HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA DI DUSUN KINTELAN LOR DESA CANDIREJO KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH : GUNAWAN WIBISONO 111 08 033
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA DI DUSUN KINTELAN LOR DESA CANDIREJO KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH : GUNAWAN WIBISONO 111 08 033
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
Siti Rukhayati, M. Ag. DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Gunawan Wibisono NIM : 11108033 Jurusan/ Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam Judul :HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA DI DUSUN KINTELAN LOR DESA CANDIREJO KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 3 Nopember 2012 Pembimbing,
Siti Rukhayati, M. Ag. NIP.19770403 200312 2003
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
SKRIPSI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA DI DUSUN KINTELAN LOR DESA CANDIREJO KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012
DISUSUN OLEH: GUNAWAN WIBISONO NIM: 11108033
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 5 Desember 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
:H. Agus Waluyo, M.Ag.
Sekretaris Penguji
:Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.
Penguji I
:Drs. A. Bahruddin, M.Ag.
Penguji II
:Mufiq, S.Ag., M.Phil.
Penguji III
:Siti Rukhayati, M.Ag. Salatiga, 14 Desember 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: GUNAWAN WIBISONO
NIM
: 11108033
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 29 Oktober 2012 Yang menyatakan,
GUNAWAN WIBISONO
MOTTO
Ÿ@ yèy_ ur ¾ÏmÎ7ù=s%ur ¾ÏmÏèøÿxœ 4’n?tã tLsêyz ur 5O ù=Ïæ 4’n?tã ª! $#ã&©#|Ê r&ur çm1uqyd ¼çmyg»s9Î)x‹ sƒªB$#Ç` tB |M ÷ƒuätsùr& ÇËÌÈ tb rã©.x‹ s? Ÿx sùr&4«! $#ω ÷èt/ .` ÏB ÏmƒÏ‰ öku‰ ` yJ sù Zouq»t± Ïî ¾ÍnÎŽ|Ç t/ 4’n?tã Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Q.S Al- Jasiyah:23)
PERSEMBAHAN Sekripsi ini penulis persembahkan kepada: v
Kedua orang tuaku Bapak Muslim Anwari dan Ibu Siti Jariyah tersayang yang telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran
v
Seseorang yang spesial dalam hatiku yang akan menjadi pendampingku dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia sampai akhirat nanti
v
Kakak-kakak dan adikku yang telah memberi motivasi dan dorongan
v
Sahabat-sahabat yang senantiasa memberi bantuan dan dorongan selama penyusunan skripsi ini
v
Seluruh keluarga besarku, terima kasih atas doa dan motivasi yang telah diberikan.
KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan
rahmad
dan
hidayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan sekripsi ini tanpa halangan suatu apapun. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nanti-nantikan syafaatnya besok di yaumul qiamah. Amin Allahumma Amin. Sekripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah STAIN Salatiga. Dalam penyelesaian sekripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut penulis hanya bisa mengucapkan banyak trima kasih, dengan teriring doa semoga amal baik yang telah diberikan, mendapat pahala disisi allah SWT. Untuk itu penulis ucapkan banyak trima kasih kepada Yth: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua program studi pendidikan agama Islam STAIN Salatiga. 3.
Siti Rukhayati, M. Ag selaku pembimbing, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini.
4. Bapak/Ibu dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.
5. Karyawan-karyawati STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuannya. 6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual. 7. Bapak kepala Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang telah memberikan ijin dan bantuannya dalam penyelesaian sekripsi ini. 8. Seseorang yang spesial dalam hatiku yang akan menjadi pendampingku dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia sampai akhirat nanti 9. Sahabat-sahabat yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyelesaian sekripsi ini. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 29 Oktober 2012
GUNAWAN WIBISONO 11108033
ABSTRAK
Wibisono. Gunawan. 2012. Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Perilaku Keagamaan Remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. Sekripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Siti Rukhayati, M. Ag. Kata kunci: Kecerdasan Emosi, Perilaku Keagamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku keagamaan remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana kecerdasan emosi remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012? (2) Bagaimana perilaku keagamaan remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012? (3) Adakah hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku keagamaan remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dipakai untuk memahami keterkaitan antara variabel bebas yakni kecerdasan emosi dan variabel terikat yakni perilaku keagamaan.Metode pengumpulan data pada skripsi ini menggunakan angket dan dokumentasi. Yang kemudian dilakukan analisis dengan cara: (1) Analisis awal dengan perhitungan prosentase. (2) Analisis lanjutan dengan perhitungan rumus product moment. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah. (1) Tingkat kecerdasan emosi remaja Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012 berada pada kategori sedang, terbukti dari 30 remaja yang menjadi responden yang mendapat kategori sedang sebanyak 14 orang atau 46,67%, kategori tinggi sebanyak 4 orang atau 13,33% dan kategori rendah sebanyak 12 orang atau 40%. (2) Tingkat perilaku keagamaan remaja Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012 berada pada kategori sedang, terbukti dari 30 remaja yang menjadi responden yang mendapat kategori sedang sebanyak 14 orang atau 46,67%, kategori tinggi sebanyak 8 orang atau 26,66% dan kategori rendah sebanyak 8 orang atau 26,66%. (3) Ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku keagamaan remaja Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rxy (0,577) lebih besar dibandingkan r tabel 1% (0,463) atau 5% (0,361).
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL
i
HALAMAN LOGO STAIN
ii
HALAMAN JUDUL
iii
NOTA PEMBIMBING
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
viii
ABSTRAK
x
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penelitian
5
D. Hipotesis Penelitian
5
E. Kegunaan Penelitian
6
F. Definisi Operasional
6
G. Metode Penelitian
11
1.
Pendekatan dan Rancangan Penelitian
11
2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
12
BAB II
3.
Populasi dan Sampel
13
4.
Metode Pengumpulan Data
14
5.
Instrument Penelitian
15
6.
Analisis data
16
H. Sistematika Penulisan
17
KAJIAN PUSTAKA
20
A. Kecerdasan Emosional
20
1.
Pengertian Kecerdasan Emosi
20
2.
Macam-macam Emosi
23
3.
Pengembangan Kecerdasan Emosi
24
4.
Cara Mengukur Kecerdasan Emosional
28
B. Perilaku Keagamaan
29
1. Pengertian Agama Islam
29
2. Pengertian Perilaku Keagamaan
31
3. Unsur Perilaku Keagamaan
33
4. Faktor-Faktor Yang Mempengarui Religiusitas
38
5. Urgensi religiusitas
40
C. Hakikat Remaja
40
1. Pengertian Remaja
40
2. Perkembangan Fisik Remaja
43
3. Perkembangan Psikologi Remaja
45
4. Perilaku Menyimpang Pada Remaja
50
BAB III HASIL PENELITIAN
52
A. Gambaran Umum Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012
52
1.
Letak Geografis
52
2.
Keadaan Masyarakat
53
3.
Keadaan Remaja
54
B. Penyajian Data 1. Hasil Angket Kecerdasan Emosi
57
2. Hasil Angket Perilaku Keagamaan
59
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif
BAB V
57
61 61
1. Data Kecerdasan Emosi
61
2. Data Perilaku Keagamaan
68
B. Pengujian Hipotesis
75
C. Pembahasan
78
PENUTUP
80
A. Kesimpulan
80
B. Saran
80
C. Penutup
81
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL TABEL 3.1
Daftar penduduk menurut jenis kelamin Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012
TABEL 3.2
Daftar jenis pekerjaan penduduk Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
TABEL 3.3
53
54
Daftar remaja menurut jenis kelamin dan usia Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012
TABEL 3.4
55
Daftar nama responden penelitian Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012
55
TABEL 3.5
Jawaban responden dari angket kecerdasan emosi
57
TABEL 3.6
Jawaban responden dari angket Perilaku keagamaan
59
TABEL 4.1
Hasil angket kecerdasan emosi
61
TABEL 4.2
Interval kecerdasan emosi
64
TABEL 4.3
Nilai kategori kecerdasan emosi
65
TABEL 4.4
Persentase kecerdasan emosi remaja
67
TABEL 4.5
Hasil angket perilaku keagamaan
68
TABEL 4.6
Interval perilaku keagamaan
71
TABEL 4.7
Nilai nominasi perilaku keagamaan
71
TABEL 4.8
Persentase perilaku keagamaan remaja
74
TABEL 4.9
Tabel kerja untuk mencari korelasi antara variabel x dan y
75
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket ................................................................................... 1 Lampiran 2 Riwayat Hidup05 Lampiran 3 Keterangan SKK Lampiran 4 Lembar Konsultasi Lampiran 5 Surat Izin dan Tanda Bukti Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola pembangunan sumber daya manusia di Indonesia selama ini terlalu mengedepankan IQ (kecerdasan intelektual) dan materialisme tetapi mengabaikan EQ (kecerdasan emosi) terlebih SQ (kecerdasan spiritual). Pada umumnya masyarakat Indonesia memang memandang IQ paling utama, dan menganggap EQ sebagai pelengkap, sekedar modal dasar tanpa perlu dikembangkan lebih baik lagi. Fenomena ini yang sering tergambar dalam pola asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua, sekolah maupun masyarakat pada umumnya. Maka tidak heran kalau banyak remaja berprestasi tapi tidak sedikit kemudian mereka yang berprestasi juga menjadi remaja yang urakan dan mengabaikan tanggung jawabnya dalam menjalani proses pendidikan di sekolah dan pergaulan dimasyarakat. Dalam sudut pandang psikologis dan pendidikan, remaja diartikan sebagai tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, luar dan dalam, itu membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja, yang secara tidak langsung mempengarui perkembangan kecerdasan emosional remaja.
Pihak sekolah dan masyarakat telah berusaha sekuat tenaga mengatasi krisis perkembangan moral/akhlak remaja, tetapi makin lama keadaan justru semakin memburuk. Pada dasarnya faktor agama, lingkungan
masyarakat
dan
pergaulan
juga
menjadi
penentu
permasalahan-permasalahan diatas. Mengetahui diri sendiri berarti mengetahui potensi-potensi dan kemampuan yang dimiliki sendiri, mengetahui kelemahan-kelemahan dan juga perasan dan emosi. Dengan mengetahui hal tersebut, seseorang mestinya juga bisa mendayagunakan, mengekspresikan, mengendalikan dan juga mengomunikasikan dengan pihak lain (Suharsono, 2005: 119). Kecerdasan emosi untuk sekarang menjadi sangat penting untuk dimiliki mengingat telah muncul tekanan moral yang mendesak, yaitu saat-saat jalinan masyarakat mulai terurai semakin cepat ketika sifat mementingkan diri sendiri, kekerasan dan sifat jahat tampaknya telah mengikis sisi-sisi baik kehidupan masyarakat. dari sinilah muncul alasan untuk mendukung perlunya kecerdasan emosional yang bertumpu pada hubungan antara perasaan, watak dan naluri moral. Kecerdasan emosi merupakan sikap moral yang terbentuk melalui proses pengalaman sepanjang hidup dan bisa mengakar atau menjadi watak pada pribadi seseorang (Yasin Mustofa, 2007: 14). Semua permasalahan di atas merupakan sebuah realita yang mana kecerdasan emosional itu sangat berpengaruh tehadap tingkah laku (akhlak) dan perilaku keagamaan seseorang. Pengaruh kecerdasan
emosional bisa digambarkan melalui kekuatan emosi seseorang yang bisa lebih kuat dari pada kekuatan logikanya. Di tengah era globalisasi saat ini, masyarakat hanya menyelesaikan segala masalah dengan materi dan emosi saja. Ketika dihadapkan kepada suatu masalah mereka sakan-akan kehilangan pegangan hidup. Mereka melupakan kesadaran beragama dan berpegang pada pegangan hidup yang rapuh seperti hiburan, minuman keras, obat-obatan terlarang dan sebagainya.
Dengan
demikian
fitrah
manusia
yang
seyogyanya
menghadapkan persoalan hidupnya kepada agama yang terlahir sebagai fitrah dalam hidup manusia menjadi terlupakan. Maka dari itu, fenomena ini melatarbelakangi perlunya manusia kembali kepada agama. Dari pengamatan penulis Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang merupakan desa yang terletak diantara perbatasan kota Salatiga dan Kabupaten Semarang yang notaben remajanya memiliki tingkat emosional yang tinggi. Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosi dan perilaku keagamaan remaja, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Perilaku Keagamaan Remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012”.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana kecerdasan emosi remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012? 2. Bagaimana perilaku keagamaan
remaja di Dusun Kintelan Lor Desa
Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012? 3. Adakah hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku keagamaan remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kecerdasan emosi remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. 2. Untuk mengetahui perilaku keagamaan remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. 3. Untuk mengetahui adakah hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku keagamaan remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1991:62). Sedangkan menurut Hadi, Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar dan mungkin salah (Hadi, 1983:63).
Dengan penjelasan di atas, penulis dapat membuat hopitesis penelitian ini, yaitu: ada hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku keagamaan remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012.
E. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis Secara teoritik diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kwalitas generasi penerus bangsa pada umumnya, khususnya dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada serta dapat memberi gambaran mengenai pentingnya kecerdasan emosi pada remaja. 2. Secara praktis Bagi remaja dapat memperoleh pemahan tentang pentingnya kecerdasan emosi dan perilaku keagamaan agar bisa mengontrol setiap tidakan dengan didasari agama dan emosi yang stabil, bukan berdasarkan amarah dan ambisi. Karena remaja merupakan generasi penerus bangsa yang akan meneruskan cita-cita dan tanggung jawab negara.
F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah persepsi dan lebih mengarahkan pembaca dalam memahami judul skripsi ini penulis merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut. Adapun istilah- istilah yang perlu di jelaskan adalah sebagai berikut:
1. Kecerdasan Emosi a. Kecerdasan Dalam kamus besar bahasa Indonesia kecerdasan yaitu perihal cerdas; perbuatan mencerdaskan; kesempurnaan perkembangan akal budi (kepandaian, ketajaman pikiran) (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 209). Jadi yang dimaksud kecerdasan dalam sekripsi ini adalah perbuatan yang bertujuan mencerdaskan dan menyempurnakan perkembangan akal dan budi pekerti. b. Emosi Dalam kamus besar
bahasa indonesia emosi adalah
kecerdasan yang berkenaan dengan hati dan kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain, dan alam sekitar (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 209). Emosi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang bersumber dari perasan dan pikiran manusia. Jadi yang dimaksud kecerdasan emosi dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk merasakan, memahami, mengarahkan emosi, sehingga dapat dipahami secara proposional ketika berhadapan dengan tantangan hidup, musibah, dan perlawanan orang lain.
Adapun indikator kecerdasan emosi dalam penelitian ini adalah: 1) Pengendalian diri ketika mengalami kegagalan 2) Pelaksanaan tugas-tugas/pekerjaan dengan senang hati 3) Menerima kritik dari orang lain dengan lapang dada 4) Membantu teman yang sedang mengalami musibah 5) Mengatur waktu sebaik mungkin demi kesuksesan 6) Menjalin persahabatan dengan baik, meski berbeda pendapat 7) Menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan baik 8) Menasehati teman, bila kurang dalam menjalankan agamanya 9) Bersikap ramah dengan orang disekeliling 10) Mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan 2. Perilaku keagamaan remaja a. Perilaku Dalam kamus besar bahasa indonesia perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud digerakkan (sikap); tidak saja badan atau ucapan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 409) Perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan dengan didasari rasa sadar yang digerakkan oleh sikap.
b. Keagamaan
Keagamaan
adalah
penghayatan
nilai-nilai
agama
dan
kedalaman kepercayaan yang diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari, berdoa, dan membaca kitab suci (Hawari, 1996:5). Yang dimaksud keagamaan dalam penelitian ini adalah pemahaman terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam agama yang diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari dengan menjalankan segala apa yang diperintahkan dalam agama dan apa yang menjadi larangannya. c. Remaja Dalam kamus besar bahasa indonesia remaja adalah mulai dewasa; sudah sudah sampai umur untuk kawin; ia sekarang sudah bukan kanak-kanak lagi (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 944). Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang akan mulai dewasa baik dari segi fisik, psikis maupun biologis. Jadi perilaku keagamaan remaja dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan remaja dengan didasari rasa sadar yang digerakkan oleh sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam agama yang diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari dengan menjalankan segala apa yang diperintahkan dalam agama dan apa yang menjadi larangannya. Adapun indikator perilaku keagamaan remaja dalam penelitian ini diantaranya: 1) Melaksanakan shalat fardhu dengan baik
2) Berpuasa pada bulan ramadhan 3) Membaca Al-Qur’an 4) Berdzikir setelah shalat 5) Mengikuti kegiatan remaja masjid 6) Mengucapkan salam ketika masuk/keluar rumah 7) Melaksanakan puasa sunnah 8) Membaca buku-buku islami 9) Membantu pekerjaan orang tua di rumah 10) Menepati janji Jadi hubungan kecerdasan emosi terhadap perilaku keagamaan remaja dalam sekripsi ini adalah pengaruh yang ditimbulkan dari kecerdasan emosi yang berdampak pada perilaku keagamaan remaja di Dusun kintelan Lor desa Cndirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012.
G. Metode Penelitian Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data dan menganalisis data, maka penulis menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut: 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian a. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memahami keterkaitan antara variabel bebas yakni kecerdasan emosi,
dan variabel terikat yakni perilaku keagamaan remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. b. Rancanga penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah field research dengan variabel kecerdasan emosi dan perilaku keagamaan, untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku keagamaan remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. Field research dimaksudkan untuk mengetahui data responden secara langsung di lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan mengenai studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai unit sosial tersebut (Azwar, 1999:8). 2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian Sesuai judul penelitian, lokasi penelitian ini dilaksanakan di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Tahun 2012. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah sebagai berikut: Sepengetahuan penulis belum ada penelitian mengenai hubungan kecerdasan emosi terhadap perilaku keagamaan remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2012 sampai 9 Oktober 2012.
3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi atau universe adalah jumlah keseluruan dari unit analisa yang cirri-cirinya akan diduga. Dalam arti lain keseluruan subyek penelitian yang dapat dimintai informasi (Effendi, 1989:152) Dalam penelitian ini yang dimaksud populasi adalah remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Cndirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diselidiki (Arikunto, 1978:117). Sedangkan menurut Hadi sebagian dari populasi disebut sampel, dengan kata lain sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi (Hadi, 1994:221). Tenik pengambilan sampel adalah apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Sedangkan jika subyeknya lebih dari 100 orang
dapat
diambil
10%-15%
atau
20%-25%
atau
lebih
sesuai
kemampuannya (Arikunto, 1978:120). Untuk menghemat waktu dan tenaga, maka penulis menetapkan besar sampel berjumlah 30 remaja dari 116 jumlah remaja yang ada di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. Karena 25% dari 116 adalah 29, namun untuk lebih mempermudah hitungan maka penulis putuskan menjadi 30 orang remaja. Adapun teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah random sampling, yaitu pengambilan secara random atau acak. 4. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data akurat serta memperhatikan relevansi data dengan tujuan yang dimaksud,
maka dalam pengumpulan data
menggunakan beberapa teknik yaitu: a. Angket Angket yaitu metode pengumpulan data dengan memberikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 1993:124). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data kecerdasan emosi dan perilaku keagamaan remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012.
b. Dokumentasi
Dokumentasi
adalah
metode
penelitian
ditujukan
pada
penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber-sumber dokumen (Surakhmad, 1985:132). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi mengenai keadaan masyarakat, remaja dan demografi Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. 5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah, hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 1990:151). Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrumen, yaitu: a. Angket, instrumen ini diberikan kepada remaja yang digunakan sebagai alat untuk mengetahui data kecerdasan emosi dan perilaku keagamaan remaja Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. b. Dokumen, instrumen ini digunakan untuk mengetahui keadaan secara global mengenai keadaan masyarakat, remaja dan demografi Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. 6. Analisis Data a. Analisis awal
Setelah data dikumpulkan dengan lengkap selanjutnya adalah menganalisis data tersebut pada tahap ini dilakukan perhitungan awal dari data yang dipisahkan melalui data yang dipisahkan melalui prosentase dan analisis tiap-tiap item. Untuk menganalisis ini peneliti menggunakan rumus: × 100%
P=
Keterangan: P : Prosentase F : Frekuensi N : Jumlah total sampel b. Analisis Lanjutan Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel X dan Y peneliti mengolah data tersebut dengan menggunakan rumus Product Moment. Adapun rumusnya sebagai berikut:
(
= {
(
)
)(
}{
) (
)
}
Keterangan: rxy : Keofisien korelasi antara variabel x dan variabel y X : Variabel kecerdasan emosi remaja
Y : Variabel perilaku keagamaan remaja N : Frekuensi atau jumlah remaja yang diteliti Σ
: Sigma (jumlah)
H. Sistematika Penulisan Untuk dapat memberikan gambaran awal dari sekripsi ini perlu penulis paparkan mengenai sistematika penulisan: 1. Bagian Awal Dalam bagian awal mencakup beberapa hal meliputi, sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, moto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, serta daftar lampiran.
2.
Bagian Inti Skripsi memuat:
BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi oprasional, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Dalam
bab
ini
membahas
tentang
kajian
pustaka
yang
meliputi:kecerdasan emosional, pengertian kecerdasan emosional, macam-macam emosi, pengembangan kecerdasan emosional, cara mengukur kecerdasan emosi, perilaku keagamaan, pengertian agama islam, pengertian perilaku keagamaan, indikator perilaku keagamaan, faktor-faktor yang mempengarui religiusitas, urgensi religiusitas, hakikat remaja, pengertian remaja, perkembangan fisik remaja, perkembangan psikologi remaja, perilaku menyimpang pada remaja. BAB III: HASIL PENELITIAN Dalam bab ini menyajikan data yang peneliti peroleh dari penelitian yang meliputi: A. Gambaran umum Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang diantaranya: letak geografis, keadaan masyarakat dan keadaan remaja. B. Penyajian data, diantaranya: hasil angket kecerdasan emosi dan perilaku keagamaan remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. BAB IV : ANALISIS DATA Dalam bab ini membahas tentang: A. Analisis Deskriptif B. Pengujian hipotesis C. Pembahasan BAB V : PENUTUP
Membahas tentang kesimpulan dan saran 3. Bagian Akhir Pada bagian akhir memuat daftar rujukan, lampiran-lampiran dan riwayat hidup penulis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kecerdasan Emosi 1. Pengertian Kecerdasan Emosi Kecerdasan emosi adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan untuk merasakan, memahami, mengarahkan emosi sehingga dapat dipahami secara proposional ketika berhadapan dengan tantangan hidup, musibah dan perlawanan orang lain. Sehingga kecerdasan emosi untuk sekarang menjadi sangat penting untuk dimiliki. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahap menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas setres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa (Daniel Goleman, 1996: 45). Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah pada kejujuran suara hati (Ary Ginanjar, 2001: 42). Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya. Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan mental yang membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan
orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaanperasaan tersebut. Dapat diartikan
orang yang cerdas secara emosi bukan hanya
memiliki emosi atau perasaan-perasaan, tetapi juga memahami apa artinya. Dapat melihat diri sendiri seperti orang lain melihat kita, mampu memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan orang itu kita rasakan juga. Jadi, kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk merasakan, memahami,
mengarahkan
emosi,
sehingga
dapat
pahami
secara
proposional ketika berhadapan dengan tantangan hidup, musibah, dan perlawanan orang lain. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Tidak ada standar test EQ yang resmi dan baku. Namun kecerdasan Emosi dapat ditingkatkan, baik terukur maupun tidak. Tetapi dampaknya dapat dirasakan baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Banyak ahli berpendapat kecerdasan emosi yang tinggi akan sangat berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup.
Sebagaimana dalam Al-Qur’an Allah telah berfirman dalam surat Al- Ma’aarij ayat 19 sampai 23, yang berbunyi:
çŽösƒø:$# çm¡ tB #sŒÎ)ur ÇËÉÈ $Yã râ“y_ •Ž¤³ 9$#çm¡ tB #sŒÎ) ÇÊÒÈ %·æ qè=yd t, Î=äz z` »|¡ SM} $#¨b Î)* ÇËÌÈ tb qßJ ͬ!#yŠ öN ÍkÍEŸx |¹ 4’n?tã öN èd tûïÏ%©!$# ÇËËÈ tû,Íj#|Á ßJ ø9$#žw Î) ÇËÊÈ $¸ã qãZtB Artinya: Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat. Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya (Departemen Agama Republik Indonesia, 2005:836). Dalam hadis nabi juga ditegaskan betapa pentingnya kecerdasan emosi itu, sebagaimana Rosullah bersabda:
ُ ُ "ﻻَﯾَﺪْﺧ: َﻋﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﻗَﺎل ﻞ َ ُﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ اﷲِ ﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮْدٍرَﺿِﻲ اﷲُ ﻋَﻨْﮫُ ﻋَﻦِ اﻟﻨﱠﺒِﻲِّ ﺻَﻠﱠﻰَ اﷲ ُ اِنﱠ اﻟﺮﱠﺟُﻞَ ﯾُﺤِﺐﱡ اَنْ ﯾَﻜُﻮْنَ ﺛَﻮْب:ُ ﻗَﺎلَ رَﺟُﻞ،ٍاﻟْﺠَﻨﱠﺔَ ﻣَﻦْ ﻛَﺎنَ ﻓِﻰ ﻗَﻠْﺒِﮫِ ﻣِﺜْﻘَﺎلُ ذَرﱠةٍ ﻣِﻦْ ﻛِﺒْﺮ ِ اِنﱠ اﷲَ ﺟَﻤِﯿْﻞٌ ﯾُﺤِﺐﱠ اﻟْﺠَﻤَﺎلَ اَﻟْﻜِﺒْﺮُ ﺑَﻄَﺮُ اﻟْﺤَﻖِّ وَ ﻏَﻤْﻂُ اﻟﻨﱠﺎس:َﺣَﺴَﻨًﺎ وَﻧَﻌْﻠُﮫُ ﺣَﺴَﻨَﮫَ ﻗَﺎل
Artinya:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi SAW : Beliau bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya terdapat sifat sombong walaupun sebesar atom.” Lalu ada seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya, seseorang senang pada pakaian bagus dan sandal yang bagus.” Lalu beliau menjawab, “Sesungguhnya, Allah adalah indah dan mencintai keindahan; yang dimaksud sombong adalah menolak perkara yang benar dan meremehkan orang lain.”(Al Khafizh, 2002:18)
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa kecerdasan emosional mempengarui perilaku manusia. Apabila kecerdasan emosional masih rendah seperti apabila mendapat musibah maka orang tersebut mudah
berkeluh kesah dan apabila mendapat nikmat maka cenderung bersikap kikir, namun sebaliknya apabila kecerdasan emosional seseorang sudah tinggi mereka cenderung bersikap ikhlas dan berlapang dada, baik dalam keadaan susah maupun senang.
2. Macam-macam emosi Daniel
Goleman
mengemukakan
beberapa
macam
emosi,
diantaranya : b. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati c. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,
putus asa d. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,
waspada, tidak tenang, ngeri e. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur,
bangga f. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih g. Terkejut : terkesiap, terkejut h. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka i. Malu : malu hati, kesal (Daniel Goleman, 2002 : 411).
Jadi berbagai macam emosi pada dasarnya mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
3. Pengembangan kecerdasan emosional
Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan sebagai langkah awal guna meningkatkan kecerdasan emosi, diantatanya:
a. Mengenali emosi diri
Ketrampilan ini meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya yang dirasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi:takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian.
b.
Melepaskan emosi negatif
Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat seseorang mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama seseorang dikendalikan oleh emosi negatif justru tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri Anda. c.
Mengelola emosi diri sendiri Jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah sekedar sinyal untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal
bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat
membantu mencapai
kesuksesan. Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu : Pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya yang diberikan lingkungan pada kita. Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya. d. Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali
diri
emosional–menahan
diri
terhadap
kepuasan
dan
mengendalikan dorongan hati–adalah landasan keberhasilan dalam berbagai
bidang.
Ketrampilan
memotivasi
diri
memungkinkan
terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
e. Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif. f.
Mengelola emosi orang lain Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional, semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia. Ketrampilan
mengelola
emosi
orang
lain
merupakan
kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain. g. Memotivasi orang lain.
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan
menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal (http//:carameningkatkan kecerdasanemosi.com: Kecerdasan Emosional) 4. Cara Mengukur Kecerdasan Emosional Cara terbaik untuk mengukur EQ seseorang adalah menggunakan parameter kerangka kerja kecerdasan emosi yang dirancang oleh Daniel Goleman. Kerangka kerja ini terdiri dari lima kategori utama yaitu: a. Kesadaran diri, terdiri dari kesadaran emosi diri, penilaian pribadi dan percaya diri. b. Pengaturan diri, terdiri dari pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada, adaptif dan inovatif. c. Motivasi, terdiri dari dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis. d. Empati, terdiri dari memahami orang lain, pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman dan kesadaran politis. e. Keterampilan sosial, terdiri dari pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, menejemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan kooperasi serta kerja tim (Agus Nggermanto, 2003:100). Dalam Islam, hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan spiritual seperti konsistensi (istiqamah), kerendahan hati (tawadhu),
berusaha
dan
berserah
diri
(tawakal),
ketulusan
(keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan
penyempurnaan (ihsan) itu dinamakan akhlakul karimah, dalam kecerdasan emosi hal-hal tersebut dijadikan tolak ukur kecerdasan emosi (EQ), seperti integritas, komitmen, konsistensi, sincerity, dan totalitas. Oleh karena itu kecerdasan emosi sebenarnya adalah akhlak dalam agama islam dimana hal itu telah diajarkan oleh Rasullah seribu empat ratus tahun yang lalu (Ary Ginanjar, 2001:280). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa cara mengukur kecerdasan emosional seseorang adalah dari perilaku atau akhlak yang dicerminkan seseorang dalam kehidupannya sehari-hari.
B. Perilaku Keagamaan 1. Pengertian Agama Islam Agama adalah sumber ajaran dan hukum-hukum dari Tuhan untuk menuntun jalan hidup manusia kearah yang lebih baik. Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya (Abu Ahmadi dan Noor Salimi, 1991:4) Agama ialah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara penyembahan dan permohonan dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu (Mohammad Daud Ali, 1997:40).
Dapat dipahami bahwa agama adalah sumber petunjuk dan pedoman yang mengandung nilai-nilai yang berasal dari Tuhan yang dipergunakan manusia untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia maupun dengan lingkungan alam sekitar. Sedangkan agama islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuanketentuan ibadah dan mu’amalah (syariah) yang menentukan proses berpikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati (Abu Ahmadi dan Noor Salimi, 1991:4). Agama islam merupakan suatu sistem akidah dan syariah serta akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai hubungan (Mohammad Daud Ali, 1997:51). Dapat dipahami bahwa agama islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari hubungan dengan Allah, sesame manusia, dan lingkungan alamnya, maka orang islam itu diperintahkan untuk berbuat kebajikan dan mencegah dari yang mungkar. 2. Pengertian Perilaku Keagamaan/Religiusitas Perilaku keagamaan seringkali diidentikkan dengan Religiusitas. Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya.
Bagi seorang Muslim,
religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan,
pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam (Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, 2002:22). Religiusitas merupakan penghayatan keagamaan dan kedalaman kepercayaan yang diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari, berdoa, dan membaca kitab suci (Hawari, 1996:5). Religiusitas sebagai keberagamaan yang berarti meliputi berbagai macam sisi atau dimensi yang bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Sumber jiwa keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak (sense of depend). Adanya ketakutan-ketakutan akan ancaman dari lingkungan alam sekitar serta
keyakinan
manusia
itu
tentang
segala
keterbatasan
dan
kelemahannya. Rasa ketergantungan yang mutlak ini membuat manusia mencari kekuatan sakti dari sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai kekuatan pelindung dalam kehidupannya dengan suatu kekuasaan yang berada di luar dirinya yaitu Tuhan (Ancok dan Suroso, 2001:76). Dalam suatu hadis juga telah dijelaskan mengenai perilaku keagamaan, Rosullah saw bersabda:
ُ ﯾَﺎرَﺳُﻮْلَ اﷲِ ﻗُﻞْ ﻟِﻰ ﻓِﻰ اْﻻِﺳْﻼَمِ ﻗَﻮْﻻً ﻻَاَﺳْﺄَل:ُ ﻗُﻠْﺖ،َﻋَﻦْ ﺳُﻔْﯿَﺎنَ ﺑْﻦِ ﻋِﺒْﺪِ اﷲِ اﻟﺜﱠﻘَﻔِﻲِّ ﻗَﺎل ْ ﻗُﻞْ آﻣَﻨْﺖُ ﺑِﺎ ﷲِ ﺛُﻢﱠ اِﺳْﺘَﻘِﻢ:َﻋَﻨْﮫُ اَﺣَﺪًا ﺑَﻌْﺪَكَ )وَﻓِﻰ ﺣَﺪِﯾْﺚِ اَﺑِﻰ اُﺳَﺎﻣَﺔَ ﻏَﯿْﺮَكَ( ﻗَﺎل Artinya: Diriwayatkan dari Syufyan bin ‘Abdillah At-Tsaqari r.a: Saya pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, katakanlah kepada saya suatu ucapan yang tidak perlu saya tanyakan lagi kepada seseorangpun sesudah engkau.” Beliau bersabda, “Katakanlah, ‘saya beriman kepada Allah, kemudian beristiqamahlah kamu.” (Al Khafiz, 2002 : 34)
Berdasarkan uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa religiusitas adalah kedalaman penghayatan keagamaan seseorang dan keyakinannya terhadap adanya Tuhan yang diwujudkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan dengan kaiklasan hati dan dengan seluruh jiwa dan raga. 3. Unsur Perilaku Keagamaan Sebagai mana telah dijelaskan diatas perilaku keagamaan adalah kedalaman penghayatan keagamaan seseorang dan keyakinannya terhadap adanya Tuhan yang diwujudkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan dengan kaiklasan hati dan dengan seluruh jiwa dan raga. Dari penjelasan tersebut, dapat dijabarkan bahwa pada dasarnya unsur perilaku keagamaan terdapat dalam 3 unsur agama islam yaitu : a. Iman. Keyakinan kepada: 1) Allah 2) Malaikat-Nya 3) Kitab-Nya 4) Rosul-Nya 5) Hari akhir dan 6) Qadha dan Qahdar b. Islam. Penyerahan diri sepenuhnya kepada ketentuan Allah, yaitu: 1) Syahadatain 2) Shalat
3) Zakat 4) Puasa 5) Haji c. Ihsan. Berakhlak serta melaksanakan ibadah kepada Allah dan ber mu’amalah dengan sesama makhluk dengan penuh keihlasan seakan-akan disaksikan oleh Allah, meskipun dia tidak melihat Allah. Adapun mu’amalah dengan sesame makhluk, terdiri dari: 1) Bermu’amalah dengan manusia a) Hubungan dengan rosul b) Menyantuni/membina diri c) Hubungan dengan keluarga d) Hubungan dengan masyarakat e) Hubungan dengan bangsa f) Hubungan dengan antar bangsa 2) Hubungan dengan tumbuh-tumbuhan 3) Hubungan dengan hewan 4) Hubungan dengan benda, baik organik maupun anorganik (Abu Ahmadi dan Noor Salimi, 1991:4-5). Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa perilaku keagamaan mencakup hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Perilaku keagamaan ditandai dengan sikap penghayatan dan pengamalan apa yang
menjadi kewajiban dalam agama dan yang menjadi larangan dalam dalam agama tersebut, seperti halnya: 1) Pengakuan terhadap Allah/Syahadatain Syahadatain berasal dari kata Syahadah yang berarti persucian atau pengakuan, yaitu Syahadah Ilahiyah dan Syahadah kerosulan. Dua kalimat Syahadat mengandung pengertian bahwa Allah itu nyata adaNya, maha pencipta yang dapat dibuktikan ciptaannya, meskipun orang tidak dapat melihat Allah dengan penglihatan mata biasa, Allah Tuhan Yang Esa, Maha kuasa (seluruh makhluk bergantung kepadanya) (Abu Ahmadi dan Noor Salimi, 1991:146). 2) Mendirikan Sholat Sholat arti bahasanya adalah doa. Adapun arti istilahnya adalah perbuatan yang diajarkan oleh syara’, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan member salam. Sholat dalam ajaran islam mempunyai kedudukan yang sangat penting, terlihat dalam pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam Al-qur’an dan sunnah yang antara lain sebagai berikut: a) Sholat dinilai sebagai tiang agama (sunnah Nabi) b) Sholat merupakan kewajiban yang paling pertama diturunkan kepada Nabi (Peristiwa Isro’ Mi’raj) c) Sholat merupakan kewajiban universal, yang telah diwajibkan kepada nabi-nabi sebelum nabi Muhammmad saw d) Sholat merupakan wasiat terakhir Nabi Muhammad saw
e) Sholat merupakan cirri penting dari orang yang takwa f) Sholat merupakan cirri-ciri orang yang berbahagia g) Sholat mempunyai peranan untuk menjauhkan diri dari pekerjaan jahat dan munkar (Abu Ahmadi dan Noor Salimi, 1991:149-150). Dapat dipahami bahwa sholat merupakan rukun islam yang kedua, yang wajib dilaksanakan oleh semua umat muslim yang sudah memenuhi ketentuan . sholat digolongkan menjadi dua jenis, diantaranya sholat wajib dan sholat sunnah.
3) Menjalankan Puasa (shiam) Menurut bahasa shiam berarti menahan, berpantang atau meninggalkan (Abu Ahmadi dan Noor Salimi, 1991:176). Macam-macam puasa wajib, diantaranya: a) Puasa ramadhan b) Puasa qadha, yaitu mengganti puasa romadhon yang ditinggalkan dengan alas an tertentu c) Puasa nazar, yaitu puasa yang dikerjakan Karena nazar untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Apabila puasa itu dinazarkan maka wajiblah hukumnya d) Puasa
kifarat,
yaitu
puasa
sebagai
pelanggaran-
pelanggaran tertentu e) Puasa
fidyah,
melaksanakan
yaitu qurban
pengganti karena
dari
pelanggaran
kewajiban tentang
peraturan dalam ibadah haji, yaitu puasa 3 hari di kota suci dan 7 hari lagi di negeri sendiri (Abu Ahmadi dan Noor Salimi, 1991:178-182). Macam-macam puasa sunnah: a) Puasa enam hari pada bulan syawal b) Puasa pada hari Arafah c) Puasa pada hari ‘Asyura dan Tasu’a d) Puasa 3 hari-hari Bid e) Puasa pada hari senin dan kamis f) Puasa pada bulan muharam dan sya’ban (Lahmuddin, 1998:201). 4) Penanaman akhlak sesuai ketentuan islam Akhlak adalah perwujudan dari proses amal ibadah, sehingga seseorang
dapat meningkatkan kualitas iman dan amal ibadahnya
dengan akhlak tersebut. Sebagai seorang muslim yang baik harus memiliki akhlakul karimah yang tercermin seperti dalam sikap-sikap: membiasakan salam saat masuk/keluar rumah, mengkaji buku-buku islami, memperbanyak membaca dan mengkaji Al-qur’an, berbakti kepada orang tua, serta memperbanyak kegiatan-kegiatan keagamaan. 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Religiusitas Religiusitas atau keagamaan seseorang ditentukan dari banyak hal, di antaranya: pendidikan keluarga, pengalaman, dan latihan-latihan yang dilakukan pada waktu kita kecil atau pada masa kanak-kanak. Seorang
remaja yang pada masa kecilnya mendapat pengalaman-pengalaman agama dari kedua orang tuanya, lingkungan sosial dan teman-teman yang taat menjalani perintah agama serta mendapat pendidikan agama baik di rumah maupun di sekolah, sangat berbeda dengan anak yang tidak pernah mendapatkan pendidikan agama di masa kecilnya, maka pada dewasanya ia tidak akan merasakan betapa pentingnya agama dalam hidupnya. Orang yang mendapatkan pendidikan agama baik di rumah mapun di sekolah dan masyarakat, maka orang tersebut mempunyai kecenderungan hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, dan takut melanggar larangan-larangan agama (Syahridlo, 2004:22). Thoules Azra menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi religiusitas, yaitu: a.
Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial) yang mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keagamaan, termasuk pendidikan orang tua, tradisi-tradisi sosial untuk menyesuaikan dengan berbagai pendapatan sikap yang disepakati oleh lingkungan.
b. Berbagai pengalaman yang dialami oleh individu dalam membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman mengenai: 1) Keindahan, keselarasan dan kebaikan didunia lain (faktor alamiah) 2) Adanya konflik moral (faktor moral) 3) Pengalaman emosional keagamaan (faktor afektif)
c.
Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi, terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih, harga diri, dan ancaman kematian (Thoules Azra, 2000:25).
5. Urgensi religiusitas Pada dasrnya urgensi religiusitas adalah pendekatan diri kepada sang Pencipta. Urgensi religiusitas dapat diwujudkan dalam hal-hal berikut: pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan menetapkan pelaksanaan pendidikan agama baik dirumah, disekolah, mapun masyarakat. Hal ini diyakini, kerena inti ajaran agama adalah akhlak mulia yang tertumpu pada keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan keadilan sosial (Abudin Nata, 2003:223). C.Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa . Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir (Sri Rumini dan Siti Sundari, 2004: 53-54). Remaja adalah suatu tingkat umur, dimana anak-anak tidak lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Pada umur ini terjadi
berbagai perubahan-perubahan cepat pada jasmani, emosi, sosial, akhlak dan kecerdasan (Zakiyah Daradjat, 1976: 28). Dari penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. Dalam sudut pandang psikologis dan pendidikan, remaja diartikan sebagai tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, luar dan dalam, itu akan membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, mental, emosi serta kepribadian remaja. Dalam Islam istilah remaja tidak ada, namun seseorang dianggap remaja apabila telah akil baliq dan bisa bertanggung jawab atas setiap perbuatannya dan tingkah laku dalam kehidupanya, sebagaimana dalam Al-Qur’an pada surat An-Nur ayat 59 disebutkan :
šú
ïÏ%©!$# tb x‹ ø«tGó™ $# $yJ Ÿ2
(#qçRÉ‹ ø«tFó¡ u‹ù=sù zO è=ßs ø9$# ãN ä3 ZÏB ã@ »xÿôÛ F{ $# x÷ n=t/ #sŒÎ)ur
ÇÎÒÈ ÒO ŠÅ6 ym íO ŠÎ=tæ ª! $#ur 3¾ÏmÏG»tƒ#uä öN à6 s9 ª! $# ßûÎiüt7ムšÏ9ºx‹ x. 4öN ÎgÎ=ö6s% ` ÏB Artinya:Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, Maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatNya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Departemen Agama Republik Indonesia, 2005: 499). Remaja
merupakan
generasi
penerus
bangsa
yang
harus
dikembangkan dari berbagai aspek. Pengembangan generasi muda
diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan
nasional
dengan
memberikan
bekal
keterampilan,
kepemimpinan, kesegaran jasmani dan kreasi, patriotisme, idealisme, kepribadian dan budi pekerti yang luhur (Sri Rumini dan Siti Sundari, 2004: 57). Mengingat pentingnya peran dan kedudukan remaja, sudah semestinya remaja mendapat perhatian khusus dalam pendidikan dan keikutsertaannya dalam masyarakat karena mereka mempunyai kewajiban yang harus didukung hak-haknya untuk mempersiapkan diri sebagai generasi penerus bangsa. 2. Perkembangan Fisik Remaja Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Perubahanperubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu (Sarlito Wirawan Sarwoto, 1997: 51). Diantara perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada remaja, yang terbesar
pengaruhnya
pada
perkembangan
jiwa
remaja
adalah
pertumbuhan tubuh, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi dan tandatanda seksual sekunder yang tumbuh. Di bawah ini adalah ciri-ciri perkembangan fisik pada remaja laki-laki dan perempuan diantaranya: Pada anak perempuan:
a. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang) b. Pertumbuhan payudara c. Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan d. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya e. Bulu kemaluan menjadi kriting f. Haid g. Tumbuh bulu-bulu ketiak Pada anak laki-laki: a. Pertumbuhan tulang-tulang b. Testis membesar c. Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap d. Awal perubahan suara e. Ejakulasi (keluarnya air mani) f. Bulu kemaluan menjadi keriting g. Pertumbuhan tinggi badan mencapai maksimal setiap tahunnya h. Tumbuh rambut-rambut halus diwajah (kumis, jenggot) i.
Tumbuh bulu ketiak
j.
Akhir perubahan suara
k. Rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap l.
Tumbuh bulu di dada (Sarlito Wirawan Sarwoto, 1997: 51-52).
Fase pertumbuhan pada remaja satu dengan yang lain tidak persis mengalami persamaan,mungkin kurang atau mungkin lebih beberapa bulan atau minggu tergantung pada kondisi dan lingkungan remaja itu tumbuh. Pertumbuhan remaja juga tergantung pada keadaan ekonomi, sosial, budaya, dan keberagaman masyarakat tempat remaja itu hidup dan dibesarkan. Pada masyarakat yang masih terbelakang, masa remaja dilalui dengan mudah dan cepat, seolah-olah umur remaja itu berlalu begitu saja tanpa menemui kesulitan yang berarti. Lain halnya dengan remaja yang hidup pada masyarakat yang sudah maju, penuh dengan persaingan dan tuntutan serta tanggung jawab besar untuk mencapai penerimaan lingkungannya, maka masa remaja yang kurang menentu berlanjut lama dan berat. 3. Perkembangan Psikologi remaja Psikologi remaja tentu tak lepas dari perkembangan psikologis remaja, yang mana dapat dikatakan suatu fase perkembangan yang dialami seseorang ketika memasuki usia 12-22 tahun. Pada fase perkembangan psikologi remaja, anak harus mampu meninggalkan sifat kekanak-kanakannya. Menghadapi remaja memang sulit, butuh pendekatan yang serius untuk memahai jiwa remaja. Psikologi remaja memiliki beberapa karakteristik diantaranya: a. Pembentukan konsep diri Remaja dalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Secar pesikologi kedewasaan bukan hanya tercapainya umur tertentu seperti
misalnya dalam ilmu hokum. Secara pesikologi kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri-ciri psikologi tertentu. Sebagaimana dikemukakan ciri-ciri psikologi remaja diantaranya:
1) Pemekaran diri sendiri, yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri juga 2) Kemampuan untuk melihat diri sendiri sebagai objektif, yang ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk menangkap humor termasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran. 3) Memiliki falsafah hidup tertentu, tanpa perlu merumuskannya dan mengucapkannya dalam kata-kata. b. Perkembangan inteligensi Hampir setiap orang tua mengharapkan anaknya pandai disekolah. Kepandaian seringkali diukur dengan nilai rapor yang bagus. Tetapi baik buruknya angka rapor tidak selalu disebabkan oleh kepandaian. Dalam teori inteligensi bahwa setiap orang mempunyai sistem pengaturan dari dalam pada sistem kognitifnya. Sistem pengaturan ini terdapat sepanjang hidup seseorang dan berkembang sesuai dengan perkembangan aspek-aspek kognitif yaitu:
1) Kematangan, yang merupakan perkembangn susunan saraf sehingga fungsi-fungsi indera menjadi lebih sempurna
2) Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungan 3) Transmisi sosial, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial antara lain melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain 4) Ekuilibrasi, yaitu sistem pengaturan dalam diri anak itu sendiri yang mampu mempertahankan keseimbangn dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 thn secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak 2) Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah 3) Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak 4) Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis 5) Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi aja 6) Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi 7) Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri). c. Perkembangan peran sosial
Dalm hidup bermasyarakat remaja juga dituntut bersosialisasi. Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition) dan menjalin persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya. Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lainlainnya.
d. Perkembangan moral dan agama Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain). Perkembangan spiritual yang terjadi pada psikologi remaja sesuai dengan perkembangannya kemampuan kritis psikologi remaja hingga menyoroti nilai-nilai agama dengan cermat. Mereka mulai membawa nilainilai agama ke dalam kalbu dan kehidupannya. Tetapi mereka juga mengamati secara kritis kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya kurang memedulikan nilai agama, bersifat munafik, tidak
jujur, dan perilaku amoral lainnya. Di sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja mengalami benturan-benturan dan ujian. e. Perkembangan emosi Perkembangan emosi remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. Remaja yang berkembang di lingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalnya terhambat. Sehingga sering mengalami akibat negatif berupa tingkah laku, misalnya :
1) Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lainlainnya
2) Lari dari kenyataan (regresif) : suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang. Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi :
1) Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong), respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan lain-lainnya
2) Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak (Sarlito Wirawan Sarwono, 1997:71-72). 4. Perilaku menyimpang pada remaja Faktor penyebab perilaku menyimpang pada remaja dipengarui oleh beberapa hal diantaranya:
a. Faktor lingkungan 1) Malnutrisi (kekurangan gizi) 2) Kemiskinan dikota-kota besar 3) Gangguan lingkungan 4) Migrasi 5) Faktor sekolah 6) Keluarga yang bercerai 7) Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga (kematian orang tua, hubungan antar keluarga tidak harmonis, kesulitan keuangan dalam keluarga dan lain-lain). b. Faktor pribadi 1) Faktor bakat
yang mempengarui temperamen (menjadi
pemarah, hiperaktif dan lain-lain) 2) Cacat tubuh 3) Ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri (Sarlito Wirawan Sarwono, 1997: 199-200).
Dapat dipahami bahwa banyak faktor yang mempengarui kenakalan remaja, faktor lingkungan dan tingkat emosi remaja yang menjadi faktor utama pemicu terjadinya perilaku menyimpang pada remaja.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012 Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Dalam bagian ini penulis memaparkan lokasi dilaksanakan penelitian. Hal ini penulis pandang perlu karena untuk menghindari persepsi yang salah tentang lokasi penelitian yang nantinya juga berpengaruh pada analisis data yang akan dilakukan. Secara garis besar lokasi penelitian dapat penulis sampaikan hal-hal sebagai berikut: 1. Letak geografis Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang merupakan salah satu desa yang terletak di Kelurahan Candirejo tepatnya RW 03, di Desa Kintelan Lor terdapat 4 RT yang masing-masing dipimpin ketua RT. Lokasi Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang berbatasan dengan desa-desa terdekat, yaitu: a. Sebelah utara berbatasan dengan Dusun Kintelan Kidul b. Sebelah timur berbatasan dengan sungai dan persawahan c. Sebelah selatan berbatasan dengan sungai, sawah dan Dusun Ngablak Salatiga d. Sebelah barat berbatasan dengan Dusun Karang Pawon
2. Keadaan masyarakat Keadan masyarakat Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012 sebagian besar berprofesi sebagai wiraswasta, namun ada juga yang berprofesi sebagai petani, pedagang dan pegawai negeri sipil. Adapun jumlah dan perincian penduduk Desa Kintelan Lor Candirejo sebagai berikut: Tabel 3.1 Daftar Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012 Keterangan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
RT I
79
85
164
RT II
69
69
138
RT III
72
72
144
RT IV
82
93
175
Jumlah
302
319
621
Tabel 3.2 Daftar Jenis Pekerjaan Penduduk Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012 No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
1
Petani
52
2
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
82
3
Wiraswasta
147
4
Pedagang
35
5
Peternak
9
6
Buruh
94
7
Lain-lain
202
3. Keadaan Remaja Keadan remaja Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012 sebagian besar masih duduk dibangku pendidikan mulai dari sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan perguruan tinggi, selain itu sebagian dari mereka juga sudah ada yang bekerja. Untuk lebih mengetahui deskripsi lebih rinci mengenai remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo, dibawah ini akan disajikan data mengenai jenis kelamin dan usia remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. Tabel 3.3 Daftar Remaja Menurut Jenis Kelamin Dan Usia Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012 Jenis kelamin
Laki-laki
perempuan
Jumlah
Remaja awal (12-15 Tahun)
22
24
46
Remaja tengah (16-18 Tahun)
23
12
35
Remaja akhir (19-21 Tahun)
18
17
35
Jumlah
63
53
116
Tabel 3.4 Daftar Nama Responden Penelitian Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012 NO
NAMA
JENIS KLAMIN
1
Ifa
Perempuan
2
Sri Mundarsih
Perempuan
3
Arifa
Perempuan
4
Mufidati. A
Perempuan
5
Yanto
6
Fatma. R
7
Hari
Laki-laki
8
Akhmat Riyanto
Laki-laki
9
Akhmad Afif
Laki-laki
10
Muhammad Taufik
Laki-laki
11
Akhmad Feriyanto
Laki-laki
12
Anang
Laki-laki
13
Akhmad Saifudin
Laki-laki
14
Ragil Saputro
Laki-laki
Laki-laki Perempuan
15
Tika Ariyanti
Perempuan
16
Samhari
Laki-laki
17
Achmad Yuli.S
Laki-laki
18
Dian Agustin. W
19
Arofik
Laki-laki
20
M khafid Imanudin
Laki-laki
21
M. Nasikin
Laki-laki
22
Mahmudi
Laki-laki
23
M. Ikhwani
Laki-laki
24
Gunarti
Perempuan
25
Dewi. I
Perempuan
26
Adhi Putra Mahardika
27
Yessi Larasati
Perempuan
28
Didin Saputra
Laki-laki
29
Akhmad Sarifudin
Laki-laki
30
Verdana
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
B. Penyajian Data 1. Hasil Angket Kecerdasan Emosi Adapun hasil penyebaran angket kecerdasan emosi remaja dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 3.5 Jawaban Responden
Dari Angket Kecerdasan Emosi No
No Item
Responden 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
B
B
B
B
B
B
A
B
B
C
2
B
A
B
A
A
B
C
B
C
C
3
B
B
B
B
B
A
B
B
A
B
4
B
B
B
B
A
A
B
B
A
C
5
B
A
B
B
A
B
B
B
B
B
6
A
B
B
B
B
A
B
B
A
C
7
B
B
B
A
B
A
C
C
A
A
8
A
A
A
A
B
A
B
B
B
C
9
B
B
B
B
B
B
B
B
A
B
10
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
11
B
A
A
B
B
A
A
B
B
A
12
A
A
A
A
B
A
B
B
A
A
13
A
A
A
A
A
A
B
B
A
A
14
B
A
B
A
A
B
B
B
A
B
15
B
B
B
B
B
A
B
B
A
B
16
B
B
B
A
A
A
B
B
A
B
17
B
B
B
A
A
A
A
B
A
C
18
B
B
B
A
A
A
A
B
A
A
19
B
B
A
B
B
A
B
B
B
B
20
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
21
A
A
A
A
A
B
A
B
B
B
22
A
B
B
A
A
A
A
B
A
B
23
A
A
B
A
A
A
B
B
A
B
24
B
B
B
B
B
A
A
A
B
A
25
B
B
A
B
A
A
B
C
A
B
26
B
B
B
A
B
A
B
B
A
A
27
B
B
C
B
A
A
B
C
A
A
28
A
B
A
A
B
A
B
B
A
B
29
B
A
B
B
A
A
B
B
B
A
30
B
B
B
A
B
A
A
B
B
A
2. Hasil Angket Perilaku Keagamaan Adapun hasil penyebaran angket perilaku keagamaan remaja dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 3.6 Jawaban Responden Dari Angket Perilaku Keagamaan No Responden
No Item 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
B
B
C
B
C
B
B
B
B
B
2
A
A
A
A
A
A
B
B
B
C
3
A
A
B
B
C
B
B
B
A
B
4
A
A
B
A
B
B
B
B
A
B
5
B
A
C
B
C
B
B
B
B
B
6
A
A
C
B
C
B
A
A
A
B
7
B
B
C
B
A
A
B
B
A
B
8
A
A
C
B
B
A
B
B
A
B
9
A
A
C
A
C
B
B
B
B
B
10
B
A
A
A
B
A
A
A
B
B
11
B
B
C
C
C
B
C
B
A
A
12
A
A
B
B
A
B
B
B
A
B
13
A
A
B
B
A
B
B
B
A
A
14
B
A
B
B
B
A
B
C
A
B
15
A
B
C
B
C
B
B
B
B
B
16
A
B
C
B
C
B
C
B
B
A
17
C
C
C
B
B
B
C
B
B
B
18
B
A
C
B
C
A
B
B
A
B
19
A
C
C
B
C
B
C
C
A
B
20
A
C
C
B
B
A
B
B
B
B
21
A
A
C
B
C
B
C
C
B
B
22
A
A
B
B
C
B
C
C
C
B
23
A
A
B
B
C
A
C
B
A
B
24
B
B
C
B
A
B
B
B
B
A
25
B
B
B
A
B
A
B
A
A
A
26
B
A
C
B
A
B
C
B
B
A
27
C
A
A
A
A
A
B
B
A
B
28
A
A
B
B
B
B
B
B
B
A
29
B
B
C
B
A
B
B
B
B
A
30
A
A
B
A
A
A
B
B
B
A
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Deskriptif Dalam analisis deskriptif akan disajikan data yang telah terkumpul dari tiap variabel dengan cara menyiapkan tabel nilai hubungan kecerdasan emosi remaja dengan perilaku keagamaan remaja dan juga tabel kerja untuk mencari koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosi dengan perilaku keagamaan remaja Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo. 1. Data kecerdasan emosi Data kecerdasan emosi diperoleh dari angket kecerdasan emosi yang dibagikan kepada remaja. Angket berjumlah 10 pertanyaan dengan menyediakan 3 opsi jawaban. Jawaban A diberi nilai 3, jawaban B diberi nilai 2 dan jawaban C diberi nilai 1. Hasil angket kecerdasan emosi remaja diperoleh nilai sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Angket Kecerdasan Emosi
No
Jawaban soal
Jml
Resp
1.
Skor 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2
2
2
2
2
2
3
2
2
1
20
2.
2
3
2
3
3
2
1
2
1
1
20
3.
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
22
4.
2
2
2
2
3
3
2
2
3
1
22
5.
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
22
6.
3
2
2
2
2
2
3
2
3
1
22
7.
2
2
2
3
2
3
1
1
3
3
22
8.
3
3
3
3
2
3
2
2
2
1
24
9.
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
21
10.
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
11.
2
3
3
2
2
3
3
2
2
3
25
12.
3
3
3
3
2
3
2
2
3
3
27
13.
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
28
14.
2
3
2
3
3
2
2
2
3
2
24
15.
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
22
16.
2
2
2
3
3
3
2
2
3
2
24
17.
2
2
2
3
3
3
3
2
3
1
28
18.
2
2
2
3
3
3
3
2
3
3
26
19.
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
22
20.
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
21.
3
3
3
3
3
2
3
2
2
2
26
22.
3
2
2
3
3
3
3
2
3
2
26
23.
3
3
2
3
3
3
3
2
3
2
27
24.
2
2
2
2
2
3
3
3
2
3
24
25.
2
2
3
2
3
3
2
1
3
2
23
26.
2
2
2
3
2
3
2
2
3
3
24
27.
2
2
1
2
3
3
2
1
3
3
22
28.
3
2
3
3
2
3
2
2
3
2
24
29.
2
3
2
2
3
3
2
2
2
3
24
30.
2
2
2
3
2
3
3
2
2
3
24
Angket kecerdasan emosi, diketahui nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 20, maka dapat ditentukan intervalnya dengan rumus sebagai berikut:
=
(
)
Keterangan: I = Interval Xt = Nilai tertinggi Xr = Nilai terendah Ki = Kelas interval 3 (tinggi, sedang, rendah) Jadi,
=
(
)
I=
= 3,66 dibulatkan menjadi 4 Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak
remaja yang memiliki kecerdasan emosi tinggi, sedang dan rendah. Tabel 4.2 Interval Kecerdasan Emosi Interval
Jumlah siswa
Kategori
28 - 30
4
Tinggi
24 - 27
14
Sedang
20 - 23
12
Rendah
Dengan demikian dapat diketahui hasilnya sebagai berikut: a. Untuk kecerdasan emosi remaja yang tinggi, yaitu yang mendapat skor 28 – 30 sebanyak 4 orang. b. Untuk kecerdasan emosi remaja yang sedang, yaitu yang mendapat skor 24 – 27 sebanyak 14 orang. c. Untuk kecerdasan emosi remaja yang rendah, yaitu yang mendapat skor 20 – 23 sebanyak 12 orang. Kemudian dibuat tabel kategori A (tinggi), B (sedang) dan C (rendah).
Tabel 4.3 Nilai Kategori Kecerdasan Emosi No Responden
Nilai kecerdasan emosi
Kategori
1
20
C
2
20
C
3
22
C
4
22
C
5
22
C
6
22
C
7
22
C
8
24
B
9
21
C
10
30
A
11
25
B
12
27
B
13
28
A
14
24
B
15
22
C
16
24
B
17
28
A
18
26
B
19
22
C
20
30
A
21
26
B
22
26
B
23
27
B
24
24
B
25
23
C
26
24
B
27
22
C
28
24
B
29
24
B
30
24
B
Setelah diketahui berapa remaja yang mempunyai kecerdasan emosi tinggi, sedang dan rendah, kemudian masing-masing kategori diprosentasekan dengan rumus sebagai berikut: P=
x 100%
a. Untuk mengetahui persentase kecerdasan emosi remaja yang mendapat nilai A sebanyak 4 orang adalah sebagai berikut:
× 100%
P=
= 13,33% b. Untuk mengetahui persentase kecerdasan emosi remaja yang mendapat nilai B sebanyak 14 orang adalah sebagai berikut: 14
P = 30 × 100% = 46,67%
c. Untuk mengetahui persentase kecerdasan emosi remaja yang mendapat nilai C sebanyak 12 orang adalah sebagai berikut:
P =
× 100%
= 40% Tabel 4.4 Persentase Kecerdasan Emosi Remaja No
Interval
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
28 - 30
Tinggi
4
13,33%
2
24 - 27
Sedang
14
46,67%
3
20 - 23
Rendah
12
40%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas tersebut dapat diketahui bahwa: a. Remaja yang memiliki kecerdasan emosional tinggi (A) sebanyak 4 orang dengan persentase 13,33% b. Remaja yang memiliki kecerdasan emosional sedang (B) sebanyak 14 orang dengan persentase 46,67% c. Remaja yang memiliki kecerdasan emosional rendah (C) sebanyak 12 orang dengan persentase 40%. 2. Data Perilaku Keagamaan Data perilaku keagamaan remaja diperoleh dari angket yang dibagikan kepada remaja. Angket berjumlah 10 pertanyaan yang terdiri dari 3 opsi jawaban.
Jawaban A diberi nilai 3, jawaban B diberi nilai 2 dan jawaban C diberi nilai 1. Hasil angket perilaku keagamaan remaja adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Angket Perilaku Keagamaan No
Jawaban Soal
Jml
Resp
Skor 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
18
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
1
25
3
3
3
2
2
1
2
2
2
3
2
22
4
3
3
2
3
2
2
2
2
3
2
23
5
2
3
1
2
1
2
2
2
2
2
19
6
3
3
1
2
1
2
3
3
3
2
23
7
2
2
1
2
3
3
2
2
3
2
22
8
3
3
1
2
2
3
2
2
3
2
25
9
3
3
1
3
1
2
2
2
2
2
21
10
2
3
3
3
2
3
3
3
2
2
26
11
2
2
1
1
1
2
1
2
3
3
18
12
3
3
2
2
3
2
2
2
3
2
24
13
3
3
2
2
3
2
2
2
3
3
25
14
2
3
2
2
2
3
2
1
3
2
22
15
3
2
1
2
1
2
2
2
2
2
19
16
3
2
1
2
1
2
1
2
2
3
19
17
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
16
18
2
3
1
2
1
3
2
2
3
2
21
19
3
1
1
2
1
2
1
1
3
2
17
20
3
1
1
2
2
3
2
2
2
2
20
21
3
3
1
2
1
2
1
1
2
2
17
22
3
3
2
2
1
3
1
1
1
2
19
23
3
3
2
2
1
3
1
2
3
2
22
24
2
2
1
2
3
2
2
2
2
3
21
25
2
2
2
3
2
3
2
3
3
3
25
26
2
3
1
2
3
2
1
2
2
3
21
27
1
3
3
3
3
3
2
2
3
2
25
28
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
23
29
2
2
1
2
3
2
2
2
2
3
21
30
3
3
2
3
3
3
2
2
2
3
26
Dari angket perilaku keagamaan remaja, diketahui nilai tertinggi 26 dan nilai terendah 16, maka dapat ditentukan intervalnya dengan rumus: =
(
−
)+1
Keterangan: I = Interval Xt = Nilai tertinggi
Xr = Nilai terendah Ki = Kelas interval 3 (tinggi, sedang, rendah) Jadi,
= i=
(
)
= 3,66 dibulatkan menjadi 4 Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak siswa
yang memiliki perilaku keagamaan baik, sedang dan kurang. Tabel 4.6 Interval Perilaku Keagamaan Interval
Jumlah Remaja
Kategori
24 – 26
8
Baik
20 – 23
14
Sedang
16 – 19
8
Kurang
Dengan demikian dapat diketahui hasilnya sebagai berikut: a. Untuk perilaku keagamaan remaja yang baik, yaitu yang mendapat skor 24 – 26 sebanyak 8 orang b. Untuk perilaku keagamaan remaja yang sedang, yaitu yang mendapat skor 20 – 23 sebanyak 14 orang c. Untuk perilaku keagamaan remaja yang kurang, yaitu yang mendapat skor 16 – 19 sebanyak 8 orang Kemudian dibuat tabel nominasi A (tinggi), B (Sedang) dan C (rendah)
Tabel 4.7 Nilai Nominasi Perilaku Keagamaan No Responden
Nilai Perilaku Keagamaan
Kategori
1
18
C
2
25
A
3
22
B
4
23
B
5
19
C
6
23
B
7
22
B
8
25
A
9
21
B
10
26
A
11
18
C
12
24
A
13
25
A
14
22
B
15
19
C
16
19
B
17
16
C
18
21
B
19
17
C
20
20
B
21
17
C
22
19
C
23
22
B
24
21
B
25
25
A
26
21
B
27
25
A
28
23
B
29
21
B
30
26
A
Setelah diketahui berapa remaja yang mempunyai perilaku keagamaan tinggi, sedang dan rendah, kemudian masing-masing kategori diprosentasekan dengan rumus sebagai berikut: P=
x 100%
a. Untuk mengetahui persentase perilaku keagamaan remaja yang mendapat nilai A sebanyak 8 orang adalah sebagai berikut: P=
× 100%
= 26,66% b. Untuk mengetahui persentase perilaku keagamaan remaja yang mendapat nilai B sebanyak 14 orang adalah sebagai berikut:
14
P = 30 × 100% = 46,67% c. Untuk mengetahui persentase perilaku keagamaan remaja yang mendapat nilai C sebanyak 8 orang adalah sebagai berikut:
P =
× 100%
= 26,66% Tabel 4.8 Persentase Perilaku Keagamaan Remaja No
Interval
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
24 - 26
Tinggi
8
26,66%
2
20 - 23
Sedang
14
46,67%
3
16 - 19
Rendah
8
26,66%
Dari tabel di atas tersebut dapat diketahui bahwa: a. Remaja yang memiliki perilaku keagamaan tinggi (A) sebanyak 8 orang dengan persentase 26,66% b. Remaja yang memiliki perilaku keagamaan sedang (B) sebanyak 14 orang dengan persentase 46,67% c. Remaja yang memiliki perilaku keagamaan rendah (C) sebanyak 8 orang dengan persentase 26,66%.
B. Pengujian Hipotesis Dalam pengujian hipotesis hubungan kecerdasan emosi dan perilaku keagamaan remaja di Dusun kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012 akan dikorelasikan dalam bentuk tabel dimana kecerdasan emosi menjadi variabel X dan perilaku keagaman remaja adalah variabel Y.
Tabel 4.9 Tabel Kerja Untuk Mencari Korelasi Antara Variabel X Dan Y No Responden
X
Y
X²
Y²
XY
1
20
18
400
324
360
2
20
25
400
625
500
3
22
22
400
484
484
4
22
23
484
529
506
5
22
19
484
418
418
6
22
23
484
529
506
7
22
22
484
484
484
8
24
25
576
625
600
9
21
21
441
441
441
10
30
26
900
676
780
11
25
18
625
324
450
12
27
24
729
576
648
13
28
25
784
625
700
14
24
22
576
484
528
15
22
19
484
361
418
16
24
19
576
361
456
17
28
16
784
256
448
18
26
21
676
441
546
19
22
17
484
289
374
20
30
20
900
400
600
21
26
17
676
289
442
22
26
19
676
361
494
23
27
22
729
484
594
24
24
21
576
441
504
25
23
25
529
625
575
26
24
21
576
441
504
27
22
25
484
625
550
28
24
23
576
529
552
29
24
21
576
441
504
30
24
26
576
676
624
Jumlah
725
645
17729
14164
15731
Dari tabel diatas dapat diketahui: ∑
= 725
∑
= 645
Σ X² = 17729 ΣY² =14164 ΣXY =15731 N = 30
(
=
(
)(
)
=
(
{
)
)
(
)
,
}{
, }
,
=
=
)(
,
=
=
(∑ )
∑ (
)
{
}{
,
, }
, ,
√ , ,
= 0,577 C. Pembahasan a. Setelah dilaksanakan penelitian maka dapat diketahui variasi kecerdasan emosi remaja yang mendapat kategori tinggi (A) sebanyak 4 remaja dengan persentase 13,33%, remaja yang mendapat ketegori sedang (B) sebanyak 14
remaja dengan persentase 46,67%, remaja yang mendapat ketegori rendah (C) sebanyak 12 remaja dengan persentase 40%. b. Variasi perilaku keagamaan remaja di Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012 yaitu yang mendapat kategori tinggi (A) sebanyak 8 remaja dengan persentase 26,66%, remaja yang mendapat ketegori sedang (B) sebanyak 14 remaja dengan persentase 46,67%, remaja yang mendapat ketegori rendah (C) sebanyak 8 remaja dengan persentase 26,66%. c. Setelah r (koefisien korelasi) dari kedua variabel x dan y diketahui, maka untuk mengetahui dapat atau tidaknya hipotesis diterima harus dikonsultasikan nilai r xy hasil dari perhitungan dengan nilai r yang terdapat dalam nilai r product moment sehingga dapat diketahui bahwa nilai r hitung signifikan atau tidak. Sesuai dengan responden sebanyak 30, dapat dilihat dalam tabel nilai r product moment adalah sebagai berikut: 1) Pada taraf siknifikan 5%, r = 0,361 2) Pada taraf siknifikan 1%, r = 0,463 Berdasarkan nilai dalam tabel tersebut dapat dibanding dengan nilai-nilai yang diperoleh sebagai berikut: 1) 0,577 > 0,361 pada taraf siknifikan 5 % 2) 0,577 > 0,463 pada taraf siknifikan 1% Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui ada hubungan yang positif dan siknifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku keagamaan remaja di
Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012. Dengan demikian hipotesis diterima.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Tingkat kecerdasan emosi remaja Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo berada pada kategori sedang, terbukti dari 30 remaja yang menjadi responden yang mendapat kategori sedang sebanyak 14 orang atau 46,67%, kategori tinggi sebanyak 4 orang atau 13,33% dan kategori rendah sebanyak 12 orang atau 40%. 2. Tingkat perilaku keagamaan remaja Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo berada pada kategori sedang, terbukti dari 30 remaja yang menjadi responden yang mendapat kategori sedang sebanyak 14 orang atau 46,67%, kategori tinggi sebanyak 8 orang atau 26,66% dan kategori rendah sebanyak 8 orang atau 26,66%. 3. Ada hubungan antara kecerdasan emosi
dengan perilaku keagamaan
remaja Dusun Kintelan Lor Desa Candirejo Tahun 2012. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rxy (0,577) lebih besar dibandingkan r tabel 1% (0,463) atau 5% (0,361). B. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya kearah yang lebih baik:
1. Bagi remaja diharapkan dapat lebih mengontrol emosinya. Dan lebih meningkatkan kecerdasan emosionalnya demi perbaikan akhlak remaja. 2. Perlu adanya dukungan dari lingkungan yang baik demi terciptanya kecerdasan emosi yang baik dan perilaku keagamaan yang baik pula. 3. Peran serta orang tua dalam pembentukan kecerdasan emosi yang baik dan penanaman perilaku keagamaan bagi remaja sejak dini. C. Penutup Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini. Mudah-mudahan sekripsi ini dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam rangka peningkatan kecerdasan emosional remaja. Selanjutnya dalam penyusunan sekripsi ini penulis tidak luput dari keterbatasan pengetahuan dan kekhilafan, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga Allah SWT senangtiasa membalas kebaikan, bantuan, dan dorongan semua pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar, 2001, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga. Ahmadi, Abu dan Noor Salimi, 1991, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Ali, Mohammad Daud, 2008, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers. Ali, Muhammah, 1984, Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa. Arikunto, Suharsimi, 1990, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. , 1991, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Suatu Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. , 1993, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifudin, 1999, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Darajat, Zakiyah, 1976, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang. Departemen Agama Republik Indonesia, 2005, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: CV Karya Utama. Goleman, Daniel, 1996, Kecerdasan Emosional , Tej. T. Hermaya, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Mustofa, Yasin, 2007, EQ Untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam, Sketsa. Nata, Abuddin, 2003, Manajemen Pendidikan (mengetasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia). Jakarta: Kencana. Nggermanto, Agus, 2003, Quantum Quotient Kecerdasan Quantum, Bandung:Nuansa. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka. Rumini, Sri, Siti Sundari, 2004, Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sarwono, Sarlito Wirawan, 1997, Psikologo Remaja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suharsono, 2005, Melejitkan IQ, EQ, SQ, Depok: Inisiasi Press. Surakhmad, Winarno, 1986, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito. Zaki Al-Din Al-Khafizh, 2002, Ringkasan Shahin Muslim, terj. Mukh. Tazhar Shahih Muslim, Bandung : Mizan. http://carameningkatkankecerdasanemosi.com