JURNAL STUDI GENDER & ANAK
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PROBLEMATIKA IBU MENYUSUI Ahmad Mustofa dan Hayu Prabandari *) *) Ahmad Mustofa, alumnus Fakultas Adab UIN Yogyakarta, editor dan penulis sejumlah buku; Hayu Prabandari, bidan muda, peminat kajian anak dan gender.
Abstract: Breast milk, especially if it is given exclusively is the best first food for babies after birth. Babies will get a sufficient intake of nutrients and essential substances such as immune substances so that he can grow normally both physically and psychologically. For the mother who gives breast to her baby will get positive benefits for the health of post-childbirth. Some issues become an obstacle in the field so that not all babies get the best food. Message of the Qur’an is therefore important to note that in addition to containing directives life, there are practical solutions to problems such as breast-feeding mothers who can not breast-feeding her child with the mother dairy. Keywords: exclusive breastfeeding, breastfeeding problems, mother milk.
A. PENDAHULUAN Pada dasarnya, manusia terlahir dengan membawa berbagai garizah1 atau naluri bawaan. Dengan itu, manusia bertindak tanpa perlu diajari terlebih dahulu. Seorang bayi sesaat setelah lahir mempunyai naluri untuk menetek pada ibunya. Ibu mempunyai hasrat untuk menyayangi buah hatinya, memberikan yang terbaik, melindungi dan seterusnya. Air susu ibu (ASI), terutama yang eksklusif, tidak tergantikan oleh susu manapun. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan lebih sehat, lebih cerdas, mempunyai kekebalan terhadap berbagai penyakit dan secara emosional akan lebih nyaman karena kedekatan dengan ibu. Manfaat positif diperoleh ibu yang memberikan ASI eksklusif. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pemberian susu formula dan susu sapi dapat mengakibatkan alergi bagi bayi.2 Persoalan muncul dengan adanya ibu yang tidak menyusui bayinya, baik disengaja maupun tidak. Naluri bawaan ilahiah sengaja disingkirkan sehingga lepas dari fitrahnya. Pilihan untuk menyusui anak atau tidak bagi ibu dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi generasi yang berkualitas, hal ini harus diperhatikan sehingga tidak mengambil langkah yang kontraproduktif dari cita-cita kehidupan yang sehat dan indah. Faktor-faktor penghambat suksesnya pemberian ASI eksklusif haruslah diminimalisir. Misalnya, harus diwaspadai adanya ketidaktaatan penyedia lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui. Sementara itu, jika merujuk kepada sumber ajaran hidup ilahiah, ditemukan ayat Allah yang membahas masalah pemberian ASI dan teknik ibu persusuan. Dengan temuan ilmu pengetahuan bahwa al-Qur’an membahas hal ini karena memang sangat penting bagi kelangsungan dan kualitas hidup manusia. Fungsi penting dari ayat Allah adalah mencegah manusia mengikuti hawa nafsu3 agar tidak keluar dari fitrahnya. Oleh karena itu, sosialisasi firman Allah tentang hal ini perlu digalakkan.
Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto
YINYANG Vol.5 No.2 Jul-Des 2010 pp.215-226
ISSN: 1907-2791
JURNAL STUDI GENDER & ANAK
Tulisan ini akan menelaah ASI ekslusif dari berbagai perpektif baik medis, sosial budaya, mupun alQur’an. Selain itu, tulisan ini juga akan mengidentifikasi dan menganalisa persoalan-persoalan yang menjadi penghambat, serta jalan keluarnya.
B. ASI EKSLUSIF DAN KEUNGGULANNYA 1. Pengertian ASI Ekslusif ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.4 ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.5 Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu minimal 4 bulan dan akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, dan pemberian ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun.6
2. Manfaat Pemberian ASI Bagi Bayi dan Ibu Penelitian tentang manfaat pemberian ASI bagi bayi telah banyak dilakukan. Menurut Utami Roesli,7 manfaat tersebut antara lain: a. Sebagai nutrisi terbaik dan sumber kekebalan tubuh. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan tata laksana menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia 6 bulan. Secara alamiah, bayi yang baru lahir mendapat zat kekebalan atau daya tahan tubuh dari ibunya melalui plasenta. Akan tetapi, kadar zat tersebut akan cepat menurun setelah kelahirannya. Adapun kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat, maka selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI sebab ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh; b. Melindungi bayi dari infeksi. ASI mengandung berbagai antibodi terhadap penyakit yang disebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit yang menyerang manusia; c. Mudah dicerna. Kandungan enzim pencerna pada ASI memudahkan bayi mencerna makanan pertamanya. Sementara itu, susu sapi sulit dicerna karena tidak mengandung enzim ini, padahal sistem pencernaan bayi belum terbentuk seecara sempurna; dan d. Menghindarkan bayi dari alergi. Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini dapat menderita lebih banyak masalah, misalnya asma dan alergi. ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:8 a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi; b. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Di dalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk; 1) menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen, 2) merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin, 3) memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat, dan 4) memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium;
Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto
YINYANG Vol.5 No.2 Jul-Des 2010 pp.215-226
ISSN: 1907-2791
JURNAL STUDI GENDER & ANAK
c.
ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti immunoglobin, lysozyme, complemen C3dan C4, antistapiloccocus, lactobacillus, bifidus,dan lactoferrin;
d. e.
ASI tidak mengandung beta-lactoglobulinyang dapat menyebabkan alergi pada bayi; dan Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui bayi juga dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu: a. Memberi rasa kebanggaan bagi ibu karena ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya; b. Hubungan yang lebih erat antara ibu dan anak baik secara psikis karena terjadi kontak kulit; c. Menyusui membuat rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil; d. Mempercepat berhentinya pendarahan post-partum; e. Kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberapa bulan sehingga menjarangkan kehamilan; dan f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang. Penelitian lebih jauh mengatakan bahwa ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Rulina,9 penelitian pada anak-anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quotient) lebih rendah 7-8 poin dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI eksklusif. Anak-anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif juga lebih cepat terjangkit penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi dan diabetes setelah dewasa. Resiko penyakit degeneratif pada usia dewasa akan berkurang jika pada waktu bayi diberikan ASI. Misalnya, diabetes tipe I pada orang dewasa dapat dicegah sampai 30% jika pada waktu bayi diberikan ASI sampai usia 3 bulan. Keunggulan pemberian ASI bagi kesehatan serta proses tumbuh-kembang bayi sudah banyak dibuktikan oleh para ahli di dunia. Salah satu bukti terbaru dilaporkan oleh kantor berita Prancis AFP, 14 Mei 2004.10 Di dalam berita disebutkan bahwa ASI memiliki kemampuan untuk menghambat atau mencegah terjadinya ikatan lemak-protein yang bisa menyebabkan sakit jantung, khususnya jantung koroner. Rulina menyatakan bahwa terdapat lebih dari 100 jenis zat gizi dalam ASI antara lain AA, DHA, Taurin, dan Spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi, dan tidak ada satu pun jenis susu lain bisa menyamainya. Meskipun produsen susu formula mencoba menambahkan zat gizi tersebut, tetapi hasilnya tetap tidak bisa menyamai kandungan gizi yang terdapat dalam ASI.11 Selain itu, tidak semua zat gizi yang terdapat dalam susu formula bisa diserap oleh bayi. Berbagai hasil penelitian di atas semakin meyakinkan bahwa sesungguhnya ASI adalah karunia Tuhan yang terbaik bagi bayi. Sudah menjadi fitrah, anak manusia mendapatkan air kehidupan pertamanya dari manusia pula.
C. PROBLEMATIKA IBU MENYUSUI Secara garis besar, penulis membagi problematika ibu menyusui menjadi dua, yakni yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Berbeda dengan problem kedua, problem pertama adalah kondisikondisi yang sebenarnya dapat ditangani.
1. Problematika Umum
Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto
YINYANG Vol.5 No.2 Jul-Des 2010 pp.215-226
ISSN: 1907-2791
JURNAL STUDI GENDER & ANAK
Para ahli kesehatan merekomendasikan agar ASI diberikan kepada bayi segera (< 1 jam) setelah dilahirkan. Makanan pendamping ASI secara bertahap mulai dapat diberikan setelah usia 6 bulan, yang dimulai dari makanan lumat. Mengingat pentingnya ASI bagi kualitas hidup bayi dan ibu, seharusnya pemberian ASI secara sempurna dapat berjalan dengan baik. Namun demikian, di lapangan banyak dijumpai persoalanpersoalan yang menjadi penghambat jalannya program fitrah ini. Berdasarkan studi yang telah dilakukan, setidaknya ada empat faktor penghambat yang akan diuraikan dalam makalah ini.
a. Faktor Ekonomi Sudah bukan rahasia lagi kalau Indonesia dihuni lebih dari 100 juta warga miskin. Ibu yang sedang menyusui terpaksa bekerja diberbagai sektor sehingga realisasi pemberian ASI sangat tergantung dengan kebijakan tempatnya bekerja. Belum lagi faktor jarak antara tempat tinggal dengan tempat bekerja. Sebenarnya, persoalan ini telah diatur dalam Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Pasal 82 Tahun 2003 bahwa ada hak cuti 3 bulan bagi ibu melahirkan.12 Lebih jelas lagi pada pasal 83 bahwa perusahaan harus memberi kesempatan kepada para ibu untuk menyusui bayinya. Upaya ini penting agar kaum ibu Indonesia yang mayoritas bukan murni ibu rumah tangga tidak terancam gagal memberikan ASI.
b. Faktor Pengetahuan Ibu tentang Menyusui Pada era modern sekarang ini, ternyata masih menyisakan mitos-mitos tentang menyusui ASI yang dianggap benar. Hal itu menurut Roesli13 antara lain; 1) menyusui akan merubah bentuk payudara ibu, 2) menyusui sulit untuk menurunkan berat badan ibu, 3) ASI tidak cukup pada hari-hari pertama sehingga bayi perlu makanan tambahan, 4) ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif, 5) payudara ibu yang kecil tidak cukup menghasilkan ASI, 6) ASI pertama kali keluar harus dibuang karena kotor, dan 7) ASI dari ibu kekurangan gizi, dan kualitasnya tidak baik. Mitos-mitos tersebut masih melekat karena pengetahuan ibu tentang ASI masih kurang. Catatan pemerintah menunjukkan masih minimnya pengetahuan ibu. Sebagian besar ibu belum mengetahui arti dan manfaat ASI. Sebagian besar ibu juga belum memahami makanan pendamping sehingga makanan tersebut diberikan sejak usia 2-3 bulan.14 Mereka tidak mengetahui manfaat pemberian ASI eksklusif. Mereka percaya bahwa campuran susu formula dengan ASI baik untuk bayinya.
c. Faktor Dukungan Keluarga Didukung atau tidak oleh keluarga, hal ini ternyata akan sangat berpengaruh. Suami yang merasa tidak nyaman apabila istrinya menyusui cenderung melarang istrinya memberikan ASI.15
d. Faktor Sosial dan Budaya Lingkungan pedesaan dan perkotaan terkadang berbeda budaya. Di pedesaan, kebiasaan menyusui anak merupakan tradisi. Sementara itu, di perkotaan terbiasa menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan praktis karena mereka tidak pernah melihat model menyusui ASI dari lingkungannya. Kondisi ini berpengaruh kepada ibu dalam mengambil sekap.
2. Kondisi Khusus Kondisi khusus yang dimaksud adalah kondisi yang memaksa untuk memberikan makanan selain ASI kepada bayi tanpa ada pilihan lain. Betapapun baiknya ASI sebagai makanan bayi dan keberatan
Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto
YINYANG Vol.5 No.2 Jul-Des 2010 pp.215-226
ISSN: 1907-2791
JURNAL STUDI GENDER & ANAK
para ahli kesehatan anak di seluruh dunia terhadap penggunaan susu sapi sebagai makanan bayi, namun dalam keadaan tertentu, susu sapi akan sangat diperlukan sebagai minuman buatan untuk bayi. Menurut Syahmien Moehji,16 minuman buatan yang terbuat dari susu hewan terutama susu sapi, dapat diberikan kepada bayi sebagai pelengkap atau sebagai pengganti ASI dalam keadaan sebagai berikut: a. Air susu ibu tidak keluar sama sekali. Dalam keadaan seperti ini satu-satunya makanan yang dapat menggantikan ASI adalah susu sapi; b. Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih memerlukan ASI; dan c. ASI keluar tetapi jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi bayi karena itu perlu tambahan. Pemberian makanan atau minuman pengganti ASI sebenarnya berbahaya bagi bayi karena saluran pencernaan bayi belum cukup kuat untuk mencernakan makanan atau minuman selain ASI.17 Selain karena sulitnya dicerna, bahaya lain dari pemberian susu formula bagi bayi yaitu karena selama penyiapan susu formula ada kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri dan terlalu encernya air susu dapat terjadi. Oleh karenanya, dot botol atau alat-alatnya harus benar-benar bersih dan steril. Pemberian susu formula tidak boleh berlebihan karena dapat mengakibatkan obesitas pada bayi.
D. PESAN AL-QUR’AN DAN SOLUSI IBU PERSUSUAN 1. Pemberian ASI oleh Ibu Kandung Surat al-Baqarah ayat 233 secara muhkam18 membahas pemberian ASI. Setidaknya, ada dua hal yang perlu dibahas terkait tema persusuan. Pertama, tentang pemberian ASI oleh ibu kandung, dan kedua pemberian ASI oleh ibu persusuan. Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani kecuali sesuai dengan kadar kemampuannya. Janganlah seorang ibu (menjadi) menderita sengsara karena anaknya dan seorang ayah (jangan menjadi menderita) karena anaknya, dan ahli warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kalian ingin anak kalian disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagi kalian apabila kalian memberikan pembayaran sepatutnya. Bertakwalah kalian kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kalian kerjakan.” (QS. al-Baqarah: 233)
Petunjuk Allah19 dalam al-Qur’an untuk memberikan ASI tentu penting untuk diikuti. Kendalakendala yang ada harus diupayakan solusinya. Bagi yang bekerja di tempat yang tidak kondusif misalnya, ibu menyusui dapat memeras ASI-nya lebih dulu sebelum berangkat. ASI yang disimpan dalam kulkas cukup tahan lama dan dapat diberikan kepada bayi sewaktu-waktu membutuhkan. Dalam hal ini, menyusui menjadi fitrah dan alami bagi ibu yang melahirkan. Namun demikian, seiring pergeseran zaman dan nilai, muncul faktor-faktor yang menjadi penyebab ibu tidak menyusui bayinya. Oleh karena itu, bagi insan beriman hendaklah kembali kepada al-Qur’an untuk dijadikan pegangan termasuk dalam hal menyusui anak. Ketika ayat ini diturunkan 14 abad silam, temuan-temuan medis belum sesempurna dan sedetil sekarang, maka setelah tahu faktualnya secara nyata tidak ada alasan lagi untuk menolak ayat ini, kecuali tidak punya niat baik terhadap kualitas hidup generasi mendatang.
Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto
YINYANG Vol.5 No.2 Jul-Des 2010 pp.215-226
ISSN: 1907-2791
JURNAL STUDI GENDER & ANAK
2. Ibu Persusuan dan Hal-hal yang Terkait Hal kedua yang menjadi tawaran al-Qur’an dalam surat di atas adalah solusi ibu persusuan. Hal ini pernah membudaya di masyarakat Arab. Bahkan, Nabi SAW juga dibesarkan oleh ibu susu. Ketika ibu memutuskan untuk menyusukan bayinya kepada wanita lain, hal pertama yang harus dipikirkan adalah memilih ibu susu yang baik dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Berbadan sehat, tidak mengidap penyakit berat seperti kanker, diabetes dan tidak terinfeksi virus-virus berbahaya seperti HIV, atau Hepatitis; b. Memiliki pola hidup sehat; c. Memiliki sifat / akhlak yang baik; d. Memiliki catatan yang baik tentang saudara-saudara bayi persesusuanya; e. Kerabat dekat; dan f. Usia bayi yang disusukan sebaya dengan bayi kandung. Harus dicatat bahwa status ibu susu secara syar’i otomatis menjadi mahram, begitu pula saudara sepersusuan.20 Mahram yang disebabkan karena persusuan antara lain adalah: a. Bapak persusuan; b. Anak laki-laki dari ibu susu; c. Saudara laki-laki persusuan; d. Keponakan persusuan; dan e. Paman persusuan. Hal ini penting diperhatikan mengingat mahram tidak diperkenankan menikah dan secara medis mempunyai kemungkinan tidak positif. Menurut Boyke, seringkali penyakit-penyakit yang diturunkan muncul (misal penyakit talasemia, hermopilia dan lain-lain) akibat perkawinan yang hubungan darahnya dekat. Harus diperhatikan kemungkinan gen yang membawa penyakit keturunan bertemu sehingga menghasilkan keturunan yang cacat.21 Ketika saat menyapih tiba, ibu harus melakukannya dengan perlahan dan baik. Hindari penyapihan yang dapat menyakiti hati anak. Selama masa menyusui terjalin ikatan batin yang kuat antara ibu-anak.22 Jangan sampai hal ini pudar karena proses penyapihan ini.
E. PENUTUP ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi hingga ia berusia enam bulan. Ekslusifnya ASI terdapat pada pemberiannya yang konsisten selama enam bulan pertama tanpa dicampur makanan atau minuman lain. Bayi yang mendapat perlakuan ini akan lebih sehat, cerdas, dan tumbuh dengan kekebalan penuh terhadap berbagai penyakit dan virus. Sementara itu, bagi ibu, memberikan ASI ekslusif tidak mempunyai pengaruh buruk apapun, sebaliknya memberikan nilai positif bagi kesehatan setelah melahirkan. Betapapun idealnya ASI, terdapat problem bagi ibu menyusui, baik itu bersifat umum maupun khusus. Problem umum antara lain, ketidakcukupan pengetahuan ibu tentang ASI, dan pengaruh budaya dan foktor eksternal lain yang tidak mendudung pemberian ASI ekslusif. Adapun problem khusus adalah foktor medis yang memang tidak terhindarkan. Al-Qur’an telah memberikan arahan kepada kaum ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya, namun jika tidak alternatifnya adalah mencarikan ibu susu sebagai pengganti. Jika solusi ibu susu ini dipilih, maka orangtua harus memperhatikan tentang konsep mahram sebab persusuan sehingga di masa dewasa nanti ia paham siapa-siapa yang menjadi mahram. Hal ini penting karena perkawinan dengan mahram selain tidak dibenarkan syar’i juga dapat mengakibatkan cacat pada keturunannya.
ENDNOTES 1
Garizah, mufrad dari garaiz, lazim diartikan dengan naluri atau insting.
Garizah merupakan bagian dari fitrah yang dimiliki manusia berupa kemampuan Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto
YINYANG Vol.5 No.2 Jul-Des 2010 pp.215-226
ISSN: 1907-2791
JURNAL STUDI GENDER & ANAK
berbuat
atau
bertingkah
laku
tanpa
melalui
proses
belajar
dan
merupakan
pembawaan sejak lahir.
Sebagaimana dijelaskan oleh dr. Sumadiono, Sp. A (K) dalam Allergic dideases
2
in children. Bahan seminar alergi susu sapi, 14 Februari 2009, FK. UGM.
Firman Allah, “Sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada kejahatan..” (Q.S
3
12:53). 4
www.library.usu.ac.id. diakses tanggal 6 Februari 2010.
Utami Roesli, Mengenal ASI Eksklusif (Jakarta: PT Elex Komputindo, 2000),
5
hal. 3.
Utami Roesli, Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif (Jakarta: PT Elex Komputindo,
6
2001), hal.1. 7
Ibid., hal 31.
8
www.library.usu.ac.id. diakses tanggal 6 Februari 2010.
9
Dikutip dari Dodik Briawan dalam “Pengaruh Promosi Susu Formula terhadap
Pergeseran Penggunaan Air Susu Ibu (ASI)”, (Makalah Perorangan Semester Ganjil Program Doktor, Sekolah Pascasarjana IPB, 2004). hal. 3. 10 11
Sebagaimana dikutip oleh Dodik Briawan. Ibid., hal. 3.
Rulina, “Pemberian Susu Formula Berisiko Tinggi bagi Kesehatan Bayi” dalam
http://www.depkes.go.id/index.php. Diakses 25 November 2004. 12
Hak menyusui bagi perempuan pekerja juga didukung oleh Konvensi ILO
(Organisasi Buruh Internasional-PBB) Nomor 183 Tahun 2000. 13 14
Roesli. Ibid., hal. 41.
Kantor Meneg UPW, Depkes, dan YASIA/BK PP-ASI. 1994, Strategi Nasional
Peningkatan Penggunaan ASI. 15
www.dbriawan.telkom.net. diakses tanggal 5 Februari 2010.
16
Syahmien Moehji, (2002) hal. 41.
17
Departemen Kesesehatan, Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI Eksklusif
Bagi Petugas Puskesmas (Jakarta: Dep. Kes Jakarta, 1997), hal. 11. 18
Muhkam merupakan suatu lafadz yang artinya dapat diketahui dengan jelas
dan kuat berdiri sendiri tanpa dita’wilkan karena susunannya tertib dan tepat,
serta pengertiannya tidak sulit dan masuk akal. Lihat, Abdul Djalal, H.A., Ulumul
Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), hal. 243. 19
Petunjuk Allah dalam kitab lain terdapat pula dalam Alkitab 1 Samuel pasal
1 ayat 23: Kemudian Elkana, suaminya itu, berkata kepadanya: ”Perbuatlah apa
yang kaupandang baik; tinggallah sampai engkau menyapih dia; hanya, TUHAN
kiranya menepati
janji-Nya.” Jadi tinggallah perempuan itu dan
anaknya sampai disapihnya. 20
menyusui
Al-Qur’an Surat An-Nisa’: 23, “…juga ibu-ibumu yang menyusui kamu;
saudara
perempuan
sepersusuan...”
Dan
dalil
Alhadits:
“Diharamkan
persusuan, apa-apa yang diharamkan dari nasab” (H.R Bukhari).
Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto
YINYANG Vol.5 No.2 Jul-Des 2010 pp.215-226
dari
ISSN: 1907-2791
JURNAL STUDI GENDER & ANAK
http://klinikpasutri.com/konsultasi-seks.php?id=687
21
diakses
tanggal
16
Februari 2010. http://asuh.wikia.com/wiki/Menyusui_lebih_dari_dua_tahun#_note-Luluk.
22
diakses tanggal 16 Februari 2010.
DAFTAR PUSTAKA Briawan, Dodik. 2004. Pengaruh Promosi Susu Formula terhadap Pergeseran Penggunaan Air
Susu Ibu (ASI). Makalah Perorangan Semester Ganjil Program Doktor, Sekolah Pascasarjana
IPB.
Dep Kes. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI Eksklusif Bagi Petugas Puskesmas. Jakarta: Dep. Kes Jakarta.
Djalal, Abdul, H.A. 1977. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu.
http://asuh.wikia.com/wiki/Menyusui_lebih_dari_dua_tahun#_note-Luluk http://klinikpasutri.com/konsultasi-seks.php?id=687 http://www.depkes.go.id/index.php. http://www.ssffmp.or.id/berita/7623/Garizah.
Kantor Meneg UPW, Depkes, dan YASIA/BK PP-ASI. 1994. Strategi nasional peningkatan
penggunaan ASI.
Roesli, Utami. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: PT Elex Komputindo. .
2001a. Komputindo.
Bayi
Sehat
Berkat
ASI
Eksklusif.
Jakarta:
PT
Elex
. 2001b. Mitos menyusui. Makalah pada Seminar Telaah Mutakhir tentang ASI di Bali 19 Oktober 2001.
Rulina,
S.
Pemberian
Susu
Formula
http://www.depkes.go.id/index.php
Berisiko
Tinggi
bagi
Kesehatan
Bayi.
dalam
Sumadiono, Sp. A (K) dalam Allergic dideases in children. Bahan Seminar Alergi Susu Sapi, 14 Februari 2009, FK. UGM.
www.library.usu.ac.id. www.dbriawan.telkom.net.
Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto
YINYANG Vol.5 No.2 Jul-Des 2010 pp.215-226
ISSN: 1907-2791