PERAN PEKERJA SOSIAL MELALUI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (PKSA) DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) “BIMO” YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Disusun Oleh: Umi Amalia NIM. 10.250.030 Pembimbing: Siti Solechah M.Si NIP. 198305192009122002
JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015
“Tiada doa yang lebih indah selain doa agar skripsi ini cepat selesai”
Kebahagian selalu ada dengan mencintai anggota keluarga, diri sendiri dan cinta kepedulian kepada orang lain dengan ikhlas. Berusahalah menumbuhkan rasa cinta itu setiap saat, agar kita selalu bahagia.
Orang yang mempermudah orang lain dirinya akan dipermudah oleh TuhanNya, orang yang mempersulit orang lain dirinya akan dipersulit oleh TuhanNya
HALAMAN PERSEMBAHAN Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rakhmat dan hidayahnya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran untuk ku dalam mengerjakan skripsi ini.
Aku persembahkan cinta dan sayangku kepada Abah Syam ibu Zainab, kakaku mas edi dan adik ku Rifqi, tak ketinggalan mas Fuad yang telah menjadi motivasi dan inspirasi dan tiada henti memberikan dukungan do'anya buat aku. “Tanpa keluarga, manusia, sendiri di dunia, gemetar dalam dingin.”
KATA PENGANTAR
rahmat dan pertolongan-Nya. Sholawat serta salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang berlimpah ilmu pengetahuan seperti saat ini. Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat mengenai Peran Pekerja Sosial Melalui Program Kesejahteraan Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala yang telah melimpahkan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta. Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak akan pernah terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. H. Waryono, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Dr. H. Zainudin, M.Ag dan M. Izzul Haq, M.Si, selaku Ketua Progam Studi dan Sekretaris Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Asep Jahidin, M.Si, selaku pembimbing akademik dari penulis yang telah banyak
memberikan
bimbingan
dan
arahan
menyelesaikan proses perkulihan dengan lancar.
kepada
penulis
dapat
4. Siti Solechah, M.Si, selaku pembimbing skripsi penulis. Terima kasih atas bimbingan, masukan dan kesabaran dalam proses penyusunan skripsi mulai dari pembuatan proposal sampai terselesaikannya karya ilmiah ini. 5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang telah banyak memberikan berbagai macam ilmu kepada penulis sejak diawal bangku kuliah hingga akhir masa perkuliahan. 6. Pihak Pemda DIY, yang memberikan izin kepada penulis untuk bisa melakukan penelitian di PSAA Yogyakarta Unit Bimomartani. 7. Ibu Endang Iriyanti, selaku pimpinan PSAA Yogyakarta Unit Bimo yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa lebih leluasa melakukan penelitian dan mengetahui lebih dalam tentang PSAA Yogyakarta Unit Bimomartani Ngemplak Sleman. 8. Seluruh staff dan peksos PSAA Yogyakarta Unit Bimomartani Ngemplak Sleman, yang telah membantu dan memberikan arahan serta bimbingan dalam penyelesaian penelitian karya ilmiah ini. 9. Ayahanda Syamsuri dan ibunda Khuzainab, selaku orang tua dari penulis yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, dan yang telah mencucurkan keringat dan air mata demi putri tercinta sehingga dapat berkembang seperti saat ini. 10. Saudara-saudaraku yang selalu mendukung perjuanganku.
11. Bapak Yusuf (supervisor lembaga), terima kasih yang selalu memberikan motivasi kepada penulis didalam pembuatan karya ilmiah ini 12. Seluruh teman-teman angkatan 2010, terima kasih support dan sharing 13. Seluruh kakak-kakak angkatan 2009, terima kasih yang telah memberikan arahan-arahan dan memotivasi kepada penulis didalam pembuatan karya ilmiah 14. Segenap karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah membantu mengurus administrasi kepada penulis sehingga penulis memperoleh kelancaran dalam menjalani proses perkuliahan 15. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga amal baik yang telah diberikan dapat di terima disisi Allah dan mendapat limpahan rahmat dari-Nya. Amiin. Yogyakarta, 20 Januari 2015 Penulis
Umi Amalia NIM: 10.250.030
ABSTRAK Umi Amalia. Peran Pekerja Sosial Melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta. Skripsi. Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015. Kesejahteraan sosial anak dapat terpenuhi dengan adanya Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). Salah satu lembaga kesejahteraan sosial anak yang melaksanakan program kesejahteraan sosial anak ialah Panti Sosial Asuhan Anak “BIMO” Yogyakarta, yang dalam pelaksanaannya dilapangan tidak lepas dari peran seorang pekerja sosial. Dalam program kesejahteraan sosial anak ini tidak memisahkan anak dengan keluarga, melainkan anak tinggal bersama keluarga. PSAA Bimo merupakan salah satu lembaga yang memberikan layanan pendampingan, fasilitas kebutuhan dasar, dan keamanan. Lembaga ini juga tidak hanya memenuhi kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh anak, akan tetapi juga melakukan monitoring perkembangan anak minimal satu bulan sekali. Rumusan masalah adalah bagaimana peran yang dilakukan oleh pekerja sosial melalui program kesejahteraan sosial anak yang ada di Panti sosial asuhan anak Yogyakarta serta apa hambatan peran pekerja sosial melalui program kesejahteraan sosial anak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil lokasi di PSAA “BIMO” Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi murni, wawancara terhadap pekerja sosial, keluarga, anak dan kepala panti, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, penyajian data yang sudah dikumpulkan, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini yaitu kesejahteraan sosial anak, karena masalah utama mereka adalah pendidikan. Setelah melakukan assesmen keluarga dan anak, tahap selanjutnya pendampingan, monitoring dan evaluasi. PSAA memberikan fasilitas pendidikan, support kebutuhan harian anak, pendampingan pengasuhan, monitoring perkembangan anak. Faktor penghambatnya ialah lokasi yang jauh, keterbatasan waktu dan beban tugas pekerja sosial, kurangnya kemampuan keluarga dalam memberikan dukungan.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. .....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... `
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
v
MOTTO ..........................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xiv
BAB I: PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Penegasan Judul........................................................................
1
B. Latar Belakang Masalah ...........................................................
6
C. Rumusan Masalah .....................................................................
10
D. Tujuan Penelitian ......................................................................
10
E. Manfaat Penelitian ...................................................................
10
F. Tinjauan Pustaka .......................................................................
11
G. Kerangka Teori .........................................................................
15
H. Metode Penelitian .....................................................................
31
I. Sistematika Pembahasan ............................................................
39
BAB II: GAMBARAN UMUM A. Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) .......................... B. Panti Sosial Asuhan Anak
41
“BIMO” Yogyakarta Sebagai
Unit Pengelola Program Kesejahteraan Sosial Anak Lokal .......
57
BAB III PERAN PEKERJA SOSIAL MELALUI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (PKSA) DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) “BIMO” YOGYAKARTA A. Peran Pekerja Sosial ..................................................................
80
B. Hambatan Pekerja Sosial ...........................................................
96
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................
106
B. Saran ..........................................................................................
108
C. Penutup ......................................................................................
109
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
110
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. PENEGASAN JUDUL Skripsi ini berjudul Peran Pekerja Sosial Melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas demi menghindari kesalahpahaman dalam memahami makna judul tersebut, maka perlu diberi penjelasan beberapa istilah yang terdapat dalam judul diatas. 1. Peran Pekerja Sosial Peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.1 Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud dengan peran adalah “suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu yang terpenting dalam masyarakat sebagai organisasi atau perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.2 Sedangkan secara konseptual peran merupakan aspek dinamis dari sebuah kedudukan, apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.3 Jadi dapat disimpulkan bahwa peran dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai posisi seseorang yang berkaitan dengan
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm.667. 2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : Yayasan Penerbit UI, 1997), hlm. 147. 3
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Cv. Rajawali, 1996),
Hal. 220.
1
2
kegiatan
yang
dilakukan/dikerjakan
pekerja
sosial
melalui
program
kesejahteraan sosial anak di panti sosial asuhan anak “BIMO” Yogyakarta. Pekerja sosial adalah seseorang yang melakukan aktifitas profesional untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuannya tersebut.4 Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, yang dimaksud pekerja sosial adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk melakukan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.5 Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, peran pekerja sosial yang dimaksud adalah suatu peranan yang dilakukan oleh pekerja sosial dalam memberikan pelayanan-pelayanan terhadap Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta.
4
Miftahul Huda, Pekerjaan Sosial Dan Kesejahteraan Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Hlm. 3 5 Undang-Undang Republik Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial, Hlm. 3
3
2. Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Program Kesejahteraan Sosial Anak adalah upaya yang terarah, terpadu & berkelanjutan yang dilakukan pemerintah & masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan dasar anak meliputi subsidi kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial, penguatan orangtua/keluarga dan lembaga kesejahteraan sosial anak. Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
menjadi prioritas nasional
Kementerian Sosial RI untuk mewujudkan pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan
terhadap
anak
dari
penelantaran,
eksploitasi
dan
diskriminasi.6 PKSA memberikan perlindungan terhadap anak yang mengalami masalah sosial dan diprioritaskan bagi anak yang belum pernah maupun yang tidak dapat melanjutkan sekolah karena faktor ekonomi (ekonomi lemah). Melalui PKSA diharapkan masalah sosial anak atas hak pendidikan dasar dapat dientaskan. Program Kesejahteraan Sosial Anak yang dijalankan panti sosial asuhan anak “BIMO” Yogyakarta ini bukan anak-anak yang berada didalam panti, melainkan anak-anak yang berada diluar panti atau anak masih bersama keluarga kandung/ maupun keluarga pengganti.
6
http://dinsos.jogjaprov.go.id/progam-kesejahteraan-sosial-anak/,/ di unduh pada tanggal 11 September 2014.
4
3. Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta sebagai Pelaksana Teknis Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, Yang memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anak. Panti Sosial Asuhan Anak menjadi Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang professional mampu mengentaskan anak dari ketelantaran, perlakuan salah, serta mamberikan perlindungan dan bimbingan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak mandiri dan bertanggung jawab. Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta adalah panti sosial asuhan anak yang dikelola oleh pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan program pemerintah untuk melayani anakanak yang kurang mampu, terlantar, yatim piatu, dalam hal melindungi anak-anak, merawat, mencegah keterlantaran dan memenuhi hak-hak anak. Tentunya ini menjadi tanggungjawab pemeritah sebagaimana dalam undang-undang dasar 1945 untuk memberikan perlindungan, yaitu Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.7 Program Kesejahteraan Sosial Anak merupakan program nasional kementrian sosial, untuk mendukung pelaksanaan standar nasional pengasuhan anak maka Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta melaksanakan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). Program kesejahteraan sosial anak yang dilaksanakan panti ini bukan 7
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 3.
5
anak-anak yang berada di dalam panti, melainkan anak-anak yang berada di luar panti atau anak masih bersama keluarga kandung/ maupun pengganti dan Program Kesejahteraan Sosial Anak di sasarkan kepada keluarga kurang mampu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Program Kesejahteraan Sosial Anak di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta adalah untuk memberikan kesejahteraan sosial anak bagi anak yang kurang mampu (keluarga dengan ekonomi lemah) untuk bisa melanjutkan sekolah bagi anak yang putus sekolah dan untuk anak yang tidak sekolah bisa sekolah, supaya mereka dapat tumbuh kembang secara wajar dalam masyarakat baik secara jasmani, rohani maupun sosial dan dalam program ini tidak memisahkan anak dengan keluarga melainkan anak tinggal bersama keluarga. Dari uraian tersebut maka penulis memberikan batasan ruang lingkup penelitian dari judul skripsi :“Peran Pekerja Sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta yaitu mengkaji bagaimana peran yang dilakukan oleh pekerja sosial dalam program kesejahteraan sosial anak di Panti sosial asuhan anak “BIMO” Yogyakarta serta apa hambatan peran pekerja sosial melalui program kesejahteraan sosial anak.
6
B. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai potensinya. Secara berlapis, dimulai dari lingkar keluarga dan kerabat, masyarakat sekitar, pemerintah lokal hingga pemerintah pusat, hingga masyarakat internasional berkewajiban untuk menghormati, melindungi, dan mengupayakan pemenuhan atas hak-hak anak tersebut. Hanya jika setiap lapisan pemangku tugas tersebut dapat berfungsi dengan baik dan mampu menjalankan kewajiban dan tanggungjawabnya, maka anak akan dapat memiliki kehidupan berkualitas yang memunkinkannya tumbuh kembang secara optimal sesuai potensinya.8 Masyarakat dan pemerintah dari berbagai tingkatan telah melakukan berbagai layanan dan program yang terus dikembangkan dengan intensitas dan kualitas yang diupayakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun faktanya masih sangat banyak anak belum tersentuh pelayanan kesejahteraan sosial karena keterbatasan sumber daya. Keterbatasan cakupan pelayanan ini juga disertai dengan belum adanya keterpaduan perencanaan dan pengelolaan sumberdaya dan layanan di antara lembaga-lembaga pelayanan sosial yang ada. Keterbatasan tersebut juga diperparah dengan penggunaan pendekatan dan strategi yang konvensional, sehingga mengakibatkan meningkatnya masalah sosial anak yang tidak dapat diimbangi dengan upaya pencegahan dan respon yang memadai. Strategi konvensional dimaksud seperti kurangnya
8
Pedoman Operasional Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial RI, hal vi.
7
memperhatikan kebutuhan dasar anak yang beragam, sehingga bantuan sosial cenderung diseragamkan.9 Kesejahteraan sosial anak sepenuhnya belum terlayani, seperti hak memperoleh kebutuhan dasar yaitu (sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan). Padahal anak adalah penentu majunya suatu sebuah Negara yang dapat dilihat dari kondisi anak sekarang ini. Bila kondisi anak sekarang ini sudah mulai tidak terlayani kebutuhannya, maka majunya suatu Negara tidak akan berkembang, melainkan akan melahirkan generasi-generasi perusak bangsa. Dengan hal tersebut, maka pelayanan hak anak harus ditingkatkan supaya nilai gunanya tinggi. Pada tahun 2009 Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) mulai dikembangkan dan diujicobakan untuk kesejahteraan sosial anak yang utamanya pendidikan bagi anak yang putus sekolah bisa sekolah kembali dan anak yang tidak sekolah bisa sekolah, PKSA di ujicobakan di lima wilayah yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Yogyakarta.10 Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, menjelaskan bahwa Kesejahteraan Anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Namun demikian, pemeliharaan kesejahteraan anak belum dapat dilakukan oleh anak sendiri sehingga tanggung jawab tersebut menjadi tanggungan orangtua, keluarga
9 10
Ibid,. hal, ix Ibid,. hal, x
8
masyarakat dan pemerintah (UU No. 4 Tahun 1979).11 Orangtua dan keluarga memiliki tanggung jawab pertama terhadap kesejahteraan anak kerena keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan anak untuk tumbuh dan berkembang. Hal-nya dalam keluarga, penyikapan orangtua terhadap anak dipengaruhi oleh persepsi orangtua terhadap arti anak. Bagi orangtua, anak dapat dilihat sebagai komoditas rumah tangga (household commodity) yang memiliki fungsi konsumsi, investasi dan asuransi.12 Selain itu juga tercantum dalam UU RI No. 23 Tahun 2002 pasal 1 Tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang ada di dalam kandungan. Sedangkan menurut UU Kesejahteraan Anak di dalam pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang berusia 21 tahun atau anak yang belum menikah.13 Salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam kesejahteraan sosial anak adalah adanya Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) diberbagai wilayah. Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial RI tujuannya adalah upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan. Bentuk pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan dasar anak meliputi subsidi kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial, penguatan orangtua/keluarga dan lembaga kesejahteraan sosial anak. 11
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak 12 Nurvidya dan Wongkaren, Pedoman Penanganan Masalah Sosial, (Bandung: Sinar Bari Algesindo, 1997) hlm.3 13 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 3.
9
Dalam pelaksanaan PKSA diperlukan peran masyarakat yang seluasluasnya, baik perseorangan, keluarga, organisasi keagamaan, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, badan usaha, lembaga kesejahteraan sosial, maupun lembaga kesejahteraan sosial asing demi terselenggaranya kesejahteraan sosial yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan. Salah satu Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang melaksanakan PKSA ini ialah Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta yang dalam pelaksanaannya dilapangan tidak lepas dari peran pekerja sosial. Dalam penelitian ini mengungkap bagaimana peran pekerja sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Yogyakarta Unit “BIMO” Yogyakarta. Apa hambatan dan solusinya peranan seorang pekerja sosial melalui program kesejahteraan sosial anak melalui program kesejahteraan sosial anak di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)“BIMO” Yogyakarta.
C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana Peran Pekerja Sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak“BIMO” Yogyakarta?
2.
Apa hambatan Peran Pekerja Sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak “BIMO” Yogyakarta?
10
D. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Untuk menggambarkan peran pekerja sosial dalam melaksanakan/ mengimplementasikan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta?
2.
Untuk mengetahui apa saja hambatan peran dari pekerja sosial dalam Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)“BIMO” Yogyakarta?
E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang bernilai ilmiah-akademis dalam menambah pengetahuan dan kajian tentang keilmuan bagi penulis dan pembaca tentang peran pekerja sosial di Indonesia serta dapat memperkaya khasanah kepustakaan, khususnya dalam Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini juga diharapkan mampu menarik minat bagi para peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih komprehensif terutama masukan kepada pemerintah terkait peran pekerja sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta untuk dapat lebih memperhatikan kesejahteraan anak.
11
F. TINJAUAN PUSTAKA Untuk dapat memecahkan persoalan dan mencapai tujuan sebagaimana diungkapkan dalam penelitian ini, maka perlu dilakukan telaah pustaka guna mendapat kerangka pikir yang dapat mewarnai kerangka kerja serta memperoleh hasil sebagaimana yang diungkapkan. Dalam kajian ini ada beberapa skripsi yang terkait tentang Peran Pekerja Sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta. Skripsi yang ditulis oleh Ana Munzayana Setia Putri pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2010 yang berjudul “Upaya Panti Asuhan Woro Wiloso Salatiga Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anak”.14 Upaya peningkatan kesejahteraan anak yang dilakukan Panti Asuhan Woro Wiloso Salatiga meliputi aspek fisik dan non fisik, yaitu: pertama menyediakan fasilitas, seperti: ruang asrama, tempat bermain dan sarana lain yang mendukung upaya peningkatan kesejahteraan anak asuh. Kedua pemenuhan kebutuhan dasar anak meliputi: sandang, pangan dan papan serta kesehatan. Ketiga pemenuhan kebutuhan pendidikan, meliputi pendidikan formal dan non formal. Selain aspek fisik, aspek non fisik juga dilakukan, meliputi: penanaman ketaatan beragama, kerukunan, pengendalian diri dan sopan santun. 14
Ana Muzayana Setia Putri, Upaya Panti Asuhan Woro Wiloso Salatiga dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anak, Skripsi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
12
Skripsi yang ditulis oleh Teguh Santoso Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2013 yang berjudul Peran Pekerja Sosial dalam bidang Kriminalitas (Study Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta).15 Penelitian ini membahas tentang bagaimana peran yang dapat dilakukan oleh seorang pekerja sosial correctional services dalam penanganan masalah
yang dihadapi oleh warga binaan pemasyarakatan bidang
kriminalitas, khususnya yang ada di Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Yogyakarta. Penelitian lainnya, seperti skripsi Anisatun Hasanah Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2007 yang berjudul Peningkatan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan di Terminal Klaten (Study Kasus pada Organisasi Muat di Klaten).16 Dalam skripsi ini membahas akan peningkatan kesejahteraan sosial anak jalanan di terminal Klaten pada Organisasi MUAT (Musisi Anak Terminal Klaten). Dalam penelitian ini memfokuskan terhadap program kegiatan yang dilakukan oleh organisasi MUAT dalam meningkatkan kesejahteraan anak jalanan di Terminal Klaten. Muat juga membantu terhadap anak jalanan dalam membina agar mereka 15
Teguh Santoso, Peran Pekerja Sosial dalam Bidang Kriminalitas (Study Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta. Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013. 16
Anisatun Hasanah, Peningkatan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan di Terminal Klaten (Study Kasus pada Organisasi Muat di Klaten), Skripsi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007.
13
mendapatkan ketrampilan dan usaha yang akan dimiliki oleh mereka untuk membantu kehidupannya yang kurang. Skripsi yang ditulis oleh Syarif Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2014 yang berjudul Pengasuhan Berbasis Keluarga Oleh Panti Sosial Asuhan Anak Yogyakarta Unit Bimomartani Ngemplak Sleman.17 Penelitian ini membahas tentang pengasuhan berbasis keluarga oleh panti sosial asuhan anak Yogyakarta unit bimomartani ngemplak sleman, pengasuhan berbasis keluarga yang dimaksud ialah bahwa anak diasuh/tinggal bersama keluarga, anak tidak tinggal di panti. Pengasuhan berbasis keluarga disini ialah anak yang terhitung dalam keluarga panti, akan tetapi anak disini tidak tinggal di panti, melainkan anak tinggal bersama orangtua/keluarga, sehingga disebut dengan pengasuhan berbasis keluarga di Panti Sosial Asuhan Anak “BIMO” Yogyakarta. Anak yang dikategorikan atau yang masuk dalam pengasuhan berrbasis keluarga juga mendapat hak yang sama dengan anak yang tinggal di panti, hanya saja anak tinggal bersama orangtua/keluarga. Dalam
skripsi
Ana
Muzayyana
lebih
menekankan
kepada
kesejahteraan sosial anak dipanti asuhan woro wiloso salatiga, begitu juga dengan skripsi yang tulis oleh Teguh Santoso lebih kepada bagaimana peran pekerja sosial dalam lembaga pemasyarakatan dan juga dalam skripsi yang ditulis oleh Anisatun Hasanah itu lebih fokus kepada kesejahteraan sosial anak 17
Syarif, Pengasuhan Berbasis Keluarga Oleh Panti Sosial Asuhan Anak Yogyakarta Unit Bimomartani Ngemplak Sleman. Skripsi Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
14
jalanan di terminal Klaten. Skripsi syarif tentang pengasuhan berbasis keluarga oleh panti sosial asuhan anak Yogyakarta unit bimomartani ngemplak sleman menekankan bagaimana pengasuhan berbasis keluarga oleh panti sosial asuhan anak Yogyakarta unit bimomartani ngemplak sleman, Sedikit ada perbedaan dengan penelitian di skripsi ini membahas apa saja Peranan Pekerja Sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak ( PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak “BIMO” Yogyakarta. Persamaannya yaitu samasama meningkatkan kesejahteraan anak.
G. KERANGKA TEORI 1. Tinjauan tentang Pekerjaan Sosial a. Pengertian Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah suatu kegiatan professional dalam menolong individu, kelompok, dan masyarakat untuk memperbaiki dan meningkatkan kapasitasnya agar befungsi sosial serta menciptakan kondisi masyarakat dalam mencapai tujuan tersebut.18 Menurut IFSW (International Federation Of Sosial Workers) dijelaskan bahwa Pekerjaan Sosial
adalah pekerjaan yang mendorong
pada pemecahan masalah yang terkait dengan hubungan kemanusian, perubahan sosial, pemberdayaan, pembebasan, dan perbaikan masyarakat. Dengan menggunakan teori prilaku masyarakat serta sistem sosial. Dalam melakukan intervensi pada titik dimana orang berinteraksi dengan 18
Dwi Heru Sukoco, Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongan, (Bandung: Koperasi Mahasiswa STKS, 1991), hlm. 07
15
lingkungannya.Prinsip hak asasi manusia dan keadilan menjadi sangat penting bagi para pekerja sosial.19 Dari dua pengertian diatas dapat diketahui bahwa pekerjaan sosial adalah profesi yang mengupayakan semaksimal mungkin untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan keberfungsian sosial dan memecahkan masalah, supaya individu, kelompok dan masyarakat dapat hidup secara mesti. b. Tujuan Pekerjaan Sosial Pada awalnya sebagaimana yang telah ditegaskan oleh The National Assotiation of Social Workers (NASW) pekerjaan sosial mempunyai empat tujuan utama. Namun belakangan, The Council on Social Work Education menambah dua tujuan pekerjaan sosial sehingga menjadi enam poin penting yaitu20: 1) Meningkatkan
kapasitas
masyarakat
untuk
menyelesaikan
masalahnya, menanggulangi dan secara efektif dapat menjalankan fungsi sosialnya. 2) Menghubungkan klien dengan jaringan sumber yang dibutuhkan. 3) Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial dalam pelayanannya agar berjalan secara efektif.
19
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Bandung : Refika Aditama, 2005),hlm.25 20
Miftahul Huda, Pekerjaan Sosial Dan Kesejahteraan Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Hlm. 15-17
16
4) Mendorong terciptanya keadilan sosial melalui pengembangan kebijakan sosial yang berpihak. 5) Memberdayakan
kelompok-kelompok
rentan
dan
mendorong
kesejahteraan sosial maupun ekonomi. 6) Mengembangkan dan melakukan uji keterampilan atau pengetahuan professional.
c. Fungsi dan Tugas Pekerjaan Sosial Diantara beberapa pendapat tentang fungsi pekerjaan sosial, salah satu pendapat menyatakan bahwa pekerjaan sosial mempunyai tujuh fungsi utama, yang pada masing-masing fungsi utama harus dilaksanakan. Ketujuh fungsi dan rician tugas pekerjaan sosial dimaksud sebagai berikut: 1) Membantu orang meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara efektif untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka alami. Fungsi ini dapat dicapai melalui pelaksanaan tugas-tugas sebagai berikut21: a) Pekerja sosial mengidentifikasi dan mengadakan kontek dengan orang lain yang membutuhkan pertolongan dalam menghadapi pelaksanaan tugas-tugas kehidupan b) Pekerja sosial dapat memberikan pemahaman, dorongan dan dukungan kepada orang-orang yang sedang dilanda krisis
21
Dwi Heru Sukoco, Profesi Pekerjaan Sosial, hlm. 46-52
17
c) Pekerja sosial dapat memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk mengatakan tentang kesulitan-kesulitan yang dialaminya. d) Pekerja sosial dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan untuk membantu individu merealisasikan aspirasi-aspirasi mereka dan melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. 2) Mengaitkan orang dengan sistem-sistem sumber. Fungsi tersebut dicapai melalui pelaksaan tugas-tugas, antara lain: a) Pekerja sosial memberikan informasi tentang adanya sumbersumber yang dapat dimanfaatkan. b) Pekerja sosial dapat membuat rujukan dan membantu orang untuk memperoleh sumber-sumber yang dibutuhkan c) Pekerja sosial dapat bertindak sebagai pembela bagi sebagian orang yang mengalami kesulitan dalam memanfaatkan sumber maupun negosiasi terhadap suatu sistem. 3) Memberikan fasilitas interaksi dengan sistem-sistem sumber. Fungsi dapat dicapai dengan pelaksanaan tugas-tugas, antara lain: a) Memberikan informasi kepada sistem sumber kemasyarakatan untuk
mengilustrasikan
permasalahan-permasalahan
yang
disebabkan oleh pelaksanaan pemberian kepada konsumen b) Bertindak sebagai advokat bagi konsumen untuk menghadapi sistem-sistem sumber kemasyarakatan.
18
c) Mengorganisasikan para konsumen untuk menjadi anggota organisasi-organisasi yang baru atau membantu organisasi agar berbuat serupa. 4) Memberikan fasilitas interaksi didalam sumber-sumber. Fungsi ini dapat dicapai melalui pelaksanaan tugas-tugas, antara lain: a) Menyalurkan informasi dari satu bagian sistem kepada sistem lainnya. b) Bertindak sebagai konsultan bagi anggota-anggota sistem dalam menjelaskan
permasalahan-permasalahan
yang
dialami
dan
menyarakan perubahan pada prosedur oprasional maupun peranan yang harus dilaksanakan c) Melibatkan anggota-anggota dari sistem dalam mendiagnosis permasalahan-permasalahan interaksi diantara mereka melalui mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang mereka alami atau menciptakan sauatu mekanisme umpan balik dengan sistem itu sendiri. 5) Mempengaruhi kebijakan sosial. Fungsi ini dapat dicapai dengan melaksanakan tugas-tugas, antara lain: a) Mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang permasalahan dan kondisi yang perlu diubah melalui perubahan kebijakan sosial. b) Memberikan informasi kepada pembuat kebijakan sosial maupun sebagai advokat untuk mengadakan perubahan kebijakan sosial
19
c) Menyusun pelayanan, program, draf/konsep peraturan dan proposal guna mengubah kebajikan dan menciptakan pelayanan yang dibutuhkan. 6) Memberikan pelayanan sebagai pelaksana kontrol sosial. Fungsi ini dapat dicapai melalui pelaksanaan tugas-tugas sebagai berikut: a) Melakukan supervisi terhadap orang yang dicap bertingkah laku menyimpang b) Menyelidiki laporan-laporan tentang adanya praktek-praktek penelantaraan dan penyiksaan. 7) Memberikan lisensi kepada sumber-sumber yang memberikan fasilitas untuk menjamin pelayanan yang memadai bagi orang-orang yang membutuhkan. Dari uraian diatas tentang fungsi dan tugas pekerjaan sosial terlihat jelas bahwa peranan pekerjaan sangat beragam, tergantung pada konteks permasalahan yang dihadapi. d. Pengertian Pekerja Sosial Menurut
Undang-Undang
No.
11
Tahun
2009
tentang
Kesejahteraan Sosial, yang dimaksud pekerja sosial adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk melakukan tugas-tugas pelayanan dan
20
penanganan masalah sosial.22 Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan dimaksudkan pekerja sosial dalam skripsi ini adalah seseorang yang berprofesi memberikan pelayanan dan memfasilitasi kebutuhan anakanak bagi anak penerima manfaat.
e.
Peran Pekerja Sosial Peranan
yang ditampilkan
oleh
pekerja
sosial
di
dalam
masyarakat/badan/lembaga/panti sosial akan bervariasi tergantung pada permasalahan yang dihadapinya. Peranan yang ditampilkan pekerja sosial antara lain ialah 23: 1) Peranan sebagai Perantara Pekerja sosial bertindak diantara klien atau penerima pelayanan dengan system sumber (bantuan materi dan non materi tentang pelayanan) yang ada di badan/lembaga/panti sosial. Peranan sebagai broker muncul akibat banyaknya orang yang tidak mampu menjangkau sistem pelayanan sosial yang biasanya memiliki aturan penggunaannya yang kompleks dan kurang responsive terhadap kebutuhan klien atau penerima pelayanan. Pekerja sosial dapat berperan sebagai broker untuk menghubungkan keluarga dengan pelayanan dan system sumber yang ada.
22
Undang-Undang Republik Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial, Hlm. 3 23 J.Marbun, Strategi Pekerjaaan Sosial dalam Penanganan Masalah Sosial Kontemporer, dalam Edi Suharto dkk, Pekerjaan Sosial di Indonesia Sejarah dan Dinamika Perkembangan, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2011), hlm. 155-160
21
2) Peranan sebagai pemungkin (enabler role) Peranan sebagai pemungkin adalah peranan yang paling sering digunakan dalam profesi pekerjaan sosial karena peranan ini diilhami oleh konsep pemberdayaan dan difokuskan pada kemampuan, kapasitas, dan kompetensi klien atau penerima pelayanan untuk menolong dirinya sendiri. Oleh sebab itu, klien atau penerima pelayanan melakukan sesuatu dengan kemampuan yang dimilikinya dan bertangungjawab terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya. Sedangkan pekerja sosial hanya berperan membantu untuk menentukan kekuatan dan unsur yang ada dalam diri korban sendiri termasuk untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan atau untuk mencapai tujuan yang dikehendaki korban. Jadi peranan pekeja sosial adalah berusaha untuk memberikan peluang agar kepentingan dan kebutuhan klien atau penerima pelayanan tidah terhambat. 3) Peranan sebagai penghubung (mediator role) Peranan yang dilakukan oleh pekerja sosial adalah membantu menyelesaikan konflik di antara dua sistem atau lebih, menyelesaikan pertikaian antara keluarga dan klien atau penerima pelayanan, dan memperoleh hak-hak korban. Dalam hal ini, pekerja sosial tetap memelihara posisi netral, tidak memihak pada salah satu pihak dan menjaga nilai-nilai professional sehingga apabila mampu menemukan solusi akhir konflik diharapkan terjadi kerjasama di antara keduanya.
22
Tindakan yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial adalah membantu untuk mengklarifikasi penyebab miskomunikasi dan membantu mereka untuk teribat dalam penyelesaian masalah sehingga mereka paham akan permasalahan yang sebenarnya. 4) Peranan sebagai Advokasi (Advocator role) Peranan sebagai advokat terlihat biasanya sebagai juru bicara klien atau penerima pelayanan, memaparkan dan berargumentasi tentang masalah klien atau penerima pelayanan apabila diperlukan, membela kepentingan korban untuk menjamin sistem sumber, memberikan pelayanan yang dibutuhkan atau merubah kebijakan sistem yang tidak responsive terhadap kepentingan korban. 5) Peranan sebagai Perunding (Confere Role) Adalah peranan yang diasumsikan ketika pekerja sosial dank lien atau penerima manfaat pelayanan mulai bekerja sama. Kerangka piker dari peranan sebagai perunding berasal dari model pemecahan masalah. Ini merupakan kolaborasi di antara klien atau penerima pelayanan dan pekerja sosial yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan ini di dalamnya eksplorasi dan pengertian yang jelas tentang masalah, menghubungkan dan menekankan assessment yang merupakan kesatuan dari masalah, merancang tujuan untuk mengurangi tekanan, membuat strategi altermatif yang umum, evaluasi hasil, implementasi strategi dan terminasi atau pengakhiran pelayanan.
23
6) Peranan sebagai Pelindung (guardian role) Biasanya dilakukan oleh bidang aparat, tetapi profesi pekerjaan sosial dapat mengambil peran seperti melindungi klien atau penerima pelayanan, dan orang yang berisiko tinggi terhadap kehidupan sosial. Korban merasa nyama untuk mengutarakan masalahnya, beban dalam pikirannya terlepas, dan merasa bahwa masalahnya dapat dirahaiskan pekerja sosial. 7) Peranan sebagai Fasilitasi (facilitator role) Dalam hal ini pekerja sosial harus bervariasi dalam memberikan pelayanannya tergantung pada kebutuhan korban dan masalah-masalah yang dihadapinya agar mampu berpikir secara jelas tentang apa yang dibutuhkan di setiap waktu dalam proses rehabilitasi. 8) Peranan sebagai Inisiator (Initiator Role) Pekerja sosial berupaya memberikan perhatian pada isu-isu seperti masalah-masalah korban yang ada di badan/lembaga/panti sosial, dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Isu-isu ini tidak akan muncul atau menarik perhatian petugas lain sebelum ada yang memunculkannya. Di sinilah peranan pekerja sosial sebagai inisiator untuk
menyadarkan
badan/lembaga/panti
permasalahan yang terjadi dilingkungan mereka.
sosial
bahwa
ada
24
9) Peranan sebagai Negosiator (Negotiator Role) Peranan ini ditujukan pada para klien atau penerima pelayanan yang mengalami konflik dan mencari penyelesaiannya dengan kompromi sehingga tercapai kesepakatan di antara kedua belah pihak. Posisi seorang negosiator berbeda dengan mediator yang berposisi netral. Seorang negosiator berada pada salah satu posisi yang sedang konflik.
10) Pendidik Pekerja sosial dapat berperan menjadi pendidik untuk menutupi kekurangan klien dalam hal pengetahuan ataupun ketrampilannya. Pekerja sosial bertindak sebagai pendidik sehingga dapat meningkatkan kebefungsian sosial klien. misalnya, pekerja sosial dapat memberikan kursus ketrampilan kerja bagi para pemuda menganggur dengan tujuan mereka nantinya dapat menciptakan peluang pekerjaan sendiri.24 2. Tinjauan Tentang Kesejahteraan Sosial Anak a. Devinisi dan Tujuan Kesejahteraan Sosial Anak Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan anak terutama terpenuhinya
24
Miftahul Huda, Pekerjaan Sosial Dan Kesejahteraan Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Hlm. 206
25
kebutuhan pokok anak.25 Tujuan kesejahteraan sosial anak ialah terwujudnya pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan terhadap anak dari keterlantaran, eksploitasi, dan diskriminasi sehingga tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan partisipasi anak dapat terwujud.26
b.
Hak-Hak Anak Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara.27 Hak anak menurut undang-undang republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tertera dalam beberapa pasal, yaitu28: 1) PASAL 4
Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
2) PASAL 5
Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.
25
Undang-Undang Republik Indonesia no. 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, hal. 130-131 26 Pedoman Operasional Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial RI, hal xvi. 27 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, hal. 79 28 Ibid,. hal. 81-84
26
3) PASAL 6
Setiap anak berhak untuk untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orangtua.
4) PASAL 7 AYAT (1) DAN (2)
Setiap anak berhak untuk mengetahui orangtunya, dibesarkan, dan diasuh oleh orangtuanya sendiri.
Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku. 5) PASAL 8
Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
6) PASAL 9 AYAT (1) DAN (2)
Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka
pengembangan
pribadinya
dan
tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh
27
pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus. 7)
PASAL 10
Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
8)
PASAL 11
Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berekreasi dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.
9)
PASAL 12
Setiap anak yang meenyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi,
bantuan
sosial,
dan
pemeliharaan
taraf
kesejahteraan sosial 10) PASAL 13 AYAT (1) DAN (2)
Setiap anak selama dalam pengasuhan orangtua, wali, atau pihak lain manapun yang yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah lainnya.
28
Dalam hal orangtua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.
11) PASAL 14
Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukan bahwa pemisahan itu adalah demikepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
12) PASAL 15
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari: penyalahgunaan dalam kegiiatan politik, pelibatan dalam sengketa bersenjata, pelibatan dalam kerusuhan sosial, pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan, dan pelibatan dalam peperangan.
13) PASAL 16 AYAT (1), (2) DAN (3)
Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dan sasaran penganiayaan, penyiksaaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan seesuai dengan hukum.
Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengn hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya berakhir.
29
14) PASAL 17 AYAT (1) DAN (2) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk: mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku. Membela dari dan memperoleh keadilan didepan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam siding tertutup untuk umum. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan. 15) PASAL 18
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan banntuan lainnya.
c.
Layanan Kesejahteraan Sosial Anak Upaya pelayanan program kesejahteraan sosial bagi anak dengan keterlantaran meliputi:
1) Layanan dukungan keluarga yang terdiri dari, bimbingan dan pengembangan tentang pengasuhan, penguatan ekonomi keluarga, dan aksesibilitas
keluarga
terhadap
sumber
pelayanan
ekonomi,
pendidikan, kesehatan dan jaringan sosial yang dapat digunakan pengasuhan anak.
30
2) Layanan dukungan keluarga pengganti (apabila keluarga inti tidak mampu
memberikan
pengasuhan)
yaitu,
bimbingan
dan
pengembangan tentang pengasuhan, penguatan ekonomi keluarga, dan aksesibilitas
keluarga
terhadap
sumber
pelayanan
ekonomi,
pendidikan, kesehatan dan jaringan sosial yang dapat digunakan pengasuhan anak. 3) Layanan pemenuhan kebutuhan dasar anak yang meliputi, pemenuhan kebutuhan
identitas
anak
seperti
pembuatan
akte
kelahiran.
Pemenuhan kebutuhan fisik yaitu makanan, pakaian, perumahan (tempat tinggal). Pemenuhan kebutuhan emosional seperti kasih sayang dari orangtua dan keluarga. Peningkatan rasa percaya diri, kemampuan
mengenali
dan
pemecahan
masalah.
Pemenuhan
kebutuhan sosial yaitu, berteman, berelasi dengan orang lain yang ada di lingkungannya, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan kehidupannya.
H. METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.29 Didalam penelitian ini metode mempunyai peranan penting dalam penelitian, sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun jenis dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 29
Husaini Usman, Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 41.
31
1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk mendiskripsikan kejadian-kejadian tentang kehidupan yang dialami oleh subjek dengan menggunakan kata-kata tanpa adanya hitungan angka dengan menggunakan metode yang ilmiah.30 Sedangkan deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Adapun tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, mengenai fakta-fakta, sifatsifat serta hubungan antar fenomena yang di selidiki.31 2. Subyek dan Obyek Penelitian a. Subyek Penelitian Menurut Sanapiah Faisal, istilah subjek penelitian menunjukan pada orang individu, kelompok yang dijadikan unit satuan (kasus yang diteliti).32 Subyek dalam penelitian ini yaitu orang-orang yang menjadi sumber informasi yang dapat dan memberikan data yang sesuai dengan masalah yang di teliti. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik Purpose Sampling. Purpose Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, yang
30
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rodakarya, 2007), hlm. 186 31 M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalih Indonesia, 1988),hlm.162 32 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Press, 1989), hlm. 102
32
dimaksud dengan pertimbangan tertentu ialah memilih orang sebagai sampel dengan memilih orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topik penelitian kita.33 Dalam hal ini, yang menjadi fokus subyek penelitian penulis, diantaranya yaitu Kepala PSAA “BIMO” Yogyakarta, Pekerja Sosial sejumlah lima orang, Staff administrasi PSAA Yogyakarta Unit Bimo dan Anak/orangtua/keluarga penerima manfaat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). b. Obyek Penelitian Objek penelitian adalah fenomena yang menjadi topik dan tempat penelitian.34 Adapun obyek dari penelitian ini adalah peran yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial (peksos) melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) yang ada di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta. Penelitian ini mencoba mengungkap tentang Peran Pekerja Sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta. Bagaimana hambatan dan solusinya peranan seorang pekerja sosial melalui program kesejahteraan sosial anak, data yang terungkap kemudian akan dianalisis dari sudut pandang peranan peksos (pekerja sosial) melalui
Program
Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). Maka ruang lingkup dari penelitian ini meliputi:
33
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 79 34 Ibid,,hlm.102
33
1) Bagaimana Peran Pekerja Sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta. 2) Apa hambatan peran pekerja sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan atau mendapatkan data dari fenomena emperis.35 Ada tiga metode pengumpulan data yang di pergunakan penulis dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi, di antaranya yaitu sebagai berikut: a.
Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.36 Sedangkan metode observasi ialah suatu cara untuk menghimpun barang-barang keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sering dijadikan sasaran
35
Dr. Ulber Silalahi, MA, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT. Refika
Aditama, 2012), hlm. 291 36
52.
Husaini Usman, Puronomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, hlm.
34
pengamatan.37 Metode observasi merupakan suatu proses pengambilan data yang dilakukan dengan cara pengamatan sistematis terhadap objek penelitian yang diteliti dengan cara langsung, di sengaja dan terencana bukan secara kebetulan.38 Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi murni. Observasi murni ialah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tanpa terlibat dalam aktivitas sosial yang berlangsung.39 Dalam hal ini adalah peneliti melakukan mengamatan terhadap pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial Anak di Panti Sosial Asuhan Anak “BIMO” Yogyakarta, contoh observasi kegiatan FDS (Family Development Sessions), CDS (Child Developmet Sessions), kunjungan di rumah anak penerima manfaat. b.
Wawancara Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.40 Wawancara adalah salah satu metode dalam mencari data dengan bertanya secara langsung kepada obyek untuk mendapatkan data atau informasi secara langsung. Metode ini sangat penting karena dengan
37
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm. 76. 38
Winarno Surakhmad. Pengantar Metodolgi Ilmiah, (Bandung: Trisno, 1982),
hlm. 132 39
Moh. Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif, hlm. 120. Lexy J.Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 186. 40
35
melalui wawancara maka peneliti dapat memperdalam data yang dibutuhkan sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.41 Data-data itu didapatkan melalui wawancara terhadap beberapa sumber yaitu Kepala Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta, Pekerja Sosial sejumlah lima orang, Staff administrasi PSAA “BIMO” Yogyakarta, dan Anak/orangtua/keluarga penerima manfaat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). Metode ini digunakan peneliti sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai bagaimana peran pekerja sosial dalam program kesejahteraan sosial anak di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta. c.
Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya benda-benda
tertulis.42 Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.43 Dalam menggunakan metode dokumentasi ini, penulis menggunakan dokumen tertulis. Dokumen tertulis yaitu berupa surat-surat, notulen rapat, kontrak kerja, dan lain-lain.
41
Dudung Abdurrahman, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2003 ), hlm.58 42 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hlm. 143. 43 Nana Shaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 2006), hlm. 220.
36
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang, sejarah berdirinya Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta, hak dan kewajiban anak di PSAA, struktur organisasi, serta fasilitas-fasilitas yang ada di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta. 4. Analisa data Analisis
merupakan
penguraian
atau
pemisah-misahan.
Menganalisis yaitu suatu menguraian data yang pada akhirnya dapat dipahami, dapat ditarik menjadi sebuah pengertian dan dapat menjadi sebuah kesimpulan.44 Adapun cara yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data sebagai berikut: a.
Data yang terkumpul dari hasil observasi, wawancara dan hasil data dari dokumentasi dianalisis dengan lebih mendalam yang kemudian dari data tersebut dapat ditarik sebuah pengertian atau sebuah kesimpulan sementara ataukah tidak.
b.
Data yang telah penulis peroleh kemudian disusun dan dikelompokkan guna mendiskripsikan tentang objek penelitian tersebut.
c.
Data yang telah terkumpul dan dianalisis menjadi sebuah sekumpulan deskripsi tentang objek penelitian, maka langkah selanjutnya adalah penyajian dalam bentuk tulisan dengan kata yang diperoleh dari lapangan dengan apa adanya seperti yang didapat dari informan
44
Dudung Abdurrahman, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta,2003 ) hlm. 65
37
dengan menggunakan metode berfikir induktis sehingga menjadi suatu rangkaian yang saling berhubungan satu dan yang lainnya. 45 5.
Keabsahan Data Keabsahan data sangat diperlukan dalam penelitian, keabsahan data dimaksud untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh keberhasilan dalam penelitian, mengungkapkan dan memperjelas
data
dengan
fakta-fakta
actual
dilapangan.
Untuk
memperoleh keabsahan data dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.46 Trianggulasi dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi dalam memperoleh data penelitian. Observasi dan wawancara digunakan untuk menjaring data hasil penelitian yang berkaitan dengan peran pekerja sosial melalui program kesejahteraan sosial anak di panti sosial asuhan anak “BIMO” Yogyakarta. Peneliti melakukan trianggulasi antara peksos dengan keluarga. Hal-hal yang dilakukan dalam trianggulasi data ialah sebagai berikut:47 1)
Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. 45 46 47
Lexy. J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm.117 Nana Shaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 289. Lexi Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2002), hlm. 178.
38
2) Membandingkan data hasil wawancara antara satu sumber dengan sumber yang lain. 3) Membandingkan hasil wawancara dengan analisis dokumentasi yang berkaitan.
I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Penyusunan skripsi ini terdiri dari empat bab, yang pada setiap bab mempunyai sub-sub pokok bahasan tersendiri guna untuk memenuhi pembahasan pada setiap babnya. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut: Bab satu berisi tentang uraian penegasan istilah dari judul skripsi ini, kemudian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori dan metodologi penelitian. Bab dua skripsi ini akan menjelaskan tentang gambaran umum Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) dan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta, baik sejarah lembaga, program lembaga, hak dan kewajiban anak dipanti, sarana dan prasarana anak di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta. Bab tiga berisi tentang apa peran seorang pekerja sosial melalui program kesejahteraan sosial anak di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta, bagaimana hambatan Pekerja Sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta.
39
Bab empat adalah bab penutup dari skripsi ini yang berisikan kesimpulan , saran-saran dan kata penutup.
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan data-data yang didapatkan selama penelitian, maka diperoleh beberapa kesimpulan tentang Peran Pekerja Sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta, apa saja hambatannya dan bagaimana juga solusinya. Kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut: a.
Peran Pekerja Sosial Terdapat banyak peran pekerja sosial yang dilakukan untuk membantu penerima manfaat melalui program kesejahteraan sosial anak di panti sosial asuhan anak “BIMO” Yogyakarta. Peran pekerja sosial sebagai perunding ialah merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasil pemberian pelayanan kesejehteraan sosial anak seperti menyeleksi data awal anak dan orangtua/keluarga, melakukan assessment, monitoring dan evaluasi. Peran Perantara (Broker) yaitu mendampingi orangtua/keluarga dekat anak dalam pecairan tabungan anak membuka rekening pada BANK yang ditunjuk. Peran Pendidik (Edukator) yaitu melakukan layanan kegiatan dukungan anak dan keluarga, bentuk layanan kegiatan itu adalah FDS (Family Development Sessions) dan CDS (Child Development Sessions). Peran Advokasi yaitu pekerja sosial membantu klien dengan sumber yang dibutuhkan, karena tidak semua klien mengetahui kesumber pelayanan sosial mana dia harus pergi untuk memenuhi kebutuhannya
105
106
seperti pembuatan akte kelahiran bagi anak pemerima manfaat yang belum memiliki akte kelahiran, dan juga kartu keluarga (KK) bagi keluarga yang belum memiliki kartu keluarga. Peran sebagai Pemungkin (Enabler Role), pekerja sosial berusaha untuk memberikan peluang agar kepentingan dan kebutuhan klien/penerima manfaat tidak terhambat seperti pembelian sepeda anak sebagai akses kesekolah.
b. Hambatan Pekerja Sosial Lokasi Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta yang jauh dari rumah penerimaa manfaat Program Kesejahteraan Sosial Anak, menjadi hambatan peksos dalam perannya sebagai pendamping Program Kesejahteraan Sosial Anak. Penerima manfaat yang berasal dari kota-kota di DIY. Rendahnya partisipasi orangtua atau keluarga klien dalam menghadiri FDS, karna jarak yang jauh, kerbatasan dengan kendaran, mengutamakan bekerja. Orangtua
atau keluarga yang tidak
menghadiri FDS bisa berdampak pada pengasuhan anak yang kurang baik. Keterlambatan dalam pencairan tabungan anak penerima manfaat ini menyebabkan orangtua menanyakan kepada peksos kapan pencairannya, dan orangtua menunda pemenuhan kebutuhan anak, padahal bantuan Program Kesejahteraan Sosial Anak hanya bantuan support, anak masih tanggung jawab orangtua.
107
B. SARAN Sebagai akhir dari analisa dan beberapa rumusan penelitian yang dikemukakan, terdapat beberapa saran penting untuk dikembangkan oleh Peran Pekerja Sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) BIMO Yogyakarta yaitu sebagai berikut: 1. Karna rendahnya partisipasi orangtua atau keluarga dalam menghadiri FDS, hendaknya Pekerja sosial harus lebih menguatkan orangtua atau keluarga anak penerima manfaat dalam Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta. Kegiatan FDS bisa dilaksanakan dalam 2 tempat yang bersamaan di Panti Sosial Asuhan Anak “BIMO” Yogyakarta dan di Pusat Study Karya Wanita
(PSKW)
Sidoarum
Godean
Yogyakarta,
guna
untuk
memaksimalkan kehadiran orangtua atau keluarga klien dalam menghadiri undangan FDS. 2. Pekerja sosial yang sangat terbatas dalam menangani atau mendampingi penerima manfaat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) itu sangatlah kurang karna jumlah penerima manfaat ada 150 anak, sedangkan pekerja sosial ada 6 orang, itu sangatlah kurang sehingga dalam pendampingan pekerja sosial sangatlah kualahan sebagai perannya dalam program kesejahteraan sosial anak, harusnya Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “BIMO” Yogyakarta yang merupakan panti yang berada di bawah pengawasan Kementerian Sosial, sebaiknya lebih memperhatikan jumlah pekerja sosial yang terbatas jumlahnya.
108
C. PENUTUP Segala puji bagi Allah yang maha kuasa yang telah memberikan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian mengenai Peran Pekerja Sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) BIMO Yogyakarta. Penulis menyadari penulisan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan, sehingga dapat menghantarkan skripsi ini menjadi lebih baik. Mudahmudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin. Akhirnya hanya kepada Allah SWT segala urusan kita dikembalikan. Kepada-Nya kita berserah diri dan memohon ampunan, semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung. Semoga Allah selalu melindungi kita. Amin,.
DAFTAR PUSTAKA Ana Muzayana Setia Putri, Upaya Panti Asuhan Woro Wiloso Salatiga dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anak, Skripsi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005). Anisatun Hasanah, Peningkatan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan di Terminal Klaten (Study Kasus pada Organisasi Muat di Klaten), Skripsi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007. Arif Rohman Social Worker Indonesia, Panduan Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), untuk memenuhi hak-hak dasar anak yang memerlukan perlindungan khusus.minggu 20 februari 2012. (Di unduh rabu 18 april 2014.) Chatarina Rusmiaty, Efektivitas Peran Pekerja Sosial, (Yogyakarta:B2P3KSBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial,2013) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 1998)
Kamus
Besar
Bahasa
Dr. Ulber Silalahi, MA, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2012) Dudung Abdurrahman, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta,2003 ) Dwi Heru Sukoco, Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongan, (Bandung: Koperasi Mahasiswa STKS, 1991), Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat :Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Bandung : Refika Aditama, 2005) Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Indonesia Sejarah dan Dinamika Perkembangan, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2011)
http://dinsos.jogjaprov.go.id/progam-kesejahteraan-sosial-anak/,,/diunduh pada tanggal 11 September 2014. Husaini Usman, Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009) J.Marbun, Strategi Pekerjaan Sosial Dalam Penanganan Sosial Kontemporer, dalam Edi Suharto, dkk, Pekerjaan Sosial di Indonesia Sejarah dan Dinamika Perkembangan, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2011) Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rodakarya, 2007) MB. Setiawan & Abdul Hakim, “ Indeks Pembangunan Manusia Indonesia” dalam Jurnal Ekonomi Universitas Islam Indonesia Vo.9 (Yogyakarta, 2013), Miftahul Huda, Pekerjaan Sosial Dan Kesejahteraan Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalih Indonesia, 1988) Moh. Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif Nana Shaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 2006) Nanang Marnoto, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi Dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: Rajawali Press, 2012) Nurvidya dan Wongkaren, Pedoman Penanganan Masalah Sosial, (Bandung: Sinar Bari Algesindo, 1997) Pedoman Operasional Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial RI. Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Press, 1989) Soerjono Soekamto, Sosisologi Suatu Pengantar (Jakarta : Yayasan Penerbit UI, 1997) Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Yayasan Penerbit UI, 1997)
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996) Syarif, Pengasuhan Berbasis Keluarga Oleh Panti Sosial Asuhan Anak Yogyakarta Unit Bimomartani Ngemplak Sleman Yogyakarta, Skripsi Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Syarif Muhidin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 1992),
Teguh Santoso, Peran Pekerja Sosial dalam Bidang Kriminalitas (Study Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta. Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013. Undang-Undang Republik Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Kesejahteraan Anak
tentang
Winarno Surakhmad. Pengantar Metodolgi Ilmiah, (Bandung: Trisno, 1982) Walter A. Friedlander adalah penulis, praktisi, akdemisi, dan tokoh masyarakat yang berasal dari Jerman.Beliau hidup di Era Hitler dan Selamat dari Operasi Tentara Nazi karena waktu itu beliau sebagai anggota pemerintah Weimar.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri Nama
: Umi Amalia
Tempat/Tgl. Lahir
: 26 September 1991
Alamat
: Jubang Kec. Bulakamba, Kab. Brebes Jawa Tengah
Nama Ayah
: Syamsuri
Nama Ibu
: Khuzaenab
No Hp
: 085729007065
B. Riwayat Pendidikan 1. Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadi’in Jubang Bulakamba Brebes Jawa Tengah Lulus Tahun 2004 2. Marasah Tsanawiyah Negeri Ketanggungan, Brebes Jawa Tengah Lulus Tahun 2007 3. SMA Negeri 01 Larangan, Brebes Jawa Tengah Lulus Tahun 2010 4. S1 Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Lulus Tahun 2015
C. Pengalaman Organisasi 1. Pengurus wilayah Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB) Yogyakarta Tahun 2010-2011 2. Pengurus PUSAT Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB) Tahun 2012-2014 3. Pengurus Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Jawa Tengah (IKPMJATENG) D.I Yogyakarta Tahun 2013-2014 4. Sekertaris Pengajian Anak Masjid Al-Hidayah (PAMA) Papringan Catur Tunggal, Depok Sleman Yogyakarta Tahun 2010-2012
5. Sekolah
kesejahteraan
sosial
oleh
Himpunan
Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah
Mahasiswa
Ilmu
dan Komunikasi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta 6. Pengurus harian Pergerakan Mahasiswa
Islam
Indonesia (PMII)
Universitas Islam Negeri Sunan KalijagaYogyakarta Tahun 2010-2011 7. Divisi Publik Relation BEM J-KS (Himpunan Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 8. Sekretaris FORKOMKASI (Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia) Regional D.I Yogyakarta 9. Anggota Lembaga Pers Mahasiswa Rhetor Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Yogyakarta, 22 Februari 2015
Umi Amalia NIM. 102.50.030