PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL TERHADAP ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) PUTRA UTAMA 03 TEBET JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
PIPIT FEBRIANTI 1110054100013
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 24 September 2014
PIPIT FEBRIANTI 1110054100013
ABSTRAK Pipit Febrianti 1110054100013 Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan Fenomena merebaknya anak terlantar di Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak terlantar memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Melihat permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan ini. Pemerintah dan masyarakat telah melakukan upaya untuk mengentaskan permasalahan anak terlantar melalui Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Penelitian ini diperlukan untuk mengetahui “Bagaimana tahapan pelayanan kesejahteraan sosial di PSAA PU 03 Tebet?” dan “Bagaimana bentuk-bentuk pelayanan kesejahteraan sosial di PSAA PU 03 Tebet?” untuk menjawab perumusan masalah tersebut peneliti menggunakan teori tahapan pelayanan kesejahteraan sosial yang dikemukakan oleh Pramuwito, prinsip-prinsip pekerja sosial, metode pekerja sosial dan teori sistem. Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang kemudian dituangkan dalam metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan memilih informan yang dipilih secara sengaja, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu (purposive sampling). Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tahapan pelayanan kesejahteraan sosial diantaranya dengan menggunakan Generalist Intervention Model (GIM) adalah sebagai berikut: tahapan pendekatan awal (engagement), assesment, tahapan planning, tahapan intervention (yang didalamnya terdapat pelayanan bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan pendidikan), tahapan evaluasi, tahapan pengakhiran pelayanan atau terminasi dan follow-up (tindak lanjut) meliputi tahapan resosialisasi, tahapan penyaluran, dan tahapan bimbingan lanjut. Lalu dapat diketahui juga bentukbentuk dari pelayanan kesejahteraan sosial yaitu, pelayanan pengasramaan, pelayanan kebutuhan pangan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan konseling, pelayanan keagamaan, pelayanan keterampilan, pelayanan transportasi, pelayanan rekreasi atau hiburan, dan pelayanan tabungan. Kata kunci: Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Anak Terlantar
i
KATA PENGANTAR Puji serta syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat ilahi Robbi yang telah memberikan nikmat yang tiada terhingga, terutama nikmat sehat wal afiat sehingga peneliti dapat merampungkan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, penghulu para nabi, suri tauladan bagi umatnya yang membawa ajaran islam sebagai rahmatan lil alamin. Peneliti menyadari sepenuh hati bahwa penulisan skripsi masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari segala materi, maupun pembahasan, dan tata bahasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan peneliti yang masih perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritikan dan saran yang bertujuan membangun sungguh merupakan masukan bagi peneliti demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Bapak Dr. Suparto, M.Ed Ps.D, MA selaku Pudek I, Bapak Dr. Jumroni, M.Si, MA selaku Pudek II, dan Bapak Dr.H.Sunandar, MA selaku Pudek III Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial dan Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial dan juga selaku Dosen Pembimbing Akademik angkatan 2010 yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberi perhatian, bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat ii
serta motivasi yang sangat besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak M. Hudri, MA, selaku dosen pembimbing skripsi dengan kesabarannya membimbing penulis dan rela meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan serta motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Para dosen Fakulas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing peneliti selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Kementerian Sosial RI, terimakasih karena sudah membantu memberikan referensi buku untuk skripsi penulis. 6. Ibu Hikmah, SE.MM, selaku kepala panti PSAA Putra Utama 03 yang telah memberikan izin dan informasi kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di PSAA Putra Utama 03 Tebet. 7. Ibu Dra.Hj.Fatimah, selaku Kasubag Tata Usaha yang telah membantu peneliti dalam perizinan dan informasi mengenai PSAA Putra Utama 03. 8. Ibu Dra.Hj.Nurlela, Ibu Zulfarini Thaib, S.Sos, Kak Loren Siska Ginting, S.ST dan teman-teman di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet yang telah membantu memberikan informasi dan data-data untuk peneliti dalam mengerjakan skripsi.
iii
9. Terimakasih kepada kedua orangtuaku tercinta, Ibu Siti Aminah dan Bapak Waluyo, yang penuh kasih sayang serta perhatiannya telah memberikan dorongan moril dan materil, serta doa yang senantiasa dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita peneliti. 10. Untuk adik-adikku, Dimas Dwiki Septiawan dan Adinda Novia Fajar Ningrum, terimakasih karena selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis. 11. Almarhumah Nenek tercinta Karmi binti Harto Sentono, terimakasih Mbah sudah selalu mendoakan tanpa henti agar peneliti menjadi orang yang sukses dan berhasil serta selalu dimudahkan dalam setiap menjalani pekerjaan. Semoga Mbah ditempatkan ditempat yang terindah disana. Amiiin 12. Nenek dan Kakek Tercinta, Mbah Harto dan Mbah Kasih, terimakasih penulis ucapkan karena Mbah selalu memberikan semangat dan tiada hentinya selalu mendoakan penulis agar dilancarkan dan dimudahkan segala urusannya selama menulis skripsi ini. 13. Sahabat-sahabat setia penulis, Ika Nurjayanti, Siti Jumartina, Fifi Nurmaghfirah, Isnaniyah, Shabrina Dwi Pitarini Putri, Putera Mahesa yang selalu ada untuk membantu, memotivasi, dan memberikan semangat disaat penulis mengalami kesusahan dan kebingungan dalam mengerjakan skripsi. Serta dengan adanya canda dan tawa dari mereka membuat hati penulis terhibur sehingga mengurangi rasa penat penulis saat penyusunan
iv
skripsi ini. Semoga selalu selamanya bersahabat, serta tak lupa iringan doa selalu untuk penulis dari mereka. 14. Prapty Anggorowati, Noviyani Muslikhah, dan Lusi Melani yang sudah menjadi teman terbaik penulis dari awal kita masuk sampai lulus saat ini. Bani Fauziyyah Jehan, teman berantem dan teman penghibur penulis disaat kita sedang berkumpul baik di dalam kelas maupun di organisasi intra kampus. Lufi Arna, teman diskusi yang selalu memberikan bantuan dan masukan yang bermanfaat terhadap penulis selama belajar di jurusan kesejahteraan sosial ini. 15. Teman-teman praktikum I PSPP Khusnul Khotimah, Putri Puspitasari, Muhammad Fadly, dan Syamsul Bahri, serta teman-teman praktikum II Lebak, Banten (Desa Wantisari), Pinasti Septian, Dinda Anggraeni, Hafiz Zuldi, Risdiyanto, Ihsan Heryana, dan Reizky Riyadi 16. Serta teman-teman jurusan Kesejahteraan Sosial angkatan 2010 yang lain, terimakasih atas dukungan, semangat dan juga kesempatan menjadi teman dan keluarga selama kurang lebih empat tahun di UIN dan semoga selamanya akan menjadi keluarga dan selalu tetap menjaga komunikasi walaupun telah berpisah untuk berjuang di jalan kita masing-masing. 17. Nurfie Ramadhani Marjuki, teman dari SMA yang selalu setia memberikan semangat dan dukungan yang luar biasa kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 18. Angga Ariyana, terimakasih karena selalu memberikan dukungan untuk peneliti agar bisa cepat menyelesaikan skripsi ini, serta telah memberikan
v
kasih sayangnya beserta iringan doa untuk penulis, menemani, membantu, dan memberikan kembali semangat yang telah hilang saat penulis mulai rapuh dalam penyelesaian skripsi ini. 19. Untuk kakak-kakak alumni, adik-adik dan teman-teman di LSO ku tercinta SKETSA (Komunitas edukasi seni tari saman) yang tiada hentinya memberikan semangat terhadap penulis agar bisa cepat selesai dalam penulisan skripsi ini. 20. Terakhir kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya, namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak terimakasih. Demikianlah skripsi ini peneliti buat dan peneliti persembahkan, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan semua pembaca pada umumnya terutama dalam memajukan Bidang Kesejahteraan Sosial. Sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan semua perhatiannya, motivasi dan bantuan selama ini, semoga apa yang telah diberikan menjadi amal sholeh disisi Allah SWT. Amiiiin… Ciputat, September 2014
Pipit Febrianti 1110054100013
vi
DAFTAR ISI ABSTRAK………………………………………………………………
i
KATA PENGANTAR…………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………
vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………
x
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah…………………………….
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………….
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………..
10
1. Manfaat Akademis ……………………………...
10
2. Manfaat Praktis …………………………………
10
D. Metodologi Penelitian……………………………….
11
1. Pendekatan Penelitian …………………………...
11
2. Jenis Penelitian…………………………………..
12
3. Tempat dan Waktu………………………………
13
4. Teknik Pengumpulan Data………………………
13
a. Observasi…………………………………….
13
b. Wawancara…………………………………..
14
c. Studi Dokumentasi…………………………..
14
5. Teknik Pemilihan Informan……………………..
15
6. Macam Data……………………………………..
17
7. Teknik Analisis Data…………………………….
18
8. Keabsahan Data………………………………….
20
9. Teknik Pencatatan Data………………………….
21
E. Tinjauan Pustaka……………………………………..
22
F. Sistematika Penulisan………………………………... 24 BAB II
KAJIAN TEORI………………………………………..
25
A. Definisi Pelayanan Kesejahteraan Sosial 1. Pengertian Kesejahteraan Sosial………………...
25
a. Usaha Kesejahteraan Sosial………………….
28
b. Memahami Konsep Organisasi Sosial……….
30
2. Definisi Pelayanan Kesejahteraan Sosial……...
vii
31
a. Tujuan Pelayanan Kesejahteraan Sosial……..
34
b. Fungsi Pelayanan Kesejahteraan Sosial…......
35
c. Pelayanan Kesejahteraan Sosial Dalam
BAB III
Panti…………………………………………
37
d. Tahapan Pelayanan Kesejahteraan Sosial…..
39
e. Metode Pelayanan Kesejahteraan Sosial……
46
f. Prinsip-Psinsip Pekerja Sosial………………
49
B. Definisi Anak dan Anak Terlantar………………….
53
1. Pengertian Anak………………………………...
53
a. Masa Perkembangan Anak…………………
56
b. Pemeliharaan Anak………………………....
57
2. Pengertian Anak Terlantar………………………
58
a. Ciri-ciri Anak Terlantar……………………..
60
b. Keberfungsian Anak Terlantar………………
61
C. Kerangka Berfikir…………………………………...
64
GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) PUTRA UTAMA 03 TEBET………………………………………………
67
A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)…………..
67
1. Identitas dan Sejarah…………………………….
67
a. Pengertian PSAA……………………………
67
b. Sejarah PSAA……………………………….
67
2. Tugas dan Fungsi PSAA…………………….
68
3. Visi dan Misi…………………………………….
69
B. Struktur Organisasi…………………………………..
71
C. Deskripsi Pekerjaan………………………………….
71
D. Sasaran, Persyaratan dan Perekrutan Klien………….
74
1. Sasaran Pelayanan PSAA……………………….
74
2. Persyaratan………………………………………
75
3. Perekrutan………………………………………
75
E. Pendanaan PSAA…………………………………..
75
F. Program pelayanan Klien…………………………...
76
viii
BAB IV
G. Daftar Pegawai PSAA……………………………...
78
H. Fasilitas……………………………………………...
80
I. Profil Warga Binaan Sosial (WBS)………………....
81
TEMUAN DAN ANALISIS DATA………………….
84
1. Tahapan Pelayanan Kesejahteraan Sosial…………..
84
A. Tahapan Pendekatan Awal (Engagement)……...
84
B. Tahapan Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment)……………...
90
C. Tahapan Rencana Pemecahan Masalah (Planning)............................................................
110
D. Tahapan Pelaksanaan Pemecahan Masalah
BAB V
(Implementation)………………………………..
121
E. Tahapan Evaluasi……………………………….
129
F. Tahapan Terminasi……………………………...
130
G. Tahapan Tindak Lanjut (Follow-Up)...................
131
2. Bentuk-bentuk Pelayanan Kesejahteraan Sosial……
132
1. Pelayanan Pengasramaan……………………….
132
2. Pelayanan Kebutuhan Pangan…………………..
135
3. Pelayanan Konseling……………………………
137
4. Pelayanan Kesehatan……………………………
139
5. Pelayanan Pendidikan…………………………..
141
6. Pelayanan Keterampilan………………………..
142
7. Pelayanan Keagamaan…………………………..
144
8. Pelayanan Rekreasi dan Hiburan………………..
146
9. Pelayanan Transportasi………………………….
148
10. Pelayanan Tabungan…………………………….
149
11. Pelayanan Bimbingan Lanjut……………………
151
PENUTUP......................................................................
155
A. Kesimpulan………………………………………….
155
B. Saran………………………………………………...
158
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… LAMPIRAN
ix
160
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rancangan Informan………………………………………….
17
Tabel 2 Data Pegawai di PSAA PU 03 Tebet…………………............
78
Tabel 3 Fasilitas di PSAA PU 03 Tebet……………………………….
80
Tabel 4 Data WBS Berdasarkan Status Keluarga……………………..
81
Tabel 5 Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………………
82
Tabel 6 Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMP………………………………………………….
82
Tabel 7 Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMA…………………………………………………. Tabel 8 Rencana Kegiatan……………………………………………..
x
83 119
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anakanak merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya. Perlu adanya optimalisasi perkembangan anak, karena selain krusial juga pada masa itu anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua atau keluarga sehingga secara mendasar hak dan kebutuhan anak dapat terpenuhi secara baik. Anak seyogyanya harus dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, bahagia, bermoral tinggi dan terpuji. Anak juga mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena anak adalah tunas yang akan tumbuh dan berkembang menjadi bagian generasi penerus perjuangan dalam rangka pencapaian cita-cita bangsa. Sebagai generasi penerus maka anak perlu dirawat, dibina, dan ditingkatkan kesejahteraannya agar dapat tumbuh dan mengembangkan kepribadian dan kemampuan serta keterampilan dalam melaksanakan peranan dan fungsi dalam kehidupan sesuai dengan pertumbuhan usianya. Namun kenyataan yang ada sering kali tidak seperti yang diharapkan. Banyak sekali anak-anak yang menyandang masalah kesejahteraan sosial, seperti maraknya masalah anak terlantar. Kuantitas dan kualitas masalah 1
2
kesejahteraan sosial anak terlantar diprediksi akan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut Pusat Data dan Informasi Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Kementerian Sosial RI mencatat jumlah anak terlantar pada tahun 2011 di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam jumlah mencapai 5.355, Sumatera Utara 4.289 orang, Sumatera Barat 4.439 orang, Sumatera selatan 2.318 orang, Bangka Belitung mencapai 926 orang, DKI Jakarta terdapat 4.017 orang, Jawa Barat 41. 587 orang, Jawa Tengah 15,083 orang, DI Yogyakarta 2.554 orang, Jawa Timur 64.250 orang, Banten 5.355 orang, Bali 2.423 orang, Nusa Tenggara Barat mencapai 17.026 orang, Nusa Tenggara Timur 2.103 orang, Kalimantan Barat mencapai 5.738 orang, Kalimantan Tengah terdapat 2.327 orang,
Kalimantan Selatan mencapai 420 orang, Sulawesi Utara terdapat
2.204 orang, Sulawesi Tengah mencapai 4.809 orang, Sulawesi Selatan 11,617 orang, Sulawesi Tenggara 3,197 orang, Sulawesi Barat mencapai 319 orang, Maluku 1.337 orang, Maluku Utara 687 orang, dan Papua mencapai 3.312 orang anak terlantar. Dengan demikian, jumlah anak terlantar di Provinsi Jawa Timur yang menduduki posisi yang paling tinggi.1 Pada dasarnya kompleksitas permasalahan anak terlantar disebabkan oleh berbagai factor antara lain; 1) konflik keluarga; 2) anak terlantar yang mengalami masalah dalam sistem pengasuhan seperti yang dialami anak yatim piatu, anak yatim, anak piatu, anak dari orangtua tunggal, anak dengan ayah atau ibu tiri, anak dari keluarga yang kawin muda dan anak yang tidak
1
Kementerian Sosial RI, Rekapan Data Anak Terlantar (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, 2011)
3
diketahui asal usulnya (anak yang dibuang orangtuanya); 3) anak yang mengalami masalah dalam cara pengasuhan seperti anak yang mengalami tindakan kekerasan baik secara fisik, sosial maupun psikologis, anak yang mengalami eksploitasi ekonomi dan seksual serta anak yang diperdagangkan; 4) dan anak yang kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi seperti anak yang kurang gizi dan anak yang tidak bersekolah atau putus sekolah (kemiskinan).2 KPAI juga berpandangan bahwa akar persoalan anak terlantar dan anak jalanan adalah ketidakberdayaan orangtua dan kebijakan negara dan seluruh sektor yang membuat mereka terpuruk menjadi kelompok tersingkir dan termarjinalisasi. Dan yang terpenting tidak mengkriminalisasi anak karena sesungguhnya mereka adalah korban dari tindakan orang dewasa.3 Jika hal ini dibiarkan begitu saja maka masalah ini dapat mengancam masa depan bangsa ini. Anak-anak terlantar yang tidak mendapatkan perawatan sebagaimana seharusnya tersebut akan rentan menjadi anak-anak yang memiliki disfungsi sosial atau bahkan tidak memiliki masa depan jika tidak segera ditangani dengan baik. Anak-anak tersebut harus mendapatkan penanganan sehingga dapat tumbuh berkembang seperti layaknya anak normal yang diasuh oleh orangtua mereka sendiri. Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk kategori anak rawan atau anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus. Anak terlantar adalah anak yang suatu sebab tidak dapat terpenuhi kebutuhan
2
Chatarina Rusmiyati,”Jurnal Kesejahteraan Sosial: Wujud Panti Asuhan Hidayatullah dalam penanganan masalah anak terlantar,” no. 3 (Juni 2008) h. 46-54. 3 http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila.-Jumlah-Anak-Terlantar17-juta, Artikel diakses pada tanggal 14 April 2014
4
dasarnya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Seorang anak dikatakan terlantar, bukan sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orangtuanya. Tetapi, terlantar disini juga dalam pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidakmengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan. 4 Sering kita lihat anak-anak terlantar berada di jalanan. Mereka memilih jalanan dan tempat–tempat umum lainnya sebagai alternatif pelarian untuk mencari kerja, karena mereka menganggap dijalan banyak rezeki yang bisa didapat sesuai dengan tingkat kompetisi yang ada. Banyak pekerjaan yang bisa mereka lakukan seperti mengamen, meminta-minta, menjadi tukang semir sepatu, penjual asongan,dll. Hidup dijalanan membuat mereka merasa nyaman tanpa mereka memikirkan suatu hal negatif yang bisa saja hadir di dalam diri mereka saat mereka hidup di jalanan. Padahal seusia mereka merupakan masa yang paling rawan, mereka mudah terpengaruh oleh hal-hal yang bagi mereka dipandang menarik walaupun sebenarnya hal itu tidak baik buat mereka.5 Hal inilah yang kadang membuat anak terlantar sering hidup dan berkembang di bawah tekanan dari stigma atau cap sebagai pengganggu ketertiban. Sangat sedikit yang berpihak kepada anak-anak tersebut. Sementara dengan memberikan belas kasihan juga bukan merupakan solusi yang tepat, karena anak-anak tersebut bukan anak-anak yang perlu
4 5
Bagong suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana, 2010), h. 212 Hanafi Dahlan, Dinamika Anak Terlantar (Yogyakarta: B2P3KS PRESS,2008), h.54
5
dibelaskasihani. Tetapi yang diperlukan adalah sebagaimana kebutuhan anakanak pada umumnya, yaitu perlindungan, kasih sayang, dan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan segala keterbatasan dan himpitan hidup, anakanak tersebut tetap maju. Mereka memiliki daya juang dan daya tahan yang tinggi dalam mengatasi kesukaran. Dengan demikian, yang dibutuhkan dalam hal ini bukan belas kasihan; tetapi lebih kepada pengakuan, penerimaan, dan dukungan moral dalam menjalani kehidupan. Namun saat ini banyak juga anak-anak terlantar yang hidup di jalanan tidak melulu hanya memikirkan bagaimana dia bisa hidup selama tinggal di jalanan. Tetapi mereka juga sud ah mulai membuktikan ke masyarakat luas bahwa mereka juga mempunyai potensi, bakat, minat dan kemampuan yang bisa dikembangkan dan ditunjukkan ke khalayak. Banyak anak terlantar yang sudah mulai memikirkan bahwa pendidikan itu penting, mereka sudah mempunyai keinginan untuk bisa melanjutkan sekolah mereka yang sempat terhenti karena mereka sudah mulai memikirkan bahwa ternyata pendidikan itu penting untuk mereka di masa depan nanti. Dengan begitu agar tumbuh kembang anak-anak terlantar ini tidak terhambat dan dapat berkembang secara wajar, maka orangtua, masyarakat, dan pemerintahan harus mampu memberikan pelayanan sosial yang terbaik bagi anak-anak ini. Pelayanan kesejahteraan sosial merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara langsung dan terorganisasi, terutama bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai saling penyesuaian. Perihal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pelayanan sosial mengarah pada tercapainya kondisi sosial individu atau kelompok agar
6
memiliki perasaan harga diri dan kepercayaan diri, sehingga mampu menjalankan fungsi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya pelayanan sosial merupakan program kegiatan yang memberikan jasa kepada orang
perorang
untuk
membantu
dalam
mewujudkan
tujuan
serta
menyelesaikan berbagai masalah mereka, dan bukan untuk kepentingan orangorang yang memberi pelayanan sosial tersebut. Pernyataan ini ditegaskan dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya dan berkewajiban untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam mewujudkan kesejahteraan sosial.6 Menurut UUD 1945, Dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 juga disebutkan bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”.7 Maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semua orang miskin dan semua anak terlantar pada prinsipnya dipelihara oleh Negara, tetapi pada kenyataannya yang ada di lapangan bahwa tidak semua orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Mengenai anak terlantar berbagai upaya untuk menangani masalah anak terlantar telah dilakukan baik oleh pemerintah, organisasi sosial, lembaga swasta, lembaga keagamaan bahkan personal. Lembaga sosial merupakan suatu perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, yang berfungsi sebagai sarana untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan usaha kesejahteraan sosial. Salah satu kegiatannya adalah pelayanan sosial terhadap anak terlantar melalui model Panti Sosial Asuhan Anak. Pelayanan 6
Warto,dkk., Efektivitas Program Pelayanan Sosial DI Panti dan Non Panti (Yogyakarta: B2P3KS Press, 2009), h. 9 7 www.kemenkumham.go.id, Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1945, Bab XIV Kesejahteraan Sosial diakses pada tanggal 14 April 2014
7
kesejahteraan sosial anak terlantar melalui model Panti Sosial Asuhan Anak mengacu pada Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kesejahteraan Sosial yang menyatakan bahwa usaha kesejahteraan sosial merupakan tanggungjawab bersama yang diselenggarakan baik oleh pemerintah,
organisasi
sosial,
lembaga
swasta,
masyarakat
maupun
perorangan. Dalam konteks di atas, Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan di bawah naungan Dinas Sosial Republik Indonesia mempunyai kepedulian terhadap pembinaan anak dan pelayanan kesejahteraan sosial. Penanganan masalah anak merupakan masalah yang harus dihadapi oleh semua pihak, bukan hanya orang tua atau keluarga saja, tetapi juga setiap orang yang berada dekat anak tersebut harus dapat membantu pertumbuhan anak dengan baik. Upaya tersebut dilakukan agar anak terlantar dapat terpenuhi hakhaknya, seperti memperoleh penghidupan layak, memperoleh pendidikan dan kesehatan, memperoleh kasih sayang, dan mendapatkan perlindungan sehingga anak-anak yang terlantar tersebut mendapatkan wadah yang menampung mereka untuk mempersiapkan masa depannya. Sehingga mereka dapat membekali dirinya terutama melalui pengetahuan dan keterampilan sehingga kelak mereka dapat mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Sesuai dengan pasal 2, ayat 3 dan ayat 4, Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1979, tentang Kesejahteraan Anak berbunyi sebagai berikut: “Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan-
8
perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar”. 8 Sementara itu ayat suci Al- Qur’an dalam surat An-Nissa ayat 9 menegaskan bahwa orang-orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka dalam keadaan lemah, Allah berfirman sebagai berikut :
Artinya : “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya, Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”. (Q.S. An-Nissa: 9) Dengan adanya Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet ini diharapkan anak-anak tersebut dapat meningkatkan taraf hidup kesejahteraan sosial mereka baik yang berasal dari keluarga kurang mampu, anak yang ditelantarkan oleh orangtua, ataupun anak yang dititipkan oleh orangtua mereka agar menjadi anak bangsa yang konstruktif dan bermartabat sejalan dengan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan masa depan bangsa yang lebih berkualitas. Berkaitan dengan hal diatas peneliti menyajikan penelitian yang berjudul: “Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan”
8
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak (Jakarta: Akademika Pressindo, 1983), h.17
9
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. 1. Pembatasan Masalah Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti, untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini, karena peneliti menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti. Pembatasan masalah dilakukan agar pengkajian dalam penelitian ini tidak terlampau jauh sehingga menjadi lebih terfokus dan efektif terhadap apa yang akan disimpulkan. Penulis membatasi penelitian ini hanya pada Pelayanan kesejahteraan sosial terhadap anak terlantar yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet. Pelayanan kesejahteraan sosial yang meliputi tahapan pelayanan kesejahteraan sosial seperti tahapan engagement, assesment, planning, intervensi, dan terminasi serta bentuk pelayanan yang meliputi pelayanan pengasramaan, pelayanan kebutuhan pangan, pelayanan konseling, pelayanan pendidikan, pelayanan keagamaan, pelayanan keterampilan, pelayanan rekreasi dan hiburan, pelayanan transportasi, pelayanan kesehatan, dan pelayanan tabungan. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan pada latar belakang di atas, maka pertanyaan mendasar dalam Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan yang ingin dijawab dan dituangkan dalam skripsi ini adalah :
10
1. Bagaimana tahapan pelayanan yang diberikan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 terhadap anak terlantar ? 2. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial untuk anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tahapan pelayanan yang diberikan oleh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 terhadap anak terlantar. 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial yang didapatkan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03. b. Manfaat Praktis 1) Memberikan masukan saran untuk para praktisi di lembaga pelayanan kesejahteraan anak dan remaja, khususnya anak-anak terlantar
dalam
rangka
kesejahteraan anak terlantar.
meningkatkan
mutu
pelayanan
11
2) Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya
penelitian
terapan
yang
berkaitan
dengaan
permasalahan penanganan terhadap anak-anak terlantar. D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.9 Tujuan penelitian kualitatif adalah sebagai penelitian yang bersifat naturalis karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, merupakan satu kesatuan yang terbentuk secara timbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat, dan melibatkan nilai-nilai.10 Dalam tradisi penelitian kualitatif proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana dengan apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif, karena penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan 9
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,2010), h.1 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2007), Cet.ke-23, h.29 10
12
kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang damati.11 Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap tersebut.12 Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia dan mudah dipahami oleh diri sendiri meupun orang lain. Dengan demikian, pendekatan kualitatif
ini diharapkan bisa
menggali lebih dalam fakta-fakta yang ada di lapangan, guna mendapatkan gambaran yang lengkap tentang langkah-langkah pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet serta bentuk-bentuk kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial apa saja yang di dapat anak terlantar di panti tersebut. 2. Jenis Penelitian Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah Jenis penelitian deskriptif. Penelitian dekriptif yaitu suatu metode untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seorang, lembaga,
11 12
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana,2010), h.6 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , h.2
13
masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.13 Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan atau memo dan dokumentasi resmi lainnya. 14 Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. 3. Tempat dan Waktu a. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 di Jl. Tebet Barat Raya No.100. Tebet, Jakarta Selatan. b. Waktu Penelitian Peneliti melakukan penelitian dari bulan Juli- September 2014. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi
atau
pengamatan
merupakan
sebuah
teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para responden dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. 15
13
Jalaludin Rakhmat, Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),h.25 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003), h. 39 15 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, h.115 14
14
Semua yang didengar dan dilihat oleh peneliti sebagai aktivitas observasi ketika para informan melakukan kegiatan ini, diceritakan kembali atau dicatat sehingga
data atau informasi penelitian dapat
mendukung, melengkapi atau menambah informasi yang berasal dari hasil wawancara. Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah mendatangi langsung ke lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan intern panti di sekitar lokasi penelitian, khususnya kegiatan yang berkaitan dengan bagaimana pelayanan kesejahteraan sosial anak yang didapatkan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA). b. Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat memperoleh keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan (interviewer) dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilakukannya sambil bertatap muka dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.16 c. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi merupakan sebuah catatan peristiwa yang sudah berlalu dalam bentuk tulisan, gambar atau karya monumental dari 16
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.186
15
seseorang yang kemudian penulis pelajari dokumen-dokumen tersebut untuk mengambil data dan sebagai penambahan informasi. Studi dokumentasi merupakan perlengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian akan lebih cepat dipercaya jika didukung oleh dokumen. Sumber ini terdiri dari data-data yang tertulis, baik berupa buku, jurnal ataupun yang lainnya dan juga rekaman.17 Teknik ini dilakukan dengan cara mengkategorisasi kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau informasi. 5. Teknik pemilihan informan atau wawancara Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling
yaitu memilih informan yang dipilih secara sengaja yang
diambil karena ada pertimbangan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.18 Pertimbangan tertentu ini, saat penulis ingin mengambil informan WBS (Warga Binaan Sosial) penulis berdiskusi dengan pekerja sosial mengenai siapa saja anak-anak yang bisa dijadikan informan, karena anak-anak disini sangat sulit untuk dijadikan informan. Hal ini disebabkan karena panti tersebut sudah sering dijadikan tempat penelitian oleh beberapa mahasiswa. Sehingga ada titik kejenuhan yang dimiliki oleh WBS disana ketika akan dijadikan sumber penelitian. Oleh karena itu, pekerja sosial merekomendasikan beberapa anak untuk peneliti melakukan pendekatan 17
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kuaitatif Teori dan Praktik (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 176 18 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.52
16
terlebih dahulu agar bisa menimbulkan suasana keakraban. Setelah peneliti melakukan pendekatan kepada anak-anak tersebut, dapatlah 2 orang informan yang menurut peneliti mereka ini bisa memberikan informasi yang peneliti cari seputar pelayanan kesejahteraan sosial di panti ini, dan 2 informan tersebut merupakan anak-anak yang berlatar belakang dari keluarga tidak mampu dan anak terlantar yang sudah hidup dari panti ke panti karena tidak diketahui keberadaan orangtuanya. Dalam konteks ini peneliti mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya sampai terjadi pengulangan informasi atau sudah tidak ada informasi yang terjaring lagi. Dari teknik sampling inilah peneliti kemudian bisa menentukan subjek dan objek penelitian. Dalam penelitian kualitatif tidk menggunakan istilah populasi, tetapu oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.19 Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi, mereka terdiri dari:. 1 orang Ka.Sie Identifikasi dan Assesment, 2 orang Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran, 1 orang Pekerja Sosial, dan 2 orang WBS.
19
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 49
17
Tabel 1 Rancangan Informan No.
Informasi Yang Dicari
Informan
Jumlah
Langkah-langkah pelayanan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) dalam tahapan pendekatan awal (engagement), pengungkapan masalah (assessment), rencana pemecahan masalah (planing)
Ka.Sie Identifikasi Assesment
2.
Langkah-langkah pelayanan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) dalam tahapan pemecahan masalah (intervensi), resosialisasi, penyaluran, dan bina lanjut.
Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran
3.
Bentuk-bentuk kegiatan 1 Pekerja Sosial pelayanan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) dan Peran Pekerja Sosial dalam memberikan Pelayanan Kesejahteraan Sosial.
1 orang
4.
Kegiatan di PSAA
2 orang
1.
1 orang dan
2 orang WBS
2 orang
6. Macam Data a. Data Primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya. Data ini merupakan data yang diperoleh dari informan dan situasi-situasi sosial me lalui metode dan cara yang telah dijelaskan diatas. Data primer ini diperoleh melalui pengamatan, dan wawancara informan. b. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya. Data ini merupakan data
yang
18
diperoleh dari catatan-catatan, perpustakaan, pustaka pengelolaan data, pusat peneliti atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun instansi yang terkait lainnya. 7. Teknik Analisis Data Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberi
kode/tanda,
dan
mengkategorikannya
sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah.20 Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilih mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.21 a. Analisis sebelum di lapangan Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini
20 21
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kuaitatif Teori dan Praktik, h. 209. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.88
19
masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. b. Analisis selama di lapangan Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pegumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban
yang
diwawancarai
setelah
dianalisis
terasa
belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel. Dalam buku Sugiyono, Miles and Huberman juga mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu: 1) Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. 2) Data Display (Penyajian Data) Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Flowchart
20
dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah bagan teks yang bersifat naratif. 3) Conclusion Drawing / Verification Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
adalah
penarikan
kesimpulan
dan
verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan
data,
maka
kesimpulan
yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 8. Keabsahan Data Untuk memeriksa keabsahan, data penulisan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan teknik sebagai berikut : a. Kriteria Kredibiliti (derajat kepercayaan), yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan, pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut (triangulasi). Hal ini dicapai dengan jalan (1) membandingkan dokumen dari Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) dengan hasil wawancara dengan Warga Binaan Sosial (WBS). (2) Membandingkan antara jawaban yang diberikan pengurus panti dengan jawaban Warga Binaan Sosial (WBS)
21
mengenai pelayanan kesejahteraan sosial anak di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan. b. Kriteria kepastian, teknik ini dimaksud adalah uraian rici. Yaitu peneliti melaporkan hasil penelitannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti mungkin dan secermat mungkin. Dalam penelitian ini peneliti membuat uraian rinci dalam bentuk sebuah laporan akhir yang disebut skripsi.22 9. Teknik Pencatatan Data Penelitian yang biasa dilakukan adalah catatan lapangan. Penelitian kualitatif mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data di lokasi penelitian. Pada waktu berada di lapangan peneliti menyusun catatan lapangan. Catatan tersebut berupa coret-coret seperlunya yang betul-betul sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau percakapan, hasil pengamatan berupa gambar, sketsa, diagram, sosiogram, dan sebagainya. Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, apa yang dilihat, apa yang dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan pengamatan atau wawancara, tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain, dan ingatan seseorang atau sifatnya terbatas. Catatan lapangan yang lengkap dapat terdiri dari peta, diagram, foto, wawancara, rekaman tape-recorder, video-tape, memo, objek dari lapangan, catatan yang dilakukan peneliti dengan cepat di lapangan. Catatan lapangan dapat memudahkan peneliti untuk terus mengikuti arah 22
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif , h.259
22
perkembangan kegiatan penelitiannya, untuk memperoleh gambaran bagaimana rencana penelitian telah terpengaruh oleh data yang dikumpulkan, dan untuk tetap sadar diri peneliti mengenai bagaimana pengaruh data itu terhdapnya. Catatan lapangan peneliti kualitatif berisi tentang apa-apa yang dilihat, dan didengar oleh peneliti, tanpa adanya interpretasi. 23 E. Tinjauan Pustaka Untuk perbandingan maka penulis memaparkan beberapa skripsi yang berjudul: “Pelayanan Sosial”. 1. Dalam skripsi yang berjudul: Peran Yayasan Al-Fikr Dalam Pelayanan Sosial Terhadap Yatim Piatu Di Desa Gembong Rt 02/04 Balaraja Barat Tangerang. Disusun Oleh
: Nurul Hikmah
Fakultas
: Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Pengembangan Masyarakat Islam
Lulusan
: 1431 H/ 2010 M
Skripsi ini jelas berbeda dengan skripsi saya, adapun letak perbedaannya antara lain: a. Subjek dan objeknya: subjek skripsi ini adalah peran yayasan AlFikr dalam pelayanan sosial terhadap siswa yatim piatu dan objeknya adalah Desa Gembong Rt 02/04 Balaraja Barat Tangerang
23
M.Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshui, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta:Ar-ruzz Media,2012), h. 213
23
b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsinya adalah: pertama: Kegiatan pelayanan sosial apa saja yang diberikan kepada anakanak yatim piatu di yayasan Al-Fikr gembong balaraja? Kedua: Apa saja faktor pendukung dan penghambat pada yayasan Al Fikr dalam memberikan pelayanan sosial bagi anak-anak yatim piatu? 2. Dalam skripsi yang berjudul: Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi. Disusun Oleh
: Fachry Arfan
Fakultas
: Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Kesejahteraan Sosial
Lulusan
: 1435 H/ 2014 M
Skripsi ini jelas berbeda dengan skripsi saya, adapun letak perbedaannya antara lain: a. Subjek dan objeknya: subjek skripsi ini adalah implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus dan objeknya adalah Rumah Autis Bekasi. b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsinya adalah: pertama: Bagaimana implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi ?, Kedua:
bagaimana
evaluasi
hasil
yang
dicapai
dari
implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi ? Dengan melihat skripsi terdahulu, maka skripsi saya walaupun hampir sama dengan skripsi diatas namun berbeda materi yang dibahas, yaitu
24
tentang: “Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan. Adapun masalah yang penulis bahas adalah: a) Bagaimana tahapan pelayanan yang diberikan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama Tebet terhadap anak terlantar ? b) Bagaimana kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial untuk anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet ? F. Sistematika Penulisan Dalam hal sistematika penulisan ini peneliti menggunakan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development dan Assurance ) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi ini. BAB I
: Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II
: Kajian
Teori,
memuat:
Pengertian
Pelayanan
Kesejahteraan Sosial: tujuan pelayanan kesejahteraan sosial, fungsi pelayanan kesejahteraan sosial, pelayanan sosial dalam panti, tahapan pelayanan kesejahteraan sosial, metode-metode tahapan pelayanan kesejahteraan sosial, dan prinsip-prinsip pekerja sosial. Pengertian Anak dan Anak
25
Terlantar, Ciri-ciri Anak Terlantar, keberfungsian sosial anak terlantar. BAB III
: Gambaran Umum Lembaga Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan, yang meliputi : Identitas dan Sejarah Panti Sosial, Visi dan Misi Panti, Struktur Organisasi, Sasaran Pelayanan, Pendanaan, Daftar nama pegawai PSAA, Fasilitas, dan Profil Warga Binaan Sosial (WBS) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.
BAB IV
: Temuan dan Analisis Data, memuat : Hasil wawancara tentang pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar.
BAB V
:Bab Penutup merupakan kesimpulan dari penelitian tentang pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar dan manfaat yang
diperoleh
anak
terlantar
setelah
mendapatkan
pelayanan kesejahteraan sosial di panti tersebut serta saransaran untuk perbaikan kedepan bagi panti, peneliti, dan Warga Binaan Sosial (WBS).
BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pelayanan Kesejahteraan Sosial 1. Definisi Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, sedangkan menurut rumusan Undang-Undang Republik Indonesia No.6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 2 ayat 1 “Kesejahteraan Sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spirituiil yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warganegara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknyabagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial menurut Sumarnonugroho adalah kesejahteraan sosial sebagai suatu fungsi terorganisasi adalah kumpulan kegiatan-kegiatan yang bermaksud untuk memungkinkan individu-individu, keluarga-keluarga,
kelompok-kelompok
1
dan
komunitas-komunitas
Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Jakarta: FISIP UI Press, 2005), h. 16
26
27
menanggulangi masalah sosial yang diakibatkan oleh perubahan kondisikondisi..2 Pengertian kesejahteraan sosial sedikitnya mengandung empat makna, yaitu3: 1. Sebagai kondisi sejahtera. Pengertian ini biasanya menunjuk pada istilah
kesejahteraan
sosial
sebagai
kondisi
terpenuhinya
kebutuhan material dan non material. Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi. 2. Sebagai pelayanan sosial. Di Inggris, Australia dan Selandia Baru, pelayanan sosial umumnya mencakup lima bentuk, yakni jamninan sosial, pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan pelayanan sosial personal. 3. Sebagai tunjangan sosial, diberikan kepada orang yang tidak mampu, karena sebagian besar penerima manfaat adalah orangorang miskin, cacat, penganggur. Keadaan ini dapat menimbulkan konotasi negatif pada istilah kesejahteraan, seperti kemiskinan, kemalasan, dan ketergantungan. 4. Sebagai proses atau usaha terencana. Yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-
2
Muhammad Suud, 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), h.9 Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta,201), h.104
3
28
badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidpan dan menyelenggarakan pelayanan sosial. Berdasarkan
pengertian-pengertian
tersebut,
terlihat
bahwa
kesejahteraan sosial mencakup pengertian yang luas yaitu suatu keadaan dimana individu, keluarga, dan masyarakat ,erasa baik, sehat dan sejahtera karena kebutuhan hidupnya baik dalam kebutuhan fisik, mental, sosial, spiritual
dan
ekonomi
terpenuhi
secara
wajar
untuk
memperbaiki
keberfungsian sosial dan meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. a.
Usaha Kesejahteraan Sosial Salah satu bentuk usaha kesejahteraan sosial adalah terbentuknya lembaga sosial atau organisasi sosial atau panti sosial yang merupakan wadah pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial dimana usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan dan berbagai kegiatan secara kongkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok, ataupun komunitas. Usaha kesejahteraan sosial memberikan sumbangan untuk mewujudkan kesejahteraan fisik, mental dan sosial setiap warga dari segala lapisan. Untuk mewujudkan tujuan dari kesejahteraan sosial sebagaimana telah dikemukakan, perlu disusun suatu program-program dan kegiatan yang bermuara pada tujuan kesejahteraan sosial. Program-
29
program itulah yang biasa disebut usaha kesejahteraan sosial yang meliputi semua upaya, program dan kegiatan yang ditujukkan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial.4 Sebagai suatu upaya untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat, Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) menjadi sebuah rutinitas sebagai
upaya
pengembangan
sumber-sumber
daya
dalam
menumbuhkan, membina dan meningkatkan terwujudnya kesejahteraan sosial serta menunjang usaha-usaha lain yang mempunyai tujuan sama. Upaya tersebut didasarkan prinsip-psinsip dasar kesejahteraan sosial, yakni, pertama setiap manusia berhak untuk mendapatkan taraf kesejahteraan yang sebaik-baiknya. Kedua, usaha kesejahteraan sosial merupakan tanggung jawab bersama antara Negara dan masyarakat. Ketiga, dalam melaksanakan kesejahteraan sosial akan sangat diwarnai oleh sitem nilai yang berlaku dalam masyarakat, seperti nilai-nilai kemanusiaan, kekeluargaan, kegotong-royongan, kebersamaan dan kesetiakawanan.5 Usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang nyata baik ia bersifat langsung ataupun tidak langsung, sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar 4
Fauzik Lendriyono, ed., Beberapa pemikiran tentang pembangunan kesejahteraan sosial (Malang: UMM Press, 2007), h. 120 5 Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial,1997), h. 46
30
ditujukan untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat, dan bukan sekedar program, pelayanan ataupun kegiatan
yang
lebih
dititik
beratkan
pada
upaya
menghidupi
organisasinya sendiri ataupun menjadikan sebagai “punggung” untuk sekedar mengekspresikan penampilan diri sendiri dalam suatu lembaga. Belakangan ini juga cukup populer bentuk usaha kesejahteraan sosial dengan memberikan pelayanan semi-panti yang lebih terbuka dan tidak kaku. Para pekerja sosal menentukan program kegiatan, pendampingan, dan berbagai pelayanan sosial dalam rumah singgah. Rumah terbuka untuk aktivitas, rumah belajar, rumah persinggahan, rumah keluarga pengganti.6 b.
Memahami Konsep Organisasi Sosial Organisasi pelayanan ini muncul sebagai akibat dari semakin kompleksnya tuntutan manusia akan rasa tenang, tentram, nyaman, dan terbebas dari berbagai permasalahan baik yang menyangkut individu, kelompok maupun permasalahan dalam masyarakat.7Oleh karena itu badan-badan atau organisasi-organisasi sosial, baik yang bersifat formal maupun nonformal, merupakan lembaga yang menjalankan fungsi sosial dalam bidang kesejahteraan sosial.
6
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama,2006), h.164 7 Fauzik Lendriyono, ed., Beberapa pemikiran tentang pembangunan kesejahteraan sosial, h. 126
31
Organisasi sosial pada hakekatnya adalah kumpulan dari normanorma sosial yang diciptakan untuk dapat melaksanakan fungsi masyarakat lebih jauh. Organisasi sosial adalah pola-pola yang telah mempunyai kekuatan tetap atau pasti untuk mempertemukan beragam kebutuhan manusia, yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan yang telah mendapatkan persetujuan dari cara-cara yang sudah mapan untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan suatu instruktur. Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan pengembangan usaha bidang sosial dalam usaha kesejahteraan sosial sebagaimana yang dikemukakan Sumarnonugroho antara lain adalah 8: 1. Kemampuan mengenal masalah mereka sendiri. 2. Keinginan dan ikut serta mencari alternative pemecahan masalah. 3. Keterlibatan individu dalam pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial. 4. Penyebaran metode-metode swadaya berswadaya. 5. Bimbingan dan bantuan dari pemerintah. 2. Definisi Pelayanan Kesejahteraan Sosial Pelayanan kesejahteraan sosial adalah serangkaian kegiatan pelayanan yang ditujukan untuk membantu individu, keluarga, kelompok, organisasi, dan masyarakat yang membutuhkan atau mengalami permasalahan sosial, baik yang bersifat pencegahan, perlindungan, pemberdayaan, pelayanan dan rehabilitasi sosial, maupun pengembangan guna mengatasi permasalahan yang 8
Fauzik Lendriyono, ed., Beberapa pemikiran tentang pembangunan kesejahteraan sosial, h.
127
32
dihadapi dan atau memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial diartikan juga sebagai bentuk tindakan nyata atau aktivitas yang dilaksanakan oleh individu, kelompok, masyarakat dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau menanggulangi permasalahan masyarakat sehingga terwujud kesejahteraan sosial yang diharapkan.9 Dalam pengertian lebih luas, Romanyshyn menyatakan, bahwa pelayanan kesejahteraan sosial bukan hanya sebagai usaha memulihkan, memelihara, dan meningkatkan kemampuan keberfungsian sosial individu dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektivitas seperti kelompok sosial, organisasi, serta masyarakat. 10 The Social Work Dictionary, menyebutkan bahwa pelayanan kesejahteraan sosial merupakan aktivitas pekerja sosial dan profesi lain dalam rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah ketergantungan, memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfngsian sosial, individu, keluarga kelompok, dan masyarakat. Jenis pelayanan kesejahteraan sosial yang spesifik adalah membantu orang memanfaatkan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan, mengevaluasi kemampuan orang dalam memelihara anak dan ketergantungan yang lain, konseling dan psikoterapi, 9
Dwi Heru Sukoco, Modul Diklat Jabatan Fungsional Pekerja Sosial Tingkat Ahli Madya (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelathan Pegawai Departement Sosial) h. 88 10 Warto, dkk. Efektivitas Program Pelayanan Sosial di Panti dan Non Panti (Yogyakarta, B2P3KS Press, 2009).h.10
33
penghubung dan rujukan, mediasi, advokasi kasus sosial, menginformasikan organisasi yang menyediakan pelayanan kesehatan, dan mengkaitkan klien dengan system sumber. 11 Menurut Alfred J. Khan, pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh lembaga kesejahteraan sosial disebut dengan “pelayanan kesejahteraan sosial”. Di Negara-negara berkembang tertentu, pelayanan kesejahteraan sosial dimaksudkan sebagai pelayanan yang difokuskan pada bantuan untuk perorangan atau keluarga yang mengalami masalah penyesuaian diri dan pelaksanaan fungsi sosial, atau ketelantaran. Di Negara lainnya digunakan istilah “pelayanan sosial” untuk mencakup apa yang terkandung dalam pengertian pelayanan kesejahteraan sosial di atas ditambah dengan : 1. Bantuan sosial, yaitu dengan ditekankan pada pemberian bantuan uang dan atau barang. 2. Program-program kesehatan yang tidak tercakup oleh program yang dikembangkan oleh swasta. 3. Pendidikan 4. Perumahan rakyat 5. Program-program ketenagakerjaan 6. Fasilitas umum12
11
Dwi Heru Sukoco, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategis (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial), h. 102 12 Nurdin Widodo, dkk, Studi Pelayanan Sosial Remaja Putus Sekolah Terlantar melalui Panti Sosial Bina Remaja (Jakarta: P3KS Press, 2009), h. 24
34
Secara ideologis, pelayanan kesejahteraan sosial didasari keyakinan bahwa tindakan sosial dan pengorganisasian sosial merupakan suatu wujud nyata dari kebijakan sosial sebagai representasi kehendak publik dalam mempromosikan kesejahteraan warga Negara.13 Dari beberapa uraian mengenai pengertian pelayanan kesejahteraan sosial diatas,maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesejahteraan sosial adalah suatu kegiatan untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah yang dialami oleh individu, keluarga, dan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah, organisasi sosial, dan lembaga swadaya masyarakat agar mereka memiliki haga diri dan kepercayaan diri sehingga mampu
menjalankan
fungsi
sosial
dengan
baik
dalam
kehidupan
bermasyarakat. a. Tujuan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Tujuan pelayanan sosial menurut Anthony H. Pascal adalah 14 : 1) Memberikan perlindungan kepada orang yang mengalami kehilangan
kemampuan.
dilaksanakan
untuk
Pelayanan
melindungi
orang
kesejahteraan yang
tidak
sosial memiliki
kemampuan lagi disebabkan oleh kondisi tertentu. 2) Menyediakan pilihan-pilihan kepada penerima pelayanan.Karena setiap orang memiliki potensi diri dan masalah yang berbeda-beda. 13
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h. 14 14 Alit Kurnisari, dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) (Jakarta: P3KS Press, 2009), h. 15
35
Maka setiap orang dapat memilih bentuk dan jenis pelayanan tertentu sesuai dengan potensi dan masalah yang dihadapinya. 3) Mengembangkan keberfungsian sosial.Kondisi ini ditandai dengan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan sosial dasar . Pelayanan sosial diberikan untuk membantu orang agar mereka dapat memenuhi kebutuhan sosial dasar. 4) Meningkatkan keadilan untuk memperoleh kesempatan.Pelayanan kesejahteraan sosial diarahkan pada upaya menciptakan keadilan bagi setiap orang untuk memperoleh berbagai kesempatan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. 5) Memelihara terpenuhinya kebutuhan minimal. Kebutuhan minimal ini diarahkan pada pengertian kebutuhan dasar yang meliputi makan, pakaian, tempat tinggal dam kesehatan. Pelayanan kesejahteraan sosial diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan minimal ini, baik bersifat fisik-organis, sosial, dan psikologis. b. Fungsi Pelayanan Kesejahteraan Sosial 1. Pencegahan Mencegah timbulnya permasalahan kesejahteraan sosial, mencegah berkembangnya atau meluasnya permasalahan kesejahteraan sosial dalam kehidupan masyarakat serta mencegah timbulnya kembali
36
permasalahan kesejahteraan sosial
yang pernah dialami oleh
perseorangan, keluarga dan masyarakat.15 2. Rehabilitasi Sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk meningkatkan penyandang masalah kesejahteraan sosial mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan masyarakat.16 3. Pengembangan Fungsi yang mengandung tiga ciri pokok, meningkatnya taraf kesejahteraan, menjalannya efek ganda dalam lingkungan sosial keluarga dan masyarakat serta meningkatknya kesadaran dan tanggung jawab sosial untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.17 4. Perlindungan Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memberikan kebijakan dan program kesejahteraan sosial yang dirancang untuk mengurangi ketelantaran melalui program jaminan sosial dan asuransi sosial seperti akses pada pendapatan, kehidupan, pekerjaan, kesehatan, pendidikan, gizi dan tempat tinggal.18
15
Departement Sosial RI, Penelitian Evaluative tentang Efektivitas Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Sosial di PSBR “Taruna Yudha” Sukoharjo, (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1998). h. 5 16 Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial h. 75 17 Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial , h. 85 18 Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, h. 156
37
5. Penunjang Kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial. Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis yang dapat mendukung terjadinya perubahan positif pada klien.19 c. Pelayanan Kesejahteraan Sosial Dalam Panti Panti sosial merupakan salah satu model atau system pelayanan kesejahteraan
sosial
berbasis
lembaga(instutional
based)
yang
dikembangkan di Indonesia. Model atau sistem lainnya yaitu pelayanan berbasis keluarga (family based) dan pelayanan berbasis masyarakat (community based). Berbagai model atau sistem pelayanan kesejahteraan sosial tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat.20 Di dalam sistem panti sosial ini, pelayanan kesejahteraan sosial diberikan kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang berada di dalam panti sosial dalam batas waktu tertentu. Selama batas waktu tertentu tersebut panti sosial memenuhi kebutuhan sosial dasar penerima manfaat dan memberikan bimbingan mental spiritual dan sosial. Departemen Sosial sebagai instansi pemerintah memberi batasan tentang panti sosial sebagai lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang
19
Edi Suharto, Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat, h.97 Alit Kurnisari, dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP), h. 17 20
38
memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial ke arah kehidupan normatif secara fisik, mental dan sosial. Dalam hal ini Departemen Sosial, memiliki kedudukan melakukan pembinaan dan pemberdayaan terhadap panti-panti sosial.21Fungsi panti yang memadai tentunya harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Yakni bagaimana keberadaan panti dari aspek kelembagaan, pemenuhan kebutuhan dasar penerima manfaat, pelayanan teknis, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta pendanaannya. Oleh karena fungsi panti dalam pelayanan sosial perlu dilihat dari beberapa aspek, yakni 22; 1) Aspek kelembagaan sebuah panti sosial perlu memiliki AD/ART, visi dan misi, legalitas serta izin operasional. 2) Aspek pemenuhan kebutuhan dasar, sebuah panti didirikan memiliki kewajiban untuk mampu memberikan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penerima manfaatnya, yang meliputi, pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan serta kebutuhan sehari-hari lainnya. 3) Aspek pelayanan teknis, tergantung dari masalah penerima manfaat dan jenis pelayanan yang diberikan. Secara umum pelayanan teknis ini meliputi kegiatan sejak pendekatan awal, assessment, perencanaan
21
Alit Kurnisari, dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP),h. 18 22 Alit Kurnisari, dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP),h. 19
39
intervensi, intervensi, monitoring dan evaluasi hingga pembinaan lanjut pasca pelayanan. 4) Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) mencakup aspel penyelenggara panti dan aspek pengembangan SDM. Penyelenggara panti meliputi unsur pimpinan, operasional pelayanan, dan unsur penunjang. Untuk pengembangan SDM panti perlu memiliki program pengembangan SDM bagi personil panti. 5) Aspek sarana dan prasarana meliputi sarana pelayanan teknis, sarana perkantoran dan sarana umum. 6) Untuk aspek pembiayaan perlu memiliki anggaran yang berasal dari sumber tetap dan tidak tetap. d. Tahapan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Pelayanan
Kesejahteraan
Sosial
adalah
program
yang
komprehensif dari usaha untuk meningkatkan kesejahteraan baik fisik, mental, maupunsosial. Dalam kegiatannya terdapat beberapa tahapan sebagai
standar
dalam
pelayanan
kesejahteraan
sosial
dengan
menggunakan Generalis Intervention Models (GIM) sebagai berikut:23 1. Engagement (pendekatan awal) Pendekatan awal adalah langkah awal di mana sebagai seorang pekerja sosial menyesuaikan diri dengan masalah yang sedang ditangani dan mulai menjalin komunikasi juga mengatasi masalah yang dialami 23
Karen K. Kirst, dkk., Understanding Generalist Practice (USA:Nelson-Hall, Inc,1999), h.
34
40
orang lain. Terlepas dari apakah pekerja sosial mengejar perubahan mikro, messa atau makro, pekerja sosial harus menjalin hubunganhubungan yang harmonis dengan klien dan sistem sasaran untuk berkomunikasi dan menyelesaikan sesuatu. Pendekatan awal didasarkan pada perolehan berbagai keterampilan mikro. Kedua kata-kata yang dapat kamu katakan (komunikasi verbal) dan tindakan dan ekspresi langsung kamu (komunikasi non-verbal), dapat bertindak untuk melibatkan orang lain dalam hal membantu. Menurut Barker komunikasi non verbal meliputi gerak tubuh, ekspresi wajah, postur tubuh, nada suara, dan vocal suara selain katakata. Banyak dimensi lain yang terlibat dalam pendekatan awal. Sikap Anda
secara
menyampaikan
keseluruhan, kehangatan,
termasuk empati,
kemampuan dan
Anda
untuk
kesungguhan,
dapat
meningkatkan pendekatan awal. Juga, bagaimana Anda memperkenalkan diri dan mengatur jadwal pertemuan itu mempengaruhi proses pendekatan awal. Keterampilan pendekatan awal lainnya termasuk mengurangi kecemasan klien dan memperkenalkan tujuan dan peran. 2.Assessment (pengungkapan dan pemahaman masalah) Menurut Siporin, assesmen adalah yang berbeda, individual, dan identifikasi yang akurat dan evaluasi masalah, orang, situasi dan keterkaitan mereka. Melayani sebagai dasar yang kuat untuk membantu mencampuri permasalahan yang bersangkutan. Meyer mendefinisikan
41
assesmen hanya dengan mengetahui, memahami, mengevaluasi, atau mencari tahuindividualis. Untuk tujuan kita, assessment adalah investigasi dan penentuan variable yang mempengaruhi masalah diidentifikasi atau masalah yang dilihat dari mikro, meso atau perspektif makro. Di posisi pertama, assesmen mengacu untuk mengumpulkan informasi yang relevan tentang masalah sehingga keputusan dapat dibuat tentang apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Kedua, assessment dapat melibatkan persiapan untuk intervensi pada setiap tingkat praktek. Assessment meliputi empat sub-langkah sebagai berikut: a) Mengidentifikasi klien Anda, Siapapun yang diidentifikasi sebagai orang-orang yang telah disetujui (atau meminta) jasanya, diharapkan menjadi penerima manfaat dari upaya perubahan. Dan telah menandatangani perjanjian kerja atau kontrak dengan pekerja sosial menjadi sistem klien. b) Menilai situasi klien dari mikro, mezzo, makro dan keragaman perspektif. 1. Aspek Mikro, pekerja sosial berbicara kepada klien secara individu melalui bimbingan dan konseling. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. 2. Aspek Mezzo. Penilaian dilakukan terhadap sekelompok klien. Dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
42
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. 3. Aspek Makro. Sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Pendekatan ini memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. c) Mengutip informasi tentang masalah dan kebutuhan klien, d) Mengidentifikasi kekuatan klien. 3. Planning (Perencenaan) Langkah ketiga di GIM melibatkan perencanaan apa yang harus dilakukan. perencanaan mengikuti penilaian dalam proses pemecahan masalah. Penilaian untuk intervensi, dan perencanaan menentukan apa yang harus dilakukan. seperti yang ditunjukkan pada gambar, perencanaan melibatkan tujuh sub-langkah berikut: a. Bekerja dengan klien, klien harus terlibat dalam definisi masalah dan harus setuju sebagaimasalah yang mendapat perhatian. Selain itu, proses perencanaan harus mengambil keuntungan dari kekuatan klien.
43
b. Memprioritaskan masalah, seringkali apa yang pekerja sosial rasa itu penting berbeda dengan apa yang menurut klien itu penting. Jadi klien harus menjadi bagian dalam proses ini agar sama-sama tertuju pada prioritas masalah yang dialami klien. c. Menerjemahkan masalah menjadi kebutuhan,
klien datang kepada
pekerja sosial karena mereka mengalami masalah. Cara pekerja sosial agar dapat membantu mereka adalah membangun apa yang mereka butuhkan untuk memecahkan masalah. Langkah yang relatif sederhana dalam perencanaan membantu untuk merestrukturisasi bagaimana pekerja sosial melihat situasi sehingga lebih mudah untuk memutuskan solusi. d. Mengevaluasi tingkat intervensi untuk setiap kebutuhan, berfokus pada satu kebutuhan klien pada suatu waktu, dimulai dengan orangorang dari prioritas tertinggi. solusi alternatif yang mungkin harus didiskusikan dengan klien. solusi alternatif mungkin dapat fokus pada mikro, mezzo, atau tingkat makro perubahan. e. Menetapkan tujuan utama, dengan memperhatikan apa yang ingin dicapai, bagaimana kebutuhan utama klien, apa yang diperlukan dan apa kesimpulannya. f. Tentukan tujuan,
siapa yang harus melakukan, apa yang akan
dilakukan, kapan akan dilakukan dan bagaimana harus melakukannya. g. Meresmikan kontrak, untuk menentukan banyak cara di mana pekerja dan klien akan bekerja sama menuju tujuan mereka. kontrak
44
meresmikan kesepakatan antara klien dan pekerja. juga menjelaskan harapan mereka. 4. Implementation (Pelaksanaan) Tahap sebenarnyasudah rencanamerekauntuk
keempatdiGIMmelaksanakanperbuatanyang direncanakan. mencapai
klien tujuan
danpekerjamengikuti
mereka.
kemajuanselama
pelaksanaanharus terusdipantaudan dinilai. kadang-kadang, isu-isu baru, situasi, dan kondisimengharuskanrencanadiubah. 5. Evaluasi Pekerja sosial harus bertanggung jawab. Yaitu, mereka harus membuktikan intervensi mereka telah efektif. Setiap tujuan dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan itu dibuat. Apakah kasus tersebut harus dihentikan atau dinilai ulang untuk menetapkan tujuan yang baru. 6. Terminasi Langkah keenam dalam GIM adalah pemutusan perhatian. Hubungan pekerja atau klien akhirnya harus berakhir. Setidaknya terdapat lima alasan dasar untuk penghentian adalah sebagai berikut: a) Penghentian dapat terjadi pada akhir sebuah rencana dan waktu layanan terbatas. b) Terminasi dapat terjadi dengan terus-menerus "Mulai-berakhir" layanan "dengan kesepakatan bersama". Tujuan mungkin telah dicapai, dan klien harus mengambil apa yang telah mereka pelajari dan pergi dengan kemampuan yang mereka punya sendiri.
45
c) Penghentian adalah kejadian tak terduga, yang meliputi "pekerja sosial (atau mahasiswa pekerjaan sosial) meninggalkan agen, perubahan jadwal klien, langkah klien untuk wilayah geografis lain, kebijakan lembaga tentang durasi layanan, memastikan batas yang dikenakan , dan kendala lembaga seperti beban kasus yang berlebihan. d) Terminasi
adalah transfer ke praktisi lain. pekerja sosial dapat
meninggalkan pekerjaan lain atau klien mungkin memenuhi syarat untuk menerima layanan atau dana lainnya. e) Penghentian "putus". Klien mungkin merasa intervensi tidak bekerja, atau mereka tidak lagi merasa nyaman pada awalnya sehingga menyebabkan
mereka untuk mencari bantuan. Klien tidak lagi
termotivasi untuk kembali. 7. Follow- up (Tindak Lanjut) Tindak lanjut adalah langkah ketujuh dan terakhir di GIM. Tindak lanjut adalah pemeriksaan ulang situasi klien di beberapa titik setelah selesai intervensi. Tujuannya adalah untuk memantau efek yang sedang berjalan. Sering kali, langkah ini adalah yang paling sulit untuk diikuti. Beban kasus mungkin terlalu berat dan terlalu penuh dengan krisis. Pekerja sosial dapat terganggu oleh isu-isu dan tuntutan lainnya. Informasi tindak lanjut mungkin sulit untuk didapatkan.
46
E. Metode-metode Pelayanan Kesejahteraan Sosial 1. Metode casework (individu dan keluarga) Bertujuan untuk membantu individu secara tatap muka dan individual untuk mengatasi permasalahan personal dan sosial. Casework membantu klien untuk dapat beradaptasi dalam lingkungannya yang penuh
dengan
permasalahan.Jadi
pada
dasarnya,
metode
ini
dikembangkan untuk menangani masalah keberfungsian sosial yang dihadapi oleh individu dengan melibatkan keluarga ataupun orang-orang yang dekat dengan individu tersebut.24 Metode pada fase permulaan case work yang digunakan pekerja sosial adalah sebagai berikut:25 1. Mengadakan hubungan dengan klien sehingga mengurangi kecemasannya dan meningkatkan perasaan kepercayaan dan harapannya. 2. Membantu klien untuk menjelaskan dan memikirkan tentang masalahnya. 3. Menolong klien untuk memfokuskan kebutuhan-kebutuhan yang didapatkan dari pelayanan lembaga sosial dan tujuan yang klien cari. 4. Menyerahkan partisipasi klien dalam usaha pemecahan masalah yang akan dilaksanakan.
24
Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial,h. 145 Marbun, Metode Sosial Case Work (Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial)
25
47
2. Metode groupwork (kelompok) Metode ini dimaksudkan untuk memfasilitasi pengembangan individu baik intelektual, emosional, dan sosial melalui aktivitas kelompok
sehingga
dapat
membantu
individu
meningkatkan
kemampuan berfungsi sosial dan mencapai tujuan yang diinginkan melalui pendekatan kelompok.Metode groupwork menggunakan pendekatan
yang
bersifat
kelompok-kelompok
sebagai
media
penyembuhan. Individu-individu yang mengalami masalah sejenis disatukan dalam kelompok penyembuhan dan kemudian dilakukan terapi dengan dibimbing atau didampingi oleh seorang atau tim pekerja sosial.26Prinsip-prinsip dalam bimbingan sosial kelompok tersebut adalah sebagai berikut:27 1. Pembentukan kelompok secara terencana. Kelompok merupakan satu kesatuan dimana individu memperoleh pelayanan untuk mengembangkan pribadinya. Kelompok yang telah terbentuk, maka badan sosial yang menerima kelompok dimaksud perlu memperhatikan faktor-faktor yang erat hubungannya dengan situasi kelompok, terutama yang dapat memberikan kemungkinan untuk perkembangan individu menuju ke arah positif dalam pemenuhan kebutuhan yang diinginkan oleh kelompok.
26
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 37 27 Pedoman Pekerjaan Sosial, Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur, Metode Pekerjaan Sosial, di akses dalam situs http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/tag/metode-pekerjaan-sosial/
48
2. Memiliki tujuan yang akan dicapai bersama. Di dalam bimbingan sosial kelompok tujuan, perkembangan individu dan kelompok harus dirumuskan dengan cermat oleh pembimbing kelompok agar terdapat keserasian antara harapan dan kemampuan kelompok. 3. Penciptaan interaksi terpimpin. Dalam bimbingan sosial kelompok harus dibina hubungan yang bertujuan antara pekerja sosial dengan anggota-anggota kelompok dan atas dasar keyakinan bahwa pekerja sosial akan menerima anggota kelompok sebagaimana adanya. 4. Pengambilan keputusan. Kelompok harus dibantu dalam mengambil keputusan-keputusan sendiri dan menentukan kegiatan yang diinginkan sesuai dengan kemampuannya. 5. Organisasi bersifat fleksibel. Dalam arti organisasi dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Organisasi yang formal harus fleksibel dan harus didorong bila sedang berusaha mencapai tujuan yang penting, yang dipahami oleh para anggotanya dan dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. 6. Penggalian sumber-sumber dan penyusunan program. Sumber yang ada di masyarakat harus dapat digunakan untuk memperkaya pengalaman kelompok, untuk dimanfaatkan para anggota dan kelompok itu sendiri. Penilaian kegiatan secara terus-
49
menerus terhadap proses dan hasil program atau pekerjaan kelompok yang merupakan jaminan dan pertanggungjawaban terhadap apa yang diselesaikan masing-masing pihak untuk keseluruhan. Terdapat beberapa alasan mengapa kelompok dipandang sebagai media yang penting dalam proses pertolongan pekerjaan sosial. Diantaranya adalah karena orang-orang yang terlibat dalam kelompok terlibat relasi, interaksi, dan saling mempengaruhi satu sama lain. Mereka saling berbagi pengalaman, berbagi tujuan, dan berbagi cara mengatasi suatu masalah, yang tidak selalu mungkin dilakukan secara sendiri-sendiri. e. Prinsip-Prinsip Pekerja Sosial Dasar teori Midgley untuk kesemua praktek pekerjaan sosial tersusun dalam suatu prinsip-prinsip general yang menggambarkan keyakinan filsafat dari profesi dan menjadi sebuah pedoman pekerja sosial untuk berkerja dengan klien-klien mereka. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut: a. Penerimaan (acceptance) Prinsip ini secara mendasar melihat bahwa Pekerja Sosial harus berusaha menerima klien mereka apa adanya, tanpa menghakimi klien tersebut.28
28
Chazali H. Situmorang, Mutu Pekerja Sosial di Era Otonomi Daerah (Depok: PT Khalifah Mediatama, 2013), h. 82
50
b. Komunikasi (communication) Prinsip komunikasi ini berkaitan erat dengan kemampuan pekerja sosial untuk menangkap informasi ataupun pesan yang dikemukakan oleh klien. Pesan yang disampaikan klien dapat berbentuk pesan verbal, yang diungkapkan klien melalui ucapannya. Atau pesan tersebut dapat pula berbentuk pesan non-verbal misalnya dari cara duduk klien, cara klien menggerakan tangannya, cara klien meletakkan tangannya, dan sebagainya.29 c. Partisipasi (participation) Pada prinsip ini, pekerja sosial didorong untuk menjalankan peran sebagai fasilitator. Dari peran ini, pekerja sosial diharapkan akan mengajak kliennya untuk ikut serta berperan aktif dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya30 d. Individualisasi (individualization) Prinsip individualisasi, pada intinya menganggap setiap individu berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehinga seorang pekerja sosial haruslah berusaha memahami keunikan dari setiap klien.31 e. Kerahasiaan (confidentialy) Dalam prinsip ini, pekerja sosial harus menjaga kerahasiannya dari kasus yang sedang ditanganinya. Sehingga kasus tersebut itu tidak 29
Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, h. 83 Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, h. 83 31 Chazali H. Situmorang, Mutu Pekerja Sosial di Era Otonomi Daerah, h. 79 30
51
dibicarakan dengan sembarang orang yang tidak terkait dengan penanganan kasus tersebut.32 f. Kesadaran diri Petugas (self-awareness) Prinsip kesadaran diri ini menuntut pekerja sosial untuk bersikap professional dalam menjalin relasi dengan kliennya. Dalam
arti
pekerja sosial harus mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak terhanyut oleh perasaan ataupun permasalahan yang dihadapi oleh kliennya. Dengan kata lain, pekerja sosial haruslah menerapkan sikap empati dalam menjalin relasi dengan kliennya.33 Dalam pelaksanaan intervensi pelayanan kesejahteraan sosial, pekerja sosial mengunakan salah satu dari teori pekerja sosial, yaitu teori
sistem.
Teori
sistem
adalah
salah
satu
cara
untuk
mengkonseptualisasikan permasalahan dan membuat rencana kegiatan atau treatment. Dengan cara ini pekerja sosial dapat berupaya untuk memahami kepentingan relatif dari beragam kepentingan dalam kehidupan
klien.
Sebagai
suatu
cara
untuk
pengembangan
permasalahan yang ada, pekerja sosial dapat mengkonseptualisasi masalah-masalah dengan peristilahan sistem klien, agen perubahan, kegiatan, dan sistem sasaran, dalam rangka menentukan tujuan melalui upaya perubahan terancana.34
32
Chazali H. Situmorang, Mutu Pekerja Sosial di Era Otonomi Daerah, h. 85 Chazali H. Situmorang, Mutu Pekerja Sosial di Era Otonomi Daerah , h. 84 34 http://kesos.unpad.ac.id/?p=578 artikel diakses pada tanggal 31 Agustus 2014 33
52
Teori sistem merupakan teori yang
menganggap bahwa
pekerja sosial merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan sosial kepada individu dan masyarakat. Pekerja sosial berupaya untuk memenuhi kebutuhan individual serta meningkatkan pelayananpelayanan sosial tempatnya berada, sehingga dengan demikian pekerja sosial dan pelayanan kesejahteraan sosial dapat bekerja dengan lebih efektif. Teori sistem merupakan teori yang membedakan antara praktik pekerja sosial dengan profesi penolong lainnya. Hal ini karena pekerja sosial sangat memberikan perhatian dan memperhatikan pengaruh lingkungan sekitar klien ketika melakukan intervensi dan penyelesaian masalah.35. Teori ini berupaya untuk mengubah masyarakat agar bersifat lebih adil atau menciptakan pelayanan pemenuhan kebutuhan sosial personal melalui pertumbuhan individu maupun masyarakat dianggap sebagai gagasan utama dalam pandangan ini. Secara teoritis Pincus dan Minahan menyatakan terdapat empat sistem dasar dalam praktek pekerjaan sosial, yaitu36 : 1.Sistem pelaksana perubahan, pekerja sosial yang secara khusus bekerja untuk menciptakan perubahan secara terencana.
35
Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 65 36 Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial, h. 66
53
2.Sistem Klien, adalah sekelompok orang yang sepakat meminta pelayanan kepada pekerja sosial dan telah memberikan kewenangan menjadi penerima pelayanan berdasarkan kesepakatan atau kontrak dengan pekerja sosial. 3.Sistem sasaran, yaitu sekelompok orang, badan-badan, dan atau organisasiyang dijadikan sasaran perubahan atau dijadikan media yang dapat mempengaruhi proses pencapaian tujuan pertolongan dan para penerima pelayanan utama memperoleh manfaat yang diharapkan. 4.Sisem aksi atau kegiatan, istilah ini dipakai untuk menggambarkan dengan siapa saja pekerja sosial bekerja dalam upayanya memenuhi tugasnya dan mencapai tujuan perubahan yang diharapkan. Teori sistem juga membantu untuk menciptakan fokus yang menghadirkan komunikasi diantara penghuni dalam lembaga atau panti, baik sebagai cara untuk menjelaskan permasalahan dalam situasi tersebut atau sebagai cara untuk mengintervensi. 37 B. Definisi Anak dan Anak Terlantar 1. Pengertian Anak Anak
merupakan
buah
hati
kedua
orangtuanya
yang
dapat
menyenangkan hati dan memberikan kebahagiaan serta sebagai perhatiasan pada kehidupan rumah tangga karena sudahlah lengkap kebahagiaan dengan
37
Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial, h.71
54
hadirnya buah hati (anak) sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat AlKahfi ayat 46:
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehiduan dunia tetap amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (Q.S. Al- Kahfi: 46). Dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinyamelekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya; Anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan Negara pada masa depan. anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Pasal 1 Ayat (1)). 38 Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Anak adalah
38
2012), h. 8
Makmur Sunusi, Anak dan Negara Perspektif Indonesia Abad XXI (Jakarta: JasPro Press,
55
seorang yang berusia dibawah 21 tahun dan belum menikah.Disamping itu, anak juga mengandung pengertian adalah seorang yang berada pada suatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa. 39 Dalam aspek sosiologis anak diartikan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang senan tiasa berinteraksi dalam lingkungan masyarakat bangsa dan negara.Dalam hal ini anak diposisikan sebagai kelompok social yang mempunyai setatus social yang lebih rendah dari masyarakat dilingkungan tempat berinteraksi. Pengertian anak dalam aspek agama islam, anak adalah titipan Allah SWT kepada kedua orang tua, masyarakat bangsa dan negara yang kelak akan memakmurkan dunia sebagai rahmatan lila’lamin dan sebagai pewaris ajaran islam pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anak yang dilahirkan harus diakui, diyakini, dan diamankan sebagai implementasi amalan yang diterima oleh akan dari orang tua, masyarakat , bangsa dan negara.40 Dari pengertian anak di atas dapat disimpulkan bahwa anak adalah seseorang yang masih muda di bawah 18 tahun termasuk yang berada dalam kandungan, belum pernah menikah, yang merupakan generasi masa depan sebuah bangsa. Anak merupakan makhluk yang diamantkan oleh Allah SWT kepada manusia atau orangtua untuk wajib dijaga dan dapat dibimbing
39
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Renika Cipta,1990), Cetakan ke-3.h.
166 40
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/definisi-anak-463129.html Artikel diakses pada tanggal 1 Mei 2014
56
menjadi manusia seutuhnya sebab jiwa dan jasmani anak belum penuh berdiri dengan kokoh, karena ia masih dalam perkembangan pertumbuhan. a. Masa perkembangan Anak Masa perkembangan anak dibagi oleh banyak ahli dalam beberapa periode dengan tujuan untuk mendapatkan wawasan yang jelas tentag definisi dan perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena pada saat-saat perkembangan tertentu anak-anak secara umum memperlihatkan ciri-ciri dan tingkah laku karakteristik yang hampir sama. Menurut Kartono (1995), periode perkembangan anak terdiri dari masa bayi usia 0-1 tahun (periode vital), masa kanak-kanak usia 1-5 tahun (periode estatis), masa anak-anak sekolah dasar usia 6-12 tahun (periode intelektual) dan periode pueral usia 1214 tahun (pra-pubertas atau puber awal). Perkembangan anak meliputi segi-segi jasmani, jiwa dan rohani juga. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang mengambil peranan besar dalam membentuk watak anak.Oleh karena itu, anak berhak untuk tumbuh kembang secara wajar serta memperoleh perawatan, pelayanan, asuhan, dan perlindungan yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahterannya. Anak juga berhak atas peluang dan dukungan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri dan kemampuannya. Namun tidak semua keluarga dapat memenuhi seluruh hak dan kebutuhan anak.
57
b. Pemeliharaan Anak Islam meletakkan tanggung jawab membesarkan anak sepenuhnya di atas bahu kedua orangtuanya, selain merawat secara fisik, juga meliputi akulturasi ke dalam nilai-nilai islami dan sosialisasi ke dalam umat. Syariat menegaskan bahwa orangtuanya harus mendidik anaknya tentang ritual islam serta hukum dan etika islam dan tentang menjadi bagian dari umat. Bila tidak sanggup atau gagal, maka masyarakatlah yang harus bertanggung jawab. Orang tua membacakan syahadat ketika anaknya baru lahir, menamainya dengan nama baik, menyunatkan apabila anaknya lakilaki dan mengajarkan membaca al- quran secara benar. Orang tua mendidik anaknya supaya berbakti kepada keluarga dan masyarakat, membetulkan apabila ia melakukan kesalahan serta menasihati dan memberinya contoh yang baik. Syariat menegaskan supaya anak menghormati dan mematuhi orantua serta orang yang lebih tua darinya dan membantu mereka. 41 Mengasuh dan merawat anak hukumnya wajib, sama seperti wajibnya orang tua memberikan nafkah yang layak kepadanya. Semua ini harus dilaksanakan demi kemaslahan dan keberlangsungan hidup anak. Syariat Islam, dalam hubungannya dengan hak anak untuk mendapatkan pengasuhan
dan
perawatan,
menuntut
agar
setiap
orang
yang
berkewajiban memenuhi tugas ini agar melakukannya dengan ikhlas. 41
Isma’il R. Al-Furuqi, Akar Budaya Islam, Menjelajah Kazanah Peradaban Gemilang (Bandung: Mizan,2003), h. 185
58
2. Pengertian Anak Terlantar Anak terlantar adalah anak yang karena alasan tertentu orangtuanya melalaikan kewajibannya, sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan dengan wajar baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosialnya. 42 Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak tercantum dalam pasal 1 ayat (6) dijelaskan bahwa “Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial”.43 Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk kategori anak rawan atau anak-anak membutuhkan perlindungan khusus. Seorang anak dikatakan terlantar, bukan sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu orangtua atau kedua orangtuanya. Tetapi, terlantar di sini juga dalam pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan ksehatan yang memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidakmengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan. Seorang anak yang kelahirannya tidak dikehendaki, misalnya, mereka umumnya sangat rawan untuk diterlantarkan bahkan diperlakukan salah (child abuse). Pada tingkat yang ekstrem, perilaku penelantarkan anak bisa berupa tindakan orangtua membuang anaknya, entah itu di hutan, di selokan, di
42 43
UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
59
tempat sampah, dan sebagainya baik ingin menutupi aib atau karena ketidaksiapan orang tua untuk melahirkan dan memelihara anaknya secara wajar. Anak terlantar sebagaimana pada umumnya anak, mereka memerlukan kebutuhan dasar sebagai haknya. Hal ini sangat berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Anak mampu tumbuh dan berkembang secara wajar apabila terpenuhi kebutuhannya, baik secara jasmani, rohani, maupun sosial. Kebutuhan dasar yang harus dipenuhi seorang anak meliputi:44 a. Kebutuhan fisik, biologi, sebagai tuntutan yang harus dipenuhi yang menghambat pertumbuhan fisiknya. b. Kebutuhan mental psikis, yaitu untuk menjamin kesehatan jasmani dan rohani anak yang berkaitan dengan eksistensinya sebagai makhluk mental psikis. c. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Kebutuhan dasar tersebut seyogyanya dapat terpenuhi supaya anak tidak mengalami ketelantaran. Namun sebenarnya yang lebih penting yaitu akibat dari ketelantaran akan menyebabkan hambatan terhadap perkembangan kepribadian anak. Pada hakikatnya masa anak-anak merupakan masa yang terpenting bagi pertumbuhan sebab pada masa yang tersebut akan mengalami 44
Andayani Listyawati, Penanganan Anak Terlantar Melalui Panti Asuhan Milik Perorangan (Yogyakarta: B2P3KS Press,2008), h.12
60
sosialisasi dan proses perkembangan diri untuk menjadi dewasa akan berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap hidup dimasa yang akan datang. Bagi anak-anak terlantar, mereka mempunyai hak-hak mereka untuk mendapatkan suatu pelayanan kesejahteraan sosial melalui orangtua pengganti yang akan dapat memberikan hak-haknya. Hal ini untuk memberi perlindungan terhadap kesejahteraan anak. Pada dasarnya untuk melindungi kesejahteraan anak ada dua hal yang hendaknya diperhatikan, yaitu: 45 a. Menjaga agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar, baik lahir maupun batin dan bebas dari segala bentuk gangguan, hambatan dan ancaman. b. Mengupayakan suatu kondisi dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan baik jasmani, rohani, maupun sosial. A. Ciri-ciri Anak Terlantar Ciri-ciri yang menandai seorang anak dikategorikan terlantar adalah : 1.Mereka biasanya berusia 5-18 tahun, dan merupakan anak yatim, piatu, atau anak yatim piatu. 2.Anak yang terlantar sering disebut anak yang lahir dari hubungan seks di luar nikah dan kemudian mereka tidak ada yang mengurus karena orang tuanya tidak siap secara psikologis maupun ekonomi untuk memelihara anak yang dilahirkannya. 45
Andayani Listyawati, Penanganan Anak Terlantar Melalui Panti Asuhan Milik Perorangan. h. 14
61
3.Anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak diinginkan oleh kedua orangtuanya atau keluarga besarnya, sehingga cenderung rawan diperlakukan salah. 4.Meski kemiskinan bukan satu-satunya penyebab anak diterlantarkan dan tidak selalu pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya. Tetapi, bagaimanapun harus diakui bahwa tekanan kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan fasilitas dan memenuhi hak anaknya menjadi sangat terbatas. 5.Anak yang berasal dari keluarga yang broken home, korban perceraian orang tuanya, anak yang hidup di tengah kondisi keluarga yang bermasalah.46 B. Keberfungsian Sosial Anak Terlantar Keberfungsian Sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas
kehidupan,
memenuhi
kebutuhan,
dan
mengatasi masalah.47 Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang dilakukan individu-individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas kehidupan dan memenuhi kebutuhannya.
Konsep ini pada intinya
menunjuk pada kapabilitas individu, keluarga atau masyarakat dalam menjalankan peran-peran sosial di lingkungannya.
46
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010). Cet ke-1, h. 216 47 Glosarium Kemensos RI, Keberfungsian Sosial . artikel diakses pada tanggal 3 September 2014 dari https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos
62
Baker, Dubois dan Miley menyatakan bahwa keberfungsian sosial berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar diri dan keluarganya, serta dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Konsepsi ini mengedepankan nilai bahwa manusia adalah subjek dari segenap proses dan aktivitas kehidupannya. Bahwa manusia memiliki kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan dalam proses pertolongan. Bahwa manusia memiliki dan atau dapat menjangkau, memanfaatkan, dan memobilisasi aset dan sumber-sumber yang ada di sekitar dirinya.48 Menurut Achlis keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi sosial tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinya mencapai kebutuhan hidupnya. 49Indikator peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari ciri-ciri seperti yang diungkapkan Achlis sebagai berikut: 1. Individu mampu melaksanakan peran di masyarakat 2. Individu intens menekuni hobi serta minatnya 3. Individu memiliki sifat afeksi pada dirinya dan orang lain atau lingkungannya. 48
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 146
49
Fanky Febryanto Banfatin, “ Identifikasi Peningkatan Keberfungsian Sosial dan Penurunan Risiko Bunuh Diri Bagi Penderita Gangguan Kesehatan Mental Bipolar Disorder Di Kota Medan Melalui Terapi Pendampingan Psikososial,” jurna diakses pada tanggal 16 November 2014 dari jurnal.usu.ac.id/index.php/ws/article/download/.../262...
63
4. Individu menghargai dan menjaga persahabatan. 5. Individu mempunyai daya kasih sayang yang besar serta mampu mendidik. 6. Individu semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban. 7. Individu memperjuangkan tujuan hidupnya. 8. Individu belajar untuk disiplin dan manajemen diri.
64
C. Kerangka Berfikir Anak Terlantar Dibina Diberikan Panti Sosial Asuhan pelayanan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet
Proses Pelayanan Kesejahteraan Sosial 1. Generalis Intervention Model (GIM) a. Engagement b. Assesment casework: bimbingan c. Planning konseling d. Implementation e. Evaluation f. Terminationgroupwork: support g. Follow-upgroup, dinamika klmpk 2. Bentuk-Bentuk Pelayanan - Pengasramaan - Kebutuhan pangan - Konseling - Kesehatan - Pendidikan Formal - Keterampilan - Keagamaan - Rekreasi/Hiburan - Transportasi - Tabungan
Hal yang diharapkan Keberfungsian Sosial
Indikator peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari ciriciri seperti yang diungkapkan Achlis sebagai berikut: 1. Individu dapatt melaksanakan peran di masyarakat 2. Individu intens menekuni hobi serta minatnya 3. Individu memiliki sifat afeksi pada dirinya dan orang lain atau lingkungannya. 4. Individu menghargai dan menjaga persahabatan. 5. Individu mempunyai daya kasih sayang yang besar serta mampu mendidik. 6. Individu semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban. 7. Individu memperjuangkan tujuan hidupnya. 8. Individu belajar untuk disiplin dan manajemen diri.
65
Anak terlantar adalah anak yang karena alasan tertentu orangtuanya melalaikan kewajibannya, sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan dengan wajar baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosialnya. Dengan tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut, mereka jadi putus sekolah, tumbuh kembang anak menjadi terhambat, tingkah laku mereka tidak terkontrol, dan mereka jadi tidak mempunyai keterampilan yang mendukung mereka untuk lebih mandiri. Karena permasalahan ini sebaiknya anak dirujuk oleh keluarga atau masyarakan untuk mendapatkan pelayanan kesejahteraan sosial di panti PSAA PU 03 Tebet yaitu panti yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar. Anak dihadapkan dengan rangkaian proses pelayanan yang dilakukan secara bertahap. Tahapan pelayanan kesejahteraan sosial yang dimaksud mulai dari langkahlangkah pelayanan kesejahteraan sosial seperti pendekatan awal, assessment, sampai merencana intervensi yang akan diberikan, intervensi, proses resosialisasi, evaluasi dan terminasi. Kemudian bentuk-bentuk pelayanan kesejahteraan sosial dalam panti mulai dari pelayanan pengasramaan, kebutuhan pangan, konseling, kesehatan, pendidikan, keagamaan, keterampilan, transportasi, tabungan, dan rekreasi atau hiburan. Pelayanan tersebut diberikan agar anak kembali berfungsi sosial. Selama proses pelayanan berlangsung, sebenarnya hak dan kebutuhan anak tetap terjamin. Tujuan akhir dari pelayanan kesejahteraan sosial ini adalah Individu dapatt melaksanakan peran di masyarakat, menekuni hobi serta minatnya, memiliki sifat afeksi pada dirinya dan orang lain atau lingkungannya, menghargai dan menjaga persahabatan, mempunyai daya kasih sayang yang besar serta mampu mendidik,
66
semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban, memperjuangkan tujuan hidupnya, serta belajar untuk disiplin dan manajemen diri. Pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial tidak terbatas pada aspek-aspek yang terkait dengan masalah kelembagaan dan pengelolaannya, namun juga penting ditelusuri kondisi klien baik yang sedang maupun yang telah selesai menerima pelayanan. Akhirnya dapat diketahui bagaimana proses pelayanan yang diberikan pada anak, yang akan berdampak pada keberfungsian sosial di keluarga maupun masyarakat.
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) PUTRA UTAMA 03 TEBET A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) 1. Identitas dan Sejarah PSAA a. Pengertian PSAA Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar. b. Sejarah PSAA Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet didirikan pada tahun 1999 yang saat itu bernama Panti Sosial Taman Penitipan Anak (PSTPA) Bina Insan Nusantara sebagai salah satu Unit Penitipan Teknis (UPT) Kanwil Departemen Sosial Provinsi DKI Jakarta. Sejak tanggal 28 Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara menjadi UPT Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang kemudian berubah nama menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa.1 Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2000 tentang Bentuk Susunan Organisasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta dan Keputusanl Gubernur Provinsi daerah Khusus Ibukota Jakarta
1
Leaflet Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet
67
68
Nomor 41 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial. Dengan terbitnya Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 163 tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis (UPT) di lingkungan Dinas Bina Mental dan
Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta, maka sejak tanggal 13 November 2002 nama PSAA Balita Tunas Bangsa berubah menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet. Selanjutnya terbit Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 61 tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama.2 c. Tugas dan Fungsi PSAA 1)
Tugas Pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet: Tugas
pokok
PSAA
Putra
Utama
03
Tebet
adalah
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar yang meliputi identifikasi dan asesmen, bimbingan dan penyaluran serta bina lanjut. 2)
Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet yaitu: a. Pelaksaan pendekatan awal meliputi registrasi, persyaratan identifikasi, motivasi, dan seleksi.
2
Leaflet Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet
69
b. Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi dan penempatan dalam panti. c. Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan, dan perlindungan sosial. d. Pelaksanaan asesmen meliputi penelahaan, pengungkapan dan pemahaman masalah dan potensi. e. Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental, sosial, kepribadian, pendidikan dan latihan keterampilan. f. Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan serta melaksanakan penyaluran dan bantuan kemandirian. g. Pelaksanaan binaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan dan terminasi. 3 2. Visi dan Misi 1) Visi Panti Sosial Asuhan Anak Putra (PSAA) Utama 03 Tebet mempunyai visi “Terentasnya anak terlantar, yaitu/piatu/yatim piatu dan berasal dari keluarga tidak mampu di Provinsi DKI Jakarta dalam kehidupan yang layak dan normatif”.
3
Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet pada tanggal 23 Juli 2014.
70
2) Misi Adapun misi Panti Sosial Asuhan Anak Putra (PSAA) Utama 03 Tebet yaitu4: a) Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap anak yatim/piatu/yatim piatu dan anak terlantar yang ada di lingkungan masyarakat. b) Membentuk anak yang mengalami ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani maupun sosial. c) Mengentaskan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yatim/piatu terlantar ke dalam kehidupan yang layak, normatif dan manusiawi.
4
Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet pada tanggal 23 Juli 2014.
71
B. Struktur Organisasi Ka. Panti Hikmah, SE.MM
Kasubag.TU Dra. Hj. Fatimah
Ka. Bimbingan dan Penyaluran
Ka. Identifikasi dan Asessmen
Zulfarini Thaib, S.sos
Dra. Hj. Nurlela
Sub. Pok. Jafung
C. Deskripsi Pekerjaan a) Kepala Panti mempunyai tugas: 1. Memimpin pelaksanaan dan fungsi Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet. 2. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan sub bagian, seksi dan sub kelompok jabatan fungsional. 3. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan Kepala Dinas. b) Bagian Tata Usaha mempunyai tugas:
72
1. Melaksanakan urusan administrasi umum, keuangan, kepegawaian perlengkapan dan melaksanakan sara serta prasarana panti. 2. Meneliti kesiapan seumber daya manusia sarana dan prasarana untuk melaksanakan pekerjaan. 3. Membina kinerja dan disiplin pegawai. 4. Membina kinerja dan disiplin Tenaga Pelayanan Sosial. 5. Melaksanakan perencanaan dan pelaporan serta penyusunan Job desk pegawai dan Tenaga Pelayanan Sosial. 6. Mewakili Kepala Panti bila berhalangan. 7. Mengkoordinir petugas piket dan melaksanakan piket. 8. Melaksanakan koordinaso dengan unit-unit terkait. 9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. 10. Melaksanakan tugas-tugas pendampingan kepada WBS. c) Seksi Identifikasi dan Assesmen mempunyai tugas: 1. Mendayagunakan sarana dan SDM untuk melaksanakan seluruh kegiatan seksi identifikasi dan asessmen. 2. Melaksanakan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi, motivasi, dan seleksi. 3. Melaksanakan
penerimaan
meliputi;
registrasi,
persyaratan
administrasi dan penempatan dalam panti. 4. Melaksanakan perawatan, pemeliharaan, dan perlndungan sosia. 5. Melaksanakan asesmen meliputi penelaahan, pengungkapan dan pemahaman masalah dan potensi.
73
6. Memantau perkembangan WBS di dalam panti atau di luar panti. 7. Mewakili kepala panti bila berhalangan 8. Memonitor sarana dan prasarana perawatan WBS 9. Mengawasi pelaksanaan petugas asrama WBS, memonitor kesehatan WBS. 10. Menyediakan obat-obatan dan rujukan rumah sakit, puskesmas dan dokter. 11. Melaksanakan piket. 12. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan kepala panti. 13. Melaksanakan pendampingan WBS. d) Seksi Bimbingan dan Penyaluran mempunyai tugas: 1. Mendayagunakan sarana dan SDM untuk melaksanakan seluruh kegiatan seksi bimbingan dan penyaluran. 2. Melaksanakan
bimbingan
sosial
perorangan,
kelompok,
dan
masyarakat. 3. Melaksanakan pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental, sosial dan kepribadian. 4. Melaksanakan bimbingan pelatihan dan keterampilan dalam penerapan kemandirian. 5. Melaksanakan sosialisasi dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan pendidikan. 6. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan penyaluran kembali kepada keluarga, masyarakat dan rujukan ke lembaga sosial lainnya.
74
7. Melaksanakan bina lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, dan pemantapan. 8. Melaksanakan tugas kedinasaln lain yang diberikan kepala panti. 9. Mendayagunakan sarana dan SDM untuk melaksanakan seluruh kegiatan bimbingan dan terhada WBS. 10. Mewakili kepala panti bila berhalangan. 11. Melaksanakan piket. 12. Memonitor WBS di sekolah-sekolah. 13. Menghubungi wali kelas, komite sekolah tempat WBS belajar. 14. Menyiapkan guru-guru pembimbing, instruktur dan pembinaan WBS di dalam lingkungan panti. 15. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepala panti. D. Sasaran, Persyaratan dan Perekrutan Klien a. Sasaran Pelayanan PSAA Sasaran Pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet adalah remaja perempuan anak terlantar usia 13 tahun sampai dengan 18 tahun yang sedang menempuh pendidikan di tingkat SLTP dan SLTA yang karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat mencukupi kebutuhannya secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial. 5
5
Leaflet Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet
75
b.
Persyaratan Sedangkan persyaratan untuk menjadi Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah6: 1) Anak usia 13 tahuan sampai dengan 18 tahun (khusus perempuan) 2) Surat keterangan tidak mampu dari Rt/Rw, Lurah setempat 3) Surat keterangan sehat dari dokter/Puskesmas. 4) Foto copy KTP orangtua/wali (Domosili DKI Jakarta) 5) Pas foto 4x6 = 2 lembar, 2x3=2lembar 6) Pemilik ijazah/raport terakhir. 7) Bersedia tinggal dan mengikuti tata tertib yang berlaku di PSAA Putra Utama 03 Tebet. 8) Rujukan dari panti terkait.
c. Perekrutan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet (PSAA PU 03 Tebet) dalam merekrut klien yang masuk ke panti ini adalah berdasarkan hasil rujukan dari panti ke panti, rujukan keluarga dan berasal dari organisasi sosial (Karang taruna, SSK, dan PSM ) .7 E. Pendanaan PSAA Dana operasional Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet, berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta setiap tahunnya untuk pendanaan pendidikan, kesehatan, 6 7
Leaflet Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet, Leaflet Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet
76
dan permakanan, karena PSAA Merupakan panti di bawah naungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jika ada kerusakan dalam sarana dan prasarana, maka APBD dapat digunakan. PSAA juga menerima sumbangan dari masyarakat namun sifatnya tidak rutin. F. Program pelayanan Klien Program pelayanan pengasuhan yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet terhadap anak-anak asuhnya merupakan bagian
dari
intervensi
kesejahteraan
sosial.
Pelayanan-pelayanan
kesejahteraan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi kasus yang dilaksanakan secara diindividualisasi, langsung dan terorganisasi, yang bertujuan membantu individu, kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai saling penyesuaian. Berdasarkan tujuan didirikannya, Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet memiliki program-program kegiatan yang kesemuanya ditujukan untuk; 1). Mengembangkan sikap mental positif, 2). Membangun akhlak karimah, 3). Menggali serta memberdayakan potensi yang dimiliki anak asuh, 4) memberikan keterampilan kerja dan penempatan kerja. Program-program yang dicanangkan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) lebih difokuskan pada permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi anak asuh. Adapan program-program kegatan tersebut adalah sebagai berikut8:
8
Wawancara dengan Kak Loren, 3 Juli 2014
77
1. Bimbingan Fisik dan Kesehatan
Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)
Pencak Silat
Pemeriksaan Kesehatan
Kebersihan Lingkungan
2. Bimbingan Mental Keagamaan
Bimbingan ibadah (wudhu, sholat, puasa, dan lain-lain)
Mengaji,
Membaca Wakiah,
Ceramah
3. Bimbingan Sosial
Bimbingan Kelompok (Group Work)
Bimbingan Individu (Case Work)
Pola pendampingan
Rekreasi atau kegiatan Out Bond
4. Bimbingan Pendidikan
Pendidikan formal ( tingkat SMP – SMA/SMK)
Bimbingan belajar (Les)
5. Bimbingan Keterampilan
Menjahit mute-mute
Menyulam
Membuat kreativitas dari bahan-bahan daur ulang
78
Komputer
Kesenian (Band, teater, membaca puisi, vocal group dan menari tradisional )
6. Bimbingan Kesehatan Penyuluhan kesehatan Pemeriksaan kesehatan 7. Kegiatan Koperasi 8. Program Tabungan 9. Penyaluran dan penempatan kerja. G. Daftar Pegawai di PSAA Jumlah seluruh pegawai PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah 20 orang, seperti terlihat dalam tabel dibawah ini9: Tabel 2. Data Pegawai di PSAA PU 03 Tebet NO.
NAMA
NIP
1.
Hikmah, SE. MM
19610227 198101 2 002
2.
Dra. Hj. Fatimah
19591022 198603 2 004
3.
Dra. Hj. Nurlaela
19671010 199303 2 012
4.
Zulfarini Thaib, S.Sos
19581117 198203 2 005
5.
Yuanita Bakar, SH
19610428 198911 2 001
9
JABATAN / GOLONGAN Kepala Panti IV/b Ka. Sub.Bag. TU IV/a Kasie Ident & Assesmen III/d Kasie Bimbingan & Penyaluran III/d Staf Sie Iden & Assesmen III/d
Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet pada tanggal 11 Agustus 2014.
79
6.
Saodah
19681024 198903 2 004
7.
Aris Susilo Hadi
19650805 199003 1 009
8.
Sri Wahyuni
19650827 198707 2 001
9.
Sofiawati
19641019 198703 2 003
10.
Yasinta RA, S.Psi
19841228 201101 2 012
11.
Nurdin Iskandar
19601118 198203 1 010
12.
Mohammad Dasir
19630715 200701 1 026
13.
Dainel Rusdi
19800803 200701 1 006
14.
Junta Sasmican
19750531 200701 1 009
15.
Siti Nurhayati
19801006 200801 2 023
16.
Gunawan Sukaton
19780430 200801 1 015
17.
Gusfarianty
19780807 200701 2 025
18.
Puji Lestari
19850320 200801 2 011
19.
Reni Kuat Tiah
19770702 200701 2 012
20.
Budiarso
19711006 200701 1 018
21.
Theddy Armeinsyah
14001
22. 23.
Rianawaty, SE Boy Haidir, S.Kom
14002 14003
24.
Nurhani
14004
25.
Agus Jaka Haeludin
14005
26.
Loren Siska Ginting,
14006
Staf Sub Bag. TU III/b Staf Sub Bag. TU III/b Staf Sub Bag. TU III/b Staf Sie Iden & Assesmen III/b Staf Sie Bim &Penyaluran III/a Staf Sie Iden & Assesmen II/d Staf Sie Iden & Assesmen II/b Staf Sub.Bag.TU II/b Staf Sie Iden & Assesmen II/b Staf Sub.Bag.TU II/b Staf Sub.Bag.TU II/b Staf Sub.Bag.TU II/b Staf Sie Bimbingan & Penyaluran II/b Staf Sie Bimbingan &Penyaluran I/d Staf Sub.Bag.TU I/d Staf Seksi Identifikasi dan Assesmen / Tenaga Pelayanan Sosial Staf Sub.Bag. TU Staf Sub.Bag. TU / Tenaga Pelayanan Sosial Staf Identifikasi dan Assesmen / Petugas Pelayanan Sosial Staf Sub Bag. TU / Tenaga Pelayanan Sosial Staf Bimbingan &
80
S.ST 27.
Mashudi
28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
Komsiah Nurmila Jamilah Atminah Diah Maskana Febri Hidayatullah Muhammad Agung Prasetya Abdul Choir Sumber : TU PSAA PU 03 Tebet
Penyaluran / Tenaga Pelayanan Sosial Staf Bimbingan & Penyaluran / Tenaga Pelayanan Sosial Petugas Dapur Petugas Dapur Petugas Dapur Petugas Dapur Petugas Keamanan Petugas Keamanan Petugas Keamanan Petugas Keamanan Petugas Keamanan Petugas Keamanan
14007
H. Fasilitas di PSAA Adapun fasilitas di PSAA Putra Utama 03 Tebet ialah berupa10: Table 3. Fasilitas di PSAA PU 03 Tebet No. 1 2. 3.
Fasilitas Luas tanah Taman/ halaman Ruang Kantor
Lokal/Unit 5.100 m2 1.000 m2 1 lokal
4.
Peralatan Kantor
39 Unit
5.
Ruang Asama
8 lokal
6.
Ruang keterampilan Ruang makan dan dapur Aula ruang
2 lokal
7. 8.
10
2 lokal
Keterangan Ruang pimpinan, ruang staff, ruang rapat. 5 buah computer, 2 buah mesin tik, 1 buah fax, 12 buah meja, 12 buah kursi, dan 7 buah lemari berkas, 1 buah mesin foto copy. Kamar no. 1- 4 terletak dilantai 1, kamar no. 5-8 terletak di lantai 2. Ruang keterampilan menjahit dan ruang keterampilan computer. -
1 lokal
-
Leaflet Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet
81
pertemuan 9.
Musholla
1 lokal
-
10.
Olahraga
1 lokal
Bulu tangkis, tenis meja, basket dan bola voli.
11.
Peralatan
2 unit
1 buah telepon dan 1 buah mesin fax
6 Unit
1
Komunikasi 12.
Peralatan pendukung
lemari
P3K,
peralatan
mandi,
peralatan makan, peralatan dapur, sarana tidur dan 1 buah televisi.
13.
Peralatan
3 Unit
2 buah mobil dan 1 buah motor
operasional Sumber : TU PSAA PU 03 Tebet I. Profil Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Tabel 4. Data WBS Berdasarkan Status Keluarga No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Status Keluarga Orangtua Tidak Mampu Yatim Piatu Yatim Piatu Keluarga Retak Anak Terlantar Jumlah Sumber : TU PSAA PU 03 Tebet
Keterangan 62 Orang 5Orang 5 Orang 3 Orang 6 Orang 5 Orang 86 Orang
Daya tampung WBS PSAA PU 03 Tebet tahun 2014 ini terdapat 86 anak yang biasanya daya tampung mencapai 90 anak. Berdasarkan tabel tersebut, terdapat enam puluh dua orang yang berstatus keluarga tidak
82
mampu, lima orang yatim, lima orang piatu, tiga orang yatim piatu, enam orang keluarga retak, dan lima orang anak terlantar. Di bawah ini adalah profil WBS PSAA PU 03 Tebet berdasarkan tingkat pendidikan, data WBS pada tingkat SMP terdapat dua puluh empat orang dan SMA/SMK terdapat enam puluh dua orang. Dapat dilihat dengan rinci pada table di bawah ini: Tabel 5. Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. 1. 2.
Tingkat Pendidikan
Kelas I
Kelas II
SMP 7 10 SMA/SMK 20 19 Jumlah Sumber : TU PSAA PU 03 Tebet
Kelas 1II
KET
7 23
24 62 86
Kemudian berikut ini adalah data WBS berdasarkan penyebaran sekolah tingkat SMP. Terdapat empat SMP rujukan yang disediakan oleh PSAA PU 03 Tebet untuk para WBS, yaitu SMP PR 2, SMP PR I, SMP DCB PALAD, dan SMPN 15. Jumlah WBS yang bersekolah di masing-masing SMP adalah sebagai berikut: Tabel 6. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMP No.
1. 2.
Nama Sekolah
SMP PR I SMP PR 2
Kelas VII 6 1
Kelas VIII 1 9
Kelas IX -
Ket
83
3. 4.
SMP DCB PALAD SMPN 15 Jumlah 7 10 Sumber : TU PSAA PU 03 Tebet
5 2 7
24
Dari Tingkat SMA/SMK, terdapat sekolah rujukan yang lebih bayak yaitu terdapat Sembilan dari SMK dan satu dari SMA. Di bawah ini adalah gambaran jumlah WBS yang bersekolah di tingkat SMA/SMK. Tabel 7. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMA/SMK No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Sekolah
Kelas X
SMAN 37 SMKN 7 SMKN 16 SMKN 31 SMKN 46 1 SMKN 50 SMK 7 SMK JAKTIM 4 SMK JAK-TIM I SMK PANCASILA 8 JUMLAH 20 Sumber : TU PSAA PU 03 Tebet
Kelas XI
Kelas XII
1 10 8 19
1 2 3 2 1 2 7 5 23
Ket
62
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Tahapan pelayanan yang diberikan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 terhadap anak terlantar Dalam pelayanan kesejahteraan sosial ada yang berbasis panti dan ada yang berbasis non panti. Pelayanan kesejahteraan sosial berbasis panti menggunakan model atau sistem pelayanan berbasis lembaga (institutional based) seperti yang sudah dijelaskan di bab II halaman 35. Pelayanan kesejahteraan sosial berbasis panti mempunyai sifat pelayanan yang berbentuk pencegahan, rehabilitasi sosial, pengembangan, perlindungan, dan penunjang guna mengatasi permasalahan yang dihadapi atau memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga penyandang masalah kesejahteraan sosial mampu melaksanakan fungsi sosial. Dari hasil penelitian, penulis menemukan beberapa hal mengenai pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar, baik dari segi subyeknya maupun dari obyeknya sebagai upaya yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet. Berikut merupakan tahapan-tahapan pelayanan kesejahteraan sosial yang telah di paparkan pada bab II halaman 39 menggunakan teori Generalist Intervention Model (GIM): A. Tahapan Pendekatan Awal (Engagement) Pendekatan awal merupakan suatu proses kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan sosial yang ada di PSAA PU 03 Tebet. Tahap pendekatan awal diawali dengan sosialisasi, identifikasi, adaptasi, motivasi dan seleksi. Kegiatan yang dilakukan oleh PSAA PU 03 Tebet adalah dengan
84
85
penyampaian informasi program pelayanan kesejahteraan sosial kepada masyarakat, instansi terkait, serta organisasi sosial/LSM guna memperoleh dukungan dari berbagai pihak mengenai pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar. Langkah-langkah pendekatan awal ini adalah: a. Sosialisasi Sosialisasi merupakan langkah awal dari proses pelayanan sosial yang ada di PSAA PU 03 Tebet. Pada tahap ini, panti melakukan penyampaian informasi mengenai program pelayanan, metode yang dipakai dalam sosialiasi seperti penyebaran pamphlet, penyebaran leaflet, adanya website, bekerjasama dengan pilar-pilar partisipan usaha kesejahteraan sosial yang terkait untuk mendapatkan pengesahan atau pengakuan, dan peran sertanya dalam pelaksanaan program. Tujuannya adalah untuk merekrut calon siswa, sekaligus melakukan sosialisasi tentang kegiatan dan program di PSAA PU 03 Tebet.
Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra.Hj. Nurlela sebagai berikut: “Jadi yang masuk itu biasanya mereka taunya dari alumni. Ada juga yang tahu dari masyarakat luar yang mereka cari-cari informasi untuk bisa masuk sisni, jadi kebanyakan dari orang ke orang, pernah kita membuka website tapi kan tidak semua orang tau website, apalagi orang ngga mampu yah. kita juga cari informasi, dan memberikan informasi kepada teman-teman yang ada wilayah namanya dengan SSK (Seksi Sosial Kecamatan). Ada namanya TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan). TKSK itu ada informasi dari masyarakat ada yang ngga mampu, udah ngga sekolah. Ada juga yang memang dari panti ke panti, jadi apabila itu anak Negara atau tidak mampu yang memang sudah tinggal di panti sejak kecil ketika dia akan melanjutkan ke SMP dan SMA dia akan dipindahkan ke panti ini.”1 1
Wawancara pribadi dengan Dra.Hj. Nurlela, Jakarta, 3 Juli 2014.
86
b. Identifikasi : Identifikasi adalah proses pengumpulan data dan informasi awal calon penerima pelayanan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data permasalahannya guna penetapan calon penerima. Metode yang dilakukan yaitu dengan wawancara yang menanyakan mengenai keluarga, kegiatan yang dilakukan sehari-hari, kemauan anak untuk masuk dipanti ini dan mengumpulkan persyaratanpersyaratan lain yang harus dipenuhi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Hj. Nurlela ketika menjelaskan proses identifikasi sebagai berikut: “Jadi begitu dia kesini awal pertama dia ambil formulir, syaratsyarat saya terangin awal secara gambaran tentang panti ini. kembali 2 minggu kemudian mengisi syarat-syarat atau formulir yang udah ada dan harus dipenuhi. Setelah 2 minggu dia kembali disini kita ngobrol-ngobrol. Sebelum home visit, orangtua di wawancara dengan Saya, Bu Nita dan Pak Restu. Kalau anak-anak dengan psikolog dan peksos Kak Loren. Habis itu di test lagi test agama dengan saya. Selanjutnya home visit, Habis melakukan home visit, beberapa minggu kemudian kita rapat lagi untuk membahas hasil home visit. Proses identifikasi yang diterima klien “R” dan klien “V” sama seperti yang sudah dijelaskan oleh Kasie. Identifikasi dan Assesment diatas, terdapat perbedaan diantara mereka. klien “V” dan “R” tidak harus melakukan tahapan-tahapan yang ada karena mereka merupakan hasil rujukan dari panti yang sebelumnya jadi klien “V” dan “R” sudah pasti diterima. Hal ini seperti diungkapkan oleh Ibu Dra. Hj. Nurlela sebagai berikut:
87
“tapi kalau klien “V” dan “R” ini karena dia merupakan dari panti, itu otomatis kita terima yah. Udah kita terima, kita pelajari berkas-berkas dia waktu di klender, sebelumnya dia cerita dulu, lalu dijelasin anaknya ini tipe seperti apa. Abis itu ya sama isi formulir juga untuk data di panti ini. Jadi kalo klien “V” dan “R” kita hanya melihat data-data dia yang dibawa oleh pengasuh dari panti sebelumnya.” 2 Hal serupa juga diungkapkan oleh klien “R” dan “V” sebagai berikut: “Proses waktu saya masuk, karena saya kan dari panti yang di Klender. Saya memang sudah seharusnya berada disini, karena kan saya ingin masuk SMP dan SMA. Jadi saya ditempatka disini, jadi saya ini rujukan dari panti sebelumnya. Pas datang saya diantar pengasuh saya yang dari Klender. Terus saya ditemui oleh petugas panti yang disini. Abis itu saya mengisi formulir untuk kebutuhan panti sini, terus yaudah saya disuruh bawa barang-barang ke kamar yang udah disediain”3 “Waktu datang kesini karena kan memang panti saya sudah bekerjasama dengan panti ini, dan memang ketika saya harus melanjutkan ke SMP dipindahkan kesini khusus untuk perempuan yah kak. Waktu saya datang, ya saya ke kantor diantar pengasuh saya dari panti sana. Kemudian di cek datadata saya yang dibawa pengasuh. Terus saya disuruh isi formulir diajak ngobrol-ngobrol, Terus udah disini berapa minggu anakanak baru kaya saya dan yang lain juga ada test psikolog kak. Kira-kira seperti itu deh kak.”4 c. Motivasi Motivasi ialah kegiatan program pengenalan kepada klien untuk menumbuhkan keinginan dan dorongan yang tinggi melaksanakan program pelayanan kesejahteraan sosial. Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet ini juga memberikan motivasi kepada 2
Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Nurlela, Jakarta, 3 Juli 2014. Wawancara pribadi dengan klien “R”, Jakarta, 18 Juli 2014. 4 Wawancara pribadi dengan klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014. 3
88
calon-calon Warga Binaan Sosial yang akan masuk ke panti ini. Motivasi yang diberikan oleh panti ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Hj. Nurlela : “Kita motivasi memberitahukan kepada mereka, bahwa mereka tidak dibuang oleh orang tuanya, tetapi untuk biar dia menjadi anak yang lebih baik dan mandiri terutama masa depannya lebih bagus karena keterbatasan ekonomi. Karena disini kan nanti disekolahin, diberi keterampilan. Jadi panti bukan hal yang berarti kalian tinggal disini karena dibuang atau orangtua kalian tidak mau mengurusi. jadi memberikan hal-hal yang positif supaya anak semangat dan merasa betah tinggal di panti nantinya.” 5 Tujuan dari kegiatan motivasi ini adalah untuk menumbuhkan kemauan anak-anak asuh untuk mengikuti program pelayanan. Cara pelaksanaanya dapat dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan secara lisan, langsung, persuasive, dan meyakinkan. d. Seleksi Seleksi adalah kegiatan pengelompokan atau klasifikasi penyandang masalah kesejahteraan sosial terutama yang sudah dimotivasi, untuk menentukan siapa yang memenuhi persyaratan dan siapa yang tidak dapat diterima menjadi calon penerima pelayanan. Proses melakukan seleksi biasanya dilakukan dengan adanya home visit untuk melihat langsung keadaan yang dialami calon klien apakah sesuai dengan hasil wawanacara yang sudah dilakukan saat mereka datang. Akan tetapi, untuk klien “V” dan “R” dia tidak perlu melakukan tahap seleksi seperti klien yang lain , karena sudah pasti klien “V” dan 5
Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Nurlela, Jakarta, 3 Juli 2014.
89
“R” diterima dipanti. Jadi ketika memang itu anak Negara yang sudah dari kecil hidup dari panti ke panti dan keberadaan keluargannya tidak diketahui itu sudah pasti diterima. Kemudian staf identifikasi dan assessment hanya melihat dari data-data yang ada dari panti sebelumnya saja kemudian dipelajari dengan melihat riwayat hidupnya. Hal ini seperti diungkapkan oleh Ibu Dra. Nurlaela sebagai berikut : “Kalau untuk klien “V” dan “R” kita memang tidak menggunakan cara ini, Jadi ketika anak-anak Negara seperti klien “V” yang memang sudah tinggal dari panti ke panti, yang tidak punya siapa-siapa, kita tanya hanya lihat dari data panti sebelumnya sama riwayat. Tapi ketika memang dia masih mempunyai sanak saudara kita tetap melakukan home visit sama seperti yang lain.”6 e. Adaptasi Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri anak dengan lingkungan PSAA PU 03 Tebet, melihat kegiatan yang ada di panti, mengetahui tata tertib dan mengenali para pegawai yang ada. Pada proses ini, pihak panti berusaha menumbuhkan kemauan dan kemampuan anak menjadi klien PSAA. Proses kegiatan ini berlangsung selama satu minggu dengan dipimpin oleh anggota Organisasi Citra Intra Panti (OCIP) semacam OSIS yang biasanya ada di sekolah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra.Hj. Nurlela sebagai berikut: “Pas adaptasi yaa. Ketika mereka sampai sini kita sudah kasih tau kamar buat mereka. Kasih tau juga ini lemari mereka tempat tidur mereka. Terus kan disini ada OCIP (Organisasi Citra Intra Panti) yaa. Jadi anak-anak yang baru masuk itu di MOS terlebih 6
Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Nurlela, Jakarta, 3 Juli 2014.
90
dahulu sama mereka. Dikasih tau latar belakang panti sama peraturan-peraturan yang ada di panti.ohh ngga berat kok tujuannya menghibur saja sebagai pendekatan.” 7 Merujuk pada Bab II halaman 49 bahwa salah satu prinsip-prinsip pekerja sosial adalah penerimaan, dalam hal ini pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan oleh Pekerja sosial ketika menerima klien adalah seorang pekerja sosial harus menerima klien apa adanya, tanpa menghakimi
klien
tersebut
dan
tidak
boleh
membeda-bedakan
permasalahan yang dialami klien. Pelayanan kesejahteraan yang diberikan oleh petugas disana dengan beranggapan bahwa klien-klien diterima sebagai diri mereka sendiri tanpa memandang masalah yang dimiliki oleh mereka. B. Tahapan Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment) Assessment adalah untuk mengumpulkan informasi yang relevan tentang masalah sehingga keputusan dapat dibuat tentang apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Asessmen dapat melibatkan persiapan untuk intervensi pada setiap tingkat praktek. Pada tahapan ini pekerja sosial melakukan assesmen terhadap klien dengan mengidentifikasi klien tersebut dahulu untuk menemukan masalah, kebutuhan, potensi dan menganalisis masalah klien juga merumuskan masalah tersebut. Sesudah di identifikasi permasalahan klien, pekerja sosial melihat situasi klien dari mikro, mezzo dan makro yang ada dalam diri klien, agar pekerja sosial mengetahui bagaimana individu dari klien tersebut, bagaimana 7
Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Nurlela, Jakarta, 3 Juli 2014.
91
klien berada dalam suatu kelompok, dan bagaimana klien memahami sistem lingkungan yang lebih luas. Setelah pekerja sosial melihat dari ketiga aspek tersebut, pekerja sosial dapat mengutip informasi tentang masalah yang dialami klien dan apa yang dibutuhkan klien, kemudian pekerja sosial mengidentifikasi juga kekuatan-kekuatan yang dimiliki klien untuk membantu pekerja sosial merencanakan pemecahan masalah yang tepat yang akan diberikan terhadap klien. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting S.ST sebagai berikut: “Dalam proses assesmen, ya saya wawancara klien tersebut mengenai permasalahannya yang dia alami. Di identifikasi lah intinya untuk menemukan masalah. Abis itu kita cari dari permasalahan tersebut apa yang dibutuhkan anak ini kita tanya juga kekuatan yang dimilikinya. Saya juga melakukan wawancara engga yang formal banget ya kaya ngobrol-ngobrol biasa aja sampai permasalahannya itu ketahuan apa yang dialaminya.”8 1. Profil Klien A) Klien A ( V ) Nama Inisial
:V
Tempat Tanggal lahir :Jakarta, 28 Februari 1998
8
Jenis Kelamin
:Perempuan
Alamat
: PSAA Putra Utama 03 Tebet
Umur
:18 th
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMK
Rujukan dari
: PSAA Putra Utama 01 Klender,Jakarta Timur.
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
92
B) Klien B ( R) Nama Inisial
:R
Tempat Tanggal lahir :Jakarta, 2 Desember 1998 Jenis Kelamin
:Perempuan
Alamat
: PSAA Putra Utama 03 Tebet
Umur
:16 th
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMK
Rujukan dari
: PSAA Putra Utama 01 Klender, Jakarta Timur
2. Riwayat Masalah Klien Kasus I: Klien “V”, (P). 18 tahun, belum menikah, saat ini masih sekolah di bangku SMK. Berperawakan agak gemuk, tidak terlalu pendek, dan berkulit sawo matang. Klien “V” tidak mempunyai keluarga, sehingga klien “V” merupakan salah satu anak Negara yang harus dilindungi. Klien ini memang sudah tinggal di panti sejak bayi. Ketika bayi, klien “V” tinggal di Panti Sosial Tunas Balita (PSTB) sampai umur 6 tahun, kemudian dilanjutkan ke Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 01 Klender, Jakarta Timur untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Dasar (SD), dan saat ini mereka tinggal di PSAA PU 03 Tebet untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
93
Di panti ketika awal mereka ditempatkan sampai pada saat mereka pindah ke panti PSAA PU 01 Klender, tidak ada catatan kasus yang berat yang dihadapi oleh klien “V”. Karena klien “V’ masih kecil dan masih bisa menuruti apa yang dinasehati oleh pengasuhnya. Saat diidentifikasi pekerja sosial, klien “V” mengungkapkan perasaannya selama tinggal di panti dan tidak ada orang tua yang memberikan kasih sayangnya, klien “V” sedih karena harus tinggal di panti dan tidak mengatahui siapa orang tuanya, kadang perasaan iri muncul melihat teman-teman mereka yang masih mempunyai orang tua. Mereka diberikan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan. Sedangkan klien “V” tidak pernah merasakan hal tersebut. Sesekali sempat pernah merasakan ingin bertemu orang tuanya, tetapi harus cari kemana juga tidak tahu, dan wajah orangtuanya seperti apa juga mereka tidak tahu karena belum pernah melihat. Perasaan menyesal juga pasti kadang menghinggapi kehidupannya, menyesal karena harus menerima takdir seperti ini tidak mempunyai orang tua yang benar-benar bisa memberikan perhatiannya yang tulus. Tetapi, mereka sadar bahwa ini semua memang takdir Allah yang harus dijalani dengan keikhlasan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien “V” sebagai berikut: “Terus tinggal disini ya ada senangnya ada sedihnya. Sedihnya pengen ngerasain gimana sih punya rumah dalam satu keluarga terus berkumpul. Senangnya ya disini juga kan saya
94
mendapatkan pengasuh yang berperan sebagai orangtua saya disini. Jadi saya bisa tetap mendapatkan rasa sayang. 9 Hal serupa juga diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST selaku pekerja sosial sebagai berikut: “Kalau saya menanyakan, perasaan mereka gimana berada di panti, ya pasti jawabannya sedih karena mereka kan ingin merasakan sama apa yang di rasain teman-teman mereka kumpul dan bercanda dengan keluarganya. Selain itu juga mereka tuh punya perasaan kaya menyesal gitu, kenapa gitu mungkin dipikiran mereka. Kenapa harus mereka yang kaya gini, tapi ya terus mereka mau apa juga kan ngga bisa mau menyalahkan siapa juga ngga tau. Jadi kita motivasi-motivasi aja.10 Pekerja sosial mulai mengidentifikasi klien selama tinggal di panti PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan untuk mendapatkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Selama disini awalnya klien ini merupakan anak yang sangat patuh pada peraturan yang ada di panti, mereka mengikuti semua kegiatan yang diberikan panti untuk membuat mereka lebih aktif dan merasa terampil, tetapi setelah mereka sudah cukup lama disini sifat rajinnya mereka itu lama-lama hilang karena berbagai alasan. Klien “V” saat ini dia menjadi anggota OCIP (Organisasi Citra Intra Panti), walaupun dia terkadang malas mengikuti kegiatan keterampilan yang ada, tetapi juga dia terlihat aktif karena ingin menjadi bagian dari OCIP. Klien “V” mempunyai teman yang banyak di panti, mereka selalu mengobrol, bercanda, saling berbagi cerita dan bermain bersama. Hubungan klien “V” dengan petugas yang ada di panti juga cukup baik, 9
Wawancara pribadi dengan klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014. Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
10
95
mereka sangat menghormati sekali. Namun, pekerja sosial juga menjelaskan bahwa terkadang mereka pasti ada tidak sukanya karena terdapat petugas panti yang terlalu berlebihan membuat peraturan menurut mereka sehingga mereka merasa menjadi terkekang. Selama di panti, klien “V” juga pernah mengalami permasalahan baik dengan teman-temannya di dalam panti dan dengan teman sekolah. Klien “V” pernah mempunyai masalah karena meminjam uang temannya, dan pernah berantem dengan temannya. Petugas panti mengetahui permasalahan ini, mencoba menjadi mediator diantara mereka agar permasalahan yang mereka alami tidak menjadi masalah yang panjang. Klien “V” ini memiliki watak yang keras kepala, apabila dia melakukan kesalahan lalu diberikan nasehat pasti dia akan tetap merasa bahwa dirinya itu benar. Selain itu, klien “V” juga malas sekali melakukan sholat. Permasalahan di sekolah yang dialami klien “V” adalah anak ini memang suka membolos sekolah. Hubungan klien “V” dengan temantemannya memang sangat baik, teman-teman di sekolahnya tidak memandang sebelah mata dengan kondisi yang dialami klien “V” ini. Mereka ingin berteman apa adanya. Hal ini seperti diungkapkan Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “Selama dia tinggal di panti, memang ngga selalu dia bisa berperan sebagai anak yang baik. Kadang kan anak aja ada tingkah lakunya. Waktu itu, klien “V” pernah ada masalah di panti sama temen-temannya, dia pernah minjem uang temannya, terus pernah juga berantem sama ya paling kadang peraturan
96
yang di panti ngga dikerjain sama dia. Di sekolah, dia memang ngga pernah ada sama temen-temen di kelasnya tapi dia pernah membolos sekolah.”11 Harapan yang dimiliki klien “V” dan klien “R” supaya bisa mempunyai perilaku yang lebih baik lagi, sekolahnya juga semakin bagus dan berprestasi, berusaha untuk tidak pernah membuat kesalahan lagi dan setelah mendapatkan pelayanan yang diberikan di panti mulai dari keterampilan, keagamaan, tabungan, dll kedua klien ini bisa hidup mandiri dengan bekal kemampuan yang suda dia kantongi selama diberikan pendidikan di panti ini. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien V” sebagai berikut: “Harapan saya ya saya sih berharap saya bisa jadi orang yang lebih baik aja. Patuhin peraturan yang ada di panti yang ada di sekolah. jadi ngga punya masalah lagi. Jadi orang baik yang nantinya bisa bikin orang lain senang sama sikap saya. Terus supaya juga saya ngga bolos sekolah lagi. Temen-temen mau menerima kekurangan saya gitu aja Kak”12 Dengan mengetahui permasalahan yang dialami klien setelah diidentifikasi, pekerja sosial dapat melihat situasi klien “V” dari segi aspek mikro, mezzo dan makro. Dalam aspek mikro, ketika pekerja sosial berbicara kepada klien secara individu melalui bimbingan dan konseling, dapat terlihat hubungan relasi antara pekerja sosial dan klien yang bermasalah ini semakin dekat. Sehingga memudahkan pekerja sosial untuk menggali informasi yang ada dalam individu klien ini dan pekerja sosial dengan mudah bisa melihat permasalahan yang muncul 11 12
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014. Wawancara pribadi dengan Klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014
97
berdasarkan dari tipe individunya sendiri. Klien “V” di dalam individunya sendiri diketahui mempunyai permasalahan dengan sifatnya yang dia miliki. Seiring berjalannya waktu, klien “V” pun tumbuh menjadi anak gadis remaja ia mulai membutuhkan aktualisasi dan ekspresikan dirinya kepada
teman
sepergaulannya.
Hal
tersebut
dibuktikan
dengan
memperlihatkan sifat-sifat seperti keras kepala, anaknya terkadang malas tidak pernah mengikuti bimbingan keterampilan, dan juga jarang melakukan sholat lima waktu. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien “V” sebagai berikut: “Aku emang kadang suka malas kak kalo ikut keterampilan, ngga tau males aja gitu rasanya.kan saya ikut kegiatan musik itu setiap hari minggu, jadi tuh saya mikirnya karena udah sekolah dari senin –jumat terus di weekend itu maunya istirahat aja ngga ada kegiatan. Kalo solat iya nih kak masih jarang-jarang, ngga tau sifat malesnya ada aja.” 13 Pada aspek mezzo, pekerja sosial melihat situasi klien ini dengan memantau kegiatan yang biasa dilakukan mereka di dalam panti, apakah mereka mematuhi peraturan yang ada, mendengarkan nasehat pengasuh dan petugas yang lain demi kebaikan mereka, selain itu juga pekerja sosial memantau kegiatan yang mereka lakukan di sekolah. Menurut pekerja sosial, dalam aspek mezzo ini klien “V” sangat berperan sekali di dalam panti, Anaknya terkadang patuh dengan peraturan yang ada di panti terkadang juga tidak. Seperti misalnya, di 13
Wawancara pribadi dengan Klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014.
98
penti terdapat kegiatan yang wajib untuk dilakukan seperti pencak silat, namun klien “V” ini jarang mengikuti sehingga diberikan hukuman dengan memotong uang jajannya. Selain itu, klien “V” juga pernah memiliki permasalahan di dalam panti seperti meminjam uang temannya dan pernah juga berantem dengan temannya. Namun, dibalik permasalahannya tersebut klien “V” bisa berperan dengan mengikuti kegiatan OCIP yang ada di panti dan bisa mengajarkan tarian saman yang dipelajarinya di sekolah untuk di bawa ke panti. Klien “V” mengajarkan adik-adiknya (junior) yang ada di dalam panti untuk bisa menari tarian saman. Dan sekarang tarian saman itu banyak sekali peminatnya dan sudah pernah mendapatkan undangan untuk tampil di luar. Hal ini seperti diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “Kalau klien “V” kan anaknya emang kadang gampang diatur, kadang juga susah banget. Selama disini dia itu punya masalah kaya misalnya suka minjem uang temen sama terus pernah berantem juga. Tapi dibalik sikapnya yang seperti itu, dia itu sangat berperan sekali di sini. Dia mau aktif menjadi bagian dari OCIP dan sering juga memberikan masukan-masukan yang baik kalau mau buat acara. Terus juga dia karna di sekolah ikut nari saman ekskulnya, dia bawa tarian itu ke panti untuk diajarkan ke juniornya. Dari situ banyak yang ikut terus juga udah sering tampil di luar panti.”14 Akan tetapi, klien “V” juga mempunyai permasalahan di sekolahnya menurut pekerja sosial klien “V” ini sering membolos sekolah karena tugas sekolah belum selesai dan terkadang membolos karena 14
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
99
malas mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru mereka. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien “V” sebagai berikut: “iyah kak aku emang pernah punya masalah waktu itu, aku tuh dulu sering banget kak bolos sekolah. kadang suka ikutin temen, kalo temen bolos yaudah aku ikutan aja. Bilang ke panti mah sekolah, tapi padahal ngga pergi ke sekolah. engga tau kak males aja gitu kadang juga males gitu sama gurunya. Karena ngajarnya gitu lagi bikin males sekolah, jadi yaudah bolos.” 15 Sedangkan pada aspek makro, Aspek makro disini adalah memberikan pelayanan yang tepat untuk membantu permasalahan yang dialami oleh klien. Dalam aspek ini, klien “V” diberikan pelayananpelayanan yang dapat membantu permasalahan mereka. Apa yang diberikan dalam pelayanan tersebut untuk memberikan pertolongan ke mereka. Pekerja sosial kemudian memberikan pelayanan konseling, pelayanan keagamaan sebagai bimbingan mental klien, bimbingan fisik, bimbingan
sosial,
pelayanan
kesehatan,
pelayanan
keterampilan,
pelayanan pendidikan, dan pelayanan tabungan. Pelayanan-pelayanan yang diberikan ini bukan hanya asal diberikan, tetapi terdapat alasan dari pekerja sosial mengapa memberikan pelayanan-pelayanan ini sebagai proses pertolongan mereka. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “Pada tahapan ini saya memberikan beberapa pelayanan pendukung yang akan membantu proses penyembuhan klien dari masalah yang dihadapi. Seperti misal pelayanan konseling, bimbingan mental, fisik, sosial, pendidikan dan keterampilan. Pelayanan-pelayanan ini yang dianggap sangat membantu memecahkan masalah yang dialami. Dari judulnya aja sudah 15
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST. Jakarta, 3 Juli 2014.
100
terlihat, seperti apa rekomendasikan.”16
proses
dari
pelayanan
yang
di
Setelah melihat situasi klien “V” dari aspek mikro, mezzo, dan makro, pekerja sosial dapat melihat potensi yang dimiliki klien “V” sebagai kekuatan yang dapat menolong klien “V” dalam proses pertolongan agar bisa berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Klien “V” memiliki kemampuan dalam bidang kesenian dia bisa bermain musik dan mengajarkan menari saman ke teman-teman di panti serta dia memiliki sikap percaya diri yang tinggi, selain itu prestasi di sekolah juga lumayan bagus. KASUS II: Klien “R”, (P). 16 tahun, belum menikah, saat ini sedang menjalani pendidikan SMK kelas 1. Berperawakan kecil, tidak terlalu tinggi, dan berkulit hitam. Klien “R” tidak mengetahui keberadaan orangtuanya. Sejak kecil, dia sudah tinggal di panti, sebelumnya klien ini berada di jalan dilanjutkan ke PSAA PU 01 Klender untuk diberikan pendidikan tingkat SD. Dan saat sudah ingin melanjutkan ke tingkat SMP dan SMA/SMK, klien “R” dipindahkan ke PSAA PU 03 Tebet ini. Semasa kecil, ketika masih tinggal di panti yang lama klien ini tidak memiliki permasalahan kasus. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat penurut dan mematuhi nasehat yang diberikan oleh pengasuhnya.
16
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
101
Klien “R” juga mengungkapkan perasaannya karena harus tinggal di panti sejak kecil tanpa mendapakan perhatian dan kasih sayang langsung yang diberikan oleh orang tuanya. Klien “R” terkadang juga iri melihat teman-teman lain yang masih mmpunyai orangtua, dan ketika mendapat liburan dari panti mereka bisa kembali ke rumah orangtuanya. Akan, tetapi hal tersebut tidak bisa dirasakan oleh klien “R” ketika mendapat liburan dari panti. Dia mungkin hanya tetap di panti atau mengikuti temannya pulang ke rumahnya atau terkadang juga dia mengunjungi panti yang di Klender untuk bertmu dengan ibu asuhnya yang mengasuhnya sejak umur 6 tahun. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien “R” sebagai berikut: “Perasaannya sedih kak tinggal di panti, ngga nyangka aja. Setiap orang kan pasti pengen tinggal di rumahnya sendiri sama orangtuanya. Cuma ya gimana yah kak saya juga ngga bisa milih, ini memang sudah jalannya gini. Kadang suka iri aja sama temen-temen yang masih ada orangtuanya, di kasih perhatian sama kasih sayang yang lebih. Terus kalo ada liburan dari panti juga mereka enak bisa balik ke rumah mereka kumpul sama keluarga, kalau kaya saya gini kalo ngga kadang ikut juga sama mereka ya paling diem aja di panti atau ngga ke Klender ikut pengasuh yang lama.”17 Klien “R” selama di Panti PSAA PU 03 Tebet ini awalnya memang anak yang rajin, mengikuti kegiatan yang diberikan oleh panti ini. Namun, karena sudah semakin beranjak remaja dan sudah mulai mengenal kehidupan luar klien ini semakin susah diatur dan sangat malas
17
Wawancara pribadi dengan klien “R”, Jakarta, 18 Juli 2014.
102
sekali. Sehingga membuat klien ini tidak terlalu aktif di kegiatan-kegiatan yang ada di panti. Tapi beberapa masih diikuti karena sifatnya wajib. Klien “R” merupakan anak yang pendiam sekali, dia jarang sekali mengobrol dan berkumpul dengan teman-temannya di panti. Tapi bukan berarti dia tidak punya teman, dia mempunyai teman sama seperti anakanak yang lain. Namun memang sifat pendiamnya sudah dimiliki sejak dia datang ke panti ini. Selama di panti, klien “R” tidak memiliki masalah, dia juga tidak pernah macam-macam di panti. Selain dengan teman-teman di panti dan petugas-petugas panti, klien “R” juga mempunyai teman-teman di sekolah, saat ini dia sedang mengalami permasalahan di sekolahnya. Dia beberapa hari yang lalu membolos sekolah dan ingin pindah sekolah karena ada masalah dengan temannya di kelas. Permasalahan tersebut, membuat klien “R” tidak nyaman berada di kelas sehingga klien “R” menginginkan pindah sekolah di tempat yang lebih nyaman dan banyak orang yang bisa menerima keberadaannya. Hal ini diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “Seperti baru-baru ini klien “R” mempunyai masalah di sekolahnya, dia itu ngga mau sekolah disitu lagi dan minta pindah sekolah karena menurut dia ada beberapa temannya itu yang ngga suka melihat dia, sebenarnya permasalahan tersebut pernah dialami juga saat masih di SMP. Tapi kita nasehatin dia mengerti gitu nurut supaya jangan pindah sekolah dia mau ikutin. Tapi sekarang karena dia udah beranjak besar agak sedikit sulit untuk diberikan nasehat seperti itu lagi.”18 18
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST , Jakarta, 3 Juli 2014.
103
Kemudian setelah teridentifikasi permasalahan yang dialami klien ini, pekerja sosial mulai menanyakan harapan yang ingin dicapai selama dia berada di panti ini dan setelah keluar dari panti. Harapan yang dirasakan
bisa
seputar
bagaimana
mereka
bisa
menghadapai
permasalahan yang ada pada dirinya dan bagaimana harapan mereka setelah mereka keluar dari panti. Harapan yang dimiliki klien “R” supaya kejadian di sekolah tersebut tidak terjadi lagi, dan dia bisa merasa nyaman ketika berada di sekolah. Lalu dia juga berharap dia bisa semakin percaya diri, selain itu dia akan berusaha untuk bisa lebih baik lagi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien “R” sebagai berikut: “kalau harapan saya sih yah kak, gimana saya bisa jadi orang baik aja deh kak disini, berkelakuan baik, disenengin banyak orang, terus prestasi saya bagus selain di pendidikan juga di kegiatan yang lain jadi bisa buat pegangan saya pas keluar dari panti.”19 Dengan melihati permasalahan setelah diidentifikasi, pekerja sosial dapat melihat situasi klien “V” dari segi aspek mikro, mezzo dan makro. Dalam aspek mikro, Klien “R” mengalami kondisi psikologis yang dapat dikatakan anak yang pendiam sekali, tidak banyak berbicara, kalau bercanda atau mengobrol sama teman di panti seperlunya saja, dan dia juga kurang aktif di setiap keterampilan yang diberikan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:
19
Wawancara pribadi dengan Informan “R”, Jakarta, 18 Juli 2014
104
“Klien “R” memang awalnya rajin mengikuti kegiatan yang ada disini, cuma mungkin beranjak dewasa dan ada pengaruh dari luar jadi sifat malasnya muncul. Udah gitu karena anak ini juga pendiam, jadi beradaptasinya itu kurang dengan temantemannya. Anak ini juga kurang percaya diri jadi sulit sekali untuk berbaur atau gimana.”20 Sifat yang seperti ini, kadang membuat klien “R” susah untuk berinteraksi sama teman-temannya. Sehingga membuat klien “R” juga jadi malas untuk melakukan kegiatan keterampilan yang diberikan panti untuknya. Klien “R” termasuk anak yang baik, walaupun terlalu pendiam dan jarang mengikuti kegiatan keterampilan. Namun, dia juga anak yang rajin, dibuktikan dengan prestasi yang bagus. Kemudian untuk aspek mezzo terhadap klien “R”, klien “R” terkadang anak yang tidak penurut terkadang juga penurut, setiap peraturan yang ada dia patuhi di panti. Klien “R” memang tidak terlalu aktif di panti. Selama di dalam panti, dia tidak pernah ada masalah dengan siapapun. Hal ini diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “walaupun anak ini tipe anak yang pendiam sekali, tapi hubungan dia sama teman-teman yang lain cukup baik ngga pernah berbuat masalah di panti. Klien “R” ini memang tidak terlalu aktif di panti. Jadi biasanya ya kalau udah pulang sekolah langsung ke kamarnya terus makan ya seperti itu.” 21 Begitu juga ketika dia berada di sekolah, anaknya tetap pendiam. Dia mematuhi apa yang ada di sekolah. Bahkan dia malah terlihat aktif di
20 21
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014. Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
105
sekolahnya, dengan menjadi anak yang selalu berprestasi dan masuk ke 10 besar. Akan tetapi, baru-baru ini klien “R” memiliki masalah di sekolahnya. Klien “R” diketahui sudah beberapa hari membolos sekolah dan ingin pindah sekolah, dikarenakan klien “R” tidak suka dengan beberapa temannya di kelas, karena sering menjadi korban bullying. Hal itu terjadi, karena klien “R” ini sering datang sekolah terlambat dan teman-temannya mengejek klien “R” dengan melihat fisik klien “R” yang memang kurang rapi dan berkulit hitam. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “Klien “R” ini, terkadang anak ini memang jarang melakukan keterampilan yang ada. Dia ngga mempunyai masalah kok sama teman-temannya. Emang anaknya baik ngga pernah macemmacem.. Kalau di sekolah, juga sama kaya gitu, dia malah terlihat aktif dibuktikan dengan dia anak yang berprestas karena selalu mendapatkan peringkat 10 besar di sekolah. tapi barubaru ini ada masalah dia membolos sekolah sampai berapa hari karena di sekolah ada masalah, teman-teman kelasnya sering membully klien “R” karena sering datang terlambat di sekolah, dan melihat keadaan fisik klien “R”. Makanya dia sampai minta untuk pindah sekolah.”22 Dalam aspek makro, klien ini diberikan pelayanan yang tepat untuk membantu permasalahan yang dialami oleh klien. Pekerja sosial memberikan pelayanan konseling (case work), pelayanan keagamaan sebagai bimbingan mental klien, bimbingan fisik, bimbingan sosial, pelayanan kesehatan, pelayanan keterampilan, pelayanan pendidikan, dan pelayanan tabungan. Pelayanan-pelayanan yang diberikan ini bukan
22
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST. Jakarta, 3 Juli 2014.
106
hanya asal diberikan, tetapi terdapat alasan dari pekerja sosial mengapa memberikan pelayanan-pelayanan ini sebagai proses pertolongan mereka. Menurut pekerja sosial pelayanan konseling dibutuhkan supaya kedua klien ini bisa menceritakan mengenai permasalahan yang dia alami secara leluasa. Pelayanan keagamaan diberikan agar membuat klien “R” dan klien “V” untuk memahami diri sendiri, dan orang lain dengan belajar tentang keagamaan, cara berfikir positif dan keinginan untuk berprestasi. Bimbingan ini bertujuan untuk memulihkan kesadaran dan tanggung jawab moral, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta memberikan pengertian-pengertian dari sudut pandang agama. Pekerja sosial mengetahui, bahwa kedua klien ini sangat kurang sekali dalam pengetahuan agama yang mereka anut. Oleh karena itu, bimbingan ini sangat dibutuhkan mereka. Bimbingan fisik diberikan sebagai proses pertolongan karena memperkenalka praktek cara-cara hidup sehat, secara teratur dan disiplin agar kondisi badan atau fisik dalam keadaan selalu sehat. Selain itu bimbingan fisik juga membantu kedisiplinan anak. Dengan begitu, membantu klien “R” dan “V” untuk bisa mempunyai sikap yang disiplin terhadap apapun. Klien “V” dan “R” juga membutuhkan pelayanan bimbingan sosial dalam membantu permasalahan mereka, bimbingan sosial ini bertujuan untuk memulihkan kemampuan berinteraksi sosial secara wajar, sehat, dan positif sehingga klien mempunyai sebuah kesadaran diri mereka dan tanggung jawab sosial, harga diri serta kepercayaan diri. Bentuk-bentuk
107
bimbingan
sosial
seperti
dinamika
kelompok,
support
group,
pendampingan yang dilakukan petugas panti seperti memberi nasehat atau kultum. Bimbingan sosial membantu individu meningkatkan kemampuan berfungsi sosial dan mencapai tujuan yang diinginkan melalui pendekatan kelompok sebagai media penyembuhan. Terdapat juga pelayanan pendidikan untuk membantu segala usaha mengembangkan nilai, menyampaikan nilai untuk dipakai oleh anak sehingga menjadi pintar, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat, yaitu baik usaha sendiri mengejar nilai itu ataupun meminta bantuan orang lain. Dan yang terakhir terdapat pelayan keterampilan yang akan membantu klien “V” dan “R” bisa mengembangkan kreativitas mereka masing-masing. Dengan melihat
permasalahan
tesebut, klien membutuhkan
pendampingan lebih yang dilakukan pengasuh agar diberikan motivasi, dukungan, dan mengembalikan semangat lagi supaya mereka tidak mengalami permasalahan ini lagi kedepannya dan mereka tumbuh menjadi anak yang baik. Setelah diidentifikasi dengan melihat riwayat permasalahan dari masa lalu, masa sekarang dan harapan yang ingin dicapai, serta pekerja sosial juga sudah menilai situasi klien dari aspek mikro, mezzo dan makro dalam kedua klien ini, sehingga membuat pekerja sosial semakin memahami akan permasalahan yang dialami oleh klien. Dengan begitu, pekerja sosial dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa
108
permasalahan klien dan rencana intervensi yang dibuat harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan klien di permasalahan yang dialaminya. Pekerja sosial mencoba mencoba mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki klien sehingga kekuatan tersebut bisa membantu klien untuk mengatasi permasalahannya. Pekerja sosial menanyakan mengenai apa kemampuan yang dia miliki, tetapi ditanyakan melalui percakapan yang santai dan tidak seperti mengintrogasi. Dari hasil identifikasi yang dilakukan terhadap kedua klien tersebut, terlihat bahwa klien “R” memiliki kemampuan dalam bidang pendidikan yaitu dia termasuk anak yang berprestasi. Dengan pekerja sosial mengidentifikasi kekuatan klien, hal itu dapat membantu proses intervensi klien, karena kekuatan klien tersebut bisa menjadi hal yang positif yang dimiliki klien. kemampuan tersebut bisa digunakan klien sebagai alternatif-alternatif pemecahan masalah yang akan diberikan pekerja sosial ke klien. Namun, pekerja sosial juga mengalami kesulitan pada proses assesmen, karena klien memiliki sifat tertutup dan keras kepala jadi agak sulit untuk di identifikasi dalam pengungkapan permasalahan klien, selain itu karena pekerja sosial disini juga sebagai pengasuh, terkadang anak memberikan batasan untuk cerita, karena takut diceritakan ke pengasuh lainnya.
109
Merujuk pada bab II halaman 41 terdapat prinsip pekerja sosial yaitu komunikasi,
ketika pekerja sosial memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial pada tahap assessment, pekerja sosial menjaga komunikasi yang baik terhadap calon klien untuk bisa menangkap informasi ataupun pesan yang dikemukakan oleh klien mengenai permasalahan yang dialaminya. Pekerja sosial menangkap pesan yang disampaikan klien melalui pesan verbal yang dilihat dari ucapannya, dan pesan non-verbal seperti melihat
dari cara duduk klien, cara
menggerakan tangannya, dan segala aktivitas yang membuat calon klien merasa nyaman sehingga komunikasi antara pekerja sosial dengan klien dapat terjaga. Dalam tahapan ini juga terdapat prinsip pekerja sosial yaitu menggunakan prinsip individualisasi, dengan meyakini bahwa setiap individu berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga
pekerja
sosial harus menaruh kepercayaan terhadap klien yang dicirikan penjalinan relasi yang bermakna dengan mereka. Pekerja sosial harus menjalin relasi yang baik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anak tersebut. Terdapat juga salah satu prinsip pekerja sosial yaitu, kesadaran diri petugas (self-awareness) pada Bab II halaman 43. Dalam melakukan assesment, disini pekerja sosial bersifat professional dalam menjalin relasi dengan klien. Tidak boleh terhanyut oleh perasaan ataupun
110
permasalahan yang dihadapi oleh klien. Pekerja sosial harus fokus bahwa klien bisa menerima pelayanan kesejahteraan sosial di panti tersebut. Selain menggunakan prinsip komunikasi, individualisasi, dan selfawareness pekerja sosial juga menggunakan prisip kerahasiaan ketika melakukan assessment terhadap klien. Dalam prinsip ini, pekerja sosial harus menjaga kerahasiannya dari kasus yang sedang ditanganinya, dengan menjaga kerahasiaan dari permasalahan yang dialami klien, klien juga
mempunyai
rasa
percaya
diri
untuk
bercerita
mengenai
permasalahannya ke pekerja sosial sehingga pekerja sosial menjadi mudah untuk mengajak klien merencanakan sesuatu pemecahan masalah yang lebih baik untuk dirinya nanti. C. Tahapan Rencana Pemecahan Masalah (Planning) Langkah ketiga di GIM adalah merencanakan perencanaan apa yang harus dilakukan. Perencanaan mengikuti penilaian dalam proses pemecahan masalah. Perencanaan tujuan untuk mengarahkan secara langsung suatu kegiatan. Penentuan tujuan akan lebih efektif jika ada pembagian proses, dimana klien mempunyai tanggungjawab utama untuk memutuskan kebutuhan yang akan dan perlu dipenuhi serta bagaimana mewujudkannya. Proses penentuan tujuan merupakan proses timbal balik dalam upaya menemukan kebutuhan yang harus dipenuhi dan tindakan yang perlu diambil guna mengatasi masalah. Pemberian kesempatan dan tanggungjawab kepada klien akan dapat meningkatkan komitmennya dalam proses pemecahan masalah. Klien akan merasa dan menyakini bahwa tujuan yang telah
111
ditetapkan benar-benar sesuai dengan pilihan dan relevan dengan keinginanya. Proses rencana pemecahan masalah (planning) yang dilakukan pekerja sosial adalah pertama sesudah memahami permasalahan klien, pekerja sosial kemudian bekerja dengan klien, dalam arti pekerja sosial harus melibatkan klien secara aktif dalam mengenal masalahnya, dalam tahapan ini klien harus lebih dominan daripada pekerja sosial. Peran pekerja sosial dalam tahapan ini adalah sebagai fasilitator. Kedua, pekerja sosial bertugas untuk menyelesaikan prioritas permasalahan klien dari beberapa permasalahan yang dialami klien. pekerja sosial berusaha mengutamakan suatu masalah yang lebih penting daripada yang lain untuk diatasi atau dipecahkan. Sehingga permasalahan klien bisa diselesaikan secara kasus per kasus. Ketiga, pekerja sosial
menjadikan
masalah
itu
sebagai
kebutuhan
untuk
dibantu
penyelesaiannya untuk segera dicarikan solusi alternatif yang baik untuk mereka. Kempat, pekerja sosial mengevaluasi tingkat intervensi dari aspek mikro, mezzo dan makro agar proses perubahan yang akan di rencanakan dapat dirasakan dari berbagai aspek sehingga sifatnya menyeluruh. Kelima, pekerja sosial dan klien menetapkan tujuan utama yang ingin dicapai dalam proses penyelesaian masalah klien. Keenam, pekerja sosial dan klien melakukan penetapan tujuan mengenai siapa yang akan menjalankan proses perubahan tersebut agar dapat membantu proses pertolongan, dan apa yang akan dilakukan untuk melihat perubahan dari permasalahan klien. Ketujuh, pekerja sosial akan membuat kontrak kesepakatan rencana perbaikan antara
112
klien dan pekerja sosial. Penjelasan dari proses planning yang akan dilakukan pekerja sosial seperti dibawah ini: a. Bekerja dengan klien Pekerja sosial harus bekerja dengan klien, dalam arti pekerja sosial harus melibatkan klien mengenal masalah yang dialaminya. Pekerja sosial dan klien harus sama-sama menciptakan pemecahan masalah yang baik untuk klien. Klien yang terlibat dalam relasi dengan pekerja sosial, juga harus merasakan adanya masalah yang sedang ia hadapi, akan tetapi belum mampu mengatasi permasalahan tersebut.
Pekerja sosial
melakukan perencanaan dengan melibatkan secara aktif klien “R” dan klien “V” untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya, dengan begitu dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan. Pada bagian ini, pekerja sosial didorong untuk menjalankan peran sebagai fasilitator. Dari peran ini, pekerja sosial diharapkan akan mengajak kliennya untuk ikut serta berperan aktif dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Karena tanpa peran aktif dari klien, maka tujuan dari intervensi nantinya sulit untuk dicapai. Tanpa peran dan usaha yang aktif dari kedua klien ini untuk mengatasi permasalahannya, maka upaya yang dilakukan pekerja sosial tidak akan membawa hasil yang diinginkan. Dengan
melibatkan
klien
secara
aktif
dalam
menghadapi
permasalahannya, dapat terlihat bahwa klien mempunyai peran yang
113
sangat besar atas kesembuhannya sendiri. Berbagai anjuran yang disampaikan oleh pekerja sosial akan menjadi tidak bermakna bila tidak ada keikutsertaan dari klien itu sendiri. Hal ini seperti diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “Iyaa.. setiap permasalahan yang dialami klien pasti saya mengajak klien untuk berperan aktif juga dalam mengatasi permasalahannya. Misalnya nih yaa mereka sadar, mereka ada masalah, terus kita harus bantu supaya anak ini ngga begitu lagi. Kita tanya, kamu mau kan merubah sikap kamu, kamu mau kan bisa menjadi yang lebih baik. Terus dia jawab iya mau merubahnya .Terus kita kerjasama untuk bisa menjalankan apa yang sudah sama-sama kita rencanakan, dengan begitu klien merasa mempunyai peran dalam kesembuhan dari permasalahan yang mereka alami.”23 Dalam hal ini klien dan pekerja sosial bekerja dengan sama-sama untuk membantu permasalahan klien “V” dan klien “R” yang dialami dalam aspek mikro, mezzo dan makro yang sudah dibahas pada tahapan assesmen. b. Memprioritaskan masalah Dengan memprioritaskan masalah pada klien, maka pekerja sosial berusaha mengutamakan suatu masalah yang lebih penting daripada yang lain untuk diatasi atau dipecahkan. Dalam hal ini, pekerja sosial mulai menyusun permasalahan-permasalahan yang dialami klien “V” dan klien “R” baik dari aspek mikro, mezzo dan makro yang sudah dibahas. Dengan melihat, berbagai permasalahan yang dialami klien, maka pekerja sosial dan klien memperioritaskan terhadap masalah pendidikan
23
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
114
terlebih dahulu. Karena permasalahan ini apabila di diamkan saja akan menjadi hal buruk dalam proses pendidikan yang sedang dijalani oleh kedua klien ini. Sehingga pendekatan dalam melakukan terapi lebih diutamakan
dengan
penanganan
kasus
per
kasus
dan
bukan
pengeneralisasi cara penanganan masalah. Permasalahan yang menjadi prioritas dalam hal ini adalah permasalahan membolos sekolah yang dilakukan oleh kedua klien ini. Karena permasalahan ini, yang membuat pendidikan klien menjadi jelek karena dirusak dengan hasil absensi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagi berikut: “Kan tadi kita udah tau permasalahannya itu apa. Nah dari permasalahan yang ada, saya sama kedua klien ini sepakat menarik satu masalah yang akan kita jadikan sebagai prioritas masalah. Masalah yang kita pilih ini adalah masalah kedua klien yang sering membolos sekolah. karena kan kalo bolos sekolah pasti banyak ruginya kan, kaya misalnya materi ketinggalan, terus pas ujian ngga ngerti sama materi itu karena pas dijelasin ngga masuk, absensi juga jadi jelek. Padahal misalnya prestasinya bagus, tapi karena absensinya jelek ya tetep aja jadinya jelek kan. Ya begitu kira-kira ”24 c. Masalah menjadi kebutuhan Pekerja sosial menjadikan masalah yang dialami oleh klien “R” dan klien “V” menjadi kebutuhan untuk segera dicarikan solusi alternatif yang baik untuk mereka. Pekerja sosial membantu mereka dalam membangun apa yang mereka butuhkan dengan melihat situasi yang dimiliki klien, sehingga lebih mudah untuk memutuskan solusi. 24
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
115
Pada tahapan ini, pekerja sosial berasumsi bahwa klien tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pemeran utama dalam perubahan klien adalah klien itu sendiri. Tugas pekerja sosial lebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi klien. Klien “R” dan klien “V” diberikan kesempatan untuk membuat analisis dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri, serta mereka diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai
tujuan
yang
mereka
inginkan.
Hal
ini
sebagaimana
diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “kan tadi kita udah ketemu masalah apa yang menjadi prioritas, nah sekarang masalah tersebut itu dijadikan kebutuhan untuk dicarikan solusi alternatif yang tepat. Apa yang menjadi permasalahan klien, itu sudah menjadi kebutuhan yang harus segera diselesaikan, disini saya hanya berperan untuk membantu mereka dalam membangun apa yang mereka butuhkan dan menggali serta mengembangkan potensi yang dialami klien. apa yang dibutuhkan klien, hanya klien sendiri yang tahu.”25 Permasalahan yang menjadi kebutuhan klien “R” dan klien “V” dapat disimpulkan bahwa kedua klien ini membutuhkan pendampingan dan perhatian khusus dalam mengatasi sikap kedua klien yang sering membolos sekolah. Kemudian klien dan pekerja sosial bekerja sama merumuskan beberapa rencana intervensi nantinya yang akan mereka lakukan, untuk mendukung proses perubahan tersebut.
25
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
116
d. Mengevaluasi tingkat intervensi untuk setiap kebutuhan Dalam
proses
ini,
pekerja
sosial
mulai
membantu
klien
menganalisis dan mengkaji pokok permasalahan yang akan ataupun sedang mereka bahas bersama. Pekerja sosial dan klien mulai mencarikan solusi alternatif yang tepat dalam memilih tindakan-tindakan yang akan mereka lakukan di setiap kebutuhan mereka dalam proses penyelesaian masalah ini. Solusi alternatif dapat berfokus pada perubahan di tingkat mikro, mezzo, atau tingkat makro. Dengan demikian, solusi alternatif untuk permasalahan pada tingkat mikro, mezzo dan makro yang sudah dispekati antara pekerja sosial dan klien adalah sebagai berikut: 1) Tingkat mikro Klien “V” berusaha untuk merubah perilakunya untuk tidak membolos sekolah dengan tidak memperdulikan ajakan teman, melaksanakan tugas sekolah, dan tetap masuk sekolah meskipun dia malas dengan pelajaran atau gurunya. Sedangkan klien “R” tidak akan membolos sekolah lagi dengan berusaha berpenampilan rapi serta tidak lagi memiliki sikap pendiam dan kurang percaya diri. 2) Tingkat mezzo Pihak lembaga memberikan pendampingan dan perhatian yang lebih lagi agar kedua klien ini tidak membolos lagi dan lebih dewasa dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami di sekolahnya dan pihak lembaga juga harus lebih memperhatikan kemampuan klien dalam pendidikan seperti memberikan penghargaan (reward) kepada kedua
117
klien ini, apabila kedua klien ini bisa menunjukkan prestasi belajar yang baik dan tidak membolos sekolah lagi. Lalu memberi hukuman (punishment) kepada klien untuk membuat efek jera apabila klien melakukan kesalahan lagi. 3) Tingkat makro, Pelayanan yang diberikan kepada kedua klien ini menjadi proses alat pendukung agar klien bisa merubah perilakunya agar tidak membolos lagi dan agar bisa lebih terlihat aktif lagi mengikuti kegiatan yang ada di panti. Pekerja sosial memberikan pelayanan konseling, pelayanan keagamaan sebagai bimbingan mental klien, bimbingan fisik, bimbingan sosial, pelayanan kesehatan, pelayanan keterampilan, pelayanan pendidikan, dan pelayanan tabungan. Mengevaluasi tingkat intervensi dari aspek mikro, mezzo dan makro ini penting untuk dilakukan, agar pekerja sosial mengetahui apa yang akan klien lakukan dan harapkan dari ketiga aspek tersebut. Dengan begitu harapan klien akan penyelesaian dari masalah yang dialami dapat dibantu dari berbagai aspek. Pertama dari dirinya sendiri, kedua dari perhatian yang diperhatikan lembaga, dan ketiga dari pelayanan yang diberikan lembaga untuk mendukung proses perubahan klien agar menjadi yang lebih baik. e. Menetapkan tujuan utama Setelah mempertimbangkan berbagai alternatif yang ada dengan seksama, pekerja sosial dan klien menentukan tujuan utama dari program
118
ataupun kegiatan yang akan dilakukan. Dari beberapa alternatif tersebut kemudian diputuskan alternatif mana yang paling logis dan paling mungkin akan diterapkan serta program atau kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan. Mana yang benar-banar bisa dicapai dalam proses pemecahan masalah klien. Hal ini seperti diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “ nah.. dengan sudah membuat rencana intervensi tadi dengan melihat dari individunya, bahwa dia ingin merubah supaya tidak membolos sekolah lagi dan bisa berpikir dewasa dengan didukung oleh perhatian dan kasih sayang yang akan diberikan pihak lembaga berupa penghargaan atas keberhasilan disekan dan juga didukung oleh pelayanan-pelayanan yang ada disini untuk membantu proses perubahan anak. Sehingga bisa kita temua alternatif pemecahan solusi yang bisa dicapai dan dapat memenuhi kebutuhan utama klien.”26 Dalam hal ini, pekerja sosial dan klien menentukan tujuan utamanya adalah kedua klien ini tidak membolos sekolah lagi dan bisa berpikir lebih dewasa terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan menetapkan tujuan utama ini, maka pekerja sosial berharap bahwa individu kedua klien ini bisa lebih baik lagi dengan menerima masukan dan perhatian serta kasih sayang yang diberikan oleh pengasuh kepada mereka. f. Penetapan tujuan Tujuan merupakan hal yang relatif, dan sangat tergantung dengan sasaran dan tujuan umum dari pekerja sosial. Pada dasarnya, ada dua macam tujuan. Pertama, tujuan yang menyeluruh dan berjangka panjang, dan yang kedua adalah yang bersifat khusus dan berjangka pendek. 26
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
119
Tujuan jangka pendek terkait dengan melihat tujuan utamanya adalah agar kedua klien ini tidak lagi membolos sekolah karena hal-hal yang tidak begitu penting. Tujuan jangka panjang nya adalah agar mereka terus menjadi orang yang lebih baik dalam segala hal dan selalu berpikir dewasa dalam memtuskan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Berikut merupakan tabel kegiatan untuk mendukung proses pemecahan masalah agar bisa tetap terpantau dan dilihat keberhasilannya. Tabel 8 Rencana Kegiatan Siapa ?
Akan melakukan apa ?
Kapan ?
Klien “V” dan “R” Klien “V”
Berusaha untuk tidak membolos lagi dengan alasan yang tidak jelas. Mengerjakan tugas sekolah tepat waktu
Setiap hari (berangkat sekolah )
Klien “V”
Menghilangkan sikap malas ke sekolah dan kepada guru yang mengajar. Menghilangkan sikap pendiamnya dan kurang percaya dirinya.
Seminggu 2x
Klien “R”
Klien “R”
Merubah dirinya untuk terlihat lebih
Setiap hari sekolah
Setiap hari
Setiap hari
Bagaimana akan mengukur kesuksesannya ? Dalam sebulan sekali meminta laporan dari wali kelas mengenai absen kedua klien ini. Menanyakan ke klien tugas sudah dikerjakan atau belum dan mendampingi klien dalam mengerjakan tugas sekolah setiap hari. Bekerjasama dengan teman terdekatnya dalam seminggu sekali untuk ikut membantu memantau klien hadir di sekolah atau tidak. Menanyakan ke teman sekelasnya mengenai keadaan klien “R” di sekolah setiap sebulan sekali apakah sudah mau beradaptasi dan berinteraksi dengan temantemannya di kelas. Mengingatkan mengenai menjaga penampilan setiap
120
rapi.
di panti dan saat berangkat sekolah.
Dengan penetapan tujuan tersebut, proses perencanaan akan menjadi terarah karena disini terlihat jelas klien akan melakukan proses perubahan seperti apa, dan berapa lama di lakukan lalu dilihat juga kesuksesan dari apa yang akan dilakukan klien itu seperti apa. Sehingga dapat mendukung rencana jangka panjang dan jangka pendek yang sudah dibuat antara pekerja sosial dank lien. g. Menyusun kontrak Disini klien dan pekerja sosial membuat kontrak yang berkaitan dengan cara dan rentang waktu dan kebutuhan untuk fokus pada masalah yang dirumuskan. Keduanya juga membahas hasil yang diantisipasi. Namun di panti ini pekerja sosial dan klien tidak membuat kontrak rencana perbaikan antara kesepakatan pekerja sosial dan klien. Karena menurut pekerja sosial ketika membuat kontrak, klien menjadi takut karena masalah yang dihadapi klien hanya masalah ringan. Begitu adanya kontrak anak malah menjadi takut tidak ingin bercerita mengenai permasalahannya.
Pada
saat
diajak
wawancara
pun
mengenai
permasalahan yang dialami dia takut dan sulit sekali. Jadi proses rencana perbaikan disesuaikan dengan melihat perubahan anak itu sampai sejuah mana. Hal ini seperti diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “Kalau untuk kontrak sih ngga ada pembuatan kontraknya di panti ini, jadi fleksibel aja. Justru disini kalau buat kontrak
121
malah horror kesannya. Karena disini itu anak-anaknya ngga bisa kaya gitu. Begitu ada kontrak, anaknya jadi takut. Orang wawancara kaya gini aja dia tuh jadi takut anaknya. Seakanakan punya masah besar, padahal permasalahannya hanya ringan-ringan saja.”27 D. Tahapan Pelaksanaan Pemecahan Masalah (Implementation) Tahap keempat di GIM melaksanakan perbuatan yang sebenarnya sudah direncanakan. Klien dan pekerja mengikuti rencana mereka untuk mencapai tujuan mereka. kemajuan selama pelaksanaan harus terus dipantau dan dinilai. Tahap ini merupakan tahapan yang memfokuskan pada upaya mentransfer perencanaan program menjadi pelaksanaan program dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang nyata. Pelaksanaan implementasi disesuaikan dengan rencana pemecahan masalah yang sudah dibuat dari tingkat mikro, mezzo dan makro sebagai berikut: 1) Tingkat mikro Klien “V” berusaha untuk merubah perilakunya untuk tidak membolos sekolah dengan tidak memperdulikan ajakan teman, melaksanakan tugas sekolah, dan tetap masuk sekolah meskipun dia malas dengan pelajaran atau gurunya. Sedangkan klien “R” tidak akan membolos sekolah lagi dengan berusaha berpenampilan rapi serta tidak lagi memiliki sikap pendiam dan kurang percaya diri. 2) Tingkat mezzo Pihak lembaga memberikan pendampingan dan perhatian yang lebih lagi agar kedua klien ini tidak membolos lagi dan lebih dewasa dalam 27
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
122
menyelesaikan permasalahan yang dialami di sekolahnya dan pihak lembaga juga harus lebih memperhatikan kemampuan klien dalam pendidikan seperti memberikan penghargaan (reward) kepada kedua klien ini, apabila kedua klien ini bisa menunjukkan prestasi belajar yang baik dan tidak membolos sekolah lagi. Lalu memberi hukuman (punishment) kepada klien untuk membuat efek jera apabila klien melakukan kesalahan lagi. 3) Tingkat makro Pelayanan yang diberikan kepada kedua klien ini menjadi proses alat pendukung agar klien bisa merubah perilakunya agar tidak membolos lagi dan agar bisa lebih terlihat aktif lagi mengikuti kegiatan yang ada di panti. Pekerja sosial memberikan pelayanan konseling, pelayanan keagamaan sebagai bimbingan mental klien, bimbingan fisik, bimbingan sosial (group work), pelayanan kesehatan, pelayanan keterampilan, pelayanan pendidikan, dan pelayanan tabungan. Dengan melihat ketiga aspek tersebut, menurut pekerja sosial semua sudah dilakukan sesuai dengan rencana awal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh klien. Seperti misalnya pada aspek mikro, pekerja sosial dan klien saat itu membuat perencanaan Klien “V” berusaha untuk merubah perilakunya untuk tidak membolos sekolah lagi dengan tidak memperdulikan ajakan teman dan tetap masuk sekolah meskipun dia tidak paham dengan mata pelajarannya. Sedangkan klien “R” tidak akan membolos sekolah lagi dan tidak peduli teman-teman di sekolah akan berbicara seperti apa tentang
123
dirinya serta menghilangkan sikap pendiamnya agar bisa bersosialisasi dengan teman-teman di sekolah. Rencana ini sudah dilakukan dengan baik oleh kedua klien ini, mereka berusaha sekali supaya tidak membolos sekolah dengan alasan-alasan yang tidak penting dan tidak memperdulikan apa yang dikatakan orang tentang dia. Seperti klien “R”, walaupun dia mempunyai masalah di sekolahnya tetapi dia sudah mulai kembali masuk sekolah meskipun akhirnya dia harus pindah sekolah, saat ini dia sedang belajar dengan merubah penampilan agar terlihat rapi dan datang ke sekolah tepat waktu supaya dia tidak menjadi korban bullying seperti yang dia rasakan saat di sekolah yang lama serta berusaha untuk merubah sikapnya agar tidak menjadi orang yang keras kepala, kurang percaya diri dan pendiam. Begitu juga dengan klien “V’, saat ini juga dia sudah berusaha meninggalkan perilakunya yang suka membolos, dengan mengerjakan tugas sekolah tepat waktu dan berusaha suka dengan mata pelajaran yang diajarkan gurunya. Mereka sekarang lebih rajin. Mereka bisa seperti ini karena kembali diberikan nasehat-nasehat dan motivasi oleh pengasuhnya, dan juga mereka membuat perencanaan yang akan di lakukan sesuai dengan kemampuan mereka. Sehingga saat ini rencana yang sudah dipikirkan dapat terlaksana dengan baik. Maka semangat untuk kembali sekolah muncul lagi diantara mereka. Hal ini diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “iya semenjak permasalahan itu pengasuh lebih intens lagi mendampingi anak-anaknya. Mereka memberikan nasehat-nasehat dan motivasi supaya mereka tidak membolos sekolah lagi kalau
124
alasannya tidak jelas. Pengasuh juga memberikan nasehat kalau bolos sekolah banyak yang dirugikan nanti. Jadi harus semangat lagi sekolahnya ngga boleh males. Terus klien “R” juga kita bantu untuk mempercantik dirinya dengan kita ajak ke salon di panti sebelah (PSBR), supaya dia bisa belajar cara mempercantik dirinya. Dari situ perlahan mereka sadar, dan apa yang udah diberikan pengasuh mereka inget-inget dan mereka pegang supaya ngga bakal ngelakuin itu lagi.”28 Selain
itu
pada
aspek
mezzo,
Pihak
lembaga
memberikan
pendampingan dan perhatian dengan memberikan penghargaan kepada kedua klien ini, apabila berperilaku baik dan bisa menonjolkan prestasinya serta memberikan hukuman (punishment) sebagai peringatan dari kesalahan yang sudah diperbuat agar tidak di ulangi lagi. Perencanaan ini sudah dilakukan oleh pihak lembaga, penghargaan dan hukuman sangat diterapkan sekali dilembaga ini karena untuk menghargai apa yang sudah diberikan anak-anak ke pada panti seperti prestasi belajar dan selalu berkelakuan baik. Hukuman diberikan kepada mereka agar membuat mereka jera terhadap perbuatan yang telah mereka lakukan dan agar perbuatan tersebut tidak diulangi kembali. Seperti misalnya, klien “R” walaupun dia mempunyai masalah tetapi dia membuktikan bahwa prestasi belajar di sekolahnya baik maka dari itu dia mendapatkan reward dari panti berupa hadiah yang bisa membangkitkan lagi semangatnya bersekolah dan mempertahankan prestasinya. Apabila dia melakukan membolos sekolah lagi maka dia akan diberikan hukuman, karena dia sudah berjanji tidak akan mengulangi lagi. Begitu juga dengan 28
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
125
yang dialami klien “V”. Hal ini seperti diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “Iya disini saya jelaskan, mengapa memutuskan untuk mengambil pendampingan mengenai diberikannya reward dan punishment. Itu karena memang sudah diterapkan disini sangat diterapkan sekali. Baik klien “R” atau klien “V” ketika dia mendapatkan prestasi yang baik di sekolahnya atau dilihat dari tingkah laku anak ini yang tidak pernah membuat kesalahan lagi maka mereka mendapatkan reward. Oleh karena itu pihak panti memberikan hadiah dan ditambah tingkah laku mereka juga sudah mulai terlihat baik. Punishment diberikan apabila mereka melakukan kesalahan lagi.”29 Pada aspek makro, pekerja sosial dan klien membuat pelaksanaan bahwa klien “R” dan klien “V” harus diberikan pelayanan konseling (case work), pelayanan keagamaan sebagai bimbingan mental klien, bimbingan fisik supaya membantu klien berperilaku disiplin, pelayanan keterampilan, pelayanan pendidikan dan pelayanan bimbingan sosial. Proses pelaksanaan pelayanan konseling, dilakukan setiap seminggu dua kali, untuk melakukan konsultasi terhadap perubahan yang sudah dilakukan selama ini dan untuk mengetahui sampai mana dia sudah yang mencapai apa yang sudah di rencanakan sebelumnya. Di pelayanan ini pekerja sosial juga memberikan bimbingan supaya kedua klien ini bisa merubah perilakunya. Lalu salam pelayanan bimbingan mental kedua klien ini sudah menjalankan sesuai jadwal bimbingan keagamaan, dengan mengikuti kegiatan ini secara serius, sudah terlihat perubahan yang dialami oleh keduanya. Keduanya jadi rajin sholat dan melaksanakan kewajiban yang
29
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
126
harus dilakukan anak-anak yaitu membaca surat wakiah setiap malam selasa. Kemudian saat ini mereka juga sedang kembali belajar membaca Al-quran dengan dipimpin oleh ustadz dan ustadzah. Dengan mempelajari keagamaan, mereka bisa semakin tahu mana perbuatan yang baik untuk di lakukan dan mana yang tidak dalam kehidupan sehari-hari, dan dengan memahami agamanya klien juga bisa memutuskan sesuatu hal lebih dewasa lagi. Kemudian dalam pelayanan keterampilan, klien “R” dan “V” sudah kembali aktif mengikuti keterampilan yang mereka sukai, dan klien “V” mengikuti keterampilan kesenian dengan bermain musik gitar dan juga dia aktif menari saman. Di pelayanan pendidikan, mereka mematuhi peraturan yang ada di sekolah dengan tidak membolos lagi. Kemudian mereka menunjukkan prestasi belajar mereka di sekolah. Sedangkan pada bimbingan sosial disini diajarkan bagaimana cara klien mengatasi permasalahan dengan kelompok. Dengan begitu, yang tadinya klien “R” memiliki sifat pendiam bisa lebih terlihat aktif dan berinteraksi antar kelompoknya dalam memecahkan suatu masalah. Untuk klien “V” dengan adanya bimbingan sosial ini membuat dia menjadi belajar bahwa segala sesuatu itu tidak boleh ditanggapi dengan keras kepala dalam menyelesaikan suatu masalah, tetapi harus dengan hati yang tenang dan memahami setiap proses penyelesaian. Namun, pekerja sosial sulit menyatukan karakter mereka karena berasal dari latar belakang, budaya, kebiasan dan pendapat yang berbeda sehingga menyebabkan sulitnya
127
mencarikan solusi dalam memecahkan permasalahan mereka dalam kelompok. Dalam tahapan implementasi ini, pekerja sosial menggunakan teori sistem ketika ingin memberikan pelayanan kesejahteraan sosial untuk anakanak asuh seperti yang peneliti tulis di Bab II halaman 43, dikatakan bahwa teori sistem adalah salah satu cara untuk mengkonseptualisasikan permasalahan dalam membuat rencana kegiatan atau treatment. Dan pekerja sosial
dalam
melakukan
pengembangan
masalah
yang
ada
mengkonseptualisasi masalah-masalah klien dengan peristilahan, agen perubahan, sistem klien, sistem sasaran dan sistem kegiatan. Ke empat istilah tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Sistem pelaksana perubahan Sistem pelaksana perubahan adalah pekerja sosial yang secara khusus bekerja untuk menciptakan perubahan secara terencana. Kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial dilaksanakan selama 2 bulan sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati antara pekerja sosial dan kedua klien ini. Terdapat seorang yang menjadi agen peubah untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, yaitu pekerja sosial lah yang berperan sebagai agen perubah dimana dia bekerja yang akan memberi pertolongan kepada sistem klien yang mempunyai permasalahan. 2. Sistem Klien Sistem klien adalah sekelompok orang yang sepakat meminta pelayanan kepada pekerja sosial dan telah memberikan kewenangan
128
menjadi penerima pelayanan atau terkena perubahan baik secara langsung maupun tidak langsung, dan yang bekerja berdasarkan kesepakatan atau kontrak dengan pekerja sosial. Dalam hal pelayanan kesejahteraan sosial yang menjadi sistem klien adalah klien “V” dan “R” yang memiliki permasalahan membolos sekolah. 3. Sistem Sasaran Sistem sasaran adalah sekelompok orang, badan-badan, dan atau organisasi yang dijadikan sasaran perubahan atau dijadikan media yang dapat mempengaruhi proses pencapaian tujuan pertolongan dan para penerima pelayanan utama memperoleh manfaat yang diharapkan. Adapun yang menjadi sistem sasaran dalam penerimaan pelayanan kesejahteraan sosial adalah orang-orang terdekat klien, seperti temanteman dekat klien, pengasuh, guru dan teman-teman sekolah klien. Orang-orang tersebut akan diidentifikasi oleh pekerja sosial untuk mengetahui permasalahan sebenarnya yang terjadi itu seperti apa, kenapa sistem klien (klien “R” dan “V”) tersebut bisa membolos sekolah. Dan orang-orang ini dijadikan media agar proses pencapaian tujuan pertolongan bisa terlaksana dengan baik dan memenuhi apa yang dibutuhkan klien. 4. Sistem aksi atau kegiatan, Sistem aksi atau kegiatan adalah untuk menggambarkan dengan siapa saja pekerja sosial bekerja dalam upayanya memenuhi tugasnya dan
129
mencapai tujuan perubahan yang diharapkan. Ketika pekerja sosial sudah melakukan identifikasi dan penelaahan terhadap masalah (assessment) pada sistem klien dan sistem sasaran, dan sudah diketahui apa sebenarnya permasalahan yang dihadapi oleh mereka dan apa yang mereka butuhkan ketika ke PSAA PU 03 Tebet ini, pekerja sosial kemudian mengintervensi mereka
dengan sistem aksi yaitu dengan memberikan Pelayanan
Kesejahteraan Sosial yang ada di panti PSAA PU 03 Tebet ini mulai dari pelayanan pengasramaan, kebutuhan pangan, konseling, kesehatan, pendidikan, keagamaan, keterampilan, rekreasi dan hiburan, program tabungan dan transportasi. E. Tahapan Evaluasi Pekerja sosial harus bertanggung jawab. Yaitu, mereka harus membuktikan intervensi mereka telah efektif. Setiap tujuan dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan itu dibuat. Apakah kasus tersebut harus dihentikan atau dinilai ulang untuk menetapkan tujuan yang baru. Tahapan evaluasi adalah untuk memastikan apakah proses pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar berlangsung sesuai rencana yang telah ditetapkan wajib dilakukan evaluasi dari setiap tahapan proses yang dilalui. Evaluasi juga bisa dikatakan sebagai proses pengawasan dari klien dan Pekerja Sosial terhadap program, yang sedang berjalan pada pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar. Evaluasi dilakukan dengan melihat tujuan awal apa yang ingin dilakukan untuk klien “R” dan klien “V”. Tujuan utamanya pengasuh memberikan perhatian yang lebih kepada kedua klien ini
130
seperti memberikan motivasi dan dukungan agar mereka bisa merubah individunya tersebut menjadi lebih baik. Setelah diberikan proses implementasi dalam jangka waktu yang lama, tingkat pencapaian dari intervensi sudah terlihat dan dialami oleh kedua klien ini. Pencapaian keberhasilan sudah sesuai dengan yang dipikirkan pekerja sosial. Karena pada dasarnya anak-anak ini baik sekali, jadi mudah ketika ingin melakukan intervensi. Mereka bisa seperti itu karena memang kurang pengawasan dari pihak panti dan juga pengasuh serta ada faktor dari luar yang mempengaruhi mereka. Pekerja sosial ini selalu melakukan evaluasi setiap seminggu sekali untuk melihat perkembangannya seperti apa proses dari pelayanan kesejahteraan sosial yang sudah diberikan. Dengan melihat keberhasilan, dari proses ini dan sudah dijalankan selama dua bulan. Maka, klien memutuskan untuk mengakhirinya dengan proses terminasi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “berdasarkan apa yang sudah dilaksanakan dalam proses intervensi, pencapaian keberhasilan sudah mulai terlihat dari kedua klien ini. Mereka semakin hari semakin bisa merubah perilaku mereka yang tidak baik seperti membolos sekolah. pada dasarnya anak-anak ini memang baik dan permasalahannya juga tidak terlalu besar. Saya melakukan evaluasi setiap sebulan sekali untuk melihat tingkah laku kedua klien ini.”30 F. Tahapan Terminasi ( Pengakhiran Pelayanan) Langkah keenam dalam GIM adalah pemutusan perhatian. Hubungan pekerja atau klien akhirnya harus berakhir. Pekerja sosial memutuskan untuk mengakhiri proses penyelesaian masalah ini karena dianggap sudah tercapai 30
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST Jakarta, 11 Agustus 2014.
131
dengan apa yang diinginkan klien berdasarkan hasil evaluasi yang sudah kita bahas bersama dan juga batas kontrak dalam melaksanakan proses penyelesaian yang dilakukan sudah selesai. Dengan berakhirnya, proses ini maka pekerja sosial berharap klien bisa selamanya berperilaku seperti ini bahkan lebih baik lagi sehingga klien tidak mengalami permasalahan lagi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “Habis di evaluasi kan kita sudah liat tuh bahwa apa yang kita udah rencanain dari awal itu terlaksana sesuai dengan harapan. Maka dari itu proses pertolongan ini harus berakhir karena sudah sesuai dengan tujuan yang kita inginkan dalam perubahan kan Makanya kita melakukan proses terminasi ini ke klien.”31 G. Follow- Up (Tindak Lanjut)
Tindak lanjut adalah langkah ketujuh dan terakhir di GIM. Tindak lanjut adalah pemeriksaan ulang situasi klien di beberapa titik setelah selesai intervensi. Tujuannya adalah untuk memantau efek yang sedang berjalan. Tindakan lanjut yang dilaksanakan setelah klien “V” dan “R” sudah selesai mendapatkan pertolongan untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka alami. Dalam hal ini, pekerja sosial tidak langsung lepas tangan, walaupun pertolongan sudah selesai tetapi pekerja sosial harus tetap memantau sejauh mana kedua klien ini benar-benar sudah baik. Karena bisa saja, situasi dan kondisi di luar kembali merusak apa yang sudah benar di dalam diri klien. Pekerja sosial tetap memberikan nasehat-nasehat agar mereka tetap 31
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST Jakarta, 11 Agustus 2014.
132
mempertahankan perlaku baik yang sudah ada dalam diri mereka. Namun, jika terlihat mereka membuat kesalahan lagi, maka pekerja sosial akan mengassesmen ulang mereka dan memberikan intervensi yang berbeda. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “Setelah sudah selesai proses pertologan, dan sudah berhasil dilakukan oleh kedua klien ini. Perubahannya juga terlihat. Sehabis terminasi, saya juga tetap masih bekerja untuk memantau kegiatan yang dilakukan kedua klien ini. Apakah benar-benar dia sudah berubah, karena kan factor dari luar tuh ada aja, takutnya mereka terhasut lagi atau bagaimana. Jadi merusak apa yang sudah dibangun kemaren. Untuk itu, saya tetap adakan tindak lanjut yaa memberi nasehat-nasehat dan pengawasan berlanjut dengan pengasuhnya supaya mereka tetap mempertahankan sikap yang sudah baik yang kita sama-sama bantu prosesnya. Tetapi ketika terlihat anak-anak ini melakukan kesalahan lagi maka akan di tindak lanjuti untuk di berikan pertolongan dari awal dengan intervensi yang berbeda.”32 B. Bentuk-bentuk kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial untuk anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet. 1. Pelayanan Pengasramaan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet dalam mengasuh, membina dan mendidik anak asuh telah menyediakan seluruh kegiatan
yang
diprogramkan
oleh
pengurus
panti
selama
mereka
mendapatkan pelayanan sosial di panti ini. Pelayanan pegasramaan yang diberikan oleh panti ini telah menyediakan bangunan permanen, tempat beribadah, ruang kantor pengurus panti, tersedianya 8 kamar (1 kamar terdiri dari 10 – 12 orang, yang difasilitasi dengan satu buah AC, tempat tidur, 32
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
133
bantal, sprei, lemari pakaian, meja gosokan, setrikaan, dan lemari sepatu di depan pintu kamar mereka masing-masing), ruangan dapur, laboratorium komputer, 1 ruangan aula dengan difasilitasi alat music, 22 kamar mandi, dan koperasi.33 Bentuk dari program pelayanan pengasramaaan ini yaitu memberikan anak-anak asuh tempat tinggal yang nyaman dan tentram. Tujuan program ini untuk membantu anak asuh yang ada di panti dalam menjalankan kegiatan sehari-hari mereka baik didalam panti maupun kegiatan diluar panti, supaya mereka bisa betah dan nyaman tinggal di panti, karena panti adalah tempat tinggal atau rumah ke dua untuk mereka. Menurut hasil penelitian penulis bahwa pelayanan pengasramaan ini sudah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya oleh PSAA PU 03 Tebet ini. Jumlah kapasitas kamar tidur sebanding dengan jumlah anak yang ada di panti ini. Selain itu setiap bulan mereka juga mendapatkan perlengkapan mandi dan mencuci pakaian seperti sabun, detergen, shampoo, pasta gigi, pewangi pakaian, dan pelicin pakaian. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang klien “R” sebagai berikut: “Waktu saya datang kesini, saya langsung Kak dikasih tau oleh staff kamar saya disini, ini tempat tidur saya, ini lemari saya gitu Kak, terus juga sebulan sekali nih Kak pasti deh dapet kaya keperluan mencuci misalnya detergen, atau juga pelicin pakaian buat nyetrika baju, pokoknya lengkap Kak.” 34
33 34
Observasi Gedung PSAA PU 03 Tebet pada tanggal 3 Juli 2014 Wawancara pribadi dengan informan “R”, Jakarta, 18 Juli 2014.
134
Namun beberapa fasilitas yang ada dikamar mereka seperti AC dan bantal guling akan segera ditarik oleh panti. Menurut pengakuan WBS hal tersebut dikarenakan menurut pihak panti fasilitas tersebut terlalu mewah untuk anak panti. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh seorang WBS (LS) sebagai berikut: “iyah Kak disini sih lengkap kok fasilitasnya. Tapi nih yah Kak, katanya sih nanti kayak AC, bantal guling terus boneka-boneka itu bakal ditarik sama panti. Jadi kita tidur ngga pakai AC lagi, terus kak kalo tidur cuma pakai bantal aja biasa. Terus tuh Kak pakaian kotor kita disediainnya pakai plastik aja. Kan jadi ngga rapi yah Kak. Kalau aku denger sih yah Kak dari ibu pengasuh, kita itu terlalu mewah untuk ukuran anak panti. Jadi ngga perlu tidur pakai AC.”35 Mengenai hal tersebut kemudian dijelaskan oleh pekerja sosial megapa beberapa fasilitas yang ada di panti dan di kamar mereka harus ditarik. Berikut penjelasan dari Loren Siska Ginting sebagai berikut: “oh mengenai hal tersebut ya dikarenakan guling yang mereka pakai memang sudah tidak layak menutut kami. Kami sedang melakukan pengajuan untuk membeli bantal guling yang baru. Kalau mengenai AC, memang akan kita cabut karena untuk ukuran panti itu terlalu mewah,mewah disini bukan hal yang gimana gimana ya. Tapi masalah AC memang untuk semua panti ngga boleh ada, efeknya ngga baik buat mereka, jadi malas dan manja. Orang mereka tinggal dirumah aja ngga pakai AC kok takutnya mereka jadi ketergantungan ketika sudah keluar dari panti dan jadi tidak mandiri.”36 Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa ditariknya beberapa fasilitas yang ada di panti dikarenakan agar tidak membuat anak-anak panti menjadi manja dan ketergantungan terhadap fasilitas AC setelah mereka keluar dari panti.
35 36
Wawancara pribadi dengan informan “R”, Jakarta, 18 Juli 2014. Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 10 Agustus 2014.
135
Karena AC juga sebenarnya di semua panti ngga boleh ada di kamar anakanak terutamanya. Selain itu juga membuat anak tidak menjadi mandiri. 2. Pelayanan Kebutuhan Pangan Pelayanan kebutuhan pangan adalah pelayanan pemberian makan kepada anak asuh yang berada di panti. Dalam pemberian makan, ada ibu dapur yang menyiapkan makanan untuk mereka. Mereka makan 3x sehari. Sarapan dilakukan pada pukul 07.00 pagi, makan siang pukul 11.00, dan makan malam pukul 19.00. Tujuan dari pelayanan kebutuhan pangan ini untuk menjadikan anakanak asuh sehat, karena mereka mendapatkan makanan yang bergizi. Makanan yang disediakan untuk anak-anak asuh yang ada di panti berupa makanan 4 sehat 5 sempurna. Seperti: nasi, lauk pauk, sayur-sayuran, buahbuahan, dan susu. Biasanya makanan yang diberikan sudah terjadwal, menu makanan tersebut biasanya didapat dari puskesmas. Hal ini diungkapkan oleh Kak Loren Siska Ginting sebagai berikut: “Kalau permakanan kan diatur sama ibu dapur. Kita punya tukang masak sendiri. Disini ada 4 orang tukang masaknya. Disini mereka makan 3x sehari. Sarapan itu jam 07.00 terus makan siang jam 11.00 soalnya kan mereka mau sekolah. Abis itu makan malamnya abis sholat maghrib. Di depan itu ada kok makan pagi apa, siang apa, malam apa itu hari senin sampai hari minggu terus juga ada kandungan gizinya misalnya kalori berapa gitu.”37 Kemudian hal serupa juga diungkapkan oleh klien “R” sebagai berikut : “Enak disini makanannya, apa aja ada. Kita mau makan ayam ada. Mau buah-buahan setiap hari juga ada. Nih yah kak kalau sarapan 37
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
136
jam 07.00, kalau makan siang jam 11.00. kalau makan malam nanti bareng-bareng abis sholat Maghrib Kak. Menu-menunya juga disiapin Kak setiap hari ini apa apa aja. Namun, beberapa kali Ibu Dapur juga memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk berhak menentukan apa yang mereka ingin makan, agar anak-anak asuh tidak bosan juga terhadap menu yang sering disediakan. Ibu dapur tidak sendiri dalam memasak, beliau juga dibantu oleh anak-anak asuh yang memiliki jadwal piket untuk memasak. Ibu dapur hampir setiap hari belanja, biasanya bahan belanjaan memang hanya untuk hari itu saja. Untuk biaya belanja bahan makanan biasanya Ibu dapur langsung meminta ke TU dan untuk belanja kebutuhan dalam sehari biasanya habis sekitar Rp. 1.200.000,-. Hal ini diungkapkan oleh salah satu Ibu Dapur yaitu Ibu Kokom. “iya untuk makanan anak-anak setiap harinya memang sudah ada jadwalnya, tetapi tidak menutup kemungkinan kadang kita suka minta ke anak-anak apa yang ingin dimasak. Karena kan anak-anak suka bosan dengan makanan yang sudah dijadwal. Ingin menu lain. Biasanya kalau belanja kita hampir setiap hari belanja, belanja itu untuk bahan makanan dari pagi sampai malam. Kalau untuk biaya biasanya Saya langsung minta ke TU dan biasanya itu habis sekitar Rp 1.200.000,- / hari.” 38 Pelayanan kebutuhan pangan merupakan pelayanan penting dan harus ada dalam keidupan sehari-hari, karena tanpa pelayanan kebutuhan pangan ini anak-anak asuh yang ada di panti tidak dapat hidup sehat. Pada pelaksanaan pelayanan kebutuhan pangan ini tidak mempunyai hambatan berat, karena kegiatan ini sering dilaksanakan setiap hari dan wajib ada di panti ini. 38
Wawancara pribadi dengan Kokom, Jakarta, 15 Agustus 2014.
137
3. Pelayanan Konseling Pelayaan konseling pada umunya sangat diperlukan pada setiap lembaga-lembaga sosial guna memberikan ruang kepada kliennya untuk merasakan kenyamanan dimana mereka bisa berkonsultasi saat mereka menghadapi segala permasalahan. Pelayanan konseling yang dilakukan oleh pekerja sosial dan psikolog kepada klien biasanya dalam bentuk konsultasi dari diri klien kepada pekerja sosial atau psikolog yang bertugas sebagai pembimbingnya dan waktu yang dilakukan dalam seminggu hanya sekali. Mereka mengajukan 3 sampai 4 orang dengan melihat permasalahan yang mereka alami. Misalnya ketika psikolog dan pekerja sosial sudah melihat anak ini perilakunya berbeda dari biasanya, sering murung, atau banyak diam. Mereka akan dianjurkan untuk berkonsultasi dengan psikolog yang ada. Namun, jika ada klien yang ingin konsultasi di lain hari atau lain kesempatan dari pihak pekerja sosial mempersilahkannya. Jadi pelayanan konseling yang diberikan kepada klien di PSAA ini adalah sesuai dengan kebutuhan dari klien tersebut. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “Kalo seminggu sekalinya itu kita ajuin 3 atau 4 orang. Misalnya nih kira-kira ada anak yang kok sekarang agak aneh ya, kok dia ada perubahan, dia suka bolos, suka termenung atau apa. Itu kita ajuin 3 atau 4 orang per minggu. Begitu psikolog datang kita langsung kasih aja. Psikolog biasanya datang seminggu sekali, tapi kadang 2 minggu, tergantung sih dia bisanya kapan gitu ya. Udah dijadwalin sama dianya.”39
39
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
138
Dengan adanya seorang psikolog yang hadir di panti diharapkan dapat membantu pekerja sosial dalam menangani masalah yang dihadapi anak asuh yang bermasalah maupun anak asuh yang ingin konsultasi tentang apa yang menjadi permasalahannya dan mengganggu pikirannya selama ini. Tujuan
pelaksanaan dari pelayanan konseling ini yaitu untuk
memberikan semangat atau motivasi kepada anak-anak asuh mereka jika mempunyai masalah pribadi maupun masalah sekolah, tidak boleh menyerah atau putus asa dalam menyelesaikan masalah tersebut, semua masalah pasti ada jalan keluarnya yang lebih baik. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, ditemukan bahwa panti sosial ini sebenarnya dalam perencanaan dan proses pelaksanaan konseling belum memiliki hasil yang optimal atau sempurna, dikarenakan anak-anak asuh tidak memanfaatkan kesempatan ini banyak dari mereka yang tidak melakukan konsultasi, mereka lebih nyaman untuk cerita sama teman-teman mereka. Selain itu, psikolog juga jarang hadir ke panti sehingga anak-anak asuh kurang dekat dengan psikolog. Kemudian belum adanya ruangan khusus untuk pelayanan konseling. Pelayanan konseling dilakukan setiap hari Jumat, akan tetapi terkadang juga disesuaikan dengan jadwal psikolog kapan bisa datang ke panti. Hal ini diungkapkan oleh klien “R” sebagai berikut: “Psikolog yang datang kesini setiap hari jumat. Tapi tergantung dianya bisa apa ngga. Jarang datang juga soalnya Kak. Aku juga jarang sih Kak.. konseling gitu sama psikolog. Biasanya lebih sering
139
cerita aja sama temen dibanding psikolog. Lebih enak aja Kak sama temen kaya curhat gitu jadinya.” 40 4.
Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan. Kesehatan yang kurang baik akan menghambat aktivitas atau kegiatan anak asuh mereka sehari-hari, maka tujuan dari pelayanan kesehatan ini adalah untuk dapat mengetahui bagaimana kesehatan semua anak-anak asuh yang ada di panti asuhan ini. Pelayanan kesehatan yang disedakan di PSAA ini adalah dengan adanya pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter seminggu sekali. Di panti ini juga disediakan obat-obatan apabila mereka mengalami penyakit yang ringan seperti pusing, batuk, pilek atau nyeri haid yang dirasakan wanita. Biasanya apabila ada yang sakit ringan seperti itu, yang biasa melayani adalah Organisasi Citra Intra Panti (OCIP). Mereka membantu temantemannya yang sedang sakit seperti mengambil obat dan memberi makanan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien “R” sebagai berikut” “Kesehatan sih.. yaaa.. karena kalau itu kan ada petugas kesehatan, disini ada OCIP . jadi melalui OCIP dulu Kak. Mereka membantu kasih makanan terus mengambil obat untuk kita. Ya merawat kita gitu kak. Karena kan juga disediain obatan-obatan juga kak disini kalau memang penyakitnya tidak terlalu parah.” 41 Jika terdapat anak asuh yang mengalami sakit yang cukup parah. Staff Identifikasi dan Assesment yang akan mengurusinya. Pihak panti langsung secepat mungkin mengambil tindakan dengan membawa ke puskesmas atau 40 41
Wawancara Pribadi dengan informan “R”, Jakarta, 18 Juli 2014 Wawancara pribadi dengan informan “R”, Jakarta, 18 Juli 2014.
140
rumah sakit milik pemerintah. Semua anak asuh disini sudah memiliki kartu BPJS. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting sebagai berikut: “Jadi misalnya ada anak yang sakit ada anak yang apa, disini kan anak-anaknya sudah memakai BPJS. Jadi kalau anak-anak yang sakit atau apa langsung dibawa ke puskesmas atau ngga kerjasamanya dengan Rumah Sakit milik pemerintah. disini juga disediakan obat-obatan tapi itu yang ringan-ringan aja. Kaya pusing, karena perempuan kan sering nyeri haidh, minyak tawon, vitaminvitamin. Tapi kalau cek kesehatan, disini setahun sekali ada. Wajib sampai harus di rontgen.” 42. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dua orang Dokter yang didatangkan dari Puskesmas Kecamatan Tebet. Biasanya Dokter datang ke panti itu seminggu sekali dan lebih sering datang pada malam hari karena saat malam hari anak-anak panti sudah berada di panti ketika sudah selesai melaksanakan pendidikan sekolah. Ibu Dokter ini biasanya ketika ke panti melakukan pemeriksaan kepada anak-anak yang sedang sakit dan melakukan materi penyuluhan untuk anak-anak. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu Dokter yaitu Ibu fadhlina sebagai berikut: “Biasanya sih seminggu sekali, setiap hari Jumat tetapi malam hari. Karena anak-anak kan sudah kumpul semua yang habis pulang sekolah. Oh iya, penyuluhan tentang materi-materi menjaga kesehatan, penyakit-penyakit berbahaya, bagaimana menjaga kondisi tubuh dengan baik. Seputar itu ya Mba yaaa.” 43 Dalam pelayanan pemeriksaan kesehatan tidak terhambat, walaupun dilaksanakan setiap hari, karena anak-anak asuh yang ada di panti ini,
42 43
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014. Wawancara pribadi dengan Dr. Fadhlina, Jakarta, 15 Agustus 2014.
141
Alhamdulillah, jarang ada yang sakit, mereka semua sehat wal’afiat, karena pihak panti sangat teliti dalam menjaga kesehatan anak-anak asuh disini. 5. Pelayanan Pendidikan Pendidikan adalah segala usaha mengembangkan nilai, menyampaikan nilai untuk dipakai oleh anak sehingga menjadi pintar, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat, yaitu baik usaha sendiri mengejar nilai itu ataupun meminta bantuan orang lain. Pendidikan merupakan suatu yang sangat penting, untuk pemenuhan hak anak mengenai pendidikan formal bagi anak asuh. Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet ini memberikan pelayanan pendidikan dari tingkat SMP dan SMA/SMK. Anak-anak asuh disini diserakan kepada sekolah-sekolah yang ada di luar panti dan jaraknya dekat. Perlu diketahui, bahwa salah satu tujuan utama didirikannya PSAA PU 03 Tebet ini adalah untuk memberikan kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya kepada mereka (anak terlantar) sehingga mereka mampu merasakan pendidikan layaknya anak-anak yang lain yang setara dengan mereka. Panti ini bekerja sama dengan beberapa sekolah yang lokasinya dekat dari panti. Untuk memilih sekolah tersebut, anak asuh yang memiliki hasil UAN (Ujian Akhir Negara) tinggi dan ingin mencoba masuk ke sekolah negeri mereka diperkenankan untuk daftar sendiri di beberapa sekolah negeri sesuai dengan keinginan mereka asal jarak sekolah dengan panti tidak boleh terlalu jauh baik siswa SMP maupun siswa SMA/SMK. Apabila hasil UAN
142
mereka tidak mencukupi, mereka ditempatkan di sekolah swasta yang akan diurusi oleh pihak panti. Hal ini seperti diungkapkan oleh Kak Loren siska ginting sebagai berikut: “Masalah persekolahan, dia mau sekolah dimana. Kita anjurin di Negeri. Kalau misalnya dia ngga dapat di Negeri, kalau misalnya di negeri dia bisa tentukan sendiri pokoknya jangan jauh dari panti. Tapi kalau sekolah swasta kita yang tetapin, kita sudah punya kerjasama dengan sekolah-sekolah yang dekat sini.” 44 Saat ini panti hanya memberikan fasilitas pendidikan dari tingkat SMP sampai SMA saja, padahal anak-anak di dalam panti menginginkan adanya fasilitas pendidikan sampai ke tingkat perguruan tinggi. Anak-anak asuh berharap adanya beasiswa bagi mereka yang berprestasi agar mereka bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. 6. Pelayanan Keterampilan Pelayanan keterampilan ini merupakan pelayanan yang sangat bagus untuk anak-anak yang ada di panti ini supaya mereka bisa mengembangkan kreativitas mereka masing-masing. Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak asuhnya, diantaranya usaha-usaha yang dilakukan adalah memberikan keterampilan kepada anak-anak asuh. Pelayanan ini disediakan untuk mengisi waktu luang mereka dipanti selepas mereka pulang sekolah atau se belum mereka berangkat sekolah bagi anak asuh yang sekolah masuk siang.
44
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
143
Di panti ini tidak banyak keterampilan yang diberikan kepada anakanak asuh. Adapun keterampilan yang dibelikan oleh panti ini seperti menjahit (mute-mute), menyulam, menjahit bahan-bahan daur ulang, komputer, seni musik (Band, paduan suara, dan teater). Pada saat keterampilan mute-mute proses pelaksanaannya Instruktur keterampilan membagi 5 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari empat orang. Kemudian ketua kelompok dari masing-masing kelompok mengambil bahanbahan yang akan digunakan dalam membuat bunga, seperti benang, dan manik-maniknya.
Ketika
bahan-bahan
sudah
disiapkan,
instruktur
keterampilan memberikan contoh membuat bunga kepada para WBS yang ada. Sambil instruktur memberikan contoh, anak-anak mengikuti dengan serius dan dibantu ketua kelompok mereka. Setiap kelompok harus menjadikan 7 bunga. 45 Begitu pula dengan keterampilan bahan daur ulang, Warga Binaan Sosial (WBS) dipersilahkan untuk mengambil kursi dan duduk dengan rapi lalu mereka dibagikan plastik bungkus kopi yang sudah tidak terpakai untuk dilipat-lipat. Ketika lipatannya sudah jadi lumayan banyak, mereka mulai menyusun lipatan tersebut dengan rapi. Setelah susunan lipatan itu sudah banyak, tahap selanjutnya dibuat untuk menjadi tas atau tempat minum.
46
Tidak semua anak-anak mengikuti keterampilan yang terdapat di panti, dikarenakan mereka sudah terlalu lelah dengan kegiatan yang sudah ada di 45
Observasi Keterampilan Mute-mute PSAA PU 03 Tebet pada tanggal 11 Agustus 2014. Observasi Keterampilan Memanfaatkan Bahan Daur Ulnag di PSAA PU 03 Tebet pada tanggal 12 Agustus 2014. 46
144
sekolah. Namun, setiap anak memiliki kewajiban untuk memilih satu keterampilan yang harus diikuti. Dalam belajar keterampilan menyulam dan menjahit bahan-bahan daur ulang biasanya instruktur keterampilan membebaskan mereka untuk melakukan apa yang mereka ingin buat. Hal ini diungkapkan oleh instruktur keterampilan menjahit bahan-bahan daur ulang. “Itu.. adakalanya buu.. kenapa ngga ngerenda… bahannya kebetulan bahan belum beli. Tapi ternyata tadi ada anak baru yang kepengen bikin taplak meja. Jadi berarti anak itu memang betulbetul ingin bisa, ingin tahu. Kalau yang lama-lama itu tinggal buat taplak meja, keset, bikin bunga dari sedotan. Iya jadi ngga harus buat daur ulang. Bisa saja mereka membuat taplak meja, keset, merenda. Jadi saya mengikuti apa yang mereka inginkan.” 47 Kemudian untuk hasil yang mereka buat, ketika sudah jadi akan dijual. Lalu hasil juaan tersebut akan diberikan kepada anak-anak asuh yang sudah membuatnya. Barang-barang yang sudah jadi itu seperti taplak meja, keset, tas-tas dari bahan daur ulang. 7. Pelayanan Keagamaan Pelayanan keagamaan ini merupakan bentuk kebutuhan mental untuk anak-anak asuh. Pelayanan ini disediakan untuk pemenuhan spiritual pada anak-anak asuh dengan belajar tentang keagamaan, cara berfikir positif dan mengubah sikap normatif mereka agar lebih baik. Pembinaan keagamaan adalah usaha dan cara untuk memperbaiki dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, serta meningkatkan wawasan serta keimanan seseorang,
47
Wawancara Pribadi dengan Sunarto, Jakarta, 12 Agustus 2014.
145
pengamalan amal ibadah seseorang, sehingga mereka dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan tujuan yang akan dicapai program ini dapat dikatakan telah berhasil dilaksanakan dengan baik. Dengan adanya program ini akhlak, aqidah dan fiqh anak-anak asuh disini menjadi lebih bertambah. Kegiatan bimbingan keagamaan ini merupakan kegiatan yang wajib bagi semua anak yang ada di PSAA PU 03 Tebet. Untuk memperlancar kegiatan ini telah disediakan seorang Ustadz dan seorang Ustadzah mereka kebetulan suami istri. Pada saat bimbingan keagamaan diberikan tidak hanya memberikan ceramah keagamaan saja, pelayanan kesejahteraan sosial di bidang keagamaan yang dilakukan PSAA PU 03 Tebet terhadap para anak asuhnya membaca IQRA dan Al-Quran yang dilakukan setiap hari Senin dan Kamis setelah membaca surat Yasin, kemudian membaca surat wakiah, pelayanan ini dilakukan setiap hari Senin ketika habis melaksanakan sholat Maghrib, adanya tausiyah untuk menambah pengetahuan keagamaannya, bimbingan cara berwudhu, praktek gerakan sholat, bacaan solat, dan lain-lain. Untuk melakukan sholat 5 waktu mereka wajib melakukan sholat berjamaah untuk sholat Subuh, Maghrib dan Isya. Untuk Zuhur dan Ashar mereka bisa melakukan sendiri di kamar dan belajar rebana yang biasa dilakukan hari Jumat, yang diajarkan oleh Ustadz mereka yaitu Bapak Ali. Pelaksanaan bimbingan mental ini biasa dilakukan malam hari saat anak-anak asuh sudah pulang dari kegiatan belajar mengajar di sekolah
146
mereka. Dalam melihat perkembangan kegiatan pelayanan keagaman yang diberikan untuk anak-anak asuh, petugas panti mempunyai catatan khusus mengenai ibadah sholat 5 waktu mereka. Mereka mempunyai kewajiban untuk melakukan 3 sholat fardhu (Subuh, Maghrib dan Isya) secara berjamaah. Hal ini diungkapkan oleh Loren Siska Ginting sebagai berikut: “Mereka wajib bangun setengah 5 untuk sholat subuh berjamaah. Disini yang paling wajib sholat itu 3, sholat subuh, maghrib dan isya wajib berjamaah. Sampai kita buat bukunya, kita control dalam masalah persholatan ya..kalau dilihat tidak ada yang sholat di 3 waktu wajib itu untuk berjamaah. Uang jajan mereka akan dipotong”48 Akan tetapi, walaupun sudah ada buku catatan untuk mengkontrol ibadah persolatan anak-anak asuh, ternyata masih terdapat diantara mereka yang tidak menjalankan sholat 5 waktu dan saat bulan puasa datang terdapat beberapa anak-anak asuh yang tidak berpuasa padahal saat itu mereka sedang tidak berhalangan. 8. Pelayanan Rekreasi dan Hiburan Pelayanan hiburan dan rekreasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat pada umumnya, guna menghilangkan rasa stress dan jenuh setelah melaksanakan berbagai aktvitas setiap harinya. Hiburan dan rekreasi tidak kalah pentingnya bagi anak-anak, dimana hiburan dan rekreasi juga dapat memberikan hal yang positif dalam perkembangan anakanak yang masih dalam proses pertumbuhan.
48
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
147
Pelayanan hiburan atau rekreasi merupakan suatu program yang harus dilaksanakan atau dijalankan setahun dua kali yaitu pada saat liburan anakanak sekolah. Adapun tujuan dari pelaksanaannya program ini adalah berguna untuk menghilangkan stress dan jenuh setelah melakukan berbagai aktivitas setiap harinya. Pada pelaksanaan program ini Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet tidak mempunyai hambatan yang berarti karena kegiatan tersebut sering dilaksanakan ketika akhir tahun atau liburan anak-anak sekolah. Pada pelaksanaan program ini segenap pengurus dan anak-anak asuh yang ada di panti ikut terlibat dalam menyukseskan berkembangnya program pelayanan hiburan dan rekreasi. Kegiatan yang biasa dilakukan yaitu seperti Outbond. Kadang juga mereka melakukan outbond atau rekreasi itu gabungan dengan PSAA lain atau sering juga hanya PSAA PU 03 Tebet sendiri yang mengadakan. Selain itu, anak-anak asuh disini juga kadang suka melakukan rekreasi atau hiburan seperti berenang, karena kan disini juga ada yang mempunyai hobby berenang. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Loren Siska Ginting sebagai berikut: “kaya liburan outbond..jadi disini dijatah 2 x setahun. Jalan-jalan keluar panti. Itu kita bilangnya bimbingan sosial luar panti. Terus selebihnya itu misalnya libur suka ada uang tabungan anak-anak mereka jalan-jalan kana da anak-anak yang tidak punya orang tua kalo temennya libur kan masih punya orangtua mereka pulang ke rumahnya. Kalo yang tidak punya orang tua kadang mereka jalanjalan sendiri asal ada izin dari panti.” 49
49
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
148
Kemudian hal serupa juga diungkapkan oleh klien “V” sebagai berikut: “Ada kok kak, baru bulan kemaren kita jalan-jalan ke Ciater sama Tangkuban Perahu. Kita outbond kerjasama dengan EO disana Kak. Biasanya mah kalau jalan-jalan setiap tahun pasti ada buat refreshing hehehehe”50 9. Pelayanan Transportasi Alat transportasi merupakan suatu sarana yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap lembaga-lembaga sosial. Oleh karena itu, setiap lembaga-lembaga sosial harus mempunyai sarana transportasi seperti motor atau mobil guna memberikan kelancaran dan kemudahan dalam menjalankan aktivitas kelembagaannya. Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet sampai saat ini sudah mempunyai alat transportasi berupa 1 buah mobil dan 2 buah motor. Namun, transportasi ini hanya digunakan untuk keperluan penting saja yang berurusan dengan kebutuhan panti. Seperti misalnya mengantar anak asuh ke rumah sakit atau puskesmas. Untuk transportasi anak-anak sendiri ketika ingin berangkat sekolah mereka menggunakan angkutan umum dengan diberikan uang saku sebesar Rp. 15. 000,- untuk siswa SMP dan Rp 20.000,- untuk siswa SMA. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai pekerja sosial: “Mereka juga dapat ongkos, kenapa harus deket itu karena mereka sudah ada ongkosnya. Anak SMK Rp 20.000, anak SMP Rp 15.000 itu dibagikan setiap hari. Memang anggarannya segitu. Kalau 50
Wawancara pribadi dengan klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014.
149
kebutuhan di luar dari uang transpot itu tergantung yaa, ada kebutuhan yang kita cover, ada juga kebutuhan yang tidak di cover. Misalnya yang kita cover, pendaftaran-pendaftaran atau registrasi kebutuhan sekolah, pembelian LJK, buku itu semua kita cover. Tapi kalau kaya remedial, ngerjain tugas-tugas biasa ngga kita cover biayanya. Kalau biaya yang ngga kita cover mereka bisa melakukan pengajuan di program tabungan yang mereka punya setiap individu.”51 Kemudian hal serupa juga diungkapkan oleh klien “V” sebagai berikut: “ Dikasih Kak ongkos gitu kalau kita mau berangkat sekolah. Kalau saya Rp 20.000,- terus kan karena kita naik angkutan umum makanya dikasih segitu. Kalau anak SMP Rp. 15.000,- Kak. Terus uangnya itu langsung dipotong separuhnya untuk ditabung dan jadi tabungan kita masing-masing. Untuk uang segitu yah cukup kok kak buat jajan”52 10. Pelayanan Tabungan Pelayanan ini diberikan anak-anak asuh agar anak-anak asuh mempunyai pegangan ketika mereka keluar dari panti ini sehingga membuat anak-anak asuh semakin mandiri. Panti ini bekerja sama dengan Bank DKI, panti ini mengadakan tabungan yang setiap anak wajib menabungkan sebagian dari uang jajan mereka. Jadi, uang jajan yang mereka dapat tidak sepenuhnya diambil, sebagian ditabungkan untuk kebutuhan masa depan mereka. Untuk siswa SMP uang jajan yang seharusnya Rp 15.000 tadi menjadi Rp 8.000 saja dan untuk siswa SMA uang jajan yang seharusnya Rp 20.000 hanya menjadi Rp 10.000 saja. Pelayanan ini didapatkan
dari awal mereka masuk, mereka sudah
dibukakan tabungan untuk mereka oleh panti. Mereka bisa menggunakan uang itu jika memang ada keperluan mendesak di sekolah seperti foto kopi 51 52
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014. Wawancara pribadi dengan klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014.
150
atau remedial ulangan. Untuk pengeluaran dan pemasukkan dari tabungan mereka, pihak panti sangat transparan menginformasikannya ke mereka karena mereka punya buku tabungan sendiri-sendiri. Saat ini kebanyakan anak-anak asuh sudah memiliki tabungan hampir Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000 bahkan lebih setiap orangnya. Jumlah yang sangat membantu mereka ketika mereka sudah selesai menerima pelayanan di panti ini untuk hidup lebih mandiri dan proses mencapai kesejahteraannya.
Hal ini
sebgaimana diungkapkan oleh klien “V” sebagai berikut: “Pelayanan tabungan yah Kak. Jadi nih kayak yang tadi aku bilang, aku kan jajan dikasih Rp 20.000,- karena jarak sekolah aku deket jadi aku dipotong Rp 10.000,- itu buat ditabung. Kan kita ada Kak buku tabungannya dari Bank DKI. Jadi kita tau kak tabungan kita itu ada berapa. Anak-anak sini udah banyak banget Kak. Ada yang sampe Rp 3.000.000,- Alhamdulillah kan yah kak lumayan banget untuk pegangan kita nanti.” 53 Kemudian hal serupa juga diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “jadi mereka ini misalnya kaya gini nih, mereka punya uang Rp 20.000,- mereka liat sekolahnya deket. Kita potong Rp 10.000,mereka udah punya tabungan sendiri. Kita punya kerjasama dengan Bank DKI. Jadi dipotong Rp 10.000,- langsung dimasukkan ke tabungannya, yang Rp 10.000,- lagi itu termasuk uang jajan dia dan ongkosnya. Seandainya dia butuh untuk tugas segala macam, dia bisa melakukan pengajuan. Misalnya Kak aku butuh Rp 50.000,untuk tugas, nanti kita ambil dari tabungannya. Tapi kita transparan dananya, ada buku kecilnya kan. Ini kamu liat, kamu uangnya terakhir segini, saldonya segini, kamu butuh uang segini, sekarang saldo kamu segini.”54
53 54
Wawancara pribadi dengan klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014. Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
151
Menurut penulis, pelayanan inilah yang paling menarik dari beberapa pelayanan yang diberikan. Karena pelayanan ini jarang sekali ada di pantipanti manapun dan dengan adanya pelayanan ini sangat membantu anak-anak asuh untuk hidup lebih mandiri tidak tergantung oleh orang lain karena mereka sudah mempunyai bekal selama mereka tinggal di dalam panti. 11. Pelayanan Bimbingan Lanjut a. Resosialisasi Resosialisasi merupakan tahapan dilaksanakannya hubungan partisipasi keluarga dan masyarakat dalam penerimaan kembali eks WBS dengan membantu proses kesadaran dan tanggung jawab sosial, adaptasi sosial serta lapangan kerja yang layak bagi penerima manfaat sekembalinya dilingkungan masyarakat. Hubungan dengan masyarakat diwujudkan melalui berbagai kegiatan, antara lain kegiatan bakti sosial dan merayakan peringatan hari-hari besar bersama masyarakat dalam wilayah yang dirujuk oleh panti, Adapun kegiatan resosialisasi meliputi beberapa tahapan sebagai berikut: 1) Bimbingan kesiapan kembali ke keluarga Bimbingan kesiapan kembali ke keluarga adalah kegiatan dimana anak-anak panti ini sudah akan selesai dalam pemberian pelayanan dan akan segera dikembalikan ke keluarga mereka kembali. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Reni Kuat Tiah sebagai berikut: “ada jadi sebelum mereka keluar semua orang tua dikumpulin kesini. Ada 2 tipe. Jadi pertama kadang kita yang nyamperin, tergantung keadaan keluarganya. Kita kasih tau bahwa anak ini sudah mau keluar. Kita kasih bekal bahwa mereka ini ada uang
152
saku. Anak ini harus bekerja. Jangan sampai anak ini harus kerja dulu jangan langsung nikah karena kan udah disekolahin tinggitinggi, terus sama mereka yang dipanggil kesini, sekalian pengambilan ijazah atau apa gitu ” 55 2) Bimbingan Kerja Bimbingan kerja ialah kegiatan tuntutan praktek berusaha atau kerja untuk dapat menciptakan lapangan kerja yang layak, serta praktek mengelola usaha, menuju terciptanya kondisi usaha yang efektif dan efisien. “seperti contohnya waktu itu di Hanamasa terus disalon-salon yang kepunyaan Wulan Guritno. Kebetulan yang diutamakan yang hidupnya dari panti ke panti yang tidak punya siapa-siapa ya. Kan kasian juga ya Mba yaa. Jangan sampai dia keluar dari panti itu tidak punya kerjaan. Jadi kalau yang salon itu, anakanak diajarkan dulu sebelum terjun ke salon karena kan sebelumnya disini ngga ada keterampilan salon. Jadi dia belajar dulu, jangan sampai dia ngga punya keahlian main terjun aja kan nanti ada yang complain. Kira-kira mereka diajarkan selama 3 bulanan. Lama juga lho Mba.” 56 b. Penyaluran Penyaluran adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan pada anak untuk kembali ke orang tua, lingkungan atau tersalurkan pada perusahaan atau lembaga kerja. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menempatkan penerima pelayanan pada lapangan kerja sesuai dengan keterampilan yang dimiliki dan perangkat yang tersedia. Adapun caranya adalah melalui pemantapan penempatan penyandang masalah sosial pada lapangan kerja. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
55 56
Wawancara pribadi dengan Reni Kuat Tiah Jakarta, 11 Agustus 2014. Wawancara pribadi dengan Reni Kuat Tiah Jakarta, 11 Agustus 2014.
153
perkembangan potensi diri anak juga partisipasinya dalam masyarakat. Untuk menyalurkan ke lapangan pekerjaan juga harus disesuaikan dengan minat yang dimiliki anak. Tidak selalu anak ini disalurkan ke beberapa perusahaan yang memang sudah bekerjasama dengan panti. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut: “ehm yaa.. tapi tergantung anaknya. Itu kan minat ya. Mereka ini kan maunya kadang kerja di kantoran, tapi kan sesuai dengan levelnya kan kadang susah juga ya masuk ke kantoran. Jadi semampu kita aja. Kita masuk dengan beberapa perusahaan yang sudah kerjasama seperti dengan hanamasa, terus salon apa gitu kalau mereka ada minat disitu ya kita coba bantu masukin.”57 c. Bimbingan Lanjut Bimbingan lanjut adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan kepada klien dan masyarakat guna lebih memantapkan, meningkatkan dan mengembangkan kemandirian klien dalam kehidupan serta penghidupan yang layak. Setelah Warga Binaan Sosial (WBS) selesai mengikuti pendidikan di PSAA PU 03 Tebet ini, tidak dilepas begitu saja oleh panti. Akan tetapi ada bimbingan lanjut yang diberikan oleh panti seperti dalam pemberian motivasi hidup mandiri dan pembinaan dalam rangka kelangsungan kerja eks WBS. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Reni Kuat Tiah sebagai berikut: “Jadi yang dimaksud begini Mba, selama dia dididik disini, jadi dalam arti anak disini harus punya motivasi. Kan selama mereka disini ya misalnya kita kasih keterampilan misalnya pembuatan tas atau keset. Jadi jangan sampai setelah mereka keluar darisini tidak punya keahliannya. Ya selama disini anak-anak harus belajar lah. 57
Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta 3 Juli 2014.
154
Jadi kan kalau misalnya dia punya keahlian dan bisa hidup mandiri. Jadi diluar nanti tidak bisa ngapa-ngapain jadi dipandang sebelah mata.”58 Dalam bimbingan lanjut ini juga terdapat pembinaan dalam rangka kelangsungan kerja eks WBS. Setiap WBS yang sudah bekerja di tempat yang pihak panti beri rujukan, pihak panti tetap memberikan bimbingan dan memantau bagaimana kinerja anak tersebut selama bekerja di tempat itu. “iya jadi maksudnya yang sudah kerja kami pantau. Jadi tetap masih dalam pemantauan panti. Kan biasanya pas kerja kita pantau supaya tau jangan sampai malas. Kita lihat bener ngga anak tersebut kerja disini., bagaimana cara kerjanya dia, apakah bagus atau masih harus banyak belajar lagi. Kita juga nanyanya ke bos nya dia ya mba. Kalau misal memang masih banyak kekurangan dari dia, ya kami minta untuk agar dibimbing anaknya supaya bisa kerja lebih baik lagi” 59
58 59
Wawancara pribadi dengan Reni Kuat Tiah Jakarta, 11 Agustus 2014. Wawancara pribadi dengan Reni Kuat Tiah Jakarta, 11 Agustus 2014.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet dibina anak terlantar yang diberikan pelayanan kesejahteraan sosial dari engagement,
assessment,
planning,
implementation,
tahapan
evaluation,
termination, sampai pada tahapan follow-up. Dari tahapan-tahapan yang diberikan tersebut, pekerja sosial membimbing klien melalui metode case work dan group work. Dalam metode case work , pada tahapan-tahapan ini sudah berjalan dengan baik, pekerja sosial menjalani setiap tahapan dengan memberikan penanganan yang bersifat individualis terhadap klien sendiri. Proses pelaksanaannya sebagai berikut: Tahapan Engagement Assessment
Planning
Proses Pelaksanaan yang dilakukan Pekerja Sosial Pekerja sosial mulai menciptakan komunikasi dengan klien agar timbul suatu relasi yang baik. 1. Pekerja sosial mulai mengidentifikasi permasalahan klien dengan melihat dari aspek mikro, mezzo dan makro, 2. Pekerja sosial bisa mendapatkan informasi dari ketiga aspek tersebut untuk melihat kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki klien sehingga mempermudahkan pekerja sosial untuk membuat rencana pemecahan masalah. 1. Pekerja sosial mulai bekerja dengan klien untuk samasama memikirkan mengatasi permasalahannya, 2. Pekerja sosial memprioritaskan masalah yang akan dijadikan kebutuhan untuk proses pertolongan, 3. setelah itu dalam tahapan ini pekerja sosial juga mengintervensi kebutuhan klien dari aspek mikro, mezzo, dan makro
155
156
Implementation
Evaluation
Termination
Follow - Up
4. lalu pekerja sosial menetapkan tujuan jangka panjang dan pendek yang akan dilakukan klien. 5. terakhir pekerja sosial menyusun kontrak dengan klien untuk menentukan berapa lama proses rencana perbaikan akan berlangsung. 1. Pekerja sosial dalam hal ini melaksanakan rencana yang sudah disepakati dengan klien dari aspek mikro, mezzo dan makro, 2. kemudian pekerja sosial memantau kemajuannya yang sudah dilakukan klien seperti apa dan melihat apakah rencana yang sudah dilaksanakan klien perlu di revisi atau sudah sempurna dilakukan. 1. Pekerja sosial mengevaluasi pelaksanaan intervensi yang sudah dilakukan antara peksos dengan klien apakah sudah mencapai tujuan utamanya, dan 2. bagaimana tingkat pencapaiannya sudah berhasil atau belum. 3. Pekerja sosial juga memutuskan apakah harus terminasi atau mengulang dari awal. 1. Pekerja sosial melakukan terminasi kepada klien yang dilihat dengan adanya perubahan yang dialami klien. 2. Pekerja sosial juga melakukan terminasi karena sudah sampai pada batas waktu yang sudah disepakati. Pekerja sosial memantau klien apakah benar klien sudah berubah atau belum, kalau klien melakukan kesalahan lagi maka pekerja sosial akan mengassesmen ulang kembali.
Namun, pekerja sosial mengalami juga kesulitan pada proses assesmen, karena klien memiliki sifat tertutup dan keras kepala jadi agak sulit untuk di identifikasi dalam pengungkapan permasalahan klien, selain itu karena pekerja sosial disini juga sebagai pengasuh, terkadang anak memberikan batasan untuk cerita, karena takut diceritakan ke pengasuh lainnya. Pada metode group work, yang dilakukan pekerja sosial setelah menjalani tahapan-tahapan tersebut secara individualisasi terhadap klien untuk diberikan pertolongan, maka pekerja sosial kemudian memberikan tindak lanjutnya dalam bentuk umum atau secara kelompok. Pekerja sosial
157
juga sudah melakukan tahapan-tahapan tersebut dengan baik. Disini pekerja sosial mengumpulkan 4-5 anak yang mempunyai masalah yang sama untuk membentuk suatu kelompok pendampingan yang akan dilakukan oleh psikolog dalam membantu menyelesaikan permasalahan mereka. Namun, pekerja sosial sulit menyatukan karakter mereka karena berasal dari latar belakang, budaya, kebiasan dan pendapat yang berbeda sehingga menyebabkan sulitnya mencarikan solusi dalam memecahkan permasalahan mereka dalam kelompok. Metode case work dan group work sudah berjalan dengan benar sesuai dengan tujuan yang ada. Yaitu dalam case work untuk membantu individu secara tatap muka dan individual untuk mengatasi permasalahan personal dan sosial. Sedangkan dalam group work memfasilitasi pengembangan individu baik intelektual, emosional, dan sosial melalui aktivitas kelompok sehingga dapat membantu individu meningkatkan kemampuan berfungsi sosial dan mencapai tujuan yang diinginkan melalui pendekatan kelompok. Pelayanan yang unik dalam tahapan ini terdapat di tahapan planning, pada peran pekerja sosial dalam mengintervensi kebutuhan klien dari aspek mikro, mezzo, dan makro karena dengan melihat ketiga aspek tersebut, pekerja sosial menjadi tahu bahwa rencana perubahan klien tidak hanya berasal dari dirinya sendiri, namun juga melibatkan orang-orang yang juga dianggap penting, seperti teman-teman panti dan teman-teman sekolah serta pelayanan yang diberikan untuk membantu proses pertolongan kepada klien.
158
2. Dari beberapa bentuk-bentuk pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan oleh PSAA PU 03 Tebet untuk klien, terdapat pelayanan tabungan yang membuat peneliti sangat kagum dengan PSAA PU 03 Tebet, karena panti ini benar-benar sangat memperhatikan kehidupan masa depan anak-anak asuhnya ketika mereka sudah keluar nanti. Dengan diberikannya pelayanan
tersebut otomatis membuat anak-anak asuh
semakin mandiri dan percaya diri untuk bisa melanjutkan kehidupan yang lebih baik di luar panti nanti dengan modal yang mereka punya selama mereka tinggal di panti. 3. Indikator peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari ciri-ciri yang diungkapkan Achlis. Indikator keberfungsian sosial menuru Achlis tersebut, hampir semua sudah terpenuhi dan terlihat di diri klien. Namun, terdapat satu indikator yang belum dijalankan dengan baik oleh klien. Seperti dalam indikoator keberfungsian sosial yang membuat individu semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban, disini klien terkadang masih suka melalaikan apa yang sudah menjadi tanggung jawab tugas dan kewajibannya. Seperti menjalankan sholat 5 waktu. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan dalam skripsi ini, maka ada beberapa saran-saran yang ingin peneliti sampaikan, yaitu :
159
1. Dalam metode case wrok, pekerja sosial harus lebih terampil dalam melakukan assesmen saat menemukan berbagai tipe klien. Sedangkan, pada metode group work, pekerja sosial harus memberikan arahan kepada klien bahwa manusia itu berbeda satu sama lain dan harus bisa menghargai pendapat orang lain demi menciptakan kerjasama yang baik dalam satu kelompok agar permasalahan dapat diselesaikan secara bersama. 2. Dalam pelayanan kagamaan sebaiknya petugas lebih meningkatkan lagi pemantauan
dengan melakukan pendekatan terhadap anak-anak asuh
mengenai ibadah mereka dikarenakan masih ada diantara mereka yang jarang melakukan sholat 5 waktu. 3. Dalam pelayanan pendidikan, sebaiknya panti PSAA PU 03 Tebet mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi untuk memberikan beasiswa bidikmisi terhadap anak-anak asuh yang berprestasi agar dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. 4. Pihak panti lebih memberikan bimbingan lagi ke Warga Binaan Sosial (WBS) agar mereka bisa menjadi individu yang bertanggung jawab dan melaksanakan tugas dan kewajibannya di panti. 5. Seharusnya pekerja sosial itu jadilah sebagai pekerja sosial, tapi pada kenyatannya, pekerja sosial juga dijadikan sebagai pengasuh. Sehingga membuat WBS membatasi cerita tentang permasalahannya ke pekerja sosial karena ditakutkan pekerja sosial akan cerita ke pengasuh yang lain sehingga membuat WBS merasa tidak nyaman.
DAFTAR PUSTAKA BUKU: Adi, Isbandi Rukminto. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial .Jakarta: FISIP UI Press, 2005. Adi, Isbandi Rukminto Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001. Al-Furuqi, Isma’il R. Akar Budaya Islam, Menjelajah Kazanah Peradaban Gemilang. Bandung: Mizan,2003. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana,2010. Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2003. Dahlan, Hanafi. Dinamika Anak Terlantar . Yogyakarta: B2P3KS PRESS,2008. Departement Sosial RI, Penelitian Evaluative tentang Efektivitas Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Sosial di PSBR “Taruna Yudha” Sukoharjo. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1998. Ghony, M. Djunaedi dan Fauzan Almanshui. Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012. Gosita,Arif. Masalah Perlindungan Anak . Jakarta: Akademika Pressindo, 1983. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013 Kirst, Karen K., dkk. Understanding Generalist Practice. USA: Nelson-Hall, Inc,1999 Kementerian Sosial RI, Rekapan Data Anak Terlantar Jakarta: Pusat Data dan Informasi Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, 2011 Kurnisari,Alit, dkk. Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP). Jakarta: P3KS Press, 2009.
160
161
Lendriyono Fauzik, ed. Beberapa pemikiran tentang pembangunan kesejahteraan sosial. Malang: UMM Press, 2007 Listyawati, Andayani. Penanganan Anak Terlantar Melalui Panti Asuhan Milik Perorangan. Yogyakarta: B2P3KS Press,2008.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2000 Napsiyah, Siti dan Fuaida, Lisma Diawati Belajar Teori Pekerjaan Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial . Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial,1997.
Rakhmat, Jalaludin. Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Rusmiyati, Chatarina. “Wujud Panti Asuhan Hidayatullah dalam penanganan masalah anak terlantar,” no. 3 (Juni 2008): h. 46-54 Situmorang, Chazali H. Mutu Pekerja Sosial di Era Otonomi Daerah . Depok: PT Khalifah Mediatama, 2013.
Soemanto, Wasty.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Renika Cipta,1990. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,2010. Suharto, Edi. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik . Bandung: Alfabeta, 2011. Suharto, Edi Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT Refika Aditama,2006. Suharto,Edi. Pekerja Sosial di Dunia Industri Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Bandung: PT Refika Aditama, 2007 Sukoco, Dwi Heru. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategis. Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial. Sukoco, Dwi Heru. Modul Diklat Jabatan Fungsional Pekerja Sosial Tingkat Ahli Madya. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelathan Pegawai Departement Sosial. Sunusi, Makmur. Anak dan Negara Perspektif Indonesia Abad XXI. Jakarta: JasPro Press, 2012). Suud, Muhammad. 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006. Suyanto, Bagong . Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana, 2010.
162
Warto,dkk. Efektivitas Program Pelayanan Sosial Di Panti dan Non Panti. Yogyakarta: B2P3KS Press, 2009. Widodo, Nurdin, dkk. Studi Pelayanan Sosial Remaja Putus Sekolah Terlantar melalui Panti Sosial Bina Remaja.Jakarta: P3KS Press, 2009. UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
INTERNET http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila.-Jumlah-AnakTerlantar-17-juta. http://kesos.unpad.ac.id/?p=578. Artikel diakses pada tanggal 31 Agustus 2014 http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/definisi-anak-463129.html Artikel diakses pada tanggal 1 Mei 2014 Glosarium Kemensos RI, Keberfungsian Sosial . artikel diakses pada tanggal 3 September 2014 dari https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos
Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1945, Bab XIV Kesejahteraan Sosial diakses dari www.kemenkumham.go.id
HASIL OBSERVASI Observasi Gedung PSAA PU 03 Tebet Hari
: Kamis
Tanggal
: 3 Juli 2014
Penulis melakukan penelitian untuk melengkapi pelayanan pengasramaan yang menjadi milik Warga Binaan Sosial (WBS) selama mendapatkan pengasuhan di PSAA PU 03 Tebet ini. Penulis ketika datang ke panti ini meminta izin terlebih dahulu melalui Ibu Fatimah untuk melakukan observasi terhadap panti ini. Lalu ibu Fatimah pun mempersilahkan, Saya pertama melihat segala ruangan yang ada di lantai 1 gedung PSAA PU 03 Tebet ini. Di lantai 1 terdapat ruang staff pegawai, musholla, ruang rapat, meja tamu, meja piket, terdapat empat kamar WBS, kamar mandi pegawai, terdapat 8 kamar mandi WBS, gudang, dapur, ruang makan, lapangan, koperasi, dan tempat wudhu. Penulis berjalan sedikit ke belakang disitu terdapat tempat untuk mencuci pakaian, dan 6 kamar mandi serta tempat untuk menjemur pakaian WBS setelah dicuci. Kemudian penulis memasuki kamar salah satu WBS untuk melihat perlengkapan yang WBS miliki selama tinggal di panti ini. Di dalam kamar tersebut terdapat lemari pakaian dengan jumlah yang disesuaikan oleh penghuni kamar, tempat tidur, rak sepatu, bantal, bantal guling, AC, meja gosokan dan radio. Kamar WBS terlihat cukup rapi sekali. Setelah selesai melihat-lihat isi dalam kamar, penulis mengobrol dengan beberapa WBS di dalam kamar tersebut. Sebelum memulai
mengobrol, penulis menjelaskan maksud kedatangan penulis ke panti tersebut, dan mereka pun sangat memahami dengan kehadiran penulis diantara mereka. Selesai mengobrol dengan mereka, penulis melakukan observasi ke lantai 2 dari gedung PSAA PU 03 Tebet ini, disini penulis melihat terdapat empat kamar lagi dengan fasilitas yang sama seperti kamar yang dibawah, kemudian terdapat 14 kamar mandi diatas, aula serbaguna yang cukup luas. Di dalam aula tersebut terdapat panggung beserta alat band untuk WBS bermain musik, dan ada juga music angklung yang berdiri di samping aula, kemudian ada sofa dan meja lalu foto-foto pengurus PSAA PU 03 Tebet yang terdahulu dan sekarang, selain itu terdapat juga beberapa alat olahraga seperti meja pingpong, dan beberapa meja untuk bimbingan belajar mereka. Di lantai 2 ini juga terdapat laboratorium komputer yang biasa digunakan WBS saat melakukan bimbingan keterampilan komputer, di lantai ini juga terdapat beberapa gudang. Observasi Keterampilan Mute-mute PSAA PU 03 Tebet Hari
: Senin
Tanggal
: 11 Agustus 2014
Penulis melakukan observasi terhadap keterampilan mute-mute yang ada di PSAA PU 03 Tebet ini. Keterampilan ini dilakukan pada pukul 09.00 pagi saat selesai mereka melakukan sarapan dan mandi. Saat itu yang mengikuti keterampilan cukup banyak. Instruktur keterampilan membagi 5 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari empat orang. Kemudian ketua kelompok dari masing-masing kelompok mengambil bahan-bahan yang akan digunakan dalam membuat bunga, seperti
benang, dan manik-maniknya. Ketua kelompok yang dipilih adalah mereka yang sudah lama tinggal di panti ini kemudian mereka harus mengajarkan kepada adik-adik mereka yang baru masuk panti dan mengikuti keterampilan ini. Ketika bahan-bahan sudah disiapkan, instruktur keterampilan memberikan contoh membuat bunga kepada para WBS yang ada. Sambil instruktur memberikan contoh, anak-anak mengikuti dengan serius dengan dibantu ketua kelompok mereka. Setiap kelompok harus menjadikan 7 bunga. Beberapa diantara mereka mengalami kebingungan bahkan ada yang tidak mengerti. Ketua kelompok dan instruktur keterampilan turun tangan untuk membantu mereka. Saat itu penulis juga mencoba belajar membuat bunga dari mute-mute tersebut, walaupun sempat bingung, tetapi setelah diajarkan akhirnya penulis mengerti dan penulis bisa menghasilkan 3 bunga. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 11.00, keterampilan mute-mute pun ditutup dan WBS kembali ke kamar masing-masing untuk siap-siap ke sekolah.
Observasi Keterampilan Memanfaatkan Bahan Daur Ulang di PSAA PU 03 Tebet Hari
: Selasa
Tanggal
: 12 Agustus 2014
Penulis hadir pada pukul 09.00 untuk melihat keterampilan bahan daur ulang, saat penulis hadir keterampilan tersebut sudah dimulai. Lalu penulis meminta izin kepada instruktur untuk mengikuti keterampilan yang beliau berikan, instruktur pun mengizinkan dan mempersilahkan masuk ke dalam ruangan. Saat penulis masuk, teman-teman WBS sudah dibagikan plastik bungkus kopi yang sudah tidak terpakai untuk dilipat-lipat. Kemudian penulis dipanggil oleh instruktur keterampilan yaitu Ibu
Sunarto untuk duduk terpisah dengan teman yang lain karena penulis akan diajarkan khusus oleh beliau. Penulis pun duduk di kursi yang sudah disiapkan lalu penulis langsung diberikan plastic bungkus kopi, dan diajarkan cara melipat plastic tersebut. Ternyata melipat plastic tersebut tidak mudah, harus rapi dan sesuai dengan gambar yang ingin diambil dalam bungkusan itu. Agar ketika dijadikan tas atau tempat minum terlihat bagus. Setelah sudah jadi beberapa plastik yang penulis lipat, beberapa WBS sudah meminta untuk selesai keterampilan tersebut karena sebagian dari mereka ada yang belum mandi, dan ada yang belum mengerjakan tugas sekolah. Akhirnya Ibu Sunarto menyudahi keterampilan tersebut, lalu Ibu Sunarto mengajari penulis ke proses selanjutnya yaitu menyusun lipatan plastik tersebut satu per satu agar terlihat rapi. Ketika plastik-plastik itu sudah tersusun rapi, beliau meminta penulis melanjutkan lagi dirumah. Kemudian penulis melanjutkan pertemuan tersebut dengan mengajak ngobrol Ibu Sunarto mengenai pengalaman beliau yang sudah lama mengajar keterampilan ini dari panti ke panti.
PEDOMAN WAWANCARA Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Informan Nama
:
Jenis Kelamin
:
Jabatan
:
Hari/tanggal
:
Tempat
:
B. Wawancara Kepala Seksi Identifikasi dan Assesment 1. Bagaimana Ibu melakukan tahapan engagement terhadap calon WBS ? 2. Bagaimana proses sosialisasi dalam tahapan engagement tersebut ? 3. Bagaimana persyaratan atau kriteria apa saja yang harus ditempuh oleh calon WBS agar dapat menjadi WBS di panti ini dalam proses identifikasi ? 4. Kemudian dalam proses adaptasi, seperti apa kegiatan yang diberikan oleh panti? 5. Biasanya anak-anak yang masuk itu agak takut ya bu merasa berbeda atau gimana. Itu gimana ibu memotivasi ? 6. Siapa biasanya yang membantu dalam pengungkapan masalah (assessment) WBS ? 7. Bagaimana kemudian panti memberikan rencana pemecahan masalah (planning) untuk WBS ? 8. Bagaimana rencana intervensi untuk mereka ?
PEDOMAN WAWANCARA Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Informan Nama
:
Jenis Kelamin
:
Jabatan
:
Hari/tanggal
:
Tempat
:
B. Wawancara Kepala Seksi Bimbingan dan Penyaluran 1. Apa saja bimbingan yang ada di PSAA PU 03 Tebet ? 2. Contoh dari kegiatan bimbingan mental yang ada disini misalnya seperti apa? 3. Biasanya dilakukan dalam seminggu berapa kali ? 4. Dalam bentuk apa bimbingan fisik diberikan? 5. Apakah ada instrukturnya ? 6. seperti apa kegiatan dalam bimbingan sosial? 7. Siapa yang sering menjadi pendamping di bimbingan sosial ini ? 8. Contoh dari bimbingan keterampilan seperti apa? 9. Apakah hampir semua anak-anak aktif mengikuti bimbingan keterampilan ini ? 10. Apakah wajib untuk anak-anak mengikuti semua kegiatan keterampilan ini ? 11. Apa saja yang sudah dihasilkan anak-anak dari bimbingan keterampilan yang ada di panti ini ? 12. Bagaimana proses pendidikan formal yang di dapat anak-anak ini ? 13. Apakah semua biaya sekolah ditanggung oleh panti ? 14. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 03 kepada anak yang berprestasi disekolahnya ? 15. Kebutuhan apa saja yang diperlukan Warga Binaan Sosial untuk pendidikan mereka di sekolah ? 16. Bagaimana dengan bimbingan belajar yang diberikan oleh panti ? 17. Dalam tahapan, pembinaan lanjut ketika mereka sudah selesai menerima pelayanan kesejahteraan sosial disini. Bagaimana melakukan proses resosialisasi, penyaluran dan bina lanjut ? 18. Apakah mereka tetap tinggal disini ketika mereka sudah bekerja ? 19. Bagaimana evaluasi yang dilakukan untuk menilai setiap tahapan proses yang dilalui ? 20. Berapa kali dalam sebulan ibu melakukan evaluasi ? 21. Bagaimana proses terminasi itu berlangsung ?
PEDOMAN WAWANCARA Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Informan Nama
:
Jenis Kelamin
:
Jabatan
:
Hari/tanggal
:
Tempat
:
B.Wawancara Pekerja Sosial 1. Apa peran pekerja sosial dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial mulai dari engagement? 2. Bagaimana cara pekerja sosial melakukan proses assesme terhadap anak yang mengalami masalah ? 3. Bagaimana proses merencanakan pemecahan masalah (planning) terhadap klien tersebut ? 4. Bagaimana memantau proses pelaksanaan intervensi terhadap klien ? 5. Bagaimana melakukan tahapan evaluasi ? 6. Berapa kali melakukan evaluasi terhadap penyelesaian permasalahan klien ? 7. Bagaimana melakukan tahapan terminasi ? 8. Apakah ada tindak lanjutnya ketika pelayanan pertolongan yang diberikan sudah selesai ? 9. Metode apa yang digunakan kalau melakukan intervensi atau memecahkan masalah yang dialami klien ? 10. Apakah ada hukuman yang diberikan ketika dia melakukan kasus yang besar ? 11. Kalau dalam proses penyaluran biasanya seperti apa ? apa sudah pasti anak-anak disini disalurkan ke perusahaan yang memang sudah bekerjasama dengan panti ? 12. Kalau selain kegiatan di panti, apakah pekerja sosial mengadakan kegiatan penunjang lain ? 13. Apakah pekerja sosial dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial menggunaka prinsip-prinsip pekerja sosial ? 14. Bagaimana pelayanan pengasramaan terhadap WBS ? 15. Bagaimana pelayanan permakanan terhadap WBS ? 16. Bagaimana pelayanan konseling terhadap WBS ? 17. Bagaimana pelayanan kesehatan terhadap WBS ? 18. Bagaimana pelayanan pendidikan terhadap WBS ?
19. Bagaimana pelayanan tabungan terhadap WBS ? 20. Bagaimana pelayanan keagamaan terhadap WBS ? 21. Bagaimana pelayanan hiburan dan rekreasi terhadap WBS ? 22. Bagaimana pelayanan keterampilan terhadap WBS ? 23. Bagaimana pelayanan transportasi terhadap WBS ? 24. Kegiatan apa yang dilakukan pekerja sosial dalam mengevaluasi pelayanan kesejahteraan sosial ?
PEDOMAN WAWANCARA Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Informan Nama
:
Jenis Kelamin
:
Jabatan
:
Hari/tanggal
:
Tempat
:
B. Wawancara Warga Binaan Sosial (WBS) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mengapa kamu ditempatkan di PSAA ? Kamu tau darimana panti ini ? Siapa yang membuat keputusan di tempatkan di panti ini ? Sudah berapa lama kamu tinggal di panti ini ? Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA ? Kegiatan apa saja yang Anda ikuti disini ? Apakah panti ini sangat membantu Anda ? dalam hal apa saja ? Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan pengasramaan ? 9. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan kebutuhan pangan ? 10. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan kesehatan ? 11. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan konseling ? 12. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan keagamaan ? 13. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan pendidikan ? 14. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan transportasi? 15. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan rekreasi dan hiburan ? 16. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan tabungan ?
17. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan keterampilan ? 18. Selain pelayanan yang saya tanyakan tadi, adakah pelayanan yang lain yang kamu dapatkan ? 19. Menurut kamu, pelayanan-pelayanan yang sudah kamu dapatkan ini sudah cukup ? 20. Apa harapan atau keinginan kamu terhadap PSAA ini ?
TRANSKIP WAWANCARA Nama
: Dra. Hj Nurlaela
Jabatan
: Kasie. Identifikasi dan Assesment
Hari/Tanggal : Kamis, 3 Juli 2014 Waktu
:12.32 – 13.00 WIB
Tempat
:Ruang Kantor
1. Bagaimana Ibu melakukan tahapan engagemen terhadap calon WBS ? Kalau tahapan pendekatan awal yah biasa disebutnya, disini ada proses sosialisasi, identifikasi, motivasi, seleksi dan adaptasi sih Mba biasanya selalu begitu. 2. Bagaimana proses sosialisasi dalam tahapan engagement tersebut ? Jadi yang masuk itu biasanya mereka taunya dari alumni ada beberapa yang tahun ini 2014 ini tau denger dari alumni atau dari tetangga yang dulu disini. Ada alumni tahun sekian tahun sekian, ada yang malah dulu kakaknya tinggal disini terus sekarang masukin adeknya disini. Ada juga yang tahu dari masyarakat luar yang mereka cari-cari informasi untuk bisa masuk sisni, jadi kebanyakan dari orang ke orang, pernah kita membuka website tapi kan tidak semua orang tau website, apalagi orang ngga mampu yah. Jadinya dia cuma nanya denger denger cerita dari tetangga. Tapi kita tetep buka website, kita juga cari informasi, dan memberikan informasi kepada teman-teman yang ada wilayah namanya dengan SSK (Seksi Sosial Kecamatan). Setiap tahun kalau di pantipanti gitu terutama panti anak sekolah termasuk WBS ini. Tempo hari ada kan yang datang kesini itu namanya TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan). TKSK itu ada informasi dari masyarakat ada yang ngga mampu, udah ngga sekolah. Karena kemaren ada satu. Ketemu kan ya waktu saya di musholla, ada PSM namanya kak fitri dia punya tetangga, kebetulan bapaknya di PHK, anaknya sudah tidak sekolah satu tahun karena tidak kemampuan orang tua, kalo tahun ini dia tidak sekolah lagi merasa bersalah orangtuanya tetapi apa daya dia tidak mampu untuk membiayai sekolah. Seari-hari aja dia ditopang oleh saudara dan tetangga, karena di PHK dan dia jadi supir pun juga shift shifan. Daripada dia khawatir tahun ini dia ngga sekolah lagi, anaknya sudah sama temannya dicibir eh kamu ngga sekolah. Makanya dibawa kesini. Saya wawancara kemaren ternyata anaknya mau saya kasih waktu 2 hari dia berpikir, saya telpon PSM (Pekerja Sosial Mayarakat), eh akhirnya dia mau. Tapi ada satu yang ngga mau, kebetulan mungkin ada saudaranya yang ingin membiayai. Jadi
gitu, ada teman-teman kita di wilayah ada PSM, karang taruna akhirnya dia saran untuk masuk ke panti lebih seringnya dari mulut ke mulut, tetangga yang dulu pernah tinggal disini diinfokan kembali. Ada juga yang memang dari panti ke panti, jadi apabila itu anak Negara atau tidak mampu yang memang sudah tinggal di panti sejak kecil ketika dia akan melanjutkan ke SMP dan SMA dia akan dipindahkan ke panti ini 3. Bagaimana proses sosialisasi untuk klien “R” dan “V” Bu ? Kedua klien tersebut merupakan anak Negara, memang sudah tinggal dari panti ke panti sejak kecil karena merupakan anak Negara. Jadi begitu dia sudah selesai di panti yang lama, selesai sekolah SD. mereka dipindahkan kesini untuk melanjutkan sekolah tingkat SMP dan SMA. Dan memang sudah seperti itu prosesnya 4. Lalu bagaimana persyaratan atau kriteria apa saja yang harus ditempuh oleh calon WBS agar dapat menjadi WBS di panti ini dalam proses identifikasi ? Jadi begitu dia kesini awal pertama dia ambil formulir, syarat-syarat saya terangin awal secara gambaran tentang panti ini. Setelah itu dia kembali 2 minggu kemudia mengisi syarat-syarat atau formulir yang udah ada dan harus dipenuhi. Setelah 2 minggu dia kembali disini kita ngobrol-ngobrol. Lewat ngobrol sudah oke simpan nanti secara data mungkin ada yang belum gapapa mungkin dia masih dalam ujian. Gapapa itukan belakangan, yang penting syarat ini yang lain harus dipenuhi. Setelah dikasih kita terima, tapi terima juga ngga asal terima kita liat kuota. Kuota yang keluar dan yang masuk harus balance. Jadi kebetulan saat ini yang keluar 20. Tetapi ada yang naik ke SMA. Jadi Yang sma 13, yang smp 12. Setelah 2 minggu, kita ada rapat dengan teman-teman bahwa sudah banyak berkas yang masuk akan kita tinjau lapangan. Abis tinjau lapangan, kita panggil semua anak-anak dan orangtuanya untuk kita psikotest, karena ngga sembarangan yah kita disini. Disini anak dan orang tua harus sejalan. Ada orang tuanya mau anaknya ngga mau, ada anaknya ngga mau orang tua mau. Ngga bisa begitu, jadi kita harus sejalan. Sebelum home visit, orangtua di wawancara dengan saya, Bu Nita dan Pak Restu. Kalau anak-anak dengan psikolog dan peksos Kak Loren. Habis itu di test lagi test agama dengan saya. Dia solat dan ngaji. Lalu pengukuran baju seragam yaitu bimlur. Selanjutnya home visit, kita kasih 1 pegawai 1 orang. Itu ada standar yang harus dibawa dan harus ada perizinan dari RT setempat. Terus kita kasih waktu selama 1 minggu. Habis melakukan home visit, beberapa minggu kemudian kita rapat lagi untuk membahas hasil home visit. 5. Bagaimana bu proses identifikasi klien “R” dan klien “V” yang kebetulan mereka ini berasal dari rujukan panti?
tapi kalau klien “V” dan “R” ini karena dia merupakan dari panti, itu otomatis kita terima yah. Udah kita terima, kita pelajari berkas-berkas dia waktu di klender, sebelumnya pengasuh cerita dulu, lalu dijelasin anaknya ini tipe seperti apa. Abis itu ya sama isi formulir juga untuk data di panti ini. Jadi kalo klien “V” dan “R” kita hanya melihat data-data dia yang dibawa oleh pengasuh dari panti sebelumnya. 6. Kan biasanya anak-anak yang masuk itu agak takut ya bu merasa berbeda atau gimana. Itu gimana ibu memotivasi ? Iya jadi gini biasa dari awal kita kasih tau apa yang akan dilakukan disini itu pasti akan berbeda keadaan dirumah dan disini itu kita motivasi, Kita motivasi memberitahukan kepada mereka, bahwa mereka tidak dibuang oleh orang tuanya, tetapi untuk biar dia menjadi anak yang lebih baik dan mandiri terutama masa depannya lebih bagus karena keterbatasan ekonomi. Karena disini kan nanti disekolahin, diberi keterampilan. Jadi panti bukan hal yang berarti kalian tinggal disini karena dibuang atau orangtua kalian tidak mau mengurusi. Yaa seperti itu kita memberikan motivasi, jadi memberikan hal-hal yang positif supaya anak semangat dan merasa betah tinggal di panti nantinya. 7. Bagaimana proses seleksi itu dilakukan untuk klien “R” dan “V” ? Kalau untuk klien “V” dan “R” kita memang tidak menggunakan cara ini, Jadi ketika anak-anak Negara seperti klien “V” yang memang sudah tinggal dari panti ke panti, yang tidak punya siapa-siapa, kita tanya hanya lihat dari data panti sebelumnya sama riwayat. Tapi ketika memang dia masih mempunyai sanak saudara kita tetap melakukan home visit sama seperti yang lain.Tapi ketika memang dia masih mempunyai sanak saudara kita tetap melakukan home visit. 8. Kemudian dalam proses adaptasi, seperti apa kegiatan yang diberikan oleh panti ? Pas adaptasi yaa. Ketika mereka sampai sini kita sudah kasih tau kamar buat mereka. Kasih tau juga ini lemari mereka tempat tidur mereka. Terus kan disini ada OCIP (Organisasi Citra Intra Panti) yaa. Jadi anak-anak yang baru masuk itu di MOS terlebih dahulu sama mereka. Dikasih tau latar belakang panti sama peraturan-peraturan yang ada di panti.ohh ngga berat kok tujuannya menghibur saja sebagai pendekatan. 9. Kalo misalnya dari proses assesmentnya (penggalian masalah) yang dihadapi Warga Binaan Sosial gimana Bu? Ya kan nanti dari hasil wawancara itu kan ada point-point. Pertama memasukkan disini, setelah mereka tinggal disini kan ada ibu-ibu pengasuh nanti baru tergali permasalahan. Tapi tahun ini sih kebanyakan dari anak yang kurang mampu, ngga ada yang misalnya dia anak nakal atau korban perceraian atau permasalahan yang berat. Kita sudah tau dari awal kan kita punya data dari
awal. Kita amati darisini. Kita tahu latar belakangnya dari sini. Kita pantau terus. Ada catatannya anak ini seperti apa seperti apa. Pendekatannya berbeda dan kita bertahap terus kalau yang punya masalah dari awal.. Nanti kan kita juga ada psikolog mereka bergantian untuk curhat. Kita utamakan ada beberapa anak yang susah didekati. Tapi kalo misalnya ngga ada mereka tetap mempunyai kesempatan dan itu sudah jatah mereka untuk digali permasalahannya. 10. Lalu bu apakah untuk klien “R” dan klien “V” ada masalah yang cukup serius setelah dilakukan assessment ? Untuk klien “R” dan “V” sendiri, saat dia masuk ke dalam panti dari hasil assessment yang sudah dilakukan pekerja sosial dan saya tidak ada mengalami permasalahan atau kasus besar, paling masalah hanya membolos sekolah saja. 11. Bagaimana kemudian panti memberikan rencana pemecahan masalah (planning) untuk klien “R” dan klien “V” serta WBS yang lainnya bu ? Kalau untuk klien “R” sama klien “V” ya ngga cuma mereka sih ya, untuk setiap anak kita langsung kan yah setelah memang mereka masuk disini, langsung kita kasih kegiatan kayak pendidikan itu udah pasti, keagamaan kayak misalnya diajarkan mengaji, terus baca surat yasin, sama praktek sholat, terus ada lagi konseling seperti kalau misalnya mereka ada masalah baik itu di sekolah ataupun di dalam panti, mereka bisa melakukan konsultasi sama psikolog yang ada atau sama peksosnya untuk membantu mereka menyelesaikan masalah atau misalnya psikolog membuat kegiatan ke mereka seperti permainan yang sifatnya untuk kebutuhan konseling, terus ada pemeriksaan kesehatan yang biasa dilakukan oleh dokter atau dokter memberikan penyuluhan mengenai kesehatan, sama keterampilan, disini ada beberapa keterampilan yang kami siapkan untuk anakanak selain sebagai modal dia juga untuk mengisi waktu luang dia di panti. Jadi mereka disini tidak diam saja, ada kegiatan juga untuk mereka. 12. Rencana intervensi untuk mereka seperti apa ? Ya biasanya disini kebetulan pola yang baru ini pengasuh ya, pengalaman yang kemaren kan 1 bunda 5 anak, kalo sekarang saya ngga megang, karena diserahkan ke pengasuh. Pengalaman tahun lalu saya pegang 5. Kita pantau ya kita motivasi terus kalo mereka yang rajin saya kasih reward. Saya kemaren semua anak saya, saya kasih reward, kita Tanya mau apa kamu perlu apa. Jadi kita kasih motivasi, kita kasih gambaran, kita kasih reward biar mereka ada perhatian. Itu nanti mereka bisa berubah. Ada satu anak perempuan, yang berubah. Tidak perlu anak saya saja. Semua saya panggil. Saya kasih perhatian. Karena kita kasih motivasi karena disini kita keluarga, kita hari hari bahkan bertahun tahun bersama-sama. Jadi saling menyayangi dan saling mengingatkan. Tidak boleh berantem, tetapi saling membantu. Jadi kita memotivasi mereka
supaya mereka percaya diri mereka bukan anak panti yang sering dipandang sebelah mata. Anak panti sama dengan anak rumah bedanya dengan rumah saja. Anak panti punya hak yang sama. Bayaran sama, hak belajar pun sama. Ternyata banyak yang ranking, kemaren Ratih apa siapa itu dapat ranking 5. Jadi tetap dari motivasi, ketika ada yang mulai goyah kita deketin, apa sih maunya. Jadi kita berperan sebagai ibu. Memang mereka perlu sentuhan itu. Jadi kita memakai pendekatan dan motivasi.
TRANSKIP WAWANCARA Nama
: Zulfarini Thaib, S.Sos
Jabatan
: Kasie. Bimbingan dan Penyaluran
Hari/Tanggal : Senin. 14 Juli 2014 Waktu
:11.37 – 12.30 wib
Tempat
: Ruang Kantor
1. Apa saja bimbingan yang ada di PSAA ini Bu ? Disini ya biasa ya sama kaya panti-panti yang lain ada bimbingan mental, fisik, sosial, dan keterampilan. 2. Contoh dari kegiatan bimbingan mental seperti apa ? Kalau disini kita ada ustadz Pak Ali, kalau dari ustadzahnya itu ada Ibu Aminah. Dari pa kali ngajarnya tausiyah dan akhlak, kalau ibu aminah membaca al-quran kalau hari senin sama kamis. Tapi anak-anak dari turun temurun dari kakak kakaknya sudah biasa. Karena mereka punya organisasi OCIP, mereka udah biasa sesudah Maghrib setiap Senin membaca Wakiah. Kalo Kamis ya sebelum gurunya datang membaca surat Yasin. Kalau hari Jumat, Pak Ali biasanya mengajar rebana. 3. Lalu bagaimana dengan klien “R” dan klien “V” setelah dia mendapatkan bimbingan agama yang diberikan oleh Ustad dan Ustadzah bu ? Kedua klien ini memang mengikuti bimbingan keagamaan yang ada, namun, mereka memang untuk solat masih jarang melakukan. Taip setiap kegiatan agama mereka hadir kok. 4. Berarti bimbingan mental hanya seputar agama saja ya Ibu ? Iya benar.. hanya seputar agama saja 5. Biasanya dilakukan dalam seminggu berapa kali Bu ? 3 x ya… Hari Senin, Kamis dan Jumat 6. Kalau misalkan bimbingan fisik Bu ? Áda SKJ (Senam Kesegaran Jasmani), sebelum ibu datang dilakukan pada hari Rabu, setelah ibu ada ibu minta hari Jumat karena setelahnya ada kegiatan kerja bakti. 7. Itu ada instrukturnya ngga Ibu ? Ada kok ada, biasanya kita cari ya orang yang deket-deket sekitar panti untuk memberi senam. 8. Kalau dari bimbingan sosialnya Ibu bagaimana ? Kalau misalnya ini biasanya di intern aja mungkin dari sekedar kultum, dinamika kelompok, pola pendampingan ya sama ibu asuh. Cuma kalau bimbingan sosial
keluar, kemaren 3 tahun berturut-turut kan PSAA gabungan ada outbond. Kemaren juga rekreasi. Tetapi karena PSAA kan punya kegiatan masing-masing jadi kita kemaren di Lembang adakan Outbond intern kita aja dengan anak-anak dan EO disana. Baru kita adakan rekreasi ke Ciater dan Tangkuban Perahu. 9. Siapa yang sering menjadi pendamping di bimbingan sosial ini Bu ? Biasanya ya Pekerja sosial, Psikolog, Ibu asuh ya pegawai-pegawai. 10. Kalau dari keterampilannya bagaimana Ibu ? Keterampilannya dulu ada menjahit baju, anak-anak mungkin karena pola lama dari instrukturnya. Jadi anak-anak ada titik jenuhnya. Anak-anak disini kan baru ya dari anak-anak ke remaja jadi ada titik jenuh. Kalau misalnya ya bagaimana ya ikutin selera. Ya misalnya instruktur nanya, anak-anak mau apa ya. Mute-mute ya apa gelang, ya apa bross, apa bunga. Ya selera anak harus diikutin intruktur, jangan kemauan instruktur. Kalau kemaren ya mungkin ya ada berapa anak yang mau, ya ada juga mikir yah bu satu baju aja lama banget ya namanya anak ya kan ngga bisa dipaksakan. Ya mute-mute, membuat keset, dia punya bank sampah. Bekas-bekas daur ulang ya dia buat tas gitu. Computer ada di lab computer yang ngajar alumninya namanya Kak Dwi. Kalo kesenian juga ada kaya Band music gitu yang ngajar temennya Kak Tedi namanya Kak Robi. Itu setiap hari Sabtu kan kalo hari Minggu dia pencak silat. 11. Kalau pencak silat instrukturnya darimana Ibu ? Iya dari luar kita cari yang memang ahli dibidagnya untuk mengajar anak-anak supaya punya bela diri intinya begitu. 12. Tapi anak-anak aktif di semua keterampilan Ibu ? Ngga semua sih, paling ya anak-anak baru aja yang kita minta. Biar tau disini ada keterampilan. 13. Apakah wajib untuk anak-anak mengikuti semua kegiatan keterampilan ini ? Yang wajib itu keterampilan computer dan pencak silat. Tapi banyak anak-anak yang suka tidak ikut. Karena mungkin dia sudah lelah dengan kegiatan di sekolah. Jadi kita juga tidak bisa memaksakan. 14. Apa saja yang sudah dihasilkan anak-anak dari bimbingan keterampilan yang ada di panti ini ? Banyak ya Mba, ada baju, mute-mute, tas, bross, handycraft, taplak meja. 15. Lalu bu, bagaimana proses pendidikan formal yang di dapat anak-anak ? Ya kalau sudah selesai tahap identifikasi dan assessment, dan sudah positif diterima. Saya langsung urus siapa saja yang sekolah di SMP siapa saja yang di SMK/SMA. Lalu kita ukur pakaian seragam anak-anak, kita kasih juga sepatu. Untuk mendapatkan sekolah, biasanya kita liat ya nem dari anak-anak itu
tercukupi atau tidak jika ada yang masuk sekolah negeri. Kalau serasa tercukupi ya saya minta dia untuk urusi saja berdasarkan sekolah negeri yang kita tentukan. Pastinya tetap dengan kebutuhan yang ditanggung oleh panti. Jika memang nemnya kurang, saya mengurusinya ke sekolah swasta. Begitu Mba prosesnya. 16. Panti ini bekerjasama dengan sekolah mana saja Bu ? Ada beberapa sekolah, untuk SMP ada sekitar 4 sekolah, untuk SMA 1 sekolahkarena kebetulan yang bisa masuk SMA hanya 1 orang, untuk SMK 9 sekolah. Kita cari sekolah yang dekat dengan panti supaya anak-anak tidak merasa jauh dan kita mudah memantau. 17. Bagaimana proses pendidikan formal yang diperoleh untuk klien “R” dan klien “V” Bu ? Waktu itu klien “R” dipindahkan kesini ketika akan melanjutkan ke SMP, ketika dia sudah masuk panti. Proses pendidikan kita yang urus, dia sudah kita pilih sekolah mana yang akan dijadikan tempat pendidikan. Sama juga sama klien “V” dia anak yang cukup baik, dia masuk kesini saat lulus SD. Karena kan dia memang dari panti Klender ya. Jadi pas masuk SMP dipindah kesini. Sekarang dia sudah kelas 2 SMK ya. Anaknya aktif dia. 18. Apa semua biaya sekolah WBS ditanggung oleh panti ? Iya semuanya Mba… bayaran SPP, buku-buku, semuanya ditanggung oleh panti. 19. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA kepada anak-anak yang berprestasi disekolahnya ? Oh kalau untuk beasiswa belum ada ya Mba… tetapi sebenarnya itu yang kita inginkan. Karena kan lumayan yah, misalnya beasiswanya itu dalam bentuk melanjutkan ke perguruan tinggi. 20. Kebutuhan apa saja yang diperlukan WBS untuk pendidikan mereka disekolah ? Ya seragam, tas sekolah, sepatu, buku-buku pelajaran, alat tulis itu semua kita tanggung kok Mba… 21. Kalau yang bimbingan belajar itu bu ? Oh bimbel.. kalau yang kelas 9 biasa kita kerjasama dengan Nurul Fikri, tapi kalau kelas X, XI, XII biasanya untuk matematika, bahasa inggris, akuntansi, dan bahasa indonesia. Kita kerjasama dengan anak-anak mahasiswamahasiswa. Mereka ngajar disini, setiap hari tapi orangnya ganti-ganti dan setiap malam abis Isya. Termasuk juga klien “LS” dank lien “V” ini ya kita kasih bimbingan belajar, mereka bisa konsultasi jika ada pelajaran yang sulit. Kalau seperti mereka ini, mereka bimbel disini yah setiap malam. Seminggu ada yang 2 kali ada yang 3 kali tergantung dari pengajarnya.
22. Kalau yang di Nurul Fikri ini mereka les disana ? Iya. Sabtu minggu untuk kelas 9. Ya mereka ke nurul fikri 23. Kalau bimbingan itu seputar ini aja atau ada yang lain ? Ya gimana ya mba, kita mau nambahin banyak kaya keterampilan, kan mereka dari sekolah kan juga ada kegiatan dari luar sekolah. Kaya ada latihan gelanggang remaja Jakarta timur, ada dari dinas pendidikan. Jadi kadangkadang, Kalau banyak juga anak-anak capek, fit nya kurang kalo ke sekolah. 24. Dalam tahapan, pembinaan lanjut ketika mereka sudah selesai menerima pelayanan kesejahteraan sosial disini. Bagaimana melakukan proses resosialisasi, penyaluran dan bina lanjut ? ya mereka setelah lulus SMK. Kita bantu cari kerja karena kan kita juga ada kerja sama dengan beberapa perusahaan. Terus kita pantau ke lapangan, tapi ngga selalu saya ya. Saya ajak temen, yang pernah jadi ibu asuhnya. berangkat yaa… udah pulang Bu.. oh udah pulang.. oiya yaah pancasila yah kalian. (menyapa anak-anak asuh ketika mereka pulang sekolah). Jadi anak-anak yang udah lulus kalo masih nganggur ya kadang-kadang sedih juga. Terus kalau misalnya mereka ada keluarga yang punya penghasilan bisa membiayai adekya ke perguruan tinggi ya Alhamdulillah ya. Kaya si Ade angkatan 2012 sudah masuk semester 7, terus si Indri di UNINDRA semester 7, Ayu di Politeknik UI. 25. Apakah mereka tetap tinggal disini ketika mereka sudah bekerja ? Setelah tamat dan setelah dia sudah terima surat lulus SKHUN, mereka sudah kita kembalikan ke keluarga, atau kita salurkan ke pekerjaan. Mereka kemudia berkemas-kemas barang mereka 6 tahun itu banyak bisa sampai 1 taxi. Lalu kita buat acara penyerahan anak. Ya kalao mereka berangkat kerja ya dari rumah berangkatnya. 26. Berapa kali dalam sebulan ibu melakukan evaluasi ? Biasanya kita mengadakan sebulan sekali yah. 27. Bagaimana proses terminasi itu berlangsung ? Terminasi ya maksudnya sudah berakhirnya pelayanan untuk dia di panti ini. Ya kita kembalikan lagi surat-suratnya penting yang mereka punya saat mendaftar. Kita undang orangtuanya untuk menjemput mereka, kita jelaskan mereka sudah selesai dididik disini. Lalu abis itu biasanya kita adain pesta pelepasan murid disini. Kita buat juga surat penyerahan anak pakai materai diatas hitam putih, lalu tanda tangan. TRANSKIP WAWANCARA Nama
: Reni Kuat Tiah
Jabatan
:Staf. Seksi Bimbingan dan Penyaluran
Hari/Tanggal : Senin, 11 Agustus 2014 Waktu
:11.38 – 12.15 WIB
Tempat
: Ruang Kantor
1. Apa saja bimbingan yang ada di PSAA ini Bu ? oh bimbingan yang disini ya. Ya kaya ada mental, fisik, keterampilan, sosial 2. Contoh dari kegiatan bimbingan mental seperti apa ? Iya bimbingan mental agama. Mereka diajarkan mengaji, membaca wakiah, sama qasidahan. Kalau ngaji setiap malam selasa dan malam jumat, kalau qasidahan itu malam sabtu habis maghrib. Pengajarnya dari ustadz dan ustadzah. 3. Kalau bimbingan fisik seperti apa bu ? Ada SKJ, cuma senam aja terus dilanjutkan dengan kerja bakti abis itu setiap hari jumat 4. Bimbingan sosial yang diberikan panti untuk anak asuh biasanya apa Bu ? Kalau bimbingan sosial itu, ya kaya pola pendampingan, saling cerita ibu asuh ke anak asuh biasanya itu di kamar ya itu biasanya disebut metode group work. Kita ada juga bimbingan sosial luar panti kaya misalnya rekreasi atau outbond. 5. Kalau dari keterampilannya bagaimana Ibu ? Disini ada mute-mute, pembuatan tas terus ada kesenian juga organ tunggal, main gitar, main angklung. Kalau keterampilan itu semua serba sekali melakukan kegiatan ini dalam seminggu jadi ganti-ganti keterampilannya. 6. Apa saja yang sudah dihasilkan anak-anak dari bimbingan keterampilan yang ada di panti ini ? Aduh banyak banget itu Mba, nih ya ada keset, tas dibuat dari bahan-bahan daur ulang, pakaian, handycraft, ini kita lagi mau buat taplak meja Mba. 7. Apakah wajib untuk anak-anak mengikuti semua kegiatan keterampilan ini ? Ngga sih Mba, karena disini setiap anak kegiatannya banyak. Yang penting setiap anak wajib mengikuti kegiatan entah itu di music, pencak silat, entah itu di pembuatan mute-mute. Tapi yang wajib itu seperti kegiatan komputer dan les-les gitu sama pencak silat. 8. Berbicara mengenai pendidikan formal anak-anak bu, bagaimana proses pendidikan formal yang di dapat anak-anak ini ?
Prosesnya yaaa… kan disini kita macam-macam ya. Ada yang dari panti ke panti, ada juga dari keluarga tidak mampu. Ada yang dari SD ke SMP ada, dari SMP ke SMK juga ada. Jadi pas mereka datang mendaftar,dan misalnya udah diterima. Langsung dari pihak bimlur memberikan anak-anak untuk ke sekolahan. Sekolahnya nanti didaftarkan. 9. Panti ini bekerjasama dengan sekolah mana saja ? Ada beberapa sekolah yang kerjasama dengan panti ini. Kita cari yang dekat-dekat panti yaa. 10. Apakah semua biaya yang bersangkutan dengan sekolah ditanggung oleh panti ? Semua keperluan anak-anak diurus dari panti. Mereka itu tinggal belajar, sekolah, tidur sama piket. Buku-buku juga dari panti. Biaya SPP juga kan kita dapat dana dari pemerintahan ya, ya kita tanggung semuanya. Yang masuk kesini ngga bayar ya berdasarkan persyaratan. hati-hati ya neng yaa….. (memberi nasehat kepada anak-anak yang ingin berangkat sekolah). 11. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 03 kepada anak yang berprestasi disekolahnya ? Kalau beasiswa sih belum ada ya Mba yaa. Cuma paling kita kasih reward aja ke mereka. Hadiah gitu ajalah Mba. 12. Kebutuhan apa saja yang diperlukan WBS untuk pendidikan mereka disekolah ? Pokoknya nih ya Mba.. kaya misal tas sekolah, sepatu, buku-buku pelajaran, sama sergam tuh yaaa. Udah pihak bimlur kasihin ke anak-anak 13. Ini ibu saya mau nanya di bagian resosialisasi mengenai bimbingan kembali keluarga itu gimana ? (menunjuk ke leaflet) Yang mana ya Mba, aduh tulisannya kecil bener lagi ini hahahaha (sambil tertawa). ada jadi sebelum mereka keluar semua orang tua dikumpulin kesini. Ada 2 tipe. Jadi pertama kadang kita yang nyamperin, tergantung keadaan keluarganya. Kita kasih tau bahwa anak ini sudah mau keluar. Kita kasih bekal bahwa mereka ini ada uang saku. Anak ini harus bekerja. Jangan sampai anak ini harus kerja dulu jangan langsung nikah karena kan udah disekolahin tinggi-tinggi, terus sama mereka yang dipanggil kesini, sekalian pengambilan ijazah atau apa gitu. 14. Masih di bagian resosialisasi Ibu, Kalo bimbingan kerja ini bagaimana ya Ibu maksudnya ? Kalau bimbingan kerja ini, ya tersalurkan ke tempat pekerjaan-pekerjaan tertentu Mba. Tapi ada juga ya Mba ya beberapa anak-anak setelah lulus
darisini disalurkan. Seperti contohnya waktu itu di Hanamasa terus disalonsalon yang kepunyaan Wulan Guritno. Kebetulan yang diutamakan yang hidupnya dari panti ke panti yang tidak punya siapa-siapa ya. Kan kasian juga ya Mba yaa. Jangan sampai dia keluar dari panti itu tidak punya kerjaan. Jadi kalau yang salon itu, anak-anak diajarkan dulu sebelum terjun ke salon karena kan sebelumnya disini ngga ada keterampilan salon. Jadi dia belajar dulu, jangan sampai dia ngga punya keahlian main terjun aja kan nanti ada yang complain. Kira-kira mereka diajarkan selama 3 bulanan. Lama juga lho Mba. 15. Kalau di bagian bina lanjut ini bu. Apa maksudnya dari pemberian motivasi hidup mandiri ? Jadi yang dimaksud begini Mba, selama dia dididik disini, jadi dalam arti anak disini harus punya motivasi. Kan selama mereka disni ya misalnya kita kasih keterampilan misalnya pembuatan tas atau keset. Jadi jangan sampai setelah mereka keluar darisini tidak punya keahliannya. Ya selama disini anak-anak harus belajar lah. Jadi kan kalau misalnya dia punya keahlian dan bisa hidup mandiri. Jadi diluar nanti tidak bisa ngapa-ngapain jadi dipandang sebelah mata. 16. Kalau pembinaan dalam rangka kelangsungan kerja eks-WBS dalam bina lanjut gimana Ibu ? Mana mba yang nomor berapa Mba ? oh yang ini. iya jadi maksudnya yang sudah kerja kami pantau. Jadi tetap masih dalam pemantauan panti. Kan biasanya pas kerja kita pantau supaya tau jangan sampai malas. Kita lihat bener ngga anak tersebut kerja disini., bagaimana cara kerjanya dia, apakah bagus atau masih harus banyak belajar lagi. Kita juga nanyanya ke bos nya dia ya mba. Kalau misal memang masih banyak kekurangan dari dia, ya kami minta untuk agar dibimbing anaknya supaya bisa kerja lebih baik lagi 17. Apakah Ibu melakukan evaluasi untuk menilai setiap tahapan proses yang dilalui ? Ohh iya dong Mba. Evaluasi itu penting harus dilakuin untuk melihat sudah tercapai atau belum yang kita berikan. Kan begitu yaaah. 18. Berapa kali dalam sebulan ibu melakukan evaluasi ? Oh kalau evaluasi sih biasa sebulan sekali untuk liat perkembangannya. 19. Bagaimana proses terminasi berlangsung ? Prosesnya ya itu, kalau semua anak yang masuk kesini ada surat-suratnya. Setelah selesai kita kembalikan lagi surat-suratnya dan catatan kasus. Pakai materai diatas hitam putih, tanda tanan bahwa kamu itu surat-suratnya tida
ada disni lagi. Karena semua anak-anak disini, data-datanya asli. Ijazah sama akte kelharian gitu-gitu kan Mba.
TRANSKIP WAWANCARA Nama
: Loren Siska Ginting, S. ST
Jabatan
: Pekerja Sosial
Hari/Tanggal : Kamis, 3 Juli 2014 Waktu
:11.55 – 12.30 WIB
Tempat : Ruang Kantor 1. Apa peran pekerja sosial dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial mulai proses engagement ? Kalau di proses engagement kita kaya penjalinan relasi biasa ya. Gimana bisa ngedektin anak itu sampai mau kita assesmen. Karena anak-anak disini terkadang susah untuk di wawancarai. Ya biasa buat suasana sesantai mungkin. Kita disini ngga ada kontrak yah ngga dibuat memang di panti ini. Karena kalau ada kontrak dan terlalu terfokus anak disini biasanya kadang suka sulit untuk diberikan pertolongan malah jadi takut. 2. Bagaimana cara pekerja sosial melakukan proses assesmen ? Dalam proses assesmen, ya saya wawancara klien tersebut mengenai permasalahannya yang dia alami. Di identifikasi lah intinya untuk menemukan masalah, kebutuhan, potensi, dan menganalisis masalah klien tersebut. Terus kita juga lihat gimana individu anak tersebut seperti apa sih tipenya. Terus karena dia tinggal di panti saya tanyakan juga bagaimana dia di panti kegiatan apa yang diikuti terus perasaan tinggal di panti itu seperti apa menurut mereka. Selain itu, saya juga menanyakan bagaimana pelayanan yang diberikan untuk dia, apa sudah diterima atau dijalankan dengan baik. Abis itu kita cari dari permasalahan tersebut apa yang dibutuhkan anak ini kita tanya juga kekuatan yang dimilikinya. Saya juga melakukan wawancara engga yang formal banget ya kaya ngobrol-ngobrol biasa aja sampai permasalahannya itu ketahuan apa yang dialaminya. 3. Lalu apa yang diungkapkan klien mengenai perasannya selama tinggal di panti ? Kalau saya menanyakan, perasaan mereka gimana berada di panti, ya pasti jawabannya sedih karena mereka kan ingin merasakan sama apa yang di rasain teman-teman mereka kumpul dan bercanda dengan keluarganya. Selain itu juga mereka tuh punya perasaan kaya menyesal gitu, kenapa gitu mungkin dipikiran mereka. Kenapa harus mereka yang kaya gini, tapi ya terus mereka mau apa juga kan ngga bisa mau menyalahkan siapa juga ngga tau. Jadi kita motivasi-motivasi aja. 4. Bagaimana untuk klien “V” dan “R” apa permasalahan yang dia alami selama tinggal di panti maupun di sekolah?
Selama dia tinggal di panti, memang ngga selalu dia bisa berperan sebagai anak yang baik. Kadang kan anak aja ada tingkah lakunya. Waktu itu, klien “V” pernah ada masalah di panti sama temen-temannya, dia pernah minjem uang temannya, terus pernah juga berantem sama ya paling kadang peraturan yang di panti ngga dikerjain sama dia. Di sekolah, dia memang ngga pernah ada sama temen-temen di kelasnya tapi dia pernah membolos sekolah. Kalau klien “R” ini memang anaknya pendiam sekali, di panti sih ngga pernah buat ada masalah. Semua peraturan di patuhi sama dia. Walaupun pendiam seperti itu, tapi kalau sama petugas juga dia masih suka bercanda, ngobrol dikit-dikit. Orangnya ngga pernah macem-macem sih dia ini. Namun, Seperti baru-baru ini klien “R” mempunyai masalah di sekolahnya, dia itu ngga mau sekolah disitu lagi dan minta pindah sekolah karena menurut dia ada beberapa temannya itu yang ngga suka melihat dia, sama dia itu bolos sekolah karena suka bangun kesiangan. 5. Apakah klien “V” dan “R” aktif di dalam di panti ? Kalau klien “V” kan anaknya emang kadang gampang diatur, kadang juga susah banget. Selama disini dia itu punya masalah kaya misalnya suka minjem uang temen sama terus pernah berantem juga. Tapi dibalik sikapnya yang seperti itu, dia itu sangat berperan sekali di sini. Dia mau aktif menjadi bagian dari OCIP dan sering juga memberikan masukan-masukan yang baik kalau mau buat acara. Terus juga dia karna di sekolah ikut nari saman ekskulnya, dia bawa tarian itu ke panti untuk diajarkan ke juniornya. Dari situ banyak yang ikut terus juga udah sering tampil di luar panti. Klien “R” memang awalnya rajin mengikuti kegiatan yang ada disini, cuma mungkin beranjak dewasa dan ada pengaruh dari luar jadi sifat malasnya muncul. Udah gitu karena anak ini juga pendiam, jadi beradaptasinya itu kurang dengan teman-temannya. Anak ini juga kurang percaya diri jadi sulit sekali untuk berbaur atau gimana. Walaupun anak ini tipe anak yang pendiam sekali, tapi hubungan dia sama teman-teman yang lain cukup baik ngga pernah berbuat masalah di panti. Klien “R” ini memang tidak terlalu aktif di panti. Jadi biasanya ya kalau udah pulang sekolah langsung ke kamarnya terus makan ya seperti itu. Klien “R” ini, terkadang anak ini memang jarang melakukan keterampilan yang ada. Dia ngga mempunyai masalah kok sama teman-temannya. Emang anaknya baik ngga pernah macem-macem.. Kalau di sekolah, juga sama kaya gitu, dia malah terlihat aktif dibuktikan dengan dia anak yang berprestas karena selalu mendapatkan peringkat 10 besar di sekolah. tapi baru-baru ini ada masalah dia membolos sekolah sampai berapa hari karena di sekolah ada masalah, teman-teman kelasnya sering
membully klien “R” karena sering datang terlambat di sekolah, dan melihat keadaan fisik klien “R”. Makanya dia sampai minta untuk pindah sekolah. 6. Pelayanan apa yang diberikan pekerja sosial untuk klien “V” dan “R” dalam proses penyelesaian masalah yang dialami klien ? Pada tahapan ini saya memberikan beberapa pelayanan pendukung yang akan membantu proses penyembuhan klien dari masalah yang dihadapi. Seperti misal pelayanan konseling, bimbingan mental, fisik, sosial, pendidikan dan keterampilan. Pelayanan-pelayanan ini yang dianggap sangat membantu memecahkan masalah yang dialami. Dari judulnya aja sudah terlihat, seperti apa proses dari pelayanan yang di rekomendasikan. 7. Apa kekuatan yang dimiliki kedua klien ini dalam menyelesaikan masalahnya ? Klien “R” merupakan anak yang berprestasi di sekolahnya, sedangkan klien “V” selain juga dia merupakan anak yang memiliki prestasi yang bagus, klien “V” juga sangat suka dalam bidang kesenian, dia bisa main gitar dan menari saman. Seperti yang sudah saya katakana tadi. 8. Lalu bagaimana pekerja sosial dengan klien mendiskusikan rencana pemecahan masalah (planning) yang tepat untuk kedua klien ini ? Pertama saya melakukan kerjasama dengan klien, menyadarkan klien akan masalah yang dihadapinya kemudian membuat klien aktif dalam menyelesaikan permasalahannya, jadi disini klien yang lebih aktif bukan saya. Saya hanya sebagai fasilitator saja. Lalu saya dan klien mencari apa prioritas permasalahan dari beberapa permasalahan yang dimiliki klien. misalnya membolos sekolah yaudah berarti membolos sekolah yang jadi prioritas pertama untuk diseselesaikan dan masalah tersebut menjadi kebutuhan untuk dicarikan solusi-solusi alternative dalam memecahkan permasalahan klien. Abis itu kita evaluasi deh apa yang dibutuhin klien dalam membantu permasalahan tersebut, terus kita tetapkan tujuan utamanya apa yang ingin dicapai. Kalau udah baru saya membuat kaya semacam kegiatan perubahan yang akan dilakukan klien sambil juga dilihat kemajuannya seperti apa. Kira-kira seperti itu dalam proses memecahkan rencana penyelesaian masalah yang dialami klien. 9. Berarti pekerja sosial disini melibatkan klien secara aktif dalam proses pemecahan masalahnya ? Iyaa.. setiap permasalahan yang dialami klien pasti saya mengajak klien untuk berperan aktif juga dalam mengatasi permasalahannya. Misalnya nih yaa mereka sadar, mereka ada masalah, terus kita harus bantu supaya anak
ini ngga begitu lagi. Kita tanya, kamu mau kan merubah sikap kamu, kamu mau kan bisa menjadi yang lebih baik. Terus dia jawab iya mau merubahnya .Terus kita kerjasama untuk bisa menjalankan apa yang sudah sama-sama kita rencanakan, dengan begitu klien merasa mempunyai peran dalam kesembuhan dari permasalahan yang mereka alami. 10. Bagaimana proses memprioritaskan masalah itu dilakukan ? Kan tadi kita udah tau permasalahannya itu apa. Nah dari permasalahan yang ada, saya sama kedua klien ini sepakat menarik satu masalah yang akan kita jadikan sebagai prioritas masalah. Masalah yang kita pilih ini adalah masalah kedua klien yang sering membolos sekolah. karena kan kalo bolos sekolah pasti banyak ruginya kan, kaya misalnya materi ketinggalan, terus pas ujian ngga ngerti sama materi itu karena pas dijelasin ngga masuk, absensi juga jadi jelek. Padahal misalnya prestasinya bagus, tapi karena absensinya jelek ya tetep aja jadinya jelek kan. Ya begitu kira-kira. 11. Bagaimana pekerja sosial melakukan menggali permasalahan klien dan mengembangkan potensi klien pada tahapan ini ? kan tadi kita udah ketemu masalah apa yang menjadi prioritas, nah sekarang masalah tersebut itu dijadikan kebutuhan untuk dicarikan solusi alternatif yang tepat. Apa yang menjadi permasalahan klien, itu sudah menjadi kebutuhan yang harus segera diselesaikan, disini saya hanya berperan untuk membantu mereka dalam membangun apa yang mereka butuhkan dan menggali serta mengembangkan potensi yang dialami klien. apa yang dibutuhkan klien, hanya klien sendiri yang tau. 12. Apa yang dibutuhkan klien dalam proses rencana penyelesaian masalah ini ? nah.. dengan sudah membuat rencana intervensi tadi dengan melihat dari individunya, bahwa dia ingin merubah supaya tidak membolos sekolah lagi dan bisa berpikir dewasa dengan didukung oleh perhatian dan kasih sayang yang akan diberikan pihak lembaga berupa penghargaan atas keberhasilan disekan dan juga didukung oleh pelayanan-pelayanan yang ada disini untuk membantu proses perubahan anak. Sehingga bisa kita temua alternatif pemecahan solusi yang bisa dicapai dan dapat memenuhi kebutuhan utama klien. 13. Langkah apa selanjutnya yang diberikan pekerja sosial dalam menyusun rencana pemecahan masalah ? Kita buat jangka pendek dan jangka panjangnya apa supaya bisa tercapai dengan apa yang diinginkan. Kemudian saya mulai membuat rencana untuk kegiatan yang akan dilakukan klien agar proses perubahan bisa terlihat.
Disini juga dilihat bagaimana mengukur keberhasilan terhadap rencana yang sudah disusun. 14. Apakah pekerja sosial membuat rencana kontrak perbaikan dengan klien ? Kalau untuk kontrak sih ngga ada pembuatan kontraknya di panti ini, jadi fleksibel aja. Justru disini kalau buat kontrak malah horror kesannya. Karena disini itu anak-anaknya ngga bisa kaya gitu. Begitu ada kontrak, anaknya jadi takut. Orang wawancara kaya gini aja dia tuh jadi takut anaknya. Seakanakan punya masah besar, padahal permasalahannya hanya ringan-ringan saja 15. Bagaimana tahapan implementasi dilakukan ? Dengan melihat apa yang sudah kita rencanakan, apakah sudah dilakukan oleh klien rencana-rencana tersebut, atau sudah juga atau belum dilakukan oleh pihak lembaga dalam memberikan penghargaan sebagai bentuk kasih sayang terhadap klien ini. Lalu kita pantau kemajuannya seperti apa jika memang sudah dilakukan oleh klien. kalau sudah terlihat ya berarti rencana yang direncanakan sudah sesuai. Kalau belum, berarti kita buat rencana ulang baiknya itu seperti apa untuk klien. 16. Bagaimana peran pengasuh ketika melihat anaknya mengalami permasalahan dan apakah pengasuh sudah melakukan proses intervensi ke anak asuhnya ? iya semenjak permasalahan itu pengasuh lebih intens lagi mendampingi anak-anaknya. Mereka memberikan nasehat-nasehat dan motivasi supaya mereka tidak membolos sekolah lagi kalau alasannya tidak jelas. Pengasuh juga memberikan nasehat kalau bolos sekolah banyak yang dirugikan nanti. Jadi harus semangat lagi sekolahnya ngga boleh males. Terus klien “R” juga kita bantu untuk mempercantik dirinya dengan kita ajak ke salon di panti sebelah (PSBR), supaya dia bisa belajar cara mempercantik dirinya. Dari situ perlahan mereka sadar, dan apa yang udah diberikan pengasuh mereka inget-inget dan mereka pegang supaya ngga bakal ngelakuin itu lagi. 17. Seperti apa pihak lembaga menghargai usaha klien untuk merubah tingkah lakunya agar tidak membolos sekolah lagi ? Iya disini saya jelaskan, mengapa memutuskan untuk mengambil pendampingan mengenai diberikannya reward dan punishment. Itu karena memang sudah diterapkan disini sangat diterapkan sekali. Baik klien “R” atau klien “V” ketika dia mendapatkan prestasi yang baik di sekolahnya atau dilihat dari tingkah laku anak ini yang tidak pernah membuat kesalahan lagi maka mereka mendapatkan reward. Oleh karena itu pihak panti memberikan hadiah dan ditambah tingkah laku mereka juga sudah mulai terlihat baik. Punishment diberikan apabila mereka melakukan kesalahan lagi.
18. Bagaimana proses evaluasi berlangsung ? Berdasarkan apa yang sudah dilaksanakan dalam proses intervensi, pencapaian keberhasilan sudah mulai terlihat dari kedua klien ini. Mereka semakin hari semakin bisa merubah perilaku mereka yang tidak baik seperti membolos sekolah. pada dasarnya anak-anak ini memang baik dan permasalahannya juga tidak terlalu besar. Saya melakukan evaluasi setiap sebulan sekali untuk melihat tingkah laku kedua klien ini. 19. Bagaimana proses terminasi terjadi antara pekerja sosial dengan klien ? Habis di evaluasi kan kita sudah liat tuh bahwa apa yang kita udah rencanain dari awal itu terlaksana sesuai dengan harapan. Maka dari itu proses pertolongan ini harus berakhir karena sudah sesuai dengan tujuan yang kita inginkan dalam perubahan kan Makanya kita melakukan proses terminasi ini ke klien. 20. Apakah ada tindak lajutnya ketika sudah terminasi ? Setelah sudah selesai proses pertologan, dan sudah berhasil dilakukan oleh kedua klien ini. Perubahannya juga terlihat. Sehabis terminasi, saya juga tetap masih bekerja untuk memantau kegiatan yang dilakukan kedua klien ini. Apakah benar-benar dia sudah berubah, karena kan factor dari luar tuh ada aja, takutnya mereka terhasut lagi atau bagaimana. Jadi merusak apa yang sudah dibangun kemaren. Untuk itu, saya tetap adakan tindak lanjut yaa memberi nasehat-nasehat dan pengawasan berlanjut dengan pengasuhnya supaya mereka tetap mempertahankan sikap yang sudah baik yang kita samasama bantu prosesnya. Tetapi ketika terlihat anak-anak ini melakukan kesalahan lagi maka akan di tindak lanjuti untuk di berikan pertolongan dari awal dengan intervensi yang berbeda. 21. Metode apa yang digunakan kalau melakukan intervensi atau memecahkan masalah yang dialami klien ? Panti disini sudah menggunakan metode case work dan group work dalam memecahkan masalah. Kalau case work yang tadi udah saya bilang prosesnya seperti konseling ya membangun relasi, menggali permasalahan, motivasi sampai pada mencari alternatif. Kalau group work menyelesaikan masalah dengan melakukan pendekatan kelompok. Kayak misalnya dinamika kelompok, kultum yang diberikan pengasuh, penyuluhan kesehatan atau juga ada penyuluhan yang disampaikan kepolisian. 22. Kalau dalam proses penyaluran itu seperti apa Kak ? Apa sudah pasti anakanak disini disalurkan ke perusahaan yang memang sudah bekerjasama dengan panti ini ?
ehm yaa.. tapi tergantung anaknya. Itu kan minat ya. Mereka ini kan maunya kadang kerja di kantoran, tapi kan sesuai dengan levelnya kan kadang susah juga ya masuk ke kantoran. Jadi semampu kita aja. Kita masuk dengan beberapa perusahaan yang sudah kerjasama seperti dengan hanamasa, terus salon apa gitu kalau mereka ada minat disitu ya kita coba bantu masukin. 23. Kalau selain kegiatan di panti, apakah pekerja sosial mengadakan kegiatan penunjang lain ? Karena memang apa yaa.. ini kan peksos peksos tapi kan tetap ada pekerjaan lain yang harus dilakukan. Misalnya kaya saya tetap pegang kamar terus saya juga di bagian bimlur. Kalau membuat acara khusus dari pekerja sosial sih ngga ya. Tapi kalo misalnya manggil orang lain saya hanya sebagai perantara. Kan kalau pekerja sosial ngga musti yang harus selalu yang turun tangan dia juga bisa sebagai perantara. Paling misalnya liat ada masalah banyak yang mengarah ke kriminal, kriminal bukan berarti membunuh ya. Banyak yaa.. misalnya merokok atau apa. Paling saya menyampaikan kepala seksinya terus diarahkan untuk memanggil kepolisian untuk mengisi kegiatan. Jadi ngga ujuk ujuk saya yang langsung masuk ngarahin ke meraka tapi haya sebagai penghubung aja. Karena kalau saya yang menjadi narasumbernya sebenarnya anak-anak sudah jenuh, sudah tidak mungkin juga. Jadi harus orang yang baru. Kalau saya lagi karena anak-anak agak susah mereka sudah hapal dengan kata-kata saya. 24. Apakah pekerja sosial dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial menggunaka prinsip-prinsip pekerja sosial ? Oh iya dong.. tapi ngga cuma saya aja sebagai peksos ya.. semua pegawai disini juga paham kok hal seperti itu. Walaupun disini yang pekerja sosial itu saya tapi banyak pegawai disini itu lulusan sosial dan dia sudah sangat paham betul hal tersebut kayak bagaimana menerima klien apa adanya, komunikasi yang baik, individualisasi, berpartisipasi, menjaga kerahasiaan permasalahan klien, yang seperti itu kan yaa.. kami menggunakan prinsip tersebut kok. 25. Bagaimana pelayanan pengasramaan terhadap anak-anak WBS ? Aku ceritain dari awal masuk ya. Jadi disini da kriterianya ya. Kalau dia pindahan dari panti ke panti kita wajib terima. Tapi kalau yang dirujuk dari masyarakat mereka punya PSM. PSM itu kayak mereka yang menjaring masyarakat setempat yang memang tidak mampu, terus dari mulut ke mulut. Misalnya dari alumni sini ngomong ke tetangga atau temennya. Nah nanti kita buka pendaftaran, pas naik kelas kita buka pendaftaran. Nanti mereka kesini, isi formulir biasalah. Terus nanti kalau datanya udah lengkap kita
home visit. Home visit kerumahnya, lihat keadannya sesuai apa ngga. Sebelum home visit, kita wawancara anaknya. Bener ngga anaknya mau masuk sini, bener dari dianya atau paksaan. Kalau paksaan kita ngga terima. Karena supaya mereka merasa nyaman. Jadi kita Tanya dulu anaknya. Untuk pengasramaan, nanti setelah dia masuk kesini, baru dimasukin aja. Ini kan misalnya kuota 90 orang. Ada 20 orang yang keluar. Jadi 20 orang yang baru itu dimasukkan ke kasur yang kososng. Jadi ini kaya gini nih, anak-anak yang lama kan lagi liburan. Nah disini tuh lagi dipersiapkan, tempat-tempatnya. Ini lemari buat anak baru, ini bantal, ini kasur. Jadi pas mereka datang mereka tinggal nempatin udah terima semuanya kita tinggal nunjukin. Terus untuk setelah dia masuk, kita adain assesment ulang. 26. Apa saja kegiatan pelayanan sosial PSAA melalui pelayanan permakanan ? Kalau permakanan kan diatur sama ibu dapur. Kita punya tukang masak sendiri. Disini ada 4 orang tukang masaknya. Disini mereka makan 3x sehari. Sarapan itu jam 07.00 terus makan siang jam 11.00 soalnya kan emreka mau sekolah. Abis itu makan malamnya abis sholat maghrib. Anak-anak disini wajib bangun jam setengah 5 pagi untuk sholat subuh. Disini masalah permakanan itu ada daftar menu diambil dari puskesmas. Di depan itu ada kok makan pagi apa, siang apa, malam apa itu hari senin sampai hari minggu terus juga ada kandungan gizinya misalnya kalori berapa gitu. 27. Bagaimana dengan kegiatan konseling yang ada di PSAA ini Kak ? Kalau misalnya ada ajaran baru, ada kayak ini salah satu contohnya (menunjukkan contoh psikotest) ini keterangan dia apa, dia sosoknya gimana, minat bakatnya apa. Nah kalau ini yang sekaligus. Itu 1 kali atau 2 kali setahun. Tapi kalo seminggu sekalinya itu kita ajuin 3 atau 4 orang. Misalnya nih kira-kira ada anak yang kok sekarang agak aneh ya, kok dia ada perubahan, dia suka bolos, suka termenung atau apa. Itu kita ajuin 3 atau 4 orang per minggu. Begitu psikolog datang kita langsung kasih aja. Psikolog biasanya datang seminggu sekali, tapi kadang 2 minggu, tergantung sih dia bisanya kapan gitu ya. Udah dijadwalin sama dianya 28. Apa saja kegiatan pelayanan sosial PSAA Pelayanan pemeriksaan kesehatan ? Nah disitu ada 3 bagian. TU, bimbingan dan penyaluran, ada identifikasi dan assesment. Nah kalau bagian bimlur kayak bagian persekolah, kegiatan anak diluar, tentang pendidikannya, kegiatan sosialnya. Kalau identifikasi dan assessment itu permakananan sama kesehatan. Jadi misalnya ada anak yang sakit ada anak yang apa, disini kan anak-anaknya sudah memakai BPJS. Jadi kalau anak-anak yang sakit atau apa langsung dibawa ke puskesmas atau ngga kerjasamanya dengan Rumah Sakit milik pemerintah. disini juga
disediakan obat-obatan tapi itu yang ringan-ringan aja. Kaya pusing, karena perempuan kan sering nyeri haidh,minyak tawon, vitamin-vitamin. 29. Tapi disini ada poliklinik ngga Kak ? Nah poli itu baru dibangun, sudah ada tempatnya. Kan sekarang harus ada polinya juga ya di panti-panti. Paling sebentar lagi ada kok poliklinik. Tapi kalau cek kesehatan, disini setahun sekali ada. Wajib sampai harus di rontgen. 30. Lalu bagaimana Kak dengan pelayanan Pendidikan ? Masalah persekolahan, dia mau sekolah dimana. Kita anjurin di Negeri. Kalau misalnya dia ngga dapat di Negeri, kalau misalnya di negeri dia bisa tentukan sendiri pokoknya jangan jauh dari panti. Tapi kalau sekolah swasta kita yang tetapin, kita sudah punya kerjasama dengan sekolah-sekolah yang dekat sini. 31. Kalau misalnya dia ada kebutuhan di luar ini gimana Kak ? Tergantung, ada kebutuhan yang kita cover, ada juga kebutuhan yang tidak di cover. Misalnya yang kita cover, pendaftaran-pendaftaran atau registrasi kebutuhan sekolah, pembelian LJK, buku itu semua kita cover. Tapi kalau kaya remedial, ngerjain tugas-tugas biasa ngga kita cover biayanya. Kalau biaya yang ngga kita cover mereka bisa melakukan pengajuan di program tabungan yang mereka punya setiap individu. 32. Oh begitu Kak ? bagaimana dengan pelayanan tabungannya Kak ? Jadi mereka ini misalnya kaya gini nih, mereka punya uang Rp 20.000,mereka liat sekolahnya deket. Kita potong Rp 10.000,- mereka udah punya tabungan sendiri. Kita punya kerjasama dengan Bank DKI. Jadi dipotong Rp 10.000,- langsung dimasukkan ke tabungannya, yang Rp 10.000,- lagi itu termasuk uang jajan dia dan ongkosnya. Seandainya dia butuh untuk tugas segala macam, dia bisa melakukan pengajuan. Misalnya Kak aku butuh Rp 50.000,- untuk tugas, nanti kita ambil dari tabungannya. Tapi kita transparan dananya, ada buku kecilnya kan. Ini kamu liat, kamu uangnya terakhir segini, saldonya segini, kamu butuh uang segini, sekarang saldo kamu segini. 33. Apa saja kegiatan pelayanan sosial PSAA dalam bidang keagamaan ? Mereka wajib bangun setengah 5 untuk sholat subuh berjamaah. Disini yang paling wajib sholat itu 3, sholat subuh, maghrib dan isya wajib berjamaah. Sampai kita buat bukunya, kita control dalam masalah persholatan ya..kalau dilihat tidak ada yang sholat di 3 waktu wajib itu untuk berjamaah. Uang jajan mereka akan dipotong Itu hari apa ya ? kalian pengajian hari apa ya ? (bertanya pada salah satu WBS) malam selasa sama malam jumat. Selain yang itu ya. Tau ngga yang suka main rebana gitu.
34. Biasanya kalau pelayanan rekreasi atau hiburan, apa saja kegiatannya Kak ? kaya liburan outbond..jadi disini dijatah 2 x setahun. Jalan-jalan keluar panti. Itu kita bilangnya bimbingan sosial luar panti. Terus selebihnya itu misalnya libur suka ada uang tabungan anak-anak mereka jalan-jalan kana da anak-anak yang tidak punya orang tua kalo temennya libur kan masih punya orangtua mereka pulang ke rumahnya. Kalo yang tidak punya orang tua kadang mereka jalan-jalan sendiri asal ada izin dari panti. kaya liburan outbond.jadi disini dijatah 2 x setahun. Jalan-jalan keluar panti. Itu kita bilangnya bimbingan sosial luar panti. Terus selebihnya itu misalnya libur suka ada uang tabungan anak-anak mereka jalan-jalan kana da anak-anak yang tidak punya orang tua kalo temennya libur kan masih punya orangtua mereka pulang ke rumahnya. Kalo yang tidak punya orang tua kadang mereka jalan-jalan sendiri asal ada izin dari panti 35. Bagaimana dengan pelayanan keterampilan yang ada disini untuk anak-anak PSAA ? Terus kegiatan panti itu ada pencak silat, band, mute-mute, supaya anak-anak ngga bosan. Terus bikin sulaman. Kadang-kadang ada latihan masak, tapi itu ngga ada jadwalnya. Cuma kalau liburan aja itu. Kalau pencak silat hari minggu, band juga hari minggu, mute senin, menyulam selasa, tapi anaknya ngga dipaksain yang mau aja. Kalau pencak silat itu wajib. 36. Kalau dengan pelayanan transportasi bagaimana ? Mereka juga dapat ongkos, kenapa harus deket itu karena mereka sudah ada ongkosnya. Anak SMK Rp 20.000, anak SMP Rp 15.000 itu dibagikan setiap hari. Memang anggarannya segitu. 37. Kegiatan apa yang dilakukan pekerja sosial dalam mengevaluasi pelayanan kesejahteraan sosial ? Menyusun laporan kegiatan evaluasi terhadap pelayanan kesejahteraan yang sudah didapat oleh warga binaan.
TRANSKIP WAWANCARA Nama
: “V”
Hari/Tanggal : 7 Juli 2014
Waktu
: 12.30 – 13.00 WIB
Tempat
: Kamar Asrama
1. Mengapa kamu ditempatkan di PSAA ? Kalau aku kenapa bisa disini, ya karena memang kan aku sebelumnya tinggal di panti yang di klender kak. Aku dari kecil sudah ada disana kak. Disana kan juga pendidikannya hanya sampai SD. Pas aku sudah mau masuk SMP ya aku harus pindah ke panti ini kak. Karena juga sudah prosedurenya disana cuma sampai kelas 6 SD, pas SMP sampai SMA ya kesini Kak. 2. Sudah berapa lama kamu tinggal di panti ini ? Sudah 5 tahun Kak disini dari SMP. 3. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA ? Terus tinggal disini ya ada senangnya ada sedihnya. Sedihnya pengen ngerasain gimana sih punya rumah dalam satu keluarga terus berkumpul. Senangnya ya disini juga kan saya mendapatkan pengasuh yang berperan sebagai orangtua saya disini. Jadi saya bisa tetap mendapatkan rasa sayang 4. Apa harapan kamu selama kamu tinggal di panti ? Harapan saya ya saya sih berharap saya bisa jadi orang yang lebih baik aja. Patuhin peraturan yang ada di panti yang ada di sekolah. jadi ngga punya masalah lagi. Jadi orang baik yang nantinya bisa bikin orang lain senang sama sikap saya. Terus supaya juga saya ngga bolos sekolah lagi. Tementemen mau menerima kekurangan saya gitu aja Kak 5. Kegiatan apa saja yang kamu lakuin di panti ? Aku paling sih yah Kak.. bersih-bersih, sekolah, belajar gitu-gitu dah. 6. Panti ini sangat membantu kamu apa tidak ? Membantu Kak. Saya bisa merasakan sekolah terutama yah Kak. 7. Bagaimana proses identifikasi yang dilakukan panti ini ketika kamu ingin daftar masuk ke panti ini ? waktu datang kesini karena kan memang panti saya sudah bekerjasama dengan panti ini, dan memang ketika saya harus melanjutkan ke SMP yang tadinya tinggal di panti sana akan dipindahkan kesini khusus untuk perempuan yah kak. Waktu saya datang, ya saya ke kantor diantar pengasuh saya dari panti sana. Kemudian di cek data-data saya yang dibawa pengasuh. Terus saya disuruh isi formulir diajak ngobrol-ngobrol, terus pengurus sini mulai ngejelasin apa apa saja kegiatan yang ada disini. Terus udah disini berapa minggu anak-anak baru kaya saya dan yang lain juga ada test psikolog kak. Kira-kira seperti itu deh kak.
8. Kamu pernah mempunyai masalah tidak selama di panti ? iyah kak aku emang pernah punya masalah waktu itu, aku tuh dulu sering banget kak bolos sekolah. kadang suka ikutin temen, kalo temen bolos yaudah aku ikutan aja. Bilang ke panti mah sekolah, tapi padahal ngga pergi ke sekolah. engga tau kak males aja gitu kadang juga males gitu sama gurunya. Karena ngajarnya gitu lagi bikin males sekolah, jadi yaudah bolos. 9. Kalau pelayanan panti dalam pengasramaan gimana ? Karena saya dari panti ke panti. Jadi pas sampai sini, saya langsung dikasih kamar. Saya ngga perlu melalui tahapan persyaratan itu Kak . Waktu pas masuk sini, kita disini kaya ada MOS gitu kak. Jadi dikumpulin anak-anak di lapangan, terus kita perkenalkan lingkungan panti, tata tertib panti, kegiatan panti sama nanti anak-anak disuruh minta tanda tangan untuk seluruh staff yang ada disini, itu semua yang melakukan OCIP kak. 10. Kalau kebutuhan makan gimana pelayanannnya ? Makanannya enak-enak banget Kak. Pokoknya kita makan 3x sehari. 11. Kalau untuk bimbingan fisik biasanya kegiatannya seperti apa saja ? kalau bimbingan fisik sih yah kak biasanya itu kan kaya olahraga gitu Kak. Kalau disini itu adanya SKJ kak senam gitu kan itu dilakukan setiap Jumat pagi, abis itu dilanjut sama kerja bakti. Kalau bimbingan fisik yang lain itu dilakukan setiap hari minggu kaka da kegiatan pencak silat. Kalau kaya main volli, badminton itu mah jarang-jarang sih kak. Kalau pas kita lagi mau main aja 12. Bagaimana pelayanan kesehatan yang ada di panti ini ? Kalau kesehatan sih ada dokter kak biasanya, terus disini juga disediain obatobatan kok 13. Bagaimana dengan pelayanan transportasi ? Dikasih Kak ongkos gitu kalau kita mau berangkat sekolah. Kalau saya Rp 20.000,- terus kan karena kita naik angkutan umum makanya dikasih segitu. Kalau anak SMP Rp. 15.000,- Kak. Terus uangnya itu langsung dipotong separuhnya untuk ditabung dan jadi tabungan kita masing-masing. Untuk uang segitu yah cukup kok kak buat jajan. 14. Ada pelayanan konseling ngga ? Ada kok Kak. Biasanya sama psikolog kalau ngga sama ibu pengasuh sih. 15. Kalau pelayanan keagamaan gimana menurut kamu ? Disini kita membaca wakiah setiap malam selasa, malam jumat kita baca yasin bareng-bareng kak. Yang ngajarin ustadzah Kak. Terus juga ya sholat 5
waktu Kak.. diajarin gimana wudhu, baca-bacaan sholat, terus juga ada main rebana Kak. Semuanya dilakukan malam hari pad kita udah kumpul balik sekolah Kak. 16. Waktu kamu mendapatkan pendidikan disini. Bagaimana prosesnya ? Karena aku sekolah swasta yah Kak. Jadi aku diurusin sama panti Kak. Tapi kaya seragam, sepatu, tas, buku-buku kita dapat Kak dari panti. Bayaran sekolah juga Kak. 17. Kalau dari rekreasi bagaimana ? Ada kok kak, baru bulan kemaren kita jalan-jalan ke Ciater sama Tangkuban Perahu. Kita outbond kerjasama dengan EO disana Kak. Biasanya mah kalau jalan-jalan setiap tahun pasti ada buat refreshing hehehehe 18. Kalau pelayanan keterampilan yang ada disini bagaimana ? Ada komputer, mute-mute, membuat tas, membuat keset, pencak silat, kesenian gitu kak. 19. Kamu aktif ngga di keterampilan ? Aku emang kadang suka malas kak kalo ikut keterampilan, ngga tau males aja gitu rasanya.kan saya ikut kegiatan musik itu setiap hari minggu, jadi tuh saya mikirnya karena udah sekolah dari senin –jumat terus di weekend itu maunya istirahat aja ngga ada kegiatan. Kalo solat iya nih kak masih jarangjarang, ngga tau sifat malesnya ada aja 20. Kalau kamu ikut keterampilan apa ? Nah kalo sekolahnya masuk siang kita diikutin kegiatan keterampilan, jadi ngga diem aja disini Kak. Diberikan kegiatan untuk mengisi waktu luang. Kalau waktu saya sih yah kak, saya disuruh ikut dulu kegiatan menjahit kaya mute-mute sama daur ulang disuruh coba dulu ikut itu. Tapi cuma dapat berapa minggu, saya bilang ke pengurus panti saya ngga suka karena saya orangnya ngga sabaran. Yaudah abis itu pengurus kasih kepercayaan sama saya mau ikut keterampilan yang mana, yang penting harus ikut. Yaudah saya ikut keterampilan music kak. Terus saya juga karena disekolah ikut saman. Saya coba masukin tari saman ke panti ini jadi saya ngajarin beberapa temen saya. Terus Alhamdulillah malah dipercaya kak, udah sering manggungmanggung. 21. Kalau pelayanan tabungan itu bagaimana menurut kamu ? Pelayanan tabungan yah Kak. Jadi nih kayak yang tadi aku bilang, aku kan jajan dikasih Rp 20.000,- karena jarak sekolah aku deket jadi aku dipotong Rp 10.000,- itu buat ditabung. Kan kita ada Kak buku tabungannya dari Bank DKI. Jadi kita tau kak tabungan kita itu ada berapa. Anak-anak sini udah
banyak banget Kak. Ada yang sampe Rp 3.000.000,- Alhamdulillah kan yah kak lumayan banget untuk pegangan kita nanti 22. Ada pelayanan lagi ngga yang ingin kamu dapati ? Apa yah kak. Udah sih kayaknya abis semuanya juga udah dapat 23. Harapan kamu untuk PSAA ini untuk kedepannya bagaimana ? Yaa biar lebih baik aja Kak hehe.. ya saya sih pengennya peraturannya jangan ketat-ketat banget gitu. 24. Peran pengasuh disini biasanya seperti apa ? Ya ibu pengasuh paling ya memberi kita nasehat, mematuhi peraturan, jaga kebersihan kamar gitu-gitu Kak
FOTO-FOTO KEGIATAN
Salah satu kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan oleh PSAA PU 03 Tebet adalah pendidikan formal untuk anak-anak asuh dari tingkat SMP sampai SMA. Pihak panti memfasilitasi mereka sekolah di luar panti namun jarak antar sekolah dengan panti harus dekat.
Salah satu proses pendampingan anak yang dilakukan oleh Psikolog dengan metode case work atau konseling. Kedua anak tersebut sedang menceritakan permasalahan yang mereka alami untuk mendapatkan jalan keluar dari proses konsultasi dengan psikolog tersebut yang sudah disediakan oleh panti.
Salah satu proses pendampingan anak yang dilakukan oleh staff dan pegawai panti dengan metode group work yang bersifat seperti kultum atau diskusi. Serta metode group work dengan bentuk kegiatan dinamika kelompok
Pelayanan pengasramaan yang diberikan untuk anak-anak asuh berupa kamar, tempat tidur, lemari pakaian dan rak sepatu. Mereka menyusun pakaian dan merapikan tempat tidur mereka dengan rapi serta mereka juga membiasakan untuk menaruh sepatu dan sandal mereka di dalam rak sepatu yang disediakan di depan kamar mereka.
Meja makan yang biasa digunakan untuk anak-anak asuh melakukan kegiatan makan bersama-sama 3x sehari. Ibu dapur yang biasa menyiapkan anak-anak asuh makan dengan memasak menu-menu yang sudah dijadwalkan setiap harinya.
Kegiatan keterampilan yang ada di panti yaitu keterampilan komputer dengan disediakan beberapa unit komputer dan terdapat ruangan laboratorium komputer untuk memberikan kenyamanan anak-anak asuh ketika mereka belajar. Kemudian ada juga beberapa alat music seperti angklung dan alat-alat band untuk kegiatan kesenian yang biasa dilakukan setiap hari Minggu, selain itu ada juga keterampilan mute-mute yang akan menghasilkan bross, tempat minum, tas dan ada juga keterampilan bahan daur ulang yang biasa memanfaatkan dari bungkusan makanan atau apa saja yang bisa disaur ulang dan akan menghasilkan tas, taplak meja, tempat minum, dll. Semua hasil dari kegiatan tersebut di letakkan di lemari etalase yang ada di dalam panti untuk memamerkan kepada tamu-tamu yang datang hasil-hasil kegiatan yang dikerjakan anak-anak, namun hasil keterampilan mereka tidak hanya diletakkan saja melainkan juga dijual.
Lapangan yang ada di dalam panti yang biasa digunakan untuk anak-anak asuh melakukan bimbingan fisik seperti kegiatan olahraga (bermain vola voli, badminton, dan pencak cilat)
Pihak panti PSAA PU 03 Tebet juga menyediakan fasilitas poliklinik untuk anak-anak asuhnya. Dengan adanya poliklinik ini bisa dapat mempermudah melakukan pemeriksaan terhadap anak-anak asuh yang sedang sakit. Di dalam , poliklinik tersebut, disediakan tempat tidur, lemari obat-obatan, alat tensi dan peralatan kesehatan lainnya.