POLA PENGASUHAN ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 4 CEGER CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh SYARIFAH LUBNA ASSEGGAF 1110054100046
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya ditunjukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta, 17 Juli 2014
Syarifah Lubna Asseggaf 1110054100046
ABSTRAK Syarifah Lubna Asseggaf Pola Pengasuhan Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur Pengasuhan anak merupakan sistem pemeliharaan, pendidikan, serta perlindungan anak dalam tumbuh kembang anak. Pengasuhan adalah cara untuk dapat melindungi, membina, merawat, membimbing dan terpenuhinya kebutuhan dasar anak. Pada dasarnya pengasuhan anak yang paling baik ialah dengan cara pengasuhan yang diberikan oleh orang tua atau keluarga terdekat, namun pada belakang ini banyak anak yang tidak mendapatkan hak asuhnya karena orang tua atau pun keluarga anak tidak dapat memenuhi kebutuhan anak sehingga anak menjadi rawan terlantar bahkan terlantar. Maka dari itu, panti sosial merupakan alternatif terakhir yang dipilih orang tua demi terpenuhinya kebutuhan dasar anak. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik dalam mengambil judul terkait dengan pengasuhan anak di panti, yakni Pola Pengasuhan Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger. Dari penelitian ini, peneliti merumuskan dua masalah yaitu bagaimana gambaran tentang pola pengasuhan anak terlantar dan bagaimana pola asuh pengasuh terhadap anak terlantar di dalam PSAA PU 4 Ceger. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data peneliti menggunakan teknik observasi atau pengamatan langsung, wawancara, serta studi dokumentasi. Dari hasil penelitian, maka peneliti memperoleh data bahwa setiap anak berhak mendapatkan pengasuhan yang berkualitas dari orang tua maupun pengasuh yang sebagai pengganti orang tua. Dalam menerapkan pola asuh bagi anak harus sesuai dengan anak. Karena pola asuh merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak. Setiap pola asuh yang diberikan oleh pengasuh mempunyai dampak yang sangat besar bagi perkembangan dan kedewasaan anak. Namun, pada saat ini atau pada usia remaja anak pola asuh demokratis adalah pola asuh yang paling ideal bagi anak. Anak juga dapat mengapresiasikan apa yang ada pada diri anak, sehingga anak ikut terlibat dalam memecahkan masalahnya sendiri serta anak juga merasa bahwa pendapat ia bisa di dengarkan bahkan diterima oleh orang lain sehingga anak menjadi lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya pada lain kesempatan.
ii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karuniaNya yang telah diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta tidak lupa sholawat serta salam kepada junjungan Nabi yang mulia Muhammad Rasulullah Saw. Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Pola Pengasuhan Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Kesejahteraan Sosial. Dalam pembuatan skripsi, peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan tidak sempurna. Oleh karena itu, peneliti mohon maaf bila terjadi kekurangan
ataupun
kekeliruan
dalam
pembuatan
skripsi
ini.
Peneliti
mengharapkan saran dan kritik bagi pembaca. Dengan dibuatnya skripsi, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam mengerjakan skripsi ini peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses terbentuknya skripsi ini. Terima kasih kepada umi dan abi yang selalu mendoakan tanpa putus, membimbing, membantu peneliti demi menyelesaikan tugas-tugas dalam penelitian dan memberikan supportnya kepada peneliti selama proses pembuatan skripsi. Serta tidak luput peran dari keluarga besar Habib Muhammad Asseggaf bin Abdurahman Asseggaf dan Syarifah Latifah Al-Haddad.
iii
Dan ucapan terima kasih juga kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi 2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial. 3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial dan sebagai Pembimbing Akademik. 4. Bapak Dr. H. Asep Usman Ismail, MA sebagai Dosen Pembimbing. Terima kasih telah banyak meluangkan waktu selama bimbingan, memberikan arahan, sebagai motivator peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta memberikan banyak sekali hal yang bermanfaat bagi peneliti, dan kritik sehingga dapat membangun peneliti dalam penulisan skripsi. 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik peneliti dari semester 1 sampai saat ini. 6. Orang tua, Umi dan Abi juga adik-adik Syarifah Zahra Asseggaf dan Habib Segaf Asseggaf beserta keluarga besar lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 7. Sahabat-sahabatku semasa SMP sampai saat ini Sri Rezeki Wahyuningsih (bebek) dan Hanifatul Amelia (manoy) yang selalu memberikan support dan selalu ada jika peneliti membutuhkan. 8. My Boclays terima kasih untuk kebersamaannya setiap hari selama 4 tahun ini. Asisah, Epida Sari, Ratih Eka Susilawati, Ilma Hasanah dan Nur Hikmah.
iv
9. Teman-teman seperjuangan khususnya untuk angkatan 2010 di Kesejahteraan Sosial
yang Best of The Best yang selalu kompak
dalam hal apapun. 10. Ka Nufus yang selalu dengan senang hati dan sabar membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Dari awal sampai akhir yang setia menjadi mentor. 11. Bapak Dr. H. Aji Antoko, Kepala Panti di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian di PSAA. 12. Bapak H. Nursobah, S.Ag, M.Si , Ibu Dra. Diah H.P, M.Si, Ibu Siti Djulaeha, S.Sos. M.Si, Ibu Devi, Psi dan seluruh pengasuh di PSAA PU 4 Ceger yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4. 13. Anak-anak panti di PSAA yang menerima dan membantu dalam mendapatkan informasi-informasi dalam melakukan penelitian di PSAA PU 4. 14. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang membantu, mendoakan serta mensupport peneliti dalam mengerjakan skripsi ini. Peneliti banyak mengucapkan terima kasih. Jakarta, 17 Juli 2014
Syarifah Lubna Asseggaf
v
DAFTAR ISI ABSTRAK …………………………………………………………………….. ii KATA PENGANTAR ………………………………………...………………. iii DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. vii DAFTAR TABEL ……...……………………………………………...……… xi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..… xii BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1 Pembatasan dan Rumusan Masalah …….…………………….…… 7 Tujuan dan Manfaat Penelitian .…………………………………… 8 Metode Penelitian .………………………………………………… 9 Tinjauan Pustaka ...………………………………………………… 15 Sistematika Penulisan .…………………………………………….. 16
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengasuhan Anak ………………………………………………….. 17 B. Pola Pengasuhan Anak ……………………………………………. 19 1. Pengertian Pola Pengasuhan Anak ……………………………. 19 2. Jenis-jenis Pola Asuh ……………….…………………………. 20 C. Anak Terlantar …………………………………………………….. 21 1. Pengertian Anak ....……………….……………………………. 21 2. Periode Perkembangan Anak ……………………………..…… 23 3. Permasalahan Anak .…………………………………………… 27 4. Pengertian Anak Terlantar ……………….……………………. 28 5. Faktor Penyebab Anak Terlantar ……………………………… 29 BAB III PROFIL LEMBAGA A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur 1. Sejarah PSAA ……………………………….…………………. 31 2. Tugas dan Fungsi PSAA ………………………………………. 32 3. Visi dan Misi ...………………………………………………… 34 4. Bagan Organisasi ……………………………………………… 35 5. Sarana dan Prasarana ………………………………………….. 36 6. Sumber Daya Manusia ...……………………………………… 37 7. Kerja Sama dan Jaringan Lembaga ...………………………… 39 8. Hubungan Eksternal .…………………………………….…… 39
vi
B. Profil Warga Binaan Sosial 1. Tahapan Pengasuhan Anak ……………………………………. 40 a. Tahap Penjangkauan ………………...………………..……. 40 b. Tahap Pengasuhan-Pembinaan …..…..……....................... 42 c. Kembali Ke Masyrakat .………..…………………....……. 46 2. Profil Warga Binaan a. Berdasarkan Usia .….……………………………………... 47 b. Berdasarkan Latar Belakang Keluarga ……..………....….. 48 c. Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………...……………….. 48 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Pola Pengasuhan Anak Terlantar di PSAA PU 4 Ceger ……………………………...……………………………... 40 1. Profil Informan …………..…………………………………... 52 a. Informan I (Warga Binaan Sosial) ….………………….…. 52 b. Informan II (Warga Binaan Sosial) …….……………..….. 55 c. Informan III (Warga Binaan Sosial) ………….………..…. 58 d. Informan IV (Pengasuh) ………………………..………… 59 e. Informan V (Pengasuh) …………….………………..……. 63 f. Informan VI (Pengasuh) …………………………..……… 65 B. Pola Asuh Pengasuh Terhadap Anak Terlantar di PSAA .....…... 68 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………….. 79 1. Gambaran Umum Pola Pengasuhan Anak Terlantar ….……. 79 2. Pola Asuh Pengasuhan Terhadap Anak Terlantar di PSAA PU 4 Ceger ………………………………………………………… 80 B. Saran ……………………………………………………………. 82 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..... 83 LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL 1. Informan Peneliti 2. Sarana 3. Prasarana 4. Jumlah Pegawai 5. Golongan Pegawai 6. Usia Warga Binaan Sosial 7. Latar Belakang Keluarga Warga Binaan Sosial 8. Pendidikan Warga Binaan Sosial 9. Kesimpulan
viii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Brosur Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur 2. Foto-foto PSAA PU 4 Ceger 3. Form-form PSAA PU 4 Ceger 4. Pedoman dan hasil observasi 5. Pedoman dan hasil wawancara
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jumlah anak terlantar di Indonesia kian memprihatinkan, Kementerian Sosial menunjukkan hingga tahun 2012 lalu, masih ada sekitar 4,8 juta anak terlantar di Indonesia. Meningkat dari tahun 2004 yang mencapai 3.308.462 dan tahun 2011 sebanyak 4.339.945 (data BPS). Menanggapi jumlah anak terlantar, kata Menteri PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), setiap tahun melakukan kerjasama dengan BPS meski tidak spesifik. Sedangkan data dari Kemensos terdapat sekitar 4,8 juta anak terlantar di Indonesia, akibat kondisi kemiskinan bukan menjadi korban kekerasan. 1
Meningkatnya anak terlantar karena alasan tertentu seringkali orang tua dan/atau keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya sehingga anak menjadi terlantar. Secara umum hak kebutuhan dasar anak meliputi kelangsungan hidup, tumbuh kembang, mendapat perlindungan dan partisipasi. 2
Permasalahan sosial anak terlantar cukup meningkat dan membuat permasalahan ini penting untuk diperhatikan. Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak
yang termasuk kategori anak rawan atau anak-anak
membutuhkan penanganan khusus. 1 2
http://dpr.go.id/id/serba-serbi/majalah-parlementaria diakses pada 17 April 2014. Direktorat Jendral Pelayanan, Pedoman Umum Tanggung Jawab Negara, h. 1.
1
yang
2
Menghadapi situasi di mana keterlantaran anak tidak dapat dihindari dan upaya lain sudah menemukan jalan buntu, maka pada situasi seperti ini peran dan kewajiban negara sangat dibutuhkan. Peran negara dalam penanganan anak terlantar merupakan bagian dari kewajiban negara (State obligation) untuk memberikan jaminan dan perlindungan kepada semua warganya termasuk anak terlantar yang secara khusus perlu mendapat perlindungan dan jaminan bagi keberadaan dan masa depannya.3 Seorang anak dikatakan terlantar, bukan sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orang tuanya, tetapi, terlantar di sini juga dalam pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, tidak terpenuhinya karena kelalaian, ketidakmengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan. Seorang anak yang kelahirannya tidak di kehendaki, misalnya mereka umumnya sangat rawan untuk diterlantarkan dan bahkan diperlakukan salah (child abuse). Di wilayah mana pun banyak bukti memperlihatkan bahwa anak-anak selalu merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai proses perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang tengah berlangsung. Di berbagai komunitas, anak-anak sering kali menjadi korban pertama dan menderita, serta terpaksa terhambat proses tumbuh kembang mereka secara wajar karena ketidakmampuan orang tua, masyarakat dan pemerintah untuk memberikan pelayanan sosial yang terbaik bagi anak-anak. Akibat situasi krisis ekonomi yang tak kunjung usai, 3
Ibid., h.2.
3
pemerintah mau tidak mau memang harus menyisihkan anggaran untuk membayar utang dan memperbaiki kinerja perekonomian jauh lebih banyak daripada anggaran yang disediakan untuk fasilitas kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial anak-anak.4 Sesuai dengan UU RI No. 23 Thn 2002 Tentang Perlindungan Anak bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Anak terlantar/tanpa asuhan orang tua (6-18 tahun) meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan oleh orang tua/keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tua/keluarga.5 Pada dasarnya pengasuhan dan perlindungan anak yang terbaik ialah anak yang diasuh dan dibesarkan bersama orang tua. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan ini adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir ( UU Perlindungan Anak pasal 14). Alasan pemisahan anak dikarenakan orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar anak mereka.
4
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana, 2010), h. 213. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia, Panduan Umum Program Kesejahteraan Sosial Anak, (Jakarta: Departemen Sosial RI, 2010), h. 7. 5
4
Pengasuhan yang paling tepat ialah pengasuhan yang diberikan oleh orang tua maupun keluarga terdekat. Namun, pada saat ini masih banyak anak yang tidak mendapatkan pengasuhan tersebut karena keadaan yang membuat orang tua maupun keluarga tidak dapat mengasuh anak secara optimal. Anak yang tidak mendapatkan pengasuhan secara optimal dari orang tua biasanya cenderung berbeda dengan anak-anak yang mendapatkan pengasuhan yang dilakukan orang tua di dalam keluarga. Pengasuhan anak dalam keluarga yang harmonis merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama pada masamasa kritis, yaitu usia 0-8 tahun. Kehilangan pengasuhan yang baik, misalnya perceraian, kehilangan orangtua, baik untuk sementara maupun selamanya, bencana alam, dan berbagai hal yang bersifat traumatis lainnya sangat mempengaruhi kualitas kesehatan fisik, emosi, mental, dan spiritual anak. Hal ini sejalan dengan penegasan Rasulullah saw. bahwa menceraikan istri merupakan perbuatan halal yang paling dimurkai Allah. Dalam hadits riwayat dari Ibn Umar ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Perbuatan halal yang paling dimurkai oleh Allah adalah talak” (HR.Abu Daud dan Ibn Majah). Maksudnya, bahwa Allah menghalalkan talak atau perceraian, tetapi Allah membencinya, karena dampaknya yang sangat buruk bagi pertumbuhan mental anak-anak.6
6
DR. H. Asep Usman Ismail, Al-Quran dan Kesejahteraan Sosial : Sebuah Rintisan Membangun Paradigma Sosial Islam yang Berkeadilan dan Berkesejahteraan (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h.164.
5
Konsep pengasuhan anak di Indonesia didasarkan pada pendekatan yang mengharuskan negara dan masyarakat untuk bekerja sama, UU Kesejahteraan Anak thn 1979 dengan jelas mengatur tentang upaya pemenuhan kebutuhan anak dimana dalam UU tersesbut menyatakan bahwa untuk kebutuhan fisik, psikologis dan sosial anak merupakan tanggung jawab utama orang tua. Selain itu, UU tersebut juga menyatakan bahwa anak yang tidak memiliki orang tua memiliki hak untuk diasuh oleh negara atau lembaga lain. Saat ini panti sosial merupakan alternatif terakhir dalam menangani permasalahan anak terlantar. Dengan adanya panti sosial, anak terlantar bisa mendapatkan
pelayanan-pelayanan
sosial
berupa
pelayanan
kesehatan,
pendidikan, dan kebutuhan dasar lainnya. Panti sosial yang berfungsi menggantikan peran orang tua dalam melakukan pengasuhan merupakan titik awal bagi mereka untuk membentuk identitas diri. Panti asuhan juga bisa dikatakan sebagai tempat kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak-anak terlantar. Mulai anak masuk panti asuhan sampai masa adopsi atau sampai usia 18 tahun. Proses pengasuhan sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Pengasuhan yang dilakukan bukan hanya sekedar memberi makan dan pengetahuan, tetapi juga meliputi kegiatan perawatan, pemeliharaan, bimbingan, pembinaan dan pendidikan. 7
7
Direktorat Pelayanan Sosial Anak Departemen Sosial Republik Indonesia, Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita, (Jakarta: Departemen Sosial RI, 2009), h.63.
6
Dalam menangani permasalahan ini telah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat dalam mendirikan organisasi atau lembaga khusus untuk menanggulangi permasalahan sosial dengan mendirikan panti-panti sosial. Salah satunya Dinas Sosial Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang bertugas untuk memberikan pelayanan, pembinaan dan pengasuhan anak terlantar adalah Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger (PSAA PU 4). Tujuan pokok dan fungsi PSAA PU 4 ini memberikan pelayanan, kepada anak terlantar yaitu anak yang tidak memiliki orang tua, ayah, ibu, keluarga atau keluarga terdekat dan tidak mampu secara ekonomi yang bertujuan guna untuk anak terlantar memiliki IPTEK, IMTAQ, sehat jasmani dan rohani serta dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan dapat hidup layak secara normatif. Masalah yang terdapat di PSAA PU 4 Ceger ialah anak-anak yang hampir terlantar bahkan terlantar. Terlantar bukan hanya tidak mempunyai orang tua atau keluarga terdekat, tetapi juga terlantarnya kebutuhan fisik, mental, sosial dan spiritual. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar seperti kebutuhan pendidikan, kesehatan, tumbuh kembang anak, perlindungan, kesejahteraan, dan partisipasi anak. Dengan adanya PSAA PU 4, anak terlantar bisa mendapatkan kebutuhan dasar mereka yang meliputi perlindungan, tumbuh kembang, kesehatan serta pendidikan. Salah satu isu prioritas yang menyebabkan anak dititipkan di panti adalah akibat krisis kepercayaan pada arti penting sekolah, di lingkungan komunitas masyarakat miskin sering terjadi kelangsungan pendidikan anak cenderung
7
diterlantarkan.8 Dikarenakan orang tua tidak mampu untuk membiayai sekolah anak
mereka
sehingga
PSAA
merupakan
jalan
terakhir
untuk
dapat
menyekolahkan anak mereka sampai lulus atau selesai (tingkat SMK). PSAA PU 4 memfasilitasi akses terhadap pendidikan mulai dari biaya sekolah, perlengkapan sekolah sampai dengan transportasi mereka dengan syarat mereka mau tinggal di panti sampai mereka menyelesaikan sekolah mereka.9 Terkait masalah di atas, penulis tertarik ingin mengkaji permasalahan ini secara lebih mendalam dalam bentuk penelitian skripsi yang berjudul “Pola Pengasuhan Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Jakarta Timur” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan penulis analisis pada tulisan ini dan penulis membatasi hanya pada pengasuhan anak terlantar di panti sosial asuhan anak putra utama 4 ceger. 2. Rumusan Masalah Agar dapat mempermudah penjelasan permasalahan anak terlantar, maka penulis merumuskan masalah pada :
8
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h. 219. Direktorat Rehabilitasi Sosial, Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (Jakarta: Kementerian Sosial RI, 2011), h. 36. 9
8
1. Bagaimana gambaran umum pola pengasuhan anak terlantar oleh PSAA PU 4 Ceger ? 2. Bagaimana pola asuh pengasuh terhadap anak terlantar di dalam PSAA PU 4 Ceger ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui gambaran umum pola pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger. b. Mengetahui bagaimana pola asuh pengasuh terhadap anak terlantar di dalam PSAA PU 4 Ceger . 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis -
Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa menambah informasi bagi pengembang Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.
-
Penelitian ini juga diharapkan menjadikan atau memberikan sumber pengetahuan bagi kompetensi pekerja sosial dalam pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.
b. Manfaat Praktis -
Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.
9
-
Merupakan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya di pekerjaan sosial terkait pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.
D. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam memperoleh data dan menganalisa data. Sumber yang diperoleh dapat menjadi bahan dalam menjawab permasalahan yang peneliti teliti. Metode penelitian melibatkan berbagai macam teknik pengumpulan, analisis,
serta
interpretasi
yang
dikemukakan
peneliti
dalam
kerja
penelitiannya.10 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualititatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.11 Dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati. Pendekatan ini digunakan karena peneliti ingin mendeskripsikan tentang pengasuhan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Jakarta Timur.
10
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012)., h. 737. 11 Drs. Dadang Kuswana, M.Ag. Metode Penelitian Sosial (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 278
10
2. Jenis Penelitian Jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lainlain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang telah di teliti.12 3. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Jakarta Timur. Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. 4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kondisi yang alami, sumber data primer, dan lebih banyak pada teknik observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi.13
12
Prof. DR. Lexy J. Moleong, M.A. Metode penelitian kualitiatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)., h. 11. 13 M.Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2012), h. 164.
11
a. Observasi Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, bendabenda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu. Tetapi tidak semua perlu diamati oleh peneliti, hanya hal-hal yang terkait atau yang sangat relavan dengan data yang dibutuhkan.14 Observasi yang peneliti lakukan adalah mengamati bagaimana peran pengasuh dalam memberikan pengasuhan kepada anak, kondisi anak yang menerima pengasuhan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pengasuh dan anak. b. Wawancara Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif lebih menekankan pada teknik wawancara, khususnya wawancara mendalam (depth interview). 15 Teknik wawancara peneliti gunakan untuk mendapatkan berbagai informasi yang peneliti butuhkan salah satunya pola pengasuhan
14 15
Ibid., h. 165. M.Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif. H. 175.
12
yang diberikan oleh panti maupun pengasuh kepada anak. Peneliti melakukan wawancara dengan pengasuh dan warga binaan sosial. c. Dokumentasi Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi dapat dipahami sebagai setiap cacatan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang dipersiapkan maupun yang tidak dipersiapkan untuk suatu penelitian. Data dalam penelitian kualitatif pada umumnya diperoleh dari sumber manusia melalui observasi dan wawancara. Di samping itu, ada pula sumber bukan manusia, antara lain berupa dokumen, foto dan bahan statistik.16 Peneliti melakukan studi dokumentasi dalam pengumpulan data. Dokumentasi yang peneliti dapatkan seperti foto dan arsip-arsip panti yang berisi form-form. 5. Teknik Pemilihan Informan Dalam memilihan informan, peneliti tidak mementingkan generalisasi. Penentuan sampel penelitian tidak secara random karena dianggap tidak penting. Oleh karena itu, sampel ditentukan secara sengaja sehingga sampel penelitian tidak perlu mewakili populasi. Adapun pertimbangan sampel bukan berdasarkan pada aspek keterwakilan populasi di dalam sampel. Pertimbangannya lebih pada kemampuan sampel (informan) untuk memasok informasi selengkap mungkin kepada peneliti.17
16 17
Ibid., h. 200. Ibid., h. 89.
13
Tabel 1 Informan Peneliti Informasi yang di Informan
Metode atau Jumlah
cari
wawancara
Pola Pengasuhan - Pengasuh
Wawancara
4 orang
Penyaluran dan Ka Wawancara
2 orang
Anak Terlantar di - Kepala PSAA
Seksi
(Ka.
Sie
Bimbingan
dan
Sie Assesment dan Identifikasi) - WBS
wawancara
Jumlah
3 orang 9 orang
6. Sumber Data Dari sumber data yang peneliti peroleh maka bisa dilihat pengumpulan data terbagi menjadi dua, seperti: a.
Data Primer Data primer ini di peroleh melalui pengamatan dan wawancara. Informan dalam data primer ini adalah Ka. Sie Identifikasi dan Assesment, Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran, pengasuh atau wali kamar dan warga binaan sosial (WBS) di PSAA PU 4 Ceger.
14
b.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui sumbersumber informasi tidak langsung seperti perpustakaan.
7. Analisis Data Analisis data untuk penelitian kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilihmemilahnya menjadi satuan unit yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa-apa yang penting dan apaapa yang dipelajari dan memutuskan apa-apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.18 8. Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif sering kali dinyatakan tidak ilmiah sehingga kurang bisa dipertanggungjawabkan dari berbagai segi. Dengan alasan itulah dalam penelitian kualitatif perlu dilaksanakan pemeriksaan keabsahan data sebagai usaha untuk meningkatan derajat kepercayaan data. Pemeriksaan keabsahan data memakai Triangulasi. Peneliti memeriksa keabsahan data dengan cara triangulasi, peneliti mengomparasikan hasil data yang diperoleh dari observasi dengan dengan wawancara serta mengomparasikan hasil temuan data dari informan yang satu dengan yang lainnya di tempat dan waktu yang berbeda. 19 Penelti menggunakan triangulasi sumber.
18 19
Ibid., h.247. Drs. Dadang Kuswana, M.Ag. Metode Penelitian Sosial., h. 264.
15
9. Teknis Penulisan Untuk mempermudah dalam penulisan, penulis mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. E. Tinjauan Pustaka Sebelum penulis mengkaji tulisan ini ada beberapa tulisan yang membahas tentang pola pengasuhan. Peneliti menemukan skripsi sebagai berikut: Nama
: Fatmawati
NIM
: 107054102679
Judul Skripsi
: Pola Pengasuhan dan Perlindungan Anak Di Taman Anak Sejahtera
Jurusan
: Kesejahteraan Sosial
Tahun
: 2011 M/1432 H
Skripsi
tersebut
menjelaskan bagaimana pola pengasuhan dan
perlindungan anak balita yang mempunyai orang tua bekerja sehingga anak dititipkan di Taman Anak Sejahtera. Perbedaannya dengan peneliti ialah peneliti melakukan penelitian kepada anak terlantar usia remaja di panti.
16
F. Sistematika Penulisan BAB I
: Pendahuluan. Merupakan pedoman yang menjelaskan latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II
: Tinjauan Teoritis. Merupakan bab yang melandasi pemikiran teori- teori yang berkaitan dengan pola pengasuhan anak terlantar.
BAB III : Gambaran Umum Lembaga. Bab ini menggambarkan sejarah berdirinya panti, visi dan misi panti, struktur organisasi panti, kerjasama panti dan yang berkaitan dengan lembaga. BAB IV : Hasil Penelitian dan Analisis yang merupakan gabungan dari hasil pengumpulan data dengan beberapa konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini. BAB V
: Penutup. Bab penutup merupakan kesimpulan dari penelitian tentang pola pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 dan saransaran untuk perbaikan kedepan bagi panti, peneliti, fakultas atau jurusan kesejahteraan sosial.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengasuhan Anak Pengasuhan anak adalah sistem pemeliharaan, pendidikan, perlindungan anak dan/atau harta bendanya hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri demi kepentingan terbaik anak sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, kesejahteraan, dan permanensi dari orang tua, atau pihak-pihak lain yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak. 1 Dengan mengacu kepada konsep dasar tumbuh kembang anak, maka secara konseptual pengasuhan anak adalah upaya orang dewasa dalam lingkungan keluarga guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang (asuh, asih, dan asuh) dengan baik dan benar, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.2 Pada dasarnya pengasuhan anak merupakan kegiatan dimana anak dibimbing, dibina, dirawat, dilindungi dan dipenuhinya kebutuhan dasar anak yang dilakukan oleh orang tuanya maupun keluarga. Namun pada saat ini banyak orang tua maupun keluarga tidak dapat memberikan pengasuhan kepada anak mereka. Kondisi orang tua ataupun keluarga yang tidak mampu untuk memberikan kebutuhan dasar dalam mengasuh anak mereka.
1
Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Pedoman Operasional Program Kesejahteraan Sosial Anak (Jakarta: Kementerian Sosial RI, 2011 ), h. 56 2 DR.H.Asep Usman Ismail, MA., Al-Quran dan Kesejahteraan Sosial (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h. 165.
17
18
Jika ditentukan bahwa pengasuhan di dalam keluarga tidak dimungkinkan atau tidak sesuai dengan kepentingan terbaik anak, maka pengasuhan berbasis keluarga pengganti melalui orang tua asuh, perwalian dan pengangkatan anak harus menjadi prioritas sesuai dengan situasi kebutuhan pengasuhan anak. Sesuai dengan Undang-undang RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa pengasuhan anak ditunjukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual dan maupun sosial. Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di luar panti sosial, perorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembaga-lembaga tersebut. Pengasuhan tersebut melalui bimbingan, pemeliharaan, perawatan, dan pendidikan secara berkesinambungan, serta dengan memberikan bantuan biaya atau fasilitas lain untuk menjamin tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial, tanpa mempengaruhi agama yang dianut anak.3 Pengasuhan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan alternatif terakhir dari pelayanan pengasuhan alternatif untuk anak-anak yang tidak bisa diasuh di dalam keluarga inti, keluarga besar, kerabat, atau keluarga pengganti.4
3
Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 76. 4 Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial Kemensos, Standar Nasional Pengasuhan, h. 21.
19
B. Pola Pengasuhan Anak 1. Pengertian Pola Pengasuhan Anak Pola pengasuhan anak ialah bentuk yang diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak. Dalam pengasuhan biasanya orang tua melakukan atau menerapkan gaya pengasuhan anak sesuai dengan yang mereka terima dari orang tua mereka. Dasar-dasar pengasuhan anak menurut al-Quran tercermin dalam firman Allah swt yang berikut: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur” (QS. AnNahl : 78). Surah an-Nahl ayat 78 di atas sejalan dengan pandangan mazhab konvergensi yang menyatakan bahwa pendidikan anak itu dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir dan faktor empiris, yakni pola pengasuhan sejak lahir mencapai kematangan dan kedewasaan.5 Menurut John W. Santrock isu bawaan-pengasuhan adalah perdebatan yang menyangkut sajauh mana perkembangan dipengaruhi oleh bawaan atau pengasuhan. Bawaan (nature) merujuk pada warisan biologis organism; pengasuhan (nurture) merujuk pada pengalaman lingkungan. Para pendukung faktor “bawaan” menyaktakan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi perkembangan adalah warisan biologis. Para pendukung faktor “pengasuhan”
5
DR. H. Asep Usman Ismail, MA., al-Quran dan Kesejahteraan Sosial, h. 154.
20
menyaatakan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi perkembangan adalah pengalaman lingkungan.6 Pola pengasuhan yang komunikatif, empatik dan penuh pengertian akan menumbuh kembangkan rasa percaya diri pada anak (Rumadi, 2005). 7 2. Jenis-Jenis Pola Asuh Menurut Agoes Dariyo dalam buku Psikologi Perkembangan (Anak Tiga Tahun Pertama), Baumrind menyebutkan bahwa ada 4 jenis pola pengasuhan, seperti: a. Pola Asuh Otoriter Dalam pola asuh ini orang tua merupakan hal sentral artinya segala ucapan perkataan maupun kehendak orang tua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anak. Supaya taat, orang tua tak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anak. Orang tua beranggapan agar aturan itu stabil dan tidak berubah, maka seringkali orang tua tidak menyukai
tindakan
anak
yang
memprotes,
mengkritik
atau
membantahnya. b. Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif, orang tua justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan dan kebebasan secara luas kepada anak. Orang tua seringkali menyetujui terhadap semua dengan tuntutan dan kehendak anak. Dengan demikian orang tua tidak punya kewibawaan. Akibatnya
6 7
John W. Santrock, Remaja Edisi ke 11 Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 25. Drs. Agoes Dariyo Psi., Psikologi Perkembangan Anak, h. 207.
21
segala pemikiran, pemdapat maupun pertimbangan orang tua cenderung tidak pernah diperhatikan atau diabaikan oleh anak. c. Pola Asuh Demokratis Ini berarti gabungan antara pola asuh otoriter dan permisif dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orang tua. Baik orang tua maupun anak mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide, atau pendapat untuk mencapai suatu keputusan. d. Pola Asuh Situasional Pola asuh ini kemungkinan besar individu yang menerapkan pola asuh itu tak tahu apa nama dan juga jenis pola asuh yang dipergunakan. Jadi pola diatas tidak berpatokan atau parameter khusus yang menjadi dasar bagi orang tua untuk membimbing si anak. 8 C. Anak Terlantar 1. Pengertian Anak Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (UU RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak). Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anak-anak merupakan fase di mana anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya. Oleh karena itu
8
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan (Anak Tiga Tahun Pertama)(Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 206.
22
penting untuk diperhatikan keberadaannya, karena selain krusial juga pada masa itu, anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau keluarga sehingga secara mendasar hak dan kebutuhannya dapat terpenuhi secara baik.9 Di dalam keluarga orangtualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dala masyarakat. Mengingat masa anak-anak dan remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan fisik, mental dan psikososial, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak dalam mengarahkan perkembangannya amatlah krusial. Oleh karena itu keluarga merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri. Sikap orang tua terutama tercermin pada pola pengasuhannya yang mempunyai sumbangan yang cukup besar dalam perkembangan kepribadian anak. Perkembangan kepribadian dapat dilihat antara lain dari kemandirian dan perilaku anak.10 a. Hak dan Kebutuhan Anak Menurut Suradi dalam Perlindungan Anak Berbasis Organisasi Lokal dalam Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial adalah ada empat hak anak yang perlu diberikan agar anak-anak
9
Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Pedoman Umum Tanggung Jawab Negara Dalam Pelayanan Sosial Anak Terlantar, (Jakarta: Departemen Sosial RI, 2006), h. 1. 10 Drs. Gunawan, dkk., Masalah Sosial Di Indonesia (Jakarta: Kemensos RI, 2010), h. 134.
23
dapat tumbuh kembang secara optimal, yaitu Kelangsungan hidup, Perlindungan, Pengembangan diri, dan Partisipasi. Selanjutnya berdasarkan hak anak-anak tersebut, kebutuhan anak yang perlu dipenuhi, yaitu Kebutuhan fisik, Kebutuhan belajar, Kebutuhan psikologis, Kebutuhan religious, dan Kebutuhan sosial 11 2. Periode Perkembangan Anak a. Masa Remaja Secara umum, yang tergolong remaja adalah mereka yang berada pada usia 13-21 tahun. Cirri lain yang cukup menonjol pada diri remaja ialah sifat revolusioner, pemberontak, progresif yang cenderung ingin mengubah kondisi yang mapan. Apabila sifat ini terarah dengan baik, maka mereka dapat menjadi pemimpin yang baik di masa depan, sebaliknya bila tidak terbimbing dengan baik, mereka cenderung akan merusak tatanan dan nilai-nilai sosial masyarakat.12 Batasan seorang remaja dimulai dari usia 13 sampai dengan usia 21 tahun. Periodisasi remaja terbagi menjadi 3 bagian yakni remaja awal (early adolescence 13-15 tahun), remaja tengah
11
Suradi, Perlindungan Anak Berbasis Organisasi Lokal ( Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2005), h. 44. 12 Drs. Agoes Dariyo, Psi., Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 40.
24
(middle adolescence 16-18 tahun) dan remaja akhir (late adolescence 19-21 tahun).13 Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik. 14 b. Aspek-aspek Perkembangan 1) Fisik Proses perkembangan fisik ditandai dengan perubahan ukuran organ fisik eksternal (tangan, kaki, badan) yang makin membesar, memanjang, melebar atau makin tinggi. sementara itu, perubahan organ internal ditandai dengan makin matangnya sistem syaraf dan jaringan sel-sel yang makin kompleks, sehingga mampu meningkatkan kapasitas fungsi hormon, kelenjar maupun keterampilan motoriknya.
13
Ibid., h. 8. Prof Dr. Mohammad Ali dan Prof Dr. Mohammad Asrori Psikologi Remaja (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010)., h. 10. 14
25
2) Kognitif Perkembangan meningkatnya
kognitif kemampuan
berhubungan berfikir
dengan (thinking),
memecahkan masalah (problem solving), mengambil keputusan (decision making), kecerdasan (intelligence), bakat (aptitude).15 3) Emosi Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. pertumbuhan fisik, terutama
organ-organ
berkembangnya
emosi
seksual atau
mempengaruhi
perasaan-perasaan
dan
dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosi menunjukansifat yang sensitive dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai situasi atau sosial, emosinya bersifat negative dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung). Sedangkan
pada
remaja
akhir
sudah
mampu
mengendalikan emosinya.16
15 16
Drs. Agoes Dariyo Psi., Psikologi Perkembangan Anak, h. 43. Elfi Yuliani Rochmah, M.Pd.I, Psikologi Perkembangan (Ponorogo: Teras, 2005), h. 200.
26
4) Sosial Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. pemyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realita sosial, situasi dan relasi. Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.17 5) Kesadaran Agama Menurut Wagner, bahwa banyak remaja menyelidiki agama sebagai suatu sumber dari rangsangan emosional dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari agama berdasarkan
pengertian
intelektual
dan
tidak
ingin
menerimanya begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi agnostic atau atheis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan sendiri. 18
17
Ibid., h. 203 Elfi Yuliani Rochmah, M.Pd.I, Psikologi Perkembangan, h. 212.
18
27
3. Permasalahan Anak Permasalahan anak pada umumnya dikatagorikan ke dalam tiga konsep, yaitu perlakuan salah terhadap anak atau PSTA (child abuse atau child maltreatment), penelantaran anak (child neglect), dan eksploitasi anak (child exploitation). PSTA meliputi (Suharto, 1997:365): a. PSTA secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap anak dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian kepada anak. Terjadinya PSTA secara fisik umumnya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai orang tuanya, seperti anak nakal atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air, kencing atau muntah di sembarang tempat, memecahkan barang berharga. b. PSTA secara psikis meliputi penghardikan, penyampaian kata-kata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar dan film pornografi pada anak. Anak yang mendapat perlakuan ini umumnya menunjukan gejala perilaku maladaptive, seperti menarik diri, pemalu, menangis bila didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu dengan orang lain. c. PSTA secara seksual dapat berupa perlakuan pra-kontak seksual anatara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata-kata, sentuhan, gambar visual, exhibitionism), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi seksual).
28
d. PSTA secara sosial dapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak. penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuhkembang anak. eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga maupun masyarakat.19 4. Pengertian Anak Terlantar Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar baik fisik, mental spiritual dan sosial (UU RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak). Keterlantaran tersebut dikarenakan orang tua maupun keluarga tidak mampu untuk memberikan kebutuhan dasar anak sehingga anak menjadi terlantar. Kebutuhan dasar anak
seperti
tumbuh kembang, hidup yang layak, pendidikan dan kesehatan. Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk katagori anak rawan atau anak-anak membutuhkan perlindungan khusus (children in need of special protection). Dalam Buku Pedoman Pembinaan Anak Terlantar yang dikeluarkan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur (2001) disebutkan bahwa yang disebut anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasarnya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, msupun sosial.20
19
Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. ( Bandung: PT Refika Aditama, 2005). h. 160. 20 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana, 2010), h. 212.
29
Penelantaran anak dicirikan oleh kegagalan dalam memenuhi kebutuhan dasar anak. Penelantaran bisa berupa penelantaran fisik, pendidikan dan emosional: -
Penelantaran fisik meliputi penolakan atau penundaan dalam mencari perawatan kesehatan; peninggalan; pengusiran dari rumah atau penolakan terhadap kembalinya anak yang minggat; dan pengawasan yang kurang memadai.
-
Penelantaran pendidikan mencakup pembiaran kebiasaan bolos yang parah, tidak mendaftarkan anak usia sekolah ke sekolah, dan tidak memenuhi kebutuhan pendidikan khusus anak.
-
Penelantaran emosional mencakup tindakan seperti tidak adanya perhatian terhadap kebutuhan anak akan kasih sayang; penolakan atau ketidakmampuan untuk memberikan kepedulian psikologis yang perlu; penyiksaan pasangan di depan anak; dan pembiaran penggunaan alcohol dan obat-obatan oleh anak.21
5. Faktor Penyebab Anak Terlantar Karena alasan tertentu seringkali orang tua dan/atau keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya sehingga anak menjadi terlantar. Keterlantaran pada anak secara garis besar disebabkan dua faktor yakni: a. Faktor ketidaksengajaan atau dengan perkataan lain karena kondisi yang tidak memungkinkan dari orang tua dan/atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan anaknya. 21
John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 172.
30
b. Faktor kesengajaan untuk menelantarkan anaknya karena rendahnya tanggung jawab sebagai orang tua dan/atau keluarga terhadap anaknya.22 Ciri-ciri yang menandai seorang anak dikatagorikan terlantar adalah: pertama, mereka biasanya berusia 5-18 tahun, dan merupakan anak yatim, piatu, atau anak yati piatu. Kedua, anak yang terlantar acap kali adalah anak yang lahir dari hubungan seks di luar nikah dan kemudian mereka tidak ada yang mengurus karena orang tuanya tidak siap secara psikologis maupun ekonomi untuk memelihara anak yang dilahirkan. Ketiga, anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya atau keluarga besarnya, sehingga cenderung rawan diperlakukan salah. Keempat, meski kemiskinan bukan satu-satunya penyebab anak diterlantarkan dan tidak selalu pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya. Tetapi, bagaimanapun harus diakui bahwa tekanan kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan fasilitas dan memenuhi hak anaknya menjadi sangat terbatas. Kelima, anak yang berasal dari keluarga yang broken home, korban perceraian orang tuanya, anak yang hidup di tengah kondisi keluarga yang bermasalah-pemabuk, kasar, PHK, terlibat narkotika dan sebagainya.23
22
Departemen Sosial RI, Pedoman Umum Tanggung Jawab Negara Dalam Pelayanan Sosial Anak Terlantar(Jakarta: 2006), h. 1. 23 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak. h. 216.
BAB III PROFIL LEMBAGA A.
Profil Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 1. Sejarah PSAA Panti ini didirikan pada tahun 1993, yang awalnya berfungsi sebagai penampungan penyakit kusta dengan nama Panti Sosial Penyandang Cacat. Setelah berjalan sekitar 2 tahun ( 1993-1995) kemudian dievaluasi dengan beberapa pertimbangan maka penyandang kusta di alihkan ke panti kusta Sintanala Tanggerang, Banten. Pertimbangan utama mengapa penyanndang kusta di alihkan karena kurang efektif dan kurang memungkinkan. Pada tahun 1996 panti anak terlantar yang ada di jalan Dewi Sartika no.100 Cawang (sekarang sudah menjadi RSUD Budi Asih) penampungan antara anak asuh laki-laki dan perempuan menjadi satu sehingga dalam menegakan tata tertib panti mengalami banyak kendala. Maka panti ini di alihkan menjadi panti yang menangani klien khusus anak laki-laki. Pada awal berdirinya ( 2 Juni 1996 ) bernama Panti Sosial Bina Remaja Putra Utama 02 Ceger. Kepala panti pertama bernama I Ketut Muniarka BA. Kemudian tahun 1998 panti di pimpin Drs. Sutrisno hingga tahun 2001. pada tahun 2001 terjadi perubahan. Panti Ceger digabung dengan panti Klender dan Cawang. Nama panti diganti menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Ceger. Pada masa perubahan
31
32
ini kepala pantinya dipimpin oleh Bpk. Suwarto hingga 1 Desember 2004. Kemudian pada tanggal 1 Mei 2005 pimpinan panti dipegang oleh Dra. Hj. Etty Setiasih. Kemudian diganti oleh Bpk. Drs.Purwono hingga tahun 2009. Dan kini kepala panti di pimpin oleh Bpk. Drs.H. Wahyu Rasyid, M.Si. Kemudian pada tahun 2011-2012 di pimpin oleh Dr. H. Yanuardi, M.Pd. Dan kemudian diganti oleh Djaka Kunandjaya, SH. MM dari tahun 2012-2013. Di lanjutkan oleh Dr. H. Aji Antoko tahun 2013 sampai sekarang. Sesuai dengan keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta 163 Tahun 2002 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksanaan Teknisi ( UPT ) dilingkungan Dinas Bintal dan Kesos Prov. DKI Jakarta, panti mengalami perubahan nama menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger. 1 Panti sosial asuhan anak putra utama 4 adalah UPT Dinas Sosial Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang bertugas untuk memberikan pelayanan, pembinaan dan pengasuhan anak terlantar. 2. Tugas dan Fungsi PSAA Kedudukan Tugas dan Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 04 Ceger.
Kedudukan :
PSAA PU 04 Ceger adalah Unit Pelaksana Teknisi ( UPT ) Dinas Sosial.
1
Laporan Praktikum 1
33
PSAA PU 04 Ceger di pimpin oleh seorang kepala Panti yang dalam melaksanakan tugasnya dan fungsinya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Ka. Dinas.
Tugas : PSAA PU 04 Ceger mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesejahteraan
sosial
anak
terlantar
yang
meliputi
identifikasi dan assesment bimbingan dan penyaluran serta bina lanjut.
Fungsi
Pelaksanaan
pendekatan
awal
meliputi
penjangkauan,
observasi, identifikasi, motivasi, dan seleksi.
Pelaksanaan penerimaan meliputi regristrasi, persyaratan administrasi, dan penempatan dalam panti.
Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan dan perlindungan sosial.
Pelaksanaan assesment meliputi penelaahan, pengungkapan dan pemahaman masalah dan potensi.
Pelaksanaan pemberiaan pembinaan fisik dan kesehatan, bimbangan mental, sosial, kepribadian, pendidikan, dan latihan keterampilan.
Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan serta pelaksanaan penyaluran dan bantuan kemandirian .
34
Pelaksanaan pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan, dan terminasi.2
3. Visi dan Misi
Visi Keluarga Binaan Sosial Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 yang mandiri dan sejahtera
Misi
Peningkatan kualitas pelayanan terhadap Warga Bina Sosial
Peningkatan harkat dan martabat serta kualitas hidup warga binaan sosial
Peningkatan dan penumbuhan kesadaran dan tanggung jawab pribadi, sosial dan keluarga bagi warga binaan sosial3
2
Ibid., Wawancara dengan Bp. Nurshobah, S. Ag. M.Si tanggal 15 April 2014
33
35
4. Bagan Organisasi Bagan organisasi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 04
KEPALA PANTI Dr. H. Aji Antoko
Sub Bagian Tata Usaha
H. Nursobah, S.Ag. M.Si
SEKSI IDENTIFIKASI DAN ASESMEN
SEKSI BIMBINGAN DAN PENYALURAN
Dra. Diah H.P, M.Si
Siti Djulaeha, S.Sos. M.Si
5. \
36
5. Sarana dan Prasarana PSAA PU Tabel 2 Sarana Tahun Berdiri
Tahun 1993
Luas Tanah
12.000 M2
Luas Bangunan
2.300 M2
Kapasitas Panti
100 Orang (WBS) Jl. Raya Bina Marga No. 57 Ceger Kec. Cipayung
Lokasi Panti Jakarta Timur (13620) Telp : ( 021 ) 8447728
Tabel 3 Prasarana No. JenisSarana
Volume
Peruntukan
1.
Asrama
8
Ruang tidur WBS
2.
Ruang Dapur
2
Kegiatan
masak
memasak
untuk
permakanan WBS 3.
Rumah Dinas
4
Staf yang tinggal didalam panti
4.
Ruang Kantor
2
Sub. Bag. TU, Seksi dan Staf
5.
Ruang Gudang
3
Penyimpanan
1
WBS belajar komputer dan membaca
Ruang Komputer / 6. Perpustakaan
37
7.
Ruang Aula
1
Rapat dan serba guna
8.
MCK / Toilet
13
MCK
2
Kegiatan olahraga
Kegiatan Ibadah
Lapangan 9. Olahraga 10.
Musholla
1
11.
Kolam Ikan
1
12.
Halaman Kebun
4
13.
Ruang Belajar
1
14.
Taman
4
15.
Ruang Assessment 1
Kegiatan assessmen
16.
Ruang Klinik
1
Pengecekan kesehatan WBS
17.
Ruang Cukur
1
Kegiatan mencukur rambut WBS
18.
Ruang Makan
1
Kegiatan makan WBS
Kegiatan belajar mengajar WBS
6. Sumber Daya Manusia a. Pengembangan dan Keterampilan Staf 1) Pendayagunaan Keterampilan, Pembagian kerja PSAA PU 4 Ceger memiliki pembagian kerja, dimana Kepala Sie di PSAA PU 4 Ceger mempunyai bagian-bagian staf dalam berkerja. Contohnya, Ka Sie identifikasi dan assemen mempunyai staf di bidang psikologi , kesehatan, dan juru masak.
38
2) Partisipasi Staf dalam Manajemen Partisipasi staf di PSAA PU 4 Ceger salah satunya adalah pengasuh warga binaan sosial yang memiliki 2 pekerjaan seperti wali kamar dan juru masak. 3) Kualitas Staf periode Januari 2014 Tabel 4 Jumlah Pegawai Pegawai Negeri Sipil
17 orang
Pegawai Tidak Tetap
-
Pegawai Honorer
14 Orang
Jumlah
31 Orang
Tabel 5 Keadaan pegawai berdasarkan golongan4 Golongan IV
2 Orang
Golongan III
5 orang
Golongan II
8 Orang
Golongan I
2 orang
PTT/Honorer
14 Orang
Jumlah
4
Ibid.,
31 rang
39
b. Pengembangan Profesi (supervise, dukungan, dan pelatihan) Pengembangan profesi di lakukan oleh panti secara rutin setiap tahunnya. Jika memerlukan narasumber untuk pembekalan bagi pegawai,maka panti akan mendatangkan narasumber. c. Penilaian Kinerja Kepala Sie selalu menilai para stafnya secara berkala. d. Jander dan keragaman Etnis Tidak ada janderisasi namun, di bagian administrasi lebih banyak perempuan. Dan laki-laki lebih berperan dibidang operasional. 7. Kerjasama dan Jaringan Lembaga Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama memiliki kerja sama yang kuat dengan masyarakat, Kepolisian, Dinas Kesehatan, JIKS ( Jakarta Internasional Korean School), Perguruan Tinggi ( UNJ, UNAS dan PNJ) dan KPAI.5 8. Hubungan Eksternal a. Pengakuan Masyarakat Semenjak berdirinya PSAA PU 4 Ceger masyarakat di sekitar merasa terbantu dalam menyekolahkan anak. b. Komunikasi dengan Kelompok Sejenis (issue dan kegiatan program) PSAA PU 4Ceger berinteraksi tentang kegiatan program dengan PSAA PU 5 tebet. Itu merupakan salah satu contoh komunikasi dengan sekelompok sejenis.
5
Laporan Praktikum 1
40
c. Kemampuan Bekerjasama dengan Pemerintah/Lembaga Lain PSAA PU 4 Ceger berkerjaasama dengan Depatermen kesehatan untuk menuunjang kesehatan WBS dengan tingkat puskesmas sampai dengan rumah sakit umum daerah (Rs. Haji Jakarta ) dan berkerjasama dengan Dinas kepolisian yang untuk membimbing para WBS agar mengerti hukum. d. Kemampuan Untuk Mengakses Sumber Daya Lokal Hubungan eksternal salah satunya ialah yang berkerja sama dengan stake holder seperti RT RW untuk membantu membuat KTP WBS.6 B.
Profil Warga Binaan Sosial 1. Periode ini PSAA PU 4 mempunyai 3 tahapan pengasuhan anak: a. Tahap I Penjangkauan Proses perekrutan WBS yang dilakukan PSAA PU 4 Ceger lebih kepada penjangkauan. Penjangkauan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Rujukan
Instansi Rujukan instansi biasanya PSAA PU 4 mendapatkan titipan
anak dari KPAI. KPAI menitipkan anak ke PSAA PU 4 agar anak bisa mendapatkan pengasuhan yang layak serta.
6
Ibid.,
41
Lembaga Sosial Biasanya dari lembaga sosial menitipkan wbsnya di PSAA PU 4 Ceger. Contohnya PSMP Handayani yang menitipkan wbs ke PSAA untuk mendapatkan sekolah formal.
Panti Sosial WBS dari PSAA PU 1 Klender yang sudah lulus dari Sekolah Dasar ( SD ). Maka, otomatis WBS tersebut akan langsung terdaftar ke PSAA PU 4 Ceger untuk meneruskan sekolah lanjutan di SMP- SMA.
2) Penyerahan
Orang Tua yaitu orang tua calon wbs yang datang ke PSAA PU 4 Ceger
dengan
membawa
calon
WBS.
Orang
tua
calon
WBS
menyerahkan WBS dengan alasan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk menyekolahkan WBS dengan biaya sendiri. Adapun alasan lain dari orang tua yaitu, orang tua yang kewalahan untuk mengurus anaknya dikarenakan sifat anak tersebut yang membangkang atau melawan orang tua namun tetap dalam keadaan ekonomi yang lemah.
Keluarga Keluarga atau kerabat terdekat biasanya mendapatkan amanah
dari orang tua anak agar anaknya dapat diasuh oleh keluarga atau
42
kerabat terdekat lantaran anak menjadi yatim-piatu atau orang tua sudah tidak sanggup memberikan pengasuhan yang layak terhadap anak. Tetapi disisi lain keluarag juga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar, maka anak diserahkan ke PSAA PU 4 Ceger.
Masyarakat Masyarakat
yang
menemukan
anak
terlantar
dan
mengantarkannya ke PSAA PU 4 dengan alasan agar anak mendapatkan pelayanan yang sesuai atau anak terlantar membuat resah masyarakat sekitar. 3) Pendaftaran
Dari Panti Sendiri PSAA PU 4 Ceger melakukan sosialisasi ke masyarakat yang
terancam terlantar khususnya anak-anak mereka tentang pelayanan yang ada di PSAA PU 4 Ceger. PSAA PU 4 juga membuka untuk umum. b. Tahap II Pembinaan – Pengasuhan 1) Pengasuhan Anak
Pendidikan PSAA PU 4 Ceger memberikan pendidikan kepada anak dengan pendidikan formal. Anak disekolahkan di luar panti. Tingkat pendidikannya dari SMP (sekolah menegah pertama),
43
SMK (sekolah menengah kejuruan) sampai tingkat Perguruan Tinggi. PSAA PU 4 Ceger yang mengambil alih dalam biaya sekolah, kegiatan sekolah bahkan sampai mengambil raport.
Kesehatan PSAA PU 4 Ceger mempunyai klinik di dalam lingkungan
PSAA PU 4 juga bekerja sama dengan puskesmas yang ada di depan PSAA PU 4 dan juga beberapa Rumah Sakit. Klinik berperan sebagai tempat pertolongan pertama bagi WBS. Puskesmas melayani wbs yang mengalami sakit seperti Flu, Deman, sakit Gigi dan lainnya tetapi jika wbs memerlukan pertolongan yang lebih biasanya wbs di oper ke Rumah Sakit Haji Jakarta seperti penyakit Paru-paru, perbaikan gizi dan penyakit serius lainnya.
Agama PSAA PU 4 Ceger memberikan siraman rohani dengan
mendatangkan guru ngaji rutin satu minggu sekali.
Sosial Panti memberikan dukungan kepada WBS untuk dapat
bersosialisasi dengan masyarakat lingkungan panti dan sekolah. PSAA
tidak
membatasi
lingkungan sekitar.
anak
dalam
berinteraksi
dengan
44
Pelatihan Keterampilan Pelatihan keterampilan yang disediakan PSAA yaitu musik,
angklung, dan komputer. PSAA menyediakan computer, alat-alat musik dari gitar, keybord, bass, drum sampai angklung dan disertakan guru musik sebagai pengajar. Keterampilan ini dilakukan 2 kali dalam semingu yaitu hari selasa dan kamis. Hari selasa untuk anak SMP dan hari kamis untuk anak SMK.
Seni-Budaya Seperti silat, futsal dan senam. Silat dilakukan pada hari rabu,
futsal sabtu-minggu dan senam hari jumat.
Pembinaan Fisik Pembinaan fisik seperti memberikan makan sehari 3 kali,
menyediakan peralatan mandi, pakaian baik pakaian sekolah maupun pakaian sehari-hari.
Penanganan Masalah Sosial Penanganan masalah sosial disini yaitu membantu WBS yang
dalam mengalami masalah sosial seperti masalah sosial keluarga, lingkungan dan sekolah. Dan PSAA PU 4 akan mencari jalan keluar bagi WBS sesuai dengan kesepakatan bersama (WBS dan keluarga).
45
2) Pembinaan
Pembinaan mental sosial Pembinaan mental yang diberikan PSAA PU 4 Ceger untuk
orang tua atau keluarga wbs dengan mengadakan pembinaan dan didik serta dilatih dalam menggali potensinya yang dimana agar orang tua atau keluarga menjadi lebih berkembang dengan potensi yang mereka punya.
Pemberdayaan ekonomi keluarga Dalam
pemberdayaan
ekonomi
keluarga
wbs,
panti
memberikan tunjangan atau modal awal kepada keluarga wbs. Modal tersebut dipergunakan untuk membuka usaha kecil-kecilan. Dana tersebut diberikan oleh pemerintah agar ekonomi keluarga membaik. Panti mengutamakan hanya kepada keluarga yang benar-benar membutuhkan (benar-benar lemah dalam kondisi keuangan, tidak mempunyai pekerjaan).
Penanganan masalah kesejahteraan sosial Penanganan masalah kesos biasanya panti memberikan
alternative-alternatif
untuk
mencari
jalan
keluar
dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi orang tua maupun keluarga.
46
c. Tahap III Kembali ke masyarakat/resosialisasi: Persiapan, Pelaksanaan, Bina lanjut dan Terminasi. 1) Kembali kepada orang tua/keluarga Jika wbs masih mempunyai orang tua ataupun keluarga wbs akan dikembalikan ke orang tuanya ataupun ke keluarga.
Mandiri Kemandirian wbs setelah keluar dari panti seperti mendapatkan
pekerjaan, PSAA juga bekerjasama dengan beberapa perusahaan seperti Hoka-hoka Bento, Baso Atom dan perusahaan lainnya.
Menikah Wbs yang sudah lulus atau keluar dari panti akan melanjutkan
hidupnya sendiri dengan bekal yang diterima dari panti. Ada yang langsung mendapatkan pekerjaan ada pula yang menikah. PSAA PU 4 tetap mendukung wbs meskipun wbs tersebut sudah keluar dari panti. Dan PSAA PU 4 rutin mengadakan acara khusus alumni PSAA PU 4 setiap tahunnya.
Rujukan Wbs yang mendapat rujukan seperti wbs yang bermasalah dan
mahasiwa. PSAA bekerja sama dengan Panti Sosial atau Lembaga Sosial lainnya. PSBR yang berada di Tebet merupakan rujukan dari PSAA PU 4.7
7
Wawancara dengan Ibu Devi 28 Mei 2014.
47
2. Profil warga binaan sosial periode Januari 2014
Tabel 6 Berdasarkan Usia No
Usia
Jumlah WBS
13 tahun
2
14 tahun
7
15 tahun
3
16 tahun
16
17 tahun
22
18 tahun
23
19 tahun
8
20 tahun
7
21 tahun
2
22 tahun
2
23 tahun
0
24 tahun
1
Jumlah
93
48
Tabel 7 Berdasarkan Latar Belakang Keluarga No
Latar Belakang Keluarga
Jumlah
1
Yatim
6
2
Piatu
3
3
Yatim Piatu
1
4
Terlantar
21
5
Lengkap
46
6
Bercerai
16
Jumlah
93
Tabel 8 Berdasarkan tingkat pendidikan 1
2
3
SMP
20
9
8
SMK
19
14
16
Universitas
7
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A.
Gambaran Umum Pola Pengasuhan Anak Terlantar di PSAA PU 4
Ceger. Peneliti telah melakukan penelitian secara langsung dan hasil yang di peroleh pada Pola Pengasuhan Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger merupakan hasil dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari selama mengumpulkan data, peneliti menemukan beberapa hal tentang gambaran umum pola pengasuhan anak dan bagaimana pola pengasuhan anak terlantar di dalam PSAA PU 4. Peneliti mendapatkan sumber dari Kepala Seksi (Ka. Sie) Bimbingan dan Penyaluran, Ka Sie Assesment dan Identifikasi, Psikolog, Wali Kamar serta Warga Binaan Sosial (WBS).
Pola pengasuhan anak terlantar ialah bentuk pengasuhan yang diperoleh anak dalam memenuhi kebutuhan dasar anak misalnya seperti perlindungan, pemeliharaan, memperoleh pendidikan,kesehatan, serta kebutuhan dasar lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Siti Djulaeha, S.Sos. M.Si bahwa pola pengasuhan adalah
“Pola pengasuhan anak adalah pemenuhan kebutuhan anak dari bangun tidur sampai tidur kembali, kebutuhan sekolah, sehari-hari. Misalnya makan, pakaian, alat mandi, dan kesehatan. Pemenuhan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan
49
50
sosialnya. Intinya semua pelayanan diberikan kepada anak”.1 Berbeda dengan pendapat Ibu Dra. Diah H.P, M.Si
“Pola pengasuhan itu cara-cara bagaimana mengasuh anak, membimbing, membangun anak untuk mencapai kehidupan yang lebih baik”.2 Dari kedua sumber dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan adalah terpenuhinya kebutuhan anak dari sehari-hari sampai kebutuhan lainnya seperti kebutuhan fisik, mental, sosial dan spiritual. Serta juga cara yang digunakan dalam mengasuh anak sehingga anak menjadi lebih baik untuk kedepannya. Cara mengasuh anak yang benar dan tepat dapat membuat anak menjadi lebih baik dalam kehidupannya kelak.
Pengasuhan anak adalah sistem pemeliharaan, pendidikan, perlindungan anak dan/atau harta bendanya hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri demi kepentingan terbaik anak sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, kesejahteraan, dan permanensi dari orang tua, atau pihak-pihak lain yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak.3 Sesuai dengan latar berlakang PSAA PU 4 bahwa PSAA PU 4 merupakan Unit Pelaksana Teknisi (UPT) Dinas Sosial Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang bertugas untuk memberikan pelayanan, pembinaan dan pengasuhan anak terlantar.
1
Wawancara dengan Ibu Siti Djulaeha S.Sos, M.Si tanggal 23 Mei 2014. Waawancara dengan Ibu Dra. Diah HP. M,Si tanggal 23 Mei 2014. 3 Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Pedoman Operasional Program Kesejahteraan Sosial Anak (Jakarta: Kementerian Sosial RI, 2011 ), h. 56 2
51
Dengan adanya PSAA PU 4, anak terlantar bisa mendapatkan kebutuhan dasar mereka yang meliputi perlindungan, tumbuh kembang, kesehatan serta pendidikan. Orang tua tidak perlu lagi memikirkan untuk biaya sehari-hari anak dari sekolah, uang jajan, makan, dan kebutuhan dasar lainnya karena PSAA PU 4 memfasilitasi atau memberikan semua pelayanan pengasuhan bagi anak. Pola pengasuhan yang diberikan oleh PSAA PU 4 kapada anak seperti pendidikan, kesehatan, agama, sosial, pelatihan keterampilan, seni budaya, pembinaan fisik dan penanganan masalah sosial. Anak terlantar di PSAA PU 4 berjumlah 93 orang dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Berdasarkan usia dari 13-21 tahun. Tingkat pendidikan dari SMP-SMK bahkan ada beberapa yang sudah kuliah. Di PSAA ada 7 kamar yang ditempati oleh 12-14 anak. Setiap kamar memiliki wali kamar 3 orang. Pada periode saat ini Kepala Panti memberikan pendampingan kepada anak. Satu pendamping, mendamping 3 anak. Menurut Pa H. Nursobah selaku Sub Bag Tata Usaha di PSAA PU 4. “sekarang ini pada periode Pa Aji kita pakai pendamping untuk anak. Setiap pendamping menangani 3 anak. Dan tugas ini tidak hanya dilakukan oleh wali kamar dan staff saja tetapi saya, Ibu Nti dan Bu Diah juga ikut dalam pendampingan ini” 4. Dengan adanya pendampingan seperti ini dimaksudkan agar anak lebih terkontrol dan jadi lebih mudah dalam mengawasi anak-anak. Setiap pendamping mempunyai tanggung jawab terhadap wbs (warga binaan sosial) dan pendamping disini juga berperan sebagai pengganti orang tua. Pendamping juga memperlakukan wbs (warga binaan sosial) seperti layaknya memperlakukan anak sendiri sehingga anak dapat 4
Wawancara dengan Bapak H.Nursobah, S.Ag. M.Si. Selasa, 15 April 2014
52
merasa aman, tentram dan tidak kehilangan kasih sayang orang tua. Pendampingan ini terbilang efektif dalam mengawasi anak-anak yang pada usia remaja yang dimana sedang dalam masa-masa peralihan atau fase krisis. Pendamping akan selalu menberikan masukan-masukan yang positif sehingga anak tidak terjebak kepada pergaulan yang salah. Selain itu anak juga menjadi lebih dewasa dan berkembang lebih baik serta anak merasa terpenuhinya kebutuhan psikologis seperti merasakan kasih sayang orang tua. Karena masa remaja adalah masa-masa peralihan atau fase krisis dari masa anakanak ke remaja, mengalami guncangan-guncangan jiwa yang sangat hebat akibat karena perubahan-perubahan yang hebat pula sehingga anak sulit untuk dikontrol. Banyak anak yang salah dalam pengasuhan akan berakibat pada perkembangan anak. Contohnya seperti salah satu anak di PSAA PU 4 mengalami pengasuhan yang salah sehingga ia menjadi anak yang temperamental, tidak bisa diatur, sangat berani dalam hal negative dan berurusan dengan pihak kepolisian. 1. Profil Informan a. Informan I dengan inisial P (Warga Binaan Sosial) Nama
:P
Usia
: 17 Tahun
Pendidikan
: SMK kelas 1
Latar belakang P adalah anak negara atau anak yang tidak memiliki orang tua maupun keluarga terdekat. P hidup dari panti ke panti. Dari bayi P hidup di Panti Sosial Tunas Bangsa atau Panti Balita sampai usia 6 tahun. Saat usia 6 tahun P dipindahkan ke Panti Sosial Asuhan Anak di
53
daerah Klender, P tinggal disana sampai dengan lulus Sekolah Dasar (SD). Ketika lulus SD, P dipindahkan lagi ke Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 yang terletak di Ceger sampai saat ini. P sudah berada di PSAA PU 4 Ceger sekitar 3 tahun. Saat ini P duduk di bangku Sekolah Menegah Kejuruan (SMK). P terbilang anak yang tidak bisa diatur, pernyataan ini dikatakan oleh wali kamar P saat peneliti menanyakan kondisi P selama di Panti ini. P sering melanggar aturan panti, sering kabur dari panti, bahkan sering pula tidak masuk sekolah dan lebih memilih bermain warnet daripada sekolah. Menurut wali kamar P “P mah susah di atur mbak, dia lebih suka main daripada sekolah. Apalagi kalau disuruh bantu emak, mana mau dia langsung deh banyak alasannya inilah itulah.” 5 P termasuk orang yang tidak bisa ditanya terus menerus, jika ia ditanya terus menerus P merasa bahwa dirinya sedang di introgasi sehingga P akan menjadi marah. P anak yang haus akan kasih sayang, sehingga P akan senang jika ada orang yang memperhatikan dia, memperdulikan dia, bahkan menyayangi dia dengan tulus dan ikhlas. Karena P tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang utuh sebelumnya. Wali kamar juga bercerita
“ P nih yaa ga bakal mau kalau disuruh-suruh terus apalagi kalau dipaksa dia bisa ngamuk. P itu orang suka bangat mencari perhatian ke siapa saja. Makanya dia sering kabur, 5
Wawancara pribadi dengan Ibu Tuti tanggal 22 Juli 2014
54
supaya dia diperhatiin. Maklum yaa soalnya dia ga pernah mendapatkan kasih sayang sebelumnya.” 6
Peneliti sempat berbincang-bincang dengan P di kamarnya. P banyak bercerita saat peneliti menanyakan pengasuhan yang P terima di Panti. Menurut P, ia merasa senang berada di Panti dikarenakan P mempunyai banyak teman. Bahkan dengan pengasuhan yang ia terima di panti ketika peneliti menanyakan apakah P senang dengan adanya pengasuhan yang dia peroleh. P menjawab “Iya seneng saya. Pengasuhnya bisa diajak ngobrol, becanda, tapi kadang saya suka diomelin sih apalagi kalo lagi males pas di suruh emak.”7 P juga menjelaskan bagaimana bentuk pengasuhannya
“kalo saya salah ya saya diomelin dan bahkan bisa di hukum ka. Engga sering sih. Emak ngomelinnya kalo saya emang lagi salah aja, kalau lagi engga salah mah engga mungkin diomelin kak. Tapi kadang-kadang emak juga memberikan saya kesempatan dalam hal apapun selama hal itu positif. Emak mendukung saya bermain musik kak, karena emak tau kalau saya suka sekali dengan musik.”8
P menyebutkan bahwa pengasuh yang ia panggil emak merupakan teman curhat, teman ngobrol P dikala sedih maupun senang. P selalu menyampaikan apapun yang ia rasakan kepada pengasuh atau emak tersebut. Peneliti pernah mengikuti P ketika sedang berbicara dengan pengasuh mengenai perasaan saat itu. Disaat P bercerita, pengasuh 6
Ibid., Wawancara pribadi dengan P tanggal 28 Mei 2014 8 Wawancara pribadi dengan P tanggal 22 Juli 2014 7
55
memerhatikan
apa
yang
disampaikan
P.
Pengasuh
memberikan
kesempatan kepada P menceritakan semua yang P lakukan dan juga P diberikan
kesempatan
oleh
pengasuh
dalam
menemukan
atau
memecahkan masalah yang dihadapinya serta membuat solusi sebagai jalan keluarnya. Ketika solusi itu dianggap benar maka pengasuh menyetujuinya begitupun sebaliknya jika solusi itu akan memberatkan P, maka pengasuh akan memberikan solusi yang lebih baik bagi P dan disetujui oleh P sendiri.9 b. Informan II dengan inisial F (warga binaan sosial) Nama
:F
Usia
: 16 Tahun
Pendidikan
: SMP kelas 2
Latar belakang F sama seperti latar belakang P. F juga mengalami hidup dari panti ke panti dan F juga tidak mengenali orang tuanya dan keluarga terdekatnya. F beranggapan bahwa orang tuanya ialah pengasuh yang mengasuh F waktu di Panti Balita. F sangat berbeda dengan P. F adalah anak yang sangat pendiam, polos, bahkan F tidak mengetahui tindakan yang ia lakukan. Ini dinyatakan oleh pengasuh F saat peneliti menanyakan F “ F itu sangat pendiam, agak susah memang berkomunikasi dengan F. kalau tidak kita yang menanya duluan, dia cuek aja gitu.”10
9
Hasil pengamatan di Kamar tanggal 22 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan Ibu Devi tanggal 22 Juli 2014.
10
56
Ini juga peneliti alami ketika peneliti mewawancarai F. F hanya diam ketika peneliti bertanya. Ketika peneliti menanyakan untuk kedua kalinya F baru mau menjawab dengan ragu-ragu serta mata menerawang kemanamana. Badan F pun melihatkan bahwa F seperti tidak nyaman saat peneliti bertanya. Peneliti mencoba memberi kesempatan kepada F dengan mengajak ngobrol santai terlebih dahulu sampai F lebih rileks. Peneliti mendegarkan
curhatan
F
mengenai
sekolahnya,
teman-temannya
disekolahnya bahkan teman-teman di panti. Peneliti bertanya bagaimana perasaan F selama berada di Panti, dan F pun menjawab “seneng kak karena bisa bermain dengan kawan-kawan”11 Peneliti juga menanyakan pengasuhan yang di terima F dan apakan F senang dengan adanya pengasuhan tersebut “Ibu devi baik banget kak saya senang di asuh bu devi.” 12 Dan “Seneng ka, bu devi mengizinkan saya pulang ke keluarga (keluarga asuh) jjika lagi liburan sekolah.” 13 Peneliti tidak banyak berbicara dengan F karena melihat F seperti orang yang was-was atau F berangangapan bahwa F sedang diperhatikan banyak orang maka F meminta untuk menyudahinya. Peneliti menemui pengasuh F yang tidak langsung juga adalah psikolog di Panti.
11
Wawancara pribadi dengan F tanggal 28 Mei 2014 Ibid., 13 Ibid., 12
57
Ketika peneliti dan ibu Devi sedang berdiskusi, F pulang dari sekolah dan langsung menemui kami di dalam kantor. Ibu Devi berbicara serius dengan F dan peneliti hanya memperhatikan. Ketika F keluar dari kantor, Ibu Devi bercerita yang terjadi tadi. “Gini kaya tadi si A dengan polosnya dia bilang “saya ngambil baju ini di jemuran bu tapi saya ga tau punya siapa saya pake aja” nah saya masukin tuh arahan-arahan saya terus dia bilang “ooh jadi gitu yaa buu, besok-besok kalo saya ngambil baju di jemuran saya harus bilang dulu yaa ga boleh langsung pake” 14 Karena pada saat itu peneliti lagi bersama dengan pengasuh atau Ibu Devi. Dan peneliti melihat ibu Devi dan F sedang berbicara serius. Ternyata F ditegur oleh pengasuh mengenai baju koko yang ia gunakan pada hari itu. Baju koko tersebut seperti terkena rokok dan saat ditanya oleh pengasuh F hanya diam. Pengasuh terus mencari tahu dengan cara F diajak berbincang-bincang. Setelah berapa lama akhirnya F menceritakan baju yang ia gunakan tersebut. Ternyata F menggunakan baju koko punya teman dikamarnya. Dari 14 anak dikamarnya F hanya menanyakan ke 2 temannya saja. Awalnya F tetap sama pendapatnya bahwa baju tersebut tidak ada yang mempunyai sehingga F bisa menggunakannya tanpa harus meminjam terlebih dahulu. Pengasuh memberikan masukan kepada F bahwa baju itu mempunyai pemilik. Tidak baik jika F mengambilnya. Pengasuh menjelaskan bahwa bagaimana jika yang mempunyai baju itu marah kepada F karena mengambil bajunya ? atau bagaimana jika baju itu akan digunakan oleh yang punya untuk sekolah?. Saat pengasuh 14
Ibid.,
58
memberikan arahan kepada F, F hanya terdiam dan menundukan kepalanya.15
c. Informan III inisial BR (warga binaan sosial) Nama
: BR
Usia
: 15 Tahun
Pendidikan
: SMP kelas 3
Latar belakang keluarga BR juga sama seperti P dan F. Peneliti menggunakan sumber yang memang sama latar belakang keluarganya yaitu anak negara. Anak yang dipelihara negara dari bayi hingga saat ini, anak yang tidak mengetahui siapa orang tua bahkan keluarganya, dan anak yang hidupnya pindah-pindah atau dari panti ke panti. BR sudah sekitar 2 tahun tinggal di PSAA PU 4 Ceger dan saat ini BR kelas 3 SMP. BR adalah anak yang tidak terlalu bermasalah di Panti. menurut pengasuh BR juga bisa diandalkan, dia anak yang lumayan penurut meskipun kadang BR termasuk anak yang labil. BR juga sangat menyukai seni di bidang musik. BR dapat memainkan semua alat musik yang tersedia di panti. Tidak semua alat musik yang BR kuasai tetapi dalam menyanyi pun BR menpunyai suara yang bagus. Peneliti sempat melihat BR latihan musik. BR juga mahir dalam bermain futsal. Peneliti mengajak BR untuk bercerita-cerita sekaligus peneliti mengumpulkan sumber-sumber terkait dengan pengasuhan di panti. BR 15
Hasil Pengamatan tanggal 23 Mei 2014
59
termasuk anak yang sangat bisa diajak kerjasama. BR membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data. Dalam hal ini peneliti menanyakan bagaimana pengasuhan yang BR terima di panti, bagaimana perasaan BR dengan adanya pengasuhan tersebut, serta adakah perasaan tertekan terhadap pengasuhan tersebut. BR pun menjawab semua pertanyaan yang peneliti ajukan “Pengasuhan yang saya terima di panti itu baik”. 16 Dan BR menjawab pertanyaan peneliti lagi terkait perasaan BR dengan adanya pengasuhan “Ada senangnya ada juga engga senangnya. Yang saya senangi enak diajak ngobrol. Yang engga saya senangi pengasuh kadang memberi perintah dengan nada yang tidak enak di dengar ka”17 Selanjutnya BR membahas apakah ia tertekannya atau tidak selama pengasuhan tersebut “Kadang iya kadang tidak. Karena kalo saya lagi badmood di omel-omelin sama emak. Kan jadinya tambah badmood ka”. 18 d. Informan IV dengan Inisial DA
16
Nama
: DA
Usia
: 34 Tahun
Pendidikan
: SI Psikologi Universitas Indonesia
Status
: Menikah dan mempunyai anak
Lama di Panti
: Hampir 4 Tahun
Wawancara pribadi dengan BR tanggal 28 Mei 2014. Ibid., 18 Ibid., 17
60
Jabatan
: Staff Seksi Identifikasi dan Assesmen
DA adalah pengasuh yang selalu dapat memberikan rasa nyaman anak dalam membimbing dan membina warga binaan sosial (wbs). Banyak sekali anak yang senang mengobrol dengan beliau alasannya karena beliau dapat mengerti apa mau anak daripada pengasuh lainnya. Dan beliau tidak pernah marah apalagi sampai memukul. Latar belakang pendidikan DA yang menyelesaikan SI jurusan Psikologi ini terbilang sangat memperdulikan anak atau wbs di Panti. Mungkin dari latar belakang pendidikan DA sehingga DA dapat memahami berbagai macam perilaku khususnya anak di panti. Dari sumber yang peneliti peroleh bahwa DA termasuk pengasuh yang aktif di luar panti. DA sering melakukan orientasi di berbagai panti-panti, selalu mengikuti pelatihan-pelatihan dan keterampilan dan DA sangat senang jika ia mendapat surat tugas dari panti untuk melakukan study banding dengan panti-panti lain. Dan menurut pandangan DA tentang pola pengasuhan anak khususnya anak terlantar ialah “pola pengasuhan itu adalah kegiatan apapun yang kita lakukan dalam rangka memelihara anak, mendidik anak dan membina anak.”19 Dan tujuan dari adanya pola pengasuhan bagi anak terlantar adalah “Anak bisa cenderung lebih berkembang dengan potensi yang dia miliki”20 19 20
Hasil Wawancara pribadi dengan Bu Devi tanggal 23 Mei 2014. Ibid.,
61
Dari pandangan DA terkait pola pengasuhan anak tidak terlepas dari bagaimana cara mendidik anak yang memang sudah terbentuk karakternya sehingga sulit untuk merubahnya. DA memberikan contoh mengenai bagaimana sulitnya mengarahkan anak yang memang sudah terbentuk karakternya dari panti sebelumnya. DA membandingan dengan dua karakter yang berbeda atau bertolak belakang.
“Si A kurang cerdas tetapi dia polos.kita mengarahkan dia berkali-kali karena dia kurang cerdas tapi keuntungannya dia mudah untuk diarahkan karena masih polos banget dan dia akan menerapkan itu di dirinya sehingga itu menjadi kepercayaan dia. Bahwa dia tuh harus seperti apa.Beda dengan si B. dia cerdas tetapi sudah terbentuk karakternya. Saya juga harus berkali-kali mengarahkan karena itu tadi dia sudah terbentuk polanya. Sehingga itu menjadi kepercayaannya dia tetapi kepercayaannya si B ini lebih ke arah yang negative.” 21 Dengan mengarahkan ke arah yang lebih baik lagi membutuhkan waktu yang lama. Dalam menerapkan pola pengasuhan yang baik dibutuhkan berbagai macam araha-arahan yang positif sehingga dapat menumbuhkan kedewasaan anak dan bagi perkembangan jiwa anak tersebut. Menurut DA cara pengasuhan yang baik akan menumbuhkan kedewasaan anak “Karena lebih matang. Anak lebih mengetahui alasannya. Gini kaya tadi si A dengan polosnya dia bilang “saya ngambil baju ini di jemuran bu tapi saya ga tau punya siapa saya pake aja” nah saya masukin tuh arahan-arahan saya terus dia bilang “ooh jadi gitu yaa buu, besok-besok kalo saya ngambil baju di jemuran saya harus bilang dulu yaa ga boleh langsung pake” 22 21 22
Wawancara dengan Ibu Devi 23 Mei 2014. Ibid.,
62
Arahan tersebut dapat menumbuhkan kedewasaan anak sehingga berdampak bagi perkembangan jiwa anak nantinya. DA juga menjelaskan dampak dari pengasuhannya tersebut seperti “Anak lebih percaya diri, bertanggung jawab dan dilatih untuk pilihannya sendiri. jadi anak bisa menentukan pilihannya sendiri dalam hal apapun. Jika dia melakukan kesalahan dia harus siap menerima sangsi. Intinya sih seperti itu.”23 Meskipun memang tidak mudah merubah anak dengan waktu yang cepat apalagi pada anak remaja laki-laki. Ada kendala dalam menerapkannya misalnya “Kendalanya pertama terhadap anak-anak yang sudah terbentuk agak susah masuk ke mereka. Kedua karena mereka laki-laki kali yaa remaja lagi sulit untuk menembusnya, lebih tertutup. Ada cerita wbs “ibu, aku punya cerita tapi ini urusan laki-laki ibu pasti ga ngerti deh dan saya ga jadi cerita deh” nah kaan susah kan”.24 Bu Devi mengklaim bahwa beliau menggunakan pola asuh demokratis tetapi menurut pengamatan peneliti Bu Devi itu pengasuh yang demokratis tetapi cenderung ke permisif. Maksudnya adalah Bu Devi lebih sering “mengiyakan” kemauan anak terkadang sering sekali mengalah kepada anak. Pada saat tertentu saja Bu Devi menggunakan pola asuh demokratis misalnya saat anak mempunyai masalah dan harus ditangani. Tetapi kesehariannya Bu Devi lebih kearah permisif contohnya saat kamar anak berantakan, Bu Devi biasa saja bahkan ia sempat mengatakan “dulu saya juga seperti itu”. Lalu saat anak di suruh untuk 23 24
Ibid., Ibid.,
63
membersihkan kamar dan memasang sprai untuk tempat tidurnya masingmasing, anak tidak melaksakannya akhirnya Bu Devi yang memasangkan sprai anak-anak. Mungkin itu adalah salah satu cara beliau agar anak belajar mengerti tetapi anak tidak belajar apa yang Bu Devi tunjukan. Pada akhirnya anak menjadi malas untuk membereskan kamar karena menurut anak jika kamar berantakan ada Bu Devi yang membereskannya.
e. Informan V dengan Inisial WR Nama
: WR
Usia
: 42 Tahun
Pendidikan
: SMKN
Status
: Menikah dan mempunyai anak yang sudah remaja
Lama di Panti
: 4 Tahun
Jabatan
: Pendamping Perawatan Anak Asuh
WR adalah salah satu pramu yang ada di PSAA PU 4 Ceger dan juga merangkap sebagai pendamping dan wali kamar serta ikut membantu administrasi di kantor staff. WR berlatar belakang pendidikan dari SMK N 28. WR sudah menikah dan memiliki anak. Usia WR adalah 42 tahun. WR sudah berpengalaman dalam mengasuh anak meskipun di PSAA PU 4 Ceger baru beberapa tahun belakangan ini saja.
64
Karena semasa di waktu sekolah WR belajar masalah sosial dan belajar menangani permasalahan-permasalahan sosial maka dari itu WR tidak merasa sulit lagi dalam menangani masalah anak di panti. WR mempraktekan teori dari apa yang ia terima waktu sekolah. Peneliti juga melihat WR lebih kompeten dalam mengasuh anak dibandingkan dengan pramu lainnya. WR lebih memahami kondisi anak dan langsung cepat tanggap apa yang dibutuhkan oleh anak. WR lebih sering bekerja sama dengan anak di kamar yang diasuhnya. Peneliti memang melihat kamar yang WR asuh lebih rapih dan bersih. Karena atas perannya WR dalam membimbing anak sehingga anak mau untuk di ajak bekerja sama. WR selalu memeriksa kamar dan selalu menegur bila kamar anak berantakan sehingga itu membuat anak berfikir untuk merapikannya setiap hari. Dari hasil pengamatan peneliti, WR adalah pengasuh yang menggunakan
pola
asuh
demokrstis.
WR
paham
bagaimana
berkomunikasi yang baik dengan anak khususnya remaja. Dikarenakan juga WR mempunyai anak yang sudah remaja. WR menerapkan apa yang ia berikan kepada anak-anaknya di rumah kepada anak di panti. WR bisa menggambil hati anak panti dengan caranya sendiri sehingga anak tidak segan-segan untuk berkomunikasi dengan WR.
65
f. Informan VI dengan Inisial T (wali kamar) Nama
:T
Usia
: 34 Tahun
Pendidikan
: SMU
Status
: Menikah dan mempunyai anak
Lama di Panti
: 2 Tahun
Jabatan
: Pendamping Perawatan Anak Asuh
Pramu yang menjadi wali kamar ini adalah salah satu pengasuh yang tidak bisa melihat kamar yang beliau asuh berantakan dan kotor. T tidak akan segan-segan untuk marah-marah jika T melihat kamar tersebut tidak rapih. Peneliti juga melihat bagaimana T marah kepada kamar asuhnya karena banyak peralatan makan kotor (piring, gelas, mangkok dan sendok) berada di kamar. T memarahi semua anak yang berada di kamar tersebut. Maksud T marah karena tidak seharusnya peralatan makan yang kotor berada di dalam kamar yang seharusnya berada di ruang makan yang sudah disiapkan.25 T juga membantu dapur dalam menyediakan makan bagi anak dan pegawai lainnya. T bertanggung jawab kepada dapur dan ruang makan. Karena pada hari itu ruang makan berantakan, kotor belum di sapu dan di pel, peralantan makan tidak di taruh di tempat yang seharusnya, banyak gelas yang masih berisis susu tadi pagi, piring kotor dan meja makan yang 25
Hasil Pengamatan tanggal 8 Agustus 2014.
66
tidak rapih maka T mengunci dapur dan tidak membiarkan anak makan siang jika ruang makan belum kembali bersih.26 Peneliti bertanya kepada T tentang apakah memang selalu begitu anakanak dan apakah harus selalu di tegur dulu baru bisa berjalan. T menjawab Iya mbak harus di omelin dulu baru bisa jalan. Kalau tidak lihat saja tuh mereka tidak perduli. Mereka daripada di suruh bersihkan dapur lebih baik engga makan mbak langsung kabur deh anaknya.27 Peneliti mendapatkan informasi bahwa pramu maupun pegawai yang bekerja di PSAA PU 4 Ceger tidak sesuai dengan kemauan hatinya. Mereka hanya melihat sisi pekerjaannya saja dan karena mendapatkan surat tugas dari dinas sosial untuk bekerja di panti ya mereka bekerja. Jadi mereka bekerja kadang tidak sepenuh hati. Contohnya jika tugasnya di dapur setelah anak-anak atau jam makan anak selesai mereka langsung pergi tanpa harus mikirin anak yang belum makan karena belum pulang sekolah. Dapur mereka kunci dan tidak menyisakan atau menyiapkan makanan bagi anak yang belum makan. Dan pada saat itu memang peneliti melihat ada beberapa anak yang baru pulang sekolah tidak kebagian makanan karena dapur sudah terkunci.28
26
Ibid., Wawancara pribadi dengan T tanggal 8 Agustus 2014. 28 Hasil pengamatan tanggal 12 Agustus 2014. 27
67
Begitu juga dengan pramu lainnya yang ditugaskan di kantor. Kadang mereka mengassesmen tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Mereka terlalu mendramatisir dalam menuliskan laporan kasus. Dan anak selalu dibagus-baguskan karena kondisi anak tersebut adalah anak asuhnya. Begitulah kondisi pramu disini. Mereka bekerja hanya karena tugas saja tidak dengan hati. Tapi ada beberapa yang sudah mulai menggunakan hatinya dalam mengurusi anak disini. Dia sudah mulai ikhlas menerima anak panti selayaknya anak sendiri. Peneliti menanyakan apakah seorang pengasuh di PSAA harus sesuai dengan latar pendidikannya. Informan tersebut menyayangkan hal ini. Banyak pengasuh yang tidak mengerti cara mengasuh anak yang sesuai dengan anak. Pengasuh hanya menggunakan alamiahnya saja mengasuh anak-anak disini. Sehingga itu tadi banyak pengasuh yang masih saja cuek dengan anak-anak di panti. Mereka berfikiran cukup dengan memberi anak makan saja sudah cukup tidak perlu lagi memenuhi kebutuhan lainnya. Informan juga sempat mendatangkan psikolog untuk para pengasuh, tetapi tidak ada dampaknya. Pengasuh masih saja seperti itu. Pengasuh diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan pengasuhan tapi tidak ada efeknya. Itulah yang informan sayangkan. Padahal pada dasarnya pengasuhan yang berkualitas itu bisa tercapai bila pengasuh memiliki kemampuan dan komitmen yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hak-hak anak.
68
B. Pola Asuh Pengasuh Terhadap Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Pola asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger dilakukan oleh pengasuh itu sendiri dengan cara atau gaya pengasuhan yang hampir sama. Berdasarkan hasil wawancara, pengasuhan yang diterapkan oleh pengasuh yang satu dengan pengasuh lainnya hampir sama meskipun mempunyai ciri khas masing-masing dalam menerapkan pola asuh tersebut. Pola asuh anak merupakan pemenuhan kebutuhan dasar anak yang sangat penting bagi perkembangan anak. Biasanya banyak orang tua yang memberikan pola asuh atau menerapkan pola asuhnya itu seperti apa yang orang tua mereka berikan di waktu dulu sehingga mereka mempraktekan cara orang tua mereka dalam pola asuh bagaimana cara orang tua mengasuh, melindungi, memberikan pendidikan dasar, dan lain sebagainya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai upaya pemeliharaan seorang anak, yakni bagaimana orangtua memperlakukan, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak, yang meliputi cara orangtua memberikan peraturan, hukuman, hadiah, kontrol dan komunikasi untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya. Menurut Baumrind bahwa ada 4 jenis pola pengasuhan yaitu Demokratis, Otoriter, Permisif dan Situasional. Pola asuh demokratis yang melibatkan peran anak dan orang tua sehingga mencapai keputusan bersama. Pola asuh otoriter yang orang tua sebagai sentral sehingga anak harus selalu mengikuti apa yang dikatakan orang tua
69
atau menjadi patokan yang harus ditaati oleh anak. Pola asuh permisif yang kebalikan dari pola asuh otoriter. Bahkan orang tua cenderung tidak pernah diperhatikan oleh anak bahkan diabaikan karena orang tua justru terkesan tidak memperdulikan anak. Serta pola asuh situasional dimana bentuk pengasuhan yang tidak berpatokan yang menjadi dasar bagi orang tua dalam mengasuh anak. Banyak pengguna pola asuh ini tidak mengetahui apa nama dan jenis pola asuh yang mereka pergunakan. Dari hasil wawancara dengan beberapa informan peneliti memperoleh hasil dua pengasuh menerapkan gaya atau pola asuh demokratis, dua situasional, satu permisif dan satu otoriter. Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger dalam menerapkan pola asuh anak berbeda-beda setiap pengasuh dan lebih kepada kondisi anak. Dari dua pengasuh menyebutkan bahwa pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang bisa di terima oleh anak-anak karena pola asuh demokratis melibatkan anak dalam mencapai suatu keputusan. Tidak hanya pengasuh yang memutuskan keputusan tetapi peran anak juga dilibatkan sehingga anak merasa bahwa dirinya dapat atau mampu dipercaya dalam mencapai suatu keputusan. Hal ini diperkuat oleh penjelasan yang diberikan oleh emak Wiwik bagaimana pengasuh dan anak dapat bekerja sama dalam mencapai suatu keputusan. “caranya kita berbicara bersama-sama, mengeluarkan pendapat masing-masing dan kita diskusiin mana yang terbaik. Intinya sih musyawarah”29 29
Wawancara pribadi dengan Emak Wiwik tanggal 8 Agustus 2014.
70
Penjelasan yang diberikan oleh Emak Wiwik dibenarkan oleh warga binaan sosial P. “bisa ka, misalnya kaya mau ada lomba kebersihan kamar. Kita sama emak bekerja sama kak. Kita diskusi dan siapa yang punya pendapat silakan dituangkan terus kita sepakatin deh” 30 Dalam hal menangani masalah anak, pengasuh yang menggunakan pola asuh
demokratis
ini
biasanya
ikut
terlibat
dalam
membantu
dan
menyelesaikan masalah anak. Meskipun masih ada anak-anak yang tidak menginginkan pengasuh ikut campur dalam masalah mereka, biasanya pengasuh hanya mengawasi saja. Seperti yang dilakukan oleh Ibu Devi dalam memberikan kepercayaan kepada anak dalam
menyelesaikan masalahnya
sendiri. Menurut Bu Devi memberikan kepercayaan kepada anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri itu anak akan belajar. “Dari situ anak akan belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. karena anak tidak mungkin kita “suapin” terus ada kalanya kita “jorokin” dan anak yang akan berusaha untuk bangun sendiri kita hanya melihatnya saja. Kecuali jika memang benar-benar membutuhkan kita barulah kita membantunya sedikit sisanya dia yang harus berjuang sendiri.”31 Jika pengasuh sudah membantu pengasuh secara tidak langsung akan ikut terlibat dalam mencari solusi untuk membantu anak menyelesaikan masalahnya. Dan pengasuh tidak mungkin membiarkan atau mengabaikan anak dalam menyelesaikan masalahnya.
30 31
Wawancara dengan P tanggal 11 Agustus 2014. Wawancara dengan Ibu Devi tanggal 8 Agustus 2014.
71
“Tidak mungkin saya membiarkan jika mereka meminta saya untuk membantu mereka. Saya akan membantu tapi kalau mereka merasa saya menggangu ya saya tidak ikut terlibat.” 32 Dalam pengasuhan demokratis ini menyimpulkan bahwa tidak semua perkataan pengasuh itu harus diikuti atau dituruti oleh anak. Semua yang menyangkut masalah anak harus didiskusikan terlebih dahulu dari mengenai argument-argumen anak. Pengasuh juga bisa memberikan kepercayaan dan kebebasan kepada anak dalam menentukan keputusannya sendiri. Menurut Ibu Devi sendiri pola asuh demokratis adalah pola asuh yang baik bagi anak. “ibu mau menjadikan anak menjadi lebih baik dengan menggunakan cara yang baik. Baik buat saya dan baik juga untuk anak.”33 Dan alasan dari Bu Devi. ”Agar menjadi acuan bagi anak, berusaha untuk memahami latar belakang dari perilaku anak. kita memahami dulu latar belakang anak baru kita bisa memahaminya dan mengarahkan anak jadi lebih mudah. Kita harus mengarahkan anak dengan kepercayaan. Dan anak akan menerapkan kepercayaan itu pada dirinya.”34
Bagi Emak Tuti pola asuh demokratis itu disenangi oleh anak. “Anak-anak lebih seneng di asuh dengan cara demokratis.” 35
32
Ibid., Ibid., 34 Ibid., 35 Wawancara dengan Emak Tuti tanggal 23 Mei 2014. 33
72
Bagi Emak Tuti pola asuh demokratis ini dapat menjadikan anak lebih berfikir terutama bagi anak yang bermasalah seperti sering melarikan diri dari panti. “Bisa. Anak dapat nentuin pilihannya. Maksudnya dia suka kabur nih, emak bilangin kalo kanur-kabur terus nanti di pulangin sama bapak (kepala panti) terus kalo dipulangin nanti kamu ga bisa sekolah lagi. Nah anak mikir deh tuh dan akhirnya dia semakin dewasa.”36
Bagi warga binaan sosial (wbs) juga pola asuh demokratis juga dapat menumbuhkan kedewasaan, terutama bagi P “Ialah kak dapet bikin saya dewasa. Soalnya saya jadi tau mana yang bener dan salah. Terus juga saya banyak dapat motivasi ka.”37 Dari hasil peneliti peroleh bahwa pola asuh demokratis adalah pola asuh yang juga mengikutsertakan kedua belah pihak baik antara anak dan orang tua. Hal ini juga dikuatkan oleh Baurmind dalam buku Psikologi Perkembangan (Anak Tiga Tahun Pertama) bahwa pola asuh demokratis adalah baik orang tua maupun anak mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide, atau pendapat untuk mencapai keputusan. Berbeda dengan pola asuh otoriter. Dalam pola asuh ini setiap perkataan orang tua harus diikuti dan anak tidak boleh membantah apa yang orang tua ingini. Orang tua bertindak sesuai dengan keinginannya, dan tidak memperdulikan keinginan anak. Menurut pengasuh, anak akan mau disuruh ketika pengasuh sudah marah. Anak terkesan mengabaikan jika pengasuh 36 37
Ibid., Wawancara dengan P tanggal 28 Mei 2014.
73
mendiami anak. Pengasuh juga menegaskan bahwa anak akan bertindak jika memang pengasuh yang menyuruh. Contohnya saat ruang makan berantakan, anak tidak akan perduli. Bahkan jika pengasuh sudah marah-marah dengan suara yang besar anak juga tidak akan perduli. Anak akan perduli jika pengasuh bertindak seperti menunda memberi makan anak. Anak menanyakan kenapa belum boleh makan dan pengasuh akan bilang jika ruang makan belum bersih tidak ada makan. Sebagian anak akan membersihkan sebagian anak lagi meninggalkan ruang makan.38 Emak F mengakui bahwa setiap perkataan beliau harus selalu diikuti “Harus. Selama perkataan saya benar ya harus diikutin.” 39 Dan Emak T tidak menyukai anak yang tidak mengikuti perkataannya. Sesuai dengan pengertian pola asuh otoriter bahwa orang tua merupakan hal sentral artinya segala ucapan perkataan maupun kehendak orang tua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anak. seringkali orang tua tidak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik atau membantahnya. BR juga mengatakan bahwa Emak T selalu benar ketika peneliti penanyakan apakah pengasuh pernah mengalah. “Engga kak, emak selalu benar” 40
38
Hasil pengamatan tanggal 8 Agustus 2014 tempat Dapur. Hasil Wawancara dengan Emak T tanggal 8 Agustus 2014. 40 Hasil Wawancara dengan BR tanggal 11 Agustus 2014. 39
74
Maksud dari BR adalah dalam menyampaikan suatu atau memutuskan suatu kesepakatan anak jarang ikut terlibat. Ini semua murni keputusan pengasuh dalam mengambil keputusan. Anak hanya menerimanya saja dan mengikuti apa mau pengasuh tersebut. Ada satu pola asuh lagi yang diterapkan oleh pengasuh di Panti, yaitu pola asuh Situasional. Pola asuh ini digunakan oleh dua Kepala Seksi (Ka. Sie) Identifikasi dan Assesmen juga Bimbingan dan Penyaluran. Menurut Ibu Diah mengapa pola asuh situasional itu dianggap yang paling sesuai karena pola asuh ini bisa disesuaikan dengan kondisi anak. “ibu menggunakan pola asuh yaa sesuai situasi dan kondisi kepribadian anak. ada yang suka dengan cara lembut ada juga yang suka dengan cara keras maksudnya harus dipaksa dulu baru dia mau melakukan sesuatu.” 41 Dan menurut Bu Diah juga dalam mengasuh anak dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan tidak asal menggunakan pola asuh. “pertimbangannya itu sesuai dengan situasi, kondisi dan karakter anak. kita ga asal pakai pola asuh tapi juga harus mempertimbangkannya.”42 Dan juga menurut Ibu Diah dan Ibu Siti pada dasarnya, semua pola bisa diterapkan sekaligus kepada satu anak. Orang tua maupun pengasuh seringkali mengkombinasikan pola asuh tersebut dan tidak jarang orang tua maupun pengasuh tidak mengetahui kalau mereka menggunakan atau mengkombinasi pola asuh tersebut. Contohnya orang tua maupun pengasuh mengklaim bahwa dirinya mengasuh anak hanya dengan satu pola asuh, namun tanpa disadari 41 42
Hasil wawancara dengan Ibu Diah tanggal 23 Mei 2014. Ibid.,
75
terkadang mereka mengkombinasi pola asuh yang telah dicontohkan diatas seperti demokratis dikombinasi dengan otoriter, permisif dengan demokratis dan lain sebagainya. Dalam menangani anak remaja terutama anak laki-laki memerlukan pengasuhan yang tidak mudah. Karena pada umumnya masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak sehingga membuat mereka bingung dengan apa yang sedang mereka alami dimana mereka mulai mencari jati diri. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik. Maka dari itu tugas pengasuh di PSAA PU 4 Ceger dalam mengasuh anak memerlukan gaya pengasuhan yang bisa di terima oleh anak. Bagaimana cara pengasuh memberikan pemeliharaan, perlindungan, pengasuhan kepada anak dengan cara yang sangat lembut, penuh kasih sayang, dengan membuat diri pengasuh seperti orang tua anak sendiri sehingga anak merasa nyaman. Pengasuh memposisikan mereka sebagai pengganti orang tua, selayaknya orang tua dalam mengasuh anak. Pengasuh memberikan kebutuhan psikologi anak terlantar sama seperti dengan orang tua ke anak kandungnya sendiri.
76
Pola asuh yang diberikan oleh pengasuh akan membentuk perkembangan dan kedewasaan anak. Jika pengasuhan dilakukan dengan benar dan sesuai dengan kepribadian anak itu akan menjadikan anak menjadi dewasa yang positif nantinya, dan begitupun sebaliknya. Tabel 9 Kesimpulan Pengasuh Inisial Latar
Anak Asuh Pola
Asuh Inisial Latar
Belakang
yang
Pengasuh
diterapkan
Performa
Belakang
di
Panti
oleh pengasuh DA
- Pendidikan
Cenderung
Psikologi UI Permisif - Usia
34
Tahun - Sudah Menikah
F
- Pendidikan kelas
2
SMP - Usia
16
Tahun
masalah
di
Panti di
dan
Panti
2
mempunyai
tahun
- Lama
- Jarang membuat
- Lama
anak
- Penurut
-Tidak mempunyai catatan kasus
yang
77
bekerja
di
jelek
PSAA PU 4 Ceger hampir
4
tahun WR
- Pendidikan
Cenderung
SMKN
Demokratis
- Usia
P
-Pendidikan kelas
42
1
SMK
Tahun
- Usia
- Sudah
- Lama
dan
Panti
mempunyai
hampir
anak yang
tahun
membantah - Bermasalah
17
Tahun
menikah
- Suka
di Panti - Catatan
di
kasus terbilang
4
banyak - Hubungan
sudah
sosial
remaja
bagus
- Lama bekerja
di
panti
4
tahun T
- Pendidikan SMU
Cenderung Otoriter
BR
- Pendidikan - Aktif kelas
3 - Jarang
78
- Usia
34
Tahun
SMP -Usia
- Sudah
membuat 15
Tahun
menikah
-Lama
dan
Panti
mempunyai
hampir
anak
Tahun
- Lama
masalah - Prestasi di
di
semua kegiatan
3
yang ada di panti - Labil
atau
bekerja
di
tidak
Panti
2
konsisten
tahun
Dari hasil kesimpulan diatas bahwa pola asuh yang diberikan pengasuh kepada anak berbeda. Dari kasus ini terlihat bahwa pola asuh pengasuh di panti tidak sesuai dengan pola asuh berdasarkan teori. Seperti contohnya pola asuh demokratis menurut Baumrind adalah anak dan orang tua mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan gagasan, ide tau pendapat untuk mencapai suatu keputusan. Tetapi pada kenyataannya ini tidak sesuai dengan teori. Di panti anak yang mendapatkan pola asuh demokratis tetapi masih saja ada anak yang menyalahgunakan kebebasan tersebut sehingga menimbulkan masalah di panti. Hal ini mungkin karena kondisi di panti berbeda dengan kondisi anak yang berada di dalam rumah bersama keluarga yang normal.
BAB V PENUTUP Pada bab ini penulis membuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang gambaran umum pola pengasuhan anak terlantar dan bagaimana pola asuh terhadap anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger. A. Kesimpulan 1. Gambaran Umum Pola Pengasuhan Anak Terlantar di PSAA PU 4 Ceger Peneliti menyimpulkan tentang gambaran umum pola pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 adalah terpenuhinya kebutuhan anak dari sehari-hari sampai kebutuhan lainnya seperti kebutuhan fisik, mental, sosial dan spiritual. Serta juga cara yang digunakan dalam mengasuh anak sehingga anak menjadi lebih baik untuk kedepannya. Cara mengasuh anak yang benar dan tepat dapat membuat anak menjadi lebih baik dalam kehidupannya kelak. Pola pengasuhan yang diberikan oleh PSAA PU 4 kapada anak seperti pendidikan, kesehatan, agama, sosial, pelatihan keterampilan, seni budaya, pembinaan fisik dan penanganan masalah sosial. Dari gambaran tersebut peneliti juga memperoleh data dari beberapa informan seperti Kepala Seksi, staff, wali kamar serta warga binaan sosial. Peneliti mendapatkan sampel dari tiga pengasuh dan tiga warga binaan sosial.
79
80
2. Pola Asuh Pengasuh terhadap Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Pola asuh merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan atau tumbuh kembang anak. Karena anak akan menanamkan apa yang ia terima dari pola asuh tersebut. Pola asuh yang diberikan pengasuh kepada anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger berbeda-beda. Pola asuh yang diberikan oleh pengasuh akan membentuk perkembangan dan kedewasaan anak. Jika pengasuhan dilakukan dengan benar dan sesuai dengan kepribadian anak itu akan menjadikan anak menjadi dewasa yang positif nantinya, dan begitupun sebaliknya. Setiap pola asuh yang diberikan oleh pengasuh mempunyai dampak yang sangat besar bagi perkembangan dan kedewasaan anak. Pola asuh yang diberikan pengasuh di PSAA kepada warga binaan sosial sebenarnya hampir mirip tetapi mempunyai ke khasan sendiri. dan setiap pola asuh dapat menjadikan anak lebih dewasa dan berkembang. Pola asuh pengasuh sedikit banyak berpengaruh terhadap performa anak di panti. Seperti pola asuh demokratis yang pada dasarnya adalah pengasuh memberikan kebebasan kepada anak agar anak dapat menjadi lebih dewasa, mandiri serta bertanggung jawab dengan perbuatannya. Dengan menggunakan pola asuh demokratis anak dapat menumbuhkan
rasa
percaya diri dan
bertanggung jawab pada diri anak, serta dilatih untuk lebih mandiri sehingga anak bisa menentukan pilihannya sendiri dalam hal apapun. Jika dia melakukan kesalahan dia harus siap menerima resikonya. Dan anak menjadi
81
lebih dewasa dan matang dalam berfikir dan bersikap. Tapi pada kenyataannya masih saja ada anak yang salah menggunakan kebebasan tersebut dan pada akhirnya menimbulkan masalah. Tidak hanya demokratis, pola asuh otoriter juga mengakibatkan anak yang tadinya pendiam dan jarang menimbulkan masalah di panti di asuh dengan pola asuh otoriter. Anak akan berubah menjadi anak yang labil atau tidak konsisten terhadap hal apapun. Anak pun akan merasa tidak nyaman dengan pola asuh yang ia dapatkan sehingga anak seringkali kabur atau menghilang jika mendengar suara pengasuh tersebut. Permisif juga salah satu pola asuh yang mempengaruhi anak. Ada anak yang belajar dari cara pengasuh memberikan pola asuh ini ada pula anak yang semakin seenaknya dengan pengasuh. Pada kasus informan (warga binaan sosial) yang memperoleh pola asuh yang cenderung permisif itu membuat ia belajar. Awalnya ia mendengarkan apa yang dikatakan pengasuh, lalu ia memperhatikan yang pengasuh lakukan dan ia berdiskusi dengan pengasuh sehingga ia dapat belajar dengan baik. Sebenarnya setiap pola asuh mempunyai kelebihan dan kekuranganya masing-masing. Namun, pada saat ini atau pada usia remaja anak pola asuh demokratis adalah pola asuh yang paling ideal bagi anak. Anak juga dapat mengapresiasikan apa yang ada pada diri anak, anak terlibat dalam memecahkan masalahnya sendiri serta anak juga merasa bahwa pendapat ia bisa di dengarkan bahkan diterima oleh orang lain sehingga anak menjadi lebih percaya diri dalam mengajukan pendapatnya pada lain kesempatan.
82
Anak akan senang jika anak diikutsertakan dalam mengambil keputusan apaapun terutama keputusan anak itu sendiri dan anak lebih merasa dihargai. Konteks pola asuh yang diterapkan orang tua dalam keluarga normal akan sangat berbeda dengan pola asuh yang berada di panti. Dikarenakan waktu antara pengasuh dan anak terbatas tidak seperti orang tua dan anak di dalam keluarga yang normal yang tidak ada batasan orang tua dalam mengasuh anak. Di panti anak hanya bertemu pengasuh dari pagi hingga sore saja sehingga itu membuat perbedaan pengasuhan di dalam keluarga yang normal dengan pengasuhan di panti. B. Saran Pada poin ini peneliti ingin menyampaikan saran-saran berdasarkan hasil dari penelitian pada Pola Pengasuhan Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger. Dari hasil yang peneliti temukan terkait gambaran umum pola pengasuhan anak terlantar dan bagaimana pola asuh yang terhadap anak terlantar. 1. Kepada Pengasuh Pengasuh harus bisa lebih intens dengan anak sehingga dapat menciptakan kondisi keluarga yang ideal tidak hanya ketemu pagi sampai sore saja dan tidak hanya berkomunikasi kepada anak disaat anak mempunyai masalah. 2. Kepada Pekerja Sosial Pekerja sosial diharapkan selalu mengevaluasi kasus-kasus yang terjadi pada anak dengan meninjau pola asuh yang diterapkan pengasuh di kamar.
83
3. Kepada Lembaga Lembaga rutin mengadakan pelatihan-pelatihan atau treaning pengasuhan dan meningkatkan kualitas pengasuhan secara terprogram. Lembaga juga harus berperan sebagai pengganti orang tua untuk sementara bagi anakanak yang ditempatkan di lembaga dan bertanggung jawab untuk memenuhi
pemenuhan
hak-hak
mereka.
Sesuai
dengan
standar
pengasuhan lembaga harus menciptakan lingkungan tempat tinggal yang menyerupai keluarga dan memungkinkan anak asuh untuk memperoleh pengasuhan dari pengasuh tetap atau tidak berubah-ubah seperti halnya dari orang tua. 4. Kepada Pemerintah Menggerakkan
sistem
pengasuhan
berbasis
keluarga
serta
mengimplementasikan sistem pengasuhan berbasis keluarga secara utuh sehingga anak tidak merasakan kehilangan orang tuanya maupun keluarganya. Anak bisa merasakah pengasuhan yang sesuai meskipun tidak dalam keluarga yang normal.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Jakarta: Fisip UI Press, 2005. Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. Psikologi Remaja Jakarta: PT Bumi Aksara. Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan (Anak Tiga Tahun Pertama). Bandung: PT Refika Aditama, 2007. Ghony, M.Djunaidi dan Almanshur, Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: ArRuzz Media, 2012. Gunawan. dkk. Masalah Sosial Di Indonesia. Jakarta: Kemensos RI, 2010. Ismail, Asep Usman. Al-Quran dan Kesejahteraan Sosial : Sebuah Rintisan Membangun Paradigma Sosial Islam yang Berkeadilan dan Berkesejahteraan. Tangerang: Lentera Hati, 2012. Kamil, Ahmad. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Kuswana, Dadang. Metode Penelitian Sosial. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011. Moleong, Lexy J. Metode penelitian kualitiatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Nasuhi, Hamid. Dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: CeQDA, 2007. Rochmah, Elfi Yuliani. Psikologi Perkembangan. Ponorogo: Teras, 2005. Santrock, John W. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2009. Santrock, John W. Remaja Edisi ke 11 Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2007. Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT Refika Aditama, 2005. Suradi, Perlindungan Anak Berbasis Organisasi Lokal . Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2005. Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana, 2010. Departemen Sosial RI, Pedoman Umum Tanggung Jawab Negara Dalam Pelayanan Sosial Anak Terlantar. Jakarta: 2006. 83
Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Pedoman Operasional Program Kesejahteraan Sosial Anak. Jakarta: Kementerian Sosial RI, 2011. Direktorat Pelayanan Sosial Anak Departemen Sosial Republik Indonesia, Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita. Jakarta: Departemen Sosial RI, 2009. Direktorat Rehabilitasi Sosial, Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Jakarta: Kementerian Sosial RI, 2011. http://dpr.go.id/id/serba-serbi/majalah-parlementaria. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No 15 A/HUK/2010 Tentang Panduan Umum Program Kesejahteraan Sosial Anak. Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Wawancara Pribadi dengan Warga Binaan Sosial Wawancara Pribadi dengan Pengasuh Wawancara Pribadi dengan Kepala Seksi (Ka.Sie) Assesment dan Identifikasi Wawancara Pribadi dengan Kepala Seksi (Ka.Sie) Bimbingan dan Penyaluran
84
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DINAS SOSIAL PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 4 Jalan Bina Marga No. 57 Ceger, Cipayung, Jakarta Timur . Telp./Fax. 021-8447728 FORM. C-3
PERJANJIAN PENYERAHAN HAK PENGASUHAN ANAK Pada hari ini, ____________, tanggal ____ bulan _______________ tahun ________, bertempat di Panti Sosial Asuhan Anak Putra utama 4, para pihak yang bertanda tangan di bawah ini : I.
Nama lengkap Tempat, tanggal lahir Pekerjaan Alamat
: : : :
Kartu identitas / KTP
:
....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ................................................... No. .......................................
selaku Ayah / Ibu / Wali * dari anak : Nama lengkap Nama panggilan Tempat, tanggal lahir Agama Pendidikan terakhir Hubungan keluarga Keterangan lain
: ....................................................................................................... : ................................................... L / P * : ....................................................................................................... : ....................................................................................................... : ....................................................................................................... : Anak kandung / Anak tiri / ........................................................... : Terlampir
yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU; II.
Nama lengkap
:
.......................................................................................................
selaku Kepala beralamat di
: Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 : Jalan Bina Marga No. 57 Rt. 002 Rw. 04 Kel. Ceger Kec. Cipayung Jakarta Timur 13820
yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA; Kedua belah pihak telah sepakat untuk melakukan ikatan perjanjian penyerahan hak pengasuhan anak dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal berikut ini. Pasal 1
:
PIHAK KESATU menyerahkan hak pengasuhan atas anak bernama ____________ kepada PIHAK KEDUA, untuk diasuh dan dididik sesuai dengan pola pengasuhan dan pendidikan yang berlaku di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4.
Pasal 2
:
PIHAK KEDUA telah menerima penyerahan hak pengasuhan atas anak bernama ________________________, dari PIHAK KESATU. 1
Pasal 3
:
PIHAK KESATU menyerahkan hak pengasuhan atas anak tersebut kepada PIHAK KEDUA, untuk jangka waktu _______ ( ________________ ) tahun, terhitung sejak tanggal ditandatangani-nya surat perjanjian ini, dan akan berakhir pada tanggal ____________________, serta dapat diperpanjang bila masih dipandang perlu oleh kedua belah pihak.
Pasal 4
:
PIHAK KEDUA menjamin bahwa selama masa penyantunan, anak tersebut akan memperoleh santunan, pengasuhan dan pendidikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4.
Pasal 5
:
PIHAK KESATU bersedia memenuhi / mematuhi segala ketentuan, peraturan dan tata tertib yang berlaku di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4.
Pasal 6
:
PIHAK KESATU menyatakan sanggup untuk datang menjenguk / mengunjungi anak tersebut sesuai dengan peraturan / ketentuan dan/atau bila dikehendaki oleh Pimpinan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4.
Pasal 7
:
PIHAK KESATU bersedia menerima kembali anak tersebut setelah masa pengasuhannya berakhir dan/atau bila anak tersebut terpaksa dikeluarkan dari Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4, sebelum masa pengasuhan berakhir karena salah satu atau lebih alasan sebagai berikut : 1) Tingkah laku / perbuatan anak tersebut telah merusak citra dan memalukan nama baik Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4. 2) Anak tersebut dengan sengaja tidak mengikuti / mematuhi peraturan maupun tata tertib yang berlaku di Panti Sosial Asuhan anak Putra Utama 4. 3) Anak tersebut tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah maupun menerima pendidikan di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4. 4) Anak tersebut setelah 2 (dua) kali meninggalkan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 tanpa pemberitahuan / melarikan diri. 5) Anak tersebut terlibat dalam tindakan kriminal dan atau narkotika.
Pasal 8
:
PIHAK KESATU tidak akan menuntut pihak Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4, bila anak tersebut terpaksa dikeluarkan dari Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 karena alasan sebagaimana tercantum pada pasal 6; dan PIHAK KESATU akan ikut bertanggung jawab apabila anak tersebut melarikan diri dari Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4.
Pasal 9
:
Apabila PIHAK KESATU pindah alamat tempat tinggal atau pekerjaan, maka PIHAK KESATU akan memberitahukan hal kepindahan tersebut kepada Pimpinan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 paling lambat 30 ( tiga puluh ) hari setelah waktu pindah.
Pasal 10 :
Apabila ternyata PIHAK KESATU tidak memenuhi dan/atau melanggar ketentuan yang tercantum dalam perjanjian ini, maka PIHAK KESATU bersedia dikenakan sanksi berupa pembatalan perjanjian ini oleh PIHAK KEDUA, dan menerima kembali anak tersebut.
Pasal 11 :
Hal-hal yang tidak tercantum dalam surat perjanjian ini, akan dimusyawarahkan bersama secara kekeluargaan di antara kedua belah pihak.
2
Demikian Perjanjian Penyerahan Hak Pengasuhan Anak ini dibuat di atas kertas bermeterai cukup, tanpa paksaan dari pihak manapun juga, dan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Perjanjian ini ditandatangani di Pada tanggal PIHAK KEDUA, Kepala Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4
: :
______________ ______________ PIHAK KESATU,
Meterai Rp 6.000,……………………
……………………
SAKSI-SAKSI
:
SAKSI PIHAK KESATU,
SAKSI PIHAK KEDUA,
Tanda tangan Nama jelas Selaku Alamat
: : : :
KTP
:
........................................................ ........................................................ ........................................................ ........................................................ ........................................................ ........................................................ ........................................................
........................................................ ........................................................ ........................................................ ........................................................ ........................................................ ........................................................ ........................................................
Tembusan disampaikan kepada : 1. Yth. Kepala Instansi Sosial Provinsi; 2. Yth. Kepala Instansi Sosial Kabupaten / Kota; 3. Yth. Ketua Pengurus LKS / Orsos; 4. .......................................................................... 5. .......................................................................... 6. Pertinggal.
3
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DINAS SOSIAL PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 4 Jalan Bina Marga No. 57 Ceger, Cipayung, Jakarta Timur . Telp./Fax. 021-8447728 FORM. D-3
SURAT PERNYATAAN ANAK Pada hari ini, ____________, tanggal ____ bulan _______________ tahun ________, bertempat di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 , saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama lengkap Nama panggilan Tempat, tanggal lahir Agama Pendidikan terakhir
: : : : :
....................................................................................................... ................................................... L / P * ....................................................................................................... ....................................................................................................... .......................................................................................................
menyatakan bahwa : 1.
Saya bersedia dengan sepenuhnya untuk mengikuti program pelayanan pembinaan dan pengasuhan anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4;
2.
Saya bersedia mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4;
3.
Saya bersedia menerima sanksi jika saya tidak tidak mematuhi hal-hal tersebut di atas.
Demikian pernyataan ini saya buat di atas kertas bermeterai cukup, tanpa paksaan dari pihak manapun juga, dan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Tempat dan tanggal dibuat Mengetahui, Kepala Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4
Menyetujui, Orangtua / Wali Anak Asuh
Saya yang membuat pernyataan,
……………………
……………………
……………………
Nomor Induk Anak :
.....................................
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DINAS SOSIAL PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 4 Jalan Bina Marga No. 57 Ceger, Cipayung, Jakarta Timur . Telp./Fax. 021-8447728 FORM. D-8
LAPORAN PERKEMBANGAN ANAK A.
IDENTITAS ANAK
1. 2. 3. 4. 5.
Nama Anak Nomor Induk Anak Umur / Kelas Tanggal masuk LKSA Tanggal evaluasi
B.
HASIL EVALUASI
: ....................................................................................................... : ................................................... L / P : Umur : …….. tahun; Kelas : ................................. : ....................................................................................................... : .......................................................................................................
Catatan penilaian [1] = Sangat Kurang [2] = Kurang
NO
[3] = Cukup
[4] = Baik
ASPEK dan INDIKATOR
[5] = Sangat Baik
NILAI
1 1.1 1.2 1.3 1.4
ASPEK FISIK Menjaga Kebersihan diri Menjaga kebersihan/kerapihan kamar/lingkungan Keaktifan mengikuti SKJ atau olah raga lainnya Keadaan stamina tubuh
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
4 4 4 4
5 5 5 5
2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
ASPEK PSIKOLOGIS Kemampuan mengendalikan emosi Dorongan mengekspresikan perasaan atau keinginan Sikap toleransi, memahami perasaan orang lain Kematangan dalam mengambil keputusan Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
1 1 1 1 1
2 2 2 2 2
3 3 3 3 3
4 4 4 4 4
5 5 5 5 5
3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5
ASPEK SOSIAL Kemampuan berinteraksi dengan sesama anak asuh Kemampuan interaksi dengan petugas Kemampuan menyampaikan keinginan kepada orang lain Etika dan sopan santun dalam berperilaku Hubungan dengan keluarga
1 1 1 1 1
2 2 2 2 2
3 3 3 3 3
4 4 4 4 4
5 5 5 5 5
1
NO
ASPEK dan INDIKATOR
3.6 Keaktifan dalam mengikuti kegiatan panti 3.7 Kemampuan dalam pemecahan masalah
NILAI 1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
4 4.1 4.2 4.3 4.4
ASPEK RELIGI / MENTAL SPIRITUAL Keaktifan dalam melaksanakan ibadah Sikap toleransi terhadap keyakinan orang lain Menghargai dan menghormati pendapat orang lain Keaktifan dalam perayaan hari besar keagamaan
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
4 4 4 4
5 5 5 5
5 5.1 5.2 5.3
ASPEK PENDIDIKAN DAN KETERAMPILAN Memahami teori dan praktek yang diajarkan Melaksanakan setiap tugas-tugas sekolah Tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan
1 1 1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
Catatan Penilaian : [1] = Sangat Kurang, [2] = Kurang, [3] = Cukup, [4] = Baik, [5] = Sangat Baik
C.
CATATAN KHUSUS ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................
D.
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. Tempat dan tanggal dibuat Mengetahui, Kepala Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4
Petugas Sosial,
……………………
……………………
2
Pedoman Observasi No
Observasi
Hasil Observasi
1
Di Kamar
Pengasuh dan warga binaan sosial sedang berdiskusi
2
Di Kantor
Pengasuh sedang memberikan arahan atau menegur warga binaan sosial (WBS)
3
Di Dapur
Pengasuh sedang marah-marah akibat ruang makan yang kotor
4
Di Dapur
Keadaan dapur yang sudah terkunci
5
Di Dapur
Gaya pengasuhan yang digunakan
Pedoman wawancara 1. Apakah perkataan pengasuh harus diikuti ? 2. Bagaimana jika anak tidak mengikuti perkataan pengasuh ? 3. Apakah harus seperti itu ? 4. Bagaimana pendapat pengasuh tentang pengasuhan anak ? 5. Apakah pengasuh pernah memberikan kebebasan pada anak ? 6. Apakah pengasuh penah menuruti kemauan anak ? 7. Bagaimana reaksi anak jika tidak dituruti ? 8. Apakah pengasuh pernah mengalah kepada anak ? 9. Apakah pengasuh pernah membiarkan anak jika anak melakukan kesalahan ? 10. Bagaimana pengasuh menangani atau menanggapi anak yang tidak menuruti pengasuh ? 11. Bagaimana cara pengasuh membantu anak dalam menyelesaikan masalahnya ? 12. Apakah pengasuh memberikan kepercayaan kepada anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri ? 13. Atau apakah pengasuh ikut terlibat dalam mencari solusi dalam membantu anak menyelesaikan masalahnya ? 14. Apakah pengasuh membiarkan atau mengabaikannya ? 15. Bagaimana komunikasi yang terjadi antara pengasuh dan anak ? 16. Apakah pengasuh dan anak bisa di ajak bekerja sama dalam mencapai suatu keputusan ? 17. Bagaimana pengasuh bila di kritik oleh anak apakah bisa menerima ? 18. Apakah pengasuh memberikan penghargaan kepada anak ? 19. Bagaimana bentuk penghargaannya ? 20. Bagaimana cara pengasuh menghukum anak dan seperti apa hukuman tersebut ?
Nama
: Devi Ayu
Tanggal
: 8 Agustus 2014
Tempat
: Lapangan Futsal
Pendamping, Wali Kamar dan Psikolog (Staf Seksi Assesment dan Identifikasi) No
Pertanyaan
Jawaban
1
Apakah perkataan pengasuh harus Tidak harus selalu diikuti asal ada argumentdiikuti ?
argumen anak yang kuat. Saya menyuruh anak seperti ini tetapi anak tidak mau dengan alasan yang masuk akal. Jadi ya tidak semua perkataan saya harus diikuti anak.
2
Bagaimana
jika
anak
tidak Iyaa kita kompromiin terlebih dahulu. Kita tanya
mengikuti perkataan pengasuh ?
kenapa.
3
Apakah harus seperti itu ?
Harus selalu seperti itu. Kompromi itu penting.
4
Bagaimana
pendapat
pengasuh Dalam pengasuhan anak kita harus mengerti
tentang pengasuhan anak ?
bagaimana kondisi anak, karakter anak ya yang simpel-simpel aja dulu sehingga kita tidak salah nantinya dalam mengasuh mereka.
5
Apakah
pengasuh
pernah Pernah. Tetapi anak juga harus mempertanggung
memberikan kebebasan pada anak jawabkan kebebasan yang saya berikan. Tidak ?
semata-mata saya memberi kebebasan dengan seenkanya anak melenceng.
6
Apakah pengasuh penah menuruti Pernah. Kalau permintaan anak masuk akal dan kemauan anak ?
7
tidak menjadi masalah yaa saya ikuti maunya.
Bagaimana reaksi anak jika tidak Pastinya protes, ngambek, ngedumel gitu deh. dituruti ?
Tapi pada akhirnya anak akan mengerti kok kenapa saya seperti itu, kenapa saya tidak menuruti maunya anak.
8
Apakah
pengasuh
mengalah kepada anak ?
pernah Pernah saya mengalah sama anak. berdasarkan kompromi dan juga tergantung pada kondisi anak.
9
Apakah
pengasuh
membiarkan
anak
pernah Tidaklah, saya akan selalu menegur anak jika jika
anak anak melakukan kesalahan.
melakukan kesalahan ? 10
Bagaimana pengasuh menangani Saya akan ajak berbicara, harapan kita berdua atau menanggapi anak yang tidak (kedua belah pihak) dan kita berkomitmen. menuruti pengasuh ?
11
Bagaimana
cara
membantu
pengasuh Kita assessment mencari inti penyebab masalah.
anak
dalam Kalau dari diri anak yang bermasalah kita aja
menyelesaikan masalahnya ?
berfikir. Misalnya anak bermasalah di sekolah, kita ajak berbicara kenapa masalahnya jika memang anak yang bermasalah kita suruh anak beradaptasi dengan baik, berinteraksi dengan banyak orang dan sebagainya. Tetapi jika temannya yang membuat anak seperti itu kita akan kesekolahnya menanyakan hal ini dan kita berkerja sama dengan pihak sekolah.
12
Apakah
pengasuh
memberikan Iya. Dari situ anak akan belajar menyelesaikan
kepercayaan kepada anak dalam masalahnya sendiri. karena anak tidak mungkin menyelesaikan masalahnya sendiri kita “suapin” terus ada kalanya kita “jorokin” ?
dan anak yang akan berusaha untuk bangun sendiri kita hanya melihatnya saja. Kecuali jika memang benar-benar membutuhkan kita barulah kita membantunya sedikit sisanya dia yang harus berjuang sendiri.
13
Atau apakah pengasuh ikut terlibat Kalau anak meminta saya untuk membantu iya dalam
mencari
membantu
anak
solusi
menyelesaikan memang benar-benar dibutuhkan saya baru akan
masalahnya ? 14
Apakah
pengasuh
dalam tapi itu tadi saya menjadi “penonton” dahulu jika
menolongnya. membiarkan Tidak mungkin saya membiarkan jika mereka
atau mengabaikannya ?
meminta saya untuk membantu mereka. Saya akan membantu tapi kalau mereka merasa saya
menggangu ya saya tidak ikut terlibat. 15
Bagaimana
komunikasi
yang Komunikasi saya baik dengan anak. Kita saling
terjadi antara pengasuh dan anak ? 16
bertukar pikiran.
Apakah pengasuh dan anak bisa di Bisa. Kita berdua bekerja sama dalam hal apapun ajak bekerja sama dalam mencapai demi kepentingan kita. Misalnya saat ini ada suatu keputusan ?
beberapa anak yang mau kuliah kita berkerja sama bagaimana caranya untuk bisa kuliah dengan cara mendapatkan beasiswa.
17
Bagaimana pengasuh bila di kritik Yaa terimalah. Tidak mungkin saya selalu benar oleh anak apakah bisa menerima ?
ada saatnya saya bisa salah. Dan kritikan akan membangun saya nantinya.
18
Apakah
pengasuh
memberikan Iyaa, saya selalu memberikan penghargaan
penghargaan kepada anak ? 19
Bagaimana
kepada anak. bentuk Kalau nilainya bagus saya akan traktir martabak.
penghargaannya ?
Kalau dalam sebulan dia semakin baik dan berubah menjadi lebih baik saya akan traktir es krim. Kalau kamarnya bersih, rapih juga saya traktir es krim.
20
Bagaimana
cara
pengasuh Paling anak saya marahin. Kalau saya melihat
menghukum anak dan seperti apa kamar yang berantakan, tempat tidurnya tidak di hukuman tersebut ?
rapikan ya saya marahin apalagi kalau ada cucian di rendem berhari-hari. Kadang langsung saya buang.
Nama
: Wiwiek Retno
Tanggal
: 8 Agustus 2014
Tempat
: Kantor Penerima Tamu
Pendamping dan Wali Kamar No
Pertanyaan
Jawaban
1
Apakah perkataan pengasuh harus Tidak juga. Kadang tidak semua anak mau diikuti ?
mendengarkan perkataan pengasuh. Kalau anak lagi lempeng ya diikutin tapi kalau lagi kaya ada masalah atau apa gitu anak tidak akan mengikuti perkataan emak.
2
Bagaimana
jika
anak
tidak Jika anak tidak mengikuti perkataan emak ya emak
mengikuti perkataan pengasuh ?
nanya alasannya apa. Kalau alasannya masuk akal ya emak memaklumkannya.
3
Apakah harus seperti itu ?
Iyaa harus seperti itu. Karena itu salah satu komunikasi emak sama anak. dan komunikasi itu sangat utama dalam mengasuh anak
4
Bagaimana
pendapat
pengasuh Kita harus mengerti tentang anak. tidak ada anak
tentang pengasuhan anak ?
yang nurut dan tidak ada juga anak yang nakal. Contohnya P, kita harus menjadi panutannya dia karena tidak ada panutan, dari kecil P tidak mengenal sosok orang tuanya.
5
Apakah
pengasuh
pernah Pasti dan sering. Karena anak-anak itu suka
memberikan kebebasan pada anak kebebasan apalagi pada usia sekarang ini. Anak? 6
anak masih mencari-cari jati dirinya.
Apakah pengasuh penah menuruti Tergantung sih. Tidak semua harus dituruti kemauan anak ?
kecuali memang ada kebutuhan yang penting atau terdesak misalnya baju sekolah P ilang karena P tidak rapih dalam menyimpan baju. P bilang ke emak dan emak akan memberikan izin P untuk
mengambil tabungannya. Tetapi kalau buat acaraacara lain kaya ulang tahun atau main yaa emak tidak akan menurutinya. 7
Bagaimana reaksi anak jika tidak Kecewa pastilah ya. Tapi kecewanya hanya sesaat dituruti ?
kok. Emak kasih pengertian kenapa emak seperti itu dan pada akhirnya anak akan mengerti dan menyadarinya.
8
Apakah
pengasuh
pernah Pernah. Mengalah untuk kebaikan. Selama itu
mengalah kepada anak ?
positif yaa tidak ada salahnya kita untuk mengalah. Kita tidak boleh egois anak juga mempunyai kesempatan dalam berpendapat.
9
Apakah
pengasuh
membiarkan
anak
pernah Tidak emak biarkan. Pasti emak tegur dengan jika
melakukan kesalahan ?
anak cara yang baik-baik, emak ajak bicara dan emak liat kondisi anak terlebih dahulu. Kalau anaknya masih kelihatan emosi, emak tahan dulu sampai anak tenang. Emak tidak langsung nanya sambil marah-marah.
10
Bagaimana pengasuh menangani Kita panggil terus kita arahkan dan atau menanggapi anak yang tidak memotivasinya. Jika tidak mempan di anak, emak menuruti pengasuh ?
akan kasih sangsi tetapi sesuai kesepakatan. Emak Tanya dulu kamu mau hukuman yang seperti apa dan kita berdua sepakat.
11
Bagaimana membantu
cara
pengasuh Pertama ya melakukan pendekatan, mencari titik
anak
dalam masalah serta mencari jalan keluar bersama. Kita
menyelesaikan masalahnya ?
berkomunikasi menggunakan bahasa yang sama misalnya bahasa sebagai teman. Mungkin kalau kita menggunakan bahasa pengasuh, anak akan sungkan untuk bercerita kepada kita.
12
Apakah
pengasuh
memberikan Iya emak kasih kepercayaan ke anak dalam
kepercayaan kepada anak dalam menyelesaikan masalahnya. Kan tidak setiap saat menyelesaikan masalahnya sendiri harus ke emak senyaman anak aja. Tetapi kalau
? 13
anak mencari emak ya emak akan selalu ada.
Atau apakah pengasuh ikut terlibat Emak akan ikut mencari solusi jika anak meminta dalam
mencari
membantu
anak
solusi
dalam emak untuk membantunya. Tetapi kalau tidak ya
menyelesaikan emak percaya sama anak.
masalahnya ? 14
Apakah
pengasuh
membiarkan Tidak mungkin lah emak membiarkannya.
atau mengabaikannya ?
Misalpun emak tidak di ajak berkompromi tetapi emak tetap memperhatikan mengawasi.
15
Bagaimana
komunikasi
yang Komunikasi kita baik. komunikasi 2 arah. Kita
terjadi antara pengasuh dan anak ?
tidak mempunyai masalah dalam komunikasi. Tanpa adanya komunikasi atau kurangnya komunikasi pengasuhan tidak bisa berjalan dengan baik.
16
Apakah pengasuh dan anak bisa di Bisa. Caranya kita berbica bersama-sama, ajak bekerja sama dalam mencapai mengeluarkan pendapat masing-masing dan kita suatu keputusan ?
diskusiin mana yang terbaik. Intinya sih musyawarah.
17
Bagaimana pengasuh bila di kritik Terimalah. Tanpa kritikan kita tidak akan bisa oleh anak apakah bisa menerima ?
mengoreksi diri sendiri, kita akan selalu berangkapan bahwa kita yang selalu benar dan anak yang selalu salah.
18
Apakah
pengasuh
memberikan Iyaa meskipun tidak berupa benda ya.
penghargaan kepada anak ? 19
Bagaimana
bentuk Misalnya dengan memberikan pujian. Anak akan
penghargaannya ?
senang bila di puji, anak akan merasa diperhatikan, di sayang, di perdulikan sehingga anak akan senang. Tetapi kita harus tulus dalam memberikan itu semua.
20
Bagaimana
cara
pengasuh Contohnya mencuci ya. Anak paling banget males
menghukum anak dan seperti apa mencuci. Itu pakaian direndam berhari-hari hukuman tersebut ?
sampai bau. Nah emak tanyakan kenapa sampai
begitu. Lalu emak tidak langsung menghukum, emak tanya dulu anak mau apa. Dan anak langsung berfikir dan menyadari salahnya apa. Akhirnya anak akan meminta hukumannya sendiri seperti membersihkan kamar mandi.
Nama
: Tika
Tanggal
: 8 Agustus 2014
Tempat
: dapur
Wali Kamar No
Pertanyaan
Jawaban
1
Apakah perkataan pengasuh harus Harus. Selama perkataan saya benar ya harus diikuti ?
2
Bagaimana
diikutin jika
anak
tidak Cuekin aja tapi kadang saya marahin
mengikuti perkataan pengasuh ? 3
Apakah harus seperti itu ?
Iyaa. Sekali dua kali masih saya peringatin tapi kalau udah 3 kalinya saya tanya maunya anak apa
4
Bagaimana
pendapat
pengasuh Kita harus mengerti anak tapi seharusnya anak
tentang pengasuhan anak ? 5
Apakah
pengasuh
juga harus mengerti kita pernah Pernah. Tapi kadang anak-anak kalau di kasih
memberikan kebebasan pada anak kebebasan malah jadi suka kurang sopan mbak. ? 6
Apakah pengasuh penah menuruti Kalau itu mendesak banget iya saya turutin tapi kemauan anak ?
7
kalau tidak ya engga saya turutin.
Bagaimana reaksi anak jika tidak Kalau tidak diturutin paling kabur anaknya dituruti ?
8
Apakah
langsung pergi dari saya. pengasuh
pernah Tidak mbak. Kalau kita ngalah sama anak besok-
mengalah kepada anak ? 9
Apakah membiarkan
besok dia akan ngulangin lagi mbak
pengasuh anak
pernah Pernah. Orang dia ga butuh saya mbak jadi saya jika
anak diemin saja.
melakukan kesalahan ? 10
Bagaimana pengasuh menangani Pertama sih saya cuekin tapi kalau keseringan ya atau menanggapi anak yang tidak saya tegur kenapa dia seperti itu menuruti pengasuh ?
11
Bagaimana
cara
pengasuh Saya ikut menyumbang pendapat saja. Kalau
membantu
anak
dalam diterima syukur kalau engga juga engga apa-apa
menyelesaikan masalahnya ? 12
Apakah
pengasuh
memberikan Kalau dibilang percaya juga engga ya. Tapi
kepercayaan kepada anak dalam selama menurut dia itu baik yaa saya percayain menyelesaikan masalahnya sendiri sama dia ? 13
Atau apakah pengasuh ikut terlibat Pernah kalau hanya membantu mencari solusi dalam
mencari
membantu
anak
solusi
dalam sisanya dia yang menyelesaikannya
menyelesaikan
masalahnya ? 14
Apakah
pengasuh
membiarkan Membiarkan sih engga kita lihatin saja.
atau mengabaikannya ? 15
Bagaimana
komunikasi
yang Komunikasi kita yaa baik mbak
terjadi antara pengasuh dan anak ? 16
Apakah pengasuh dan anak bisa di Kadang bisa kadang engga. Kalau pendapat kita ajak bekerja sama dalam mencapai sama yaa kita dapat bekerja sama tetapi kalau suatu keputusan ?
17
pendapat kita berbeda ya engga bisa bekerja sama
Bagaimana pengasuh bila di kritik Nerima-nerima aja sih mbak oleh anak apakah bisa menerima ?
18
Apakah
pengasuh
memberikan Kasih kalau anak lagi nurut.
penghargaan kepada anak ? 19
Bagaimana
bentuk Misalnya saya suruh dia beli apa gitu nanti saya
penghargaannya ? 20
Bagaimana
cara
bagi pengasuh Kalau menghukum anak paling saya marahin.
menghukum anak dan seperti apa Kalau lagi saya suruh tetapi dia tidak mau ya saya hukuman tersebut ?
marahin apalagi kalau sampai dia kabur.
Nama
:F
Tanggal
: 11 Agustus 2014
Warga Binaan Sosial No
Pertanyaan
Jawaban
1
Apakah perkataan pengasuh harus Iyaa kak diikuti ?
2
3
Bagaimana
jika
anak
tidak Engga gimana-gimana kak, paling ibu devi
mengikuti perkataan pengasuh ?
menanyakan kenapa
Apakah harus seperti itu ?
Iya ibu devi selalu nanya kenapa kalau saya tidak mau mengikuti omongannya bu devi
4
Bagaimana pendapat anak tentang Bu devi baik kak, selalu memberikan saya pengasuh ?
5
Apakah
masukan-masukan pengasuh
pernah Pernah kak. Tapi bu devi bilang kita harus
memberikan kebebasan pada anak bertanggung jawab sama apa yang kita perbuat ? 6
Apakah pengasuh penah menuruti Bu devi pernah kak menuruti kemauan saya kemauan anak ?
7
Bagaimana reaksi anak jika tidak Kalau kemauan saya tidak dituruti paling saya dituruti ?
8
Apakah
protes ka, kenapa engga diturutin pengasuh
pernah Pernah. Kalau menurut bu devi saya benar bu devi
mengalah kepada anak ? 9
Apakah membiarkan
ngalah
pengasuh anak
pernah Bu devi selalu menegur saya kak, dan setelah itu jika
anak bu devi memberi tahu saya
melakukan kesalahan ? 10
Bagaimana pengasuh menangani Kita berbicara kak atau menanggapi anak yang tidak menuruti pengasuh ?
11
Bagaimana membantu
cara anak
pengasuh Ibu devi menanyakan dulu apa masalahnya terus dalam kita dikasih pilihan sama bu devi.
menyelesaikan masalahnya ? 12
Apakah
pengasuh
memberikan Iyaa kita dikasih kepercayaan buat menyelesaikan
kepercayaan kepada anak dalam masalah sendiri menyelesaikan masalahnya sendiri ? 13
Atau apakah pengasuh ikut terlibat Iyaa ibu devi juga selalu terlibat dalam mencari dalam
mencari
membantu
anak
solusi
dalam solusi kak dan kita membuat kesepakatan dalam
menyelesaikan mencari jalan keluar
masalahnya ? 14
Apakah
pengasuh
membiarkan Engga mungkin bu devi ngebiarin kita ka, pasti bu
atau mengabaikannya ? 15
Bagaimana
devi ikutan membantu
komunikasi
yang Baik kak
terjadi antara pengasuh dan anak ? 16
Apakah pengasuh dan anak bisa di Bisa kak, kita selalu bekerja sama kok kak ajak bekerja sama dalam mencapai suatu keputusan ?
17
Bagaimana pengasuh bila di kritik Bu devi selalu menerima masukan dari kita-kita oleh anak apakah bisa menerima ?
18
Apakah
pengasuh
kak
memberikan Iyaa, bu devi sering traktir martabak sama es krim
penghargaan kepada anak ? 19
Bagaimana
bentuk Kalau nilai kita bagus kita di traktir martabak
penghargaannya ? 20
Bagaimana
cara
pengasuh Bu devi engga pernah menghukum kak, paling
menghukum anak dan seperti apa ngomelin aja hukuman tersebut ?
Nama
:P
Tanggal
:11 Agustus 2014
Warga Binaan Sosial No
Pertanyaan
Jawaban
1
Apakah perkataan pengasuh harus Kadang iya kadang engga kak. Kalau perkataan diikuti ?
2
Bagaimana
emak benar ya saya ikutin. jika
anak
tidak Kalau perkataan emak yang bener engga di ikutin
mengikuti perkataan pengasuh ?
paling emak marah kak
3
Apakah harus seperti itu ?
Iyaa begitu kak
4
Bagaimana pendapat anak tentang Emak baik kak, kadang galak juga sih apalagi pengasuh ?
5
Apakah
kalau engga nurutin emak pengasuh
pernah Kebebasan berpendapat iyaa kak. Tapi kalau
memberikan kebebasan pada anak kebebasan main atau apalah yaa engga kak ? 6
Apakah pengasuh penah menuruti Pernah kak. Kalau saya lagi minta apa gitu terus kemauan anak ?
ditanya sama emak penting banget ka kalau penting banget ya diturutin ka sama emak
7
Bagaimana reaksi anak jika tidak Paling kecewa sih kak. Kan kadang menurut emak dituruti ?
benar belum tentu menurut kita benar juga ka. Tapi emak suka ngasih alesan kenapa emak engga mau nurutin saya.
8
Apakah
pengasuh
pernah Kayanya engga deh kak.
mengalah kepada anak ? 9
Apakah membiarkan
pengasuh anak
melakukan kesalahan ? 10
pernah Tergantung kak salah saya apa. Kalau emang ini jika
anak salah yang saya perbuat karena nakal gitu yaa saya dibiarin aja
Bagaimana pengasuh menangani Dikasih tau saya kak sama emak. Tapi kalau saya atau menanggapi anak yang tidak masa bodo ya emak juga masa bodo kak menuruti pengasuh ?
11
Bagaimana
cara
membantu
pengasuh Kalau emak lagi membantu saya tuh biasanya
anak
dalam emak mengajak saya berbicara baik-baik
menyelesaikan masalahnya ? 12
Apakah
pengasuh
memberikan Ngasih kak. Tapi kita berdiskusi dulu kak. Kalau
kepercayaan kepada anak dalam pendapat emak saya engga setuju gimana. Jadi menyelesaikan masalahnya sendiri kita diskusi dulu baiknya seperti apa ? 13
Atau apakah pengasuh ikut terlibat Iyaa pasti terlibat kak kalau saya ngadu ke emak dalam
mencari
membantu
anak
solusi
dalam mah. Emak pasti bantuin saya. tapi kalau saya
menyelesaikan engga ngadu yaa emak diem aja.
masalahnya ? 14
Apakah
pengasuh
membiarkan Kalau saya ngadu engga mungkin emak
atau mengabaikannya ? 15
Bagaimana
membiarkan saya ka
komunikasi
yang Komunikasi kita baik ka. Kan emak itu emak saya
terjadi antara pengasuh dan anak ? 16
kak masa engga berkomunikasi yang baik
Apakah pengasuh dan anak bisa di Bisa kak. Misalnya kaya mau ada lomba ajak bekerja sama dalam mencapai kebersihan kamar. Kita sama emak bekerja sama suatu keputusan ?
kak. Kita diskusi dan siapa yang punya pendapat silakan dituangkan terus kita sepakatin deh
17
Bagaimana pengasuh bila di kritik Bisa kak. Kalau emak lagi galak banget tanpa oleh anak apakah bisa menerima ?
sebab nih ka ya saya bilang “emak marah-marah mulu ih, jangan marah-marah mulu napa” dan emak biasanya langsung diem deh kak
18
Apakah
pengasuh
memberikan Memberikan kak
penghargaan kepada anak ? 19
Bagaimana
bentuk Biasanya saya dikasih pujian kak
penghargaannya ? 20
Bagaimana
cara
pengasuh Ya paling kalo dihukum emak bersihin kamar,
menghukum anak dan seperti apa kamar mandi, rapihin tempat tidur yaa gitu-gitu hukuman tersebut ?
deh kak.
Nama
: BR
Tanggal
: 11 Agustus 2014
Warga Binaan Sosial No
Pertanyaan
Jawaban
1
Apakah perkataan pengasuh harus Emak sih iya kak harus banget diikuti ?
2
Bagaimana
jika
anak
tidak Marah kak kalau engga diikutin
mengikuti perkataan pengasuh ? 3
Apakah harus seperti itu ?
Iyaa emak kaya gitu kak, ngomel-ngomel mulu
4
Bagaimana pendapat anak tentang Emak sih baik ka perhatian, tapi suka marahpengasuh?
marah padahal saya engga salah. Salah sih garagara saya di suruh engga mau
5
Apakah
pengasuh
pernah Iyaa kak dibebasin
memberikan kebebasan pada anak ? 6
Apakah pengasuh penah menuruti Kadang kak. Kalau emak lagi baik yaa diturutin kemauan anak ?
7
kemauan saya
Bagaimana reaksi anak jika tidak Saya kesel kak terus pergi deh ke kamar atau ke dituruti ?
atas (main komputer), main futsal atau engga main musik
8
Apakah
pengasuh
pernah Engga kak, emak selalu benar
mengalah kepada anak ? 9
Apakah membiarkan
pengasuh anak
pernah Engga dibiarin kak, diomelin iyaa jika
anak
melakukan kesalahan ? 10
Bagaimana pengasuh menangani Marah-marah sambil bilang “udah dikasih enak atau menanggapi anak yang tidak masih aja susah di suruh-suruh lu pada” gitu ka menuruti pengasuh ?
11
Bagaimana
cara
pengasuh Iyaa paling Cuma ngasih tau aja ini salah atau ini
membantu
anak
dalam benar
menyelesaikan masalahnya ? 12
Apakah
pengasuh
memberikan Iyaa kak. Kita kan mandiri jadi suka
kepercayaan kepada anak dalam menyelesaikan masalah sendiri. menyelesaikan masalahnya sendiri ? 13
Atau apakah pengasuh ikut terlibat Kadang-kadang kak. Kalau kita minta pendapat dalam
mencari
membantu
anak
solusi
dalam yaa suka di kasih solusi sama emak
menyelesaikan
masalahnya ? 14
Apakah
pengasuh
membiarkan Kalau kita nanya engga tepat waktu yaa dicuekin
atau mengabaikannya ? 15
Bagaimana
kak
komunikasi
yang Komunikasinya baik kak Cuma gitu. Emak suka
terjadi antara pengasuh dan anak ? 16
seenaknya sendiri.
Apakah pengasuh dan anak bisa di Bisa kak kalau kita mau bekerja sama mah kak. ajak bekerja sama dalam mencapai suatu keputusan ?
17
Bagaimana pengasuh bila di kritik Nerima sih nerima cuma pake nyindir dulu. Yaa oleh anak apakah bisa menerima ?
18
Apakah
pengasuh
kaya gitu nyindirnya
memberikan Kadang suka di puji kak sama emak
penghargaan kepada anak ? 19
Bagaimana
bentuk Pujiannya tuh kalau saya lagi nurut saya emak
penghargaannya ?
dan emak lagi enak baru deh emak ngasih pujian ke saya.
20
Bagaimana
cara
pengasuh Diomelin kak, nanti di suruh ngepel sama nyapu
menghukum anak dan seperti apa dapur. hukuman tersebut ?
Nama
: Siti Dzulaiha, M.Si
Jabatan
: Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran
Waktu
: Jumat, 23 Mei 2014
No Pertanyaan Jawaban 1. Menurut Ibu, apakah pengertian dari pola Menurut ibu, pemenuhan kebutuhan anak pengasuhan anak ? dari bangun tidur sampai tidur kembali, kebutuhan sekolah, sehari-hari. Misalnya makan, pakaian, alat mandi, dan kesehatan. Pemenuhan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosialnya. Intinya semua pelayanan diberikan kepada anak. 2. Apakah tujuan dari adanya pola pengasuhan Tujuannya yaa untuk memberikan terhadap anak ? kebutuhan fisik, menta, spiritual dan sosial, kebutuhan primer anaklah. Dalam arti akan terpenuhi semuanya, pendidikan, kesehatan. Apa sih tujuannya ? agar anak dari baik menjadi lebih baik, dari terlantar menjadi tidak terlantar. 3. Pola asuh ada 4 macam (demokratis, otoriter, Situasional. Sebenarnya ibu tidak melilih permisif dan situasional), dari ke empat pola salah satunya tapi ibu menggunakan pola tersebut manakah yang ibu gunakan ? asuh yang sesuai dengan kondisi dan situasinya. Kadang bisa demokratis, otoriter, permisif jadi tidak khusus kita memberikan pola asuh seperti apa. 4. Alasan ibu menggunakan pola asuh tersebut ? Gini contohnya jika anaknya pendiam tidak mungkin dong kita memberikan otoriter ? ga mungkin itu, kita harus dengan lemah lembut. Pastinya kan kita memberikan pola asuh anak sesuai dengan karakter, situasi dan kondisi. Semua disesuaikan tidak tergantung pada satu pola tergantung juga dengan sifat anak. contoh lagi kadang anak yang tadinya di asuh dengan demokratis tetapi dihapakan dengan situasi yang urgent, ibu pasti menggunakan pola asuh otoriter. Balik lagi semua tergantung situasi dan kondisi. 5. Apakah pola asuh tersebut dapat Bisa. Contoh disini ada anak yang sudah menumbuhkan kedewasaan anak ? dewasa tapi sebenarnya pikirannya masih anak-anak. bagaimana kita melakukan pendekatan terhadap anak itu agar dia sesuai denga tingkat usianya. Pola asuh itu harus diterapkan pada anak dan akan terpengaruh. Pasti akan berpengaruh
6.
Bagaimana dampak pola asuh tersebut bagi perkembangan jiwa anak ?
7.
Adakah kendala dalam menerapkan pola asuh tersebut ?
8.
Apakah dari keempat pola asuh tersebut bisa diterapkan sekaligus kepada anak ?
9.
Menurut ibu, dari keempat pola asuh tersebut mana yang lebih sering digunakan ?
kepada kedewasaan anak. anak yang sering kita marahin, selalu dengan perkataan yang tidak pastilah itu sangat berbeda dengan yang penuh dengan kelembutan. Dampaknya ? banyak. Jadi intinya dalam panti itu kita pendekatannya harus secara kasih sayang, lemah lembut, pengertian yaa itu namanya juga anak, layaknya bagaimana kita mengasuh anak di rumah. Menurut ibu, dampaknya disini akan berpengaruh. Pastilah setiap setiap pola asuh selalu berpengaruh. Itu tergantung kita sebagai pengasuh. Kalo ibu disaat anak bercanda ibu akan ikut bercanda, teteapi jika anak melakukan kesalahan ibu akan jadi galak. Kendalanya pasti adalah. Kendalanya ketika kita kesulitan untuk memahami anak. misalnya anak tidak mau terbuka sementara kita sudah memancingnya kadang-kadang itu susah loooh. Tidak bisa secara maksimal memberikan perubahan kepada yang memang notaben sudah terbentuk (karakter) dari panti sebelumnya. Dan panti ini panti terakhir dalam arti dari balita ke klender dari klender ke sini dari sini ke masyarakat atau kembali ke keluarga bagi yang punya. Sebenarnya kita ini bekas, dari balita pola pengasuhan seperti apa, di klender bagaimana pasti akan menjadi bingung anak. makanya maksimalkan peran kita kepada mereka itu pola asuh yang penuh kasih sayang. Anak butuh sentuhan, kasih sayang, lemah lembut dan kenyamanan. Bisa, yaitu tadi tergantung situasi dan kondisinya. Ibu akan pakai empatempatnya. Yaa minimal memberikan perlindungan yang cukup dari tidak nyaman menjadi nyaman, dari tidak terpenuhi menjadi terpenuhi seperti itulah. Menurut ibu yaaa kembali lagi ke kondisi dan situasi, hahahaha …
10. Seperti apa gambaran umum pola pengasuhan seperti yang kamu lihat di depan itu. Pola anak di PSAA PU 4 Ceger ? pengasuhan di PSAA ada 3 tahap. Pertama perekrutan, kedua pengasuhan dan pembinaan dan ketiga kembali ke masyarakat. 11. Bagaimana peran peksos di PSAA PU 4 Sebenernya ibu malu di bilang peksos Ceger ? meskipun ibu S1 di STKS terus lanjut S2 nya di Widuri. Ibu merasa belum maksimal aja.yaa karena ibu sekolah tinggi di bidang kesejahteraan sosial setidaknya ibu menerapkannya di sini biarpun sedikit. Ibu bisa menjadi fasilitator, broker, enabler, adukator, planner. Karena jabatan ibu disini sebagai Ka.Sie Bimbingan dan Penyaluran ibu juga memberikan motivasi, pembinaan, kita juga lakukan bina lanjut sampai terminasi. 12. Seperti apa tugasnya bu ? Apa ? bina lanjut ? bina lanjut itu yang dilakukan panti kepada alumni dengan cara memberikan informasi tentang pekerjaan kepada alumni yang belum bekerja. Kita juga ada kerjasama dengan beberapa ada hoka-hoka bento, baso atom, perusahaan swasta bahkan kita punya alumni yang bekerja di KPK. 13. Apasih bu bedanya peksos dan pengasuh ? Sebenernya di panti itu kita semua berperan sebagai pekerja sosial secara tidak sadar. Pengasuh-pengasuh disini juga berperan sebagai itu tadi. Namanya juga kerja di sosial yaa mau ga mau kita sebagai pekerja sosial atau pengasuh juga mempunyai peran sebagai pekerja sosial secara tidak langsung.
Nama
: Devi Ayu Faisal
Jabatan
: Staff/pengasuh
No Pertanyaan Jawaban 1. Menurut Ibu, apakah pengertian dari pola Kegiatan apapun yang kita lakukan dalam pengasuhan anak ? rangka memelihara anak, mendidik anak, dan membina anak. 2. Apakah tujuan dari adanya pola pengasuhan Anak bisa cenderung lebih berkembang terhadap anak ? dengan potensi yang dia miliki. 3. Pola asuh ada 4 macam (demokratis, otoriter, Ehm kayanya ibu menggunakan pola asuh permisif dan situasional), dari ke empat pola demokratis deh.ibu mau menjadikan anak tersebut manakah yang ibu gunakan ? menjadi lebih baik dengan menggunakan cara yang baik. Baik buat saya dan baik juga untuk anak. 4. Alasan ibu menggunakan pola asuh tersebut ? Agar menjadi acuan bagi anak, berusaha untuk memahami latar belakang dari perilaku anak. kita memahami dulu latar belakang anak baru kita bisa memahaminya dan mengarahkan anak jadi lebih mudah. Kita harus mengarahkan anak dengan kepercayaan. Dan anak akan menerapkan kepercayaan itu pada dirinya. 5. Apa kelebihan dari pola asuh tersebut ? Anak-anak jadi lebih paham sama apa yang dia lakukan. Semata-mata bukan karena takut dengan pengasuh tetapi paham apa yang ia lakukan. 6. Adakah pengaruh positif dan negative dari Positifnya yaa lebih permanen (bertahan pola asuh tersebut ? lama) jadi anak akan ingat terus apa yang diperbolehkan dan tidak apalagi sama anak yang masih polos “bagai kertas polos”. Kalo negatifnya harus banyak waktu terutama sama anak yang sudah terbentuk karakternya dalam menerapkan pola asuh. Tapi saya harus berkali-kali mengarahkan kepada 2 karakter anak ini. 7. Maksudnya bu ? Contohnya dengan anak yang masih polos dan sudah terbentuk. Si A kurang cerdas tetapi dia polos.kita mengarahkan dia berkali-kali karena dia kurang cerdas tapi keuntungannya dia mudah untuk diarahkan karena masih polos banget dan dia akan menerapkan itu di dirinya sehingga itu menjadi kepercayaan dia. Bahwa dia tuh harus seperti apa.
8.
Apakah pola asuh tersebut menumbuhkan kedewasaan anak ?
dapat
6.
Bagaimana dampak pola asuh tersebut bagi perkembangan jiwa anak ?
7.
Adakah kendala dalam menerapkan pola asuh tersebut ?
8.
Apakah dari keempat pola asuh tersebut bisa diterapkan sekaligus kepada anak ?
9.
Menurut ibu, dari keempat pola asuh tersebut mana yang lebih sering digunakan ?
10. Seperti apa gambaran umum pola pengasuhan anak di PSAA PU 4 Ceger ?
Beda dengan si B. dia cerdas tetapi sudah terbentuk karakternya. Saya juga harus berkali-kali mengarahkan karena itu tadi dia sudah terbentuk polanya. Sehingga itu menjadi kepercayaannya dia tetapi kepercayaannya si B ini lebih ke arah yang negative. Kamu tau kan si B gimana .. Iyaaa. Karena lebih matang. Anak lebih mengetahui alasannya. Gini kaya tadi si A dengan polosnya dia bilang “saya ngambil baju ini di jemuran bu tapi saya ga tau punya siapa saya pake aja” nah saya masukin tuh arahan-arahan saya terus dia bilang “ooh jadi gitu yaa buu, besok-besok kalo saya ngambil baju di jemuran saya harus bilang dulu yaa ga boleh langsung pake” Anak lebih percaya diri, bertanggung jawab dan dilatih untuk pilihannya sendiri. jadi anak bisa menentukan pilihannya sendiri dalam hal apapun. Jika dia melakukan kesalahan dia harus siap menerima sangsi. Intinya sih seperti itu. Kendalanya pertama terhadap anak-anak yang sudah terbentuk agak susah masuk ke mereka. Kedua karena mereka laki-laki kali yaa remaja lagi sulit untuk menembusnya, lebih tertutup. Ada cerita wbs “ibu, aku punya cerita tapi ini urusan laki-laki ibu pasti ga ngerti deh dan saya ga jadi cerita deh” nah kaan susah kan. Bisa bisa ajaa kayanya. Tapi sih kalo menurut ibu jika satu pola yaa satu aja soalnya kalau banyak-banyak pola juga bikin anak bingung Setiap pengasuh berbeda-beda pola asuhnya. Kalo kata saya demokratis deh. Soalnya semua pengasuh pastinya mau di bilang baik. Gambaran pengasuhan yaa ? ehm di PSAA ini pengasuhannya ada pendidikan, kesehatan, agama, sosial, pembinaan fisik, keterampilan, seni-budaya, sama penanganan masalah sosial.
Nama
: Dra. Diah H.P. M.Si
Jabatan
: Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran
Waktu
: Jumat, 23 Mei 2014
No Pertanyaan Jawaban 1. Menurut Ibu, apakah pengertian dari pola Pola pengasuhan itu cara-cara bagaimana pengasuhan anak ? mengasuh anak, membimbing, membangun anak untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. 2. Apakah tujuan dari adanya pola pengasuhan Tujuannya yaa agar anak menjadi lebih terhadap anak ? baik. 3. Pola asuh ada 4 macam (demokratis, otoriter, Situasional. Ibu menggunakan pola asuh permisif dan situasional), dari ke empat pola yaa sesuai situasi dan kondisi kepribadian tersebut manakah yang ibu gunakan ? anak. ada yang suka dengan cara lembut ada juga yang suka dengan cara keras maksudnya harus di paksa dulu baru dia mau melalukan sesuatu. 4. Alasan ibu menggunakan pola asuh tersebut ? Alasanya ibu menggunakan pola asuh ini supaya fungsinya tercapai. Ibu jadi bisa membangun anak dengan cara yang mereka senang. 5. Adakah pertimbangan dalam memilih pola Iya pasti adalah. Pertimbangannya itu asuh tersebut ? sesuai dengan situasi, kondisi, dan karakter anak. kita ga asal pakai pola asuh tapi juga harus mempertimbangkannya. 6. Apa kelebihan dan kekurangan dari pola asuh Kelebihannya bisa menyesuaikan keadaan tersebut ? dan sesuai kebutuhan kepribadian anak. Kekurangannya kadang anak-anak masih suka menanggap remeh pengasuh disini. Mereka suka semaunya sendiri padahal mereka sebenarnya lagi diajarkan atau dilatih untuk kedepannya nanti. 7. Apakah pola asuh tersebut dapat Bisa. Justru disini mereka kita suruh menumbuhkan kedewasaan anak ? berfikir. Contohnya ada anak yang suka kabur-kaburan. Ibu membiarkan mereka untuk berfikir apa yang dia lakukan itu salah atau benar. Jika dia tau kalau itu salah mereka akan berfikir untuk tidak mengulanginya lagi. 8. Bagaimana dampak pola asuh tersebut bagi Dampaknya itu anak jadi berfikir untuk perkembangan jiwa anak ? dirinya sendiri dan masa depannya. Mereka laki-laki jadi harus sebagaimana mestinya apalagi kalau sudah beristri. Mereka ga mungkin hanya bisa bergantung
9.
Adakah kendala dalam menerapkan pola asuh tersebut ?
10. Dari keempat pola asuh tersebut, menurut ibu manakah yang lebih sering digunakan ?
11. Apakah dari keempat pola asuh tersebut bisa diterapkan sekaligus kepada anak ? 10. Seperti apa gambaran umum pola pengasuhan anak di PSAA PU 4 Ceger ?
11. Bagaimana peran peksos di PSAA PU 4 Ceger ? 12. Seperti apa peran atau tugasnya bu ?
dengan panti ini saja kan ? setelah lulus SMK dia harus berjuang sendiri di luar. Nah tugas kita memotivasi mereka agar berfikir kedepannya demi masa depan dan dirinya sendiri. Kendalanya itu ketika kita berhadapan dengan anak-anak yang semaunya. Pulang-pergi tanpa pamit, kabur-kaburan, ga diijinin untuk pulang karena alesannya ga dimasuk akal eh dia malah kabur padahal itu hari sekolah. Banyak deh. Engga salah satu yaa .. soalnya pasti akan kombinasi antara pola asuh yang satu dengan pola asuh lainnya. pengasuh engga akan terus-menerus menggunakan satu pola asuh. Misalnya, ga mungkin pengasuh galak terus pasti aka nada lembutnya. Begitupun sebaliknya ga mungkin lembut terus, kalo anak melakukan salah yang di luar batas pasti kita galak tapi ga main fisik loh paling kita omelin saja dan kita hukum. Bisa. Ada kalanya kita menggunakan 4 pola asuh kepada satu anak. sesuai kondisi anak aja. Gambaran umumnya seperti kita memberikan mengasuhan, bimbingan dan membangun anak-anak demi masa depan yang lebih baik. Tugas ibu disini ada 2 untuk anak dan pegawai. Karena ibu menjabat sebagai Ka. Sie Assesment dan Identifikasi. Peran ibu bisa sebagai fasilitator, educator, konselor, broker, planner, enabler, motivator. Terus ibu juga mempunyai fungsi sebagai administrasi (administrator), fungsi manajemen (manajerial), supervisi (supervisor).
Nama
: Tuti
Jabatan
: pengasuh dan wali kamar
Waktu
: Jumat, 23 Mei 2014
No Pertanyaan Jawaban 1. Menurut Ibu, apakah pengertian dari pola Pengasuhan itu yang kita berikan kepada pengasuhan anak ? anak agar anak jadi lebih mandiri. Kita mendidik anak, membina, 2. Apakah tujuan dari adanya pola pengasuhan Tujuannya yaaa agar anak menjadi lebih terhadap anak ? mandiri nantinya. 3. Pola asuh ada 4 macam (demokratis, otoriter, Kalo emak sih yaa demokratis. permisif dan situasional), dari ke empat pola tersebut manakah yang ibu gunakan ? 4. Alasan ibu menggunakan pola asuh tersebut ? Anak-anak lebih seneng di asuh dengan cara demokratis. 5. Apa kelebihan dan kekurangan dari pola asuh Kelebihannya anak lebih terbuka, merasa tersebut ? nyaman. Soalnya anak-anak kurang suka tuh kalo kita cuma ngobrol berdua. Anakanak ngerasa kaya di introgasi. 7. Apakah pola asuh tersebut dapat Bisa. Anak dapat nentuin pilihannya. menumbuhkan kedewasaan anak ? Maksudnya dia suka kabur nih, emak bilangin kalo kanur-kabur terus nanti di pulangin sama bapak (kepala panti) terus kalo dipulangin nanti kamu ga bisa sekolah lagi. Nah anak mikir deh tuh dan akhirnya dia semakin dewasa. 8. Bagaimana dampak pola asuh tersebut bagi Dampaknya seperti itu tadi dia jadi ga perkembangan jiwa anak ? kabur-kabur lagi soalnya dia udah bisa berfikir. 9. Adakah kendala dalam menerapkan pola asuh Kendalanya kita engga bisa ngobrol tersebut ? berdua karena anak engga seneng. Jadi agak susah ngorek informasi dari anak. biasnya emak kalo nyari informasi emak aja ngobrol sekamar pastikan tuh secara ga langsung anak cerita. 11. Apakah dari keempat pola asuh tersebut bisa Menurut emak sih engga bisa yaa. Soalnya diterapkan sekaligus kepada anak ? kan siafat anak berbeda-beda. Jadi juga harus berbeda-beda pola asuhnya.
Nama : P Status : WBS Waktu : Rabu, 28 Mei 2014 No. Pertanyaan 1. Sudah berapa lama kamu di PSAA ? 2. Bagaimana perasaan kamu selama di PSAA ? 3. 4.
Bagaimana pengasuhan yang kamu terima di PSAA ? Apakah kamu senang dengan adanya pengasuhan tersebut ? mengapa ?
Jawaban Saya disini udah 3 tahun ka Senenglah, punya banyak temen disini. Tuh banyak kan ka ada 90 orang disini. Baik dan tegas ka. Pengasuh juga jadi pengganti orang tua. Iya seneng saya. Pengasuhnya bisa diajak ngobrol, becanda, tapi kadang saya suka diomelin sih apalagi kalo lagi males pas di suruh emak (panggilan anak untuk pengasuh). Engga pernah tertekan ka, saya mah terima aja sama pengasuhannya emak. Kan dia emak saya ka Ialah kak dapet bikin saya dewasa. Soalnya saya jadi tau mana yang bener dan salah. Terus juga saya banyak dapat motivasi ka. Ya pernahlah kak kalo di hukum. Hukumannya itu paling di suruh jalan jongkok sama nyapu halaman deh. Ga apa-apa ka itung-itung olahraga. Saya baru UN SMP berarti saya lagi menjelang SMK nih ka. Rencananya sih mau masuk SMK 24. iyaa benar sekali kaka. Semua fasilitas kita disini di tanggung panti. Ongkos kita juga dapet. Biasanya maen warnet ka.
5.
Pernah tidak kamu merasa tertekan dengan pengasuhan tersebut ? mengapa ?
6.
Menurut kamu, apakah dengan pengasuhan tersebut dapat menumbuhkan kedewasaan kamu ?
7.
Apakah pengasuh pernah memberikan penghargaan ataupun hukuman kepada kamu ?
8.
Sekarang ini kamu kelas berapa ?
9.
Apakah semua fasilitas sekolah kamu di tanggung oleh PSAA ?
10.
Jika kamu bolos sekolah biasanya kamu kemana ? Jika kamu ketahuan oleh pengasuh tidak Pasti di hukumlah. Potong transport sekolah apakah kamu mendapat hukuman ? sekolah sama nyapu halaman selama 1 minggu. Hukuman apa yang kamu terima ? ia itu potong uang jajan sama nyapu halaman 1 minggu. Apakah kamu terima dengan hukuman yaa saya terima kak konsekuensinya tersebut ?
11.
12. 13.
Nama : BR Status : WBS Waktu : Rabu, 28 Mei 2014 No. 1. 2. 3. 4.
Pertanyaan Sudah berapa lama kamu di PSAA ? Bagaimana perasaan kamu selama di PSAA ? Bagaimana pengasuhan yang kamu terima di PSAA ? Apakah kamu senang dengan adanya pengasuhan tersebut ? mengapa ?
Jawaban Sudah 2 tahun ka saya Sangat senang dan juga banyak teman. Baik, kadang galak, Ada senangnya ada juga engga senangnya. Yang saya senangi enak diajak ngobrol. Yang engga saya senangi pengasuh kadang memberi perintah dengan nada yang tidak enak di dengar ka Kadang iya kadang tidak. Karena kalo saya lagi badmood di omel-omelin sama emak. Kan jadinya tambah badmood ka Menurut saya iya ka. Saya jadi tidak labil lagi terus juga banyak tuh ka motivasimotivasi dari pengasuh-pengasuh yang lain. Iyaa pernah. Di suruh push up sama jalan jongkok.
5.
Pernah tidak kamu merasa tertekan dengan pengasuhan tersebut ? mengapa ?
6.
Menurut kamu, apakah dengan pengasuhan tersebut dapat menumbuhkan kedewasaan kamu ?
7.
Apakah pengasuh pernah memberikan penghargaan ataupun hukuman kepada kamu ? Sekarang ini kamu kelas berapa ? Saya baru mau naik kelas 3 SMP ka. Apakah semua fasilitas sekolah kamu di Iyaa ka semuanya di tanggung, uang tanggung oleh PSAA ? sekolah, bayaran, terus kalo mau ekskull juga di kasih ka. Pokoknya yang berhubungan sama sekolah semuanya di kasih Jika kamu bolos sekolah biasanya kamu Main futsal sama temen-temen ka. Ada kemana ? yang temen dari sini (PSAA) ada juga temen luar (satu sekolah). Jika kamu ketahuan oleh pengasuh tidak Sudah pasti itu ka sekolah apakah kamu mendapat hukuman ? Hukuman apa yang kamu terima ? Potong transport ka Apakah kamu terima dengan hukuman Terima sih ka, tapi mendingan bersihin tersebut ? kamar aja. Kalo potong transport nanti ga bisa nabung dong kak.
8. 9.
10.
11. 12. 13.
Nama : F Status : WBS Waktu : Rabu, 28 Mei 2014 No. Pertanyaan 1. Sudah berapa lama kamu di PSAA ? 2. Bagaimana perasaan kamu selama di PSAA ? 3. 4.
5. 6.
7.
8. 9. 10.
Jawaban Baru 1 tahun ka “mikir” eehm seneng kak karena bisa bermain dengan kawan-kawan. Bagaimana pengasuhan yang kamu terima di Ibu devi baik banget kak saya senang di PSAA ? asuh bu devi. Apakah kamu senang dengan adanya Seneng ka, bu devi mengizinkan saya pengasuhan tersebut ? mengapa ? pulang ke keluarga (keluarga asuh) jjika lagi liburan sekolah. Pernah tidak kamu merasa tertekan dengan Engga pernah ka, bu devi baik banget pengasuhan tersebut ? mengapa ? Menurut kamu, apakah dengan pengasuhan Bisa kak. Bu devi banyak ngasih saya tersebut dapat menumbuhkan kedewasaan masukan-masukan yang positif itu jadi kamu ? motivasi buat saya sendiri jadinya. Apakah pengasuh pernah memberikan Engga. penghargaan ataupun hukuman kepada kamu ? Sekarang ini kamu kelas berapa ? Kelas 1 SMP mau naik ke kelas 2 SMP Apakah semua fasilitas sekolah kamu di Iyaa ka semuanya dari panti. tanggung oleh PSAA ? Jika kamu bolos sekolah biasanya kamu Saya engga pernah bolos sekolah kak kemana ?
Kantor
Ruang Kepala Panti, Kepala Sub Bag TU, Kepala Seksi (Ka. Sie) Assesment dan Identifikasi Kepala Seksi (Ka.Sie) Bimbingan dan Penyaluran Ruang para Pegawai atau Staff
Aula
Kamar Warga Binaan Sosial
Musholah
Ruang Makan
Ruang Musik
Perpustakaan
Lapangan
Ruang Komputer