PENDAMPINGAN ANAK MELALUI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (PKSA) DI RUMAH SINGGAH AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
ARTIKEL JURNAL
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Ade Dwi Prasetya NIM 10102244023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
Pendampingan Anak Melalui Progam...(Ade Dwi Prasetya) 1
PENDAMPINGAN ANAK MELALUI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK DI RUMAH SINGGAH AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA MENTORING CHILDREN THROUGH SOCIAL WELFARE PROGRAMS CHILDREN (PKSA) AT HOME ARE IN TRANSIT AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA Oleh: Ade Dwi Prasetya, pendidikan luar sekolah
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan : (1) pendampingan anak melalui Pogram Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di rumah singgah ahmad dahlan dan (2) faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan pendampingan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di rumah singgah ahmad dahlan. Penelitian ini merukapan penelitian diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek dari penelitian ini adalah pendamping, pengelola Rumah Singgah dan anak dampingan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu oleh pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan. Trianggulasi yang dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan sumber dan metode. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam pendampingan program kesejahteraan sosial anak (PKSA) ada dua tahap, (1) proses awal pendampingan PKSA meliputi penjangkauan anak dan sosialisasi PKSA; (2) pelaksanaan pendampingan PKSA meliputi pendampingan pemenuhan kebutuhan identitas, pendampingan pemenuhan kebutuhan fisik, pendampingan pemenuhan kebutuhan emosional, pendampingan pemenuhan kebutuhan sosial serta home visit sebagai tahap akhir dalam pendampingan. (3) Faktor pendukung dalam pendampingan PKSA yaitu : (a) keinginan anak untuk di dampingi dalam pemanfaatan dana PKSA, (b) keakrapan antara pendamping dengan anak menjadikan pendukung proses berlangsungnya pendampingan karena anak dampingan akan merasa nyaman selama proses pendampingan berlangsung, sedangkan faktor penghambatnya yaitu: (a) jarak yg jauh antara si anak dengan tempat pendampingan yang menjadikan mereka malas untuk mengikuti pendampingan, (b) sebagian anak dalam pemanfaatan bantuan PKSA tidak sebagai mestinya (c) sebagian orang tua yang salah dalam memanfaatkan dana PKSA, dana dipakai untuk keperluan orang tua bukan untuk keperluan anak. Kata kunci : Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), Anak Jalanan, Pendampingan di Rumah Singgah Abstract This research aims to describe about: (1) Child Guidance using Children Social Welfare Program (PKSA) in Ahmad Dahlan Halfway House and (2) supporting factors also inhibiting factors in the implementation of Children Social Welfare Program (PKSA) in Ahmad Dahlan Halfway House. Researcher using descriptive qualitative approach for this research. The subjects of this research are counselors, caretakers, and children who live in Ahmad Dahlan Halfway House. Researcher collected the data using observation, depth interview, and documentation methods. The researcher himself is the main instrument of this research which helped by observation guide, interview guide, and documentation guide. Display data, data reduction, and conclusion are the technique in data analysis. Source and method triangulation were used for validating the data. The result of this study showed that in children’s social welfare program mentoring (PKSA) there are two stage, (1) the initial process of mentoring children and outreachinclude PKSA socialization
2 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi ... Tahun ..ke.. 20... PKSA; (2) implementation of mentoring PKSA includementoring, mentoring identity needs fulfilment of physical needs, emotional fulfillment, mentoring fulfilment of social needs and home visit as the final stage in the accompaniment. (3) The supporting factor in mentoring PKSA, namely: (a) the child’s desire to use in the utilization of funds, (b) PKSA familiar between children with companion make the proces of mentoring advocates because the child will feel confortable during proces of mentoring taking place, while inhibiting factors, namely: (a) the distance between the child wrote with mentoring that make them lazy to follow mentoring, (b) some children in the utilization of should PKSA help not as, (c) most parent go wrong in utilizing funds PKSA fund used for the purpose of the elderly is not for children.
Key Word : Children Social Welfare Program (PKSA), street children, mentoring in Halfway House.
Menurut Direktorat Kesejahteraan Sosial
PENDAHULUAN Angka anak jalaan di Indonesia cukup
(2011: 9) anak jalanan adalah Anak Anak
tinggi pada tahun 2008 Badan Pusat Statistik
jalanan adalah anak–anak dengan usia dini
(BPS) menyebutkan bahwa anak jalanan
yang melakukan hampir semua aktifitas
Indonesia berjumlah 154.861 jiwa. Menurut
mereka di jalan. Mulai dari makan, bekerja,
Komisi
Anak
tidur, atau hanya sekedar mencari uang
(Komnas PA, 2007), hampir separuhnya,
dijalan. Pengertian lainya anak jalanan
yakni 75.000 anak jalanan berada di Jakarta.
adalah anak yang hidup dijalanan, terlepas
Sisanya tersebar ke kota-kota besar lainnya
mereka bekerja atau hanya bermain-main
seperti Medan, Palembang, Batam, Serang,
sehingga merampas hak yang sesungguhnya (
Bandung,
Muhsin Kalida 2005 : 8). Beberapa faktor
Nasional
Jogja,
Perlindungan
Surabaya,
Malang,
Semarang dan Makassar.
yang menyebabkan mereka turun ke jalan
Yogyakarta merupakan salah satu kota
dan
memutuskan
anak jalana cukup tinggi. Dinas Sosial
membantu
Yogyakarta mencatat pada tahun 2013 anak
memenuhi kebutuhan sehari-hari, lari dari
jalanan di Yogyakarta berjumlah 212 anak
rumah
dan itu tersebar di 5 kabupaten yang ada di
keluarganya atau hanya sekedar menambah
Yogyakarta. Dari kelima Kabupaten tersebut
uang jajan mereka. Menurut Depertemen RI
Bantul merupakan Kabupaten yang terbesar
dalam
dengan
mengatakan bahwa
anak
jalanan,
orang
karena
Yuniar
masalah
anak
jalanan,
(29,25)
dari
menjadi
besar di Indonesia yang mempunyai jumlah
62
mulai
untuk
tua
ada
ekonomi
mereka
masalah
Pusparini
untuk
dengan
(2012:
18)
rumah singgah boleh
Gunungkidul 57 (26,89%), Yogyakarta 57
menentukan sendiri kategori anak jalanan
(26,89%), Sleman 19 (8,95%) dan Kulon
yang didampingi. Secara umum kategori
Progo 17 (8,02%) (Dinsso Yogyakarta:
anak jalanan sebagai berikut: 1. Anak jalanan
2013).
yang hidup di jalanan, 2. Anak jalanan yang
Pendampingan Anak Melalui Progam...(Ade Dwi Prasetya) 3
bekerja di jalanan , 3. Anak yang rentan
melalui Departemen Sosial RI mempunyai
menjadi anak jalanan.
program mendirikan rumah singgah di kota–
Anak rentan jalanan adalah anak-anak yang masih tinggal dengan orang tuanya karena mereka dijalan hanya melakukan pekerjaan untuk membantu perekonomian keluarganya dengan waktu yg relatif singkat antara 4-6 jam dalam sehari. Kehadiran anak jalanan dianggap oleh masyarakat umum sebagai pengganggu ketertiban, membuat kota menjadi kotor, sebagai orang yang sering melakukan tindakan kriminalitas dan sebagainya.
Anak
jalanan
melakukan
sebagian besar aktifitas mereka di jalan mulai dari mereka tidur, bekerja, makan, sampai tidur lagi. Tempat–tempat dimana terdapat anak jalanan seperti di emperan toko untuk mereka tidur, di perempatan lampu merah mereka mencari uang dari pengendara motor yang merasa kasihan, mengamen, mengais, menyemir sepatu, menjadi kuli pasar, parkir mobil, ojek payung. Berdasarkan
data
BPS
tahun
2009,
tercatat sebanyak 7,4 juta anak berasal dari Rumah Tangga Sangat Miskin, termasuk diantaranya 1,2 juta anak balita terlantar, 3,2 juta anak terlantar, 230.000 anak jalanan, 5.952 anak yang berhadapan dengan hukum dan ribuan anak-anak yang sampai saat ini hak-hak dasarnya masih belum terpenuhi (BPS Indonesia : 2009). Beberapa hak–hak anak jalanan yang harus mereka miliki antara lain, pendidikan, makan, kesehatan, tempat tinggal yang layak. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah
kota besar di Indonesia yang bertujuan untuk menampung
anak–anak
memberikan
mereka
jalanan hak–hak
dan yang
seharusnya mereka dapatkan. Selama di Rumah Singgah mereka akan memperoleh sebagian hak mereka mulai dari pendidikan, tempat
yang layak, makanan yang layak,
yang sebelumnya belum pernah mereka dapatkan. Untuk mewujudkan hal tersebut harus ada kerja sama antar semua kalangan agar terwujudnya harapan tersebut. Salah satu upaya tersebut sudah dilakukan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Jl. Sidobali, UH II / 396, Muja Muju, Umbulharjo, Yogyakarta. Rumah singgah ahmad dahlan menjadi tempat singgah anak jalanan setelah mereka bekerja atau anak jalanan dari kota lain yang sengaja tidur di Rumah Singgah walau hanya semalam. Kebanyakan Rumah
Singgah
yang datang ke
hanya
singgah
saja
sementara dan selanjutnya mereka memilih untuk pergi dan tidak menutup kemungkinan singgah di rumah singgah yang lainya. Salah satu upaya yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan adalah menjadi tempat penyalur dana program
PKSA
(Program Kesejahteraan Sosial Anak) dari Dinsos untuk anak jalanan yang menjadi binaanya. Pemilihan tempat sebagai penyalur dana program PKSA oleh Dinsos itu juga tidak asal karena Rumah Singgah Ahmad Dahlan dirasa mampu melakukan penyaluran serta pendampingan kepada anak jalanan
4 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi ... Tahun ..ke.. 20... untuk
menyalurkan
dan
membantu
terealisasikan
tujuan
dari PKSA untuk
pemanfaatan yang benar oleh anak jalanan.
melindungi dan mencegah mereka turun
PKSA terbentuk atas Instruksi Presiden
kejalan.
Nomor 3 Tahun 2010 tentang program
Pendampingan aktivitas
Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
pengajaran,
sebagai program prioritas Nasional, meliputi
berkonotasi pada menguasai, mengendalikan
semua
Pelaksanaan
dan mengontrol (Rokhmah, 2012 : 5).
PKSA akan dilaksanakan secara bertahap
Pembinaan dilakukan oleh para pekerja sosial
melalui mekanisme desentralisasi dengan
dalam hal ini pendamping untuk membinaa
tujuan setiap Pemda dapat mengelola PKSA
anak dampinganya dan memberikan arahan
secara mandiri. Hal itu sangat positif dengan
kepadanya untuk menggunakan dana bantuan
harapan,
PKSA secara tepat sesuai dengan harapan.
penerima
anak.
bantuan
berusaha
bermakna
suatau
pembangunan yang berkeadilan, ditetapkan
permasalahan
yang
merupakan
pengarahan
yang
Pendampingan
lebih baik. Bagi anak jalanan melalui PKSA
usaha yang dilakukan oleh perorangan,
diharapkan tidak ada lagi anak kembali ke
kelompok, atau lembaga yang memiliki
jalan. Melainkan kembali ke keluarga, ke
kopetensi dibidangnya yang bertujuan untuk
sekolah dan mendapatkan akses pelayanan
menggali lebih potensi mereka, memberikan
sosial (Makmur Sunusi, 2012). PKSA tidak
arahan dan solusi kepada mereka tentang
hanya untuk anak jalanan saja melainkan
permasalahan
juga
memabntu mereka terlepas dari kegiatan
anak-anak
terlantar,
balita
terlantar, anak rentan jalanan.
jalanan
lebih
merubah sikap dan berperilaku ke arah yang
untuk
anak
pembinaa,
mereka
merupakan
sehingga
dapat
mereka di jalan.
Tahun 2009 PKSA mulai diujicobakan
Rumah
menangani masalah anak jalanan di lima
membantu
wilayah yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta,
kepada anak yang menerima bantuan PKSA
Lampung, Sulawesi Selatan, Yogyakarta
mulai dari proses awal menentukan anak-
(kemensos : 2011). Dari implementasi awal
anak yang berhak menerima bantuan PKSA,
tersebut
sosialisasi,
tahun
2010
PKSA
mulai
Singgah
Ahmad
memberikan
sampai
dengan
Dahlan
pendampingan
memberikan
dikembangkan jangkaun wilayahnya serta
dampingan pemenuhan kebutuhan hak dasar
PKSA dikembangkan
dengan perspektif
mereka dengan bantuan PKSA tersebut.
jangka panjang serta menegaskan komitmen
kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimaksud
Kemensos untuk merespon tantangan dan
pertama kebutuhan identitas, kebutuhan ini
mewujudkan
anak
sangat diperlukan oleh anak-anak khususnya
berbasis hak. Maka dari itu perlu adanya
aak rentan jalanan karena mereka akan
pendampingan kepada anak jalan yang
mendapatkan pengakuan di masyarakat dan
menerima bantuan PKSA sehingga dapat
mendapatkan kehormatan di lingkungan
kesejahteraan
sosial
Pendampingan Anak Melalui Progam...(Ade Dwi Prasetya) 5
mereka. Kedua kebutuhan fisik, kebutuhan
Subyek penelitian yang dipilih dalam
fisik sangat diperlukan anak khusunya anak
penelitian ini adalah pengelola, pendamping,
jalanan seperti makan, sandang, papan
dan anak yang menerima bantuan PKSA,
sehingga memberikan rasa aman kepada
maksud dari pemilihan subyek ini yaitu
mereka. Ketiga kebutuhan emosional, ada
untuk
beberapa kebutuhan dasar anak seperti
pendampingan
dicintai, dihargai, merasa aman, merasa
pendampingan,
kompeten dan mengoptimalkan potensinya.
pemenuhan
Keempat
akhir/dampak
kebutuhan
sosial
merupakan
memngumpulkan mulai
dari
proses
yag
dirasakan
setelah
Data,
Didalam
Jenis Penelitian
dan
Teknik
penelitian
ini
peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif sehingga
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan metode adalah
penelitian metode
yang
penelitian
deskriptif kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkap sebab dan proses terjadinya di lapangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena permasalahan
yang akan
dibahas tidak berkenaan dengan angkaangka, tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan bagaimana pembinaan jalanan
Instrumen
Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN
anak
awal
proses
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.
dipergunakan
proses
dan
diberikan pendampingan.
dan
proses
pendampingan
kebutuhan
kebutuhan merasa memiliki, berinterkasi dan
kualitatif
data
melalui
program
PKSA
(Program Kesejahteraan Sosial Anak) di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, jl. Sidodadi UH II No. 369 Yogyakarta dan dilakukan pada bulan September – Desember 2014. Subyek Penelitian
teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi,
wawancara,
dan
dokumentasi.instrumen pengumpulan data adalah alat banty yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti
dalam
kaitanya
dalam
pengumpulan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis
dan
dipermudah
olehnya
(Suharsimi Arikunto, 2003 : 134). Dalam penelitian ini instrumen utamanya adalah penulis sendiri dibantu dengan pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman terstruktur yang dibuat sendiri oleh peneliti dibantu dosen pembimbing. Teknik Analisis Data Analisis data yang dilakukan pada saat semua
data
telah
selesai
dikumpulkan
melalui pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan
lapangan,
dari
berbagai
sumber, dari wawancara dengan responden, dokumentasi, dan observasi kemudian akan diintepretasikan secara deskriptif kualitatif. Teknik penanalisisan data yang digunakan
6 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi ... Tahun ..ke.. 20... dalam penelitian ini meliputi : 1) Reduksi
tujuan
Data, 2) Display Data dan , 3) Penarikan
kebutuhan dasar mereka.
Kesimpulan.
Kebutuhan Identitas
HASIL DAN PEMBAHASAN
kebutuhan identitas anak-anak diajarkan
Pendampingan Anak Melalui Program
untuk membuat identitas seperti KTP. Akte
Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di
kelahiran sehingga mereka akan mendapat
Rumah
pengakuan dimasyarakat dan kehormatan.
Singgah
Ahmad
Dahlan,
PKSA
untuk
Anak
Proses Awal Pendampingan PKSA di
membuat sehingga mereka mengetahui dan
Rumah Singgah Ahmad Dahlan
paham
Dalam proses ini ada dua tahapan yang
maupun alat identitas yang lainya.
dilakukan
Kebutuhan Fisik
pertama,
dilakukan
penjangkaun. Penjangkaun adalah program yang
dilakukan
oleh
pekerja
diajarkan
pemenuhan
Yogyakarta.
yang
juga
yaitu
akan
prosedur
bagaimana
cara
pembuatan
akte
Pendamping akan selalu mengarahkan
sosial
kepada anak-anak untuk memanfaatkan dana
(pendamping) mengunjungi tempat-tempat
bantuan mereka untuk memenuhi kebutuhan
seperti pertigaan, perempatan, stasiun, pasar,
fisiknya. kebutuhan fisik seperti memiliki
dan pusat-pusat pertokoan (Muhsin Khalida,
baju-baju yang layak, makan yang bergizi
2005 : 95 ). Penjangkaun dilakukan kepada
dan tempat tinggal yang nyaman untuknya.
anak yang akan menerima bantuan PKSA
Kebutuhan Emosional
yang dilakukan oleh para pendampingan
kebutuhan
emosional
adalah
seperti
yang sesuai dengan kriteria penerima bantuan
kebutuhan rasa dicintai, dihargai, merasa
PKSA. Kedua sosialisasi program yang
kompeten, percaya diri sehingga mereka
dilakukan oleh para pendamping PKSA
akan merasa percaya diri dan yakin dalam
kepada anak dampingan serta orang tua wali
bermasyarakat. Dengan cara salah satunya
untuk menjelaskan kegunaan bantuan PKSA
memberikan pelatihan kepada anak guna
dan bagaimana cara pemanfaatanya.
mengembangkan
Pelaksanaan Pendampingan PKSA
mereka
Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang
bermakna
pembinaan,
pengajaran,
pengarahan yang lebih berkonotasi pada
potensi
sehingga
memanfaatkanya
yang
dimiliki
mereka
dapat
untuk
memperoleh
kehidupan yang lebih layak kedepamya. Kebutuhan Sosial
menguasai, mengendalikan dan mengontrol
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang
(Rokhmah, 2012 : 5 ). Dalam hal ini para
berkaitan dengan kebutuhan rasa memiliki,
pendamping
pendampingan
kebutuhan berinteraksi, kebutuhan diterima
kepada anak yang menerima bantuan PKSA
dikelompok masyarakat. Rumah Singgah
guna
untuk
Melakukanya dengan cara ikut melibatkan
menggunakan bantuan PKSA sesuai dengan
anak-anak dalam kegiatan bermsyarakat
melakukan
mengarahkan
mereka
Pendampingan Anak Melalui Progam...(Ade Dwi Prasetya) 7
seperti kerja bakti di masyarakat sekitar rumah singgah.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka peneliti
Home Visit Kemudian dalam pengakhiran program
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
pendampingan PKSA dilakukanya Home
ada
visit
pendamping
dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan,
mengunjungi rumah ataupun tempat yang
yaitu : (1) proses awal pendampingan,
menjadi domisili anak untuk melihat apakah
meliputi : penjangkauan, dan sosialisasi
ada perkembangan dari mereka setelah
PKSA.
mereka menerima bantuan dan diberikan
pendampingan
PKSA,
pendampingan selama menerima bantuna
pendampingan
pemenuhan
PKSA.
identitas,
Faktor-faktor pendukung
kebutuhan fisik, pendampingan pemenuhan
yaitu
tahap
Faktor-faktor
dimana
tersebut
tahapan
(2)
pendampingan
proses
yang
pelaksanaan meliputi
:
kebutuhan
pendampingan
pemenuhan
kebutuhan
emosional,
berpengaruh dalam proses pendampingan
pemenuhan
kebutuhan
berlangsung. Faktor pendukungnya adalah :
Singgah
(a) keakraban para pendamping dan anak
pendampingan tersebut dengan tujuan anak
mendukung berlangsungnya pendampingan
dapat
karena si anak akan merasa nyaman selama
diberikanya bantuan PKSA untuk memenuhi
proses
(b)
kebutuhan dasar anak. Rumah singgah juga
keinginan anak untuk di dampingi dalam
memberikan beberapa keterampilan terhadap
pemanfaatan dana PKSA, dan (c) semangat
anak
yang
keterampilan
pendampingan
tinggi
dari
sangatlah
dua
berlangsung,
para
pengelola
dan
Ahmad
sosial.
Dahlan
memanfaatkanya
sehingga
pendampingan
anak baru
Rumah
melakukan
sesuai
harapan
dapat
memiliki
atau
bahkan
pendamping anak.
mengembangkan potensinya untuk dapat
Faktor-faktor penghambat
dimanfaatkan mencari uan di jalanan.
Faktor penghambatnya, (a) sebagian anak
SARAN
dalam pemanfaatan bantuan PKSA tidak
Setelah peneliti melakukan penelitian
sebagai mestinya, (b) sebagian orang tua
tentang pendampingan anak melalui progam
yang salah dalam memanfaatkan dana PKSA,
kesejahteraan sosial anak, maka diajukan
dana dipakai untuk keperluan orang tua
beberapa saran sebagai berikut :
bukan untuk keperluan anak. (c) jarak yang jauh antara mereka (anak) dengan Rumah
1. Disarankan pada pengurus Rumah Singgah
Ahmad
Dahlan
untuk
Singgah terkadang membuatnya malas untuk mengikuti pendampingan.
melakukan pengontrolan dana bantuan PKSA yang lebih intensif kepada anak
8 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi ... Tahun ..ke.. 20... sehingga dalam pemanfaatanya sesuai dengan mestinya. 2. Seyogyanya para pendamping dapat
Depan Anak Jalanan). Hasil Penelitian UNY Yogyakarta. http://www.pksa-kemensos.com/tentangpksa/ di akses pada tanggal 5-3-14 jam 13:09
memberikan arahan khusus kepada orang tua wali tentang pemanfaatan dana PKSA agar tidak salah dalam
http://www.pksa-kemensos.com/wpcontent/uploads/2011/01/Keputusa n_Menteri_No._15_Ttg__Panduan _Umum_PKSA.pdf
pemanfaatanya
dan
penyalahgunaan
bila
segera
terjadi dapat
memberikan teguran. 3. Pendampingan seyogyanya tidaklah harus selalu dilakukan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, tetapi bisa dengan mengunjungi tempat-tempat dimana anak beraktifitas agar dapat menjangkau anak yang enggan ke Rumah Singgah. DAFTAR PUSTAKA Muhsin Kalida. (2005). Sahabatku Anak Jalanan. Yogyakarta : Alief Press. Maya Sofia Rokhmah. (2012). pelaksanaan pendampingan bagi anak korban kekerasan
di
lembaga
perlindungan anak (LPA) daerah istimewa Yogyakarta (DIY). Jurnal Elektornik Mahasiswa PLS. Vol II No. 3. Hlm. 5. Suharsimi
Arikunto.
2003.
Managemen
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Yuniar Puspareni. (2012) . Impian Anak Jalanan (Studi Eksplorasi Tentang Orientasi Masa
tanggal
maret 2014 jam 13 : 52
13