ISBN : 978-602-73865-4-9
FAKTOR PENGHAMBAT PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI NGESTIHARJO BOYOLALI Lina Wahyu Susanti Akademi Kebidanan Citra Medika,
[email protected]
ABSTRAK Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alami bayi yang menyediakan semua vitamin, nutrisi, mineral. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif mencukupi kebutuhan gizi bayi dan pertumbuhan bayi lebih baik. Bayi yang tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) menyebabkan bayi menderita gizi kurang dan gizi buruk. Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan terdapat 30 ibu menyusui bayi usia 0-12 bulan yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Hal ini dikarenakan beberapa penyebab diantaranya ibu bekerja, kelurga tidak mendukung pemberian ASI Eksklusif dan tidak adanya dukungan dari tenaga kesehatana berupa pemberian informasi tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif kepada bayi Jenis penelitian ini adalah deskriptif Kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah ibu menyusui bayi 0-12 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif di Ngestiharjo, Boyolali dengan jumlah 35 responden. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh dimana seluruh anggota populasi menjadi sampel dalam penelitian. Instrumen penelitian dengan kuesioner tertutup. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil yang didapatkan yaitu sebanyak 29 responden (82,85%) ibu bekerja, 25 responden (71,42%) tidak mendapatkan dukungan dari keluarga dan 16 responden (45,71%) tidak mendapatkan dukungan dari tenaga medis sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui di Ngestiharjo, Boyolali adalah faktor pekerjaan, tidak adanya dukungan kelurga dan tidak adanya dukungandari tenaga medis. Kata kunci : Penghambat, ASI Eksklusif, Ibu Menyusui. ABSTRACT Exclusive Breastfeeding is the baby's natural food that provides all the vitamins , nutrients , mineral . Exclusive Breastfeeding is meet the nutritional needs of infants and babies better growth . Babies who do not get exclusive breastfeeding causes babies suffering from malnutrition and malnutrition . Based on preliminary studies that the author did a total of 30 lactating mothers of infants aged 0-12 months are not exclusive breastfeeding to their babies. This is due to several causes including working mothers , ancestry does not support exclusive breastfeeding and lack of support from kesehatana power for the provision of information about the benefits of exclusive breastfeeding for infants. This type of research is descriptive quantitative. The population in this study were breastfeeding infants 0-12 months who are not exclusively breastfed at Ngestiharjo ,Boyolaliby the number of 35 respondents. The sampling technique using saturation sampling where all members of the population to be sampled in the study. The research instrument with the enclosed questionnaire .Analysis of data using univariate analysis. Results obtained are as many as 29 respondents (82.85 %) of working mothers , 25 respondents (71.42 %) did not get support from family and 16 respondents (45.71 %) did not get support from medical personnel so that it can be concluded that the factors inhibiting Exclusive breastfeeding in nursing mothers in Ngestiharjo, Boyolali is occupational factors , lack of family support and lack of support from medical personnel Keywords : Retarder , exclusive breastfeeding , Breastfeeding mother
PENDAHULUAN Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alami pertama untuk bayi dan menyediakan semua vitamin, nutrisi, dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan 6 bulan pertama, tidak ada cairan atau makanan lain yang diperlukan. Selain itu, Air Susu Ibu (ASI) mengandung antibodi dari ibu yang memerangi penyakit (Josefa, 2011).
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
75
ISBN : 978-602-73865-4-9
Menurut Haryono dan Setianingsih (2014) bayi yang tidak pernah mendapat Air Susu Ibu (ASI) beresiko meninggal 21% lebih tinggi dari pada bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yang kurang menyebabkan bayi menderita gizi kurang dan gizi buruk. Di Indonesia terdapat 19,6 % balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7 % balita dengan gizi buruk, dan 13,9 % berstatus gizi kurang, dan di Jawa Tengah presentase balita kekurangan gizi berdasarkan berat badan menurut umur sebesar 17,6 % (Kemenkes RI, 2013). World Health Organization (WHO) telah mengkaji atas lebih dari 3.000 penelitian menunjukkan bahwa pemberian Air Susu Ibu (ASI) selama 6 bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Hal ini didasarkan pada bukti ilmiah bahwa Air Susu Ibu (ASI) eksklusif mencukupi kebutuhan gizi bayi dan pertumbuhan bayi lebih baik. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dari tahun 1997 hingga 2002, jumlah bayi usia 6 bulan yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif menurun dari 7,9 % menjadi 7,8 %. Sementara itu, menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan penurunan jumlah bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif hingga 7,2 %. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 juga melaporkan jumlah bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai usia 6 bulan di Indonesia sebanyak 15,5 % masih jauh dari target 80% (Haryono dan Setianingsih, 2014). Rendahnya presentase pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif karena banyaknya faktor diantaranya adalah ibu yang bekerja, faktor psikologis, faktor fisik, kurangnya dukungan dari keluarga, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, dan meningkatnya promosi susu kaleng (Haryono dan Setianingsih, 2014). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penghambat keberhasilan ASI eksklusif di Ngestiharjo, Boyolali berdasarkan pekerjaan ibu, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa sajakah faktor penghambat pemberian ASI Eksklusif di Ngestiharjo, Boyolali?”. Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan September 2015 di Driyan, Boyolali didapatkan 30 ibu tidak menyusui bayinya secara eksklusif. Hal tersebut dikarenakan alasan bekerja sehingga harus kembali bekerja setelah cuti melahirkan selesai, kurang mendapat dukungan dari keluarga seperti suami dan orang tua sehingga mengurangi semangat ibu untuk menyusui, kurang mendapat dukungan tenaga kesehatan sehingga ibu kurang mendapatkan informasi mengenai Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Ngestiharjo, Boyolali”
TINJAUAN PUSTAKA Asi Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu elmusi lemak dalam larutan protein laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu, dan merupakan makanan terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan bayi baik gizi, imunologi, atau pemberian Air Susu Ibu (ASI) memberi kesempatan bagi ibu mencurahkan cita kasih serta perlindungan kepada anaknya. Fungsi ini tidak mungkin dapat dialihkan kepada ayah atau suami dan merupakan suatu kelebihan kaum wanita (Bahiyatun, 2009). Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah bayi hanya diberi Air Susu Ibu (ASI) saja sejak lahir sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, sari buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-buahan, biskuit, bubur susu, bubur nasi, dan nasi tim (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Macam-Macam Asi Menurut pendapat Haryono dan Setianingsih (2014) macam-macam Air Susu Ibu (ASI) dibagi menjadi 3. Pertama, kolustrum. Air Susu Ibu (ASI) yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuningkuningan, lebih kuning dibanding dengan Air Susu Ibu (ASI) matur, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel. Dalam kolustrum mengandung banyak antibodi yang berguna untuk perlindungan terhadap infeksi dan alergi, lekosit yang berguna untuk perlindungan terhadap infeksi dan purgatif yang berguna untuk pengeluaran mekonium (faeces pertama bayi) dan membantu mencegah terjadinya ikterus serta membantu pematangan usus dan mencegah alergi intoleransi (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Kedua, ASI masa peralihan. Merupakan Asi Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
76
ISBN : 978-602-73865-4-9 peralihan dari kolostrum menjadi Air Susu Ibu (ASI) matur. Terjadi pada hari ke 4-10, berisi karbohidrat dan lemak serta volume Air Susu Ibu (ASI) meningkat. Ketiga, ASI matur. Merupakan cairan yang berwarna putih kekuningan, mengandung semua nutrisi. Terjadi pada hari ke 10 sampai seterusnya. Kandungan Dan Manfaat Asi Menurut pendapat Proverawati dan Rahmawati (2010) Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan nutrisi yang unik, spesifik dan kompleks dengan komponen imunologis dan komponen pemacu pertumbuhan. Air Susu Ibu (ASI) mengandung beberapa komponen antara lain: air, protein, lemak, laktosa, vitamin A, Zat besi, Taurin dan Imunoglobulin. Menurut pendapat Walyani dan Purwoastuti (2015) manfaat pemberian Air Susu Ibu (ASI) meliputi: (1) Bagi bayi. Manfaat pemberian ASI bagi bayi adalah Dapat Membantu Memulai Kehidupanya dengan Lebih Baik, Mengandung Antibodi, Air Susu Ibu (ASI) Mengandung Komposisi yang Tepat, Mengurangi Kejadian Karies Dentis, Memberi Rasa Aman dan Nyaman pada Bayi dan Adanya Ikatan antara Ibu dan Bayi, Terhindar dari Alergi, ASI Meningkatkan Kecerdasan, Membantu Perkembangan Rahang dan Merangsang Pertumbuhan Gigi. (2) Bagi Ibu. Manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi ibu adalah menjadi kontrasepsi alami, menyehatkan ibu, diet alami, psikologis terjaga. (3) Bagi Keluarga. Manfaat pemberian ASI Ekklusif bagi keluarga adalah lebih hemat, lebih bahagia, praktis.
Faktor Penghambat Pemberian Asi Ekslusif Pekerjaan Menurut IDAI (2013) faktor-faktor yang menghambat keberhasilan menyusui pada ibu bekerja adalah pendeknya waktu cuti kerja, kurangnya dukungan tempat kerja, pendeknya waktu istirahat atau lamanya waktu bekerja bekerja sehingga tidak cukup waktu untuk memerah Air Susu Ibu (ASI), tidak adanya ruangan untuk memerah Air Susu Ibu (ASI), dan pertentangan keinginan ibu antara mempertahankan prestasi kerja dan produksi Air Susu Ibu (ASI). Ibu yang tidak bekerja adalah ibu yang hanya menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dan banyak menghabiskan waktunya di rumah tanpa terikat pekerjaan di luar rumah, sehingga mempunyai kesempatan yang banyak untuk dapat merawat dan memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara optimal tanpa dibatasi oleh waktu dan kesibukan. Sedangkan, pada ibu yang bekerja di luar rumah harus meninggalkan anakanya lebih dari 7 jam, sehingga kesempatan untuk memberikan perawatan dan Air Susu Ibu (ASI) kepada anak menjadi berkurang. Ibu bekerja adalah ibu yang bekerja di luar rumah dan mempunyai keterbatasan untuk menyusui bayinya secara langsung. Keterbatasan ini bisa berupa waktu atau tempat (Juliastuti, 2011). Kurangnya Dukungan Keluarga Dukungan dari lingkungan keluarga termasuk suami, orang tua atau saudara lain sangat menentukan keberhasilan menyusui. Pengaruh keluarga berdampak pada kondisi emosi ibu sehingga secara tidak langsung mempengaruhi produksi Air Susu Ibu (ASI). Seorang ibu yang mendapat dukungan dari suami dan anggota keluarga lain akan meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayinya. Sebaliknya, dukungan yang kurang maka pemberian Air Susu Ibu (ASI) menurun (Haryono dan Setianingsih, 2014). Bentuk dukungan kelurga menurut Simbolon(2011) adalah dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Dukungan informasional yaitu keluarga memberitahu ibu bahwa bayi usia 0-6 bulan hanya diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja tanpa makanan lain, keluarga mencari informasi tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, memberikan buku bacaan tentang Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, dan ikut mendampingi ibu konsultasi ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh informasi tentang Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Dukungan Penilaian yaitu keluarga mengingatkan ibu untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, menanyakan masalah selama menyusui, mendampingi ibu selama menyusui, membimbing cara memerah Air Susu Ibu (ASI), menyimpan Air Susu Ibu (ASI), dan menjelaskan cara pemberian Air Susu Ibu (ASI) perah. Dukungan instrumental yaitu keluarga menyediakan makanan bergizi, membantu ibu merawat bayi, membantu melakukan tugas rumah tangga, berperan serta mememeriksakan bayi ke pelayanan kesehatan, dan membantu ibu bila memerlukan sesuatu selama menyusui. Dukungan emosional yaitu keluarga mendengarkan keluhan selama ibu menyusui, keluarga memberikan suasana yang nyaman, selalu menjaga perasaan ibu, keluarga menyarankan
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
77
ISBN : 978-602-73865-4-9 ibu agar tidak takutmenyusuibayi karenaperubahan fisik, dan melarang adanya suasana keributan dirumah. Kurangnya Dukungan Tenaga Kesehatan Dukungan tenaga kesehatan kaitannya dengan nasehat kepada ibu untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayinya menentukan keberlanjutan ibu dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) (Haryono dan Setianingsih, 2014). Menurut Nugroho (2011) Petugas kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pemberian Air Susu Ibu (ASI). Peran petugas kesehatan dapat membantu ibu untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) dengan baik dan mencegah masalah-masalah yang umum terjadi.
METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2013). Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu faktor penghambat keberhasilan ASI Eksklusif pada ibu menyusui. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui bayi umur 0-12 yang tidak memberikan ASI Eksklusif di Ngestiharjo,Boyolali pada bulan Oktober- Nopember 2015 berjumlah 35 orang. Penelitian ini menggunakan sampling jenuh dimana jumlah populasi diambil menjadi sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui bayi umur 0-12 yang tidak memberikan ASI eksklusif di Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta berjumlah 35 orang. Pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh responden tentang faktor penghambat pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui, kuesioner berisi jawaban “Ya” dan “Tidak”. Data Sekunder diperoleh dari data kohort tentang jumlah data Ibu menyusui bayi 0-12 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif. Pengolahan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu editing, coding, scoring, data entry dan tabulasi. Setelah seluruh data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabel kemudian diolah dengan menggunakan perhitungan presentase dengan membagi frekuensi (f) dengan jumlah seluruh observasi (N) dan dikalikan 100 % dengan rumus distribusi frekuensi relatif (Budiarto, 2012).
HASIL Sampel dalam penelitian ini adalah ibu menyusui bayi 0-12 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif di Ngestiharjo, berjumlah 35 responden. Mayoritas hasil penelitian berdasar umur memiliki umur 20-30 tahun sejumlah 22 responden (62,85%), berdasarkan pendidikan mayoritas berpendidikan menengah sejumlah 30 responden (85,71%), dan berdasarkan paritas mayoritas primipara sebanyak 21 responden (60 %). Faktor penghambat keberhasilan ASI eksklusif pada ibu menyusui di Ngestiharjo, Boyolali Tabel 4. 1. Distribusi Frekuensi Faktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui No 1. 2. 3.
Faktor Penghambat Pekerjaan Dukungan Keluarga Dukungan Tenaga Medis
Frekuensi 29 25 16
Persentase 82,85 % 71,42 % 45,71 %
Berdasarkan tabel 4.1 Faktor penghambat pemberianASI eksklusif pada ibu menyusui di Ngestiharjo, Boyolali adalah pekerjaan ibu, dukungan keluarga dan dukungan tenaga medis tetapi penghambat yang paling banyak adalah pekerjaan yang artinya ibu yang mempunyai pekerjaan yang mengharuskan meninggalkan bayi dalam waktu yang lama sebanyak 29 responden (82,85 %).
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
78
ISBN : 978-602-73865-4-9
Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Ngestiharjo, Boyolali berdasar pekerjaan ibu. No
Dukungan Keluarga
Frekuensi
Presentase
1. 2.
Mendukung Tidak Mendukung Jumlah
10 25 35
28,57 % 71,43 % 100 %
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Faktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui Berdasar Pekerjaan No 1. 2.
Status Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Jumlah
Frekuensi 29 6 35
Presentase 82,85 % 17,15 % 100 %
Berdasarkan tabel 4.2 dari 35 responden yang diteliti, sebanyak 29 responden yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah mayoritas responden yang bekerja yaitu sebesar 29 responden (82,85 %). Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Ngestiharjo, Boyolali berdasar dukungan keluarga. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Faktor Penghambat PemberianASI Eksklusif pada Ibu Menyusui Berdasar Dukungan Keluarga
Berdasarkan tabel 4.3 dari 35responden yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah mayoritas responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga sebesar 25 responden (71,43 %).
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
79
ISBN : 978-602-73865-4-9
Faktor penghambat pemberian Air Susu Ibu ASI eksklusif pada ibu menyusui di Ngestiharjo, Boyolali berdasar dukungan tenaga kesehatan. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Faktor Penghambat pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui Berdasar Dukungan Tenaga Kesehatan. No 1. 2.
Dukungan Tenaga Kesehatan Mendukung Tidak Mendukung Jumlah
Frekuensi 19 16 35
Presentase 54,28 % 45,72 %
100 % Berdasarkan tabel 4.4 dari 35 responden yang tidak memberikan ASI eksklusif terdapat 16 responden (45,72%)yang tidak mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan.
PEMBAHASAN Faktor penghambat keberhasilan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada ibu menyusui di Kelurahan Sondakan Laweyan Surakarta Faktor penghambat keberhasilan ASI eksklusif pada ibu menyusui di Ngestiharjo, Boyolali mayoritas adalah faktor pekerjaan sebesar 29 responden (82,85 %). Menurut Tim Pena Cendekia dalam Kustanti (2011) pekerjaan adalah suatu yang dilakukan manusia untuk tujuan yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Pekerjaan juga sering disebut profesi. Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti menyusui karena cuti melahirkan di Indonesia rata-rata 3 bulan.
Faktor penghambat keberhasilan ASI eksklusif pada ibu menyusui di Ngestiharjo, Boyolali berdasar pekerjaan ibu. Berdasarkan tabel 4.2 dari 35 responden yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah mayoritas responden yang bekerja yaitu sebesar 29 responden (82,85 %), dan mayoritas sebagai karyawan swasta sebanyak 21 responden (72,41%) sehingga mengahurskan ibu untuk bekerja di luar rumah serta meninggalkan anaknya lebih dari 6 jam, kesempatan untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya menjadi berkurang. Menurut Juliastuti (2011) ibu bekerja adalah ibu yang bekerja di luar rumah dan mempunyai keterbatasan untuk menyusui bayinya secara langsung. Keterbatasan ini bisa berupa waktu atau tempat. Ketersediaan waktu seorang ibu untuk menyusui secara eksklusif berkaitan erat dengan status pekerjaannya (Haryono dan Setianingsih (2014). Menurut IDAI (2013) faktor-faktor yang menghambat keberhasilan menyusui pada ibu bekerja adalah pendeknya waktu cuti kerja, kurangnya dukungan tempat kerja, pendeknya waktu istirahat atau lamanya waktu bekerja, sehingga tidak cukup waktu untuk memerah ASI, tidak adanya ruangan untuk memerah ASI, dan pertentangan keinginan ibu antara mempertahankan prestasi kerja dan produksi ASI. Ibu yang tidak bekerja hanya menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dan banyak menghabiskan waktunya di rumah, sehingga mempunyai kesempatan yang banyak untuk dapat merawat dan memberikan ASI secara optimal tanpa dibatasi oleh waktu dan kesibukan. Sedangkan, pada ibu yang bekerja di luar rumah harus meninggalkan anak lebih dari 7 jam, sehingga kesempatan untuk memberikan perawatan dan ASI kepada anak menjadi berkurang (Juliastuti, 2011). Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahlan (2011) dengan judul hubungan status pekerjaan dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif di Kelurahan Palebon Kecamatan Pendurungan Kota semarang dengan hasil ada hubungan antara status pekerjaan dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dengan jumlah sampel 47 responden. Hasil penelitian tersebut dari 47 responden diperoleh 24 ibu bekerja 20 (83,3%) tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dan 4 (16,7%) memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Dari 23 ibu yang Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
80
ISBN : 978-602-73865-4-9 tidak bekerja 6 (26,1%) tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dan 17 (73,9%) ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Hal ini menunjukkan apabila status pekerjaan ibu bekerja maka besar kemungkinan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dan apabila status pekerjaan ibu tidak bekerja maka besar kemungkinan ibu dapat memberikan ASI eksklusif, karena kebanyakan ibu bekerja, waktu merawat bayinya lebih sedikit, sehingga memungkinkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Faktor penghambat keberhasilan ASI eksklusif pada ibu menyusui di Ngestiharjo, Boyolali berdasar dukungan keluarga. Berdasarkan tabel 4.3 dari 35 responden yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah mayoritas responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga sebesar 25 responden (71,43 %). Dukungan dari lingkungan keluarga termasuk suami, orang tua atau saudara lain sangat menentukan keberhasilan menyusui. Pengaruh keluarga berdampak pada kondisi emosi ibu sehingga secara tidak langsung mempengaruhi produksi ASI. Seorang ibu yang mendapat dukungan dari suami dan anggota keluarga lain akan meningkatkan pemberian ASI kepada bayinya. Sebaliknya, dukungan yang kurang maka pemberian ASImenurun (Haryono dan Setianingsih, 2014). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggorowati (2011) dengan judul hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi di Desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Penelitian tersebut menggunakan sampel ibu menyusui bayi 6-12 bulan sejumlah 34 responden. Hasil penelitian tersebut dari 34 responden diperoleh 18 responden (52,9%) mendapat dukungan keluarga baik, 8 responden (44,4%) memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, dan 10 responden (55,6%) tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Dari 14 responden (41,2%) yang mendapat dukungan keluarga sedang, 1 responden (7,1%) memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, dan 13 responden (92,9%) tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Sejumlah 2 responden (5,9%) yang mendapat dukungan keluarga kurang tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh nilai value 0,003 (<0,05), menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi. Faktor penghambat keberhasilan ASI eksklusif pada ibu menyusui di Ngestiharjo, Boyolali berdasar dukungan tenaga kesehatan. Berdasarkan tabel 4.4 dari 35 responden yang tidak memberikan ASI eksklusif terdapat 16 responden (45,72%) yang tidak mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan. Hal ini berarti bahwa dukungan tenaga kesehatan mayoritas mendukung dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, namun dari hasil penelitian 38 responden, dari 19 responden (54,28%) yang mendapatkan dukungan tenaga kesehatan mayoritas banyak yang tidak diajarkan bagaimana macam-macam posisi menyusui, tidak medapat informasi manfaat memberikan ASI eksklusif kepada bayi, tidak dibantu saat pertama kali memberikan ASI, dan tidak diajarkan bagaimana cara menyendawakan bayi setelah disusui, sehingga ibu merasa takut ketika bayinya selesai disusui selalu gumoh, dan ibu tidak tahu cara menghindarinya, sehingga memberikan makanan selain ASI kepada bayinya. Dari 35 responden, sebesar 16 responden(45,72%) yang tidak mendapatkan dukungan tenaga mayoritas tidak disarankan untuk menghindari susu botol dan “dot empeng”, sehingga wajar jika ibu tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dan ibu justru memutuskan untuk memberikan susu formula pada bayinya. Berdasrkan pengakuan responden penyuluhan tentang ASI perah masih jarang dilakukan, sehingga ibu tidak termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif terutama pada ibu yang bekerja. Hasil penelitian mayoritas adalah ibu bekerja 29 responden dan dukungan tenaga kesehatan terkait ASI perah masih kurang, sehingga banyak ibu yang tidak memngetahui bagaimana cara memerah, menyimpan dan cara memberikan ASI perah.Selain hal tersebut di atas karakteristik mayoritas responden adalah primipara sejumlah 21 responden (60 %), sehingga belum memiliki pengalaman yang cukup untuk menyusui bayinya. Pengalaman dipengaruhi oleh kebiasaan menyusui pada anak sebelumnya, sehingga berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk menyusui atau tidak. Hal ini berarti meskipun dukungan tenaga kesehatan sudah baik, namun ada faktor karakteristik yang menyebabakan ibu tidak memberikan ASI ekslusif pada bayinya. Menurut Astuti (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pengalaman menyusui dipengaruhi oleh kebiasaan menyusui pada anak sebelumnya sehingga berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk menyusui atau tidak. Sebaiknya tenaga kesehatan lebih memahami kondisi dan aktivitas ibu yang mayoritas bekerja yang setiap hari menghabiskan waktu di luar rumah lebih dari 6 jam, sehingga harus lebih memberi dukungan terkait ASI eksklusif yaitu bagaimana cara memerah ASI, menyimpan ASI, dan cara memberikan ASI perah kepada bayinya. Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
81
ISBN : 978-602-73865-4-9
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tehadap 35 responden tentang “faktor penghambat pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Ngestiharjo, Boyolali” dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di yaitu faktor pekerjaan, dan dukungan keluarga.Faktor penghambat keberhasilan ASI eksklusif pada ibu menyusui di Ngestiharjo, Boyolali berdasar pekerjaan ibu mayoritas adalah ibu bekerja sehingga menyulitkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Faktor penghambat keberhasilan ASI eksklusif pada ibu menyusui di Ngestiharjo, Boyolali berdasar dukungan keluarga mayoritas adalah respoden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga.Dukungan tenaga kesehatan mayoritas adalah mendukunga dalam pemberian ASI eksklusif, sehingga faktor dukungan tenaga medis bukan faktor penghambat pemberianAir Susu Ibu ASI eksklusif tetapi lebih baik jika tenaga medis juga memberika informasi tentang manfaat pemberian ASI eksklusif, cara menyusui dan memerah ASI bagi ibu bekerja dan cara penyimpanan ASI sehingga ibu yang bekerja tetap dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
DAFTAR PUSTAKA Anggorowati. 2011. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. [Diakses tanggal 12 Juni 2015]. Didapat dari: http:// Jurnal.unimus.ac.id Arikunto S.2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Astuti R. E. 2013. Tingkat pengetahuan Ibu Bekerja yang mempunyai Anak 0-6 Bulan Tentang ASI Ekslusif di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar Tahun 2013. [Diakses tanggal 23 Januari 2015]. Didapat dari:stikeskusumahusada.ac.id Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. Budiarto E. 2012.Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Dahlan A.2011. Hubungan Status Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif di kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. [Diakses tanggal 12 Juni 2015]. Didapat dari: http:// Jurnal.unimus.ac.id Haryono R dan Setianingsih S. 2014. Manfaat Asi Ekslusif untuk Buah Hati Anda. Yogyakarta: Gosyen Publishing. IDAI. 2013. Sukses Menyusui Saat Bekerja. [Diakses tanggal 20 April 2015]. Didapat dari: http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/sukses-menyusui-saat-bekerja-2.html Josefa G. K. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian Asi Ekslusif pada Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran Kecamatan Semarang Barat. 2011. [Diakses tanggal 19 Januari 2015]. Didapat dari: http://eprints.undip.ac.id/33391/ Juliastuti R. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Status Pekerjaan Ibu, dan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan Pemberian ASI Ekslusif. 2011. [Diakses tanggal 27 Januari 2015]. Didapat dari: http://eprints.uns.ac.id/5255/. Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. [Diakses tanggal 5 Januari 2015]. Didapat dari : http://www.depkes.go.id Kustanti I. D. 2011. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Rendahnya Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 6-12 Bulan di Kelurahan Pringanom Masaran Kabupataen Sragen tahun 2011. Karya Tulis Ilmiah. Nugroho T. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika. Proverawati A dan Rahmawati E. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menusui. Yogyakarta: Nuha Medika Simbolon P. 2011. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Gurilla Pematang Siantar.[Diakses tanggal 14 Februari 2015]. Didapat dari: http:// Frepository.usu.ac.id
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
82
ISBN : 978-602-73865-4-9 Walyani E. S dan Purwoastuti E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
83