PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DI DESA KEDAMEAN GRESIK Lindah Wahyu Utami (101.0062) Dini Mei W., S.Kep., Ns., M.Kep., Qori’Ila Saidah, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An., Kusdariyah, M.Kes Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES HANG TUAH SURABAYA 2014 ABSTRACT Heaalth education Exclusive Breastfeeding is given to change behavior of Complementary Feeding since the age of 1 month . The purpose of this research was analyzed the influence of health education on Exclusive Breastfeeding mother’s behavior provide Complementary Feeding (MP-ASI) the village Kedamean Gresik. This research adopts pre-experimental study with approach one group pretest posttest design. Independent variables in this research is the heaalth education Exclusive Breastfeeding. Dependent variables is mother’s behavior provide Complementary Feedin). Sampling techniques use probability sampling with approach simple random sampling. Research population of 34 respondents and totaled 31 samples. Collecting data using a questionnaires, using the Wilcoxon Signed Ranks Test. Research results obtained were 30 respondents (96.8%) still give Complementary Feeding pretest and found the number of 23 respondents (74.2%) reduces Complementary Feeding during the posttest. There is can be concluded that health education can affect mother’s behavior provide Complementary Feeding with p value 0.000. Therefore expected the continuity in run the granting health education by mother with children aged 0-6 months about Exclusive Breastfeeding Keywords:
Health Education, Exclusive Complementary Feeding (MP-ASI)
Breastfeeding,
Behavior,
1
PENDAHULUAN Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk merubah perilaku individu, kelompok atau masyarakat yang dilakukan oleh pelaku pendidik. Pendidikan kesehatan diberikan kepada tiga sasaran, yaitu sasaran langsung pada masyarakat, sasaran kepada petugas kesehatan, dan sasaran kepada pembuat keputusan di tingkat pusat atau daerah (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan pada sasaran langsung ke masyarakat saat ini penting dilakukan untuk memberikan informasi kesehatan yang terbaik dan bermanfaat untuk masyarakat di desa-desa yang jauh dari pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan yang saat ini banyak diberikan kepada masyarakat langsung yakni pemberian ASI Eksklusif. Pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif diberikan karena di masyarakat ditemukan fenomena bahwa ibu-ibu yang mempunyai anak usia 0-6 bulan memberikan ASI bersamaan dengan pemberian Makanan Pendamping ASI sejak usia 1 bulan. Di Desa Kedamean banyak ibu beranggapan bahwa bayi yang sehat adalah bayi yang gemuk bila diberi makanan tambahan sejak lahir dan bila hanya diberikan ASI saja bayi akan sering menangis dan tidak bisa tidur nyenyak karena merasa lapar. Selain itu banyak ibu tinggal serumah dengan orang tua atau mertua, sering memaksakan agar anaknya diberikan makanan pendamping ASI sejak lahir karena sudah menjadi tradisi yang dilakukan ibu-ibu di tempat tinggal mereka. Fenomena ini menjelaskan bahwa ibu yang mempunyai anak kurang dari 6 bulan sudah memberikan
makanan pendamping ASI sejak lahir karena tidak mengetahui kalau pemberian ASI Eksklusif itu diberikan pada anak usia 0-6 bulan dan pemberian makanan pendamping ASI itu diberikan pada anak usia lebih dari 6 bulan. Jadi sangat bertolak belakang dengan banyak penelitian yang sudah dikembangkan mengenai pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dan Makanan Pendamping ASI setelah anak berumur 6 bulan. Data dari UNICEF tahun 2006 menyebutkan bahwa kesadaran ibu untuk memberikan ASI di Indonesia baru 14%, hanya sampai bayi berusia 4 bulan. Di Indonesia menurut SDKI 2007 pencapaian pemberian MP-ASI usia 6-12 bulan mencapai 75% sedangkan pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan baru mencapai 32,4 % (Yulianti, 2010). Pada tahun 2010 bayi yang mendapat ASI dan makanan cair (predominan) sebesar 4,5%; bayi yang mendapat ASI dan MP-ASI (parsial) sebesar 81,54%. Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur menyebutkan selama tahun 2007 dari total 11.010 bayi yang diperiksa terdapat 10.071 bayi sudah diberi makanan pendamping ASI sebelum berusia 6 bulan. Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 20 ibu tanggal 01 April 2014 di Desa Kedamean Gresik, didapatkan 18 ibu memberikan makanan tambahan kurang dari 6 bulan dan 2 ibu memberikan makanan tambahan lebih dari 6 bulan. Didapatkan juga dari 20 ibu, 15 ibu tidak tahu tentang pemberian ASI Eksklusif, dan 5 ibu sudah tahu tentang pemberian ASI Eksklusif. Jadi dapat diketahui bahwa sebanyak 90% ibu memberikan makanan pendamping ASI pada bayi kurang dari 6 bulan
2
dan 75% ibu tidak mengetahui tentang pemberian ASI Eksklusif. Menurut Muaris (2012) ada beberapa alasan yang mendasari pemberian MP-ASI pada usia 6 bulan. Pertama, pada usia ini enzim pencernaan bayi sudah mulai sempurna. Sebelum usia 6 bulan, bayi belum dapat mencerna zat tepung dan belum sempurna pula dalam mencerna protein. Kedua, saat ini sistem kekebalan usus bayi mulai sempurna. Sebelum bayi menginjak usia 6 bulan, sistem kekebalan ususnya yang berfungsi melapisi protein makanan penyebab alergi belum cukup diproduksi sehingga banyak protein masuk ke dalam selsel usus, yang merangsang reaksi alergi serta intoleransi. Ketiga, usia enam bulan adalah saat dimana bayi mulai belajar mengunyah dan mulai bisa menelan makanan padat sehingga risiko tersedak pun berkurang. Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategi For Infrant And Young Child Feeding, World Health Organization (WHO) dan United International Childrens Emergency Fund (UNICEF) merekomendasikan memberikan Air Susu Ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia enam bulan (Dep Kes RI, 2006). ASI adalah makanan yang tebaik untuk bayi. ASI tidak hanya memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk ibu, keluarga dan negara. Beberapa manfaat ASI antara lain, ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi, ASI mengandung zat protektif agar bayi tidak sakit, melindungi tubuh dari infeksi dan
alergi, mempunyai efek psikologis yang menguntungkan ibu dan bayi, menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik, mengurangi kejadian karies dentis dan mengurangi kejadian maloklusi (Dewi & Sunarsih, 2012). Untuk merubah perilaku ibu yang salah dalam memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) agar memberikan anaknya ASI secara Eksklusif maka perlu diberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang pemberian ASI Eksklusif dan mampu memotivasi para ibu untuk memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan pada bayinya dan pemberian MP-ASI setelah usia 6 bulan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif terhadap perilaku ibu dalam pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) di Desa Kedamean Gresik. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pra-eksperimental design dengan teknik one group pretest posttest design yaitu penelitian mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Penelitian dilakukan dengan mengobservasi perilaku ibu dalam pemberian MPASI sebelum diberi pendidikan kesehatan, kemudian perilaku ibu diobservasi kembali setelah diberi pendidikan kesehatan tentang pemberian ASI Eksklusif. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan pendekatan simple random sampling.
3
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu dengan anak usia 0-6 bulan di Desa Kedamean Gresik yang berjumlah 34 orang. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu dengan anak usia 0-6 bulan di Desa Kedamean Gresik yang berjumlah 31 orang. Instrumen pada penelitian ini menggunakan lembar kuesioner pada pre dan post pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif. Lembar kuesioner tersebut menilai perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI. Pertanyaan berjumlah 25 soal terdiri 13 pertanyaan positif yaitu pada nomor : 1,4,5,7,8,9,10,11,12,13,17,20,25. dan 12 pertanyaan negatif yaitu pada nomor : 2,3,6,14,15,16,18,19,21,22,23,24. Peneliti menggunakan sistem penilaian Gutman untuk mengetahui skor penilaian untuk pertanyaan positif, jika ya = 1, tidak = 0, dan pertanyaan negatif jika ya = 0, tidak = 1 (Hidayat, 2007). Kuesioner perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI ini menggunakan kriteria skor; perilaku ibu tetap memberikan makanan pendamping ASI dengan skor <56%, perilaku ibu berkurang memberikan makanan pendamping ASI berkurang dengan skor 56-<76%, dan ibu tidak memberikan makanan pendamping ASI dengan skor 76-100% dengan penghitungan skor p = f/n x 100%. HASIL DAN BAHASAN Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
5.2.1 Perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum pendidikan kesehatan Tabel 5.6 berisi data perilaku ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif. Data tabel 5.6 pada saat pretest pendidikan kesehatan frekuensi menunjukkan responden terbanyak berjumlah 30 orang (96.8%) tetap memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Menurut pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa kepercayaan individu diperoleh dari orang tua, kakek dan nenek, individu menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan tanpa adanya pembuktian ilmiah terlebih dahulu. Menurut asumsi peneliti, ibu yang masih memberikan makanan pendamping ASI pada anak sejak usia > 1 bulan sebagian besar tempat tinggalnya bersama orang tua atau mertua. Tinggal serumah dengan orang tua atau mertua akan mempengaruhi sikap dan kepercayaan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Dalam penelitian ini, menunjukkan sikap dan kepercayaan ibu yang salah yaitu sikap ibu yang sudah memberikan makanan
4
pendamping ASI pada anak sejak usia > 1 bulan, dan kepercayaan yang diyakini bahwa bila anak diberikan makanan pendamping ASI sejak usia 1 bulan, anak bisa cepat gemuk, tidak rewel, tidak cepat menangis dan gizi anak lebih baik. Sikap dan kepercayaan ibu yang salah inilah diturunkan dari sikap dan kepercayaan orang tua atau mertuanya yang salah. Banyaknya ibu yang tetap memberikan MP-ASI disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya disebabkan karena faktor usia ibu. Di desa Kedamean Gresik responden terbanyak ditemukan pada rentang usia 20-30 tahun sebanyak 21 responden (67.7 %). Dari hasil tabulasi silang antara usia dan perilaku pemberian MP-ASI sebelum pendidikan kesehatan ASI Eksklusif (lampiran 10) didapatkan responden pada rentang usia 20-30 tahun sebanyak 21 responden (67.7%) tetap memberikan MP-ASI. Menurut teori Lawrence (1994 dalam Poter, 2005), pemberian informasi yang kurang akan menyebabkan ansietas dan frustasi sehingga membuat proses pemberian ASI Eksklusif tidak berjalan dengan efektif. Menurut asumsi peneliti ibu yang mempunyai anak dalam rentang usia 20-30 tahun belum mempunyai pengalaman dalam merawat anak terutama dalam pemberian ASI Eksklusif dan MPASI. Ibu yang mempunyai anak pada usia ini akan berusaha mencari informasi mengenai cara merawat anaknya. Informasi dalam memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) didapatkan dari media massa, pengalaman orangtua atau mertua, saran dari teman ataupun saudara. Ibu yang tidak pernah mendapat informasi dan pengetahuan mengenai pemberian ASI Eksklusif
akan menemui kesulitan dalam memberikan ASI Eksklusif. Kurangnya informasi tersebut sering menyebabkan ansietas dan frustasi sehingga membuat proses pemberian ASI Eksklusif tidak berjalan efektif. Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi perilaku pemberian MP-ASI. Pada tabel 5.2 responden yang terbanyak berpendidikan SMP sebanyak 15 responden (48.4%). Dari hasil tabulasi silang antara pendidikan dan perilaku pemberian MP-ASI sebelum pendidikan kesehatan ASI Eksklusif (lampiran 11), didapatkan ibu yang berpendidikan SMP yang perilakunya tetap memberikan MPASI sebanyak 14 responden (45.2%). Menurut pendapat Gupte (2004), bahwa faktor yang mempengaruhi pemberian makanan tambahan yang salah adalah kurangnya pengetahuan mengenai teknik memberi makanan bagi bayi. Teknik memberikan MPASI yang salah yakni diberikan pada anak usia <6 bulan. Menurut asumsi peneliti bahwa ibu yang masih memberikan MP-ASI karena ibu memiliki pengetahuan yang sedikit tentang cara pemberian MP-ASI yang baik dan benar pada anaknya. Rendahnya pengetahuan tersebut menyebabkan ibu tidak bisa menunjukkan perilaku pemberian MP-ASI yang baik pada anaknya. Status pekerjaan ibu di Desa Kedamean Gresik juga mempengaruhi perilaku pemberian MP-ASI. Terbukti pada tabel 5.3 pekerjaan responden paling banyak yaitu sebagai ibu rumah tangga terdapat 15 responden (48.4%). Dari hasil tabulasi silang antara status pekerjaan ibu dengan perilaku MPASI sebelum pendidikan kesehatan ASI Eksklusif (lampiran 13), didapatkan ibu yang pekerjaannya
5
hanya sebagai ibu rumah tangga yang perilakunya tetap memberikan MP-ASI sebanyak 14 responden (45.2%). Menurut Gupte (2004), ibu yang tidak bekerja berpengaruh dengan perilaku ibu dalam memberikan MP-ASI yang salah sehingga ibu yang lebih banyak waktu bersama anaknya, akan memberikan lebih banyak MP-ASI. Menurut asumsi peneliti ibu yang tidak bekerja lebih banyak waktu bersama anaknya. Bila anak rewel dan sering menangis ibu cenderung memberikan MP-ASI agar bayinya kenyang dan bisa tidur pulas. Bila anaknya sudah tidur maka ibu merasa tidak terganggu dan merasa tenang dalam mengerjakan pekerjaan di rumah. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku pemberian MP-ASI adalah rendahnya penghasilan keluarga. Pada tabel 5.4 penghasilan responden terbanyak yaitu dengan penghasilan antara 1.000.000-1.500.000 terdapat 11 responden (35.5%). Dari hasil tabulasi silang antara penghasilan dan perilaku pemberian MP-ASI sebelum pendidikan kesehatan ASI Eksklusif (lampiran 13), didapatkan ibu yang penghasilan dalam rentang 1.000.000-1.500.000, perilakunya tetap memberikan MP-ASI sebanyak 11 responden (35.5%). Menurut pendapat Yuliarti, (2010) bahwa menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan dan sangat menguntungkan ibu, karena ibu bisa berhemat tidak perlu membeli susu untuk menyusui anaknya. Menurut asumsi peneliti besarnya penghasilan tidak mempengaruhi perilaku pemberian MP-ASI. Ibu tidak perlu mempunyai penghasilan banyak untuk memberikan ASI Eksklusif pada anaknya, karena ibu bisa
menyusui anaknya sendiri tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Faktor lain yang mempengaruhi pemberian MP-ASI adalah tempat tinggal ibu. Pada tabel 5.5 tempat tinggal responden terbanyak yaitu tinggal dengan orang tua atau mertua terdapat 23 responden (74.2%). Dari hasil tabulasi silang antara tempat tinggal dengan perilaku pemberian MP-ASI sebelum pendidikan kesehatan ASI Eksklusif (lampiran 14), didapatkan responden terbanyak yaitu yang tinggal bersama orang tua atau mertua sebanyak 22 responden (71 %). Menurut pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa kepercayaan individu diperoleh dari orang tua, kakek dan nenek, individu menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan tanpa adanya pembuktian ilmiah terlebih dahulu. Menurut asumsi peneliti, ibu yang tempat tinggalnya bersama orang tua atau mertua akan mempengaruhi sikap dan kepercayaan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Dalam penelitian ini, sikap dan kepercayaan ibu yang negatif diturunkan dari sikap dan kepercayaan orang tua atau mertuanya yang salah. Sikap dan kepercayaan yang negatif ditunjukkan oleh sikap ibu yang sudah memberikan makanan pendamping ASI pada anak dengan usia > 1 bulan, dan kepercayaan yang diyakini bahwa bila anak diberikan makanan pendamping ASI sejak usia 1 bulan, anak bisa cepat gemuk, tidak rewel, tidak cepat menangis dan gizi anak lebih baik. 5.2.2 Perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sesudah pendidikan kesehatan Tabel 5.7 berisi data perilaku ibu setelah diberikan pendidikan
6
kesehatan tentang ASI Eksklusif. Data tabel 5.6 pada saat posttest pendidikan kesehatan frekuensi menunjukkan responden terbanyak berjumlah 23 orang (74.2%) berkurang memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Menurut Yuliarti (2010) keuntungan memberikan ASI Eksklusif yaitu, anak mendapat nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan, mendapatkan zat-zat imun untuk melindungi tubuh, dan menurunkan angka kejadian alergi, gangguan pernafasan, diare dan obesitas pada anak. Menurut asumsi peneliti bahwa hasil perilaku ibu berkurang dalam pemberian MP-ASI meningkat setelah diberikan pendidikan kesehatan. Peningkatan hasil tersebut disebabkan ibu sudah banyak mengetahui tentang keuntungan memberikan ASI Eksklusif pada anaknya di usia 0-6 bulan sehingga perilaku ibu memberikan MP-ASI sudah berkurang. Ada perubahan perilaku pemberian MP-ASI setelah pendidikan kesehatan pada tingkat umur ibu. Dari hasil tabulasi silang antara umur dan perilaku pemberian MP-ASI setelah pendidikan kesehatan ASI Eksklusif (lampiran 10), didapatkan pada rentang umur 20-30 tahun responden sebanyak 15 responden (71.4%) berkurang memberikan MP-ASI. Hal ini dibuktikan dengan teori bahwa pemberian informasi yang benar akan mengurangi ansietas dan frustasi sehingga membuat proses pemberian ASI Eksklusif dapat berjalan dengan efektif (Lawrence, 1994 dalam Poter, 2005). Menurut asumsi peneliti hal ini menunjukkan bahwa ibu sudah mendapatkan informasi yang benar dari petugas kesehatan atau tenaga kesehatan
lainnya tentang pemberian ASI Eksklusif untuk merubah perilaku pemberian MP-ASI menjadi berkurang dalam memberikan MPASI. Ansietas dan frustasi yang dirasakan ibu sudah berkurang setelah diberikan pendidikan kesehatan. Ada perubahan perilaku pemberian MP-ASI setelah pendidikan kesehatan pada tingkat pendidikan ibu. Dari hasil tabulasi silang antara pendidikan dan perilaku pemberian MP-ASI setelah pendidikan kesehatan ASI Eksklusif (lampiran 11), didapatkan responden terbanyak yang berpendidikan SMP yang perilakunya berkurang memberikan MP-ASI sebanyak 12 responden (38.7%). Menurut pendapat Mubarak (2009) jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi yang baru dikenalkan. Karena seorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah cenderung sulit untuk menerima informasi baru. Menurut asumsi peneliti tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pendidikan kesehatan. Tingkat pendidikan menentukan tingkat intelegensi individu yang akan menentukan daya tangkap individu dalam menerima informasi yang disampaikan. Responden dengan pendidikan SMP lebih tinggi dari SD sehingga tingkat intelegensinya juga berbeda sehingga berpengaruh dalam proses menangkap informasi yang lebih cepat pula. Perubahan perilaku ibu setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif juga dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan orang tua atau mertua. Dari
7
hasil tabulasi silang antara tempat tinggal dengan perilaku pemberian MP-ASI setelah pendidikan kesehatan ASI Eksklusif (lampiran 15), didapatkan responden terbanyak sebanyak 23 ibu (74.2%) didapatkan ibu yang tinggal serumah dengan orang tua atau mertua, perilakunya berkurang memberikan MP-ASI sebanyak 17 responden (54.8%). Hal ini diperkuat oleh pendapat Fitriani (2011), untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua, dan lain-lain. Menurut pendapat peneliti, ibu yang tinggal bersama orangtua atau mertua dapat merubah perilaku negatif yang sebelumnya memberikan MP-ASI yang salah menjadi perilaku positif dengan berkurang memberikan MPASI. Perubahan perilaku ini dikarenakan responden mendapat nasehat yang benar dari orangtua atau mertua untuk memberikan ASI Eksklusif pada anaknya. 5.2.3 Pengaruh pendidikan kesahatan tentang Asi Eksklusif terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI Pengujian statistik menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test pada tabel 5.8 menunjukkan p value = 0.000 < 0.05, artinya Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan pada perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan setelah pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif. Besarnya pengaruh petugas kesehatan terbukti pada tabel 5.7
yang menunjukkan data jumlah responden yang perilakunya berkurang memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) setelah pendidikan kesehatan bertambah menjadi 23 responden (74.2%). Menurut pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa keberhasilan proses pendidikan kesehatan akan terlihat dalam perubahan perilaku individu. Hal ini diperkuat dengan teori Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2007) menyebutkan bahwa faktor pendorong yang mempengaruhi perubahan perilaku salah satunya adalah perilaku petugas kesehatan atau petugas kesehatan lainnya. Menurut asumsi peneliti pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif terbukti mempengaruhi perubahan perilaku ibu dalam memberikan MPASI di desa kedamean Gresik. Pendidikaan kesehatan yang diberikan pada responden di Desa Kedamean Gresik dikatakan berhasil karena dibuktikan adanya perubahan perilaku. Dari perilaku tetap memberikan MP-ASI menjadi berkurang memberikan MP-ASI. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Kedamean Gresik pada tanggal 17 Juni 2014 sampai 21 Juni 2014, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
2.
Perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI di Desa Kedamean Gresik sebelum pendidikan kesehatan mayoritas ibu tetap memberikan MP-ASI pada anak usia kurang dari 6 bulan. Perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI di Desa Kedamean Gresik setelah pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif sebagian besar perilaku ibu
8
3.
berkurang memberikan MP-ASI pada anak usia kurang dari 6 bulan. Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif terhadap perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Kedamean Gresik
Saran 1. Bagi (Responden) Ibu Semua ibu ikut berpartisipasi mendukung pelaksanaan penelitian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Manfaat dari peneliti ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesehatan masyarakat yang baik. 2. Bagi Profesi Sebagai praktisi keperawatan dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan mengenai pendidikan ASI Eksklusif sehingga dapat meningkatkan pelayanan perawatan profesional di daerahdaerah yang jauh dari pelayanan kesehatan yang memadai 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya bila meneliti tentang pendidikan ASI Eksklusif sebaiknya memfokuskan dari faktor budaya. 4. Bagi Desa Kedamean Bagi desa Kedamean perlu dikaji secara merata jumlah ibu yang memiliki anak umur 0-6 bulan benar-benar sudah memberikan ASI Eksklusif agar dapat menciptakan perilaku makanan pendamping ASI yang baik. DAFTAR PUSTAKA Cadwell, karin dan Cindy TurnerMaffei. 2008. Buku Saku
Manajemen laktasi. Jakarta : EGC. Depkes RI. (2006). Pedoman umum pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) lokal, http://ebookbrowse/pedomanumum-pemberian-makananpendamping-Air-Susu-Ibu(MP-ASI)-Lokal//,¶ 4, diunduh pada tanggal 19 Mei 2013 jam 15.00 WIB Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Dewi, One Martha. 2013. Hubungan Makanan Pendamping Asi (MP-ASI) Dengan Status Gizi Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Posyandu Melati 3 Ketintang Xvii Rt 08 Rw 03 Surabaya. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya. Dewi, Vivian dan Tri Sunarsih. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Dwijayanthi, Linda. 2013. Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. Jakarta : EGC. Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Ekasari, Mia Fatma., Tamher, Sayuti., dkk. 2008. Keperawatan komunitas : Upaya Memandirikan Masyarakat Untuk Hidup Sehat. Jakarta : Trans Info Media. Gupte, Suraj. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta : Pustaka Populer Obor.
9
Hidayat, A. Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Huliana, Mellyna. 2004. Perawatan Ibu Pasca melahirkan. Jakarta : Puspa Swara. Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal. Jakarta : Depkes RI. Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. jakarta : Rineka Cipta. Nursalam dan Ferry Efendi. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Potter, Patricia A dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta : EGC. Pradana, Ditha A. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Kader terhadap Praktek Ibu dalam Pemberian MP-ASI di Puskesmas Ledokombo Kabupaten Jember. Program Studi Ilmu Kesehatan Universitas Jember.
Puspitasari, Dwi. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan pada Ibu tentang Anjuran Makan untuk Anak Sehat Maupun Sakit terhadap Perilaku Pemberian Makan pada Anak Usia 6-24 Bulan diPosyandu Kapulaga 3 RW XVI Kelurahan Petemon Puskesmas Sawahan Surabaya. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya. Ramaiah, Savitri. 2007. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer. Wahana Komputer, Tim Penelitian dan Pengembangan. 2005. Pengembangan Analisis Multivariate dengan SPSS 12. Jakarta : Salemba Infotek.
10