PERANAN WALI KALAYAN DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN SALATIGA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH KHUZAIMAH NIM: 11111131
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN) SALATIGA 2015
i
ii
iii
iv
v
MOTTO
اس ِ َّاس أ َ ْنفَعُ ُه ْم ِللن ِ ََّخي ُْش الن Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.
vi
PERSEMBAHAN Atas rahmat dan ridho Allah SWT, kupersembahkan sebuah karya sederhana ini untuk orang yang penulis sayangi. 1. Bapakku Sudir dan Ibuku Salamah yang selalu memberikan do‟a, kasih sayang, semangat kepada penulis, hormat dan baktiku kan selalu tertuju untukmu. 2. Adik-adikku, M. Nasikin dan Sabilir Rosad terimakasih atas do‟a kalian, rajinlah dalam belajar dan raihlah cita-citamu dengan semangat. 3. Seluruh keluargaku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk penulis. 4. Bapak dan mbah yai Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan yang selalu membimbing serta memberikan ilmu dan nasihatnya sehingga mampu memberikan keteduhan dan kedamaian ketika penulis belajar ngaji dan hidup mandiri. Semoga Allah memanjangkan usia yang senantiasa dalam kesehatan dan ketaqwaan. 5. Bapak M. Gufron, M. Ag selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan teliti membimbing dan mengarahkan penulis, terimakasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga ilmu yang Bapak berikan selalu bermanfaat. 6. Teman satu kamarku Ni‟mah Khoiriyah, Nidaul Khusna, dan Titik Isniatus Sholihah yang selalu memberikan arti sebuh senyuman, kehangatan dan kebersamaan.
vii
7. Keluarga besar Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan terkhusus santri putri, Rina, Nilta, Risa, Ijah, Isna, Isti, Retna, Erni, Nuril, Nela, Fatim, Win, Roisa, Ema dan Ella, terimakasih untuk sepenggal cerita, tawa, dan canda di pondok. 8. Adik-adik panti asuhan dan keluarga besar panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan yang telah membantu lancarnya penelitian. 9. Sahabat-sahabat ku keluarga besar PMII, HMJ Tarbiyah, DEMA Institut yang telah memberikan wawasan dan belajar berorganisasi dengan loyalitas. 10. Teman-teman angkatan 2011 terkhusus PAI D yang telah berjuang dan belajar bersama di IAIN Salatiga.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikna skripsi ini yang berjudul
Peranan Wali Kalayan dalam Menumbuhkan Perkembangan Kepribadian Anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi dunia dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang dengan kesempurnaan agama islam. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, penulis mengucapka terimakasih kepada: 1.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan.
2.
Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3.
Ibu Rukhayati, M. Ag Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
ix
4.
Bapak M. Gufron, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberikan
nasihat,
arahan,
serta
masukan-masukan
yang
sangat
membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini. 5.
Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.
6.
Ibu Muizzatul Azizah pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan informasi bagi penulis.
7.
Bapak Sudir dan Ibu Salamah tercinta yang telah mencurahkan pengorbanan, kasih sayang dan do‟a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.
8.
Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para Pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Wassalamualaikum Wr. Wb
Salatiga, 12 Agustus 2015
Penulis
x
ABSTRAK Khuzaimah, 2015. “ Peranan Wali Kalayan dalam Menumbuhkan Perkembangan Kepribadian Anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M. Gufron, M.Ag. Kata Kunci: Peranan Wali Kalayan dan Perkembangan Kepribadian. Panti asuhan adalah sebuah lembaga sosial yang mewadahi anak-anak yang terlantar, anak-anak yatim, anak-anak yatim piatu, dan anak-anak dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Dengan adanya panti asuhan diharapkan anak-anak tetap mendapatkan perlindungan, penghidupan, pengawasan, dan pendidikan. Di panti asuhan ada seorang pengasuh atau wali kalayan yang akan memenuhi semua kebutuhan anak asuhnya, mulai dari mendidik, membimbing, mengasuh dan membentuk kepribadian yang baik. Berdasarkan latar belakang di atas, kemudian peneliti merumuskan ke dalam dua pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan wali kalayan dalam menumbuhkan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan?, 2. Bagaimana perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan?. Sehubungan dengan pertanyaan di atas peniliti menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah observasi,wawancara dan dokumentasi. Wawancara peneliti lakukan kepada pengasuh sekaligus wali kalayan di panti asuhan Darul Hadlanah dan kepada anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan. Hasil penelitian menunjukkan: 1. Peranan wali kalayan sangat penting dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan, 2. Perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah meningkat. Hal ini dapat di lihat pada anak sebelum masuk panti asuhan dan setelah masuk panti asuhan
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i
HALAMAN BERLOGO..................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................... iv HALAMAN DEKLARASI…….…………………………………….……….. v HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vi HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. …….. vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................... …….. ix DAFTAR ISI ........................................................................................ ……... x DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... …….. xi DAFTAR GAMBAR……………………..………………………… ……… xi
BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Fokus Penelitian
..................................................... .….. . 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 6 E.
Penegasan Istilah ................................................................. 7
F.
Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................ 9
xii
2. Kehadiran Peneliti............................................................ 9 3. Lokasi Penelitian ……………………………………… 10 4. Sumber Data .................................................................. 10 5. Prosedur Pengumpulan data ......................... ………… 11 6. Analisis Data…………………………………………. 12 7. Pengecekan Keaslian Data…………………………… 13 8. Tahap-tahap Penelitian……………………………….. 13 G. Sistematika Penulisan ........................................................ 14 BAB II
LANDASAN TEORI A.
Peranan Wali Kalayan ...................................................... 16
B.
Perkembangan Kepribadian Anak
C.
1. Pengertian Kepribadian………………..……………
18
2. Pengertian Anak……………………..……………...
33
Tahap Perkembangan Kepribadian anak…………...…...
35
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.
Gmbaran Umum PA. Darul Hadlanah 1.
Sejarah Berdiri ...................................... .…………. 37
2.
Letak Geografis ...................................................... 38
3.
Maksud dan Tujuan PA…………………………..
38
4.
Visi dan Misi PA. Darul Hadlanah ........................
39
5.
Struktur Pengurus PA. Darul Hadlanah ................... 39
6.
Sumber Dana PA…………….……. …………….
7.
Data Santri .......................................... ………..……41
40
xiii
8.
Jadwal Santri ........................................................ 45
9.
Sarana Dan Prasarana ............................................ 50
10.
Tata Tertib……………………………………….. 51
11.
Wali Kalayan PA. Darul Hadlanah……………… 52
B. Temuan Penelitian ........................................................... 52 BAB IV PEMBAHASAN A. Peranan Wali Kalayan dalam Menumbuhkan Kepribadian Anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah ............................................ 59 B. Perkembangan Kepribadian anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah …73 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 77 B. Saran ................................................................................. 78 DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Pustaka 2. Riwayat hidup penulis 3. Nota pembimbing skripsi 4. Surat permohonan izin melakukan penelitian 5. Surat keterangan melakukan penelitian 6. Deskripsi wawancara 7. Lembar konsultasi 8. Surat izin Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah 9. Anggaran Dasar 10. Foto/ gambar panti asuhan 11. Surat Keterangan Kegiatan
xv
DAFTAR GAMBAR 1. Kegiatan Mengaji Al-Qur‟an 2. Mengaji Sore 3. Kamar Santri 4. Mushola 5. Panti Asuhan Putra
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah aset yang paling berharga bagi orang tua dan negara. Bagi orang tua anak adalah mutiara yang akan memberikan cahaya dan semangat untuk hidup. Dengan adanya anak, orang tua akan lebih giat bekerja, lebih bahagia dan punya tujuan untuk hidup. Apapun akan dilakukan oleh orang tua demi anaknya, orang tua tak ingin melihat anaknya bersedih, orang tua rela menderita demi anaknya. Sedangkan bagi negara, anak adalah generasi masa depan untuk kemajuan negaranya. Maju atau tidaknya suatu negara tergantung generasi negara tersebut. Baik atau tidaknya anak tergantung pendidikan dan pola asuhnya orang tua. Bila orang tua memberikan pendidikan dan pola asuh yang baik maka anak akan menjadi baik dan berkualitas. Pola asuh yang baik meliputi: kasih sayang anak terpenuhi, perhatian orang tua selalu dilimpahkan, selalu memberikan kata-kata motivasi, dan orang tua selalu ada saat anak membutuhkan. Sedangkan pendidikan yang baik meliputi: pendidikan yang berkualitas, sesuai dengan keinginan anak, dan mengikuti perkembangan zaman. Jadi, anak dengan situasi seperti itu akan menjadi anak yang baik dan berkualitas. Sebagaimana dalam hadits di bawah, bahwa orang tuanyalah yang membentuk anaknya menjadi seperti apa.
1
ْ علَى ْال ِف سا ِن ِو ّ ِ َط َش ِة فَأَبَ َىاه ُ يُ َه ّ ِىدَا ِن ِو ا َويُن َ ُ َما ِم ْن َم ْىلُ ْى ٍد إِالَّ يُ ْىلَذ َ ص َشأ ِن ِو أ َ ْو يُ َم ِ ّج )(سواه البخاسي “Setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (H.R. Bukhari). Dengan melihat hadits di atas, orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak dan penting untuk memberikan pendidikan yang baik ( kitab Muhtarul Ahadits Nabawiyah. Bab Mim. Hal: 134). Di sisi lain, tidak jarang pula ditemukan anak yang bertingkah laku salah dan melanggar aturan. Hal itu, disebabkan pula oleh pengasuhan orang tua yang salah atau bahkan tidak mendapat pengasuhan dari orang tuanya ( anak terlantar). Padahal dalam Al-Qur‟an surat An-nisa‟ ayat 9 Allah tidak membolehkan orang tua untuk tidak meninggalkan anakanaknya, tetapi berilah ia perlindungan dan pendidikan, surat itu yang berbunyi:
َّ علَيْ ِه ْم فَلْيَتَّقُ ْىا َ ضعَفًا خَافُ ْىا َاَّلل ِ ًش الَّ ِزيْنَ لَ ْىت َ َش ُك ْىا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ر ُ ِ ّسيَت َ َو ْليَ ْخ س ِذ ْيذًا َ ًَو ْليَق ُ ْىالُ ْىا قَ ْىال "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah (fisik-material, dan mental-spiritual), yang mereka khawatirkan terhadap mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan (didikan) yang benar” (membuka alQur‟an). (QS. An-Nisa: 9). Adanya anak terlantar karena adanya beberapa faktor, antara lain: kelahiran karena hamil di luar nikah, faktor ekonomi, orang tua sibuk bekerja, orang tua broken home, dan masalah-masalah lain. Anak yang tidak tahu apa-apa jadi korban perbuatan orang tuanya, anak jadi
2
menderita dan kurang kasih sayang. Kalau hal ini dibiarkan terus, maka akibatnya adalah menurunnya kualitas generasi bangsa, yang akan membawa pada kemunduran. Melihat kondisi seperti di atas, maka muncullah lembaga-lembaga yang menampung anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua. Lembaga tersebut seperti panti asuhan. Panti asuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu, dan sebagainya. Yang dimaksud “sebagainya” di sini adalah anak terlantar, anak dari orang tua broken home, atau anak gelandangan. Adanya lembaga panti asuhan dan semacamnya setidaknya dapat membantu anak untuk tetap mendapatkan haknya sebagai anak yaitu mendapatkan kasih sayang, perhatian, pendidikan dan motivasi, walaupun tidak dari orang tua kandung. Begitu juga dengan panti asuhan Darul Hadlanah NU, panti asuhan ini menjadi wadah untuk anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang orang tua dan menjadi tempat mempengaruhi pada kepribadian anak-anak. Di panti asuhan, anak-anak hidup bersama-sama dalam satu atap dengan berbagai sifat dan karakter, tentunya itu akan melatih pembentukan kepribadian anak. Misal dengan adanya jadwal piket, jadwal belajar/ ngaji, peraturan-peraturan yang harus dipatuhi, itu akan menjadikan kepribadian anak terbentuk dengan baik. Di panti asuhan inilah anak akan menjalani kehidupan dengan semestinya; bergaul dengan temannya, bisa beradaptasi di lingkungan
3
yang baru, dan kegiatan atau aktivitas yang baru yang beda dari kemarin. Di panti asuhan anak akan belajar bagaimana menghadapi teman yang berbeda prinsip, belajar menghadapi konflik dan lain-lain. Di panti asuhan orang tua asuh atau wali kalayan akan berperan penting untuk membentuk dan menumbuhkan kepribadian anak. Menumbuhkan merupakan kata kerja dari pertumbuhan yang berarti pemuasan secara progresif atas kebutuhan-kebutuhan psikologis yang makin kuat (Goble, 1993: 103). Wali kalayan harus dapat memberikan perhatian, kasih sayang, dan pendidikan dengan adil, tidak membedabedakan antara anak asuh yang satu dengan anak asuh yang lainnya, harus dianggap sama, seperti anaknya sendiri. Kepribadian anak ditentukan bagaimana pola wali kalayan dalam mengasuh. Kepribadian disebut dengan istilah personality yang berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang dimaksudkan untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang (Sukmono, 2013: 9). Kepribadian adalah segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu (Sukmono, 2013: 8). Wali
kalayan
mempunyai
tugas
untuk
menumbuhkan
perkembangan kepribadian anak asuhnya. Perkembangan di sini
4
mempunyai arti sebagai mekarnya bakat-bakat, kapasitas-kapasitas, kreativitas, kebijaksanaan dan karakter secara terus-menerus (Goble, 1993: 103). Wali kalayan mengemban amanah untuk menjadikan karakter anak asuhnya menjadi baik secara terus-menerus. Perkembangan yang baik akan berdampak baik pula, seperti rasa bahagia dan berfikir dewasa. Di panti asuhan darul hadlanah NU yang ada banyak anak asuhnya, ternyata dalam menumbuhkan kepribadian anak belum optimal. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis perlu mencari informasi melalui penelitian dengan judul: PERANAN WALI KALAYAN DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN.
B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana peranan wali kalayan dalam menumbuhkembangkankan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan? 2. Bagaimana perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk
mengetahui
bagaimana
peranan
wali
kalayan
dalam
menumbuhkan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan
5
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan D. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penambah ilmu pengetahuan terhadap perkembangan kepribadian pada anak, khususnya anak di panti asuhan. 2. Secara praktis a. Bagi peneliti 1). Memberikan pengetahuan tentang upaya pengembangan kepribadian anak. 2). Dapat mengetahui upaya menumbuhkan kepribadian anak. b. Bagi panti asuhan 1). Dapat meningkatkan cara atau upaya dalam menumbuhkan kepribadian anak di panti asuhan. 2). Sebagai tambahan informasi untuk memperluas wawasan tentang mengembangkan kepribadian anak di panti asuhan. c. Bagi dunia akademik 1). Dapat menemukan cara menumbuhkan kepribadian anak/ mahasiswa yang tepat dan ideal. 2). Dapat berguna untuk menunjukkan bahwa panti asuhan sebagai salah satu tempat untuk mendidik dan menumbuhkan kepribadian anak.
6
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari salah tafsir dalam pemahaman judul maka di sini perlu dijelaskan istilah: 1. Peranan wali kalayan Peranan dalam kamus besar bahasa indonesia berarti “tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa”. Wali adalah “orang yang menurut hukum (agama, adat) diserahi kewajiban mengurus anak yatim serta hartanya, sebelum anak itu dewasa”. Sedangkan kalayan adalah sebutan yang sering digunakan dalam panti asuhan, sebenarnya kalayan asal kata dari klien yang artinya melayani. Di panti asuhan, sebutan klien kurang familiar, sehingga menjadi kalayan. Jadi yang di maksud dengan wali kalayan adalah seseorang yang menurut hukum mempunyai kewajiban mengurus dan melayani anak yatim serta hartanya sebelum anak itu dewasa dalam sebuah panti asuhan. Wali kalayan sama halnya dengan pengasuh, hanya beda sebutan saja. Wali kalayan mempunyai peranan yang besar dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan. Karena wali kalayan adalah pengganti orang tua kandung maka perannya sama dengan orang tua kandung yaitu; memberikan lingkungan keluarga (panti asuhan) yang bahagia dan sejahtera, memberikan sandang, pangan dan papan yang memadai bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, memberikan keteladanan atau contoh yang baik terhadap anak-anak, mengajarkan nilai-nilai yang baik seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, sopan
7
santun, dan memberikan waktu bermaindan alat permainan yang memadai (Mutiah, 2010: 90). 2. Perkembangan kepribadian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perkembangan berasal dari kata berkembang yang berarti menjadi bertambah sempurna (tentang pribadi,
pikiran,
pengetahuan,
dan
sebagainya).
Sedangkan,
Kepribadian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain. Wali kalayan harus memiliki
karakteristik
sikap
demokratis
agar
perkembangan
kepribadian anak berkembang. Wali kalayan yang demokratis memperlakukan anak sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak dan
memerhatikan serta mempertimbangkan keinginan-keinginan
anak. Anak dengan pola pengasuhan orang yang demokratis akan menunjukkan sikap atau perilaku tanggung jawab yang besar, dapat menerima perintah dan dapat diperintah, dapat menerima kritik secara terbuka, memiliki keberanian untuk berinisiatif dan kreatif, memiliki emosi yang stabil, mudah beradaptasi dan lebih toleran (Mutiah, 2010: 89). 3. Panti asuhan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, panti asuhan berarti rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu dan sebagainya. Disinilah anak-anak yang tidak memiliki orang tua, anak
8
yang tidak memiliki rumah, atau anak yang tidak mendapatkan pengasuhan orang tua. Anak akan diasuh dan dididik layaknya anak sendiri, sampai anak itu siap atau mampu hidup mandiri. F. Metode Penelitan Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang dimaksud, metode ini diperlukan guna mencapai tujuan yang sempurna. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian jenis kualitatif deskriptif. Penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Disebut penelitian kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2011: 8). 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan tentang peranan wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan. Hasil pengamatan tersebut dijadikan pengumpulan data dan peneliti melakukan penelitian di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan. Penulis akan berusaha mengumpulkan data-data yang diperlukan
di
lapangan,
yang
berhubungan
dengan
upaya
menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan. 3. Lokasi Penelitian
9
Lokasi penelitian bertempat di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan NU. 4. Sumber Data Sumber data yang terkumpul dalam penelitian adalah sumber data yang sesuai dengan upaya menumbuhkan perkembangan kepribadian anak. Sumber data dibedakan menjadi dua macam yaitu: a. Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari orang pertama, di antaranya adalah: 1).Pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan. 2). Wali kalayan panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan. 3). Beberapa anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung dan data yang diperoleh oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder bersumber dari dokumentasi. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini di antaranya data tentang upaya menumbuhkan perkembangan kepribadian anak. 5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. a. Observasi
10
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat ataupun mungkin dapat diulang (sukandarrumidi, 2004: 69). Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh. Selain itu, dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya
tidak akan terungkapkan oleh responden dalam
wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga (Sugiyono, 2011: 228). Melalui observasi ini peneliti akan mengamati beberapa tingkah laku atau sikap yang menunjukkan kepribadian anak itu sendiri. b. Wawancara mendalam Wawancara atau dikenal pula dengan istilah interview adalah suatu proses tanya jawab lesan, dalam mana 2 orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan
mendengar
dengan
telinga
sendiri
dari
suaranya
(sukandarrumidi, 2004: 88). Wawancara ini dilakukan kepada dua obyek yaitu pengasuh, wali kalayan dan kepada anak asuhnya. Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi (sugiyono, 2011: 232). Melalui
11
wawancara
peneliti
akan
bertanya
langsung
mengenai
perkembangan kepribadian anak, perubahan kepribadian anak, dan lain-lain. c. Dokumentasi Dokumentasi dapat merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011: 240). 6. Analisis Data Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori (Sugiyono, 2011: 9). Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2011: 244).
7. Pengecekan Keabsahan Data Untuk mengecek keabsahan data skripsi ini, maka digunakan metode trianggulasi yaitu dengan menggunakan metode pengumpulan data dan analisis data, termasuk menggunakan informan sebagai alat uji keabsahan dan analisis hasil penelitian (Bungin, 2012: 203). Dengan
12
triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan (Sugiyono, 2011: 241). 8. Tahap-tahap Penelitian a. Penelitian Pendahuluan Penulis pertama melalui tahap pengamatan (observasi), setelah itu sebagai pendukung penulis mengkaji buku dan sumbersumber dari internet dan buku-buku yang berhubungan dengan pertumbuhan perkembangan kepribadian anak. Kemudian penulis memperoleh gambaran tentang apa yang akan diteliti dan penulis memulai melakukan penelitian. b. Pengembangan Desain Setelah penulis mengetahui cukup banyak hal tentang upaya menumbuhkan perkembangan kepribadian anak, penulis melakukan observasi ke panti asuhan Darul Hadlanah NU untuk mengetahui
peranan
wali
kalayan
dalam
menumbuhkan
perkembangan kepribadian anak. c. Penelitian sebenarnya Penulis melakukan penelitian di panti asuhan Darul Hadlanah NU untuk melihat seperti apa peranan wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak asuhnya. Mencatat berbagai hal yang berhubungan dengan peranan wali kalayan dalam upaya menumbuhkan perkembangan kepribadian
13
anak asuh dan juga mencatat tentang perkembangan kepribadian anak asuh. G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman dalam skripsi ini, maka akan dikemukakan sistematika hasil yang secara garis besar dapat dilihat sebagai berikut: 1. Bagian Awal Bagian awal meliputi: halaman sampul, pernyataan keaslian tulisan, nota pembimbing, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran. 2. Bagian Inti BAB I: PENDAHULUAN, meliputi: latar belakang masalah, fokus masalah tujuan penelitian, penegasan istilah, kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II: KAJIAN PUSTAKA, meliputi: peranan wali kalayan, perkembangan kepribadian anak di panti asuhan. BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, meliputi: merupakan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum lokasi dan subyek penelitian serta penyajian data hasil penelitian. BAB IV: PEMBAHASAN, meliputi: analisis data yang diperoleh mengenai: peranan wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak dan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan. BAB V: PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran.
14
3. Bagian Akhir Bagian akhir meliputi: daftar pustaka, daftar riwayat hidup penulis, dan lampiran-lampiran.
15
BAB II LANDASAN TEORI A. Peranan Wali Kalayan/ Wali Asuh Orang tua adalah guru pertama yang dikenal oleh anak. Orang tua mempunyai tugas yang sangat penting untuk membentuk kepribadian anak sejak dini. Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Perlindungan Anak pasal 26 ayat 1 yang berbunyi: Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk: 1. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak 2. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya 3. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak. Apabila orang tua tidak bisa melaksanakan kewajiban di atas maka anak boleh diambil alih pengasuhannya oleh orang lain atau lembaga secara sah. Dengan ketentuan orang tua asuh harus dapat mengambil alih tugas dan kewajiban seperti tugas dan kewajiban orang tua yang sesungguhnya. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam Undangundang Perlindungan
Anak
Bab
VIII
tentang Pengasuhan
dan
Pengangkatan Anak pasal 37 dan 38 yang berbunyi:
16
1. Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. 2. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu. 3. Dalam hal lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlandaskan agama, anak yang diasuh harus yang seagama dengan agama yang menjadi landasan lembaga yang bersangkutan. 4. Dalam hal pengasuhan anak dilakukan oleh lembaga yang tidak berlandaskan agama, maka pelaksanaan pengasuhan anak harus memperhatikan agama yang dianut anak yang bersangkutan. 5. Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di luar panti sosial. 6. Perseorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembaga-lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), ayat (4), dan ayat (5). Pasal 38 1. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 37, dilaksanakan tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan/atau mental. 2.
Pengasuhan
anak
diselenggarakan
sebagaimana
melalui
dimaksud
kegiatan
dalam
bimbingan,
ayat
(1),
pemeliharaan,
perawatan, dan pendidikan secara berkesinambungan, serta dengan
17
memberikan bantuan biaya dan/atau fasilitas lain, untuk menjamin tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial, tanpa memengaruhi agama yang dianut anak.
Orang tua asuh sebagaimana terdapat dalam undang-undang di atas harus menjamin tumbuh kembang anak secara optimal baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Orang tua asuh juga tidak boleh membedabedakan ras, suku bangsa, etnik, dan juga agama.
B. Perkembangan Kepribadian Anak 1. Kepribadian Setiap manusia yang terlahir di dunia ini pasti membawa kepribadiannya kepribadian
itu
masing-masing, bisa
berubah
tapi
dengan
karena
berjalannya
berbagai
waktu
faktor
yang
mempengaruhinya. Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus) para ahli. Objek kajian kepribadian adalah “human behavior”, perilaku manusia, yang pembahasannya terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut (Yusuf dan Nurihsan, 2007:1). Pengertian kepribadian menurut psikologi adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas (Koswara,1986: 11).
18
Selain, pengertian di atas para ahli juga mendefinisikan tentang kepribadian: a. Woodworh,
seperti
yang dikutip
oleh
Yusuf
dan
Nurihsan
mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas tingkah laku total individu”. b. Dashiell mengartikannya sebagai “gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”. c. Allport, seperti yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan mengemukakan lima pengertian kepribadian : 1).
Dynamic,
merujuk
kepada
perubahan
kualitas
perilaku
(karakteristik) individu, dari waktu ke waktu, atau dari situasi ke situasi. 2). Organization, yang menekankan permulaan bagian-bagian struktur kepribadian yang independen (berdiri sendiri), yang masingmasing bagian tersebut mempunyai hubungan khusus satu sama lainnya. Ini menunjukkan bahwa kepribadian itu bukan kumpulan sifat-sifat, dalam arti satu sifat ditambah dengan yang lainnya, melainkan keterkaitan antara sifat-sifat tersebut, yang satu sama lainnya saling berhubungan atau berinterelasi. 3). Psychohysical systems, yang terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan yang kesemuanya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam diri individu, seperti: syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan. Sistem
19
psikofisik ini meskipun mempunyai dasar/fondasi pembawaan, namun dalam perkembangannya lebih dipengaruhi oleh hasil belajar, atau diperoleh melalui pengalaman. 4). Determine, yang menunjukkan peranan motivasional sistem psikofisik. Dalam diri individu, sistem ini mendasari kegiatankegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. Sikap, keyakinan, kebiasaan, atau elemen-elemen sistem psikofisik lainnya muncul melalui stimulus, baik dari lingkungan, maupun dari dalam individu sendiri. 5). Unique, yang merujuk kepada keunikan atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya. Dalam proses penyesuaian diri meskipun terhadap lingkungan, tidak ada reaksi/respon yang sama dari dua orang sekalipun kembar identik (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 3-5).
Berdasarkan pengertian teori dan kepribadian di atas, maka istilah teori kepribadian dapat diartikan sebagai “seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi empirisnya”. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kepribadian manusia itu berubah-ubah, perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan.
20
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian di antaranya sebagai berikut: a. Faktor fisik, seperti: gangguan otak, kurang gizi (malnutrisi), mengkonsumsi obat-obat terlarang (napza atau narkoba), minuman keras, dan gangguan organik (sakit atau kecelakaan). b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stress, depresi) dan masalah sosial (pengangguran, premanisme, dan kriminalitas). c. Faktor diri sendiri, seperti: tekanan emosional (frustasi yang berkepanjangan), dan identifikasi atau imitasi terhadap orang lain yang berkepribadian menyimpang (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 11).
Pada dasarnya kepribadian manusia itu baik, karena ada yang mempengaruhinya maka kadang kepribadian itu menjadi kurang baik. Salah satu kata kunci dari definisi kepribadian adalah “penyesuaian (adjustment)”. Menurut Alexander A. Schneiders (1964), seperti yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan, penyesuaian itu dapat diartikan sebagai: Suatu respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustasi dan konflik; dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
21
Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang dihadapi, ternyata tidak semua individu mampu menampilkannya secara wajar, normal atau sehat (well adjustment); di antara mereka banyak juga yang mengalaminya secara tidak sehat (maladjustment). E.B. Hurlock (1986), seperti yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan, mengemukakan bahwa karakteristik penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan: a. Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang kepribadiannya sehat mampu menilai diri apa adanya, baik kelebihan maupu kelemahannya, menyangkut fisik (postur tubuh, wajah, keutuhan, dan kesehatan) dan kemampuan (kecerdasan dan keterampilan). b. Mampu menilai situasi secara relistik. Individu dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerimanya secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna. c. Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang bertanggung jawab. Dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. d. Kemandirian (autonomy). Individu memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan,
22
mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di linkungannya. e. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat mengatasi situasi frustasi, depresi atau stress secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak). f. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan.
Kebahagiaan
ini
didukung
oleh
faktor-faktor
achievement (pencapaian prestasi), acceptance (penerimaan dari orang lain), dan affection (perasaan dicintai atau disayangi orang lain). Adapun kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik seperti berikut: a. Mudah marah (tersinggunng). b.Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan. c. Sering merasa tertekan (stress atau depresi). d. Mempunyai kebiasaan berbohong. e. Hiperaktif. f. Sulit tidur. g. Kurang memiliki rasa tanggung jawab. h. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama i. Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan. j. Kurang bergairah dalam menjalani kehidupan (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 11-14).
23
Adapun teori-teori tentang kepribadian ada tiga, yaitu sebagai berikut: a. Kepribadian dalam Teori Psikoanalisa Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem, yakni id, ego, dan superego. Meskipun ketiga sistem tersebut memiliki fungsi, kelengkapan, prinsip-pinsip operasi, dinamisme, dan mekanismenya masing-masing, ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta menbentuk suatu totalitas. 1). Id Id (istilah Freud: das es) adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat nalurinaluri bawaan. Id juga merupakan komponen kepribadian yang primitif, insktinktif (yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink). Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 36). Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam soal energi ini, id tidak bisa mentoleransi penumpukan energi yang bisa menyebabkan meningginya saraf tegangan organisme atau individu secara
24
keseluruhan.
Dan
bagaimanapun,
bagi
individu
meningginya tegangan itu akan merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Karena itu, apabila tegangan pada organisme meningkat, baik karena adanya stimulasi dari luar (suhu, cahaya, dan bunyi yang intensitasnya tinggi) maupun karena adanya stimulasi dari dalam (lapar, haus, kekurangan oksigen), maka id akan berusaha meredakan atau mengurangi tegangan yang meninggi itu serta mengembalikannya kepada taraf semula. Dari sini bisa diperoleh gambaran bahwa id, dalam menjalankan fungsi dan operasinya, dilandasi oleh maksud mempertahankan konstansi (the principle of constancy) yang ditujukan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan (the pleasure principle). Untuk keperluan mencapai maksud dan tujuannya itu, id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses. Proses yang pertama adalah tindakan-tindakan reflex, yakni suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta adanya pada individu merupakan bawaan. Contohnya reflex mengisap, batuk, mengedipkan mata, dan bersin. Proses yang kedua adalah proses primer, yakni suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologi yang rumit. Dengan proses
25
primer ini dimaksudkan bahwa id (dan organisme secara keseluruhan) berusaha mengurangi tegangan. Proses primer pada orang yang sedang lapar, sebagai contoh, adalah membayangkan (mengkhayalkan) makanan. 2). Ego Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the reality principle). Ego juga merupakan eksekutif atau manajer dari kepribadian yang membuat keputusan (decision maker) tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya; atau sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi kepada prinsip realitas (reality principle) (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 36). Menurut Freud, ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimilki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh individu adalah proses sekunder (secondary process). Dengan proses sekundernya ini, ego memformulasikan rencana bagi pemuasan kebutuhan dan menguji apakah rencana tersebut bisa dilaksanakan atau tidak. 3). Super ego
26
Superego (istilah Freud: das Ueberich) adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Menurut Freud, superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturanaturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru. Super ego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah (rewards) dn menghindari hukuman (punishment) dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 44). Adapun fungsi utama dari superego: (a) sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impulsimpuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat; (b) mengarahkan ego pada tujuantujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan; dan (c) mendorong individu kepada kesempurnaan (Koswara, 1986: 32-35). b. Kepribadian dalam Teori Behavorisme Behaviorisme merupakan orientasi teoritis yang didasarkan pada premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi tingkah laku yang teramati (observeable behavior). Para ahli behavioristik kurang memiliki perhatian terhadap struktur
27
kepribadian internal, seperti id, ego, dan super egonya Freud, karena struktur seperti ini tidak dapat diobservasi. Mereka lebih memperhatikan kecenderungan-kecenderungan respon yang dapat diamati. Mereka memandang kepribadian individu sebagai “ koleksi kecenderungan respon yang terkait dengan berbagai situasi rangsangan yang beragam” (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 123). Dari perspektif behaviorisme Skinner, studi tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu. Menurut Skinner,
individu
adalah
organisme
yang
memperolah
perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point di mana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut. Selanjutnya bagi Skinner studi tentang kepribadian itu ditujukan kepada pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya. Dalam
memformulasikan sistem tingkah laku, Skinner
membedakan dua tipe respons tingkah laku, yakni responden dan operan (operant). Dalam arti singkatnya, tingkah laku
28
responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului respons. Contoh tingkah laku responden itu antara lain menyempitkan pupil mata untuk mengurangi stimulasi cahaya, menggigil karena kedinginan, dan keluarnya air liur karena melihat makanan. Orang yang pertama menemukan bahwa tingkah laku responden itu bisa dikondisikan adalah Ivan Pavlov, dengan percobaannya yang benama pengondisian klasik (classical conditioning), dengan menggunakan seekor anjing sebagai subjeknya (Koswara, 1986: 77-78). Sedangkan, respons dalam conditioning operan adalah sesuatu tindakan yang terjadi tanpa didahului stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, akan tetapi tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical respondent conditioning (Sobur, 2003:227-228). Dalam pandangan Skinner, hukum-hukum fungsional dari tingkah laku paling baik dikembangkan dengan memusatkan pada faktor-faktor yang meningkatkan dan atau mengurangi probabilitas kemunculan respons di lain waktu daripada menciptakan stimulus spesifik yang memacu respons. Dalam pengkondisian operant, tingkah laku organisme perlu diukur
29
dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Dalam percobaan tikus menekan pengungkit, contohnya, setiap kali tikus menekan pengungkit, pena digerakkan oleh pencatat elektris membuat tanda pada kertas atau pita pencatat yang bergerak secara konstan. Alat pencatat otomatis ini, disebut pencatat kumulatif (Koswara, 1986: 82). c. Kepribadian dalam Teori Humanistic Maslow berpendapat bahwa motivasi manusia diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematis, suatu kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan dasar lainnya muncul (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 156). Maslow memaparkan teori tentang needs, yang mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan. Kebutuhan tersebut dibedakan menjadi dua yaitu basic needs dan meta needs. Basic needs atau kebutuhan dasar meliputi makan minum, kasih sayang, rasa aman, harga diri. Sementara kebutuhan meta needs meliputi keadilan, kesatuan, kebaikan, keteraturan, keindahan. Lima jenis kebutuhan dari Maslow adalah sebagai berikut: 1). Physiological need (kebutuhan fisiologis) Physiological need adalah kebutuhan dasar manusia yang paling mendesak untuk dipenuhi karena berkaitan dengan
30
kelangsungan hidup. Kebutuhan ini berupa makan, minum, oksigen, istirahat, dan keseimbangan temperature. 2). Safety Need (kebutuhan akan rasa aman) Safety need yaitu kebutuhan akan rasa aman. Merupakan kebutuhan psikologis yang fundamental dan perlu dipenuhi. Apabila pemenuhan kebutuhan akan rasa aman terhambat pemenuhannya, akan menimbulkan gangguan kepribadian yang serius. kebutuhan akan rasa aman terlihat dari orang yang mendambakan suasana tenang, aman jauh dari gangguan dan kekacauan, nyaman dan bebas dari tekanan atau ancaman. Kebutuhan rasa aman dibedakan menjadi dua yaitu aman secara fisik dan secara psikologis. Aman secara fisik ditandai dengan keadaan bebas rasa sakit, bebas dari gangguan dan kekacauan sedangkan aman secara psikis terlihat dari tiadanya rasa takut, cemas ada perlindungan. 3). Love and Belongness (kasih sayang dan kebersamaan) Kebutuhan kasih sayang dan kebersamaan merupakan kebutuhan yang mendorong seseorang berinteraksi secara afektif dan emosional dengan orang lain. Kebutuhan ini tumbuh di lingkungan keluarga, berkembang ke lingkungan kelompok sebaya dan akhirnya menuju pada kelompok
31
sosial
yang
lebih
luas.
Kurangnya
kasih
sayang
menyebabkan perkembangan seseorang terhambat. 4). Self Esteem (harga diri) Self esteem mengandung dua konsep yaitu rasa harga diri oleh diri sendiri serta penghargaan yang diberikan orang lain terhadap diri seseorang. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetisi, pengusaaan, prestasi, kebebasan dan ketidaktergantungan atau independent. Sementara kebutuhan penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik dan penghargaan. Terpenuhinya self esteem pada diri seseorang akan merangsang timbulnya sikap percaya diri, rasa kuat, rasa mampu, rasa berguna, sementara self esteem rendah menghasilkan sikap rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah, rasa tak mampu, rasa tak berguna menyebabkan yang bersangkutan
dihantui
kehampaan,
keraguan
dan
keputusasaan menghadapi hidup. 5). Self-Actualization (pengekspresian diri) Need for self actualization merupakan kebutuhan tertinggi dari
semua
kebutuhan yang dikemukakan Maslow.
Kebutuhan ini akan muncul dan terpuaskan bila kebutuhan lain di bawahnya sudah terpenuhi. Aktualisasi diri
32
merupakan kebutuhan yang ada dalam diri manusia untuk mengekspresikan, mengembangkan segala kemampuan dan potensi yang dimiliki (Sriyanti, 2011: 83-85). 2. Anak Menurut Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Jadi dapat dilihat bahwa rentang usia anak terletak pada skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan social serta pertimbangan kematangan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang umumnya dicapai setelah seseorang melampaui usia 21 (Huraerah, 2005: 19-20). Anak-anak yang terlahir di dunia harus mendapatkan hak dan kebutuhannya dari orang tua, masyarakat, atau yang mengasuhnya. Mengenai hak anak secara universal telah ditetapkan melalui Sidang Umum PBB tanggal 20 Nopember 1959, dengan memproklamasikan Deklarasi Hak-Hak Anak (Huraerah, 2005: 20). Di samping itu, dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, disebutkan bahwa: a. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.
33
b. Anak
berhak
kemampuan
atas
dan
pelayanan
kehidupan
untuk
sosialnya,
mengembangkan sesuai
dengan
kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga Negara yang baik dan berguna. c. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa kandungan maupun sesudah dilahirkan. d. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar. Dalam pasal 4 ayat 1 disebutkan bahwa anak yang tidak mempunyai oangtua berhak memperoleh asuhan oleh Negara atau orang atau badan. Kemudian, pasal 5 ayat 1 menyebutkan bahwa anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan berkembang secara wajar (Huraerah, 2005: 20-21).
3. Tahap Perkembangan kepribadian anak Banyak orang beranggapan, tidak masuk akal kepribadian anak dibentuk sejak dia berusia tiga atau empat tahun, tapi kenyataannya memang kepribadian anak terbentuk sejak dini . Jika kita perhatikan, memang benarlah anak-anak sejak muda sekali sudah mulai terbentuk kepribadiannya. Bermacam-macam model kepribadian sudah jelas kelihatan pada anak-anak usia taman kanak-kanak maupun lebih muda
34
lagi. Seorang anak pendiam dan penurut. Dia mungkin masih bersifat demikian bertahun-tahun kemudian. Anak lain sangat aktif dan berdikari. Yang lain lagi penuh rasa ingin tahu. Dia selalu mempelajari hal-hal baru dengan teliti. Hal demikian, bisa dimulai pada anak usia tiga tahun, mungkin bahkan masih demikian pada usia lima atau sepuluh tahun. Para psikiater ataupun psikolog menandaskan bahwa pembawaanpembawaan berupa tingkah laku social khusus, seperti, kejujuran atau keculasan, kepatuhan atau kurang tanggung jawab, bukan diperoleh dari warisan, melainkan dari pengalaman hidup. Meski pada usia tiga tahun karakter sudah mempunyai bentuknya, bukan berarti tidak mungkin berubah dikemudian hari. Nyatanya orang dewasa sekalipun tidak tetap sama pada tahun ini dengan tahun depan misalnya. Lebih jelas lagi perkembangan kepribadian itu pada masa kanakkanak.
Tingkat
perkembangan
yang
berbeda-beda
terus
mengemudikan dia dari dalam dan mengatur arah karakter yang kelihatan
dari
luar.
Setiap
aspek
karakternya
mengalami
perkembangan yang berbeda-beda. Sifat suka membantah atau penurut yang diperlihatkan anak usia satu sampai tiga tahun adalah termasuk usahanya untuk bisa berdiri sendiri. Menginjak usia tiga tahun keinginan untuk menjiplak ayah pada anak laki-laki dan ibu pada anakanak perempuan sangat kuat. Mereka mulai menolak contoh-contoh ayah ibu, beralih haluan ke arah kawan-kawan sebayanya. Mereka
35
berusaha berbuat segala sesuatu yang dikerjakan kawan-kawan itu. Hal itu sangat member pengaruh kepada kepribadiannya dan karirnya di kemudian hari. Kadang-kadang, anak yang sangat pemalu pada usia tujuh tahun, jika mendapat kawan yang sesuai, menjadi pandai bergaul dua tahun kemudian.
36
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan 1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Panti asuhan ini merupakan salah satu kegiatan bidang mabarat (sosial) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama‟ (PCNU) Kota Salatiga dan panti asuhan ini juga satu-satunya panti asuhan di Salatiga yang langsung di bawah PCNU. Panti asuhan Darul Hadlanah berdiri pada tahun 2008 tepatnya pada tanggal 8 Januari, panti asuhan ini berdiri melihat keadaan bahwa masih banyak kondisi orang NU yang kurang mampu, anak yatim, dan anak yatim piatu. Format pada asuhan anak di panti asuhan NU dirancang dengan model integrasi pesantren dan panti asuhan. Manajemen pesantrennya seperti; pengajian kitab kuning, khitobah, berjanji, qiro‟ah, dan lain-lain. Sedangkan, manajemen pengasuhannya seperti memberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anaknya, memberikan perawatan, bimbingan dan pengawasan kepada anak. Arah yang dikembangkan adalah membekali anak asuh dengan ajaran-ajaran agama Islam yang mengedepankan nilai-nilai kesalehan individual dan sekaligus kesalehan sosial. Diharapkan anak asuh dapat tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan intelektual, spiritual maupun sosial yang tinggi.
2. Letak Geografis Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan
37
Letak panti asuhan Darul Hadlanah berada di tepi jalan raya Semarang-Solo. Tepatnya di Dusun Modangan Rt 02/ Rw 08, JL. Fatmawati Blotongan Km. 5, kecamatan Sidorejo, Salatiga dan bersebelahan dengan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. 3. Maksud dan Tujuan Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Didirikanya panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama‟ kota Salatiga ini pasti memiliki maksud dan tujuan. Maksud dan tujuan didirikanya panti asuhan ini adalah: a. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan anak asuh (santri) kepada Allah SWT b. .Mengajarkan pada anak asuh (santri) agar senantiasa berpegang pada nilai-nilai Islam Ahlu sunnah wal jama’ah. c. Mendidik anak asuh (santri) agar menjadi santri yang berakhlakul karimah, cerdas dan mandiri. Meningkatkan kualitas sumber daya anak asuh (santri) d. Membangun kesadaran anak asuh (santri) untuk berprestasi sesuai dengan kemampuan dan kompetensinya masing-masing. f.
Memperbaiki faham-faham keislaman sesuai dengan ajaran AlQur‟an dan hadits dalam rangka pembinaan dan pembentukan pribadi muslim yang diridhoi Allah SWT (SK.MENKUMHAM No.C-467.HT.03.01-Th.2006)
38
4. Visi dan Misi Panti Asuahan Darul Hadlanah
a. VISI Menjadi pusat pengembangan pribadi bagi para anak yatim, piatu dan dhuafa‟ yang berakhlakul karimah, agamis, dan cerdas secara intelektual. b. Misi 1). Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan santri asuh kepada Allah SWT. 2). Mengajarkan santri asuh agar tetap berpegang pada nilai-nilai Islam ahlusunnah wal jamaah. 3). Mendidik santri asuh agar menjadi santri yang berakhlakul karimah cerdas dan mandiri. 4). Meningkatkan sumber daya santri. 5). Membangun kesadaran santri asuh untuk berprestasi sesuai dengan kompetensinya masing-masing. 5. Struktur Pengurus Pembina: KH. Sonwasi Ridwan, BA Drs. H. Zaenuri, M.Pd. Pengawas: H. Haryono, SH Pengurus: Ketua: Dr. H. Miftahuddin, M.Ag Sekretaris: Joko Anis, M.pd Bendahara: 1. H. Soepriyadi
39
2. Drs. Ja‟far Pengasuh: 1. M. Gufron, M.Ag 2. Muizzatul Azizah, S. Thi 6. Sumber Dana Panti Asuhan Secara keseluruhan biaya anak asuh ditanggung oleh panti, mulai dari biaya pendidikan, makan, pakaian, uang jajan dan uang sekolah. Adapun dana yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan panti asuhan berasal dari berbagai sumber. Sumber dana panti asuhan adalah sebagai berikut: a. Sumbangan atau bantuan yang bersifat tidak mengikat, termasuk sumbangan baik dari pemerintah, badan atau perorangan baik berupa uang, barang-barang, perlengkapan-perlengkapan. b. Bantuan dari donator tetap dari pengurus cabang NU dan warga NU. c. Penerimaan harta wakaf, hibah, sodaqoh, wasiat. d. Penerimaan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar panti asuhan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Data Santri Tabel I
40
DATA SANTRIWAN DAN SANTRIWATI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NU SALATIGA Data Santri Putra
N o
1
Nama
Deny Aryanto
Tempat
Tanggal
sekola
P/L
lahir
Lahir
h
L
semarang
31/12/199
SLTA
9 2
Rohman Nur Huda
L
Semarang
16/08/200
SLTA
0 3
Nur Pandoyo
L
Semarang
20/08/199
SLTA
9 4
Angges Tio
L
Semarang
8/17/2000
SLTP
L
Semarang
11/6/2000
SLTA
L
Semarang
26/09/200
SLTA
Prasendi Arianto 5
Adela Bintarawan Ixsana
6
Dindiawan Ayang Ivanda
7
M. Zulfikar
1 L
Batam
Rossandi 8
Ramadhan Batis
25/01/200
SLTA
1 L
Semarang
16/11/200
SLTP
41
Tuta 9
Trio Waliyudin
2 L
Brebes
15/03/200
SLTP
3 10 M.Nur Aziz
L
Salatiga
4/21/2001
SLTP
11 Dicki Candra
L
Purwodad
5/13/2004
SD
Pratama
i
12 M Habib Lutfi
L
Pati
8/6/2003
SLTP
13 Fatih Azmi
L
Salatiga
20/06/200
SD
Mubarok 14 Achmad Amrul
6 L
Salatiga
Iksan 15 Septa Aryowibowo
25/04/200
SD
7 L
Salatiga
28/09/200
SD
6 16 Zacki Dwi Riyadi
L
Semarang
2/1/2003
SD
17 Muhammad Haqiqi
L
Salatiga
13/04/199
SLTA
Nazil
9
18 A. Nur Rahman
L
Jepara
3/2/2002
SLTP
19 M. Nabawi
L
Semarang
08/05/200
SD
4 20 Ahmad Kholis
L
Pati
Zamroni 21 Ahmad Hafid
02/11/199
PT
6 L
Brebes
10/02/199
PT
5
42
22 Abdul Majid
L
Semarang
26/07/199
PT
3 23 Reza Aulia Yusuf
L
Salatiga
14/04/200
SLT
1
Tabel II Data Santri Putri NO
NAMA
L/P
TEMPAT
TANGGA
SEKOL
LAHIR
L LAHIR
AH
1
Dewi Rahayu
P
Semarang
1/3/1999
SLTA
2
Nur Hikmah
P
Semarang
11/7/1999
SLTA
P
Semarang
3/9/1999
SLTA
P
Semarang
25/01/1999
SLTA
P
Semarang
7/7/2000
SLTA
P
Semarang
1/5/1999
SLTA
P
Semarang
9/4/2001
SLTA
Wahyu Nur 3
Hayati Alfa Nur
4
Safitri Uswatun
5
Hasanah Haniam
6
Maria Aprilia Maudiyah
7
Graseli
43
Triani 8
Permitasari
P
Semarang
27/01/2003
SLTP
Ayunda Rizki 9
Kemaladewi
P
Boyolali
29/01/2001
SLTP
10
Sunariya
P
Semarang
15/8/2002
SLTP
P
Tegal
29/5/2004
SD
P
Semarang
Syeima 11
Nadira Rini Novita
3/10/1999 12 13
Sari Nunung
SLTA
P
Brebes
16/08/1993
PT
Suciati 14
Siti Aisyah
P
Jepara
01/11/1997
PT
15
Miftahul
P
Jepara
19/08/1996
PT
Maryam 16
Nurul Azmi
P
Tegal
06/12/1996
PT
17
Novi
P
Brebes
15/10/1996
PT
P
Brebes
02/10/1992
PT
P
Pati
17/08/1996
PT
Oktaviani 18
Zakiyatul Fitri
19
Neny Muthiatul
44
Awwaliyah 20
Nurul Afifah P
Pati
02/07/1998
PT
P
Pati
15/05/1997
PT
P
Kab.
01/05/1999
PT
18/08/2000
SLTA
03/10/1999
PT
Firzhana 21
Mayya Mushoffa
22
Haniam Maria
23
24
Semarang
Inayatul
P
Kab.
Karimah
Semarang
Rini
Kab.
Novita P
Sari
Semarang
8. Jadwal Santri JADWAL KESEHARIAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN Tabel III NO
WAKTU
KEGIATAN
1
04.00-04.30
SHOLAT SUBUH
2
04.30-06.00
MENGAJI AL-QUR‟AN
3
06.00-15.00
SEKOLAH
4
15.00-15.15
MAKAN SIANG
45
5
15.15-16.00
NGAJI (HAFALAN)
6
16.00-16.20
SHOLAT ASHAR
7
16.20-17.30
NGAJI
8
18.00-18.30
SHOLAT MAGHRIB
9
18.30-20.00
BELAJAR
10
20.00-20.15
SHOLAT ISYA‟
11
20.15-21.00
MASAK DAN MAKAN
12
22.00-04.30
TIDUR
Tabel IV Jadwal Kegiatan Harian Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Salatiga Kegiatan Jama‟ah
Waktu
Petugas
04.30-05.00 WIB
Bapak
05.00-06.00 WIB
Ibu
Shalat subuh dan Wiridan Mengaji Al-Qur‟an
46
(setoran hafalan) „One day one ayat‟ Piket Harian
06.00-06.30 WIB
-
Sarapan Pagi
06.30-06.45 WIB
-
Sekolah
07.00-14.00 WIB
-
ISHOMA
14.00-15.30 WIB
-
Jama‟ah Shalat
15.30-16.00 WIB
Bapak
Mengaji
16.00-17.00 WIB
Bapak
Olahraga
17.00-17.30
-
Jama‟ah Shalat
18.00-18.30
Bapak
Mengaji
18.30-19.30
Bapak/Ibu
Jama‟ah Shalat
19.30-20.00
-
20.00-20.30
-
20.30-selesai
Pembina
Asar dan Wiridan
Magrib dan Wiridan
Isak dan Wiridan Makan malannonton TV Takror/ belajar
Tabel V
47
Jadwal Kegiatan Mingguan Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Salatiga Kegiatan
Waktu
Petugas
Malam Jum‟at
Yasin dan Tahlil
Bapak
ba‟da magrib
Berjanji
Ibu
Jum‟at ba‟da
Mudarrosah juz
Ibu
subuh
amma bil ghoib
Jum‟at ba‟da
Kursus matematika
Ibu Yasima Firdaus,
asar
kelas MI
SE
Sabtu
Kursus Matematika
Ir.Winarno MM
ba‟da asar
kelas MTs
Sabtu
Muhaddasah Bhs.
Bapak
malam
Arab
Ibu
Ahad
Khitobah
ba‟da magrib
Ahad ba‟da
Setoran juz amma
subuh
bil ghoib
Ahad pagi
Ro‟an (kerja bakti)
Ibu
48
Ahad jam
Komputer
Pembina
09.00 WIB
Qiro‟ah
Pembina
Ahad
Sima‟an Al-Qur‟an
Ibu
ba‟da asar
Tabel VI Jadwal Mengaji Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Salatiga Hari
Ba’da Asar
Senin
Al-Qur‟an
Ba’da Magrib
Ustadz
(bin Shorof
Pengasuh
Nahwu
Pengasuh
nadhor) Selasa
Fasholatan
Rabu
Al-Qur‟an
(bin Fiqh
Pengasuh
nadhor) Kamis
Mudarrosah
Tahlilan
Pengasuh
Pengasuh
hafalan Jum‟at
Libur
Bahasa arab
Sabtu
Tajwid
Barzanzi
dan Pengasuh
khitobah Minggu
Mengulang
Akhlaq
Pengasuh
hafalan
49
Tabel VII Jadwal Piket Harian Panti Asuhan Darul Hadlanah NU BlotonganSalatiga Senin Selasa
Rabu
Kamis
Jum‟at
Sabtu
Tomi
Oki
Ihsan
Azis B
Hakim
Pendi
Tio
Nanda
Azis
Saknil
Agung
Febi
9. Sarana dan Prasarana Untuk mendukung kegiatan di panti asuhan ada beberapa sarana prasarana yang tersedia. Tabel VIII NO
NAMA BANGUNAN
JUMLAH
1
RUANG TAMU
1
2
MUSHOLA
1
3
DAPUR
1
4
RUANG MENJAHIT
1
5
RUANG KESEHATAN
1
4
RUANG MAKAN
1
5
KAMAR MANDI PUTRA
3
50
6
KAMAR MANDI PUTRI
2
7
KAMAR MANDI PENGASUH
1
8
KAMAR TIDUR PUTRA
3
9
KAMAR TIDUR PUTRI
4
10
RUANG PENGASUH
2
10. Tata Tertib Agar anak-anak di panti menjadi disiplin dan rajin, perlu adanya tata tertib yang harus dipatuhi oleh semua anak panti asuhan, tata tertib tersebut sebagai berikut: Kewajiban a. Santri wajib menjunjung tinggi dan menjaga nama baik panti asuhan Darul Hadlanah NU. b. Bersikap sopan santun dalam berhubungan dengan pengasuh dan sesama. c. Wajib mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan oleh pengasuh. d. Wajib mengikuti sholat berjama‟ah. e. Mohon ijin kepada pengasuh apabila akan meninggalkan panti. f. Menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan panti. g. Sopan dalam pakaian dan bertutur kata.
51
h. Mentatati tata tertib Larangan-larangan a. Dilarang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syara‟. b. Dilarang bergurau di malam hari. c. Dilarang membawa ponsel. d. Dilarang keluar malam.
11. Pengasuh atau wali kalayan
Adapun wali kalayan dalam panti asuhan Darul Hadlanah NU adalah berikut ini:
a. M.Gufron,M.Ag
b. Muizzatul Azizah,S.Th I
B. Temuan Penelitian Pada saat penggalian data, penulis melakukan wawancara dengan pengasuh sekaligus wali kalayan di panti asuhan Darul Hadlanah NU dan memperoleh data sebagai berikut: 1. Peranan wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Berkaitan dengan masalah di atas, penulis ajukan beberapa pertanyaan kepada pengasuh sekaligus wali asuh di panti asuhan yaitu Ibu Muizzatul Azizah (MA): a. Bagaimana kepribadian anak sebelum masuk di panti asuhan?
52
Untuk mengetahui adanya perkembangan atau tidak, penulis perlu mengetahui keadaan saat pertama masuk panti dan hal itu langsung penulis tanyakan kepada pengasuh. “pertama anak datang di antar wali bisa saudara, pakde, nenek, bisa tetangga atau Rt/Rw setempat. Kalau yang masih ada orang tuanya ya sama orang tuanya. Minta keterangan tidak mampu, KK, KTP. Setelah itu, survey ke alamatnya, apakah anak benar-benar membutuhkan, khawatirnya salah sasaran” “rata-rata anak yang masuk karena dari keluarga broken home; kalau ngak bapak ibunya cerai atau meninggal, secara anak normal bukan dari keluarga yang normal. Secara kepribadian beda dari keluarga yang utuh, beda sekali. Mereka datang di samping butuh bantuan biaya dia juga butuh orang tua, butuh keluarga kasih sayang seutuhnya. Secara kepribadian berbeda dari anak-anak dari keluarga yang normal maksudnya utuh, kadang ada yang nakal, ada yang ngelamun dan ada yang sak karepe dewe”.
b. Perkembangan anak setelah masuk panti asuhan Setelah mengetahui keadaan sebelum masuk di panti asuhan, penulis langsung tanyakan bagaimana perkembangan setelah masuk panti asuhan, “ banyak, Alhamdulillah banyak, kalau anak itu kan mudah, apalagi anak SD kan masih mudah. Ketika berada di lingkungan yang baik meski ia akan terpengaruhnya cepat. Akhir-akhir kelihatan aslinya. Karena anak baru masih takut, ya ngikuti alur, sholat ya salat, ngaji ya ngaji, belajar ya belajar, makan ya makan. Biasanya kenakalan-kenakalan muncul kalau dah lama, terasa sudah seperti keluarga, jadi sudah berani nglanggar, susah di bangunin, waktu jamaah masih bobok. Biasanya kenakalan muncul setelah nyaman, sudah kenal, kalau awal-awal justru rajin, karena pekewuh dan belum kenal kan.
c. Metode yang digunakan untuk menumbuhkan perkembangan kepribadian
53
Dalam upaya menumbuhkembangkan kepribadian yang tepat sasaran di panti asuhan, seorang wali asuh harus menggunakan sebuah metode, seperti paparan di bawah ini: “Ajak bicara ke anaknya, kalau di rumah ngapain, biasanya apa, jam segini ngapain, kalau sekolah sarapan ngak ya gitulah yang ringan-ringan. Biasanya saya tanyakan bapak ibu mu kemana, kalau yang masih ada orang tuanya, kalau yang sudah tidak ada ya ngak saya tanyakan. Yang paling sering saya tanyakan yang ringan-ringan, seperti saya tanyakan kepada anak pada umumnya. Terutama aktivitas kebiasaan di rumah apa, setelah saya dengar saya sosialisasikan programnya. Kalau disini sarapan jam sekian, kegiatan ya ini-ini, anak bisa adaptasi, harus ngaji sholat, harus manut. Main ya ada waktunya, kalau di rumah main kan jor-joran kalau disini ada waktunya”. d. Perkembangan anak di panti asuhan dari hari demi hari Ternyata anak-anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah NU mengalami perkembangan, apa saja perkembangannya, berikut paparan dari MA: “Perkembangan secara umum meningkat, awalnya tidak bisa ngaji bisa ngaji, tidak salat jamaah jadi salat jamaah, mandi jadi teratur, sarapan teratur, ini dari segi kebiasaan sehari-hari. Kalau dari segi pendidikan, ya jelas jauhlah, terutama dari segi agama, karena ini adalah panti asuhan plus kan, plus pesantren anak sebisa mungkin harus tahu konsekuen, tahu kewajiban, seperti sholat lima waktu, sholat sunnah, yang biasanya ngak pernah puasa bahkan romadhan tidak puasa disini saya ajarkan puasa sunnah. Ya itu perkembangan, sedikit-sedikit, anak-anak belajar dari lingkungan. Ngak harus ngomong karena sudah ada program, anak sudah terbiasa”. e. Kesulitan wali asuh dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam proses mengembangkan kepribadian anak banyak sekali kesulitan yang dialami wali
54
kalayan,
tapi
wali
kalayan
juga
punya
cara
untuk
mengendalikannya, seperti paparan MA, berikut ini: “Banyak. Anak usia SD lebih cenderung bisa dikendalikan. Kalau untuk anak SMP yang lagi ego besar banget. Nasehat ngak henti-hentinya. Bila melanggar di sidang. Kalau tiga kali nglanggar. Kalau sudah tidak wajar lagi. Saya keluarkan, saya harus tegas. Kalau tidak dikeluarkan merusak yang lain. Dikeluarkan juga kasihan, takutnya di luar tambah rusak. Kalau masih punya saudara atau orang tua saya kembalikan. Yang ngak punya orang tua di pertahankan dengan syarat, takutnya kalau dikeluarkan jadi anak jalanan. Anak SMA sudah saya ajari dewasa, berlatih tanggung jawab. Membantu saya mengoprak-oprak adikadiknya. Dimintai bantuan untuk keperluan dapur”.
2. Perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Untuk mengetahui perkembangan anak di panti asuhan, maka penulis melakukan wawancara ke beberapa anak asuh di panti asuhan, a. Kepribadian sebelum masuk panti asuhan Beberapa anak panti asuhan yang putri: 1). Adik Alfa, mengatakan: “Kurang baik, sering bermain, kalau dirumah jarang melakukan pekerjaan rumah, suka nonton televisi, bangunnya kurang pagi”. 2). Adik Sunariyah mengatakan: “ masih malas-malasan, masih kurang rajin ngaji dan salat, suka bermain 3). Adik Nur hikmah mengatakan: “ masih kurang baik, banyak bermain HP, banyak bermain, kurang bisa mengatur waktu lah, salat jarang-jarang”. 4). Adik Sema mengatakan: “masih kurang baik, suka bermain, begadang tidur malam-malam, jarang salat subuh 5). Adik Dewi mengatakan: “gak pernah salat, jarang ngaji, sering main HP, ngak pernah belajar”. 6). Adik Uswah mengatakan: “suka males, jarang salat, ngaji rajin, suka nonton televisi, jarang bantu orang tua”. Beberapa anak panti asuhan putra:
55
1). Dani mengatakan: “Ngekel, nakal, sering main, gak mau salat, gak tau waktu belajar”. 2).Diky mengatakan: “ sering gak sholat, bangun siang, gak pernah belajar”. b. Perubahan atau perkembangan setelah masuk panti asuhan 1). Dani mengatakan: “Ada perubahan, banyak, salat rutin, bisa ngaji, tahu ilmu agama, alhamdullilah dapat prestasi, disini dapat pengalaman banyak dari pengasuh, guru ngaji teman, bisa membagi waktu salat,ngaji dan belajar, dibilangin ngeyel harus dijewer, sekarang gak usah disuruh langsung dilaksanakan. Selain itu, nyuci baju sendiri, bisa ngajari adik-adiknya belajar, lebih tanggung jawab, dulu bisanya minta uang jajan, sekarang makan seadanya, sekarang bisa hemat dan mandiri”. 2). Nazil mengatakan: “Sopan santun mending, dulu ngeyel, gak pernah nurut, pake bahasa ngoko sama orang tua, sekarang pake bahasa kromo”. 3). Diky mengatakan: “Iya, cuci baju sendiri, menata sepatu sendiri, belajar sendiri”. c. Pentingnya peran wali kalayan dipanti asuhan dalam menumbuhkan kepribadian anak Untuk mengetahui seberapa pentingnya peran wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak dipanti asuhan, penulis mencoba mengajukan pertanyaan kepada beberapa anak asuh, berikut jawabannya: Jawaban anak putri: “Penting, mendidiknya lebih tegas”.
Karena kadang-kadang orang tua lebih memanjakan anaknya, sehingga kepribadian anak tidak tumbuh dengan optimal, kurang dewasa, tidak mandiri, dan kekanak-kanakan.
56
Di panti asuhan dengan adanya wali kalayan yang mendidik dan membimbingnya dengan tegas anak akan menjadi mandiri, dewasa, dan bertanggung jawab.
Jawaban anak putra: “Penting,, karena perilaku seorang anak akan meniru perilaku orang tua,, wali asuh sudah dianggap orang tuanya sendiri”.
Wali kalayan harus selalu memberikan contoh yang baik karena semua yang dilakukan wali kalayan, anak akan menirunya.
Selain melakukan wawancara dengan wali kalayan dan anak asuh, penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa orang tua anak. 1. Ibu Baroroh. M ( nenek dari M. Haqiqi Nazil) a. Pertanyaan: Kepribadian anak sebelum masuk panti: “ ibunya sudah meninggal, bapake mboten ngurusi, terus kaleh mbake, lha mbake kayae yo rak ngurusi, kepribadian ingkang kulo delok radi manja, rodo keset, ngeyel”. b. Pertanyaan: tujuan orang tua memasukkan anak ke panti: “Kersane kerumat, kersane mendapat perhatian ilmu, karena orang tuanya tidak bertanggung jawab”. 2. Ibu Aminatun (nenek dari Adela Bintarawan Ixsana dan Dindiawan Ayang Iyanda) a. Pertanyaan: Kepribadian anak sebelum masuk panti: “Nggeh sae”. b. Pertanyaan: tujuan orang tua memasukkan anak ke panti:
57
“Kersane pinter sekolah, pinter ngaji”. Amargi bapake sampun dangu mboten enten, Ibue teng toko syifa mangkat ipun jam 7 pulang wangsul ipun jam 10.
58
BAB IV ANALISIS DATA A. Peranan wali kalayan dalam menumbuhkan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Wali kalayan sangat berperan dalam menumbuhkan kepribadian anak di panti asuhan, karena wali kalayan di panti berfungsi sebagai orang tua bagi anak-anak. Wali kalayan selain berperan sebagai orang tua pengganti, juga berperan sebagai motivator. Wali kalayan sebagai motivator adalah untuk memberikan motivasi dan semangat hidup kepada anak-anak asuhnya, khususnya kepada anak asuh yang ditinggal orang tuanya, atau anak dari keluarga broken home. Sehingga wali kalayan lah yang akan menentukan mau jadi seperti apa anak-anak tersebut. Di panti asuhan yang pada dasarnya berasal dari keluarga yang kurang mampu, yatim, yatim piatu dan dari keluarga yang tidak utuh, misal orang tuanya cerai, yang biasanya anak dari keluarga yang tidak utuh akan sedikit menyimpang dari biasanya, misalnya nakal, semaunya sendiri dan lainlain. Hal ini seperti paparan oleh pengasuh sekaligus wali kalayan/ wali asuh di panti asuhan Darul Hadlanah NU MA: “rata-rata anak yang masuk karena dari keluarga broken home; kalau ngak bapak ibunya cerai, kalau ngak bapak ibunya meninggal, jadi secara anak normal bukan dari keluarga yang normal. Secara kepribadian beda dari keluarga yang utuh, beda sekali. Mereka datang di samping butuh bantuan biaya, dia juga butuh orang tua, butuh keluarga, kasih sayang seutuhnya. Secara kepribadian berbeda dari anak-anak dari keluarga yang normal maksudnya utuh, kadang ada yang nakal, ada yang ngelamun dan ada yang sak karepe dewe”.
59
Melihat paparan di atas, ketika orang tua sudah tidak dapat mengasuh anak maka anak boleh diasuh oleh orang lain atau sebuah
lembaga,
Perlindungan
hal
Anak
itu Bab
sesuai VIII
dengan tentang
Undang-Undang Pengasuhan
dan
Pengangkatan Anak pasal 37 yang berbunyi: 1. Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. 2. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu. 3. Dalam hal lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlandaskan agama, anak yang diasuh harus yang seagama dengan agama yang menjadi landasan lembaga yang bersangkutan. 4. Dalam hal pengasuhan anak dilakukan oleh lembaga yang tidak berlandaskan agama, maka pelaksanaan pengasuhan anak harus memperhatikan agama yang dianut anak yang bersangkutan. 5. Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di luar panti sosial.
60
6. Perseorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembagalembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).
Sebagaiman termaktub dalam Undang-Undang di atas panti asuhan Darul Hadlanah NU telah menjamin tumbuh kembang anak asuhnya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Panti asuhan Darul Hadlanah NU sebagai panti asuhan NU satusatunya di Salatiga yang langsung di bawah naungan PCNU telah memiliki kewenangan atau izin operasional dari dinas sosial Provinsi Jawa Tengah. Di panti asuhan Darul Hadlanah NU tidak hanya sebagai panti saja tetapi juga tempat mencari ilmu agama khususnya agama islam karena panti asuhan Darul Hadlanah NU adalah panti asuhan yang berbasis pesantren dan sangat memperhatikan pendidikan agama. Anak yang datang ke panti asuhan akan mendapat pengasuhan. Pengasuhan anak yang dimaksud adalah sesuai dengan UndangUndang Perlindungan Anak Bab VIII tentang Pengasuhan dan Pengangkatan Anak pasal 38 ayat (2), yaitu pengasuhan diselenggarakan melalui
kegiatan bimbingan, pemeliharaan,
perawatan, dan pendidikan secara berkesinambungan, serta dengan memberikan bantuan biaya dan/atau fasilitas lain, untuk menjamin tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual
61
maupun sosial, tanpa mempengaruhi agama yang dianut anak. Dengan adanya pengasuhan tersebut maka kebutuhan anak seperti kebutuhan fisik, kebutuhan emosi dan kebutuhan sosial anak akan terpenuhi. 1. Kebutuhan fisik. Anak membutuhkan makanan, pakaian dan lingkungan rumah yang aman. 2. Kebutuhan emosi. Anak membutuhkan kasih sayang dan perawatan. Mereka juga butuh pujian dan pengakuan, khususnya untuk usaha belajar yang dilakukannya dan sikap baik mereka. Anak juga butuh pengalaman yang baru dan bervariasi, seperti jalan-jalan ke kebun binatang, museum, acara kebudayaan dan aktivitas reaksi lainnya. Anak tidak boleh terlalu dilindungi. Sebaliknya mereka harus didorong untuk bertanggung jawab terhadap apa yang mereka mampu atau apa yang orang lain harapkan pada mereka. 3. Kebutuhan sosial. Anak perlu berinteraksi dengan orang lain (teman) agar bisa bersosialisasi (Prayitno, 2004: 467). Keadaan pada paparan MA di atas adalah keadaan anak yang baru masuk panti asuhan, yang kebanyakan dari mereka masih terbawa kebiasaan di rumah. Hal ini terbukti dari hasil wawancara penulis ke beberapa anak panti asuhan Darul Hadlanah NU tentang kebiasaan sebelum masuk panti asuhan: Beberapa anak panti asuhan yang putri:
62
a. Adik Alfa, mengatakan: “Kurang baik, sering bermain, kalau di rumah jarang melakukan pekerjaan rumah, suka nonton televisi, bangunnya kurang pagi”. b. Adik Sunariyah mengatakan: “ masih malas-malasan, masih kurang rajin ngaji dan salat, suka bermain c. Adik Nur hikmah mengatakan: “ masih kurang baik, banyak bermain HP, banyak bermain, kurang bisa mengatur waktu lah, salat jarangjarang”. d. Adik Sema mengatakan: “masih kurang baik, suka bermain, begadang tidur malam-malam, jarang salat subuh e. Adik Dewi mengatakan: “gak pernah salat, jarang ngaji, sering main HP, tidak pernah belajar”. f. Adik Uswah mengatakan: “suka males, jarang salat, ngaji rajin, suka nonton televisi, jarang bantu orang tua”. Beberapa anak panti asuhan putra: a. Dani mengatakan: “Ngekel, nakal, sering main, gak mau salat, gak tau waktu belajar”. b. Diky mengatakan: “ sering gak salat, bangun siang, gak pernah belajar”.
Melihat dari paparan wali kalayan di atas bahwa anak di panti asuhan sangat memerlukan kebutuhan akan fsiologis, cinta, kasih sayang dan rasa aman, seperti yang Maslow golongkan dalam lima tingkatan kebutuhan manusia. Lima tingkatan itu adalah: a. Kebutuhan fsiologis b. Kebutuhan akan rasa aman c. Kebutuhan cinta dan kebersamaan d. Kebutuhan penghargaan e. Kebutuhan aktualisasi diri (Sriyanti, 2011: 84-85). Kebutuhan Fsiologis ini adalah kebutuhan dasar manusia yang harus segera terpenuhi seperti makan, minum, tempat tinggal, pakaian, istirahat, dan lain-lain yang apabila tidak segera terpenuhi akan
63
menghambat kebutuhan yang lain. Anak-anak di panti asuhan untuk kebutuhan fsiologis harus tetap terpenuhi. Anak-anak datang ke panti asuhan selain untuk kebutuhan fsiologis, ia juga butuh kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman mengarah pada dua bentuk yakni: 1). kebutuhan keamanan jiwa 2). kebutuhan keamanan harta Anak-anak yang kebutuhan akan rasa aman terpenuhi maka ia akan bertingkah laku dewasa, tidak seperti tingkah laku anak-anak yang ketakutan (Sobur, 2003: 275).. Karena anak-anak di panti asuhan kebanyakan dari keluarga yang tidak utuh maka wali kalayan harus memberikan kebutuhan cinta atau kasih sayang. Kebutuhan cinta atau kasih sayang ini muncul karena anak merasa kesepian; rasa kesepian bagi anak belum tentu selalu memberikan dampak negatif pada kepribadian (Sobur, 2003: 277). Tapi kalau rasa kesepian ini dibiarkan berlarut-larut memungkinkan muncul dampak negatif bagi anak, seperti kurang semangat, putus asa, dan lain-lain. Apabila wali kalayan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak di atas, maka kepribadian anak akan tumbuh dan berkembang. Apalagi di panti asuhan yang mayoritas masih anak-anak itu akan lebih mudah untuk membentuk kepribadian anak yang baik, seperti yang penulis
64
tanyakan kepada Ibu Muizzatul Azizah tentang perubahan atau perkembangan anak setelah masuk panti asuhan, Beliau mengatakan: “banyak, alhamdulillah banyak, kalau anak itu kan mudah, apalagi anak SD kan masih mudah diarahkan. Ketika berada di lingkungan yang baik pasti terpengaruhnya cepat”.
Wali kalayan memang sangat berperan dalam membentuk kepribadian baik anak, dengan melihat pemaparan di atas ternyata lingkungan
juga
menjadi
faktor
dalam
pembentukan
dan
perkembangan kepribadian anak. Perkembangan yang sehat akan berkembang jika kombinasi dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan
dan
pontesialitas
kodrati
anak
bisa
mendorong
berfungsinya segenap kemampuan anak. Dan kondisi sosial menjadi sangat tidak sehat apabila segala pengaruh lingkungan merusak, bahkan melumpuhkan potensi psiko-fisis anak (Kartono, 1982 dalam bukunya Sobur, 2003: 149). Karena lingkungan menjadi salah satu faktor penting dalam pertumbuhan perkembangan kepribadian anak khususnya
dipanti
asuhan, maka
wali
kalayan harus
selalu
menciptakan keadaan lingkungan yang baik dan kondusif. Lingkungan di sini bisa berasal dari teman sekamarnya, tetangga, dan lain-lain. Tentang pengaruh lingkungan, Anastasi sebagaimana dikutip Alex Sobur mengemukakan semacam faktor segmental, yakni ada kalanya berlangsung dalam waktu yang singkat, ada kalanya berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Ada masa-masa ketika pengaruh
65
lingkungan sangat kecil dan sebaliknya, ada masa-masa ketika pengaruhnya sangat besar. Tentang hubungan antara faktor lingkungan dan faktor keturunan (konstitusi), Anastasi seperti dikutip Alex Sobur mengemukakan bahwa: a. Faktor lingkungan dan faktor konstitusi menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku. b. Kedua faktor ini tidak bisa berfungsi secara terpisah, melainkan saling berhubungan. c. Bentuk interaksi yang terjadi dapat dikonseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang majemuk; artinya suatu hubungan yang terjadi
memengaruhi
hubungan-hubungan
yang
terjadi
memengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan terjadi (Sobur, 2003: 151). Dengan melihat pemaparan wali kalayan di atas, penulis mengaitkan dengan teori-teori kepribadian berikut ini: a. Teori Kepribadian Psikoanalisa Dalam teori psikoanalisa ada tiga unsur yang harus ada yaitu id, ego, dan super ego. Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Menghindari tegangan
yang
terjadi
pada
individu
dengan
keadaan
yang
menyenangkan. Seperti rasa lapar, haus menghindarinya dengan makan, minum. Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai
66
pengarah individu kepada
dunia
objek dari
kenyataan, dan
menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the reality principle) (Yusuf dan nurihsan, 2007: 36). Super ego adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluative (menyangkut baik-buruk) (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 44). Dari teori kepribadian psikoanalisa di atas, di panti asuhan Darul Hadlanah NU, wali kalayan dalam memgembangkan kepribadian anak sangat mempentingkan tiga unsur di atas, seperti unsur id. Panti asuhan Darul Hadlanah NU selalu tepat waktu dalam memenuhi kebutuhan pokok anak-anak asuhnya, seperti makan tiga kali sehari, minum, uang jajan untuk sekolah, dan lain-lain. Pada unsur ego, di panti asuhan Darul Hadlanah, wali kalayan selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik untuk anak dalam melakukan sesuatu yang akan anak hadapi di luar panti dan di dalam panti sesuai kenyataan. Pada unsur super ego, anak-anak di panti
asuhan Darul Hadlanah NU menjadikan wali
kalayan sebagai figur yang diangap sebagai guru dan orang tua, sehingga apapun hal baik yang wali kalayan lakukan anak-anak akan mencontohnya untuk kehidupan. b. Teori Kepribadian Behaviorisme Behavioristik merupakan orientasi teoritis yang didasarkan pada premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi tingkah laku yang teramati (observeable behavior) (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 123). Anak-anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU dalam mengembangkan
67
kepribadiannya dengan mengamati tingkah laku di sekelilingnya, misal wali kalayan, teman-teman di panti, sekolah, dan masyarakat. Dengan begitu anak akan belajar memahami mana perilaku yang dan mana yang tidak, dan itu akan berkembang pada diri anak untuk kehidupan seharihari. c. Teori Kepribadian Humanistic Maslow berpendapat bahwa motivasi manusia diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematis, suatu kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan dasar lainnya muncul (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 156). Ada lima jenis kebutuhan dari Maslow adalah sebagai berikut: 1). Physiological Need adalah kebutuhan dasar manusia yang paling mendesak untuk dipenuhi karena berkaitan dengan kelangsungan hidup. Kebutuhan ini berupa makan, minum, oksigen, istirahat, dan keseimbangan temperatur. 2). Safety Need yaitu kebutuhan akan rasa aman. Merupakan kebutuhan psikologis yang fundamental dan perlu dipenuhi. 3). Love and Belonness yaitu kebutuhan kasih sayang dan kebersamaan merupakan kebutuhan yang mendorong seseorang berinteraksi secara afektif dan emosional dengan orang lain. 4). Self Esteen mengandung dua konsep yaitu rasa harga diri oleh diri sendiri serta penghargaan yang diberikan orang lain terhadap diri seseorang. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri,
68
kompetisi, penguasaan, prestasi, kebebasan, dan ketidaktergantungan atau independent. Sementara kebutuhan penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik dan penghargaan. 5). Self-Actualization merupakan kebutuhan tertinggi dari semua kebutuhan yang dikemukakan Maslow. Kebutuhan ini akan muncul dan terpuaskan bila kebutuhan lain di bawahnya sudah terpenuhi. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang ada dalam diri manusia untuk mengekspresikan, mengembangkan segala kemampuan dan potensi yang dimiliki (Sriyanti, 2011: 83-85). Melihat dari teori kepribadian humanistic, anak-anak yang datang ke panti asuhan Darul Hadlanah NU membutuhkan ke lima jenis kebutuhan yang diungkapkan oleh Maslow. Anak-anak yang datang ke panti asuhan Darul Hadlanah NU, kebanyakan dari keluaga yang tidak mampu, anak yatim, dan anak yatim piatu, hal itu menggambarkan bahwa anak-anak yang datang ke panti membutuhkan pemenuhan sandang pangan dan papan, rasa aman dari bahaya yang mungkin bisa menimpanya, kasih sayang dan kebersamaan, pengakuan akan adanya diri anak, dan proses pengembangan potensi yang dimiliki oleh anak. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut wali kalayan lah yang menjadi peran penting dalam panti asuhan. Untuk bisa mengetahui bagaimana keadaan anak dan apa yang diperlukan oleh anak harus ada komunikasi yang baik antara wali
69
kalayan dan anak asuh. Dengan komunikasi yang baik akan terjalin keterbukaan dan rasa kepercayaan. Dengan begitu wali kalayan akan mudah mengetahui bagaimana karakter dari anak tersebut, ini bisa salah satu cara untuk menggali kebiasaan anak sebelumnya. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Muizzatul Azizah, sebagai berikut: ”Ajak bicara ke anaknya, kalau di rumah ngapain, biasanya apa, jam segini ngapain, kalau sekolah sarapan nggak ya gitulah yang ringan-ringan. Yang paling sering saya tanyakan yang ringanringan, seperti saya tanyakan kepada anak pada umumnya. Terutama aktivitas kebiasaan di rumah apa, setelah saya dengar saya sosialisasikan programnya. Kalau disini sarapan jam sekian, kegiatan ya ini-ini, anak bisa adaptasi, harus ngaji salat, harus manut. Main ya ada waktunya, kalau di rumah main kan jor-joran kalau di sini ada waktunya”.
Mengajak berbicara walau terlihat hal kecil tapi itu berpengaruh besar, dengan keadaan yang komunikatif dan nyaman anak akan merasa betah tinggal di panti dan merasa diperhatikan, dengan begitu anak akan mudah beradaptasi dengan segala kegiatan yang ada tanpa merasa terbebani. Jika anak sudah merasa enjoy dengan semua hal di panti khususnya segala kegiatan-kegiatan yang telah terprogram maka anak tanpa disuruh akan melaksanakan kegiatan tersebut dan menjadi kebiasaan. Selain itu, dengan melihat penyampaian di atas wali kalayan juga mengajarkan tentang membagi waktu. Biasanya anak masih sangat sulit untuk mengatur waktu. Kapan waktu belajar, kapan waktu bermain, dengan adanya jadwal-jadwal yang terstruktur membantu
70
anak untuk bisa mengatur waktu dan menggunakannya dengan sebaikbaiknya. Pengasuhan anak harus dilakukan secara adil dengan mengikuti usia dan tahap penerimaan anak. Ada tiga jenis pengasuhan anak yaitu: a. Keras (otoriter). Jenis pengasuhan ini sangat tegas, melibatkan beberapa bentuk aturan-aturan. Anak-anak dibiasakan dengan pemberian hadiah dan hukuman. Masalah yang muncul dengan pengasuhan ini adalah anak-anak akan belajar untuk mengharapkan hadiah atas kelakuan “baik” anak. Hukuman yang terlalu keras akan menimbulkan ketakutan dan kemarahan yang berlebihan. Namun, jenis ini masih merupakan cara pengasuhan yang efektif untuk anak kecil yang pengertiannya masih harfiah dan sederhana. b. Lunak (permisif). Orang tua yang menggunakan cara ini tidak memberikan batasan dan biasanya anak akan tumbuh tanpa arahan. Anak seperti ini sering disebut „anak manja”. Masalah yang muncul dengan gaya ini adalah anak tidak peduli dengan tanggung jawab sosial dan akan mengalami kesulitan dalam bergaul. Orang tua, guru dan orang dewasa yang terlalu lunak dapat menghambat perkembangan moral anak. Mungkin ini adalah gaya terburuk dalam pengasuhan anak. c. Otoritatif (moderat). Gaya pengasuhan ini didasari atas pengertian dan rasa hormat orang tua terhadapa anaknya. Orang tua yang menggunakan cara ini memberikan aturan yang sesuai dengan usia
71
dan perkembangan anak. Orang tua yang fleksibel dan otoritatif adalah mereka yang mengizinkan dan mendorong anak untuk membicarakan masalah mereka, memberi penjelasan yang rasional dan masuk akal tentang peran anak di rumah menghormati peran serta orang dewasa dalam pengambilan keputusan meskipun orang tua merupakan pemegang tanggung jawab tertinggi. Orang tua seperti ini juga menghargai sikap disiplin dan tingkah laku yang baik (Prayitno, 2004: 467-468).
Melihat dari jenis-jenis pengasuhan di atas, di panti asuhan Darul Hadlanah NU menggunakan jenis pengasuhan dengan pendekatan demokratis yaitu anak-anak di panti asuhan diajari mandiri untuk mengembangkan prestasinya, dan juga wali kalayan mengajari serta menghargai sikap disiplin dan tingkah laku yang baik. Peran wali kalayan memang sangat penting dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak. Pentingnya peran wali kalayan ini dirasakan oleh anak-anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah NU, hal ini terbukti melalui wawancara kepada anak-anak asuh putra dan putri: “Penting, karena perilaku seorang anak akan meniru perilaku orang tua, wali asuh sudah di anggap orang tuanya sendiri” (Red, anak asuh putra) “Penting, mendidiknya lebih tegas” (Red, anak asuh putri)
72
B. Perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Pada dasarnya anak-anak mempunyai aktivitas keseharian yang sesuai dengan perkembangannya. Namun demikian, aktivitas ini perlu diarahkan oleh orang tua agar bermanfaat bagi anak. Kegiatan rutin harus diberikan dengan hati-hati dan konsisten, sebagai kegiatan yang teratur. Beberapa kegiatan harian ini adalah waktu tidur, bangun tidur, ke toilet, bekerja, bermain bebas dan belajar. Penyusunan kegiatan rutin pada anak dalam kehidupan sehari-hari adalah bentuk paling awal mencetak kedisiplinan anak. Bentuk ini perlu untuk menggiatkan, menanamkan rasa tanggung jawab anak, belajar secara bertahap dan menimbulkan rasa taat pada peraturan yang berlaku (Prayitno, 2004: 423). Dengan menanamkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan di panti asuhan yang diterapkan di panti asuhan Darul Hadlanah NU, anak-anak mengalami banyak perkembangan kepribadian, seperti hasil wawancara penulis kepada wali asuh di panti asuhan Darul Hadlanah NU berikut: “Perkembangan secara umum meningkat, awalnya tidak bisa ngaji, menjadi bisa ngaji, awalnya tidak salat jamaah jadi mau salat jamaah, awalnya mandi tidak teratur, disini jadi teratur, sarapan jadi teratur, ini dari segi kebiasaan sehari-hari. Kalau dari segi pendidikan, ya jelas jauhlah, terutama dari segi agama, karena ini adalah panti asuhan plus kan, plus pesantren anak sebisa mungkin harus tahu konsekuensinya, tahu kewajiban, seperti salat lima waktu, salat sunnah, yang biasanya ngak pernah puasa bahkan ramadhan tidak puasa disini saya ajarkan puasa wajib dan sunnah. Ya itu perkembangan, sedikit-sediki, anak-anak belajar dari lingkungan. Nggak harus ngomong karena sudah ada program, anak sudah terbiasa”.
73
Perkembangan ini juga dirasakan oleh anak asuhnya sendiri, seperti hasil wawancara berikut kepada anak asuh putra dan putri: 1. Dani mengatakan: “Ada perubahan, banyak, salat rutin, bisa ngaji, tahu ilmu agama, alhamdullilah dapat prestasi, disini dapat pengalaman banyak dari pengasuh, guru ngaji teman, bisa membagi waktu salat,ngaji dan belajar, dibilangin ngeyel harus dijewer, sekarang gak usah disuruh langsung dilaksanakan. Selain itu, nyuci baju sendiri, bisa ngajari adik-adiknya belajar, lebih tanggung jawab, dulu bisanya minta uang jajan, sekarang makan seadanya, sekarang bisa hemat dan mandiri”. 2. Nazil mengatakan: “Sopan santun mending, dulu ngeyel, gak pernah nurut, pake bahasa ngoko sama orang tua, sekarang pake bahasa kromo”. 3. Diky mengatakan: “Iya, cuci baju sendiri, menata sepatu sendiri, belajar sendiri”. Di panti asuhan Darul Hadlanah NU yang berbasis pesantren mengharuskan anak-anak untuk selalu taat beribadah dan banyak menuntut ilmu agama, dengan banyak jadwal dan peraturan. Dengan adanya jadwal dan banyak peraturan tersebut anak menjadi mandiri, disiplin, dan mengubah segala kepribadian yang kurang baik menjadi baik dari sebelumnya. Untuk tetap konsisten pada kepribadian anak yang telah terbentuk wali kalayan memberikan hukuman atau sanksi kepada anak yang melanggar peraturan yang telah dibuat. Hukuman atau sanksi itu semata-mata untuk menjaga anak agar tetap berperilaku baik, seperti paparan hasil wawancara kepada MA selaku wali kalayan berikut ini: “Banyak. Anak usia SD lebih cenderung bisa dikendalikan. Kalau untuk anak SMP yang lagi ego besar banget. Nasehat tidak henti-hentinya. Bila melanggar di sidang. Kalau tiga kali nglanggar, kalau sudah tidak wajar lagi, saya
74
keluarkan, saya harus tegas. Kalau tidak dikeluarkan merusak yang lain. Dikeluarkan juga kasihan, takutnya di luar tambah rusak. Kalau masih punya saudara atau orang tua saya kembalikan. Yang nggak punya orang tua dipertahankan dengan syarat, takutnya kalau dikeluarkan jadi anak jalanan”.
Disiplin dan hukuman adalah hal yang berbeda. Disiplin adalah proses latihan pikiran dan karakteristik untuk membentuk kontrol diri. Sebaliknya, hukuman dapat menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman sebagai akibat melakukan kesalahan. Hukuman yang diberikan oleh orang tua bisa berupa memarahi, merampas sesuatu dan memukul dengan tongkat. Penerapan disiplin dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satu cara yang paling umum dan efektif bagi anak adalah dengan sistem perubahan perilaku. Pada dasarnya ada tiga unsur dalam sistem perubahan perilaku, yaitu peraturan, hukuman dan penghargaan: 1. Peratuan adalah pernyataan orang tua tentang perilaku yang diinginkan dan tidak diinginkan orang tua yang kemudian menjadi aturan batasan bagi anak. 2. Hukuman adalah metode untuk meredam perilaku buruk anak, seperti mengabaikan perilaku buruk, celaan, rehat (membuat anak berfikir sejenak), hukuman fisik dan meniadakan rasa hormat.
75
3. Penghargaan atau penekanan positif seperti memberikan pujian, perhatian, aktivitas khusus bersama orang tua, gambar bintang dan hal lain yang menarik bagi anak atau makanan enak seperti permen dan cokelat (Prayitno, 2004: 500). Cara-cara membantu perkembangan anak: a. Suasana keluarga harus hangat dan akrab b. Orang tua harus peka dan responsive terhadap kebutuhan emosi anak dan memberikan kesempatan berbicara dan bermain untuk anak c. Orang tua juga harus mengajarkan disiplin yang konsisten, memberikan pengawasan dan dukungan d. Orang tua juga harus tahu kapan waktunya memberikan kewenangan dan kemandirian anak ketika tumbuh dan juga memberikan kesempatan untuk berinteraksi dan berkembang bersama orang dewasa dan anak yang lain e. Dalam pendidikan, orang tua harus memberikan pengalaman yang sesuai tentang belajar di dalam ataupun di luar sekolah (Prayitno, 2004: 276). Dengan menerapkan sistem keluarga seperti di atas, peranan wali kalayan sangat menentukan tumbuh kembang kepribadian anakanak yang ada di panti asuhan tumbuh dengan maksimal.
76
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah menganalisis hasil penelitian Peran Wali Kalayan dalam Menumbuhkan Perkembangan Kepribadian Anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Salatiga, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian tersebut, yaitu: 1. Peranan wali kalayan dalam menumbuhkan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU, sangat penting dengan memberikan beberapa kegiatan yang bersifat positif , kegiatan itu terjadwal, berlangsung secara berulang dan terus menerus, sehingga anak terbiasa. Wali kalayan selalu memberikan motivasi dan bimbinngan kepada anak-anak asuhnya untuk tetap semangatdan menjadi anak yang baik. Selain itu, ada peraturan-peraturan yang wajib ditaati anak asuh, sehingga kepribadian anak terbentuk dengan baik. 2. Perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU meningkat secara positif dari sebelumnya. Dalam segi agama, anak yang sebelumnya tidak rajin salat dan ngaji jadi rajin salat dan ngaji, bahkan yang tidak salat jadi salat, yang tidak pernah puasa ramadhan jadi puasa ramadhan, bahkan puasa sunnah juga. Segi kebiasaan sehari-hari, anak-anak jadi bisa membagi waktu, antara waktu ngaji, belajar, dan bermain, lebih mandiri, menghargai orang yang lebih tua, dan dapat menghargai teman.
77
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran guna selanjutnya ke arah yang lebih baik, kepada: 1. Pengasuh dan Wali Kalayan Panti Asuhan Karena begitu pentingnya perkembangan kepribadian anak asuh, maka kegiatan yang menyangkut tentang perkembangan kepribadian lebih diintensifkan karena akan mempengaruhi kedewasaan dan pola pikir anak. 2. Anak Asuh Agar menjadi pribadi yang baik maka terus belajar dengan rajin dan taati semua peraturan dengan senang hati, jangan sering melanggarnya, peraturan dibuat sebenarnya untuk kebaikan anak asuh. Hormati orang tua dan wali kalayan, serta sayangi teman.
78
DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Goble, Frank G. 1993. Madzhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius. Huraerah, Abu. 2005. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuansa. Koswara, E. 1986. Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT Eresco. Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: kencana prenada media group. Prayitno, Irwan dan Bandaro, Datuak Rajo. 2004. Anakku Penyejuk Hatiku. Bekasi: Pustaka Tarbiatuna. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia. Sriyanti, Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukandarrumdi. 2004. Metodologi Penelitian (petunjuk praktis untuk peneliti pemula). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sukmono, Cahyadi Joko. 2013. 93 Kepribadian yang Paling Dicari & Disukai Semua Orang. Klaten: Galmas publisher.
Spock,
Benyamin. 1991. Orang Tua Permasalahan Mengatasinya. Semarang: Dahara Publishing.
&
Upaya
KBBI Daring (edisi III). http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/ Yusuf, Syamsu, dan Nurihsan, juntika. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
79
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Khuzaimah
NIM
: 11111131
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/PAI
Tempat/Tanggal Lahir
: Magelang / 24 April 1993
Alamat
:Banaran RT. 001 RW. 001, Kel. Banaran, Kec. Grabag, Kab. Magelang
Nama Ayah
: Sudir
Nama Ibu
: Salamah
Agama
: Islam
Pendidikan
: - SD N Banaran I
lulus tahun 2005
- MTs Ma‟arif 2 Grabag
lulus tahun 2008
- MA Ma‟arif Grabag
lulus tahun 2011
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Magelang, 13 Agustus 2015 Penulis,
KHUZAIMAH 111-11-131
80
81
82
DESKRIPSI WAWANCARA A. Beberapa pertanyaan yang penulis ajukan kepada pengasuh di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Salatiga 1. Bagaimana kepribadian anak sebelum masuk panti asuhan? MA (Ibu Muizzatul Azizah) selaku pengasuh atau wali kalayan menjawab: “pertama anak datang di antar wali bisa saudara, pakde, nenek, bisa tetangga atau Rt/Rw setempat. Kalau yang masih ada orang tuanya ya sama orang tuanya. Minta keterangan tidak mampu, KK, KTP. Setelah itu, survey ke alamatnya, apakah anak benar-benar membutuhkan, khawatirnya salah sasaran” “rata-rata anak yang masuk karena dari keluarga broken home; kalau ngak bapak ibunya cerai atau meninggal, secara anak normal bukan dari keluarga yang normal. Secara kepribadian beda dari keluarga yang utuh, beda sekali. Mereka datang di samping. Butuh bantuan biaya dia juga butuh
orang tua, butuh keluarga kasih sayang
seutuhnya. Secara kepribadian berbeda dari anak-anak dari keluarga yang normal maksudnya utuh, kadang ada yang nakal, ada yang ngelamun dan ada yang sak karepe dewe”. 2. Apakah ada perkembangan kepribadian pada anak setelah masuk panti asuhan? MA menjawab:
83
“ banyak, Alhamdulillah banyak, kalau anak itu kan mudah, apalagi anak SD kan masih mudah. Ketika berada di lingkungan yang baik meski ia akan terpengaruhnya cepat. Akhir-akhir kelihatan aslinya. Karena anak baru masih takut, ya ngikuti alur, sholat ya sholat, ngaji ya ngaji, belajar ya belajar, makan ya makan. Biasanya kenakalan-kenakalan muncul kalau dah lama, terasa sudah seperti keluarga, jadi sudah berani nglanggar, susah di bangunin, waktu jamaah masih bobok. Biasanya kenakalan muncul setelah nyaman, sudah kenal, kalau awal-awal justru rajin, karena pekewuh dan belum kenal kan. 3. Metode apa yang Anda gunakan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan? MA menjawab: “Ajak bicara ke anaknya, kalau di rumah ngapain, biasanya apa, jam segini ngapain, kalau sekolah sarapan ngak ya gitulah yang ringan-ringan. Biasanya saya tanyakan bapak ibu mu kemana, kalau yang masih ada orang tuanya, kalau yang sudah tidak ada ya ngak saya tanyakan. Yang paling sering saya tanyakan yang ringan-ringan, seperti saya tanyakan kepada anak pada umumnya. Terutama aktivitas kebiasaan di rumah apa, setelah saya dengar saya sosialisasikan programnya. Kalau disini sarapan jam sekian, kegiatan ya ini-ini, anak bisa adaptasi, harus ngaji sholat, harus
84
manut. Main ya ada waktunya, kalau di rumah main kan jor-joran kalau disini ada waktunya”. 4. Bagaimana perkembangan kepribadian anak-anak di Panti asuhan Darul Hadlanah NU hari demi hari atau tahun demi tahun? MA menjawab: “Perkembangan secara umum meningkat, awalnya tidak bisa ngaji bisa ngaji, tidak sholat jamaah jadi sholat jamaah, mandi jadi teratur, sarapan teratur, ini dari segi kebiasaan sehari-hari. Kalau dari segi pendidikan, ya jelas jauhlah, terutama dari segi agama, karena ini adalah panti asuhan plus kan, plus pesantren anak sebisa mungkin harus tahu konsekuen, tahu kewajiban, seperti sholat lima waktu, sholat sunnah, yang biasanya ngak pernah puasa bahkan romadhan tidak puasa disini saya ajarkan puasa sunnah. Ya itu perkembangan, sedikit-sedikit, anak-anak belajar dari lingkungan. Ngak harus ngomong karena sudah ada program, anak sudah terbiasa”. 5. Apakah
ada
kesulitan
dalam
menumbuhkan
perkembangan
kepribadian anak di panti asuhan? MA menjawab: “Banyak. Anak usia SD lebih cenderung bisa dikendalikan. Kalau untuk anak SMP yang lagi ego besar banget. Nasehat ngak hentihentinya. Bila melanggar di sidang. Kalau tiga kali nglanggar. Kalau sudah tidak wajar lagi. Saya keluarkan, saya harus tegas.
85
Kalau tidak dikeluarkan merusak yang lain. Dikeluarkan juga kasihan, takutnya di luar tambah rusak. Kalau masih punya saudara atau orang tua saya kembalikan. Yang ngak punya orang tua di pertahankan dengan syarat, takutnya kalau dikeluarkan jadi anak jalanan. Anak SMA sudah saya ajari dewasa, berlatih tanggung jawab. Membantu saya mengoprak-oprak adik-adiknya. Dimintai bantuan untuk keperluan dapur”. 6. Bagaimana Anda mengawasi anak-anak setiap hari? MA menjawab: A. Beberapa pertanyaan untuk orang tua anak 1. Bagaimana kepribadian anak sebelum masuk panti asuhan? a. Ibu Baroroh (nenek dari M Haqiqi Nazil) menjawab: “ ibunya sudah meninggal, bapake mboten ngurusi, terus kaleh mbake, lha mbake kayae yo rak ngurusi, kepribadian ingkang kulo delok radi manja, rodo keset, ngeyel”. b. Ibu Aminatun (nenek dari Adela Bintarawan Ixsana dan Dindiawan Ayang Iyanda) menjawab: “Nggeh sae”. 2. Apakah tujuan Anda memasukkan anak Anda ke panti asuhan? a. Ibu Baroroh (nenek dari M Haqiqi Nazil) menjawab: “Kersane kerumat, kersane mendapat perhatian ilmu, karena orang tuanya tidak bertanggung jawab”.
86
b. Ibu Aminatun (nenek dari Adela Bintarawan Ixsana dan Dindiawan Ayang Iyanda) menjawab: “Kersane pinter sekolah, pinter ngaji”. Amargi bapake sampun dangu mboten enten, Ibue teng toko syifa mangkat ipun jam 7 pulang wangsul ipun jam 10. B. Beberapa pertanyaan untuk anak-anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU 1. Bagaimana sikap keseharian kalian sebelum di panti asuhan? Beberapa anak panti asuhan yang putrid menjawab: a. Adik Alfa, mengatakan: “Kurang baik, sering bermain, kalau dirumah jarang melakukan pekerjaan rumah, suka nonton televisi, bangunnya kurang pagi”. b. Adik Sunariyah mengatakan: “ masih malas-malasan, masih kurang rajin ngaji dan sholat, suka bermain c. Adik Nur hikmah mengatakan: “ masih kurang baik, banyak bermain HP, banyak bermain, kurang bisa mengatur waktu lah, sholat jarang-jarang”. d. Adik Sema mengatakan: “masih kurang baik, suka bermain, kelebihan uang saku, begadang tidur malam-malam, jarang sholat subuh e. Adik Dewi mengatakan: “gak pernah sholat, jarang ngaji, sering main HP, ngak pernah belajar”. f. Adik Uswah mengatakan: “suka males, jarang sholat, ngaji rajin, suka nonton televisi, jarang bantu orang tua”.
87
Beberapa anak panti asuhan putra: a. Dani mengatakan: “Ngekel, nakal, sering main, gak mau sholat, gak tau waktu belajar”. b.Diky mengatakan: “ sering gak sholat, bangun siang, gak pernah belajar”. 2. Apakah ada sikap ( missal sopan santun, kedisiplinan, dll) yang berubah setelah kalian masuk panti asuhan? a. Dani mengatakan: “Ada perubahan, banyak, sholat rutin, bisa ngaji, tahu ilmu agama, alhamdullilah dapat prestasi, disini dapat pengalaman banyak dari pengasuh, guru ngaji teman, bisa membagi waktu sholat,ngaji dan belajar, dibilangin ngeyel harus dijewer, sekarang gak usah disuruh langsung dilaksanakan. Selain itu, nyuci baju sendiri, bisa ngajari adik-adiknya belajar, lebih tanggung jawab, dulu bisanya minta uang jajan, sekarang makan seadanya, sekarang bisa hemat dan mandiri”. b. Nazil mengatakan: “Sopan santun mending, dulu ngeyel, gak pernah nurut, pake bahasa ngoko sama orang tua, sekarang pake bahasa kromo”. c. Diky mengatakan: “Iya, cuci baju sendiri, menata sepatu sendiri, belajar sendiri”. Beberapa anak santri putrid menjawab:”berubah dan lebih solidaritas”.
88
3. Menurut kalian sangat berperankah atau pentingkah wali asuh dalam menumbuhkan kepribadian baik anak, khususnya di panti asuhan? Jawaban anak putri: “Penting, mendidiknya lebih tegas”. Jawaban anak putra: “Penting,, karena perilaku seorang anak akan meniru perilaku orang tua,, wali asuh sudah dianggap orang tuanya sendiri ”.
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
DAFTAR GAMBAR
Kegiatan Mengaji Al-Qur‟an
102
Mengaji Sore
Kamar Santri
103
Mushola
Panti Asuhan Putra
104
DAFTAR NILAI SKK Nama : KHUZAIMAH NIM : 11111131 P.A. : Eva Palupi, S. Psi No. 1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jenis Kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) oleh DEMA STAIN Salatiga Achievement Motivation Training (AMT) “Membangun Mahasiswa Cerdas Emosi, Spiritual, dan Intelektual” oleh CEC & Ittaqo STAIN Salatiga Orientasi Dasar Keislaman (ODK) “ menemukan muara sebagai mahasiswa rahmatan lil alamin” oleh STAIN Salatiga Seminar Entrepreneurship dan Koprasi oleh KOPMA & KSEI STAIN Salatiga USER EDUCATION (Pendidikan Pemakai) oleh UPT PERPUSTAKAAN STAIN Salatiga Grand Opening Nisa‟ “Hypnotherapy” (Concentrate Your Mind, Get Your Achievement) oleh LDK Darul Amal Seminar Regional Kejurnalistikan “ Reorientasi Peran Jurnalistik dalam Prespektif sosial dan Budaya pada Era Post Modern” oleh LPM Dinamika Ibtida‟ “Muslim Diary : Catatan Harian Mahasiswa Rabbani” oleh LDK Darul Amal Daurah Mar‟atus Shalihah “Let‟s
Jurusan Progdi
: Tarbiyah : PAI
Pelaksanaan 20-22 Agustus 2011
Jabatan Peserta
Nilai 3
23 Agustus 2011
Peserta
2
24 Agustus 2011
Peserta
2
25 Agustus 2011
Peserta
2
19 September 2011
Peserta
2
22 September 2011
Peserta
2
06 Oktober 2011
Peserta
4
08-09 Oktober 2011
Peserta
2
26 November 2011
Peserta
2
105
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
be an Inspiring Women” oleh LDK Darul Amal Seminar Regional “Meningkatkan Nasionalisme di Tengah Goncangan Disintegrasi dan Pengikisan Ideologi Nasionalisme” oleh KOMANDO Resimen Mahasiswa Mahadipa Kalimosodo Seminar Pendidikan “Menuju Pendidikan Indonesia yang Ideal” oleh HMI Pelatihan Penggunaan Maktabah Syamilah & Pengetikan Arab Cepat (STAIN ARABY) “Bahasa Arab Sebagai Penunjang Perkuliahan Mahasiswa” oleh Ittaqo STAIN Salatiga Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Djoko Tingkir Salatiga Public Hearing “Meningkatkan Kepekaan dan Transparansi Kinerja Lembaga Menuju Kampus yan Amanah” oleh Senat Mahasiswa (SEMA) STAIN Salatiga Pelatihan Karya Tulis Ilmiah “Meningkatkan Intelektual Mahasiswa dengan Berkarya Ilmiah” oleh HMJ Tarbiyah Comparison of English and Arabic “Aktualisasi Nilai Pendidikan Bahasa Arab dan Inggris Sebagai Upaya Memahami Keilmuan Mutakhir di Era Globalisasi” oleh CEC dan Ittaqo STAIN Salatiga Seminar Nasional Entrepreneurship ”Tren Bisnis Berbasis Multimedia dan Teknologi Informatika sebagai Wujud Pasar Modern” oleh KOPMA FATAWA STAIN Salatiga
26 Oktober 2011
Peserta
4
28 Desember 2011
Peserta
2
17 Maret 2012
Peserta
2
23-25 Maret 2012
Peserta
2
27 Maret 2012
Peserta
2
03 – 04 April 2012
Peserta
2
13 April 2012
Peserta
2
21 April 2012
Peserta
8
106
18.
19.
20.
21.
22. 23.
24.
25.
26.
27. 28. 29. 30.
Seminar Regional “Peran Mahasiswa dalam Mengawal BLSM (BLT) Tepat Sasaran” oleh DEMA STAIN Salatiga Seminar Nasional “Berpolitik untuk Kesejahteraan Indonesia, Reorientasi Gerakan Mahasiswa Pasca Reformasi” oleh Senat Mahasiswa (SEMA) STAIN Salatiga Milad X LDK Darul Amal STAIN Salatiga “Nisa‟ Mencari Bakat” (Lomba Menyanyi) oleh LDK Darul Amal Seminar Nasional Ekonomi Syariah Bukan Ekonomi Biasa “Penerapa Nilai-Nilai Syariah dalam Praktik Perekonomian ” oleh KSEI STAIN Salatiga Akhirussanah Ma‟had STAIN Salatiga 2012 Public Hearing II “Evaluasi Kinerja Lembaga Menanggapi Public Hearing I” oleh Senat Mahasiswa (SEMA) STAIN Salatiga Seminar Nasional “Mewaspadai Gerakan Islam Garis Keras di Perguruan Tinggi” oleh DEMA STAIN Salatiga Bimbingan Belajar Menghadapi UAS SIBA Bahasa Inggris dan Bahasa Arab oleh CEC & Ittaqo Sarasehan Nasional “ Peran Mahasiswa dalam Realita dan Idealitas Bangsa” oleh DEMA STAIN Salatiga Program Ma‟had Mahasiswa selama 1 tahun. Pesantren Kilat di SMP N 10 Salatiga oleh LDK Darul Amal Pesantren Kilat di SMP N 3 Salatiga oleh LDK Darul Amal Masa Penerimaan Anggota Baru
03 Mei 2012
Peserta
4
15 Mei 2012
Peserta
8
17 Mei 2012
Peserta
2
02 Juni 2012
Peserta
8
07 Juni 2012
Panitia
3
20 Juni 2012
Peserta
2
23 Juni 2012
Peserta
8
29 Juni 2012
Peserta
2
01 Juli 2012
Peserta
8
07 Juli 2012
Peserta
2
Pemateri
5
Pemateri
5
Panitia
3
06 – 08 Agustus 2012 09 – 11 Agustus 2012 05 - 07 Oktober
107
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
(MAPABA) PMII Joko Tingkir Salatiga 2012 Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandega ke-22 (PLCPP XXII) oleh Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi STAIN Salatiga Dialog Publik dan SilaturahimNasional “Kemanakah Arah Kebijakan BBM? Mendorong Subsidi BBM Untuk Rakyat” oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Salatiga Pelatihan Legal Drafting “Revitalisasi Undang-undang Mahasiswa untuk Kemajuan Kampus yang Lebih Baik” oleh Senat Mahasiswa (SEMA) STAIN Salatiga Public Hearing “Meningkatkan Kepekaan dan Transparansi Kinerja Lembaga Menuju Kampus yang Amanah” oleh Senat Mahasiswa (SEMA) STAIN Salatiga SK Pengangkatan Pengurus HMJ Tarbiyah STAIN Salatiga Masa Bakti 2012-2013 Surat Keterangan sebagai Ustadz/Ustadzah di TPQ AsySyifa‟ Pulutan Short Course on TOEFL Preparation Focusing on Structure and Written Expression Test oleh PonPes. Salafiyah Pulutan, Salatiga Penataran Ustadz/Pengelola TKATPA Tingkat Dasar “Manajemen dan Administrasi TKA-TPA, Metodologi IQRO‟ dan Pengelolaan Kelas” oleh Yayasan Team Tadarus “AMM” Yogyakarta Seminar Nasional ” HIV/AIDS Bukan Kutukan dari
2012 12-15 Oktober 2012
Peserta
2
10 November 2012
Panitia
8
02 – 03 November 2012
Peserta
2
13 Desember 2012
Peserta
2
Koordinat or Umum PAI Ustadzah
3
09-16 Februari 2013
Peserta
2
10 Maret 2013
Peserta
2
13 Maret 2013
Peserta
8
17 Januari 2013
25 Februari 2013
108
5
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
Tuhan” oleh DEMA STAIN Salatiga Pelatihan Karya Tulis Ilmiah (PKTI) “Karya Ilmiah Sebagai Wujud Pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi” oleh HMJ Tarbiyah Kursus Singkat “TOEFL Focusing on Listening” oleh bagian Bahasa PonPes Salafiyah Pulutan Salatiga Kursus Singkat “TOEFL Focusing on Reading Comprehension” oleh Bagian Bahasa Ponpes Salafiyah Pulutan Salatiga Seminar Pendidikan “Menimbang Mutu dan Kualitas Pendidikan di Indonesia” oleh HMJ Tarbiyah Lomba Khitobah “Satukan Cinta dalam Dekapan Ukhuwah Menuju Umat Madani” oleh LDK Darul Amal Seminar Nasional “Mengawal Pengendalian BBM Bersubsidi, Kebijakan BLSM yang Tepat Sasaran Serta Pengendalian Inflasi dalam Negeri Sebagai Dampak Kenaikan BBM Bersubsidi” oleh DEMA STAIN Salatiga SK Pengangkatan Panitia Orientasi Perkenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga periode 2013 Sosialisasi & Seminar Nasional “Sosialisasi UU No.1 Th.2013, Peran Serta Fungsi OJK” & “Peran Pemerintahan dalam Pengawasan LKM (Lembaga Keuangan Mikro)” oleh HMJ Tarbiyah & Syari‟ah Seminar Nasional dan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan “4 Pilar Kebangsaan Untuk Mempertegas Karakter KeIndonesiaan” oleh IPNU JATENG
16 Maret 2013
Panitia
3
17 Maret 2013
Peserta
2
24 Maret 2013
Peserta
2
02 Mei 2013
Panitia
3
08 Juni 2013
Peserta
2
08 Juli 2013
Peserta
8
26 Agustus 2013
Anggota
3
30 September 2013
Panitia
8
24 Oktober 2013
Peserta
8
109
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55. 56.
SK Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa dan Panitia Pengawas Pemilihan Umum Mahasiswa tahun 2013 Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) “Pengaruh Lingkungan Bermain Terhadap Pembentukan Karakter Pemuda” oleh HMJ Tarbiyah SK Pengangkatan Pengurus Dewan Mahasiswa (DEMA) STAIN Salatiga masa bakti 2014
31 Oktober 2013
Bendahara
3
Panitia
3
Devisi Pemberda yaan Mahasisw a Peserta
5
Dialog Interaktif & Edukatif “Diaspora Politik Indonesia di Tahun 2014, Memilih untuk Salatiga Hati Beriman” oleh Senat Mahasiswa (SEMA) STAIN Salatiga Sosialisasi Bahaya Narkoba dan HIV/AIDS Dikalangan Perguruan Tinggi Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Oleh Pemerintah Prov.Jawa Tengah Dinas Pendidikan Gerakan Santri Menulis dan Sarasehan Jurnalistik Ramadhan 2014, oleh Suara Merdeka Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan Latihan Bela Negara bagi Mahasiswa PTN/PTS/APTISI seJATENG dan DIY Oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Komando Daerah Militer IV/Diponegoro
01 April 2014
19-20 Juni 2014
Peserta
2
08 Juli 2014
Peserta
2
18-19 Agustus 2014
Panitia
3
20-23 Oktober 2014
Peserta
5
01 Desember 2013
17 Februari 2014
110
2
111