POLA PENGASUHAN DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NAHDLATUL ULAMA’ KOTA SALATIGA TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh SUGIANTO 111 08 152
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
i
ii
iii
iv
MOTTO 4;M »y_ u‘yŠ zO ù=Ïèø9$# (#qè?ré& tûïÏ%©!$#ur öN ä3 ZÏB (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# ª! $# Æì sùötƒ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”. (QS.al-Mujadalah:11)
“Tuntutlah Ilmu” Karena ilmu itu akan menjadikanmu manusia seutuhnya
“Ketika kita terjatuh, namun mampu bangkit lagi dengan pijakan yang benar, maka kita akan mampu berdiri semakin kuat” (SUGIANTO)
v
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati, Skripsi ini saya persembahkan untuk: ü Bapak dan Ibu tercinta (H. Rasimin, dan Hj. Sarmi) tercinta yang senantiasa berdoa dan berusaha demi untuk keberhasilanku ü Saudara-saudaraku (kak Ji, Dek Sur, Dek Upi dan seluruh keluarga besar H. Ridwan) yang menjadi penyemangat diri. ü Bapak ibu guru yang telah menularkan ilmunya kepadaku, semoga ilmu yang kalian berikan barokah dan bermanfaat ü Bapak dan Ibu Nardi yang telah menjadi orang tua kedua ku di Salatiga ü Calon Istriku (Lia Agustin) yang insya Allah akan menemani dan mendampingi hidupku ü Seluruh teman-teman dan sahabat Q, sebuah keberuntungan bisa bertemu kalian semua
Terima kasih untuk semuanya
vi
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,
hidayah
dan
taufiqnya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan. Sebuah kewajiban yang tidak dapat ditawar dalam melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga jurusan Tarbiyah (PAI), maka dengan segala daya dan upaya penulis menyelasaikan karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “POLA PENGASUHAN DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NAHDLATUL ULAMA’ KOTA SALATIGA TAHUN 2012”. Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terimakasih setulusnya kepada: 1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2. Pembantu ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 3. Pembimbing skripsi, Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, yang telah membimbing saya dengan penuh kesabaran. 4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai;
vii
5. Kepada pengasuh panti, Bpk. M.Gufron, M.Ag, dan Ibu Muizzatul Azizah, S.Th.I serta seluruh anak asuh (santri) Panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota salatiga yang telah memberi ijin dan memberikan informasi dalam penelitian ini; 6. Segenap keluarga besar, teman dan sahabat-sahabat terbaik yang menyertai dan mendukung dalam menyelasaikan skripsi ini. Terimakasih atas semua yang kalian berikan, semoga apa yang pernah penulis dapatkan dari kalian menjadi manfaat dan barokah bagi kita semua. Amin. Dengan segenap kesadaran, penulis mengakui bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis atas segala respon, saran dan kritik dari pembaca yang budiman. Semoga karya ini daapt bermanfaat bagi siapa saja yang mau mengambil manfaat darinya. Amin.
Salatiga, 10 Oktober 2012 Penulis
viii
ABSTRAK Sugianto, 2012. Pola Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012. Skripsi jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M.Si Kata Kunci: Pola pengasuhan panti asuhan Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui bagaimana pola pengasuhan yang diterapkan pada anak asuh di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga tahun 2012. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pola pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga Tahun 2012? (2) Bagaimana kegiatan pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga tahun 2012? (3) Bagaimana daya dukung dan hambatan dalam proses pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga tahun2012? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data-data yang diperoleh dari obyek penelitian dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara mendiskripsikan data dari informan, mereduksi data sesuai kebutuhan penelitian kemudian dianalisis oleh penulis, dan disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Pola pengasuhan yang diterapkan di panti asuhan Darul Hadlanah adalah dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan, yaitu dengan menggantikan peran dan kedudukan orang tua. Pola pengasuhan yang diterapkan menyesuaikan dengan kondisi anak asuh, dan cenderung memakai pola asuh demokratis. Kegiatan di panti asuhan sebagian besar sudah terlaksana dengan baik sesuai jadwal yang ada. Kegiatan- Kegiatan pengasuhan meliputi lingkup pengasuhan fisik, intelektual, moral, spiritual, mental, ketrampilan, dan sosial. Kegiatan tersebut antara lain shalat 5 waktu berjama’ah, piket harian (bersih-bersih, memasak nasi), sekolah, mengaji, belajar bersama, yasinan, tahlilan, dan barzanzi, membaca surat al- Hadid bersama-sama, sima’an Al-Qur’an, khitobah, qiro’ah. Dalam pelaksanaanya di temui sejumlah hambatan yakni, kondisi anak yang kurang baik, kurangnya peran serta keluarga, keterbatasan dana, keterbatasan tenaga pengasuh, sedangkan faktor pendukungnya adalah rasa kekeluargaan yang harmonis di lingkungan panti, rasa tanggung jawab sosial pendidikan dalam diri pengurus dan pengasuh, kepercayaan masyarakat untuk menitipkan anaknya di panti, dukungan dari masyarakat dan pemerintah sebagai donatur tidak tetap, dukungan moril maupun materiil dari pengurus PCNU kota Salatiga sebagai donatur tetap. ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ..........................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................
iv
MOTTO ..............................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ...............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................
vii
ABSTRAK ..........................................................................................................
ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
xiii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7 E. Penegasan Istilah ........................................................................................ 8 F. Metode Penilitian ....................................................................................... 11 G. Sistematika Penulisan ................................................................................. 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Panti Asuhan 1. Pengertian Panti Asuhan .......................................................................
20
2. Tujuan Panti Asuhan ............................................................................
21
3. Fungsi Panti Asuhan .............................................................................
21
4. Landasan Panti Asuhan .......................................................................
22
B. Pola Pengasuhan 1. Pengertian Pola Pengasuhan ................................................................ 24 x
2. Ruang Lingkup Pengasuhan ............................................................... 25 3. Tujuan dan Fungsi Pengasuhan .......................................................... 28 4. Jenis Pola Asuh ................................................................................... 33 5. Karakteristik Pengasuhan Anak........................................................... 37
BAB III: HASIL PENELITIAN A. Paparan Data 1. Sejarah berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlanah .................................
42
2. Maksud dan Tujuan Panti Asuhan ........................................................
43
3. Visi dan Misi Panti Asuhan ..................................................................
44
4. Usaha Panti Asuhan..............................................................................
45
5. Pengurus Panti Asuhan .........................................................................
45
6. Sumber Dana ........................................................................................
47
7. Anak Asuh, Orang Tua Asuh, Dan Donatur ..........................................
48
8. Sarana dan Prasarana ............................................................................
50
9. Gambaran Informan .............................................................................
51
B. Temuan Penelitian 1. Pola Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012.....................................................................
52
2. Kegiatan Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012 ........................................................
55
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012 ..
62
BAB IV: PEMBAHASAN A. Pola Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012 ...................................................................................
65
B. Kegiatan Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012 ..........................................................................
68
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012 ....................
xi
69
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................
73
B. Saran-saran ................................................................................................
74
C. Penutup ......................................................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
NO
JUDUL TABEL
HALAMAN
1.
Daftar Pengurus Panti Asuhan
46
2.
Daftar Nama Anak Asuh
49
3.
Daftar Nama Informan
51
4.
Jadwal Kegiaatn Harian
56
5.
Jadwal Kegiatan Mingguan
57
6
Jadwal Piket Harian
58
7
Jadwal Kamar Mandi
58
8
Jadwal Pengawas Belajar
58
9
Jadwal Ngaji
59
10
Tabel Spesifikasi Metode
61
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan mahluk-mahluk lainya. Manusia diciptakan dengan membawa fitrahnya masing-masing, yaitu seperangkat potensi yang menjadi bekal bagi manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi. Pikiran, perasaan dan kemampuan berbuat merupakan komponen dari fitrah tersebut (Daradjat, 2011:16). Setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan sehingga dapat menjadi khalifah di bumi dan pengembang kebudayaan. Manusia dianugrahi fitrah Allah yang berupa bentuk atau wadah yang dilengkapi dengan berbagai kecakapan dan ketrampilan, sehingga dapat berkembang sebagai mahluk mulia (Daradjat, 2011:16). Sebagaimana firman Allah Swt dalam Qs. al-Rum ayat 30 :
È, ù=yÜ Ï9 Ÿ@ ƒÏ‰ ö7s? Ÿw 4$pköŽn=tæ }¨ $¨Z9$#tsÜ sù ÓÉL©9$#«! $#|N tôÜ Ïù 4$Zÿ‹ÏZym ÈûïÏe$#Ï9 y7 ygô_ ur óO Ï%r'sù
ÇÌÉÈ tb qßJ n=ôètƒ Ÿw Ĩ $¨Z9$#uŽsYò2 r& Æ
Å3 »s9ur ÞO ÍhŠs)ø9$#Úú
ïÏe$!$#šÏ9ºsŒ 4«! $#
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
1
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. al-Rum:30)
Dari ayat diatas, menunjukan bahwa manusia diciptakan oleh Allah Swt dengan membawa fitrahnya masing-masing. Fitrah itulah yang membedakan manusia dengan mahluk-mahluk ciptaan Allah yang lainya. Selain ayat di atas, Allah juga menegaskan lagi dalam firma-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an surat al-A’raf ayat 172:
öN ÍkŦ àÿRr& #’n?tã öN èd y‰ pkôr&ur öN åktJƒÍh‘èŒ óO Ïd Í‘qßgàß ` ÏB tPyŠ#uä ûÓÍ_t/ .` ÏB y7 •/u‘ x‹ s{ r& øŒÎ)ur
ô` tã $¨Zà2
$¯RÎ) ÏpyJ »uŠÉ)ø9$# tPöqtƒ (#qä9qà)s? c
r& ¡!$tRô‰ Îgx© ¡4’n?t/ (#qä9$s% (öN ä3 În/tÎ/ àM ó¡ s9r&
ÇÊÐËÈ tû,Î#Ïÿ»xî #x‹ »yd
Artinya: “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". (QS. al-A’raf: 172). Dialog antara Rabb dan hamba-Nya di atas terjadi ketika manusia masih di alam arwah atau alam rahim. Ketika manusia masih di alam rahim ia telah mengakui keesaan Allah, sebagai satu-satunya Dzat yang wajib disembah (Mustafidz, 2009:16).
2
Dari dialog di atas, jelas bahwa setiap manusia yang terlahir di dunia ini berada dalam keadaan fitrah, suci dan bersih dengan membawa potensi masing-masing yang dapat berkembang. Meskipun potensi manusia dapat berkembang dengan sendirinya, akan tetapi perkembangan itu tidak akan maksimal jika tidak melalui proses tertentu, yaitu proses pendidikan (Daradjat, 2011:17) Hal ini senada dengan pernyataan Miftahul Huda dalam bukunya “Idealitas Pendidikan Anak”. Miftahul Huda (2009:58), menegaskan: Pendidikan adalah merupakan lembaga yang memanusiakan manusia. Tanpa pendidikan manusia hanya setingkat lebih tinggi dari hewan. Anak yang tidak memperoleh pendidikan sama sekali, tidak akan mungkin bisa hidup bermasyarakat dengan baik. Maka sesungguhnya pendidikan mengangkat derajat manusia ke taraf insaniah yang sebenarnya dan atas dasar inilah setiap anak perlu dididik. Mustafidz (2009:20) juga menjelaskan “Pendidikan merupakan sarana atau wasilah yang digunakan manusia untuk membentuk kepribadian, menumbuh kembangkan akal pikiran, serta merangsang pertumbuhan jasmaninya”. Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi manusia kearah yang lebih baik, dan berguna bagi kehidupan manusia di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Dengan adanya proses pendidikan potensi-potensi yang ada pada diri manusia dapat dikembangkan secara maksimal.
3
Adapun pendidikan berlangsung melalui beberapa proses, dan tahapan. Proses yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak baik fisik maupun psikis adalah proses pendidikan di lingkungan keluarga. keluarga merupakan bentuk pendidikan yang pertama dan utama dimana anak mula-mula mendapat pendidikan (Zakiah Daradjat, 1995:35). Keluarga merupakan unit terkecil yang terdiri atas kepala keluarga, (ayah), ibu dan anak (Djamarah, 2004:3). Keluarga juga dapat dikatakan sebagai masyarakat dalam lingkup mikro. Dalam keluarga yang mula-mula terdiri dari ayah, ibu akan terjalin intereaksi edukatif dan bahkan meluas ke lingkup masyarakat (Mansur, 2004:2). Keluarga berperan dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat, dalam rangka mengembangankan kepribadiannya (Khairuddin, 2002:49). Dalam sebuah keluarga, anak diwariskan norma-norma atau aturanaturan serta nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Anak dibiasakan tidak hanya mengenal tetapi juga menghargai dan mengikuti norma hidup masyarakat melalui kehidupan dalam keluarga. Itulah sebabnya pendidikan dalam keluarga disebut pendidikan yang pertama dan utama, serta merupakan fondasi dari watak anak (Wahjoetomo,1997: 23). Salah satu cara mendidik anak adalah dengan cara mengasuh anak tersebut, sebagaimana yang diungkapkan Thoha (1996:109) “pengasuhan adalah merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya”. Apabila anak tidak mendapat pengasuhan yang
4
baik sejak dalam keluarga, maka perkembanganya akan mendapat hambatan, dan akan cenderung menuju arah yang kurang baik, dikarenakan tidak ada yang memimpin dan mengarahkan perkembangnya. Di sini keutuhan keluarga sangat diperlukan dan penting dalam proses pengasuhan, Kehadiran orang tua memungkinkan adanya rasa kebersamaan sehingga memudahkan orang tua untuk melaksanakan pendidikan, serta mewariskan nilai-nilai moral yang dipatuhi dan ditaati dalam berperilaku. Keadaan tersebut di atas, akan berbeda bagi anak yang tidak mempunyai keluarga secara utuh. Disorganosasi keluarga seperti perceraian kedua orang tua, krisis ekonomi keluarga dan meninggalnya salah satu atau kedua orang tua menyebabkan terputusnya interaksi sosial antara orang tua dan anak. Akibatnya, anak menjadi kurang mendapat perhatian dan terabaikan. Maka salah satu cara yang dilakukan agar anak tetap dalam pengasuhan yang baik adalah dengan menampung anak-anak tersebut ke dalam suatu wadah yaitu panti asuhan, guna membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara mengasuh anak dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang dilakukan oleh orang tua dalam lingkungan keluarga. Dengan demikian panti asuhan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya seorang anak membutuhkan pengasuh yang mempunyai jiwa sosial tinggi dan mengerti tentang bagaimana pengasuhan dan pendidikan yang seharusya diterapkan terhadap anak asuhnya. Panti Asuhan Darul Hadlonah Blotongan Salatiga ini berdiri sebagai wujud usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial anak yatim
5
piatu dan anak dari keluarga miskin. Anak-anak yang ditampung dalam panti asuhan tersebut adalah anak-anak yang tidak mempunyai ayah, ibu atau keduanya dan anak-anak dari keluarga miskin yang kehidupanya kurang layak. Panti asuhan ini berfungsi sebagai lembaga sosial dimana anak-anak dicukupi kebutuhan sehari-harinya, diajar, dilatih, dibimbing, diarahkan, diberi kasih sayang, dan diberi ketrampilan-ketrampilan sebagai bekal untuk kehidupanya kelak dikemudian hari. Panti asuhan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik pada anak asuh agar anak tidak kehilangan suasana seperti dalam keluarga. Panti asuhan tersebut bertujuan memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anak-anak yatim piatu dan miskin dengan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial agar kelak mereka mampu bersosialisasi dan hidup layak di tengah-tengah masyarakat. Terkait dengan latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan judul penelitian “POLA PENGASUHAN DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NAHDLATUL ULAMA’ KOTA SALATIGA TAHUN 2012”.
B. Fokus Penelitian Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah:
6
1.
Bagaimana pola pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga tahun 2012?
2.
Bagaimana kegiatan pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga tahun 2012?
3.
Bagaiamana hambatan dan daya dukung dalam proses pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui pola pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga tahun 2012.
2.
Untuk mengetahui kegiatan pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga tahun 2012.
3.
Untuk mengetahui hambatan dan daya dukung dalam proses pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.
7
1.
Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang berarti bagi cabang ilmu pendidikan khususnya mengenai pola pengasuhan anak-anak yang berada di panti asuhan, serta memeperkaya kepustakaan, dan menambah khasanah ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan kepada para pemabaca, khusunya mengenai pola pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama Kota Salatiga tahun 2012, sekaligus dapat menjadi acuan bagi pihak pengurus dan pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama kota Salatiga dalam melakasanakan kegiatan pengasuhan.
E. Penegasan Istilah Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini, serta menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan beberapa istilah pokok, yakni: 1. Pola Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:885) Pola diartikan dengan model, gambaran, sistem, cara kerja, bentuk (struktur ) yang tetap.
8
2. Pengasuhan Asuh atau mengasuh diartikan dengan menjaga (merawat dan mendidik), sedangkan pengasuhan diartikan dengan hal atau cara, (perbuatan mengasuh) ( Poerwadarminto, 2006:65). Jadi pola pengasuhan dapat diartikan sebagai cara yang digunakan orang tua dalam merawat dan mendidik anaknya. Istilah pengasuhan erat kaitanya dengan pendidikan. Untuk menghindari kesalahpahaman antara keduanya, maka penulis akan mengemukakan kedua istilah tersebut
a. Pendidikan Dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan dengan to educate yang berarti memperbaiki moral, dan melatih intelektual (Noeng Muhadjir, 2000:21). Carter V. Good dalam Suwarno (2006:20) mengemukakan pendapatnya:
“Pendidikan
adalah
keseluruhan
proses
dimana
seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainya yang bernilai positif dalam masyarakat di tempat hidupnya”. Ngalim Purwanto (2007:5) juga mengemukakan bahwa: “Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulanya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”.
9
b. Pengasuhan Dalam kamus bahasa Inggris (Echol, 2006;110), pengasuhan sering
disebut
pula
sebagai child-rearing
yaitu
pengalaman,
keterampilan, kualitas, dan tanggung jawab sebagai orang tua dalam mendidik dan merawat anak. Theresia Indira Santi, Psi. M.Si. dalam Muallifah (2009:42) menerangkan bahwa: Pengasuhan adalah interaksi antara orang tua dengan anak yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai dan norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukan sikap dan perilaku yang baik, sehingga menjadi contoh atau panutan bagi anaknya.
Dari keterangan diatas, sudah terdapat kejelasan antara pendidikan dan pengasuhan, ruang lingkup pengasuhan hanya terbatas pada interaksi orang tua (orang tua asuh) dengan anak, sedangkan pendidikan mencakup seluruh aktivitas yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan kemampuan dan potensi seseorang, dan tidak hanya terbatas pada interaksi orang tua dengan anaknya. Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep pengasuhan ini termasuk ke dalam konsep pendidikan. Pengasuhan adalah salah satu cara yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya, sebagai wujud tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
10
Jadi, yang dimaksud judul penelitian ini adalah cara yang digunakan oleh pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga dalam mengasuh para anak asuh.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan dan jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Tylor dalam Moleong (2009:4), metode kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupakata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi data yang terkumpul berbentuk kata-kata lisan yang mencakup catatan laporan dan foto-foto. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1985;27). Jadi hasil dari penelitian ini adalah berupa deskripsi atau gambaran tentang pola pengasuhan di panti
asuhan Darul Hadlanah
Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga tahun 2012.
2. Kehadiran Peneliti Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, penulis hadir secara langsung di lokasi penelitian untuk melihat kondisi
11
riil di lokasi penelitian sekaligus untuk memperoleh data yang valid. Kehadiran penulis di lokasi penelitian tentunya atas sepengetahuan subjek penelitian. Dalam hal ini penulis bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga yang beralamat di Jl. Fatmawati km. 5 RT 02 RW 08, Modangan, Kel. Blotongan, Kec. Sidorejo, kota Salatiga yang tahun 2012. b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 September – 30 September 2012.
4. Sumber data Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari: a. Data Primer (utama) Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan. Informan dalam penelitian kali ini adalah: 1) Pengurus panti asuhan 2) Pengasuh panti asuhan 3) Anak asuh (santri) panti asuhan
12
b. Data Sekunder (pendukung) Sumber data sekunder (pendukung) merupakan data-data yang diperoleh secara tidak lagsung dan digunakan untuk memperkuat sumber data primer (utama) atau data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya. Adapun sumber data sekunder (pendukung) di sini adalah buku-buku yang terkait dengan pengasuhan, arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan panti asuhan. 5. Prosedur Pengumpulan Data Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara Wawancara (Interview) adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2009:186). Dalam penelitian ini wawancara diajukan kepada pengasuh dan para anak asuh (santri) panti asuhan Darul Hadlanah dengan tujuan untuk mencari data tentang pengasuhan yang diterapkan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama kota Salatiga tahun 2012.
13
b. Observasi Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatau obyek yang menggunakan alat indera (Arikunto,
2002:133).
Adapun
cara
yang
digunakan
adalah
mengadakan pengamatan langsung di Panti Asuhan Darul Hadlanah dengan cara melihat, mendengar dan penginderaan lainnya. Observasi secara langsung mempunyai maksud untuk mengamati dan melihat langsung kegiatan-kegiatan pengasuhan yang dilakukan. Dalam penelitian ini yang diobservasi antara lain aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh anak-anak asuh. Secara khusus mengamati kegiatankegiatan pendidikan yang diikuti anak-anak asuh. c. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:148). Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk memperkuat datadata yang diperoleh dari lapangan yaitu dengan cara mengumpulkan data yang berupa catatan tertulis dari panti asuhan yaitu dokumen resmi yang ada di Panti Asuhan Darul Hadlanah. 6. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik analisis model interaktif. Model analisis interaktif dapat dilihat pada flow chart Sutopo dalam Nur ‘aini (2005:8)
14
1.Pengumpulan Data
2. Reduksi Data
3. Sajian Data
4. Penarikan Data
a. Pengumpulan Data Yaitu pengumpulan data dari lapangan baik dari hasil pengamatan maupun wawancara yang dilakukan secara fungsional sehingga diperoleh data yang dituangkan dalam catatan lapangan memuat: 1)
Indentitas catatan lapangan : pengamatan dan wawancara
2)
Bagian diskripsi : yang berisi hasil pengamatan dan wawancara apa adanya atau terbaca dari data yang diperoleh di lapangan.
b. Reduksi Data Yaitu melakukan pemotongan terhadap data-data yang dianggap tidak terkait dengan permasalahan yang diangkat. Prosesnya yaitu dari sekian data yang diperoleh, kemudian dipilah-pilah data mana yang cocok dan dibutuhkan dalam penelitian.
15
c. Penyajian Data Yaitu melakukan penyajian data-data yang diperoleh selama penelitian. Penyajian data ini dilakukan setelah data direduksi, Penyajian data dilakukan secara sistematis kedalam sebuah laporan d. Penarikan Data Proses penarikan data merupakan proses akhir dari penilitian yaitu dilakukanya penarikan kesimpulan akhir dari data-data yang telah disajikan di atas untuk dituangkan dalam hasil penelitian. 7. Pengecekan Keabsahan Data (Validitas Data) Validitas data merupakan faktor yang penting dalam sebuah penelitian karena sebelum data dianalisis terlebih dahulu harus mengalami pemeriksaan. Validitas membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai dengan yang sebenarnya atau kejadiannya (Nasution,2003:105). Teknik pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain dari data tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data itu sendiri (Moleong,2009:330). Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang di gunakan yaitu :
16
a. Triangulasi data yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. b. Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan metode yang berbeda, dan c. Perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, sehingga memungkinkan peneliti untuk melengkapi data agar ada kesesuaian antara temuan dan kenyataan. 8. Tahap-tahap penelitian a. Penelitian Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis mengkaji referensi-referensi yang berkaitan dengan pola pengasuhan dan pendidikan anak, sekaligus mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama kota Salatiga. b. Pengembangan Desain Setelah tahap pendahuluan, penulis menyediakan waktu guna mengembangkan
desain
penelitian,
menyusun
petunjuk
guna
memperoleh data yang dibutuhkan, seperti petunjuk wawancara dan pengamatan. c. Pelaksanaan Penelitian Penulis melaksanakan penelitian secara langsung di lokasi penelitian dan melihat secara seksama, agar lebih mengatahui secara detail berbagai hal yang berhubungan dengan penelitian dan untuk
17
memperoleh
data-data
yang
dibutuhkan,
sehingga
penulis
bertanggung jawab atas validitas data yang diperoleh dari penelititian yang dilakukan. d. Penulisan Laporan Tahap penulisan laporan adalah tahap penyusunan data-data hasil temuan penelitian secara sitematis. Dalam penulisan laporan penelitian ini tentunya mencakup semua kegiatan penelitian mulai dari tahap awal penelitian sampai tahap akhir yaitu tahap penarikan kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan Skripsi Agar terdapat kejelasan secara garis besar dan dapat dimengerti dengan mudah, maka dalam pembahasannya secara berurutan penulis membagi dalam lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II kajian pustaka, Bab III Paparan data dan hasil temuan, Bab IV Pembahasan, Bab V Penutup. BAB I
Pedahuluan, berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi
BAB II
Kajian Pustaka, berisi tentang pengertian panti asuhan, tujuan dan fungsi panti asuhan, landasan didirikanya panti, pengertian pola asuh, ruang lingkup pengasuhan, tujuan dan fungsi pengasuhan, jenis pola asuh, karakteristik pengasuhan.
18
BAB III
Paparan Data dan Hasil Temuan. Paparan data berisi tentang sejarah berdirinya panti asuhan, maksud dan tujuan panti asuhan, visi misi, usaha panti asuhan, pengurus dan pengasuh panti asuhan, sumber dana, anak asuh, sarana prasarana. Paparan data berisi tentang pemaparan pola pengasuhan di panti asuhan, kegiatan pengasuhan, daya dukung dan hambatan dalam pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga tahun 2012.
BAB IV
Pembahasan, berisi pembahasan tentang pola pengasuhan, kegiatan pengasuhan, hambatan dan daya dukung dalam proses pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlonah Nahdlotul Ulama kota Salatiga tahun 2012.
BAB V
Penutup, berisi kesimpulan dan saran
Bagian akhir dari skripsi ini berisi lampiran-lampiran.
19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PANTI ASUHAN 1. Pengertian Panti Asuhan Panti Asuhan adalah rumah atau tempat untuk memelihara dan merawat anak yatim, yatim piatu dan sebagainya (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007:826).
Departemen Sosial Republik Indonesia
(1997:4) menjelaskan bahwa : Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif didalam bidang pembangunan nasional Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa panti asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan penganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatanyang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan harapan.
20
2. Tujuan Panti Asuhan Tujuan
panti
asuhan
menurut
Departemen
Sosial
Republik Indonesia (1997:6) yaitu : a. Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat. b. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan keterampilan kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.
3. Fungsi Panti Asuhan Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997:7) panti asuhan mempunyai fungsi sebagai berikut :
21
a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi
sebagai
pemulihan,
perlindungan, pengembangan dan
pencegahan. b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak. c. Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja, berfungsi sebagai pusat pengembangan keterampilan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi panti asuhan adalah memberikan pelayanan, informasi, konsultasi dan pengembangan keterampilan bagi kesejahteraan sosial anak.
4. Landasan Hukum Didirikanya Panti Asuhan a. UUD 1945 1) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan deskriminasi. (Pasal 28 B ayat 2) 2) Fakir miskin dan anak-anak terlantar di biayai oleh negara (Pasal 34 ayat I) b. UU No. 4 th 1979 tentang kesejahteraan anak 1) Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak, baik secara jasmani, rohani dan sosial ( Pasal 9)
22
2) Orang tua
yang terbukti melalaikan tanggung
jawabnya
sebagaimana termaksud dalam pasal 9, sehingga mengakibatkan timbulnya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dicabut kuasanya sebagai orang tua terhadap anaknya. Dalam hal itu ditunjuk orang atau badan sebagi wali. (Pasal 10 ayat 1) c. UU No. 23 th 2002 tentang perlindungan anak Setiap anak berhak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (DEPSOS RI.2007:7-8) Dengan adanya landasan hukum resmi seperti yang tercantum dalam Undang-undang di atas, maka kiprah dan eksistensi panti asuhan sebagai lembaga sosial sekaligus lembaga pendidikan dapat terus dikembangkan sehingga panti asuhan bisa lebih meningkatkan pelayanan terhadap anak-anak yang kurang beruntung seperti yatim, piatu, yatim piatu, dan para dhuafa’, dan nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam rangka peningktan sumber daya manusia Indonesia ke taraf yang lebih tinggi.
23
B. Pola Pengasuhan 1. Pengertian Pola Pengasuhan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:885) Pola diartikan sebagai model, gambaran, sistem, cara kerja, bentuk (struktur ) yang tetap. Asuh atau mengasuh diartikan dengan menjaga (merawat dan mendidik), sedangkan pengasuhan berasal dari kata asuh yang mendapat imbuhan awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berfungsi membentuk kata kerja. Poerwadarminto (2006:65) mengartikan pengasuhan dengan hal atau cara, (perbuatan mengasuh) Brooks dalam bukunya “The Procces of Parenting” (2011:10) mendefinisikan pengasuhan sebagai berkut: Pengasuhan adalah sebuah proses yang merujuk pada serangkaian aksi dan interaksi yang dilakukan orang tua untuk mendukung perkembangan anak. Proses pengasuhan bukanlah sebuah hubungan satu arah yang mana orang tua mempengaruhi anak namun lebih dari itu, pengasuhan merupakan proses interaksi antara orang tua dan anak yang dipengaruhi oleh budaya dan kelembagaan sosial dimana anak dibesarkan.
Toha (1996:110) mendefinisikan pola pengasuhan sebagai cara mendidik orang tua terhadap anak-anaknya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Cara mendidik langsung artinya bentuk-bentuk asuhan orang
tua
kecerdasan,
yang
berhubungan
dengan
pembentukan
kepribadian,
ketrampilan, yang dilakukan secara sengaja baik berupa
perintah, larangan, hukuman, penciptaan situasi, maupun pemberian 24
hadiah sebagai alat pendidikan. Cara mendidik secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan sehari-hari, baik secara tutur kata sampai kepada adat kebiasaan, dan pola hidup antara orang tua dengan keluarga, dan masyarakat. Menurut Baumrind, dalam Muallifah (2009:42) pola pengasuhan pada prinsipnya merupakan parental control yakni bagaimana orang tua (pengasuh) mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk
melaksanakan
tugas-tugas
perkembangan
menuju
proses
kedewasaan. Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pola pengasuhan merupakan cara yang digunakan oleh orang tua (pengasuh) dalam berinteraksi dengan anak-anaknya, meliputi kegiatan merawat dan mendidik dengan cara mengajar, mendampingi, membimbing, melatih, dan mengarahkan dalam mengembangkan potensinya menuju kedewasaan. 2. Ruang Lingkup Pengasuhan Karen dalam Muallifah (2009:43) menyatakan bahwa kualitas pengasuhan yang baik adalah kemampuan orang tua untuk memonitor segala aktivitas anak, Prinsip pengasuhan tidak menekankan pada siapa (pelaku) namun lebih menekankan pada aktifitas dari perkembangan dan pendidikan anak. Oleh karenanya pengasuhan meliputi pengasuhan fisik, pengasuhan mental dan pengasuhan sosial.
25
Mengacu pada pernyataan di atas dan pengertian panti asuhan itu sendiri, maka ruang lingkup pnegasuhan anak adalah meliputi: a. Pengasuhan fisik Pengasuhan fisik mencakup semua aktifitas yang bertujuan agar anak dapat bertahan hidup dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, kehangatan, kebersihan, ketenangan waktu tidur, dan kepuasan ketika membuang sisa metabolisme dalam tubuhnya. Pengasuh di panti asuhan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memenuhi kebutuhan fisik dari anak asuh, sebagaimana yang kita ketahui untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan dari anak asuh, maka kebutuhan fisik, sebagai kebutuhan dasar manusia untuk berlangsung hidup harus terpenuhi dengan baik. Sebagaimana keterangan Maslom dalam Sriyanti (2009:120) “Jika kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar manusia tidak terpenuhi maka individu tidak akan bergerak untuk meraih kebutuhan yang lebih tinggi”. Jadi agar kemampuan atau potensi-potensi dasar pada manusia tersebut dapat berkembang dengan maksimal maka kebutuhan dasar manusia juga harus terpenuhi dengan baik sebelum memenuhi kebutuhan yang lainya.
26
b. Pengasuhan mental Pengasuhan mental adalah pengasuhan yang berhubungan dengan jiwa anak, mencakup pendampingan ketika anak mengalami kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan seperti merasa terasing dari teman-temannya, takut, atau mengalami trauma. Pengasuhan mental ini juga mencakup pengasuhan agar anak merasa dihargai sebagai seorang individu, mengetahui rasa dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk menentukan pilihan dan untuk mengetahui resikonya. c. Pengasuhan sosial Pada dasarnya
manusia adalah
individu-individu
yang
mempunyai kecenderungan untuk bermasyarakat (Ahid.2010:106). Oleh sebab itu pengasuhan sosial anak ini sangat penting untuk diberikan kepada anak-anak agar nentinya dapat bersosialisasi dengan mayarakat dengan baik. Pengasuhan sosial bertujuan agar anak tidak merasa terasing dari
lingkungan
sosialnya
yang
akan
berpengaruh
terhadap
perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya. Pengasuhan sosial ini menjadi sangat penting karena hubungan sosial yang dibangun dalam pengasuhan akan membentuk sudut pandang terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.
27
3. Tujuan dan Fungsi Pengasuhan Anak a. Tujuan Pengasuhan Anak Dalam melaksanakan kegiatan pengasuhan pada seorang anak, para orang tua atau pengasuh memiliki beberapa tujuan tertentu, dimana tujuan pengasuhan pada masa kanak-kanak berbeda dengan tujuan pegasuhan pada masa remaja, kuliah ataupun dewasa. Pengasuhan pada masa anak-anak lebih berfokus pada kondisi fisiknya. Pada usia remaja pengasuhan berfokus pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan kegiatan akademis dan non akademis, dan pada usia kuliah serta dewasa pengasuhan lebih bertujuan untuk kegiatan pekerjaan dan sosial. Tujuan pengasuhan menurut Hurlock dalam Psycho Islamic Smart Parenting (2009:44), yaitu mendidik anak agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya supaya dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya. Dari uraian di atas, maka tujuan pengasuhan di panti asuhan secara umum adalah sebagai berikut: 1)
Meningkatkan
kesejahteraan
anak-anak
yang
“kurang
beruntung” seperti; yatim, piatu, yatim piatu dan kurang mampu 2)
Pengentasan anak-anak terlantar melalui kegiatan penyantunan dan pemberian bantuan.
3)
Memastikan kesehatan fisik anak dengan cara meningkatkan gizi, dan kesehatan anak.
28
4)
Meningkatkan kompetensi intelektual, emosi, sosial, dan moral serta kepercayaan diri anak.
5)
Memberikan bekal hidup (life skill) kepada anak, agar dapat bertahan
hidup
dan
berinteraksi
dengan
masyarakat
di
lingkunganya. d. Fungsi Pengasuhan Anak Pengasuhan orang tua berfungsi untuk memberikan kelekatan dan ikatan emosional atau kasih sayang antara orang tua (pengasuh) dengan anaknya (Muallifah, 2009:44). Dalam konteks kultur Indonesia maka pengasuhan orang tua (pengasuh) berdampak terhadap sosialisasi anak-anak di dalam struktur keluarga yang bervariasi dan berdasarkan nilai-nilai kultur Indonesia (Casmini, 2007:13). Mengacu pada fungsi panti asuhan itu sendiri, maka secara umum fungsi pengasuhan di panti asuhan adalah sebagai berikut: 1) Fungsi Pemulihan Salah satu fungsi dari pengasuhan adalah pemulihan. Fungsi pemulihan disini mengindikasikan adanya pengembalian dari suatu kondisi yang kurang baik, menuju kondisi semula, atau kondisi yang lebih baik. Kondisi yang dimaksud disini mencakup kondisi lingkungan dan juga kondisi anak asuh. Sebagian besar anak-anak yang tinggal di panti asuhan berasal dari keluarga yang “kurang beruntung”. Hal ini
29
menyebabkan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis anak kurang maksimal, oleh karena itu fungsi pengasuhan ini diharapkan dapat memberikan pemulihan terhadap kondisi-kondisi yang kurang baik, serta menciptakan kondisi-kondisi baru yang lebih
baik dan berguna dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak. Misalnya, anak-anak korban perceraian atau kekerasan dalam rumah tangga. Mereka
akan cenderung mengalami
gangguan dalam perkembanganya, baik gangguan dalam bentuk fisik akibat siksaan atau hukuman, maupun gangguan psikis akibat trauma yang mendalam. Fungsi dari pengasuhan di panti asuhan ini diharapkan dapat memulihkan kondisi anak asuh yang mengalami hambatan perkembangan tersebut dengan menciptakan lingkungan yang kondusif dan harmonis dengan cara memenuhi kebutuhan sehari-hari anak asuh, memberikan perhatian, kasih sayang, dan bimbingan sebagaimana yang seharusnya didapatkan oleh anak dalam lingkungan keluarganya. 2) Fungsi Perlindungan Memberikan perlindungan merupakan salah satu dari fungsi pengasuhan di panti asuhan. Perlindungan ini bisa dalam bentuk perlindungan fisik dan juga perlindungan psikis. Perlindungan fisik misalnya perlindungan dari hujan dan panas terik matahari, yaitu dengan memberikan tempat tinggal, perlindungan dari rasa haus
30
dan lapar, yaitu dengan mencukupi kebutuhan makan dan minum sehari-hari. Perlindungan psikis misalnya memberikan rasa aman ketika anak merasa takut, dengan menjadi sosok orang tua yang baik, mendampingi ketika anak merasa terasing dan lain sebagainya. Fungsi perlindungan ini akan membuat anak-anak lebih merasakan kenyamanan untuk tinggal di panti asuhan, mereka tidak perlu cemas atau khawatir lagi akan nasib diri mereka, karena sudah ada pihak yang menanggung kelangsungan hidup mereka, yaitu pengurus dan pengasuh panti asuhan, yang notabene berperan sebagai pengganti orang tua 3) Fungsi Pengembangan Fungsi lain dari pengasuhan di panti asuhan yang sangat penting adalah fungsi pengembangan. Panti asuhan sebagai lembaga sosial pendidikan, dituntut untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri anak asuh sehingga nantinya setelah keluar dari panti asuhan, mereka dapat hidup mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Fungsi pengembangan ini antara lain; a) Pengembangan intelektual, dilakukan dengan cara memberikan pendidikan formal kepada anak asuh di sekolah-sekolah formal yang telah ditunjuk dan dan pilih oleh pihak panti asuhan. b) Pengembangan sosial,
31
dilakukan dengan cara mengikut sertakan anak asuh dalam kegiatan kerjabakti bersama masyarakat desa, tolong menolong sesama,
saling
menghormati
dan
lain
sebagainya.
c)
Pengembangan spiritual, moral, dan mental anak melalui kegiatan rutin seperti ; mengaji, sholat 5 waktu berjama’ah, ibadah harian, memberikan suri tauladan atau contoh yang baik, berkata jujur, sopan santun, serta bimbingan-bimbingan yang diberikan pengasuh kepada lpara anak asuh. 4) Fungsi Pencegahan Fungsi dari pengasuhan yang tidak kalah penting adalah fungsi pencegahan yaitu pencegahan dari hal-hal negatif yang dapat berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Fungsi pencegahan ini merupakan tindakan preventif yang dilakukan pengasuh agar perkembangan anak tidak melenceng dari nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, Dengan pengasuhan yang baik, maka kontrol dan monitoring terhadap anak juga akan baik, sehingga apabila ada indikasi-indikasi yang mengarah kepada hal-hal yang negatif, dapat ditanggulangi sedini mungkin. Disinilah fungsi penting dari pencegahan, yaitu mendeteksi sedini mungkin gejala-gejala yang kurang baik dalam perkembangan anak, agar nantinya dapat segera diatasi tanpa harus menunggu timbulnya penyimpangan perilaku.
32
Salah satu cara yang digunakan untuk mendukung fungsi pencegahan ini adalah dengan cara meningkatkan intensitas interaksi dan komunikasi antara pengasuh dan anak asuh, memberikan orientasi dasar sebelum anak-anak masuk kedalam lingkungan panti asuhan dan menetapkan peraturan, tata tertib, beserta konsekuensi yang harus ditanggung apabila melanggar peraturan serta adanya
4. Jenis Pola Asuh Menurut Hurlock dalam Thoha (1996:110), pola asuh dibagi menjadi tiga macam yaitu pola asuh demokratis, poa asuh otoriter, pola asuh permisif. a. Pola Asuh Demokratis Pola asuh yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua (pengasuh) dan anak. Mereka membuat semacam aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua (pengasuh) yang demokratis ini yaitu orang tua (pengasuh) yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya (Thoha, 1996:111) Pola pengasuhan demokratis ini dapat menumbuhkan sikap pribadi anak yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mau menghargai orang lain, menerima kritikan dengan terbuka, keadaan
33
emosi yang stabil serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar (muallifah, 2009: 47) Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan demokratis yang diterapkan oleh orang tua (pengasuh) terhadap anak lebih bermanfaat dan dapat menumbuhkan nilai-nilai positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh sebab itu dalam pengasuhan di panti asuhan yang notebene terdiri dari berbagai macam karakter anak, para pengasuh sebisa mungkin juga harus bisa bersikap demokratis (tidak memaksakan kehendak kepada anak asuh), menghargai dan mengakui keberadaan para anak asuh dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan yang sekiranya berkaitan dengan kehidupan mereka, pemberian kebebasan kepada anak asuh untuk mengekspresikan diri, akan tetapi tetap dalam pengawasan dan kontrol dari pengasuh. b. Pola Asuh Otoriter Dalam pola asuhan otoriter ini orang tua (pengasuh) memiliki kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya. Setiap pelanggaran dikenakan hukuman. Anak tidak memperoleh
kesempatan
untuk
mengendalikan
perbuatan-
perbuatannya sendiri. Mereka dituntut untuk mematuhi kehendak orang tua atau pengasuh, meskipun ia tidak ingin melakukan kegiatan itu.
34
Dengan kata lain pola asuh otoriter adalah pola asuh yang lebih cenderung memaksakan kehendak kepada anak tanpa memperhatikan kondisi anak itu sendiri. Sedikit sekali bahkan hampir tidak pernah ada pujian atau tanda-tanda yang membenarkan tingkah laku anak apabila mereka melaksanakan aturan tersebut Dari uraian di atas, maka pola asuh otoriter orang tua (pengasuh)
terhadap
dikarenakan
anak
anak tidak
ini diberi
sebisa
mungkin
kebebaan
dihindarkan,
mengekspresikan
kemampuan dan kemauanya, selalu terkekang oleh orang tua (pengasuh) sehingga potensi-potensi yang ada dalam diri anak tidak bisa berkembang dengan maksimal. Untuk mengembangkan potensi anak, maka anak harus diberi kebebasan untuk mengekspresikan kemampuan, kemauan, dan kreativitasnya, akan tetapi tetap dibimbing, dipantau dan diarahkan agar nantinya perkembangan mereka tetap berada dalam jalur yang positif sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma universal yang berlaku dalam masyarakat. Dalam lingkup pengasuhan di panti asuhan, pola asuh otoriter ini sebisa mungkin juga dihindarkan, karena pola asuh ini akan menyebabkan
para
anak
asuh
merasa
tidak
nyaman,
dan
menyebabkan anak asuh kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan panti.
35
c.
Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Moesono (1993: 18) menjelaskan bahwa pelaksanaan pola asuh permisif atau dikenal pula dengan pola asuh serba membiarkan. Orang tua (pengasuh) yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan. Pola asuh permisif juga kurang baik diterapkan dalam pengasuhan anak, karena dalam pola asuh ini orang tua (pengasuh) terlalu memberikan kebebasan kepada anak, tanpa dituntut untuk bertanggung jawab atas perbuatanya. Pola asuh ini juga dapat membuat anak merasa tidak diperhatikan oleh orang tua (pengasuh), sehingga ikatan batin dan emosional antara orang tua (pengasuh) dengan anak tidak terjalin dengan baik, akibatnya anak menjadi pribadi yang kurang peka terhadap kondisi lingkungan sekitar. Dari uraian di atas, pola asuh permisif kurang baik jika diterapkan dalam mengasuh anak, apalagi jika diterapkan dipanti asuhan yang sebagian besar anak asuhnya memerlukan perhatian dan kasih sayang yang lebih, yang tidak mereka dapatkan dalam lingkungan keluarga, dikarenakan mereka berasal dari keluarga yang “kurang beruntung”,
36
5. Karakteristik Pengasuhan Anak Pada setiap jenis pola asuh, pasti mempunyai karakteristik, cara dan ciri-ciri tertentu, dibawah ini akan diuraikan kerakteristik dari masingmasing pola asuh (muallifah, 2009:45-48) a. Karakteristik Pengasuhan Anak dalam Pola Asuh Demokratis 1)
Pemberian Hak dan Kewajiban yang Seimbang. Dalam kegiatan pengasuhan, posisi pengasuh dan anak asuh harus seimbang, dalam arti mereka harus bisa menempatkan diri pada posisi mereka masing-masing. Pengasuh yang berperan sebagai orang tua asuh berkewajiban untuk mengasuh anak asuh dengan cara mencukupi kebutuhan fisik dan psikis serta mengembangkan potensi-potensi dari para anak asuh, begitu juga sebaliknya anak asuh berkewajiban mematuhi pereturan yang ada dan menghormati pengasuh, pengasuh berhak untuk mendapatkan penghormatan, dan anak asuh berhak memperoleh pemenuhan kebutuhan dan pendidikan.
2)
Memberikan Penjelasan atas Hukuman dan Larangan yang Diberikan Kepada Anak Asuh. Dalam memberikan hukuman dan larangan kepada anak asuh, terlebih dahulu pengasuh menjelaskan sebab-sebab mereka mendapat hukuman dan konsekuensi atas larangan yang
37
diberikan, sehingga anak asuh menjadi tahu dan paham
atas
hukuman dan larangan yang diberikan kepada mereka. 3)
Saling Melengkapi Satu Sama Lain Anak asuh dilibatkan dalam pengambilan dan penetapan keputusan yang berhubungan dengan kehidupan mereka. Dengan dilibatkanya anak asuh dalam pengambilan keputusan ini, maka anak asuh akan merasa benar-benar diakui keberadaanya, sehingga antara anka asuh dan pengasuh bisa terjalin interaksi yang saling melengkapi satu sama lain.
4)
Pembemberian Dukungan, Kesempatan dan Kebebasan Kepada Anak Untuk bisa mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak asuh secara maksimal, mereka harus memperoleh dukungan, kesempatan dan kebebasan untuk mengekspresikan kreatifitas dan kemampuanya masing-masing. Kebebasan yang dimaksud disini bukan kebebasan dalam arti yang sebebas-bebasnya akan tetapi kebebasan yang bertanggung jawab, yaitu tetap dibawah pengawasan dan arahan dari pengasuh.
5)
Senantiasa Mengontrol Perkembangan Anak. Pengasuh senantiasa mengawasi dan memonitor perbuatan serta tingkah laku anak asuh, hal ini bertujuan agar tiap perkembangan anak asuh dapat diketahui dan apabila ada hal-hal yang sekiranya kurang baik dapat dideteksi sedini mungkin.
38
b. Karakteristik Pengasuhan Anak dalam Pola Asuh Otoriter 1)
Aturan yang Ketat, dan Cenderung Memaksakan Kehendak. Dalam pola asuh ini, aturan-aturan ditetapkan secara ketat tanpa
mengikut
kuputusan,pengasuh
sertakan
anak
cenderung
asuh
dalam
bersikap
kaku
pengabilan dengan
memaksakan kehendak kepada anak asuh tanpa melihat kondisi dari anak asuh itu sendiri. 2)
Mengedepankan Hukuman Pola asuh ini lebih mengedepankan pemberian hukuman kepada anak, dan jarang sekali memberikan reward (hadiah) atas perilaku positif yang dilakukan anak. Pengasuh suka menghukum anak asuh yang dianggap tidak sesuai dengan keinginanya. Hukuman diberikan kepada anak asuh tanpa memberikan alasanalasan atau penjelasan, sehingga fungsi dari hukuman yang dapat memberikan efek jera kepada anak menjadi tidak efektif, bahkan membuat anak menjadi semakin bingung.
3)
Minim Interkasi dan Komunikasi Dalam pola otoriter ini, pengasuh merasa paling benar, sehingga tidak memerlukan masukan-masukan dari anak asuh, hal ini menyebabkan komunikasi dan interaksi antara pengasuh dan anak asuh menjadi tidak terjalin dengan baik.
39
4)
Kurang Kasih Sayang dan Rasa Simpatik Dalam pelaksanaan kegiatan pengasuhan, pengasuh kurang merespon kondisi anak asuh, pengasuh tidak menunjukan rasa simpatik dan kasih sayang atas apa yang terjadi pada anak asuh.
c. Karakteristik Pengasuhan Anak dalam Pola Asuh Permisif 1)
Pemberian Kebebasan yang Luas Kepada Anak Anak diberi kebebasan yang luas untuk mengatur hidupnya sendiri tanpa adanya pengawasan dan pengarahan dari pengasuh, hal ini meyebabkan anak asuh kurang mendapat perhatian, sehingga resiko penyimpangan perilaku akan lebih besar
2)
Tidak Ada Tuntutan untuk Bertanggung Jawab. Dalam melaksanakn aktivitas dan kegiatan sehari-hari, anak tidak dituntut untuk belajar bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan yang telah dia lakukan, hal ini meyebabkan kepekaan anak terhadap lingkungan sekitar menjadi rendah.
3)
Bersikap Acuh dan Cenderung Mangabaikan Perkembangan Anak Dalam
melaksanakan pengasuhan,
pengasuh kurang
memberikan perhatian atas apa yang terjadi pada anak asuh, bersikap cuek, dan cenderung mengabaikan hal-hal yang
40
berhubungan dengan anak asuh. Sikap seperti ini akan berdampak kurang baik terhadap perkembangan anak asuh, 4)
Kontrol orang tua (pengasuh) terhadap anak sangat lemah, juga tidak
memberikan
bimbingan
yang
perkkambangan anak (Thoha, 1996:112)
41
cukup
berarti
bagi
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1.
Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlanah Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama kota Salatiga berdiri pada tanggal 01 Mei 2005, dengan memperoleh SK. Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. C467.HT.03.01-Th.2006, akan tetapi panti asuhan ini resmi beroperasi baru pada tanggal 10 januari 2008 (1 Muharrom 1429 H). Berdirinya panti asuhan ini merupakan salah satu bidang sosial (mabarat) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama’ (PCNU) kota Salatiga. Kegiatan ini adalah sebagai implementasi tanggung jawab sosial NU terhadap masyarakat Dhuafa’. Berdirinya panti asuhan ini dilatar belakangi oleh masih banyaknya anak-anak yatim yang kurang mendapatkan perawatan dari keluarga, banyak anak-anak yang tidak mampu melanjutkan sekolah karena tidak mampu atau tidak mempunyai biaya dan dan kehidupan anak yang terlantar. Selain itu, juga karena kekawatiran dari PCNU atas ancaman dari kaum Kristen yang semakin gencar melaksanakan kegiatan kristenisasinya. Format panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ dirancang dengan model integrasi pesantren dengan panti asuhan, arah 42
yang dikembangkan adalah membekali anak asuh (santri) dengan Islam ahlusunnah wal jama’ah yang mengedepankan nilai-nilai kesalehan individual sekaligus kesalehan sosial. Diharapkan dengan adanya panti asuhan, anak-anak yatim, piatu, dan dhuafa’ dapat hidup layak, dapat tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan intelektual, spiritual, maupun sosial yang tinggi 2. Maksud dan Tujuan Panti Asuhan Darul Hadlanah Didirikanya panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga ini pastinya memiliki maksud dan tujuan. Maksud dan tujuan didirikanya panti asuhan ini adalah: a. Meningkatkan keimanan dan ketaqwa’an anak asuh (santri) kepada Allah SWT b. Mengajarkan pada anak asuh (santri) agar senantiasa berpegang pada nilai-nilai Islam Ahlu sunnah wal jama’ah c. Mendidik anak asuh (santri) agar menjadi santri yang berakhlakul karimah, cerdas dan mandiri. d. Meningkatkan kualitas sumber daya anak asuh (santri) e. Membangun kesadaran anak asuh (santri) untuk berprestasi sesuai dengan kemampuan dan kompetensinya masing-masing.
43
f. Memperbaiki faham-faham keislaman sesuai dengan ajaran AlQur’an dan hadits dalam rangka pembinaan dan pembentukan pribadi muslim yang diridhoi Allah SWT (SK.MENKUMHAM No.C-467.HT.03.01-Th.2006) 3.
Visi dan Misi a. Visi Panti Asuhan Darul Hadlonah Nahdlatul Ulama’ Menjadi pusat pengembangan pribadi bagi para anak yatim, piatu, dhuafa’ yang berakhlakul karimah, agamis, dan cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual. b. Misi Panti Asuhan Darul Hadlonah Nahdlotul Ulama’. 1) Membuat peraturan yang dapat mendisiplinkan santri asuh 2) Mendirikan sarana pendidikan dan ibadah 3) Mengasuh santri asuh dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam 4) Membantu dan membimbing kearah perkembanghan pribadi yang wajar 5) Mendidik santri asuh dengan pendidikan agama, moral, dan sosial 6) Membekali anak asuh dengan berbagai ketrampilan
44
4.
Usaha Panti Asuhan Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, maka panti asuhan melakukan usaha-usaha sebagai berikut: a. Menghimpun dan menyalurkan dana bantuan kepada anak-anak yatim, piatu, yatim piatu dan dhuafa’ baik yang berada dalam maupun yang berada di luar panti asuhan b. Mengupayakan dan memberikan santunan/bantuan kepada anak-anak yatim, piatu yatim piatu dan dhuafa’ agar dapat melanjutkan sekolah, meningkatkan ketrampilan/keahliannya agar nantinya dapat hidup mandiri c. Mengusahakan dan memberikan pembinaan jasmani, akal, mental spiritual d. Melengkapi sarana dan prasarana serta termpat pelayanan e. Mengadakan kerja sama dengan lembaga-lembaga sosial lainnya, yang menpunyai kegiatan dan usaha yang sama atau hampir sama dengan kegiatan dan usaha panti asuhan
5.
Pengurus Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama kota Salatiga langsung berada di bawah naungan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama’ ( PCNU) kota Salatiga. Pengasuh dan pengurus diambil dari anggota
45
PCNU kota Salatiga atau orang yang mampu melakukan pengurusan panti berdasarkan musyawarah dan rapat pimpinan PCNU kota salatiga. Bedasarkan SK.MENKUMHAMRI No.C-467.HT.03.01-Th.2006 Jabatan anggota pengurus berakhir apabila : a. Meninggal dunia b. Mengundurkan diri c. Tidak lagi memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku d. Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat e. Masa jabatan berakhir Untuk lebih mengetahui pengurus panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga Tahun 2012, penulis menyajikan tabel sebagai berikut Tabel I Data Pengurus Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012 No
Nama
1 2 3 4 5 6 8 9
KH. Sonwasi Ridwan H. Haryono Drs. Zaenuri, M.Pd Drs. Miftahuddin, M.Ag H. Supriyadi Drs. ImamBaehaqi, M.Ag Drs. Muslih, MM Drs. Joko Anis, M.Pd
Jenis kelamin L L L L L L L L 46
Keterangan Pembina Pengawas Ketua Sekretaris Bendahara Anggota Anggota Anggota
10 H. Bambang Riantoko L Anggota 11 KH. Nasikhun L Anggota 12 KH. Habibillah L Anggota 13 K. Muhlasin L Anggota 14 M. Gufron, M.Ag L Pengasuh 15 Muizzatul Azizah, STh.I. P Pengasuh Sumber: dokumen PA. Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga 6.
Sumber Dana Panti Asuhan Dana yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan panti asuhan berasal dari berbagai sumber. Sumber dana panti asuhan adalah sebagai berikut: a. Sumbangan atau bantuan yang bersifat tidak mengikat, termasuk sumbangan baik dari pemerintah, badan atau perorangan baik berupa uang, barang-barang, perlengkapan-perlengkapan. b. Bantuan dari donator tetap c. Penerimaan harta wakaf, hibah, sodaqoh, wasiat. d. Penerimaan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar panti asuhan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7.
Anak Asuh, Orang Tua Asuh dan Donatur Anak asuh dalam panti asuhan Darul Hadlonah adalah para anak yatim, piatu, yatim piatu, dhuafa’ yang minimal duduk di kelas 1 SD/MI dan maksimal duduk di kelas II SMP/MTs yang dengan kesadaranya mau menjadi santri asuh dipanti asuhan Darul Hadlanah dan mau mentaati
47
semua peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan oleh pengurus. Pembatasan usia anak asuh ini bertujuan untuk memudahkan pengasuh dalam memimpin pertumbuhan dan perkembangan santri. Anak asuh di panti asuha Darul Hadlanah terbagi menjadi dua yaitu anak asuh yang tinggal di dalam panti asuhan dan anak asuh (santri) yang tinggal di luar panti asuhan. Anak asuh yang tinggal di luar panti asuhan biasanya anak asuh yang rumahnya dekat di sekitar panti asuhan, jadi mereka tetap tinggal di rumah bersama keluarganya. Bagi para anak asuh yang tinggal di dalam panti mendapat santunan penuh berupa pemenuhan kebutuhan jasmani dan biaya sekolah, sedangkan anak asuh yang tinggal di luar panti asuhan hanya mendapat santunan berupa pembayaran uang SPP. Jumlah keseluruhan anak asuh baik yang tinggal di dalam panti maupun di luar panti sebanyak 28 orang dari tingkat SD-PT (Perguruan Tinggi). Anak asuh yang sudah berada di perguruan tinggi mendapat tugas untuk membantu pengasuh dalam mengajar anak asuh lainya. Orang tua asuh adalah mereka para dermawan atau aghniya’ yang memiliki kepedulian terhadap anak yatim, piatu, dan dhuafa’ untuk memenuhi segala kebutuhan mereka. Sedangkan donator adlah mereka para dermawan atau aghniya’ yang dengan ikhlas memberikan bantuan bagi kebutuhan yatim, piatu, dan dhuafa’. Tabel II
48
Daftar Nama Anak Asuh Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012 No 1
Nama
Jenis Kelamin L
TTL Semarang, 28/05/1994
Alasan Masuk Panti Asuhan Yatim
Ket SLTA
L
Semarang, 15/01/1998
Tidak Mampu
SLTP
L
Salatiga, 07/09/1997
Tidak Mampu
SLTP
L
Salatiga, 06/11/1996
Tidak Mampu
SLTP
L
Salatiga, 10/04/1995
Tidak Mampu
SLTA
5
Yusuf Nawawi Kurniawan Pendi P Ahmad Saknil M Nanda Nova ardiyanto Apri Atmoko
6
Oky Setiawan
L
Semarang, 26/10/1994
Tidak Mampu
SLTA
7
Feby Rahmat Dani Wawan Bardiawan Bambang Sutrisno Tomy Hermawan Isnandi Santoso Angges Tio Prasendi Zetni Ihsanudin M. Abdul Aziz M. Nur Aziz
L
Sumatra, 05/02/1997
Tidak Mampu
SLTP
L
Boyolali, 08/05/1995
Yatim
SLTP
L
Salatiga, 03/07/1994
Yatim
SLTA
L
Semarang, 22/03/1996
Yatim
SLTP
L
Salatiga, 09/09/1997
Yatim
SLTP
L
Semarang, 17/08/2000
Yatim
SD
L
Solo, 20/10/1994
Piatu
SLTA
L
Semarang, 23/04/1995
Tidak Mampu
SLTA
L
Salatiga, 21/04/2001
Yatim
Andi Triyanto Diki Candra Pratama Luqmanul Hakim Reza Aulia Yusuf Widaryanto
L
Salatiga, 22/04/1999
Terlantar
SLTP
L
Terlantar
SD
L
Purwodadi, 13/05/2004 Semarang, 11/10/1994
Tidak Mampu
SLTA
L
Salatiga, 14/04/2001
Tidak Mampu
SD
L
Boyolali, 13/06/1996
Tidak Mampu
SLTP
2 3 4
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
49
SD
21
L
Salatiga, 11/02/1997
Terlantar
SLTP
22
Furqonul Hakim Aldi Widodo
L
Salatiga, 14/05/1996
Tidak Mampu
SLTP
23
Adi Sutrisno
L
Salatiga, 12/07/1995
Tidak Mampu
SLTP
24
M. Edi Viktor
L
Semarang, 09/08/1995 Tidak Mampu
SLTP
25
L
Salatiga, 09/10/2002
Tidak Mampu
SD
26
Adam Fikriawan M. Zaki
L
Salatiga, 03/05/2006
Tidak Mampu
SD
27
Abdul Majid
L
Semarang, 26/07/1993 Tidak Mampu
PT
28
Nur Syafi’i
L
Pati,09/06/1992
PT
Tidak Mampu
8. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah segala bentuk fasilitas yang diberikan dan disediakan oleh panti asuhan untuk para anak asuh (santri), baik fasilitas yang terkait dengan kehidupan sehari-hari seperti biaya makan, biaya sekolah, seragam sekolah dan lain-lain, maupun yang terkait dengan fasilitas fisik seperti kamar tidur, aula tempat belajar, masjid, dan lain-lain. Untuk sarana fisik terdiri dari I buah mushola yang berfungsi sebagai tempat ibadah sekaligus tempat belajar. 4 buah kamar untuk anak asuh (santri) yang masing-masing mempunyai kapasitas 3-4 orang, 4 buah kamar pengasuh, meja makan, dapur, ruang tamu, 3 buah kamar mandi dan toilet, mesin cuci, komputer, TBM (Taman bacaan Masyarakat). 9. Gambaran Informan
50
Untuk mengetahui pola pegasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga dapat didasarkan pada informasi yang berhasil dihimpun penulis melalui beberapa sumber yang dirasa dapat mewakili informasi keseluruhan tentang panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga
TABEL III Daftar Nama Informan No
Kode
L/P
Keterangan
L P L L L L L L L L
Pengasuh Pengasuh Anak asuh Anak asuh Anak asuh Anak asuh Anak asuh Anak asuh Anak asuh Anak asuh
Informan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
MG MA ZI OS NN AT NA FB TM PD
B. Temuan Penelitian 1. Pola Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012. Data yang berhasil dihimpun oleh penulis terkait pola pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah, didapatkan melalui wawancara
51
kebeberapa sumber. Diantaranya, pengasuh panti asuhan, dan anak asuh (santri). MG, salah satu pengasuh menuturkan “Cara yang kami terapkan dalam mengasuh anak asuh di sini adalah dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan mas, anak-anak kami beri kebebasan dan kesempatan untuk mengatur perbuatanya, tetapi tetap dalam pengawasan kami, kami bimbing, kami penuhi kebutuhanya, kami awasi dan kami ajarkan hal-hal yang positif. Cara yang kami terapkan juga berbeda, sesuai dengan kondisi anak asuh, jadi antara anak yang besar dan kecil juga kami bedakan mas. MA, turut menuturkan terkait cara pengasuhan di panti asuhan “Cara mengasuh anak disini dengan cara menggantikan peran orang tua, jadi kami berusaha untuk memberikan apa yang seharunya diberikan orang tua kepada anaknya, seperti menyempatkan waktu untuk bermain dengan anak asuh, ngumpul dan bercanda dengan anak asuh, mengajarkan anak asuh tentang nilai-nilai dan norma serta hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan anak asuh”. “selain itu kami juga melatih anak auh supaya hidup disiplin dan mandiri yaitu dengan mematuhi aturan yang telah disepakati, dan pemberian hukuman bagi yang melanggar, mewajibkan anak asuh yang besar memsak nasi sendiri, mencuci dan membersihkan peralatan hidup sendiri” ungkap MA menambahi penjelasanya. Hal ini senada dengan pernyataan ZI “Cara mengasuh di sini ya dengan diajari ngaji, dikasih makan, uang saku, diajari tata krama dan sopan santun, intinya disini sudah seperti keluarga sendiri mas kalau melakukan salah ya dinasehati, kadang juga gojek bareng, kalau ada suatu masalah, saya juga cerita dengan Babah ”.
Penulis melanjutkan pertanyaanya dengan menanyakan bagaimana usaha yang dilkukan pengasuh dalam mengasuh anak asuh. terkait hal tersebut MG menuturkan “Usaha yang kami lakukan adalah dengan memenuhi kebutuhan mereka, memberikan perhatian dan kasih sayang, mengembangkan potensi anak asuh melalui berbagai kegiatan di panti, berusaha lebih dekat dengan para anak asuh, agar tercipta hubungan yang harmonis dan penuh keterbukaan, selian itu kami selalu berusaha memberikan contoh perilaku yang baik agar dapat ditiru oleh anak asuh”. Terkait pemenuhan jasmani para anak asuh, MG menuturkan “ Setiap anak asuh yang di sini mendapat jatah makan 3 x sehari, meliputi sarapan, makan siang, dan makan malam, menu makanan dimasak oleh juru masak yang telah kami tunjuk, dan para anak asuh (santri) 52
ditugaskan untuk memasak nasi sesuai jadwal yang telah ditentukan. uang saku Rp.2000,00 per anak, ditambah uang transportasi Rp. 2000,00 bagi yang sekolahnya jauh dan membutuhkan ongkos transportasi. pemberian peralatan sekolah meliputi seragam sekolah, sepatu, buku-buku, tas,dan lain-lain, serta biaya sekolah. Hal ini senada dengan penuturan OS “Setiap harinya kami mendapat makan 3 x sehari, dan setiap mau berangkat sekolah kami dikasih uang saku Rp. 2000,00 dan diberikan ketika kami pamitan kepada babah dan ibu. Tapi kalau ada donator yang kebetulan mampir ke panti dan memberikan bantuan makanan, makanya bisa lebih dari 3 x dink” sahut NN ikut menjawab pertanyaan. MA menambahkan penjelasanya tentang pemenuhan kebutuhan anak asuh “Kami juga berusaha memenuhi kebutuhan psikis mereka dengan cara menjalin komunikasi yang baik, bercanda, memberikan rasa man dan perlindungan, dan memberikan perhatian serta kasih sayang yang mungkin tidak mereka dapatkan di lingkungan keluarga mereka, tau sendiri mas latar belakang mereka berasal dari keluarga yang kurang beruntung” Untuk lebih mengetahui cara pengasuhan yang diterapkan oleh pengasuh dalam mengasuh anak asuh (santri), penulis melontarkan tentang interaksi pengasuh dengan anak asuh. MG menuturkan “Interaksi kami dengan anak asuh cukup erat kog mas, memang kami berusaha untuk menjalin interaksi yang baik dengan anak asuh dengan tujuan agar anak asuh bisa nyaman, serta bisa lebih terbuka dengan kami. Kami juga menekankan kepada anak asuh bahwa semua yang ada di panti ini adalah keluarga” Senada dengan penuturan MG diatas, PD juga menuturkan “Babah ma Ibu itu orangya baik mas, tidak suka marah, orangnya santai, suka bercanda juga”. Pertanyaan dilanjutkan dengan menenyakan tentang bagaimana cara pengambilan dan penetapan peraturan di panti asuhan, “Dalam menetapkan aturan di sini, kami menggunakan cara musyawarah, dan diskusi dengan melibatkan para anak asuh (santri), agar sejak awal para santri mengetahui aturan dan tata tertib dan tahu konsekuensi dari aturan yang telah disepakati bersama”. Ungkap MG.
Sejak semula anak asuh sudah di sertakan dalam pembuatan aturan di panti asuhan, dengan tujuan agar anak merasa dilibatkan dalam pembuatan aturan sehingga anak merasa ikut bertanggung jawab atas
53
pelaksanaan aturan yang telah ada, dan nantinya dapat mengurangi resiko pelanggaran aturan.
MG, menambahkan penjelasan tentang penetapan aturan di panti asuhan “Tidak semua peraturan disini dibuat dengan musyawarah mas, misalnya kalau ada santri baru yang mau masuk ke panti asuhan harus mau mentaati semua aturan dan tata tertib yang ada, misalnya dalam hal pemilihan sekolah. Pernah ada kasus, orang tua atau wali dari santri asuh menginginkan agar anaknya sekolah di SMK saraswati, akan tetapi dari pihak panti belum ada kerjasama dengan pihak SMK Sarawati, jadi pihak panti tidak mau membiayai jika memang nantinya anak asuh (santri) sekolah di SMK Saraswati, akan tetapi orang atau wali tetap ngotot ingin menyekolahkan anaknya ke SMK Saraswati, akhirnya anak asuh (santri) tadi dikeluarkan dari panti asuhan, selain itu juga dalam urusan agama kami juga otoriter. Oleh karena panti ini dibawah naungan NU, maka dalam hal agama kami mengajarkan agama yang berpegang pada nilainilai Islam ahlusunnah wal jama’ah, seperti yasinan, tahlilan, barzanzi, dan lain sebagainya”. Terang beliau. Penulis memperdalam pertanyaan dengan menanyakan kepada pengasuh tentang bagaimana cara menanamkan nilai-nilai positif dalam diri anak asuh, MG menjelaskan “Untuk menanamkan nilai-nilai positif dalam diri anak asuh adalah dengan membiasakan kebiasaan-kebiasaan baik seperti mengaji, sholat 5 waktu berjama’ah, menanamkan kedisiplinan, kemandirian dan yang paling penting adalah bisa memberikan contoh positiif untuk dijadikan panutan bagi anak asuh”. Jawab MG
Dari berbagai keterangan yang berhasil didapatkan oleh penulis, dapat ditarik kesimpulan bahwa pola pengasuhan yang diterapkan oleh pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah menggunakan pendekatan kekeluargaan, menggantikan peran orang tua dalam mengasuh anak, yaitu dengan cara mencukupi kebutuhan anak, memberikan perhatian dan kasih sayang, memberikan kesempatan dan kebebasan pada anak asuh untuk mengembangkan kreativitas, mengajarkan nilai dan norma, memberikan
54
contoh yang baik dalam kehidupan, dan menciptakan interkasi yang erat dengan anak asuh sehingga dari pola pengasuhan tersebut dapat menciptakan keterbukaan satu sama lain dan diharapkan anak asuh akan lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan panti asuhan, sehingga nantinya perkembangan anak-anak dapat lebih maksimal.
2. Kegiatan Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012. Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan di panti asuhan, penulis mengumpulkan data dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi tentang hal-hal yang terkait dengan kegiatan dalam proses pengasuhan anak asuh (santri) di panti asuhan Darul Hadlanah. MA menuturkan “Alhamdulillah mas, sebagian besar kegiatan yang telah terjadwal dapat berjalan dengan lancar berkat adanya aturan dan kesadaran dan kerjasama antar pengasuh dan anak asuh, kalau ada yang melanggar, itu hanya sebagian kecil dan merupakan pelanggaran kecil”. Penuturan MG berkaitan dengan kegiatan pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah “Kalau berbicara tentang kegiatan pengasuhan disini, tentunya banyak mas, kegiatanya mulai dari anak bangun tidur sampai mau tidur lagi, ada kegiatan harian dan ada kegiatan mingguan, kegiatan pokoknya antara lain sholat 5 waktu berjama’ah, piket harian (bersih-bersih, memasak nasi), sekolah, ngaji, belajar bersama, kalau malem jum’at tahlilan dan yasinan, barjanji, jum’at paginya membaca surat al- Hadid bersama-sama, sima’an Al-Qur’an, khitobah, qiro’ah” jawab MG menyebutkan berbagai kegiatan yang dilakukan para anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah.
55
Untuk lebih memperjelas kegiatan yang dilakukan di panti asuhan Darul Hadlanah kota Salatiga tahun 2012, penulis membuat tabel di bawah ini: Tabel IV Jadwal Kegiatan Harian Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012 Kegiatan Waktu Keterangan Jama’ah Shalat subuh 04.30-05.00 WIB Bapak dan Wiridan Mengaji Al-Qur”an 05.00-06.00 WIB Ibu (setoran hafalan) “One day one ayat” Piket harian 06.00-06.30 WIB Sarapan Pagi 06.30-06.45 WIB Sekolah 07.00-14.00 WIB ISHOMA 14.00-15.30 WIB Jama’ah Shalat Asar 15.30-16.00 WIB Bapak dan Wiridan Mengaji 16.00-17.00 WIB Bapak Olah raga 17.00-17.30 WIB Jama’ah Shalat Magrib 18.00-18.30 WIB Bapak dan Wiridan Mengaji 18.30-19.30 WIB Bapak / ibu Jama’ah shalat isak 19.30-20.00 WIB Bapak dan wiridan Makan malam + 20.00-20.30 Nonton TV Takror / belajar 20.30-selesai Pembina Sumber: Dokumen PA. Darul Hadlanah dan wawancara.
Tabel V Jadwal Kegiatan Mingguan Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012
56
Waktu
Kegiatan
Keterangan
Malam Jum’at ba’da magrib
Yasin dan Tahlil
Bapak
Barjanji
Ibu
Jum’at ba’da subuh
Mudarrosah juz amma bil ghoib
Ibu
Jum’at ba’da asar
Kursus matematika kelas MI
Ibu Yasima Firdaus, SE
Sabtu ba’da asar
Kursus Matematika kelas MTs
Ir.Winarno MM
Muhaddasah Bhs. Arab
Bapak
Khitobah
Ibu
Ahad ba’da subuh
Setoran juz amma bil ghoib
Ibu
Ahad pagi
Ro’an (kerja bakti)
Sabtu malam Ahad ba’da magrib
Qiro’ah
Pembina
Komputer
Pembina
Sima’an Al-Qur’an
Ibu
Ahad jam 09.00 WIB Ahad ba’da asar
Sumber: Dokumen PA. Darul Hadlanah
Tabel VI Piket Harian
57
(Menyapu kamar dari atas sampai bawah, membuang sampah, dan memasak nasi)
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
Tomi
Oki
Ihsan
Azis B
Hakim
Pendi
Tio
Nanda
Azis
Saknil
Agung
Febi
Tabel VII Jadwal Piket Kamar Mandi
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
Tomi
Oky
Ihsan
Hakim
Tio
Nanda
Azis
Agung
Azis B
Saknil
Pendi
Febi
Tabel VIII Jadwal Pengawas Belajar
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Ahad
Tomi
Oky
Hasan
Azis
Hakim
Pendi
Sumber: Dokumen PA. Darul Hadlanah
Tabel IX
58
Jadwal Mengaji di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012
Waktu Hari
Ustadz Ba’da Asar
Ba’da Magrib
Senin
Al-Qur’an (bin nadhor)
Shorof
Pengasuh
Selasa
Fasholatan
Nahwu
Pengasuh
Rabu
Al-Qur’an (bin nadhor)
Fiqh
Pengasuh
Kamis
Mudarrosah hafalan
Tahlilan
Pengasuh
Jum’at
Libur
Bahasa arab
Pengasuh
Sabtu
Tajwid
Barzanzi dan khitobah
Pengasuh
Minggu
Mengulang hafalan
Akhlaq
Pengasuh
NB. Setiap ba’da subuh setoran juz ‘amma (One day one ayat) Sumber: Dokumen PA. Darul Hadlanah dan wawancara
Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam mengasuh anak asuh (santri) tentunya dalam rangka menumbuh kembangkan potensi-potensi anak asuh (santri), serta diharapkan nantinya dapat menumbuhkan nilai positif bagi para anak asuh Untuk lebih memperjelas lagi tentang kegiatan pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlana, penulis menanyakan tentang lingkup kegiatan pengasuhan. MG, menjaskan “Kegiatan pengasuhan meliputi: 1) Pengasuhan Intelektual, melalui pendidikan formal, 2) Pengasuhan Spiritual, Moral, dan Mental melalui kegiatan ngaji rutin, aplikasi ibadah harian seperti sholat berjamaah, etika dan kepribadian, 3) Pengasuhan Fisik, melalui kegiatan olah raga, 4) Pengasuhan Ketrampilan melalui kegiatan khitobah, dan qori’. 5) Pengasuhan Sosial melalui kegiatan gotong royong, kerja bakti dengan warga, saling tolong menolong satu dengan lainya.
59
Sebagaimana penuturan MG “Dengan kegiatan-kegiatan disini, diharapkan anak dapat belajar hidup disiplin dan mandiri, salah satu caranya yaitu dengan mewajibkan shalat lima waktu secara berjama’ah, mencuci peralatan makan sendiri setiap selesai makan, membebankan tugas memasak nasi dan mengurus keperluan pribadi sendiri seperti mencuci pakaian dan peralatan pribadi sendiri kepada para anak asuh (santri) yang sudah besar”. MA menambahkan penjelasanya “Pada dasarnya tujuan dari pengasuhan dan semua kegiatan di sini adalah ingin membentuk anak asuh (santri) yang sholeh , sholeh di hadapan Tuhanya dan sholeh dihadapan manusia. Pengenya ya anak asuh (santri) disini menjadi manusia yang cerdas mas, cerdas intelektualnya, cerdas emosinya, dan cerdas spiritualnya. (Mulitiple Intelegence)”. Ungkap MA menambahi. Penulis melanjutkan pertanyaan kepada beberapa anak asuh lainya dengan menanyakan tanggapan mereka terhadap kegiatan pengasuhan di panti asuhan, dan sebagian besar jawaban mereka sama. Sebagaimana yang dituturkan oleh ZI “ Saya senang mas dengan kegiatan di sini, karena peraturanya dibuat bersama dengan musyawarah, saya bisa menjasi lebih disipliin dan bisa belaja mandiri, selain itu di sini saya mendapat banyak ilmu, dan pengalaman, mungkin kalau saya tidak tinggal di anti ini dan tetap tinggal di rumah, saya tidak akan mendapatkan ilmu yang banyak”. Jawab ZI menjelaskan tanggapanya tentang kegiatan di panti asuhan. Untuk melengkapi data tentang kegiatan pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah, tidak lengkap jika penulis tidak menanyakan tentang cara pengajaran yang diterapkan pengasuh kepada anak asuh, MG menjelaskan tenteng metode pengajaran “Metode pengajaran yang diterapkan disini sebagian besar merupakan metoode klasik, yaitu dengan metode bandongan dan sorogan, demonstrai, dan hafalan. Penggunaan metode ini disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan kepada anak asuh”. Untuk lebih memperjelas penggunaan metode pengajarn di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga tahun 2012, penulis menyajikan tabel di bawah ini:
60
Tabel X Spesifikasi Materi dan Metode Pengajaran di Panti Asuhan Darul Hadlanah Materi
Metode
Al-Qur’an
Hafalan dan sorogan
Barzanzi
Demonstrasi
Tahlil
Hafalan dan demonstrasi
Nahwu
Bandongan dan sorogan
Sorof
Bandongan dan hafalan
Tajwid
Bandongan dan demonstrasi
Ahlak (ayyuhal walad)
Bandongan
Fiqh (Sulam Taufiq)
Bandongan dan demonstrasi
Bahasa Arab
Hafalan dan demonstrasi
Fasholatan
Bandongan dan demonstrasi
Qori’
Demonstrasi
Khitobah
Demonstrasi
Sumber : Wawancara dan observasi Dari temuan data di atas, berbagai kegiatan pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah telah berjalan cukup lancar. Kegiatan bisa berjalan dengan baik, karna adanya kesadaran dari semua penghuni panti asuhan, baik dari pengasuh dan anak asuh (santri), serta karna adanya aturan yang mengikat dan telah disepakati berdasarkan musyawarah bersama. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi anak asuh (santri) serta menanamkan nilai-nilai positif dalam diri anak asuh (santri).
61
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Proses Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012. Mengasuh anak bukanlah hal yang mudah, apalagi kalau jumlahnya banyak sebagaimana proses pengasuhan di panti asuhan, tak terkecuali pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga. Dalam proses pengasuhan tentunya ada faktor yang dapat memperlancar pelaksanaan pengasuhan, dan ada faktor penghambat yang dapat mengganggu pelaksanaan pengasuhan. Temuan data yang berhasil dihimpun oleh penulis melalui wawancara dan observasi menunjukan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi
pendukung dalam proses pengasuhan di panti asuhan Darul
Hadlanah Nahdlatul Ulama kota Salatiga tahun 2012. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi pendukung dalam proses pengasuhan di panti asuhan, berikut penjelasan dari pengasuh berdasarkan hasil wawancara. “Adanya suasana kekeluargaan disini membuat para anak asuh betah tinggal di panti asuhan, memang kami sengaja mengunakan pendekatan kekeluargaan, menerapkan keterbukaan dalam mengasuh anak-anak supaya mereka betah untuk tinggal di panti asuhan. Dukungan dari warga NU terutama para pengasuh PCNU kota Salatiga, yang telah memberi dukungan dalam bentuk moril maupun materiil, serta kepercayaan dari masyarakat untuk menitipkan anak-anaknya disini menjadi spirit dan semangat tersendiri dalam melaksanakan pengasuhan di panti asuhan ini, dan tentunya motivasi untuk mencari ridho Allah dan untuk menjalankan amanat yang telah diberikan kepada saya yang membuat kegiatan masih berjalan sampai sekarang, dan juga dukungan dari para masyarakat atau donator tidak tetap yang telah memberikan bantuan kepada panti asuhan ini. Pemaparan MG menjelaskan faktorfaktor pendukung dalam proses pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah.
62
Hal tersebut diatas senada dengan penuturan beberapa anak asuh (santri) “Saya senang tinggal disini mas, Babah sama Ibu itu orangnya enak kog, santai, suka bercanda, tidak galak, di sini juga bisa banyak temen, keluarga baru, bisa akrab dengan teman-teman, tapi pas pertama kali di sini, saya merasa tidak betah, pengen pulang, tapi sekarang nyaman kog mas, meskipun kadang-kadang juga kangen dengan rumah”.
Selain faktor pendukung yang memperlancar proses pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah sebagaimana yang telah disebutkan di atas, tentunya juga ada kendala-kendala atau permasalahan yang dapat menghambat proses pengasuhan, informasi yang berhasil dihimpun oleh penulis terkait hal-hal yang dapat menghambat proses pengasuhan sebagai berikut: Untuk mengetahui faktor hal-hal yang menjadi penghambat dalam proses pengasuhan, MG menjelaskan “ Yang menjadi penghambat dalam pengasuhan di sini itu bisa dari anak asuh (santri) sendiri mas, kadang ada yang bandel, males untuk belajar, ngeyel, sulit diatur, merasa jenuh, kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan panti, tapi ya harap maklum mas, kerena tau sendiri anak-anak yang tinggal disini bisa dibilang dari keluarga yang ‘kurang baik’ jadi mungkin pertumbuhan dan perkembangan mereka kurang maksimal, berbeda dengan anak yang tinggal di lingkungan keluarga yang harmonis. Faktor penghambat lainya yaitu masalah dana mas, selama ini dana yang rutin berasal dari kantong pribadi para donator tetap yaitu para pengurus panti asuhan dan para pengurus PCNU kota Salatiga, adapun pemerintah itu hanya kadangkadang saja memberi bantuan, soalnya pembagian bantuan dari pemerintah itu kan harus dibagi kepada semua panti asuhan di Salatiga. Keterbatasan dana ini menyebabkan kami tidak bias menambah sarana dan prasarana yang kiranya dapat bermanfaat bagi proses pengasuhan di sini, dan akibatnya kami belum bisa meningkatkan pelayanan pengasuhan di panti asuhan, ya masih sebatas ini. Selain itu keterbatasan tenaga pengasuh juga menjadi salah satu kendala kurang dalam kegiatan di panti asuhan, karena selama ini kegiatan bertumpu pada pengasuh saja, sedangkan pengasuhnya cuma saya dan istri, padahal tugas kami tidak hanya mengasuh anak-anak di panti asuhan saja, dan kemampuan kami juga terbatas. Penjelasan MG tentang faktor-faktor yang menghambat kegiatan pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah.
63
“Kendala lainya yaitu kurangnya peran serta atau pertisipasi dari pihak keluarga atau wali dari anak-anak untuk bekerja sama mendidik anak-anak mereka supaya jadi anak yang sholeh dan pintar. Mereka jarang mengecek kondisi dan perkembanagn anak-anaknya, jarang berkomunikasi dengan para pengasuh. Setelah mereka menaruh anaknya di panti asuhan, mereka seolah-olah menyerahkan tanggung jawab pendidikan sepenuhnya kepada para pengasuh (pasrah bongkokan)”.Ungkap MA menambahi penjelasan tentang kendala-kendala dalam pengasuhan. NN, salah satu anak asuh juga menuturkan terkait hal yang menghambat pengasuhan “Dulu itu pernah diwajibkan shalat tahajud berjama’ah mas, anak-anak dibangunkan sebelum subuh untuk melaksanakan shalat tahajud, tapi lama-kelamaan kegiatan shalat tahajud berjama’ah tidak diwajibkan lagi karena anak-anak sulit dibangunkan, pada males mas”. Dari pemaparan di atas, pasti ada lika-liku yang mewarnai proses pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga. Ada hal-hal yang menghambat dan ada yang memperlancar proses pengasuhan di panti asuhan. Proses pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah dapat berjalan lancar sampai sekarang karena adanya semangat, niat yang ikhlas dalam hati, usaha yang keras, panggilan jiwa, tanggung jawab sosial dan pendidikan, serta dukungan dan kerja sama antara pengasuh, anak asuh (santri), pengurus, masyarakat dan pemerintah, serta dari berbagai pihak yang telah mendukung baik secara moril maupun materiil.
64
BAB IV PEMBAHASAN A. Pola Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012 Wawancara dan observasi yang dilakukan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga mengantarkan penulis pada kejelasan terkait pola pengasuhan yang diterapkan oleh pengasuh dalam mengasuh para anak asuh. Seperti telah dikemukakan oleh pengasuh pada bagian sebelumnya, cara pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah adalah dengan memenuhi kebutuhan pfisik dan psikis anak asuh, memberikan kebebasan untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya, memimpin perkembangan anak asuh dengan mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma, memberikan arahan, bimbingan, dan contoh perilaku yang baik, melibatkan anak dalam pengambilan dan penetapan peraturan, menjalin interkasi dan komunikasi yang erat misalnya dengan cara bercanda dengan para anak asuh, menyempatka watu untuk ngumpul dan menemani anak. Selain itu anak asuh dilatih untuk hidup disiplin dan mandiri, sebagaimana penuturan MA “Selain itu kami juga melatih anak asuh supaya hidup disiplin dan mandiri, dan bertanggung jawab, yaitu dengan mematuhi aturan yang telah disepakati, dan pemberian hukuman bagi yang melanggar, mewajibkan anak asuh yang besar memsak nasi sendiri, mencuci dan membersihkan peralatan hidup sendiri” Pada dasarnya cara pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah ini menekankan bagaimana caranya agar anak asuh (santri) bisa menjadi anak yang lebih baik dan sholeh, jadi cara yang di gunakan pengasuh juga fleksibel menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan termasuk di dalamnya kondisi anak asuh (santri). Sebagaimana penuturan MG “Cara yang kami terapkan dalm mengasuh anak juga berbeda mas, sesuai dengan kondisi anak asuh, jadi
65
antar yang besar dan kecil juga kami bedakan mas, kalau yang kecil itu lebih terfokus pada aspek fisik, sedangkan untuk yang usia remaja sampai dewasa lebih menekankan pada aspek perkebangan jiwa dan kemampuan intelektualnya. Jadi pola asuh di panti asuhan Darul Hadlanah ini tidak terpaku pada satu jenis pola asuh saja, sebagaimana pengklasifikasian yang dilakukan oleh para ahli, akan tetapi pola asuh di panti asuhan Darul Hadlanah lebih menekankan dan memilih pola asuh yang memang sesuai untuk diterapkan dalam lingkungan panti asuhan. Sebagaimana penjelasan dari
Muallifah
(2009:60): Pola asuh dalam konsep Islam memang tidak menjelaskan gaya pola asuh yang terbaik atau yang lebih baik, namun lebih menjelaskan tentang hal-hal yang selayaknya dan seharusnya dilakukan oleh setiap orang tua yang semuanya itu tergantung pada situasi dan kondisi anak. Dari pemaparan Muallifah di atas dapat diketahui bahwa dalam mengasuh anak, yang paling penting adalah bagaimana cara untuk lebih mengetahui keadaan, karakter dan sifat anak, sehingga cara pengasuhan yang diterapkan
sesuai dengan situasi dan kondidsi anak, sehingga hasil dari
pengasuhan tersebut dapat efektif dan maksimal. Jika dilihat dari kecenderungan dan karakteristik pengasuhan yang diterapkan pengasuh kepada anak asuh (santri), dapat dikatakan bahwa pola pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga menggunakan pola asuh Demokratis. Chabib Thoha dalam bukunya “Kapita Selekta Pendidikan Islam” menjelaskan tentang pola pengasuhan anak sebagai berikut:
66
Penelitian yang dilakukan Satyah Tati Imam Sayono menemukan bahwa sikap orang tua yang melindungi anak secara berlebihan dapat menyebabkan sikap anak pasif, tidak ada motivasi belajar, kurang rasa harga diri, tidak ada kesanggupan untuk merencanakan sesuatu. Sebagai akibat dari pola pengasuhan otoriter ini biasanya anak akan memiliki pribadi yang suka menyendiri, ragu dalam menentukan keputusan, cenderung akan berontak ketika berada di luar lingkungan keluarga. Pola pengasuhan sebagai cara mendidik anak yang baik adalah yang menggunakan pola demokratis, tetapi tetap mempertahankan prinsip-prinsip nilai yang universal dan absolut terutama yang berkaitan dengan pendidikan Islam (Thoha, 1996:114)
Pola asuh demokratis baik untuk diterapkan dalam mengasuh anak, karena dapat menumbuhkan banyak nilai-nilai positif, dan lebih bermanfaat bagi tumbuh kembang anak-anak. Sebagaimana penjelasan muallifah (2009:47) “Pengasuhan demokratis ini dapat menumbuhkan sikap pribadi anak yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mau menghargai orang lain, menerima kritikan dengan terbuka, keadaan emosi yang stabil serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar”. Dengan diterapkanya pola asuh yang menggunakan pendekatan kekeluargaan dan cenderung bersikap demokratis di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ kota Salatiga, diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat terarahkan sehingga dapat membentuk anak asuh yang sholeh dan mempunyai bekal yang cukup dalam mengaruhi kehidupanya kelak dikemudian hari.
67
B. Kegiatan Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama Kota Salatiga Tahun 2012 Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak panti asuhan dalam rangka mengasuh para anak asuh (santri) diantaranya dengan mengadakan kegiatankegiatan rutin setiap hari dan kegiatan mingguan. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah terjadwal sedemikian rupa sehingga mudah dalam pelaksanaanya. Selain itu dengan adanya jadwal yang telah disepakati anak asuh (santri) menjadi tahu kosekuensi yang harus ditanggung jika melanggar aturan yang telah disepakati. Sebagaimana penuturan pengasuh bahwa sebagian besar kegiatan yang sudah terjadwal dapat terlaksana dengan lancar, Sebagaimana penturan MA “Alhamdulillah mas, sebagian besar kegiatan yang telah terjadwal dapat berjalan dengan lancar berkat adanya aturan dan kesadaran dan kerjasama antar pengasuh dan anak asuh, kalau ada yang melanggar, itu hanya sebagian kecil dan merupakan pelanggaran kecil”. Seperti yang dikemukakan pengasuh sebelumnya bahwa kegiatan pengasuhan meliputi kegiatan harian dan mingguan, antara lain sholat 5 waktu berjama’ah, piket harian (bersih-bersih, memasak nasi), sekolah, ngaji, belajar bersama, kalau malem jum’at yasinan tahlilan, dan barzanzi, jum’at paginya membaca surat al- Hadid bersama-sama, sima’an AlQur’an, khitobah, qiro’ah,” yang kesemuanya masuk dalam beberapa lingkup pengasuhan, sebagaimana penuturan MG “Kegiatan pengasuhan meliputi: 1) Pengasuhan Intelektual, melalui pendidikan formal di sekolah, 2) Pengasuhan Spiritual, Moral, dan Mental melalui kegiatan ngaji rutin, aplikasi ibadah harian seperti sholat berjamaah, etika dan kepribadian, 3) Pengasuhan Fisik, melalui kegiatan olah raga, 4) Pengasuhan Ketrampilan melalui kegiatan khitobah, dan qori’. 5) Pengasuhan Sosial melalui kegiatan gotong royong, bersih-bersih, kerja bakti dengan warga, saling tolong menolong satu dengan lainya. Dari pelaksanaan kegiatan pengasuhan seperti shalat 5 waktu berjama’ah, sekolah, mengaji, melaksanakan piket harian, memasak nasi, bersih bersih, belajar bersama, di harapkan dapat menumbuhkan sikap
68
hidup yang mandiri dan disiplin dalam diri anak, mengembangkan potensipotensi anak asuh, seperti potensi fisik, ntelektual, spiritual, sosial, moral dan ketrampilan (life skill), serta dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai positif lainya dalam kehidupan anak asuh.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ Kota Salatiga Tahun 2012. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pengasuh maupun pengurus, akan tetapi, dalam melaksanakan kegiatan pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah tentunya ada hal-hal yang dapat mendukung aktivitas pengasuhan dan sebaliknya pasti ada problematika yang dapat mengganggu atau menghambat proses pengasuhan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di panti asuhan Darul Hadlanah, penulis mendapatkan gambaran sebagai berikut:
1. Faktor pendukung a. Adanya rasa kekeluargaan dan keterbukaan dalam lingkungan panti asuhan yang menyebabkan anak asuh (santri) menjadi betah untuk tinggal di panti asuhan, dan pengasuh juga merasa ikhlas dalam mengasuh para anak asuh (santri) b. Rasa tanggung jawab sosial dan pendidikan yang ada pada diri pengurus dan pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah, serta semangat
69
untuk mencari ridho Allah, sehingga sampai saat ini panti asuhan Darul Hadlanah masih bisa menjalankan kegiatan pengasuhan c. Kepercayaan masyarakat untuk menitipkan anak-anak mereka ke panti asuhan, hal ini menjadi spirit bagi para pengurus dan pengasuh panti asuhan untuk mengasuh para anak asuh (santri) d. Dukungan baik dukungan moril maupun materiil dari warga NU khusunya para Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama’ (PCNU) kota Salatiga sebagai donator tetap. e. Dukungan dari masyarakat sekitar, para aghniya’, serta pemerintah kota Salatiga yang telah menjadi donatur tidak tetap dengan memberikan bantuan atau santunan bagi para anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah.
2. Faktor Penghambat a. Kondisi Anak Asuh (santri) Salah satu kendala dalam pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah adalah dari kondisi Anak asuh (santri) yang bersumber dari dalam diri pribadi anak, seperti malas belajar, keinginan main yang berlebihan, kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan, bandel, pendiam, cengeng, dan lain-lain. Para anak asuh yang tinggal di panti asuhan Darul Hadlanah ini bisa dikatakan dari keluarga yang “kurang beruntung” seperti yatim, piatu, yatim piatu, dan dhuafa’, sehingga pertumbuhan anak kurang begitu terarah, dikarenakan tidak
70
ada perhatian yang cukup dari orang tua dalam rangka menyertai tumbuh kembang anak. b. Minimnya Peran Serta Keluarga Sebagaimana penuturan MA “Kendala lainya yaitu kurangnya peran serta atau pertisipasi dari pihak keluarga atau wali dari anak-anak untuk bekerja sama mendidik anak-anak mereka supaya jadi anak yang sholeh dan pintar. Mereka jarang mengecek kondisi dan perkembanagn anak-anaknya, jarang berkomunikasi dengan para pengasuh. Setelah mereka menaruh anaknya di panti asuhan, mereka seolah-olah menyerahkan tanggung jawab pendidikan sepenuhnya kepada para pengasuh (pasrah bongkokan)”. Keluarga yang dimaksud disini adalah keluarga dari para anak asuh yang masih hidup atau dengan kata lain adalah wali dari anak asuh seperti: bapak, ibu, kakek, nenek, paman, bibi dan kerabat lainya yang mengasuh anak sebelum tinggal di panti asuhan. Keluarga
dari
anak
asuh
di
rasa
kurang
memperhatikan
perkembangan para anak asuh, setelah mereka menitipkan anak ke dalam panti asuhan, kemudian mereka menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pengasuhan kepada pengasuh panti asuhan. c. Keterbatasan Dana Dana merupakan faktor yang tidak bisa dihindarkan dalam kegiatan pengasuhan, karena tidak bisa dipungkiri semua kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan itu membutuhkan dana, baik untuk memenuhi kebutuhan anak asuh (santri), sarana dan prasarana panti, dan lain-lain. Keterbatasan dana ini menyebabkan panti asuhan
71
Darul Hadlanah belum bisa mengembangkan pelayananya serta program-program lain yang sekiranya dapat menunjang kegiatan pengasuhan di panti asuhan. d. Kurangnya Tenaga Pengasuh Tenaga pengasuh sangat penting dalam kegiatan pengasuhan, karena pengasuh disini yang tiap harinya berinteraksi dengan anak asuh (santri) dan mendidik para anak asuh (santri). Saat ini hampir semua kegiatan pengasuhan bertumpu pada pengasuh, padahal pengasuh di panti asuhan darul Hadlanah hanya dua orang, hal ini menyebabkan kegiatan di panti asuhan belum bisa berkembang dengan maksimal dikarenakan kemampuan dan tenga pengasuh juga tebatas.
BAB V PENUTUP
72
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pola pengasuhan di panti asuhan Darul Hadlanah nahdlatul Ulama’ kota Salatiga tahun 2012, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Pola pengasuhan yang diterapkan di panti asuhan Darul Hadlanah menggunakan pendekatan kekeluargaan yaitu dengan cara menggantikan peran dan kedudukan orang tua dalam mengasuh anak. Pola yang diterapkan
disesuaikan
dengan
kondisi
anak,
dan
cenderung
menggunakan pola asuh demokratis. Cara yang dilakukan antara lain yaitu dengan memenuhi kebutuhan fisik dan psikis, memberikan kebebasan, mengakarkan nilai-nilai dan norma-norma, memberikan arahan, bimbingan, dan contoh perilaku yang baik, melibatkan anak dalam pengambilan dan penetapan peraturan, menjalin interaksi dan komunikasi yang erat, misalnya dengan bercanda bersama anak-anak asuh, menyempatkan waktu untuk berkumpul dan menemani anak belajar. 2.
Kegiatan-kegiatan yang ada di panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama’ sebagian besar sudah terlaksana dengan lancar berkat adanya peraturan dan kesadaran serta kerjasama yang baik dari pengasuh maupun anak asuh (santri). Kegiatan-kegiatan pengasuhan meliputi lingkup pengasuhan fisik, intelektual, spiritual, mental, ketrampilan, dan sosial. Kegiatan tersebut antara lain shalat 5 waktu berjama’ah, piket
73
harian (bersih-bersih, memasak nasi), sekolah, mengaji, belajar bersama, yasinan, tahlilan, khitobah, dan qiro’ah. 3.
Daya dukung dalam pengasuhan adalah adanya rasa kekeluargaan yang harmonis di lingkungan panti, rasa tanggung jawab sosial pendidikan dalam diri pengurus dan pengasuh, kepercayaan masyarakat untuk menitipkan anaknya di panti, dukungan dari masyarakat dan pemerintah sebagai donatur tidak tetap, dukungan materiil maupun moril dari pengurus PCNU kota Salatiga sebagai donatur tetap. Faktor penghambat meliputi kondisi anak yang kurang baik, kurangnya peran serta keluarga, keterbatasan dana, keterbatasan tenaga pengasuh.
B. Saran 1. Bagi Pihak Panti Asuhan a. Pengawasan terhadap pelaksanaan aturan dan tata tertib panti asuhan serta tingkah laku anak-anak asuh perlu ditingkatkan agar aturan dan tata tertib panti asuhan dapat berjalan dengan baik serta tingkah laku anak-anak asuh tetap dapat terkontrol. b. Anak-anak asuh perlu diberdayakan lagi, serta ketrampilanketrampilan yang diberikan kepada anak asuh perlu ditambah lagi, agar anak-anak asuh lebih banyak memiliki ketrampilan untuk bekal hidup dan agar mampu hidup mandiri. 2. Bagi para anak asuh
74
a. Anak asuh diharapkan lebih giat, sungguh-sungguh, dan tekun dalam belajar baik di dalam panti maupun di sekolah formal dan mematuhi semua tata tertib dan aturan yang ada dalam panti asuhan, karena semua itu untuk kebaikan anak asuh (santri). b. Semua ilmu pengatahuan dan pengalaman yang didapatkan oleh anak asuh (santri) diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan setelah keluar dari panti asuhan. 3. Bagi Pihak Keluarga Anak Asuh Bagi pihak keluarga diharapkan untuk lebih memperhatikan tumbuh kembang anak yang dititipkn di panti asuhan dengan ikut berperan aktif dengan pengasuh dalam merawat dan mendidik anak, sehingga cita-cita untuk mewujudkan anak yang pintar, dan sholeh dapat terwujud, karena bagaimanapun juga keluarga adalah pihak yang bertanggung jawab atas kehidupan anak. 4. Pemerintah Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan nasib anak-nak yang kurang beruntung serta mengambil kebijakan guna meningkatkan pendidikan, kelayakan dan kesejahteraan anak-anak, khususnya anakanak yatim piatu yang hidup di panti asuhan. Karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa yang nantinya akan menjadi ujung tombak bagi bangsa Indonesia C. Penutup
75
Beribu syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala
kekuatan
yang
dilimpahkan,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dalam bentuk skripsi. Dengan segala kesadaran, penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran guna menyempurnakan skripsi ini. Tanpa adanya bimbingan dari dosen pembimbing tentu penulis tidak dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya atas segala bentuk bimbingannya selama ini. “Jazakillahu Ahsanal Jaza’”, semoga Allah membalas dengan sebaikbaiknya balasan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan pikiran, menambah wawasan, bermanfaat bagi penulis dan dunia pendidikan pada umumnya
76
DAFTAR PUSTAKA Achmadi. 1992. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ahmadi, Abu. 2002. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Asmani, Jamal Makmur. 2009. Sekolah Life Skill: Lulus Siap Kerja. Yogyakarta: Diva Press Casmini. 2007. Dasar-Dasar Pengasuhan Yogyakarta:Nuansa Aksara.
Kecerdasan
Emosi
Anak.
Departemen Sosial Republik Indonesia. 1997. Panduan Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak Melalui Panti Asuhan Anak. Jakarta (tidak diterbitkan) Daradjat, Zakiah. 1995. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: PT. Ruhana …………………., dkk. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Ghofur, Abd. 2009. Pendidikan Anak Pengungsi. Malang: UIN Malang Press Huda, MIftahul. 2009. Idealitas Pendidikan Anak (Tafsir Tematik QS. Lukman). Malang: UIN Malang Press Khoiruddin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty Mansur. 2004, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Moloeng, J Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Muallifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Yogyakarta: Diva Press Mustafidz, Chairil. 2009. Pendidikan Yang Kaffah Bagi Anak Kita. Yogyakarta: Unggun Religi 77
Mustaqim Abdul. 2005. Menjadi Orang Tua Yang Bijak, Solusi Kreatif Menangani Pelbagai Masalah Pada Anak. Bandung: PT. Mizan Pustaka Narwoko, Dwi J Suyanto. Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada Media Nashih Ulwan, Abdul. 1978. Kaidah-Kaidah Dasar “Pedoman Pendidikan Anak DalamIslam, Jakarta: Rosdakarya. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKiS Shochib, Moh. 2000. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Rineka Cipta Soekanto, Soerjono. 1988. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali. Sriyanti, Lilik, dkk. 2009. Teori-Teori Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Suhartono, Suparlan. 2008. Wawasan Pendidikan, Sebuah Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Sulaiman. 1997. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Gramedia Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tim Pengembang MKDK. 1991. Dasar-Dasar Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wahjoetomo. 1997. Perguruan Tinggi Pesantren. Pendidikan Alternatif Masa Depan. Jakarta: Gema Insani Press. Wahyudi, M Jindar. 2006. Nalar Pendidikan Qur’ani. Yogyakarta: Aperion Philotes
78