Volume 5 No.1, September 2014
ISSN:1907-1396
HUBUNGAN PERAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KECAPI KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN JEPARA Yuni Nor'aini, Triana Widiastutui, Aunur Rofiq INTISARI Pemberian ASI eksklusif merupakan sarana untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Menurut Roesli (2012), 1 juta bayi dapat diselamatkan dengan pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan, namun cakupan ASI eksklusif menurun (SDKI 2003 sebanyak 64% menjadi 45% pada SDKI 2007). Peran suami dalam pemberian ASI eksklusif sangat penting karena keberhasilan dan kegagalan dalam menyusui secara eksklusif dipengaruhi oleh peran suami. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui Hubungan Peran Suami Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa kecapi Kecamatan Kabupaten Jepara. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik. Sampel dalam penelitian ini 40 responden dengan menggunakan sampling aksidental penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 . Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data diolah secara editing, coding, scoring, tabulating, data entry dan analisa data dengan uji ChiSquare. Hasil penelitian ini menunjukan dari 40 responden Sebagian besar responden memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan sebanyak 20 respoden (50%) dan Sebagian besar peran suami di Desa Kecapi kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara berperan baik sebanyak 21 responden (52,2%). Berdasarkan Uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan 0,05 didapatkan hasil p = 0,013 (pvalue< α) yang berarti ada hubungan antara peran suami dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil tabulasi silang menunjukan bahwa peran suami yang baik mayoritas memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan sebanyak 15 reponden (71,5%). Diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang pentingnya peran suami yang baik dalam pemberian ASI eksklusif. Kata kunci : Peran suami, Pemberian ASI eksklusif. PENDAHULUAN Salah Satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan pembangunan nasional untuk menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) diukur dari kecerdasan, kematangan emosi, kemampuan berkomunikasi, serta keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Setiap ibu menghasilkan air susu, yang kita sebut Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhn gizi bayi selama 6 bulan pertama. Banyak hal yang menyebabkan ibu yang enggan menyusui diantaranya kurang memahami keutamaan ASI dibanding makanan pengganti ASI yang sering dikenal dengan PASI (Pengganti Air Susu Ibu). Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
14
Volume 5 No.1, September 2014
ISSN:1907-1396
(Baskoro, 2008; h. 1) Namun AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup. AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup. Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan CBR 19,1 maka terdapat 4.287.198 bayi lahir hidup. Dengan AKI 228/100.000 KH berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalin dan nifas. Besaran kematian Neonatal, Bayi dan Balita jauh lebih tinggi, dengan AKN 19/1.000 KH, AKB 34/1.000 KH dan AKABA 44/1.000 KH berarti ada 9 neonatal, 17 bayi dan 22 Balita meninggal tiap jam.(Dep. Kes RI, 2009) Menurut Roesli (2009; h.3), ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, air jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. Pemberian. Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Berdasarkan SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2007, hanya 32% bayi dibawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif menurun sebanyak 6 point. Rata-rata bayi Indonesia hanya disusui selama 2 bulan pertama, ini terlihat dari penurunan presentase SDKI 2003 yang sebanyak 64% menjadi 45% pada SDKI 2007. Sebalikny, sebanyak 65% bayi baru lahir mendapatkan makanan selain ASI selama 3 hari pertama (Roesli, 2012; h. 1) Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 1997 dan 2003, diketahui bahwa angka pemberian ASI eksklusif turun dari 49% menjadi 39%. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Hellen Keller International pada tahun 2002 di Indonesia, diketahui bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya mendapatkan ASI eksklusif selama 1,7 bulan. Padahal, kajian WHO yang dituangkan dalam Kepmen No. 450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan. (Prasetyono, 2009; h. 23, 25, 29) Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2011 menunjukan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 45,18%, meningkat dibandingkan tahun 2010 (37,18%). (profil Jawa Tengah, 2011) Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2011 menunjukan cakupan pemberian ASI eksklusif selama lima tahun terakhir memperlihatkan adanya fluktuasi. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan meningkat dari 11,26% tahun 2007 menjadi 36,76% tahun 2008 namun turun lagi menjadi 29,39% pada tahun 2009, naik lagi menjadi 41,10% pada tahun 2010 dan turun lagi menjadi 33,4% tahun 2011. (Profil Kesehatan Kabupaten Jepara, 2011) Hasil wawancara studi pendahuluan kepada 10 ibu yang mempunyai bayi berumur 4–6 bulan di Desa Kecapi, didapatkan data ibu yang memberikan ASI Eksklusif sampai usia 4-6 bulan sebanyak 6 ibu (60%), disebabkan peran suami yang baik yang selalu memberi motivasi dan dukungan dalam pemberian ASI eksklusif. Sedangkan 4 ibu (40%) lainnya memberikan ASI eksklusif sampai 2-3 bulan, setelah berumur 3-4 bulan ibu memberikan susu formula dan makanan pendamping ASI, karena bayi rewel dan masih lapar jika bayi hanya mengkonsumsi ASI saja. Selain itu suami kurang mendukung dengan pemberian ASI eksklusif dengan alasan suami merasa iba pada bayinya yang rewel. Hal ini menunjukan bahwa peran suami sangatlah penting dalam pemberian ASI eksklusif.
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
15
Volume 5 No.1, September 2014
ISSN:1907-1396
Berdasarkan fenomena tersebut, dimana ibu-ibu yang menyusui bayinya memerlukan dukungan terutama dukungan dari suami, karena dengan dukungan suami pemberian ASI dan ibu merasa tidak sendiri dalam menyusui bayinya. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “ Hubungan Peran Suami Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Kecapi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara “. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif ang dilakukan untuk menjelaskan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi passenger pada ibu bersalin di RSUD Sunan Kalijaga Demak dan menggunakan pendekatan retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang mengalami komplikasi passenger di RSUD Sunan Kalijaga Demak sebanyak 81 ibu bersalin, pada bulan Maret 2011 - April 2012 dan teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling. Dalam penelitian ini jenis data adalah data sekunder, dengan menggunakan lembar observasi data dari rekam medis ibu bersalin di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Analisa data yang digunakan adalah prosentase. HASIL PENELITIAN 1. Karakteritik Responden a. Umur Responden Tabel. 4.1. Distribusi frekuensi berdasarkan Umur ibu yang menyusui secara eksklusif pada bayi usia 4-6 bulan yang tinggal serumah dengan suami di Desa Kecapi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara pada bulan Februari 2013. Umur responden
Frekuensi (orang)
Presentase (%)
< 20 tahun 20-35 tahun ≥ 35 tahun Jumlah
3 36 1 40
7,5 90 2,5 100
Berdasarkan Tabel. 4.1 diketahui bahwa sebagian besar umur ibu 20-35 tahun sebanyak 36 responden (90%), dan paling sedikit adalah umur ≥ 35 tahun sebanyak 1 responden (2,5%). b. Pendidikan Responden Tabel. 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan ibu yang menyusui secara eksklusif pada bayi usia 4-6 bulan yang tinggal serumah dengan suami di Desa Kecapi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara pada Bulan Februari 2013. Pendidikan responden SD SMP SMA Jumlah
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Frekuensi (orang) 2 13 25 40
Presentase (%) 5 32,5 62,5 100
16
Volume 5 No.1, September 2014
ISSN:1907-1396
Berdasarkan Tabel. 4.2 diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki pendidikan SMA sebanyak 25 responden (62,5%), dan paling sedikit adalah pendidikan SD terdapat 2 (5%).
c. Jenis Pekerjaan Responden Tabel. 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan ibu yang menyusui secara eksklusif pada bayi usia 4-6 bulan yang tinggal serumah dengan di Desa Kecapi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara pada Bulan Februari 2013. Pekerjaan responden IRT Swasta Petani
Frekuensi (orang)
Presentase (%)
23 16 1
57,5 40 2,5
Jumlah
40
100
Berdasarkan Tabel. 4.3 diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki pekerjaan IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak 23 responden (57,5% ), dan paling sedikit adalah pekerjaan Petani sebanyak 1 (2,5%). 2. Hasil Analisa Data a. Analisa Univariat 1) Peran suami Tabel. 4.4. Distribusi frekuensi berdasarkan peran suami delam pemberian ASI eksklusif di Desa Kecapi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara bulan Februari 2013. Peran Suami
Frekuensi
Persentase
(ƒ)
(%)
Baik
21
52,5
Sedang
15
37,5
kurang
4
10
Jumlah
40
100
Berdasarkan Tabel. 4.4 diketahui bahwa sebagian besar peran suami dalam pemberian ASI eksklusif di Desa Kecapi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara mempunyai peran suami baik sebanyak 21 responden (52,5%), dan sebagian kecil peran suami kurang dalam pemberian ASI eksklusif sebanyak 4 (10%). 2) Pemberian ASI eksklusif Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
17
Volume 5 No.1, September 2014
ISSN:1907-1396
Tabel. 4.5. Distribusi frekuensi berdasarkan pemberian ASI eksklusif di desa Kecapi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara.
Pemberian ASI eksklusif
Frekuensi
Persentase
(ƒ)
(%)
4 Bulan
7
17,5
5 Bulan
13
32,5
6 Bulan
20
50
Jumlah
40
100
Berdasarkan Tabel. 4.5. dapat diketahui bahwa sebagian besar pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sebanyak 20 respoden (50%), dan sebagian kecil pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan sebanyak 7 responden (17,5%) b. Analisa Bivariat Tabel. 4.6. Tabulasi silang peran suami dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Kecapi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara Tahun 2013. Pemberian ASI Eksklusif Jumlah Peran suami
Baik
Sedang
Kurang
Jumlah
6 Bulan
5 Bulan
4 Bulan
ƒ(%)
ƒ(%)
ƒ(%)
15
2
4
21
71,5%
9,5%
19%
100%
4
9
2
15
26,7%
60%
13,3%
100%
1
2
1
4
25%
50%
25%
100%
20
13
7
40
123,2%
119,5%
57,3%
300%
ƒ(%)
Berdasarkan Tabel. 4.6 menunjukan bahwa peran suami yang baik mayoritas memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan sebanyak 15 responden
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
18
Volume 5 No.1, September 2014
ISSN:1907-1396
(71,5%) dan peran suami yang kurang mayoritas memberikan ASI eksklusif selama 4 bulan sebanyak 1 responden (25%). Hasil analisa penelitian menggunakan uji statistic Uji Chi-Square (X2) SPSS 19.0 for windows. Syarat Uji Chi-Square (X2) tidak terpenuhi karena terdapat Expected Count < 5 pada 6 cell (66,7 %). Sehingga digunakan uji kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program komputer SPSS 19.0 for windows dinyatakan memenuhi syarat karena terdapat nilai 0,013 dengan taraf signifikan α = 0,05 di dapatkan value 0,013 (p < α) dapat disimpulkan (H0) di tolak dan (Ha) diterima berarti ada hubungan yang bermakna antara peran suami dengan pemberian ASI eksklusif di desa Kecapi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara. PEMBAHASAN 1. Peran Suami Hasil penelitian peran suami diatas bahwa sebagian besar responden mempunyai peran suami yang baik sebanyak 21 responden (52,5%). Hal ini disebabkan karena suami sadar akan pentingnya pemberian ASI eksklusif, serta mendapat informasi baik dari media cetak maupun elektronik mengenai ASI eksklusif. Peran suami harus mendapat perhatian khusus. Dari berbagai penelitian baik di Indonesia maupun di luar negeri, diketahui banyak suami yang merasa tidak nyaman melihat kegiatan menyusui. Karena istri lebih memilih merawat bayi dari pada suami sehingga para ibu akhirnya menyusui menggunakan susu formula. Karena pikiran negatif dari istri sangat menentukan produksi ASI, maka peran suami sangat diperlukan. Harus dipahami, semakin sedikit pikiran negatif, oksitosin akan semakin meningkat. Terlebih lagi bila posisi saat memberi ASI tepat, maka produksi ASI akan semakin banyak. Dengan demikian, bayi dapat memperoleh ASI eksklusif. (Rosita, 2008; h. 36-37) Pendapat lain juga disampaikan oleh Meilisari (2002), bahwa sukses pemberian ASI eksklusif adalah hasil kerja tim, yang beranggotakan paling sedikit dua orang, ayah dan ibu. Menurut Meilisari (2002), ada 7 bentuk dukungan yang harus diberikan oleh suami pada ibu yang menyusui secara eksklusif, yaitu : 1) Sebagai tim penyemangat. Suami harus memberikan dukungan penyemangat kepada ibu melalui kalimat-kalimat pujian, maupun kata-kata penyemangat. 2) Membantu mengatasi masalah dalam pemberian ASI Ayah bisa ikut menginformasikan hal-hal yang diketahuinya, atau turun tangan langsung mengatasinya. Contohnya, jika payudara istri harus dipijat, dikompres, jika harus berobat, bagaimana cara menyimpan ASI perah, dan lain-lain.
3) Ikut merawat bayi
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
19
Volume 5 No.1, September 2014
ISSN:1907-1396
Suami dapat ikut serta dalam merawat bayi dengan membantu mengganti popok bayi, menyendawakan bayi, dan bermain dengan bayi. Papu (2009). 4) Mendampingi ibu menyusui walaupun tengah malam Mendampingi, menemani, yang sedang menyusui pun merupakan bentuk dukungan yang besar artinya, sebisanya, ikut bangun saat istri terbangun tengah malam. 5) Memperhatikan asupan makanan ibu menyusui Ayah dapat memberi makanan bayi dengan jalan memberi makanan untuk ibu. 6) Menyediakan anggaran ekstra Menyusui membutuhkan ekstra dana paling tidak untuk makanan tambahan ibu, suplemen, dan peralatan menyusui lainya (bra menyusui, alatalat penyimpanan ASI perah, dan lain-lain). 7) Menjaga romantisme Penting bagi suami untuk tidak berpaling dari istrinya yang sedang menyusui. Suami harus membantu istri menciptakan suasana romantis atau hal-hal yang bisa menghangatkan hubungan. Meskipun demikian masih ada suami yang kurang berperan dalam pemberian ASI eksklusif yaitu 4 responden (10%), hal ini disebabkan karena suami sibuk bekerja serta kurangnya kesadaran suami dalam memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif, suami beranggapan masalah menyusui merupakan tanggung jawab istri. 2. Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Tabel. 4.7. dapat diketahui bahwa sebagian besar pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sebanyak 20 respoden (50%). Hal ini disebaban karena ibu aktif mencari informasi baik dari media cetak maupun elektronik serta aktif mengikuti kegiatan penyuluhan ASI eksklusif oleh tenaga kesehatan. Meskipun demikian masih ada ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 4 bulan sebanyak 7 responden (17,5%), disebabkan karena ibu sibuk bekerja, terpengaruh dengan iklan susu formula, masalah dalam menyusui seperti putting datar , putting lecet , asi tidak lancer dan lain-lain. 3. Hubungan Peran suami Dengan Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Tabel. 4.6 menunjukkan bahwa peran suami yang baik mayoritas memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan sebanyak 15 responden (71,5%) dan peran suami yang kurang mayoritas memberikan ASI eksklusif selama 4 bulan sebanyak 1 responden (25%). Hasil analisa penelitian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program komputer SPSS 19.0 for windows di dapatkan nilai 0,013 dengan taraf signifikan α = 0,05 di dapatkan value 0,013 (p < α) sehingga dapat disimpulkan (H0) di tolak dan (Ha) diterima berarti ada hubungan yang bermakna antara peran suami dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Kecapi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara. Sehingga makna dari hubungan itu adalah peran suami yang baik dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori Yuliarti (2010) bahwa keberhasilan dalam proses menyusui juga ditentukan oleh peran suami/ayah, peran ayah sama pentingnya dengan peran ibu. Peran ayah adalah menciptakan situasi yang memungkinkan pemberian ASI berjalan lancar. Selain memberikan makanan Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
20
Volume 5 No.1, September 2014
ISSN:1907-1396
yang baik untuk si ibu, ayah dapat mengambil peran sebagai penghubung dalam menyusui dengan membawa bayi pada ibunya. Dengan begitu, bayi tahu ayahnya menjadi jembatan bayinya dalam memperoleh makanan. Peran ayah yang lain adalah membantu kelancaran tugas-tugas ibu, misalnya dalam hal mengganti popok, memberi dukungan ibu saat menyusui dengan memijatnya, dan lain-lain. Jika ibu menyusui, ayah harus memberikan sandang dan pangan. Sekitar 50% keberhasilan menyusui ditentukan oleh ayahnya (Yuliarti, 2010; h. 27). Penelitian ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Agnes Elisabeth tamama malau (2010) yang berjudul Hubungan Dukungan Suami dan Kemauan Ibu Memberikan ASI Eksklusif di Puskesmas Teladan Medan dengan hasil ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dan kemauan ibu memberikan ASI eksklusif dengan kekuatan hubungan sedang (r=0,38) dan p=0,01 (p<0,05) yang berarti semakin besar dukungan suami maka semakin besar kemauan ibu memberikan ASI ekskluif. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa suami yang berperan baik namun pemberian ASI eksklusifnya hanya sampai 4 bulan sebanyak 4 responden (19%). Hal ini menurut Prasetyono (2012) bahwa pemberian ASI eksklusif dapat disebabkan karena faktor lain diantaranya adalah aspek pemahaman pola pikir, aspek gizi, aspek pendidikan, aspek imunologik, aspek psikologis. KESIMPULAN 1. Janin Besar pada ibu bersalin sebagian besar adalah berat badan >4000 gram sebanyak 6 orang (75.0%) 2. Malpresentasi pada ibu bersalin sebagian besar adalah presentasi bokong sebanyak 60 orang (82.2%). SARAN Bagi semua pihak yang terkait seperti dinas kesehatan Kabupaten Demak, RSUD Sunan Kalijaga Demak untuk meningkatkan kerja sama dalam meningkatkan kemampuan dokter dan bidan mendeteksi dini komplikasi yang dialami ibu pada saat hamil dengan pelayanan antenatal yang berkualitas dan pemantauan proses persalinan dengan menggunakan partogtaf, serta pelatihan asuhan persalinan normal. Bagi institusi, Dengan adanya hasil penelitian ini maka dapat dijadikan bahan untuk di kembangkan dalam penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi passenger pada ibu bersalin dan di harapkan institusi dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih komperhensif dan kompeten dalam melakukan penelitian, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan acuan yang luas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi passenger pada ibu bersalin. Bagi ibu bersalin diharapkan agar selalu memantau perkembangan janinnya selama kehamilan melalui pemeriksaan ANC secara rutin sesuai program pemerintah. DAFTAR PUSTAKA Alex. Kamus Ilmiah Populer Kontemporer. Surabaya : Karya Harapan; 2005. h. 489 Ali,M.B. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung : Penabur Ilmu Bandung; 2009. h.181 Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka; 2007. h. 140, 1093 Ambarwati, Eny Retna dan Diah Wulandari. Yogyakarta : Nha Medika; 2010. h. 17-24, h. 30 Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
21
Volume 5 No.1, September 2014
ISSN:1907-1396
Baskoro, Anton. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta : Bayu Medika; 2008. h. 1 Budima. Penelitian Kesehatan. Bandung : PT Refika Aditama; 2011. h. 75 Calton. 2011.Statistik Kesehatan. [diakses tanggal 02 Februari 2013, jam 11.48 WIB] didapat dari : http://statistik-kesehtan.blogspot.com/2011/03/uji-kolerasi-dan-regresilinear.html?m=1 Dahlan, M Sopiyudin. Statistik untuk kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika; 2011. h. 168 Danuatmojo, Bonny dan Mila Meiliasari. 40 hari pasca persalinan: masalah dan solusinya. Jakarta: pusppa swara; 2007. h. 37, 172-173 Dep.kes RI.Pedoman Wilayah Setempat kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). 2009 Hidayah, A Aziz. Metode penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika; 2010. h. 81, 83, 87, 92- 95, 121-122 Malau, Agnes Elisabeth Tamama. 2010. Hubungan peran Suami Dengan Pemberian ASI Eksklusif. [diakses tanggal 13 April 2013, jam 20.15 WIB] didapat dari : http://fkm.multiply.co.id// Meilisari, Mila. 2002. Menyusui bukan Hanya tugas Ibu. [diakses tanggal 10 November 2012, jam : 12.10 WIB] Didapat dari :http://cyberwoman.cbn.net.id/ Notoadmojo, Sukidjo. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta; 2005. h. 68-70, 79, 145, 129 _________________. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2010. h. 133, 182-183
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika; 2011. h. 170 Panimpa, arnel. 2011. Faktor- factor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. [diakses tanggal 03 Desember 2012, jam 09.35 WIB] didapat dari : http://puskesmaskelay.blogspot.com/2011/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
22