SOSIALISASI PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH TANJUNGPINANG NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Serjana Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang
Oleh:
RAJA ABDUL AZIZ NIM: 100569201034
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2015
DAFTAR ISI
Daftar Isi...........................................................................................................
i
Abstrak .............................................................................................................
iii
Abstract ............................................................................................................
iv
A. Pendahuluan ................................................................................................
1
B. Perumusan Masalah .....................................................................................
4
C. Tujuan Dan Kegunaan .................................................................................
4
1. Tujuan Penelitian .....................................................................................
4
2. Manfaat Penelitian ...................................................................................
5
D. Konsep Operasional ....................................................................................
5
E. Metode Penelitian ........................................................................................
6
1. Jenis Penelitian ........................................................................................
6
2. Lokasi Penelitian .....................................................................................
6
3. Jenis Data ................................................................................................
7
4. Populasi dan Sampel ...............................................................................
7
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data .......................................................
8
a. Observasi Partisipatif ..........................................................................
8
b.Wawancara ..........................................................................................
9
c. Dokumentasi .......................................................................................
9
6.Teknik analisa Data .............................................................................
10
i
F. Landasan Teori.............................................................................................
11
a. Sosialisasi ................................................................................................
11
b. Pembentukan Kepribadian ......................................................................
11
G. Gambaran Lokasi Penelitian .......................................................................
12
a. Sejarah dan Perjalanan Panti Asuhan Muhammadiyah ...........................
12
b. Struktur Organisasi Panti Asuhan Muhammadiyah ................................
14
c. Tahap Pelayanan Panti Asuhan Muhammadiyah ....................................
15
H. Hasil Penelitian ...........................................................................................
18
1. Proses Sosialisasi Yang dikerjakan (Tidak Sengaja) Lewat Proses Sosial ..................................................................................................
19
a. Proses Sosial Berdasarkan Teman Di Panti Asuhan ......................
19
b. Proses Sosial Berdasarkan Peraturan Yang Diterapkan .................
21
c. Proses Sosial Berdasarkan Represif dan Partisipatoris ..................
23
2. Proses Sosialisasi Yang Dikerjakan (Secara sengaja) Lewat Proses Didikan dan Pengajaran .....................................................................
24
a. Proses Didikan Berdasarkan Peraturan dan Aktivitas Panti Asuhan .................................................................................
25
b. Proses Didikan Penerapan Rekreasi Pada Anak Asuh ...................
26
c. Proses Didikan Berhemat Lewat Menabung ..................................
26
I. PENUTUP. ...................................................................................................
28
ii
ABSTRAK
Panti Asuhan Muhammadiyah Yang terletak di Jalan Raja Haji Fisabillilah km 8 dan berlandaskan keagamaan. Anak asuh yang ada pada panti ini, mereka berlatar belakang dari yatim-piatu, hingga anak telantar. Panti asuhan Muhammadiyah dalam pandangan masyarakat terutama sekitarnya, memandang bahwa mereka dianggap sangat mementingkan permasalahan anak (Yatim, Piatu, dan Telantar) yang terjadi. Hal yang ingin dilihat dari Panti asuhan Muhammdiyah adalah bagaimana sosialisasi pembentukan kepribadian anak. Anak sebagai generasi penerus, tentunya harus memiliki kepribadian yang sesuai dengan kondisi masyarakat. Maka ini akan menjadi gambaran antara sosialisasi pembentukan kepribadian anak pada panti asuhan dan keluarga biologis. Penelitian ini menggunakan konsep sosialisasi pembentukan kepribadian yakni secara tidak sengaja dan secara sengaja. Kedua proses tersebut menjadi relevan jika dapat mengambarkan keduanya, baik itu anak dalam keadaan diluar dan didalam lingkungan panti. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana anak asuh mendapatkan pengajaran dan pengawasan dari pendidik dengan ketentuanketentuan yang berlaku sehingga nilai dan norma dalam masyarakat tertanam dengan baik lewat sosialisasi yang membentuk kepribadian anak. Teknik dan alat pengumpulan data dilakuan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Menggunakan pendekatan analisis kualitatif sebagai pisau analisanya. Hasil temuan yang didapati pada Panti asuhan Muhammadiyah, adalah mereka sudah tidak lagi menggunakan makna asuh. Walaupun fisik masih menunjukkan sebuah panti asuhan, namun roh mereka sudah menjadi Lembaga Kesejahteraan Anak (LKSA) yang tentunya lebih menjurus dan mementingkan pendidikan maupun sosialisasi dalam membentuk karakter kepribadian anak. Kata Kunci: Sosialisasi, Pembentukan Kepribadian iii
ABSTRACT
The Muhammadiyah orphanage located in Jalan Raja Haji Fisabillilah miles 8 and religious based. Foster children in this orphanage, their background of orphans, until displaced children. Muhammadiyah orphanage especially in view of the surrounding community, the view that they are considered to be very concerned with the problems of children (fatherless, Dcof, and Derelict) happens. Things to be seen from the orphanage Muhammadiyah is how the socialization of the child's personality establishment. Children as the next generation, of course, have to have a personality that is in accordance with the conditions of the community. Then this would be a picture of the child's personality formation socialization orphanage and biological families. This study uses the concept of socialization of personality formation that is inadvertently and deliberately. Both of these processes become relevant if it can be a portrait of the two, either the child in a state outside and inside the home environment. The purpose of this research is to know how to foster children get instruction and supervision of educators with the provisions applicable to the values and norms embedded in society well through socialization that make up the personality of the child. Techniques and tools of data collection was done by observation, interviews, and documentation. Using a qualitative analysis approach as methode analysis. The findings were found in the Muhammadiyah orphanage, is that they are no longer using the foster meaning. Although physically still showed an “Panti Asuhan”, but their spirits have become the “Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak” (LKSA) are certainly more leads and the importance of education and socialization in shaping the character of the child's personality.
Keywords: Socialization, Personality Establishment
iv
SOSIALISASI PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH TANJUNGPINANG
A. Pendahuluan Latar Belakang Masyarakat dari era dahulu sudah terbiasa dengan yang namanya berkelompok atau berorganisasi, mereka menganggap organisasi adalah “Wadah” mereka untuk dapat meletakkan dan menyampaikan aspirasi mereka kepada pemerintah. Kebanyakan dari mereka menggunakan organisasi sebagai tempat untuk apresiasi wadah mereka sendiri, dimana mereka bisa membuat aturanaturan dan mengatur setiap jadwal mereka untuk berapresiasi. Ada sebuah defenisi para ahli tentang organisasi, bahwa “Organization is a consciously coordinated social units, composed of two or more people, that function on a relatively continous basis to achieve a common goal or set of goal.” (organisasi adalah satuan sosial yang terkooordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih yang berfungsi atas dasar yang relatif kontinu untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian bersama). Robbins, S.P., (1986) dalam Sopiah (2008:128). Salah satu organisasi sosial yang menjadi sorotan adalah Panti Asuhan. Sebelum lebih spesifik, Panti Asuhan adalah organisasi sosial yang didalamnya, terdapat tujuan-tujuan sosial yang menjurus kepada keprihatian terhadap anak baik dalam kondisi yatim piatu atau telantar, untuk dibina dan diarahkan agar selain fisik, psikologis dan sosial siap untuk kedepan. Dalam defenisi standar nasional tentang lembaga/organisasi sosial kesejahteraan anak yakni adalah 1
lembaga-lembaga kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat yang melaksanakan pengasuhan. Peraturan yang mengatur tentang lembaga atau organisasi sosial kesejahteraan anak adalah Peraturan Menteri sosial Republik Indonesia nomor : 30/HUK/2011 tentang standar nasional pengasuhan anak untuk lembaga kesejahteraan sosial anak. Hal apa yang menjadi masalah sebuah Panti Asuhan?. Pada realitasnya, Panti Asuhan bukannya tanpa masalahnya sendiri. Jarang sebuah Panti Asuhan mampu memenuhi persyaratan ideal dalam pemenuhan hak anak.Sejumlah studi menemukan berbagai kendala yang dihadapi oleh Panti Asuhan. Masalah umum yang dihadapi adalah dana. Pemenuhan hak di Panti Asuhan di Inggris misalnya, sepuluh kali lebih mahal daripada pemenuhan hak di rumah tangga keluarga besar (Williamson dan Greenberg, 2010 dalam Lendriyono 2013:2). Terlepas dari realita masalah finansial, ada permasalahan lain yang lebih penting ketimbang dana. Masyarakat pada umunya berspekulasi bahwa Panti Asuhan lebih mementingkan kepentingan mendapatkan dan pengelolaan dana sehingga mengabaikan
yang
namanya
pembentukan
kepribadian
anak.
Memang
permasalhan dana tidak harus disipisahkan begitu saja, namun dengan konsentrasi yang lebih kuat ke permasalahan finansial mengakibatkan fungsi dan peran panti asuhan terabaikan. Sebagai akibatnya, anak anak seringkali berada pada kondisi kekurangan dalam fungsi sosial dan perkembangan kognitif. Bahkan ketika hak fisik seperti perhatian medis, perawatan fisik, dan makanan telah terpenuhi, tanpa
2
adanya pemenuhan hak sosial tetap ada dampak yang besar (Ashford dan LeCroy, 2010 dalam Lendriyono 2013:3). Panti Asuhan yang ingin dilihat sosialisasinya disini adalah salah satu Panti Asuhan yang terdapat di kota Tanjungpinang Kepulauan Riau yang bernama Muhammadiyah. Sebuah organisasi sosial yang terletak pada jalan Raja Haji Fisabilillah ini adalah adalah Panti Asuhan yang mengasuh anak-anak yatimpiatu serta telantar. Panti Asuhan ini terbagi dua asrama, yakni asrama putra yang terletak pada sentral di Jalan Raja Haji Fisabilillah km 8 dan untuk asrama putri yang terletak dijalan Kamboja. Panti Asuhan ini memiliki 16 putra dan 16 putri. Panti asuhan ini adalah Panti Asuhan yang berpondasi keagamaan (memperkuat anak-anak dengan nilai dan norma agama), yang didalamnya terdapat anak asuh dari usia anak sekolah dasar hingga bangku Menengah atas dan karena kemajuannya dalam menjalankan Panti Asuhan ini memiliki reputasi baik sebab pengasuh/pembimbing sebagai relawan dengan background pendidikan dan mengerti akan ideologi Muhammadiyah itu sendiri. Latar belakang anak panti asuhan yang beranekaragam dari yatim-piatu, telantar,
permasalahan
ekonomi
keluarga,
menunjukkan
panti
asuhan
Muhammadiyah itu sendiri memiliki komitmen kuat untuk memperbaiki generasi calon penerus bangsa. pada masyarakat sekitar menunjukkan bahwa panti asuhan ini memiliki reputasi baik dalam segi pengasuhan, sebab mereka selalu mementingkan isu-isu anak yang terjadi sehingga mengedepankan karakter, bukanlah hal yang baru bagi Muhammadiyah, namun sudah tercipta ketika 3
Muhammadiyah ini berdiri puluhan tahun yang lalu. Jadi masyarakat sekitar memandang bahwa panti asuhan Muhammdiyah cabang Tanjungpinang ini telah banyak melakukan
melakukan peningkatan
kualitas pengasuhan
seperti
dibangunnya beberapa sistem keamanan untuk anak asuh baik dikembangkan disekolah maupun pada lingkungan pantinya, serta kualitas pembimbing dalam hal mengkomitmenkan tentang anak asuh pada panti asuhan terlihat tegas dan lugas.
B. Perumusan Masalah Bagaimakah sosialisasi pembentukan kepribadian anak di Panti Asuhan Muhammadiyah Tanjungpinang ?
C. Tujuan Dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui sosialisasi pembentukan kepribadian anak di Panti Asuhan Muhammadiyah Tanjungpinang, dan Mengetahui bagaimana anak asuh mendapatkan pengajaran dari pendidik (pengasuh) Panti Asuhan sehingga nilai dan norma dalam masyarakat tertanam dengan baik dalam kepribadian anak. 2. Kegunanaa Penelitian a. Secara Praktirs Dilihat dari kegunaan penelitian secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran serta dapat 4
membantu sebagai bahan informasi untuk pemerinah, agar dapat menjadi referensi untuk memperkuat ketentuan-ketentuan lembaga kesejahteraan sosial anak yang berhubungan mengenai proses sosialisasi Pembentukan kepribadian anak di panti asuhan Muhammadiyah Tanjungpinang. b. Secara Teoritis Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan informasi dalam penelitian-penelitian berikutnya dengan permasalahan penelitian yang sama serta menjadi referensi pustaka bagi pemenuhan kebutuhan penelitian lanjutan terutama pengembangan keilmuan dibidang di sosiologi.
D. KONSEP OPERASIONAL Konsep
yang akan
dioperasikan
adalah
sosialisasi
pembentukan
kepribadian, konsep ini digunakan untuk mengambarkan proses sosialisasi dipanti asuhan Muhammadiyah, sehingga membentuk suatu kepribadian seperti Bersikap, disiplin, pergaulan, dan sopan santun. Dalam mengambarkan hal tersebut sosialisasi pembentukan kepribadian anak terbagi sebagai berikut: 1. Sosialisasi Pembentukan Kepribadian Secara Tidak Sengaja Proses sosialisasi anak asuh yang berhubungan dengan hal yang mereka perhatikan atau mereka saksikan serta interaksi yang terjadi di Panti asuhan Muhammadiyah.
5
2. Sosialisasi Pembentukan Kepribadian Secara Sengaja Proses sosialisasi anak asuh yang mengikuti pengajaran oleh pembimbing lewat
peraturan-peraturan
yang
diterapkan
oleh
pihak
panti
asuhan
Muhammadiyah.
E. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian dengan melakukan pendekatan deskriptif, dimana menurut Nawawi (1991:63) bahwa yang dikatakan dengan pendekatan deskriptif ialah prosedur pemecahan masalah yang dimiliki dengan menggambarkan subjek-subjek penelitian (individu, lembaga, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Hal tersebut dihimpun seluas-luasnya tentang objek penelitian dan tidak menggunakan hipotesa atau suatu praduga awal terhadap hasil penelitian. Dari penjelasan diatas, maka penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara deskripsi. Dalam penelitian ini peneliti mendeskripitifkan atau menggambarkan serta menganalisa sosialisasi Panti Asuhan dalam membentuk kepribadian anak.
6
2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Panti Asuhan Muhammadiyah yang terletak pada Jalan Raja Haji Fisabilillah 80, Batu 8 Atas Tanjungpinang Kepri. Peneliti memilih lokasi tersebut, yakni : 1. Terdapat anak asuh dari tingkatan dasar hingga bangku Sekolah menengah atas. 2. Salah satu Panti Asuhan Berpondasi Keagamaan . 3. Kemajuan serta pengalamannya yang telah tercapai menghasilkan banyak dermawan dan donatur yang bersimpatik. 4. Dalam obsevasi yang dilakukan masyarakat memandang bahwa Panti ini peduli
akan
anak
yatim-piatu,
serta
telantar
untuk
mendapatkan
pembimbingan serta pendidikan yang baik. 3. Jenis Data Jenis data dalam penelitian yang akan dilakukan adalah : Data primer dilakukan agar keefesien dan efektif dalam mendapatkan data mengenai sosialisasi Panti Asuhan MUHAMMADIYAH dalam membentuk kepribadian anak, Sehingga data yang didapati mampu memberi jawaban atas penelitian ini. Data primer ini diperoleh melalui wawancara dan observasi dilapangan. Data skunder yang digunakan adalah buku-buku pengantar sosiologi organisasi, baik itu bentuk buku secara fisik dan virtual, kemudian selain buku mengenai sosialisasi, data skunder lain yaitu literatur yang berhubungan dengan 7
sosialisasi, dokumen yang relevan dengan sosialisasi pembentukan kepribadian anak dipanti asuhan Muhammadiyah. 4. Populasi dan Sampel Populasi di dalam penelitian kualitatif tidak dijadikan tujuan generalisasi dari temuan penelitian sehingga tidak diperlukan dalam penelitian kualitatif sebagai keseluruhan objek yang diteliti. Tetapi masih menggunakan istilah sampel purposif, sampel internal, dan sampel waktu (Sugiyono 2011:217-218). Dan menggunakan istilah narasumber atau informan sebagai sumber informasi dalam penelitian kualitatif ini. Maka dalam pengambilan dan pemilihan sampel dalam peneltian ini, peneliti menggunakan cara sampel purposif, dimana dari jumlah anak-anak dan pembimbing yang terdapat pada Panti Asuhan Muhammadiyah diambil beberapa orang yang akan menjadi informan atau narasumbernya dan yang sengaja dipilih karena memiliki ciri-ciri tertentu. Informan yang dijadikan objek penelitian adalah Pembimbing dan anak asuh. Anak asuh yang menjadi informan diklasifikasikan kedalam kelompok pendidikan formal mulai dari SD, SMP, dan SMA. 5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik dan alat pengumpulan data sangat penting dalam suatu penelitian, jadi peneliti harus mampu membuat strategi dalam mengumpulkan data, agar data yang didapati mampu memberi efektifitas atau dalam kata lain mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data yang dilakukan adalah mekanisme prosedur yang
8
sistematis dan standarisasi dalam mengumpulkan data. Teknik dan pengumpulan data yang dilakukan yakni: a. Obsevasi Partisipatif Observasi ini adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (sugiyono 2011:227). Observasi partisipatif dilakukan peneliti dengan terjun langsung pada lokasi penelitian tersebut agar dapat melihat sosialisasi yang dilakukan pengasuh dalam pembentukan kepribadian anak asuh yang dilakukan di Panti Asuhan Muhammadiyah. Tujuan observasi partisipatif ini dilakukan agar dapat mencatat segala aktivitas Panti Asuhan baik kegiatan pengasuh terhadap anak asuh dalam hal sosialisasi. Obsevasi ini berguna agar ketika dalam pengolahan data, dapat mengambil dari ingatan kita untuk menambah data yang ada. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara ynag mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 1998:135) Tujuan peneliti menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkret tentang proses sosialisasi Panti Asuhan dalam membentuk kepribadian anak. Pihak-pihak yang akan diwawancarai, adalah anak-anak yang diambil secara acak berdasarkan kriteria tertentu dan para pengasuh Panti Asuhan Muhammadiyah. 9
c. Dokumentasi Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pencatatan atau pengutipan data dari dokumen yang ada dalam lokasi penelitian. Dokumentasi dapat berupa gambar atau foto dan pencatatan lain yang berhubungan dengan penelitian (Sugiyono 2011:240). Dokumentasi meliputi, gambar kegiatan atau aktivitas Panti Asuhan tersebut, Data yang berhubungan dengan jumlah, status, dan pendidikan formal anak asuh serta foto-foto yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, seperti kegiatan pengasuh dalam mengsosialisasi kepada anak asuh. Tujuan metode ini dilakukan, agar lebih mendapatkan data yang kongkrit atau bukti yang kongkrit dalam menyajikan data mengenai penelitian ini. 6. Teknik Analisa Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisas data kualitatif yang dilakukan saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang kredibel (Sugiyono 2011:246). Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011:246), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga data yang didapati jenuh. 10
Peneliti melakukan proses analisa terhadap penelitian ini disaat pengumpulan data hingga tahap ahkir. Dengan melakukan wawancara terhadap informan dan mendapatkan dokumen serta lampiran yang berhubungan dengan proses sosialisasi kepribadian anak di Panti Asuhan Muhammadiyah. Proses akan dijabarkan secara kualitatif dan akan berlangsung hingga proses sosialisasi tentang kepribadian anak asuh yang ingin didapati telah mendapatkan jawaban yang diinginkan. F. Landasan Teori a. Sosialisasi Dalam defenisi sosialisasi menyebutkan bahwa suatu proses yang melalui seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpatisipasi dalam masyarakat (Barger 1978) dalam Sunarto (2004:21). Definisi tersebut disajikan nya dalam suatu pokok bahasan berjudul Socity in man, dari sisni tergambar pandangannya bahwa melalui sosialisasi masyarakat dimasukkan ke dalam manusia. Dalam sosiologi pendidikan Kimball Young mengatakan sosialisasi merupakan hubungan interaktif di mana seorang dapat mempelajari kebutuhan sosial dan kultur yang menjadikan sebagai anggota masyarakat. Dalam sosialisasi terdapat pula pola represif dan partisipatoris sebagai salah satu komponennya. b. Proses Pembentukan Kepribadian Proses dalam pembentukan kepribadian memiliki pola tertentu yang ditumbuhkan oleh kelompok-kelompok masyarakat didalam individu-individu. Proses sosialisasi ini dilakukan oleh kelompok termasuk proses internalisasi oleh 11
individu yang bersangkutan dan dilakukan olehnya didalam kelompok. Lewat proses-proses tersebut iniliah norma-norma dan pola-pola tingkah pekerti sosial tertanam kedalam mental atau psike seorang individu dan kemudian menjadi pedoman-pedoman ynag mencendrungkan macam dan bentuk tingkah pekerti individu tersebut (Narwoko dan Suyanto 2010:84).
1. Proses Sosialisasi Yang Dikerjakan (Tanpa Sengaja) Lewat Proses Sosial Proses sosialisasi tanpa sengaja terjadi jika seseorang individu menyaksikan apa-apa saja yang dilakukan orang-orang disekitarnya didalam interaksi antar mereka atau antara mereka dengan dirinya. Dengan melakukan hal tersebut individu akan menginternalisasikan pola-pola tingkah pekerti dan polapola interaksi tersebut kedalam mentalnya. 2.`Proses sosialisasi yang dikerjakan (Secara Sengaja) lewat proses pendidikan dan pengajaran. Proses sosialisasi ini terjadi apabila seorang individu yang disosilalisasi mengikuti
pengajaran-pengajaran
oleh
pendidik-pendidik
yang
mewakili
masyarakat dengan tujuan yang disadari agar norma-norma serta nilai-nilai cultural lainnya tertanam didalam diri individu tersebut (yang disosialisasi).
12
G. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Sejarah dan Perjalanan Panti Asuhan Muhammadiyah Pada tahun 1961 adalah awal berdirinya panti asuhan Muhammadiyah yang terletak di Jalan Kamboja Tanjungpinang Kepri. Seiring berjalanya waktu dan perkembangan anak asuh yang meningkat, pada Jum’at 31 Mei 1996 atau 13 Muharram 1417 H oleh Bupati KDH TK II Kepri Bapak H. Abdul Manan. S mengsyahkan pemakaian gedung di Jalan Raja Ali Fisabilillah Km 8 sebagai asrama putra dan sekretariat panti asuhan Muhammadiyah Tanjungpinang Kepri. Satu sisi panti asuhan Muhammadiyah berjalan modern dan sisi yang lainnya tradisional. Oleh karena itu, untuk ukuran panti asuhan sedikit memiliki kelonggaran, tidak seperti pesantren. Namun pada prosesnya kontrol-kontrol tetap dilakukan agar anak-anak asuh dapat dibentuk. Anak-anak asuh pada panti asuhan, memiliki keanekaragaman dalam latar belakangnya, ada yang dari yatimpiatu, telantar, bahkan korban-korban kekerasan dalam keluarga yang notaben dari daerah-daerah sekitar Kepri dan ada juga yang diluar Kepri. Jadi sekarang menjadi sebuah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Muhammadiyah dengan konsep “membina” dan “mengrestruktur” kembali anak-anak asuh yang berlatar belakang berbeda yang harus diberi binaan bukan pengasuhan. Untuk kepengurusan tersendiri, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Muhammadiyah dibentuk berdasarkan mufakat dalam musyawarah yang terjadi setiap 5 tahun sekali, dimana dalam membentuk kepengurusan Lembaga berdasarkan hati nurani yang siap dan ikhlas dalam menjalankan dan mengsukseskan
lembaga
ini.
Di
Tanjungpinang 13
ini
sendiri
Lembaga
Kesejahteraan sosial anak Muhammadiyah belum bisa menjadi cermin layaknya cabang atau sentral yang berada didaerah lainnya, sebab pemikiran masyarakat akan Muhammadiyah ini sendiri di Tanjungpinang dan stereotif-stereotif yang ada masih menunjukkan minimnya mengerti akan Muhammadiyah itu sendiri. Visi dan misi Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Muhammadiayh, seperti yang dijelaskan diawal, cikal bakal terdapat dari sebuah “tindakan” dahulu baru eksekusi dalam menjalankannya, sebab semua lembaga Muhammadiyah ini sendiri menjalankan berdasarkan perintah atau firman Allah SWT surat Al-Ma’un surah ke 107 : 7 ayat yang berbunyi:
* ارءيت الذي يكذب ابالدين * فذالك الذي يدع اليتيم * وال حيض على طعام املسكني * فويل للمصلني *الذين هم عن صالهتم ساهون* الذين هم يراءون * ومينعون املاعون Artinya : ( 1 ) Tahukah kamu ( orang ) yang mendustakan agama?( 2) Itulah orang yang menghardik anak yatim, ( 3 ) dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin. ( 4 ) maka celakalah bagi orang yang sholat ( 5 ) ( yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya, ( 6 ) orang yang berbuat riya, ( 7) dan enggan ( menolong dengan ) barang yang berguna. Dari ayat tersebutlah yang menjadi cikal-bakal, visi dan misi Muhammadiyah dalam mebina dan membentuk anak-anak yatim-piatu serta telantar untuk dijadikan orang-orang yang berguna dikemudian hari. 14
b. Struktur Organisasi Panti Asuhan Muhammadiyah Pengelola :
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Muhammadiyah
Pelaksana :
Pengurus Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
STRUKTUR KEPENGURUSAN LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK KOTA TANJUNGPINANG
PENASEHAT
KETUA Drs. H. Respriadi
Pimpinan Daerah Muhammadiyah
PENDIDIKAN Hj. Ny. Mukhtar
BENDAHARA Ny.Inong Amelz
SEKRETARIS M. Nazib, S. Pd
PERLENGKAPAN Hj.Murnias Ilyas
PEMBIMBING PA/PI Syahruna Hamzah & Emer
-Sudjadi
Sumber : Data LKSA Muhammadiyah
15
c. Tahapan Panti Asuhan Muhammadiyah Tahap pelayanan panti asuhan atau LKSA Muhammadiyah disusun berdasarkan kemufakatan bersama pengurus lembaga, yang berguna untuk menjadi acuan dalam menjalankan pembimbingan atau pengasuhan yang ingin dicapai oleh pihak lembaga. Tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut : 1. Tahap Penerimaan Anak Asuh a. Surat keterangan pemerintah setempat RT, RW,Lurah, Akte Kelahiran, KK (Kartu Keluarga), dan KTP (Kartu Tanda Penduduk) Orang tua/Wali. b. Persetujuan wali/orang tua dan anak yang bersangkutan 2. Tahap Pembinaan Anak Asuh Tahap pembinaan anak asuh, meliputi beberapa komponen, yakni kebutuhan fisik, kemandirian, dan pendidikan. Tahap-tahapan tersebut dapat diuraikan dalam beberapa komponen, yakni: a. Kebutuhan Fisik Untuk pemenuhan kebutuhan fisik anak panti asuhan seperti sandang dan pangan, maupun perlengkapann, semua sudah disediakan oleh pengurus panti atau lembaga, yang sumber-sumbernya berasal dari pemerintah dinas sosial daerah, donator serta dermawan tetap maupun tidak tetap yang menjadi pemenuhan segala perlengakan anak yang berhubungan dengan fisik anak asuh. b. Kebutuhan Pendidikan
16
Kebutuhan pendidikan anak LKSA, dimulai dari SD hingga SMA, bahkan pihak Muhammadiyah sendiri juga memberikan kesempatan untuk melanjutkan sampai ke perguruan tinggi. Selain itu hubungan sekolah dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Muhammadiyah membuat jaringan informasi, agar setiap aktivitas anak disekolah ataupun kegiatan sekolah dapat diberitahu kepada pihak pengurus lembaga, agar lembaga dapat mengatur setiap kegiatan anak asuh agar tidak mengganggu kegiatan sekolah. c. Tahap Kemandirian Tahap kemandirian yang diaplikasikan oleh lembaga kesejahteraan sosial anak Muhammadiyah ini, dengan mengajarkan anak-anak untuk dapat mencuci baju, memasak, merapikan perlengkapan seperti tempat tidur dan kebersihan kamar. Selain itu, demi mengasah potensi peduli akan diri sendiri dan lingkungan, setiap anak diberikan tugas piket untuk membesihkan dengan dikoordinir oleh Pembina. Untuk memberikan efek atau penyesuaian yang bagus, anak-anak ketika memiliki kegiatan-kegiatan sekolah seperti PR maupun ujian, hal-hal diatas dapat ditoleransi untuk sementara waktu, hingga mereka selesai mengerjakan kegiatan atau aktivitas sekolah. Metode seperti inilah yang digunakan kepada anak agar tidak begitu banyak beban, namun ketika tahu kewajibannya, maka akan dilaksanakan. d. Tahap Pembinaan Ahlaq dan Agama Penanaman etika dan akhlak diterapkan secara bertahap terhadap anak asuh merupakan tujuan utama Muhammadiyah yaitu menjadikan manusia berilmu 17
dan berakhlak mulia serta berkemajuan. Pembinaan ini merupakan yang utama dan terpenting di Panti Asuhan Muhammadiyah. Pembinaan anak dalam ahlak yang baik setiap saat selalu menjadi santapan rohani setiap harinya. Penekanan pada menjalankan sholat dimulai dari anak dibina untuk bangun tidur pukul 04.00 pagi (subuh) dan menunaikan sholat subuh berjamaah merupakan kegiatan awal yang wajib dilaksanakan di Panti ini.
H. Hasil Penelitian dan Pembahasan Bicara tentang sosialisasi, memang tidak terlepas dari kepribadian, sebab setelah ditransfer nilai-nilai tersebut, maka akan terjadi pengolahan yang terjadi pada individu, yang tentunya sangat berhubungan erat dengan kepribadian individu tersebut. Kepribadian dalam studi (sosiologi) ini adalah kecendrungan psikologi seseorang untuk melakukan tingkah pekerti sosial tertentu, baik tingkah pekerti yang bersifat tertutup maupun tingkah pekerti terbuka (Narwoko dan Suyanto 2010:84). Pembentukan kepribadian didalam lembaga tentunya memiliki mekanisme tersendiri, sebab didalam lembaga ataupun panti memiliki mekanisme “kekuatan Kekuasaan” yang mengatur agar pembentukan kepribadian anak pada sebuah lembaga atau instansi sesuai dengan tuntutan sosial didalam masyarakat agar setelah terjun dimasyarakat mampu berbaur dengan baik dalam kehidupan sosial. (Narwoko dan Suyanto, 2010:85) menegaskan seorang anak manusia tidak dapat ditempatkan diluar kelompok, anak manusia akan bergantung dengan orang lain 18
atau pada sekelompok orang lain. Maka dari itu ketika yang seharusnya membentuk kepribadian anak adalah keluarga biologisnya namun tidak dapat terlaksana maka kekuasaan kelompok dalam sebuah lembaga kesejahteraan atau panti asuhan yang menjadi skunder dalam fungsi keluarga dan primer dalam membentuk kepribadian anak. Dipanti asuhan Muhammadiyah, menegaskan bahwa pendidikan ataupun pengajaran
yang
mereka
lakukan
adalah
membentuk
karakter
atau
mengedepankan karakter, yang baru saat ini pemerintah Indonesia mencoba mengaplikasikan kedalam kurikulumnya. Apa yang dilakukan Muhammadiyah dalam mengedepankan dan membentuk kepribadian anak sudah dilakukan sejak dulu. Dan hingga saat ini apa yang telah dilakukan yang terdahulu masih menjadi hal yang utama yang harus dilakukan. Selainnya permasalahan berhasil atau tidaknya yang dilakukan, yang terpenting adalah usaha itu sendiri, dan indikatornya tidak bisa diukur untuk keseluruhan, melainkan setiap daerah ataupun teritorial, memiliki permasalahan dan keberhasilan tersendiri. Proses dalam pembentuka kepribadian memilki pola-pola tertentu yang ditumbuhkan oleh kelompok-kelompok masyarakat didalam individu. Didalam melihat proses sosialisasi
pembentukan kepribadian anak pada Panti Asuhan
Muhammadiyah dibagi menjadi dua proses berdasarkan konsep , yakni : 1. Proses Sosialisasi Yang Dikerjakan (Tidak sengaja) Lewat Proses sosial a. Proses Sosial Berdasarkan Teman di Panti Asuhan
19
Proses ini anak asuh mampu menginternalisasikan pola perilaku maupun mental anak yang didapati dari teman-temanya di lingkungan tempat tinggal. Proses belajar anak secara tidak sengaja melalui proses sosial, tentunya juga akan dilihat dari lingkungan dan suasana tempat tinggal sendiri baik itu kenyamanan ataupun kebersamaan itu sendiri, dimana hal ini sangat mempengaruhi cara berpikir anak ataupun kepribadiannya. Dalam Narwoko dan Suyanto 2010:81, menjelaskan bahwa proses ini bukanlah proses yang pasif, melainkan proses atau rangkaian psikologis yang aktif. Jadi ini berlaku juga untuk semua unsur sosialisasi yang mana anak akan menginterprestasi segala makna yang disalurkan atau disaksikan kepadanya untuk diaplikasikan atau diolah kedalam mental mereka. Walaupun banyak dari anak-anak panti asuhan masih tergolong belum dewasa, namun masalah suasana didalam lembaga pasti anak-anak asuh seusia ini lebih bisa merasakan bahwa rasa kekeluargaan dan diterima selama tinggal dilingkungannya. Proses ini akan lebih menekan anak saling mengaplikasikan segala tingkah yang mereka rekam dari perilaku yang didapati. Dari beberapa pernyataan anak asuh diatas, mereka menyatakan bahwa ketika berada di panti asuhan pada awalnya mereka tertutup seperti pendiam, dan tidak begitu aktif. Namun setelah mereka bertemu dan berkenalan dengan teman-teman mereka dalam kurun waktu tertentu, mereka menjadi aktif seperti mau mengobrol dan bermain dengan teman-teman lainnya. Tentunya proses pasif menjadi aktif adalah suatu proses sosial yang terjadi karna ada bentuk kepribadian yang 20
terbentuk seperti yang pendiam menjadi suka berinterkasi. Berikut uraian proses sosial anak asuh berdasarkan teman bermain dilingkungannya, yakni: 1. Anak yang pada awalnya memiliki sifat pendiam atau tertutup menjadi mau berinterkasi, terutama dengan teman satu asramanya. 2. Anak menjadi lebih terbuka karna teman bermain yang mereka dapati dipanti asuhan dan hal ini terjadi karna anak tidak bisa terlepas dari sebuah interaksi apalagi dengan kondisi teman sepermain. Henslin (Damsar 2010:75) menjelaskan tentang agen sosialisasi kelompok teman sebaya bahwa kelompok teman sebaya memiliki daya paksa terhadap orang yang masuk kedalamnya. Didalam Panti asuhan Muhammadiyah anak-anak asuh yang masuk kedalam lingkungan keluarga panti, mereka akan tertarik dan ikut kedalam suasana yang ada pada lingkungan panti. Hal ini menunjukkan bahwa agen sosialisasi kelompok teman sebaya yang dinyatakan dalam Damsar memperlihatkan kekuatan pengaruh karna masuk kedalam lingkupan tersebut. b. Proses Sosial Berdasarkan Peraturan Panti Yang Diterapkan Proses sosial anak berdasarkan peraturan panti yang diterapkan adalah dengan melihat bagaimana anak bersikap maupun bertindak atas dasar peraturanperaturan yang diterapkan oleh pembimbing. Dalam Damsar (2011:66) menjelaskan bahwa material yang ada dalam komponen sosialisasi salah satunya adalah berdasarkan keberadaan perencanaan. Dalam sosialisasi berdasarkan keberadaan perencanaan terdapat dua hal yakni yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan. 21
Secara seksama sosialisasi perencanaan, tentunya adalah sosialisasi secara sengaja yang didalam Narwoko dan Suyanto (2010:84) menjelaskan bahwa proses sosialisasi secara sengaja adalah proses apabila seorang individu yang disosialisasikan mengikuti pengajaran-pengajaran oleh pendidik yang mewakili masyarakat dengan tujuan yang disadari agar norma-norma serta nilai-nilai kultural lainnya tertanam didalam diri individu tersebut (yang disosialisasikan). Dalam proses sosial tentunya hal ini akan berhubungan sebab proses sosial adalah salah satu bentuk dari aplikasi proses secara sengaja. Peraturan-peraturan yang diterapkan panti asuhan Muhamadiyah secara tertulis untuk anak asuh seperti piket kebersihan, Les mata pelajaran tambahan, serta Keagamaan (Mengaji, Hafalan Ayat, dan Sholat) dan yang tidak tertulis seperti aturan keluar. Secara harfiah didalam keluarga biologis pun hal-hal seperti ini diterapkan secara tidak tertulis, namun sebuah kelompok atau lembaga tentunya hal ini diterapkan secara tertulis. Panti Asuhan Muhammadiyah menyatakan peraturan-peraturan yang diterapkan oleh pembimbing, tidak semua menunjukkan
perubahan
secara
instan
semua
tergantung
bagaimana
menyuguhkannya dan individu yang disuguhkan. Sebagai panti asuhan berpondasi keagamaan, tentunya penekanan akan nilai ketuhanan perlu terhadap anak seperti dalam islam adalah sholat. Anak asuh panti menunjukkan bahwa peraturan sholat berjamaah apalagi bangun pada pagi hari untuk sholat subuh masih menjadi kendala, karna anak asuh tersebut masih belum terbiasa akan peraturan tersebut. 22
Hal tersebut menunjukkan bahwa anak asuh masih belum terbiasa akibat proses sosialisasi sebelum berada dilingkungan panti. Dalam Damsar (2011:66) proses sosialisasi skunder adalah proses yang dikenal dengan resosialisasi dan sebelum resosialisasi akan ada bentuk desosialisasi. Anak asuh yang masih kesulitan dalam penerapan resosialisasi karna desosialisasi dalam diri anak asuh masih belum maksimal secara maksimal. Namun disisi lain ada anak asuh yang sebelumnya belum terbiasa akan peraturan tersebut, setelah masuk kedalam lingkungan Panti menjadi terbiasa dan belajar karna diarahkan oleh pembimbing. c. Proses Sosial Berdasarkan Pola Refresif dan Partisipatif Pola sosialisasi represif atau didalam Damsar (2011:68) sosialisasi berdasarkan cara pakai salah satunya menjelaskan tentang represif yang berhubungan dengan penekanan kepatuhan anak dan penghukuman terhadap perilaku yang keliru. Setiap individu maupun kelompok yang melakukan sosialisasi tentunya pola sosialisasi ini dilakukan. Anak beberapa asuh panti asuhan Muhammadiyah menunjukkan walaupun telah dihukum atas kesalahan yang dibuatnya, namun secara individu masih belum memberikan efek jera terhadap apa yang dilakukannya. Dalam hal ini secara bentuk internalisasi dalam diri anak tersebut masih belum menunjukkan bahwa kesalahan tersebut masih belum merubah sikapnya. Ada beranekaragam perilaku dan sikap yang ditunjukkan oleh anak asuh, salah
satunya
yang
menyatakan
jera
terhadap
hukuman,
sebab
jika
mengulanginya lagi, maka anak akan merugikan dirinya-sendiri sebab hukuman 23
memang pada dasarnya akan memberikan efek jera dan hasil yang diharapkan tidak akan mengulangi kesalahan tersebut. Proses internalisasi memang proses yang berdsarkan anak yang disosialisasikan, namun banyak faktor yang harus diperhatikan baik itu individu maupun proses sosialisasi yang pernah ia lewati sebelum dimasukkan sosialisasi lainnya. Pola sosialisasi partisipatif atau dalam Damsar (2011:68) sosialisasi berdasarkan cara pakai adalah proses dimana penekanan pemberian imbalan atas perilaku anak yang baik. Dalam panti tentunya proses ini juga sangat bagus jika anak yang diberikan motivasi lewat imbalan yang mereka dapatkan mampu membuat diri anak terdorong untuk melakukan sesuatu yang tentunya berawa; dari yang tidak berkemauan menjadi berkemauan. Ada dorongan dari dalam diri anak tersebut untuk melakukan sesuatu seperti anak-anak asuh yang menyatakan jika piket kebersihan mampu dikerjakan dengan baik, maka akan ada imbalan, sehingga memacu diri untuk berlomba-lomba agar mereka dapat hadiah jika mengerjakan piket kebersihan dengan baik serta dalam berprestasi sekalipun. Hal tersebut menunjukkan pembimbing memberikan peraturan dan untuk bisa menjalan peraturan tersebut anak harus diberikan suatu dorongan agar mereka termotivasi untuk melakukannya. 2. Proses Sosialisasi Yang Dikerjakan (Secara Sengaja) Lewat Proses didikan dan Pengajaran. Dalam proses ini adalah proses yang juga termasuk dalam komponen pembentukan kepribadian anak tersebut. Konsep pembentukan kepribadian yang 24
harus dibentuk dengan didikan sebab pada akhirnya anak-anak asuh ini sendiri pada akhirnya akan masuk kepada ranah sosial kelak. Secara tidak langsung hal ini mengarah kepada Sosiologi Pendidikan (Berkarakater dari pendidikan). Masyarakat sebagai realitas ekternal-objektif akan menuntun individu dalam melakukan kegiatan pendidikan seperti apa saja isi dari pendidikan, bagaimana mendidiknya, siapa yang mendidikdan dididik, dan dimana pendidikan dilakukan (Damsar 2011:9). a. Proses Didikan Berdasarkan Peraturan dan Aktivitas Panti Asuhan Dalam Panti Muhammdiyah ini sendiri, aturan-aturan serta konsep yang dibuat seperti tata tertib, daftar piket kebersihan, mata pelajaran sekolah tambahan seperti Matematika, IPA, IPS, dan Mata pelajaran lainnya serta sebagai pondasi keagamaan peraturan pembinaan dan ahlak adalah sebagai hal yang paling diterapkan terhadap anak. Di lihat dari aturan atau konsep yang dijalani pihak panti asuhan, bahwa aturan seperti piket, jadwal, maupun les anak, semua layaknya seperti pada umumnya. Namun yang terpenting, bagaimana hal tersebut dijalani tidak memaksakan anak, sebab jika keluar dari jalur pemikiran anak, maka hal tersebut tidak akan dijalankan dengan baik dan anak akan tidak patuh. Anak asuh menjalani setiap kegiatan atau jadwal yang sudah dikonsep oleh pembimbing mereka, dan ini adalah termasuk salah satu bagaimana anak harus dibentuk dalam mendisiplinkan diri walaupun anak pada dasarnya tentu masih dalam kondisi yang sulit untuk untuk disiplin, namun jika sudah menjadi sesuatu yang sering 25
disuguhkan, maka akan masuk kedalam jiwa mereka. Hal ini termasuk proses sosialisasi yang berdasarkan kebutuhan skunder yang terdapat dalam Damsar 2011;66. Sebab anak asuh ada yatim-piatu, serta telantar sehingga mereka pasti setidaknya mereka pernah mendapatkan sosialisasi sekurang-kurangnya sosialisasi tidak sengaja (seperti ibu mengerti suara tangisan anaknya). b. Proses Didikan Dengan Penerapan Rekreasi Pada Anak Asuh Salah satu bentuk “Kebebasan anak untuk tetap menjadi anak” adalah adanya penerapan Refreshing. apa yang dilakukan pembimbing Muhammadiyah adalah bagaimana anak mampu merefresh diri agar anak dapat menjalani segala kegiatan maupun peraturan dalam panti amaupun diluar panti dalam keadaan tidak tertekan. Sebab metode seperti ini harus dijalani oleh anak mengingat sifat alamiah anak yang masih dalam kategori pembentukan. Berikit adalah pernyataan pembimbing mengenai karakter, fleksibelitas, dan alamiah anak asuh pada Panti asuhan Muhammadiyah. Dalam pembentukan kepribadian anak, pernyataan diatas memang masuk kedalam pembentukan kepribadian secara sengaja, yang di dalam Narwoko dan Suyanto 2010:87 menjelaskan bahwa “terhadap anak-anak kecil ini, efek proses pendidikan dan pengajaran didalam pembentukan kepribadian relatif amatlah kecil, prosesnya akan meningkat ketika umurnya telah meningkat. Para pembimbing memang telah memanfaatkan proses ketika mereka masih dalam kondisi anak-anak dengan menerapkan peraturan dengan fleksibelitas yang ada.
26
c. Proses Didikan Membiasakan Berhemat Lewat Menabung Selain penerapan peraturan dan refreshing pada anak asuh Panti asuhan Muhammadiyah. Ada hal lain yang diterapkan untuk memberikan kekuatan atau karakter terhadap anak, yakni menabung. Mungkin menabung adalah hal yang sering didengar, namun tidak banyak yang melakukannya. Apalagi harus diterapkan kepada anak. Pengurus sendiri berinovasi menerapkan menabung terhadap anak sebab mereka bersekolah tetap masih harus membayar uang sekolah dan uang tersebut pun untuk keperluan mereka juga tanpa adanya campur tangan pengurus umtuk hal-hal lain. Hal ini tentunya juga termasuk proses belajar anak yang menjurus kepada anak harus belajar untuk hemat dan jangan serakah dengan sesuatu yang disebut uang. Penanaman sejak dini untuk menabung mungkin adalah hal terbaik untuk melatih generasi yang mampu mengendalikan diri dalam menggunakan uang untuk kebutuhan. Dalam Damsar (2011:69), didalam bukunya terdapat agen yang dipandang memegang peran penting dalam sosialisasi atau yang biasa disebut agen-agen sosialisasi. Dalam agen-agen sosialisasi Damsar (2011:69), terdapat agen Keluarga, Sekolah, Kelompok Teman Sebaya, Media Massa, dan Agama. Dimana setiap agen-agen memiliki fungsi-fungsi masing-masing. Walaupun agen-agen sosialisasi memiliki fungsional masing-masing, Namun ada agen dimana menjadi titik balik dalam setiap ataupun jenis sosialisasi yang dilakukan yakni Keluarga. Dalam fungsi Keluarga (Damsar 2011:69) menjelaskan, bahwa keluarga memilki tanggung jawab sosial budaya untuk mengtransmisikan pengetahuan, nilai, norma, dan harapan yang berkembang dalam masyarakat. Jadi apa yang 27
ditunjukkan pembimbing kepada anak asuh dengan menerapkan berhemat melalui menabung, adalah salah satu bukti jika keluarga untuk anak asuh telah mengtransmisikan nilai-nilai terhadap mereka. Walaupun keluarga pada konteks panti asuhan bukanlah keluarga biologis, namun sistem yang berjalan dalam panti asuhan Muhhammadiyah itu sendiri adalah Keluarga bagi anak-anak asuhnya.
28
K. Penutup a. Kesimpulan Sosialisasi
adalah
proses
penyaluran
nilai
yang
kepada
yang
disosialisasikan, agar yang disosialisasikan dapat memahami apa yang nilai yang disalurkan, apakah hal tersebut negatif atau positif. Pembentukan kepribadian, tentunya sangat diperlukan bagi anak-anak, apalagi didalam sebuah kelompok. Proses
sosialisasi
pembentukan
kepribadian
anak
pada
panti
asuhan
Muhammadiyah, dibentuk berdasarkan dua proses, yakni proses yang tidak disengaja (proses sosial) maupun yang disengaja (Proses didikan). Kedua proses tersebut tentunya sangat menentukan bagaimana anak asuh pada sebuah kelompok atau lembaga seperti panti asuhan Muhammadiyah dibentuk. Berikut intisari dari proses
sosialisasi
pembentukan
kepribadian
anak
pada
Panti
asuhan
Muhammadiyah : 1. Anak Asih Mendapatkan Pengaruh Dari Proses Sosial Proses pembentukan kepribadian secara tidak sengaja, adalah salah satunya dengan proses sosial, dimana anak belajar menginterprestasikan tingkahtingkah orang-orang disekitarnya untuk referensinya. Anak asuh di panti Muhammadiyah mendapat nilai dan norma seperti memiliki rasa kekeluargaan yang tertanam pada diri anak asuh lewat sesama teman bermain sehingga ada pola-pola perilaku yang anak dapati seperti anak yang pada awalnya pasif menjadi aktif atau yang pada awalnya tertutup menjadi terbuka. Selain dengan temannya peraturan yang disuguhkan kepada anak asuh terdapat keanekaragaman dari sikap dan perbuatan yang mereka dapati, seperti 29
ada yang mengalami bentuk dari hal yang belum mereka ketahui mendapatkan menjadi sesuatu yang sekarang mereka jalani, dan selain itu ada anak asuh yang belum mampu atau terbiasa akan peraturan yang mereka jalani belum memberikan efek bagi diri mereka sendiri. Proses hukuman maupun imbalan yang mereka dapatkan juga membentuk bagi diri anak, anak banyak termotivasi agar mendapatkan sesuatu yang merka inginkan. Namun dalam aplikasinya di Panti Asuhan Muhammadiyah keanekaragaman lebih terdapat pada proses pemberian Hukuman ketimbalan Imbalan, sebab Imbalan lebih memberikan motivasi atau dorongan dalam diri anak untuk lebih mandiri. 2. Anak Asuh Ditanamkan Peraturan Kedisiplinan, Kewajiban kepatuhan, Berahlak, dan Beragama. Proses ini adalah proses didikan oleh pengajar atau pendidik, biasanya disebut juga proses belajar secara sengaja. Pada proses ini anak asuh panti Muhammadiyah ditanamkan nilai kewajiban mereka yang akan membentuk diri mereka sendiri, seperti kedisiplinan terhadap tata tertib, memiliki motivasi diri lewat mengasah pengetahuan lewat pelajaran tambahan dan memiliki ahlak serta ketaqwaan terhadap Allah dengan menjalankan ibadah serta kewajibannya seperti membaca ayat-ayat Al-qur’an serta sholat lima waktu. Jadi intisari proses pembentukan kepribadian anak pada panti asuhan Muhammadiyah ditentukan berdasarkan dua proses, yakni proses sosial, dan proses didikan. Kedua proses ini sangat menentukan bagaimana pribadi anak 30
untuk kedepannya. Membentuk diri anak kepribadian awal atau alamiah anak harus tetap dijaga, sebab ketika dimasukkan hal-hal baru, kepribadian anak yang alamiah akan ikut mempermudah anak untuk menyerap hal-hal baru sesuai dengan karakter anak masing-masing. Maka dari itu dalam mengembankan tugas kepada anak, aturan serta fleksibelitas terhadap anak sangat diperlukan. b. Saran Berdsarkan gambaran hingga analisa yang didapati pada proses sosialisasi pembentukan kepribadian anak pada Panti
asuhan
Muhammadiyah
di
Tanjungpinang, saran kedepannya untuk mengoptimalisasikan proses belajar anak asuh kedepan dan harapan peneliti akan jurnal ini adalah : 1. Untuk kedepannya, agar pembangunan infrastruktur seperti asrama putra dan putri dapat berada pada satu area, hal ini agar lebih mempermudah segala akses baik untuk pengurus, maupun untuk masyarakat yang ingin beramal disana. 2. Perlu adanya team work (Kerja Tim) dalam melakukan pembimbingan kepada anak asuh yang lebih spesialis, seperti contohnya pembimbing dalam bidang olahraga, seni, musik dan lain-lain, agar dalam melakukan bimbimbingan terhadap anak lebih efektif dan efisien. 3. Untuk kedepannya dibidang akademik, skripsi ini dapat menjadi referensi pemerintah untuk dapat membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan proses belajar anak asuh di Panti Asuhan maupun kelompokelompok yang sejenis yang peduli akan anak yatim-piatu serta telantar. 31
Selain itu diharapkan dapat menjadi referensi untuk gambaran-gambaran Panti Asuhan Lainnya dalam melakukan proses sosialisasi terhadap anak asuh.
32
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani, 2007. Sosiologi Skematika, Teori, Dan Terapan. Jakarta : PT. Bumi Aksara Arif, Gosita, 1998, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta:Akademiko Perindo Walgito, Bimo, 2003, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Yogyakarta: CV ANDI OFFSET Damsar,2011, Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta:Kencana Gayo, Iwan, 1987, Buku Pintar-Organisasi Sosial, Jakarta:PT Karya Unipress. Idi, Abdullah, 2011, Sosiologi Pendidikan-Individu, Masyarakat, dan Pendidikan, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada Jones, PIP, 2010, Teori-teori Sosiologi, Jakarta Pusat: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Moleong, Lexy J, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya
Remaja
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2008, Perilaku dan Budaya Organisasi, Bandung: PT Radika Aditama Nawawi, Hardi, 1991, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong, 2006, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Edisi Kedua), Jakarta: Kencana Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong, 2010, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Edisi Ketiga), Jakarta: Kencana Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta Sopiah, 2008, Perilaku Organisasi, Yogyakarta: CV Andi Offset Sunarto, Kamanto, 2004, Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tim syaamil Al-Qur’an, 2007. Al-Qur’anulkarim Terjemahan Tafsir Perkata. Bandung: Sygma Publishing 33
REFERENSI LAIN
Fauzik Lendriyono, 2013, ”Reorientasi Panti Asuhan: Menggagas Panti Asuhan Untuk Kedaulatan Bangsa”, (docx File-Didownload Pada 17 Januari 201315:30). Standar Nasional Untuk Lembaga Pengasuhan dan Kesejahteraan Anak (PDF file(diakses pada 23 Maret 2014-10:10). rri.co.id/index.php/berita/91807/hebohnya panti asuhan tanggerang menjadi cermin bagi panti asuhan lainnya (Diakses 02 April 2014 20:30) issuu.com/malutpost/docs/malut_post_18 September 2013/13 (Diakses 02 April 2014 21:20) Lukman, Wahyudi, 2012, “Sosialisasi Di Panti Asuhan Dalam Membentuk Tingkah Laku Anak (Kasus Di Panti Asuhan Abadi Aisyiyah Kecamatan Soreang, Kota PAREPARE)”.
34