HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG ASAM URAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN ASAM URAT DI DUSUN JANTI, CATURTUNGGAL, DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA Heri Irwan Tedy Kanis1, Induniasih2, Thomas Aquino Erjinyuare Amigo3 INTISARI Latar Belakang : Asam urat merupakan suatu masalah kesehatan yang berkaitan erat dengan asupan makanan yang tidak terkontrol (tinggi protein). Prevalensi asam urat di wilayah Sleman tahun 2010 yaitu sebanyak 3188 kasus. Tingginya suatu masalah kesehatan sangat erat kaitannya dengan perilaku kesehatan. Pengetahuan akan suatu masalah kesehatan akan menjadi faktor yang mempermudah terbentuknya perilaku kesehatan yang baik. Tujuan : Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat dengan perilaku pencegahan asam urat di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Metode Penelitian : Penelitian non eksperimen dengan metode deskriptif corelational dan rancangan cross sectional. Jumlah sampel 97 dengan menggunakan proportional sampling. Analisa bivariat menggunakan uji Kendall Tau. Hasil Penelitian : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat dengan perilaku pencegahan asam urat (p = 0,019), dengan keeratan rendah dan berkorelasi positif (τ = 0,239), artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat, maka perilaku pencegahan asam urat akan semakin baik. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat pengetahuan tinggi tentang asam urat memiliki perilaku pencegahan asam urat baik lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai pengetahuan rendah. Kesimpulan : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat dengan perilaku pencegahan asam urat di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta Kata Kunci : Pengetahuan, Asam Urat, Perilaku Pencegahan 1
Mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan, Universitas Respati Yogyakarta Dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 3 Dosen Universitas Respati Yogyakarta 2
CORRELATION BETWEEN COMMUNITY KNOWLEDGE LEVEL ABOUT URIC ACID AND PREVENTIVE BEHAVIOUR AT JANTI, CATURTUNGGAL, DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA Heri Irwan Tedy Kanis1, Induniasih2, Thomas Aquino Erjinyuare Amigo3 ABSTRACT Background : Uric acid is a health problem that relates to uncontrolled food intake (high protein). In 2010, the prevalence of uric acid in Sleman was 3,188 cases. The high number of high problem relates very closely to health behaviour. Objective : The find out the correlation between the level of people’s knowledge of uric acid and their preventive behaviour againtst it among the people of Janti village, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Method : This research was non-experimental. The method used was descriptive correlation and cross sectional design. The number of sample was 97 and the technique used was proportional sampling. The data were analyzed by using bivariat analysis. The hypothesis testing used was Kendall Tau rank correlation. Result : The result of this research has shown that there has been a correlation between the level of people’s knowledge of uric acid and their preventive behaviour againtst it (p = 0,019). The correlatio coefficient was low yet positive (τ = 0.239). This means that the higher the people’s knowledge of uric acid, the better their preventive behaviour is. The result has shown that those with high knowledge of uric acid had better preventive behaviour than those with low knowledge. Conclusion : This research has shown that there has been a correlation between the level of people’s knowledge of uric acid and their preventive behaviour againtst it among the people of Janti village, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Keywords : Knowledge, uric acid, preventive behaviour. 1
Student of Nursing Graduate Program, Faculty of Education, The University of Respati Yogyakarta. Lecturer of Poltekkes Yogyakarta. 3 Lecturer of The University of Respati Yogyakarta. 2
PENDAHULUAN Masalah asam urat atau biasa disebut dengan gout merupakan salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia. Asam urat dianggap sebagai penyakit para raja atau penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan karena terlalu banyak makan dan minum minuman keras, seperti daging dan anggur, atau dapat dikatakan bahwa asupan makanan dan minuman yang tidak teratur sangat berhubungan erat dengan kejadian asam urat. Asam urat dapat tertimbun di mana saja. Sekitar 75 % serangan pertama gout adalah sendi pada pangkal ibu jari kaki. Selain pada sendi, penimbunan asam urat bisa juga pada ginjal, saluran kencing, jantung, telinga dan ujung-ujung jari (ibu jari kaki). Tumpukan asam urat di sendi dan jaringan sekitar sendi akan menyebabkan rasa nyeri yang kuat dan pembengkakan sekitar sendi. Timbunan asam urat di ginjal dan saluran kencing akan menyebabkan penyakit pada ginjal yang bisa berkembang menjadi gagal ginjal permanen, akibatnya seseorang harus melakukan cuci darah sepanjang hidupnya. Selain itu, timbunan asam urat pada jantung, akan menimbulkan penyakit jantung dan hipertensi (1). Insiden gout tertinggi didapatkan pada bangsa Maori, New Zealand, pada tahun 1978 yaitu 10/100 orang
(2)
.
Albar juga menyatakan bahwa prevalensi hiperurisemia bervariasi dari 0,27 % di Amerika Serikat sampai 10,3 % pada suku Maori di Selandia Baru, dan menunjukkan kecenderungan meningkat
(3)
. Angka kejadian asam urat atau
gout di Indonesia pada tahun 1986 menduduki peringkat ke empat untuk penduduk perkotaan Jawa yaitu 4,8 % dan peringkat lima untuk penduduk pedesaan Jawa yaitu 1,7 %
(2)
. Data yang diperoleh dari Rumah Sakit DR. Sardjito
Yogyakarta menunjukkan bahwa pada tahun 2010 (Januari – Desember 2010) tercatat jumlah pasien yang menderita asam urat atau gout adalah 438 orang, terdiri dari 399 pasien rawat jalan dan 39 pasien rawat inap. Data kasus kejadian asam urat dari Dinas Kesehatan Sleman tahun 2010 menunjukan jumlah yang cukup tinggi, yaitu 3.188 kasus, yang terdiri dari 2.046 kasus baru dan 1.142 kasus lama, dengan rentang usia penderita asam urat terbanyak adalah di atas 40 tahun. Data kejadian asam urat juga diperoleh dari Puskesmas Depok III, dimana pada tahun 2010 jumlah kasus kejadian asam urat adalah 15 kasus atau 0,47 % dari total 3.188 kasus. Kesehatan adalah faktor penting dalam kehidupan. Tingginya suatu masalah kesehatan sangat erat kaitannya dengan perilaku kesehatan. Green dalam Notoatmodjo menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi atau faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang
(4)
. Masalah-masalah
kesehatan yang terjadi dalam masyarakat dapat dihindari dengan menerapkan perilaku pencegahan terhadap masalah kesehatan tersebut. Perilaku pencegahan penyakit merupakan perilaku dimana seseorang melakukan suatu aktivitas untuk menurunkan resiko terjadinya penyakit
(5)
. Perilaku peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan
bagian dari perilaku sehat yang saling melengkapi satu sama lain untuk memperoleh kesehatan yang optimal. Pernyataan ini menunjukan bahwa perilaku pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan sangat penting untuk diketahui dan dijalankan agar kesehatan yang optimal dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan teori dan kejadian asam urat di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat dengan perilaku pencegahan asam urat pada masyarakat di Dusun Janti, Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat dengan perilaku pencegahan asam urat pada masyarakat di Dusun Janti.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif non-eksperimental dengan metode penelitian deskriptif correlational dan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2012 dengan populasi seluruh masyarakat Dusun Janti yang berjumlah 3028 orang. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional Sampling, dengan jumlah sampel 97 orang (taraf signifikansi 90 %), dengan kriteria inklusi : bersedia menjadi responden dalam penelitian, warga Dusun Janti yang bertempat tinggal di Dusun Janti, individu dengan rentang usia 20 - 40 tahun baik pria maupun wanita, individu dengan tingkat pendidikan minimal Sekolah Menengah Umum (SMU) atau sederajat, dan bisa membaca, menulis, dan berkomunikasi dengan baik. Kriteria eksklusi : warga Dusun Janti yang sedang bepergian atau tidak berada di rumah saat berlangsungnya penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Analisa bivariat menggunakan uji Kendall Tau.
HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Karakteristik responden di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 2012 No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase 1. Umur (Tahun) 20 – 30 51 52,6 % 31 – 40 46 47,4 % 2. Jenis Kelamin Laki-laki 46 47,4 % Perempuan 51 52,6 %
3.
Tingkat Pendidikan SMA/Sederajat Diploma/Sarjana Total Responden
76 21 97
78,4 % 21,6 % 100
2. Tingkat Pengatahuan Masyarakat Tentang Asam Urat Tabel 4.2 Tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 2012 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Asam Urat Tinggi Rendah
Frekuensi
Persentase
85 12
87,6 % 12,4 %
3. Distribusi Karakteristik Responden Terhadap Tingkat Pengetahuan Tabel 4.3 Tabulasi silang antara karakteristik responden dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 2012 Karakteristik Responden Umur (Tahun) 20 – 30 31 – 40 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tingkat Pendidikan SMA/Sederajat Diploma/Sarjana
Tingkat Pengetahuan Tinggi Rendah n % n %
Jumlah N
%
46 39
90,2 84,8
5 7
9,8 15,2
51 46
100 100
39 46
84,8 90,2
7 5
15,2 9,8
46 51
100 100
66 19
86,8 90,5
10 2
13,2 9,5
76 21
100 100
4. Perilaku Pencegahan Asam Urat Tabel 4.4 Perilaku pencegahan asam urat di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 2012 Perilaku Pencegahan Asam Urat Baik Kurang
Frekuensi 62 35
Persentase 63,9 % 36,1 %
5. Distribusi Karakteristik Responden Terhadap Perilaku Pencegahan Tabel 4.5 Distribusi karakteristik responden dengan perilaku pencegahan asam urat di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 2012 Karakteristik Responden Umur (Tahun) 20 – 30 31 – 40 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tingkat Pendidikan SMA/Sederajat Diploma/Sarjana
Perilaku Pencegahan Asam Urat Baik Kurang n % n %
Jumlah N
%
35 27
68,6 58,7
16 19
31,4 41,3
51 46
100 100
24 38
52,2 74,5
22 13
47,8 25,5
46 51
100 100
49 13
64,5 61,9
27 8
35,5 38,1
76 21
100 100
6. Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Asam Urat Dengan Perilaku Pencegahan Asam Urat Di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta Tabel 4.6 Hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat dengan perilaku pencegahan asam urat di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 2012 Tingkat Pengetahuan Tentang Asam Urat Tinggi Rendah
Perilaku Pencegahan Asam Urat Baik Kurang n % n % 58 68,2 27 31,8 4 33,3 8 66,7
Jumlah
n 85 12
% 87,6 12,4
τ
0,239
Sig
0,019
PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diambil pada penelitian ini antara lain umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar masyarakat Dusun Janti memiliki usia dewasa awal (20 – 30 tahun). Hal ini berarti bahwa responden dalam penelitian ini tergolong usia yang ditandai kematangan dalam berpikir dan memiliki produktivitas tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Dusun Janti memiliki tingkat pendidikan SMA atau sederajat. Hal ini berarti bahwa sebagian besar masyarakat Dusun Janti memiliki tingkat pendidikan yang tergolong menengah. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2009) menunjukkan sebagian besar responden berpendidikan tinggi (6). Dewi dalam penelitiannya mengkategorikan pendidikan SMA atau sederajat sebagai pendidikan tinggi. Pendidikan menjadi faktor penting terbentuknya pengetahuan
(4)
. Seseorang dengan
tingkat pendidikan SMA atau sederajat sudah mampu dalam mengolah informasi yang didapat dan mempertimbangkan hal apa yang baik untuk dirinya (7). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Dusun Janti berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2009) menunjukkan sebagian besar responden penelitiannya berjenis kelamin perempuan mempengaruhi perilaku dan status kesehatan
(6)
. Jenis kelamin dan status pekerjaan dapat
(4)
. Pada umumnya masalah asam urat terjadi pada laki-laki sebab
perempuan mulai mengalami masalah asam urat setelah memasuki masa menopause. Hal ini berkaitan dengan faktor hormonal. Sedangkan untuk status pekerjaan, berdasarkan hasil pengamatan yang mana sebagian besar responden di Dusun Janti yang berjenis kelamin perempuan bekerja sebagai ibu rumah tangga atau membuka usaha di rumahnya sendiri dengan mempekerjakan orang lain. Banyaknya waktu luang berada di rumah akan meningkatkan interaksi sosial, informasi yang diperoleh akan semakin meningkat, sehingga pengetahuan dan perilaku pun akan meningkat atau baik.
2. Tingkat Pengetahuan Tentang Asam Urat Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Dusun Janti memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai asam urat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Janti telah mengerti, mengenal, memahami dan mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan asam urat. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2009) menunjukkan tingkat pengetahuan masyarakat kelurahan Pangkalan Jati, Limo, Depok, Jakarta mengenai asam urat tergolong tinggi atau baik
(6)
.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (4). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya dimana tingkat pengetahuan masyarakat Dusun Janti tentang asam urat adalah tinggi. Orang dengan tingkat pengetahuan yang tinggi, akan mudah dalam menerima dan mengelola informasi yang diterima. Hal ini berarti bahwa Dengan pengetahuan yang tinggi mengenai asam urat, setidaknya masyarakat Dusun Janti mengetahui, memahami dan mengenal apa itu asam urat, apa penyebab tingginya kadar asam urat, jenis makanan dan minuman apa yang tinggi kandungan asam urat, apa bahaya dari asam urat, dan apa saja upaya pencegahan terhadap asam urat. Dengan memiliki pengetahuan yang tinggi, maka resiko terjadinya masalah asam urat pun dapat dicegah atau dikurangi. Pengetahuan masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan tinggi ini didominasi oleh masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi (diploma atau sarjana). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Janti yang berpengetahuan tinggi mengenai asam urat, sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2009) menunjukkan bahwa resonden dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai asam urat pendidikan, maka akan semakin tinggi juga tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
(6)
. Semakin tinggi tingkat
(8)
. Tingkat pengetahuan dapat
(9)
.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingginya tingkat pengetahuan masyarakat Dusun Janti tentang asam urat didominasi oleh masyarakat dengan rentang usia dewasa awal (20 – 30 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Janti yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai asam urat sebagian besar berada pada rentang usia dewasa awal. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sumiati (2012) menunjukkan bahwa responden yang berada pada usia dewasa awal (20 – 30 tahun) memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
(10)
. Responden yang
berada pada usia dewasa awal (20 – 30 tahun) merupakan rentang usia yang digolongkan cukup matang dalam menerima dan mengolah informasi (9)
.
(10)
. Informasi yang diperoleh dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan mendominasi kategori tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai asam urat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Janti yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai asam urat sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sumiati (2012) menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berjenis kelamin perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
(10)
(10)
. Status pekerjaan
. Pernyataan ini didukung oleh teori yang menyatakan
bahwa informasi yang diperoleh dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang (9).
3. Perilaku Pencegahan Asam Urat Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Dusun Janti memiliki perilaku pencegahan yang baik mengenai asam urat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Janti mempunyai kesadaran yang baik dan mampu dalam melaksanakan upaya pencegahan terhadap asam urat dengan baik. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2009) menunjukkan bahwa praktek pencegahan asam urat tergolong baik
(6)
. Pernyataan ini juga didukung oleh teori Becker dalam Notoatmodjo
yang menyatakan bahwa perilaku sehat merupakan perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan atau meningkatkan kesehatan
(4)
. Perilaku pencegahan asam urat merupakan salah satu
perilaku sehat. Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu dimana masyarakat Dusun Janti memiliki perilaku pencegahan asam urat yang baik. Perilaku pencegahan asam urat merupakan upaya yang dilakukan seseorang yang belum menderita asam urat untuk mencegah terjadinya masalah asam urat. Perilaku pencegahan asam urat yang baik ini menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Janti sudah mampu melaksankan upaya pencegahan terhadap masalah asam urat melalui pengaturan pola makan dan minum sehari-hari, menghindari kebiasaan buruk yang dapat meningkatkan resiko terjadinya masalah asam urat, dan melakukan aktivitas yang sehat untuk menghindari masalah asam urat. Perilaku pencegahan asam urat pada masyarakat Dusun Janti yang baik ini menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Janti telah mampu melaksanakan tindakan pencegahan asam urat dengan baik dan akan lebih waspada dalam menghadapi masalah asam urat, sehingga kejadian asam urat dapat dikurangi atau diminimalisir. Perilaku pencegahan dapat dipengaruhi oleh pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencegahan asam urat yang baik didominasi oleh responden dengan tingkat pendidikan SMA atau sederajat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Dusun Janti yang berperilaku baik memiliki tingkat pendidikan menengah. Hasil penelitian sebelumnya oleh Dewi (2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin baik praktek pencegahan dan perencanan perawatan asam urat
(6)
. Dewi dalam
penelitiannya menggolongkan tingkat pendidikan SMA atau sederajat kedalam tingkat pendidikan tinggi.
Hasil ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan SMA atau sederajat sudah mampu dalam mengolah informasi yang didapat dan mempertimbangkan hal apa yang baik untuk dirinya
(7)
. Pernyataan ini juga didukung oleh teori yang menyatakan bahwa pendidikan adalah proses
untuk menuju ke perubahan perilaku (11). Hasil dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berperilaku baik dalam kaitannya dengan pencegahan asam urat berada pada usia dewasa awal (20 – 30 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Dusun Janti yang memiliki perilaku pencegahan asam urat yang baik berada pada usia dewasa awal. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Upadani (2011) menunjukkan bahwa responden yang berada pada usia dewasa awal memiliki perilaku yang baik
(12)
. Seseorang dengan usia dewasa awal sudah
memiliki pola pikir yang cukup matang dimana mereka sudah dapat mengambil keputusan sendiri dalam melakukan sesuatu (12). Faktor usia dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku kesehatan (4). Responden dengan jenis kelamin perempuan dalam penelitian ini mendominasi kategori perilaku pencegahan asam urat yang baik. Hal ini berarti bahwa sebagian besar masyarakat Dusun janti yang berjenis kelamin perempuan memiliki perilaku pencegahan asam urat yang baik. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2009) menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan memiliki perilaku pencegahan asam urat yang baik pekerjaan dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku kesehatan
(6)
. Jenis kelamin dan status
(4)
.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu dan teori, yaitu responden yang berjenis kelamin perempuan di Dusun Janti memiliki perilaku pencegahan asam urat yang baik. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat penelitian, dimana masyarakat Dusun Janti yang berjenis kelamin perempuan pada umumnya bekerja sebagai ibu rumah tangga atau membuka usaha di rumahnya sendiri dengan mempekerjakan orang lain. Kondisi ini sangat mendukung terbentuknya perilaku yang baik dalam pencegahan asam urat, sebab banyaknya waktu berada di rumah akan semakin meningkatkan interaksi sosial antar sesama, dalam hal ini adalah interaksi antar tetangga, yang mana semakin seringnya suatu interaksi maka informasi yang diperoleh akan semakin banyak yang secara tidak langsung akan meningkatkan pengetahuan responden, dalam hal ini adalah pengetahuan mengenai asam urat.
4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Asam Urat Dengan Perilaku Pencegahan Asam Urat Di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman Hasil analisis data diperoleh terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat dengan perilaku pencegahan asam urat (p = 0,019). Kondisi ini didukung oleh hasil yang menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Dusun Janti memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai asam urat dan memiliki perilaku pencegahan asam urat yang baik, dengan tingkat keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku rendah dan berkorelasi positif.
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengetahuan masyarakat tentang asam urat, maka akan semakin baik pula perilaku pencegahan asam urat, namun faktor pengetahuan dalam penelitian ini rendah pengaruhnya terhadap terbentuknya perilaku. Hasil penelitian sebelumnya oleh Dewi (2009) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan perilaku, berkorelasi positif namun tingkat keeratan hubungan tidak dicantumkan
(6)
.
Green dalam Notoatmodjo juga menyatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang mempermudah terbentuknya perilaku
(4)
. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan
yang tidak didasari oleh pengetahuan (13). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya dimana sebagian besar masyarakat Dusun Janti memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai asam urat dan perilaku pencegahan asam urat yang baik. Pengetahuan yang tinggi mengenai asam urat akan selalu diikuti oleh suatu perilaku pencegahan yang baik, sebaliknya pengetahuan yang sedang atau rendah mengenai asam urat akan diikuti oleh perilaku pencegahan asam urat yang cukup atau kurang pula. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat yang mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan asam urat, seperti definisi asam urat, penyebab tingginya kadar asam urat, jenis makanan dan minuman yang tinggi kandungan asam urat, bahaya asam urat, dan upaya untuk pencegahan asam urat, maka dengan sendirinya masyarakat akan melaksanakan upaya pencegahan yang terhadap masalah asam urat. Rendahnya hubungan antara pengetahuan dan perilaku dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan bukanlah faktor tunggal penentu terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku pencegahan asam urat yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa perilaku seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja, melainkan juga oleh dukungan dari orang lain dan ketersediaam sarana atau fasilitas pendukung (14). Pernyataan di atas menunjukkan bahwa tingginya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai asam urat akan menjadi faktor yang mendukung terbentuknya perilaku pencegahan asam urat. Atau dapat dikatakan bahwa pengetahuan masyarakat yang tinggi mengenai asam urat akan mempermudah terbentuknya perilaku pencegahan asam urat yang baik dan benar. Pengetahuan menjadi dasar dan pegangan penting dalam terbentuknya perilaku. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang akan menumbuhkan suatu kesadaran dalam melakukan suatu perilaku pencegahan, khususnya pencegahan asam urat.
KESIMPULAN Berdasarkan analisa hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat dengan perilaku pencegahan asam urat di Dusun Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Berdasarkan hasil ini, maka peneliti berharap agar masyarakat meningkatkan pengetahuannya tentang asam urat dengan cara mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan, konsultasi dengan petugas kesehatan, atau dengan membaca dan menyimak informasi yang diberikan oleh media, baik media massa (buku kesehatan, majalah kesehatan, koran) dan media elektronik (acara kesehatan di televis, radio, internet).
Dengan pengetahuan tentang asam urat yang tinggi, maka perilaku pencegahan asam urat yang baik akan terbentuk dengan mudah. Perilaku pencegahan asam urat yang diterapkan dengan baik secara langsung akan menurunkan resiko terjadinya masalah asam urat.
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
8.
9. 10.
11. 12.
13.
14.
Soeroso dan Algristian. (2011). Asam Urat. Jakarta : Penebar Plus. Darmawan (1993). Peninjauan Data Epidemiologi Gout dan Hiperurisemia Indonesia dan Mancanegara. Majalah Kedokteran Indonesia, vol. 43; Nomor 7; Juli 1993; hal. 145 – 148. Albar, Zuljasri. (2006). Nutrisi Pada Gout, Jakarta : FKUI. Notoatmodjo, S.(2010). Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi, Jakarta : Rineka Cipta. Potter & Perry (2005). Fundamental Keperawatan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Dewi, Ni Wayan Puspita Paramita (2009). Hubungan Pengetahuan Masyarakat Tentang Asam Urat Dengan Praktik Pencegahan Dan Perencanaan Perawatan Asam Urat Di RW 02 Pangkalan Jati, Limo, Depok, Jakarta. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Melina, F. (2011). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dengan Perilaku Ibu Dalam Mendapatkan Imunisasi Dasar Pada Balita di Posyandu Cempaka I Dusun 08 Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul, Skripsi. Universitas Respati Yogyakarta. Usman, Rio. (2011). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Skripsi. Universitas Respati Yogyakarta. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Jakarta : Rineka Cipta. Sumiati (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Perawatan Payudara Dengan Perilaku Perawatan Payudara Dalam Masa Kehamilan di BPS Suriati Loano Purworejo, KTI. Universitas Respati Yogyakarta Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta. Upadani, Luh Dyah Sri (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ISPA Dengan Upaya Pencegahan ISPA Pada Balita Di Kelurahan Bumijo Wilayah Kerja Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta. Skripsi. Universitas Respati Yogyakarta. Mubarak, W. I., B. A. Santoso., K. Rozikin., & S. Patonah. (2006). Ilmu Keperawatan Komunitas 2 : Teori & Aplikasi Dalam Praktik Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan Keluarga. Jakarta : Sagung seto. Nurvikarivah, Iin (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Perilaku Dalam Mengatasi Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Pakem Yogyakarta. Skripsi. Universitas Respati Yogyakarta.