DETERMINAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU DETERMINANTS OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN THE VILLAGE OF THE DISTRICT MANUBA MALLUSETASI BARRU
Hijriahwati1, Muh. Syafar2, Nurhaedar Jafar3 1
2
Mahasiswa Promosi Kesehatan Unhas Staf Pengajar Promosi Kesehatan FKM Unhas 3 Staf Pengajar Gizi FKM Unhas
Alamat Korespondensi: Hijriahwati Jl. Sultan Hasanuddin No. 36 Mangkoso Barru 082346669599
[email protected]
ABSTRAK Rendahnya pemberian ASI Eksklusif di Desa Manuba disebabkan pemberian makanan prelaktal kepada bayi, dan kurangnya pemahaman ibu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan perilaku pemberian ASI Eksklusif di Desa Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan adalah ibu menyusui, keluarga, bidan, petugas gizi dan dukun beranak. Penentuan informan didasarkan atas keterwakilan informan. Penelitian ini menyimpulkan informan banyak yang belum memahami tentang ASI eksklusif, manfaat ASI Eksklusif dan Kolostrum, akses informasi ibu menyusui masih kurang karena tidak adanya penyuluhan dari instansi terkait. Akses informasi diperoleh dari bidan dan orang tua. Keluarga mendukung ibu agar menyusui namun keluarga tetap menganjurkan pemberian susu formula dan makanan prelaktal lainnya, dukungan petugas berupa himbaun pemberian informasi tentang ASI eksklusif , Aspek budaya yaitu kebiasaan memberi makanan prelaktal dan makanan pendamping pada usia dini, Pelaksanaan IMD dapat dilakukan jika ibu melahirkan dibantu oleh bidan, namun jika dibantu oleh dukun beranak dan bidan maka hal ini jarang dilakukan karena peran dukun lebih besar dibandingkan bidan. Penelitian ini menyarankan perlunya memaksimalkan peran Puskesmas Palanro dan Dinas Kesehatan Kabupaten Barru dalam memonitoring dan mengevaluasi program terkait ASI Eksklusif, pembentukan konselor ASI, pelatihan bidan dan dukun beranak, memaksimalkan peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan dan media promosi kesehatan terkait ASI Eksklusif, kolostrum, dan IMD, dan memaksimalkan peran keluarga melalui penyuluhan pendekatan budaya agar tidak mempantangkan makanan dan mendukung ASI eksklusif dengan tidak menyarankan pemberian makanan prelaktal atau susu formula saat bayi berusia kurang dari 6 bulan. Kata Kunci
: ASI eksklusif, pengetahuan, sikap, tindakan
ABSTRACT The low exclusive breastfeeding in the village caused Manuba prelaktal feeding the baby, and the mother's lack of knowledge. This study aims to analyze the determinants of the behavior of exclusive breastfeeding in the Village District of Mallusetasi Manuba Barru. This study uses a qualitative case study approach. The informant is a lactating mother, family, midwives, nutrition officers and TBA. Determination of informants using purposive sampling technique.This study concluded that the informant did not understand a lot of exclusive breastfeeding for less knowledge. Access information from midwives and parents. Family support mothers to breastfeed. Support personnel for the provision of information about exclusive breastfeeding. Udaya aspects namely prelaktal feeding habits and complementary foods at an early age. Implementation of the IMD can be done if the mother gave birth assisted by a midwife, but when assisted by TBAs and midwives then this is rarely done because their role is greater than midwives. This research suggests the health professionals, especially midwives often provide counseling on early initiation of breastfeeding and exclusive breastfeeding that mothers know the importance of both of these things for the baby's health, so that health workers put up pamphlets about IMD and exclusive breastfeeding in pustu or poskesdes that mothers who visit can access such information, so that the family, especially the husband or parents helping mothers to initiate breastfeeding early and exclusive breastfeeding, breastfeeding mothers are not so abstain from food that is actually needed by the nursing mother, so that officers provide counseling to more intensive approach to improve the culture of food in the mother's abstinence culture breastfeeding, so that health workers provide training on TBA. Keywords: exclusive breastfeeding, knowledge, attitudes, actions
1
PENDAHULUAN ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh dan kembangnya, serta antibodi yang bisa membantu bayi membangun sistem kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya (Prasetyono, 2012). ASI mengandung kolostrum yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit. ASI dapat mengurangi pendarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi resiko terkena kanker payudara (Jafar, 2011). Tidak ada satupun zat yang dapat menjadi alternatif selain ASI yang mengandung zat-zat gizi, bebas bakteri, tidak menyebabkan alergi, mengandung antibodi, dan mudah dicerna (Roesli, 2012). Memberikan ASI eksklusif pada bayi adalah cara yang paling efektif untuk mencegah kematian bayi. Pemberian ASI yang optimal hingga bayi berusia dua tahun dapat mencegah lebih dari 800.000 kematian pada bayi dan balita di negara berkembang (UNICEF, 2013). Berdasarkan Data Survey Demografi dan Kesehatan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tahun 2012 sebesar 32/1000 kelahiran hidup (KH). AKB di Sulawesi Selatan 25/1000 KH, di Kabupaten Barru tahun 2011 sebesar 3,8 per 1000 KH menurun menjadi 3,7 per 1000 KH tahun 2013 (Dinkes Kabupaten Barru, 2013). Laporan Riskesdas Kementerian Kesehatan (2013) bahwa pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir dan tanpa riwayat diberikan makanan prelaktal sampai umur 6 bulan di Indonesia hanya 30,2%. Di Sulawesi Selatan berdasarkan laporan SDKI tahun 2012 persentase ASI untuk 4-5 bulan adalah 27%. Cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Barru paling rendah di Puskesmas Palanro (31,9%) pada Desa Manuba yaitu 17,1% (Dinkes Kabupaten Barru, 2013). Masih rendahnya pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian oleh Abba et al., (2010) mengemukakan bahwa rendahnya cakupan pemberian ASI Ekslusif di Niamey Niger karena kurangnya promosi ASI eksklusif oleh petugas kesehatan, kesalahan informasi dalam prakteknya dan adanya ketidakpercayaan akan manfaat ASI Eksklusif bahkan petugas mendukung penggunaan susu formula sebagai pengganti ASI. Penelitian Yotebeing et al., (2013) menyebutkan bahwa kurangnya dukungan petugas kesehatan terkait pemberian ASI Eksklusif, rendahnya pengetahuan ibu dan adanya kepercayaan terhadap budaya tertentu seperti pemberian air dan susu formula menyebabkan pemberian ASI Eksklusif rendah di Congo.
2
Penelitian Backstrom et al., (2010) di Swedia, Al-Kohji et al., (2012) di Qatar, Mgongo et al., (2013) di Kilimanjaro, dan Seid et al., (2013) di Bahindar Ethiopia menyatakan bahwa alasan ibu-ibu tidak memberikan ASI eksklusif, antara lain karena kurangnya dukungan petugas kesehatan, kurang tersedianya informasi tentang ASI eksklusif, penerimaan pengganti ASI oleh ibu dan petugas, paparan iklan susu formula, nyeri payudara dan faktor pekerjaan. WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian ASI Eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Namun cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih sangat rendah karena pengetahuan ibu yang rendah, kurangnya informasi selama kehamilan, rendahnya dukungan keluarga dan petugas kesehatan, dan adanya nilai budaya tertentu yang menghambat pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan perilaku pemberian ASI Eksklusif di Desa Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus yaitu suatu pendekatan untuk mempelajari masalah rendahnya pemberian ASI Eksklusif. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri, dilengkapi dengan tape recorder untuk merekam proses wawancara, Kamera digital untuk memotret proses penelitian di lapangan, pedoman wawancara sebagai acuan peneliti dan catatan lapangan. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi , keluarga, bidan, petugas gizi dan dukun beranak. Teknik Pengumpulan Data Data Primer diperoleh melalui hasil indepth interview dan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Data sekunder diperoleh dari informasi, dokumen, dan data-data dari Bagian Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Barru dan Puskesmas Palanro. Teknik Pengolahan Data Mengumpulkan data dan informasi yang didapat melalui catatan lapangan dan wawancara mendalam. Data berupa hasil wawancara (data emik) dibuat transkrip (bentuk narasi) dan diklasifikasikan menurut dimensi penelitian dan dibuat matriks. Matriks 3
dirangkum, dicari tema dan polanya kemudian dinyatakan sebagai reduksi atau kesimpulan. Kesimpulan dikaji kembali sesuai dengan dimensi penelitian. Membandingkan konsep emik dengan konsep etik (teori) terkait dengan dimensi penelitian. Teknik Analisa Data Analisis data yang digunakan adalah menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2013) melalui tiga tahapan yaitu 1) Reduksi data 2) Penyajian Data dan 3) Penarikan Kesimpulan atau verifikasi.
HASIL Karakteristik Informan Tabel 1 menunjukkan bahwa Informan ibu menyusui berusia antara 23-40 tahun dengan tingkat pendidikan SD sampai Sarjana. Semua ibu menyusui bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, umumnya melahirkan di rumah dengan dibantu bidan dan dukun beranak, hanya satu orang yang melahirkan di Pustu. Umumnya informan masih menumpang dan serumah dengan orang tua dengan umur anak yang disusui saat penelitian adalah 6-12 bulan. Tabel 2 menunjukkan bahwa informan kunci dalam penelitian ini adalah bidan, petugas gizi dan dukun beranak. Umumnya mereka berumur antara 26 - 50 tahun dengan pendidikan tamat SD hingga Sarjana. Lama kerja mereka antara 2 - 28 tahun. Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hanya dua orang diantara delapan informan yang memberikan ASI eksklusif yaitu informan SA dan RS. Informan yang memberikan ASI Eksklusif memahami bahwa pemberian ASI saja pada anak hingga berumur 6 bulan bermanfaat untuk kekebalan tubuh anak dari serangan penyakit dan ASI sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh bayi hingga berumur 6 bulan “ ....... Saya kasi ASI sejak lahir anakku. ASI saja sampai 6 bulan karena ASI saja yang bagus dikasikan... untuk kekebalan tubuh toh..” (SA, 24, IRT, 6 Mei 2014)
Keberhasilan informan memberikan ASI Eksklusif juga disebabkan karena informan paham dan mengaplikasikan manajemen laktasi berupa cara memerah, menyimpan, dan menghidangkan ASI. Seperti Informan RS yang mengetahui tentang ASI yang bisa disimpan dan diberikan pada bayi menggunakan dot jika hendak ke pasar, sehingga pekerjaan tidak menghalangi informan untuk memberikan ASI Eksklusif “.....Biasa kalo kepasarka kuperas’i baru kusimpan’i di dot, di botol susu, maddot mua tapi wae susuku utaro ku dot’e nappa nainung (pake dot/susu botol tapi air susuku yang saya peras baru kas masuk di dot baru dikasi minumkan pake dot/botol susu).... (RS, 35, IRT, 13 Mei 2014)
4
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Informasi yang melakukan IMD hanya SA. Informan tidak mengetahui dan tidak pernah mendengar istilah IMD, yang diketahui ialah bayi ditengkurapkan agar bayi dapat segera menyusu dan agar ASI cepat keluar. Bayi segera menghisap ASI dari payudara ibu, setelah dilakukan inisiasi menyusu dini “IMD tidak saya tau tapi kalo dipamoppang’i anak’e untuk menyusu saya tauji . supaya cepat keluar asita .. menghisap menghisap sampai adami asi ku keluar..” (SA, 24, IRT, 6 Mei 2014)
Dukungan Keluarga Keluarga mendukung ibu untuk menyusui. Dukungan yang diberikan berupa menganjurkan mereka untuk menyusui. Dukungan ini diperoleh dari adalah orang tua (ibu), mertua dan suami. Kadang ibu harus menyusui bayi karena bayi telah menangis sebagai pertanda lapar. Bentuk dukungan keluarga
khususnya ibu adalah
membantu menjaga
cucunya saat ibu harus ke pasar untuk belanja atau jika ibu sakit. “ ....... Mertuaku selalu ingatkanka, mamaku juga ingatkan untuk menyusui dari dulu selaluka na suruh tidak pernahja nalarang-larang kalo masalah itu. ....” (MS, 30, IRT, 6 Mei 2014)
Dukungan Petugas Petugas (bidan) mendukung ibu untuk menyusui dengan memberikan informasi dan anjuran untuk menyusui namun hanya sebatas pemberian informasi tentang menyusui tidak secara rinci tentang ASI Eksklusif dan tidak dilakukan secara terus menerus dan menyeluruh. “ ....... dari bu bidanji saya tau sama dari mama dan mertuaku yang suruh dan juga saya liat saudarasaudara dan sepupuku juga kasi susu badanji juga. ....” (MS, 30, IRT, 6 Mei 2014)
Petugas (bidan) jarang menganjurkan untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sehingga informan tidak memahami Inisiasi Menyusu Dini (IMD), begitu juga dengan ASI eksklusif, sedangkan susu formula tidak dianjurkan oleh bidan, namun bidan tetap menyediakan susu formula di Poskesdes /Pustu. sebagaimana petikan wawancara berikut ini: “ ....... Dari bidan yang bantuka melahirkan di pustu, ASI eksklusif tidak ada dikasi taukan, kalo susu formula disediakan di pustu kalo mauki beli tapi disuruhki kasi menyusu saja bayi karena baru lahir.....” (HN, 25, IRT, 14 Mei 2014)
Akses Informasi Informasi yang didapatkan tentang menyusui bukan secara rinci tentang ASI Eksklusif. Karena itu sebagian informan menyatakan bahwa mereka tidak pernah diberitahu. “ ....... Tidak pernahka diberitahu, kalo dari dokter atau petugas de’nengka uwangkalingai ( tidak pernah saya dengar), orangji biasa saya dengar tapi nda saya paham juga apa itu. ....” (HN, 25, IRT, 14 Mei 2014)
5
Ketidakberhasilan ASI eksklusif disebabkan karena kurangnya peran petugas dalam mempromosikan ASI Eksklusif dan kurang tegasnya aturan untuk mendukung pemberian ASI Eksklusif seperti pemberian sanksi kepada petugas yang menghambat program ASI Eksklusif. “...iya dikasi susu formula karena tidak keluarmi ASInya, dulu petugas yang sediakan, tapi sekarang dilarangmi, tapi tidak taumi kalo sembunyi-sembunyiki petugasnya....tidak adaji sanksinya..” (RK, 50, Petugas Gizi, 19 Mei 2014)
Konsep Budaya Konsep budaya yang ada di Desa Manuba yaitu adanya pemberian makanan prelaktal berupa susu formula, air, madu, dan bubur sebelum bayi berusia 6 bulan. “ ....... Dikasi susu formula supaya de’na malupu akku jokkaka pasa’e toh, dikasi juga madu kalo sakit’i supaya berhenti sakit karena madue makanja untuk anak-anak’e. ( dikasi susu formula supaya tidak lapar kalo pergika ke pasar, dikasi juga madu kalau sakit supaya berhenti sakit karena madu bagus untuk kesehatannya anak) ....” (MS, 30, IRT, 6 Mei 2014)
Makanan yang dipantangkan untuk ibu menyusui adalah tape dan minuman bersoda karena dianggap bersifat panas yang dapat membuat anak akan ikut panas saat menyusui. “ ....... Kalo menyusui dilarang seperti makan tape karena panas, supaya tidak panas anaknya, minuman yang bersodae juga. . ....” (HT, 40, IRT, 12 Mei 2014)
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif di Desa Manuba sangat rendah, hal ini terlihat dari 8 informan hanya dua orang yang memberikan ASI eksklusif dan enam diantaranya sudah memberikan makanan prelaktal dini sebelum bayinya berusia 6 bulan. Masih rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi dipengaruhi oleh berbagai factor seperti pendidikan dan pengetahuan ibu yang masih rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan dan tehnologi juga semakin meningkatnya produktivitas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Astuti (2013) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Serpong yang menyatakan bahwa 97,3% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif mempunyai tingkat pendidikan rendah. Penelitian Wahdah (2013) di Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda bahwa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh ibu menyusui karena semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Pendidikan akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia baik pikiran, perasaan maupun sikapnya (Sandra, 2010). Masih rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang masih rendah, adanya tekanan iklan susu formula. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Yotobeing et al., (2013) di Congo yang menunjukkan bahwa rendahnya 6
pengetahuan ibu dan adanya kepercayaan terhadap budaya tertentu seperti pemberian air dan susu formula yang menyebabkan pemberian ASI Eksklusif ini menjadi rendah. Gencarnya pemasaran susu formula melalui kampanye terselubung yaitu: hadiah jalan-jalan ke Bali bagi bidan yang mampu menjual sejumlah susu formula sesuai target pada ibu menyusui. Hasil penelitian ini menemukan bahwa distributor susu formula mulai memasuki zona petugas kesehatan yang ditunjukkan dengan petugas kesehatan menyediakan susu formula di poskesdes ataupun pustu. Keberhasilan ASI eksklusif tidak pernah terjadi apabila iklan susu formula masih mempengaruhi tenaga kesehatan dan ibu untuk memberikan susu formula kepada bayi. Tanpa adanya sangsi dan upaya yang optimal dari pemerintah bagi pemasaran susu formula sangat sulit target ASI dan IMD bisa dicapai. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian Pawenrusi (2010) di Kelurahan
Tamamaung Makassar bahwa ada hubungan antara persepsi kolostrum dengan pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang menganggap bahwa Kolostrum tidak baik untuk kesehatan maka akan berperilaku untuk tidak memberikan kolostrum. Penelitian Saleh (2011) di Desa Tridana Mulya Konawe Sulawesi Tenggara dan penelitian Huslan et al., (2011) pada etnik Manuba menyatakan pemberian kolostrum tidak diberikan pada bayi karena dianggap tidak baik untuk kesehatan bayi. Hasil wawancara mendalam diperoleh bahwa kurangnya cakupan ASI eksklusif disebabkan keluarga ibu sudah memberi makanan prelaktal seperti madu dan air putih pada bayi saat produksi susu ibunya terlambat. Faktor lain adalah ibu dan keluarga memberikan makanan pendamping ASI sejak usia 3 bulan atau 4 bulan. Mereka memberikan makanan pendamping ASI karena menganggap bayi sudah membutuhkan makanan tambahan selain ASI. Jenis MP-ASI yang diberikan berupa makanan buatan sendiri, sun beras merah atau biskuit. Ibu memberikan susu formula seperti SGM agar bayi menjadi montok dan madu agar bayi cepat sembuh jika sakit dan agar bayi menjadi kuat dan terhindar dari penyakit sebelum menyusui. Ibu memberikan ASI dan madu agar anaknya kuat, sedangkan pemberian susu formula, bubur dan nasi agar anak mereka menjadi sehat. Temuan ini sesuai dengan Penelitian Sriwati (2013) di wilayah kerja Puskesmas Maniangpajo Wajo bahwa ibu tidak memberikan ASI Eksklusif karena kurangnya kesadaran ibu terhadap pertumbuhan bayi yang ditandai dengan adanya persepsi “bayi montok” dengan susu formula. Kurangnya ibu yang melakukan Inisiasi menyusu dini yang terlihat dari hasil penelitian bahwa dari delapan informan hanya satu informan yang melakukan Inisiasi menyusu dini, dan informan lainnya tidak dilakukan Inisiasi Menyusu Dini sebab mereka melahirkan di rumah dengan bantuan dukun dan bidan. Inisiasi menyusu dini merupakan 7
salah satu faktor penyebab kurangnya produksi ASI yang ditemukan menjadi faktor utama pemberian prelaktal dan susu formula kepada bayi.Semua ibu dapat melakukan IMD, asalkan keadaan ibu dan bayi stabil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan petugas kesehatan dalam membantu ibu melakukan IMD masih sangat minim dan pengetahuan IMD belum sampai kepada informan. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya dukungan yang diberikan bidan baik dalam bentuk tindakan maupun informasi sehingga ibu tidak mengetahui inisiasi menyusu dini. Kegagalan Ibu untuk melakukan IMD merupakan awal penyebab produksi ASI yang kurang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Chudasama et al., (2009) dan Mahmood et al., (2012) di India melaporkan bahwa kesulitan menyusui pada awal kelahiran menjadi salah satu faktor penghambat pemberian ASI Eksklusif. Menurut Uchenna (2012) di Nigeria dan Tamara dan Adjie (2011) bahwa Pemberian ASI Eksklusif akan lebih mudah ketika ASI mulai mengalir sejak awal setelah melahirkan, dan IMD memiliki hubungan dengan waktu keluarnya ASI dan keberhasilan ASI eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menganjurkan agar menyusui adalah bidan, suami serta orang tua. Bentuk dukungan keluarga yang diberikan khususnya ibu adalah dengan membantu menjaga cucunya saat ibu harus ke pasar untuk belanja. Bentuk Dukungan keluarga yang diberikan jika ibu sakit adalah dengan membantu sang ibu untuk menjaga bayi, membantu mengerjakan pekerjaan rumah ibu, dan menyarankan untuk memeriksakan kesehatannya di puskesmas, dukungan ini diberikan oleh suami, orangtua, dan adik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anjuran inisiasi menyusui dini dari bidan, tentang ASI eksklusif jarang diberitahukan hanya dihimbau untuk menyusui terus bayi, sedangkan susu formula tidak dianjurkan oleh bidan, namun bidan tetap menyediakan di pustu/poskesdes. Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian besar Dinkes Kabupaten Barru melihat adanya tindakan terselubung yang dilakukan petugas kesehatan dengan penyediaan susu formula yang tentunya memberikan keuntungan finansial bagi mereka. Pentingnya untuk bertindak tegas dengan pemberian sanksi kepada mereka yang menghambat program ASI Eksklusif dan reward kepada mereka yang betul-betul mendukung program ASI Eksklusif.
KESIMPULAN DAN SARAN Ibu menyusui tidak memahami bahkan tidak pernah mendengar istilah ASI Eksklusif namun hanya memahami istilah menyusui saja. Tidak semua ibu menyusui paham tentang manfaat ASI Eksklusif, kolostrum, dan manajemen laktasi. Terdapat akses informasi untuk ibu menyusui di Desa Manuba namun sebatas informasi tentang menyusui saja bukan tentang 8
ASI Eksklusif. Akses informasi didapatkan ibu dari bidan, orang tua, dan keluarga lainnya. Dukungan yang diberikan keluarga sebatas dukungan menyusui bukan dukungan untuk memberikan ASI Eksklusif sebab keluarga tetap menganjurkan pemberian susu formula dan makanan prelaktal lainnya. Dukungan petugas berupa dukungan informasi sebatas pemberian informasi tentang menyusui namun tidak secara rinci tentang ASI Eksklusif dan tidak dilakukan secara terus menerus, selain itu petugas tetap menyediakan susu formula di fasilitas kesehatan. Adanya kebiasaan memberi makanan prelaktal berupa madu dan air putih pascapersalinan, saat bayi sakit, dan setiap akan menyusui, serta kebiasaan memberi makanan pendamping pada usia 3 atau 4 bulan. IMD belum seutuhnya dilaksanakan, banyaknya ibu melahirkan di rumah dengan dibantu dukun dan bidan sebab dukun tidak melakukan tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Direkomendasikan kepada pihak Puskesmas Palanro dan Dinas Kesehatan Kabupaten Barru agar memaksimalkan perannya dalam monitoring dan evaluasi mengenai program-program terkait ASI Eksklusif, membentuk program pendampingan ASI Eksklusif atau Konselor ASI, memberi pelatihan pada dukun beranak dan Bidan, pemberian informasi kepada masyarakat terkhusus ibu hamil, ibu menyusui, dan keluarganya melalui penyuluhan dan media promosi.
DAFTAR PUSTAKA Abba, M., De Koninck, M. & Hamelin, A. M. (2010). A qualitative study of the promotion of exclusive breastfeeding by health professionals in Niamey, Niger. Int Breastfeed J, 5. Al-Kohji, S., Said, H. A. & Selim, N. A. (2012). Breastfeeding practice and determinants among Arab mothers in Qatar. Saudi Med J, 33, 436-43. Astuti, I. (2013). Determinan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui. Jurnal Health Quality, Vol. 4 No. 1 Hal. 1 - 76. Backstrom, C. A., Wahn, E. I. & Ekstrom, A. C. (2010). Two sides of breastfeeding support: experiences of women and midwives. Int Breastfeed J, 5, 20. Chudasama, K., R., Patel, C, P., Kavishwar & B, A. (2009). Breastfeeding initiation practice and factors affecting breastfeeding in South Gujarat region of India. Internet Journal of Family Practice, Vol 7. Dinkes Kabupaten Barru. (2013). Profil Kesehatan Kabupaten Barru Tahun 2013. In: KESEHATAN, D. (ed.). Barru. Huslan, Bahar, B., Syam, A. & Zakaria. (2011). Pola Asuhan Gizi Pemberian ASI dan MPASI Anak Baduta Keluarga Etnik Bugis Manuba Media Gizi Pangan Vol.XI Edisi 1 Januari - Juni 2011. Jafar, N. (2011). Makalah ASI Eksklusif. Makassar: Universitas Hasanuddin. Kementerian Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Mahmood, A, S., Vp, S. & P, M. (2012). Infant feeding practices in the rural population of north India. J Family Community Med, 19. Mgongo, M., Mosha, M. V., Uriyo, J. G., Msuya, S. E. & Stray-Pedersen, B. (2013). Prevalence and predictors of exclusive breastfeeding among women in Kilimanjaro 9
region, Northern Tanzania: a population based cross-sectional study. Int Breastfeed J, 8, 12. Pawenrusi, E. P. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Tamamaung Makassar. Media Gizi Pangan, Vol XI Prasetyono. (2012). Buku Pintar ASI Eksklusif, Yogyakarta, Diva Press. Roesli, U. (2012). Mengenal ASI Eksklusif, Jakarta, Trubus Agriwidya Saleh, L. A. (2011). faktor-faktor yang menghambat praktik ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan ( Study Kualitatifdi Desa Tridana Mulya, Kec. Landono, Kab. Konawe selatan Sulwesi tenggara). Universitas Dipoegoro Sandra, F. (2010). Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif Dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. Makara Kesehatan, Vol 14, No1, Juni 2010:17-24. Seid, A. M., Yesuf, M. E. & Koye, D. N. (2013). Prevalence of Exclusive Breastfeeding Practices and associated factors among mothers in Bahir Dar city, Northwest Ethiopia: a community based cross-sectional study. Int Breastfeed J, 8, 14. Sriwati. (2013). analisis hambatan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Maniangpajo Kabupten Wajo. Universitas Hasanuddin. Sugiyono . (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung, Alfabeta. Tamara, M. & Adjie, J. M. S. (2011). The Correlation of Early Initiation of Breastfeeding with Achievement of Exclusive Breastfeeding and Corresponding Factors. Indones J Obstet Gynecol, Vol 35, No 4 Uchenna, O. (2012). Problems encountered by breastfeeding mothers in their practice of exclusive breast feeding in tertiary hospitals in Enugu State, South-east Nigeria. International Journal of Nutrition and Metabolism Vol 4, 107-113. Unicef. (2013). Impact on Child Survival and Global Situation. 6 November 2013 ed.: Unicef. Wahdah, N. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI di Wlayah Kerja Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda Tahun 2012. Universitas Hasanuddin. Yotebieng, M., Chalachala, J. L., Labbok, M. & Behets, F. (2013). Infant feeding practices and determinants of poor breastfeeding behavior in Kinshasa, Democratic Republic of Congo: a descriptive study. International Breastfeeding Journal
10
Lampiran Tabel 1 Karakteristik Informan Utama (Ibu Menyusui) Umur (Thn) 1 MS 30 2 SA 24 3 IN 27 4 HS 23 5 HT 40 6 RS 35 7 HS 25 8 HR 26 Sumber : Data Primer 2014 No
Informan
Pendidikan Terakhir SMP SMA SD SD SD SMP S1 SMA
Pekerjaan IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT
Tinggal Bersama Mertua Suami Orang Tua Orang Tua Orang Tua Orang Tua Suami Orang Tua
Tempat melahirkan Rumah Pustu Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah
Umur anak 12 9 12 11 9 8 6 8
Tabel 2 Karakteristik Informan Kunci (Bidan, Petugas gizi dan Dukun) No Informan Umur (Thn) 1 YL 26 2 RK 50 3 IS 40 Sumber : Data Primer 2014
Status Bidan magang Petugas gizi Dukun Beranak
Lama Kerja 2 28 15
Pendidikan D3 Kebidanan Sarjana SD
11