HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH DI DUSUN PILANGGADUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN Pipit Choirum Fitriyah, Farida Juanita, Arfian Mudayan
…………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .…. Artritis pirai merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat dari deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler. Kadar asam urat sangat berhubungan erat dengan makanan yang dikonsumsi. Oleh karena itu pengaturan pola makan sangat diperlukan. Masalah penelitian adalah tingginya kadar asam urat darah. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan obesitas dengan kadar asam urat darah di Dusun Pilanggadung Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan. Desain penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional. Populasi adalah seluruh penduduk yang berusia 30 – 55 tahun di Dusun Pilanggadung Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan dengan besar sampel 56. Metode sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan lembar observasi. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisis dengan menggunakan uji koefisien kontigensi dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah responden mengalami obesitas 2 sebanyak 18 orang (32,1%), hampir setengah responden dengan kadar asam urat tinggi sebanyak 25 orang (44,6%). Terdapat hubungan antara obesitas dengan kadar asam urat darah dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,496 dengan tingkat signifikan p = 0,000. Melihat hasil penelitian ini maka perlu adanya pencegahan obesitas dan pengaturan pola makan agar dapat mencegah terjadinya obesitas dan penyakit asam urat. Kata kunci: Obesitas, Kadar Asam Urat menghindari konsumsi bahan pangan yang mengandung kadar purin yang tinggi (Sofyan Nur Hidayat, 2010). Purin itu sendiri adalah turunan dari protein yang terkandung didalam tubuh. Purin juga didapatkan dari makanan yang kita konsumsi. Pada golongan primata, adenosin (purin) dimetabolisme oleh tubuh menjadi asam urat oleh enzim adenosine diaminase. Selanjutnya asam urat akan dimetabolisme lagi menjadi allatoin yang larut air oleh enzim uricase. Namun pada manusia enzim ini sangat sedikit sehingga hasil akhir dari purin adalah asam urat. Bila kadar asam urat semakin tinggi dan melewati kadar jenuh dalam tubuh, maka asam urat lambat laun akan mengendap dan mengkristal (Kuskushendrahe, 2009). Insidens dan prevalensi gout di Indonesia masih belum diketahui secara pasti. Dari 47.150 responden selama 12 tahun penelitian diperoleh 730 % kasus gout baru
PENDAHULUAN. …… .
… …. Penyakit artritis pirai (gout) ditemukan dan tersebar di seluruh dunia. Artritis pirai merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat dari deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler. (Aru W. Sudoyo, 2006). Seseorang dikatakan mengalami gangguan asam urat (gout) bila kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal, pada laki-laki lebih dari 7 mg/dl dan pada wanita lebih dari 6 mg/dl. Penyakit ini ditandai dengan pembengkakan di sendi-sendi lutut dan jarijari yang disertai rasa nyeri. Kandungan asam urat yang tinggi menyebabkan nyeri dan sakit dipersedian yang amat sangat, jika sudah sangat parah, penderita juga tidak bisa berjalan. Kadar asam urat sangat berhubungan erat dengan makanan yang dikonsumsi. Oleh karena itu, pengaturan pola makan sangat diperlukan. Dengan
SURYA
26
Vol.02, No.IX, Agus 2011
Hubungan Obesitas Dengan Kadar Asam Urat Darah (DEPKES RI, 2008). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada bulan Desember tahun 2010 Di Dusun Pilanggadung Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan dari data 10 orang di dapatkan 7 orang atau (70%) orang kadar asam uratnya tinggi dan 3 orang atau (30%) orang kadar asam uratnya normal, maka masalah penelitian adalah tingginya kadar asam urat darah. Mengingat banyaknya faktor yang menyebabkan penyakit asam urat maka pada penelitian ini dibatasi faktor obesitas. Obesitas atau kelebihan berat badan merupakan salah satu bentuk malnutrisi dan kelainan metabolisme. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita asam urat tetapi tidak semua penderita asam urat berbadan gemuk, memang kurus pun tidak tertutup oleh kemungkinan terserang asam urat. Obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak yang dibutuhkan oleh tubuh dan obesitas berperan dalam terjadinya penyakit asam urat. Karena pada orang yang obesitas kadar asam urat di dalam darahnya meningkat. Disebabkan karena orang yang obesitas cenderung mengkonsumsi makanan yang kaya akan lemak dan makan makanan yang mengandung banyak purin. Obesitas juga berbahaya bagi kesehatan seseorang karena obesitas meningkatkan resiko terjadinya penyakit gout (Aru W. Sudoyo, 2006). Penyakit gout disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah, faktor yang tidak dapat diubah meliputi : genetik, usia, jenis kelamin, dan faktor yang dapat diubah meliputi : pola makan, obat-obatan, alkohol dan obesitas (Aru W Sudoyo, 2008). Pencegahan bagi penderita obesitas dengan kadar asam urat yaitu dapat dilakukan pemberian penyuluhan untuk menambah pengetahuan tentang penyakit asam urat kepada masyarakat. Dan penerapan pola hidup sehat bisa dilakukan dengan mempertahankan berat badan dalam rentang normal tetapi usahakan dalam menurunkan berat badan jangan menggunakan obat, dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak tak jenuh dan mengurangi konsumsi lemak jenuh. Dan dapat juga dilakukan dengan cara
SURYA
minum 8 sampai 10 gelas air setiap hari untuk membantu pembuangan asam urat melalui ginjal. Hindarkan minuman yang mengandung alkohol, juga sebaiknya hindarkan kopi atau minuman lain yang mengandung senyawa kafein, karena senyawa tersebut juga termasuk sumber asam urat. Penyakit asam urat juga dapat dicegah dengan cara pengaturan diet rendah purin, rendah lemak, cukup vitamin dan mineral. Karena dengan melakukan diet ini dapat menurunkan berat badan (Almatsier, Sunita. 2004).
METODOLOGI .PENELITIAN Desain penelitian pada hakekatnya merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2008). Desain penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analitik yaitu mencari keterkaitan antara dua variabel, pendekatannya dengan cara cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008).
HASIL .PENELITIAN … 1. Karakteristik responden (1) Kelompok umur Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 56 responden. Distribusi responden berdasarkan umur dapat diklasifikasikan seperti pada gambar 1
Gambar 1
27
iagram Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Dusun Pilanggadung Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Bulan Maret Tahun 201
Vol.02, No.IX, Agus 2011
Hubungan Obesitas Dengan Kadar Asam Urat Darah (2) Kelompok Pendidikan Data responden berdasarkan kelompok pendidikan disajikan dalam gambar 2
(4) Kelompok Jenis Kelamin Data responden berdasarkan kelompok jenis kelamin disajikan dalam gambar 4
Gambar 4 Gambar 2 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Dusun Pilanggadung Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Bulan Maret Tahun 2011
PEMBAHASAN .…
SURYA
.…
1. Obesitas Berdasarkan data karakteristik responden pada kelompok umur didapatkan bahwa 63% adalah usia 41 – 55 tahun. Menurut Zainun Mutadin (2002) tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap terhadap pengendalian berat badan. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor : 1) tingkat aktivitas dan olah raga secara umum 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk memepertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada umur 41 – 55 tahun kurang beraktivitas dan sangat berpengaruh terhadap obesitas. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan maka semakin rendah resiko terjadi obesitas, dan sebaliknya semakin sedikit tingkat aktivitas seseorang semakin
(3) Kelompok Pekerjaan Data responden berdasarkan kelompok pekerjaan disajikan dalam gambar.3
Gambar 3
Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Dusun Pilanggadung Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Bulan Maret Tahun 2011
Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di Dusun Pilanggadung Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Bulan Maret Tahun 2011
28
Vol.02, No.IX, Agus 2011
Hubungan Obesitas Dengan Kadar Asam Urat Darah tinggi resiko terjadinya obesitas. Meskipun demikian responden yang bekerja juga banyak yang mengalami obesitas, hal tersebut dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor lainnya, seperti lingkungan sekitar yang saat ini bergaya kebarat-baratan dengan segala macam kenikmatan tanpa harus banyak mengeluarkan tenaga, itu juga mempengaruhi tingkat obesitas seseorang. Faktor ekonomi juga berpengaruh, semakin tinggi tingkat kemakmuran seseorang semakin mudah mendapatkan sesuatu yang diinginkan, maka semakin rendah juga aktivitas yang dilakukan sehingga angka obesitas meningkat pula. Selain itu obesitas juga dipengaruhi oleh pendidikan didapatkan bahwa 9% adalah berpendidikan PT. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Misalnya mengenai hal yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2002) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah mencerna informasi sehingga banyak juga pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembanganperkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang obesitas pada penelitian ini kurang baik, hal ini terjadi karena kebanyakan responden pada penelitian ini yang memiliki pendidikan perguruan tinggi hanya orang sedikit. Maka dari itu pengetahuan tentang obesitas juga sangat kurang. Obesitas juga kemungkinan dipengaruhi oleh pekerjaan didapatkan bahwa 50% adalah sebagai petani. Menurut Suprajitno (2004) penghasilan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga terhadap gizi, pendidikan dan juga kebutuhan yang lainnya. Dan makanan yang dimakan sehari-hari tidak diatur dengan baik sehingga menyebabkan obesitas. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila penghasilan rendah maka pendidikan juga akan ikut
SURYA
rendah pula dan juga mempengaruhi informasi tentang obesitas. Selain itu jenis kelamin juga mempengaruhi obesitas dan didapatkan 73% yaitu sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Menurut Zainun Mutadin (2002) setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata perempuan memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada perempuan dan 18-23% pada laki-laki. Perempuan dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan laki-laki dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga pada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak pada laki-laki dan perempuan cenderung berbeda. Perempuan cenderung menimbun lemaknya dipinggul dan bokong. Sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada laki-laki menimbun lemaknya disekitar perut. Sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun diperut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan dan memiliki resiko yang lebih tinggi yang berhubungan dengan obesitas. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin juga berpengaruh terhadap obesitas. Seorang perempuan memiliki timbunaan lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pada lakilaki. Maka perempuan memiliki resiko yang tinggi terhadap obesitas dibandingkan pada laki-laki. 2. Kadar Asam Urat Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa hampir setengah kadar asam uratnya tinggi yaitu 25 responden (44,6%). Dan dari data responden berdasarkan usia hampir setengah yang berusia 30 – 40 tahun yaitu 21 orang 37%. Penyakit asam urat umumnya terjadi pada usia pertengahan, terutama terjadi pada
29
Vol.02, No.IX, Agus 2011
Hubungan Obesitas Dengan Kadar Asam Urat Darah usia 30 - 40 tahun, tetapi gejala bisa lebih awal bila terdapat faktor herediter. Menurut Nyoman Kertia yang menyebabkan kadar asam urat didalam tubuh meningkat adalah produksi asam urat didalam tubuh lebih banyak dari pembuangannya dan adanya asam yang terbentuk akibat metabolisme purin didalam tubuh. Purin berasal dari makanan yang mengandung protein seperti jeroan, kerang, kepiting, udang, emping, bayam, durian, tape, alkohol dan lain-lain. Kurangnya informasi pada responden mengenai faktor- faktor tersebut diduga sebagai penyebab meningkatnya kadar asam urat darah selain faktor genetik (bawaan) dan faktor penyakit seperti kanker darah. Seluruh responden memiliki rata-rata kadar asam urat yang tinggi yaitu > 7 mg/dl pada pria dan > 6 pada wanita. Kadar asam urat yang tinggi dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat memicu meningkatnya kadar asam urat dalam darah salah satunya dengan pengkonsumsian makanan yang tinggi purin seperti : jeroan, kepiting, udang, bayam, durian, tape, alkohol dan lain-lain. Sehingga diperlukan adanya informasi terhadap pengontrolan pada faktorfaktor tersebut. Selain itu asam urat juga dipengaruhi oleh pendidikan dan didapatkan bahwa 9% adalah berpendidikan PT. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Misalnya mengenai hal yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2002) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah mencerna informasi sehingga banyak juga pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembanganperkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang asam urat pada penelitian ini kurang baik, hal ini terjadi karena kebanyakan responden pada penelitian ini yang memiliki pendidikan perguruan tinggi hanya orang sedikit. Maka
SURYA
dari itu pengetahuan tentang asam urat juga sangat kurang. Asam urat kemungkinan juga dipengaruhi oleh pekerjaan didapatkan bahwa 50% adalah sebagai petani. Menurut Suprajitno (2004) penghasilan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga terhadap gizi, pendidikan dan juga kebutuhan yang lainnya. Dan makanan yang dimakan sehari-hari juga tidak diatur dengan baik sehingga menyebabkan resiko terjadinya asam urat. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila penghasilan rendah maka pendidikan juga akan ikut rendah pula dan juga mempengaruhi informasi tentang terjadinya asam urat. Selain itu asam urat juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan didapatkan bahwa 27% adalah jenis kelamin laki-laki. Menurut Kuskushendrahe (2009) umumnya yang terserang asam urat adalah orang laki-laki, sedangkan pada perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah menopause. Kadar asam urat orang laki-laki cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Sedangkan pada perempuan peningkatan itu dimulai sejak masa menopause. Sebelum menopause perempuan mempunyai hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine. Sementara pada laki-laki, asam uratnya cenderung lebih tinggi dari pada perempuan karena tidak memiliki hormon estrogen tersebut. Jadi selama seorang perempuan mempunyai hormon estrogen, maka pembuangan asam uratnya ikut terkontrol. Ketika sudah tidak mempunyai estrogen, seperti saat menopause, barulah perempuan terkena asam urat. Kalau peningkatan asam urat ini melewati ambang batas yang bisa ditolerir, persoalan akan timbul pertama pada ginjal, sendi, dan saluran kemih. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin juga berpengaruh terkena asam urat. Semakin tua usia seorang laki-laki maka semakin tinggi resiko terkena asam urat dan juga pada perempuan semakin cepat seseorang
30
Vol.02, No.IX, Agus 2011
Hubungan Obesitas Dengan Kadar Asam Urat Darah mengalami menopause maka semakin tinggi resiko terkena asam urat. 3. Hubungan Obesitas Dengan Kadar Asam Urat Berdasarkan hasil pengujian dengan uji koefisien kontigensi menujukkan bahwa antara obesitas dengan kadar asam urat darah di Dusun Pilanggadung Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan mempunyai hubungan yang signifikan (bermakna). Selain itu diperkuat dengan korelasi koefisien kontigensi yang menunjukkan bahwa ada korelasi nilai sebesar 0,496 dengan signifikan sebesar 0,000 (p < 0,05) dengan arah korelasi yang positif. Artinya semakin tinggi tingkat obesitas maka semakin tinggi pula kadar asam urat darah, sebaliknya semakin rendah tingkat obesitas semakin rendah pula kadar asam urat darah. Obesitas atau kelebihan berat badan merupakan salah satu bentuk malnutrisi dan kelainan metabolisme. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita asam urat tetapi tidak semua penderita asam urat berbadan gemuk, memang kurus pun tidak tertutup oleh kemungkinan terserang asam urat. Obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak yang dibutuhkan oleh tubuh dan obesitas berperan dalam terjadinya penyakit asam urat. Karena pada orang yang obesitas kadar asam urat di dalam darahnya meningkat. Disebabkan karena orang yang obesitas cenderung mengkonsumsi makanan yang kaya akan lemak dan makan makanan yang mengandung banyak purin. Obesitas juga berbahaya bagi kesehatan seseorang karena obesitas meningkatkan resiko terjadinya penyakit gout (Aru W. Sudoyo, 2006). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tingginya kadar asam urat sangat berhubungan erat dengan makanan yang dikonsumsi. Oleh karena itu pengaturan pola makan sangat diperlukan yaitu dengan menghindari konsumsi bahan pangan yang mengandung kadar purin yang tinggi. Karena Purin juga bisa didapatkan dari makanan yang kita konsumsi dan dari protein yang terkandung di dalam tubuh. Tujuan utama diet adalah untuk menurunkan kadar asam urat darah, juga agar berat badan tidak
SURYA
melebihi ukuran ideal yang disarankan. Terutama bagi pria yang berusia diatas 40 tahun, hindari makanan berlemak yang kaya akan purin. KESIMPULAN DAN SARAN. … 1. Kesimpulan 1) Hampir setengah responden di Dusun Pilanggadung Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan yang berusia 30 – 55 tahun mengalami obesitas 2. 2) Hampir setengah responden di Dusun Pilanggadung Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan yang berusia 30 – 55 tahun memiliki kadar asam urat tinggi. 3) Ada hubungan antara obesitas dengan kadar asam urat darah yang signifikan p = 0,000. 2. Saran Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menerapkan pengetahuan tentang hubungan obesitas dengan kadar asam urat darah sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan sebagai pendukung teori yang sudah ada. Dapat memberikan gambaran dan informasi untuk meningkatkan penyuluhan tentang penyakit gout dan menambah pengetahuan anggota profesi dalam peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. Hasil dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan atau perbandingan bagi penelitian berikutnya untuk upaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan hubungan obesitas dengan kadar asam urat darah. Dapat memberikan informasi untuk meningkatkan penyuluhan tentang penyakit asam urat dan menambah pengetahuan antara profesi dalam melakukan upaya peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. Dapat memberikan informasi tentang hubungan obesitas dengan kadar asam urat darah pada masyarakat untuk meningkatkan kesehatan dikalangan masyarakat.
31
Vol.02, No.IX, Agus 2011
Hubungan Obesitas Dengan Kadar Asam Urat Darah . .
.DAFTAR PUSTAKA
.
Nyoman kertia. (2009). Yogyakarta: B First.
. .
Almatsier, Sunita. (2004). Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia.
Price,
Aru W Sudoyo. (2006). Ilmu Penyakit Dalam Vol 2. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD Fakultas Kedokteran Umum Indonesia.
Asam
Urat.
Sylvia A. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Price, Silvia A. Dan lorraine M. Wilson. (2005). Patofisiologi Vol 2. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah: Edisi 8, Vol 3: Jakarta: EGC.
Rimbawan. (2004). Obesitas. Jakarta : PT Alex Media Komputindo.
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC.
Rudolph, Abraham M. (2006). Buku Ajar Pediatri Vol 1. Jakarta: EGC.
Guyton and Hall. (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran dan mekanisme– mekanisme penyakit. Jakarta: EGC.
Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hendra.(2009).Obesitas.http://www.sportind o.com/page/45/Exercise_Healthy_Livi ng/Articles_Tips/perangi_Obesitas_sek arang.html. Diakses tanggal 15 Desember 2010.
Soekidjo Notoatmojo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sofyan nur hidayat. (2010). Asam Urat dan Pola Makan. http://infotheraples.com. Diakses Tanggal 2 Desember 2010.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Cet. 13. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Iskandar Junaidi. (2006). Rematik Dan Asam Urat. Jakarta: Gramedia.
Suprajitno, (2004), Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Kuskushendrahe. (2009). Asam urat. http://erabaru.net/featured–news/48– hot update/11664–mengobati– penyakit-asam urat-secara –alamiah. Diakses tanggal 1 Desember 2010.
Suryo
WHO. (2009). Obesity. http://www.who.int/topics/asam urat/en. Diakses tanggal 5 Desember 2010
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skipsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: PT Salemba Medika.
SURYA
wibowo. (2008). Asam Urat. http://suryo-wibowo.blogspot.com. Diakses Tanggal 3 Desember 2010.
Zainun Mutadin. (2002). Obesitas dan faktor penyebab. http://www.epsikologi.com. Diakses tanggal 10 Desember 2010.
32
Vol.02, No.IX, Agus 2011