RUMAH PANTI ASUHAN YATIM PIATU
PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR
SELVINA ILONA TANJUNG 1501184191
SCHOOL OF DESIGN DESAIN INTERIOR UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2015 BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk membentuk
perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal bersama dengan keluarga. Anak-anak panti asuhan diasuh oleh pengasuh yang menggantikan peran orang tua dalam mengasuh, menjaga dan meberikan bimbingan kepada anak agar anak menjadi manusia dewasa yang berguna dan bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap masyarakat di kemudian hari (Santoso, 2005) . panti asuhan merupakan salah satu lembaga perlindungan anak yang berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak anak (pedoman perlindungan anak, 1999). Pada umumnya, panti asuhan di kota-kota besar mencoba berusaha mengatasi permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi pada anak dimana panti asuhan tersebut menampung anak-anak yang mengalami berbagai permasalahan (Muchti, 2000).Panti Asuhan adalah tempat tinggal untuk anak-anak terlantar, anakanak yang tidak mempunyai orang tua atau salah satu orang tuanya sudah tidak ada dan dibina serta dipelihara oleh yayasan dan diawasi sepenuhnya oleh Dinas Sosial.Panti Asuhan merupakan tempat dimana anak-anak terlantar mendapatkan kebutuhan jasmani (tempat tinggal) dan rohaninya (adanya orang tua asuh atau pendamping). Selain itu, Panti Asuhan juga merupakan sarana anak-anak terlantar untuk mendapatkan pendidikan baik pendidikan formal yang berupa pelajaran maupun pendidikan informal yang berupa pembekalan mengenai tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman meruang yang diinginkan adalah agar anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan merasakan suasana seperti berada di keluarga sendiri, dimana mereka merasakan hangatnya memiliki keluarga, memiliki rasa kekeluargaan
satu sama lain, sehingga masing-masing anak mempunyai rasa saling memiliki dan kasih sayang satu dengan yang lainnya. Anak-anak dapat merasakan keterikatan dengan Panti Asuhan sehingga merasa tempat tersebut sebagai satu-satunya tempat bernaung dalam keadaan apa pun. Panti Asuhan juga dapat menciptakan suasana yang aman sehingga tiap anak dapat merasa aman (tidak merisaukan miliknya akan hilang atau diambil penghuni lain) saat berada di Panti Asuhan, terlindungi, saling percaya antara penghuni yang satu dengan penghuni yang lain.banyaknya anak-anak dan remaja yang tidak bisa sekolah atau drop out dari sekolah karena orang tuanya tidak mampu, tidak punya bapak atau ibu atau tidak punya kedua-duanya. Ini mendorong semakin banyaknya anak-anak gelandangan, anak jalanan, dan anak-anak nakal. Pendirian panti asuhan ini diharapkan dapat memecahkan (sebagian) masalah sosial tersebut. Kemudian dari pendekatan tadi, dapat diketahui pengolahan tiap ruang mempunyai peran penting bagi anak-anak dalam memiliki dan mengembangkan kembali rasa percaya dirinya. Penataan ruang-ruang, sirkulasi, agar anak-anak merasa santai, bebas bergerak, bebas bermain sekaligus belajar. Pengolahan tata ruang luar dan tata ruang dalam juga menjadi penting. Pengolahan tata ruang luarsebagai wadah anak-anak untuk bermain sekaligus mengeksplorasi diri. Sedangkan pengolahan tata ruang dalam untuk mewadahi berbagai macam kegiatan anak-anak mulai dari belajar, bermain hingga tidur. Penataan ruang untuk pengelola / pengasuh juga harus diperhatikan, pengolahan ruang yang memberi kemudahan untuk mengawasi kegiatan anak-anak sepanjang waktu namun tetap memberikan privasi bagi pengelola / pengasuh Panti Asuhan.
1.2
Rumusan Masalah 1.
Bagaimana merancang interior Rumah Panti Asuhan Yatim Piatu mampu menciptakan suasana yang penuh kasih sayang melalui pengolahan tata ruang dalam dengan konsep edutaiment yang menarik.
2.
Bagaimana merancang interior Rumah Panti Asuhan Yatim Piatu yang dapat menarik pengunjung dengan menciptakan ambience dengan memperhatikan
pencahayaan
dan
penggunaan
warna
sebagai
pertimbangan sehingga dapat membuat pengunjung merasa nyaman berada didalamnya 3.
Bagaimana merancang interior Rumah Panti Asuhan Yatim Piatu yang dapat memfasilitasi kebutuhan si penghuni rumah panti asuhan dengan memperhatikan pembagian ruang.
1.3
Tujuan Perencanaan 1.
Mewujudkan desain interior Rumah Panti Asuhan Yatim Piatu mampu menciptakan suasana yang penuh kasih sayang melalui pengolahan tata ruang dalam dengan konsep edutaiment yang menarik.
2.
Mewujudkan desain interior Rumah Panti Asuhan Yatim Piatu dengan pencahayaan dan penghawaan yang sesuai untuk menciptakan ambience dengan memperhatikan pencahayaan dan penggunaan warna sebagai pertimbangan sehingga dapat membuat penghuni merasa nyaman berada didalamnya.
4.
Mampu meningkatkan wawasan mengenai perancangan desain interior Rumah Panti Asuhan Yatim Piatu dengan mempertimbangkan aspek sirkulasi, elemen pembentuk ruang, dan fasilitas yang dibutuhkan.
1.4
Ruang Lingkup Penelitian 1.4.1 Kawasan Penelitian Penelitian dilakukan dengan melakukan studi kasus di Panti Asuhan Sayap Ibu, Jl. Barito II No.55 Kebayoran Baru. Dan Panti asuhan Kasih Mulia Sejati. Jl. Pakis Raya Blok H6 N0.11, Jakarta Barat.
1.4.2 Batasan Penelitian 1. Data Meliputi data-data mengenai Panti Asuhan dan data-data internal seperti sejarah, struktur organisasi, dan pembagian ruang. 2. Fasilitan dan aktifitas yang dilakukan Melakukan
penelitian
tentang
aktifitas
yang
dilakukan
oleh
pengunjung dan pengelola dan mengetahui fasilitas apa saja yang dibutuhkan. 3. Survei Lokasi Meliputi penelitian, pengamatan,
dan pengambilan gambar lokasi
untuk dianalisa.
1.4.3 Kontribusi Perencanaan Pada perancangan kali ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, buat Mahasiswa/i Binus , orang tua, dan anak anak lainnya. Agar mendapatkan semua kebutuhan dan segala informasi yang dibutuhkan.
1.5
Metode Penelitian 1. Studi Lapangan a. Riset Lapangan/ Survey Survey lapangan dibutuhkan untuk mendapatkan data informasi yang lebih lengkap mengenai sejauh mana pengaruh antara perancangan interior yang meliputi aspek ruang, warna, serta elemen pembentuk ruang, data – data didapatkan melalui pengamatan mendetail dilapangan. b. Observasi
Mengumpulkan data dengan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal – hal tertentu yang diamati. c. Wawancara/ Interview Pengumpulan data dengan mewawancarai secara langsung kepada pihak yang mengetahui tentang sejarah dan keterangan tentang yang dibutuhkan. Hal ini akan dijadikan sebagai tambahan data pada studi literatur. 2. Studi Literatur Pengumpulan data diperoleh dari buku – buku, majalah, internet, dan brosur yang berhubungan dengan permasalahan dalam bekerja profesi untuk mendukung maupun menambah pengetahuan dalam proses pendesainan.
1.6
Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan perancangan, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, dan sitematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Berisi tentang penjelasan mengenai teori, temuan dan bahan penelitian lain dari berbagai referensi, yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Penjelasan Taman Baca/Perpustakaan secara umum. Sedangkan tinjauan khusus berisi data-data survei yang dilakukan secara spesifik seperti sejarah, visi misi, jumlah pekerja, pembagian ruang, dan fasilitas yang tersedia.
BAB III
METODE PERANCANGAN Berisi penjabaran studi secara langsung maupun tidak langsung, studi fisik bangunan dan lingkungan, studi aktifitas manusia, studi fasilitas ruang, beberapa alternatif zoning dan grouping dan studi permasalahan khusus interior.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi tentang dasar pola pikir dalam mewujudkan pengembangan dalam aplikasi desain dan pengaplikasian desain berdasarkan konsep yang telah dibuat. Konsep tersebut mengacu pada tujuan penelitian dan permasalahan yang hendak diatasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan. Semua yang telah dijelaskan pada bab I – IV akan diringkas dan dijabarkan di bab IV untuk mendapatkan kesimpulan dari semua data yang telah didapatkan.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum Panti Asuhan 2.1.1
Definisi Menurut Depsos RI (2004: 4), Panti Sosial Asuhan anak adalah suatu
lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas,tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadianya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita- cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional. Gospor Nabor (Bardawi Barzan:1999: 5) menjelaskan bahwa: “Panti asuhan adalah suatu lembaga pelayanan sosial yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat, yang bertujuan untuk membantu atau memberikan bantuan terhadap individu, kelompok masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup”. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa panti asuhan merupakan salah satu lembaga perlindungan anak yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap hak anak-anak sebagai wakil orang tua dalam memenuhi kebutuhan mental dan sosial pada anak asuh agar mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri sampai mencapai tingkat kedewasaan yang matang serta mampu melaksanakan perannya sebagai individu dan warga negara didalam kehidupan bermasyarakat.
2.1.2
Tujuan Panti Asuhan Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia
yaitu: 1. Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga, dan masyarakat. 2. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti
asuhan
adalah
terbentuknya
manusia-manusia
yang
berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan, dan keterampilan kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.
2.1.3
Fungsi Panti Asuhan Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia panti asuhan
mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan, pengembangan dan pencegahan. 2. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak. 3. Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi penunjang).
Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi panti asuhan
adalah
memberikan
pelayanan,
informasi,
konsultasi,
dan
pengembangan keterampilan bagi kesejahteraan sosial anak.
2.1.4
Sejarah Umum Dalam sejarah, pertama kalinya rumah yatim piatu di Batavia
didirikan secara sederhana yaitu pada tahun 1629 tepatnya pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Jacques Specx. Rumah panti asuhan ini dikelola oleh para diakon (pelayan) Gereja Protestan yang berada di Jalan Kaaimansgracht, kini Jl. Kemukus. Rumah sederhana ini kemudian diganti dengan gedung baru yang konstruksinya terbuat dari batu yang dapat menampung puluhan anak pada tahun 1639 (Heuken, 2005). Pada tahun 1662, rumah yatim piatu baru yang besar dibangun di Jl.Orpa (dari kata Portugis orfan, artinya anak yatim piatu) kemudian berganti nama menjadi jalan Roa Malaka II. Dalam weeshuis (rumah yatim piatu dalam Bahasa Belanda) ini tinggal anak campuran atau Indo yang lahir di luar pernikahan. Selain itu tinggal pula kurang lebih sepuluh orang lanjut usia dan puluh lima budak yang sebagian besar wanita. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Leonard du Bus de Gisignies (1826-1830) terjadi penutupan rumah yatim piatu. Hal ini dilatarbelakangi oleh keadaan Kota Batavia yang saat itu sudah tidak sehat lagi terbukti dari jumlah angka kematian yang tinggi ditambah dengan banyaknya jumlah anak yatim piatu yang terlantar akibat kurang memadainya yatim piatu ini. Gereja milik orang Inggris baru mulai merintis weezengestich (rumah untuk menampung orang tidak waras) di Jl. Prapatan yang juga menampung anak-anak yatim piatu pada tahun 1834 yang kemudian dipindah ke bangunan
yang kini dipakai oleh Lembaga Administrasi Negara di Jl. Veteran di tahun 1854. Sebuah rumah panti asuhan yang besar akhirnya dibuka pada tahun 1844 di Jl. Gajah Mada, yang kini menjadi Gedung Arsip Nasional. Rumah tersebut merupakan rumah mewah bekas kediaman Reiner de klerk yang dibeli oleh
College
van
der
Hervormde
Gemeente
(Dewan
Gereja
JemaaPembaharuan), dan diperuntukkan sebagai gereja dan rumah yatim piatu.Namun, rumah yatim piatu itu akhirnya dijual kepada pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1900 dikarenakan pendapat dewan gereja yang menyatakan bahwa tempat itu kurang cocok untuk gereja dan rumah yatim piatu berhubung banyak sekali orang Cina dan Arab yang membangun rumah di daerah Molenvliet. Kurang lebih dua puluh lima anak dipindahkan sementara waktu ke beberapa rumah sederhana di kompleks yang kini dipakai oleh Galeri nasional di Jl. Merdeka Timur pada tahun 1915 (Maulana, 2009). Beberapa panti asuhan juga didirikan, tetapi baru pada awal abad ke20 sebuah bangunan yang khusus diperuntukkan menjadi panti asuhan didirikan dibawah naungan Perhimpunan Vincentius. Bangunan tersebut menjadi asrama anak laki-laki dan perempuan. Meski sempat diambil alih oleh tentara Jepang untuk digunakan oleh Romusha, namun ketika Jepang kalah perang, gedung-gedung dikembalikan pada tahun 1946 walau dalam keadaan kotor dan rusak. (Maulana, 2009). Sejak tahun 1946, panti asuhan semakin marak didirikan sebagai salah satu solusi untuk menampung anak-anak korban perang. Dan sampai sekarang, beragam jenis panti asuhan telah dibangun menurut kebijakan dan tujuan masing-masing lembaga maupun organisasi yang berkembang di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Ewintri
(2012).
Ilmu
Pendidikan.
http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/10/pengertian-panti-sosial-asuhananak.html (di akses Oktober 2012)
Oktaviani, Citra Lestari. 2013. Laporan Tugas Akhir : Fasilits Pelayanan anak untuk Mengoptimalisasi Proses Tumbuh Kembang Anak di Panti Asuhan. Bandung : Tidak diterbitkan. http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/10/pengertian-panti-sosial-asuhananak.html http://e-journal.uajy.ac.id/163/3/2TA12924.pdf