PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK-ANAK YATIM PIATU PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH BLOTONGAN SALATIGA TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh: MUNTAHA NIM: 11108001 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
i
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
DEKLARASI ﺑﺳم ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم
Dengan penuh tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapkan sidang munaqosah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi. Salatiga, 20 Februari2012 Penulis
MUNTAHA 111 08 001
ii
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
Drs. Juz’an, M.Hum Dosen Stain Salatiga Persetujuan Pembimbing Lamp. : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Muntaha Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr.Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama
: Muntaha
Nim
: 111 08 001
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam Judul
: Pendidikan Kemandirian Anak-Anak Yatim Piatu Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga Tahun 2012
Dengan ini kami memohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga,20 Februari 2012 Pembimbing
Drs. Juz’an,M.Hum NIP. 19611024 198903 1 002
iii
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
SKRIPSI PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK-ANAK YATIM PIATU PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH BLOTONGAN SALATIGA TAHUN 2012 DISUSUN OLEH MUNTAHA NIM: 111 08 001 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agam Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 7 Maret 2013 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Suwardi, S.Pd.,M.Pd.
__________________
Sekretaris Penguji : Drs. Joko Sutopo.
__________________
Penguji I
: Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag.
__________________
Penguji II
: Mufiq, S.Ag., M.Phil.
__________________
Penguji III
: Drs. Juz’an, M.Hum.
__________________
Salatiga, 7 Maret 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag. NIP. 19580827 198303 1002
iv
MOTTO
¨b Î)yì tBÎŽô£ ãèø9$##ZŽô£ ç„ÇÏÈ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Alam Nasyroh : 6).
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk : 1. Mae dan pae ku yang membesarkanku dengan kasih sayang 2. Mas, mbak dan adek ku yang selalu mendukung ku 3. Ida kurniawati 4. Konco-konco seperjuangan di STAIN Salatiga 5. Musuh-musuh PS aku
vi
KATA PENGANTAR Alhamdulillah,Segala puji bagi Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat, taufiq, hidayah, memberi kekuatan dan serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesikan sekripsi tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diutus untuk membawa risalah dan membebaskan umat Islam daribelenggu kebodohan. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah berjasa dansenantiasa memberikan dukungan, bimbingan, arahan, motivasi serta doa sehinggaskripsi ini dapatselesai tepat waktu . Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
2.
Suwardi, M.Pd selaku ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
3.
Dosen PembimbingDrs. Juz’an,M. Hum. atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan.
4.
Kepala program studi Pendidikan Agama Islam, Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
5.
M. Gufron M. Ag, yang telah memberikan ijin penelitian di Panti Asuhan Darul Hadlanah.
6.
Teman-temanku seperjuangan khususnya seluruh keluarga besar PAI A 2008, yang selalu menghiburku, dan Mahasiswa STAIN Salatiga 2008 umumnya.
7. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
vii
Akhirnya penulis hanya bisa berdoa, semoga semua amal dan kebaikannya dapat diterima dan dicatat disisi Allah sebagai amal yang sholeh dan mendapatkan balasan sebaik-baiknya. Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini kecuali Allah SWT yang Maha Sempurna. Mengingat keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan pada semua pihak untukmemberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini. Dan penulis berharap semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Salatiga, 20 Februari2012 Penulis
viii
ABSTRAK Muntaha. 2013. Pendidikan Kemandirian Anak-Anak Yatim Piatu Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga Tahun 2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Drs. Juz’an M. Hum. Kata Kunci: Kemandirian, Anak-Anak Yatim Piatu, Panti Asuhan. Panti Asuhan Darul Hadlanah merupakan salah satu panti asuhan yang ada di Salatiga yang banyak membantu santri asuhnya dalam melaksanakan tugas menuntut ilmu. Panti asuhan berfungsi untuk memberikan bimbingan pendidikan, keterampilan, dan bertanggungjawab atas kebutuhan dasar anak, mental dan spiritual sehingga anak dapat berpendidikan tinggi dan menjadi manusia yang terampil tanpa lepas dari nilai-nilai moral dan agama. Hal ini menarik minat peneliti untuk menguak lebih jauh mengenai: Pertama, Bagaimana upaya yang dilakukan untuk membentuk kemandirian anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah? Kedua, Problematika apa yang muncul dalam pendidikan kemandirian anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah? Ketiga, Bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi problematika yang muncul dalam pendidikan kemandirian tersebut? Dalam penelitian ini, kemandirian adalah suatu kepercayaan pada diri sendiri untuk berusaha menemukan apa yang harus dilakukan tanpa terpengaruh oleh orang lain. Anak yatim piatu adalah seseorang yang berusia 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal mati ayah, ibu atau keduanya. Sedangkan panti asuhan yaitu rumah sebagai tempat untuk memelihara dan merawat anak yatim piatu dan anak-anak terlantar, baik dikelola secara mandiri maupun pemerintah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Subjek yang dilibatkan dalam penelitian yaitu 2 pengasuh dan 2 anak santri asuh. Pengambilan data yang dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, Upaya yang dilakukan untuk melatih kemandirian, santri asuh diberi pendidikan yang dibutuhkan di masyarakat yang sifatnya fisik. Kedua, problematika yang dihadapi dari pengasuh adalah masalah kesadaran dan pengaruh lingkungan, masalah yang muncul dari santri asuh adalah malas dan mengantuk. Ketiga solusi yang dilakukan untuk mengatasi problematika yaitu dengan terus-menerus memberi tahu, menegur, dan memberi contoh. Solusi ini kurang efektif karena tidak bisa memunculkan lima ciri kemandirian.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………
i
DEKLARASI ……………….……………………………………………
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………...
iii
PENGESAHAN …………………………………………………………
iv
MOTTO ……………………………………………………………. …..
v
PERSEMBAHAN ………………………………………………………vi KATA PENGANTAR …………………………………………………..vii ABSTRAK ………………………………………………………………
viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ix BAB I PENDAHULUAN………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………......
1
B. Rumusan Masalah …………………………………………….......
3
C. Tujuan Penelitian………………………………………………... ..
3
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………. .....
4
E. Penegasan Istilah….………………………………………………..
4
F. Metode Penelitian …………………………………………….…...
6
G. Sistematika Penulisan ……………………………………………...
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….……………………………………
10
A. Pengertian Anak Yatim .…………………………………………..
10
B. Panti Asuhan ...…………………………………………..…………
11
1.
Pengertian Panti Asuhan …………………………………….
11
2.
Peran Panti Asuhan ...………………………………………..
11
3.
Landasan Hukum …… …………………………………......
12
C. Pendidikan Kemandirian ………………………………………….
13 x
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN …………
16
A. Gambaran Umum Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga16 B. Temuan Penelitian……………………….…………………………
27
BAB IV ANALISIS DATA ………………………………………………
32
A. Upaya Yang Dilakukan Untuk Membentuk Kemandirian…………
32
B. Problematika yang Muncul…………………………….…………..
34
C. Solusi Yang Ditempuh………………………………..……………
35
BAB V PENUTUP ………………………………………………………
37
A. Kesimpulan ………………………………………………………..
37
B. Saran-Saran ……………………………………………………….
37
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………
xi
DAFTAR TABEL dan BAGAN Tabel I : Formasi Pejabat Sebelum Menjadi STAIN Tabel II
: Formasi Pimpinan STAIN Salatiga
Tabel III
: Jawaban Reting Scale Tentang Keaktifan BerorganisasiMahasiswa
Tabel IV
: Jawaban Rating Scale Tentang Kerajinan BeribadahMahasiswa
Tabel V
: Jawaban Rating Scale Tentang Kematangan Kepribadian Mahasiswa
Tabel VI
: Daftar Nilai Hasil Obserfasi Dalam Keaktifan Berorganisasi Mahasiswa
Tabel VII
: Daftar tentang distribusi frekuensi Jawaban Keaktifan Berorganisasi
Tabel VIII
: Distribusi Frekuensi Keaktifan BerorganisasiMahasiswa
Tabel I X
: Daftar Nilai Obserfasi Kerajinan BeribadahMahasiswa
Tabel X
: Daftar tentang distribusi frekuensi Jawaban Kerajinan BeribadahMahasiswa
TabelXI
: Distribusi Frekuensi Kerajinan BeribadahMahasiswa
Tabel XII
: Daftar Nilai Hasil Obserfasi Kematangan Kepribadian Mahasiswa
xii
Tabel XIII
: Daftar tentang distribusi frekuensi Jawaban Kematangan Kepribadian Mahasiswa
Tabel XIV
: Distribusi Frekuensi Kematangan Kepribadian Mahasiswa
Tabel XIII
: Korelasi Antara Pengaruh Keaktifan Berorganisasi Dan Kerajinan Beribadah Terhadap Kematangan Kepribadian Mahasiswa PAI Semester VI STAIN Salatiga
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I
: Daftar Riwayat Hidup
Lampiran II
: Surat Ijin Penelitian
Lampiran III : Angket Lampiran IV : Daftar Nilai SKK
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi masalah kehidupan mengalami perubahan yang sangat cepat, baik dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Gaya hidup masyarakat juga sudah mulai meninggalkan nilai moral dan agama seperti minum-minuman keras, narkoba, pergaulan bebas dan masih banyak yang lainnya. Gaya masyarakat yang seperti itu tidak hanya diminati anak muda, tapi juga diminati oleh semua masyarakat. Dalam masalah ini pemerintah harus bertindak pemegang kekuasaan untuk mencegah masalah tersebut terjadi, bukan hanya mengutamakan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tapi pengetahuan moral dan agama juga harus diutamakan utnuk mengantisipasi dampak era globalisasi yang sudah merusak moral masyarakat. Tingkat kemiskinan di Indonesia yang masih sangat tinggi secara langsung memberikan dampak negatif untuk anak. Anak-anak yang seharusnya duduk di bangku sekolahan untuk menuntut ilmu malah bekerja membantu orang tuanya mencari uang untuk hidup sehari-hari. Keadaan seperti itu masih terlihat disekitar kita masih banyak anak yang menjadi pengamen, pengemis dan sebagainya yang menyebabkan menurunnya sumber daya manusia. Berkaitan dengan hal diatas pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk mengentaskan kemiskinan yang salah satunya adalah dengan mendirikan
1
panti asuhan. Panti asuhan berfungsi untuk memberikan bimbingan pendidikan, keterampilan dan bertanggungjawab atas kebutuhan dasar anak, mental dan spiritual sehingga anak dapat berpendidikan tinggi dan menjadi manusia yang terampil tanpa lepas dari nilai-nilai moral dan agama. Panti asuhanadalah salah satu Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang telah banyak membantu anak asuhnya dalam melaksanakan kewajiban menuntut ilmu. Bukan hanya itu, Panti Asuhan DarulHadlanah juga memberikan pendidikan agama, pengarahan dan pembinaan anak sebagai pembentukan kemandirian anak agar menjadi anak yang mandiri tanpa bergantung pada orang lain dan dapat membantu orang tuanya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Sebagai lembaga kesejahteraan sosial yang mengasuh anak yatim, piatu, yatim piatu dan kaum dhuafa. Dengan adanya latar belakang yang berbeda dari keluarga asalnya menimbulkan variasi anak dalam bersikap dan bertindak dalam kesehariannya. Dari itulah anak, harus mendapatkan pengarahan dan bimbingan untuk pembentukan kedewasaan diri yang mana diperoleh dengan pendidikan yang dilakukan sejak dini. Memang tidak mudah dan tentu banyak kendala-kendala yang dihadapi disebabkan kemandirian anak yang belum tumbuh, kurangnya pengetahuan agama
dan minimnya anak dalam
mengamalkan ajaran agama. Dari uraian diatas, maka penulis mencoba membahas permasalahan itu dengan mengambil judul penelitian “PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK-
2
ANAK
YATIM
PIATU
PANTI
ASUHAN
DARUL
HADLANAH
BLOTONGAN SALATIGA TAHUN 2012.” B. Rumusan Masalah Sehubungan dengan hal tersebut diatas, penulis mengangkat pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk membentuk kemandirian anak yati piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga tahun 2012? 2. Problematika apa yang muncul dalam pendidikan kemandirian anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga tahun 2012? 3. Bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi problematika yang muncul dalam pendidikan kemandirian anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga tahun 2012? C. Tujuan Penelitian Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk membentuk kemandirian anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga tahun 2012. 2. Untuk
mengetahui
problematika
yang
muncul
dalam
pendidikan
kemandirian anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga tahun 2012.
3
3. Untuk mengetahui solusi yang ditempuh untuk mengatasi problematika yang muncul dalam pendidikan kemandirian anak yati piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga tahun 2012. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan menjadi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kemandirian pendidikan anak. 2. Secara Praktis a. Dapat dijadikan acuan bagi orangtua dalam membentuk kemandirian anak. b. Dapat menjadi sumbangan pemikir alternatif bagi proses pembentukan kemandirian anak yatim piatu yang ada di Panti AsuhanDarul Hadlanah Blotongan Salatiga. c. Dapat menjadi masukan bagi pengelola panti asuhan pada umumnya dan pembentukan kemandirian anak di panti asuhan. E. Penegasan Istilah Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam memahami judul yang penulis bahas, maka terlebih dahulu akan dijelaskan istilah-istilah yang ada dalam pembatasan yang nyata. Adapun pembahasan dan penjelasan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan Kemandirian
4
Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri (Nurani Soyomukti, 2010:27). Seseorang dikatakan mandiri jika secara fisik ia dapat bekerja sendiri, mampu menggunakan fisiknya untuk melakukan segala aktifitas hidupnya; secara mental dapat berfikir sendiri, menggunakan kreatifitasnya, mampu mengekspresikan gagasannya kepada orang lain; secara emosional mampu mengelola perasaannya; dan secara moral memiliki nilai-nilai yang mampu mengarahkan perilakunya (Tim Pustaka Famili, 2006:23). Jadi, pendidikan kemandirian memiliki arti proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan mengoptimalkan fisiknya, mentalnya dan emosionalnya untuk aktifitas hidupnya tanpa bantuan orang lain. 2. Anak Yatim Piatu Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual, yakni kira-kira usia 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria (Desmita, 2010:127). Yatim adalah tidak beribu atau tidak berayah lagi (karena ditinggal mati). Sedangkan piatu sudah tidak berayah dan beribu lagi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:1277).
5
Jadi anak yatim piatu adalah anak dari usia 2 tahun sampai 13 tahun bagi wanita dan 14 tahun bagi laki-laki yang sudah tidak memiliki ibu atau ayah dan tidak memiliki ayah dan ibu karena ditinggal mati. 3. Panti Asuhan Panti adalah rumah, tempat atau kediaman. Asuhan adalah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:826). Jadi panti asuhan adalah rumah atau kediaman dimana tempat itu digunakan untuk memelihara atau merawat anak yatim dan yatim piatu dan biasanya juga anak terlantar atau dhuafa termasuk didalamnya juga. F. Metodologi Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang pelaksanaannya tidak menggunakan metode hitung-hitungan angka, melainkan dengan bercerita secara nyata. Selain itu penulis juga menggunakan landasan-landasan atau teori-teori yang berhubungan dengan variabel penelitian. Dalam laporan penelitian seperti ini, data yang dikumpulkan dan dianalisis adalah berbagai informasi dari responden dan hasil laporan penelitian dapat berupa kutipan-kutipan ataupun gambar : Cara pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain dengan menggunakan : 1. Sumber Data Sesuai judul penelitian, maka yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pengurus panti asuhan, dan santri asuh panti asuhan. Data yang
6
dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang berhubungan dengan penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumber data pertama, yaitu data tentang pendidikan kemandirian. Sedangkan data sekunder yaitu dokumen-dokumen yang merupakan hasil laporan, hasil penelitian serta buku-buku yang ditulis orang lain tentang pendidikan kemandirian anak-anak. 2. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis melakukan : a. Observasi Secara umum observasi adalah penglihatan atau pengamatan. Sedangkan secara khusus dalam dunia penelitian observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka rangka memahami, mencari jawaban, mancari bukti terhadap fenomena sosial, keagamaan, selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam dan memotret guna penemuan data analisis (Suprayoga dan Tabroni, 2003;167) sedang menurut Sutrisno Hadi (1994: 136) metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode ini penulis gunakan untuk mengadakan pengamatan terhadap objek penelitian.
7
b. Wawancara/ interview Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Suprayoga dan Tabroni, 2003;172) sedangkan menurut Koentjaraningrat (1986: 129) metode interview
adalah metode penelitian yang
dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu. c. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang sudah tertulis dan berwujud dokumentasi. G. Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini penulis menuliskan sistematikanya sebagai berikut : Bab I
: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka tentang PendidikanKemandirian Anak-Anak Yatim Piatu Panti Asuhan.
8
Bab III : Membahas tentang Gambaran Umum PendidikanKemandirian Anak-Anak Panti Asuhan. Bab IV : Analisis
tentang
PendidikanKemandirian
Anak-Anak
Panti
Asuhan. Bab V : Penutup berisi Kesimpulan dan Saran-Saran sebagai bahan masukan dalam dunia pendidikan. DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Anak Yatim Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal satu, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak merupakan anugrah dari Tuhan untuk para orang tua. Jadi sebagai orang tua memiliki tanggung jawab untuk merawat,memelihara dan mendidik anak-anak mereka. Yatim yaitu tidak beribu atau berayah lagi (karena ditinggal mati). Yatim piatu sudah tidak berayah dan beribu lagi (KBBI, 2007:1277). Jadi yang dimaksud anak yatim adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan yang ditinggal mati ibu atau ayahnya. Sedangkan anak yatim piatu berarti sudah tidak mempunyai kedua orangtua. Karena ini berhubungan dengan panti asuhan, dengan istilah anak asuh. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal satu, anak asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga, untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan kesehatan karena orangtuanya atau salah satu orangtuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar. Istilah yatim disebut dalam Al Quran sebanyak 23 kali salah satunya dijelaskan dalam Q.S An-Nisa’:10
10
öN ÎgÏRqäÜ ç/ ’Îû tb qè=à2 ù'tƒ $yJ ¯RÎ) $¸J ù=àß 4’yJ »tGuŠø9$# tA ºuqøBr& tb qè=à2 ù'tƒ tû ïÏ%©!$# ¨b Î) ÇÊÉÈ #ZŽÏèy™ šc
öqn=óÁ u‹y™ ur (#Y‘$tR
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). B. Panti Asuhan 1. Pengertian Panti Asuhan Menurut kamus besar bahasa Indonesia panti asuhan memiliki arti rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu. Menurut Departeman Sosial Republik Indonesia Panti Asuhan adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggungjawab untuk memberikan
pelayanan
kesejahteraan
sosial
anak
terlantar
serta
melaksanakan pelayanan pengganti atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan
yang
luas,
tepat
dan
memadai
bagi
perkembangan
kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa, sebagai insan yang turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional. 2. Peran Panti Asuhan Sebagai wujud kepedulian pemerintah dalam mengatasi permasalahan kemiskinan maka didirikan lembaga sosial untuk meningkatkan sumber daya manusia yaitu panti asuhan. Salah satunya adalah panti asuhan Darul Hadlanah yang mempunyai fungsi sebagai pelayan alternatif yang menggantikan fungsi keluarga yang kehilangan peranannya, sehingga
11
gangguan keluarga tersebut dapat diatasi semaksimal mungkin dan anak memiliki masa depan yang cerah. Panti asuhan bisa dikatakan sebagai pengganti keluarga dalam usaha memberikan pelayanan pendidikan informal bagai anak asuh, agar mereka dapat mandiri dalam masyarakat. Pendidikan informal sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan karakter anak, sebab pendidikan ini diperoleh dari kehidupan sehari-hari dalam pergaulan dan dari kelurga. 3. Landasan Hukum Landasan hukum didirikannya panti asuhan antara lain: 1. Undang-Undang Dasar 1945 a. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang sarta berhak atas perlidungan dari kekerasan dan diskriminatif (pasal 28 ayat 2). b. Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara (pasal 34 ayat 1). 2. Undang-Undang No.4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak a. Orang tua adalah yang pertama bertanggungjawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik sacara rohani jasmani maupun sosial(pasal 9). b. Orang tua yang terbukti melalaikan tanggungjawabnya sabagai termaksud dalam pasal 9, sehingga mengakibatkan timbulnya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dicabut kuasanya sebagai orang tua terhadap anaknya. Dalam hal itu ditunjuk orang atau badan sebagai wali (pasal 10 ayat 1).
12
3. Undang- Undang No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Setiap anak berhak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan
serta
mendapat
perlindungan
dari
kekerasan
dan
kriminalisasi (pasal 4). C. Pendidikan Kemandirian Allah telah membekali para orang tua rasa cinta yang murni untuk anakanak mereka yang tidak dapat ditandingi oleh cinta apapun di dunia ini. Anak adalah belahan jiwa, cahaya hati dan rumah bagi orang tua. Anak dapat menemukannya pada besarnya perhatian orang tua, kerinduan orang tua dan kasih sayang orang tua. Sebagai orangtua wajib hukumnya untuk mendidik anaknya menjadi mandiri. Mandiri memiliki beberapa definisi, diantaranya menurut Brawer mengartikan kemandirian suatu perasaan otonom, sehingga mengartikan perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan pada diri sendiri, dan perasaan otonom diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh orang lain (Thoha, 1996:121). Chabib Thoha mengungkapkan bahwa, perilaku mandiri dapat diartikan sebagai kebebasan seseorang dari pengaruh orang lain. Ini berarti bahwa orang yang berprilaku mandiri mempunyai kemampuan untuk menemukan sendiri apa yang harus dilakukan, menentukan dalam memilih kemungkinankemungkinan dari hasil perbuatannya dan akan memecahkan sendiri masalah-
13
masalah yang dihadapi tanpa harus mengharapkan bantuan dari orang lain (Thoha, 1996:122). Menurut beberapa pendapat dan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan kemandirian adalah suatu kepercayaan pada diri sendiri untuk berusaha menemukan apa yang harus dilakukan tanpa terpengaruh oleh orang lain. Untuk mengetahui apakah seseorang itu mandiri atau tidak bisa dilihat dari beberapa ciri di bawah ini: Ciri-ciri Kemandirian menurut spancer dan koss dalam Thoha (1996:122): 1. Mampu Mengambil Inisiatif Mampu
mengambil
inisiatif maksudnya
santri asuh
mampu
mengambil tindakan yang kreatif dalam memecahkan masalahnya. Santri asuh harus memiliki keberanian jangan malu ataupun takut dalam bertindak tetapi juga harus hati-hati. Segala sesuatu harus dipikirkan dahulu jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan. Pertimbangkan resiko yang kirakira akan didapat. Kesadaran diri adalah kunci dalam mengambil insiatif yang benar. Karena diri sendiri yang tahu akan kemampuannya, jadi harus yakin dan jujur terhadap diri sendiri. 2. Mampu Mengatasi Masalah Santri asuh harus berusaha mencari solusi dari masalahnya. Memang masih banyak orang yang bisa dan mau memberikan solusi, namun apakah setiap masalah santri asuh harus berharap solusi dari orang lain. Jika santri asuh belum bisa menghadapi masalah berarti masih ada yang kurang dalam
14
diri santri asuh. Terus perbaiki diri, tingkatkan kreativias, ilmu pengetahuan dan ketrampilan. 3. Penuh Ketekunan Setiap usaha yang dikerjakan dengan penuh ketekunan pasti membuahkan hasil yang memuaskan. Santri asuh harus mengerjakan hak dan kewajibannya dengan penuh ketekunan. Dengan demikian santri asuh akan mendapatkan suatu kebanggaan tersendiri apabila pekerjaan itu sudah selesai. Jangan mengeluh dan mudah putus asa, kerjakan saja apa yang harus dikerjakan dengan ihlas. 4. Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Lain. Santri asuh boleh meminta bantuan orang lain tetapi harus berusaha sendiri terlebih dahulu. Apabila sudah berusaha sendiri masih belum bisa baru meminta bantuan orang lain. Manusia memang mahluk sosial tetapi bukan berarti segala sesuatunya dikerjakan secara bersama-sama.Ada halhal tertentu yang harus dikerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain apabila ingin menjadi manusia yang mandiri. 5. Memperoleh Kepuasan Dari Hasil Usahanya Rasa puas dan bangga akan didapatkan santri asuh apabila sudah dapat menerapkan ciri-ciri kemandirian di atas dalam kehidupan sehari-hari. Diperlukan kepercayaan diri yang tinggi dan jangan mudah terpengaruh oleh orang lain. Ambil semua yang positif dalam lingkungan dan terapkan dalam kehidupan maka kepuasan itu akan datang menyertai.
15
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran
Umum
Panti
Asuhan
Darul
Hadlanah
Blotongan
SalatigaTahun 2012. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Siderejo Kota Salatiga. Dalam bagian ini penulis memaparkan lokasi dilaksanakan penelitian ini. Hal ini penulis pandang perlu karena untuk menghindari persepsi yang salah tentang lokasi penelitian yang nantinya juga berpengaruh pada analisis data yang akan dilakukan. Secara garis besar lokasi penelitian dapat penulis sampaikan hal-hal sebagai berikut: 1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga. Panti Asuhan Darul Hadlanah berdiri pada tahun 2008 tepatnya pada tanggal 8 Januari di bawah Yayasan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama. Panti Asuhan Darul Hadlanah berdiri dengan latar belakang tanggung jawab sosial Nahdlatul Ulama terhadap masyarakat. Di Nahdlatul Ulama baru di Salatiga inilah Panti Asuhan berdiri di bawah naungan pengurus cabang, karena biasanya Panti Asuhan berdiri di bawah muslimat. Atas peran bapak Saefudin Zuhri Panti Asuhan Darul Hadlanah dapat berdiri.
2. Letak
Geografis
Panti
Asuhan
Darul
Hadlanah
Blotongan
SalatigaTahun 2012.
16
Panti asuhan Darul hadlanah berada di tepian sebelah barat kota Salatiga. Tempatnya cukup strategis karena berada di tepi jalan raya Semarang-Solo. Tepatnya dijalan Fatmawati Km. 5 Blotongan Salatiga. Di Dusun Modangan Kelurahan Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. 3. Struktur Organisasi Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan SalatigaTahun 2012. Untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan di Panti Asuhan Darul Hadlanah, terdapat struktur organisasi yang mempunyai peranan sangat penting bagi suksesnya penyelenggaraan program-program kegiatan panti asuhan tersebut. PEMBINA/PENDIRI JABATAN NAMA Ketua KH. Sonwasi Ridwan, BA
PENGURUS HARIAN JABATAN NAMA Ketua Drs. M.Zaenuri
Sekretaris
Pengasuh
Bendahara
Drs. Miftahuddin, M.Ag
1. M. Gufron, M.Ag 2. Muizzatul Azizah,STh I. H.Supriyadi
ALAMAT NO TELP/HP Rt. 01 Rw. 02 Pulutan Sidorejo Salatiga
ALAMAT NO TELP/HP Jl.Patimura 102Rt.04Rw.08 Kelurahan Salatiga/081575330331 Jl.Veteran No.18 Rt.02Rw.01 mrican Kelurahan Gendongan/08157683168
Perum Candi Indah Blok H. no 32 Rt. 03 Rw. 11 Candi Rejo/081542357208
DEWAN PENGAWAS 17
JABATAN Ketua
Anggota
NAMA Drs. H. Bambang Riantoko
ALAMAT NO TELP/HP Jln. Patimura No. 95 B, Rt. 04 Rw. 08 Kecamatan Sidorejo/08157704732
1. Drs. Muslih, MM 2. Drs. Imam Baihaqi, M.Ag 3. Drs. Joko Anis, M.Pdi 4. H. Bambang Riantoko 5. KH. Nasikun 6. KH. Habibilah 7. K. Muhlasin
4. Sarana dan Prasarana Dalam rangka memperlancar proses pendidikan di Panti Asuhan dan untuk memudahkan dalam interaksi belajar anak, serta untuk menuju sasaran pendidikan yang dikehendaki, maka Panti Asuhan Darul Hadlanah mempunyai sarana dan prasarana sebagai berikut:
NO NAMA BANGUNAN
JUMLAH
1.
RUANG TAMU
1
2.
MUSHALLA
1
18
3.
DAPUR
1
4.
RUANG MAKAN
2
5.
KAMAR MANDI
3
6.
KAMAR TIDUR
4
5. Visi dan Tujuan a. Visi Panti Asuhan Darul Hadlanah mempunyai visi menjadi pusat pengembangan pribadi bagi anak yatim, piatu dan dhuafa’ yang berakhlakul karimah, agamis dan cerdas intelektual. b. Tujuan 1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan santri asuh kepada Allah SWT. 2. Mengajarkan santri asuh agar tetap berpegang pada nilai-nilai Islam Ahlu Sunnah Waljamaah. 3. Mendidik santri asuh agar menjadi santri yang berakhlakul karimah, cerdas dan mandiri. 4. Meningkatkan kualitas sumber daya santri. 5. Membangun kesadaran santri asuh untuk berprestasi sesuai dengan kompetensinya masing-masing. 6. Tata Tertib TATA TERTIB PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH KEWAJIBAN
19
1. Santri wajib menjunjung tinggi dan menjaga nama baik panti asuhan Darul Hadlanah. 2. Bersikap sopan santun dalam berhubungan dengan pengasuh dan sesama. 3. Wajib mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan oleh pengasuh. 4. Wajib mengikuti shalat berjamaah. 5. Mohon ijin kepada pengasuh apabila akan meninggalkan panti. 6. Menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan panti. 7. Sopan dalam pakaian dan bertutur kata. 8. Mentaati tata tertib. LARANGAN-LARANGAN 1. Dilarang melakukan berbuatan yang bertentangan dengan syara’. 2. Dilarang bergurau dimalam hari. 3. Dilarang membawa ponsel. 4. Dilarang Keluar malam.
7. Jadwal Santri Asuh JADWAL PIKET PA. DARUL HADLANAH NU KOTA SALATIGA SENIN
1. Zidni
SELASA
1. Oky Setyawan
RABU
1. Lukman Hakim
20
Ikhsanuddin
2. Febi Rahmatdany
2. Saknil Ma’ari
2. Nur Azis 3. Angges Tio Prasendi
KAMIS
JUM’AT
1. Tomy Hermawan
SABTU
1. Kurniawan Pendi P
1. Apri Atmoko
2. Nanda Nova
2. Abdul Aziz
2. Isnandi
Ardiyanto
Santoso
JADWAL PIKET KAMAR MANDI KELOMPOK I 1. Abdul Azis 2. Pendi
KELOMPOK II
KELOMPOK III
KELOMPOK IV
1. Oky s
1. Zidni
1. Apri A
2. Saknil m
2. Tomy
2. Lukman
3. Isnandi
3. Nanda
3. Nur Azis
3. Feby
Nova
4. Angges Tio
JADWAL TPQ PA. DARUL HADLANAH NU KOTA SALATIGA SENIN
SELASA
RABU
21
1. Al-Qur’an
1. Al-Qur’an
1. Al-Qur’an
2. Akhlak
2. B. Arab
2. Tauhid
KAMIS
JUM’AT
SABTU
1. Al-Qur’an
1. Al-Qur’an
1. Al-Qur’an
2. Fasholatan
2. Sirah Nabawiyah
2. Fiqih
JADWAL PELAJARAN MADRASAH DINIYAH DARUL HADLANAH SENIN
SELASA
RABU
Sulam Safinah
Nahwu
Shorof
KAMIS
JUM’AT
SABTU
Tahlil dan Yasinan
B. Arab
Khitobah
AHAD
Akhlak
22
JADWAL KEGIATAN PA. DARUL HADLANAH NU KOTA SALATIGA NO 1
2
3
HARI
KEGIATAN
WAKTU
Senin, Selasa,
Sholat Shubuh Berjamaah
04.30-05.00
Rabu, Jum’at
Mengaji al-Qur’an bil-Ghaib
05.00-06.00
Sekolah
06.00-13.00
Tidur/istirahat Siang
13.00-15.30
Sholat Ashar Berjamaah
15.30-16.00
Belajar Pelajaran
16.00-17.00
Olah Raga
17.00-18.00
Mengaji al-Qur’an bin-Nadhor
18.00-19.00
Sholat Isya’ Berjamaah
19.00-19.30
Madrasah Diniyah
19.30- Selesai
Tidur malam
22.00.04.30
Sholat Shubuh Berjamaah
04.30-05.00
Mengaji al-Qur’an bil-Ghaib
05.00-06.00
Sekolah
06.00-13.00
Tidur/istirahat Siang
13.00-15.30
Sholat Ashar Berjamaah
15.30-16.00
Belajar Pelajaran
16.00-17.00
Olah Raga
17.00-18.00
Yasinan dan Tahlil
18.00-19.00
Sholat Isya’ Berjamaah
19.00-19.30
Berjanjen
19.30- Selesai
Tidur malam
22.00.04.30
Sholat Shubuh Berjamaah
04.30-05.00
Mengaji al-Qur’an bil-Ghaib
05.00-06.00
Sekolah
06.00-13.00
Tidur/istirahat Siang
13.00-15.30
Sholat Ashar Berjamaah
15.30-16.00
Kamis
Sabtu
23
4
Ahad
Belajar
16.00-17.00
Olah Raga
17.00-18.00
Mengaji al-Qur’an bin-Nadhor
18.00-19.00
Sholat Isya’ Berjamaah
19.00-19.30
Khitobiyah
19.30- Selesai
Tidur malam
22.00.04.30
Sholat Shubuh Berjamaah
04.30-05.00
Mengaji al-Qur’an bil-Ghaib
05.00-06.00
Kerja Bakti
06.00-Selesai
Tidur/istirahat Siang
13.00-15.30
Sholat Ashar Berjamaah
15.30-16.00
Belajar
16.00-17.00
Olah Raga
17.00-18.00
Mengaji al-Qur’an bin-Nadhor
18.00-19.00
Sholat Isya’ Berjamaah
19.00-19.30
Madrasah Diniyah
19.30- Selesai
Tidur malam
22.00.04.30
8. Data Bese Anak Di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Tahun 2012 DAFTAR ANAK NAMA LKSA
: DARUL HADLANAH
KOTA/KABUPATEN
: SALATIGA
PROVINSI
: JAWA TENGAH
Tempat No
1
Tanggal
Identitas
Nama
Zacki Dwi
Lahir
Lahir
Anak
Semarang
02-01-2003
akta
Pengasuh utama anak sebelum masuk LKSA ibu
Nama Ayah
Nama Ibu
Alamat Orang Tua
krandon suruh
Sholihati
24
Riyadi
kelahiran
semarang kr.duwet tingkir salatiga
Klaten
29-08-1995
akta kelahiran
Semarang
15-01-1998
Salatiga
o7/09/1997
5
Angga Susila Darma Kurniawan Pendi Pradana Ahmad saknil ma'arif Nanda Nova Ardiyanto
Salatiga
06-11-1996
6
Apri Atmoko
Salatiga
10-04-1995
7
Semarang
26-10-1994
Sumatra
05-02-1997
Boyolali
08-05-1995
Salatiga
03-07-1994
Semarang
22-03-1996
Salatiga
09-09-1997
Semarang
17-08-2000
14
Oky Setiawan Feby Rahmatdany Wawan bardiawan Bambang Sutrisno Tomy Hermawan Isnandi santoso Angges Tio Prasendi Arianto Zetni Ihsanudin
Solo
20-10-1994
15
M.abdul aziz
Semarang
23-04-1995
16
M.Nur Aziz
Salatiga
21-04-2001
17
Andi Triyanto Dicki Candra Pratama Luqmanul Hakim Reza aulia Yusuf
Salatiga
22-04-1999
Purwodadi
13-05-2004
Semarang
11-10-1994
Salatiga
14-04-2001
Boyolali
13-06-1996
22
Widaryanto Furqonul Hakim
Salatiga
11-02-1997
23
Aldi widodo
Salatiga
14-05-1996
24
Adi Sutrisno
Salatiga
12-07-1995
25
Semarang
09-08-1995
26
M.Edi Victor Adam Fikriawan
Salatiga
09-10-2002
27
Nur Huda
Tuban
16-07-1986
28
Nur Syafi'i
Pati
09-06-1992
29
Abdul Majid
Semarang
26-07-1993
30
M Zaki
Salatiga
03-05-2006
2
3 4
8 9 10 11 12
13
18 19 20 21
akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran Surat kenal lahir akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran Surat kenal lahir akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran akta kelahiran
orang tua
Kardi
Nurhasanah
orang tua
Sholekhan
Koyah
Geyongan bawen Semarang
orang tua
M.Rifa'i
Ngatmi
kr.duwet tingkir salatiga
orang tua
Kholidin
Suyati
kr.duwet tingkir salatiga
orang tua
Tono
Yatmi
orang tua
Sudarto
Kristi Ningsih
orang tua
Nur Habib
Sri Sunarsi
kr.duwet tingkir salatiga Sidoharjo Argomulyo salatiga Sidoharjo Argomulyo salatiga Sidoharjo Argomulyo salatiga Klaseman Sidomukti salatiga Langensari Ungaran semarang Blotongan Sidorejo salatiga
ibu
Wasiah
ibu
Patmini
ibu
Maryati
kerabat
Rohmadi
Juwati
ibu
Agus A
Sumyati
orang tua
Nur Habib
orang tua
Syarifudin S
Dahmini Umi Mukarromah
ibu
Nur
Ngatmiyati
orang tua
Sarman
St.zulaikhah
nenek
Murahati
orang tua
Sugeng Imam Hanafi
Mutamimah
orang tua
Sali
Gimah
Gentan bawen Semarang Sidoharjo Argomulyo salatiga Rejosari Getasan Semarang Regunung Tengaran Semarang Blotongan Sidorejo salatiga Jetis Grobogan Purwodadi Ngoho Sumowono kab.Semarang Modangan blotongan Salatiga
orang tua
khairon
jumiyah
Kendel Boyolali
nenek
yanto
Lestari
kr.duwet tingkir salatiga
orang tua
wagimin
Yaroh
orang tua
Munir
Rokhanah
paman/bibi
Agus A
Sumyati
orang tua
Asy'ari
Nurhayati
kr.duwet tingkir salatiga Modangan blotongan Salatiga
orang tua
Mahmud
Rukoyah
Guyangan Trangkil Pati
orang tua
Kunawi
Mahmudah
orang tua
Samroji
Mifrokhah
orang tua
Sutarto
Yuni asrikah
Guyangan Trangkil Pati Ploso Pabelan kab.Semarang Modangan Blotongan Salatiga
kr.duwet Tingkir salatiga
25
Kepala LKSA
Drs.H.zaenuri,M.Pd
B. Temuan Penelitian 1. Sistem Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga a. Sejarah Berdirinya Panti Asuha Darul Hadlanah Blotongan Salatiga Untuk mengetahui sejarah berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlanah, maka peneliti mulai melakukan wawancara kepada pengurus panti asuhan yaitu GF, Bagaimana sejarah berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlanah, “Inikan berangkat dari inisiatif Pengurus Cabang (PC) seluruh NU yang berdasarkan atas kesepakatan bersama. Kelihatannya organisasi NU itukan selama ini belum punya Panti Asuhan, mungkin pesantren itu banyak seperti Pancasila, tetapi yang khusus untuk panti asuhan yang dibawah NU itukan tidak ada. Berdasarkan latar belakang itu, maka kemudian bagian sosial PC NU itu berinisiatif untuk mendirikan panti asuhan sebagai bentuk tanggungjawab NU terhadap masyarakat, sehingga pada tanggal 8 Januari 2008 panti asuhan ini diresmikan oleh PC untuk menjadi pusat kegiatan anak-anak yang tidak mampu, anak-anak fakir miskin dan beberapa orang yang membutuhkan panti asuhan ini. Panti asuhan ini diberi nama Panti Asuhan Darul Hadlanah”. Karena ini mengenai sejarah maka harus jelas tokohnya, selanjutnya GF mengungkapkan:
26
“Tokoh-tokohnya dulu karena kebetulan ketua pertamanya pak Syaifudin Zuhri kemudian di bentuk panitia khusus ada pak Zaenuri, pak Miftah, pak Ibrahim dan seluruh PC NU terutama didukung oleh Suriah, yang diketuai mbah Sonhaji Ridwan Pulutan, seluruh jajaran pengurus yang lain.” b. Pembiayaan Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa panti asuhan dapat berjalan dengan baik karena adanya para donatur. Untuk menggali mengenai pembiayaan maka peneliti mengajukan pertanyaan kepada pengurus panti asuhan darul hadlanah, Bagaimana pembiayaan panti asuhan, “Dari awal itu memang kita tidak membuka donatur dari lain, dulu itu khusus dari anggota pengurus jami’ah NU, PC NU tidak membuka donatur lain dantidak membuka kotak amal. Jadi, setiap bulan itu sudah dilist beberapa orang, ada sekitar 50 orang donatur tetap yang setiap bulannya itu mengunjungi panti asuhan. Kemudian untuk dananya sudah ada yang menjemput kemasing-masing rumah. Donatur tetap itu merupakan pihak NU tidak dari yang lain. Tapi, tentu dari pemerintah kota juga ada dari dinas sosial pemerintah kota, kemudian dari pemerintah kementrian sosial dari pusat, juga sudah 2 tahun ini kita mendapatkan dana itu.” c. Syarat Masuk Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga Anak yang dapat diterima sebagai anak asuh di Panti Asuhan Darul Hadlanah NU, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Anak yatim/yatim piatu atau anak terlantar baik dibidang ekonomi, pendidikan agama/umum maupun sosial. 2) Umur terendah 11 tahun dan yang paling tinggi adalah 24 tahun atau usia SD/MI sampai dengan usia SMU/MA/SMK 3) Di antar oleh keluarga atau wali dengan mengajukan surat kelengkapan antara lain: surat kelahiran, foto copy surat nikah orang tua, keterangan pejabat yang berwenang (minimal lurah/kepala desa) tentang anak tersebut adalah yatim, piatu ataupun terlantar.
27
4) Mengisi blangko kesanggupan mentaati tata tertib dari Panti Asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga.
d. Peran Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga Terhadap Anak Asuh. Peran panti asuhan terhadap anak asuh ini menjadi sangat penting. Karena akan berdampak pada masa depan anak asuh. Peneliti melontarkan pertanyaan, Apa peran panti asuhan terhadap anak asuh, GF menjawab, “Peran panti asuhan terhadap anak sebagai pusat pendidikan agama islam, terus kemudian prinsipnya itu memberikan pelayanan, pendidikan, memberikan kesejahteraan dan memberikan perlindungan. Tapi, karena ini panti NU jadi mengembangkan terutama pendidikan Ahli sunah Waljamaah. Mengajarkan ajaran-ajaran Ahli suanah Waljamaah seperti tahlil, dzikir, ndibaan, berjanji, dan yasinan.” e. Sistem Kepengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga. Dalam rangka membentuk lulusan panti asuhan yang berkwalitas maka perlunya sebuah sistem kepengasuhan. Maka peneliti mengajukan pertanyaan, Bagaimana sistem kepengasuhan di panti asuhan darul hadlanah, GF menjawab, “Inikan model panti asuhan integral antara pesantren dan panti asuhan, jadi pengasuh itu ibaratnya sebagai kyai, jadi seluruh kegiatan itu yang bertanggung jawabadalah pengasuhnya. Sehingga seperti model pesantren itu model pengajara, jadi tidak hanya sekedar pendidikan tapi juga pengajaran. Misalnya seperti melaksanakan salat jama’ah, 28
tahlil, dzikir, ndibaan, berjanji, dan yasinan itu diajarkan secara langsung.” 2. Usaha-Usaha Memandirikan Santri Asuh. Kemandirian tidak bisa terbentuk sendiri, perlunya usaha dari diri sendiri dan bimbingan dari orang lain. Peneliti perlu mengajukan pertanyaan, Usaha-usaha apa saja yang dilakukan pengurus dalam membentuk kemandirian anak, GF menjawab, “Sebisa mungkin anak-anak itu dibekali pendidikan yang nantinya dibutuhkan dimasyarakat misalnya bagaimana hidup bermasyarakat. Sebenarnya inikan miniatur kita bagaimana hidup dimasyarakat, bergaul dengan sesama, hidup dengan sesama dan bagaimana melatih anak itu bisa berdikari mandiri, tidak bergantung kepada orang lain. Sehingga berharap dengan hidup dipanti ini diberikan bekal pendidikan atau wawasan bagaimana besok itu terjun dimasyarakat. Tapi, terkait dengan kemandirian yang lebih menuntut untuk bisa diberikan kesempatan mendapatkan kerja secara khusus. Jadi hanya sekedar dilatih untuk mandiri saja. Cara untuk mereka itu misalnya disini diajarkan masak sendiri meskipun tidak rutin, tapi kalau mencuci piring dan menyapu itu sudah rutin ada pembagiannya sendiri.” 3. Problematika yang Muncul Dalam Pendidikan Kemandirian. Problematika
adalah
sesuatu
yang
harus
dipecahkan
karena
menghambat tercapainya tujuan. Problematika pasti akan muncul baik dari santri asuh maupun dari pengasuh, seperti yang diungkapkan MA: Faktor yang utama itu kurang kesadaran. Anak itu sudah dilatih mandiri sedemikian rupa, sekolah sepatu taruh rak, misalnya terus baju yang kotor taruh ember. Itu masih kesadarannya belum ada tetap seperti ini misalnya pulang sekolah sepatu tidak taruh rak, baju dibuang, tas taruh sembarangan. Itu memang masih kurang kesadaran, itu juga karena teman-tamannya tidak seperti itu juga mungkin. Karena lingkungan mungkin ya ?
29
4. Solusi yang Ditempuh Solusi ditempuh dalam rangka menghadapi problematika yang muncul. Salah satunya yaitu dengan memberikan motivasi terhadap anak. Peneliti rasa motivasi adalah hal yang tidak kalah penting dalam pembentukan karakter anak. Karena dengan adanya motivasi anak akan lebih semangat dalam menjalankan tanggung jawabnya. Oleh karena itu peneliti mengajukan pertanyaan kepada GF, Apa saja yang dilakukan pengurus dalam memberikan motivasi terhadap anak, “Sebagai pengurus itu memberikan semangat terhadap anak, agar seluruh anak santri itu tetap semangat, untuk tetap optimis bahwa masa depan kita itu masih terbuka luas,sehingga tergantung pada kemauan kita. Kalau kita itu punya semangat, punya keinginan yang kuat untuk bisa sukses, siapapun itu pasti bisa meraihnya. Sehingga yang menjadikan kita sukses itu ya dari kita sendiri. Setiap ada pengajian, materi-materi ngaji, materi diniyah itu kita titipkan sesekali diberikan motivasi secara khusus dari pengurus. Misalnya pada saat ada kesempatan peringatan hari-hari besar, tahun baru, Maulud Nabi yang materimaterinya dikaitkan untuk memberikan semangat. Bagaimana Nabi itu menjadi anak yatim, memimpin umatnya, dan meneladani akhlaq-akhlaq Nabi.”. Solusi selanjutnya yaitu seperti yang diungkapkan MA bahwa terus menerus dibilangin dan terus menerus dikasih contoh atau suri tauladan.
30
BAB IV ANALISIS DATA A. Upaya yang Dilakukan Untuk Membentuk Kemandirian Dalam membentuk anak untuk menjadi mandiri, diperlukan kerjasama antara pengasuh dengan santri asuh. Pengasuh sebisa mungkin membekali santri asuh dengan pendidikkan yang dibutuhkan di masyarakat. Seperti yang diungkapkan GF yaitu: “Sebisa mungkin anak-anak itu dibekali pendidikan yang nantinya dibutuhkan dimasyarakat misalnya bagaimana hidup bermasyarakat. Sebenarnya inikan miniatur kita bagaimana hidup dimasyarakat, bergaul dengan sesama, hidup dengan sesama dan bagaimana melatih anak itu bisa berdikari mandiri, tidak bergantung kepada orang lain. Sehingga berharap dengan hidup dipanti ini diberikan bekal pendidikan atau wawasan bagaimana besok itu terjun dimasyarakat. Tapi, terkait dengan kemandirian yang lebih menuntut untuk bisa diberikan kesempatan mendapatkan kerja secara khusus. Jadi hanya sekedar dilatih untuk mandiri saja. Cara untuk mereka itu misalnya disini diajarkan masak sendiri meskipun tidak rutin, tapi kalau mencuci piring dan menyapu itu sudah rutin ada pembagiannya sendiri”. Apa yang diungkapkan GF bahwa di panti asuhan tidak dilatih kemandirian yang lebih menuntut untuk bisa diberikan kesempatan mendapat kerja secara khusus diperkuat oleh RA, RA mengungkapkan latihan kemandirian di panti asuhan yaitu:”Anak diberi jadwal piket seperti mencuci piring, membersihkan halaman, mencuci mobil, membersihkan kaca, membersihkan ruang makan, setiap hari minggu selalu kerja bakti potong rumput, dan membersihkan parit /selokan. Jika ada yang melanggar peraturan itu pasti akan dihukum”.
31
Apabila pernyataan kedua informan tersebut dan hasil dari pengamatan penulis dikaitkan dengan lima ciri kemandirian, santri asuh belum bisa dikatakan mandiri karena kelima ciri kemandirian yaitu: 1. Mampu mengambil inisiatif. 2. Mampu mengatasi masalah. 3. Penuh ketekunan. 4. Memperoleh kepuasan dari hasil usahanya. 5. Berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Belum tercermin dalam kehidupan sehari-hari santri asuh. Hanya dua ciri kemandirian yang tercermin dalam diri santri asuh. Ciri yang pertama yaitu, mampu mengatasi masalah walaupun masalah yang sifatnya kecil seperti pembagian waktu dan masalah mengerjakan tugas. Ciri kedua yang tercermin yaitu memperoleh kepuasan dari hasil usahanya. Karena biasanya santri asuh akan merasa lega dan bangga apabila sudah bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Belum terbentuknya sikap kemandirian santri asuh dikarenakan pengasuh hanya memberikan kegiatan yang sifatnya fisik saja, kurang memperhatikan yang sifatnya mental. Selain itu santri asuh hanya diberikan hukuman apabila melanggar aturan tapi tidak diberi penghargaan atau hadiah apabila santri asuh mampu melakukan sesuatu yang lebih untuk tugasnya.
32
B. Problematika yang Muncul Problematika yang muncul tidak hanya dari pengurus panti asuhan tapi juga bisa muncul dari santri asuh. Problematika yang dihadapi pengasuh lebih bersifat mental seperti yang diungkapkan MA: ” Faktor yang utama itu kurang kesadaran. Anak itu sudah dilatih mandiri sedemikian rupa, sekolah sepatu taruh rak, misalnya terus baju yang kotor taruh ember. Itu masih kesadarannya belum ada tetap seperti ini misalnya pulang sekolah sepatu tidak taruh rak, baju dibuang, tas taruh sembarangan. Itu memang masih kurang kesadaran, itu juga karena teman-tamannya tidak seperti itu juga mungkin. Karena lingkungan mungkin ya ? Untuk problematika yang dihadapi santri asuh lebih pada problematika yang bersifat fisik. AP mengungkapkan:”Awalnya terasa malas karena nanti akhirnya lelah. Kalau pada saat ada pengajian, diberi ceramah, dan pengarahan itu rasanya ngantuk, jadi tidak bias mendengarkan secara maksimal. Dari kedua pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa problematika yang muncul bukan hanya bersifat mental tapi juga bersifat fisik. Apabila dikaitkan dengan pengertian kemandirian
yaitu suatu kepercayaan pada diri sendiri
untuk berusaha menemukan apa yang harus dilakukan tanpa terpengaruh oleh orang lain. Maka problematika kesadaran dan pengaruh lingkungan akan lebih sulit dipecahkan dari pada problematika malas dan mengantuk. Mengenai kesadaran santri asuh secara langsung akan berdampak pada ciri kemandirian mampu mengambil inisiatif dan berusaha mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Santri asuh yang belum sadar akan tanggungjawabnya akan cenderung mencari jalan pintas untuk menyelesaikan kewajibannya, yang penting mereka tidak mendapatkan hukuman. Pengaruh
33
lingkungan mempunyai peran yang cukup kuat dalam menghambat santri asuh menjadi mandiri, karena santri asuh akan meniru apa yang lingkungan perlihatkan terhadapnya. Dalam hal malas dan mengantuk memang sudah biasa dihadapi santri asuh dalam melaksanakan kegiatan tetapi kalau kegiatan sudah selesai, malas dan mengantuk akan hilang dengan sendirinya. Ini membuktikan bahwa santri asuh belum mempunyai ketekunan dan tidak berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi. Santri asuh acuh terhadap apa-apa yang dapat memajukan mereka. C. Solusi yang Ditempuh Solusi ditempuh dalam rangka mengatasi problematika yang muncul. Tidak mudah membentuk kemandirian anak apalagi di panti asuhan yang terdiri dari berbagai macam latar belakang. Pengasuh berusaha menerapkan solusi yang terbaik. Solusi yang diterapkan pengasuh adalah terus-menerus dikasih tahu, ditegur, dan dikasih contoh seperti apa yang diungkapkan MA: Ya kita beri kesadaran, dikasih taulah, belajar itu kebutuhan kamu, kalau kamu tidak belajar ya sampai kapanpun tidak pernah bisa, itu bekal kamu. Coba terus dikasih tau, belajar itu untuk diri sendiri bukan untuk saya. Kamu pinter untuk kamu sendiri, kalu kamu pinter yang seneng kamu, yang merasakan manfaatnya kamu bukan saya. Makannya kamu harus harus belajar tanpa harus disuruh, tanpa harus ditungguin. Kalau saya gitu sambil tentunya ya ini memberi contoh ketika anaknya belajar ya nonton tvnya ditahan dulu, misalnya mau main hp ditahan dulu. Kan ini anak setiap hpnya kita bawa seolah-olah ibu penakmen. Ya dari kitanya ngasih contoh paling tidak. Kalaupun kita tidak ngajari ya kita jangan memperlihatkan yang anak-anak tidak inilah, yang mempengaruhi anak”.
34
Solusi ini penulis rasa belum dapat secara maksimal mengatasi problematika yang muncul. Solusi yang ditempuh terlalu sederhana dan kelihatan tanpa perencanaan yang matang, sedangkan problematika yang muncul sangat komplek. Solusi yang diterapkan di panti asuhan hanya bisa memunculkan dua ciri kemandirian yaitu penuh ketekunan dan memperoleh kepuasan dari hasil usahanya. Lima ciri kemandirian tidak bisa ditanamkan dalam diri santri asuh apabila hanya dengan menerapkan solusi tersebut. Padahal minimal harus ada tiga ciri kemandirian agar anak dapat dikatakan mandiri. Panti asuhan hendaknya tidak hanya memberi tahu, menegur, dan memberi contoh tapi disertai dengan suatutindakan bisa memunculkan kepercayaan diri santri asuh dan sikap kreatif anak. Misalnya anak kadangkadang diajak dalam suatu permainan atau situasi yang dapat memancing sikap kreatifnya dan berikan suatu penghargaan apabila santri asuh dapat menyelesaikan dengan baik tentunya tanpa bantuan orang lain.
35
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap hasil penelitian Pendidikan Kemandirian Anak-Anak Yatim Piatu Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian tersebut, yaitu: 1. Upaya pembentukan kemandirian pada santri asuh di Panti Asuhan Darul Hadlanah,
pengasuh
memberikan
pendidikan
yang
dibutuhkan
di
masyarakat yang sifatnya fisik. 2. Problematika yang muncul dari pengasuh adalah masalah kesadaran dan pengaruh lingkungan. Problematika dari santri asuh adalah malas dan mengantuk. 3. Solusiyang ditempuh yaitu dengan terus-menerus memberi tahu, menegur, dan memberi contoh. Solusi ini kurang efektif karena tidak bisa memunculkan lima ciri kemandirian. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya kearah yang lebih baik, kepada:
1. Pengurus dan Pengasuh Panti Asuhan
36
Karena begitu pentingnya kemandirian bagi santri asuh, hendaknya kegiatan yang ada hubungannya dengan kemandirian lebih diintensifkan dan mempererat kerjasama dengan pihak lain terutama dengan masyarakat sekitar dalam bidang sosial. Karena santri asuh akhirnya juga akan terjun dalam dunia kemasyarakatan. 2. Santri Asuh Agar tercipta visi dan tujuan Panti Asuhan harus terjalin kerjasama yang erat antara pengasuh dengan santri asuh. Jadi santri asuh mentaati segala peraturan yang ada, mampu memetik hikmah dari segala aktifitas, mensyukuri apa yang terjadi dan optimis dalam menjalani kehidupan karena sesungguhnya itu semua demi kebaikan santri asuh.
37
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hadi, Sutrisno. 1994. Statistik 2. Andi Offset. Yogyakarta. Cetakan XV Koentjaraningrat. 1986. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Soyomukti, Nurani. 2010. Teori-Teori Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Suprayogo, Imamdan Tobroni. 2003. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Tim Pustaka Famili. 2006. Membuat Prioritas Anak Mandiri. Yogykarta: Kanisius. Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Undang-Undang No:23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang No.4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.
38
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Nama
: Muntaha
Umur
: 22 Tahun
Tempat/tgl lahir
: Kab. Semarang, 15Mei 1990
Alamat
:Blotongan, Rt 01/08, Kec. Sidorejo Kota. Salatiga
Agama
: Islam
Bangsa
: WNI (Warga Negara Indonesia)
No Hp
: 0856 4167 0761
Pendidikan
: 1. 2. 3. 4. 5.
RA Blotongan Lulus tahun 1996. MI Blotongan Lulus tahun 2002. SMP N 9 Salatiga Lulus tahun 2005. SMK Saraswati Salatiga Lulus tahun 2008. STAIN Salatiga Lulus tahun 2013.
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 10 September 2012 Penulis
Muntaha NIM : 111 08 001
39
40