NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SIMBOL-SIMBOL WALIMATUL ‘URSY DI DESA CANDIREJO KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI) Dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh : TRI WAHYUNI NIM : 121 07 021
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
44
45 DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Tri Wahyuni
NIM
: 121 07 021
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 29 Januari 2010 Yang menyatakan,
TRI WAHYUNI NIM : 121 07 021
46
47
48
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (Q.S. Ali Imron: 190) Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya), (Q.S. An Nahl 11-12) Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan, (Q.S. An Nahl 4) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Q. S. Al Baqoroh: 164)
49
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Ayahku (Nuryono) dan ibundaku tercinta (Surati) yang telah membesarkan dan mendidikku serta mencurahkan segala usaha untuk membantu melancarkan studiku. 2. Mas Basuki Rohmad dan Mas Nurochim serta keponakanku Hafidz Panji Kurniawan dan Fátimah Az Zahra yang memberiku motivasi untuk segera menyelesaikan sekripsi. 3. Nenekku tersayang Mbah supi, Om Ponijan dan Bek Asiyah serta keluarga besarku. 4. Bapak Fatchurruhman, S. Ag., M. Pd yang telah meluangkan waktu dan kesabaranya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan. 5. Sahabat-sahabatku yang selalu berjuang bersamasama dalam suka dan duka (Hayu, Iin dan Dari) 6. Anak-anak didikku di RA Annur Candirejo. 7. Sepupuku mbak Napsiah dan keluarga yang telah menfasilitasi dalam pengetikan skripsiku. 8. M. Nur Ikhsan yang insya Allah segera menjadi pemimpin dalam shalat dan kehidupanku. Amin .
50
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,
hidayah
dan
taufiqnya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SIMBOL-SIMBOL WALIMATUL ‟URSY DI DESA CANDIREJO KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009". Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN 2. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd selaku kaprodi PAI Transfer dan selaku pembimbing
yang
telah
meluangkan
waktu
untuk
membantu
dan
mengarahkan penulisan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah menghantarkan penulis hingga selesainya tugas akademik. 4. Kepala perpustakaan STAIN Salatiga beserta stafnya yang telah memberikan layanan kepustakaan.
51
5. Bapak Rohmad Effendi selaku kepala Desa Candirejo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 6. Masyarakat sekitar yang memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis. 7. Kedua orang tua yang telah susah payah mendidik, membimbing, membesarkan serta membiayai penulis dalam studi, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. 8. Ibu Siti Musayadah A. Ma selaku kepala RA Annur Candirejo, Ibu Umi Haniah, A. Ma, Ibu Afifatus Tsaniyah, S.Ag dan Ibu Istikomah SE. yang memberikan ijin dan motivasi untuk segera menyelesaikan sekripsi. 9. Seluruh
sahabat-sahabat
yang
selalu
memberikan
dorongan
dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan bagi pengembangan dunia pendidikan khususnya pendidikan agama Islam. Amin – amin yarobbal 'alamin Salatiga, 29 Januari 2010 Penulis
52
ABSTRAK PENELITIAN
Wahyuni, Tri. 2010. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Simbol-Simbol Walimatul ‟Ursy Di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2009. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. Kata kunci: pendidikan Islam dalam simbol walimatul ‟ursy.
Penelitian ini merupakan upaya untuk melestarikan budaya Jawa khususnya dalam walimatul ‟ursy yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) apa yang menjadi simbol dalam walimatul ‟ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009? (2) Apa nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam simbol-simbol dalam walimatul ‟ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009? (3) Bagaimana implementasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan masyarakat Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fonomenologi. Simbol-simbol dalam walimatul ‟ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009 berupa: patah, domas, manggolo, ganti busana, saat prosesi panggih (balangan suruh, salaman, wiji dadi, sinduran, tanem, kacar-kucur, dulangan, sungkeman, plangkahan), dalam dekorasi terdapat simbol kembar mayang, riasan pengantin terdapat sanggul, paes, centhung, mentul, perhiasan, dan bunga melati, Nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat didalamnya berupa: Saling membuang kejelekan suami dan istri, menghormati suami dan tetap patuh kepada orang tua, tanggung jawab orang tua tidak lepas sampai menikahkan anaknya dan ibu selalu memberikan dorongan atas tanggung jawab tersebut kepada sang ayah, kerja sama antara suami dan istri dalam memikul tanggung jawab bersama untuk mewujudkan keluarga yang bahagia, dalam memberikan kasih sayang orang tua tidak boleh pilih kasih, suami mencari nafkah dan memberikan kepada istri baik lahiriah dan batiniah. Nilai-nilai tersebut telah diimplementasikan tanpa mereka sadari karena agama Islam juga mengajarkan hal itu. Walaupun mereka tidak mengetahui dengan rinci dan menyeluruh nilai-nilai pendidikan Islam dalam simbol-simbol walimatul „ursy mereka telah mengimplementasikannya dalam kehidupan.
53
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................
iii
PENGESAHAN KELULUSAN................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................
v
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vii
ABSTRAK ...............................................................................................
ix
DAFTAR ISI ............................................................................................
x
DAFTAR TABEL DAN BAGAN.............................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................
1
B. Fokus Penelitian ............................................................
3
C. Tujuan Penelitian ...........................................................
3
D. Kegunaan Penelitian ......................................................
4
E. Penegasan Istilah ...........................................................
4
F. Metode Penelitian ..........................................................
5
G. Sistematika Penulisan ....................................................
9
KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan .....................................................................
11
B. Proses Menuju Pernikahan .............................................
13
54
1. Memilih Pasangan ...................................................
13
2. Melakukan Isthikarah...............................................
16
3. Melamar/Meminang .................................................
16
4. Melihat Wanita Yang Akan Dilamar ........................
17
5. Maskawin/Mahar .....................................................
17
C. Walimatul „Ursy ............................................................
19
D. Resepsi Pernikahan Adat Jawa .......................................
21
1. Simbol-Simbol dalam Pernikahan Adat Jawa dan
BAB III
Maknanya ................................................................
21
2. Proses Pernikahan Adat Jawa ..................................
24
3. Riasn pengatin Perempuan .......................................
36
E. Tata Cara Pernikahan Dalam Islam ...............................
39
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dan Masyarakatnya ....................
44
1. Letak Geografis ......................................................
44
2. Keadaan Penduduk .................................................
44
3. Keadaan Pendidikan ...............................................
45
4. Keadaan Sosial Ekonomi ........................................
46
5. Keadaan Sosial Agama ...........................................
46
6. Kegiatan Keagamaan ..............................................
46
7. Stuktur Organisasi Desa Candirejo .........................
47
55
B. Temuan Pelaksanaan Walimatul „ursy Di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang ...
48
C. Temuan Prosesi Walimatul „Ursy Di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang ..................
51
D. Temuan Simbol-Simbol Dalam Walimatul „Ursy Di Desa Candirejo
Kecamatan Tuntang
Kabupaten
Semarang ..................................................................... E. Nilai-Nilai
Pendidikan
Yang
Terdapat
52
Dalam
Walimatul „Ursy Di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang ...................................... BAB IV
53
PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Walimatul „Ursy Di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang ..................
67
B. Simbol-Simbol Dalam Walimatul „Ursy Di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang ...
70
C. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang Terdapat Dalam Walimatul „Ursy Di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang......................................
78
D. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang Terdapat Dalam Walimtul „Ursy Di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang ................... BAB V
81
PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................
86
56
B. Saran-saran ..................................................................
88
C. Penutup ........................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
57
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan Umur Tahun 2009 Tabel 3.2 Penduduk Menurut Pendidikan Tahun 2009 Tabel 3.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2009 Tabel 3.4 Kegiatan Keagamaan Warga Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tabel Tabel 5.1 Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Simbol-simbol Walimatul „ursy Gambar 1.1 Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif Gambar 3.1 Struktur Organisasi Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
58
DAFTAR LAMIPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Wawancara 2 Hasil Wawancara 3 Foto-Foto Dalam Walimatul „Ursy 4 Peta Desa Candirejo Kecamaan Tuntang Kabupaten Semarang 5 Surat Tugas Pembimbing Skripsi 6 Surat Permohonan Izin Penelitian 7 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 8 Lembar Konsultasi 9 SKK
59
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia laki-laki maupun perempuan pada kewajaran fitrahnya akan memiliki rasa suka atau tertarik pada lawan jenis. Islam menjadikan pernikahan sebagai jalan terhormat untuk menformat kasih sayang di antara dua jenis manusia. Untuk mewujudkan pernikahan melalui proses yang panjang
bermula
pemilihan
calon
pasangan
sampai
menjaga
pernikahan/rumah tangga. Salah satu proses dari pernikahan adalah walimatul „ursy yang berarti resepsi pernikahan. Dalam walimatul „ursy terdapat berbagai macam simbol-simbol, dalam setiap simbol tersebut terdapat nilai-nilai pendidikan bagi pasangan suami istri baru yang akan memulai hidup berumah tangga dan membentuk keluarga pada khususnya dan pada umumnya untuk suami istri yang telah lama menikah agar lebih saling mencintai dan menjaga rumah tangganya. Dengan dimasukkannya simbol-simbol walimatul „ursy diharapkan kehidupan berumah tangga dapat berjalan mulus, mampu dalam mengatasi masalah karena telah dibekali pendidikan dalam walimatul „ursy walaupun hanya secara implisit. Dengan berkembangnya jaman, budaya bangsa semakin tidak dipahami oleh generasi penerus. Sehingga tepatlah istilah jawa yang mengatakan “ora ngerti jawane” (tidak mengetahui maksudya) “ bocah ora jawa” (tidak mengetahui pesan yang terdapat dalam suatu simbol atau tanda). Sungguh ironis resepsi pernikahan yang dikhususkan untuk pasangan baru
60
suami istri dengan persiapan yang matang tetapi tidak mengetahui pesan/nilainilai pendidikan dalam acara tersebut. Tujuan utama mengadakan walimatul „ursy adalah pengumuman atas sebuah pernikahan, dan rasa syukur dari terjadinya pernikahan. Dalam acara walimatul „ursy terdapat makanan yang dihidangkan sesuai dengan makna walimah secara bahasa. Acara walimatul „ursy tersebut dikemas sedemikian rupa agar menarik dan indah untuk dikenang. Namun disayangkan dalam penyelenggaraan walimatul „ursy, baik orang tua dari calon suami istri, pasangan colon suami istri itu sendiri, dan para tamu undangan, tidak mengetahui dan memahami apa pesan/makna/nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam simbol-simbol walimatul „ursy tersebut. Mereka menganggap bahwa simbol-simbol tersebut hanya sebagai atribut/assesoris dalam walimatul „ursy. Penulis memilih desa Candirejo sebagai lokasi penelitian dikarenakan mayoritas warga Candirejo adalah muslim dengan aktivitas keagamaan yang kental, misalnya pengajian tidak hanya diadakan setiap hari-hari besar agama atau untuk memperingati hari-hari besar Islam tetapi setiap seminggu sekali di masjid-masjid. Barjaji, tahlil dan yasin, Qur‟anan dan kegiatan tersebut tidak hanya dilakukan oleh orang tua/dewasa tetapi anak-anak juga. Remaja Candirejo pun dengan penuh semangat menghidupkan syiar Islam, mereka memiliki lima grub rebana. Dengan aktivitas agama tersebut apakah menunjukkan
kedalaman
pengetahuan
tentang
Agama
Islam
dalam
penyelenggaraan walimatul „ursy? Berdasarkan hal di atas maka penulis
61
tertarik
untuk
mengadakan
penelitian
dengan
judul:
NILAI-NILAI
PENDIDIKAN ISLAM DALAM SIMBOL-SIMBOL WALIMATUL „URSY DI
DESA CANDIREJO
KECAMATAN
TUNTANG
KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2009.
B. Fokus Penelitian Beberapa fokus penelitian dapat dirinci sebagai berikut: 1. Apa saja yang menjadi simbol-simbol dalam walimatul „ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang? 2. Nilai-nilai pendidikan Islam apa yang dapat diambil dari simbol-simbol dalam walimatul „ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang? 3. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikaan Islam pada simbol-simbol walimatul „ursy dalam kehidupan masyarakat di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui yang menjadi simbol-simbol dalam walimatul „ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. 2. Untuk memahami/mengerti nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam simbol-simbol walimatul „ursy Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
62
3. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan Islam pada simbolsimbol walimatul „ursy dalam kehidupan masyarakat Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini mememiliki kegunaan secara teoritik dan praktis, adapun kegunaan secara teoritik adalah: 1. Menyumbangakan wacana dalam pernikahan adat Jawa. 2. Memperluas cangkupan ilmu antropologi dalam kebudayaan khususnya Jawa. Adapun secara praktis memiliki kegunaan yaitu memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya muslim, agar mengetahui dan memahami serta mengimpentasikan nilai-nilai dalam simbol-simbol walimatul „ursy.
E. Penegasan Istilah Nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat (hal-hal yang penting) berguna bagi kemanusiaan. Nilai-nilai adalah beberapa hal-hal yang berguna/penting bagi kemanusiaan. Pendidikan Islam adalah berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa dan bertujuan akhlaq yang mulia dengan tidak melupakan kemajuan dunia dan ilmu pengetahuan yang berguna untuk perseorangan dan kemasyarakatan. Karena agama Islam adalah agama yang menghimpun kebaikan dunia dan kebaikan akhirat, agama yang mementingkan jasmani dan rohani. Sebab itu
63
pendidikan Islam haruslah menuju untuk kebaikan rohani dan jasmani untuk kebahagiaan perseorangan dan kemakmuran masyarakat atau dengan kata lain untuk kebahagiaan dunia dan akhirat (Mahmud Yunus, 1996:5-6). Sedangkan simbol adalah lambang. Walimatul „Ursy biasa disebut walimah adalah pesta pernikahan yang disunnahkan. Sebagai pemberitaan kepada khayalak dan ungkapan syukur atas terjadinya pernikahan (Cahyadi Takariawan, 2005:119). Jadi nilai-nilai pendidikan Islam dalam simbol-simbol walimatul „ursy adalah beberapa hal penting yang berguna bagi kemanusiaan/masyarakat untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai dengan ketuhanan Yang Maha Esa atau sesuai dengan ajaran Islam yang terdapat dalam simbol/lambang pada acara resepsi pernikahan (walimatul „ursy).
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis
dari
penelitian
ini
adalah
kualitatif.
Dikarenakan
menggunakan prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif: ucapan/tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri. Pendekatan ini langsung menunjukkan setting dan individuindividu dalam setting itu secara keseluruhan (Arief Furchan, 1922:21). Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Peneliti dalam pandangan fonomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu (Lexy J. Moleong, 2007:17).
64
2. Kehadiran Penelitian Kehadiran peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan, ia sebagai anggota pura-pura, jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya (Lexy J. Moleong, 2007: 77). Peneliti ikut berperan serta menjadi pengamat dalam acara walimatul „ursy dan mengikuti secara aktif kegiatan dalam acara tersebut. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Desa Candirejo
Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang. Karena warga di desa tersebut mayoritas beragama Islam dan sangat kental dengan kegiatan keagamaan diantaranya pengajian, tahlil dan yasin, berjanji, dan qur‟anan. 4. Sumber Data Sumber data utama dari penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (Lexy J. Moleong, 2007:157) dalam hal ini sumber data utama adalah kata-kata atau informasi yang diperoleh dari perias pengantin dan tindakan yang dilakukan dalam walimatul „ursy. Sumber data tambahan berasal dari buku-buku dan karya ilmiah yang membahas walimatul „ursy dan foto dalam walimatul „ursy. 5. Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
65
(interviewer)
yang
mengajukan pertanyaan
dan
terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2007:186). Terwawancara adalah perias pengantin dengan teknik bola salju. b. Observasi/Pengamatan Menggunakan pengamatan dikarenakan beberapa alasan: Didasarkan atas pengalaman secara langsung, memungkinkan melihat dan mengamati acara walimatul „ursy, mencatat peristiwa yang terjadi dalam walimatul „ursy dan memahami situasi-situasi rumit dalam acara walimatul „ursy. 6. Analisa Data Analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data diartikan sebagai proses
pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
peyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data di lapangan. Penyajian data yang memuat informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan, mula-mula belum jelas, kemudian lebih rinci. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling menyusul (Matthew B. Miles,1992:20). Ketiga hal tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:
66
Pengumpulan Data Penyajian Data
Kesimpulan-kesimpulan Penarikan/Verifikasi
Reduksi Data
Gambar 1.1 Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif
7. Pengecekan Keabsahan Data Untuk mendapatkan data yang absah maka diperlukan pengecekan keabsahan data dengan menggunakan: a. Perpanjangan keikutsertaan, yang berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai (Lexy J. Moleong, 2007:327). b. Triangulasi,
yaitu
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. 1) Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. 2) Triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987:329) terdapat dua srategi yaitu (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan
67
hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Lexy J. Moleong, 2007:330-331). 8. Tahap-Tahap Penelitian a. Penelitian Pendahuluan Mengakaji buku-buku dan karya ilmiah yang berkaitan dengan simbol-simbol walimatul „ursy dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalamnya. b. Penelitian Desain Setelah mengetahui beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam simbol-simbol walimatul „ursy berdasarkan buku-buku dan karya ilmiah kemudian melakukan observasi dalam acara walimatul „ursy dan wawancara lansung kepada rias pengantin dan orang-orang yang terlibat dalam acara tersebut misalnya tokoh agama, tokoh masyarakat, orang tua pengantin, dan pasangan pengantin. c. Penelitian Sebenarnya Mengkaji antara informasi yang terdapat dalam buku-buku dan karya ilmiah mengenai simbol-simbol dalam walimatul „ursy dengan data yang diperoleh di lapangan. G. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan memuat: Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, (Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi
68
Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data dan Tahap-tahap Penelitian). Bab II Kajian Pustaka yang memaparkan tentang: Penikahan, Proses Menuju Pernikahan, walimatul „ursy, Resepsi Pernikahan Adat Jawa (SimbolSimbol dalam Resepsi Pernikahan Adat Jawa dan Maknanya, Proses Resepsi Pernikahan Adat Jawa), Tatacara Pernikahan dalam Islam. Bab III Paparan Data Dan Temuan Penelitian yang berisi: Gambaran umum Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang (letak geografis, keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan sosial-ekonomi, kegiatan keagamaan, dan struktur organisasi), Pelaksanaan walimatul „ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang: pelaksanaan walimatul 'ursy, prosesi walimatul 'ursy, simbol-simbol dan nilai pendidikan Islam dalam walimatul 'ursy di Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Bab IV Pembahasan yaitu Pelaksanaan walimatul „ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang: pelaksanaan walimatul 'ursy, prosesi walimatul 'ursy, simbol-simbol, nilai pendidikan Islam, dan implementasinya dalam kehidupan di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Bab V Penutup yang berisi: Kesimpulan, Saran, Penutup.
69
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pernikahan Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan nikah dan zawaj yang mengandung maksud membolehkan hubungan kelamin laki-laki dan perempuan. Pernikahan atau tepatnya „‟keberpasangan‟‟ merupakan ketetapan Illahi atas segala mahluk, berulangulang hakekat ini ditegaskan oleh Al-Qur‟an (M Quraish Shihab, 1996:191) antara lain dalam surat Al Dzariat ayat 49 dan surat Yasin ayat 36 yang berbunyi :
Artinya : ‟‟Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah‟‟. (Q.S. Al-Dzariat-49)
Artinya : ‟‟Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui‟‟. (Q.S.yasiin36). Pernikahan/perkawinan adalah suatu perjanjian suci antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk keluarga bahagia. Sebagai perjanjian ia mengandung pengertian adanya kemauan bebas antara dua pihak yang saling mau berjanji berdasarkan prinsip suka sama suka yang berarti tidak ada unsur keterpaksaan. Pernikahan tersebut dinyatakan dalam bentuk ijiab qobul yang harus diucapkan dalam satu majlis, baik langsung
70
oleh mereka yang bersangkutan yaitu calon suami dan calon istri (Anwar Harjono, 1987:221). Menurut ulama Syafi‟iyah yang dimaksud dengan perkawinan di sini adalah keseluruhan yang secara langsung berkaitan dengan perkawinan dengan segala unsurnya, bukan hanya akad nikah itu saja tetapi ada syarat dan rukunnya yaitu: 1. Akad Nikah Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang melangsungkan perkawinan dalam bentuk ijab dan qobul. Ijab adalah penyerahan dari wali si perempuan dengan ucapan: „‟Saya kawinkan anak saya yang bernama si A kepadamu dengan mahar sebuah kitab AlQur‟an‟‟, dan qobul adalah penerimaan dari pihak suami dengan ucapan: „‟Saya terima mengawini anak bapak yang bernama si A dengan mahar sebuah kitab Al-Qur‟an‟‟ (Amir Syarifuddin, 2006:61). 2. Adanya calon suami dan calon istri, calon istri haruslah seorang yang tidak sedang terikat pernikahan, tidak dalam keadaan iddah, hamil dan tidak yang dilarang untuk dinikahi. 3. Wali dari calon istri dinilai mutlak keberadaanya dan ijinnya, berdasarkan
Artinya : “Tidak ada nikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang adil” (H.R. Ahmad) 4. Saksi minimal dua orang, karena para ulama sepakat melarang pernikahan yang disembunyikan berdasarkan hadis di atas.
71
5. Mahar, karena secara tegas al-qur‟an memerintahkan kepada calon suami untuk membayar mahar dalam surat An Nisa ayat 4 (M. Quraish Shihab, 1996:206).
Artinya : „‟Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan, kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya‟‟.(Q.S-An-Nisa‟:4) B. Proses Menuju Pernikahan Pernikahan adalah suatu gerbang untuk membentuk suatu keluarga yang memiliki proses cukup pajang yang bermula dari : 1. Memilih Pasangan Suami istri adalah fondasi dasar bagi sebuah bangunan rumah tanggga. Karena Islam menetapkan kriteria khusus baginya, hingga menimbulkan rasa cinta, kasih-sayang, syiar kebaikan dan saling ketertarikan (Cahyadi Takariawan, 2005:21). Maka dari itu hendaklah mencari istri yang saleh dan suami yang saleh. Islam telah memberi petunjuk kepada umatnya untuk memilih masing-masing calon suami dan istri namun tidak semua wanita boleh untuk dinikahi dan wanita-wanita yang haram dinikahi adalah yang terdapat dalam surat An-Nisa ayat 23 berikut :
72
Artinya : „‟Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudarasaudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudarasaudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteriisteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau;Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang‟‟ (Q.S. An-Nisa : 23) Berdasarkan ayat di atas wanita-wanita yang haram dinikahi dapat dirinci sebagai berikut : a. Wanita yang haram dinikahi untuk selamanya: 1) Karena hubungan nasab dan susuan, yaitu ibu, anak perempuan, saudara perempuan, bibi, kemenakan perempuan, ibu susuan, nenek susuan, bibi susuan, kemenakan susuan perempuan, saudara susuan perempuan. 2) Karena hubungan mushaharah, yaitu mertua perempuan, anak tiri (jika sudah bercampur orang tuanya), menantu, ibu tiri.
73
3) Istri karena sumpah lian, hal ini sesuai dengan Surat An-Nur ayat 6-9.
6 7 8 9 6. Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. 7. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. 8. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. 9. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar. Berdasarkan ayat tersebut jika terjadi sumpah lian atas suami istri maka putuslah hubungan perkawinan keduanya untuk selamalamanya. b. Wanita yang haram dinikahi untuk sementara 1) Dua perempuan bersaudara haram dikawini oleh seorang laki-laki dalam satu waktu. 2) Wanita yang terikat pernikahan dengan laki-laki lain. 3) Wanita dalam masa iddah.
74
4) Wanita yang ditalak tiga oleh suaminya haram dinikahi sebelum sang istri menikah dengan orang lain dan sudah bercampur serta tidak direncana. 5) Melakukan ihram. 6) Wanita musyrik 7) Wanita haram dinikahi oleh seorang yang telah mempunyai istri empat orang (Zakiah Daradjat, 1995:65-71). 2. Melakukan Istikharah Kata istikharah itu sendiri menurut bahasa bararti menetapkan pilihan yang terbaik (M. Nipan Abdul Halim, 2007:26). Diharapkan dengan isrikharah pilihan yang akan diambil adalah pilihan yang tepat yang terbaik dalam penilaian Allah agar tidak menyesal. 3. Melamar/Meminang Setelah ditentukan pilihan pasangan yang akan dinikahi, langkah selanjutnya adalah penyampaian kehendak untuk menikahi pilihan yang telah ditentukan itu. Penyampaian kehendak untuk menikahi seseorang itu disebut dengan khitbah atau yang dalam bahasa melayu disebut ‟‟peminangan‟‟ (Amir Syarifuddin, 2006:49). Dapat dilakukan sendiri oleh calon suami atau mengutus seseorang untuk menanyakan dan mencari informasi tentang calon istri dan keluarganya. Wanita yang boleh dipinang adalah wanita-wanita yang tidak haram untuk dinikahi dan juga tidak sedang dipinang oleh orang lain.
75
4. Melihat Wanita Yang Akan Dilamar Acara dilakukan setelah pihak calon istri menerima lamaran yaitu melihat wanita yang akan dilamar, dalam istilah Jawa nontoni. Adalah hak laki-laki dan wanita yang akan melangkah kejenjang perkawinan untuk melihat satu sama lain (M. Nipan Abdul Halim, 2007:26). Yang boleh dilihat wajah, kedua telapak tangan dan tangan serta lehernya. Boleh mendengarkan suaranya dan berbicara dengannya bagi wanita, bagi lakilaki, perempuan disunahkan melihat tubuh silaki-laki, bagian yang mana pun yang bisa dilihatnya selain auratnya (Muhammad Washifi, 2005:296). 5. Maskawin/Mahar Setelah saling melihat dan tertarik untuk melanjutkan ke tahap berikutnya adalah pembarian maskawin/mahar. Mahar tidak memiliki batas tertinggi atau terendah karena mahar bukanlah harga untuk membeli kenikmatan bagi laki-laki, namun pemberian (nihlah), yaitu pemberian yang tidak memerlukan balasan (Muhammad Washifi, 2005:313). Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fatwa-Fatwa Kontemporer menyebutkan ada empat hikmah disyariatkannya mahar. Pertama, menunjukkan kemuliaan wanita, karena wanitalah yang dicari laki-laki. Laki-laki yang berusaha untuk mendapatkan wanita meskipun harus mengorbankan hartanya. Kedua, menunjukkan cinta dan kasih sayang seorang suami kepada istri, karena maskawin itu sifatnya pemberian hadiah atau hibah yang oleh Al Quran diistilahkan dengan nihlah (pemberian dengan penuh kerelaan), bukan sebagai pembayar harga wanita.
76
Ketiga, menunjukkan kesungguhan, karena nikah dan berumah tangga bukanlah main-main dan perkara yang bisa dipermaiankan. Keempat, menunjukan tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga dalam pemberian nafkah, karena laki-laki adalah pemimpin atas wanita dalam kehidupan rumah tangga untuk mendapatkan hak itu wajar bila suami harus mengeluarkan harta sehingga dia harus lebih bertanggung jawab dan tidak sewenang-wenang terhadap istrinya. Mahar dapat berupa apa saja baik materi maupu non materi yang terpenting tidak ada unsur memberatkan dan hendaknya mahar memberikan manfaat serta arti atau makna dari benda-benda yang diberikan sebagai mahar. Benda benda atau barang yang biasa digunakan sebagai mahar serta arti atau makana dari barang tersebut: a. Seperangkat alat sholat karena seperangkat alat sholat adalah sarana untuk mengerjakan sholat karena sholat adalah ibadah yang paling utama. b. Kitab Suci Al-Qu‟ran, karena Al-Qur‟an adalah pedoman dalam kehidupan sehingga diharapkan mereka dapat berpegang teguh pada Al-Qur‟an dan mengamalkan ajarannya. c. Cicin yang dibuat bulat tidak ada putusnya, maknanya agar cintanya abadi agar tidak putus sepanjang hidup. d. Seperangkat busana putri bermakana masing-masing harus pandai menyimpan rahasia terhadap orang lain.
77
e. Perhiasan yang terbuat dari emas, intan, berlian mengandung makna agar calon pengantin putri selalu berusaha untuk tetap besinar tidak membuat kecewa. f. Makanan tradisional terdiri dari jadah, lapis, jenang, wajik, yang terbuat dari beras ketan. Beras ketan sebelum dimasak hambur, tetapi setelah dimasak menjadi lengket, begitulah harapannya semoga kedua calon pengantin cintanya selalu lengket selama-lamanya. g. Buah-buahan bermakna penuh harapan agar cinta mereka dapat menghasilkan buah kasih terhadap keluarga dan masyarakat. h. Daun sirih daun ini muka dan punggunya berbeda rupa tetapi kalau digigit sama rasanya bermakna bersatu hati berbulat tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan (Sumarsono, 2007:25-26). Setelah
acara
pemberian
maskawin
dilanjutkan
dengan
menentukan hari untuk akad nikah dan walimatul „ursy, yang harus ada kesepakatan bersama antara kedua belah pihak. Kapan waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan dan walimatul „ursy. C. Walimatul ‘Ursy Walimah berasal dari kata walam yang artinya menyatukan karena pasangan suami istri itu menyatu berkumpul. Dalam kamus walimah adalah makanan yang dibuat khusus untuk undangan (Abdul Hamid Kisyik, 1995:210). Walimatul „ursy biasa disebut walimah adalah pesta pernikahan yang disunnahkan sebagai pemberitaan kepada khayalak dan ungkapan syukur atas
78
terjadinya pernikahan walimah harus menampakan syiar kebaikan sehingga ada nilai ibadah, dakwah dan nilai sosial di dalamnya (Cahyadi Takariawan, 2005:199). Walimatul „ursy atau upacara perayaan sepasang pengantin yang pada dasarnya adalah sebuah pengumuman kepada masarakat tentang pernikahan sehingga masyarakat luar mengetahui bahwa dua sejoli ini telah sah menjadi pasangan suami istri (M. Nipan Abdul Halim, 2007:82). Bardasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa walimatul „ursy atau biasa disebut dengan walimah saja sama artinya dengan pesta pernikahan yaitu sebuah acara yang menyatukan sepasang pengatin baru dan sebagai syukur atas terjadinya pernikahan agar tidak menimbulkan fitnah dalam masarakat. Pada intinya walimatul „ursy adalah sarana pemberitahuan atas terjadinya pernikahan, namun sesuai dengan kebudayaan, kebiasaan dan adat sautu tempat maka Walimatul „ursy dikemas dalam berbagai acara yang di dalam acara
walimatul „ursy tersebut
terdapat
simbol-simbol yang
mengandung makna atau terdapat nilai-nilai pendidikan namun ada pula yang hanya sebagai penghias untuk memperindah ruangan acara walimatul „ursy. Waktu mengadakan walimatul „ursy tidak ada batasan tertentu untuk melaksanakan walimah. Hal ini leluasa tergantung kepada adat, kebiasaan, dan keinginan penyelenggara. Walimatul „ursy dapat diadakan ketika akad nikah atau sesudah.
79
D. Resepsi Pernikahan Adat Jawa Mematuhi aturan adat, adalah salah satu penunjang kesuksesan dalam pernikahan. Hal ini didasari dengan serangkaian aturan yang umumnya menuntun kebajikan melalui simbol-simbol tertentu, agar membawa berkah bagi siapapun yang menikah. Kalau ada adat yang ditinggalkan, rasanya ada yang tidak lengkap. Kalau tidak lengkap, bukan tidak mungkin dalam beberapa hal bisa membuat pengantin dan keluarganya merasa was-was. Sebab sampai saat ini, diakui atau tidak, bila meninggalkan adat masih dipercaya akan ada hal buruk yang bisa terjadi. Perhelatan perkawinan dengan adat Jawa yang komplit itu penuh dengan upacara ritual yang rumit, dalam hal ini fungsi dari Perias sangat penting sekali. Ia memimpin upacara ini, menyiapkan pakaian, merias dan juga menyiapkan apa yang dibutuhkan. Perias yang baik biasnya siap dengan berbagai model pakaian pengantin, perhiasan dan peralatan yang dibutuhkan dan biasanya juga dibentuk suatu panitia kecil untuk memperlancar
jalannya upacara
(http://heritageofjava.com/portal/article.php?story=200903100130559, akses12 Nopember 2009). 1. Simbol-Simbol dalam Pernikahan Adat Jawa dan Maknanya Dalam acara pernikahan adat Jawa, selain penuh dengan acara atau ritual yang penuh akan makna didalamnya terdapat juga simbol-simbol yang memiliki arti dan nilai-nilai pendidikan diantaranya adalah :
80
a. Daun keluwih, semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu jika mungkin malah bisa lebih (luwih) dari yang diperhitungkan (Sumarsono, 2007:30) b. Daun beringin dengan ranting-rangtingnya, diambil dari kata ingin, yang artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu dapat terlasan. c. Daun alang-alang, mengandung arti agar dijauhkan dari segala halangan (alangan) aral yang melintang disepanjang waktu. d. Seuntai padi melambangkan semakin berisi semakin merunduk, diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya semakin ringan kaki dan tangannya selalu siap membantu sesamanya (Sumarsono, 2007:30). e. Dua batang pisang dengan beberapa sisir pisang artinya sang suami harus menjadi panutan dalam keluarga dan kehidupan sosial. Seperti pohon pisang yang mudah tumbuh di mana saja diharapkan pasangan pengantin juga demikian, hidup baik dan bahagia dimanapun. f. Sepasang pohon tebu wulung berarti mereka membina rumah tangga dengan sepenuh hati, terbuka, bijaksana dan tidak pernah menyerah untuk masa depan lebih baik. g. Kelapa cengkir Cengkir gading atau kelapa kecil berwarna kuning, melambangkan
kencang
dan
kuatnya
pikiran
baik,
sehingga
diharapkan kedua mempelai akan dengan sungguh-sungguh terikat dalam kehidupan bersama yang saling mencinta.
81
h. Gerbang harus dipasangi bleketepe, rangkaian yang dibuat dari janur kelapa untuk menghilangkan kemungkinan yang tidak diharapkan dan sebagai tanda bahwa ada pernikahan yang akan berlangsung dirumah tersebut. Sebelum memasang Tarub dan Bleketepe, spesial sajen musti dibuat yang berisi pisang, kelapa, padi dan beberapa buah-buahan, kue-kue, beberapa minuman, bunga, daging sapi, tempe, gula jawa dan lainnya.
Sajen ini sebagai simbol untuk mendapatkan berkah dari
Tuhan YME dan agar terhindar dari mara bahaya. Sajen sebaiknya diletakan dibeberapa tempat di mana proses adat berlangsung seperti kamar mandi, dapur, pintu, dan di jalan dekat rumah. i.
Patah, adalah dua anak kecil putri yang berjalan di depan pengantin. Ketika pengantin duduk, mereka bertugas untuk mengipasi keduanya.
j.
Domas dan Manggolo, domas atau putri domas adalah dua orang gadis muda yang mengiringi pengantin wanita. Sedangkan manggolo adalah dua orang anak muda yang mengiringi pengantin pria, meskipun sesungguhnya berasal dari keluarga pengantin wanita. Masing-masing domas dan manggolo membawa kembar mayang dan saling menukarkannya ketika prosesi jemuk berlangsung. Putri domas dalam pernikahan ibarat dayang-dayang bagi seorang ratu. Sedangkan para manggala adalah ibarat para punggawa kerajaan (http://www.dhuha. net/id/content/islam/counseling/konsep-walimah-perayaan-nikah-alamislam, akses 12 Nopember 2009).
82
k. Kembar mayang, merupakan rangkaian yang dibuat dari bermacam daun dan banyak ornamen dari janur yang dirangkai dan ditancapkan pada potongan pohon anak pisang. Dari janur dibuat ornamen berbentuk tugu-tuguan/gunungan, uler-uleran, keris, manukan, dan pecut. Sementara macam daun yang digunakan adalah daun beringin, andong, gondoroso, dan mayang jambe. Ornamen berbentuk tugu atau gunung melambangkan simbol sosok laki laki yang (harus) penuh pengetahuan, pengalaman dan kesabaran. Ornamen seperti keris memberikan makna bahwa pasangan pengantin hendaknya berberhati-hati dalam kehidupan, pintar dan bijaksana laksana sebuah keris. Ornamen uler-uleran merupakan simbol keajegan bergerak dalam hidup terutama dalam keluarga dan lingkungan. Ornamen seperti pecut memberikan dorongan untuk sikap energik,
cepat
berpikir
dan
mengambil
keputusan
untuk
menyelamatkan keluarga. Sedangkan ornamen seperti burung melambangkan motivasi tinggi
untuk
kehidupan
(http://www.dhuha.net/id/content/islam/
counseling/konsep-walimah-perayaan-nikah-dalam-islam, Nopember 2009). 2. Proses Pernikahan Adat Jawa Adapun proses dari pernikahan adat Jawa bermula dari :
akses
12
83
a. Rasulan/Kirim Doa Makna dari rasulan atau kirim doa adalah memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga niat untuk menikahkan anak dilindungi dan dilimpahkan berkah dari Allah SWT. Selain itu juga diberikan rahmat karunia keselamatan, kesehatan dan keberhasilan baik bagi kedua orang tuanya maupun bagi kedua calon mempelai sehingga dapat menjadi keluarga yang sakinah, keluarga bahagia dan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat. Serta mendoakan agar arwah para keluarga diberikan ampunan segala dosanya oleh Allah SWT dan ditempatkan di sisiNya sesuai amal baktinya selama masih hidup. (http://heritageofjava.com/portal/article.php?story=200903100130559, akses 12 Nopember 2009). b.
Siraman Proses pernikahan adat Jawa dimulai dengan siraman yang dilakukan sebagi proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sehari sebelum ijab qabul. Selama siraman ada tujuh orang yang menyiramkan air kepada calon pengantin. Tujuh orang disebut sebagai pitulungan (penolong) yang melakukan proses siraman. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut banyu perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari tujuh mata air. Diawali siraman oleh orangtua calon pengantin, acara siraman ditutup oleh siraman pemaes (perias pengantin) yang kemudian memecahkan kendi. Urutan upacara siraman adalah sebagai berikut :
84
1) Calon pengantin mandi di rumah orang tua masing-masing 2) Air prawito sari diracik oleh juru rias di rumah calon pengantin wanita (CMW) kemudian air prawito sari untuk mandi calon mempelai pria (CMP) dikirim dari rumah orang tua calon mempelai wanita (CMW) CMW sungkem kepada kedua orang tua, memohon maaf atas segala kesalahan, minta izin dan mohon doa restu untuk menikah pada keesokan harinya 3) Sungkem kepada kakek, nenek, budhe dan pakdhe 4) CMW berjalan diapit kedua orang tuanya menuju tempat siraman 5) Dengan membaca Bismillahhirrohmannirrohim, upacara siraman dimulai. Adapun yang melakukan siraman adalah: bapak, ibu, eyang, para pini sepuh, perias. 6) Berwudhu dengan air kendi yang dipegang oleh ibu CMW, setelah selesai berwudhu kendi dipecahkan oleh ibu CMW serasa berkata “wis pecah pamore anakku“ CMW dibopong oleh Bapak CMW menuju kamar pengantin untuk dirias 7) Bapak dan Ibu CMW melakukan pengguntingan rambut CMW dan ditanam di halaman depan rumah 8) Bapak dan Ibu CMW memotong tumpeng untuk memberi suapan terakhir kepada CMW 9) Bapak dan Ibu CMW berjualan dawet, Ibu menggendong bakul dan Bapak memayungi Ibu. Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi banyak tamu dan rejeki yang datang. 10) Pembacaan doa
85
11) Upacara siraman di rumah orang tua CMP air prawito sari yang dikirimkan dari rumah CMW dicampurkan dengan air yang akan digunakan untuk siraman CMP dipandu oleh perias dalam pelaksanaan upacara siraman tersebut, yang pada intinya hampir sama
dengan
upacara
siraman
di
rumah
CMW.
http://heritageofjava.com/portal/article.php?story=2009031001305 597, akses 12 Nopember 2009). c. Midodareni Setelah
beranjak
malam,
dilanjutkan
dengan
malam
Midodareni. Midodareni dari asal kata “widodareni” (bidadari) lalu menjadi midodareni artinya membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari (putri) dan bidadara (putra). Semoga dengan acara ini maka kecantikan dan kebagusan sepasang pengantin bagaikan bidadari dan bidadara (Sumarsono, 2007:34). Acara ini dilangsungkan di kediaman mempelai perempuan. Di sini ada acara nyantrik, yaitu datangnya calon pengantin pria beserta pengiringnya. Tujuanya memastikan bahwa calon mempelai laki-laki akan hadir dalam acara ijab qabul dan kepastian
bahwa
keluarga
calon
mempelai
perempuan
siap
melaksanakan perkawinan dan upacara panggih pada keesokan harinya (Sumarsono, 2007:35). d. Ijab Qobul atau Akad Nikah Peristiwa paling penting dan paling utama sekaligus menjadi inti dari hajatan mantu (pernikahan) adalah ijab qobul di mana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan Naib dan para saksi
86
dihadiri para pinisepuh serta wali yang sudah disiapkan lahir dan batinnya. Urutan acara pokok ijab qobul sebagai berikut : 1) Pembukaan 2) Bacaan ayat suci Al Quran 3) Ucapan selamat datang 4) Permohonan ijab dari keluarga calon pengantin laki-laki 5) Penerimaan ijab dari keluarga calon pengantin perempuan 6) Pelaksanaan ijab qobul 7) Penyerahan mas kawin 8) Penandatanganan surat nikah 9) Kotbah nikah dan doa 10) Penutup ( Sumarsono, 2007:37) e. Upacara Panggih Usai acara akad nikah dilakukan upacara panggih yaitu bertemunya kedua mempelai. Dalam acara ini, kembar mayang (bunga lambang pernikahan yang terbuat dari janur yang berjumlah satu pasang) diletakan di luar atau persimpangan jalan. Ini menandakan bahwa daerah tersebut sedang ada gelaran pernikahan dan untuk mengusir roh jahat. Pasangan kembar mayang juga diletakan di samping kursi pelaminan sebelah kiri dan kanan sebagai dekorasi, kembar mayang ini digunakan untuk pasangan yang belum pernah menikah sebelumnya. Kemudian kedua mempelai dipertemukan dan melakukan upacara:
87
1) Tukar Kembar Mayang Dalam
upacara
panggih,
kembar
mayang
biasanya
berjumlah empat buah dan diletakkan di sebelah kanan dan kiri dekor/rono. Ketika upacara panggih akan dimulai, dua buah kembar mayang dikeluarkan oleh dua orang manggolo (yang ditunjuk untuk menjemput pengantin pria), sedangkan dua kembar mayang yang lain dibawa oleh dua orang putri domas mengiringi penganten putri. Saat ritual adat berlangsung dalam jemuk pengantin, dua buah kembar mayang yang mengiringi pengantin pria (dari luar) ditukarkan dengan dua kembar mayang yang mengiringi pengantin putri. Kedua kembar mayang dari luar tersebut
selanjutnya
mengiringi
kedua
mempelai
hingga
pelaminan. Sedangkan dua kembar mayang yang lain dibawa keluar dari tempat resepsi dan biasanya dibuang di atas genting tuan rumah (orang tua pengantin wanita)
(http://heritage
ofjava.com/portal/article.php?story=2009031001305597, akses 12 Nopember 2009). Pertukaran kembang mayang memberikan arti mempunyai tujuan bersatunya cipta, rasa dan karsa untuk bersama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan (Sumarsono, 2007:38) 2) Balangan Suruh Melempar daun sirih yang melambangkan cinta kasih dan kesetiaan. Balangan adalah kegiatan saling lempar antar pengantin yang hendak dipertemukan pada saat jarak mereka sekitar tiga
88
meter. Dalam balangan, bungkusan yang dilemparkan berisi daun sirih, dan jadah (makanan dari ketan) yang ditali dengan benang putih. Mereka saling melempar dengan penuh semangat dan tertawa. Dengan melempar daun sirih satu sama lain, menandakan bahwa mereka adalah manusia, bukan makhluk jadi-jadian yang menyamar menjadii pengantin. Selain itu, jadah yang kenyal dan lengket dalam ritual ini melambangkan keeratan cinta kasih dan kesetiaan. Daun sirih ini berguna menghilangkan niat jahat yang mungkin akan mengganggu upacara (http://heritageofjava.com/ porta larticle.php?story=2009031001305597, akses 12 Nopember 2009). Namun ada yang menyebut dan mengartikan lain dalam balangan suruh
ini yaitu dengan balangan gantal yang
melambangkan pertemuan cinta kedua mempelai. Namun ada juga yang memakai lain yaitu dari ritus tersebut bisa dilihat kekuatan rumah tangganya nanti. Pihak yang lemparan cepat mengenai sasarannya akan mendominasi urusan-urusan rumah tangga. Gantal bentuknya berupa gulungan kecil sirih yang berwarna hijau yang melambangkan kesempurnaan. Gantal tersebut diisi dengan jambe yang melambangkan kesempurnaan. kapur sirih berwarna putih melambangkan bau yang harum, gambir berwarna kuning yang melambangkan kecantikan, tembakau warna hitam yang melambangkan kecocokan hati, benang lawe berwarna putih
89
merupakan tanda pengikat (http://www.tasteofjogja.com/web/ida/ detailbud.asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009). 3) Salaman Sebagai
ungkapan
kedatangan,
penganten
pria
mengucapkan salam dan disambut penganten wanita, lalu mereka bersalaman. Pengantin putri juga mencium tangan suaminya sebagai bentuk penghormatan (http://www.dhuha.net/id/content/ islam/counseling/konsep-walimah-perayaan-nikah-dalam-islam, akses 12 Nopember 2009). 4) Wiji Dadi Mempelai laki-laki menginjak telur ayam hingga pecah, kemudian mempelai perempuan akan membasuh kaki sang suami dengan air bunga. Proses ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Pengantin wanita siap pula melayani suaminya (http://heritageofjava. com/portal/article.php?story=2009031001305597,
akses
12
Nopember 2009). 5) Minum Parem Kedua mempelai lalu diberi minum oleh kedua orang tua mempelai wanita. Ibu terlebih dahulu meminumkan parem kepada keduanya lalu dilanjutkan oleh bapak. Minum parem memberikan makna bahwa kedua penganten hendaknya marem (puas) dengan pasangan yang dipilihnya. Perkawinan adalah proses memilih pasangan hidup yang telah berlangsung lama. Fokus dalam melihat
90
pasangan hidup, dan kelebihannya diharapkan dapat menutup kekurangannya. Prosesi ini juga memberikan peringatan kembali tentang pentingnya peran kedua orang tua dalam membesarkan anak-anaknya. Mereka adalah orang yang pertama “menyuapi” anak-anak. Oleh karena itu dengan kegiatan meminumkan parem kepada kedua pengantin, kewajiban berbakti kepada mereka hendaknya mendapatkan perhatian bahkan setelah para anak berkeluarga dan mendapatkan keturunan (http://www.dhuha.net/id/ content/islam/counseling/konsep-walimah-perayaan-nikah-dalamislam, akses 12 Nopember 2009). 6) Pupuk Ibu mempelai perempuan mengusap mempelai mantu lakilaki sebagai tanda ikhlas menerimanya sebagai bagian dari keluarga
(http://www.dhuha.net/id/content/islam/counseling/
konsep-walimah-perayaan-nikah-dalam-islam, akses 12 Nopember 2009). 7) Sinduran atau Gendong Manten Sindur atau isin mundur artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar seperti lambang warna kain sindur merah putih (Sumarsono, 2007:38). Gendong manten (pakai sindur) menuju pelaminan. Ayahanda pengantin putri mendahului berjalan di muka menuju kursi pengantin, ibu pengantin putri memasang selendang (sindur) menutupi pundak kedua pengantin. Selendang berisi kedua mempelai lalu ditarik oleh ayahanda dan
91
didorong oleh ibu. Gendong manten mengandung makna bahwa ayahanda pengantin seharusnya menunjukan jalan kehidupan bagi kedua putranya sedang ibunda mendukung dari belakang. Selain itu, acara ini juga memberikan lambang bahwa kedua orangtua pengantin
perempuan telah
ngentaske
atau
menyelesaikan
tugas/kewajiban mereka kepada anaknya lewat menikahkannya dengan
pengantin
pria.
Berjalan
perlahan-lahan
dengan
menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa kedua mempelai sudah
diterima
sebagai
keluarga
(http://www.dhuha.net/
id/content/islam/counseling/konsep-walimah-perayaan-nikahdalam-islam, akses 12 Nopember 2009). 8) Timbang Kedua mempelai duduk di pangkuan bapak mempelai perempuan dan harus dikatakan "sama beratnya" sebagai tanda kasih sayang orangtua terhadap anak dan menantu sama besarnya tidak ada yang diistimewakan karena sudah menjadi pasangan pengantin 9) Tanem Ayah pengantin putri mendudukan pasangan pengantin di kursi pengantin dan memberikan doa restunya. 10) Tukar Kalpika Saling memasang cincin kawin sebagai tanda cinta dan diikuti dengan acara kacar kucur.
92
11) Kacar-Kucur Kacar kucur acara ini juga sering disebut dengan tampa kaya. Dengan dipandu perias, pasangan pengantin berjalan bergandengan pada jari kelingking menuju ke sebuah kursi yang telah diletakkan didepan rono/dekorasi manten. Pengantin pria menuangkan campuran kedele, kacang tanah, beras, beras ketan, jagung disertai rempah-rempah, bunga dan mata uang logam dengan berbagai nilai. Pengantin wanita menerima itu dengan selendang kecil setelah itu kemudian dilipat. (http://www.dhuha. net/id/content/islam/counseling /konsep -walimah -perayaan-nikahdalam-islam, akses 12 Nopember 2009). Kacar kucur melambangkan bahwa seorang suami harus memberikan penghasilannya kepada sang istri. Sebaliknya, seorang pengantin wanita haruslah siap menjadi istri yang baik dalam menerima pemberian suami, bersikap peduli, hemat dan juga teliti. Tetapi ada juga yang saling mengucurkan secara bergantian, ternyata pengaruh gender sudah masuk dalam upacara adat ini (Sumarsono, 2007:39 ). 12) Dahar Klimah (Dulangan) Pasangan pengantin makan bersama dan saling menyuapi. Perias memimpin upacara ini dengan memberikan piring berisikan nasi kuning dan lauk pauk, kemudian pasangan pengantin ini mengambil sesendok kecil nasi dengan lauk pauknya dan pertama kali pengantin wanita menyuapi pengantin pria dan selanjutnya
93
pengantin pria menyuapi pengantin wanita. Acara dulangan ini diakhiri minum teh manis. Ini melambangkan bahwa kedua mempelai menikmati kebersamaan mereka. Kehidupan keluarga juga diharapkan selalu berakhir “manis” meskipun kegetiran dan perjuangan merupakan hal yang nyata dalam perkawinan. Makna lain dari dhahar klimah adalah seorang suami harus mempunyai keteguhan hati dan seorang istri harus dapat menyimpan rahasia. Makna lainnya adalah perpaduan antara dua hati dan satu kehendak, satu tekad yang bulat dalam bahasa Jawa disebut “nunggil kareb” (http://www.tasteofjogja.com/web/ida /detailbud. asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009). 13) Mertui Ketika upacara panggih berlangsung, kedua orang tua mempelai pria tidak mengikuti ritual tersebut dan sebaliknya berada di luar ruang resepsi. Lalu setelah upacara selesai, kedua orang tua pengantin wanita menjemput kedua orang tua pengantin pria di pintu rumah dan mereka berjalan bersama menuju tempat upacara. Para ibu di depan dan para bapak mengikuti di belakang. Kemudian pasangan orang tua pria ini duduk disamping kanan kursi pengantin. Sedangkan orang tua pengantin putri duduk disebelah kiri dari kursi pengantin. Prosesi ini menandakan bentuk penghormatan tuan rumah kepada kadang besan (saudara) mereka. 14) Sungkeman Kedua pengantin haruslah minta doa restu dari kedua orang tua, pertama kepada orang tua pengantin wanita, dan selanjutnya
94
kepada orang tua pengantin pria. Kedua pengantin berjongkok dan (seakan) menyembah orang tua mereka. Para orang tua menerima sungkem kedua mempelai mengulurkan tangan kanan untuk dijabat dan dicium, sedangkan tangan kiri mengelus kepala pengantin. Kegiatan memohon doa restu ini disebut sungkeman. Selama sungkeman, perias mengambil dan menyimpan keris yang dipakai pengantin pria dan dipakaikan kembali setelah sungkeman selesai. (http://heritageofjava.com/portal/article.php?story=2009031001305 597, akses 12 Nopember 20. 15) Kirab Kirab adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana. Waktu keluar disebut kirab kanarendran, sedangakan setelah kembali lagi untuk duduk di tempat semula disebut kirab kasatriyan (Sumarsono, 2007:41). 3. Riasan Pengantin Perempuan Dalam pernikahan adat Jawa baik pengantin laki-laki maupun perempuan dirias sedemikian rupa diibaratkan raja dan ratu. Dalam riasan pengantin perempuan terdapat beberapa simbol dan memiliki arti diantaranya: 1. Sanggul (Gelung Bokor) dan Bunga Melati Sanggul yang dikenakan pengantin wanita yang terbuat dari irisan daun pandan ditutup dengan teplok (rangkaian bunga melati). Gelung bokor bentuknya bulat, sedikit memanjang ke kiri dan kanan
95
sehingga bentuknya mirip jeruk sak ajar. mempunyai arti pengantin wanita yang tadinya belum dewasa dan mulai mempunyai dasar menuju ke arah kesempurnaan.
Sedangkan rangkaian
melati
mempunyai arti agar ilmu yang dimiliki tidak pudar sampai mati dan meninggalkan nama harum (http://www.tasteofjogja. com/web/ida/detailbud.asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009). 2. Raja Keputren Perlengkapan perhiasan yang digunakan dalam busana pengantin wanita. Yang terdiri dari perhiasan-perhiasan emas atau imitasi emas, merupakan suatu simbol peringatan kepada manusia agar mempunyai sifat sportif dan konsekuensi. Riasan pengantin dengan hiasan ini dipandang dari depan akan tampak bersinar dan bercahaya, juga perhiasan yang dipasang pada sanggul yang menghadap ke belakang juga nampak bersinar. Hal ini melambangkan harapan bahwa dari depan dan belakang, lahir dan batin pengantin harus sama baiknya. 3. Menjangan Ranggah Riasan pada alis pengantin wanita yang berbentuk seperti tanduk rusa (menjangan). Menjangan adalah hewan yang bertanduk paling lengkap sehingga dapat mengatasi segala serangan buruk dari beberapa arah. Maknanya, seorang wanita atau seorang istri diharapkan untuk selalu waspada dan bijaksana dalam bahasa Jawa disebut tanggaping sasmita (http://www.tasteofjogja.com/web/ida/ detailbud.asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009).
96
4. Jahitan Mata Riasan pada mata pengantin wanita yang menimbulkan kesan mata menjadi redup dan anggun. Jahitan mata tersebut makna simbolisnya untuk mempertajam penglihatan sehingga dapat berfungsi sebagai penyaring agar dapat melihat secara jelas, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, kemudian dinalar dengan menggunakan pikiran dan dapat dijadikan pegangan seumur hidup. Makna ini tergambar pada jahitan mata berupa dua garis menuju ke pelipis, kalu ditarik ke atas garis tersebut menuju ke otak. Jadi, semua yang dilihat hal baik dan buruk, ditampung dan disaring kemudian dinalar sebagi lambang bahwa seorang istri diharapkan agar dapat melihat semua itu secara positif. 5. Mentul/Cundhuk Mentul Hiasan rambut yang mirip setangkai bunga. Mentul berjumlah lima buah merupakan simbol lima nafsu manusia, yaitu nafsu kasih sayang, nafsu kenikmatan, nafsu keinginan, nafsu kekuasaan dan nafsu kesucian. Mentul mengandung arti bahwa pengantin diharapkan dapat menguasai kelima nafsu tersebut agar menjadi sempurna
(http://www.tasteofjogja.com/web/ida/detailbud.
asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009). 6. Tanggalan Merupakan kalung yang dikenakan di leher pengantin wanita. Bentuk tanggalan tiga buah, diikat menjadi satu (tritunggal) yang mengandung arti: ada kemauan, ada wujud dan ada hidup
97
7. Centhung Hiasan pada rambut sejenis sisir yang ujungnya melengkung dan dipasang pada pangkal penunggul. Centhung merupakan simbol kesempurnaan manusia untuk menyatu dengan Allah, Tuhan manusia. Alam pikiran manusia hanya ditujukan kepada Yang Maha Tunggal. Bentuk Centhung diawali dengan melengkung ke atas berjumlah dua dan berdampingan. Manusia bisa menjadi insan Kamil (manusia yang menyatu dengan Tuhan atau dalam bahasa Jawa disebut dengan Manunggaling Kawula Gusti) dengan cara menunduk, taat, dan bersujud kepada Tuhan dan menengadah menuju kepada-Nya untuk memohon
Ridho-Nya
(http://www.tasteofjogja.com/web/ida/detail
bud.asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009). 8. Paes Memotong rambut halus di atas kening (dikerik) yang dilakukan oleh perias. Paes ada yang disebut paes gajah, pengapit, dan panitis. Yang mengandung makna bahwa sepasang pengantin merupakan dua kesatuan tunggal: tunggal cipta, rasa dan karsa. Dengan kesatuan hati dan jiwanya diharapkan mampu mengatasi segala godaan dan hambatan dalam mengarungi samudra kehidupan dimasyarakat (Sumarsono, 2007:33). E. Tata Cara Pernikahan Dalam Islam Agama Islam mengajarkan bahwa pernikahan merupakan peristiwa yang patut disambut dengan rasa syukur dan gembira. Oleh karena itu
98
Nabi mengajarkan agar peristiwa penikahan dirayakan dengan suatu perhelatan atau walimatul „ursy berdasarkan hadis berikut:
Artinya : „‟Apa yang diwalimahkan oleh Rosulullah saw ketika mengawini istri-istrinya ialah sebagaimana yang diwalimahkan beliau mengawini istri Zainab, yaitu berwalimah dengan seekor kambing. HR. Bukhori Muslim.
Artinya : "Dari Buraidah ia berkata: Ketika Ali melamar Fatimah, Rasulullah saw bersabda: untuk perkawinan ini tidak boleh tidak mesti ada walimah. HR. Anas. Berdasarkan hadis di atas maka kebanyakan ulama berpendapat bahwa mengadakan walimah pernikahan itu hukumnya sunnat muakad sangat dianjurkan. Menyelenggarakan walimatul „ursy adalah salah satu macam ibadah kepada Allah mengikuti sunnah Rosulullah, oleh karena itu harus memperhatikan beberapa hal yaitu: 1. Menyelenggarakan walimatul „ursy sesuai dengan kemampuan, tidak memaksakan diri di luar kekuatan, yang akan berakibat penyesalan dan tidak berlabih-lebihan yang berkecenderungan kemewahan. 2. Menyelenggarakan walimatul „ursy dengan ikhlas untuk ittiba‟ kepada sunnah Rosul. 3. Tamu-tamu disambut dengan rasa hormat dan terimakasih tanpa dibeda-bedakan.
99
4. Menyelenggarakan walimatul „ursy hendaknya satu kali saja (Ahmad Azhar Basyir, 1996:47-48). 5. Nabi Muhammad SAW mengajarkan agar dalam pelaksanaan walimah nikah tidak hanya mengundang mereka yang kaya saja, beliau bersabda:
Artinya : “Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah di mana yang diundang hanyalah orang-orang kaya saja sementara orang-orang yang miskin tidak diundang. Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangan, maka berarti ia telah berbuat durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Shahih Muslim No.2585). Lebih jauh lagi dalam hadits di atas Rasulullah SAW mengajarkan kita bahwa sudah menjadi kewajiban seorang Muslim untuk menjawab undangan walimah. Oleh karena Rasulullah SAW menekankan untuk menghadiri undangan walimah dengan sabdanya:
Artinya : "Jika salah seorang di antara kamu sekalian diundang menghadiri suatu walimah maka hendaklah ia menghadirinya, hendaklah ia makan apa yang telah disediakan meskipun terpaksa: dan bila ia berpuasa boleh meninggalkan makanan tersebut". (Diriwayatkan Ahmad dan Muslim) Para ulama berpendapat bahwa seseorang boleh tidak untuk menghadiri walimah hanya dengan alasan-alasan yang diperbolehkan menurut syariat Islam di antaranya:
100
1. Dalam walimah dihidangkan makanan dan minuman yang diyakininya tidak halal. 2. Yang diundang hanya orang-orang kaya dan tidak mengundang orang miskin 3. Dalam walimah itu ada orang-orang yang tidak berkenan dengan kehadirannya. 4. Dalam rumah tempat walimah itu terdapat perlengkapan yang haram. 5. Dalam walimah diadakan permainan yang menyalahi aturan agama. (Amir Syarifuddin, 2006:158) Dalam menyelenggarakan walimah ada beberapa hal yang disunahkan yaitu: 1. Menyembelih seekor kambing atau lebih bila mampu. Walimah yang sederhana selalau dilakukan Rasul sebagai contoh teladan bagi umatnya. Bahkan beliau merasa cukup dengan menyembelih seekor kambing. 2. Menghidangkan ala kadarnya, bila tidak mampu menyediakan daging. 3. Berniat mengikuti sunah Rasul, bukan dengan niat yang lain. 4. Dalam pelaksanaan walimah harus benar-benar menjahui pekara yang tidak layak dilakukan dalam pandangan agama. (Mudjab Mahalli, 2007:147) Walimatul „ursy diadakan dengan tujuan agar masyarakat mengetahui pernikahan yang berlangsung sehingga tidak terjadi fitnah di kemudian hari
101
terhadap dua orang yang menikah tersebut. Sedangkan mengenai tata cara penyelenggaraannya, syariat memberikan petunjuk sebagai berikut: 1. Khutbah Sebelum Akad Dianjurkan ada khutbah sebelum akad nikah yang berisi nasehat untuk calon pengantin agar menjalani hidup berumah tangga sesuai tuntunan agama. 2. Menyajikan Hiburan Walimah merupakan acara gembira, karena itu diperbolehkan menyajikan hiburan yang tidak menyimpang dari etika, sopan santun dan adab Islami. 3. Jamuan Resepsi (walimah) a. Menyuguhkan makanan yang halal dan baik. b. Memotong seekor kambing jika mampu. c. Boleh meyuguhkan makanan tanpa daging. d. Menghindari pemubadziran. e. Tidak
berlebih-lebihan
(http://www.dhuha.net/id/konsep-walimah-
perayaan-nikah-dalam-islam, akses 12 Nopember 2009).
102
BAB II KAJIAN PUSTAKA
F. Pernikahan Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan nikah dan zawaj yang mengandung maksud membolehkan hubungan kelamin laki-laki dan perempuan. Pernikahan atau tepatnya „‟keberpasangan‟‟ merupakan ketetapan Illahi atas segala mahluk, berulangulang hakekat ini ditegaskan oleh Al-Qur‟an (M Quraish Shihab, 1996:191) antara lain dalam surat Al Dzariat ayat 49 dan surat Yasin ayat 36 yang berbunyi :
Artinya : ‟‟Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah‟‟. (Q.S. Al-Dzariat-49)
Artinya : ‟‟Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui‟‟. (Q.S.yasiin36). Pernikahan/perkawinan adalah suatu perjanjian suci antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk keluarga bahagia. Sebagai perjanjian ia mengandung pengertian adanya kemauan bebas antara dua pihak yang saling mau berjanji berdasarkan prinsip suka sama suka yang berarti tidak ada unsur keterpaksaan. Pernikahan tersebut dinyatakan dalam bentuk ijiab qobul yang harus diucapkan dalam satu majlis, baik langsung
103
oleh mereka yang bersangkutan yaitu calon suami dan calon istri (Anwar Harjono, 1987:221). Menurut ulama Syafi‟iyah yang dimaksud dengan perkawinan di sini adalah keseluruhan yang secara langsung berkaitan dengan perkawinan dengan segala unsurnya, bukan hanya akad nikah itu saja tetapi ada syarat dan rukunnya yaitu: 10. Akad Nikah Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang melangsungkan perkawinan dalam bentuk ijab dan qobul. Ijab adalah penyerahan dari wali si perempuan dengan ucapan: „‟Saya kawinkan anak saya yang bernama si A kepadamu dengan mahar sebuah kitab AlQur‟an‟‟, dan qobul adalah penerimaan dari pihak suami dengan ucapan: „‟Saya terima mengawini anak bapak yang bernama si A dengan mahar sebuah kitab Al-Qur‟an‟‟ (Amir Syarifuddin, 2006:61). 11. Adanya calon suami dan calon istri, calon istri haruslah seorang yang tidak sedang terikat pernikahan, tidak dalam keadaan iddah, hamil dan tidak yang dilarang untuk dinikahi. 12. Wali dari calon istri dinilai mutlak keberadaanya dan ijinnya, berdasarkan
Artinya : “Tidak ada nikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang adil” (H.R. Ahmad) 13. Saksi minimal dua orang, karena para ulama sepakat melarang pernikahan yang disembunyikan berdasarkan hadis di atas.
104
14. Mahar, karena secara tegas al-qur‟an memerintahkan kepada calon suami untuk membayar mahar dalam surat An Nisa ayat 4 (M. Quraish Shihab, 1996:206).
Artinya : „‟Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan, kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya‟‟.(Q.S-An-Nisa‟:4) G. Proses Menuju Pernikahan Pernikahan adalah suatu gerbang untuk membentuk suatu keluarga yang memiliki proses cukup pajang yang bermula dari : 6. Memilih Pasangan Suami istri adalah fondasi dasar bagi sebuah bangunan rumah tanggga. Karena Islam menetapkan kriteria khusus baginya, hingga menimbulkan rasa cinta, kasih-sayang, syiar kebaikan dan saling ketertarikan (Cahyadi Takariawan, 2005:21). Maka dari itu hendaklah mencari istri yang saleh dan suami yang saleh. Islam telah memberi petunjuk kepada umatnya untuk memilih masing-masing calon suami dan istri namun tidak semua wanita boleh untuk dinikahi dan wanita-wanita yang haram dinikahi adalah yang terdapat dalam surat An-Nisa ayat 23 berikut :
105
Artinya : „‟Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudarasaudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudarasaudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteriisteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau;Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang‟‟ (Q.S. An-Nisa : 23) Berdasarkan ayat di atas wanita-wanita yang haram dinikahi dapat dirinci sebagai berikut : a. Wanita yang haram dinikahi untuk selamanya: 4) Karena hubungan nasab dan susuan, yaitu ibu, anak perempuan, saudara perempuan, bibi, kemenakan perempuan, ibu susuan, nenek susuan, bibi susuan, kemenakan susuan perempuan, saudara susuan perempuan. 5) Karena hubungan mushaharah, yaitu mertua perempuan, anak tiri (jika sudah bercampur orang tuanya), menantu, ibu tiri.
106
6) Istri karena sumpah lian, hal ini sesuai dengan Surat An-Nur ayat 6-9.
6 7 8 9 15. Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. 16. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. 17. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. 18. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar. Berdasarkan ayat tersebut jika terjadi sumpah lian atas suami istri maka putuslah hubungan perkawinan keduanya untuk selamalamanya. b. Wanita yang haram dinikahi untuk sementara 8) Dua perempuan bersaudara haram dikawini oleh seorang laki-laki dalam satu waktu. 9) Wanita yang terikat pernikahan dengan laki-laki lain. 10) Wanita dalam masa iddah.
107
11) Wanita yang ditalak tiga oleh suaminya haram dinikahi sebelum sang istri menikah dengan orang lain dan sudah bercampur serta tidak direncana. 12) Melakukan ihram. 13) Wanita musyrik 14) Wanita haram dinikahi oleh seorang yang telah mempunyai istri empat orang (Zakiah Daradjat, 1995:65-71). 7. Melakukan Istikharah Kata istikharah itu sendiri menurut bahasa bararti menetapkan pilihan yang terbaik (M. Nipan Abdul Halim, 2007:26). Diharapkan dengan isrikharah pilihan yang akan diambil adalah pilihan yang tepat yang terbaik dalam penilaian Allah agar tidak menyesal. 8. Melamar/Meminang Setelah ditentukan pilihan pasangan yang akan dinikahi, langkah selanjutnya adalah penyampaian kehendak untuk menikahi pilihan yang telah ditentukan itu. Penyampaian kehendak untuk menikahi seseorang itu disebut dengan khitbah atau yang dalam bahasa melayu disebut ‟‟peminangan‟‟ (Amir Syarifuddin, 2006:49). Dapat dilakukan sendiri oleh calon suami atau mengutus seseorang untuk menanyakan dan mencari informasi tentang calon istri dan keluarganya. Wanita yang boleh dipinang adalah wanita-wanita yang tidak haram untuk dinikahi dan juga tidak sedang dipinang oleh orang lain.
108
9. Melihat Wanita Yang Akan Dilamar Acara dilakukan setelah pihak calon istri menerima lamaran yaitu melihat wanita yang akan dilamar, dalam istilah Jawa nontoni. Adalah hak laki-laki dan wanita yang akan melangkah kejenjang perkawinan untuk melihat satu sama lain (M. Nipan Abdul Halim, 2007:26). Yang boleh dilihat wajah, kedua telapak tangan dan tangan serta lehernya. Boleh mendengarkan suaranya dan berbicara dengannya bagi wanita, bagi lakilaki, perempuan disunahkan melihat tubuh silaki-laki, bagian yang mana pun yang bisa dilihatnya selain auratnya (Muhammad Washifi, 2005:296). 10. Maskawin/Mahar Setelah saling melihat dan tertarik untuk melanjutkan ke tahap berikutnya adalah pembarian maskawin/mahar. Mahar tidak memiliki batas tertinggi atau terendah karena mahar bukanlah harga untuk membeli kenikmatan bagi laki-laki, namun pemberian (nihlah), yaitu pemberian yang tidak memerlukan balasan (Muhammad Washifi, 2005:313). Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fatwa-Fatwa Kontemporer menyebutkan ada empat hikmah disyariatkannya mahar. Pertama, menunjukkan kemuliaan wanita, karena wanitalah yang dicari laki-laki. Laki-laki yang berusaha untuk mendapatkan wanita meskipun harus mengorbankan hartanya. Kedua, menunjukkan cinta dan kasih sayang seorang suami kepada istri, karena maskawin itu sifatnya pemberian hadiah atau hibah yang oleh Al Quran diistilahkan dengan nihlah (pemberian dengan penuh kerelaan), bukan sebagai pembayar harga wanita.
109
Ketiga, menunjukkan kesungguhan, karena nikah dan berumah tangga bukanlah main-main dan perkara yang bisa dipermaiankan. Keempat, menunjukan tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga dalam pemberian nafkah, karena laki-laki adalah pemimpin atas wanita dalam kehidupan rumah tangga untuk mendapatkan hak itu wajar bila suami harus mengeluarkan harta sehingga dia harus lebih bertanggung jawab dan tidak sewenang-wenang terhadap istrinya. Mahar dapat berupa apa saja baik materi maupu non materi yang terpenting tidak ada unsur memberatkan dan hendaknya mahar memberikan manfaat serta arti atau makna dari benda-benda yang diberikan sebagai mahar. Benda benda atau barang yang biasa digunakan sebagai mahar serta arti atau makana dari barang tersebut: i.
Seperangkat alat sholat karena seperangkat alat sholat adalah sarana untuk mengerjakan sholat karena sholat adalah ibadah yang paling utama.
j.
Kitab Suci Al-Qu‟ran, karena Al-Qur‟an adalah pedoman dalam kehidupan sehingga diharapkan mereka dapat berpegang teguh pada Al-Qur‟an dan mengamalkan ajarannya.
k. Cicin yang dibuat bulat tidak ada putusnya, maknanya agar cintanya abadi agar tidak putus sepanjang hidup. l.
Seperangkat busana putri bermakana masing-masing harus pandai menyimpan rahasia terhadap orang lain.
110
m. Perhiasan yang terbuat dari emas, intan, berlian mengandung makna agar calon pengantin putri selalu berusaha untuk tetap besinar tidak membuat kecewa. n. Makanan tradisional terdiri dari jadah, lapis, jenang, wajik, yang terbuat dari beras ketan. Beras ketan sebelum dimasak hambur, tetapi setelah dimasak menjadi lengket, begitulah harapannya semoga kedua calon pengantin cintanya selalu lengket selama-lamanya. o. Buah-buahan bermakna penuh harapan agar cinta mereka dapat menghasilkan buah kasih terhadap keluarga dan masyarakat. p. Daun sirih daun ini muka dan punggunya berbeda rupa tetapi kalau digigit sama rasanya bermakna bersatu hati berbulat tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan (Sumarsono, 2007:25-26). Setelah
acara
pemberian
maskawin
dilanjutkan
dengan
menentukan hari untuk akad nikah dan walimatul „ursy, yang harus ada kesepakatan bersama antara kedua belah pihak. Kapan waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan dan walimatul „ursy. H. Walimatul ‘Ursy Walimah berasal dari kata walam yang artinya menyatukan karena pasangan suami istri itu menyatu berkumpul. Dalam kamus walimah adalah makanan yang dibuat khusus untuk undangan (Abdul Hamid Kisyik, 1995:210). Walimatul „ursy biasa disebut walimah adalah pesta pernikahan yang disunnahkan sebagai pemberitaan kepada khayalak dan ungkapan syukur atas
111
terjadinya pernikahan walimah harus menampakan syiar kebaikan sehingga ada nilai ibadah, dakwah dan nilai sosial di dalamnya (Cahyadi Takariawan, 2005:199). Walimatul „ursy atau upacara perayaan sepasang pengantin yang pada dasarnya adalah sebuah pengumuman kepada masarakat tentang pernikahan sehingga masyarakat luar mengetahui bahwa dua sejoli ini telah sah menjadi pasangan suami istri (M. Nipan Abdul Halim, 2007:82). Bardasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa walimatul „ursy atau biasa disebut dengan walimah saja sama artinya dengan pesta pernikahan yaitu sebuah acara yang menyatukan sepasang pengatin baru dan sebagai syukur atas terjadinya pernikahan agar tidak menimbulkan fitnah dalam masarakat. Pada intinya walimatul „ursy adalah sarana pemberitahuan atas terjadinya pernikahan, namun sesuai dengan kebudayaan, kebiasaan dan adat sautu tempat maka Walimatul „ursy dikemas dalam berbagai acara yang di dalam acara
walimatul „ursy tersebut
terdapat
simbol-simbol yang
mengandung makna atau terdapat nilai-nilai pendidikan namun ada pula yang hanya sebagai penghias untuk memperindah ruangan acara walimatul „ursy. Waktu mengadakan walimatul „ursy tidak ada batasan tertentu untuk melaksanakan walimah. Hal ini leluasa tergantung kepada adat, kebiasaan, dan keinginan penyelenggara. Walimatul „ursy dapat diadakan ketika akad nikah atau sesudah.
112
I. Resepsi Pernikahan Adat Jawa Mematuhi aturan adat, adalah salah satu penunjang kesuksesan dalam pernikahan. Hal ini didasari dengan serangkaian aturan yang umumnya menuntun kebajikan melalui simbol-simbol tertentu, agar membawa berkah bagi siapapun yang menikah. Kalau ada adat yang ditinggalkan, rasanya ada yang tidak lengkap. Kalau tidak lengkap, bukan tidak mungkin dalam beberapa hal bisa membuat pengantin dan keluarganya merasa was-was. Sebab sampai saat ini, diakui atau tidak, bila meninggalkan adat masih dipercaya akan ada hal buruk yang bisa terjadi. Perhelatan perkawinan dengan adat Jawa yang komplit itu penuh dengan upacara ritual yang rumit, dalam hal ini fungsi dari Perias sangat penting sekali. Ia memimpin upacara ini, menyiapkan pakaian, merias dan juga menyiapkan apa yang dibutuhkan. Perias yang baik biasnya siap dengan berbagai model pakaian pengantin, perhiasan dan peralatan yang dibutuhkan dan biasanya juga dibentuk suatu panitia kecil untuk memperlancar
jalannya upacara
(http://heritageofjava.com/portal/article.php?story=200903100130559, akses12 Nopember 2009). 4. Simbol-Simbol dalam Pernikahan Adat Jawa dan Maknanya Dalam acara pernikahan adat Jawa, selain penuh dengan acara atau ritual yang penuh akan makna didalamnya terdapat juga simbol-simbol yang memiliki arti dan nilai-nilai pendidikan diantaranya adalah :
113
l.
Daun keluwih, semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu jika mungkin malah bisa lebih (luwih) dari yang diperhitungkan (Sumarsono, 2007:30)
m. Daun beringin dengan ranting-rangtingnya, diambil dari kata ingin, yang artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu dapat terlasan. n. Daun alang-alang, mengandung arti agar dijauhkan dari segala halangan (alangan) aral yang melintang disepanjang waktu. o. Seuntai padi melambangkan semakin berisi semakin merunduk, diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya semakin ringan kaki dan tangannya selalu siap membantu sesamanya (Sumarsono, 2007:30). p. Dua batang pisang dengan beberapa sisir pisang artinya sang suami harus menjadi panutan dalam keluarga dan kehidupan sosial. Seperti pohon pisang yang mudah tumbuh di mana saja diharapkan pasangan pengantin juga demikian, hidup baik dan bahagia dimanapun. q. Sepasang pohon tebu wulung berarti mereka membina rumah tangga dengan sepenuh hati, terbuka, bijaksana dan tidak pernah menyerah untuk masa depan lebih baik. r. Kelapa cengkir Cengkir gading atau kelapa kecil berwarna kuning, melambangkan
kencang
dan
kuatnya
pikiran
baik,
sehingga
diharapkan kedua mempelai akan dengan sungguh-sungguh terikat dalam kehidupan bersama yang saling mencinta.
114
s. Gerbang harus dipasangi bleketepe, rangkaian yang dibuat dari janur kelapa untuk menghilangkan kemungkinan yang tidak diharapkan dan sebagai tanda bahwa ada pernikahan yang akan berlangsung dirumah tersebut. Sebelum memasang Tarub dan Bleketepe, spesial sajen musti dibuat yang berisi pisang, kelapa, padi dan beberapa buah-buahan, kue-kue, beberapa minuman, bunga, daging sapi, tempe, gula jawa dan lainnya.
Sajen ini sebagai simbol untuk mendapatkan berkah dari
Tuhan YME dan agar terhindar dari mara bahaya. Sajen sebaiknya diletakan dibeberapa tempat di mana proses adat berlangsung seperti kamar mandi, dapur, pintu, dan di jalan dekat rumah. t. Patah, adalah dua anak kecil putri yang berjalan di depan pengantin. Ketika pengantin duduk, mereka bertugas untuk mengipasi keduanya. u. Domas dan Manggolo, domas atau putri domas adalah dua orang gadis muda yang mengiringi pengantin wanita. Sedangkan manggolo adalah dua orang anak muda yang mengiringi pengantin pria, meskipun sesungguhnya berasal dari keluarga pengantin wanita. Masing-masing domas dan manggolo membawa kembar mayang dan saling menukarkannya ketika prosesi jemuk berlangsung. Putri domas dalam pernikahan ibarat dayang-dayang bagi seorang ratu. Sedangkan para manggala adalah ibarat para punggawa kerajaan (http://www.dhuha. net/id/content/islam/counseling/konsep-walimah-perayaan-nikah-alamislam, akses 12 Nopember 2009).
115
v. Kembar mayang, merupakan rangkaian yang dibuat dari bermacam daun dan banyak ornamen dari janur yang dirangkai dan ditancapkan pada potongan pohon anak pisang. Dari janur dibuat ornamen berbentuk tugu-tuguan/gunungan, uler-uleran, keris, manukan, dan pecut. Sementara macam daun yang digunakan adalah daun beringin, andong, gondoroso, dan mayang jambe. Ornamen berbentuk tugu atau gunung melambangkan simbol sosok laki laki yang (harus) penuh pengetahuan, pengalaman dan kesabaran. Ornamen seperti keris memberikan makna bahwa pasangan pengantin hendaknya berberhati-hati dalam kehidupan, pintar dan bijaksana laksana sebuah keris. Ornamen uler-uleran merupakan simbol keajegan bergerak dalam hidup terutama dalam keluarga dan lingkungan. Ornamen seperti pecut memberikan dorongan untuk sikap energik,
cepat
berpikir
dan
mengambil
keputusan
untuk
menyelamatkan keluarga. Sedangkan ornamen seperti burung melambangkan motivasi tinggi
untuk
kehidupan
(http://www.dhuha.net/id/content/islam/
counseling/konsep-walimah-perayaan-nikah-dalam-islam, Nopember 2009). 5. Proses Pernikahan Adat Jawa Adapun proses dari pernikahan adat Jawa bermula dari :
akses
12
116
a. Rasulan/Kirim Doa Makna dari rasulan atau kirim doa adalah memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga niat untuk menikahkan anak dilindungi dan dilimpahkan berkah dari Allah SWT. Selain itu juga diberikan rahmat karunia keselamatan, kesehatan dan keberhasilan baik bagi kedua orang tuanya maupun bagi kedua calon mempelai sehingga dapat menjadi keluarga yang sakinah, keluarga bahagia dan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat. Serta mendoakan agar arwah para keluarga diberikan ampunan segala dosanya oleh Allah SWT dan ditempatkan di sisiNya sesuai amal baktinya selama masih hidup. (http://heritageofjava.com/portal/article.php?story=200903100130559, akses 12 Nopember 2009). b.
Siraman Proses pernikahan adat Jawa dimulai dengan siraman yang dilakukan sebagi proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sehari sebelum ijab qabul. Selama siraman ada tujuh orang yang menyiramkan air kepada calon pengantin. Tujuh orang disebut sebagai pitulungan (penolong) yang melakukan proses siraman. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut banyu perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari tujuh mata air. Diawali siraman oleh orangtua calon pengantin, acara siraman ditutup oleh siraman pemaes (perias pengantin) yang kemudian memecahkan kendi. Urutan upacara siraman adalah sebagai berikut :
117
12) Calon pengantin mandi di rumah orang tua masing-masing 13) Air prawito sari diracik oleh juru rias di rumah calon pengantin wanita (CMW) kemudian air prawito sari untuk mandi calon mempelai pria (CMP) dikirim dari rumah orang tua calon mempelai wanita (CMW) CMW sungkem kepada kedua orang tua, memohon maaf atas segala kesalahan, minta izin dan mohon doa restu untuk menikah pada keesokan harinya 14) Sungkem kepada kakek, nenek, budhe dan pakdhe 15) CMW berjalan diapit kedua orang tuanya menuju tempat siraman 16) Dengan membaca Bismillahhirrohmannirrohim, upacara siraman dimulai. Adapun yang melakukan siraman adalah: bapak, ibu, eyang, para pini sepuh, perias. 17) Berwudhu dengan air kendi yang dipegang oleh ibu CMW, setelah selesai berwudhu kendi dipecahkan oleh ibu CMW serasa berkata “wis pecah pamore anakku“ CMW dibopong oleh Bapak CMW menuju kamar pengantin untuk dirias 18) Bapak dan Ibu CMW melakukan pengguntingan rambut CMW dan ditanam di halaman depan rumah 19) Bapak dan Ibu CMW memotong tumpeng untuk memberi suapan terakhir kepada CMW 20) Bapak dan Ibu CMW berjualan dawet, Ibu menggendong bakul dan Bapak memayungi Ibu. Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi banyak tamu dan rejeki yang datang. 21) Pembacaan doa
118
22) Upacara siraman di rumah orang tua CMP air prawito sari yang dikirimkan dari rumah CMW dicampurkan dengan air yang akan digunakan untuk siraman CMP dipandu oleh perias dalam pelaksanaan upacara siraman tersebut, yang pada intinya hampir sama
dengan
upacara
siraman
di
rumah
CMW.
http://heritageofjava.com/portal/article.php?story=2009031001305 597, akses 12 Nopember 2009). c. Midodareni Setelah
beranjak
malam,
dilanjutkan
dengan
malam
Midodareni. Midodareni dari asal kata “widodareni” (bidadari) lalu menjadi midodareni artinya membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari (putri) dan bidadara (putra). Semoga dengan acara ini maka kecantikan dan kebagusan sepasang pengantin bagaikan bidadari dan bidadara (Sumarsono, 2007:34). Acara ini dilangsungkan di kediaman mempelai perempuan. Di sini ada acara nyantrik, yaitu datangnya calon pengantin pria beserta pengiringnya. Tujuanya memastikan bahwa calon mempelai laki-laki akan hadir dalam acara ijab qabul dan kepastian
bahwa
keluarga
calon
mempelai
perempuan
siap
melaksanakan perkawinan dan upacara panggih pada keesokan harinya (Sumarsono, 2007:35). d. Ijab Qobul atau Akad Nikah Peristiwa paling penting dan paling utama sekaligus menjadi inti dari hajatan mantu (pernikahan) adalah ijab qobul di mana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan Naib dan para saksi
119
dihadiri para pinisepuh serta wali yang sudah disiapkan lahir dan batinnya. Urutan acara pokok ijab qobul sebagai berikut : 11) Pembukaan 12) Bacaan ayat suci Al Quran 13) Ucapan selamat datang 14) Permohonan ijab dari keluarga calon pengantin laki-laki 15) Penerimaan ijab dari keluarga calon pengantin perempuan 16) Pelaksanaan ijab qobul 17) Penyerahan mas kawin 18) Penandatanganan surat nikah 19) Kotbah nikah dan doa 20) Penutup ( Sumarsono, 2007:37) e. Upacara Panggih Usai acara akad nikah dilakukan upacara panggih yaitu bertemunya kedua mempelai. Dalam acara ini, kembar mayang (bunga lambang pernikahan yang terbuat dari janur yang berjumlah satu pasang) diletakan di luar atau persimpangan jalan. Ini menandakan bahwa daerah tersebut sedang ada gelaran pernikahan dan untuk mengusir roh jahat. Pasangan kembar mayang juga diletakan di samping kursi pelaminan sebelah kiri dan kanan sebagai dekorasi, kembar mayang ini digunakan untuk pasangan yang belum pernah menikah sebelumnya. Kemudian kedua mempelai dipertemukan dan melakukan upacara:
120
16) Tukar Kembar Mayang Dalam
upacara
panggih,
kembar
mayang
biasanya
berjumlah empat buah dan diletakkan di sebelah kanan dan kiri dekor/rono. Ketika upacara panggih akan dimulai, dua buah kembar mayang dikeluarkan oleh dua orang manggolo (yang ditunjuk untuk menjemput pengantin pria), sedangkan dua kembar mayang yang lain dibawa oleh dua orang putri domas mengiringi penganten putri. Saat ritual adat berlangsung dalam jemuk pengantin, dua buah kembar mayang yang mengiringi pengantin pria (dari luar) ditukarkan dengan dua kembar mayang yang mengiringi pengantin putri. Kedua kembar mayang dari luar tersebut
selanjutnya
mengiringi
kedua
mempelai
hingga
pelaminan. Sedangkan dua kembar mayang yang lain dibawa keluar dari tempat resepsi dan biasanya dibuang di atas genting tuan rumah (orang tua pengantin wanita)
(http://heritage
ofjava.com/portal/article.php?story=2009031001305597, akses 12 Nopember 2009). Pertukaran kembang mayang memberikan arti mempunyai tujuan bersatunya cipta, rasa dan karsa untuk bersama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan (Sumarsono, 2007:38) 17) Balangan Suruh Melempar daun sirih yang melambangkan cinta kasih dan kesetiaan. Balangan adalah kegiatan saling lempar antar pengantin yang hendak dipertemukan pada saat jarak mereka sekitar tiga
121
meter. Dalam balangan, bungkusan yang dilemparkan berisi daun sirih, dan jadah (makanan dari ketan) yang ditali dengan benang putih. Mereka saling melempar dengan penuh semangat dan tertawa. Dengan melempar daun sirih satu sama lain, menandakan bahwa mereka adalah manusia, bukan makhluk jadi-jadian yang menyamar menjadii pengantin. Selain itu, jadah yang kenyal dan lengket dalam ritual ini melambangkan keeratan cinta kasih dan kesetiaan. Daun sirih ini berguna menghilangkan niat jahat yang mungkin akan mengganggu upacara (http://heritageofjava.com/ porta larticle.php?story=2009031001305597, akses 12 Nopember 2009). Namun ada yang menyebut dan mengartikan lain dalam balangan suruh
ini yaitu dengan balangan gantal yang
melambangkan pertemuan cinta kedua mempelai. Namun ada juga yang memakai lain yaitu dari ritus tersebut bisa dilihat kekuatan rumah tangganya nanti. Pihak yang lemparan cepat mengenai sasarannya akan mendominasi urusan-urusan rumah tangga. Gantal bentuknya berupa gulungan kecil sirih yang berwarna hijau yang melambangkan kesempurnaan. Gantal tersebut diisi dengan jambe yang melambangkan kesempurnaan. kapur sirih berwarna putih melambangkan bau yang harum, gambir berwarna kuning yang melambangkan kecantikan, tembakau warna hitam yang melambangkan kecocokan hati, benang lawe berwarna putih
122
merupakan tanda pengikat (http://www.tasteofjogja.com/web/ida/ detailbud.asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009). 18) Salaman Sebagai
ungkapan
kedatangan,
penganten
pria
mengucapkan salam dan disambut penganten wanita, lalu mereka bersalaman. Pengantin putri juga mencium tangan suaminya sebagai bentuk penghormatan (http://www.dhuha.net/id/content/ islam/counseling/konsep-walimah-perayaan-nikah-dalam-islam, akses 12 Nopember 2009). 19) Wiji Dadi Mempelai laki-laki menginjak telur ayam hingga pecah, kemudian mempelai perempuan akan membasuh kaki sang suami dengan air bunga. Proses ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Pengantin wanita siap pula melayani suaminya (http://heritageofjava. com/portal/article.php?story=2009031001305597,
akses
12
Nopember 2009). 20) Minum Parem Kedua mempelai lalu diberi minum oleh kedua orang tua mempelai wanita. Ibu terlebih dahulu meminumkan parem kepada keduanya lalu dilanjutkan oleh bapak. Minum parem memberikan makna bahwa kedua penganten hendaknya marem (puas) dengan pasangan yang dipilihnya. Perkawinan adalah proses memilih pasangan hidup yang telah berlangsung lama. Fokus dalam melihat
123
pasangan hidup, dan kelebihannya diharapkan dapat menutup kekurangannya. Prosesi ini juga memberikan peringatan kembali tentang pentingnya peran kedua orang tua dalam membesarkan anak-anaknya. Mereka adalah orang yang pertama “menyuapi” anak-anak. Oleh karena itu dengan kegiatan meminumkan parem kepada kedua pengantin, kewajiban berbakti kepada mereka hendaknya mendapatkan perhatian bahkan setelah para anak berkeluarga dan mendapatkan keturunan (http://www.dhuha.net/id/ content/islam/counseling/konsep-walimah-perayaan-nikah-dalamislam, akses 12 Nopember 2009). 21) Pupuk Ibu mempelai perempuan mengusap mempelai mantu lakilaki sebagai tanda ikhlas menerimanya sebagai bagian dari keluarga
(http://www.dhuha.net/id/content/islam/counseling/
konsep-walimah-perayaan-nikah-dalam-islam, akses 12 Nopember 2009). 22) Sinduran atau Gendong Manten Sindur atau isin mundur artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar seperti lambang warna kain sindur merah putih (Sumarsono, 2007:38). Gendong manten (pakai sindur) menuju pelaminan. Ayahanda pengantin putri mendahului berjalan di muka menuju kursi pengantin, ibu pengantin putri memasang selendang (sindur) menutupi pundak kedua pengantin. Selendang berisi kedua mempelai lalu ditarik oleh ayahanda dan
124
didorong oleh ibu. Gendong manten mengandung makna bahwa ayahanda pengantin seharusnya menunjukan jalan kehidupan bagi kedua putranya sedang ibunda mendukung dari belakang. Selain itu, acara ini juga memberikan lambang bahwa kedua orangtua pengantin
perempuan telah
ngentaske
atau
menyelesaikan
tugas/kewajiban mereka kepada anaknya lewat menikahkannya dengan
pengantin
pria.
Berjalan
perlahan-lahan
dengan
menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa kedua mempelai sudah
diterima
sebagai
keluarga
(http://www.dhuha.net/
id/content/islam/counseling/konsep-walimah-perayaan-nikahdalam-islam, akses 12 Nopember 2009). 23) Timbang Kedua mempelai duduk di pangkuan bapak mempelai perempuan dan harus dikatakan "sama beratnya" sebagai tanda kasih sayang orangtua terhadap anak dan menantu sama besarnya tidak ada yang diistimewakan karena sudah menjadi pasangan pengantin 24) Tanem Ayah pengantin putri mendudukan pasangan pengantin di kursi pengantin dan memberikan doa restunya. 25) Tukar Kalpika Saling memasang cincin kawin sebagai tanda cinta dan diikuti dengan acara kacar kucur.
125
26) Kacar-Kucur Kacar kucur acara ini juga sering disebut dengan tampa kaya. Dengan dipandu perias, pasangan pengantin berjalan bergandengan pada jari kelingking menuju ke sebuah kursi yang telah diletakkan didepan rono/dekorasi manten. Pengantin pria menuangkan campuran kedele, kacang tanah, beras, beras ketan, jagung disertai rempah-rempah, bunga dan mata uang logam dengan berbagai nilai. Pengantin wanita menerima itu dengan selendang kecil setelah itu kemudian dilipat. (http://www.dhuha. net/id/content/islam/counseling /konsep -walimah -perayaan-nikahdalam-islam, akses 12 Nopember 2009). Kacar kucur melambangkan bahwa seorang suami harus memberikan penghasilannya kepada sang istri. Sebaliknya, seorang pengantin wanita haruslah siap menjadi istri yang baik dalam menerima pemberian suami, bersikap peduli, hemat dan juga teliti. Tetapi ada juga yang saling mengucurkan secara bergantian, ternyata pengaruh gender sudah masuk dalam upacara adat ini (Sumarsono, 2007:39 ). 27) Dahar Klimah (Dulangan) Pasangan pengantin makan bersama dan saling menyuapi. Perias memimpin upacara ini dengan memberikan piring berisikan nasi kuning dan lauk pauk, kemudian pasangan pengantin ini mengambil sesendok kecil nasi dengan lauk pauknya dan pertama kali pengantin wanita menyuapi pengantin pria dan selanjutnya
126
pengantin pria menyuapi pengantin wanita. Acara dulangan ini diakhiri minum teh manis. Ini melambangkan bahwa kedua mempelai menikmati kebersamaan mereka. Kehidupan keluarga juga diharapkan selalu berakhir “manis” meskipun kegetiran dan perjuangan merupakan hal yang nyata dalam perkawinan. Makna lain dari dhahar klimah adalah seorang suami harus mempunyai keteguhan hati dan seorang istri harus dapat menyimpan rahasia. Makna lainnya adalah perpaduan antara dua hati dan satu kehendak, satu tekad yang bulat dalam bahasa Jawa disebut “nunggil kareb” (http://www.tasteofjogja.com/web/ida /detailbud. asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009). 28) Mertui Ketika upacara panggih berlangsung, kedua orang tua mempelai pria tidak mengikuti ritual tersebut dan sebaliknya berada di luar ruang resepsi. Lalu setelah upacara selesai, kedua orang tua pengantin wanita menjemput kedua orang tua pengantin pria di pintu rumah dan mereka berjalan bersama menuju tempat upacara. Para ibu di depan dan para bapak mengikuti di belakang. Kemudian pasangan orang tua pria ini duduk disamping kanan kursi pengantin. Sedangkan orang tua pengantin putri duduk disebelah kiri dari kursi pengantin. Prosesi ini menandakan bentuk penghormatan tuan rumah kepada kadang besan (saudara) mereka. 29) Sungkeman Kedua pengantin haruslah minta doa restu dari kedua orang tua, pertama kepada orang tua pengantin wanita, dan selanjutnya
127
kepada orang tua pengantin pria. Kedua pengantin berjongkok dan (seakan) menyembah orang tua mereka. Para orang tua menerima sungkem kedua mempelai mengulurkan tangan kanan untuk dijabat dan dicium, sedangkan tangan kiri mengelus kepala pengantin. Kegiatan memohon doa restu ini disebut sungkeman. Selama sungkeman, perias mengambil dan menyimpan keris yang dipakai pengantin pria dan dipakaikan kembali setelah sungkeman selesai. (http://heritageofjava.com/portal/article.php?story=2009031001305 597, akses 12 Nopember 20. 30) Kirab Kirab adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana. Waktu keluar disebut kirab kanarendran, sedangakan setelah kembali lagi untuk duduk di tempat semula disebut kirab kasatriyan (Sumarsono, 2007:41). 6. Riasan Pengantin Perempuan Dalam pernikahan adat Jawa baik pengantin laki-laki maupun perempuan dirias sedemikian rupa diibaratkan raja dan ratu. Dalam riasan pengantin perempuan terdapat beberapa simbol dan memiliki arti diantaranya: 9. Sanggul (Gelung Bokor) dan Bunga Melati Sanggul yang dikenakan pengantin wanita yang terbuat dari irisan daun pandan ditutup dengan teplok (rangkaian bunga melati). Gelung bokor bentuknya bulat, sedikit memanjang ke kiri dan kanan
128
sehingga bentuknya mirip jeruk sak ajar. mempunyai arti pengantin wanita yang tadinya belum dewasa dan mulai mempunyai dasar menuju ke arah kesempurnaan.
Sedangkan rangkaian
melati
mempunyai arti agar ilmu yang dimiliki tidak pudar sampai mati dan meninggalkan nama harum (http://www.tasteofjogja. com/web/ida/detailbud.asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009). 10. Raja Keputren Perlengkapan perhiasan yang digunakan dalam busana pengantin wanita. Yang terdiri dari perhiasan-perhiasan emas atau imitasi emas, merupakan suatu simbol peringatan kepada manusia agar mempunyai sifat sportif dan konsekuensi. Riasan pengantin dengan hiasan ini dipandang dari depan akan tampak bersinar dan bercahaya, juga perhiasan yang dipasang pada sanggul yang menghadap ke belakang juga nampak bersinar. Hal ini melambangkan harapan bahwa dari depan dan belakang, lahir dan batin pengantin harus sama baiknya. 11. Menjangan Ranggah Riasan pada alis pengantin wanita yang berbentuk seperti tanduk rusa (menjangan). Menjangan adalah hewan yang bertanduk paling lengkap sehingga dapat mengatasi segala serangan buruk dari beberapa arah. Maknanya, seorang wanita atau seorang istri diharapkan untuk selalu waspada dan bijaksana dalam bahasa Jawa disebut tanggaping sasmita (http://www.tasteofjogja.com/web/ida/ detailbud.asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009).
129
12. Jahitan Mata Riasan pada mata pengantin wanita yang menimbulkan kesan mata menjadi redup dan anggun. Jahitan mata tersebut makna simbolisnya untuk mempertajam penglihatan sehingga dapat berfungsi sebagai penyaring agar dapat melihat secara jelas, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, kemudian dinalar dengan menggunakan pikiran dan dapat dijadikan pegangan seumur hidup. Makna ini tergambar pada jahitan mata berupa dua garis menuju ke pelipis, kalu ditarik ke atas garis tersebut menuju ke otak. Jadi, semua yang dilihat hal baik dan buruk, ditampung dan disaring kemudian dinalar sebagi lambang bahwa seorang istri diharapkan agar dapat melihat semua itu secara positif. 13. Mentul/Cundhuk Mentul Hiasan rambut yang mirip setangkai bunga. Mentul berjumlah lima buah merupakan simbol lima nafsu manusia, yaitu nafsu kasih sayang, nafsu kenikmatan, nafsu keinginan, nafsu kekuasaan dan nafsu kesucian. Mentul mengandung arti bahwa pengantin diharapkan dapat menguasai kelima nafsu tersebut agar menjadi sempurna
(http://www.tasteofjogja.com/web/ida/detailbud.
asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009). 14. Tanggalan Merupakan kalung yang dikenakan di leher pengantin wanita. Bentuk tanggalan tiga buah, diikat menjadi satu (tritunggal) yang mengandung arti: ada kemauan, ada wujud dan ada hidup
130
15. Centhung Hiasan pada rambut sejenis sisir yang ujungnya melengkung dan dipasang pada pangkal penunggul. Centhung merupakan simbol kesempurnaan manusia untuk menyatu dengan Allah, Tuhan manusia. Alam pikiran manusia hanya ditujukan kepada Yang Maha Tunggal. Bentuk Centhung diawali dengan melengkung ke atas berjumlah dua dan berdampingan. Manusia bisa menjadi insan Kamil (manusia yang menyatu dengan Tuhan atau dalam bahasa Jawa disebut dengan Manunggaling Kawula Gusti) dengan cara menunduk, taat, dan bersujud kepada Tuhan dan menengadah menuju kepada-Nya untuk memohon
Ridho-Nya
(http://www.tasteofjogja.com/web/ida/detail
bud.asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009). 16. Paes Memotong rambut halus di atas kening (dikerik) yang dilakukan oleh perias. Paes ada yang disebut paes gajah, pengapit, dan panitis. Yang mengandung makna bahwa sepasang pengantin merupakan dua kesatuan tunggal: tunggal cipta, rasa dan karsa. Dengan kesatuan hati dan jiwanya diharapkan mampu mengatasi segala godaan dan hambatan dalam mengarungi samudra kehidupan dimasyarakat (Sumarsono, 2007:33). J. Tata Cara Pernikahan Dalam Islam Agama Islam mengajarkan bahwa pernikahan merupakan peristiwa yang patut disambut dengan rasa syukur dan gembira. Oleh karena itu
131
Nabi mengajarkan agar peristiwa penikahan dirayakan dengan suatu perhelatan atau walimatul „ursy berdasarkan hadis berikut:
Artinya : „‟Apa yang diwalimahkan oleh Rosulullah saw ketika mengawini istri-istrinya ialah sebagaimana yang diwalimahkan beliau mengawini istri Zainab, yaitu berwalimah dengan seekor kambing. HR. Bukhori Muslim.
Artinya : "Dari Buraidah ia berkata: Ketika Ali melamar Fatimah, Rasulullah saw bersabda: untuk perkawinan ini tidak boleh tidak mesti ada walimah. HR. Anas. Berdasarkan hadis di atas maka kebanyakan ulama berpendapat bahwa mengadakan walimah pernikahan itu hukumnya sunnat muakad sangat dianjurkan. Menyelenggarakan walimatul „ursy adalah salah satu macam ibadah kepada Allah mengikuti sunnah Rosulullah, oleh karena itu harus memperhatikan beberapa hal yaitu: 6. Menyelenggarakan walimatul „ursy sesuai dengan kemampuan, tidak memaksakan diri di luar kekuatan, yang akan berakibat penyesalan dan tidak berlabih-lebihan yang berkecenderungan kemewahan. 7. Menyelenggarakan walimatul „ursy dengan ikhlas untuk ittiba‟ kepada sunnah Rosul. 8. Tamu-tamu disambut dengan rasa hormat dan terimakasih tanpa dibeda-bedakan.
132
9. Menyelenggarakan walimatul „ursy hendaknya satu kali saja (Ahmad Azhar Basyir, 1996:47-48). 10. Nabi Muhammad SAW mengajarkan agar dalam pelaksanaan walimah nikah tidak hanya mengundang mereka yang kaya saja, beliau bersabda:
Artinya : “Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah di mana yang diundang hanyalah orang-orang kaya saja sementara orang-orang yang miskin tidak diundang. Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangan, maka berarti ia telah berbuat durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Shahih Muslim No.2585). Lebih jauh lagi dalam hadits di atas Rasulullah SAW mengajarkan kita bahwa sudah menjadi kewajiban seorang Muslim untuk menjawab undangan walimah. Oleh karena Rasulullah SAW menekankan untuk menghadiri undangan walimah dengan sabdanya:
Artinya : "Jika salah seorang di antara kamu sekalian diundang menghadiri suatu walimah maka hendaklah ia menghadirinya, hendaklah ia makan apa yang telah disediakan meskipun terpaksa: dan bila ia berpuasa boleh meninggalkan makanan tersebut". (Diriwayatkan Ahmad dan Muslim) Para ulama berpendapat bahwa seseorang boleh tidak untuk menghadiri walimah hanya dengan alasan-alasan yang diperbolehkan menurut syariat Islam di antaranya:
133
6. Dalam walimah dihidangkan makanan dan minuman yang diyakininya tidak halal. 7. Yang diundang hanya orang-orang kaya dan tidak mengundang orang miskin 8. Dalam walimah itu ada orang-orang yang tidak berkenan dengan kehadirannya. 9. Dalam rumah tempat walimah itu terdapat perlengkapan yang haram. 10.
Dalam walimah diadakan permainan yang menyalahi aturan
agama. (Amir Syarifuddin, 2006:158) Dalam menyelenggarakan walimah ada beberapa hal yang disunahkan yaitu: 1. Menyembelih seekor kambing atau lebih bila mampu. Walimah yang sederhana selalau dilakukan Rasul sebagai contoh teladan bagi umatnya. Bahkan beliau merasa cukup dengan menyembelih seekor kambing. 2. Menghidangkan ala kadarnya, bila tidak mampu menyediakan daging. 3. Berniat mengikuti sunah Rasul, bukan dengan niat yang lain. 4. Dalam pelaksanaan walimah harus benar-benar menjahui pekara yang tidak layak dilakukan dalam pandangan agama. (Mudjab Mahalli, 2007:147) Walimatul „ursy diadakan dengan tujuan agar masyarakat mengetahui pernikahan yang berlangsung sehingga tidak terjadi fitnah di kemudian hari
134
terhadap dua orang yang menikah tersebut. Sedangkan mengenai tata cara penyelenggaraannya, syariat memberikan petunjuk sebagai berikut: 1. Khutbah Sebelum Akad Dianjurkan ada khutbah sebelum akad nikah yang berisi nasehat untuk calon pengantin agar menjalani hidup berumah tangga sesuai tuntunan agama. 2. Menyajikan Hiburan Walimah merupakan acara gembira, karena itu diperbolehkan menyajikan hiburan yang tidak menyimpang dari etika, sopan santun dan adab Islami. 3. Jamuan Resepsi (walimah) f. Menyuguhkan makanan yang halal dan baik. g. Memotong seekor kambing jika mampu. h. Boleh meyuguhkan makanan tanpa daging. i. Menghindari pemubadziran. j. Tidak
berlebih-lebihan
(http://www.dhuha.net/id/konsep-walimah-
perayaan-nikah-dalam-islam, akses 12 Nopember 2009).
135
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
B. Gambaran Umum Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dan Masyarakatnya i.
Letak Geografis Desa Candirejo merupakan salah satu desa di Kecamatan Tuntang yang ada di wilayah Kabupaten Semarang. Luas Desa Candirejo 601.238 ha. Adapun peta Desa Candirejo terlampir dan batas-batas Desa Candirejo sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kesongo b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jombor c. Sebelah selatan berbatasan dengan Rawa Pening d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pulutan Secara administratif Desa Candirejo dibagi menjadi 11 (sebelas) Rukun Warga (RW) yaitu: Kalipanggang, Klego, Dempel, Kintelan Kidul, Candi Kidul, Kintelan Lor, Karang Pawon, Candi Tengah, Candi Lor, Kumpulrejo, dan Candi Indah, dari 11 RW terbagi lagi menjadi 40 (empat puluh) Rukun Tetangga (RT).
ii.
Keadaan Penduduk Dilihat dari segi jumlah penduduknya wilayah Desa Candirejo mempunyai jumlah penduduk yaitu 5856 orang, yang terdiri dari laki-laki 2592 orang dan perempuan 3264 orang. Untuk lebih jelas dan rincinya
136
dapat diklasifikasikan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yang dikutip dari data monografi tahun 2009 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan Umur Tahun 2009 RW I II III IV V VI VII VII IX X XI Jumlah
iii.
Jenis Kelamin L P 105 203 296 405 290 526 326 498 108 176 188 203 300 302 222 228 170 149 301 283 286 291 2592 3264
0-5 59 59 22 40 17 20 41 39 31 52 53 433
6-15 87 204 389 410 54 72 102 79 59 91 138 1685
Umur 16-21 20 47 66 55 26 49 103 47 40 59 49 561
22-59 122 329 264 298 160 221 303 261 162 339 304 2763
60+ 20 62 75 21 27 29 53 24 27 43 33 414
Keadaan Pendidikan Data statistik kependidikan Desa Candirejo berdasarkan data monografi tahun 2009 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Penduduk Menurut Pendidikan Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7
Jenjang Pendididkan Tamat Perguruan Tinggi Tamat SLTA/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SD/Sederajat Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah
Jumlah 168 1062 932 983 660 985 13
137
iv.
Keadaan Sosial Ekonomi Berikut akan disajikan keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian
Tabel 3.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
v.
Mata Pencaharian Petani Buruh Tani Buruh/Swasta Pegawai Negeri Pengrajin Pedagang Peternak Nelayan Montir Pertukangan Pengusaha
Jumlah 421 929 219 171 12 297 2 60 24 41 12
Keadaan Sosial Agama Masyarakat Desa Candirejo berjumlah 5856 orang yang mayoritas Islam sejumlah 5826 orang, kemudian Kristen sejumlah 25 orang dan Katholik sejumlah 5 orang.
vi.
Kegiatan Keagamaan Warga Desa Candirejo mayoritas beragama Islam dan sangat islami dengan kegiatan keagamaan yang hampir dilaksanakan setiap hari. Berdasarkan wawancara dengan beberapa warga, maka kegiatan keagamaan dapat tersusun atau terjadwal dalam tabel berikut:
138
Tabel 3.4 Kegiatan Keagamaan Warga Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Jenis Kegiatan Berjanji
Pengajian
Latiahan Rebana
Latihan Terbangan
Tempat
Minggu Senin Rabu Sabtu Sabtu Jumat Minggu Setiap pagi Selasa Kamis Jumat Minggu dan Pahing Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin
Qur‟anan
vii.
Hari
Rabu
Dempel, Karang Pawon Kintelan Kidul Kintelan Lor, Candi Kidul, Klego, Kalipanggang Kumpulrejo, Candi Lor, Candi Tengah Bergilir (Muslimat Candirejo) Bergilir (Gabungan semua dusun) Klego Dempel Klego Candi Kidul Candi Lor Karang Pawon Kintelan Kidul Candi Tengah Klego Kintelan Lor Candi Lor Karang Pawon
Stuktur Organisasi Desa Candirejo KEPALA DESA Rohmad Effendi
BPD
A
C
B
D
E
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Keterangan Gambar 3.1: A : Kaur Pembangunan (Islis Wardati)
F
IX
X
XI
139
B : Kaur Pemerintahan (Siti Muawanah) C : Kaur Kemasyarakatan (Siti Nadiroh) D : Sekretaris Desa (Bambang Setyo Budoyo) E : Kasi Keuangan (Kusnan) F : Kasi Umum (Affandi) I : RW I (Dempel, -) II : RW II (Kintelan Kidul, Subandi) III : RW III (Kintelan lor, Wododo Slamet) IV : RW IV (Karang pawon, amin) V : RW V (Kumpulrejo, -) VI : RW VI (Candi Lor, (Drs. Moh. Hasyim) VII : RW VII (Candi Tengah, Dahroni) VIII : RW VIII (Candi Kidul, Muhklasin) IX : RW IX (Klego, Muhri) X : RW X (Kalipanggang, Sukijo) XI : RW XI (Candi Indah, Eko Bambang L P.) : Komando : Koordinasi
C. Temuan Pelaksanaan Walimatul ‘Ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang 1. Pemahaman Walimatul ‘ursy Menurut MH sebagai perias pengantin yang mengikuti kursus di Sanggar Handayani dan memiliki ijazah nasional serta bertempat tinggal di Desa Candirejo menjelaskan walimatul „ursy merupakan suatu ungkapan rasa syukur yang dilakukan oleh keluarga besar mempelai sebagai puncak dari suatu acara pernikahan, bermula dari nakoke, melamar dan akad. Sedangkan menurut ST yang berprofesi sebagai perias pengantin juga menerangkan walimatul 'ursy yang biasa disebut walimah saja adalah suatu resepsi pernikahan yang diadakan karena terjadi suatu pernikahan. Dengan bahasa lain, SN selaku tokoh masyarakat mengatakan walimatul „ursy merupakan adat kebiasaan/tradisi yang sering dilakukan oleh golongan sudra yaitu golongan masyarakat kecil (wong cilik), yang suka akan kebersamaan tidak terkecuali makan, sehingga dalam suatu acara resepsi pernikahan patut disyukuri dengan makan bersama.
140
Sedangkan menurut IN menjelaskan walimatul „ursy merupakan suatu adat kebiasaan/tradisi yang dilakukan dalam masyarakat pada umumnya sebagai bukti telah terjadi pernikahan, Disunnahkan untuk mengundang tetangga yang terdekat dulu dengan tidak dipilih-pilih agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Adapun bagi tamu undangan, maka menjadi kewajiban atas mereka untuk menghadirinya, kecuali ada halangan. Walimatul „ursy menurut tokoh agama yang disampaikan oleh MM adalah walimatul „ursy merupakan suatu adat tradisi Jawa yang sering dilakukan secara turun-temurun dan bukan merupakan syarat rukun dalam pernikahan. Jadi suatu pernikahan tetap sah meskipun tanpa menggunakan ritual adat Jawa, selama tidak mengimani yang mengakibatkan musyrik, maka adat tradisi tersebut tetap boleh dilakukan. 2. Pelaksanaan Walimatul ‘Ursy Ketika ditanya mengenai bagaimana pelaksanaan walimatul 'ursy MH menjelaskan bahwa walimatul „ursy dilaksanakan setelah ¾ dari tamu undangan telah hadir, pembawa acara memulai acara walimatul 'ursy dengan mengucapkan salam dan membacakan susunan acara serta memandu membuka acara walimatul 'ursy. Setelah acara dibuka, pembawa acara meminta kepada perias pengantin agar mengantarkan pengantin perempuan untuk duduk di pelaminan.
141
Acara dalam walimatul „ursy
biasanya dimulai dengan atur
pasrah penganten, atur panampi, panggih temanten, atur pambagyo harjo, istirahat, mauidlzohtul hasanah, dan penutup. ST juga berpendapat hal yang sama dengan MH namun urutanurutan dalam walimatul 'ursy dapat berubah sesuai kebutuhan. Pelaksanaan walimatul 'ursy dipaparkan lebih rinci lagi oleh SN bahwa sebelum walimatul „ursy dilaksanakan pada hari yang ditentukan, biasanya dimulai dengan: mengirim doa (memanjatkan doa kepada Allah untuk para leluhur agar mendapat ampunan dan diletakkan sesuai dengan amal perbuatannya serta memberikan sodaqoh kepada pengirim doa), dalam hari yang sama juga diadakan pembentukan panitia walimatul „ursy.. Setelah terbentuk panitia, maka undangan dapat disebarkan, membuat jenang (dodol yang terbuat dari tepung beras ketan, gula jawa, dan santan kelapa dalam proses pembuatanya melibatkan tetangga, dengan demikian dapat ditarik pelajaran untuk hidup gotong-royong. Jenang yang kenyal dan lengket melambangkan agar jalinan yang akan dibentuk tetap membawa barokah meskipun terdapat berbagai macam rintangan dalam perjalanan hidup), pasang tarub (dalam pemasangan tarub juga membutuhkan pertolongan tetangga, dalam kegiatan ini terkandung sikap gotong-royong dan kebersamaan dalam hidup bermasyarakat), nompo tamu (istilah di mana tuan rumah menerima sumbangan dalam bentuk uang dan barang tuan rumah juga telah
142
mempersiapkan
makanan),
kemudian
dilaksanakan
walimahan,
pembubaran panitia, mbesan. Sedangkan IN hanya mengatakan walimatul 'ursy
diadakan
setelah akad nikah. MM selaku tokoh agama menjelaskan bahwa inti dari pelaksanaan pernikahan adalah acara akad nikah.
D. Temuan Prosesi walimatul 'ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang 1. Prosesi Walimatul 'Ursy Antara NY dengan SES Acara resepsi pernikahan atau walimatul 'ursy antara NY dengan SES pada tanggal 16 Desember 2009, di Dusun Kintelan Kidul Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Walimatul 'ursy dimulai jam 09.00 dan selesai jam 11.30 WIB, dengan dipandu oleh pembawa acara Bapak Asrori dan susunan acaranya: a. Pembukaan ( 09.00 WIB) b. Atur pasrah Penganten c. Atur panampi d. Panggih, dengan ritual: balangan suruh, salaman, wiji dadi, sinduran, tanem, timbangan, kacar-kucur, dulangan, sungkeman, plangkahan. e. Pembacaan Ayat Al-Qur‟an f. Atur pambagyo harjo g. Istirahat h. Mauidlzohtul hasanah
143
i. Penutup (11.30 WIB) 2. Prosesi Walimatul 'Ursy Antara SD dengan SS Acara resepsi pernikahan atau walimatul 'ursy antara SD dengan SS pada tanggal 17 Desember 2009, di Candi Tengan Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Walimatul 'ursy dimulai jam 09.00 dan selesai jam 12.00 WIB dipandu oleh pembawa acara Bapak Bibit Santosa, adapun susunan acaranya: 1. Pembukaan ( 09.00 WIB) 2. Atur pasrah Penganten 3. Atur panampi 4. Panggih, dengan ritual: balangan suruh, salaman, wiji dadi, sinduran, tanem, timbangan, kacar-kucur, dulangan, sungkeman. 5. Pembacaan Ayat Al-Qur‟an 6. Atur pambagyo harjo 7. Istirahat 8. Mauidlzohtul hasanah 9. Penutup (11.30 WIB) E. Temuan Simbol-Simbol dalam walimatul 'ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Dalam Walimatul 'ursy tersebut terdapat beberapa simbol-simbol diantaranya ketika pengantin dipertemukan dalam acara panggih yaitu: a. Balangan Suruh
d. Sinduran
b. Salaman
e. Tanem
c. Wiji Dadi
f. Timbangan
53
g. Kacar-Kucur
i. Sungkeman
h. Dulangan
j. Plangkahan
Dalam dekorasi walimatul 'ursy terdapat kembar mayang. Ornamen yang terbuat dari janur yang terletak di sisi kanan kiri pengantin. Dan terdapat juga patah, domas dan manggolo, selain itu riasan pengantin menggunakan bunga melati, sanggul, perhiasan pengantin, mentul, centhung, dan paes serta terdapat juga ganti busana. F. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang Terdapat Dalam walimatul 'ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang 1. Saat Acara Panggih Dalam acara walimatul 'ursy terdapat beberapa simbol-simbol yang memiliki nilai-nilai pendidikan Islam didalamnya. Peneliti mendapat data dari hasil wawancara dengan sumber data, ketika acara panggih yang bermula dari: a. Balangan Suruh Dalam memberikan penjelasan akan nilai yang terkandung dalan ritual ini mereka mengemukakan hal yang berbeda-beda, ST menjelaskan bahwa: “Siapa yang melempar dulu dia yang akan memegang kekuasaan dalam rumah tangga.” MH sebagi tanda saling mencintai. Sedangkan IN menjelaskan lebih menyeluruh. Menjelaskan dari arti kata suruh (daun siri) dalam istilah Jawa adalah gabungan dari kata kesusu weruh menjadi suruh. Karena sepasang pengantin baru
dipertemukan dan ingin segera bertemu (kesusu weruh). Maka saat melakukan balangan (saling melempar daun siri) dilakukan dengan penuh semangat dan tertawa sebagi ungkapan bahagia bertemunya pujaan hati. Menurut SN ritual ini “Merupakan adat kebiasaan yang mengandung makna bahwa telah dipertemukannya kedua mempelai dalam keadaan suka.” Sedangkan MM menjelaskan kegiatan ini adalah “Isyarat membuang kejelekan suami dan istri, sehingga dalam membina keluarga dapat terjalin dengan baik sesuai dengan ajaran agama.” b. Salaman Dalam hal ini mereka berempat menyatakan hal yang sama yaitu sebagai bentuk penghormatan istri kepada suami. c. Wiji Dadi Menurut MH dan ST ini mengajarkan agar sang istri patuh dan taat kepada suami. Kegiatan ini menurut MM terdapat kontroversi antara adat dan agama, dikarenakan telur yang pecah menjadi mubadzir untuk mengantisipasi hal ini maka MH saat menuntun ritual ini, telurnya dicuci dulu kemudian dibungkus plastik. Saat menginjak telur beliau berpesan agar jangan sampai pecah. Hal ini dilakukan agar adat tetap berjalan tetapi tidak memubadzirkan telur. Kalaupun telurnya pecah masih dapat digunakan karena tidak bercampur dengan air bunga.
86
86 80
SN memberikan nilai pendidikan dalam ritual ini pada air bunga yang digunakan untuk mencuci kaki pengantin pria menurutnya: “Bunga, merupakan simbol wewangian agar dapat menjaga nama baik sehingga memiliki nama yang baik (harum) ... sedangkan air yang dingin memiliki nilai pendidikan agar “Pikiran selalu dingin dan tidak cepat marah.” IN mengemukakan hal yang berbeda dan lebih menyeluruh dengan melihat telur yang diinjak menjadi pecah itu sebagai sebagai pertanda pecahnya pamor (kegadisan istri oleh suami). Makna lain selain itu telur terdiri dari dua bagian yaitu kuning telur dan putih telur yang dibungkus cangkang telur, ketika sudah diinjak dan pecah, maka terlihatlah kedua bagian telur tersebut. Ini menggambarkan bahwa setiap masalah harus dipecahkan dan yang memecahkan adalah pengantin pria maka suamilah yang seharusnya dapat memecahkan dari setiap masalah. Dicuci oleh pengantin perempuan itu mengandung pelajaran bahwa sang istri ketika ada masalah maka dia memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Menurut MM jika kegiatan ini dilihat dari segi agama maka: “Yang mencuci kaki adalah pengantin pria kegiatan ini menunjukkan tanggung
jawab suami kepada
istri,
menunjukkan kepatuhan istri kepada suami.”
namun jika sebaliknya
87 80
d. Sinduran MH mengungkapkan kegiatan ini sebagai “Ungkapan kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anak menantu dan anak sendiri sama.” Karena ST tidak mengikuti kursus atau pendidikan yang lain dalam merias pengantin, maka beliau tidak mengetahui akan nilai pendidikan dalam ritual ini. IN menyataka bahwa saat prosesi ini ayah berjalan di depan mengibaratkan seorang ayah harus dapat menunjukkan dan menuntun kearah kebaikan dan ibu yang berjalan dibelakang pengantin dan medorongnya itu mengajarkan bahwa ibu selalu memberikan dukungannya. MM juga menyampaikan hal yang sama dengan apa yang disampaikan oleh IN. SN memberikan penjelasan yang berbeda yaitu: “... berjalan bersama seiya sekata dalam setiap situasi dan kondisi, dengan kata lain dalam keadaan susah maupun senang ditanggung bersama.” e. Tanem MH menjelaskan sebagi “Pemberian restu dari orang tua kepada
anak-anaknya
untuk
menikah.”
Sedangkan
ST
tidak
mengetahui akan maksud dari hal ini. Menurut IN prosesi ini mengandung makna: “Kedua orang tua telah melaksanakan kewajiban untuk menikahkan anaknya dan memberikan restunya.”
88 80
Sedangkan SN berpendapat: “Bahwa anak-anaknya harus dapat memikul tanggung jawab secara bersama, sehingga tidak terjadi jalinan rumah tangga individu.” MM juga berpendapat yang hampir sama dengan SN yaitu: “... agar anaknya dapat mandiri, didudukkan sejajar antara pengantin pria dan pengantin perempuan menunjukan gambaran kerja sama antara suami dan istri dalam memikul tanggung jawab.” f. Timbangan Sebelum menjelaskan arti dari timbangan MH menuturkan prosesinya yaitu: Sepasang pengantin duduk dipangkuan ayah dan ibu bertanya kepada ayah “Abot sing endi pak?” (berat yang mana ayah?) dan dijawab oleh ayah “podo abote” (sama beratnya) ini mengandung pesan bahwa dalam memberikan kasih sayang kepada menantu dan anak sendiri tidak dibedakan. Tidak ada istilah anak menantu dan anak sendiri keduanya sama-sama dianggap anak sendiri dalam memberikan kasih sayang. Sedangkan ST tidak mengetahui akan nilai pendidikan dalam hal ini dengan alasan “Tidak mengikuti kursus.” Jika pengantin tidak duduk di pangkuan ayah tetapi duduk rapat di kanan dan kiri ayah, IN menjelaskan nilai pendidikan yang terkandung didalamnya adalah: “ ... apabila terjadi pertengkaran suami istri maka ayah harus dapat menjadi penengah dan ... merukunkan kembali.”
89 80
SN juga menjelaskan hal yang senada bahwa orang tua harus menjadi pelindung dan tidak membeda-bedakan kasih sayang yang diberikan. Apabila terjadi perselisihan orang tua harus bisa membantu menyelesaikan dan tidak memihak. MM juga mengemukakan hal yang hampir sama dengan SN dan IN
yaitu: “... bersikap adil ... dalam memperlakukan dan
memberikan kasih sayang. Apabila timbul suatu permasalahan ... berikan
bantuan
untuk
penyelesaian
masalah
tersebut/sebagai
penengah.” g. Kacar-Kucur Dalam hal ini sumber data menyatakan hal yang sama bahwa kacar-kucur memiliki nilai pendidikan yaitu kewajiban suami untuk memberikan
nafkah
kepada
istri.
Istri
harus
pandai-pandai
memanfaatkan nafkah yang diberikan. h. Dulangan Menurut MH dulangan sebagai “Ungkapan kebahagiaan dalam kebersamaan, sedangkan ST mengatakan “Dapat saling berbagi dan mengisi.” IN menjelaskan lebih rinci lagi, menurutnya dulangan adalah gambaran dari musyawarah dalam menyelesaikan masalah dan kegiatan saling mengisi dan bekerja sama. Agar rumah tangga yang dibangun berjalan dengan baik.
90 80
Diakhiri dengan teh manis karena dalam minuman teh terdapat tiga rasa yaitu manis, sepet, dan pahit. Dari istilah tiga rasa dalam minuman teh terkandung makna, apabila mendapatkan rizki yang berlebih seorang istri tidak boleh langsung bersenang hati dan memanfaatkan penghasilan tersebut tetapi menanyakan dari mana asalnya, saat riskinya sedikit seorang istri tidak memberikan tanggapan yang tidak menyenangkan terhadap suami namun memberikan semangat dan motivasi kepada suami agar tidak putus asa dan selalu berusaha. Seorang suami harus memberikan penjelasan dan pengertian atas rizki yang didapatkannya. SN mengungkapkan hal yang sama namun lebih ringkas menurutnya, suami dan istri harus bermusyawarah dalam memutuskan segala sesuatu, saling mengisi dan bekerja sama. Selain itu, seorang suami harus memberikan penjelasan dan pengertian atas rizki yang diperoleh untuk nafkah keluarganya. Menurut MM, dalam prosesi dulangan tidak harus jenis makanan yang enak dan minuman yang manis karena hanya sebagai simbol. Ini mengandung isyarat bahwa dalam rumah tangga harus dapat menerima semua kondisi walaupun makan seadanya. i. Sungkeman Menurut MH
sungkeman nilai pendidikannya adalah: “...
dihadapan orang tua harus menanggalkan jabatan dan kedudukannya.
91 80
Seorang anak tetap memohon doa restu kepada orang tua dalam segala hal.” ST berpendapat “Bentuk permohonan doa restu kepada kedua orang tua.” Yang disampaikan oleh ST juga disampaikan oleh IN dengan kata-kata: “... hormat kepada kedua orang tua ... untuk memohon doa restu ....” SN menjelaskan: “... bentuk dharma bakti anak kepada orang tua, memohon doa restu apabila akan melaksanakan sesuatu hal ....” MM juga menyampaikan hal yang pada intinya sama dengan mereka. j. Plangkahan Plangkahan adalah suatu acara atau ritual yang diadakan karena ada kakak yang belum menikah dengan cara bermacam-macam. Tergantung keinginan penyelenggara dan tidak ada keharusan dapat dilakukan dengan memotong benang lawe, pengantin memegang benang dan yang memotong adalah kakak yang didahului menikah. Dapat juga dengan memberikan nasi tumpeng dan ayam panggang atau dapat juga dengan hanya sungkeman/salaman saja. Initi dari ritual ini adalah sebagai bentuk dari permohonan doa restu dan penghormatan kepada kakak hal ini disampaikan oleh MH. Sedangkan sumber data yang lain menyatakan hal yang intinya sama yaitu sebagai bentuk permohonan untuk mendahului menikah kepada kakak yang belum menikah.
92 80
2. Dalam Dekorasi Ditinjau dari segi dekorasi dalam walimatul „ursy terdapat simbol: a. Kembar Mayang Menurut MH “... sebagai tanda bahwa sepasang pengantin masih dalam keadaan suci/belum berstatus, ... seharusnya kembar mayang dari pengantin pria namun sekarang membuat sendiri-sendiri.” Sedangkan ST tidak mengetahui nilai pendidikan dalam simbol ini. IN menjelaskan dengan rinci nilai pendidikan yang terdapat dalam simbol ini, menurutnya kembar mayang yang dibuat menyerupai burung atau unggas memiliki makna agar sepasang pengantin dapat mencontoh kehidupan merpati yang saling setia, ketika merpati telah memiliki satu ikatan maka mereka saling setia. Merpati tidak mencari kesenangan sendiri mereka saling berbagi dalam kesusahan dan kesenangan. Terlihat ketika mengkerami telurnya mereka saling berganti dan ngoloh (memberikan makan melalui mulut) anaknyapun bergantian. Agar telurnya dapat menetas maka kedua merpati sama-sama tirakat tidak boleh banyak makan dan telur harus dibolak-balik, bergantian mengkerami untuk mencari makan. Hal di atas mengajaran untuk meraih sukses manusiapun harus tirakat, baik itu dengan puasa atau dengan ikhtiar yang lain yang tidak menyimpang dari ajaran Islam. Jangan seperti itik yang menginginkan enaknya saja dan tidak bertanggung jawab. Itik hanya kawin dan bertelur, itik betina bertelur tetapi tidak mau mengkerami.
93 80
Itik jantan hanya mengawini dan tinggal dalam satu kandang dengan puluhan bebek karena tidak mengerami, maka itik tidak mengetahui siapa anaknya. SN memberikan nilai pendidikan dari bahan yang dibuat untuk kembar mayang yaitu janur. Bahwa janur memiliki manfaat dan sifatnya lentur sehingga dapat dibuat untuk pembungkus ketupat, mainan, dan hiasan jadi diharapkan pengantin juga memiliki sifat yang lentur mudah membaur dalam segala situasi dan kondisi agar bermanfaat. Peletakan kembar mayang di kanan kiri mengandung harapan agar ruang lingkup kemanfaatan yang diberikan pengantin meluas tidak hanya bagi keluarga namun masyarakat, agama dan bangsa. MM juga memberikan nilai pendidikan yang berbeda dari janur bahan yang digunakan untuk kembar mayang. Bahwa janur yaitu berasal dari kata jan dan nur. Jan berarti jannah (surga) dan nur adalah cahaya jadi janur mengandung makna cahaya surga semoga rumah tangga yang akan dibentuk seperti disurga yang penuh dengan kegembiraan. b. Patah, Manggolo dan Domas Saat ditanya mengenai patah, domas dan manggolo sumber data hanya menjelaskan maksudnya tetapi tidak memberikan nilai pendidikan yang tersimbolis dalam patah, domas, dan manggolo. Menurut MH “... patah bertugas mengipasi pengantin, sedangkan domas dan manggolo sebagai pelayan.”
94 80
Hal ini juga disampaikan oleh ST yaitu: “Patah bertugas mengipasi pengantin, sedangkan manggolo dan domas hanya sebagai pelengkap tergantung kebutuhan sesuai dengan biaya yang tersedia.” IN juga menyampaikan hal yang sama “... patah yang bertugas mengipasi pengantin .... Manggolo dan domas adalah abdi raja dan ratu, yang mempersiapkan keperluan raja dan ratu.” SN menjelaskan hal yang berbeda bahwa patah adalah simbol harapan dan keinginan untuk memperoleh anak yang berbakti kepada orang tua dan mendapatkan anak yang cantik. Domas dan manggolo adalah pembantu raja dan ratu, dimana raja dan ratu tidak menggunakan kekuasaan yang seenaknya tetapi mereka dapat bertindak bijak dan dapat hidup berdampingan dengan para pembantunya, dapat menjalin hubungan yang baik dengan bawahan. Ini mengandung pesan bahwa suami-istri harus dapat membaur dengan orang yang berada dibawahnya dalam status sosial. Sedangkan MM menjelaskan bahwa simbol ini merupakan adat tradisi keraton di mana pengantin diibaratkan raja dan ratu, sedangkan patah, manggolo dan domas sebagai pembantu. 3. Riasan Pengantin Ditinjau dari segi tata rias dalam walimatul „ursy terdapat beberapa simbol, diantaranya: paes, sanggul, bunga melati, mentul, centhung, dan perhiasan, dalam riasan pengantin ini yang mengetahui arti atau makna yang terkandung didalamnya hanya ibu MH, sumber informasi yang lain
95 80
mengatakan hanya sebagai riasan pengantin saja kecuali bunga melati. Menurut ibu MH bahwa: a. Paes Paes adalah riasan pengantin berwarna hitam di kening dan pelipis pengantin perempuan. Untuk membuatnya bulu halus dikening dan pelipis harus dikerik terlebih dahulu. Dalam proses pengkerikan perias pengantin membaca sembogo dan meniup ke kening pengantin. Sembogo/mantra yang dibacakan cukup panjang dalam mantra tersebut terdapat permohonan (seperti doa) tetapi kepada pitik mulus dan lainlain. Dikarenakan dalam sembogo terdapat mantra maka MH tidak menggunakan sembogo lagi diganti dengan bacaan basmallah Hal ini dilakukan karena takut terjerumus dalam syirik. Dalam paes mengandung makna luhur, paes ditengah kening disebut “gajah” (binatang zaman dahulu sebagai kendaraan para raja) maka diharapkan calon pengantin kelak memperoleh kedudukan luhur mulia. Paes dekat paes gajah disebut pengapit sebagai simbol sebagai biyung atau ibu, sedang simbol atau lambang bapak adalah paes panitis terletak dekat paes pengapit. Didekat panitis, yaitu godhek mengandung arti keturunan. b. Sanggul Riasan pengantin berupa gelungan yang memiliki arti bahwa perempuan yang telah menikah adalah perempuan yang sudah dewasa.
96 80
c. Mentul Hiasan yang diselipkan disanggul, yang berarti harus dapat menguasai diri dan bersifat lentur. Karena mentul juga ikut bergerak saar kepala bergerak. d. Centhung Menyerupai sisir yang diselipkan dirambut mengandung makna bahwa harus menyatu dengan keluarga, Allah, dan masyarakat. e. Perhiasan Perhiasan ini mengandung arti manusia harus memiliki perhiasan yang terpenting akhlak yang baik.
Untuk bunga melati dan ganti busana sumber data, memberikan pengertiannya, menurut MH bunga melati sebagai bunga bangsa yang harum putih, beliau juga memberikan alternatif jika bunga melati sulit didapat, maka dapat diganti bunga sedap malam yang sama putih dan harumnya. Bunga melati mengajarkan agar pengantin memiliki tingkah laku/perbuatan yang baik dan tidak diperbuat-buat agar meninggalkan nama yang harum. Menurut ST bunga melati “Karena harum dan putih”. Sedangkan IN menjelaskan “Pengantin harus memiliki watak dan perbuatan yang baik agar namanya harum dan tidak dicemooh orang lain”. MM juga memberikan penjelasan yang senada yaitu: “berwarna putih dan berbau harum itu merupakan sifat dari melati maka pengantin diharapkan memiliki akhlak yang baik.”
97 80
SN memberikan penjelasan mengenai bunga melati yang dirangkai dalam berbagai bentuk. Rangkaian pengertiannya sama dengan jalinan. Dalam membentuk keluarga itu tediri dari jalinan suami-istri. Ikatan suami istri berkembang menjadi keluarga. Jalinan keluarga membentuk masyarakat. Untuk membentuk masyarakat terdiri dari beberapa jalinan seperti bunga melati yang dirangkai dalam beberapa bentuk. Berdasarkan hal tersebut maka dapat memberikan pelajaran agar pengantin dapat menjalin keluarga harmonis dan hidub bermasyarakat yang baik pula agar memiliki nama yang baik dan harum serta tulus ikhlas seperti warna putih melati. Sedangkan ganti busana menurut MH dan ST
“Menandakan
cukup sandang dan pangan dalam kehidupannya kelak”. IN dan MM juga menyampaikan hal yang sama namun ditambai dengan “.... suami akan melindungi dan mengayomi istri serta mampu membina dalam membentuk keluarga.” SN juga memberikan penjelasan yang sama yaitu tercukupi sandang dan ditambahi “Menjaga kebersihan”.
98 80
BAB IV PEMBAHASAN
G. Pelaksanaan Walimatul ‘Ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Walimatul „ursy adalah suatu resepsi pernikahan yang diselenggarakan sebagai ucapan syukur dan pemberitaan kepada masyarakat atas terjadinya pernikahan. Untuk menyelenggarakan resepsi pernikahan masyarakat Candirejo menyebutnya dengan mantu. Sebelum resepsi dilaksanakan dan tetangga berdatangan untuk memberikan sumbagan mereka menyebutnya dengan nyumbang, dan saat menghadiri undangan resepsi mereka menyebutnya dengan walimah atau walimahan. Sebelum kata walimah dikenal, orang Jawa menyebutnya wiwoho. Islam masuk di Pulau Jawa disebarkan oleh para Sunan. Dalam penyebarannya para Sunan menggunakan kata walimah untuk menyebut suatu resepsi, hal itu diikuti dan berkembang sampai sekarang. Bahkan masyarakat sekarang kebanyakan sudah tidak mengenal wiwoho tetapi walimah. Walimah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah walimatul „ursy. Apabila dicermati pelaksanaan
walimatul
„ursy
di Candirejo
merupakan percampuran dari adat tradisi Jawa dengan ajaran Agama Islam. Terlihat dengan dimasukkannya mauidzotul hasanah, hiburan rebana, pembacaan ayat-ayat Al-Qur‟an dan beberapa ritual adat Jawa yang sudah
99 80
tidak dilakukan seperti pembuatan sajen, siraman, dan pemakaian busana pengantin basahan. Mendasarkan pada paparan hasil penelitian mengenai pelaksanaan walimatul „ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang penulis berpendapat bahwa walimatul „ursy sebagian besar dilakukan dengan tata urutan antara lain: Dilaksanakan jika ¾ dari tamu undangan telah hadir, pembawa acara memulai acara walimatul 'ursy dengan mengucapkan salam dan membacakan susunan acara serta memandu membuka acara walimatul 'ursy. Setelah acara dibuka, pembawa acara meminta kepada perias pengantin agar mengantarkan pengantin perempuan untuk duduk di pelaminan. Kemudian dilanjutkan dengan acara: 1) Atur Pasrah Penganten Penyerahan pengantin pria kepada tuan rumah (keluarga pengantin laki-laki) yang diwakili oleh juru bicara, posisi pengantin laki-laki di belakang juru bicara dengan didampingi oleh sanak keluarganya (pengiring) dan memberikan nasehat agar menjadi seorang
suami
yang
baik
serta
bertanggung-jawab
kepada
istri/keluarganya kelak. Disamping itu, juru bicara juga mengucapkan terima kasih atas segala sambutan dari tuan rumah serta memohon maaf apabila terjadi kesalahan, tingkah laku dan kekurangan selama resepsi berlangsung.
100 80
2) Atur Panampi Berupa jawaban tuan rumah (pengantin perempuan) atas seluruh isi sambutan dari juru bicara pengantin laki-laki. Dalam hal jawaban ini juga diwakili oleh juru bicara yang diapit oleh orang tua dari pengantin perempuan. Adapun jawaban tersebut berisi mengenai kesediaan keluarga untuk
menerima
menantu dan mendidik,
membimbing menjadi seorang suami yang bertanggungjawab. 3) Panggih Dalam acara ini sepasang pengantin dipertemukan dengan melakukan
beberapa
ritual
kemudian
pengantin
didudukan
dipelaminan, beserta orang tua dan patah. Acara selanjutnya pembacaan ayat suci Al-Qur‟an. 4) Atur Pambagyo Harjo Sambutan dari tuan rumah yang diwakili oleh juru bicara untuk mengucapkan selamat datang kepada para tamu dan ucapan terima kasih telah menghadiri acara tersebut dan para pihak yang membantu terselenggaranya resepsi pernikahan tersebut, serta memohon maaf jika terjadi kesalahan dalam tutur yang disampaikan serta kekurangan dalam memberikan tempat dan hidangan. 5) Istirahat Tamu undangan dipersilakan untuk menikmati hidangan makan siang dengan selingan hiburan rebana atau kaset, sedangkan pengantin berganti pakaian.
101 80
6) Mauidlzohtul Hasanah Berisi mengenai nasehat-nasehat dan bimbingan yang diberikan untuk pengantin baru dalam menjalani kehidupan berumah tangga kelak, dilanjutkan dengan doa. 7) Penutup Sebelum acara ditutup pembawa acara meminta maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Kemudian pembawa acara meminta pengantin dan keluarga mempersiapkan diri untuk berjabat tangan dengan tamu undangan. Untuk acara pengambilan foto dalam istilah Jawa dikenal dengan sebutan tedhak sungging disisipkan antara acara resepsi pernikahan sejak awal yang diawali dengan keluarga besar pengantin pria sebagai bentuk penghormatan, para tamu undangan terpilih, baru kemudian keluarga pengantin perempuan
H. Simbol-Simbol dalam Walimatul 'Ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Mendasarkan pada 2 (dua) contoh walimatul „ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang didalamnya terdapat beberapa simbol dari pernikahan adat Jawa dan dalam memberikan makna atau nilainilai yang terdapat dalam simbol-simbol walimatul „ursy para sumber data menerangakan dengan mengambil dari ajaran agama Islam. Simbol-simbol dalam walimatul „ursy di Candirejo adalah sebagai berikut:
102 80
i.
Balangan Suruh Balangan adalah kegiatan saling melempar antar pengantin yang hendak dipertemukan dengan gulungan daun siri. Di Candirejo balangan yang digunakan adalah daun sirih yang diisi gambir dan kapur sirih dan diikat benang. Kegiatan balangan ini melambangkan bertemunya cinta mempelai. Adapun maksud dari hal ini menandakan bahwa mereka adalah manusia bukan makhluk jadi-jadian yang menyamar menjadi pengantin dan saling membuang kejelekan untuk membentuk rumah tangga dan siapa yang melempar dahulu dia yang akan mendominasi dalam rumah tangga.
ii.
Salaman Penyambutan kedatangan pengantin laki-laki oleh mempelai perempuan, saling berjabat tangan sebagai bentuk rasa hormat.
iii.
Wiji Dadi Mempelai laki-laki menginjak telur ayam (jenis ayam kampung) sampai pecah, kemudian mempelai perempuan akan membasuh kaki sang suami dengan air bunga. Proses ini melambangkan seorang suami akan bertanggung jawab terhadap keluarga dan saling kerja sama antara suamiistri dalam segala hal. Disamping itu, pengantin wanita siap pula melayani suami baik lahir maupun batin. Menurut ajaran Islam acara ini dianggap melanggar karena akan memubadzirkan telur yang seharusnya dapat dimakan namun menjadi terbuang karena pecah dan tecampur air bunga, untuk menghindari hal tersebut maka telur dicuci dulu dan dibungkus plastik agar dapat digunakan lagi. Atau hanya simbolis menginjak telur tetapi telur masih utuh. Air yang digunakan untuk mencuci adalah air
103 80
bunga yang memiliki nilai pendidikan agar pikiran selalu dingin dan meninggalkan nama yang baik. Ritual ini sudah terpengaruh oleh ajaran Islam agar tidak memubadzirkan telur. Nilai pendidikan dalam ritual ini tidak terlepas dari Al-Qur‟an yang menyatakan suami adalah pemimpin dalam rumah tangga, suami yang memutuskan suatu permasalahan dan istri memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. iv.
Sinduran Sindur (isin mundur) mengandung makna pantang menyerah dan berani karena benar, sering disebut dengan istilah gendong manten, bahwa orang tua pengantin dapat membimbing dan menunjukkan jalan kehidupan bagi sang anak, sedang ibunda mendukung dari belakang. Selain itu, acara ini juga memberikan lambang bahwa kedua orang tua pengantin perempuan telah menyelesaikan tugas/kewajiban mereka kepada sang anak dengan cara menikahkan dengan pengantin pria. Berjalan perlahan-lahan dengan menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa kedua mempelai sudah diterima sebagai keluarga, tidak pilih kasih dalam memberikan kasih sayang serta pengantin telah memiliki satu kesatuan dalam hidup berumah tangga. Nilai pendidikan dalam acara ini mengambil semboyan dari la tai asu agar tidak putus asa dan pantang menyerah dalam segala hal terutama dalam rumah tangga. Islam juga mengajarkan untuk mendidik anaknya
104 80
dengan baik, hal ini tersimbolis dari ayah yang berjalan di depan pengantin untuk menunjukkan dan membimbing ke jalan yang baik. v.
Tanem Setelah dibimbing dan ditunjukkan jalan yang baik maka anak ditempatkan di tempat yang tepat hal ini tersimbolis dari tanem. Hai ini merupakan ungkapan orang tua agar sang anak dapat mandiri, didudukkan sejajar dikursi pengantin, suami dan istri bekerja sama dalam memikul tanggung jawab untuk mewujudkan keluarga yang bahagia.
vi.
Timbangan Kedua mempelai duduk di pangkuan atau duduk rapat di sebelah kanan dan kiri ayah mempelai perempuan dan harus dikatakan "sama beratnya" sebagai tanda kasih sayang orangtua terhadap anak dan menantu sama besarnya tidak ada yang istimewa karena sudah menjadi pasangan pengantin. Dan cinta kedua pengantin sama besarnya.
vii.
Kacar-Kucur Pengantin pria menuangkan campuran kedele, kacang tanah, beras, beras ketan, jagung disertai rempah-rempah, bunga dan mata uang logam dengan berbagai nilai. Pengantin wanita menerima itu dengan selendang kecil setelah itu kemudian dilipat dan diikat. Nilai pendidikan dalam hal ini juga mengambil dari ajaran Islam bahwa salah satu kewajiban suami adalah memberikan nafkah, hal ini tersimbolis dalam prosesi ini saat suami mengucurkan berberapa barang dan diterima oleh istri dengan selendang. Sebaliknya, pengantin perempuan haruslah siap menjadi istri
105 80
yang baik dalam menerima pemberian suami, bersikap peduli, hemat dan juga teliti. viii.
Dulangan Pasangan pengantin makan bersama dan saling menyuapi, prosesi ini, diakhiri dengan minum teh manis yang melambangkan bahwa kedua mempelai menikmati kebersamaan sehingga kehidupan keluarga juga diharapkan selalu berakhir “manis” meskipun kepahitan dan perjuangan merupakan hal yang nyata dalam perkawinan. Namun ada juga yang dengan minum air putih dan makan apa adanya ini memberikan gambaran bahwa dalam rumah tangga harus mampu dalam mengatasi semua kondisi. Tidak selalu dapat menikmati makanan yang enak dan lezat saja. Hal ini juga melambangkan suami istri harus dapat saling mengisi dan berbagi. Islam juga mengajarkan untuk hidup sederhana, maka dalam dulangan sudah tidak ada keharusan untuk menyediakan makanan dan minuman tertentu. Agar pengantin dapat menerima semua hidangan yang dapat disediakan.
ix.
Sungkeman Kedua pengantin meminta doa restu dari kedua orang tua, pertama kepada orang tua pengantin perempuan, dilanjutkan ke orang tua pengantin laki-laki. Kedua pengantin berjongkok (seakan) menyembah orang tua mereka. Para orang tua menerima sungkem kedua mempelai mengulurkan tangan kanan untuk dijabat dan dicium, sedangkan tangan kiri mengelus kepala pengantin. Selama sungkeman, perias mengambil dan
106 80
menyimpan keris yang dipakai pengantin pria dan dipakaikan kembali setelah sungkeman selesai. Karena keris adalah pusaka dan lambang kesatria, maka kurang sopan jika dipakai untuk berjongkok. Islam sangat menjunjung tinggi derajar seorang ibu bahkan Rosulullah bersabda bahwa surga di bawah telapak kaki ibu. Saat prosesi ini mengambil pelajaran dalam hais tersebut dengan sungkem kepada ibu dulu kemudian ayah. Kewajiban untuk berbakti kepada orang tua harus tetap dilaksanakan tanpa mengenal status sang anak hal ini tersimbolis dari keris yang diambil saat sungkeman. x.
Plangkahan Diadakan prosesi ini karena Islam menghormati saudara yang lebih tua. Prosesi ini merupakan permohonan doa restu dan wujud rasa hormat kepada kakak yang tertua. Hal ini, dilakukan apabila terdapat kakak yang belum menikah tetapi sang adik mendahului. Ditinjau dari dekorasi dalam pelaksanaan walimatul „ursy, sebagai
berikut: 1. Kembar Mayang Janur meruapakan gabungan dari kata jan (jannah) dan nur yang berasal dari bahasa Arab yang berarti surga dan cahaya. Diharapkan pengantin mendapatkan keluarga yang bahagia seperti disurga. kembar mayang merupakan rangkaian yang dibuat dari janur dan ditancapkan pada potongan pohon anak pisang, yang terdiri dari beberapa ornamen. Di Candirejo hanya terdapat ornamen yang menyerupai burung. Merupakan
107 80
lambang dari burung merpati, mengandung makna agar sepasang pengantin dapat mencontoh kehidupan merpati yang saling setia, dan saling berbagi dalam suka dan duka. Harus memiliki manfaat bagi keluarga, masyarakat, dan agama. 2. Patah, Manggolo, dan Domas Manggolo dan domas adalah pembantu raja dan ratu yang memiliki tugas masing-masing. Raja dan ratu tidak memerintah dengan seenaknya saja tetapi dengan kebijaksanaan dan welas asih agar terjalin kerjasama yang baik. Diharapkan pengantin dapat mencontoh raja dan ratu dalam hidup berdampingan dengan siapa saja baik dengan yang status sosialnya berada dibawahnya. Serta harapan untuk mendapatkan anak yang cantik dalam fisiknya dan memiliki akhlak yang mulia tersimbolis dari patah yaitu anak kecil yang dirias yang bertugas mengipasi pengantin. Ditinjau dari segi tata rias dalam walimatul „ursy terdapat beberapa simbol, diantaranya: 1. Paes Paes adalah riasan pengantin berwarna hitam di kening dan pelipis pengantin perempuan. Paes mengandung makna luhur, paes ditengah kening disebut “gajah” (binatang zaman dahulu sebagai kendaraan para raja) maka diharapkan calon pengantin kelak memperoleh kedudukan luhur mulia. Paes dekat paes gajah disebut pengapit sebagai simbol sebagai biyung atau ibu, sedang simbol atau lambang bapak adalah paes
108 80
panitis terletak dekat paes pengapit. Didekat panitis, yaitu godhek mengandung arti keturunan. 2. Bunga Melati Melati adalah jenis bunga yang berwarna putih berbau harum, namun jika sulit dapat diganti bunga sedap malam. Makna yang terkandung didalamnya adalah agar pengantin memiliki perbuatan/tingkah laku yang baik (warna putih bunga melati) dan tidak dibuat-buat (aroma wangi bunga melati) agar dapat meninggalkan nama yang baik. 3. Sanggul Merupakan bentuk dan seni dari suatu tata rias yang mengalami perubahan sesuai dengan model. Yang merupakan kebiasaan kebanyakan perempuan Jawa memiliki rambut yang panjang dan digelung. Sanggul pengantin menandakan bahwa pengantin perempuan telah dewasa. 4. Raja Keputren Perlengkapan perhiasan yang digunakan dalam busana pengantin wanita, merupakan suatu simbol peringatan kepada manusia agar mempunyai sifat sportif dan konsekuen. Dan memiliki perhiasan akhlak yang baik. 5. Mentul/Cundhuk Mentul Mentul berjumlah lima buah merupakan simbol lima nafsu manusia, yaitu nafsu kasih sayang, nafsu kenikmatan, nafsu keinginan, nafsu kekuasaan dan nafsu kesucian. Mentul mengandung arti bahwa
109 80
pengantin diharapkan dapat menguasai kelima nafsu tersebut agar menjadi sempurna, dan harus lentur dalam semua kondisi. 6. Centhung Hiasan pada rambut sejenis sisir yang ujungnya melengkung dan dipasang pada rambut. Centhung merupakan simbol kesempurnaan manusia untuk menyatu dengan Allah, keluarga, dan masyarakat. 7. Ganti Busano Mengganti pakaian yang dikenakan oleh pengantin, yang dilakukan sekali dalam prosesi tersebut tetapi adakalanya diganti sampai tiga kali atau lebih. Terkandung makna yakni tercukupinya sandang dalam suatu keluarga yang hendak dibentuk dan dibina serta menjaga kebersihan.
I. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang Terdapat Dalam Walimatul 'Ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Simbol-simbol yang terdapat dalam acara walimatul 'ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam yaitu: i.
Saling membuang kejelekan suami dan istri, (nilai pendidikan dalam balangan suruh)
ii.
Suami akan bertanggung jawab terhadap istri dan kelangsungan hidup keluarga, dalam hal pemberian nafkah baik secara batiniah dan lahiriah (nilai pendidikan Islam dalam kacar-kucur dan wiji dadi)
110 80
iii.
Penghormatan kepada suami oleh sang istri karena dianggap sebagai kepala keluarga dan pengambil keputusan sedangkan istri berperan sebagai pemberi pendapat dan dukungan dalam pengambilan keputusan (nilai pendidikan Islam dalam wiji dadi dan salaman).
iv.
Menjaga nama baik sehingga memiliki nama yang baik (harum) dalam keluarga dan masyarakat serta pikiran selalu dingin dan tidak cepat marah dalam menghadapi berbagai macam masalah dan berusaha mencari penyelesaiannya (nilai pendidikan Islam dalam air yang digunakan untuk mencuci kaki saat wiji dadi).
v.
Adanya kesetaraan dalam memberikan kasih sayang kepada menantu dan anak sendiri, jika dalam pernikahan anaknya terdapat permasalaha maka orang tua sebagi penengah yang dapat memberikan solusi serta merukunkan kembali. Adanya tanggung jawab yang sama antara suami dan istri dalam membentuk keluarga yang utuh dan saling bekerja sama (nilai pendidikan Islam dalam tanem dan timbangan).
vi.
Peran dan tanggung jawab ayah harus dapat membimbing dan menujukkan jalan yang menuju kearah yang baik berlandaskan ajaran agama dan ibu yang selalu memberi motivasi (nilai pendidikan Islam dalam sinduran).
vii.
Menikmati kebersamaan dan kerukunan dalam membina keluarga yakni: saling memberi dukungan dalam segala hal serta dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul dengan bermusyawarah (nilai pendidikan Islam dalam dulangan).
111 80
viii.
Tetap hormat kepada orang tua meskipun sang anak telah berkeluarga dan telah memiliki jabatan, karena orang tua-lah yang menjadikan sang anak menjadi sukses apa tidaknya (nilai pendidikan Islam dalam sungkeman).
ix.
Memiliki rasa hormat kepada saudara yang tertua (nilai pendidikan Islam dalam plangkahan)
x.
Dapat berhubungan baik dengan keluarga dan masyarakat walaupun status sosialnya berada dibawahnya (nilai pendidikan Islam dalam domas dan manggolo serta rangakaian bunga melati).
xi.
Sepasang pengantin saling setia, berbagi dalam suka dan duka. Harus memiliki manfaat bagi keluarga, masyarakat, dan agama (nilai pendidikan Islam dalam kembar mayang).
xii.
Harapan untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi dengan menjadi ayah ibu dan memiliki keturunan (nilai pendidikan Islam dalam paes).
xiii.
Memiliki perbuatan yang baik yang dapat meninggalkan nama baik dan menjalin hubungan yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat (nilai pendidikan Islam dalam bunga melati).
xiv.
Memiliki kedewasaan (nilai pendidikan Islam dalam sanggul).
xv.
Memiliki sifat konsekuen dan sportif sebagai indikasi akhlak yang baik (nilai pendidikan Islam dalam raja keputren/perhiasan).
xvi.
Dapat mengendalikan diri dan dapat membaur dalam setiap kondisi dengan tetap berpedoman pada prinsip (nilai pendidikan Islam dalam mentul).
112 80
xvii.
Ketaatan manusia terhadap Allah dengan menjalankan perintahnya dan menjahui larangannya (nilai pendidikan Islam dalam centhung).
xviii.
Menjaga kebersihan dan tercukupi sandang (nilai pendidikan Islam dalam ganti busano).
J. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Islam Pada Simbol Walimatul ‘Ursy Dalam Kehidupan Masyarakat di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Sesuai dengan hasil temuan di lapangan maka penulis dapat memaparkan beberapa hal mengenai implementasi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam simbol walimatul ‟ursy di Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang bagi pengantin, orang tua dan masyarakat. Kenyataan yang ditemui bahwa simbol-simbol dalam walimatul „ursy telah tercover dalam ajaran agama Islam. Jadi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tanpa mereka sadari. Menurut pendapat Bp. IN, mengemukakan bahwa dalam acara walimatul „ursy dengan menggunakan simbol-simbol Jawa yang terjaga secara turun temurun, sehingga generasi sekarang kurang mengetahui makna dan arti yang terkandung dalam simbol-simbol tersebut. Namun, dalam kehidupan sehari-hari mereka telah mengimplementasikan nilai pendidikan tersebut. Mereka
(suami-istri)
mengerti,
memahami
dan
mengetahui
serta
melaksanakan apa yang menjadi tanggung-jawabnya, seperti: suami bekerja sebagai upaya mencari nafkah dan diberikan kepada istri.
113 80
Warga Candirejo yang mayoritas muslim dan kebanyakan dari mereka juga aktif dalam kegiatan keagamaan, sehingga mereka juga memiliki ilmu agama yang tidak sedikit. Menurut Bp. SN, walaupun mereka tidak mengerti nilai-nilai pendidikan Islam dalam simbol-simbol walimatul „ursy mereka telah mengimplementasikan nilai-nilai tersebut, misalnya: sungkeman, nilai pendidikan Islam dalam simbol ini telah diimplementasikan ketika anak telah menikah dan memiliki rumah sendiri tetapi sang anak tetap mengunjugi orang tuanya sebagai dharma bakti anak kepada orang tua. Sedangkan menurut Bp. KH. MM, menerangkan dengan berbekal ilmu agama, pengetahuan dan nasehat serta cara mendidik yang diterapkan orang tua kepada anaknya, maka pasangan pengantin baru akan menerapkan nilainilai pendidikan Islam dalam simbol-simbol walimatul „ursy mereka tidak sadar bahwa mereka melakukan sesuatu itu sesuai dengan simbol-simbol walimatul „ursy seperti : 1. Suami mencari nafkah, istri memanfaatkan nafkah tersebut dengan teliti. 2. Istri patuh terhadap suami dan melayani suami dengan baik. 3. Adanya keinginan untuk hidup mandiri, dalam arti mereka ingin membentuk keluarga sendiri tidak ingin bergantung dari orang tuanya seperti memenuhi kebutuhan keluarga dan berusaha menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah antara suami istri. 4. Tetap menjalin hubungan yang baik terhadap kedua belah pihak orang tua, keluarga dan masyarakat.
114 80
5. Memberikan pendidikan dan contoh teladan kepada anak-anak agar menjadi anak yang soleh. Ditinjau dari pelaksanaan walimatul ‟ursy sebagaimana yang terjadi dalam walimatul ‟ursy NY dengan SES dan SD dengan SS menurut penulis prosesi resepsi pernikahan yang terjadi di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang merupakan perpaduan dari adat tradisi Jawa dengan ajaran agama Islam. Syarat-syarat dalam rukun nikah telah dipenuhi dan sesuai dengan ajaran agama Islam sebagaimana tercantum dalam Al-Qur-an dan Al-Hadist. Informasi yang didapatkan dari NY, bahwa NY tidak mengetahui nilainilai pendidikan Islam dalam simbol-simbol walimatul „ursy-nya secara rinci dan menyeluruh. NY hanya mengetahui beberapa simbol dan pemahamannya sederhana yang terdapat dalam simbol salaman yang diartikan suatu keharusan saat bertemu, mencuci kaki yaitu istri taat kepada suami, kacarkucur (NY menyebutnya suntak-suntakan) yang berarti nafkah dari suami diberikan kepada istri, sungkeman yakni minta restu kepada orang tua, dan plangkahan berarti meminta ijin kepada saudara tertua untuk mendahului melangsungkan pernikahan. Sederhana dan ringkas pendidikan yang NY tangkap dari simbolsimbol dalam walimatul „ursy-nya. Akan tetapi, NY memiliki keinginan yang kuat untuk membangun keluarga yang bahagia dengan melaksanakan tanggung jawab masing-masing sebagai suami istri dengan baik. Mereka saling setia meskipun SES bekerja di Yogyakarta sedangkan NY bekerja
115 80
sebagai karyawan swasta di Ungaran. Ketika SES pulang maka NY melayani suami dengan ikhlas dan senang hati, penghasilan dari SES diserahkan ke NY. Sedangkan menurut SD mengenai nilai-nilai pendidikan Islam dalam walimatul „ursy mengungkapkan
hal yang sama dengan pendapat yang
disampaikan NY. Orang tua SD menyatakan bahwa beliau tidak begitu mengerti dan paham mengenai beberapa ritual yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam dalam simbol walimatul „ursy. Beliau hanya mengikuti apa yang dianjurkan oleh ST. Namun berdasarkan wawancara dengan orang tua SD penulis dapat menyimpulkan bahwa orang tua SD telah mengimplementasikan nilai pendidikan dalam simbol sinduran yaitu meminta SD dan SS untuk segera menikah untuk menghindari fitnah dan menjaga nama baik keluarga. Sedangkan dalam simbol timbangan dan tanem orang tua SD tidak langsung melepaskan SD dan SS membentuk rumah tangga sendiri tetapi orang tua menjadi pelindung dengan tetap tinggal bersama mereka dalam rumahnya. Masyarakat Candirejo mengenai simbol-simbol dalam walimatul „ursy telah mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan Islam dalam bentuk membina kerukunan dalam bermasyarakat dan kegiatan keagamaan serta jika ada tetangga yang sakit segera menjenguknya secara rombongan. Ketika di salah satu dusun terdapat orang yang meninggal dunia, maka di setiap dusun disiarkan berita kematian tersebut kemudian warga berdatangan untuk berbela sungkawa. Pasangan suami baru ini status sosialnya telah berubah maka sang istri bergabung dengan ibu-ibu dalam PKK dan berjaji. Suami mengikuti
116 80
organisasi dengan bapak-bapak baik dalam bentuk perkumpulan selapanan atau kegiatan yang lain ini merupakan implementasi dalam nilai-nilai yang terkandung dalam rangkaian bunga melati
117 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah mengadakan penelitian dan berdasarkan data yang ditemukan di lapangan, maka penulis dapat memberikan kesimpulan mengenai: 1. Simbol-simbol yang terdapat dalam walimatul „ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, antara lain : a. Saat acara panggih: k. Balangan suruh
p. Timbangan
l. Salaman
q. Kacar-kucur
m. Wiji dadi
r. Dulangan
n. Sinduran
s. Sungkeman
o. Tanem
t.
Plangkahan
1) Sanggul
4)
Centhung
2) Paes
5)
Mentul
3) Bunga melati
6)
Perhiasan
b. Dalam dekorasi terdapat: 1) Kembar mayang 2) Domas 3) Manggolo 4) Patah. c. Riasan pengantin terdapat:
83
2. Nilai-nilai pendidikan Islam dari simbol-simbol dalam walimatul „ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.1 Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Simbol-Simbol Walimatul ‘Ursy
1 2 3
Simbol-Simbol Walimatul „ursy Balangan suruh Salaman Wiji dadi
4
Sinduran
5
Tanem
6
Timbangan
7
Kacar-kucur
8
Dulangan
9
Sungkeman
10
Plangkahan
11
Bunga melati
12
Kembar mayang
13
Paes
14 15 16 17 18
Sanggul Perhiasan Mentul Centhung Ganti busano
No
Nilai Pendidikan Islam Saling membuang kejelekan suami dan istri Penghormatan kepada suami oleh istri Sebagai kepala keluarga mampu menyelesaikan apabila mendapat suatu permasalahan, di mana istri memberikan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan Tanggung jawab orang tua tidak lepas sampai menikahkan anaknya dan ibu selalu memberikan dorongan atas tanggung jawab tersebut kepada sang ayah Kerja sama antara suami dan istri dalam memikul tanggung jawab bersama untuk mewujudkan keluarga yang bahagia Orang tua harus menjadi pelindung terhadap anakanaknya, tanpa ada pembedaan/pilih kasih, sebagi penengah saat terjadi permasalahan dalam rumah tangga anaknya Suami harus mencari nafkah dan memberikan kepada istri baik lahiriah dan batiniah Bermusyawarah untuk memutuskan segala sesuatu, saling mengisi dan bekerja sama Anak melaksanakan kewajiban untuk hormat dan patuh terhadap orang tuanya dan permohonan doa restu kepada orang tua untuk membentuk keluarga dengan pasangan Adik menghormati dan memohon restu kepada saudara tertua saat pernikakannya mendahului kakak Memiliki akhlak yang baik dan meninggalkan nama baik dan menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama Sepasang pengantin saling setia, berbagi dalam suka dan duka. Harus memiliki manfaat bagi keluarga, masyarakat, dan agama Mendapatkan kedudukan yang tinggi dengan menjadi ayah ibu dan memiliki keturunan Memiliki kedewasaan Memiliki sifat konsekuen dan sportif Dapat mengendalikan diri dan tidak bersifat kaku Manusia taat kepada Allah Menjaga kebersihan
83
84
3. Implementasi nilai pendidikan Islam pada simbol walimatul „ursy dalam kehidupan masyarakat di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, yakni : 6. Kewajiban suami mencari nafkah, suami sebagi kepala keluarga dan pemgambil keputusan. 7. Istri taat dan patuh terhadap suami 8. Adanya kewajiban hidup mandiri dengan penuh tanggung jawab dan bekerja sama. 9. Tetap berbakti kepada orang tua walaupun telah menikah dan memiliki keluarga. 10. Orang tua memberikan perlindungan dam membimbing anaknya dalam membentuk rumah tangga pada awal-awal pernikahan. 11. Kerukunan dan gotong royong dalam hidup bermasyarakat.
B. Saran-Saran 1. Bagi Para Calon Pengantin Dalam pelaksanaan tata cara pernikahan tersebut diharapkan tidak hanya mengikuti apa yang dikatakan perias, namun dapat mengetahui dan memahami maksud dan nilai pendidikannya. Simbol-simbol yang dilakukan dan yang terdapat dalam walimatul 'ursy dapat diterapkan atau terimplementasi dalam kehidupan berumah tangga. 2. Bagi Perias Pengantin Menurut penulis para perias diharapkan mengetahui arti dari simbol-simbol walimatul „ursy dan memadukan ajaran agama Islam
84
85
dengan adat/tradisi pernikahan Jawa tersebut dan tata cara yang dilakukan bukan hanya asal merias dan memandu acara walimatul 'ursy. 3. Bagi Masyarakat Dalam acara resepsi/walimatul „ursy masyarakat diharapkan tidak hanya sebagai penonton yang menikmati acara dalam walimatul 'ursy tetapi dapat mengetahui arti dan maksud dari simbol-simbol dan ritual yang terdapat dalam walimatul 'ursy. Nilai-nilai yang tedapat dalam simbol-simbol walimatul 'ursy dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. C. Penutup Dengan rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas terselesainya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan bahwa terdapat kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Penulis mengharap kritik yang konstruktif dan saran dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
85
86
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, M. Nipan. 2007. Membahagiakan Istri Sejak Malam Pertama. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Departemen Agama Jakarta. 1992. Al-Qur‟an dan Terjemahan, Semarang: Tanjung Mas Inti. Furchan, Arif . Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif,. Surabaya: Usaha Nasional. 1992 Hamid Kisyik, Abdul. 1995. Bimbingan Islam Untuk Mencapai Keluarga Sakinah. Bandung:Al Bayan. Harjono, Anwar. 1987. Hukum Islam Keluasan dan Keadilannya. Jakarta: Bulan Bintang. Mahalli, Munjad. 2007. Menikahlah Engkau Menjadi Kaya. Yogyakarta: Mitra Pustaka Miles, Matthew B. 1992 Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Ui-Press.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sansin. Shihab, Qurais. M. 1996. Wawasan Al-Qur‟an. Bandung: Mizan.
Sumarsono, 2007. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa. Yogyakarta: Narasi
Syarifudin, Amir. 2006. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Jakarta: Prenada Media. Takariawan, Cahyadi. 2005. Di Jalan Dakwah Aku Menikah. Solo: Intermedia.
Washifi, Muhammad. 2007. Mencapai Keluarga Barokah. Yogyakarta: Mitra Pustaka,
86
87
Yunus, Mahmud. 1996. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung. http://heritageofjava.com/portal/article.php?story=200903100130559, akses 12 Nopember 2009. http://heritageofjava.com/portal/article.php?story=2009031001305597, akses 12 Nopember 2009. http://www.tasteofjogja.com/web/ida/ Nopember 2009.
detailbud.asp?idbud=287,
akses
http://www.dhuha.net/id/content/islam/counseling/konsep-walimah-perayaannikah-alam-islam, akses 12 Nopember 2009.
87
12