POLA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA (STUDI DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN) Octavian Hendra Priyatno & Anjar Mukti Wibowo* Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kepemimpinan kepala desa terhadap masyarakat lintas agama di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif. Jenis penelitian yang dipakai yaitu penelitian lapangan (field study research). Sumber data berasal dari sumber data primer dan sekunder dengan teknik pengambilan data melalui observasi, wawancara, serta dokumentasi. Informan ditentukan melalui teknik bertujuan (purposive sample). Validasi untuk menguji kebenaran data yakni trianggulasi sumber, sedangkan analisis data menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pola kepemimpinan kepala desa terhadap masyarakat lintas agama di Desa Balun berorientasi pada perilaku kepemimpinan demokratis. Penekanan pola perilaku tersebut dapat mengakomodasi berbagai kepentingan golongan sehingga terjalin interaksi yang positif antara lembaga pemerintahan, lembaga kemasyarakatan, dan lembaga keagamaan. Kepemimpinan demokratis ini tercermin dalam berbagai aktivitas yang berlandaskan musyawarah dengan melibatkan masyarakat bersangkutan. Hasil penelitian lainnya ditemukan bahwa kerukunan umat beragama di Desa Balun tidak bisa dilepaskan dari prinsip kekeluargaan, pendidikan, kultur masyarakat, peranan tokoh agama, serta dukungan dari pemerintah desa. Selain itu, dalam mempertahankan kerukunan umat beragama di Desa Balun memerlukan kharakter kepemimpinan desa yang secara umum berkecenderungan komunikatif, fleksibel, terbuka, peduli, dan partisipatif untuk meminimalkan benih-benih konflik di tubuh masyarakat. Kata kunci: Pola Kepemimpinan, Kepala Desa, Kerukunan Umat Beragama Pendahuluan
Perspektif fundamentalis yang dimaksud
Kharakteristik
kemajemukan
dapat
ditinjau
dari
sisi
geografis maupun dari segi historisitas.
merupakan suatu hal yang tak bisa
Dua ranah
dipungkiri ketika berbicara perihal ke-
dominan dalam terbentuknya sebuah
Indonesia-an. Realita di atas tentu
karakter
dipengaruhi
perspektif
Tinjauan dari sisi geografis menyatakan
menyebabkan
bahwa Indonesia merupakan negara
keberagaman,
yang terdiri dari gugusan kepulauan
fundamental Indonesia
oleh yang diselimuti
tersebut memiliki efek bangsa
berpengaruh
yang
besar
majemuk.
sehingga bangsa ini memiliki keunikan
yang
terhadap
tersendiri dari bangsa-bangsa lain di
terciptanya pluralitas suku bangsa di
belahan bumi manapun.
negeri ini.
* Octavian Hendra Priyatno adalah alumni Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN * Anjar Mukti Wibowo adalah Dosen Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN
Konsekuensi dari faktor geografis tersebut
mampu
menimbulkan
rentetan kerajaan Islam, kekuasaan Imperialisme dan Kolonialisme Barat,
komposisi ragam budaya yang berbeda.
pergerakan
Posisi silang Indonesia yang terletak
kemerdekaan serta mempertahankan
antara benua Asia dan Australia serta
kemerdekaan. Semua itu merupakan
Samudera
Pasifik
bagian
Indonesia
turut
dan
Samudera
hingga
dinamika
masa
pengalaman
menambah
historis yang merupakan bagian dari
beragamnya budaya negeri ini. Di masa
proses integrasi dan turut membentuk
kuno,
kharakteristik bangsa Indonesia.
jalur
serta
dari
nasional,
tersebut
merupakan
kawasan pelayaran serta perdagangan internasional
yang
sangat
Proses panjang perjalanan bangsa
ramai.
Indonesia dalam rangka menyatukan
Kondisi demikian menurut Liem (dalam
visi dan identitas bersama, tidak serta
Nasikun
sangat
merta mengalami jalan yang mulus.
mempengaruhi pluralitas agama dalam
Benturan kepentingan ideologi, gejolak
kehidupan
antar kekuatan politik, disertai arus
2007:
46)
masyarakat
Indonesia.
Statement ini pula mendasari sudah
globalisasi
sejak
menimbulkan
lama
masyarakat
Indonesia
yang
begitu
deras berbagai
mendapat pengaruh lintas budaya yang
ketidaksepahaman.
dibawa
melalui
kondisi masyarakat yang berbeda-beda
berbagai proses mediasi atau saluran
(SARA) ketika berinteraksi satu sama
tertentu.
lain memungkinkan untuk membuka
oleh
bangsa
lain
Ditinjau dari segi historisitas, jauh sebelum
terbentuknya
NKRI
yang
Ditambah
pula
jalan konflik semakin melebar. Konflik
dalam
kehidupan
terikat dalam satu-kesatuan politik (17
masyarakat harus dipahami sebagai
Agustus
telah
bagian dari proses dinamika interaksi
rekonstruksi
manusia yang bersifat konstruktif jika
1945),
Indonesia
mengalami
proses
pengalaman
sejarah
begitu
mampu diatasi dengan kepemimpinan
panjang. Mulai dari zaman prasejarah
elegan melalui komunikasi yang positif.
Indonesia, kemudian memasuki zaman
Salah satu dari sekian problematika
kuno yang dihegemoni oleh kerajaan
krusial yang melanda negeri ini di era
Sriwijaya, lalu disusul oleh kejayaan
reformasi dalam kultur masyarakat
Majapahit
majemuk seperti Indonesia ialah krisis
yang
yang
tersohor
hingga
mancanegara. Selanjutnya, memasuki
kepercayaan
zaman Indonesia baru dipenuhi oleh
Hubungan
terhadap antara
pemimpin. jalannya
pemerintahan
dengan
faktor
Indonesia
itu
sendiri
memerlukan
kepemimpinan merupakan suatu sistem
kepemimpinan
yang
ketika
Menurut pandangan Kaloh (2010: 12),
masyarakat menginginkan progresifitas
pemimpin yang terbuka dan luwes
dalam
yang
adalah pemimpin yang tidak terikat
dipercayakan pada seorang public figure
pada tingkat, kedudukan, warna kulit,
(pemimpin).
status dan lainnya. Seorang pemimpin,
tak
bisa
dihindarkan
tatanan
kehidupan
desa
ideal.
Seperti halnya kondisi plural yang
merupakan
dijelaskan sebelumnya, terdapat sebuah
bersinergis
wilayah di kawasan Lamongan yang di
efektivitas pencapaian sebuah tujuan
dalamnya
atau
dengan
dihuni
kultur
Miniatur
oleh
masyarakat
keyakinan
beragam.
ke-Indonesia-an
tersebut
figur
yang
dalam
cita-cita
peranannya. kesatuan
sentral
yang
menentukan
bersama Sedangkan
masyarakat
melalui identitas
hukum
yang
dapat ditemui di Desa Balun Kecamatan
terdapat di desa, merupakan suatu
Turi Kabupaten Lamongan. Sebuah desa
sistem mendasar kemasyarakatan yang
yang
begitu
masyarakatnya
memiliki
kuat.
Melihat
kenyataan
heterogenitas dalam hal berkeyakinan
demikian, desa dapat menjadi sebuah
(Islam, Kristen, Hindu) namun mampu
pijakan
kuat
dalam
upaya
mempertahankan
mengembangkan
sistem
politik,
eksistensi
keberadaan sistem sosial yang telah
ekonomi, sosial-budaya, dan hankam
dibangun
selama
yang stabil (Ari Dwipayana dkk, 2006:
Kehidupan
bermasyarakat
bertahun-tahun. di
desa
2). Oleh karena itu, menarik untuk
tersebut berbalut unsur ke-bhineka-an
diteliti
yang kuat disertai aroma kehidupan
interaksi
beragama yang kental. Kerukunan umat
dengan masyarakat desa Balun yang
beragama
tergolong multikultur (lintas agama)
sangat
disuguhkan
terasa
dengan
tatkala
pemandangan
lebih
ditinjau
kepala
dari
masing-masing tempat ibadah (masjid,
kepemimpinan
gereja, pura) yang dibangun dengan
diterapkan.
jarak
relatif
berdekatan.
mengasumsikan masyarakat
desa
kharakteristik deskripsi
bahwa yang
Hal
kemajemukan
desa
sudut
berkaitan (pemimpin)
pandang
(politik)
pola yang
ini
Penelitian ini dilaksanakan untuk
pengelolaan
memperoleh gambaran yang memadai
dengan tak
mendalam,
jauh
potret
dan
komprehensif
mengenai
pola
dari
kepemimpinan kepala desa terhadap
masyarakat
masyarakat lintas agama di Desa Balun
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
kepemimpinan
untuk
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperkokoh
nilai-nilai
bermanfaat bagi:
kharakteristik
1.
Mahasiswa
Program
Studi
tidak
Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP PGRI MADIUN. Penelitian ini dapat memberikan perspektif
2.
sumbangsih sejarah
dalam
lokal,
serta
kebangsaan
menjadi
korban
agar dalam
transformasi global. 3.
Bagi
pemerintah,
Pemerintah dapat
khususnya
Daerah
dijadikan
Lamongan,
bahan
kebijakan
untuk
bahan kajian tentang studi pola
mengambil
dalam
kepemimpinan kepala desa lebih
pembangunan baik fisik maupun
lanjut.
mental, terutama yang berkaitan
Masyarakat umum, hasil penelitian
dengan masalah kerukunan antar
ini dapat memberikan gambaran
umat beragama.
tentang peran agama, budaya, dan mereka memiliki sikap dan tingkah
Tinjauan Pustaka A.
laku yang sama. Itulah asal mula
Konsep kepemimpinan 1.
timbulnya kepemimpinan menurut
Definisi Kepemimpinan Setiap
individu
memilki
hasrat untuk menempatkan diri layaknya individu lain. Akan tetapi, hanya sebagian kecil di antara mereka
yang
mampu
mewujudkannya.
Sebagian
dari
yang
mereka
kecil
mampu
mewujudkan hasrat tersebut dalam kehidupan, pimpinan.
umumnya Bagi
menjadi
mereka
yang
memiliki hasrat terpendam atau dengan kata lain tidak mampu mewujudkannya dalam kehidupan, berusaha mewujudkannya dengan jalan
mengadakan
identifikasi
dengan pimpinannya. Harapannya
Sigmund
Freud
(dalam
Slamet
Santosa, 2010: 231-232). Asal mula kepemimpinan
tersebut
muncul
dan berkembang sebagai akibat dari struktur dinamika sosial yang cenderung kurang stabil. Kepemimpinan kegiatan
untuk
adalah
mempengaruhi
orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok (Miftah Thoha, 1983: 9). Kepemimpinan memiliki perbedaan
dengan
manajemen.
Secara umum kepemimpinan dapat berlangsung dimanapun dan oleh siapapun,
asalkan
pengaruh
seseorang
terdapat untuk
mencapai
tujuan
tertentu.
sasaran (arah), ada aktivitasnya
Kepemimpinan memiliki arti yang
(peranan), interaksi (hubungan),
lebih luas daripada manajemen,
dan otoritas (power).
karena tidak harus berbenturan
Dari uraian pendapat para
dengan struktur atau tata aturan
ahli di atas, kepemimpinan dapat
birokrasi suatu organisasi.
diartikan sebagai proses dinamika
Tannenbaum (dalam Slamet
interaksi sosial dalam kelompok
Santosa 1992: 57) berpendapat
manusia yang bertitik tolak pada
bahwa kepemimpinan merupakan
figur,
pengaruh
situasi/kondisi
antara
orang
dalam
beradaptasi
dengan lingkungan,
kancahnya situasi langsung melalui
sekaligus
proses komunikasi yang terarah
mempengaruhi
untuk memperoleh tujuan khusus
dipengaruhi
maupun
umum.
memunculkan aksi-reaksi melalui
Kepemimpinan merupakan suatu
bentuk komunikasi tertentu demi
proses
tercapainya
tujuan mempengaruhi
aktivitas
dari individu atau kelompok untuk mencapai
tujuan
dalam
situasi
memuat
unsur-unsur maupun
yang
dapat
cita-cita
bersama
(organisasi). Secara
sederhana,
jiwa
tertentu. Dari definisi tersebut,
kepemimpinan yang ada dalam
kepemimpinan
seorang
dapat
dilihat
pemimpin
(leader)
sebagai proses, bukan orang. Proses
dibentuk oleh faktor internal dan
dalam kepemimpinan meliputi tiga
eksternal. Faktor internal yang
faktor, yaitu pemimpin, pengikut,
dimaksud
dan faktor situasi (Gitosudarmo
Tuhan yang dibawa sejak lahir,
dan Sudita, 2000: 127-128).
seperti bakat alami kepemimpinan
Sedangkan
menurut
Bimo
merupakan
(talent), daya
anugerah
tarik (charisma),
Walgito (2007: 102), dalam sebuah
kewibawaan
kepemimpinan selalu terdiri atas
sebagainya. Di samping itu, faktor
beberapa
eksternal juga memiliki andil dalam
dalam
variabel. sebuah
Setidaknya
kepemimpinan
(power),
merekonstruksi
dan
jiwa
terdapat enam variabel antara lain
kepemimpinan lebih lanjut. Faktor
ada
eksternal
seorang
pemimpin
(posisi
yang
dimaksud
ialah
sekaligus subyek), kelompok yang
pengaruh dari luar individu yang
dipimpin (obyek), ada tujuan atau
bersangkutan, seperti pendidikan,
situasi dan kondisi lingkungan,
struktur, style, sistem, skill, strategi,
pengalaman, dan sebagainya.
dan superordinate goal.
Dari statement tersebut, bisa
Cara-cara atau usaha kepala
dimengerti bahwa muncul dan
desa mengelola masyarakat juga
berkembangnya seorang pemimpin
bergantung pada respon dari dalam
merupakan hasil dari interaksi
dirinya. Respon merupakan bentuk
sosial
antara
diri
pemimpin
dari perilaku seseorang (Soerjono
(internal)
dengan
anggota
Soekanto, 1993: 202). Penjelasan
kelompok
yang
dipimpin
demikian akan mudah dimengerti
(eksternal) dalam situasi, kondisi,
melalui sebuah contoh di lapangan.
serta
lingkungan
Misalnya,
kata
menemui perselisihan yang terjadi
tuntutan
ekologisnya.
Dengan
kepemimpinan sebagai
dapat
berikut;
mempengaruhi
lain
bekerja pemimpin
pengikut
dan
antara
apabila
dua
Keinginan
orang
untuk
seseorang atau
lebih.
menyelesaikan
perselisihan, keinginan untuk tidak
lingkungannya, sebaliknya pengikut
mengacuhkan,
dan
keinginannya untuk mempertajam
lingkungan
juga
dapat
ataupun
mempengaruhi pemimpin.
perselisihan,
itu
2.
pengertian
dari
Kepemimpinan Kepala Desa
merupakan sebuah
Kepemimpinan kepala desa
kepribadian. Sedangkan tindakan
adalah cara atau implementasi
dalam mewujudkan keinginannya
tindak perilaku kepala desa dalam
tersebut,
mempengaruhi,
mengarahkan,
penjelasan dari sebuah perilaku.
mendorong, sekaligus memobilisasi
Perilaku yang memiliki pengaruh
segenap elemen masyarakat desa
tertentu bisa dikatakan mengacu
untuk bekerja atau berperan serta
pada perilaku kepemimpinan (gaya
mencapai tujuan yang ditetapkan.
kepemimpinan), yakni sebuah pola
Menurut
(dalam
menyeluruh dari tindakan seorang
126-127),
pemimpin, baik tampak maupun
Rahardjo,
Mc.
Kinsey
2006:
keberhasilan Kepala Desa dalam
tidak
memimpin desanya secara efektif
mampu
mencakup
tersendiri
hubungan
yang
konsisten dari tujuh faktor, yaitu
itulah
oleh
merupakan
bawahannya
yang
memunculkan
persepsi
pada
pengikut-
pengikutnya.
Reddin 2008:
(dalam
34),
Kartono,
menentukan
untuk ikut serta merumuskan
gaya
tujuan-tujuan
yang
harus
kepemimpinan atas tiga pola dasar,
dicapai kelompok, serta cara-
yaitu
cara untuk mencapai tujuan-
berorientasi
tugas,
berorientasi pada hubungan, dan berorientasi pada hasil yang efektif.
tujuan tersebut, b. Pemimpin
secara
Berdasarkan ketiga pola dasar di
memberikan
atas akan berwujud dalam tiga tipe
petunjuk-petunjuk,
pokok kepemimpinan antara lain kepemimpinan
(Veithzal
Rifai,
2008:
pengikut, d. Pemimpin secara aktif ikut
56-57).
berpartisipasi
Masing-masing tipe kepemimpinan memiliki
relevansi
dengan
kepemimpinan pedesaan dengan
dalam
3) Kepemimpinan bebas a. Pemimpin
menjalankan
peranannya secara pasif,
1) Kepemimpinan otoriter
b. Penentuan tujuan yang akan
a. Pemimpin menentukan segala kelompok
dicapai kelompok sepenuhnya
secara
sepihak,
diserahkan pada kelompok, c. Pemimpin hanya menyediakan
b. Pengikut diajak
di
kegiatan-kegiatan kelompok.
ciri sebagai berikut:
kegiatan
dan
pemimpin maupun pengikut-
kepemimpinan kendali bebas, dan demokratis
saran
c. Ada kritik positif, baik dari
otoriter,
kepemimpinan
aktif
sama untuk
sekali
tidak
sarana
ikut
serta
kelompok,
yang
diperlukan
merumuskan tujuan kelompok
d. Pemimpin berada di tengah-
dan cara-cara untuk mencapai
tengah kelompok, namun dia
tujuan tersebut,
hanya
c. Pemimpin
terpisah
dari
berperan
sebagai
penonton (Soerjono Soekanto,
kelompok dan seakan-akan tidak
2012: 257).
ikut dalam proses interaksi di
Pada
prakteknya
di
dalam kelompok tersebut.
lapangan, ketiganya akan saling
2) Kepemimpinan demokratis
mengisi atau menunjang satu sama
a. Secara
musyawarah
dan
lain
dengan
beradaptasi
pada
mufakat pemimpin mengajak
situasi dan kondisi sehingga akan
warga atau anggota kelompok
menghasilkan kepemimpinan yang
efektif. Kharakter kepemimpinan
Konsep
kerukunan
umat
kepala desa akan memiliki ke-khas-
beragama
bagi
annya masing-masing bergantung
Indonesia
secara
pada situasi dan kondisi lingkungan
ditemukan dalam Pancasila yang
kerja (social basic) kepala desa
juga merupakan dasar ideologi
bersangkutan.
sekaligus
Maka,
kepemimpinan
pola
alternatif
masyarakat tegas
falsafah
dapat
negara.
kepala
Implementasi nilai-nilai kerukunan
desa sebagai kepemimpinan lokal
umat beragama di Indonesia yang
(local leadership) bisa jadi berbeda-
berlandaskan Pancasila, mengacu
beda di tiap daerah (Rahardjo,
pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa
2006: 130).
dan
B. Kerukunan Umat Beragama
sila
Persatuan
Indonesia.
Konsepsi ini diharapkan mampu
Kata rukun dapat mengacu
mengikat umat beragama dalam
pada dua pengertian, yaitu sebagai
konteks
keadaan dan sebagai tindakan.
menghindari
Dalam pengertian yang pertama,
bernafaskan agama hingga pada
rukun
akhirnya berbuah kerukunan.
berarti
dalam
keadaan
selaras, tenang, tentram, tanpa
kebangsaan
untuk
konflik
yang
Ketuhanan Yang Maha Esa
perselisihan dan pertentangan. Di
ditempatkan
sisi lain, rukun mengacu pada cara
pertama
bertindak
Pancasila. Berarti, bangsa Indonesia
untuk
tanda-tanda
menghilangkan
ketegangan
dalam
sebagai
dalam
sila
dasar
yang negara
menuju pada perwujudan hidup
masyarakat atau antara pribadi-
manusia
pribadi sehingga hubungan sosial
perintahNya. Ketuhanan yang Maha
tetap kelihatan selaras dan baik.
Esa
Unsur-unsur
yang
perlindungan dan penghormatan
menimbulkan
perselisihan
keresahan,
diupayakan
mungkin dan untuk
umat
yang
sesuai
dengan
merupakan beragama
sekaligus
di
konsep Indonesia,
pengakuan
atas
disingkirkan. Penjelasan di atas
kepercayaan pada Tuhan yang esa
mendeskripsikan bahwa kerukunan
serta penolakan paham Atheis yang
memiliki korelasi antara kondisi
tidak mengakui keberadaan Tuhan.
sosial dan individual (Magnis dalam
Driyarkara (dalam Tilaar, 2007:
Poerwanto, 2000: 222).
211), menyatakan pada dasarnya sila-sila
Pancasila
semuanya
diarahkan
pada
kehidupan
seharusnya
upaya
untuk
kemanusiaan yang membutuhkan
meneruskan cita-cita tersebut bisa
hidup
yaitu
terwujud
maha
berbangsa dan bernegara masa kini
kerohanian
hubungannya
dengan
Pencipta
hidup
serta
bersama
pada
dalam
kehidupan
bingkai
keragaman.
dengan sesama dalam masyarakat
Semboyan Bhineka Tunggal Ika
yang adil dan makmur.
(dalam Sutasoma) harus mampu
Sila
selanjutnya
yakni
dijiwai
dan
dipahami
oleh
Persatuan Indonesia. Konsep ini
masyarakat Indonesia dalam ranah
sangat
persatuan
dibutuhkan
Indonesia
negara
dengan
menginginkan pencapaian kualitas
(suku,
masyarakat yang lebih baik. Pijakan
sebagai kharakteristik
majemuk
bangsa
agama, ras, dan antar golongan) di
ini
dalamnya.
akan
diungkapkan oleh Slamet Mulyana
dibangun oleh negara Indonesia
(1979) dalam tafsir sejarah Nagara
bukanlah
Kretagama.
bangsa
Cita-cita
yang
sebuah majemuk
masyarakat
dengan
yang
Bahwasannya,
Maha
yang
Patih Gadjah Mada di masa lampau
digambarkan Furnival, akan tetapi
lebih mengutamakan kemakmuran
satu masyarakat Bhineka Tunggal
dan persatuan rakyat di bawah
Ika.
panji
Yaitu
seperti
serupa
jika
sebuah
masyarakat
Majapahit
bangsa yang terdiri dari berbagai
berbagai
kelompok suku-bangsa dengan hak
dalam beragama.
kulturalnya masing-masing (Amri Marzali, 2007: 214).
terlepas
perbedaan
Konsep
dari
keyakinan selanjutnya
merujuk pada Tri Kerukunan Umat
Kalimat Bhineka Tunggal
Beragama, yakni kerukunan intern
Ika merupakan pengejawantahan
umat beragama, kerukunan antar
kondisi
umat beragama, dan kerukunan
sosial
masyarakat
Indonesia yang sebenarnya di masa
antar
lampau. Perjalanan sejarah bangsa
pemerintah.
Indonesialah
hakekatnya
yang
mencuatkan
umat
beragama Konsep juga
dengan
ini
didasari
pada oleh
fakta dan realitas keberagaman
sumber dari segala sumber hukum
yang
di Indonesia, yakni Pancasila. Di
harus
diterima
bersama.
Apabila semangat persatuan di
samping
masa
beragama di Indonesia telah diatur
silam
mampu
tercapai,
itu,
jaminan
untuk
oleh pemerintah. Sesuai dengan
untuk tidak disiksa, hak kebebasan
yang tercantum pada UUD 1945
pribadi, pikiran dan hati nurani,
Bab XI Pasal 29 Ayat (2); Negara
hak beragama, hak untuk tidak
menjamin kemerdekaan tiap-tiap
diperbudak,
penduduk
sebagai pribadi dan persamaan di
agamanya
untuk
memeluk
untuk
diakui
dan
hadapan hukum, dan hak untuk
menurut
tidak dituntut atas dasar hukum
agamanya dan kepercayaannya itu.
yang berlaku surut adalah hak asasi
Artinya,
tersebut
manusia yang tidak dapat dikurangi
dan
dalam keadaan apapun dan oleh
syariatnya untuk dihormati dalam
siapapun. Dengan terciptanya tri
nilai asasi kehidupan berbangsa
kerukunan
dan bernegara. Sejalan dengan itu,
diharapkan
Denny (2006: 392) menyatakan
stabilitas nasional dan semakin
prinsip-prinsip keagamaan setiap
memperkokoh
agama
kesatuan bangsa.
untuk
masing-masing
hak
beribadat pernyataan
memposisikan
agama
menjadi
benar
jika
diterapkan dalam komunitas agama itu
sendiri,
namun
umat lebih
beragama, memantapkan
persatuan
dan
C. Desa
menjadi
Desa merupakan sebutan
problematik jika diterapkan kepada
secara umum untuk organisasi
negara yang memiliki komunitas
pemerintah terendah yang ada di
yang beragam. Yang berkewajiban
tiap
menjalankan prinsip-prinsip agama
rangka
adalah komunitas agama itu sendiri
pemerintahan di wilayah NKRI.
(dan para pemeluknya), bukan
Menurut Unang Soenardjo (dalam
negara. Negara hanya berkewajiban
Nurcholis, 2011: 4) desa adalah
menjalankan prinsip moral umum
suatu
yang disepakati oleh semua agama,
bedasarkan adat dan hukum adat
seperti pemerintahan yang bersih,
yang menetap dalam suatu wilayah
pemimpin yang berintegrasi, dan
yang
kehendak baik.
memiliki ikatan lahir dan batin
daerah
kabupaten
dalam
penyelenggaraan
kesatuan
tertentu
masyarakat
batas-batasnya;
Lebih lanjut, diatur juga
yang sangat kuat, baik karena
dalam UU RI No. 39 Tahun 1999
seketurunan maupun karena sama-
tentang HAM Bab II Pasal 4, yang
sama memiliki kepentingan politik,
berbunyi; hak untuk hidup, hak
ekonomi, sosial dan keamanan;
memiliki susunan pengurus yang
bersifat homogen, serta bergotong
dipilih bersama; memiliki kekayaan
royong.
dalam jumlah tertentu dan berhak
Merujuk pada UU No. 32
menyelenggarakan urusan rumah
Tahun 2004 Bab I Pasal I angka 12
tangga sendiri.
yang merevisi atas UU No. 22
Sapari Imam Asy’ari (1993: 93-94)
memberikan
Tahun 1999 merumuskan definisi
batasan
desa sebagai berikut; “Desa atau
pengertian dengan dasar pemikiran
yang disebut dengan nama lain,
dan
yang
kharakteristik
yaitu
aspek
selanjutnya
disebut
morfologi, aspek jumlah penduduk,
adalah
aspek ekonomi, dan aspek sosial
hukum yang memiliki batas-batas
budaya.
wilayah yang berwenang mengatur
Dilihat
morfologi,
dari
aspek
desa
adalah
dan
kesatuan
desa,
mengurus
masyarakat
kepentingan
pemanfaatan tanah atau lahan oleh
masyarakat setempat, berdasarkan
penduduk atau masyarakat yang
asal-usul dan adat istiadat setempat
bersifat agraris, serta bangunan
yang diakui dan dihormati dalam
rumah tinggal yang terpancar atau
sistem
jarang. Dilihat dari aspek jumlah
Kesatuan Republik Indonesia.”
pemerintahan
Negara
penduduk, maka desa didiami oleh
Beberapa ciri masyarakat
sejumlah kecil penduduk dengan
desa menurut Nurani Soyomukti
kepadatan yang rendah. Dilihat dari
(2010: 307-308) antara lain; warga
aspek
adalah
pedesaan mempunyai hubungan
atau
erat dan mendalam ketimbang
bermata
hubungan mereka dengan warga
wilayah
ekonomi,
desa
yang
penduduk
masyarakatnya pencaharian
pokok
di
bidang
pedesaan
lainnya,
sistem
pertanian, bercocok tanam atau
kehidupan biasanya berkelompok
agraris, dan nelayan. Sedangkan
berdasarkan kekeluargaan, warga
jika dilihat dari segi sosial budaya,
pedesaan umumnya mengandalkan
desa itu tampak dari hubungan
hidupnya dari pertanian, sistem
sosial antar penduduknya yang
gotong-royong, pembagian kerja
bersifat
hubungan
tidak berdasarkan keahlian, cara
pribadi,
bertani sangat tradisional dan tidak
tidak banyak pilihan dan kurang
efisien karena belum mengenal
tampak
mekanisasi
khas,
kekeluargaan,
yakni bersifat
adanya
pengkotaan,
dalam
pertanian,
golongan
dalam
seseorang
masyarakat pedesaan memegang
keturunan
peranan penting.
luasnya
desa
orang
tua
dinilai
dari
dan
kepemilikan
lahan.
Kepemilikan
Menurut Nasikun, tipologi
lahan yang dimaksud baik
dapat
untuk
diketahui
dengan
tempat
bermukim
menghubungkan kegiatan pokok
maupun
masyarakat
persawahan/perkebunan
dalam
pemenuhan
untuk
kebutuhan hidup sehari-hari (desa
sebagai
pertanian,
pencaharian.
desa
industri,
desa
nelayan atau desa pantai). Selain
pusat
mata
3) Desa Swakarya
itu, tipologi desa juga dapat dilihat
Keadaan desa mulai disentuh
dari pola pemukiman dan tipologi
anasir luar berupa program
desa
inovasi desa, warna demokrasi
yang
dapat
dilihat
dari
perkembangan
serta mobilisasi sosial dalam
masyarakat.Tipologi berdasarkan
desa perkembangan
kehidupan masyarakat sudah mulai
tumbuh,
ukuran
masyarakat yang diuraikan oleh
penilaian masyarakat tidak lagi
Nasikun (dalam Leibo, 1990: 10-
pada
11) sesuai dengan PMD Depdagri
kepemilikan lahan tetapi pada
(1972) antara lain:
karya, jasa, serta keterampilan
1) Desa Tradisional (pra desa)
tiap individu.
Mayoritas
ditemui
pada
keturunan
dan
4) Desa Swasembada
masyarakat suku pedalaman.
Keadaan
Kehidupan seperti bercocok
sedemikian maju yang ditandai
tanam,
dengan dikenalnya mekanisme
cara
kesehatan,
pemeliharaan
telah
memasak
teknologi pertanian modern.
sebagainya
Partisipasi masyarakat dalam
masih sangat tergantung pada
hal pembangunan dirasa lebih
alam.
besar dan aktif sesuai dengan
makanan,
cara
masyarakat
dan
2) Desa Swadaya
skill
dan
kapasitas
pada
Kondisi desa relatif statis serta
bidangnya. Memiliki kelebihan
bergantung
hasil desa sehingga mampu
pemimpinnya
keterampilan dalam
pengelolaan desa, kedudukan
“mengekspor” ke luar. 5) Desa Pancasila
Tipe desa ideal sesuai dengan
ini berusaha untuk memahami makna
cita-cita
bersama
yang
dari berbagai peristiwa dan interaksi
berasaskan
Pancasila
dengan
manusia di dalam situasinya yang
menjunjung tinggi tercapainya
khusus
(H.B.
Sutopo,
2006:
27).
masyarakat adil dan makmur
Perspektif fenomenologis menekankan
dalam segala bidang kehidupan.
peneliti untuk melihat berbagai aspek perilaku manusia secara komprehensif
Metode Penelitian
yang dapat menimbulkan interpretasi tersendiri melalui beragam informasi
Penelitian
ini
menggunakan
yang diperoleh.
metode kualitatif. Penelitian kualitatif
Alasan
pemilihan
metode
merupakan prosedur penelitian yang
kualitatif yakni peneliti berusaha dalam
menghasilkan data deskriptif berupa
menafsirkan
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
aktivitas subyek yang diteliti melalui
orang dan perilaku yang dapat diamati
data dan fakta yang diperoleh, untuk
(Margono, 2004: 36). Secara sederhana
kemudian direkonstruksi sesuai konsep
metode
digunakan
pemahaman peneliti secara pribadi
peneliti untuk membantu mengenal
dalam bentuk narasi maupun deskripsi.
subyek secara pribadi, sehingga peneliti
Harapannya, penjelasan akan subyek
dapat
yang
kualitatif
dapat
melihat,
mendengar
dan
segala
diteliti
pola
dapat
lebih
merasakan dinamika yang terjadi pada
disampaikan maupun dipahami.
individu
1. Sumber Data Penelitian
dalam
suatu
kelompok.
perilaku
mudah
Sedangkan jenis penelitian yang dipakai
Sumber data yang digunakan berupa
menggunakan penelitian lapangan (field
sumber data primer dan sekunder.
study research). Jenis penelitian ini
Sumber data primer diperoleh dari
selain
hasil
membantu
peneliti
dalam
observasi
dan
wawancara
memahami situasi dan kondisi obyek
dengan informan, sedangkan sumber
yang diteliti, juga membantu dalam
data sekunder diperoleh dari sumber
mengidentifikasi
dan
pustaka yang diambil dari jurnal
yang
ilmiah, maupun buku-buku induk
mendalam
secara
terhadap
detail
subyek
menjadi acuan inti dalam penelitian. Metode berkecenderungan
kualitatif pada
pendekatan
fenomenologis. Pendekatan semacam
yang
relevan
penelitian, dokumentasi. 2. Informan
arsip
dengan desa,
kajian serta
Informan dalam suatu populasi atau Bagan 2: Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (H.B. Sutopo, 2006: 120)
masyarakat yang sekiranya mampu mewakili secara keseluruhan dalam rangka melengkapi temuan data akan meningkatkan efektivitas waktu dan efisiensi
kerja.
menggunakan
Maka
peneliti
teknik
bertujuan
(purposive sample).
Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Kerukunan Umat Beragama di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan
3. Pengambilan Data
Keberagaman
masyarakat
di
Teknik pengambilan data melalui
Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten
observasi,
Lamongan
wawancara,
serta
dokumentasi.
sebenarnya
sudah
berlangsung cukup lama. Menurut para
4. Teknik Keabsahan Data
tokoh agama (Adi, Sutris, Suwito) dan
Jenis trianggulasi yang dipakai dalam
kepala desa setempat, terhitung sekitar
penelitian ini yaitu jenis trianggulasi
tahun
data atau biasa disebut dengan
melebarkan sayapnya, begitu pula umat
trianggulasi
Hindu
sumber.
Cara
ini
1966
agama
dalam
Kristen
tempo
yang
mulai hampir
mengarahkan peneliti agar didalam
bersamaan, sedangkan untuk agama
mengumpulkan
Islam sendiri sebelumnya telah dikenal
data,
wajib
menggunakan beragam sumber data
sekaligus
yang tersedia.
masyarakat desa setempat.
5. Analisis Data Untuk
dipeluk
oleh
mayoritas
Sejalan dengan waktu, proses menganalisa
menggunakan
analisis
data
interaksi yang terjalin di masyarakat
kualitatif
dalam berbagai aktivitas cenderung
model interaktif.
terbuka. Identitas agama masing-masing golongan tidak serta merta menjadi sebuah justifikasi terhadap kepribadian
Pengumpu lan data
seseorang. Secara umum masyarakat Desa Penyajian data
Reduksi data
Balun
merupakan
menganggap sebuah
sarana
agama dalam
rangka mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik, sehingga apabila dalam
Verifikasi
kehidupan
masyarakat
terdapat
pribadi-pribadi yang kurang baik, tidak
keluarga baru. Salah satu orang yang
lantas mereka harus membawa nama
berperan dalam sejarah Desa Balun itu
agama. Mereka meyakini hakekatnya
sendiri adalah Sunan Tawang Alun I,
apa yang diajarkan oleh agama adalah
yang meletakkan landasan nilai-nilai
sesuatu yang baik untuk manusia.
kehidupan yang disampaikan melalui
Perihal
sebuah suri tauladan. Masyarakat Desa
mengapa
masih
terdapat
pribadi-pribadi yang menyalahi aturan
Balun
agama,
harus
kesamaan pendahulu, kesamaan nasib,
adalah
dan kesamaan budaya serta tradisi
bukan
dalam kehidupan bermasyarakat meski
maka
yang
dipermasalahkan kepribadiannya
itu
sendiri,
agama yang dipermasalahkan.
mampu
kenyataannya
Analisis mengenai latar belakang masyarakat Desa Balun yang hidup
memahami
hidup
adanya
dalam
sebuah
perbedaan. b. Pendidikan berbasis multikultur
dengan rukun dengan merujuk pada
Satu hal yang perlu disoroti
berbagai temuan data dapat dijabarkan
bahwasannya
pendidikan
kharakter
diantaranya sebagai berikut:
tidak cukup diuraikan dengan retorika kata. Kharakter bisa dibentuk melalui sebuah aplikasi pembelajaran langsung
a. Prinsip kekeluargaan yang kuat Menurut
keterangan
di lapangan sejak dini, sehingga kondisi
Sudarjo
sosial yang dialami oleh individu akan
(Kepala Desa Balun), kerukunan umat
membekas menjadi sebuah pengalaman
beragama di Desa Balun dilandasi atas
dan
dasar
pembelajaran
hubungan
keluarga
atau
kekerabatan. Hampir seluruh penduduk
diolah
menjadi penting
sebuah (keterangan
Suwito, tokoh agama Islam).
masih memiliki ikatan keluarga satu
Bisa dikatakan selain sebagai
sama lain. Ikatan keluarga ini sekaligus
miniatur ke-Indonesia-an, Desa Balun
memberi identitas khusus terhadap
juga bisa disebut sebagai laboratorium
adanya kesamaan ikatan sejarah.
pembelajaran multikultur. Tujuan dari
Hubungan
keluarga
yang
pendidikan kharakter tersebut tidak
dimaksud tidak hanya dilandasi atas
lain adalah untuk mengelola berbagai
dasar kesamaan darah daging, akan
prasangka sosial dengan cara-cara yang
tetapi juga dikarenakan kekerabatan
positif melalui saling mengenal berbagai
yang terjalin oleh hubungan pernikahan
latar belakang tiap golongan yang
yang berlanjut membentuk keluarga-
berdasar atas ciri tertentu agar tercipta
sebuah hubungan yang selaras dan
terlihat memiliki keterwakilan pada
kreatif.
figur-figur ini.
c. Kultur agama dan kehidupan masyarakat yang berkorelasi Terdapat
tiga
seringkali dilakukan melalui tokohyang
tokoh bersangkutan bila terdapat suatu
berkembang di desa ini, antara lain
musyawarah ataupun aktivitas dialogis,
Islam yang beraliran Nahdlotul Ulama
karena
(NU), Kristen yang bercirikan Gereja
tersebut dianggap mampu mewakili
Kristen Jawi Wetan (GKJW), dan agama
golongan masyarakat dengan kriteria
Hindu yang bercorak Wisnu. Ketiga
tertentu (keterangan Rokhim). Oleh
agama di desa setempat memegang
karena itu, selama figur ini tidak
nilai-nilai budaya lokal yang fleksibel,
bermasalah satu sama lain, selama itu
terbuka,
memiliki
pula umat beragama akan senantiasa
kesamaan dari segi kultur sehingga
percaya dan mengikuti jejak dari para
minim untuk bersinggungan satu sama
tokoh agama tersebut untuk senantiasa
lain.
ikut
dan
agama
Mediasi antar umat beragama
cenderung
Begitu pula struktur masyarakat pedesaan yang masih kental dengan nilai-nilai tradisi, maka dirasa aliran agama-agama ini memiliki kecocokan
pada
serta
dasarnya
tokoh-tokoh
menciptakan
kehidupan
masyarakat yang lebih baik. e. Dukungan dari pemerintah desa (Kepala Desa) Disadari atau tidak, peran dari
dengan corak masyarakat pedesaan.
pemerintah
Pada akhirnya, nuansa berbagai kultur
kerukunan umat beragama sangatlah
masing-masing agama seakan melebur
strategis. Unsur-unsur pemerintahan
dan menjadi sebuah kharakteristik yang
desa seperti kepala desa memegang
umum (melting pot) serta hidup dan
peranan sentral dalam keberlangsungan
berkembang dalam lintas ruang dan
kerukunan umat beragama di Desa
waktu.
Balun. Bagaimana tidak, dalam hal ini
d. Peranan
masing-masing
tokoh
agama
Kepala
Desa
dalam
selaku
membina
pimpinan
Pemerintahan Desa dituntut untuk peka,
Menurut Sudarjo (Kepala Desa
terbuka,
Balun), tokoh agama memiliki peran
berbagai
besar
menghinggapi
dalam
desa
rangka
membina
dan
komunikatif
terhadap
permasalahan
yang
masyarakat.
Obyek
kerukunan umat beragama. Kondisi
sasaran pembangunan yang pertama
masyarakat lintas agama desa setempat
hakekatnya adalah jiwa masyarakat.
2. Pola Kepemimpinan Kepala Desa
demokratis, sangatlah mustahil untuk
Balun Kecamatan Turi Kabupaten
menampung
Lamongan
masyarakat yang juga memiliki berbagai
Perlu
dicermati
pula
kepentingan,
berbagai misalnya
aspirasi dari
umat
bahwasannya dalam mengemukakan
Kristiani, umat Muslim, maupun umat
masalah
Hindu.
kepemimpinan
terdapat
perbedaan persepsi antara diri sendiri
Pola kepemimpinan Kepala Desa
dengan orang lain mengenai gaya
Balun yang memiliki pengaruh dalam
kepemimpinan. Apa yang diaplikasikan
menstabilkan keadaan masyarakat tidak
Kepala Desa Balun pada masyarakatnya
serta
akan
respon,
Penjelasan tersebut dapat diterangkan
penilaian, dan persepsi tersendiri dari
melalui pendekatan social learning yang
masyarakat yang dipimpinnya, dalam
merupakan dasar dalam memberikan
hal ini masyarakat lintas agama di desa
pengertian
setempat.
gaya
memahami kepemimpinan kepala desa.
yang
Penekanan
memberi
pengaruh,
Persepsi
mengenai
kepemimpinan
kepala
ditunjukkannya
bisa
dengan
gaya
sesungguhnya. sangat
saja
berbeda
kepemimpinan Maka,
bergantung
persepsi
desa
peneliti
yang
penilaian
seberapa dengan
ini
dekat
persepsi
merta
datang
begitu
menyeluruh ini
memiliki
saja.
dalam korelasi
terhadap gaya demokratis Kepala Desa Balun, interaksi timbal balik masyarakat dengan
pemerintahan
keberlangsungan
desa,
kerukunan
serta umat
beragama di Desa Balun.
masyarakat Desa Balun sebagai obyek (yang dikenai) secara umum. Ditinjau
dari
segi
perilaku
kepemimpinan, pola perilaku Kepala Desa Balun cenderung mencerminkan gaya demokratis, dimana perilaku ini juga
beradaptasi
pada
keadaan
masyarakat bersangkutan (social basic).
Kepala Desa (Pemimpin)
Nilai-nilai demokratis relevan dalam menghadapi
keadaan
yang
bersifat
multikultur sebagai bagian dari sebuah respon
untuk
menjawab
berbagai
kebijakan desa. Tanpa aspek-aspek
Perilaku Pemimpin
Lingkungan Masyarakat
Bagan 3: Pendekatan Social Learning dalam Kepemimpinan (Adaptasi dari Thoha, 1983: 49) Bagan 3 di atas menunjukkan bahwasannya
Kepala
berinteraksi
dengan
masyarakatnya
Desa
Balun
lingkungan
dalam
berbagai
aktivitas. Terdapat proses pertukaran antara Kepala Desa Balun dengan masyarakat
desa
setempat
tentang
pengembangan peranan dan pertukaran dalam
sebuah
kepemimpinan.
Masyarakat secara aktif terlibat dalam proses kegiatan, dan bersama-sama dengan Kepala Desa Balun memusatkan perhatian pada perilaku masing-masing. Masyarakat pun juga melakukan hal demikian, sehingga terjadi refleksi atas masing-masing perilaku. Penjelasan ini memungkinkan terjadinya aplikasi nilainilai demokratis berupa musyawarah terhadap persoalan kemasyarakatan. Keduanya memiliki hubungan interaksi timbal
balik
yang
positif
dalam
memperbaiki perilaku satu sama lain. Kepemimpinan
Kepala
Desa
Balun juga ditunjukkan sebagai suatu perilaku
seseorang
yang
dapat
dimengerti atas dua dimensi, yakni sebagai struktur pembuatan inisiatif atau perilaku tugas dan perhatian atau perilaku 1983:
hubungan 38).
pendekatan
(Miftah
Apabila hubungan
Thoha,
melakukan sosial,
masyarakat
dapat
mempengaruhi
pemimpin,
pemimpin
juga
dapat
mempengaruhi masyarakat. Masyarakat yang tidak dapat hidup dengan rukun dan
terindikasi
permasalahan,
terdapat pemimpin
kecenderungan
adanya memiliki
menekankan
pada
struktur pengambilan inisiatif (perilaku tugas). Akan tetapi apabila masyarakat dapat
hidup
dengan
pemimpin
damai
maka
berkecenderungan
menekankan pada pemberian perhatian (perilaku hubungan). Pada
dasarnya,
mengembangkan
dalam
sebuah
pola
kepemimpinan multikultur masyarakat di Desa Balun faktor penting terdapat pada
masalah
komunikasi.
Apabila
komunikasi berjalan dengan lancar dan berlangsung
secara
elegan,
maka
permasalahan-permasalahan yang ada akan cepat teratasi dan tidak semakin menjalar. Beberapa hal penting yang dapat dijadikan referensi untuk berpijak sebagai kepala desa yang membawahi masyarakat lintas agama seperti di Desa Balun
Kecamatan
Lamongan
Turi
Kabupaten
umum
tercermin
merangkul
lembaga
secara
sebagai berikut: a) Mampu
keagamaan, dan
kemasyarakatan,
pendidikan
kerjanya.
di
wilayah
Kepemimpinan memerlukan
desa
dalam hal masalah kerukunan umat
yang
beragama di Desa Balun tidak serta
komunikasi
merta hanya merupakan kewajiban
pemimpin
mampu
menjalin
positif
di
berbagai
Kepemimpinan membujuk,
ini meyakinkan,
lini.
para tokoh agama. Akan tetapi
mampu
sebagai pemimpin pemerintahan
dan
desa yang memiliki kewenangan
mengajak anggota masyarakatnya
lebih
untuk melakukan berbagai aktivitas
keputusan yang ditetapkan, harus
pembangunan demi kesejahteraan
memiliki kepedulian dalam rangka
masyarakat desa itu sendiri.
mempertahankan
b) Musyawarah
pembangunan
suarat
semangat
keberagaman.
tempat ibadah masing-masing
Pembinaan
mental
agama maupun sarana prasarana
kemasyarakatan tersebut terkait
fisik yang lain.
masalah
Musyawarah
merupakan
hak
dan
kewajiban,
larangan-larangan, toleransi, dan
pencerminan dari aplikasi nilai-
penggalangan
nilai luhur Pancasila, terutama Sila
masyarakat untuk pembangunan,
ke-4.
dan
Untuk
menghasilkan
partisipasi
tentunya
kerukunan
beragama.
handal perlu sebuah kemampuan
membutuhkan respon yang positif
dalam
dari
menyesuaikan
serta
Semua
masyarakat.
itu
umat
kepemimpinan multikultur yang
juga
Pernyataan
menampung aspirasi masyarakat,
tersebut dapat diartikan bahwa
sehingga dapat diarahkan dalam
kepemimpinan
partisipasi pembangunan pedesaan.
serangkaian kegiatan atau aktivitas
Musyawarah sangat relevan dengan
pemimpin terkait kedudukan dan
nilai-nilai
perilaku kepemimpinannya.
musyawarah
demokratis, merupakan
dimana jalan
dalam mengakomodasi berbagai perbedaan yang ada. c)
berdasarkan
Kepedulian
dalam
pembinaan
d) Keterbukaan dengan masyarakat maupun pihak luar. Apabila
pemerintah
desa
hal
membuka diri dengan pihak luar
mental
akan mendatangkan keuntungan
kemasyarakatan Implementasi
merupakan
yang positif. Bertambahnya link dalam
atau jaringan merupakan salah satu
pembinaan mental kemasyarakatan
akses menuju keberhasilan dan
popularitas
desa
bersangkutan
diimbangi dengan komunikasi yang
lebih lanjut.
baik pula. Kekuatan komunikasi
Selain itu,
banyak ragam
merupakan
mengajak,
pembelajaran menarik yang bisa
mempengaruhi, dan
membuka wawasan dari interaksi
Karena
timbal balik dari masing-masing
kepemimpinan juga sebagai proses
pihak. Harapannya dari sebuah
antar
keterbukaan
akan
antara pemimpin, byang dipimpin,
yang
dan situasi.
berujung
tersebut
pada
dialogis
memiliki nilai-nilai
yang positif
untuk kebaikan umat manusia. kegiatan
demi
g)
kesejahteraan
masyarakat desa.
memfasilitasi
suatu
dasarnya atau
interaksi
Kharakter yang dibentuk oleh belakang
yang
bersangkutan, baik itu dari segi pendidikan,
keyakinan, maupun
hal-hal
yang lain.
dengan poin sebelumnya, dimana kesediaan
hubungan
pengalaman,
Poin ini memiliki korelasi
meyakinkan.
pada
latar
e) Kesediaan memfasilitasi suatu
Pengalaman
akan
membentuk kharakter seseorang.
kegiatan harus didahului dengan
Telah
adanya keterbukaan. Tanpa adanya
bahwasannya Kepala Desa Balun
keterbukaan
keluwesan
saat ini memiliki latar belakang
(fleksibelitas) maka suatu kegiatan
seorang pemuda Hindu sebelum
yang sejatinya untuk kepentingan
akhirnya beralih menjadi muallaf
masyarakat
karena faktor pernikahan.
dan
desa
tidak
akan
terakomodir dengan baik. f)
kekuatan
diuraikan
Kondisi
sebelumnya
tersebut
akan
Komunikatif, baik itu kepada
mampu memberi warna tersendiri
tokoh-tokoh agama khususnya,
pada
maupun
manakala terjun dalam sebuah
dengan
ketika bersosialisasi masyarakat
secara
umum.
jiwa
yang
bersangkutan
kepemimpinan desa. Orang-orang dengan latar belakang tertentu
Berbagai
uraian mengenai
disertai
berbagai
masukan
hal-hal penting yang tercermin dari
pengalaman akan memiliki kualitas
aktivitas interaksi Kepala Desa
tersendiri di mata masyarakat. Oleh
Balun,
akan
karena itu dapat dijelaskan bahwa
tanpa
kepemimpinan merupakan sesuatu
berjalan
semua
itu
dengan
tidak baik
yang melekat pada diri seorang
masyarakat multikultur antara lain;
pemimpin
mampu
berupa
tertentu
sifat-sifat
seperti
kepribadian,
merangkul
lembaga
keagamaan, kemasyarakatan, dan
kemampuan, dan kesanggupan.
pendidikan di wilayah kerjanya, musyawarah pembangunan dengan
Kesimpulan dan Saran
masyarakat, kepedulian dalam hal
1. Kesimpulan
pembinaan
Pola kepemimpinan Kepala
mental
kemasyarakatan,
keterbukaan
Desa Balun selaku pucuk pimpinan
dengan masyarakat maupun pihak
pemerintahan desa di Desa Balun
luar, kesediaan sebagai fasilitator
Kecamatan Turi Lamongan harus
suatu kegiatan, komunikatif, dan
memiliki
kharakter yang dibentuk oleh latar
keunggulan
di
ranah
komunikasi untuk mengakomodasi berbagai
perbedaan
Persepsi
yang
pola
ada.
2.
Saran
perilaku
a.
Bagi Pemerintah Kabupaten
kepemimpinan
(gaya
kepemimpinan) setempat
kepala
cenderung
belakang bersangkutan.
desa
Lamongan Dengan
keberadaan
mengarah
masyarakat multikultur di Desa
pada kepemimpinan demokratis
Balun Kecamatan Turi Kabupaten
yang tercermin dalam berbagai
Lamongan diharapkan pemerintah
aktivitas
kabupaten terkait terus memberi
yang
berlandaskan
musyawarah dengan melibatkan
apresiasi
nyata,
masyarakat. Sedangkan kerukunan
sekaligus
promosi
umat beragama di Desa Balun itu
kehidupan kerukunan masyarakat
sendiri tidak bisa dilepaskan dari
umat beragama pada khalayak
adanya
kekeluargaan,
umum sebagai sebuah referensi
masyarakat,
pembelajaran penting tentang nilai-
prinsip
pendidikan, peranan
kultur
tokoh
tentang
serta
nilai kehidupan berbangsa dan
dukungan dari pemerintah desa
bernegara berdasar Pancasila serta
setempat.
mengacu pada Tri Kerukunan Umat
Beberapa
agama,
sosialisasi,
pola
Beragama. Dengan demikian secara
kepemimpinan Kepala Desa Balun
tidak langsung akan menarik minat
yang
masyarakat luas terhadap keunikan
dapat
berpijak
hal
dari
dijadikan referensi kaitannya
dengan
desa setempat untuk berwisata
rokhani sekaligus menempa nilaiDaftar Pustaka
nilai kearifan dalam kehidupan bermasyarakat. b.
AAGN
Bagi Kepala Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Dengan
studi
kepemimpinan pola-pola
ini,
pola
diharapkan
kepemimpinan
yang
positif tetap bersandar pada sosial basic desa setempat meskipun pada akhirnya tiap Kepala Desa Balun selanjutnya
memiliki
kharakter
yang khas dan beragam sesuai dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, maupun keyakinan beragamanya. c.
Bagi Masyarakat Setempat Dengan keberadaan sistem kemasyarakatan terbentuk
yang
telah
cukup
lama,
maka
masyarakat
ini
secara
tidak
langsung
menjadi
laboratorium
sebuah
pembelajaran
kehidupan.
Harapannya,
masyarakat Desa Balun mampu mempertahankan keberagaman
dan
kultur mewariskan
kerukunan umat beragama pada generasi selanjutnya, serta mampu mendeskripsikan pada masyarakat luas secara umum tentang nilainilai kehidupan yang ada di desa setempat.
Ari Dwipayana, dkk. 2006. Pembaharuan Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Amri Marzali. 2007. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana. Bimo Walgito. 2008. Psikologi Kelompok. Yogyakarta: CV Andi Offset. Denny J.A. 2006. Demokrasi Indonesia Visi dan Praktek. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. H.A.R. Tilaar. 2007. Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. H. B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Hanif Nurcholis. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hari Poerwanto. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Indriyo Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita. 2000. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. J. Kaloh. 2010. Kepemimpinan Kepala Daerah Pola Kegiatan, Kekuasaan, Perilaku Kepala Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika. Jefta Leibo. 1990. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Andi Offset. Kartini Kartono. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Kepemimpinan Abnormal itu? Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Miftah Thoha. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku. Yogyakarta: CV Rajawali. Nasikun. 2007. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Nurani Soyomukti. 2010. Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori, dan Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, dan KajianKajian Strategis. Yogyakarta: ARRuzz Media. R. Bintarto. 1984. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rahardjo Adisasmita. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sapari Imam Asy’ari. 1993. Sosiologi Kota dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional. Slamet Santosa. 1992. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara. _____________. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Soerjono Soekanto. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. ________________. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Veithzal Rivai. 2008. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.