HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN Ratih Indah Kartikasari , Dian Nur Afifah Korespondensi: Dian Nur Afifah, d/a : STIKes Muhammadiyah Lamongan. Jl. Raya Plalangan Plosowahyu Lamongan Telp./Fax. (0322) 323457 Email.
[email protected]
Abstrak ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Selama 6 bulan bayi tidak diharapkan mendapatkan makanan tambahan cairan lain selain ASI yang disebut ASI eksklusif. Namun angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia khususnya Desa Balun masih rendah sebesar 48,26%. Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya pemberian ASI eksklusif di Desa Balun. Salah satu faktor yang mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI eksklusif adalah motivasi. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Dengan desain analitik korelasional, populasi dari penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi umur 6 sampai 12 bulan di Desa Balun, dengan besar sampel 28 orang diambil dengan tehnik Simple random sampling, pengumpulan data dilakukan mulai 24 November sampai 20 Desember 2008, kemudian diolah dan dianalisis menggunakan uji Fisher’s Exact dengan tingkat kesalahan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan motivasi pemberian ASI eksklusif yang dimiliki oleh responden adalah sebagian besar dalam kategori rendah (53,6%). Sedangkan untuk perilaku pemberian ASI eksklusif didapatkan sebagian besar (57,1%) tidak memberikan ASI eksklusif. Dari hasil uji statistik Fisher’s Exact diperoleh nilai p = 0,000 didapatkan p < 0,05 sehingga H1 diterima, berarti terdapat hubungan antara motivasi dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Melihat hasil penelitian diatas, maka perlu adanya motivasi yang berupa penyuluhan atau pemberian informasi dari keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan kepada ibu agar kesadaran dan kemauan ibu timbul untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Kata Kunci : Motivasi, Perilaku, ASI eksklusif, Hubungan Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Pemerintah melalui Kepmenkes RI No. 450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) khususnya ASI Eksklusif mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi ibu dan bayi. Untuk mendukung deklarasi Innocenti 1990 (Italia) tentang perlindungan, promosi, dan dukungan terhadap pemberian ASI, telah dilaksanakan beberapa kegiatan penting, yakni pencanangan Gerakan Nasional PP-ASI oleh
1. Pendahuluan Pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya (Depkes RI, 2004).
SURYA
57
Vol. 1, No,2, Maret 2009
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan, tanggal 14 April s/d 10 Mei 2008 terdapat 149 dari 288 bayi atau sekitar 51,74% bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Tingginya prosentase bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif ini, tidak lepas dari kurangnya motivasi yang diberikan pada ibu menyusui. Motivasi itu mempunyai arti dorongan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku, beraktivitas untuk mencapai tujuan (Tri Rusmi, 1999 :112). Bisa datang dari dalam diri individu itu sendiri atau dari luar individu. Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus segera beraktivitas mencapai tujuan. Ibu yang mau menyusui bayinya secara eksklusif tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi, tapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, yaitu; pengetahuan, pendidikan, sosial budaya, kepercayaan, dan fasilitas kesehatan. Pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan berpengaruh pada pola berfikir ibu mengenai suatu informasi yang diterima. Sedangkan sosial budaya dan kepercayaan biasanya berasal dari nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat yang secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku ibu. Fasilitas kesehatan yang ada akan turut mendukung perilaku ibu, misalnya dengan adanya klinik laktasi akan mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya. Yang tidak kalah penting adalah peran tenaga kesehatan untuk memberikan semangat ibu agar mau menyusui sampai 6 bulan. Menyusui merupakan hak dan kewajiban bagi ibu dan bayi. Oleh karena itu perlu adanya dukungan dan motivasi dari berbagai pihak, antara lain dari keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan, agar dapat dilaksanakan secara optimal. Memberikan ASI kepada bayi, bukan saja memberikan kebaikan bagi bayi tapi juga keuntungan untuk ibu. Banyak manfaat yang bisa diperoleh bagi ibu maupun bayinya dengan pemberian ASI khususnya ASI Eksklusif. Salah satu keunggulan ASI adalah terdapat lebih dari 100 jenis zat gizi yang tidak terdapat dalam susu sapi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Sedangkan bagi ibu dapat menurunkan resiko perdarahan dan anemia serta menunda terjadinya kehamilan berikutnya. Dari latar belakang di atas, maka masalah penelitian adalah rendahnya pemberian ASI eksklusif di Desa Balun. Untuk itu peneliti membatasi pada faktor motivasi ibu tentang
Presiden pada tahun 1990, Gerakan Rumah Sakit dan Puskesmas Sayang Bayi yang telah menghasilkan sekitar 50-70% rumah sakit sayang bayi pada RS pemerintah dan sekitar 1020% pada RS swasta (Depkes RI, 2004). Namun pada kenyataannya, program yang telah dicanangkan belum sepenuhnya berhasil dilaksanakan di Indonesia. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahannya ada pada sosial budaya, motivasi, pelayanan kesehatan dan kesadaran akan pentingnya ASI, yang tergantung dari tingkat pendidikan, pengetahuan, dan kepercayaan. Prevalensi menyusui bayi di Amerika satu minggu paska melahirkan pada tahun 1970 tercatat 25%, sekitar tahun 1980 menjadi 52% dan pada tahun 1995 menjadi 60%. Di Indonesia menurut hasil survei WHO tahun 1986 tercatat ASI eksklusif 4 bulan hanya 36% sedangkan hasil survei Demografi Kesehatan tahun 1997 meningkat menjadi 52%. Harapannya pada tahun 2000 menjadi 80% dan rupanya harapan untuk tahun 2010 untuk Indonesia masih tetap 80% (Hardjono Soeparto, 2007:16). Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 kota (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel) menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan diperkotaan antara 4-12%, sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan diperkotaan berkisar antara 1-13% sedangkan di pedesaan 213%. Rendahnya pemberian ASI Eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita (Depkes RI, 2004). Untuk Jawa Timur sendiri, tahun 2005 Dinas Kesehatan Surabaya menargetkan pencapaian ASI eksklusif pada bayi 50%, namun yang tercapai 40,69%, tahun 2006 menargetkan 60% malah pencapaiannya lebih, 66,59%. Diharapkan pada tahun 2010 mendatang Dinkes Surabaya menargetkan 80% orang tua sudah melakukan pemberian ASI eksklusif ini (Yayuk, 2007:21). Dari hasil data yang diperoleh mahasiswa Prodi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan pada Praktek Kebidanan Komunitas
SURYA
58
Vol. 1, No,2, Maret 2009
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
pemberian ASI eksklusif di Desa Balun. Adanya motivasi yang kuat dari berbagai pihak pada ibu yang menyusui, diharapkan mampu mempengaruhi perilaku ibu untuk memberikan ASI eksklusif untuk bayinya.
12 bulan di Desa Balun yang sebesar 30 responden. 2) Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi umur 6 sampai 12 bulan yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini : (1) Ibu yang bersedia diteliti (2) Ibu yang sehat jasmani dan rohani Kriteria eksklusi dalam penelitian ini : (1) Ibu yang memiliki penyakit sehingga tidak bisa menyusui (2) Ibu yang buta huruf tidak bisa baca tulis 3) Sampling Sampling yang digunakan dalam penelitian ini Simple random sampling. Simple random sampling adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:85).
a. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimana gambaran motivasi ibu tentang pemberian ASI eksklusif di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan ? 2) Bagaimana gambaran pemberian ASI eksklusif di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan ? 3) Bagaimana hubungan antara motivasi dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan ?
c. Pengumpulan Data dan Analisa Data 1) Proses Pengumpulan data Setelah mendapatkan ijin dari Bidan Desa Balun untuk melakukan pengumpulan data, peneliti memberikan surat permohonan menjadi responden bersamaan dengan lembar persetujuan menjadi responden pada ibu yang mempunyai bayi umur 6 sampai 12 bulan yang datang ke posyandu. Apabila ibu bersedia menjadi responden, maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Selanjutnya peneliti menjelaskan cara pengisian kuessioner dan memberi waktu kepada ibu untuk mengisi kuessioner dengan lengkap. Dari kuessioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas ini, peneliti dapat mengidentifikasi bagaimana motivasi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif. 2) Instrumen pengumpulan data Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2003:108). Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuessioner tertutup. Bentuk dan jenis pertanyaannya adalah closed ended yaitu dichotomy question. Jumlah pertanyaan untuk motivasi intrinsik
2. Metode Penelitian a.
Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian studi korelasi. Studi korelasi (correlation study) merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:142). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross sectional dengan studi retrospektif. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada satu saat (Nursalam, 2003:85). Sedangkan studi retrospektif yaitu penelitian yang berusaha melihat ke belakang (backward looking), artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:27).
b. Populasi, Sampel, dan Sampling 1) Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi umur 6 sampai
SURYA
59
Vol. 1, No,2, Maret 2009
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
ada 6, dan untuk motivasi ekstrinsik ada 6. Sedangkan ASI eksklusif ada 4 pertanyaan. 3) Waktu dan tempat Penelitian dilakukan mulai 24 November sampai 20 Desember 2008. Tempatnya di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. 4) Analisis data Mengingat penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antar 2 variabel yaitu motivasi dan pemberian ASI eksklusif, dimana variabel independen skala data ordinal, variabel dependen skala data nominal maka analisis data yang digunakan adalah Chi Square. Data yang telah diolah, disajikan dalam bentuk tabulasi silang antara variabel independen dan variabel dependen. Selanjutnya diuji dengan Chi Square dengan α = 0,05 dan X² tabel = 5,991. Tujuan analisa diatas untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan pemberian ASI eksklusif. Apabila uji Chi Square tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji Fisher’s Exact dengan α = 0,05 jika hasil p < 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan antara motivasi dengan pemberian ASI eksklusif dan sebaliknya.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Balun Kecamatan Turi pada bulan NovemberDesember 2008
3. Hasil Penelitian
Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau sebanyak 18 orang (64,3%) merupakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Sedangkan sebagian kecil bekerja sebagai pegawai atau PNS yaitu sebanyak 1 orang (3,6%).
Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau sebanyak 11 orang (39,3%) berpendidikan SD dan sebagian kecil atau sebanyak 7 orang (25%) berpendidikan SMP.
c.
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Balun Kecamatan Turi pada bulan NovemberDesember 2008
a.
Karakteristik responden berdasarkan umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Desa Balun Kecamatan Turi pada bulan NovemberDesember 2008
d.
Tingkat motivasi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di Desa Balun Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Motivasi di Desa Balun Kecamatan Turi bulan November-Desember 2008
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau sebanyak 21 orang (75%) merupakan kelompok umur 20-35 tahun yang termasuk usia produktif. Dan sebagian kecil atau sebanyak 7 orang (25%) kelompok umur < 20 tahun.
Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 28 responden sebagian besar atau sebanyak 15 orang (53,6%) memiliki motivasi rendah. Dan sebagian kecil atau sebanyak 13 orang (46,4%) memiliki motivasi tinggi. Sebagian besar
b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
SURYA
60
Vol. 1, No,2, Maret 2009
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
responden memiliki motivasi intrinsik berupa kesadaran dan kemauan yang rendah tentang pemberian ASI eksklusif.
a.
Tingkat motivasi ibu tentang pemberian ASI eksklusif Stooner (1992) yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2007) mendefinisikan bahwa motivasi adalah sesuatu hal yang menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau perilaku seseorang. Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 28 responden sebagian besar memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 15 orang (53,6%). Dan sebagian kecil (46,4%) sebanyak 13 orang memiliki motivasi tinggi. Motivasi seseorang dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan, dan peran tenaga kesehatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan berpengaruh pada tingkat motivasinya. Tingkat pendidikan kurang, maka tingkat motivasi juga akan kurang (Tri Rusmi, 1999:12). Pendidikan yang rendah akan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu dan selanjutnya mempengaruhi motivasi yang dimilikinya. Selama menempuh pendidikan formal akan terjalin hubungan baik secara social atau interpersonal yang akan berpengaruh terhadap wawasannya. Rata-rata ibu yang diteliti berpendidikan SD (39%) dan sebagian kecil (25%) SMP. Dengan pendidikan yang rendah, otomatis pengetahuan yang dimiliki juga sedikit, maka informasi yang diperoleh akan sulit diterima dengan baik sehingga motivasi dari dalam diri ibu juga rendah. Apalagi jika lingkungan sekitar termasuk orang tua, masyarakat dan tenaga kesehatan juga tidak memberikan dorongan pada ibu. Peran tenaga kesehatan dalam hal ini sangat diperlukan untuk melestarikan relasi ibu-anak dengan jalan menyusui bayinya dengan air susu sendiri. Sehingga anak bisa memanfaatkan makanan paling sehat dan paling murah di dunia, yaitu air susu ibunya. Pada periode menyusui ini tali-umbilik psikis diekspresikan melalui payudara ibu dan mulut bayi (Kartini Kartono, 1992:215). Artinya, pada saat menyusui cinta kasih ibu mengalir bersamaan dengan air susu yang dihisap bayinya. Sehingga bayi akan lebih nyaman, tenang, dan dekat dengan ibunya. Oleh karena manfaat menyusui yang begitu besar, peran tenaga kesehatan sangat penting untuk memberikan informasi kepada ibu sehingga timbul motivasi dari dalam
e. Pemberian ASI Esklusif di Desa Balun Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI eksklusif di Desa Balun Kecamatan Turi bulan November-Desember 2008
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 28 responden sebagian besar atau sebanyak 16 orang (57,1%) tidak memberikan ASI eksklusif, dan sebagian kecil atau sebanyak 12 orang (42,9%) memberikan ASI eksklusif. f.
Hubungan motivasi dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Desa Balun Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Motivasi dengan Pemberian ASI eksklusif di Desa Balun Kecamatan Turi bulan November-Desember 2008
Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 28 responden sebagian besar mempunyai motivasi rendah yang dimanifestasikan dengan tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 15 orang (53,6%). Sedangkan yang memiliki motivasi tinggi, hampir seluruhnya memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 12 orang (42,9%). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji Chi Square dengan N=28 dan α = 0,05 dimana nilai p = 0,000. Tetapi dari hasil analisa didapatkan 2 sel (33,3%) nilai harapannya (Fe) kurang dari 5, sehingga diuji dengan Fisher’s Exact yaitu p = 0,000. Dimana p < 0,05 sehingga H1 diterima, berarti terdapat hubungan antara motivasi dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
4. Pembahasan
SURYA
61
Vol. 1, No,2, Maret 2009
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
ada, tentang berbagai macam keunggulan susu formula yang kandungannya dapat meningkatkan kecerdasan anak dan perkembangan yang optimal. Informasi ini tanpa dipertimbangkan langsung diterima yang dimanifestasikan sikap melalui pemberian susu formula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden (64%) tidak bekerja dan sebagian kecil (4%) sebagai pegawai atau PNS. Walaupun ibu memiliki banyak waktu untuk menyusui dan menerima informasi, namun pengetahuan ibu belum cukup untuk menyaring informasi yang ada. Sehingga mereka lebih tertarik dan memilih kepraktisan dengan memberikan susu formula. Faktor usia juga dapat berpengaruh pada perilakunya, dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar ibu (75%) berusia 20-35 tahun. Pada rentang usia ini terjadi peralihan dari masa remaja ke dewasa, sehingga perkembangan pikiran mereka masih labil dan belum dapat menentukan keputusan sendiri. Mereka membutuhkan orang-orang disekitar mereka untuk mendukung keputusannya, dalam hal ini memberikan ASI eksklusif. c. Hubungan antara motivasi dengan pemberian ASI eksklusif Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 28 responden sebagian besar memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 15 orang (53,6%) yang dimanifestasikan dengan tidak memberikan ASI eksklusif. Sedangkan yang memiliki motivasi tinggi hampir seluruhnya sebanyak 12 orang (42,9%) memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI selain dipengaruhi oleh usia, pendidikan dan pekerjaan, juga dipengaruhi oleh faktor lain, diantaranya motivasi. Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek, yakni aspek fisik, psikis, dan sosial. Menurut Lawrence Green yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2007) yang menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, menyatakan bahwa perilaku terbentuk dari 3 faktor, yaitu ;1) Faktor-faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, pendidikan, kepercayaan, nilai-nilai dalam sosial budaya, dan sebagainya; 2) Faktor-faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, dan sebagainya; 3) Faktor-faktor pendorong, yang terwujud dalam motivasi yang
diri ibu berupa kemauan dan kesadaran memberikan ASI secara eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (75%) responden yaitu ibu yang memiliki bayi umur 0-6 bulan, pada rentang usia 20-35 tahun dan sisanya usia <20 tahun (25%). Pada rentang usia ini kemungkinan pengalaman terhadap aplikasi sehari-hari masih kurang, karena semakin cukup usia maka tingkat kematangan akan berkembang secara optimal termasuk didalamnya pengalaman, serta kekuatan seseorang dalam berfikir (Agoes Soejanto, 2005:222). Ibu yang masih muda cenderung langsung menerima informasi baru begitu saja tanpa didasari pengetahuan yang cukup. Apalagi jika informasi tersebut mengenai keunggulan dan kepraktisan susu formula dibandingkan ASI, ibu akan langsung tertarik dan terdorong untuk memberikan susu formula. b. Pemberian ASI eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai sekitar 6 bulan. (Rulina Suradi, 2004:3). Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan makanan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih, juga pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, dan sebagainya. ASI mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh bayi selama awal kehidupannya dan sangat sesuai untuk sistem pencernaan bayi yang belum sempurna. Oleh karena itu ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 28 responden sebagian besar (57,1%) sebanyak 16 orang tidak memberikan ASI eksklusif, dan sebagian kecil sebanyak 12 orang (42,9%) memberikan ASI eksklusif. Rendahnya pemberian ASI eksklusif ini disebabkan hampir sebagian responden berpendidikan SD (39%) sehingga pengetahuan dan informasi yang didapatkan juga kurang sehingga ibu tidak menyadari mana yang terbaik untuk bayinya. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:140). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama, dan cenderung perilaku ibu hanya ikut-ikutan saja. Kemungkinan mereka tertarik dengan iklan-iklan susu yang
SURYA
62
Vol. 1, No,2, Maret 2009
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
sebagian kecil (46,4%) memiliki motivasi tinggi. 2) Sebagian besar (57,1%) ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di Desa Balun tidak memberikan ASI eksklusif. 3) Terdapat hubungan antara motivasi dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
diberikan, baik dari teman, keluarga, masyarakat, atau petugas kesehatan. Faktor predisposisi merupakan faktor yang ada dalam diri manusia, sedangkan faktor pendukung adalah sarana kesehatan yang tersedia, seperti klinik laktasi. Semakin lengkap sarana yang ada akan mendorong semangat ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif. Motivasi sebagai faktor pendorong, dapat berasal dari dalam diri sendiri yang berupa kesadaran dan kemauan maupun dari luar yaitu keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan yang berupa pemberian informasi. Ibu yang memiliki motivasi rendah cenderung tidak memberikan ASI karena kurangnya motivasi dari dalam diri maupun dari luar. Sedangkan ibu yang memiliki motivasi tinggi, sebagian besar memberikan ASI secara eksklusif karena ibu sadar akan manfaat dan keuntungan ASI bagi ibu maupun bayinya. Di dalam program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, sangat diperlukan usaha-usaha konkret dan positif dari tenaga kesehatan. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2007) dikelompokkan menjadi 3, yaitu; 1) Menggunakan kekuasaan atau dorongan; 2) Pemberian informasi; 3) Diskusi patisipasi. Dan akan lebih efektif lagi jika masyarakat sekitar juga ikut mendukung program pemberian ASI eksklusif ini. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi tinggi selalu berperilaku yang sesuai harapan. Karena dalam perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan, kepercayaan, fasilitas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga sebaliknya, seseorang yang memiliki motivasi rendah, sebagian besar tidak berperilaku yang sesuai harapan, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas.
b. 1)
2)
3)
4)
DAFTAR PUSTAKA Agoes
5. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan Setelah peneliti menganalisis data dan melihat hasil analisa data, maka peneliti mengambil suatu kesimpulan sebagai berikut : 1) Sebagian besar (53,6%) ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di Desa Balun memiliki tingkat motivasi rendah tentang pemberian ASI eksklusif. Dan
SURYA
Saran Bagi ibu Diharapkan ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan setelah mendapat informasi tentang ASI eksklusif bersedia menyusui bayinya sampai umur 6 bulan agar status kesehatan ibu maupun bayi dapat meningkat. Bagi profesi kebidanan Diharapkan profesi kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada keluarga mampu memberikan motivasi kepada ibu yang mempunyai bayi umur 06 bulan yang harus mendapat ASI secara eksklusif. Bagi institusi pelayanan kesehatan Diharapkan petugas kesehatan meningkatkan penyuluhan atau pemberian informasi pada ibu menyusui tentang pentingnya menyusui secara eksklusif bagi ibu maupun bayinya. Bagi peneliti yang akan datang Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi dalam pemberian ASI eksklusif.
Soejanto. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Alex Sobur.(2003). Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia. Aziz Alimul Hidayat.(2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
63
Vol. 1, No,2, Maret 2009
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
Azrul
Azwar, Joedo Prihartono. (2003). Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Batam : Binarupa Aksara.
Soekidjo Notoatmodjo. (2002). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sugiyono.(2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Depkes RI. (2004). Kebijakan Depkes tentang Peningkatan Pemberian ASI Pekerja http:www.dinkes-kota Wanita, semarang.go.id.
Sunaryo.(2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Hardjono Soeparto. (2007). Media Kesehatan Bidan. Update Menyusui dan ASI. Edisi XVI Oktober. Surabaya : Hidup Sehat Bahagia.
Tri Rusmi Widayatun.(1999). Ilmu Perilaku untuk Perawat. Jakarta : CV Sagung Seto.
Irwanto.(2002). Psikologi Umum. Jakarta : Prenhallindo.
Utami Roesli. (2000). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya.
Kartika. (2008). Sehat setelah Melahirkan. Jakarta : Kawan Kita.
Yayuk. (2007). Media Kesehatan Bidan. Memberi ASI sejak Jam Pertama Lahir. Edisi XV September. Surabaya : Hidup Sehat Bahagia.
Kartini Kartono. (1992). Psikologi Wanita. Jakarta : PT Mandar Maju.
Yiyis Ismayanti.(2008). Majalah Bidan. Peran Bidan dalam Menggalakkan Penggunaan ASI. Volume XII No.01/2008. Jakarta : IBI.
Laila.(2008). Ayah bunda. Menabung ASI. Edisi 17-30 Maret. Jakarta : PT Aspira Pemuda. Retno Supriyadi Wahab.(2008). Ayah bunda. Mencari Posisi Menyusui. Edisi 13-18 April. Jakarta : PT Aspira Pemuda. Rulina Suradi. (2004). Manajemen Laktasi. Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia. Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Grafindo Persaja. Soekidjo Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Soekidjo Notoatmodjo.(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
SURYA
64
Vol. 1, No,2, Maret 2009