HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN ANDROPAUSE DI DUSUN GETUNG DESA TAWANGREJOKECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN Rifatul Alimah*, Arifal Aris**, Dian Nurafifah*** …………......……….……
……
. .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….
Merokok merupakan kegiatan yang menjadi kebiasaan masyarakat. Beberapa penelitian membuktikan rokok dapat menyebabkan terganggunya fungsi seksual yang merupakan suatu gejala dari andropause, Dari hasil survey pada sepuluh laki-laki perokok berusia 45-55 tahun, didapatkan enam diantaranya mengalami andropause, sehingga diperlukan penelitian lanjut untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan andropause. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan perilaku merokok dengan kejadian andropause di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi laki-laki perokok di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan sebanyak 89 orang. Dan didapatkan 72 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi secara simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup. Kemudian, data dianalisis menggunakan uji koefisien kontingensi. Hasi penelitian menunjukkan 90,9% kelompok perokok berat mengalami andropause, sedangkan 75% kelompok perokok sedang mengalami andropause, dan 11,1% kelompok perokok ringan mengalami andropause. Sedangkan dari hasil pengujian statistik didapatkan ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian andropause di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan dengan nilai koefesien kontingensi 0,545 dengan tingkat signifikansi 0,000 (p<0,05). Maka diperlukan sosialisasi tentang bahaya merokok dan andropause sehingga dapat mengurangi angka perokok yang secara tidak langsung dapat meminimalisir angka kejadian andropause.
PENDAHULUAN. …
….
…
…
Merokok didefinisikan sebagai kegiatan menghisap rokok (Poerwadarminto, 2006). Definisi perokok menurut WHO (World Health Organization) adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan selamahidupnya. Seseorang merokok disebabkan karena beberapa faktor sosiokultural seperti: budaya, kelas sosial, gengsi dan tingkat pendidikan (Nasution, 2007). Hal ini menyebabkan kebiasaan merokok sudah menjadi suatu budaya di kalangan masyarakat kita. Beberapa orang belum mengetahui akibat rokok yang dapat mempercepat penurunan hormon testosteron sehingga mengakibatkan penurunan libido dan nantinya akan menyebabkan andropause dini pada pria.
Andropause terjadi karena penurunan kadar testosteron, dimana penurunan hormon testosteron terjadi secara perlahanlahan.Testosteron pada pria diproduksi sejak masa pubertas dan stabil hingga usia sekitar 40 tahun, tetapi sejak usia itu produksi testosteron secara berangsur turun dengan kisaran 0,8-1,6% setiap tahun (Tobing, 2006). Menanggapi hal tersebut, sangatlah memprihatinkan jika melihat angka perokok yang terus bertambah, terutama perokok remaja. Bahkan organisasi kesehatan sedunia WHO telah memberikan peringatan bahwa dalam dekade 2020-2030 tembakau akan membunuh 10 juta orang per tahun. Di Amerika, andropause dialami oleh sekitar 15% pria usia 40-60 tahun, tetapi hanya sekitar 5% yang bisa mendapat pengobatan (Pangkahila, 2006). Dalam suatu penelitian,
Hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Andropause Di Dusun Getung Desa Tawangrejokecamatan Turi Kabupaten Lamongan para ahli melibatkan 8000 lelaki di Australia berusia 16-59 tahun. Dari riset terungkap jika lelaki perokok mengalami penurunan hormon testosteron sehingga mengalami problem ereksi sebesar 24% (Anurogo & Wulandari, 2011). Dari hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 16 November di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan dengan angket terhadap 10 laki-laki perokok yang rata-rata berusia 45-55 tahun didapatkan 6 orang (60%) diantaranya mengalami andropause dan 4 orang (40%) belum mengalami andropause. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat kejadian andropause dini di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Andropause berasal dari dua kata yaitu andro dan pause. Andro berarti pria, sedangkan pause berarti penghentian. Secara harfiah berarti berhentinya hormon androgen atau testosteron pada pria. Andropause sendiri susah dideteksi dan diprediksi pada umur berapa akan terjadi pada pria. Andropause bisa terjadi pada pria berumur 40 tahun ataupun baru menyerang jika pria tersebut telah berumur 80 tahun. Hal yang mudah untuk mendeteksi andropasue ini adalah jika fungsi seksual dari pria sudah semakin menurun dan pria sudah mulai merasa kesulitan untuk ereksi. Keluhan yang terjadi pada proses terjadinya andropause mirip dengan proses terjadinya menopause pada seorang perempuan.Karena itu istilah andropause sering disebut sebagai menopause pada pria. Faktor yang mempengaruhi andropause dapat dibagi menjadi dua, faktor internal dan eksternal. Pengaruh internal bisa dari tubuhnya sendiri atau genetik, bisa karena mengidap penyakit tertentu seperti tumor testis, orchitis, hipertensi, hiperkolesterol, obesitas dan diabetes mellitus, dll. Faktor eksternal yang mempengaruhi andropause meliputi: polusi yang berlebih, pola makan yang tidak seimbang, merokok dan konsumsi alkohol (Muller et all., 2003). Dari beberapa faktor eksternal diantaranya adalah perilaku merokok. Merokok dapat SURYA
menimbulkan berbagai dampak negatif yang berpengaruh bagi kesehatan. Kebiasaan merokok bisa menjadi penyebab impotensi karena nikotin dan zat vasokonstriktor (penyempitan pembuluh darah) lainnya dapat menutup aliran pembuluh darah Mr.P (Anurogo & Wulandari, 2011). Asap rokok banyak mengandung partikelpartikel yang berbahaya bagi kesehatan dan dapat menekan kadar hormon testosteron sehingga mempercepat terjadinya andropause. Adapun gejala yang ditimbulkan oleh andropause tersebut berupa potensi seksual yang menurun yang meliputi: menurunnya kemampuan seksual, terutama berkurangnya ereksi, menurunnya libido, dan orgasme yang terlambat, dan lain sebagainya. Perubahan yang terjadi pada andropause tidak hanya pada aspek fisik, tetapi juga aspek psikis seperti ketidakpuasan seksual dan frekuensi hubungan terkait dengan ketidakbahagiaan bagi pasangan suami istri dalam perkawinan (Pangkahila, 2006). Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa angka kejadian andropause lebih tinggi dialami oleh laki-laki perokok dibandingkan yang bukan perokok. Oleh sebab itu sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat. Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan perilaku merokok dengan kejadian andropause yang dilakukan di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. METODOLOGI .PENELITIAN Rancangan atau desain penelitin adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2008). Berdasarkan skala datanya, yang merupakan campuran data nominal, dan ordinal, maka penilitian ini menggunakan desain analitik korelasional, yang
2
Vol.03, No.XIX, September 2014
Hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Andropause Di Dusun Getung Desa Tawangrejokecamatan Turi Kabupaten Lamongan berusaha mencari hubungan dua variabel atau lebih (Nursalam, 2008). Penelitian yang dilakukan di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan ini menggunakan pendekatan Cross Sectional, yaitu yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008). Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan kejadian andropause di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Variabel independen dari penelitian ini ialah perilaku merokok di kalangan laki-laki yang berumur 45-55 tahun yang menjadi penyebab terjadinya variabel terkait. Variabel ini dibagi menjadi 3 kriteria yakni Perokok ringan (1-10 batang/ hari), Perokok sedang (1120 batang/ hari), dan Perokok berat (>20 batang/ hari). Sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah kejadian andropause yang diderita oleh laki-laki yang berumur 45-55 tahun. Variabel kejadian andropause kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni andropause dan tidak andropause dengan menggunakan Jumlah skor dari 17 pertanyaan pada AMS (Aging Male’s Symptoms) yang dijawab oleh responden. Penelitian ini dilakukan pada 72 responden yang dipilih melalui kriteria inklusi dan eksklusi dari keseluruhan jumlah populasi lakilaki perokok yang berusia 45-55 tahun di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan yang. Kemudian 72 responden tersebut diberikan kuisioner tertutup yang terdiri dari18 pertanyaan, 1 pertanyaan untuk perilaku merokok,17 pertanyaan untuk kejadian andropause yang meliputi 7 pertanyaan pada aspek fisik, 4 pertanyaan pada aspek seksualitas dan 6 pertanyaan pada aspek psikologis. Dari hasil kuisioner tersebut, data akan dianalisa dengan menggunakan uji koefisien kontingensi untuk mengetahui hubungan antar variabel. Uji koefisien kontingensi dilakukan
dengan menggunakan perangkat komputer SPSS 16,0 for windows. HASIL .PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Desa Tawangrejo ini terdiri dari tiga dusun, yaitu Dusun Getung, Dusun Kauman, dan Dusun Deyo. Dusun Getung sendiri memiliki luas wilayah 341 hektar, dengan batas wilayah Dusun Getung sebagai berikut : sebelah timur berbatasan dengan Desa Tambakploso, sebelah barat berbatasan dengan Desa Turi, sebelah utara berbatasan dengan Desa Kemlagi Gede, dan sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Kauman. Dari penelitian ini didapatkan data umum dan data khusus. Data umum dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Umur Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Dusun Getung Desa Tawangrejo kecamatan Turi Kabupaten Lamongan No
Umur Frekuensi Persentase (tahun) (%) 1 45 – 48 15 20,8 2 49 – 51 23 31,9 3 52 – 55 34 47,2 Jumlah 72 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan hampir sebagian (47,2%) laki-laki perokok berusia 52-55 tahun dan sebagian kecil (20,8%) laki-laki perokok berusia 45-48 tahun b. Agama Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Agama di Dusun Getung Desa Tawangrejo kecamatan Turi Kabupaten Lamongan
No.
Agama
Frekuensi
1
Islam Kristen Protestan
72
Persentas e (%) 100
0
0
2 SURYA
lunak
3
Vol.03, No.XIX, September 2014
Hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Andropause Di Dusun Getung Desa Tawangrejokecamatan Turi Kabupaten Lamongan Kristen 0 0 Katolik 4 Hindu 0 0 5 Budha 0 0 Jumlah 72 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan seluruhnya (100%) laki-laki perokok beragama Islam. c. Pendidikan Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Dusun Getung Desa Tawangrejo kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 3
No Pendidikan Frekuensi
Persentase (%)
Tidak 7 9,7 Tamat SD 2 SD 45 62,5 3 SMP 9 12,5 4 SMA 9 12,5 Perguruan 5 2 2,8 Tinggi Jumlah 72 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan sebagian besar (62,5%) laki-laki perokok berpendidikan terakhir SD dan sebagian kecil (2,8%) berpendidikan terakhir perguruan tinggi. d. Pekerjaan Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Dusun Getung Desa Tawangrejo kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 1
No
Pekerjaan
1 2
Frekuensi Persentase (%) 61 84,7 3 4,2
Petani Karyawan Swasta 3 Wiraswasta 5 6,9 4 PNS 3 4,2 Jumlah 72 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan hampir seluruhnya (84,7%) laki-laki perokok memiliki pekerjaan sebagai petani sedangkan sebagian kecil (4,2%) laki-laki perokok memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta dan sebagai PNS. SURYA
Selain itu didapatkan pula data khusus dari penelitian ini, yakni perilaku merokok dan kejadian andropasue di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut : a. PerilakuMerokok Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok di Dusun Getung Desa Tawangrejo kecamatan Turi Kabupaten Lamongan No
Perilaku Frekwensi Persentas Merokok e (%) 1 Perokok 18 25 Ringan (1-10 Batang/hari) 2 Perokok 32 44,4 Sedang (1120 Batang/hari) 3 Perokok 22 30,6 Berat (> 20 Batang/hari) Jumlah 72 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan hampir sebagian (44,4%) laki-laki perokok tergolong perokok sedang dan sebagian kecil (25%) laki-laki perokok tergolong perokok ringan. b. KejadianAndropause Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Andropause di Dusun Getung Desa Tawangrejo kecamatan Turi Kabupaten Lamongan No
Kejadian Frekwensi Persentas Andropause e (%) 1 Andropause 46 63,9 2 Tidak 26 36,1 Andropause Jumlah 72 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan sebagian besar (63,9%) laki-laki perokok mengalami andropause dan hampir sebagian (36,1%) laki-laki perokok belum mengalami andropause.
4
Vol.03, No.XIX, September 2014
Hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Andropause Di Dusun Getung Desa Tawangrejokecamatan Turi Kabupaten Lamongan c. Tabulasi silang berdasarkan perilaku merokok dengan kejadian Andropause Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku merokok dengan Kejadian Andropause di Dusun Getung Desa Tawangrejo kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Kejadian Andropause Jenis Tidak Total Andro Perokok (%) Andro (%) pause pause Ringan 2 11,1 16 88,9 18 Sedang 24 75 8 25 32 Berat 20 90,9 2 9,1 22 Jumlah 46 63,9 26 36,1 72 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan dari 18 laki-laki perokok yang merupakan perokok ringan, hampir seluruhnya (88,9%) tidak mengalami andropause, kemudian dari 32 lakilaki perokok yang merupakan perokok sedang, sebagian besar (75%) telah mengalami andropause dan dari 22 laki-laki perokok yang merupakan perokok berat, hampir seluruhnya (90,9%) mengalami andropause. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien kontingensi antara perilaku merokok dengan kejadian andropause yang dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 didapatkan nilai koefesien kontingensi (C) 0,545yang artinya terdapat hubungan erat (C antara 0,50 dan 0,69) dengan taraf signifikan 0,05 dan diperoleh nilai P =0,000 dimana P < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Hˡ diterima yaitu ada Hubungan antara Perilaku Merokok Dengan Kejadian Andropause di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Tahun 2014.Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian andropause.
PEMBAHASAN
SURYA
Kebiasaan merokok dapat dipengaruhi oleh agama. Seluruh laki-laki perokok dalam penelitian ini beragama islam. Dalam islam, merokok merupakan suatu hal yang diharamkan walaupun tidak dituliskan langsung dalam AlQur’an dan Hadits. Keharaman rokok bersifat mustanbaqah (hasil ijtihad/istimbad para ulama) (Muhammad Ronnurus, 2009). Hal tersebut mungkin dapat mendorong seseorang untuk merokok. Selain itu, Menurut Anna Maria Sirait (2001) semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin besar peluang untuk merokok. Hal ini bisa dilihat dari data umum dimana dari 72 laki-laki perokok menunjukkan bahwa sebagian besar laki-laki perokok berpendidikan terakhir SD. Perilaku merokok merupakan salah satu kebiasaan (habitual activity) yang dipengaruhi cara pandang terhadap perilaku merokok itu sendiri. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin luas pula cara pandang mereka terhadap perilaku merokok. Disamping itu, Banyak penelitian yang membuktikan bahwa masyarakat ekonomi rendah merokok lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat ekonomi lebih tinggi (Bambang Setiaji, 2007). Hal ini secara tidak langsung mengungkapkan bahwa pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Didapatkan bahwa hampir seluruh laki-laki perokok memiliki pekerjaan sebagai petani. Masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi lebih rendah cenderung tidak memiliki banyak hiburan dan aktivitas. Hal ini yang membuat seseorang berekonomi rendah memiliki kecenderungan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merokok. Selain itu, kandungan yang ada dalam rokok mengakibatkan seseorang ketagihan. Karena dalam rokok mengandung nikotin yang memiliki sifat adiktif yang membuat seseorang semulanya hanya coba-coba, tetapi akhirnya tidak dapat menghentikan perilaku tersebut karena secara biologis tubuh telah ketergantungan dengan nikotin rokok (Sarjani 5
Vol.03, No.XIX, September 2014
Hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Andropause Di Dusun Getung Desa Tawangrejokecamatan Turi Kabupaten Lamongan Jamal, 2006). Hal ini membuat semakin sering seseorang merokok, semakin sulit mereka untuk menghentikan kebiasaan berperilaku merokok. Sehingga tidak heran jika kebanyakan perokok mengalami kesulitan jika diminta untuk menghentikan kebiasaan merokok, bahkan beberapa orang berpendapat lebih memilih tidak makan sehari dari pada tidak merokok. KESIMPULAN DAN SARAN Setelah peneliti menganalisa data dan melihat hasil analisa maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar laki-laki perokok di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan merupakan golongan perokok sedang, yaitu masing-masing responden mengkonsumsi rokok sebanyak 10-20 batang per hari. 2. Sebagian besar laki-laki perokok di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan mengalami andropause. 3. Terdapat hubungan perilaku merokok dengan kejadian andropause di Dusun Getung Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. DAFTAR PUSTAKA Anurogo, Dito & Wulandari, Arie. 2011. Cara Jitu Mengatasi Impotensi. Yogyakarta : Andi Offset. Apter S. 2008. The Effect of Alcohol on Testosterone and Corticosterone Levels in Alcohol Preferring and Non-Preferring Rat Lines. http://www.ktl.fi/attachment/suomi/ julkaisut/ julkaisusarja_a/ 2008/ 2008a20.pdf-. Dikutip pada tanggal 14 November 2013. Arikunto, S. 2006. Pendekatan Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bagus Subanada, Ida, (2004) “Merokok Pada Remaja” Dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Disunting Oleh Soetjiningsih. Sugung Seto. Jakarta: EGC
SURYA
Bart, Smet, (1994). Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.Jakarta. Baziad, A. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Guyton A C., Hall J E. 2008. Fungsi reproduksi dan hormonal pria (dan fungsi kelenjar pineal). Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Editor: Irawati Setiawan. Jakarta: EGC. Muller M, Isolde and Tonkelaar, Thijssen J.H.H, Grobbee D.E, Schouw Y.T.V.D. 2003. Endogenous sex hormones in men aged 40-80 years. EuropeanJournals of Endocrinology. 149:582-589. Nasution, I. K. 2007.” Perilaku merokok pada remaja”. Universitas Sumatera Utara. Medan. Diunduh dari http://library.usu.ac.id/ download/ fk/ 132316815.pdf. Diakses pada tanggal 14 November 2013. Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sarjani, Jamal. 2006. Medika Jurnal Kedokteran Indonesia No. 03 tahun Ke XXXII Maret 2006. Jakarta. Saryono & Badrushshalih, M. 2010. Andropause (Menopause pada LakiLaki).Yogyakarta : Nuha Medika. Sitopoe, M. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta : PT GramediaWidiasarana. Sunaryo, (2004). Psikologi untuk Perawat. Jakarta. EGC. Tobing, Naek L.2006. Seks Tuntunan Bagi Pria, Mengembalikan Harga Diri Suami dan Kebahagiaan Istri. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
6
Vol.03, No.XIX, September 2014