PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI ASUHAN YATIM PUTRI ‘AISYIYAH YOGYAKARTA Dewi Masyitoh Magister Studi Islam, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta, Indonesia Email :
[email protected] Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bagaimana Panti Asuhan Aisyiyah Yogyakarta menerapkan standar penentuan respon yang tepat bagi anak; (2) mengetahui bagaimana Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Yogyakarta menerapkan standar pelayanan pengasuhan bagi anak; (3) mengetahui kendala yang dihadapi dalam dalam seluruh tahapan implementasi dari pendekatan awal, asesmen, perencanaan pengasuhan sampai dengan pengakhiran pelayanan dan bagaimana solusi pemecahan.Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif melalui proses studi pustaka, wawancara mendalam (dept interview) dengan para informan di lapangan dan pengamatan. Informan dipilih dengan metode snowball sampling, dengan lingkup informan adalah orang-orang yang terlibat dalam program pelayanan dan pembinaan di dalam panti. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: dalam hal penerapan stansar penentuan respon yang tepat bagi anak, (1) Panti sudah melakukan standar tentang peran Panti dalam pelayanan bagi anak yang meliputi peran panti, pencegahan keterpisahan, peran untuk menerima rujukan, respon berdasarkan asesmen yang akurat, respon terhadap kebutuhan pengasuhan, respon terhadap kebutuhan ekonomi, respon terhadap kebutuhan pendidikan, namum panti tidak melakukan respon terhadap kebutuhan akan perlindungan khusus. (2) Panti tidak melakukan standar perencanaan pengasuhan darurat, pengasuhan jangka pendek, dan pengasuhan jangka panjang karena tujuan penempatan anak di panti untuk keberlangsungan pendidikan. Dalam hal penerapan standar pelayanan pengasuhan, Panti sudah melakukan (1) penerapan standar pendekatan awal dan rujukan, (2) standar pelayanan pengasuhan, (3) standar pelayanan berbasis panti, (4) standar pelaksana pengasuhan. Sedangkan standar evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan pengasuhan anak yang dilakukan panti terkait dengan selesainya masa sekolah. Kelemahan Panti dalam menerapkan standar ini dikarenakan : (1) keterbatasan jumlah pengasuh maupun staf yang telah dilatih secara profesional, (2) Partisipasi anak di dalam panti kurang, (3) keluarga tidak terlibat dalam pengasuhan anak di dalam panti. Kata kunci : Pengasuhan Anak, Panti Asuhan
I. PENDAHULUAN Pendirian panti asuhan pada hakekatnya merupakan upaya untuk membantu pengasuhan anak
224
dari keluarga yang tidak mampu atau ditinggal oleh salah satu atau kedua orangtuanya. Dilihat dari definisinya panti asuhan adalah lembaga untuk mengasuh anak-anak, menjaga dan memberikan bimbingan kepada anak dengan tujuan agar mereka dapat menjadi manusia dewasa yang cakap dan berguna serta bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap masyarakat kelak di kemudian hari. Panti asuhan dapat pula dikatakan atau berfungsi sebagai pengganti keluarga dan pimpinan panti asuhan sebagai pengganti orang tua, sehubungan dengan orang tua anak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam mendidik dan mengasuh anaknya.1 Pengasuhan dapat dilakukan di dalam panti maupun di luar panti (rumah keluarga). Bentuk pengasuhan yang diberikan diantaranya bantuan pendidikan dan pemberian fasilitas pendukung pendidikan anak. Pada umumnya masyarakat sangat antusias memberikan bantuan untuk para anak yang diasuh dalam panti. Pemahaman bahwa akan mendapat ganjaran dari Allah swt atas bantuan yang telah diberikan kepada anak yang tinggal dipanti, menjadi salah satu pendorong masyarakat untuk terus memberikan bantuan. Sehingga saat ini panti menjadi soalah satu tujuan favorit para donatur. Kondisi di atas menjadikan para pengurus panti beranggapan bahwa semakin banyak anak yang tinggal di panti maka semakin banyaklah bantuan yang akan didapat. Hal ini menyebabkan pergeseran maksud dan tujuan didirikannya panti. Karena yang tinggal di panti tidak hanya anak yang tidak memiliki orang tua saja, tetapi anak yang masih memiliki orangtua pun diajak untuk tinggal di panti, hanya karena ekonomi orangtuanya tidak mampu. Fungsi panti asuhan adalah untuk membantu pengasuhan anak, tapi pada kenyataanya yang terjadi adalah panti asuhan mengambil alih pengasuhan anak dari orangtuanya. Padahal pendidikan yang terbaik adalah di dalam keluarganya dan dengan pengasuhan orangtuanya sendiri. Kondisi ini yang mendasari ketertarikan penulis untuk meneliti bagaimana Panti melakukan respon awal terhadap masalah pengasuhan dan bagaimana pelayanan pengasuhan di Panti Asuhan
1
Badan Pembinaan Koordinasi dan Pengawasan Kegiatan Panti Asuhan. 1982. t.p. h. 1
Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY) ISBN: 978-602-19568-4-7
Aisyiyah Yogya. Apakah Panti sudah melakukan tindakan standar sesuai dengan standar yang telah ditentukan dalam Standar Nasional Pengasuhan Anak Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial. Ditemukan hampir tidak ada asesmen tentang adanya kebutuhan pengasuhan anak-anak baik sebelum, selama, maupun selepas mereka meninggalkan panti asuhan. Kriteria seleksi anak-anak dan praktek rekruitmen sangat mirip di hampir semua panti asuhan yang diases dan mereka fokus kepada anak-anak usia sekolah, keluarga miskin, keluarga yang kurang beruntung dan yang terlalu tua ''untuk mengasuh sendiri''. Upaya untuk menentukan kebutuhan anak terhadap pengasuhan baik yang berbasis keluarga maupun pengasuhan alternatif, dilakukan melalui tahapan yang bersifat berkelanjutan mulai dari pendekatan awal, asesmen, perencanaan, pelaksanaan rencana pengasuhan sampai dengan evaluasi dan pengakhiran pelayanan. I.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana Panti Asuhan Aisyiyah Yogyakarta menerapkan standar penentuan respon yang tepat bagi anak? 2. Bagaimana Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Yogyakarta menerapkan standar pelayanan pengasuhan bagi anak? 3. Kendala yang dihadapi dalam proses mulai dari pendekatan awal, asesmen, perencanaan pengasuhan sampai dengan pengakhiran pelayanan dan bagaimana solusi pemecahan? I.2 Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi standar penentuan respon yang tepat bagi anak di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta. 2. Mengidentifikasi standar pelayanan pengasuhan di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Yogyakarta. 3. Mengidentifikasi potensi, tantangan dan sumber daya yang ada di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Yogyakarta. I.3 Manfaat Penelitian 1. Terpetakannya standar penentuan respon yang tepat bagi anak di Panti Asuhan Aisyiyah Yogyakarta. 2. Terpetakannya standar pelayanan pengasuhan di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Yogyakarta. 3. Terpetakannya kekuatan dan kelemahan Panti Asuhan Aisyiyah Yogyakarta dalam menerapkan Standar Nasional Pengasuhan Anak terkait standar penentuan respon yang tepat dan standar pelayanan pengasuhan. I.4 Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kependudukan, LPPM UNS dengan UNICEF dengan fokus penelitian tentang Pola Pengasuhan Anak Di
225
Panti Asuhan Dan Pondok Pesantren Kota Solo Dan Kabupaten Klaten, pada tahun 2009. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa pusat-pusat pengasuhan anak berbasis lembaga, seringkali menjadi magnet yang menarik sumberdaya dalam jumlah besar, karena sistem pelayanannya jelas, terukur dan menarik banyak lembaga donor. Namun demikian, model pelayanan sosial berbasis lembaga tidak sanggup merespons perkembangan masalah dan kebutuhan akan pelayanan di masa depan yang cenderung semakin meningkat secara cepat. Penelitian lain yang menjadi tinjauan pustaka adalah Laporan Penelitian Kualitas Pengasuhan Anak di Panti Sosial Asuhan Anak PSAA al-Ikhlas Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Timur yang dilakukan oleh Lisma Dyawati Fuaida dkk, kerjasama antara Depsos, Save the Children dan UNICEF. Kesimpulan dalam penelitian ini : 1. Praktek Profesional Kualitas pelayanan di Panti masih kurang karena pekerjaan sebagai pengurus panti lebih merupakan pekerjaan sampingan bukan praktek profesional. Panti juga tidak mempunyai proses atau tahapan penerimaan anak yang ketat dan panti tidak memiliki rencana pelayanan anak secara individual. 2. Personal Care. Secara kualitas makanan yang disediakan belum memenuhi standar gizi. Fasilitas kesehatan yang dapat diakses cukup baik. Pemanfaatan waktu luang, olah raga dan kesenian cukup. Panti belum memenuhi privasi anak dalam hal ruangan toilet, kamar mandi, dan ganti pakaian. Anak hanya mendapatkan pelayanan pendidikan formal saja. Panti memberikan hak untuk dikunjungi secara maksimal, namun hak untuk berkunjung hanya diberikan pada saat liburan. Meskipun demikian tidak banyak orang tua yang memanfaatkan kesempatan tersebut. Tentang pengasuhan, pengendalian dan sangksi berjalan seimbang. 3. Pengaturan Staff Panti tidak mengenal proses rekuitmen staff, relawan ataupun staff terlatih apalagi memperhatikan kesesuaian dengan kebutuhan panti baik dalam jumlah anak maupun bidang tugas. 4. Sumber-sumber Panti hanya melayani anak di dalam panti dan tidak mempunyai program pelayanan di luar panti. 5. Administrasi Panti belum mempunyai rekaman atau catatan baik berupa data atau bentuk lain yang tersimpan dengan baik dan sistematis, hanya catatan keuangan dan bantuan barang dan properti yang tergabung dengan buku tamu. Tidak pernah ada monitoring dan evaluasi, namun keterlibatan kepala panti cukup signifikan.
Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY) ISBN: 978-602-19568-4-7
II. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif melalui proses studi pustaka, wawancara mendalam (indept interview) dengan para informan di lapangan dan pengamatan. Informan dipilih dengan metode snowball sampling, dengan lingkup informan adalah orang-orang yang terlibat dalam program pelayanan dan pembinaan di dalam panti. Metode kualitatif dimaksudkan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Peneliti terjun langsung ke lapangan dan bertemu langsung dengan para informan, baik primer maupun sekunder. Dengan menggunakan metode snowball sampling, peneliti pertama-tama bertemu dengan satu orang, misalnya kepala panti atau bagian humas. Peneliti menunjukkan maksud dan tujuan tentang penelitian dan data-data yang dibutuhkan. Atas kebutuhan data tersebut, peneliti meminta informasi kepada siapa saja untuk melakukan wawancara. Dengan metode tersebut, peneliti memperoleh petunjuk yang tepat, khususnya kepada informan yang tepat untuk melakukan wawancara. Penelitian ini sengaja tidak merumuskan hipotesa. Menurut Rianto Adi bahwa penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara cermat karakteritik dari fakta-fakta (individu, kelompok atau keadaan) dan untuk menentukan frekwensi sesuatu yang terjadi Dalam hal penelitian ini fakta-fakta tersebut bisa berkaitan dengan pendapat atau komentar dari para informan yang diwawancarai oleh peneliti. Fakta-fakta dalam penelitian ini, dengan demikian, tidak berdasarkan kuantitas akan tetapi bagaimana fakta tersebut dapat menjawab pertanyaanpertanyaan peneliti ini secara kualitatif. Contoh, bagaimana penerapan SNPA yang dilakukan oleh panti ini diketahui melalui penjelasan dari informasi kunci sehingga mampu menjawab permasalahan yang dihadapi peneliti. 1. Sumber data. Menurut Lonfland sebagaimana dikutip Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sehingga, berdasarkan hal ini sumber data dipilah menjadi dua bagian,yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Keduanya dapat dijelaskan di bawah ini : a. Sumber data primer, yaitu segala pernyataan atau tindakan para pengurus atau pengelola sekaligus pekerja sosial, musyrifah dan anak asuh panti asuhan yatim putri ‘Aisyiyah Yogyakarta. Secara lebih rinci, sumber data primer ini adalah informan yang terdiri dari orang-orang sebagai berikut : 1) Pengurus. Kepala Panti/ Humas
226
Data yang diperoleh dari informan ini adalah yang berkaitan dengan visi misi panti, program kerja panti, respon pengurus terhadap SNPA. 2) Pekerja Sosial Data yang diperoleh dari informan ini adalah yang berkaitan bagaimana pekerja sosial mensosialisasikan dan menerapkan SNPA di dalam panti, apa saja kendala yang dihadapi dan bagaimana solusi pemecahannya. 3) Musyrifah Data yang ingin diperoleh dari informan ini adalah bagaimana responnya terhadap penerapan SNPA di dalam panti. Perbedaan apa yang dirasakan setelah penerapan SNPA ini. 4) Anak Asuh Data yang ingin diperoleh dari informan ini adalah bagaimana penerapan SNPA yang dirasakan oleh informan. Apa perbedaan antara diberlakukannya penerapan SNPA dengan sebelum penerapan SNPA. b. Sumber data sekunder, yaitu buku, laporanlaporan kegiatan panti asuhan dan sumbersumber lain yang mempunyai pembahasan yang berkaitan dengan tema penelitian ini. 2. Teknik pengumpulan data a. Observasi Observasi yang dimaksud disini yaitu mengamati gejala yang diteliti. Dalam hal ini peneliti menangkap gejala yang diamati kemudian dicatat selanjutnya data tersebut dianalisis. Nawawi berpendapat bahwa dalam sebuah pengamatan, peneliti perlu berusaha agar yang diamati tidak mengetahui atau merasa diamati karena jika mereka tahu, mereka akan curiga sehingga tingkah lakunya mungkin akan dibuat-buat atau tidak wajar lagi. Dalam observasi ini, peneliti langsung terjun ke lapangan. Ketika observasi peneliti pertama-tama menyatakan maksud dan tujuan penelitian dan mengutarakan apa saja yang dibutuhkan selama penelitian. Dalam proses observasi, peneliti tidak mendapatkan kesulitan yang berarti. b. Wawancara. Wawancara kualitatif menurut Hamid Patilima mengandung makna bahwa peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini digunakan metode wawancara langsung tidak berstruktur yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Penelitian yang menggunakan metode wawancara tidak terstruktur mempunyai kelebihan fleksibilitas dan terbuka pada
Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY) ISBN: 978-602-19568-4-7
pertanyaan-pertanyaan baru yang diperoleh di lapangan. Sebab, seorang peneliti, termasuk peneliti sendiri ketika melakukan penelitian akan bertemu dengan fakta-fakta atau pernyataanpernyataan tidak terduga. Diperlukan kejelian dan kekritisan peneliti dalam menginterpretasikan dan mengejar informasi sedalam-dalamnya dari sebuah masalah yang sedang dihadapi. Inilah mengapa penelitian yang menggunakan metode wawancara tidak terstruktur mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metode yang lain. c. Dokumentasi. Dokumentasi merupakan analisis terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan tema penelitian. Sedangkan yang termasuk dalam dokumen ini antara otobiografi, memoar, catatan harian, surat-surat pribadi, catatan pengadilan, berita koran, artikel majalah, brosur, buletin, foto-foto dan dokumen laporan tahunan dari subyek penelitian. Dokumendokumen ini dapat mengungkapkan bagaimana subyek mendefinisikan dirinya, lingkungan dan situasi yang dihadapinya pada suatu saat, dan bagaimana kaitan antara definisi diri tersebut dalam hubungan dengan orang-orang di sekelilingnya dengan tindakan-tindakannya. Terkait dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan dokumen adalah berkait dengan laporan-laporan tahunan, program kerja panti, buku induk anak asuh panti, atau dokumen penting lainnya yang menunjang tema penelitian. Dokumentasi juga berhubungan dengan adanya foto-foto atau gambar tentang suatu kegiatan yang bisa menjadi alat pendukung untuk memperoleh informasi terkait tema penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti telah mengambil foto dengan kamera ataupun kegiatan-kegiatan yag telah pernah dilaksanakan di panti. d. Teknik analisis data Menurut Patton, analisis data adalah suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data juga dipahami sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang dirumuskan oleh data. Dalam hal ini kegiatan menulis data meliputi: a). Pengumpulan data; b). Mereduksi data, untuk mendapatkan pokok-pokok tema yang dianggap memiliki relevansi dengan masalah penelitian; c). Penilaian data yang dilakukan dengan cara mengkategorikan data primer dan data sekunder dengan sistem pencatatan yang relevan; d).
227
Menginterpretasikan data yang dilakukan dengan cara menganalisis secara kritis data yang telah terkumpul dan pada akhirnya sampai pada suatu kesimpulan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Perundang-undangan nasional, baik UU no. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, telah menyatakan pentingnya pengasuhan anak oleh orang tua dan keluarga, akan tetapi hal tersebut belum sepenuhnya terpenuhi pada tataran implementasi. Meningkatnya jumlah panti dari tahun ke tahun menunjukkan sangat diperlukannya upaya penyadaran pada berbagai kalangan agar mengedepankan pendekatan berbasis keluarga daripada pendekatan institusional dalam pengasuhan anak. Panti Asuhan sebagai alternatif terakhir pengasuhan bisa dilihat dari matrik pengasuhan berikut ini: Tabel 1. Matrik Pengasuhan KEBERADAAN ORANGTUA KANDUNG
MAMPU
Kedua orangtua lengkap
Pemeliharaan Keluarga
Salah satu meninggal dunia atau orangtua tunggal
Pemeliharaan Keluarga
Kedua orang tua tiada
A.
• • • • •
TIDAK MAMPU • Dukungan keluarga • Kindship Care • Foster Care • Adopsi
Kindship care Perwalian Foster Care Adopsi Panti Asuhan
Penerapan Standar Penentuan Respon yang Tepat Bagi Anak. Pada penerapan standar respon yang tepat bagi anak terdapat dua hal penting yaitu standar peran panti dalam pelayanan bagi anak dan standar perencanaan pengasuhan. 1. Standar tentang peran panti dalam pelayanan bagi anak meliputi : a) Peran Panti Penerapan standar ini diawali dengan assesment terhadap anak asuh yang sudah tinggal di panti asuhan untuk menggali alasan mengapa mereka di panti. Hal ini dilakukan karena aturan ini baru diterapkan di panti ketika pekerja sosial ditempatkan di sana. Sebelumnya panti mempunyai mekanisme sendiri penerimaan anak asuh yang lebih longgar. Setelah ada Peksos, proses rekruitmen lebih ketat bukan hanya persyaratan
Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY) ISBN: 978-602-19568-4-7
tersebut diatas tapi juga asesmen dan home visit. Hanya saja yang menjadi kendala di lapangan untuk anak-anak yang berasal dari luar Jogja. Berikut tabel daerah asal anak asuh berdasarkan data panti tahun 2013. Tabel 2. Daerah Asal Anak Asuh
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
DAERAH ASAL DIY JAWA TENGAH JAWA TIMUR JAWA BARAT NTT NTB PAPUA JUMLAH
JUMLAH 14 37 1 3 2 1 1 59
b) Pencegahan dari keterpisahan. Upaya yang dilakukan oleh pekerja sosial setelah melakukan assesment dan home visit adalah melakukan pendekatan kepada keluarga untuk memberikan pertimbangan pengasuhan yang terbaik untuk anak. c) Peran untuk menerima rujukan. Panti tidak pernah melakukan penjangkauan dengan tujuan untuk mencari anak. Yang terjadi justru panti banyak menerima rujukan dari berbagai daerah karena sudah ada kerjasama sebelumnya dengan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di daerah. d) Respon berdasarkan assesmen yang akurat. Asesmen anak mencakup aspek-aspek : identitas anak, latar belakang keluarga, kondisi fisik, emosional dan sosial anak serta kebutuhannya terhadap pengasuhan alternatif. e) Respon terhadap kebutuhan pengasuhan. Panti melakukan asesmen terhadap situasi keluarga yang menjadi hambatan dalam pengasuhan kemudian Panti memberikan dukungan untuk mengatasi hambatan tersebut. Panti juga memberikan atau mengfasilitasi dengan pihak lain yang memberikan pelayanan langsung kepada keluarga atau kelompok keluarga. Disamping itu Panti mengidentifikasi keberadaan, kemauan dan kemampuan keluarga besar, kerabat dan anggota komunitas yang akan melaksanakan fungsi pengasuhan dan memberikan dukungan untuk memperkuat fungsi pengasuhan. f) Respon terhadap kebutuhan perlindungan khusus. Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah adalah panti yang khusus untuk anak yatim, piatu, yatim piatu yang membutuhkan dukungan ekonomi untuk melanjutkan pendidikan sehingga tidak menerima anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus, g) Respon terhadap kebutuhan ekonomi Panti memberikan dukungan untuk anak dalam keluarga melalui bantuan finansial dengan memberikan santunan kepada anak non panti.
228
Tapi untuk pemberdayaan keluarga secara ekonomi belum berhasil dilakukan. Sebenarnya dengan fasilitas panti yang lengkap untuk sarana pemberdayaan ekonomi, program ini sangat mungkin dilakukan. Namun, nampaknya yang menjadi kendala adalah terbatasnya SDM yang bertanggung jawab menangani masalah tersebut. h) Respon terhadap kebutuhan pendidikan Panti mengfasilitasi akses terhadap pendidikan dengan memberikan biaya pendidikan, perlengkapan sekolah dan transportasi. Disamping itu panti juga memberikan uang saku yang jumlah tidak tetap, tergantung uang yang terkumpul dari hasil undangan. Panti tidak hanya membantu biaya pendidikan sampai dengan tingkat SMA, tapi bagi anak asuh yang berprestasi didorong untuk melanjutkan sampai jenjang PT dengan biaya penuh dari panti. Ketentuan ini berlaku untuk anak panti, sedangkan anak asuh non panti bantuan diberikan sampai jenjang SMA. 2. Penerapan standar perencanaan pengasuhan Langkah selanjutnya dalam standar penentuan respon yang tepat adalah standar perencanaan pengasuhan yang mencakup rencana pengasuhan, pengasuhan darurat, pengasuhan jangka pendek dan pengasuhan jangka panjang. Langkah ini tidak dilakukan di Panti Asuhan ‘Aisyiyah Yogyakarta, karena tujuan penempatan anak di panti untuk keberlangsungan pendidikan sehingga penempatan yang dilakukan adalah pengasuhan jangka panjang untuk penyelesaian pendidikan sampai dengan jenjang SMA. B.
Penerapan Standar Pelayanan Pengasuhan Pada penerapan standar pelayanan pengasuhan terdapat lima langkah penting yaitu standar pendekatan awal dan penerimaan rujukan, standar pelayanan pengasuhan oleh panti, standar pelayanan berbasis panti, standar pelaksana pengasuhan dan standar evaluasi serta pengakhiran pelayanan. 1. Penerapan standar pendekatan awal dan penerimaan rujukan. Penerapan langkah ini meliputi : standar pendekatan awal, penerimaan rujukan, asesmen awal, pengambilan keputusan pelayanan, kesepakatan, rujukan ke instansi lain dan kebersamaan anak bersaudara. 2. Standar pelayanan pengasuhan oleh panti. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan standar ini yaitu : asesmen lanjutan, perencanaan pengasuhan, pelayanan untuk anak dalam keluarga, dukungan pengasuhan berbasis keluarga, dukungan pengasuhan berbasis keluarga pengganti, pengasuhan oleh orang tua asuh, perwalian, dan pengangkatan anak 3. Penerapan Standar Pelayanan Berbasis Panti Penerapan standar ini meliputi pelayanan pengasuhan dalam panti, peran sebagai pengganti orang tua, martabat anak sebagai manusia,
Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY) ISBN: 978-602-19568-4-7
perlindungan anak, perkembangan anak, identitas anak, relasi anak, partisipasi anak, makanan dan pakaian, akses terhadap pendidikan dan kesehatan, privasi/kerahasiaan pribadi anak, pengaturan waktu anak, kegiatan/pekerjaan anak di Panti dan aturan disiplin dan sanksi. 4. Standar Pelaksana Pengasuhan Dalam menerapkan standar ini ada 3 komponen yang berperan penting yaitu peran orang tua dan keluarga, pengasuh dan pekerja sosial professional. a) Peran dan Keterlibatan orang tua dan keluarga. Dalam prakteknya di PAY Yogyakarta, orang tua tidak terlalu berperan kecuali ada kasus berat yang menimpa anak asuh maka panti bersamasama keluarga mencari jalan keluar bersama untuk pembinaan anak. Hal ini dikarenakan orang tua sejak awal sudah menyerahkan sepenuhnya pengasuhan kepada panti dan tidak ada pertemuan secara berkala dengan orang tua/wali untuk membicarakan dan saling berbagi tentang kehidupan dan pengasuhan anak. Pertemuan dilakukan hanya pada saat acara syawalan ketika orang tua/wali anak asuh mengantarkan kembali anak asuh ke panti setelah pulang liburan, itupun hanya bagi orang tua/wali yang mengantarkan anaknya kembali ke panti. b) Pengasuh terkait dengan peran pengasuh, lingkungan pengasuhan keluarga, perbandingan anak dan pengasuh, pengasuhan 24 jam kontinu, mendukung hubungan anak dengan pengasuh. Yang menjadi kelemahan dari panti ini adalah kurangnya tenaga pengasuh. Tenaga pengasuh yang ada sudah “sepuh” sehingga terbatas kemampuannya. c) Pekerja sosial profesional, mencakup fungsi dan peran pekerja sosial profesional, manajemen kasus, jaminan ketersediaan kompetensi pekerjaan sosial dan supervisi. Pada awalnya di PAY pekerja sosial yang ada didatangkan dari Kementrian Sosial yang sudah mendapatkan pelatihan pekerja sosial. Namun, semenjak ditarik oleh Dinas, pekerja sosial yang berada di PAY adalah pekerja sosial swadaya yang berlatar belakang Ilmu Kesejahteraan Sosial dan sedang menempuh pendidikan pasca sarjana Pendidikan Sosial namun belum mendapatkan sertifikasi dari Dinas. Latar belakang yang mendukung peran kepengasuhan adalah pengalamannya tinggal di pondok pesantren, walaupun dalam prakteknya tidak bisa disamakan antara pengalaman di pesantren dengan situasi pengasuhan di panti asuhan. Disamping itu, pekerja sosial swadaya tidak ada ikatan dengan Dinas, sehingga tidak mempunya hubungan kerja sama dengan pihak luar untuk membantu pekerjaan sebagai pekerja sosial di Panti. Berbeda dengan pekerja sosial terdahulu yang berasal dari Dinas, ketika ada masalah yang tidak bisa
229
ditangani bisa menjalin kerjasama PDAK, sebuah LSM yang menangani masalah anak dan keluarga. 5. Standar evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan pengasuhan anak. Standar evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan pengasuhan untuk anak, terdiri dari review penempatan dan pengasuhan, pelaporan anak yang melarikan diri atau pengasuhannya diakhiri. Dalam prakteknya di PAY, pengakhiran pelayanan terkait dengan selesainya masa sekolah karena tujuan penempatan di panti adalah alasan pendidikan dan ekonomi. Jadi, anak menetap di panti selama masa pendidikan berlangsung. Pengakhiran layanan bisa terjadi apabila anak asuh melakukan kesalahan yang mengakibatkan pemulangan kepada orang tua. Kasus anak yang melarikan diri boleh dikata jarang terjadi. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: dalam hal penerapan standar penentuan respon yang tepat bagi anak, (1) Panti sudah melakukan standar tentang peran Panti dalam pelayanan bagi anak yang meliputi peran panti, pencegahan keterpisahan, peran untuk menerima rujukan, respon berdasarkan asesmen yang akurat, respon terhadap kebutuhan pengasuhan, respon terhadap kebutuhan ekonomi, respon terhadap kebutuhan pendidikan, namum panti tidak melakukan respon terhadap kebutuhan akan perlindungan khusus. (2) Panti tidak melakukan standar perencanaan pengasuhan darurat, pengasuhan jangka pendek, dan pengasuhan jangka panjang karena tujuan penempatan anak di panti untuk keberlangsungan pendidikan. Dalam hal penerapan standar pelayanan pengasuhan, Panti sudah melakukan (1) penerapan standar pendekatan awal dan rujukan, (2) standar pelayanan pengasuhan, (3) standar pelayanan berbasis panti, (4) standar pelaksana pengasuhan. Sedangkan standar evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan pengasuhan anak yang dilakukan panti terkait dengan selesainya masa sekolah. Kelemahan Panti dalam menerapkan standar ini dikarenakan : (1) keterbatasan jumlah pengasuh maupun staf yang telah dilatih secara profesional, (2) Partisipasi anak di dalam panti kurang, (3) keluarga tidak terlibat dalam pengasuhan anak di dalam panti. DAFTAR PUSTAKA [1] Adi, Rianto. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Granit. Jakarta [2] Agustiani, dkk. 2009. Studi Komparatif tentang Kepercayaan Diri Remaja yang Berada di Panti Asuhan ‘Aisyiyah Muhammadiyah dengan Remaja yang Tinggal Bersama Orang Tua (Studi Pada Siswa SMP Muhammadiyah). Jurnal Psikologi. UIN Sultan Syarif Karim. Pekanbaru Riau [3] Badan Pembinaan Koordinasi dan Pengawasan Kegiatan PantiAsuhan. 1982. t.p. [4]Departemen Sosial RI. 1997. Panduan Pelaksanaan Pembinaan
Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY) ISBN: 978-602-19568-4-7
Kesejahteraan Sosial Anak Melalui Panti Asuhan Anak. Tidak diterbitkan. Jakarta [5] Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI. 2011. Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Jakarta [6] Ghazali, Hilman. 2007. Penempatan Sumber Daya Manusia di Panti Asuhan ‘Aisyiyah Yogyakarta. Abstrak tesis. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [7] Hartini, Niken. 2001. Deskripsi Kebutuhan Psikologis pada Anak Panti. Jurnal Insan Media Psikologi. No 2 [8] Hilman. 2002. Kemandirian Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan Ditinjau dariPersepsi Pelayanan Sosial dan Dukungan Sosial. Tesis. Program Studi Psikologi Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta [9] Hurlock, EB. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Erlangga. Jakarta [10] Majalah al-Manar. 2015. PAY Putri ‘Aisyiyah Raih Akreditasi dengan Program Unggulan. Februari 2015 [11] Maleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Cetakan ke 26. Rosda Karya. Bandung [12]Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Cet. Kedua. Rosda Karya. Bandung [13] Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung [14]Pedoman Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah no 164/SK-PPA/A/XII/2013 Tentang Amal Usaha Kesejahteraan Sosial ‘Aisyiyah [15]Pusat Penelitian Kependudukan LPPM UNS dan Unicef. 2003. Pola Pengasuhan Anak di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Kota Solo dan Kabupaten Klaten. Surakarta [16]Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung
230
Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY) ISBN: 978-602-19568-4-7