammadiyah Cabang Laweyan (PKS-PM) sejak tanggal 5 Oktober 1966 pengurusan serta tanggung jawab pemeliharaan panti asuhan ini diserahkan dari
Pimpinan
Muhammadiyah
Kodia
Surakarta
kepada
Pimpinan
Muhammadiyah Cabang Laweyan Surakarta, berdasar surat serah terima tanggal
5 Oktober 1966, Muhammadiyah No. D. 156/6. Panti Asuhan
Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta didirikan semata-mata ingin melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rosulullah SAW. Dengan memperhatikan kebutuhan anak dimasa yang akan datang, maka pendidikan yang berpijak pada ajaran Islam tetap mendapatkan prioritas, dipihak lain pendidikan merupakan modal yang harus mereka miliki baik untuk keperluan sekarang (dunia), dan nanti (akhirat) atau untuk keperluan keduanya (dunia akhirat). Pada dasarnya ada dua macam pelayanan yang digunakan dalam PAKYM Surakarta ini yaitu yang pertama pelayanan dalam sistem foster care yaitu beberapa anak yatim dititipkan kepada keluarga yang mampu dan bersedia mengadopsi anak tersebut setelah mendapatkan persetujuan dari 8
Tim Pembina Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta Bekerjasama Dengan UMS, Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta,( Surakarta), 1997, hal. 2-3.
7
pengurus panti asuhan. Dengan pengadopsian tersebut maka seluruh biaya pemeliharaan dan tanggung jawab terhadap anak tersebut berada dalam keluarga yang bersangkutan. Sedangkan sistem foster parents yaitu PAKYM memberikan santunan kepada anak yatim yang tidak mampu dengan cara mereka tetap tinggal bersama wali atau keluarga mereka.9 Panti adalah unsur pelaksana dinas sosial dibidang rehabilitasi dan pelayanan sosial terhadap anak-anak yatim piatu, dan anak-anak terlantar. Panti itu sendiri di pimpin oleh seorang pimpinan panti yang bertanggung jawab kepada dinas. Panti asuhan merupakan suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggungjawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak terlantar serta melaksanakan pelayanan pengganti, atau perwakilan anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapakan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa, sebagai insan yang akan turut serta aktif didalam bidang pembangunan nasional. Panti asuhan diartikan sebagai suatu lembaga untuk mengasuh anakanak, menjaga dan memberikan bimbingan dari pimpinan kepada anak dengan tujuan agar mereka menjadi manusia dewasa yang cakap dan berguna serta bertanggung jawab atas dirinya, dan terhadap masyarakat di kemudian hari. 9
Wawancara dengan Wahjoedi, tanggal 20 Oktober 2009.
8
Panti asuhan dapat pula diartikan atau berfungsi sebagai pengganti keluarga, dan pimpinan panti asuhan sebagai pengganti orang tua, sehubungan dengan orang tua anak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Panti asuhan baik yang di selenggarakan oleh Negara maupun yayasan dimaksudkan sebagai tempat bernaung bagi anak-anak terlantar dalam pertumbuhan perkembangannya mengalami berbagai macam gangguan sosial, baik yang bersifat intrinsik, yaitu berasal dari anak itu sendiri, seperti cacat mental atau fisik. Gangguan sosial yang bersifat ekstrinsik, yaitu karena pengaruh lingkungan diluar diri anak, seperti orang tua meninggal dunia, perpecahan dalam keluarga, kemiskinan dan lain-lain sehingga anak menjadi terlantar. Salah satu kebutuhan penting manusia selain sandang, pangan, papan, kesehatan adalah kebutuhan akan pendidikan. Kebutuhan akan pendidikan ini sangat penting bagi setiap manusia, maka pemerintah telah menuangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tap MPR No. IV/MPR/1973 tentang tujuan pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan teratur serta sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa pendidikan adalah bantuan yang
9
diberikan dengan sengaja kepada anak, dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani untuk mencapai tingkat dewasa. Panti asuhan ini sangat mengedepankan pendidikan karena salah satu kebutuhan penting selain sandang, pangan, papan dan kesehatan adalah kebutuhan akan pendidikan. Kebutuhan akan pendidikan ini penting bagi setiap
manusia.
Pendidikan
menurut
pendekatan
sistem
merupakan
pendekatan multidisipliner. Pendidikan adalah suatu keseluruhan karya insan yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga mencapai kualitas hidup yang diharapkan. Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik. Perdidikan
bertalian
kepercayaan, keterampilan
dengan
transmisi
pengetahuan,
sikap,
dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Sistem pendidikan yakni sekolah adalah lembaga sosial yang turut menyumbang dalam proses sosialisasi individu agar menjadi anggota masyarakat yang diharapkan, sekolah selalu saling berhubungan dengan masyarakat. Melalui pendidikan inilah diharapkan terbentuknya kepribadian anakanak asuh sesuai dengan yang diharapkan, yaitu kepribadian seseorang yang baik yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam dan mematuhi norma-norma yang ada dalam masyarakat, karena boleh dikatakan hampir seluruh kelakuan
10
individu bertalian dengan dan atau dipengaruhi oleh orang lain, maka karena itu kepribadian pada hakekatnya adalah gejala sosial. Aspek yang sama yang terdapat dalam kelakuan semua orang dalam masyarakat dapat disebut kebudayaan masyarakat itu. Kepribadian individu selalu bertalian erat dengan kebudayaan lingkungan tempat mereka tinggal. Pemerintah memperhatikan hak setiap warganya untuk mendapatkan pendidikan yang diatur melalui undang-undang. Namun yang sering menjadi masalah adalah bahwa setiap sistem pendidikan yang kita miliki sekarang ini pada dasrnya tidak dapat menjangkau golongan pada masyarakat kita. Anakanak dari golongan ini menjadi dewasa tanpa pendidikan tanpa bimbingan mengenai norma-norma sosial. Mereka hidup semata-mata untuk survival pribadi, tanpa mengindahkan masalah survival kolektif.10
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang berdirinya Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta? 2. Bagaimana perkembangan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta tahun 1966-1984?
10
Muchtar Buchori, Transformasi Pendidikan: Kumpulan Karangan, (Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press), 1995, hal. 21.
11
3. Bagaimana peran Panti Asuahn Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta di bidang pendidikan?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang berdirinya Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta. 2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta tahun 1966-1984. 3. Untuk mengetahui bagaimana peran Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta dibidang pendidikan.
D. Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan informasi dan pengetahuan yang lebih mengenai sejarah pendidikan di Surakarta berbasis pada organisasi keagamaan. 2. Hasil dari penelitian secara teoritis untuk mengembangkan ilmu-ilmu sastra pada umumnya dan lisan pada khususnya.
12
3. Hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi peneliti-peneliti selanjutnya, terutama bagi peneliti sejarah pendidikan di Surakarta serta menjadi perbandingan mengenai masalah serupa.
E. Tinjauan Pustaka Dalam buku Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta, karya Tim Pembina Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah dan bekerjasama dengan UMS (1997), memaparkan mengenai pengkajian Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah yang ditinjau dari tiga pendekatan yaitu historis, ideologis dan struktural. Pertama pendekatan historis, dijelaskan mengenai aspek ke-sejarahan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhamadiyah (PAKYM) Surakarta, terutama latar belakang berdirinya panti asuhan, perkembangan panti asuhan dan antisipasinya terhadap perubahan sosial dalam masyarakat. Kedua pendekatan ideologis, dijelaskan mengenai konsep-konsep dasar ideologi panti asuhan, yang ketiga pendekatan struktural, yang mempelajari susunan organisasi panti asuhan dari tingkat ranting sampai tingkat pusat. Buku ini berperan untuk mengetahui latar belakang pendirian Panti Ashan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta. Dalam
buku
Beberapa
Pemikiran
Pendidikan
Islam,
karya
Muhammad Athiyah Al-abrasyi (1996), mengemukakan tentang pemikiran pendidikan Islam meliputi metode pengajaran dalam pendidikan Islam, kepedulian Islam terhadap anak-anak terlantar. Bagi Islam pendidikan adalah
13
sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk menjadikan mereka agar lebih berkualitas dalam segala hal yang meliputi pendidikan jiwa raga yang tidak terbatas pada ikatan waktu formal karena Islam menganjurkan pendidikan sejak anak belum lahir hingga meninggal dunia. Buku ini dibutuhkan dalam penulisan tntang perkembangan pendidikan. Dalam skripsi Peranan Panti Asuhan Sosial Anak Artanita AlKhoeriyyah di Dalam Memeberikan Pendidikan Pada Anah Asuh dan Upaya peningkatan Kesejahteraan Anak, Saripah (2004), mengemukakan tentang pengertian panti asuhan sosial, tentang peranannya dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai panti asuhan bagi anak asuhnya. Didalam skripsi ini juga membahas cara meningkatkan pendidikan anak khususnya yang bertempat tinggal di panti asuhan untuk mendapatkan kualitas ilmu yang dapat meningkatkan sumber daya manusia yang cerdas, dengan demikian melalui pendidikan inilah diharapkan dapat membentuk kepribadian anak sesuai yang diharapkan, disini juga dibahas tentang bagaimana peran pengasuh terhadap anak asuh, kegiatan-kegiatan yang dilakukan di panti asuhan. Penulisan skripsi ini sangat dibutuhkan karena dalam bahasannya sama yaitu tentang peranan panti asuhan bagi anak asuh khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam skipsi Pembinaan Etos Kerja Islami Bagi Anak Yatim di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta, Asih Kurniawati (2007), mengemukakan tentang kegiatan-kegiatan anak asuh diluar pendidikan
14
formalnya yang dilakukan di panti asuhan, memberikan pendidikan yang bermanfaat bagi anak asuh yang akan digunakan bila anak asuh sudah keluar dari panti asuhan. Pembinaan etos kerja yang dilakukan oleh pengasuh kepada anak asuhnya agar anak asuh mempunyai pengalaman untuk
mencukupi
kehidupannya kelak, selain itu juga didalam skripsi ini akan dibahas kegiatankegiatan diluar sekolah, bagaimana
hubungan pengasuh dengan anak
asuhnya, hubungan anak asuh dengan anak asuh. Dalam buku Gerakan Modern Islam di Indonesia 1990-1942, Deliar Noer (1980), mengemukakan bahwa pada tahun 1990 adalah awal gerakan modern Islam dan tahun 1942 terjadi perubahan besar dalam perkembangan Islam modern, yaitu terjadinya pergantian penguasa jajahan dan timbulnya pemikiran baru pada arah dan tujuan gerakan Islam, perkembangan yang terjadi pada tahun 1900-1942 merupakan permulaan dari pemikiran gerakan modern Islam di tahun-tahun selanjutnya. Selain itu juga membahas asal-usul dan perkembangan gerakan modern Islam di bidang pendidikan dan sosial dengan mengambil contoh daerah atau organisasi sebagai penyelenggara pendidikan, serta golongan reformis Islam di bidang pendidikan pada masa 1900-1942. Hal ini dinilai penting karena Muhammadiyah muncul sejak tahun 1942-an.
15
F. Metode Penelitian Dalam memahami peristiwa-peristiwa dimasa lampau sebagai fakta sejarah memerlukan adanya tahapan atau proses sehingga dibutuhkan metode serta pendekatan agar terbentuk sebuah bangunan sejarah yang utuh. Penelitian sejarah dalam studi ini memakai pandangan sejarah kritis yang didasarkan pada metode historis yang didalamnya mencakup kegiatan pengumpulan sumber, menguji, menganalisa secara kritis dari rekaman dan peninggalan masa lampau, kemudian diadakan rekonstruksi dari data yang diperoleh sehingga menghasilkan penulisan sejarah (historiografi).11 Metode sejarah mempunyai empat tahapan penelitian. 1. Heuristik, yaitu kegiatan mencari bahan atau menyelidiki sumber sejarah untuk
mendapatkan bahan penelitian. heuristik adalah kegiatan
menghimpun jejak-jejak masa lampau yang merupakan peristiwa sejarah dengan cara melakukan pengumpulan bahan-bahan tertulis, tercetak dan sumber-sumber lainnya yang relevan. Disini pencarian data dilakukan dengan cara mencari arsip dan majalah yang berhubungan dengan masalah yang di teliti. maka teknik pengumpulan data yang di gunakan sebagai berikut:
11
Gottstalk, Louis, Mengerti Sejarah, (Jakarta : Universitas Indonesia Press), 1986, hal. 32.
16
a. Studi Dokumenter Dokumen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu dokumen dalam arti sempit yang merupakan kumpulan-kumpulan data-data verbal yang berbentuk tulisan, sedang dalam arti luas selain sumber tertulis juga meliputi foto-foto, rekaman, monumen, artefak dan peninggalan budaya lainnya.12 Adapun data-data tertulis yang tersedia dalam penulisan ini ada di Perpustakaan Sastra dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan Dinas Sosial Karanganyar, Perpustakaan
Dinas
Sosial
Surakarta,
Perpustakaan
Pimpinan
Cabang
Muhammadiyah Surakarta dan Perpustakaan Kantor Pimpinan Cabang Muhammadiyah PAKYM Surakarta. 1. Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk suatu tujuan tertentu dan tugas tertentu untuk mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan yaitu dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang dan guna mendapat sumber lisan dari orang yang mengalami peristiwa tersebut.13 Dalam penelitian ini dibutuhkan sumber data lisan. Data lisan tersebut akan diperoleh melalui wawancara (interview) dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth interview). Wawancara ini dilakukan dengan
12
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia), 1992, hal. 4. 13 Koendjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia), 1983, hal. 64.
17
cara tanpa adanya struktur karena hal itu akan mempercepat hubungan antara peneliti dengan informan menjadi lebih akrab. Wawancara terhadap informan agar mendapatkan keterangan dan data mengenai yang dibutuhkan untuk keperluan informasi.
14
informai yang diperoleh dari informan yang telah
diwawancarai dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan-bahan yang dipakai untuk untuk keperluan informasi, hal ini dimaksudkan terutama dalam menentukan kebenaran data yang diperoleh dari informan. Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan teknik Snowball Sampling. Snowball Sampling yaitu pertama-tama peneliti mendatangi seseorang yang dapat dipakai sebagai informasi kunci atau utama, kemudian informan kunci atau utama tersebut menunjukkan subyek lain yang dikenal sebagai teman dekat dan dipandang mengetahui lebih banyak masalah yang yang akan diteliti, kemudian peneliti menunjuknya sebagai informan baru, demikian seterusnya dengan berganti informan yang lebih tahu sehingga dengan begitu data yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain yaitu Wahyudi sebagai ketua PAKYM Surakarta, Sukarno sebagai Guru pendidikan nonformal PAKYM Surakarta, Damanuri sebagai pengasuh PAKYM Surakarta dan lainnya. a. Studi Kepustakaan Guna keperluan penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan untuk memperoleh data relevan, yaitu berupa buku, majalah ilmiah, surat kabar,
14
Koendjaraningrat, op cit. Hal. 140.
18
makalah dan lain-lain yang penulis anggap dapat menunjang permasalahan penelitian skripsi tersebut diluar data dari studi dokumen dan wawancara. 2. Kritik sumber, yaitu usaha pencarian keaslian data yang diperoleh melalui kritik intern atau ekstern.15 Kritik intern dilakukan untuk mencari keaslian isi sumber, sedang kritik ekstern dilakukan untuk mencari keabsahan keaslian sumber. 3. Interpretasi, Interpretasi kegiatan memberikan penafsiran terhadap data sejarah yang telah diteliti hasilnya. Hal tersebut dilakukan karena data yang diperoleh harus dipilahkan antara sumber yang relevan dan yang tidak relevan. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengklasifikasikan data ke dalam pola, kategori dan satuan urutan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang terdapat dalam data. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif. Dalam penelitian ini setelah dilakukan kegiatan
pengumpulan
data,
peneliti
melakukan
analisis
data
dan
membandingkan data satu dengan yang lain sesuai dengan data yang diinginkan sehingga diperoleh fakta-fakta sejarah. Fakta-fakta itu kemudian diseleksi, diklarifikasi dan ditafsirkan, baru kemudian merangkai fakta-fakta tersebut untuk dijadikan bahan penulisan penelitian yang utuh dalam sebuah karya ilmiah.
15
hal. 58.
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu), 1999,
19
4. Historiografi, merupakan penulisan sejarah dengan merangkai fakta-fakta menjadi kisah sejarah. Historiografi merupakan klimaks dari sebuah metode sejarah. Dari sini pemahaman dan interpretasi dari fakta-fakta yang ditulis dalam bentuk kisah sejarah yang menarik dan masuk akal. Dalam sintesa kisah yang bulat sehingga harus disusun menurut teknik penulisan sejarah.
G. Sistematika Penulisan Pada Bab I merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Pada Bab II akan dibahas gambaran tentang sejarah berdirinya Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta meliputi letak geografis dan dasar berdirinya Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, dan tentang kedudukan Panti Asuahan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta dalam Muhammadiyah. Pada Bab III menguraikan tentang perkembangan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta tahun 1966-1984, berisi
tentang
pengorganisasian
Panti
Asuhan
Keluarga
Yatim
Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta meliputi sistem penerimaan anak asuh di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, sistem
pendidikan
anak
asuh
di
Panti
Asuhan
Keluarga
Yatim
20
Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, pengolahan dana Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, kepengurusan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, dan kondisi kehidupan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, interaksi sosial di dalam Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, pengaruh situasi sosial, politik dan ekonomi terhadap Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, dan upaya pengembangan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta. Bab IV peran Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta di bidang pendidikan bagi anak asuh untuk membentuk sikap kemandirian anak asuh berisi peran dibidang pendidikan meliputi pendidikan Informal melalui sistem kekeluargaan, sistem keteladanan dan sistem kedisiplinan, pendidikan Formal dan pendidikan Nonformal melalui pambinaan keagamaan, tapak suci dan pendidikan olah raga, serta alasan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta menggunakan pendidikan untuk membentuk kepribadian anak asuh. Bab V merupakan kesimpulan.
21
BAB II SEJARAH BERDIRI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA DAN KEDUDUKANNYA DALAM MUHAMMADIYAH
A. Landasan Pembentukan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Surakarta ini beralamat di jalan Brigjen Slamet Riyadi No. 441 Surakarta, lokasi ini termasuk wilayah Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan. Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Surakarta ini berbatasan dengan: a. Sebelah Utara baerbatasan dengan jalan Slamet Riyadi, b. Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Kampung Griyan, c. Sebelah Timur berbatasan dengan kios tanaman hias, d. Sebelah Barat berbatasan dengan SMA Muhammadiyah 4 Surakarta. Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) terletak pada tempat yang sangat strategis, lokasi ini berada di jalan utama Surakarta, yaitu jalan Brigjen Slamet Riyadi dan merupakan jalan utama dari Yogyakarta dan Semarang untuk menuju Surakarta. Untuk menjangkau lokasi tersebut juga terbilang mudah karena di lalui kendaraan umum jalur Kartasura sampai Surakarta. Saat ini PAKYM Surakarta mempunyai areal seluas 969 m2 , areal tersebut terdiri dari dua bagian yaitu area depan dari gerbang utama sebagai pintu masuk dan
22
bangunan perkantoran penyelenggaraan panti asuhan, taman, lapangan voly, masjid, rumah pengasuh C, ruang belajar depan, aula, kamar tidur, ruang keluarga A dan C.16 Pada bagian depan sebelah kanan dan kiri pintu masuk gerbang terdapat bangunan kios-kios milik PAKYM Surakarta yang di sewakan kepada alumni panti asuhan. Pada areal belakang terdiri dari ruang perpustakaan, ruang makan, dapur, ruang belajar, ruang olahraga, ruang pengasuh A, ruang kamar mandi, ruang keluarga B, rumah pengasuh B, tempat jemuran dan kebun.17 Semua bagian ruang-ruang tersebut adalah tampat pelaksanaan kegiatan bimbingan dan pembinaan bagi anak asuhan. PAKYM Surakarta didirikan semata-mata ingin melaksanakan perintah Allah swt dan Sunnah Rosulullah, adapun dasar tersebut antara lain sebagai berikut: a.Dasar PAKYM Surakarta PAKYM Surakarta didirikan semata-mata ingin melaksanakan perintah Allah SWT dan melaksanakan sunnah Rosulullah SAW, adapun dasar tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Al-Qur’an dan Al-Hadist “ Adakah engkau perhatikan orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang mengusir anak yatim”. (Qs. 107: 1-2). “ Mereka akan menanyakan kenapa engkau tentang anak-anak yatim. Katakan: memperbaiki keadaan mereka, itu lebih baik. Dan kalau kamu bergaul erat dengan mereka, maka mereka menjadi saudaramu. Allah mengetahui orang yang
16
Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009. Asih Kurniawati, pembiaan etos kerja islami bagi anak Yatim di Panti Asuhan Keluarga Muhamadiyah Surakarta, (STAIN), 2007, hal 32. 17
23
merusak dan orang yang membuat kebaikan. Kalau dikehendaki Allah, niscaya kamu akan diberi beban berat. Sesungguhnya Allah itu maha kuasa dan bijaksana”. ( Qs. 2: 220). Disamping ayat Al-Qur’an juga sabda Rosulullah SAW: Sahl Bin Sa’ad r. a berkata: Rosulullah SAW bersaba: “ Aku dan penanggung anak yatim didalam surga. Begini (waktu itu Nabi mengacungkan jari telunjuknya, dan jari tengahnya dengan meregangkan). Artinya jari telunjuknya, dan jari tengah berjejer begini seperti nanti Nabi berjejer dengan seorang yang menanggung anak yatim. 2. Dasar Idiil Dasar idiil di dirikannya PAKYM Surakarta adalah Pancasila. 3. Dasar Konstitusiaonal UUD 1945 Dasar didirikannya Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Surakarta yang terdapat dalam UUD 1945 adalah: Pasal 27 ayat yang berbunyi: “ Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Pasal 34 yang berbunyi: “ fakir miskin dan anak-anak terlatar dipelihara oleh Negara”. Menurut pasal 34, yang bertugas mengurus anak-anak yatim dan terlantar adalah Negara, namun Muhammadiyah merasa terpanggil untuk ikut berpartisipasi sesuai dengan firman Allah dan sabda Rosulullah SAW yang sudah tertulis di atas. 4. Dasar Operasional Dasar operasional adalah UU RI No. Tahun 1979 Pasal 4 kesejahteraan anak. b. Asaz dan Tujuan PAKYM Surakarta
24
Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta adalah salah satu wujud dari amal usaha yang dikelola oleh Bagian Pembuka Kesejahteraan Sosial dan Pengembangan Masyarakat Pimpinan Cabang Muhammadiyah Laweyan Surakarta. Sudah barang tentu asaz PAKYM Surakarta sesuai dengan asaz persyarikatan Muhammadiyah bab I dan bab II pasal 2 dan 3 yakni beraqidah Islamiyah dan berasazkan Pancasila.18 PAKYM Surakarta didirikan dalam rangka: 1. Mengamalkan salah satu firman Allah SWT yang terdapat dalam surat Al-ma’un ayat 1 dan 2. 2. Menggerakkan dan menghidup suburkan amal usaha dan tolong menolong dalam kebajikan, taqwa, dibidang sosial, pengembangan masyarakat dan keluarga sejahtera. (Aggaran Dasar Muhammadiyah Bab II dan pasal 4). 3. Masih banyaknya anak-anak yatim usia sekolah yang orang tuanya tidak mampu untuk membiayai sekolah. Adapun Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhmmadiyah (PAKYM) Suakarta ini didirikan dengan tujuan: 1. Agar para anak asuh kelak menjadi manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap dan dapat hidup mandiri serta berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa. 2. Agar anak asuh kelak menjadi penerus perjuangan Muhammadiyah dan sekaligus sebagai kader Persyarikatan.
B. Sejarah Berdirinya PAKYM Surakarta
18
Tim Pembina Panti ASuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Bekerjasama dengan UMS, Panti ASuhan Keluarga Yatim Muhamadiyah Surakarta, ( Surakarta), 1997, hal . 7.
25
Semenjak majlis PKU dibentuk pertama kali pada tahun 1915 dengan nama Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO), maka segala tugas pengelolaan lembagalembaga sosial Muhammadiyah berada dibawah naungan majlis tersebut, termasuk yang tercakup dididalamnya adalah penampungan dan penyantunan terhadap anak yatim dan terlantar. PKO tersebut pada pertama kalinya merealisasikan ide dengan mendirikan rumah yatim piatu di Yogyakarta pada tahun 1922, yang dipimpin oleh Dokter Somawidagdo.19 Selanjutnya pendirian rumah sakit tersebut tidak hanya di Yogayakarta saja, melainkan juga berkembang di kota-kota yang lainnya bersama dengan berkembangnya Muhammadiyah diluar Yogyakarta. Di Surakarta, setelah Muhammadiyah berdiri pada tahun 1923 yang diresmikan pada tahun 1925 dan diikuti pendirian bagian PKO maka pada awalnya berusaha merealisasikan program kerja PKO dengan mendirikan klinik (rumah sakit) di kampung Kahuman yang diprakarsai oleh Suroharsojo. Setelah tahun 1930, PKO menambahkan amal usaha kemasyarakatannya dengan mendirikan PAKYM yang diprakarsai oleh K. H. Muhammad Edris Abdussalam, yang pada saat itu menjadi pemuka muda Muhammadiyah, dengan nama Rumah Miskin Muhammadiyah Surakarta.20 Sebagai dasar hukum pendirian Rumah Miskin Muhammadiyah tersebut adalah akte pendirian persyarikatan Muhammadiyah sebagai badan hukum dengan No. 81/byl. 1. Rumah Miskin Muhammadiyah tersebut dibangun untuk penampungan anak terlantar dan yatim piatu dari mulai aktifitasnya, Rumah Miskin tersebut mengalami beberapa kali perpindahan tempat dan mengalami perubahan nama lembaga. Pada saat
90.
19
Deliar Noor, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta : LPE3S), 1980, hal.
20
PD. Muhammadiyah Surakarta, hal. 3.
26
pertama kali berdiri berlokasi di kampung Kandangsapi, kecamatan Jebres, Surakarta dengan nama Rumah Miskin Muhammadiyah Surakarta. Gedung sederhana yang ditempati untuk penampungan dan penyantunan anak yatim ini bertahan dari awal berdiri yaitu tahun 1930 sampai pada 7 Nopemeber 1953, pada saat Rumah Miskin Muhammadiyah tersebut roboh dan tidak dapat dipakai kembali karena adanya bencana angin topan yang melanda daerah tersebut. Sampai pada tahun 1956 anakanak asuh Rumah Miskin Muhammadiyah menempati bangunan disebelah gedung yang roboh tersebut.21 Pada tahun 1956 Rumah Miskin Muhammadiyah berganti menjadi Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) yang disesuaikan dengan surat keputusan menteri sosial RI tertanggal 8 Nopember 1955, No. sekr. 10-22-17/1895 yang telah pula mendapat persetujuan dari pimpinan pusat Muhammadiyah Majlis PKU Daerah Surakarta yang termaktup dalam suratnya tanggal 5 Januari 1956 No. 014/56, dan penggunaan nama ini dimulai pelaksanannya pada tahun 1956. Dalam tahun yang sama tahun 1956 sebagai kelanjutan dari adanya rumah darurat yang dibangun oleh pengurus PKO, menimbulkan perhatian pemerintah Kota Madia Surakarta yang memberi bantuan sebidang tanah kepada Muhammadiyah Daerah Surakarta seluas 1,5 ha, pada saat itu Walikota Surakarta dijabat oleh Muhammad Abdus Shaleh. Setelah menerima bantuan sebidang tanah dari Kota Madia Surakarta dengan pembebasan tanah sebesar Rp. 16.000.000, (enam belas juta rupiah), Muhammadiyah dalam hal ini PKO segera membangun gedung diareal baru yang terletak di jalan
21
Tim Pembina Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Bekerjasama dengan UMS, Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta, (Surakarta), 1997, hal. 2.
27
Slamet Riyadi 441, yang termasuk dalam kelurahan Pajang, kecamatan Leweyan, Kota Madia Surakarta.22 Adapun dalam membangun gedung panti asuhan tersebut Muhammadiyah juga mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik dari pihak pemerintah maupun dari pihak masyarakat maupun bantuan dari luar Negeri, antara lain dari Yayasan Dana Bantuan Jakarta melalui Departemen Soaial sebesar Rp. 419.000; (empat ratus Sembilan belas ribu rupiah), bantuan dari umat Islam Surakarta khususnya Keluarga Besar Muhammadiyah sendiri, juga dari pemerintah Saudi Arabia (Raja Faisal) selain dari anggaran pembelanjaan Majlis PKO Daerah Surakarta. Berdasarkan pada fatwa dari pimpinan pusat Muhammadiyah majlis PKU dan sebagai realisasi hasil musyawarah kerja Muhammadiyah se-Indonesia di Purwokerto pada September 1968, maka nama rumah yatim tersebut mengalami perubahan dari PAYM menjadi Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta yang pelaksanaan penggantiannya terhitung sejak tanggal 1 Januari 1970.23 Perubahan nama ini juga dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan sistem pengelolaan anak asuh yang bersifat kekeluargaan dalam pengertian bahwa antara pengasuh dan anak yang diasuh berperan sebagai orang tua dan anak. Pada tahun 1975 gedung panti asuhan yang terletak di jalan Slamet Riyadi tersebut dilengkapi dengan masjid Nurul Hidayah.24 PAKYM Surakarta merupakan salah satu amal usaha kegiatan sosial Muhammadiyah PKU Surakarta, yang sejak 5 Oktober 1966 kepengurusan serta 22 23
Wawancara dengan Wahjoedi, tanggal 4 Nopember 2009. Tim Pembina Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Bekerjasama dengan UMS, op
cit, hal. 3.
24
Wawancara dengan Wahjoedi, tanggal 4 Nopember 2009.
28
tanggung jawab pemeliharaan panti asuhan tersebut diserahkan dari Pimpinan Muhammadiyah Daerah Kota Madia Surakarta kepada Pempinan Muhammadiyah Cabang Laweyan, berdasarkan surat serah terima tanggal 5 Oktober 1966. M. No. D. 156/66.
C. Kedudukan PAKYM di Dalam Muhammadiyah 1. Sejarah Berdirinya Majlis Sampai menjelang tahun 1920 gerakan Muhammadiyah mulai meluas keluar wilayah Yogyakarta. Beberapa daerah di Jawa mulai tertarik pada gerakan Muhammadiyah dan berniat untuk mendirikan cabang-cabang di wilayahnya. Proses pelaksanaan pembentukan cabang-cabang di daerah-daerah diluar Yogyakarta berjalan dengan lancar. Pada tahun 1920 Muhammadiyah menambahkan dalam anggaran dasarnya tentang perluasan Muhammadiyah untuk daerah-daerah diseluruh Jawa, dan pada tahun 1921 anggaran itu diperbaharui lagi untuk tujuan perluasan kegiatan Muhammadiyah diseluruh wilayah Indonesia. Di Surakarta perkembangan Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari organisasi Islam Sidiq Amanah Tabliqh Vatonah (SATV) yang didirikan oleh K. H. Achmad Dahlan tahun 1917. Pada awalnya SATV merupakan perkumpulan pengajian dan Tanya jawab tentang pokok-pokok dasar Islam di Kampung Sewu yang dipimpin oleh H. Misbach, oleh karena itu jawaban yang diberikan dalam ceramah H. Misbach kurang memuaskan dan kurang menguasai persoalannya, maka pada tahun 1914 tercetus ide untuk mendatangkan para pimpinan Muhammadiyah dari Yogyakarta dengan anggapan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi yang menyiarkan
29
agama Islam sehingga menguasai tentang ilmu ke Islaman. Tahun 1916 dibentuklah panitia
yang
menyelenggarakan
penerimaan
kedatangan
dari
Pimpinan
Muhammadiyah tersebut. Adapun Pimpinan Muhammadiyah Yogyakarta yang hadir pada kesempatan tersebut antara lain K. H. Achmad Dahlan, H. Fachrudin, H. Hadjid, Bagus Hadikusuma yang mengadakan ceramah secara umum.25 Organisasi SATV didirikan oleh H. Achmad Dahlan karena pada tahun 1917 organisasi Muhammadiyah belum mendirikan cabang-cabangnya diluar wilayah Yogyakarta, tetapi SATV mempunyai dasar dan tujuan yang disamakan dengan Muhammadiyah Yogyakarta yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud agama Islam yang sebenar-benarnya.26 Pada tahun 1923, SATV dibubarkan dan diganti denagn nama Muhammadiyah Daerah Surakarta dengan pengurusnya antara lain Ky. Muchtar Buckhori, R. Ng. Darsosamito, R. Martosuhajadmo, R. Kusen, K. H. M. Edris Abdussalam. Dari waktu ke waktu Muhammadiyah terus berkembang dengan pesat, sehingga keanggotan dan cabang-cabang diluar Yogyakarta semakin luas. Seiring dengan hal tersebut, kegiatan dan tugas-tugas yang diemban oleh Muhammadiyah juga semakin berkembang dan kompleks, atas dasar tersebut yaitu guna memenuhi tuntutan tugas dan kegiatan yang bermacam-macam Muhammadiyah mendirikan beberapa badan (bagian) yang untuk saat sekarang disebut dengan majlis. Majlis tersebut bertugas mengurus suatu bidang dibawah koordinasi pimpinan Muhammadiyah.
25
Tim Penyusun Sejarah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, hal. 2. Mustafa Kamal Pasha, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, (Yogyakarta: Persatuan), 1970, hal. 7. 26
30
Ditingkat pusat, kedudukan badan sebagai pembantu pimpinan pusat, ditingkat wilayah sebagai pembantu pimpinan wilayah dan seterusnyan sampai ditingkat cabang. Adapun majlis-majlis yang ada didalam Muhammadiyah antara lain majlis Tarjih, yang bertugas menentukan hukum-hukum Islam yang akan menjadi pedoman masyarakat sesuai denagn Al-Qur’an dan Hadist. Kecuali itu terdapat majlis Tabligh yang mempunyai tugas berdakwah yaitu menyebarkan agama Islam baik kepada umat Islam sendiri supaya tetap pada pelajaran Islam yang murni, maupun kepada umat yang belum beragama supaya memeluk agama Islam. Di bidang pendidikan terdapat Majlis Pendidikan Pengajaran, yang bertugas memajukan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan menurut tuntunan agama Islam. Lalu ada Majlis Ekonomi, yang bertugas membimbing kearah perbaikan kehidupan dan penghidupan ekonomi anggota, keluarga dan masyarakat. Majlis Wakaf dan Kehartabendaan bertugas memelihara tempat-tempat ibadah dan mengurus masalah tanah dan hak milik Muhammadiyah lainnya. Majlis yang juga cukup penting adalah majlis Pembina kesejahteraan umat, yang bertugas menggerakkan amal tolongmenolong, merawat orang sakit, membantu orang miskin, mengurusi kematian dan mengurusi anak-anak yatim.27 Secara struktursl PAKYM berada dibawah majlis Pembina Kesejahteraan Umat. Pembentukan majlis dalam Muhammadiyah tergantung dari perkembangan dan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh Muhammadiyah dalam masyarakat. Oleh karena itu keberadaan majlis dapat dihapuskan atau ditambah apabila muncul
27
Ibid, hal. 17-18.
31
problema-problema yang harus ditangani. Hal ini merupakan bukti adanya dinamika kehidupan dalam organisasi Muhammadiyah.28 Beberapa kali nama majlis-majlis tersebut mengalami perubahan, tetapi bidang-bidang yang ditangani tidak banyak berubah , karena ruang gerak dan amal usaha Muhammadiyah semakin meluas dan kompleks, maka untuk periode 1990-1995 Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengubah struktur organisasi yaitu disamping Ketua, Sekretaris dan Bendahara, terdapat juga Majlis Tarjih, Majlis Tabligh, Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah, Majlis Pendidikan Tinggi, Majlis Kebudayaan, Majlis Pustaka, Majlis Ekonomi, Majlis Wakaf dan Majlis Kehartabendaan serta yang terakhir adalah Majlis Pembina Kesejahteraan Sosial dan Majlis Pembina Kesehatan yang dahulu dikenal sebagai Majlis Pembina Kesejahteraan Umat (PKU). Disamping majlis-majlis tersebut terdapat pula sembilan lembaga atau badan pembantu lain yang berfungsi sebagai pelaksana pembantu tugas-tugas dari pimpinan pusat, misalnya : Lembaga Pengurus Keuangan, Badan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri, Lembaga Hikmah dan Studi Kemasyarakatan dan lain-lain.29 Perkembangan majlis di wilayah kerja Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kodia Surakarta disesuaikan dengan keputusan yang berlaku ditingkat pusat. Adapun untuk periode muktamar 4243 tahun 1991-1995, majlis yang berada dibawah pimpinan dan tanggung jawab dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kodia Surakarta adalah masing-masing Majlis Tarjih, Majlis Tabligh, Majlis Wakaf dan Kehartabenadaan, Majlis Kebudayaan, Majlis Pembina Kesehatan, Majlis Pembina Kesejahteraan Sosial, yang lebih dikenal dengan Majlis PKU. Meskipun pembentukan majlis ditingkat daerah menyesuaikan 28 29
Wawancara dengan Wahjoedi, tanggal 4 Nopember 2009. PP Muhammadiyah, 1991, hal. 120.
32
dengan tingkat pusat, tetapi pembentukan tersebut disesuaikan dan dengan kebutuhan dan program kerja dari Muhammadiyah tingkat daerah. Majlis PKU Surakarta yang secara struktural membawahi PAKYM, didalam perkembangannya sejak berdiri mengalami beberapa perpindahan tempat. Pada awal berdiri tahun 1925, dengan nama PKO di kampung Kahuman program kerja yang pertama kali dilakukan adalah dengan mendirikan klinik PKO yang diprakarsai oleh Suroharsojo yang juga menjabat sebagai ketua PKO. Tahun 1927 atas ijin dari pemerintah keraton Surakarta, maka majlis dan klinik PKO pindah dari kampung Kahuman ke Paseban keraton Surakarta. Paseban tersebut biasa digunakan oleh rajaraja untuk menerima para abdi dalem yang menghadap pada waktu-waktu tertentu. Disaat tersebut kemampuan dari klinik yang diselenggarakan oleh PKO terbatas dari pengobatan mata yang ditangani oleh Dr. Suratman Erwin dan Mantri juru rawat Sugiman. Lambat laun aktifitas PKO mengalami peningkatan dengan mengadakan khitanan massal secara umum pada setiap tahun. Tahun 1930 majlis PKO menambahkan kegitannya dalam bidang sosial kemasyarakatan dengan menampung anak yatim dan terlantar yang diprakarsai oleh K. H. M. Edris Abdussalam. Maka berdirilah Rumah Miskin Muhammadiyah Surakarta di kampung Kandangsapi, Jebres. Pengelolaan dan penampungan anak yatim tersebut ditangani langsung oleh majlis PKO kodia Surakarta dengan membentuk bagian yang bernama PKO Dienst yang diketuai oleh M. Danu Subroto. Perkembangan dari aktifitas PKO menjadikan tempat di Paseban alun-alun utara Surakarta tidak mampu menampung lagi. Tetapi pada tahun 1933 dipindahkan lagi di kampung Batangan, Sangkrah yang sekarang dipakai sebagai Klinik Persit
33
Candra Kirana, pada saat tersebut majlis PKO dipimpin olah Suroharsojo. Sampai pada tahun 1956, majlis PKO yang berlokasi di kampung Batangan tersebut dan dibawah pimpinan R. Marsam oleh pemerintah Republik Indonesia dipindahkan ke kampung Tumenggungan (31 Ronggowarsito 88), bersamaan dengan dibangunnya gedung bagi klinik PKO yang ditempati sampai sekarang ini.
2. Majlis PKU dan PAKYM Surakarta Telah disebutkan diatas bahwa semenjak majlis PKU didirikan, pengelolaan anak yatim piatu dan terlantar diurus oleh majlis ini. Didalam perkembangannya majlis PKU tidak hanya memberikan pertolongan kepada anak yatim piatu dan fakir miskin, mengurus kematian atau mengobati orang sakit saja, tetapi gerak langkahnya meluas. Tugas pokok majlis PKU adalah menyelenggarakan amal usaha Muhammadiyah dalam bidang kesejahteraan mesyarakat sebagai sarana dakwah.30 Gerakan amal usaha tersebut meliputi berbagai bidang yaitu bidang sosial, bidang kesehata, bidang kesejahteraan anak dan keluarga, bidang pengembangan masyarakat, serta bidang keagamaan dan kemasyarakata.31 Dari berbagai amal usaha yang digerakkan oleh majlis PKO tersebut diatas, pengelolaan panti asuhan yatim termasuk didalam pelayanan masyarakat dibidang sosial. Selain pengelolaan anak yatim dan terlantar, majlis PKO mempunyai usaha pelayanan untuk rehabilitasi remaja, lanjut usia (manula), penyantunan fakir miskin,
30 31
PP Muhammadiyah Majlis PKU, 1985, hal. 3. Ibid, hal. 8.
34
tuna susila serta tuna-tuna lainnya, musibah kebanjiran, kebakaran serta mengusahakan beasisiwa bagi anak yatim yang berprestasi (struktur majlis PKU periode 1985-1990). Didalam struktur organisasi Muhammadiyah, majlis PKU dibentuk ditingkat pusat, ditingkat wilayah dan ditingkat daerah, sedangkan ditingkat cabang namanya bagian. Oleh karena majlis PKU adalah sebagai pembantu operasional pimpinan pada masing-masing
tingkat.
Dari
masing-masing
tingkat
tersebut
mempunyai
kebijaksanaan dan program kerja sendiri-sendiri yang dalam pelaksanaannya tetap mengacu pada program kerja yang sudah ditetapkan oleh majlis PKU ditingkat pusat. Majlis PKU ditingkat daerah juga mempunyai tugas sebagai koordinator program kerja bagian PKU pada tingkat cabang. Kebijaksanaan yang ditetapkan oleh majlis PKU tingkat pusat dilaksanakan oleh majlis PKU yang berada dibawahnya dan disesuaikan dengan kebijaksanaan di masing-masing tingkat tersebut. Sebagai objek penelitian PAKYM yang terletak di jalan Brigjen Slamet Riyadi 441 Surakarta merupakan amal usaha yang digerakkan oleh majlis PKU Kodia Surakarta. Oleh majlis PKU tersebut tidak mengurus secara langsung, tetapi melalui bagian PKU Cabang Laweyan. Dari bagian PKU Cabang Laweyan tersebut segala kepengurusan dan pengelolaan PAKYM dipertanggungjawabkan kepada majlis PKU Kodia Surakarta pada setiap periode muktamar. Oleh karena itu secara struktural PAKYM masih berada dibawah majlis PKU Kodia Surakarta, segala keputusan yang diambil oleh majlis PKU tersebut dilaksanakan oleh bagian PKU cabang Laweyan sebagai pengelola langsung. Pertama kali berdiri pada tahun 1930, PAKYM berada langsung dibawah pengawasan majlis PKO Kodia Surakarta. Panti asuhan tersebut berdiri dengan nama
35
Rumah Miskin Muhammadiyah Surakarta. Dalam pelaksanaan penanganan urusan Rumah Miskin, Majlis PKO Kodia Surakarta membentuk PKO Dienst yang mengurusi Rumah Miskin tersebut, sebagai ketua dalam PKO Dienst tersebut adalah M. Danusubroto. PKO Dienst didalam menangani urusan Rumah Miskin juga bertanggung jawab kepada majlis PKO Kodia Surakarta. Dalam beberapa kali periode muktamar, penanganan urusan Rumah Miskin tersebut masih berada langsung dibawah majlis PKO Kodia Surakarta melalui PKO Dienst. Tahun 2956 nama Rumah Miskin Muhammadiyah Surakarta diganti dengan Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) Surakarta. Bersamaan dengan hal tersebut, majlis PKO menempati lokasi baru yaitu di kampung Tumenggung. Pada saat perubahan nama panti asuhan dan perpindahan tempat bagi PKO, yang menjabat sebagai ketua majlis PKO adalah R. Marsam dan yang menangani urusan PAYM adalah Subiso Sastro Warsito.32 Kedudukan panti asuhan tersebut yang berada dibawah majlis PKO dengan pelaksana melalui bagian PKO Dienst tersebut berlangsung sampai pada tahun 1966. Semenjak tahun 1966 tersebut dan sampai pada saat sekarang ini, pada saat dilakukan penelitian, pengelolaan panti asuhan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Muhammadiyah Cabang Laweyan melalui bagian PKU di wilayah kerja Cabang Laweyan, secara teoritis kepemimpinan dan tangung jawab tetap berada dibawah garis pengawasan majlis PKU Surakarta. Pelaksanaan diserahkannya pengelolaan panti asuahan tersebut seiring dengan perkembangan berdirinya Muhammadiyah Cabang di wilayah Laweyan.
32
Wawan cara dengan Wahjoedi, tanggal 4 Nopember 2009.
36
Gerakan Muhammadiyah di Surakarta dari waktu ke waktu semakin berkembang pesat, jumlah kenggotaannya semakin bertambah di wilayah Surakarta. Hal itu ditandai dengan berdirinya cabang-cabang Muhammadiyah tingkat kecamatan. Berdirinya cabang-cabang ditingkat kecamatan menunjukkan adanya peningkatan dalam amal usaha dan jumlah keanggotaan. Muhammadiyah semakin dapat diterima dalam masyarakat serta sikap interest masyarakat terhadap organisasi tersebut dan keinginan untuk
bergabung
kedalamnya
semakin
besar.
Berkembangnya
gerakan
Muhammadiyah meupakan inisiatif dari bawah (bottom up). Dari setiap usaha Muhammadiyah merupakan upaya dari bawah yang kemudian mengumpul keatas, dalam arti organisasi tersebut tunduk pada pucuk organisasi. Begitu pula terhadap munculnya Muhammadiyah diseluruh wilayah dan Negara-negara ASEAN tidak pernah dianjurkan oleh pimpinan pusat Muhammadiyah sebelumnya, mereke muncul dengan sendirinya, kemudian membuat organisasi sendiri, lantas berhubungan dengan pimpinan pusat dan mnghendaki diakui keberadaannya.33 Berkembangnya Muhammadiyah di Surakarta, salah satu diantaranya adalah berdirinya Muhammadiyah Cabang Laweyan, pendirian Muhammadiyah Cabang Laweyan tersebut juga merupakan inisiatif dari bakal cabang surat perintah bakal Cabang Muhammdiyah di Laweyan tertanggal 5 Mei 1964. Dari surat permohonan tersebut menunjukkan bahwa Muhammadiyah berkembang dengan sendirinya dan bukan meupakan program pengembangan dari pimpinan pusat. Akhirnya pada tanggal 21 Juni 1964, ditetapkan berdirinya Muhammdiyah Cabang Laweyan oleh pimpinan pusat Muhammdiyah Yogyakarta melalui H. M. Farid Ma’ruf sebagai wakil ketua dan
33
Suara Merdeka, tanggal 23 Juni 1995.
37
M. Djindar Tamamy (sekretaris) dengan surat keputusan No. 1829/A tertanggal 18 Juni 1964. Sedangkan yang menjabat sebagai ketua pimpinan Muhammadiyah Cabang Laweyan untuk pertama kalinya adalah Suhul Driyosardjono. Semenjak Muhammadiyah Cabang Laweyan berdiri dan telah pula mendapat pengakuan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta yang pertama kali dipersiapkan dalam perencanaan atau program kerja adalah dengan membentuk bagian PKO.
Hal tersebut
dirasakan sangat
penting karena sesuai
dengan misi
Muhammadiyah dalam amal usahanya untuk membantu masyarakat di dalam mengentas kemiskinan dan kebodohan dengan tindakan yang nyata disamping sarana dakwah melalui lisan. Maka dalam Muhammdiyah dakwah melalui lisan adalah merupakan kerangka teoritis sedangkan pembentukan lembaga-lembaga atau badanbadan sebagai rangkaian operasionalnya. Disamping hal tersebut, pembentukan bagian PKO juga mempersiapkan diri untuk mengambil alih estafet kepengelolaan PAKYM dari majlis PKO Surakarta kepada Muhammdiyah Cabang Laweyan.34 Dilihat secara geografis, PAKYM yang sejak tahun 1956 terletak di jalan Brigjen Slamet Riyadi 441 Surakarta, berada di wilayah kelurahan Pajang, kecamatan Laweyan mendapat kepercayaan untuk mengganti kepengelolaan PAKYM tersebut. Berbatasan dangan UPT unit pengembangan pengalaman lapangan UNS disebelah timur, gedung panti asuhan tersebut cukup strategis untuk diketahui oleh masyarakat umum mengingat bagian depan (utara) berbatasan dengan jalan Brigjen Slamet Riyadi. Sedangkan di bagian barat berbatasan dengan SMA Muhammadiyah IV Surakarta dan untuk selatan gedung panti asuhan tersebut dibatasi oleh rel atau jalan kereta api.
34
Wawancara dengan Suhul Driyosardjono, tanggal 3 Nopember 2009.
38
Merupakan suatu komunitas yang berdiri sendiri dan jauh dari perkampungan penduduk. Akan tetapi panti asuhan tersebut bukan merupakan komunitas sosial yang tertutup sama sekali dari interaksi masyarakat luar mengingat didalam kompleks bangunan tersebut salah satu diantaranya terdapat bangunan masjid, yang merupakan tempat ibadah umum yang baik untuk masyarakat. Pada hari-hari tertentu, yaitu hari Jum’at dan bulan puasa masjid tersebut ramai dikunjungi oleh masyarakat diluar penghuni panti asuhan untuk melaksanakan ibadah. Sejak tanggal 5 Oktober 1966 pengurus serta tanggung jawab pemeliharaan dan pengelolaan PAKYM tersebut diserahkan dari pimpinan Cabang Muhammadiyah Laweyan Surakarta, berdasarkan surat serah terima tangal 5 Oktober 1966 M. No. D. 156/66. Disaat pelaksanaan serah terima kepengelolaan tersebut, yang menjabat sebagai ketua adalah
H. M. Wahjoedi, sedangkan di Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Surakarta adalah Ibnu Salami Haditenoyo yang menjabat sebagai ketua dan R. Human sebagai ketua majlis PKO. Meskipun pengurusan dan tanggung jawab PAKYM tersebut diserahkan pada Cabaang Laweyan tetapi pengawasan dan secara struktural tetap berada dibawah naungan majlis PKO.
39
BAB III PERKEMBANGAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA TAHUN 1966-1984
A. Pengorganisasian Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta Tahun 1970-1984 Sampai pada tahun 1970-an, sebelumnya Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) Surakarta telah mengalami beberapa kali pergantian nama dan perkembangan baik dari segi fisik antara lain berupa pembangunan fasilitas gedung dan masjid maupun dari segi non fisik berupa administrasi dan kepengurusan yang semakin tertata rapi. Perpindahan tangan kepengurusan dari Muhammadiyah Daerah Kodia Surakarta kepada Muhammadiyah Cabang Laweyan ada tahun 1966 memberikan sistem kepengurusan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) menjadi lebih jelas dalam tanggung jawab dan pembagian tugas. Sebelumnya yaitu pada saat PAKYM masih berada langsung di bawah Muhammadiyah Daerah Kodia Surakarta, pengelolaan PAKYM tersebut hanya diserahkan kepada PKU Dienst yang secara administratif dalam pembagian tugas masih belum memberikan hasil maksimal. Pembagian tugas terdiri dari pemuka (ketua), juru surat (sekretaris), juru uang (bendahara) dan juru periksa.35 Telah disebutkan sebelumnya, bahwa pembagian tugas dan tanggung jawab didalam kepengelolaan panti asuhan tersebut mulai dibenahi pada saat 35
Tim Penyusun Sejarah RS PKU Muhammadiyah Surakarta., hal. 9.
40
diserahkan
kepada
Muhammadiyah
Cabang
Laweyan.
Pelaksanaannya
berdasarkan kepada tugas yang telah diemban kepada masing-masing pengurus.36 Tanggung jawab perbidang mulai tampak pembagiannya, meskipun pembagian tugas telah jelas, tidak berarti didalam pelaksanannya tidak mengalami kesulitan. Pada masa-masa awal mengelola panti asuhan, pengurus yang telah diangkat oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Laweyan masih mendapatkan benturanbenturan, dan yang paling kelihatan adalah dalam soal pendanaan. Kesulitan itu sangat dipengeruhi kondisi ekonomi dan politik bangsa yang juga belum stabil pada tahun 1966. Pada saat tersebut pemasukan subsidi dari pemerintah maupun yayasan swasta belum diterima dan bantuan dari masyarakat tidak sebanyak pada saat setelah tahun 1970-an, sehingga benturan dalam pendanaan untuk menghidupi panti sangat dirasakan oleh pengurus yang baru tersebut. Pengorganisasian PAKYM Surakarta yang semakin rapi dibandingkan masa sebelumnya mulai menampakkan hasilnya, kemajuan demi kemajuan baik dari segi fisik yang berupa pembangunan sarana dan prasarana serta non fisik meliputi pembinaan anak asuh menjadi perhatian utama. Pembagian tugas yang diberikan kepada pengurus merupakan faktor penentu dalam kemajuan secara administratif.37 1. Sistem Penerimaan Anak Asuh Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta Di dalam menerima anak asuh, PAKYM mempunyai ketentuanketentuan pokok yang harus dipenuhi untuk dapat bergabung dan menjadi bagian
36 37
Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009. Wawancara dengan Wahjoedi, 07 Nopember 2009.
41
dari anak asuh di PAKYM.38 Ketentuan-ketentuan tersebut pada dasarnya adalah sama seperti pada ketentuan-ketentuan semula meskipun juga ada beberapa perubahan dan penambahan yang diselaraskan dengan keadaan jaman yang terus maju. Syarat pertama yang paling penting untuk dapat bergabung dan dapat diterima sebagai anak asuh di PAKYM adalah anak tersebut benar-benar yaim atau yatim piatu dan dari keluarga yang kurang mampu (mikin), beragama islam, serta sanak saudaranya tidak ada yang dapat membantu mengasuh anak tersebut. Adapun keterangan yang menyatakan bahwa anak tersebut benar-benar anak yatim (tidak berayah) atau yatim piatu (tidak berayah dan beribu) dan dari keluarga yang tidak mampu (miskin) harus dinyatakan dengan surat keterangan dari Kepala Desa setempat yang disertai keterangan berkelakuan baik. Sebagai syarat yang kedua adalah, anak tersebut harus jelas asal usulnya. Hal tersebut dimaksudkan apabila dikemudian hari terjadi sesuatu terhadap anak tersebut maka mudah untuk menghubungi keluarga atau walinya. Demikian pula surat rekomendasi dari Muhmmadiyah cabang setempat dimana anak tersebut berasal juga disertakan. Tujuan dari persyaratan tersebut adalah dimaksudkan apabila anak tersebut telah keluar atau telah menyelesaikan pendidikannya dan siap untuk mandiri terlepas dari panti asuhan, ia dapat dikembalikan lagi kepada Muhammadiyah Cabang yang mengirimkannya. Untuk batasan umur bagi anak yang akan masuk Panti Asuhan juga ditentukan. Dalam hal tersebut mengalami perubahan sedikit dari ketentuan tahun 1966 yaitu yang sebelumnya mempunyai batasan maksimal berusia 10 tahun, mulai pada tahun 1970 mempunyai ketentuan baru yaitu antara tahun 6 sampai 11 tahun. Batasan 38
Agus Sujatno, Sejarah Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta, (UNS), 1995, hal. 47.
42
umur 6 tahun tersebut ditentukan karena diperkirakan pada umur tersebut seorang anak sudah dapat berpisah dari orang tua atau sanak saudaranya. Disamping hal tersebut pada umur 6 tahun anak diharapkan sudah dapat menolong dirinya sendri misalnya untuk mandi, berpakaian dan makan sendiri, juga dalam usia 6 tahun anak telah siap unuk memasuki jenjang pendidikan formal. Dari ketentuan semula pada tahun 1966, PAKYM sebenarnya didirikan hanya untuk menampung anak-anak yatim yang berasal dari Surakarta. Seiring dengan daya tampung dan fasilitas yang semakin memadai dan atas permohonan dari Muhammadiyah Cabang diluar Surakarta untuk menitipkan anak yatim, dalam kenyataannya sampai sekarang anak-anak asuh tersebut banyak berasal dari daerah diluar Surakarta, bahkan ada yang berasal dari daerah Jawa Timur antara lain Tuban, Bojonegoro, Madiun dan kota-kota lainnya, ada juga yang berasa dari daerah Jawa Tengah seperti misalnya Boyolali, Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Magelang bahkan ada yang berasal dari Demak dan Semarang.39 Kebanyakan anak-anak asuh yang berasal dari daerah luar Surakarta adalah dikirimkan oleh Muhammadiyah cabang setempat dari mana anak tersebut berasal. Dalam menerima anak asuh, PAKYM menyediakan waktu yaitu pada saat tahun ajaran baru di sekolah, tidak menutup kemungkinan untuk menerima anak asuh pada saat-saat di luar tahun ajaran baru dengan catatan bahwa kapasitas dan fasilitas masih tetap mencukupi.40 Untuk dapat menjadi anak asuh maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dan ada tata tertib yang harus 39 40
Wawancara dengan Suhardjono, 06 Nopember 2009. Wawancara dengan Mahbub Junaidi. 01 Nopember 2009.
43
diperhatikan oleh anak asuh. Sistem penerimaan anggota panti menyangkup beberapa syarat yaitu sebagai berikut: 1. Mengajukan permohonan kepada Pimpinan Panti Asuhan yang dilampiri: a. Surat keterangan dari kelurahan yang menyatakan betul-betul anak yatim atau Yatim Piatu dan tidak mampu, b. Surat Kematian ayah atau ibu bagi yatim piatu, c.Surat keterangan dari Pimpinan Muhammadiyah setempat yang isinya sesuai dengan poin (a) diatas, d. Umur enam sampai dengan 12 tahun dibuktikan dengan surat kelahiran atauakte lahir, e. Pas foto ukuran 3 x 4 sebanyak tiga lembar, f. Surat keterangan dokter yang menyatakan tidak cacat mental atau tubuh, g. Surat keteragan yang menyatakan masih atau pernah sekolah (dari sekolah asal), 2. Mengisi formulir yang telah disediakan, 3. Mengisi tes atau wawncara khususnya keluarga, 4. Sanggup mentaati peraturan atau tata tertib panti baik untuk anak asuh maupun keluarga.41 Adapun tata tertib yang harus diperhatikan oleh anak asuh adalah sebagai berikut: 1. Menjunjung tinggi dan melaksanakan ketentuan agama islam, 2. Menjaga nama baik PAYM Surakarta, 3. Memiliki rasa persatuan, kesatuan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan, 41
PAKYM, Syarat-syarat Untuk Memasukkan Anak di PAKYM Surakarta.
44
4. Bertutur dan bertingkah laku dengan sopan, 5. Menciptakan lingkungan yang berseri.
2. Sistem Pendidikan Anak Asuh didalam PAKYM Pendidikan adalah usaha sadar dan teratur serta sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk mempegaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Pendidikan anak asuh adalah anak yang dididik dalam PAKYM dimana semua kebutuhan pokoknya di tanggung jawab oleh pihak panti itu sendiri. Tujuan pokok penyelenggaraan PAKYM antara lain adalah menjadihan anak asuh supaya dapat mandiri, yaitu sebagai alumni agar tidak menggantungkan kelangsungan hidupnya dari sumbangsih masyarakat, menjadi warga Negara yang baik, dan cinta kepada Allah swt. Untuk mencapai tujuan itu PAKYM menempuh cara melalui pendidikan informal, formal, dan non formal. Pendidikan informal dapat diterapkan memalui sistem kekeluargaan, sistem keteladanan, dan sistem kedisiplinan. Di samping pendidikan formal yang bersifat umum, pendidikan yang bersifat keagamaan juga mendapat perhatian penting. Sebagai prinsip tidak akan melepaskan anak asuh sebelum anak asuh tersebut dapat hidup secara mandiri, hal itu yang sangat dipegang oleh PAKYM. Maka untuk kepentingan pendidikan anak-anak asuh di sekolahkan sebagaimana mestinya. Pendidikan formal diberikan kepada anak asuh sesuai dengan umur dan tingkat pendidikan ketika anak tersebut mulai masuk ke dalam panti asuhan. Anak yang berumur antara 6 sampai umur 12 tahun dimasukkan ke SD. Hampir semua anak-anak asuh dimasukkan ke dalam SD Muhammadiyah terdekat seperti SD
45
Muhammadiyah
XI
Surakarta.
Anak-anak
tersebut
dimasukkan
ke
SD
Muhammadiyah dengan tujuan agar selain menghemat uang sekolah (karena anak yang ada di PAKYM mendapat keringanan 50%), juga supaya pendidikan tentang keislaman dapat terus berlangsung baik di panti maupun di sekolah. Selepas dari SD anak-anak tersebut melanjutkan di SMP atau MTs (Madrasah Tsanawiyah) terdekat seperti MTsN II Surakarta dan SMP Muhammadiyah, Setelah tamat SMP atau MTsN anak-anak tersebut dimasukkan ke dalam sekolah-sekolah yang lebih bervariasi sesuai dengan minat dan kemampuan anak, yang dalam pencarian sekolahan dipilihkan oleh pengurus dan orang tua asuh. Sekolah tersebut antara lain STM, SMEA, dan SMA baik di sekolah negeri maupun swasta. Tidak semua anak asuh harus masuk ke dalam sekolah Muhammadiyah tetapi ada juga yang di sekolah negeri dan sekolah Islam lainnya. Hal tersebut disesuaikan dengan nilai masing-masing anak atau bagi anak-anak SD, karena sebelum masuk menjadi keluarga PAKYM telah bersekolah di sekolah non Muhammadiyah.42 Pemilihan jenis-jenis sekolah tersebut ditentukan oleh pengurus dengan pengasuh PAKYM dengan melihat minat dan bakat yang terlihat pada bakat anak-anak asuhnya, dengan pertimbangan bahwa jenis profesi yang ditekuni oleh anak asuh apabila nak asuh sekolah pada sekolah-sekolah yang sesuai dengan minatnya. Selain pendidikan formal di bangku sekolah, pendidikan agama Islam tetap lebih digiatkan lagi di PAKYM Surakarta. Tahun 1966 pelajaran Islam di panti asuhan tersebut hanya sampai pada membaca Al-Qur’an atau mendengarkan ceramah agama setelah maghrib saja, baru awal tahun 1970 ditambah dengan 42
Wawancara dengan Harsono, 10 Nopember 2009.
46
belajar qiro’ah, latihan berpidato, berdakwah, latihan menjalankan sholat sunnah, sholat tahajud bagi yang sudah SMA dan lain-lain, pelajaran tambahan agama tersebut juga ditambahkan dengan mendatangkan seorang guru ke panti. Keterampilan diberikan sebagai pendidikan non formal yang diharapkan dapat membantu anak-anak asuh membekali diri selesai dididik di panti. Sejak tahun 1971 dan ketika keuangan PAKYM membaik pendidikan keterampilan mulai dilaksanakan secara intensif. Untuk mengurusi pendidikan keterampilan tersebut diserahkan
kepada
Suhardjono,
Suhardjono
sebagai
koordinator
seksi
keterampilan yang bertugas untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan, kadang-kadang juga mencari guru yang akan mengajar keterampilan itu dengan dibantu oleh salah seorang pengurus panti.43 Banyak jenis-jenis keterampilan yang diajarkan di PAKYM. Selain cetak foto, potong rambut, menjahit dan obras, percetakan, elektronika, dan teknik stroom accu, serta perbengkelan. Di samping jenis-jenis keterampilan tersebut di atas, di panti juga diajarkan keterampilan kesenian seperti belajar piano, guitar, seni baca Al-Qur’an, musik kulintang dan seni drama. Kursus-kursus tersebut biasanya diselenggarakan seminggu sekali. Keterampilan-keterampilan yang lainnya adalah dalam bidang keolahragaan, olah raga didalam panti nencakup antara lain badminton, tenis meja, senam sandi prana, catur, sepak bola serta bela diri “Tapak Suci Putra Muhammadiyah”. Tidak semua jenis keterampilan tersebut harus diikuti oleh anak-anak, mereka bebas memilih jenis ketermapilam yang mereka minati. Kadang-kadang kursus keterampilan tersebut terganggu, apalagi bila musim pertengahan semester di sekolah, sebab beban pelajaran sekolah anak-anak yang 43
Wawancara dengan Wahjoedi, 10 Nopember 2009.
47
harus diselesaikan di rumah juga semakin banyak. Bagaimanapun juga pendidikan formal di sekolah lebih diutamakan. Mulai tahun 1980 PAKYM mendatangkan guru les dan keterampilan guna memajukan prestasi anak-anak untuk menunjang pelajaran di sekolah. Tahun 1981 sampai dengan tahun 1985, guru les tersebut antara lain dalam pendidikan matematika untuk SD, SMP satu orang guru, Bahasa Inggris untuk SMP satu orang guru, dan Bahasa Arab untuk seluruh penghuni panti adalah dua orang guru (Zaenal Arifin dan Suharno). Dari pembahasan di atas, benyak anak-anak PAKYM (alumni PAKYM) yang telah berhasil setelah keluar dari PAKYM diantaranya sebagai berikut:
No
Tebel 1: Daftar Alumni tahun 1966-1980 yang telah berhasil setelah keluar dari PAKYM Nama Tempat Bekerja
1.
Ir. H. Widodo
Perusahaan Multinasional Jakarta
2.
Ir. H. Yusroni
PLN Kantor Jakarta
3.
Noor Yasin, S.E, S.Ip
PLN Kudus
4.
Adi Sucipto
Konveksi pakaian Tanah Abang Jakarta
5.
Muhammad Zaini, S.Pd
Guru SMK Muh 2 Surakarta Pasarlegi
6.
Drs. Sudarto
Guru SMA N Gemolong Sragen
7.
Drs. Basuki
Guru SMA N Gemolong Sragen
8.
Muhammad Anas, S.Pd
STIKES Aisyiyah Surakarta
9.
Muzaini, S.Ag
Kepala SD Muh 7 Pasarkliwon Surakarta
10.
Fatkhul Zaini, S.Pd
Guru SMP N 1 Magelang
11.
Fatkhul Hajar Aswad, S.Pd
Kepala SMP N Lampung
12.
Mukhlis Wahyudi, S.Pd
Guru SMK N 2 Pontianak
13.
Arif Azhari
Pegawai PT. Astra Internasional
48
14.
Slameto
Pengusaha Bakso La Tanza Solo Baru
15.
Drs. Sri Haryanto
General Manager Teknik Bosowa Periskop Jakarta
16.
Saiful Zaiman, S.E
PT Telkom
17.
Fairus Zaman, S.Pd
Guru SD N Jakarta
18.
Eko Budiyadi, S.S
Perusahaan Multinasional Jakarta
19.
Suhadi
Salon/Tata rias Jln raya Solo Boyolali
20.
Sangidi
Foto Putra Anda Solo
21.
Aji Saichwahman
Percetakan Udin Pajang Laweyan Surakarta
22.
Nur Salim, S.E
Dosen UNIBA Surakarta
23.
Mulyono
Bengkel Mobil Mulyono Surakarta
24.
Jamhari
Penjahi putra ngresrep Boyolali
25.
Daelami
Retailer minyak pelumas di Jakarta
26.
Tantowi Jauhari
Manajemen Koperasi Karanganyar
27.
Agus Ciptanto
SMP Muhammadiyah 1 Simpan surakarta
28.
Suradi
Pegawai PLN Sambi Boyolali
29.
Jumali, S.Pd
Guru SD Teladan 15 Negeri Surakarta
30.
H. Muh Tohyan
Mubalight Nirbitan Tipes Boyolali
31.
Waluyo
Distributor abon sapi Jakarta
32.
Tri Lukmanto
Staff Manager ayam bakar wongsolo Jakarta
33.
A. Jatin
Perwira Tinggi Angkatan Laut Surabaya
34.
Drs. H. Rochani, M.Hum
Guru SMK N 1 Sukoharjo
35.
Jupri, S.Pd
Guru SD N Kawatan Surakarta
36.
Agus Widodo
Pegawai bagian listrikdi PKU RS Muh
37.
Solichin
PLN Surakarta
PT
Asuransi
49
38.
Slamet
Guru SD N Kalijambe Sragen
39.
Drs. Salamin
Pegawai SMP di Pekalongan
40.
A. Yatin
Pengusaha roti brownis di Pabelan Ska
Sumber: Arsip daftar alumni PAKYM tahun 1966-1980. 3. Pengelolaan Dana PAKYM Pendanaan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan PAKYM, dari mulai berdiri sampai pada akhir tahun 1970-an pendanaan PAKYM masih sangat bergantung pada donator-donatur yang secara sukarela memberi bantuannya, kesulitan pendanaan masih sangat dirasakan karena pemasukan ke dalam PAKYM yang tidak stabil. Dalam tahun 1960-an dimana terjadi krisis ekonomi yang sangat tajam dan terjadinya inflasi berpengaruh pula terhadap kehidupan PAKYM, terlebih pada saat tahun 1966-an, dimana harga-harga pada umumnya naik dengan lebih dari 500%, dan harga beras melonjak lebih dari 900%, laju inflasi mencapai 20 -30% sebulan.44 Dana yang sangat sedikit dan kebutuhan yang terus bertambah memberikan pengaruh terhadap anak-anak asuh dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan ekonomi yang sulit terus berlanjut sampai meletusnya G 30 S PKI. Bahan makanan yang kosong dalam PAKYM menjadikan anak-anak harus makan dua kali sehari dengan nasi jagung yang didapat dari para dermawan dengan cara anak-anak asuh mendatangi para dermawan-dermawan tersebut.45 Situasi yang demikian berangsur-angsur dapat teratasi dengan ketekunan pengurus dan tertib administrasi di dalam PAKYM. Sejak awal tahun 1970-an
44 45
Yahya A. Muhaimin , 1990, hal. 51. Wawancaradengan Suhul Dridjosarjono, 29 Oktober 2009.
50
bantuan dari masyarakat mulai dapat diterima dengan lancar. Bantuan yang diterima PAKYM tersebut antara lain dari: a. Yayasan Dharmais Yayasan Dharmais adalah sebuah lembaga sosial yang memberikan bantuan kepada panti-panti asuhan dan lembaga-lembaga penderita cacat diseluruh Indonesia. PAKYM mendapat bantuan dari yayasan ini mulai tahun 1980, sebagai biaya makan dan obat-obatan. Bantuan tersebut dikirimkan setiap tiga bulan sekali setelah yayasan ini menerima data-data jumlah dan kesehatan anak asuh. Waktu pertama kali awal tahun 1980, panti asuhan ini menerima bantuan sebesar Rp. 560.000; dalam setiap bulannya, jumlah ini terus naik sesuai dengan nilai ekonomis sumbangan tersebut. Di samping memberikan bantuan dana secara rutin setiap sebulan sekali, yayasan tersebut juga memberikan paketpaket lebaran setahun sekali yang berwujud uang ataupun barang, dengan diterimanya bantuan dari yayasan tersebut persoalan makan anak-anak asuh sedikit banyak telah teratasi. b. Departemen Sosial Selain bantuan dana dari yayasan Dharmais, PAKYM juga memperoleh santunan dari Departemen Sosial Propinsi Jawa Tengah di Semarang, Departemen Sosial member bantuannya secara tetap pada PAKYM mulai tanggal 02 Desember 1982. Pemberian santunan dari Departemen Sosial tersebut diberikan sekaligus dalam satu tahun setelah Departemen Sosial menerima surat permohonan subsidi dari PAKYM. Pemberian subsidi pertama kali dilakukan setelah sebelumnya PAKYM tercatat dalam surat tanda pendaftaran di Departemen Sosial sebagai organisasi
51
sosial yang telah memenuhi kriteria persyaratan dengan nomer pandaftaran 369/Y/PSSM/1977 di Jakarta. Sedangkan subsidi yang telah diberikan oleh Departemen Sosial sejak pertama kali adalah Rp. 300; setiap anak perhari. c.Sumber Dana Lainnya Sumber dan lainnya yang diperoleh PAKYM adalah dari para dermawan baik dermawan tetap maupun dermawan insidentil. Para dermawan tersebut sebagaian besar dari kalangan Muhammadiyah, yaitu yang duduk dalam kepengurusan Muhammadiyah baik ditingkat daerah, Cabang maupun dalam majlis-majlis. Sumber dana tersebut merupakan pendapatan yang paling besar kedalam PAKYM dibandingan sumber dana lainnya. Hal ini kerena jumlah dermawan yang cukup banyak serta sumbangan insidentil dari masyarakat tergabung menjadi satu. Dana yang diberikan oleh para dermawan tersebut selain berupa uang juga ada yang berupa barang. Sedangkan untuk mengambil uang dari dermawan tetap PAKYM masih melibatkan anak-anak asuh untuk daerah-daerah di wilayah Surakarta, sedangkan dermawan yang berasal dari luar Surakarta biasanya uang dikirim melalui pos wesel. Sejak tahun 1984 PAKYM tidak lagi mengeluarkan proposal untuk mencari dana bantuan tetapi keikhlasan dari dermawandermawan tersebut.46 Selain itu pejabat-pejabat dari instansi pemerintah atau organisasi sosial yang berkunjung ke PAKYM juga ikut memberikan bantuan, baik berupa uang maupun barang. Di samping menerima bantuan dari berbagai macam pihak, PAKYM sendiri juga mempunyai usaha guna menambah pemasukan dari hasil-hasil karya 46
Wawancara dengan Suhul Dridjosarjono, 29 Oktober 2009.
52
anak-anak yang berupa proyek photografi, percetakan, potong rambut, bengkel elektronik, dan lainnya. Adapun biaya-biaya yang diperlukan untuk keperluan anak-anak asuh selain untuk biaya makan dan pakaian adalah juga untuk biaya sekolah. Biaya sekolah juga banyak menyedot dana meskipun anak-anak telah mendapat keringanan sampai dengan 50% , biaya sekolah tersebut meliputi biaya pendidikan, SPP, dan buku, tetapi pengeluaran tersebut belum termasuk heregistrasi dan memasukkan anak-anak asuh ke sekolah baru pada tiap tahun ajaran baru. Dari pembahasan tersebut diatas, dibawah ini dapat diketahui pemasukan dan pengeluaran, yang pemasukan dana didapat sebesar Rp. 16.829.148,95; setahun, pemasukan dana tersebut didapat dari berbagai usaha yang dilakukan oleh PAKYM antara lain dari bantuan langsung dari berbagai pihak sebesar Rp. 2.775.675; dalam setahun, dari zakat sebesar Rp. 3.140.930; selama setahun, proyek cukur sebesar Rp. 808.650 dalam setahun. Tabel 2 : Rekapitulasi Anggaran Pemasukan PAKYM Surakarta tahun 1981 jumlah rupiah pertahun. No Pemasukan Jumlah 1.
Sisa kas pada awal tahun 1981
Rp. 3.155.281,45;
2.
Susidi Depsos
Rp. 2.359.877,50;
3.
Depot Matahari
Rp. 500.000;
4.
G.K.B.I. Jakarta
Rp. 250.000;
5.
Bantuan langsung
Rp. 2.775.675;
6.
Saham S.D.I
Rp. 75.000;
7.
Yayasan Dharmis
Rp. 2.159.500;
8.
Investaris
Rp. 149.000;
53
9.
Sawah wakaf
Rp. 243.560;
10.
Zakat
Rp. 3.140.930;
11.
Proyek cukur
Rp. 808.650;
12.
Proyek accu
Rp. 445.050;
13.
Proyek massage
Rp. 145.500;
14.
Proyek foto
Rp. 230.000;
15.
Proyek jahit
Rp. 106.005;
16.
Proyek obras
Rp. 7.000;
17.
Penjualan barang
Rp. 278.120;
Sumber: buku induk dana masuk PAKYM Surakarta tahun 1981 jumlah rupiah pertahun.
Adapun pengeluaran dana antara lain biaya pendidikan sebesar Rp. 561.720; pertahun, biaya makan sebesar Rp.282.843; perbulan, perawatan gedung sebesar Rp. 1.707.250; ongkos umum sebesar Rp. 1.702.445; biaya gaji pegawai sebesar Rp.172.833; perbulan. Tabel 3 : Rekapitulasi Anggaran Pengeluaran PAKYM Surakarta tahun 1981 jumlah rupiah pertahun No Pengeluaran Jumlah 1.
Biaya makan
Rp. 3.394.120;
2.
Biaya pakaian
Rp. 296.800;
3.
Biaya pendidikan
Rp. 561.720;
4.
Uang sekolah
Rp. 376.200;
5.
Inventaris
Rp. 263.250;
6.
Perawatan kendaraan
Rp. 25.320;
54
7.
Proyek accu
Rp. 343.985;
8.
Proyek cukur
Rp. 463.230;
9.
Proyek obras
Rp. 13.725;
10. Proyek massage
Rp. 55.605;
11. Proyek foto
Rp. 5.400;
12. Proyek jahit
Rp. 16.685;
13. Perawatan gedung
Rp. 1.707.250;
14. Simpanan koperasi
Rp. 2.000;
15. Gaji/honor
Rp. 2.074.000;
16. Tabungan
Rp. 23.500;
17. Ongkos umum
Rp. 1.702.445;
18. Keperluan rumah tangga
Rp. 68.850;
Sumber: buku induk dana PAKYM Surakarta tahun 1981 jumlah rupiah pertahun.
PAKYM juga menyediakan sarana angkutan bagi anak-anak asuh yang bersekolah agak jauh dari panti asuhan dan pengeluaran untuk perawatan kendaran tersebut Rp. 2.110; perbulan, selain itu biaya-biaya pengurus, hadiahhadiah untuk anak yang berprestasi serta untuk acara rekreasi.
4. Kepengurusan PAKYM Surakarta
55
Tahun 1970 secara resmi nama PAKYM dipakai sebagai pengganti nama PAYM, sedangkan jabatan ketua masih dipegang oleh H. M. Wahyudi, BA yang telah menjabat sebagai ketua sejak tahun 1966, jika sampai pada tahun 1970-an, pengelolaan panti asuhan tersebut masih dilakukan secara bersama antara ketua, anggota, dan pengasuh, maka pada bulan Mei tahun 1971, pengurus PAKYM terbagi atas bagian-bagian yang lebih rinci dan melaksanakan tugas sesuai dengan bidang masing-masing.47 Bagian-bagian tersebut terdiri dari ketua yang bertanggungjawab terhadap urusan intern PAKYM, dan wakil ketua yang bertanggung jawab terhadap urusan luar panti. Disamping itu terdapat pula sekretaris, bendahara dan anggota I sampai anggota IV. Tugas dari anggota I dan II sebagai pelaksana kelancaran bidang pendidikan, anggota II mengurusi bidang rumah tangga dan untuk anggota IV sebagai penanggungjawab dalam bidang proyek. Pergantian pengurus di PAKYM diadakan tiap lima tahun sekali, mulai tahun tahun 1953 sampai dengan tahun 1985 tetap dipegang oleh H. M. Wahyudi. Pada tahun 1971 pengurus PAKYM masih diketuai oleh H. M.Wahyudi, BA, dengan sekretaris H. Harsono HS, BA dan bendahara dipegang oleh Umar Syahid, BA. Pengurus dipilih dan diangkat oleh keputusan dalam rapat Pimpinan Cabang Muhammadiyah Laweyan dengan jangka waktu kepengurusan selama lima tahun dan setelah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali.48 Susunan pengurus PAKYM tampaknya tidak banyak berubah, hanya personilnya saja yang kadang-kadang berpindah–pindah dari jabatan satu ke jabatan yang lainnya. Dengan ditambah satu dua orang pengurus lain apabila salah seorang pengurus 47
Wawancara dengan Suhardjono, 06 Nopemer 2009. Asih Kurniawati, pembiaan etos kerja islami bagi anak Yatim di Panti Asuhan Keluarga Muhamadiyah Surakarta, (STAIN), 2007, hal 20. 48
56
tidak dapat aktif. Pengurus dan pengasuh PAYM diangkat oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Laweyan melalui musyawarah, terlebih dahulu dalam rapat anggota Muhammadiyah Cabang. Berdasarkan surat keputusan Rapat Anggota, pengurus dan pengasuh PAKYM dapat ditentukan. Untuk menjadi pengasuh atau orang tua angkat PAYM, seseorang harus dapat memenuhi syarat sebagai pengasuh yang telah ditetapkan oleh PAYM, syarat-syarat tersebut adalah calon pengasuh harus anggota dari Muhammadiyah atau Aisyah berstatus keluarga utuh (minimal bapak dan ibu), salah satu (bapak/ibu) sudah mempunyai penghasilan tetap, sanggup menetap di panti asuhan dan memenuhi ketentuan yang ditetapkan serta telah mendapat surat keputusan dari Pimpinan Muhammadiyah Cabang Laweyan.49 Adapun lamanya kepengasuhan tersebut tidak ditentukan dengan batasan, tetapi secara otomatis akan habis masa kepengasuhannya apabila salah satu dari bapak atau ibu telah maninggal dunia ataupun mengundurkan diri dengan surat pengunduran diri. Meskipun terdapat jabatan pengasuh di PAKYM, pengurus masih tetap mempunyai peranan penting dalam mengelola panti tersebut, karena persaingan untuk mendapatkan sekolah yang baik semakin ketat, para pengurus panti dituntut untuk lebih memperhatikan dan memajukan pendidikan anak-anak.50 Setelah kebutuhan pokok sehari-hari dapat diatasi tugas pengurus panti lebih diarahkan kepada masalah pendidikan dan ketrampilan anak-anak. Untuk mencapai tujuan tersebut selain mengusahakan berbagai jenis keterampilan untuk menunjang keberhasilan anak sesudah selesai sekolah, penghuni panti juga
49 50
Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009. Wawancara dengan Harsono, 02 Nopember 2009.
57
memanggil guru-guru les guna lebih memacu prestasi anak-anak dibidang ilmu pengetahuan umum maupun agama Islam. Untuk mengetahui bakat dan minat anak-anak asuh dalam menapaki jenjang sekolah yang lebih tinggi, pengurus panti bekerja sama dengan fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.51 Kerjasama itu dijalin guna memberikan pengarahan kepada anak-anak dalam melanjutkan sekolahnya serta berkonsultasi bila terdapat permasalahan pada anak-anak tersebut, psikolog didatangkan ke PAKYM dari UMS tergantung dengan keadaan anak-anak asuh. Bagi para pengurus dan pengasuh panti itu sendiri, psikolog tersebut diperlukan untuk dimintai pertimbangan bagaimana cara mengasuh dan mendidik anak-anak yang mempunyai latar belakang keluarga dan sosial berbeda-beda.52 Hal ini dirasa penting agar tetap terjalin komunikasi yang lancar dan saling mengerti diantara pengurus, pengasuh dan anak-anak PAKYM sehingga dengan suasana tersebut diharapkan akan membawa ketentraman belajar anak-anak asuh. Seperti yang telah ditulis di depan, bahwa setelah selesai dididik di panti, bila anak tersebut belum memperoleh pekerjaan, pengurus PAKYM juga ikut membantu dan beranggungjawab mencarikan dan menyalurkan pekerjaan bagi mereka. Sampai pada saat ini hal tersebut masih dilakukan oleh pengurus panti. Tidak hanya sampai disitu saja tanggungjawab pengurus panti dalam mengarahkan masa depan anak-anak asuh tersebut, bahkan setelah anak tersebut terlepas dari panti tetap mendapat perhatian dengan cara surat-menyurat sampai dirasa anak tersebut telah siap untuk mandiri
51 52
Wawancara dengan Mahbub Junaidi. 01 Nopember 2009. Wawancara dengan Suhul Dridjosarjono, 29 Oktober 2009.
58
Kadang-kadang ada orang luar yang ingin mengadopsi atau mengangkat anak-anak PAKYM tersebut. Tetapi meskipun secara ekonomis orang yang akan mengadopsi tersebut tampak berkecukupan, pengurus panti tidak dapat begitu saja melepaskanya, bila ada kasus seperti itu , pertama pengurus akan menyelidiki dahulu alasan orang tersebut ingin mengangkat atau mengadopsi anak dan latar belakang
keluarganya.
Hal
itu
dilakukan
karena
pengurus
merasa
bertanggungjawab terhadap masa depan anak-anak asuh, dan rasa khawatir jika mereka terlantar. Tetapi apabila pengurus sudah mengetahui alasannya dan dirasa anak tersebut akan mempunyai masa depan yang baik pengurus akan melepas anak tersebut untuk diserahkan kepada orang tua angkat.53 Tahun 1972 seperti anak asuh yang bernama Mulyono, Rakimin, Widodo dan Haryono yang telah diadopsi memalui sistem foster care, yang biasanya diadopsi oleh orang tua angkat dari Jakarta, Sumber ddn lainnya. Dengan cara tersebut pengurus PAKYM akan selalu mengetahui keadaan anak-anak asuh mereka dan dimana mereka berada. Begitu pula dengan para alumnus PAKYM setelah keluar dari panti, ada diantara mereka yang masih mengadakan hubungan dengan PAKYM melalui surat-menyurat atau kadang-kadang mereka datang sendiri ke panti, bahkan ada beberapa alumnus PAKYM yang sudah dapat memberikan sumbangannya secara tepat ke panti. 5. Kondisi Kehidupan PAKYM Surakarta Pada akhir tahun 1970, anak-anak asuh yang tinggal di panti asuhan berjumlah 40 orang, yang terbagi ke dalam tiga kelompok keluarga panti asuhan. Kemudian penghuninya semakin bertambah, pada tahun 1980-an penghuni 53
Wawancara dengan Mahbub Junaidi. 01 Nopember 2009.
59
PAKYM telah bertambah dengan jumlah 60 orang. Permintaan untuk menitipkan anak-anak yatim di PAKYM terus bertambah dari tahun ke tahun, karena kapasitas dan fasilitas didalam panti asuhan yang tidak lagi mencukupi, maka semenjak tahun 1980 pengurus telah mengusahakan sistem pengasuhan anak yatim diluar panti asuhan.54 Program pengasuhan anak yatim tersebut dibagi dalam dua kategori, yaitu sistem foster care dan sistem foster parents. Dalam sistem foster care yaitu beberapa anak yatim dititipkan kepada keluarga yang mampu dan bersedia mengadopsi anak tersebut setelah mendapatkan persetujuan dari pengurus panti asuhan. Dengan pengadopsian tersebut maka seluruh biaya pemeliharaan dan tanggung jawab terhadap anak tersebut berada dalam keluarga yang bersangkutan. Sedangkan sistem foster parents yaitu PAKYM memberikan santunan kepada anak yatim yang tidak mampu dengan cara mereka tetap tinggal bersama wali atau keluarga mereka. Bantuan PAKYM yamg di berikan kepada mereka antara lain berupa uang sekolah, fasilitas pengobatan sebanyak sembilan ribu rupiah setiap anak, diluar itu mereka masih mendapatkan bantuan pakaian seragam, dan buku-buku serta biaya khitanan missal. Untuk acara lain seperti rekreasi, menyambut tamu, acara pelepasan atau hiburan yang lain serta kursus-kursus keterampilan, mereka juga tetap dilibatkan. Walaupun mereka tinggal di luar panti asuhan, keadaan mereka tetap dipantau terus oleh PAKYM. Bila sekolah mereka maju, maka bantuan itu akan
54
Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009.
60
diteruskan sampai pada batas sekolah lanjutan atas tetapi bila tidak maju, maka bantuan akan dihentikan sampai batas waktu tertentu.55 Semenjak tahun 1980 sampai pada saat dilakukan penelitian ini, terdapat 70 anak asuh yang terdiri dari 60 anak asuh yang tinggal di panti asuhan, dan 10 anak asuh yang tinggal diluar panti asuhan. Jumlah tersebut diharapkan dalam tahun-tahun yang akan datang PAKYM dapat membantu foster parents yang lebih banyak lagi. Anak-anak asuh yang tinggal di dalam panti asuhan tersebut kebanyakan berasal dari daerah-daerah sekitar Surakarta seperti Sragen, Boyolali, Sukoharjo, dan Karanganyar, disamping dari Surakarta sendiri. Mereka sebagian besar adalah anak-anak yatim yang ditinggal mati oleh ayahnya. Dari catatan yang ada dalam PAKYM sejak tahun 1981, lebih dari 75% anak-anak yang masuk dalam PAKYM adalah telah yatim ayah, selebihnya ada yang ditinggal mati oleh ibunya, terlantar, atau ditinggal mati oleh kedua orang tuanya. Adapun sebagian besar pekerjaan orang tua anak-anak asuh tersebut adalah berasal dari lapisan masyarakat paling bawah seperti buruh tani atau buruh kasar (kuli), nelayan, pedagang sayur, pedagang rombengan, pemulung, pensiunan janda, dan lain-lain. Dilihat dari pekerjaan yang dikerjakan oleh orang tua anak asuh terkesan bahwa jenis pekerjaan tersebut merupakan jenis pekerjaan yang kurang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari apalagi untuk mengyekolahkan anak yang relatif memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dari golongan itulah kebanyakan anak-anak PAKYM berasal, karena memang syarat yang paling penting untuk menghuni panti adalah anak-anak yatim dari keluarga yang kurang mampu. 55
Wawancara dengan Fadholi, tangggal 09 Nopember 2009.
61
Untuk menyelesaikan pendidikan sampai dengan tamat sekolah setingkat dengan SLTA, anak-anak yang tinggal di panti asuhan tersebut mempunyai masa tinggal yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Di PAKYM separoh lebih dari anak-anak tersebut tinggal di panti selama tujuh sampai delapan tahun. Selebihnya ada yang tinggal dipanti antara sepuluh sampai lima belas tahun. Tetapi ada juga dari mereka yang hanya tinggal dua atau tiga tahun karena sebab-sebab tertentu yang mengharuskan mereka keluar dari panti, misalnya karena anak tersebut kurang cerdas dan sering kali tidak naik kelas atau anak tersebut susah diatur dan sering melanggar peraturan panti sehingga pengasuh PAKYM tidak dapat mengatasinya lagi. Pada anak terbelakang, biasanya pengasuh panti mengambil kebijaksanaan dengan menyekolahkan anak-anak tersebut kesekolahan luar biasa SLB atau kursus-kursus keterampilan (Mulyono, Soebroto, dan Suparman). Tetapi bila hal ini dirasa tidak cukup membantu memajukan si anak, maka anak tersebut dititipkan kepada salah pengurus guna membantu pekerjaan yang dikerjakannya.56 Sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi bangsa Indonesia, kesejahteraan anak-anak di PAKYM pun mengalami peningkatan. Fasilitas-fasilitas yang diperlukan sebagai sarana untuk menyelenggarakan sebuah panti asuhan seperti yang terdapat dalam buku pedoman untuk mendirikan sebuah panti mulai diwujudkan yang mencakup fasilitas fisik maupun non fisik. Kelengkapan tempat tinggal anak-anak di panti, dan kebutuhan fisik anak-anak asuh sejak tahun 1970 mulai mengalami peningkatan, misalanya kualitas makan, pakaian, alat-alat sekolah dan lain-lain. Mulai tahun 1970 mneu 56
Wawancara dengan Fadholi, tangggal 09 Nopember 2009.
62
makanan mereka ditingkatkan dengan cara membuat daftar menu setiap minggu. Menu itu dilengkapi dengan kebutuhan gizi anak-anak yang terdiri dari nasi, sayur dan lauk pauk setiap harinya. Dari daftar menu makanan yang terhidang adalah menu yang berasal dari daerah Jawa Tengah. Pada akhir tahun 1980-an daftar menu makanan PAKYM mulai ada sedikit perubahan, dafrat menu makanan tersebut disusun dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.57 Dalam
setiap minggu terdapat beberapa jenis
makanan yang berasal dari luar Jawa, makanan tersebut antara lain rendang, tauge wortel, pakley dan lain-lain. Menu makanan yang berasal dari Jawa tampak mendominasi sebagian besar hidangan yang tersedia. Tabel 4 : Daftar Menu Makan di PAKYM Surakarta Tahun 1980. Hari
1
2
Pagi
Siang
Malam
Ekstra Voedin/Minuman
Oseng buncis,
Soto daging
Acar kuning
Misoa
Krupuk udang
Tempe goreng
Tahu goreng
The manis
Karak
Peyek kacang
Bothok,
Sayur lodeh
Bobor bayam
Tempe bacem
Tahu goreng
Krupuk udang
Pisang goreng
Peyek teri 3
4
5
57
Tumis kangkung,
Sop cemplung
Kare sayuran
Kacang ijo
Telur dadar,
Tempe gereng
Tahu goreng
Nanas
Karak
Sambel
Rendang tahu,
Sayur untup-utup
Oblok daun singkong
Pisang godok
Krupuk udang
Ayam goreng
Tempe bacem
Karak
Peyek kedelai
Bening bayam
Sayur asem-asem
Tahu goring
Tempe goreng
Tumis kacang panjang dan wortel,
Wawancara dengan Kusminah, tanggal 09 Nopember 2009.
Susu
63
6
7
Telur asin
Peyek kacang
Karak
Orak-arik
Soto ayam
Sambal goreng
Krupuk udang
Bregedel
Tahu bacem
Tempe goring
Peyek teri
Gudek
Gudek
Ikan laut
Ikan laut
Tumis tauge, wortel dan kapri,
Awug-awug
Nogosari bandung
Telur ceplok Karak 8
Gudangan,
Sup kacang merah, wortel, bakso, tetelan
Tempe bacem,
9
10
Lodeh Tahu goreng
Karak
Peyek kacang dan tempe goreng
Krupuk
Pecel
Timlo
Sambal goreng jepan
Tahu bacem
Empal daging
Tahu, peyek
Pakley
Sayur podo moro
Tahu goreng
Ikan laut
Krupuk udang
Karak
Oseng kacang Tauge dan dele,
Bakwan
panjang,
Buah pisang
Agar-agar
Tempe
Sumber : Daftar Menu Makan di PAKYM Surakarta Tahun 1980.
Meskipun sudah ada faktor menu makan setiap minggu, tidak tertutup kemungkinan untuk menu itu setiap saat diganti. Hal itu tergantung pada keinginan atau asal usul dari anak-anak asuh dengan ketentuan, hidangan itu dapat terjangkau oleh dana yang tersedia pada saat itu. Untuk anak-anak bebas mengambil nasi dan sayur tetapi tidak untuk lauknya, tempat makanpun juga telah ditentukan di kamar makan, kecuali apabila kamar makan tersebut sudah penuh terpaksa anak-anak makan diluar, kadang-kadang mereka makan di meja taman. Untuk kebutuhan minum, susu diberikan sesuai dengan jadwal yang ada pada menu, demikian juga dengan kacang hijau dan teh manis yang diberikan sebagai selingan, untuk minum sehari-harinya adalah cukup dengan air putih.
64
Kebutuhan pakaian juga tampak telah terpenuhi, sumbangan pakaian banyak diterima dari para dermawan baik yang berupa pakaian pantas maupun yang berupa pakaian baru. Pakaian pantas pakai diberikan kepada anak-anah asuh setiap 3 bulan sekali, sedangkan pakaian baru diberikan setahun sekali menjelang hari raya Idhul Fitri. Diluar itu masih ada baju seragam, sepatu dana alat-alat sekolah yang diterima oleh anak-anak asuh, sedangkan sarung dan selimut serta alas kaki (sandal) diberikan menurut kebutuhan.58 Pada tiga puluh tahun terakhir tampaknya makan dan pakaian bukan merupakan persoalan lagi bagi PAKYM. Beras yang diterima dari para dermawan sudah cukup untuk makan sehari-hari, lebih-lebih pada akhir bulan puasa, pada saat umat Islam membagi-bagikan zakat fitrohnya, panti rata-rata menerimaa beras lebih dari satu ton, kerena itu meskipun anak-anak asuh menerima zakat, tetapi mereka juga memberikan zakatnya kepada para tetangganya sekitar panti yang dianggap lebih membutuhkannya. Mulai tahun 1975 pengurus menyediakan hadiah khusus kepada anakanak yang berprestasi di sekolah. Hadiah itu diberikan kepada mereka (Fatkhul Zaini, Rokhani, Pariadi dan Umar) yang menduduki peringkat I, II dan III di kelasnya, sehingga jumlah hadiah yang diberikan sesuai dengan jumlah anak yang berprestasi. Jenis hadiah yang diberikan juga bermacam-macam seperti sepatu, tas sekolah, pakaian , handuk dan lain-lain. Uang saku selain untuk transportasi sekolah, diberikan pada anak-anak setahun sekali setiap hari raya. Kadang-kadang uang saku itu diterima dari sanak famili yang datang menjenguk mereka atau dari para dermawan yang berkunjung ke panti, bagi anak-anak yang mengikuti kerja di 58
Wawancara dengan Damanuri, tanggal 10 Nopember 2009.
65
proyek PAKYM seusai sekolah antara lain percetakan, photo, potong rambut, menjait dan lain-lain, mereka akan mendapatkan sebagian kecil dari hasil proyek tersebut sebagai imbalan kerja. Dari semua uang yang didapat itu mereka dapat menabungnya dan dapat
dipergunakan sewaktu-waktu apabila mereka
memerlukannya.59 Setelah kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, alat-alat sekolah, sarana tempat tinggal mengalami peningkatan, kebutuhan untuk berekreasipun diperhatikan. Rekreasi dilakukan setahun sekali sehabis hari raya Idul Fitri dengan daerah tujuan disekitar Jawa Tengah seperti Batu Raden, Goa Jati Jajar, Tawang Mangu, juga ke pondok pesanten. Rekreasi diikuti oleh seluruh anak asuh yang berada di panti maupun yang berada diluar panti, pengasuh dan penguruk PAKYM. Ketika kondisi keuangan telah memungkinkan dan selaras dengan kebutuhan anak-anak yang dirasa telah cukup, maka para pengurus, pengasuh dan seluruh karyawan/karyawati mulai mendapatkan sekedar uang lelah dari panti. Tahun 1980-an PAKYM menyediakan anggaran untuk itu Rp. 850.000; perbulan. Uang lelah tersebut bertambah sesuai dengan nilai ekonomis dan kenaikan
harga
serta
kemampuan
PAKYM.
Bagi
pengasuh
dan
karyawan/karyawati yang tinggal didalam panti uang lelah yang diterima tersebut sudah bersih dalam arti bahwa kebutuhan listrik, air dan keperluan sehari-hari telah ditanggung oleh PAKYM.
B. Interaksi Sosial di dalam PAKYM 59
Wawancara dengan Damanuri, tanggal 10 Nopember 2009.
66
Interaksi sosial adalah hubungan yang terjadi antara dua orang atau lebih atau beberapa orang
secara timbak balik yang dapat mempengaruhi
perilaku masing-masing. Hubungan timbal balik tersebut dapat terjalin antara individu dengan individu dalam kelompok atau antara kelompok denagn kelompok lain. Dengan interaksi tersebut dapat diperoleh gambaran tentang komunikasi yang terjadi dalam kelompok yang bersangkutan.60 Untuk mengetahui kedudukan serta peranan masing-masing kelompok diantara pengurus dan anakanak asuh di PAKYM, dibawah ini akan diuraikan tentang interaksi yang terjadi diantara mereka. Di lingkungan panti interaksi diantara pengurus, pengasuh, anak-anak asuh dapat mempengaruhi dan membentuk pribadi anak-anak selama tinggal didalam panti, misalnya saja rasa percaya diri, kemandirian, solidaritas sesama anak asuh atau belajar sopan santun. Kedudukan pengurus PAKYM sangat penting di panti, karena penguruslah yang mengelola dan bertanggung jawab pada maju mundurnya panti tersebut. Di tangan pengurus pula kebijaksanaan dan keputusan berada, seperti menerima anak asuh, ikut memberikan pengarahan sekolah anak asuh bahkan upaya mencarikan pekerjaan mereka. Di PAKYM interaksi antara pengurus dengan anak asuh jarang terjadi, kecuali untuk prengurus yang menangani bidang rumah tangga dan pendidikan. Mereka hanya bertemu sebulan sekali untuk mengadakan pertemuan rutin. Pertemuan itu dimanfaatkan oleh pengurus untuk memberikan nasehat-nasehat atau bimbingan kepada anak asuh. Seluruh pengurus dapat bertemu dengan anak asuh secara resmi hanya beberapa kali dalam satu tahun, yaitu saat penerimaan 60
Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jilid 7, hal. 192-193.
67
anak asuh yang baru pada tahun ajaran baru, pelepasan anak yang sudah selesai dididik di panti dan acara syawalan atau piknik bersama.61 Walaupun begitu pengurus selalu mengikuti perkembangan anak-anak asuh melalui rapat pengurus yang diadakan seminggu sekali. Dalam rapat tersebut dibicarakan berbagai persoalan yang ada didalam panti. Dalam setiap rapat salah seorang pengasuh panti diundang untuk ikut memberikan informasi tentang keadaan panti dan turut berpartisipasi dalam memecahkan persoalan yang ada disana, tidak semua pengasuh ikut hadir dalam rapat pengurus, karena masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Jadi undangan pengasuh untuk menghadiri rapat pengurus tergantung pada persoalan yang akan dibicarakan. Pengasuh di PAKYM awal tahun 1980-an ada tiga orang masing-masing mempunyai tugas-tugas yang berbeda-beda baik didalam panti maupun urusan yang ada diluar panti. Setiap pengasuh mempunyai tanggung jawab satu keluarga anak-anak asuh yang terdiri antara 20 sampai 25 orang anak-asuh. Jika ada anak asuh yang mempunyai persoalan pelajaran di sekolah misalnya, ia akan membicarakan persoalannya tersebut kepada pengasuhnya dan pengasuh tersebut akan ikut memecahkan persoalan tersebut, kalau dirasa anak-anak asuh memerlukan bimbingan les, pengasuh akan berusaha menyampaikan kepada pengurus didalam rapat untuk direalisasikan. Dengan begitu pengurus juga berfungsi sebagai mediator anatar pengurus dengan anak-anak asuh. Selain perperan sebagai mediator, seorang pengasuh juga berfungsi sebagai pengganti orang tua yang dapat memberikan kasih sayang dan perlindungan bagi anak-anak 61
Wawancara dengan Damanuri, tanggal 10 Nopember 2009.
68
asuh. Bimbingan, nasehat dan membagi tugas sehari-hari selalu diberikan pada anak-anak asuh tanpa membeda-bedakan mereka. Karena itu seorang pengasuh dituntut untuk selalu sabar dalam mendidik anak-anak asuh yang mempunyai latar belakang sosial dan keluarga yang berbeda-beda tersebut. Interaksi antara anak-anak asuh dapat terjalin setiap saat karena semua pengasuh tinggal di panti , jadi jika setiap anak-anak asuh mempunyai masalah, pengasuh langsung dapat mengetahui dan berusaha untuk menyelesaikannya, caranya dengan pengasuh mendekati teman yang akrab dengan anak yang mempunyai masalah, kemudian setelah pengasuh mengetahui masalah anak tersebut, pengasuh berusaha bicara dengan anak itu secara perlahan dan membantu agar masalahnya dapat diatasi. Kadang-kadang ada nasehat dari pengasuh yang tidak dituruti oleh anak-anak, misalnya anak-anak malas untuk belajar atau terlambat pulang, maka pengasuh akan memberikan peringatan terlebih dahulu. Kalau sampai beberapa kali diperingatkan anak tersebut tidak juga menuruti peringatan itu barulah persoalan tersebut dibawa ke rapat rutin pengurus yang diadakan setiap seminggu sekali. Kemudian rapat penguruslah yang akan memutuskan bagaiman langkah yang akan diambil. Hukuman fisik boleh dibilang tidak pernah dilakukan oleh pengurus kecuali telinga anak-anak yang agak bandel akan ditarik (dijewer).62 Rasa percaya diri bagi anak-anak asuh dicoba ditanamkan oleh pengasuh dengan berbagai cara, antara lain dengan menberikan kesempatan kepada anakanak asuh untuk menyelenggarakan peringatan hari-hari besar Islam, disini semua panitia dan pelaksanaan diserahkan kepada anak-anak asuh seperti mencari 62
Wawancara dengan Mualimin, tanggal 10 Nopember 2009.
69
pembicara, mengisi acara, menata dekorasi, memberikan kata sambutan dan lainlain. Dalam kepanitiaan tersebut anak-anak membagi tugas diantara mereka, biasanya yang besar akan mencari pembicara atau memberikan kata sambutan, lalu yang kecil-kecil akan mengisi acara hiburan atau membantu membuat dekorasi. Kegiatan yang lain adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak asuh untuk menyelenggarakan pengajian. Pengajian ini bergilir dari kamar ke kamar dengan pembicara, pengacara, maupun sambutan-sambutannya dilakukan sendiri oleh anak-anak.63 Untuk lebih mempererat hubungan antara anak-anak asuh, setiap hari diadakan sholat berjama’ah terutama untuk sholat shubuh, salah seorang anak asuh yang duduk di bangku SLTA memberikan ceramah agama sebentar. Pada sore hari dalam sholat maghrib dan isya’ yang menjadi imam juga anak-anak asuh yang sudah besar secara bergiliran. Diantara waktu maghrib dan isya’ tersebut, digunakan oleh anak-anak untuk kegiatan mengaji tadarus Al-Qur’an yang dipimpin oleh salah seorang pengasuh. Sebagai penghormatan anak-anak yang kecil memanggil anak-anak yang lebih besar yaitu dengan sebutan “mas”, sedangkan yang besar boleh memanggil yang lebih kecil cukup dengan langsung memanggil namanya saja. Anak-anak memanggil dengan panggilan “bapak” untuk bapak-bapak pengurus dan pengasuh serta panggilan “ibu” untuk ibu-ibu pengasuh dan pengurus pula. Seperti dalam sebuah keluarga, anak-anak yang duduk di bangku SLTA bertugas membantu adikadiknya, yang paling besar dalam kamar tersebut bertindak sebagai ketua, dengan
63
Wawancara dengan Damanuri, tanggal 10 Nopember 2009.
70
begitu bila ada persoalan diantara mereka seperti bertengkar misalnya, anak yang besar akan berusaha meleraikannya. Bimbingan dari anak-anak yang lebih besar kepada adik-adiknya tidak hanya memberikan suri tauladan atau contoh perilaku yang baik saja, tetapi juga meliputi bimbingan dalam mata pelajaran di sekolah maupun pembagaian kerja sehari-hari di panti. Pada saat anak-anak belajar bersama, anak-anak yang lebih besar bertugas untuk mengawasi dan membantu mereka bila mereka ada kesulitan. Untuk pembagian kerja sehari-hari di panti dibagi menurut besar kecilnya anak-anak dan kemampuan mereka. Biasanya anak-anak SD mendapat tugas menyapu ruangan, anak-anak SLTP menyapu halaman dan anak-anak SLTA mengepel lantai. Lalu pada hari-hari libur seperti minggu dan hari-hari libur resmi Nasional,
secara
bergotong-royong
membersihkan
lingkungan
seperti
membersihkan lingkungan taman, halaman sekeliling dan lain-lain. Untuk membersihkan masjid yang ada di komplek PAKYM dilakukan sesuai jadwal yang telah dibuat bersama. Apabila dalam kamar ada yang sakit, yang sehat akan memberikan perawatan kepada yang sakit, tetapi bila sakitnya semakin menjadi barulah mereka melaporkan kepada pengasuh untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius.64 PAKYM yang terletak di Surakarta tidak terlepas dari pengaruh budaya bahasa yang dipakai sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari di panti, komunikasi diantara mereka baik antar anak asuh, anak asuh dengan pengasuh maupun pengurus dengan pengurus menggunakan bahasa Jawa. Bagi anak-anak yang seumur mereka menggunakan bahasa Jawa ngoko, tetapi anak-anak kecil 64
Wawancara dengan Syahrudin, tanggal 10 Nopember 2009.
71
dibiasakan memakai bahasa Jawa kromo madya bila berbicara dengan anak-anak yang lebih besar. Begitu pula anak-anak yang lebih besar harus menjawab dengan bahasa yang sama kepada adik-adiknya sebagai suri tauladan supaya anak-anak yang lebih muda menaruh hormat kepada anak-anak yang lebih tua. Tetapi apabila anak-anak yang berbicara dengan pengasuh dan pengurus mereka harus menggunakan bahasa jawa kromo inggil, sebagai penghormatan anak-anak kepada orang tua. Sebaliknya pengasuh dan pengurus menggunakan bahasa Jawa ngoko bila berbicara dengan anak-anak asuh. Bahasa Jawa memang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari di panti, karena bahasa itu selalu dipergunakan setiap saat di lingkungan panti, kecuali pada acara-acara tertentu seperti pengajian misalnya. Tidak berbeda seperti anggota masyarakat yang lain, hubungan panti dengan masyarakat terdekat juga terjalin dengan baik. PAKYM berada agak jauh dari perkampungan, tetapi pengasuh panti berusaha menghadiri setiap undangan yang datang dari kampung, misalnya peringatan hari-hari besar baik Islam maupun Nasional. Demikian juga sebaliknya, setiap PAKYM mengadakan peringatan-peringatan selalu mengundang tokohtokoh desa disekitarnya. Di dalam panti sendiri secara otomatis anak-anak asuh menjadi anggota Pemuda Muhammadiyah, yaitu organisasi otonom dari Muhammadiyah yang anggotanya terdiri dari remaja-remaja putra. Kegiatan di Pemuda Muhammadiyah meliputi Tabligh akbar, pengkaderan dalam organisasi Muhammadiyah dan kepanitian hari besar Islam.
C. Pengaruh Situasi Sosial Polotik dan Ekonomi
72
Stabilitas politik yang diciptakan pemerintah orde baru memungkinkan pemerintah untuk melaksanakan rencana-rencana pembangunan Nasional. Pembanguan Nasional uang dikenal dengan Repelita mulai dicanangkan sejak 1 April 1969. Pada Repelita I yang diutamakan adalah pembanguan ekonomi dengan prasarana-prasarananya. Sejak itu dimulailah rancangan-rancangan kerja untuk memajukan perekonomian terutama dibidang pertanian dan industri yang mendukung usaha pertanian. Di sektor pertanian digalakkan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Selain itu perbaikan sarana-sarana transportasi, irigasi bendungan dan lain-lain.65 Keberhasilan ekonomi tersebut tampak dengan adanya peningkatan produksi sandang dan pangan secara Nasional. Kehidupan ekonomi mulai tampak adanya kemajuan, hal tersebut mengakhibatkan dampak yang positif pula terhadap kehidupan rakyat. Kesulitan ekonomi lambat laun dapat teratasi sedikit demi sedikit. Kebutuhan makan pakaian tidak sulit lagi, barang-barang pokok tersedia dimana-mana dan tidak sesulit ketika masa pemerintahan orde lama. Ketika kebutuhan pokok masyarakat semakin mudah, maka rakyatpun kemudian dapat memikirkan kehidupan orang lain, sehingga mereka mau memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan. Lebih-lebih lagi apabila kesadaran beramal itu dilandasi dengan dasar-dasar ajaran agama. Karena
kesejahteraan
rakyat
mulai
meningkat,
sumbangan-
sumbanganpun mulai mengalir ke PAKYM baik melalui perseorangan maupun organisasi sosial. Seiring dengan itu, kesejahteraan dan fasilitas yang diterima anak-anak PAKYM juga mengalami peningkatan. Seperti telah disebutkan diatas 65
Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret), 1977, hal. 151-152.
73
ketika ekonomi Negara mulai maju, hal ini mengakhibatkan devisa Negara turut mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kemajuan ekonomi telah mengiring tumbuhnya
yayasan-yayasan
yang
dikelola
pejabat
pemerintah
guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat antara lain yayasan Dharmais, yang telah mampu memberikan bantuan kepada berbagai lembaga sosial seperti kepada PAKYM secara teratur. Demikian juga bantuan pemerintah melalui Depsos, selain bantuan yang berupa uang, Depsos juga memberikan bantuan kepada panti berupa barang misalnya seperti almari, mesin ketik, meja kursi, pompa air listrik, tempat tidur dan lain-lain. Bantuan-bantuan yang diterima dari masyarakatpun datang dengan sendirinya. Kalau pada awal tahun 1960-an pengurus panti sibuk mencari dana kesana-kemari guna mempertahankan eksistensi panti. Sejak awal tahun 1970-an para dermawan banyak yang membawa bantuan ke panti. Begitu pula dengan bantuan-bantuan yang lain seperti zakat fitrah dari masyarakat dan badan zakat Surakarta (BAZIS) memberikan zakatnya setiap tahun. Dilihat dari bangunan fisiknya, yang bertambah dari waktu ke waktu seperti bertambahnya gedung-gedung yang dibangun, merupakan bukti adanya peningkatan kesejahteraan panti, bangunan-bangunan yang didirikan itu ada yang dibangun dengan biaya sendiri dengan uang kas atau sumbangan khusus dari para dermawan. Fasilitas-fasilitas yang diterima anak-anak PAKYM juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, seperti misalnya kualitas makan, pakaian, alatalat sekolah, sepatu, perbaikan ruang belajar, penambahan kamar dan lain-lain. Di samping itu hadiah-hadiah juga diberikan pengurus panti kepada anak-anak yang berprestasi. Juga fasilitas pendidikan didapatkan anak-anak
74
dengan mengundang guru les yang dibayar oleh panti, baik guru keterampilan maupun guru pelajaran umum. Berbagai keterampilan diusahakan dilaksanakan di PAKYM yang menunjang kemandirian anak maupun bidang olah raga dan kesenian, kecuali itu kesejahteraan pengasuh juga mulai diperhatikan dengan memberikan sekedar uang lelah. Rekreasi yang diadakan setahun sekali merupakan bentuk lain dari kesejahteraan PAKYM yang terus membaik. Tujuan rekreasi juga berada agak jauh dari wilayah Surakarta dengan mengikut sertakan semua anak asuh bahkan seluruh keluarga pengasuh dan pengurus panti. Rekreasi tersebut dilakukan setahun sekali karena disesuaikan keadaan anak-anak yang memperoleh libur sekolah. Melihat kondisi PAKYM dari tahun ke tahun yang terus membaik tersebut, ternyata disini bahwa situasi politik dan kondisi ekonomi Nasional sangat mempengaruhi kehidupan sosial rakyat dan terutama dalam hal ini PAKYM.
Kestabilan
politik
Negara
memungkinkan
pemerintah
untuk
melaksanakan rencana-rencana pembangunan nasional secara pasti, terutama pambangunan ekonomi. Keberhasilan pemerintah memajukan perekonomian Negara mengakhibatkan kehidupan rakyat semakin sejahtera. Makanan dan pakaian mudah didapat tidak sesulit sebelum orde baru memerintah.
D. Upaya Pengembangan PAKYM Keberadaan anak-anak asuh di PAKYM bukan untuk selamanya, akan tetapi dalam batas waktu tertentu. Batasan diberikan jika dirasa anak-anak asuh sudah cukup untuk madiri. Tetapi dari PAKYM-pun tidak begitu saja melepas anak-
75
anak asuh, tetapi berusaha secara maksimal menyalurkan ke dalam lapangan pekerjaan, hal ini dimaksudkan agar selepas dari panti anak-anak asuh tidak menjadi pengangguran dan membebani masyarakat. Jenis-jenis pekerjaan sangat bervariasi melihat terhadap bakat dan kemampuan anak serta lapangan kerja yang tersedia. Meskipun dari PAKYM telah berusaha menyalurkan pekerjaan, tetapi tidak seluruh anak asuh menggantungkan kepada PAKYM. Mereka dituntut untuk dapat mandiri dan mencari pekerjaan sendiri secara maksimal. Setelah usaha yang mereka lakukan tidak membawa hasil, PAKYM memberikan alternatif dan mengarahkan pada anak terhadap jenis pekerjaan yang dapat mereka lakukan. PAKYM tidak langsung memberikan pekerjaan kepada mereka kecuali terhadap anak-anak tertentu, misalnya anak yang terbelakang pola pikirnya, biasanya diberikan pekerjaan oleh pengurus untuk usaha pribadi pengurus. Juga terhadap anak-anak yang dianggap berbakat dan pandai disalurkan sesuai dengan bakat dan kemampuan anak-anak tersebut.66 Bagi anak yang mempunyai keterampilan khusus, PAKYM menyarankan untuk berwiraswasta dengan bantuan modal dari PAKYM, misalnya anak yang mempunyai keterampilan cuci cetak foto atau keterampilan mencukur rambut, PAKYM memberikan modal untuk membuka usaha tersebut. PAKYM tidak akan menyalurkan keperusahaan tertentu tetapi berusaha untuk memberikan modal berwiraswasta.67 Maksud dari PAKYM adalah jika mereka diberikan modal untuk berwiraswasta, diharapkan kelak dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi adik-adiknya yang ada di panti maupun yang ada diluar panti, sehingga lulusan dari PAKYM bukan merupakan tenaga kerja yang mencari lapangan pekerjaan 66 67
Wawancaradengan Suhul Dridjosarjono, 29 Oktober 2009. Wawancara dengan Mualimin, tanggal 10 Nopember 2009.
76
tetapi yang mampu menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri dan orang lain. Dari catatan yang ada , sejak tahun 1980 sampai 1990 sebanyak 40% alumnus PAKYM merupakan wiraswastawan, selebihnya ada yang bekerja di PLN, guru sekolah dasar, pabrik tekstil, ada yang bekerja di Depsos, Astra Jakarta, dan Telkom di Bandung.68 Bekal keterampilan di PAKYM merupakan salah satu modal bagi pengembangan berwiraswasta anak-anak asuh. Keterampilan menjahit dan obras, potong rambut, pertanian, stroom accu dan lain-lain, merupakan usahausaha kearah kemandirian. Seperti yang menjadi tujuan dalam pembentukan proyek di PAKYM bahwa proyek tersebut harus bersifat edukatif dalam arti bahwa proyek ketrampilan tersebut dapat dijadikan sarana atau tempat melatih anakanak asuh agar dapat memiliki keterampilan berkarya sedangkan bersifat produktif berarti bahwa dapat memberikan income baik bagi PAKYM maupun bagi anak-anak asuh bila kelak telah lepas dari panti. Disamping dari segi keterampilan, usaha lain bagi pengembangan PAKYM meliputi penerimaan anak. Jumlah anak yang berada di dalam PAKYM pada saat di lakukan penelitian adalah 60 orang dan 10 orang anak yang berada diluar panti. Dalam waktu mendatang PAKYM mengusahakan untuk mengasuh anak yang lebih banyak lagi baik didalam panti maupun diluar panti. Sedangkan dalam sistem foster care atau pengadopsian anak akan dapat berjalan dan diharapkan banyak para dermawan yang mengadopsi anak dari PAKYM, juga mengoptimalkan fungsi masjid Nurul Hidayah di kompleks PAKYM, sebagai sarana
68
PAKYM, hal. 10-19
77
dakwah ke-Islaman serta untuk melatih anak-anak berintegrasi dengan masyarakat antara lain dengan berkotbah.
78
BAB IV PERAN PAKYM SURAKARTA DI BIDANG PENDIDIKAN BAGI ANAK ASUH UNTUK MEMBENTUK SIKAP KEMANDIRIAN A. Peran PAKYM di Bidang Pendidikan Untuk Membentuk Kemandirian Anak Asuh Bidang pendidikan adalah lahan terbesar yang dimiliki oleh Muhammadiyah, semua jenjang pendidikan dimiliki oleh Muhammadiyah, membuktikan bahwa Muhammadiyah mempunyai komitmen yang sangat tinggi dalam mencerdaskan Bangsa. Gerakan dalam bidang pendidikan semakin gencar dilakukan setelah Muktamar ke 41 di Surakarta. Perubahan Anggaran Dasar disebutkan dimana pasal 4 Anggaran Dasar disebutkan tentang ruang lingkup amal usaha Muhammadiyah yang meliputi pengembangan penyelidikan nilai dan hukum Islam (Tarjih), pengembangan pendidikan dan kebudayaan, tabligh, tolong-menolong, kepustakaan, penertipan wakaf, kepemudaan, kewanitaan dan kesejahteraan hidup anggota.69 Salah satu kebutuhan yang penting manusia selain sandang, pangan, papan dan kesehatan adalah kebutuhan akan pendidikan, kebutuhan pendidikan sangat penting bagi setiap manusia. Maka pemerintah menuangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (TAP MPR no. IV/MPR/1973) yaitu tentang tujuan pendidikan: “pendidikan pada hakekatnya adalah usaha untuk 69
Abduh Munir Mulkan, Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial,( Jakarta: Bumi Aksara), 1990, hal. 43.
79
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.70 Kalau berbicara tentang pendidikan, manusia memerlukan bantuan, tuntutan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi mempertahankan hidup dengan mendalami belajar demi setahap untuk memperoleh kepandaian, keterampilan dan pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri.71 Maka disinilah peran penting PAKYM Surakarta sangat dibutuhkan oleh anak asuh. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.72 PAKYM Surakarta sebagai pengelola yang memberikan pelayanan kesejahteraan bagi anak asuh yang tidak mengabaikan pentingnya pendidikan. Pada dasarnya anak asuh yang tinggal di PAKYM Surakarta adalah anak yang kurang beruntung karena takdir menghendaki mereka harus kehilangan ayah, ibu atau kedua-duanya yang berarti harus kehilangan perhatian serta kasih sayangnya. Oleh karena itu, mereka sangat mendambakan kasih sayang, bimbingan, tuntunan, perhatian, serta pendidikan dengan harapan mereka dapat terangkat fungsi sosialnya tanpa harus merasa rendah diri apabila terjun ke
70
Idris Zahara, Sosiologi Pendidikan, Studi dan Pengajaran, (Jakarta: Gramedia Widiar Sarana Indonesia), 1994, hal. 17. 71 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : P. T Rineka Cipta), 1985, hal. 74. 72 Zahara Idris, Pengantar Pendidikan-pendidikan, Studi dan Pengajaran, (Jakarta : Gramedia Widiasara Indonesia), 1984, hal. 9-10.
80
dalam masyarakat. Sekolah pada Hakekatnya bertujuan untuk membantu orang tua untuk mengajarkan kebiasaan-kebiasaan dang menanamkan budi pekerti yang baik, juga diberikan bekal untuk kehidupan dalam masyarakat yang sulit diperoleh dalam lingkungan rumah tangga.73 Masa depan anak-anak ini jika diterawang akan terlihat suram. Betapa tidak, karena pendidikan dari hari ke hari, dari waktu ke waktu terus berkembang sesuai dengan tuntutan pembangunan yang memerlukan banyak aktifitas. Anak-anak yatim di era sekarang ini menjadi sulit kedudukannya untuk berpacu dengan anak-anak lain yang masih memiliki orang tua (ayah/ibu) dalam segala bidang, terutama pendidikan. Mendidik dan mengurus anak-anak yatim tidaklah mudah, melainkan membutuhkan keseriusan dan keahlian yang lebih agar kelak anak-anak tersebut menjadi seseorang yang mandiri dalam hidupnya.
Berangkat
dari
gambaran-gambaran
diatas,
maka
program
pendidikan anak-anak di PAKYM Surakarta dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Pendidikan Informal Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar disepanjang hayat.74 Proses pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, pergaulan, dan 73
Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: FIP IKIP), 1986, hal. 142. 74 Op cit, hal 130.
81
organisasi. Pendidikan informal merupakan proses belajar yang berjalan alami dan berlangsung bebas menyertai kehidupan sehari-hari. Usia anak merupakan masa dimana pembentukan dasar-dasar karakteristik atau watak kejiwaan mereka dimulai. Di dalam lingkungan PAKYM Surakarta selain diusahakan terjaminnya kebutuhan lengkap yang diperlukan anak, yaitu kebutuhan fisik dan psikologis, anak juga dididik untuk hidup mandiri. Anak dituntut untuk dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya sesuai dengan kapasitasnya sebagai anak. Sehingga PAKYM Surakarta mengharapkan anak asuh tanggap terhadap permasalahan kemanusiaan, terhadap lingkungan dan alam sekitarnya serta peka terhadap kerja. Anak asuh dididik oleh pengurus dan pengasuh tentang budi pekerti, sopan santun dan tentang rasa antara sesama penghuni panti. Pendidikan, peraturan, dan kehidupan ala panti secara otomatis terakumulasididalam diri anak asuh. Sehingga mereka antara sadar dan tidak sadar mendapatkan pendidikan yang belum tentu mereka dapatkan dalam keluarga mereka sendiri. Proses yang terjadi di PAKYM Surakarta dalam kaitannya dengan pendidikan informal adalah melalui metode atau cara seperti dalam beberapa hal berikut: a. Sistem Kekeluargaan Proses pendidikan informal yang berlangsung di PAKYM Surakarta menggunakan sistem kekeluargaan yang melibatkan hubungan antara anak asuh dengan para pengasuh, anak asuh
dengan pengurus dan demikian pula
sebaliknya serta antara sesama anak asuh di panti.
82
Salah satu bentuk sistem kekeluargaan yang ditanamkan di PAKYM adalah dengan memposisikan antara pengasuh dan anak asuh layaknya seorang teman. Jika ada permasalahan yang dialami oleh anak-anak asuh biasanya diselesaikan sendiri, baru setelah mengalami kesulitan anak-anak akan ceritakan dengan pengasuh, sebenarnya hubungan antara pengasuh dana anakanak asuh sudah seperti dengan teman sendiri, sering bercanda dan bapak pengasuh kadang juga ikut dalam gojekan anak asuh, dengan begitu anak-anak merasa nyaman kalau bercerita dengan bapak pengasuh.75 Dari beberapa pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pengasuh PAKYM Surakarta disamping berperan menjadi pengasuh, mereka juga harus menjadi orang tua bagi anak asuh yang tinggal di sana. Pengasuh tidak membeda-bedakan satu sama yang lainnya. Dalam mendidik anak asuh, pengasuh juga selalu mengingatkan dan menasehati anak-anak jika melakukan kesalahan. Bentuk hubungan kekeluargaan semacam ini akan membantu perkembangan mental anak-anak asuh. Dalam membimbing anak asuh juga dilakukan pendekatan pada anak asuh, salah satu bentuk pendekatan itu terutama jika anak mempunyai masalah. Hal ini sangat bergantung pada masalah yang sedang dihadapi oleh anak tersebut. Secara keseluruhan dapat ditekankan bahwa panti asuhan tersebut adalah rumah bagi anak asuh tersebut, sehingga timbul hubungan baik antara anak dengan pengasuh dan selalu ditanamkan rasa memiliki. Sebagai contoh 75
Wawancara dengan Rokhani, tanggal 6 Januari 2010.
83
kebersihan panti, di mana kebersihan panti tersebut menjadi tanggung jawab semua penghuni panti asuhan. Selain itu para pengasuh juga selalu berusaha memberikan motivasi pada anak asuhnya dalam setiap kegiatan-kegiatan yang ada, sehingga terjalin hubungan yang baik diantara anak asuh dengan pengasuhnya. Sebagai pengasuh yang bertindak sebagai pengganti orang tua, selalu memberi nasihat kepada anak dan berusaha untuk menjadi teman dan sahabat yang baik, sehingga anak akan merasa lebih dekat serta mampu memberikan semangat atau motivasi pada anak-anak asuh tersebut. Selain itu anak asuh dilatih untuk memliki kepekaan tinggi pada lingkungan sekitar, mempunyai solidaritas terhadap sesama penghuni panti asuhan. Hal ini ditunjukkan dengan sikap anak yang dengan kesadarannya mau membantu penghuni panti yang lain disaat membutuhkan bantuan. b. Sistem Keteladanan Pendidikan informal yang berlangsung di PAKYM Surakarta berlaku adanya sisitem keteladanan pengasuh dan pimpinan ataupun pengurus panti. Keteladanan tersebut dilakukan dengan harapan agar bisa memotivasi anak asuh utuk mengikuti sikap dan tindakan yang di contohkan oleh para pengasuh, pimpinan dan pengurus panti. Pada dasarnya merekalah yang menjadi kunci penggerak bagi keberhasilan PAKYM Surakarta dalam menegakkan peraturan yang terdapat di panti tersebut. Salah satu bentuk keteladanan yang dilakukan adalah ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kampung. Sehingga pada saat tertentu
84
ketika terdapat kegiatan-kegiatan di lingkungan masyarakat sekitar dan juga hari-hari besar, misalnya 17 Agustus, anak asuh diharuskan ikut serta dalam berbagai kegiatan kampung, misalnya pada kegiatan olah raga dan kebersihan. Bentuk keteladanan anak asuh yang usianya lebih tua terhadap anak asuh asuh yang usianya lebih muda sangat efektif untuk menumbuhkan semangat menjadi lebih baik dalam diri anak-anak asuh keseluruhan. Apabila sesuatu hal yang diteladani itu baik, maka anak-anak akan menerimanya dengan baik pula. Namun ketika panutan mereka melakukan sedikit kesalahan akan dapat memunculkan kesan negatif dalam diri anak-anak asuh tersebut. Pendidikan informal yang diperoleh anak asuh dari tugas-tugas yang dipercayakan terhadapnya merupakan pengalaman yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki dampak positif bagi diri anak-anak asuh tersebut. Hal ini bisa terjadi dalam lingkungan keluarga atau panti sendiri, dalam pergaulan sehari-hari, organisasi dan sebagainya. Maka anak-anak asuh yang tinggal di panti secara langsung atau tidak langsung akan mengikuti peraturan yang berlaku di panti tersebut. c. Sistem Kedisiplinan Proses sosialisasi di PAKYM Surakarta berlaku ganjaran dan hukuman. Pemberian ganjaran dan hukuman tersebut diberikan dalam rangka melatih kedisiplinan anak-anak asuh. Hukuman dikenakan pada semua anak asuh dengan tetap melihat besar kecilnya usia mereka.
85
Sanksi atau hukuman yang diberlakukan di PAKYM Surakarta merupakan sebuah metode untuk mendidik anak-anak asuh supaya lebih berdisiplin lagi dalam dirinya. Sanksi yang diberikanpun jangan sampai membuat mereka malu tetapi bisa membuat mereka jera dan tidak mengulangi kesalahnnya lagi. Pemberian sanksi tersebut disesuaikan dengan bidang kegiatan yang sedang dijalankan. Cara atau metode dalam mengasuh pada prinsipnya berlaku sama untuk semua anak asuh. Setiap anak memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam rangka dididik kearah kemandirian. Anak dilatih melakukan kediplinan dalam hal belajar dan juga dalam kegiatan sehari-hari. Pada prinsipnya hukuman yang diberikan dalam rangka untuk melatih anak kedisiplinan. Anak dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa yang diberikan panti kepadanya, sanksi-sanksi atau hukuman sifatnya hanya membuat kesalahan yang sama dikemudian hari. Selanjutnya kedisiplinan diterapkan dalam hal belajar dan juga dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Dalam mendidik atau mengasuh anak-anak asuh, baik yang sudah besar maupun yang masih kecil dilakukan dengan penuh perasaan dan kesabaran sehingga anak asuh tersebut mudah mengerti. Hal ini dimaksudkan agar para pengasuh lebih dekat dengan anak-anak. Meski demikian dalam mendidik anak asuh yang masih kecil relatif lebih sulit karena kemampuan anak kecil dalam menerima dan memahami tentang apa yang diajarkan oleh para pengasuhnya masih cukup rendah. Sistem pendidikan dan pengajaran tersebut
86
bukan dimaksudkan untuk menciptakan suatu sistem pendidikan swasta yang sejajar dengan sistem Nasional.76 2. Pendidikan Formal Pendidikan formal yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur, sistematis, mempunyai jenjang serta mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini berlangsung di sekolah dan terikat oleh waktu yang telah ditentukan. Pelaksanaan pendidikan formal di PAKYM Surakarta berupaya memenuhi kebutuhan anak asuh terhadap pendidikan formal dengan memasukkan anak-anak asuh ke sekolah masing-masing. Sehingga pendidikan formal ini diselenggarakan di lingkungan sekolah masing-masing anak. Dalam rangka pemilihan lokasi sekolah, semua disesuaikan dengan bakat dan minat anak asuh, sedangkan pengurus dan pengasuh hanya mengarahkan saja. Namun demikian, khususnya bagi anak-anak asuh yang sudah lulus SLTP diprioritaskan untuk memasuki sekolah kejuruan dengan harapan agar anak mempunyai keahlian disalah satu bidang tertentu yang ditekuni. Sebab sekolah kejuruan merupakan alternatif yang tepat dan dari sini diharapkan agar anak asuh nantinya akan segera mendapatkan pekerjaan dan bisa mandiri. Untuk pelaksanaan pendidikan formal, anak-anak asuh di sekolahkan di sekolah umum, SD, SMP, SMA atau SMK, tapi rata-rata ketika akan masuk SMA
76
M. T. Arifin, Muhammadiyah Potret Yang Berubah, (Surakarta: Institut Gelanggang Pemikiran Filsafat Sosial, Budaya dan Kependidikan), 1996, hal. 258.
87
diarahkan untuk masuk SMK saja dengan maksud agar anak-anak itu cepat mandiri, memperoleh pendidikan sebagai bekal kemandirian mereka nantinya.77 Dari beberapa pernyataan diatas, alasan pemilihan lokasi sekolah formal bagi anak-anak asuh PAKYM Surakarta meliputi empat hal. Pertama adalah jarak sekolah tidak terlalu jauh dengan PAKYM, jarak yang tidak terlalu jauh tersebut memudahkan anak untuk menjangkau sekolah. Kedua adalah mutu atau kualitas sekolah tersebut, apabila mutu atau kualitas suatu sekolah baik. Alasan yang ketiga adalah karena sekolah tersebut akan mendukung dalam membekali anak-anak PAKYM untuk mencari pekerjaan selepas SMA, rata-rata lulus SMA, anak-anak akan banyak yang memiliki keinginan untuk bekerja. Salah satu peran penting yang dilakukan oleh sekolah madrasah Muhammadiyah adalah memelihara tradisi-tradisi keagamaan.78 Maka PAKYM bertanggung jawab penuh untuk seluruh keperluan anak dalam kaitannya dengan pendidikan formal, baik pada biaya pendidikan, kebutuhan peralatan sekolah, pembelian buku-buku sekolah maupun dalam hal perwaliannya. Berikut akan diberikan tabel tentang tempat sekolah dari anak-anak asuh di PAKYM Surakarta tahun 1970-an dan tahun 1980-an.
77
Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009. Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu), 2001, hal. 33. 78
88
Tabel 5 : Data Tempat Sekolah Anak Asuh PAKYM Surakarta Tahun 1970-an. No 1. 2. 3. 4.
Nama Sekolah TK Aisyiyah Surakarta SD Muhammadiyah Surakarta Belum Sekolah Tanpa Keterangan
Jumlah Anak 7 anak 26 anak 3 anak 24 anak
(Dalam %) 11, 6 % 43,3 % 5% 40 %
Sumber : Data Sekolah Anak Asuh PAKYM Surakarta Tahun 1970-an. Dari data diatas dijelaskan bahwa anak-anak asuh PAKYM Surakarta menempuh lokasi pendidikan yang berbeda, diantaranya TK Aisyiyah Surakarta sebanyak 7 anak (11,6%), SD Muhammadiyah Surakarta sebanyak 26 anak (43,3%), yang belum sekolah sebanyak 3 anak (5%), dan yang tanpa keterangan sebanyak 24 anak (40%). Tabel 6 : Data Tempat Sekolah Anak Asuh PAKYM Surakarta Tahun 1980-an. No 1. 2. 3.
Nama Sekolah TK Aisyiyah Surakarta SD Muhammadiyah Surakarta SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
Jumlah Anak 1 anak 46 anak 13 anak
(Dalam %) 1,6 % 76,6 % 21,6%
Sumber : Data Sekolah Anak Asuh PAKYM Surakarta Tahun 1980-an. Dari data diatas dijelaskan bahwa anak-anak asuh PAKYM Surakarta menempuh lokasi pendidikan yang berbeda, diantaranya TK Aisyiyah Surakarta sebanyak 1 anak (1,6%), SD Muhammadiyah Surakarta sebanyak 46 anak (76,6%), dan SMP Muhammadiyah 1 Surakarta sebanyak 13 anak (21,6%).
89
Tabel 7 : Data Anak Asuh yang masuk ke PAKYM tahun 1970-an. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52.
Nama Buryadi Moch. Karim Muhammad Djupri Marsudi Komarun Widodo Suparlan Yusroni Paimin Misri Sangidi Mustaqim R. Samiadi Mardjuki Ngadimin Slamet Syamjuri Widodo Mulyono Tukino Sunadi Sujatno Salamin Nurjasin Soebroto Sugiri Umar Suparman Pariadi Syamsul Hadi Baharudin Tukiman Suhardi Kusmanto Bedjo Nurdjani Muhammad Nur Patrijadi Parlan Gunawan Ahmat Roehmad Usman Basuki Tontowi Djauhri Mulyono Haryono Robert Daryanto Wisnu Prasetyo Suradi Rakimin Waluyo Nur Utomo
Alamat Banyudono Boyolali Solo Simo Boyolali Simo Boyolali Ngemplak Boyolali Banyudono Boyolali Banyudono Boyolali Nglembu Boyolali Simo Boyolali Solo Baturetno Wonogiri Simo Boyolali Simo Boyolali Surakarta Kalijambe Sragen Nogosari Boyolali Kalijambe Sragen Kalijambe Sragen Simo Boyolali Wonogiri Wonogiri Gemolong Sragen Sragen Karanganyar Boyolali Solo Sondakan Solo Wonogiri Wonogiri Bekonang Boyolali Karanganyar Boyolali Kliwonan Sragen Ngemplak Boyolali Surakarta Baron Cengklik Giripurwo Wonogiri Giripurwo Wonogiri Baluarti Solo Sidorejo Sragen Kalijambe Sragen Kalijambe sragen Solo Simo Boyolali Laweyan Solo Solo Solo Boyolali Boyolali Sragen Solo
90
53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60.
Mukhson Rokhmad Munzanil Lanjar Rochani Agus Setyobudi Agus Nurdjatmiko Agus Wityaksono
Kartasura Klaten Boyolali Boyolali Karanganyar Ponorogo Ponorogo Ponorogo
Sumber : Data Anak yang masuk ke PAKYM tahun 1970-an. Dari tabel di atas dapat dilihat dari banyaknya anak asuh bahwa anak asuh di PAKYM pada tahun 1970-an banyak yang datang dari Boyolali sebanyak 18 orang, kedua dari Solo sebanyak 11 orang, ketiga dari Wonogiri sebanyak 10 orang. Tabel 8 : Data Anak Asuh yang masuk ke PAKYM tahun 1980-an. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nama Muhdiyanto Aguc C Marwan Nurhadi Jumali Komari Jumadi Salamun Triyanto Muji Musthofa Rosyim MuchlisW Ja’far Syansyi Kenedi Fatkhul W. A Sholikhin Mastian Harjo Durahim Ahnad H Abu Bakar M Nur Syamsu Syahfuddin B Mardiyono Mu,alim Suwarto Aji S Suprapto
Alamat Jatim Surakarta Nogosari Sragen Semarang Klaten Boyolali Dalang Surakarta Surakarta Jatim Boyolali Kartasura Malaka Tengah Tuban Tuban Surakarta Sukoharjo Kudus Tegal Tegal Tegal Flores Flores Alor n Boyolali Klaseman Solo Boyolali Boyolali
91
31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60.
Sardi S Saubari S. Edi P. M Waljiyo Kanang SLamet Sukarno Kuswanto Khosim Topo Wiyono M. Busroni Muklis Suharto Ali Budiyanto Winarto m. Toqhsin M. Sarmanto Suradji Daelami Muzayin Roni G. Pane M. Ruslan Sriyadi Rondilah Cholil Tugiman Basuni Faozani Suramto Lamani Abdul Fatah Suradji
Boyolali Klaten Sumsel Sumsel Magelang Surakarta Solo Boyolali Solo Sragen Klaten Sragen Boyolali Sragen Boyolali Sragen Boyolali Boyolali Solo Sragen Solo Klaten Sragen Sragen Sukoharjo Boyolali Sragen Boyolali Tegal Simo
Sumber : Data Anak yang masuk ke PAKYM tahun 1980-an. Dari tabel di atas dapat dilihat dari banyaknya anak asuh bahwa anak asuh di PAKYM pada tahun 1980-an sudah berasal dari luar jawa seperti Flores, Sumatera Selatan tetapi masih sama tepatnya dari asal daerahnya dengan tahun 1970-an yaitu Boyolali dan Sragen. Jadwal kegiatan pendidikan formal atau kegiatan sekolah untuk masing-masing anak asuh antara jam 07.00 Wib – 14.00 Wib. Pendidikan tersebut dilakukan Senin sampai dengan Sabtu dan berlangsung di lingkungan sekolah masing-masing. Sehubungan dengan kegiatan pendidikan formal yang
92
diselenggarakan sekolah masing-masing anak-anak asuh, maka dalam hal ini upaya kerja sama pihak PAKYM adalah dengan memberikan kepercayaan penuh kepada sekolah untuk memberikan pendidikan formal pada anak asuh. Timbal balik pihak sekolah kepada pihak PAKYM adalah memberikan laporan prestasi belajar anak di sekolah serta memberi panggilan atau pemberitahuan pada PAKYM jika anak tersebut bermasalah. Biaya pendidikan formal, dalam hal pendidikan, PAKYM membiayai semua dana yang diperlukan oleh anak-anak asuh. Semua dana tersebut berupa dana pendidikan yang berasal dari Yayasan Muhammadiyah sendiri dan sumbangan dari para donatu-donatur.79 Untuk menunjang pendidikan formal di sekolah, maka diadakan kegiatan belajar bersama yang wajib diikuti oleh semua anak PAKYM Surakarta. Kegiatan belajar tersebut dilaksanakan setiap hari pada pukul 19.00 – 22.00 Wib. Secara umum, tujuan PAKYM Surakarta memberikan pendidikan formal bagi anak-anak adalah untuk membekali anakanak dengan ilmu pengetahuan sebagai salah satu pengalaman hidupnya. 3. Pendidikan Nonformal Pendidikan Nonformal yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat. Pendidikan berlangsung diluar sekolah dan diselenggarakan secara terencana, terprogram, serta bersifat fungsional dan praktis. 79
Wawancara dengan Suhul Dridjosarjono, 29 Oktober 2009.
93
Pihak PAKYM memberikan pendidikan Nonformal kepada anak asuhnya dengan pengajar atau pelatihnya dari PAKYM sendiri dan mendatangkan dari luar. Tujuannya tidak hanya memberikan pengetahuan melainkan juga untuk membekali anak-anak dengan keterampilan-keterampilan yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup anak asuhnya, atau dapat dikatakan sebagai modal bekerja ketika mereka sudah keluar dari PAKYM dan berada ditengah-tengah masyarakat. Lingkungan masyarakat
menitikberatkan
pada
pendidikan
Nonformal,
sedangkan
lingkungan lebih berorientasi pada pendidikan Informal.80 a. Kegiatan Pendidikan Non Formal 1. Pembinaan Keagamaan Agama merupakan dasar atau fondasi dalam menjalani hidup ini. Apabila memiliki agama yang kuat, maka secara otomatis akan memiliki prinsip yang kuat pula. PAKYM Surakarta mengadakan pembinaan keagamaan untuk memupuk pengetahuan tentang agama kepada anak asuh. Anak asuh di PAKYM Surakarta semua beragama Islam sehingga pembinaan yang ada hanya pembinaan agama Islam. Pendidikan keagamaan yang diberikan meliputi bahasa Arab, penerjemahan Kitab, Igro’, membaca Al-Qur’an, kuliah Subuh, melalui pendidikan agama anak-anak asuh juga dilatih untuk berorganisasi, setiap
80
Haidar Putra Daulay, Historisasi dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah, )Yogyakarta: PT. Tiara Wacana), 2001, hal. 65.
94
pelaksanaan pendidikan keagamaan kami juga menyampaikan nasihat-nasihat tentang hal-hal yang baik dan sekitarnya akan bermanfaat bagi mereka.81 Pelaksanaan kegiatan agama setiap hari di Masjid milik PAKYM sendiri, pelaksanannya yaitu ba’da Maghrib dan Isya’, kalau untuk pembinaan yang dilaksanakan ba’da Subuh diberikan oleh pengasuh sendiri, sedangkan untuk pembinaan yang dilaksanakan ba’da Maghrib diberikan oleh dua orang guru dari luar yaitu Bapak Drs. H. Subari dan Bapak Drs. Saiful Islam, M. Ag. Dalam
pelaksanaan
pembinaan
keagamaan
juga
diberlakukan
hukuman. Hukuman yang diberikan jika anak-anak terlambat datang ketempat kegiatan. Biasanya antara sholat Subuh dan Maghrib, anak-anak diberikan tenggang waktu 10 sampai 15 menit untuk persiapan. Namun kadangkala anakanak masih sering terlambat, bahkan pernah didapati ada anak yang tidur setelah sholat Subuh. Apabila terjadi pelanggaran tersebut, maka anak-anak harus menerima hukuman. Hukuman tersebut berwujud membaca Al-Qur’an sebanyak 50 ayat untuk satu orang. Dalam hal ini dari adanya pendidikan Islam adalah untuk menciptakan manusia-manusi yang beriman dan berpengetahuan yang saling menunjang satu sama lainnya.82
81
Wawancara dengan Damanhuri, 10 Nopember 2009. Muslih Usa (ed), Pendidikan Islam di Indonesia, antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta: Tiara Wacana), 1991, hal. 9-10. 82
95
2. Tapak Suci Kegiatan Tapak Suci merupakan salah satu kegiatan non formal di PAKYM
Surakarta.
Tapak
Suci
semacam kegiatan
bela diri
yang
diperuntukkan bagi putra Muhammadiyah. Umat Islam diwajibkan untuk berkuda-kuda dan siap-siap membela diri sesuatu yang membahayakan dirinya. Jadi disinilah kita mempunyai pedoman bahwa bela diri untuk persiapan kita kalau ada musuh. Bela diri Tapak Suci diberikan dengan mendatangkan pelatih dari luar. Pelatih tersebut bernama bapak Sukarno. Beliau berasal dari Colomadu Karanganyar. Bela diri Tapak Suci ditetapkan sebagai kegiatan pendidikan non formal di PAKYM Surakarta sejak tahun 1977 hingga sekarang kegiatan Tapak Suci ini masih berjalan lancar dan bahkan mengalami kemajuan dalam perkembangannya.83 Bela diri yang diajarkan diharapkan dapat memperkuat keimanan dan ketaqwaan masing-masing anak asuh. Kegiatan ini di ikuti oleh semua anggota panti asuhan, baik yang masih SD maupun tingkat SMA. Sebagai penghuni PAKYM sendiri, maka semua anak harus ikut serta dalam kegiatan ini. Bela diri Tapak Suci merupakan pelatihan mental dan fisik bagi anak asuh. Pelatihan mental adalah bahwa anak asuh menjadi lebih berani dalam situasi apapun dan pertahanan tubuh menjadi kuat.
83
Wawancara dengan Sukarno, tanggal 23 Januari 2010.
96
3. Pendidikan Olah Raga Pendidikan olah raga yang diadakan oleh PAKYM Surakarta terdiri dari tiga macam, yaitu lari pagi, tennis meja dan bola voly. Lari pagi diadakan tiap hari Selasa dan Sabtu setelah anak-anak Sholat Subuh, biasanya dimulai pukul 05.00 Wib, sedangkan tennis meja dan bola voly tiap hari Rabu dan Jum’at sore sekitar jam 15.00 samapai jam 17.00 Wib. Olah raga tennis meja merupakan olah raga yang disenangi oleh anak asuh di PAKYM Surakarta. Fasilitas meja dan bed pun tersedia. Beberapa pertandingan pernah diikuti dan pernah diadakan oleh PAKYM sendiri. Rata-rata anak-anak memiliki kemampuan bermain tennis meja. Anak-anak PAKYM pernah menjadi juara dalam kejuaraan tennis meja antar beberapa panti asuhan di Surakarta. b. Jadwal Kegiatan Nonformal Jadwal kegiatan nonformal yang dilakukan oleh anak asuh di PAKYM Surakarta adalah sebagai berikut: Tabel 9 : Jadwal Kegiatan Pendidikan Nonformal PAKYM Surakarta tahun 1970. N o
Hari
1
Ahad
2 3 4
Senin Selasa Rabu
Ba’da Subuh SLTP/SL TA Kuliah Subuh Qiro’ah HTP Lari Lari Tajwid -
5
Kamis
Sholat
Tajwid
6 7
Jum’at Sabtu
SKJ Lari
SKJ Lari
SD
SD -
Ba’da Maghrib SLTP/SLT A -
Arobiyah Hafalan Bahasa Arab Aqidah tartil
Tartil Bahasa Arab Baca Kitab Qiro’ah
SD
Ba’da Isya SLTP/SL TA -
Tapak Suci Sholat Lail -
Tapak Suci Sholat Lail -
Sumber: Data Sekunder PAKYM Surakarta Tahun 1970.
97
Tabel 10 : Jadwal Kegiatan Pendidikan Nonformal PAKYM Surakarta tahun 1980. N o
Hari
1
Ahad
2 3 4
Senin Selasa Rabu
Ba’da Subuh SLTP/SL TA Kuliah Bahasa Subuh Arab Qiro’ah HTP Lari Lari Tajwid Tafsir
5
Kamis
Sholat
Tajwid
6 7
Jum’at Sabtu
SKJ Lari
SKJ Lari
SD
Ba’da Maghrib SLTP/SLT A Baca Kitab Arobiyah Tartil Hafalan Tartil Hikmah Bahasa Arab Bahasa Baca Kitab Arab Aqidah Hikmah tartil Qiro’ah SD
SD
Ba’da Isya SLTP/SL TA -
Tapak Suci Sholat Lail -
Tapak Suci Sholat Lail -
Sumber : jadwal kegiatan PAKYM Surakarta Tahun 1980. Ada perubahan jadwal dari tahun 1970 ke tahun 1980, penambahan jadwal pendidikan nonformal tersebut terlihat dari hari Senin, Rabu, dan Jum’at, hari Senin ba’da Subuh untuk SLTP/SLTA dan SD adanya penambahan pelajaran baca kitab, utuk ba’da Maghrib Tartil untuk SLTP/SLTA saja, hari Rabu ba’da Subuh untuk SLTP/SLTA dan SD adanya penambahan pelajaran tartil, untuk ba’da Maghrib penambahan pelajaran hikmah untuk SLTP/SLTA saja, serta hari Jum’at untuk SLTP/SLTA adanya penambahan pelajaran hikmah untuk SLTP/SLTA saja. Pengampu kegiatan Tapak Suci oleh Sukarno, pengampu tafsir oleh Drs. Ky. Sucri Machin, SH, pengampu bahasa Arab oleh Zaenal Arifin (pondok Nurriyah Sobron UMS Surakarta). c. Biaya Pendidikan Nonformal PAKYM Surakarta Dalam hal ini biaya pendidikan nonformal sama dengan pendanaan kegiatan formal. Merupakan kebijakan panti asuhan karena dana yang digunakan berasal dari panti asuhan sendiri, bukan dari anggaran pemerintah
98
pusat (pemerintah kota Surakarta). Pendanaan operasional sehari-hari baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan sekolah anak-anak dibiayai oleh Yayasan Muhammadiyah Surakarta. PAKYM Surakarta juga menerima donator yang menyumbang baik berupa uang maupun barang kepada PAKYM. Besar ataupun kecil jumlah bantuan tidak ditentukan karena hal tersebut sesuai dengan kemampuan para donator. Secara keseluruhan, dengan alokasi dana dari Muhammadiyah dan para donator, PAKYM tidak pernah mengalami hambatan dalam pendanaan.
B. Alasan PAKYM Surakarta Menggunakan Pendidikan Untuk Membentuk Sikap Kemandirian Anak Asuh Pendidikan adalah usaha sadar dan teratur serta sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggungjawab, untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa pendidikan adalah bantuan yang diberikan secara sengaja kepada anak, dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani untuk mencapai tingkat dewasa. Pandangan sosiologi melihat pendidikan dari aspek sosial sehingga pendidikan dapat diartikan seebagai usaha pewarisan generasi ke generasi berikutnya.84 Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak-anak didik. Pendidikan bertalian dengan transmisi
84
Soekirno Dkk, Pengantar Pendidikan, (Surakarta : Depdikbud RI Universitas Sebelas Maret), 2000, hal. 28.
99
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Sistem pendidikan yakni sekolah adalah lembaga soaial yang turut menyumbang dalam proses sosialisasi individu agar menjadi anggota mesyarakat seperti yang diharapkan, sekolah selalu berhubungan dengan masyarakat.85 Sesuai dengan misinya untuk mencapai keberhasilan dimasa mendatang peranan PAKYM Surakarta dalam hal ini memberikan sistem pendidikan pada anak-anak asuh khususnya yang tinggal di panti dan diluar panti foster care, dan berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara memberikan pendidikan pada anak-anak yatim, piatu, yatim piatu yang terlantar melalui pendidikan informal, formal dan nonformal. Pendidikan merupakan hak setiap manusia. Di Indonesia, hak tersebut tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”. Dalam pasal tersebut mengandung pengertian bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap warga dan Negara berkewajiban memenuhi pendidikan tiap-tiap warga Negara. PAKYM Surakarta merasa berkewajiban mewujudkan pasal tersebut dengan cara melaksanaknan pendidikan sesuai dengan kebutuhan anak asuh. Pendidikan 85
yang
dilaksanakan
mmemberikan
peranan
penting
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung : Bumi Aksara), 1994, hal. 10-11.
untuk
100
memandirikan anak. Ada beberapa alasan mengapa PAKYM Surakarta menggunakan pendidikan untuk memandirikan anak. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi setiap manusia, terutama generasi muda. Proses pendidikan adalah proses untuk memberikan kemampuan kepada individu untuk dapat memberikan makna terhadap dirinya dan lingkungannya.86 Pendidikan akan menjadi motor penggerak bagi setiap manusia dalam hal ini adalah anak asuh, contohnya pendidikan agama akan menjadi pengendali bagi anak asuh untuk selalu mengendalikan diri dari segala sesuatu yang sifatnya tidak baik, kemudian pendidikan formal di sekolah sebagai tingkatan ukuran pendidikan, dan untuk pendidikan nonformalnya yaitu keterampilan menjadi bekal mereka untuk mendukung pekerjaan yang akan dijalaninya, jadi kalau anak-anak asuh tersebut memiliki pendidikan yang cukup maka kemandirian pun akan terbentuk. Dengan memiliki pendidikan yang cukup maka mereka akan siap bersaing dengan teman-teman diluar sana.87 Pendidikan diharapkan menjadi modal bagi anak-anak asuh saat mereka sudah tidak tinggal di panti lagi, pendidikan sebagai motor penggerak bagi tubuh dan jiwa anak asuh di PAKYM Surakarta.
86
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar), 2008, hal. 21. 87 Wawancara dengan Damanhuri, 10 Nopember 2009.
101
Melalui pendidikan inilah diharapkan terbentuknya kepribadian anakanak asuh sesuai dengan yang diharapkan, yaitu kepribadian seseorang yang baik, yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam dan mematuhi norma-norma yang ada dalam masyarakat.88 Karena boleh dikatakan hampir seluruh kelakuan individu bertalian dengan dan atau dipengaruhi oleh orang lain, maka karena itu kepribadian pada hakikatnya adalah gejala sosial. Pendidikan yang diberikan di PAKYM Surakarta memiliki peranan penting dalam membentuk sikap kemandirian bagi anak asuh. Diantaranya adalah menciptakan kedisiplinan dan kemandirian.
88
Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009.
102
BAB V KESIMPULAN
Ide pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi Muhammadiyah lebih didasari oleh faktor sosial keagamaan. Faktor keagamaan tersebut dengan berusaha mengembalikan ke-Tauhid-an dalam masyarakat yang dianggap mulai meluntur. Keinginan K. H. Ahmad Dahlan dalam menampung dan menyantuni anak-anak terlantar dan fakir miskin juga merupakan panggilan keagamaan dengan dasar dalam Al-Qur’an surat Alma’un. Pemikiran inilah yang kemudidan direalisasikan dengan pembentukan bagian Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) sebagai langkah sosial dalam pembentukan
organisasi
Muhammadiyah.
Perkembangan
PKO
yang
kemudian berkembang kedaerah-daerah lainnya termasuk didalamnya adalah daerah Surakarta. Tahun 1915 majlis PKU dibentuk dengan nama PKO, yang tercakup didalamnya adalah penampungan dan penyantunan anak yatim dan terlantar. Maka PKO tersebut mendirikan rumah yatim piatu di Yogyakarta tahun 1922, yang juga berkembang di kota-kota lain. Salah satunya di Surakarta, tahun 1930 PKO menambahkan amal usahanya dengan mendirikan PAKYM yang diprakarsai oleh K. H. Muhammad Idris Abdussalam. Amal usaha ini pada Nopember 1953 yang mulanya bernama Rumah Miskin Muhammadiyah
103
Surakarta yang berdiri di kampung Kandangsapi, Jebres, Surakarta, dasar hukum pendiriannya adalah akte pndirian Persyarikatan Muhammadiyah sebagai badan hukum dengan No. 81/byl : 1. Tahun 1956 berganti nama menjadi Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) Surakarta yang disesuai dengan surat keputusan Menteri Sosial RI tertanggal 8 Nopember 1955, No. sekr. 10-22-17/1895. Tahun 1968 PAYM tersebut diganti nama dengan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, yang pelaksanaannya terhitung sejak tanggal 1 Januiari 1970. Berdasarkan surat serah terima tanggal 5 Oktober 1966. M. No. D. 156/66, mulai tahun 1966 kepengurusan serta tanggung jawab pemeliharaan panti asuhan ini diserahkan dari Pimpinan Muhammadiyah Daerah Kota Madia Surakarta kepada Pimpinan Muhammadiyah Cabang Laweyan. Perkembangan PAKYM Surakarta tahun 1966-1984, tahun 1966 dilihat
dari
sistem
pengorganisasiannya,
PAKYM
Surakarta
belum
mempunyai struktur pengurusan yang lengkap karena masih minimnya pengurus, begitupun dengan sistem penerimaan anak asuh yang hanya disyaratkan dari kalangan Muhammadiyah saja, pendidikan anak asuh yang masih kurang, dan kondisi kehidupan PAKYM Surakarta yang masih memprihatinkan dalam segala hal. Berbeda dengan tahun 1970 yang pengorganisasiannya sudah lebih lengkap, karena pengurus dipilih dan diangkat oleh keputusan dalam Pimpinan Cabanzg Muhammadiyah Laweyan
104
dengan jangka waktu lima tahun sekali dan setelah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali. Tahun 1980 PAKYM ada dua sistem yang digunakan PAKYMyaitu dengan sistem Foster Care dan Foster Parents. Sistem Foster Care yaitu beberapa anak yatim dititipkan setelah mendapatkan persetujuan dari pengurus panti asuhan, dengan sistem tersebut maka seluruh biaya pemeliharaan dan tanggung jawab terhadap anak asuh tersebut ditanggung oleh keluarga yang bersangkutan. Sedang sistem Foster Parents yaitu PAKYM Surakarta memberikan santunan kepada anak yatim yang tidak mampu dengan cara mereka tetap tinggal bersama wali mereka, tanggung jawab dalam anak asuh tersebut ditanggung oleh pihak PAKYM Surakarta. Sejak tahun 1970 bantuan dari masyarakat mulai dapat diterima dengan lancer, bantuan yang diteima PAKYM tersebut antara lain dari Yayasan Dharmais, Departemen Sosial dan Sumber Dana Lainnya. Sejalan dengan membaikknya kondisi ekonomi bangsa Indonesia, kesejahteraan PAKYM Surakarta mengalami peningkatan, itu dikarenakan meningkatnya bantuan dari para donator-donatur yang bisa berupa barang atau uang. Selain itu tahun 1980 PAKYM Surakarta juga mempunyai usaha yaitu potung rambut, foto, menjahit, dan lainnya yang mampu menghasilkan dana. Keberadaan anak asuh di PAKYM bukan untuk selamanya, akan tetapi dalam batas waktu tertentu. Tetapi PAKYM Surakarta tidak begitu saja melepaskan anak asuhnya, PAKYM Surakarta berusaha secara maksimal
105
menyalurkan anak asuh kedalam lapangan pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar selepas dari PAKYM anak asuh tersebut tidak menjadi pengangguran. Peran PAKYM dalam pendidikan bagi anak asuh meliputi tiga program pendidikan yaitu pendidikan informal, formal dan nonformal. Ketiga program pendidikan tersebut dianggap dapat meningkatkan kesadaran anakanak asuh sangat pentingnya pendidikan. Alasan PAKYM menggunakan pendidikan didalam meningkatkan kemandirian anak karena pendidikan akan berguna sampai berakhirnya hidup, dengan pendidikan pula dapat menjadikan anak asuh kelak bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan orang lain setelah keluar dari PAKYM Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen Surat Tanda Pendaftaran ke Departemen Sosial No. 369/Y/PSSM/1977 tertanggal 18 Juli 1977. Surat Ketetapan No. 1829/A tertanggal 18 Djuni 1964 tentang Penetapan Berdirinya Muhammadiyah Cabang Laweyan. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No: 108/KPTS/BBS/IX/87 tentang Pengukuhan Organisasi Sosial PAKYM. Turunan Aakta Notaris No: 81/byl: 1 tentang Muhammadiyah Sebagai Badan Hukum. Surat keterangan Direktorat Jenderal Pembinaan Hukum Departemen Kehakiman Republik Indonesia No. J. A. S/160/5 tentang Perkumpulan Muhmmadiyah.
Buku Abdul Munir Mulkan. 1990. Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Abu Ahmadi. 1985. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : P. T Rineka Cipta. Amien Rais. 1995. Moralitas Politik Muhammadiyah. Yogyakarta: Dinamika. Amir Hamzah W. 1985. Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam. Jember: Muria Offset. Agib Suminto. 1984. Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta: LP3ES. Arifin, M.T. 1987. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah. Jakarta: Pustaka Jaya. .1996. Muhammadiyah Potret Yang Berubah. Surakarta: Institut Gelanggang Pemikiran Filsafat Sosial, Budaya dan Kependidikan. Cropley A. J. 1986. Pendidikan Seumur Hidup. Surabaya: Usaha Nasional. Deliar Noor. 1980. Gerakan Modern Islami di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.
106
107
Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Emha Ainun Nadjib dkk. 1995. Pak AR Profil Kyai Merakyat. Yogyakarta: Dinamika. Gottstalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Tilaar dan Rianto Nugroho, H.A.R. 2008. Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Haidar Putra Daulay. 2001. Historisasi dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Husni Rahim. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : Logos Wacana Ilmu. Idris Zahara. 1994. Sosiologi Pendidikan, Studi dan Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiar Sarana Indonesia. Black James A., Dean J. Champion. 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: PT Eresco. Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Muchtar Bukhori.1995. Tranformasi Pendidikan: Kumpulan Karangan. Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press. Muhammadiyah Athiyah Pasha. 1996. Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta: Titian Ilahi Press. Muslih Usa (ed). 1991. Pendidikan Islam di Indonesia, antara Cita dan Fakta. Yogyakarta: Tiara Wacana. Mustofa Kamal Pasha. 1988. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: Persatuan. Nasution, S. 1994. Sosiologi Pendidikan. Bandung : Bumi Aksara. Sartono Kartodirjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia. Soekirno Dkk. 2000. Pengantar Pendidikan. Surakarta : Depdikbud RI Universitas Sebelas Maret.
108
Sutari Imam Barnadib. 1986. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: FIP IKIP. TIM Pembina panti asuhan keluarga yatim muhammadiyah dengan UMS. 1997. Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan UMS. 1990. Muhammadiyah: Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha. Yogyakarta: Tiara Wacana dan UMS Press. Umar Hasyim. 1990. Muhammadiyah, Jalan Lurus dalam Tajdid, Dakwah, Kaderisasi dan Pendidikan: Kritik dn Terapinya. Surabaya: Bina Ilmu. Zakkiyuddin Baidhawy. 2001. Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis, Ideologi dan Organisasi. Surakarta: ISI UMS. Zahara Idris. 1984. Pengantar Pendidikan-pendidikan, Studi dan Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasara Indonesia.
Surat Kabar Suara Merdeka, Tanggal 23 Juni 1995
Skripsi Agus Sujatno. 1995. Sejarah Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta. Sripsi. FSSR UNS. Asih Kurniawati. 2007. Pembiaan Etos Kerja Islami Bagi Anak Yatim di Panti Asuhan Keluarga Muhamadiyah Surakarta. Skripsi. .Tarbiyah STAIN.
109