POLA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI DUSUN KRAJAN DESA GROGOL KECAMATAN KARANG TENGAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Pendidikan Agama Islam
Oleh SYAMSUL ARIFIN 111 09 085
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website :www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag. DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 eksemplar Hal
: Naskah skripsi Saudara Syamsul Arifin Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Asssalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari: Nama
: Syamsul Arifin
NIM
: 111 09 085
Jurusan/progdi : TARBIYAH/ PAI Judul
: POLA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI DUSUN KRAJAN DESA GROGOL KEC. KARANG TENGAH KAB. DEMAK TAHUN 2013
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera di munaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, 05 Maret 2014 Pembimbing
Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag. NIP 19570812 198802 2 001 iii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
SKRIPSI POLA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI DUSUN KRAJAN DESA GROGOL KECAMATAN KARANG TENGAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2013 DISUSUN OLEH SYAMSUL ARIFIN NIM: 111 09 085 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 07 April 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Pendidikan Islam (S. Pd. I) Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Dr. H. Agus Waluyo, M.Ag
Sekretaris Penguji
: Benny Ridwan, M.Hum
Penguji I
: Taufiqul Mu’in, M.Ag
Penguji II
: Drs, Djoko Sutopo
Penguji III
: Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag Salatiga, 07 April 2014 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005 iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Syamsul Arifin
NIM
: 111 09 085
Fakultas
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan karya saya sendiri, bukan hasil mengkopi (jiplak) dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiyah.
Salatiga, 03 Maret 2014 Yang menyatakan,
Syamsul Arifin
v
MOTTO
Muslim sejati adalah yang tidak pernah menggunakan lisan dan tangannya untuk menyakiti sesama muslim (H.R. Bukhori dan Muslim)
ِ س اَْﻧﻔَُﻌُﻬْﻢ ﻟِﻠﻨـﱠﺎ ِ ﺧَْﻴُﺮ اﻟﻨـﱠﺎ س
vi
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan kepada: Ibu Masfuah dan bapak Nur Halim tercinta yang selalu memberikan restu, dukungan baik moril maupun materiil. Saudara-saudaraku yang telah mendukungku. Bapak Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag. yang telah sabar dalam mengarahkan dan memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga, yang dengan ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis. Rahmawati Purwandari binti Suratno tersayang yang selalu mendukung, membantu dan memberi semangat selama penulisan skripsi ini. Teman-teman PMII Salatiga yang tidak dapat penulis sebutkan satu per-satu.
vii
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah, segala puji bagi-Nya yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya. Sholawat salam selalu tercurahkan pada pangkuan Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan dan membimbing umat pada jalan yang diridhoi Allah, dengan semangat dalam menebarkan ilmunya dan nur kemulyaanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “POLA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI DUSUN KRAJAN DESA GROGOL KECAMATAN KARANG TENGAH KABUPATEN DEMAK”. Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga. 3. Bapak Achmad Maemun, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik. 4. Ibu Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag. yang telah membimbing dam memberi pengarahan sampai selesai dalam penulisan skripsi ini. 5. Semua bapak dan ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberi bekal pengetahan dan pelayanan kepada penulis. 6. Semua masyarakat Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang Tengah Demak. 7. Bapak dan ibuku serta keluarga yang telah memberi motivasi dan do’a dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
viii
Semoga amal dan budi baik yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi catatan amal kebaikan di sisi Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi masyarakat pecinta ilmu dan pesantren. Salatiga, 03 Maret 2014
Penulis
ix
ABSTRAK Arifin, Syamsul. 2014. Pola Pembinaan Keagamaan Remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Kabupaten Demak. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag. Kata kunci
: Pembinaan Agama dan Remaja
Seiring lajunya perkembangan dunia teknologi dan modernisasi, secara tidak langsung ternyata telah mengakibatkan banyak manusia lupa dan mengabaikan aspek-aspek keagamaan. Apalagi perilaku remaja saat ini yang dianggap sering melakukan kenakalan. Dan orang tua serta masyarakatlah yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembalikan nilai-nilai agama tersebut. Pertanyaan utama yang ingin dijawab lewat penelitian ini adalah (1) Bagaimana kondisi keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang tengah Demak?, (2) Bagaimana pola pembinaan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang Tengah Demak?, (3) dan adakah hambatan dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang Tengah Demak?.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode deskriptif kualitatif. Peneliti melakukan penelitian sejak tanggal 23 Januari 2014 di Dusun Krajan Desa grogol Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi keberagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol sudah cukup stabil dan mereka mengikuti kegiatan keberagamaan itu dengan sikap percaya dan sadar tetapi masih ada pula yang hanya sekedar ikut-ikutan. Dan dari penelitian ini pula menunjukkan bahwa orang tua dan masyarakat Dusun Krajan Desa Grogol telah melaksanakan beberapa kegiatan keagamaan dalam rangka pembinaan keagamaan remaja yang terbagi menjadi empat klasifikasi, yaitu pertama bimbingan dan penyuluhan yang berupa kegiatan dzibaan/ berjanjen, yasinan, dan padang bulanan. Kedua pemberian contoh dan tauladan diantaranya adalah kegiatan nariyahan, tadarus. Ketiga Al-Mauidzah Al-Hasanah yaitu kegiatan Pengajian Akbar. Keempat Al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan yaitu kegiatan Ngaji dan Diskusi. Sedangkan hambatan yang dialami dalam pelaksanaan kegaitan pembinaan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol adalah kesibukan remaja sehingga jamaah berkurang, kesibukan pemuka agama yang sering menjadikan kegiatan kosong, kurangnya perhatian orang tua sehingga remaja semaunya, adanya sifat malas pada remaja sehingga beberapa tidak mengikuti kegiatan, adanya ajakan teman agar tidak aktif sehingga beberapa dari remaja terpengaruh oleh ajakan tersebut, dan yang terakhir adalah terbenturnya kegiatan-kegiatan tersebut dengan kegiatan masyarakat yang lain, sehingga kegiatan keagamaan remaja ditunda.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
HALAMAN LOGA STAIN....................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .......................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................
v
HALAMAN MOTTO .............................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ......................................................
viii
HALAMAN ABSTRAK .........................................................................
x
HALAMAN DAFTAR ISI......................................................................
xi
HALAMAN DAFTAR TABEL .............................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................
1
B. Fokus masalah .....................................................................
5
C. Tujuan penelitian .................................................................
6
D. Kegunaan penelitian.............................................................
6
E. Penegasan istilah ..................................................................
7
F. Metodologi Penelitian .........................................................
8
1. Pendekatan dan jenis penelitian ....................................
8
2. Kehadiaran peneliti/waktu penelitian.............................
9
3. Lokasi penelitian ............................................................
9
xi
4. Sumber data ...................................................................
9
5. Prosedur pengumpulan data ...........................................
10
6. Analisis data …… ..........................................................
12
7. Pengecekan keabsahan data...................... .....................
12
8. Tahap-tahap penelitian ...................................................
13
G. Sistematika Penulisan Skripsi ..............................................
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pola Pembinaan Keagamaan Remaja...................................
18
1. Arti Pola Pembinaan .......................................................
18
2. Keagamaan Remaja.........................................................
19
3. Remaja.............................................................................
22
a. Pengertian remaja......................................................
22
b. Ciri-ciri Remaja.........................................................
25
c. Sikap remaja terhadap agama....................................
38
4. Pola Pembinaan Keagamaan Remaja .............................
40
a. Bimbingan dan Penyuluhan ......................................
41
b. Pemberian contoh dan Teladan .................................
41
B. Dasar dan Tujuan Pembinaan Keagamaan...........................
43
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan remaja ........
46
1. Faktor pertumbuhan .......................................................
46
2. Faktor lingkungan ..........................................................
47
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Dusun Krajan Desa Grogol ....................
52
1. Letak geografis Dusun Krajan Desa Grogol ....................
52
xii
2. Keadaan Demografis .......................................................
52
3. Keadaan sosial ekonomi...................................................
53
4. Keadaan sosial keagamaan...............................................
55
5. Keadaan pendidikan penduduk Desa Grogol ...................
56
6. Keadaan sosial budaya .....................................................
57
7. Struktur organisasi pemerintah desa Grogol ....................
59
B. Temuan Data ........................................................................
60
1.
Profil Informan................................................................
60
2.
Keadaan keagamaan remaja dusun krajan desa grogol...
63
3.
Pola pembinaan keagamaan remaja Dusun Krajan Desa Grogol .............................................................................
4.
Hambatan dalam pembinaan keagamaan remaja Dusun Krajan Desa Grogol.........................................................
BAB IV
64
73
PEMBAHASAN A. Kondisi keagamaan remaja di Dusun Ktajan Desa Grogol……………………………………………...
78
B. Pola Pembinaan Kegamaan Remaja Dusun Krajan Desa Grogol ............................................................................. C. Hambatan
dan
kendala
yang
dihadapi
80
dalam
pembinaan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol .............................................................................
xiii
93
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................
98
B. Saran-saran........................................................................
100
C. Penutup..............................................................................
101
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I
Jumlah Penduduk Dusun Krajan ..............................................
53
Tabel II
Jenis Pekerjaan Penduduk Dusun Krajan .................................
54
Tabel III
Keadaan Keagamaan Penduduk Dusun Krajan ........................
55
Tabel IV
Sarana Peribadatan Penduduk Dusun Krajan ...........................
56
Tabel V
Keadaan Pendidikan Penduduk Dusun Krajan.........................
57
Tabel VI
Sarana Pendidikan Penduduk Dusun Krajan ............................
57
Tabel VI
Sarana Kesehatan Penduduk Dusun Krajan .............................
58
Tabel VIII Sarana Keamanan Penduduk Dusun Krajan.............................
58
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan samua aspek/ fungsi memasuki masa dewasa (Rusmini, 2004: 53-54). Masa remaja adalah antara usia 12 sampai usia 21 tahun yang mempunyai tiga masa yaitu masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun), masa remaja akhir (18-21 tahun) (Mar’at, 2010: 190). Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi perkembangannya emosi atau perasaan dan dorongandorongan baru yang dialami sebelumnya. Pada usia remaja, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosi yang bersifat negative dan temperamental (Yusuf, 2001: 197) Seiring lajunya perkembangan dunia teknologi dan modernisasi, secara tidak langsung ternyata telah mengakibatkan banyak manusia lupa dan mengabaikan aspek-aspek keagamaan. Hal ini dapat ditangani dengan pembinaan perilaku keagamaan secara intensif dan berkesinambungan. Pada esensinya merupakan pemahaman terhadap ajaran agama Islam itu sendiri
1
2
dan bertekad untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari serta mampu untuk mengendalikan diri setelah memahami. Betapa banyaknya orang tua mengeluh, bahkan bersusah hati karena anak-anaknya yang telah menjadi remaja itu menjadi keras kepala, sukar diatur, mudah terseinggung, sering melawan dan sebagainya, bahkan ada orang tua yang benar-benar panik memikirkan kelakuan anak-anaknya yang telah remaja, seperti sering bertengkar, melakukan tindakan-tindakan yang melanggar aturan atau nilai-nilai moral dan norma-norma agama, sehingga dimasyarakat dikatakan nakal. Disamping itu pula tidak sedikit jumlah remaja yang merasa tidak mendapat ruang dalam masyarakat dewasa, bahkan diantara mereka ada yang merasa sedih dan penuh penderitaan dalam hidupnya. Mereka merasa tidak dihargai, tidak disayangi orang tua bahkan dibenci dan dihina. Sehingga mereka mencari jalan sendiri untuk membela dan mempertahankan harga dirinya. Pada hakekatnya kenakalan remaja bukanlah suatu problem sosial yang hadir dengan sendirinya di tengah-tengah masyarakat. Akan tetapi masalah tersebut muncul karena beberapa keadaan yang terkait, yang mendukung kenakalan tersebut. Kehidupan keluarga yang kurang harmonis, perceraian dalam bentuk broken home memberi dorongan yang kuat sehingga anak menjadi nakal. Kondisi perilaku dan kepribadian anak-anak remaja dewasa ini sangat jauh dari yang diharapkan. Perilaku mereka cenderung menyimpang dari nilai-nilai ajaran agama, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai
3
budaya. Adanya anak-anak remaja yang terjerumus pada pergaulan bebas atau bahkan seks bebas, pemakai dan pengedar narkoba, terlibat dalam kasus-kasus kriminal, seperti perampokan dan pemerkosaan. Hal ini menunjukkan betapa kondisi remaja saat ini berada dalam masalah besar. Segala problema dan persoalan yang terjadi pada remaja, sebenarnya bersangkut paut dan saling keterkaitan dengan usia yang mereka lalui, dan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan yang mana mereka hidup (Daradjat, 1996: 69). Sebagai Desa yang relatif kecil, Desa Grogol memiliki banyak generasi muda yang sangat bervarian perilakunya baik dalam religiusitas maupun sosialnya. Apabila berbicara tentang remaja, pasti tidak akan jauh membahas tentang kenakalan remaja, terlebih di Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang Tengah Demak yang kondisinya memiliki relatif terbanyak jumlah remaja dibanding dusun-dusun yang lain di Desa Grogol, meskipun kondisi di desa tetapi kenakalan yang dilakukan remaja hampir berbanding lurus dengan keadaan remaja di perkotaan, sehingga bisa diartikan bahwasanya dikarenakan pengaruh isu global yang dibawa dari negara barat sekarang tidak hanya berpengaruh pada kehidupan perkotaan saja, akan tetapi sudah mewabah di perdesaan. Seperti halnya model berpakaian, gaya bicara, fasilitas elektronik dll. Emosi memiliki peran penting dalam sikap dan tindak agama (Daradjat, 1970: 77). Sehingga tingkat emosional seseorang harus diperhatikan
4
dengan sesungguhnya. Karena tidak ada satu sikap atau tindak agama seseorang yang dapat dipahami tanpa mengindahkan emosinya. Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain (Daradjat, 1970: 77). Mereka merasa tidak ingin orang tua terlalu banyak campur tangan dalam urusan pribadinya, dan terkadang terlihat remaja terombang-ambing dalam gejolak emosi yang tidak terkuasai itu yang terkadang memang mempunyai pengaruh kurang baik pada kesehatan jasmani maupun rohani remaja itu sendiri. Gejolak yang seperti itu pula tergambar pada remaja di dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang tengah Demak, karena tingkat emosional remaja yang masih labil, mereka sering melakukan kegaduhan seperti halnya balapan motor liar, tawuran antar dusun bahkan antar desa, minum-minuman keras dan lain sebagainya yang seakan-akan tidak tahu tentang agama dan memang menjadikan keresahan bagi masyarakat yang lain. Seiring keprihatinan dan keresahan masyarakat, terjadilah beberapa pemikiran tentang kegiatan-kegiatan yang memang digunakan untuk menampung remaja-remaja di lingkungan tersebut. Seperti halnya Yasinan, Manaqib, Dziba’an, Pengajian Rutinan dan lain sebagainya. Setelah dilakukan kegiatan-kegiatan tersebut hasilnya ketegangan-ketegangan yang ditimbulkan remaja-remaja dulunya, kini mulai mereda dan mulai terbiasnya rasa nyaman dan aman di masyarakat. Ketertarikan lain peneliti ingin meneliti di tempat ini adalah bahwasanya kegiatan-kegiatan di atas sering dan bahkan ditekuni oleh para
5
orang tua dibanding para remaja. Sehingga hal ini yang memang menjadikan lain dari desa-desa yang lain, yang para jamaahnya adalah para orang tua. Di samping itu Allah berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 02:
t˚Ôœ%©!$#
$pköâr'تtÉ
ˆ/‰3|°‡ˇRr& (#˛qË% (#q„ZtB#u‰ #Yë$tR
ˆ/‰3㌠˜dr&ur
‚®$®Z9$#
$ydäqË%ur
$pkˆén tÊ
‰ouë$yfœt¯:$#ur
ûw
◊ä#y✩
‘‚üxœÓ
Óps3եتn tB
ˆNËdtçtBr& !$tB ©!$# tbq›¡˜ËtÉ tbr‚êsD˜s„É
$tB
tbqË y˯ˇtÉur «œ»
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Q.S. AtTahrim: 02). Memperhatikan uraian tersebut di atas, peneliti mencoba meneliti pola pembinaan keagamaan yang dilakukan masyarakat kepada remaja dengan judul “Pola Pembinaan Keagamaan Remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang Tengah Kab. Demak Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah. Diantaranya adalah:
6
1. Bagaimana kondisi keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang Tengah Demak Tahun 2013? 2. Bagaimana Pola pembinaan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang Tengah Demak Tahun 2013? 3. Apa kendala yang dihadapi dalam pembinaan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang Tengah Demak Tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kondisi keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang Tengah Demak. 2. Mengetahui pola pembinaan keagamaan remaja yang digunakan di Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang Tengah Demak. 3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam pembinaan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang Tengah Demak.
D. Kegunaan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, penulis membagi manfaat penelitian ini menjadi tiga poin, yaitu: 1. Bagi Peneliti a. Menambah pengetahuan tentang pembinaan keagamaan pada remaja. b. Memberi gambaran langsung mengenai bagaimana pola yang digunakan dalam pembinaan keagamaan pada remaja.
7
c. Sebagai sarana pengembangan pola pikir peneliti dalam bidang ilmu pengetahuan. 2. Bagi Lembaga a. Sebagai sarana kajian dalam ilmu pengetahuan. b. Sebagai sarana kajian pertimbangan bagi lembaga formal maupun non formal. 3. Bagi ilmu Pengetahuan Dapat memberi manfaat secara teoritis tentang pola pembinaan keagamaan pada remaja.
E. Penegasan Istilah 1. Pola Pola diartikan sebagai model, cara, metode atau sebuah sistem yang digunakan dalam suatu hal. Dalam lingkup ini pola yang dimaksud adalah model, metode atau cara yang digunakan Masyarakat Dusun Krajan Desa Grogol Karang Tengah Demak dalam melaksanakan pembinaan keagamaan pada remaja setempat. 2. Pembinaan keagamaan Dalam kamus besar bahasa Indonesia pembinaan diartikan pembangunan atau usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien
dan
efektif
untuk
memperoleh
hasil
yang
lebih
baik
(Purwadarminta, 2004: 19). Sedangkan keagamaan adalah sifat-sifat yang berada di agama, segala sesuatu yang berada di agama. Agama yang
8
dimaksudkan dalam penelitian adalah agama Islam. Jadi pembinaan keagamaan adalah suatu usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif dalam membangun perilaku keagamaan. Pembinaan keagamaan yang dimaksudkan di sini adalah pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh Masyarakat Dusun Krajan Desa Grogol Karang Tengah Demak pada remaja setempat. Dalam hal ini yang penulis maksudkan adalah peran orang tua secara individual dan masyarakat secara umum. 3. Remaja Sedangkan remaja dapat diartikan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan samua aspek/ fungsi memasuki masa dewasa (Rusmini, 2004: 53-54). Masa remaja adalah antara usia 12 sampai usia 21 tahun yang mempunyai tiga masa yaitu masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun), masa remaja akhir (18-21 tahun) (Mar’at, 2010: 190). Dan yang dimaksud remaja di sini adalah remaja yang berada di lingkungan masyarakat Dusun Krajan Desa Grogol Karang Tengah Demak.
F. Metode Penelitian Dalam
suatu
penelitian,
metode
mutlak
diperlukan
karena
merupakan cara yang teratur dan berfikir secara kritis untuk mencapai suatu tujuan yang dimaksud. Metode ini diperlukan guna mencapai tujuan yang sempurna dan memperoleh hasil secara optimal.
9
1. Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research), dimaksudkan untuk mengetahui data responden secara langsung di lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan mengenai studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai unit sosial tersebut. Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan peneliti akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2009: 11). 2. Kehadiran peneliti Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian maka peneliti hadir langsung di lokasi penelitian sampai memperoleh datadata yang diperlukan. 3. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Dusun Krajan Desa Grogol Karang Tengah Demak. 4. Sumber data
10
Data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang berhubungan dengan pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja. Secara umum data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder.
11
a. Data primer Data primer dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data atau informasi yang diperlukan. Sedangkan untuk pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan, dan dengan bantuan rekaman suara handphone. Sementara itu observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung segala aktivitas di lingkungan masyarakat Dusun Krajan Desa Grogol Karang Tengah Demak. b. Data sekunder Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya buku-buku literatur yang berhubungan dengan internet, dokumen pribadi, dan dokumen yang terkait dengan penelitian ini. 5. Prosedur pengumpulan data Dalam rangka untuk memperoleh data, penulis menggunakan metode pengumpulan data dalam memudahkan jalannya penelitian. Adapun macam untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
12
a. Metode observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat atau berulang (Sukandarrumidi, 2004: 69). Metode ini penulis gunakan sebagai alat bantu dalam penelitian. Penulis mengadakan observasi ke Dusun Krajan Desa Grogol Karang Tengah Demak, selanjutnya penulis mencatat hasil observasi dengan sistematik. b. Wawancara Metode wawancara adalah komunikasi dua arah antara pewawancara dan terwawancara secara langsung (Yunus, 2010: 357). Wawancara mendalam digunakan dalam rangka untuk mengetahui pembinaan keagamaan pada remaja Dusun Krajan Desa Grogol Karang Tengah Demak. Dalam wawancara tersebut penulis rekam dan ditulis ulang pada transkip wawancara. Sedangkan yang menjadi objek interview ini adalah pemuka agama, orang tua dan remaja. c. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk lisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiono, 2009: 240). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang sudah tertulis dan terwujud dokumentasi. Seperti halnya foto-foto kegiatan, materi dan profil maupun tujuan yang sudah tertulis.
13
6. Analisis data Dalam analisis data, penulis menggunakan teknik analisis data dengan menguraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkip-transkip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar dapat menyajikan hasil penelitian. 7. Pengecekan keabsahan data Pemeriksaan keabsahan data dilakukan atas kriteria-kriteria tertentu. Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan (credibility), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moeloeng, 2009: 324). a.
Derajat kepercayaan (credibility) Kriteria
kredibilitas
ini
berfungsi
untuk
melaksanakan
penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Adapun teknik dalam menentukan kredibilitas ini dapat dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti di lapangan, triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi. b.
Kebergantungan (dependability) Konsep ini merupakan konsep pengganti dari konsep reability dalam penelitian kuantitatif. Reability tercapai bila alat ukur yang digunakan secara berulang-ulang dan hasilnya sama. Dalam penelitian kualitatif, alat ukur bukan benda melainkan manusia atau peneliti itu sendiri. Lain dari pada itu, rancangan penelitian terus berkembang. Yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah pengumpulan
14
data sebanyak mungkin selama penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur kebergantungan adalah auditing, yaitu pemeriksaan data yang sudah dipolakan. c.
Kepastian (confirmability) Konsep
ini
merupakan
konsep
pengganti
dari
konsep
“objektivitas” pada penelitian kuantitatif, objektivitas itu diukur melalui orangnya atau penelitiannya. Diakui bahwa peneliti memiliki pengalaman subjektif. Namun apabila pengamatan tersebut dapat disepakati oleh beberapa orang, maka pengalaman peneliti itu bisa dipandang objektif. Jadi persoalan objektivitas dan subjektivitas dalam penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh seseorang. 8. Tahap-tahap penelitian Tahap-tahap penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan proses pelaksanaan penelitian. Sebagaimana yang dikutip Moeloeng (2009: 127), penelitian kualitatif dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. a. Tahap Pra-Lapangan Tahap pra-penelitian adalah sebelum berada di lapangan. Sebagaimana yang dikutip Moeloeng (2009: 127), ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti. Dalam tahap ini ditambah satu pertimbangan yang perlu dipahami yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan tersebut antara lain: pertama, menyusun rancangan penelitian,
15
kedua, memilih lapangan penelitian, ketiga, mengurus perizinan, keempat, menjajaki dan menilai lapangan, kelima, memilih dan memanfaatkan informan, keenam, menyiapkan perlengkapan penelitian. Tahapan ini digunakan sebelum peneliti melakukan penelitian yang sebenarnya. Setelah peneliti membuat rancangan penelitian, peneliti memilih salah satu lokasi untuk dijadikan objek penelitian. Dalam hal ini adalah
bertempat
di
Dusun
Krajan
Desa
Grogol
Kecamatan
Karangtengah Kabupaten Demak. Setelah itu peneliti meminta izin dari kepala Desa Grogol untuk mengadakan penelitian di lokasi tersebut. Selanjutnya adalah observasi awal tentang lokasi yang dijadikan objek penelitian untuk melihat dan mengetahui kondisi pembinaan keagamaan remaja agar sesuai dengan pokok bahasan penelitian dan menentukan beberapa informan guna mencari gambaran awal tentang keadaan lokasi. b. Tahap Pekerjaan Lapangan Pada tahap ini merupakan tahap penelitian yang sebenarnya. Tahap ini dibagi atas tiga bagian, yaitu: pertama, memahami latar penelitian dan persiapan diri, kedua, memasuki lapangan, ketiga, berperanserta sambil mengumpulkan data. Dalam tahapan ini peneliti terjun langsung di lokasi dan mengikuti beberapa kegiatan keagamaan yang termasuk dalam fokus penelitian. Peneliti mencari tahu informasi tentang kegiatan-kegiatan tersebut dengan menggunakan metode wawancara terhadap informan-
16
informan yang ada sehingga pada akhirnya peneliti bisa mengumpulkan data-data yang sesuai fokus penenlitian. c. Tahap Analisis Data Analisis data adalah tahap kegiatan sesudah kembali dari lapangan. Pada tahap ini analisis data yang sudah tersedia dari sumber yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi dan sebagainya. Setelah data dapat dikumpulkan oleh peneliti, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data yang sudah ada dengan dukungan teori-teoti yang sudah ada, sehingga dapat disimpulkan beberapa hasil penelitian. Dalam analisis data terdapat beberapa alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: 1) Pengumpulan Data Adalah kegiatan analisis yang mengantisipasi kegiatan atau dilakukan sebelum penelitian lapangan, ketika penelitian dirancang sehingga nantinya dimudahkan disaat menganalisis dan sebagai bukti pada penelitian. 2) Reduksi Data Adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data merupakan bagian dari analisis.
17
3) Penyajian Data Adalah sekumpulan informasi tersusun
yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat data kita akan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk lebih jauh menganalisis atau mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut. 4) Kesimpulan atau Verifikasi Data Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mencari makna, penjelasan, dan sebab akibat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertahapan dalam penelitian ini adalah bentuk urutan atau berjenjang yakni dimulai dari tahap pra-penelitian, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap pasca penelitian. Namun walau depmikian, sifat dari kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahap tersebut tidaklah bersifat ketat, melainkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
G. Sistematika Penulisan Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi ke dalam beberapa bab dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut:
18
BAB I:
Pendahuluan yang meliputi latar belakang, fokus masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II:
Kajian pustaka yang mengulas beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan antara lain pengertian pola pembinaan, keagamaan remaja, pengertian remaja beserta jenjang keremajaan serta sikap remaja terhadap agama.
BAB III:
Hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian yang terdiri dari sejarah singkat Desa Grogol, letak geografis, keadaan sarana dan prasarana, keadaan remaja. Gambaran umum Dusun Krajan Desa Grogol yang meliputi letak geografis Dusun Krajan Desa Grogol, keadaan remaja Dusun Krajan Desa Grogol, dan hasil penelitian di Dusun Krajan Desa Grogol.
BAB IV:
Pembahasan pokok permasalahan dari data hasil temuan-temuan.
BAB V :
Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari penyusunan skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-saran ataupun rekomendasi dalam rangka meningkatkan pembinaan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Karang Tengah Demak.
19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pola Pembinaan Keagamaan Remaja 1. Arti Pola Pembinaan Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan pola adalah model, sistem, metode, cara kerja, atau sesuatu yang diterima seseorang dan dipakai sebagai pedoman, sebagaimana diterimanya dari masyarakat sekelilingnya. Pola adalah bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu (http://id.wikipedia.org/wiki/Pola). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa pembinaan berarti usaha, tindakan dan kegiatan yang diadakan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990: 37). Pembinaan juga dapat berarti suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada sesuai dengan yang diharapkan (Soetopo, 1982: 43). Dari definisi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa pola pembinaan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan apa yang sudah ada kepada yang lebih baik (sempurna) baik dengan melalui pemeliharaan dan bimbingan terhadap apa yang sudah ada (yang sudah
18
20
dimiliki). Serta juga dengan mendapatkan hal yang belum dimilikinya yaitu pengetahuan dan kecakapan yang baru. Pembangunan di bidang agama diarahkan agar semakin tertata kehidupan beragama yang harmonis, semarak dan mendalam serta ditujukan pada peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Terpeliharanya kemantapan kerukunan hidup umat beragama dan bermasyarakat dan berkualitas dalam meningkatkan kesadaran dan peran serta akan tanggung jawab terhadap perkembangan akhlak serta secara bersama-sama memperkokoh kesadaran spiritual, moral dan etika bangsa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, peningkatan pelayanan, sarana dan prasarana kehidupan beragama. Dimaksudkan untuk lebih memperdalam pengalaman ajaran dan nilai-nilai agama untuk membentuk akhlak mulia, sehingga mampu menjawab tantangan masa depan. Peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diarahkan melalui pemahaman dan pengamalan nilai-nilai spiritual, moral dan etik agama, sehingga terbentuk sikap batin dan sikap lahir yang setia (Shaleh, 2000: 204). 2. Keagamaan Remaja a. Arti Agama Agama berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya tidak kacau, diambil dari dua suku kata “a” berarti tidak dan “gama” berarti
21
kacau. Secara lengkapnya agama adalah peraturan yang mengatur manusia agar tidak kacau (Kahmad, 2000: 21). Agama adalah aturan dari Tuhan Yang Maha Esa, untuk petunjuk kepada manusia agar dapat selamat dan sejahtera atau bahagia hidupnya di dunia dan akhirat dengan petunjuk-petunjuk serta pekerjaan nabi-nabi beserta kitab-kitabNya (Marimba, 1989: 128). Jadi agama merupakan aturan-aturan perundang-undangan yang datangnya dari Tuhan diturunkan kepada manusia sebagai pedoman hidup di dunia akhirat agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak. Agama sebagai refleksi atas cara beragama tidak hanya terbatas pada kepercayaan saja tetapi juga merefleksi dan perwujudanperwujudan tindakan kolektifitas umat, bangunan perubahan. Perwujudan-perwujudan tersebut keluar sebagai bentuk dari pengungkapan cara beragama sehingga agama dan arti umum dapat diuraikan menjadi beberapa unsur atau dimensi religiusitas. Agama yang dianggap sebagai suatu jalan hidup bagi manusia (way of life) menuntun manusia agar hidupnya tidak kacau. Agama berfungsi untuk memelihara integritas manusia dalam hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama dan dengan alam yang mengitarinya. Dengan kata lain agama pada dasarnya berfungsi sebagai alat pengatur untuk terwujudnya integritas hidup manusia dalam hubungan
22
dengan Tuhan dan hubungan dengan alam yang mengitarinya, agama merupakan firman Tuhan yang diwahyukan kepada utusan-Nya untuk disampaikan kepada umat. b. Pengertian Keberagamaan/Pengalaman Beragama Istilah “pengalaman” ialah suatu pengetahuan yang timbul bukan pertama-tama dari pikiran, melainkan terutama dari pergaulan yang praktis dengan dunia. Pergaulan tersebut bersifat langsung, intuitif dan efektif. Gejala agama terdapat pada manusia adalah gejala yang berisikan evaluatif. Keberagamaan manusia tidak terlepas dari zaman serta kebudayaan. Pada kebudayaan kuno keberagamaan dianggap sebagai sesuatu yang biasa, spontan dan vital. Kehidupan sendirilah yang membuka pintu ke arah religiusitas. Perlunya pengalaman
religius
dan
bentuk
bagaimanapun
juga
dapat
disangkal. Dari lain pihak terdengar dari orang beriman sendiri bahwa
pengalaman
religius
tidak
mencukupi
untuk
mempertanggungjawabkan iman mereka (Syukur, 1982: 21). Jadi pembinaan keagamaan (di sini adalah agama Islam) adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengalaman atau pelaksanaan ajaran agama Islam agar mencapai kesempurnaan. Pembinaan keagamaan juga merupakan pendidikan Islam yang sama membimbing, mendidik ke arah yang lebih baik. Sedangkan pengertian pengalaman berasal dari kata “amal” yang artinya perbuatan (baik atau buruk) yang mendapat awalan pe-
23
dan akhiran –an, yang berarti proses. Jadi pengalaman berarti proses perbuatan, melaksanakan, pelaksanaan, penerapan (KBBI, 1993: 25). Yang dimaksud dengan pengalaman keagamaan di sini adalah bagaimana mengamalkan atau mengaplikasikan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari seperti sholat, puasa, zakat, haji, pergaulan hidup dalam bermasyarakat dan yang lainnya. 3. Remaja a. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa (Sulistyo, 1999: 1920)”. Lalu kapan seorang anak dikatakan remaja? Zakiah Darajat (1970: 122) menulis bahwa masa remaja terjadi antara usia 13-21 Tahun. Dia membagi dua masa yaitu masa remaja pertama dan dan masa remaja terakhir. Masa remaja antara umur 13-16 Tahun sedangkan masa remaja akhir yaitu antara umur 17-21 Tahun. Istilah tersebut mencakup perkembangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (darajat, 1970: 121) dengan mengatakan: “Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah orang-orang
24
yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya
dalam
masalah
hak.
Integrasi
dalam
masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif. Kurang kebih berhubungan dengan masa pubertas, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial
orang dewasa,
yang kenyataannya
merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini (Hariyadi, 1995: 6). Masa remaja disebut sebagai asdolescence, yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Rata-rata anak lakilaki lebih lambat matang daripada anak perempuan, maka anak lakilaki mempunyai periode awal masa remaja yang lebih singkat, meskipun pada usia 18 tahun, ia sudah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan. Akibatnya, seringkali anak laki-laki tampak kurang matang usianya dibandingkan dengan perempuan. Namun, dengan adanya penyesuaian diri yaitu dengan bersekolah, berperan aktif di rumah atau masyarakat. Biasanya anak laki-laki dapat menyesuaikan diri dan menunjukkan perilaku yang lebih matang. Yang sangat berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda. Sehingga mempunyai tempat yang jelas dalam masyarakat. Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang
di
mana
alat-alat
tubuhnya
sudah
siap
untuk
25
melaksanakan kucapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran (Slameto, 1995: 58). Menurut M. Dalyono (1997: 148) bahwa setiap prinsip kematangan itu merupakan efek usaha belajar itu tergantung pada kematangan seseorang dalam suatu fungsi. Jadi, tidak baik kita memaksa anak untuk melakukan usaha belajar sebelum ia matang untuk menjalankan usaha itu. Menurut Dokter Sastlito Wirawan Sarwono, mengatakan “Perbedaan pendapat dan perbedaan nilai-nilai antara remaja dan orang tua menyebabkan remaja tidak selalu mau menuntut pada orang tua. Karena itu masa remaja dikenal juga sebagai masa negativistis yang ketiga (Sarwono, 1967: 32-33). Tingkatan-tingkatan perkembangan dalam masa remaja dapat dibagi-bagi dengan berbagai cara. Salah satu pembagian yang dilakukan oleh Stolz (1951) adalah: 1) Masa pra-puber: satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya. Anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan terhambat untuk sementara. 2) Masa puber atau masa remaja: perubahan-perubahan sangat nyata dan cepat. Anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada pria. Masa ini lamanya berkisar 2,5 - 3,5 tahun.
26
3) Masa post–puber: pertumbuhan yang cepat sudah berlaku, nampak perubahan perubahan tetap berlangsung pada beberapa bagian badan. 4) Masa akhir puber: melanjutkan perkembangan sampai tercapai tanda-tanda kedewasaan. Adapun tahapan-tahapan perkembangan menurut Hurlock selengkapnya sebagai berikut: a. -
: pranatal
b. 0-2
: ork (infancy)
c. 2 minggu – 2 tahun
: bayi (baby hood)
d. 2 -6 tahun
: anak-anak awal (early child hold)
e. 6-12 tahun
: anak-anak akhir (late child hold)
f.
: pubertas (puberty)
12-14 tahun
g. 14-17 tahun
: remaja awal (early adolescence)
h. 17-21 tahun
: remaja akhir (late adolescence)
i.
21-40 tahun
: dewasa awal (early adulthood)
j.
40-60 tahun
: dewasa akhir (middle age)
k. 60 tahun keatas
: tua (senescence)
b. Ciri-ciri Remaja 1) Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting Perkembangan psikis anak merupakan ulangan dan bercirikan pada urutan-urutan tingkah laku perkembangan nenek moyang pada suatu bangsa. Dengan kata lain perkembangan
27
berkaitan erat dengan pertumbuhan. Berkat adanya pertumbuhan maka pada saatnya anak akan mencapai kematangan (Hariyadi, 1995: 8). Secara kasat mata pertumbuhan fisik remaja dapat terlihat yaitu dengan semakin bertambahnya ukuran atau bentuk tubuh. Dengan bertambahnya ukuran tersebut, makin bertambah juga kematangan pada remaja baik secara psikis maupun tingkah laku. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjangnya tetap penting. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru (Ahmadi, 1991: 124). Dikatakan sebagai periode yang penting karena secara psikis mulai mengalami perkembangan tingkah laku, sikap, fisik maupun mental serta psikologis, mempunyai keinginan tertentu yang tertuju pada kehidupan yang begitu berarti dan penting. 2) Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan Masa remaja ini secara perkembangan emosi terjadi peralihan dari anak-anak menjadi dewasa, masa di mana sifat kekanak-kanakan mulai hilang, baik bagi dirinya maupun lingkungan. Tingkah laku lebih baik dari pada anak kecil, tetapi belum dianggap dewasa.
28
Karena berada pada masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa. Masa status remaja agak lembur. Baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya, ia bukan anak lagi tetapi juga belum dewasa (Ahmadi, 1991: 27). Masa remaja sebagai masa peralihan atau masa transisi antara masa anak ke masa dewasa. Biasanya pada masa remaja ini mempunyai emosi besar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Dalam menyikapi problem para remaja ini sering timbul rasa tidak nyaman, tidak senang karena emosi tinggi, ada perasaan khawatir dan juga kesepian. Sehingga memerlukan seorang teman yang sebaya dengannya. 3) Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan Ada empat perubahan yang sama yang hampir berlaku secara universal, yaitu: Pertama meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikis yang terjadi. Kedua perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah untuk diperankan, menimbulkan masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan perilaku, maka nilai-nilai juga berubah, apa yang terjadi pada masa kanak-kanak dianggap penting sekarang tidak penting lagi. Keempat sebagian remaja bersikap
ambivalen
terhadap
setiap
perubahan,
mereka
menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan
29
mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut (Ahmadi, 1991: 125-126). Setelah perubahan fisik menjadi nyata, maka biasanya remaja mengalami sedikit kesulitan dalam penyesuaian diri dengan perubahan-perubahan itu. Mereka cenderung menyendiri dan merasa terasing. Kontrol terhadap dirinya lebih sulit dan mereka cenderung cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar. Mereka harus memilih apakah berdiri sendiri ataukah menggantungkan pada orang tuanya. 4) Masa Remaja Sebagai Usia Bermasalah Biasanya remaja berusaha menyelesaikan masalah sendiri, tetapi tidak mampu menyelesaikan secara baik, karena dianggap tidak memerlukan bantuan orang lain. Masalah masih berkisar pada rasa tanggung jawab yang harus mereka pikul sendiri. Dalam hal ini, nilai-nilai sosial juga terbawa-bawa sebagai masalah, karena mereka mulai meragukan apa yang disebut baik atau buruk dan ingin membentuk nilai mereka sendiri. Mereka sering protes tentang hal-hal ini, lebih-lebih jka orang tua memaksa untuk mengikuti nilai-nilainya (Haryadi, 1995: 28). 5) Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas Pada taraf ini anak-anak sejenis berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk gank. Antara anggota-anggota gank hubungannya sangat baik dan mereka
30
merasa sangat solider. Jika gank ini terbentuk pada remaja awal biasanya bersifat positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama. Namun jika ditemukan pada remaja tengah atau akhir anggotanya mungkin membutuhkan teman-teman untuk melawan otoritas atau melawan kejahatan bersama. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi untuk menjadi sama dengan teman dalam segala hal (Haryadi, 1995: 208). Biasanya mencari perhatian dari teman yang lain atau sudah mulai menarik lawan jenis. 6) Masa Remaja Sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan Anggapan masyarakat bahwa remaja banyak mempunyai sifat negatif, membuat mereka bermasalah sehingga membuat rasa ketakutan. Kadang kala orang tua juga dianggap anaknya tidak biasa menjadi orang yang baik, sehingga para remaja enggan dan mempunyai pandangan yang buruk terhadap kehidupan kelak. 7) Masa Remaja Sebagai Masa yang Tidak Realistis Ia melihat dirinya sendiri sebagai yang ia inginkan tidak apa adanya, tetapi ingin lebih dari yang lainnya. Mempunyai citacita setinggi langit yang tidak realistis dan sulit untuk dicapainya kelak di kemudian hari.
31
8) Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa Merasa dirinya sudah dewasa, biasa memenuhi kebutuhan sendiri tanpa orang lain. Cara berfikir seperti orang dewasa padahal belum dewasa hanya akan memenuhi pintu ambang kedewasaan. Daradjat pun juga mengemukakan ciri-ciri masa remaja sebagai berikut (1970): 1) Pertumbuhan jasmani cepat telah selesai Hal ini berarti bahwa mereka telah matang dipandang dari segi jasmani dan dari segi seks, dalam usia ini terjadi dorongan-dorongan yang bertujuan pemuasan diri seperti halnya dorongan-dorongan seks. Dan di usia ini sudah mampu berketurunan atau reproduksi. Sikap dan tindakan yang terjadi akibat kematangan tersebut berbeda antara satu sama lain, sesuai dengan konstruksi pribadi yang mereka lalui masing-masing. Serta faktor lingkungan di mana mereka hidup. Pendidikan agama dan pengalaman dalam keluarga dan lingkungan yang dilalui pada masa-masa pertumbuhan sebelum itu, akan mewarnai sikap dan tindakan mereka. 2) Pertumbuhan kecerdasan hampir selesai Mereka telah mampu memahami hal-hal yang abstrak, serta mampu pula mengambil kesimpulan abstrak dari kenyataan
32
yang dilihatnya itu. Sebagai akibat dari kematangan kecerdasan itu, mereka akan selalu menuntut penjelasan yang masuk akal terhadap setiap ketentuan hukum agama yang dibawakan. Mereka mengharapkan semua ketentuan hukum agama dapat dipahaminya. 3) Pertumbuhan pribadi belum selesai Mereka
sedang
mengalami
kegoncangan
dan
ketidakpastian. Dari segi jasmaniah mereka telah matang. Demikian pula dari segi kecerdasan mereka telah mampu berfikir obyektif, tetapi mereka belum mampu berdiri sendiri, belum sanggup mencari nafkah untuk membiayai diri dan untuk segala kebutuhannya. Pada umumnya hal seperti itu akan sangat terasa bagi remaja yang hidup dalam masyarakat maju, karena kebutuhan untuk nyata diri semakin meningkat, persaingan dalam mencapai kedudukan diantara teman-teman semakin berat, sebab syarat-syarat hidup semakin tinggi. Dan pada usia ini mereka sangatlah membutuhkan perhatian dari orang lain. 4) Pertumbuhan sosial masih berjalan Pada umur ini sangat terasa betapa pentingnya pengakuan sosial bagi remaja. Mereka akan sangat sedih, apabila diremehkan atau dikucilkan dari masyarakat. Karena itu mereka tidak mau ketinggalan mode yang sedang berkembang di masyarakat. Mereka akan sangat gelisah apabila dipandang
33
rendah atau diejek teman-temannya. Maka jika terjadi pertentangan pendapat anatara orang tuanya dengan temantemannya mereka akan membela teman-temannya bahkan akan marah kepada orang tuanya. 5) Keadaan jiwa agama yang tidak stabil Pada usia ini mereka gejolak atau ketidakstabilan jiwa terhadap agama mereka. Terkadang mereka sangat rajin dalam menjalankan
ibadahnya,
tetapi
terkadang
pula
enggan
melaksanakannya, bahkan mungkin menunjukkan sikap seolaholah anti agama. Sementara itu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi remaja termasuk di dalamnya keberagamaan mereka Darajat (1970:72-77) menuliskan sebagai berikut: 1) Pertumbuhan mental remaja Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama, pada dasarnya oleh seseorang pada masa kecilnya. Ide-ide dan pokok ajaran agama yang diterimanya waktu kecil itu akan berkembang subur, apabila anak atau remaja dalam menganut kepercayaan itu tidak mendapatkan kritikan-kritikan dalam hal keagamaan itu. Dan apa yang bertumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan dan dipeganginya melalui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya.
34
Pertumbuhan pengertian tentang ide-ide agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan. Pengertian-pengertian tentang hal-hal yang abstrak, yang tidak dapat dirasakan atau dilihat langsung seperti pengertian tentang akhirat, syurga, neraka dan lain-lainnya, baru dapat diterima oleh anak-anak
apabila
pertumbuhan kecerdasannya telah memungkinkannya untuk itu. Itulah sebabnya maka seharusnya pengertian-pengertian yang abstrak itu dikurangi, apabila umur remaja belum dicapai oleh si anak. Setelah perkembangan mental remaja sampai pada mampu menerima atau menolak ide-ide atau pengertianpengertian yang abstrak, maka pandangannya terhadap alam dengan segala isi dan peristiwanya berubah, dari mau menerima tanpa pengertian, menjadi menerima dengan penganalisaan. Perkembangan mental remaja ke arah berpikir logis itu, juga mempengaruhi pandangan dan kepercayaannya kepada Tuhan. Karena mereka tidak dapat melupakan Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi di alam ini. 2) Masalah mati dan kekekalan Pada masa remaja pengertian tentang mati telah lebih meluas dan mendalam, sehingga ia memandangnya sebagai suatu fenomena umum yang wajar, yang akan menimpa semua orang dan juga dirinya sendiri, bahkan akan terjadi atas seluruh
35
makhluk.
Yang
berarti
bahwa
pemikirannya
itu
tidak
berhubungan dengan manusia saja, tapi sebagai hukum alam yang umum. Kendatipun pikiran tentang mati itu telah meningkat,
namun
mereka
tidak
dapat
menghilangkan
kegelisahan, yang mengambil bentuk sebagai berikut: a) Takut berpisah dengan keluarga. Perpisahan disini tidak lagi seperti pada masa anak-anak, yaitu gelisah karena putusnya hubungan emosi, tapi yang menyebabkan kegelisahan adalah karena mengetahui kesukaran-kesukaran dan kegoncangan sosial yang dihadapi akibat kematian itu (bersifat riil) b) Takut dirinya akan mati karena berpisah dengan orang-orang yang disayangi dan kuatir meninggalkan mereka. Takun akan rasa dosa, takut bertemu dengan Allah, seolah-olah takut mati itu sebenarnya adalah takut akan hukuman akhirat. Dan takut mati karena ambisinya. Memang pada masa remaja, ambisi itu mennjadi suatu ciri khasnya. Remaja lebih banyak khayalan dan cita-cita, serta takut tidak akan tercapai cita-cita itu. 3) Emosi dan pengaruhnya terhadap kepercayaan agama Sesungguhnya emosi memegang peranan penting dalam sikap dan tindak agama. Tidak ada satu sikap atau tindak agama seseorang yang dapat dipahami, tanpa mengindahkan emosinya. Karena itu dalam mempelajari perkembangan jiwa agama pada
36
seseorang perlu dperhatikan seluruh fungsi-fungsi jiwanya sebagai kebulatan. Diantara sebab-sebab atau sumber-sumber kegoncangan emosi pada masa remaja, adalah konflik atau pertentanganpertentangan pada dirinya sendiri, maupu yang terjadi dalam masyarakat umum. Pertentangan antara nilai-nilai agama yang mereka pelajari dengan sikap dan tindakan orang tua, guru-guru, pemimpin-pemimpin atau pengajar-pengajar agama, sangat menggelisahkan remaja. Mungkin menyebabkan mereka acuhtak acuh bahkan benci kepada agama. Rasa dosa dan menyesal pada usia remaja itu, sangat menggoncangkan keimanan dan keyakinan agamanya. Maka bertaubat
dalam
Islam
merupakan
cara
terbaik
untuk
mengembalikan keseimbangan jiwa setelah merasa berdosa itu. Kegoncangan-kegoncangan jiwa yang disebabkan faktor tersebut di atas, biasanya tidak tampak dari luaar secara langsung. Tapi ia memperlihatkan diri dalam bidang-bidang kehidupan lainnya. Misalnya menjadi pemalas, acuh tak acuh, sakit-sakitan, bodoh, nakal, dan sebagainya. Apabila kita tahu bahwa masa remaja adalah masa tidak stabilnya emosi dimana perasaan sering tidak tentram, maka keyakinan pun akan terlihat maju-mundur (ambivalence) dan
37
pandangannya terhadap sifat-sifat Tuhan akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosoinya pada waktu tertentu. 4) Perkembangan moral dan hubungannya dengan agama Moral seseorang itu tumbuh dan berkembang dari pengalaman-pengalaman yang dilalui oleh anak sejak lahir. Pertumbuhannya baru dapat dikatakan mencapai kematangan pada usia remaja, ketika kecerdasannya telah selesai bertumbuh. Pembinaan
moral
terjadi
melalui
pengalaman-
pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua. Yang mulai dengan pembiasaan hidup sesuai dengan nilai-nilai moral, yang ditirunya dari orang tua dan mendapat latihan-latihan untuk itu. Dalam pembinaan moral agama mempunyai peranan penting, karena nilai-nilai moral yang datang dari agama, tetap tidak berubah-ubah oleh waktu dan tempat. Tetapi yang harus diingat bahwa pengertian tentang agama, tidak otomatis sama dengan bermoral. Betapa banyak orang yang mengerti agama, akan tetapi moralnya merosot. Dan tidak sedikit pula orang yang tidak mengerti agama sama sekali, moralnya cukup baik. Dalam sangkut-paut atau hubungan antara agama dengan moral remaja terutama dalam masalah-masalah yaitu Tuhan sebagai penolong moral, pengertian surga dan neraka, dan
38
pengertian Malaikat dan Syetan. Inilah yang menjadi hubungan antara agama dan moral remaja. Sehingga moral seseorang harus tetap dibina melalui sikap keagamaan. 5) Kedudukan remaja dalam masyarakat dan pengaruhnya terhadap keyakinannya Pertumbuhan jiwa sosial seseorang terjadi sejak lahir sampai dewasa. Kesadaran sosial itu mulai dari kesadaran akan diri sendiri. Dari pengalaman-pengalaman bergaul sejak kecil, berkembanglah kesadaran sosial anak-anak dan memuncak pada usia remaja. Para remaja sangat memperhatikan penerimaan sosial dari teman-temannya. Mereka merasa sangat sedih, apabila dalam pergaulan ia tidak mendapat tempat atau kurang diperdulikan oleh teman-temannya. Ingin diperhatikan dan mendapat tempat dalam kelompok teman-teman itulah, yang mendorong remaja meniru apa yang dibuat, dipakai atau dilakukan oleh teman-temannya. Mode pakaian, lagak lagu, cara bicara, cara bergaul dan sebagainya sering kali terjadi perbedaan pendapat antara orang tua dan teman-temannya, maka remaja biasanya memihak kepada temantemannya. Karena berlainan dari teman itu adalah suatu hal yang menyedihkan bagi remaja. Disamping pandangan teman-temannya, remaja juga sangat memperhatikan statusnya dalam masyarakat pada
39
umumnya. Konsepsi dan pandangan-pandangan orang dewasa juga ikut jadi unsur yang menentukan dalam perasaan, apakah ia merasa aman atau tidak dalam masyarakat itu. Hal itu semua ikut membina pribadi dan penyesuaian diri remaja. Selanjutnya akan mempengaruhi aktivitasnya dalam agama. c. Sikap remaja terhadap agama Berbagai faktor dan unsur telah memberikan banyak pengalaman
terhadap
kepribadian
seorang
remaja,
bahkan
mempengaruhi sikap remaja terhadap agama yang dianutnya. Zakiyah Darajat (1970: 91) menyebutkan bahwasanya ada 4 sikap remaja terhadap agama diantaranya adalah: 1) Percaya turut-turutan Kebanyakan dari remaja percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama, karena mereka terdidik dalam lingkungan yang beragama, karena bapak ibunya orang beragama, teman-teman dan masyarakat sekelilingnya rajin beribadah, maka mereka ikut percaya dan melaksanakan ibadah dan ajaran-ajaran agama. Sekedar mengikuti suasana lingkungan dimana ia hidup. Percaya yang seperti inilah yang dinamakan percaya turut-turutan yang cenderung bersikap apatis, tidak ada perhatian untuk meningkatkan agama, dan tidak mau aktif dalam kegiatan-kegiatan agama.
40
2) Percaya dengan kesadaran Kesadaran agama atau semangat agama pada masa remaja itu, mulai dengan cenderungnya remaja kepada meninjau ulang dan meneliti kembali caranya beragama di masa kecil dulu. Kepercayaan yang diterima tanpa pengertian yang diterimanya waktu kecil dulu tidak memuaskan lagi, patuh dan tunduk kepada ajara tanpa komentar atau alasan tidak lagi menggembirakannya. Mereka mulai tidak puas jikalau alasannya hanya dengan dalildalil dan hukum-hukum mutlak yang diambilkan dari ayat-ayat suci atau hadis-hadis nabi. Mereka ingin menjadikan agama sebagai lapangan baru untuk membuktikan pribadinya, karena mereka tidak mau lagi beragama sekedar ikut-ikutan. 3) Percaya, tapi agak ragu-ragu (Bimbang) Sesungguhnya kebimbangan terhadap ajaran agama yang pernah diterimanya tanpa kritik waktu kecilnya itu, merupakan pula pertanda bahwa kesadaran beragama telah terasa oleh remaja. Tentunya kemampuan untuk merasa ragu-ragu terhadap apa yang diterimanya begitu saja, berhubungan erat dengan pertumbuhan
kecerdasan
yang
dialaminya.
Biasanya
kebimbangan itu mulai menyerang remaja setelah pertumbuhan kecerdasan mencapai
kematangannya, sehingga
ia dapat
mengeritik, menerima atau menolak apa saja yang diterangkan kepadanya.
41
Kebimbangan remaja terhadap agama itu tidak sama, berbeda
antara
kepribadiannya
satu
dengan
masing-masing.
lainnya, Ada
sesuai yang
dengan
mengalami
kebimbangan ringan, yang dengan cepat dapat diatasi dan ada yang sangat berat sampai kepada berubah agama. Kebimbangan dan kegoncangan keyakinan terjadi sesudah perkembangan kecerdasan selesai itu tidak dapat dipandang sebagai suatu kejadian yang berdiri sendiri akan tetapi berhubungan dengan segala pengalaman dan proses pendidikan yang dilaluinya sejak kecil. Karena pengalaman-pengalaman itu ikut membina pribadinya. 4) Tidak percaya sama sekali, atau cenderung Atheis Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada akhir remaja adalah mengingkari ujud Tuhan sama sekali dan menggantinya dengan keyakinan lain. Atau mungkin pula hanya tidak mempercayai adanya Tuhan saja secara mutlak. Dalam keadaan pertama mungkin seorang merasa gelisah, tapi dalam keadaan kedua terselip di belakangnya kegoncangan jiwa. 4. Pola Pembinaan Keagamaan Remaja Nata (1996: 147) menjelaskan bahwa dalam pembinaan keagamaan remaja ada beberapa metode. Metode tersebut diantaranya adalah:
42
a. Bimbingan dan penyuluhan Dalam al-Qur’an terdapat firman-Nya yang mengandung bimbingan dan penyuluhan karena al-Qur’an sendiri diturunkan untuk membimbing dan menasehati manusia sehingga dapat memperoleh batin yang tenang, sehat serta bebas dari segala konflik kejiwaan. Dengan metode ini, manusia akan mampu mengatasi segala kesulitan hidup yang dihadapi atas dasar iman dan taqwanya kepada Tuhan yang Maha Menjadikan. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang ini adalah Surat Yunus ayat 57:
Ùâs% ‚®$®Z9$# $pköâr'تtÉ `œiB ◊ps‡œ„ˆq®B N‰3¯?u‰!$y_ ÷‰!$xˇœ©ur Õërâê¡9$# ◊puH˜quëur
ˆN‡6Œn/ßë íŒ˚
$yJœj9 ìYâËdur
«Œ–» t˚¸œYœB˜sJ˘ œj9 Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakitpenyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS. Yunus: 57). Pendekatan yang diperlukan dalam melaksanakan metode tersebut adalah melalui sikap yang lemah lembut dan lunak hati dengan gaya menuntun dan membimbing ke arah kebenaran. b. Pemberian contoh dan Teladan
43
Metode yang cukup besar pengaruhnya dalam membina adalah pemberian contoh dan teladan. Seperti yang telah dikemukakan Darajat (1970: 89) seorang manusia teladan yang dijadikan contoh dalam kalangan remaja itu, biasanya membawa remaja kepada meniru dan mengagungkan teladannya tersebut. Apa saja yang dilakukan atau dibuat oleh panutannya itu akan dipuji dan ditiru oleh remaja-remaja. Apakah pakaian, lagak lagu, cara bicara dan sebagainya. Teladan itu sangat mempengaruhi remaja, seandainya yang menjadi hero itu baik, maka pengaruhnya juga baik tapi kalau ia tidak baik, maka pengaruhnya pun akan menjadikan tidak baik. Allah telah berfirman dalam al-Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 30-31 yang berbunyi:
ºÁm›°¯ˇtR
ºÁms9
ÙMt„ßqs‹s˘
º„&s#tGs)s˘
œmä≈zr&
z`œB «Ã…»
ü@˜Fs%
yxt6Ùπr's˘ ö˙ÔŒé≈£ªsɯ:$#
$\/#{è‰Ó
™!$#
y]yËt7s˘
«⁄ˆëF{$#
íŒ˚
]ysˆ7tÉ
y#¯ãx.
ºÁmtÉŒé„çœ9
4 œmã≈zr& nou‰ˆqyô îÕë∫uq„É #”tLn ˜ÉuqªtÉ tbq‰.r&
˜br&
tA$s% N˜ìyft„r&
…>#{è‰Û¯9$# #xãªyd ü@˜WœB ( ”≈År& nou‰ˆqyô yìÕë∫urÈ's˘
44
z`œB
yxt7Ùπr's˘ «Ã » t˚¸œBœâª®Y9$#
Artinya:
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal (QS. Al-Maidah: 30-31). Untuk menanamkan iman, metode ini memiliki pengaruh
sangat besar, dan dapat digunakan demi terciptanya kesadaran beragama bagi remaja. Al-Qur’an juga menyebutkan dalam ayatnya tentang pola pembinaan agama yang termaktub dalam surat an-Nahl ayat 125:
»@ãŒ6yô
4ín<Œ)
œpyJı3œt¯:$$Œ/
‰Ì˜ä$# y7Œn/uë
œps‡œ„ˆqyJ¯9$#ur (
œpuZ|°pt¯:$#
”…L©9$$Œ/
Og¯9œâªy_ur
y7≠/uë ®bŒ) 4 `|°Ùmr& }ëœd `t„ ®@| `yJŒ/ On Ù„r& uqËd uqËdur
(
æœ&Œ#ãŒ6yô
t˚ÔœâtGÙgJ¯9$$Œ/ On Ù„r& Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl: `125).
45
Jika kita pahami seksama, maka dari kutipan ayat di atas dapat kita perinci bahwa dalam pola pembinaan agama ada tiga, yaitu: a. Al-Hikmah (Tauladan) Secara etimologi Al-Hikmah mempunyai arti: al-adl (keadilan), al-hilmu (kesabaran), al-Nubuwah yang dapat mencegah seseorang dari kerusakan dan kehancuran, setiap perkataan yang cocok dengan al-haq (kebenaran), juga meletakkan sesuatu pada tempatnya. Sedangkan secara terminology, hikmah adalah memperhatikan situasi dan kondisi, materi yang disampaikan tidak memberatkan mad'u, tidak membebani sesuatu yang memberatkan sebelum jiwa menerimanya, banyak sekali cara yang ditempuh untuk mengajak mereka sesuai dengan keadaannya, tidak perlu mengebu-gebu dan bernafsu, karena semua itu melampaui batas hikmah (Ghazali, 1997: 26). Metode hikmah ini biasanya memanfaatkan cam melalui; komparatif, kisah, perumpamaan, sumpah, tasyir (wisata). Hikmah menyangkut apa yang disebut sebagai frame of refrence, field of refrence dan field of experience, yakni situasi total yang mempengaruhi sikap pembina (Tasmoro, 1987: 37). Dengan kata lain, hikmah yaitu memperhatikan situasi dan kondisi remaja dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan. b. Al-Mauidzah Al-Hasanah
46
Pola ini berisikan tentang nasihat dan petuah, bimbingan atau pengajaran, kisah-kisah, kabar gembira dan peringatan serta wasiat atau pesan-pesan positif (Munir, 2006: 12). Motede ini jika disampaikan kepada orang banyak maka akan lebih baik, dengan tujuan agar menjadi lebih besar kuantitas manusia yang kembali kepada jalan Allah SWT. c. Al-Mujadalah Bollati Hiya Ahsan Pola ini merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberi argumentasi dan bukti yang kuat (Munir, 2006: 19). Pola ini biasanya dilakukan dengan cara diskusi, dialog dan lain sebagainya. Sedangkan Musfir bin Said az-Zahrani (2005: 156) menyebutkan beberapa pola pembinaan remaja diantaranya adalah: a. Keteladanan, Pola ini digambarkan dengan suri tauladan. Keteladanan, yang digambarkan dengan suri tauladan yang baik, sebagaimana firman allah swt:
íŒ˚
ˆN‰3s9
ÓouqÛôÈ& tb%x.
tb%x. ´!$#
`yJœj9
©!$# tç≈zFy$#
Ùâs)©9 …Aqôuë ◊puZ|°ym
(#q„_ˆçtÉ tPˆquã¯9$#ur
47
#ZéçœVx.
©!$#
tçx.såur «À »
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (al-ahzab :21). b. Penyadaran Pola ini penyadaran, yang banyak menggunakan ungkapanungkapan nasehat dan juga at-targhib wat- tarhib (janji dan ancaman). Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam surat al-haj ayat 12 yaitu:
‚®$®Z9$# ûcŒ)
4
$ygïÉr'تtÉ
ˆN‡6≠/uë
(#q‡)Æ?$#
̉۔x´ œpt„$°°9$# s's!tì¯9yó tPˆqtÉ ë@‡2
« » „@ydıãs?
$ygtR˜rtçs?
!$£Jt„ ë@‡2
>pyË≈ ˆç„B Ïü“s?ur
$ygn ˜Hxq 3ìtçªs3ô
ÙMyË| ˆër&
@@ÙJym
œN#så
}®$®Z9$#
ìtçs?ur
3ìtçªs3›°Œ0 ´!$#
“O䜇t„
NËd
öU#xãt„
$tBur £`≈3ªs9ur
«À» ”âÉœâx© Artinya: “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu Lihat
48
manusia dalam Keadaan mabuk, Padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” c. Penalaran Logis Pola ini berkisar tentang dialog dengan alasan akal atau logika dan perasaaan idividu, sebagaimana firman Allah swt. Yang dijelaskan dalam surat al-hujurat ayat 12 yaitu:
t˚Ôœ%©!$#
$pköâr'تtÉ
(#qÁ7œ^tGÙ_$# «d`©‡9$#
z`œiB
(#q„ZtB#u‰ #ZéçœWx.
“O¯OŒ) «d`©‡9$# uŸ˜Ët/ ûcŒ) tG¯ÛtÉ üwur (#q›°°°pgrB üwur ( è œt‰Ür& 4 $≥“˜Ët/ N‰3‡“˜Ë≠/ zNÛss9 ü@‡2˘'tÉ br& ÛO‡2âtnr& $\G¯ätB
œmä≈zr&
4
ÁnqJÁF˜dÃçs3s˘
®bŒ)
4
©!$#
(#q‡)®?$#ur
« À» ◊LÏœmßë “>#ßqs? ©!$#
Artinya: “hai orang orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagan kamu menggunjing sebagian yang lain. Suka kah salah seoorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kamu merasa jiik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha penerima lagi maha penyayang” d. Kisah
49
Al-Quran banyak merangkum kisah-kisah para Nabi, Sahabatsahabat nabi dan orang-orang terdahulu serta dialog yang terjadi diantara mereka dengan kaumnya. Kisah ini bisa dijadikan sebagai contoh dan perilaku-perilaku yang diharapkan, sehingga bisa dibiasakan, dan juga perilaku-perilaku yang tercela sehingga bisa dihindari.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan remaja Secara khusus Zakiyah (1975: 135-147) menjelaskan pendapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembinaan remaja yaitu: 1. Faktor-faktor pertumbuhan Usia remaja sangat mempengaruhi pembinaan remaja itu sendiri sebagai uraiannya yaitu pada masa remaja pertama (13-16 tahun) pada masa ini terjadi perubahan jasmani cepat pada seseorang dia beralih dari masa kanak-kanak, akan memasuki masa dewasa. Bagian-bagian tubuh berubah dengan kecepatan yang tidak seimbang, sehingga mengakibatkan ketidakserasian gerak, yang menyebabkan remaja sering jatuh atau menjatuhkan barang yang dipegangnya. Pertumbuhan tubuh tidak seimbang antara tinggi dan lebar, sehingga mereka kelihatan kurus dan kurang serasi. Oleh karena perubahan-perubahan jasmani cepat, maka remaja biasanya menjadi cemas terhadap dirinya dan emosinya menjadi
50
goncang, mudah tersinggung dan sangat peka terhadap kritikankritikan Dalam keadaan goncang tidak menentu ini, kadang-kadang remaja mencari agama, taat beribadah dan memohon kepada Tuhan, tapi kadang-kadang ia menjauh dan meninggalkan agamanya. Oleh karena itu, maka remaja yang telah mendapatkan didikan agama secara tepat sejak kecil, akan lebih mudah menghadapi gejolak emosi pada masa remaja, karena ia telah terlatih dan biasa mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini dapat terlihat dalam kenyataan sehari-hari, bahkan tampak dalam berbagai gejala penyimpangan kelakuan dan gangguan kejiwaan. Kedua masa remaja akhir (17-21). Pertumbuhan jasmani cepat dapat dianggat telah selesai pada usia 16 tahun, pada umur 17 tahun ia telah menjadi dewasa kalau dilihat dari jasmani, dan telah dapat pula berketurunan jika ia berkeluarga. Sampai pada usia ini, pada umumnya remaja dimana-mana menghadapi masalah yang hampir sama, yaitu goncang, gelisah, ingin bebas dari kekuasaan dan pengawasan orang tua, setia kepada teman-teman dan membutuhkan agama.
51
2. Faktor lingkungan Lembaga pendidikan dan pembinaan yang sangat penting bagi generasi muda adalah keluarga, sekolah, masyarakat, dan lembaga keagamaan. Keluarga adalah lembaga pembinaan yang pertama dan utama dalam pembinaan remaja. Pembinaan kepribadian dimulai sebenarnya sejak dalam kandungan, kemudian pengalaman dan pendidikan yang diterima anak dari orang tua dalam keluarga, baik pendidikan yang dilakukan dengan sengaja maupun yang tidak disengaja. Karena semua pengalaman yang dilalui anak dirasakannya,
akan
menjadi
baik yang didengar, dilihat dan bagian
pribadinya
yang
sedang
bertumbuh. Jika bapak ibunya baik, rukun, dan menyayanginya, maka ia akan mendapatkan unsur –unsur positif dalam kepribadiaannya yang bertumbuh itu. Dan apabila orang tuanya beragama dan taat melaksanakan agama dalam hidupnya sehari-hari, maka anak akan mendapatkan pengalaman-pengalaman keagamaan yang menjadi unsur dalam kepribadiannya. Diantara faktor terpenting dalam lingkungan keluarga yang sangat diperlukan untuk pembinaan anak-anaknya adalah pengertian dari orang tuanya dakan kebutuhan-kebutuhan kejiwaan anak yang pokok, antara lain rasa kasih sayang, rasa aman dan harga diri, rasa bebas
dan
sukses.
Dengan
pengertian
tersebut
orang
tua
memperlakukan anak-anaknya serta berusaha menciptakan suasan dan
52
lingkungan yang memungkinkan terjaminnya pemenuhan keperluankeperluan anak. Apabila si anak telah memasuki remaja, maka faktor perngertian orang tua semakin perlu ditingkatkan. Dengan pengertian dan perkembangan jiwa yang terjadi pada remaja, orang tua akan dengan bijaksana dapat menghadapi dan membantu anak-anaknya yang sedang mengalami kegoncangan usia remaja. Kendatipun remaja telah sampai kepada tingkat perkembangan yang lebih matang dari pada masa kanak-kanak, namun perlakuan dan pengertian orang tua masih tetap diperlukan, bahkan perlu ditingkatkan. Kemudian lingkungan sekolah, yang memang menjadi lembaga formal yang secara teratur dan terencana dalam melakukan pembinaan terhadap remaja. Fungsi sekolah tidak hanya memberikan pengajaran dan pendidikan secara formal yang mempengaruhi pembinaan remaja, akan tetapi sekolah dengan semua tenaga dan alat pengajaran merupakan unsur pembina bagi remaja. Contohnya peran guru sangat mempengaruhi pembinaan remaja, seorang guru dapat merubah anak yang pendiam menjadi terbuka, pemberani, rajin dan penuh gairah. Dan sebaliknya guru dapat mengubah dan merusak anak yang baik menjadi nakal, pemalas dan lainnya. Berlanjut dengan lingkungan masyarakat. Pada usia remaja, pengaruh lingkungan masyarakat kadang-kadang lebih besar daripada pengaruh
keluarga
sebabnya
adalah
karena
remaja
sedang
53
mengembangkan kepribadiannya, yang sangat memerlukan pengakuan lingkungan teman-teman dan masyarakat pada umumnya. Terutama masa remaja akhir yang sangat memperhatikan masyarakat, maka persoalan masyarakat atau nasib orang banyak sering kali menjadi pusat perhatian mereka, dan mereka berjuang membela yang lemah dan menderita. Terakhir adalah lingkungan keagamaan. Lembaga keagamaan dan rumah-rumah ibadah ini, sering kita masukkan dalam rentetan lembaga pendidikan atau pembinaan remaja. Padahal peranannya sangat penting. Misalnya sekolah atau lapangan permainan terletak dekat dengan masjid atau rumah ibadah lainnya, akan memberikan pengalaman tertentu bagi anak-anak atau remaja yang bersekolah atau bermain di situ. Karena pengalaman yang didapatnya melalui penglihatan dan pendengaran tentang rumah ibadah dan kegiatan keagamaan yang dilakukan di sana akan merupakan unsur pula dalam pembinaan kepribadian. Pembinaan
remaja
hendaknya
terjadi
dalam
keempat
lingkungan pendidikan seperti tersebut di atas (keluarga, sekolah, masyarakat, keagamaan) dan kalau perlu juga lingkungan adat. Dan yang paling pertama jadi perhatian adalah hendaknya remaja itu sendiri.
54
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Dusun Krajan Desa Grogol 1. Letak Geografis Dusun Krajan Desa Grogol Dusun Krajan adalah salah satu bagian dusun yang berada di Desa Grogol Karang Tengah Demak. Dusun Krajan berada tepat di tengahtengah Desa Grogol. Terdiri dari 2 RW dan 4 RT, yang tata letak perumahan masyarakatnya berbaris lurus dan saling berhadapan antara rumah satu dengan yang lainya sehingga tidak terdapat gang-gang di daerah Dusun Krajan. Adapun batasan-batasan Dusun Krajan Desa Grogol adalah: -
Sebelah Timur : dibatasi oleh desa Karang Rejo
-
Sebelah Selatan : dibatasi oleh Dusun Karang Pidati
-
Sebelah Barat
: dibatasi oleh Dusun Tempel
-
Sebelah Utara
: dibatasi oleh Desa Pulosari
Luas keseluruhan Dusun Krajan Desa Grogol Kecamatan Karang Tengah Demak adalah 784,21 m2 dari 2.48 KM2 luas keseluruhan Desa Grogol Karang Tengah Demak. 2. Keadaan Demografis Adapun jumlah KK (Kepala Keluarga) secara keseluruhan sampai saat ini yang menempati Dusun Krajan Desa Grogol berjumlah 110 kepala
52
55
keluarga dengan jumlah penduduk 486 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 288 dan jumlah penduduk perempuan 198 jiwa. Keadaan jumlah penduduk menurut kelompok usia dan jenis kelamin. TABEL I JUMLAH PENDUDUK DUSUN KRAJAN DESA GROGOL NO
USIA
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1
0 – 15
109
89
198
2
15 – 60
143
99
242
3
60 –
29
17
46
(Lansia)
Jumlah Total
486
3. Keadaan Sosial Ekonomi Sebagian besar penduduk Dusun Krajan Desa Grogol memiliki mata pencaharian sebagai pedagang dan buruh tani, disamping itu ada juga sebagian penduduk yang berpencaharian sebagai petani, pengusaha, buruh bangunan, buruh industri dan PNS. Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan penduduk Dusun Krajan Desa Grogol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
56
TABEL II JENIS PEKERJAAN PENDUDUK DUSUN KRAJAN DESA GROGOL NO JENIS PEKERJAAN
JUMLAH
1
Petani
50 orang
2
Buruh tani
38 orang
3
Buruh industri
76 orang
4
Buruh bangunan
32 orang
5
Nelayan
6
Pengusaha
20 orang
7
Pedagang
35 orang
8
Pengangkutan
9
PNS/TNI/POLRI
10
Pegawai swasta
11
Pensiunan
12
Pelajar/mahasiswa
13
Lain-lain Jumlah
- orang
orang 20 orang -
orang 3 orang 98 orang Orang
372 orang
57
4. Keadaan Sosial Keagamaan Dari data yang diperoleh serta didukung pengamatan selama mengadakan observasi di lapangan dapat dikatakan bahwa mayoritas penduduk Dusun Krajan Desa Grogol beragama Islam, dan tidak ada yang memeluk agama selain Islam dan mempunyai 3 pemuka agama yang dijadikan panutan agama. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan sosial keagamaan dan jumlah pemeluknya serta sarana peribadatan penduduk Dusun Krajan Desa Grogol dapat dilihat pada tabel di bawah ini: TABEL III KEADAAN KEAGAMAAN PENDUDUK DUSUN KRAJAN DESA GROGOL NO
AGAMA
JUMLAH PEMELUK
1
Islam
2
Kristen
- orang
3
Katholik
- orang
4
Budha
- orang
5
Hindu
- orang
Jumlah
486 orang
486 orang
58
TABEL IV SARANA PERIBADATAN PENDUDUK DUSUN KRAJAN DESA GROGOL NO SARANA PERIBADATAN
JUMLAH
1
Masjid
1 buah
2
Musholla/langgar
2 buah
3
Vihara
- buah
4
Gereja
- buah
5
Pura
- buah
Jumlah
3 buah
Secara umum keadaan fisik bangunan tempat ibadah yang ada di Dusun Krajan Desa Grogol dikatakan baik dan cukup permanen. Rata-rata bangunan fisik tempat ibadah di Dusun Krajan Desa Grogol ini lebih baik dari pada rumah penduduk pada umumnya. Hal ini setidaknya merupakan indikasi bahwa perhatian mereka terhadap masalah keagamaan cukup besar dan baik. 5. Keadaan Pendidikan Penduduk Desa Grogol Adapun keadaan pendidikan di Desa Grogol adalah sebagai berikut:
59
TABEL V KEADAAN PENDIDIKAN PENDUDUK DESA GROGOL NO
JENIS PENDIDIKAN
JUMLAH
1
Sarjana/Diploma
91 orang
2
Tamatan SLTA
218 orang
3
Tamatan SLTP/MTs
79 orang
4
Tamatan SD/MI
27 orang
5
Tidak tamat SD
12 orang
Jumlah
427 Orang
6. Keadaan Sosial Budaya a. Sarana Pendidikan TABEL VI SARANA PENDIDIKAN PENDUDUK DESA GROGOL NO JENIS JUMLAH 1
Taman Kanak-kanak
1
2
Sekolah Dasar
1
3
Madrasah Ibtidaiyah
-
4
SLTP
-
60
5
Madrasah Tsanawiyah
-
6
SMU/Kejuruan
-
7
Madrasah Aliyah
-
8
Kursus Pelatihan
-
9
Pondok Pesantren
-
10
Madrasah Diniyah
1
b. Sarana Kesehatan TABEL VII SARANA KESEHATAN PENDUDUK DESA GROGOL
NO
JENIS
JUMLAH (UNIT)
1
RSU (Rumah Sakit Umum)
-
2
Rumah Sakit Khusus
-
3
Rumah bersalin
-
4
Puskesmas
-
5
Puskesmas pembantu
-
61
6
Poliklinik
-
7
Apotek
-
8
Toko/rumah obat
-
9
Praktek dokter
-
10
Praktek bidan
3 (tiga)
11
Pengobatan alternative
1
c. Sarana Keamanan TABEL VIII SARANA KEAMANAN PENDUDUK DESA GROGOL NO
JENIS
JUMLAH UNIT
1
Kantor Koramil
-
2
Kantor Kepolisian
-
3
Pos Polisi
-
4
Pos Kamling
2
5
Lain-lain
-
62
7. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Untuk melancarkan jalannya mekanisme kerja di suatu lembaga/ instansi, maka perlu adanya suatu pembagian kerja, sehingga dengan demikian semua tugas dan pekerjaan yang diharapkan adalah benar-benar dapat dikerjakan dengan baik. Demikian halnya dengan Dusun Krajan Desa Grogol Karang Tengah Demak sebagai suatu lembaga mempunyai struktur organisasi pemerintahan desa yang berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Kabupaten Demak. Adapun susunan pemerintahannya adalah sebagai berikut: Kepala Desa
: Saeful Alim, S.Pd.
Sekretaris Desa
: H. Soeharsono
Kaur Pemerintahan : M. Yasin Pembantu
: Ismail
Kaur Pembangunan : Sugiarto Pembantu
: Muslehan
Kaur Kesra
: H. Supaat
Pembantu
: Yasin
Kaur Keuangan
: Mohadi, M.Pd.
63
Pembantu
: M. Nur Abidin
Kaur Umum
: Suratno
Pembantu
: Syarif Hidayatullah
Kepala Dusun I
: Sumadi
Pembantu
: Ali Rofi
Kepala Dusun II
: A. Santoso
Pembantu
: N. Kusnin
Kepala Dusun III
: Kusnan
Pembantu
: Djupri
Kepala Dusun IV
: Khundori
Pembantu
: M. Masykur Ali
64
B. Temuan Data 1. Profil Informan a. RM adalah salah satu pemuka agama dari lima pemuka agama yang ada di Dusun Krajan Desa Grogol. AA seorang kyai yang mengurus sekaligus memimpin masjid di dusun ini. AA merupakan seorang kyai yang dihormati masyarakat khususnya masyarakat Desa Grogol. b. SP merupakan salah satu pemuka agama yang memimpin salah satu mushola di Dusun Krajan Desa Grogol. SP dijadikan orang tua oleh masyarakat dusun ini. SP ini sekaligus menjabat sebagai Ketua Kaurkesra (Modin) Desa Grogol. Sehingga SP sangat paham dengan keadaan keagamaan yang berada di lingkungan Dusun Krajan ini bahkan keseluruhan Desa Grogol. c. NA merupakan salah satu pemuka agama sekaligus menjadi muballigh yang sering diminta untuk mengisi pengajian-pengajian yang diadakan oleh masyarakat baik masyarakat Desa Grogol sendiri maupun desadesa lainnya. NA salah satu pemuka agama yang karismatik yang selalu di dengar mauidlohnya oleh masyarakat dengan khas guyonannya yang sering membuat masyarakat terbahak-bahak. NA merupakan pemuka agama yang paling bisa diterima oleh masyarakat. Dan NA merupakan satu-satunya pemuka agama yang jenjang pendidikannya hingga di perguruan tinggi. d. SW adalah salah satu orang tua atau warga Dusun Krajan yang memiliki 2 anak remaja. Satu masih setingkat SLTA dan yang satu
65
sudah di perguruan tinggi. SW merupakan salah satu warga yang sudah lumayan tua di dusun itu, NA adalah pensiunan guru sejak 5 tahun lalu, NA dulunya guru SD di Desa Grogol, sehingga NA sangat paham dengan kondisi masyarakat Dusun Krajan Desa Grogol. e. SM merupakan Kepala Dusun Krajan, disamping kesibukannya sebagai kepala dusun, SM adalah seorang petani yang memiliki 4 anak, salah satu diantaranya masih usia remaja. Karena kesibukannya yang hanya dilingkup dusun dan desa, sehingga SM juga sangat mengetahui perkembangan yang berada di Dusun Krajan. f. MD adalah salah satu warga Dusun Krajan yang memiliki 3 anak, dua diantaranya masih dalam usia remaja. MD adalah seorang haji yang dipandang sebagai salah satu orang yang tahu tentang agama oleh masyarakat. g. AR adalah salah satu orang tua yang memiliki peran dalam kegiatankegiatan agama di Dusun Krajan sekaligus sebagai orang tua dari 7 bersaudara, 3 diantaranya masih dalam usia remaja. AR ini sering menjadi badal atau juga sering mengisi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. h. NK juga merupakan warga dusun krajan yang dianggap sosok yang dituakan oleh masyarakat. NK juga kadang diminta untuk mengisi kegiatan-kegiatan keagamaan disamping para pemuka agama yang ada. NK memiliki anak 10 yang masih dalam usia remaja terhitung 3
66
orang, yang lainnya sudah berkeluarga dan sebagian masih dalam jenjang Sekolah Dasar. i. AJ adalah seorang remaja di Dusun Krajan yang sekarang baru masuk ke jenjang pendidikan di perkuliahan. AJ di anggap sebagai sosok penggerak remaja dalam kegiatan keagamaan di dusun ini. j. MH adalah seorang remaja Dusun Krajan yang sekarang juga baru masuk ke jenjang pendidikan perkuliahan. MH mempunyai peran dalam kegiatan keremajaan. MH menjadi ketua remaja masjid yang sering di sebut dengan IRMAMIDA. k. AM merupakan anak dari salah satu pemuka agama di dusun ini. AM dianggap memiliki sosok seperti bapaknya, sehingga masyarakat memandang AM sebagai remaja contohan bagi anak-anaknya. Karena ketekunan AM dalam mejalankan perintah agama dan juga dalam membantu orang tua tanpa ada rasa gengsi. l. RS meruapakan salah seorang remaja Dusun Krajan yang belum memiliki peran penting dalam kegiatan keagamaan, tetapi RS sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada, baik kegiatan keagamaan mapun kegiatan umum. m. MT
adalah
remaja
yang
sering
mengikuti
kegiatan-kegiatan
keagamaan, dan MT juga ditunjuk menjadi ketua dari salah kegiatan tersebut. Sehingga MT cukup dipandang oleh remaja-remaja lainnya.
67
2. Keadaan keagamaan remaja Dusun Krajan Desa Grogol Dari hasil wawancara peneliti kepada beberapa informan tentang keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol, peneliti menemukan berbagai jawaban. Berikut jawaban dari beberapa pertanyaan yang diberikan peneliti kepada para informan di waktu yang berbeda. Sebagai pemuka agama RM memberikan jawaban mengenai kegiatan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol sebagai berikut: “bagus mas… di lingkungan sini Alhamdulillah para remaja aktif mengikuti jamaah, lima waktu Alhamdulillah masjid ini selalu ada jamaah dan jamaahnya ya lumayan banyak. Kalau kesehariane ya yang saya lihat mereka rukun antar remaja jadi sosiale juga bagus kok mas.”
SP juga menguraikan pendapatnya tentang perilaku keagamaan remaja di lingkungan Dusun Krajan Desa Grogol sebagai berikut: ”nak remaja lingkungan sini ya Alhamdulillah, artine yo apik-apik ae, sek tak ngeti yo seko jamaahe limang wektu tetep ono. Tur cah-cahe ki iseh do seneng nak melu acara-acara (keagamaan) rutinan ngono kui. Anakku yo podo ae, senengane melunan nak ono acara ngono kui, ditambah iseh ono kegiatan IRMAMIDA (Ikatan Remaja Masjid Miftahul Huda). Anakku lan remaja liane yo seh do aktif melu iku.(kalau remaja di lingkungan sini ya Alhamdulillah, artinya ya perilakunya bagus, yang saya lihat dari jamaahnya lima waktu tetep aktif. Disamping itu anakanaknya juga suka pada ikut kegiatan kegamaan rutinan. Dan anak saya juga suka ikut kegiatan seperti itu, ditambah masih ada kegiatan di IRMAMIDA. Mereka juga pada aktif di kegiatan itu)”
68
NA juga menambahkan tentang keagamaan remaja sebagai berikut: “Alhamdulillah, bisa dikatakan stabil. Dalam artian secara peribadatan mereka sudah berjalan dengan sendirinya. Bahkan meski tidak ada perintah dari orang tua mereka sudah menjalankannya. Kalau saya lihat dari perilaku sehari-harinya dulu yang mulanya masih banyak remaja yang suka mabuk, sekarang sudah berkurang secara drastic, bahkan sudah bisa dikatakan sudah tidak ada.”
NK seorang remaja juga menuturkan bahwa ada beberapa rutinitas keagamaan remaja di Dusun Krajan yaitu sebagai berikut: “Ya mestinya sholat lima waktu, itu sudah pasti, terus ngaji itu nak malem, nak habis subuh juga ngaji bareng-bareng sama bapak-bapak ibu-ibu”.
Begitupun yang dijelaskan oleh AJ. AJ menuturkan sebagai berikut: “Yo opo ya mas? Aku ya ngene ki, mungkin yo sekedar nek mushola, kadang yo nak pas ono acara IRMAMIDA ngono kui, yo seh sok melu aku (apa ya mas? Saya ya begini, mungkin ya sekedar jamaah di mushola, terkadang juga mengikuti kegiatan IRMAMIDA seperti itu)”.
3. Pola Pembinaan Keagamaan Remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karang Tengah Demak Dari hasil wawancara peneliti kepada beberapa informan tentang pembinaan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Karang tengah Demak, peneliti menemukan berbagai jawaban. Berikut jawaban
69
dari beberapa pertanyaan yang diberikan peneliti kepada para informan di waktu yang berbeda. a. Ngaji dan diskusi Ngaji dan diskusi ini merupakan rutinan remaja yang dilakukan setiap hari bakda magrib. Kegiatan tersebut diimami oleh salah satu pemuka agama dan bertempat di rumah pemuka agama tersebut. Ngaji dan diskusi ini berisi tentang materi kegamaan yang lebih ditekankan pada kajian ketauhidan dan fiqih agama dengan tujuan remaja tersebut mengetahui dasar-dasar keyakinan mereka dan tahu tata cara dalam melaksanakan peribadatan yang benar. Seperti jawaban yang telah diberikan oleh beberapa informan, bahwasanya dalam ragam kegiatan keagamaan remaja terdapat kegiatan ngaji dan diskusi, sebagai contoh jawaban yang diberikan oleh salah satu pemuka agama yaitu NA sebagai berikut: “Dalam bentuk kegiatan mas, contohnya yasinan, tadarus bulan ramadhan, ngaji dan diskusi dan yang lain-lainnya”.
Ditambah beberapa jawaban dari para orang tua seperti yang dituturkan oleh AR yaitu: “Kalau kegiatan disini banyak mas. Ada padang bulan yang tiap tengah bulan pas padang bulan, yasinan, ngaji tapi ngajine yo karo diajak diskusi, dzibaan, kalau pas ramadhan ya ada tadarus juga”
70
Jawaban dari SM juga memberikan penguatan terhadap kegiatan tersebut, berikut jawaban dari SM: “Kegiatan di sini lumayan banyak mas, misale ngaji kitab sek jare karo diskusi Cuma ya aku belum pernah ikut jadine ya kurang tau, ngaji al-Qur’an, yasinan, berjanjen, yo sak teruse iku mas”.
Jawaban itu juga dikuatkan dengan beberapa jawaban dari para remaja, diantaranya seperti jawaban yang diberikan oleh MT, MT memberikan jawaban sebagai berikut: “Nak bentuk kegiatan mas ya, itu ada ngaji diskusi, iku sek hampir tiap hari, tapi da libure, terus yasinan, nariyahan sek tiap malem rabu, dzibaan malem jumat”.
Jawaban itu juga dikuatkan oleh AM yang memberikan jawaban sebagai berikut: “Yo nak tahunan ki ono pengajian sek biasane dalam rangka mauled nabi, sek harinan mungkin ya ngaji kitab, qur’an yo ngono kui mas”.
b. Berjanjen/ Dzibaan Kegiatan ini dilakukan di rumah-rumah remaja dan saling bergulir dan dilaksanakan pada tanggal 12 hitungan bulan Hijriyah. Tetapi juga ada kegiatan dzibaan yang dilakukan di masjid dan
71
mushola-mushola dan dilakukan pada setiap malam jumat. Kegiatan ini tidak hanya sekedar dzibaan tetapi juga diisi dengan pengajian yang disampaikan secara bergilir oleh anggota-anggota dzibaan. Hal ini bertujuan guna melatih remaja untuk berani menyampaikan materi di depan umum. Dan di dalamnya terbentuk struktural kepengurusan dan diadakan uang kas guna membiasakan gotongroyong pada diri remaja. Dari hasil wawancara, beberapa responden menyebutkan bahwa dalam ragam kegiatan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol terdapat kegiatan Dzibaan/ Berjanjen. Seperti halnya jawaban responden dari pemuka agama yang dituturkan oleh RM, pemuka agama yang menjadi imam masjid yaitiu sebagai berikut: “nak disini ya mas, kegiatane ada dzibaan sek paling akeh wonge, nariyahan, yasinan… sek mas, ono padang bulanan juga”.
Hal tersebut juga dituturkan SP yang memberikan jawaban sebagai berikut: “Nak sek tak pimpin yo ki ono yasinan, tapi iku mau gentian karo kyai liane, dzibaan saiki sek gek tak uripke meneh, sek mbiyen wes meh ilang suarane, ono neh padang bulanan sek diadakke tiap tengah wulan pas padang bulan”.
72
Para orang tua pun juga ikut menuturkan bahwasanya terdapat kegiatan keagamaan yang berupa dzibaan. Seperti yang dijelaskan oleh NK, NK memberikan jawaban sebagai berikut: “Lumayan banyak mas kegiatannya. Misalkan dzibaan, ngaji dan masih banyak lagi”.
SM juga memberikan penguatan tentang hal tersebut dengan memberikan jawaban sebagai berikut: “Kegiatan di sini lumayan banyak mas, misale ngaji kitab sek jare karo diskusi Cuma ya aku belum pernah ikut jadine ya kurang tau, ngaji al-Qur’an, yasinan, berjanjen, yo sak teruse iku mas”.
Hal tersebut juga sesuai dengan jawaban yang telah diberikan oleh para remaja. Diantaranya seperti jawaban yang dituturkan oleh MT sebagai ketua IRMAMIDA, yaitu: “Nak bentuk kegiatan mas ya, itu ada ngaji diskusi, iku sek hampir tiap hari, tapi da libure, terus yasinan, nariyahan sek tiap malem rabu, dzibaan malem jumat lan tiap tanggal 12 sek digilir”.
Dan juga jawaban yang diberikan oleh AJ, AJ memberikan jawaban sebagai berikut:
73
“Nak aku mbiyene melu koyok yasinan, terbangan (Dzibaan), yo darus al-Qur’an nak saiki yo ono padang bulanan. saiki ngertiku yo lagi kui ae mas”.
Hal seperti itu juga dikuatkan dengan jawaban yang diberikan oleh MH, yaitu: “Ya nak bentuk materiil ya pembangunan masjid, madrasah sama mushola mas, nak bentuke kegiatan ya ngaji iku mas, kegiatan madrasah, kegiatan masjid koyok dzibaan, yasinan…”.
c. Nariyahan Kegiatan ini dilaksanakan pada hari selasa bakda isya bertempat di Mushola dengan membaca sholawat nariyah sebanyak 1000 kali yang dibagi kepada para jamaah yang dipimpin seorang pemuka agama dan dilanjutkan dengan pengajian. Kegiatan ini dilaksanakan bersama-sama dengan orang tua sehingga ini sekaligus menjadi teladan bagi remaja mereka. Kegiatan ini disebutkan dalam jawaban beberapa responden, diantaranya jawaban yang dituturkan oleh RM, RM memberikan jawaban sebagai berikut: “nak disini ya mas, kegiatane ada dzibaan sek paling akeh wonge, nariyahan, yasinan… sek mas, ono padang bulanan juga”.
74
SW juga memberikan jawaban tentang kegiatan keagamaan berupa nariyahan, SW memberikan jawaban sebagai berikut: “Ya contone dari awal dulu masyarakat wes nyelenggaraake kegiatan-kegiatan koyok yasinan sek iku memang kanggo bocah-bocah remaja, liyane yo kayak ngaji kitab, ngajari ngaji al-Qur’an, dzibaan, nariyahan sek nek mushola. Saiki malah ono meneh sek anyar kegiatane arane padang bulanan sek isine manaqiban”.
Dari remaja pun memberikan penguatan tentang kegiatan tersebut, salah satunyya jawaban yang diberikan oleh MT, yaitu: “Nak bentuk kegiatan mas ya, itu ada ngaji diskusi, iku sek hampir tiap hari, tapi da libure, terus yasinan, nariyahan sek tiap malem rabu, dzibaan malem jumat lan tiap tanggal 12 sek digilir”.
d. Yasinan Kegiatan ini sifatnya rutinan bulanan dan giliran yakni dilaksanakan pada setiap tanggal 17 dan tempatnya bergiliran dirumah anggota jamaah dengan membaca tahlil, surat yasin dan doa yang dipimpin oleh pimpinan jamaah. Hal ini bertujuan agar remaja lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga tercipta ketenangan pada jiwa mereka dan stabilnya pribadi mereka. Hasil
dari
wawancara,
beberapa
jawaban
responden
menyebutkan bahwa adanya kegiatan keagamaan yang berupa
75
yasinan. Seperti halnya jawaban yang diberikan oleh para pemuka agama, RM memberikan jawaban sebagai berikut: “nak disini ya mas, kegiatane ada dzibaan sek paling akeh wonge, nariyahan, yasinan… sek mas, ono padang bulanan juga”.
Jawaban itu juga diberikan oleh SP yaitu: “Nak sek tak pimpin yo ki ono yasinan, tapi iku mau gentian karo kyai liane, dzibaan saiki sek gek tak uripke meneh, sek mbiyen wes meh ilang suarane, ono neh padang bulanan sek diadakke tiap tengah wulan pas padang bulan”.
Jawaban itu juga dikuatkan oleh NA, NA juga memberikan jawaban sebagai berikut: “Dalam bentuk kegiatan mas, contohnya yasinan, tadarus bulan ramadhan, ngaji dan diskusi dan yang lain-lainnya”.
Jawaban tersebut juga sesuai dengan jawaban yang telah diberikan oleh para remaja. Diantarannya jawaban yang telah diberikan MH, yaitu: “Ya nak bentuk materiil ya pembangunan masjid, madrasah sama mushola mas, nak bentuke kegiatan ya ngaji iku mas, kegiatan madrasah, kegiatan masjid koyok dzibaan, yasinan…”.
76
Begitupun
penguatan
yang
diberikan
oleh
RS,
RS
memberikan jawaban sebagai berikut: “Perhatian mas, nak bentuk kegiatan ya kayak yasinan, ngaji kan juga bentuke mas”. e. Padang Bulanan Padang bulan ini adalah kegiatan rutinan yang dilaksanakan pada pertengahan bulan pada saat terjadinya bulan purnama. Kegiatan ini diisi dengan membaca manaqib secara bergilir dalam membacanya dan dilaksanakan di rumah-rumah anggota secara bergantian. Kegiatan ini bertujuan guna kebersamaan dan melatih anggota dalam mambaca huruf arab dan sarana mendekatkan diri pada sang Khaliq. Kegiatan ini muncul dari beberapa jawaban responden, salah satunya yang dituturkan oleh SP, SP memberikan jawaban sebagai berikut: “Nak sek tak pimpin yo ki ono yasinan, tapi iku mau gentian karo kyai liane, dzibaan saiki sek gek tak uripke meneh, sek mbiyen wes meh ilang suarane, ono neh padang bulanan sek diadakke tiap tengah wulan pas padang bulan”.
SW juga menuturkan seperti itu, yaitu: “Ya contone dari awal dulu masyarakat wes nyelenggaraake kegiatan-kegiatan koyok yasinan sek iku memang kanggo bocah-bocah remaja, liyane yo kayak ngaji kitab, ngajari ngaji al-Qur’an, dzibaan, nariyahan sek nek mushola. Saiki
77
malah ono meneh sek anyar kegiatane arane padang bulanan sek isine manaqiban”.
Hal tersebut juga terlihat dari jawaban salah satu dari remaja, yaitu jawaban dari AJ. AJ memberikan jawaban sebagai berikut: “Nak aku mbiyene melu koyok yasinan, terbangan (Dzibaan), yo darus al-Qur’an nak saiki yo ono padang bulanan. saiki ngertiku yo lagi kui ae mas”.
f. Tadarus Al-Qur’an Tadarus al-Qur’an dilakukan di tempat-tempat peribadatan, seperti mushola-mushola dan masjid. Tadarus ini dilaksanakan setiap malah bakda isya setelah tarawih di bulan ramadhan. Dengan cara membaca al-Qur’an secara bergantian dan saling menyimak. Kegiatan ini dimunculkan dari berbagai responden, salah satunya yang diungkapkan oleh NA. NA memberikan jawaban sebagai berikut: “Dalam bentuk kegiatan mas, contohnya yasinan, tadarus bulan ramadhan, ngaji dan diskusi dan yang lain-lainnya”. Hal tersebut dikuatkan oleh AR, AR menyebutkan bahwa adanya kegiatan tadarus dengan jawaban sebagai berikut: “Kalau kegiatan disini banyak mas. Ada padang bulan yang tiap tengah bulan pas padang bulan, yasinan, ngaji tapi ngajine yo karo diajak diskusi, dzibaan, kalau pas ramadhan ya ada tadarus juga”.
78
Begitupun jawaban dari MD, MD memberikan jawaban sebagai berikut: “Kegiatan seperti ngaji, tadarus kalau pas ramadhan”.
Dan hal tersebut dikuatkan oleh jawaban dari salah satu remaja, yaitu jawaban dari AJ yang memberikan jawaban sebagai berikut: “Nak aku mbiyene melu koyok yasinan, terbangan (Dzibaan), yo darus al-Qur’an nak saiki jarene ono padang bulanan Cuma aku durung pernah melu. Dadine sak ngertiku yo kui ae”.
b. Pengajian Akbar Pengajian Akbar ini juga menjadi salah satu rutinan keagamaan yang sifatnya tahunan, yang biasanya dilakukan untuk memperingati Maulid Nabi dan isro’ mi’roj. Hal ini dibuktikan dengan beberapa jawaban dari responden. Salah satunya adalah jawaban dari AM yang menyebutkan dalam uraiannya yaitu: “Yo nak tahunan ki ono pengajian sek biasane dalam rangka mauled nabi, sek harinan mungkin ya ngaji kitab, qur’an yo ngono kui mas”.
4. Hambatan dalam Pembinaan Agama di Dusun Krajan Desa Grogol Karang Tengah Demak Seriring dengan sebuah pencapaian tujuan pastilah terdapat hambatan dalam perjalanannya. Tidak terpungkiri pula dalam pekaksanaan
79
kegiatan pembinaan keagamaan remaja yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Krajan Desa Grogol Karang Tengah Demak. Dari hasil wawancara dengan masyarakat ada beberapa hambatan diantaranya adalah sebagai berikut: a. Kesibukan remaja Kesibukan remaja disini terlihat dari beberapa jawaban yang diberikan oleh responden. Diantaranya adalah jawaban dari salah satu pemuka agama yang juga memperhatikan kendala ini, yaitu NA dengan memberikan jawaban sebagai berikut: “Ya sifat malas dari remaja, mungkin terkadang merasa bosan dengan kegiatan itu, ada juga yang mulai pada naik tingkat sekolahnya, dari yang SMA ke perkuliahan dan lainnya”.
Hal tersebut juga disampaikan oleh SW, yaitu: “Ya biasane ki sek dadi kendalane yo bocah-bocah kadang sibuk karo aktivitas di sekolahane, dadine terkadang waktune sek gag nyukupi mas”.
Dan juga disampaikan oleh NK, NK memberikan jawaban sebagai berikut: “Ada mas. Biasanya mereka mengeluh kecapekan atau bahkan tidak ada waktu untuk ikut kegiatan disini, karena mereka disibukkan dengan kegiatan sekolah masing-masing”.
80
Hal itu pun dikuatkan dengan jawaban dari beberapa remaja, seperti jawaban yang dituturkan oleh AJ dan MT, mereka memberikan jawaban sebagai berikut: “Aku kadang gag bali, masalahe kadang aku kuliah tekan sore, kadang yo ngepasi ono kegiatan liyo”. “Kalau bagi saya ya kadang ada kerjaan lain mas, Cuma terkadang juga karena kosong gurune gak ada jadine ya gag jadi ngaji”.
b. Kesibukan pemuka agama Dari hasil wawancara, ada beberapa jawaban dari responden yang menunjukkan adanya kendala atau hambatan dalam mengikuti kegiatan keagamaan yaituu diantaranya kesibukan pemuka agama. Hal tersebut diungkapkan oleh SP, SP menuturkan bahwa: “Yah wong jenenge koyok nguno kui mas, mestine ono kendalane, kadang kyaine sek gek ono acara, kadang yo ono kegiatan liyo bocah2e, tur kadang ono bocah sek ngojokngojoki ben g melu, tapi alhamdulillahe wes gag terlalu”.
Hal itu juga dipaparkan oleh beberapa remaja, salah satu diantaranya adalah jawaban dari MT, yaitu: “Kalau bagi saya ya kadang ada kerjaan lain mas, Cuma terkadang juga karena kosong gurune gak ada jadine ya gag jadi ngaji”.
81
Dan dikuatkan juga oleh MH, MH memberikan jawaban sebagai berikut: “Ya kadang gurune sok ada undangan utowo kegiatan laine, dadine kadang sok kosong”.
c. Kurangnya perhatian orang tua Kurangnya perhatian orang tua juga menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan keagamaan di Dusun Krajan. Seperti yang telah diungkapkan oleh salah satu warga yaitu MD yang menyebutkan bahwa: “Saya rasa ada, meskipun tidak banyak seperti ada remaja yang belum mau ikut, mungkin kurange perhatian orang tua mas”.
d. Sifat malas pada remaja Sifat malas pada remaja juga tampak pada hambatan kegiatan keagamaan. Hal ini terlihat dari beberapa jawaban dari responden, diantaranya adalah jawaban dari NA. NA memberikan jawaban sebagai berikut: “Ya sifat malas dari remaja, mungkin terkadang merasa bosan dengan kegiatan itu, ada juga yang mulai pada naik tingkat sekolahnya, dari yang SMA ke perkuliahan dan lainnya”.
82
Hal itu pun juga terbukti dari jawaban salah satu dari remaja yaitu RS. RS memberikan jawaban sebagai berikut: “Kadang yo males nak hujan mas, apa pas lagi kesel banget awake”.
e. Ajakan teman untuk tidak aktif Hal tersebut juga diungkapkan dari salah satu responden. SP memberikan pernyataan yang memang ada sebuah ajakan teman untuk tidak ikut dalam kegiatan keagamaan. Jawaban yang dipaparkan SP yaitu: “Yah wong jenenge koyok nguno kui mas, mestine ono kendalane, kadang kyaine sek gek ono acara, kadang yo ono kegiatan liyo bocah2e, tur kadang ono bocah sek ngojokngojoki ben g melu, tapi alhamdulillahe wes gag terlalu”.
f. Benturan dengan kegiatan warga Terkadang memang masyarakat memiliki kegiatan lain yang memang benturan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada. Hal ini disebutkan dalam jawaban salah satu responden. Yaitu RM, RM memberikan jawaban sebagai berikut: “nak menurutku mas kendala pertamane ya terkadang benturan karo kegiatane wargo liyane”.
83
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kondisi Keagamaan Remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Dari hasil wawancara peneliti kepada beberapa informan tentang keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol, peneliti menemukan berbagai jawaban. Berikut uraian dari beberapa hasil penelitian yang terdapat dalam BAB III di atas. Kondisi keagamaan remaja tampak dari beberapa hasil wawancara terhadap informan. Dari beberapa jawaban menunjukkan bahwa sudah adanya stabilitas perilaku dan keagamaan pada remaja di Dusun Krajan. Hal itu dapat dilihat dari jawaban RM yang menyatakan bahwa: “bagus mas… di lingkungan sini Alhamdulillah para remaja aktif mengikuti jamaah, lima waktu Alhamdulillah masjid ini selalu ada jamaah dan jamaahnya ya lumayan banyak. Kalau kesehariane ya yang saya lihat mereka rukun antar remaja jadi sosiale juga bagus kok mas.”
Dari pernyataan itu, juga dikuatkan dengan jawaban-jawaban lain dari beberapa informan. Ini ditunjukkan hasil wawancara dengan SP. Sosok yang paham dengan kondisi keagamaan di Dusun Krajan. SP menambahkan dengan jawaban sebagai berikut: ”nak remaja lingkungan sini ya Alhamdulillah, artine yo apik-apik ae, sek tak ngeti yo seko jamaahe limang wektu tetep ono. Tur cah-cahe ki iseh do seneng nak melu acara-acara (keagamaan) rutinan ngono kui. Anakku yo podo ae, senengane melunan nak ono acara ngono kui, ditambah iseh ono kegiatan IRMAMIDA (Ikatan Remaja Masjid Miftahul Huda). Anakku lan remaja liane 81
84
yo seh do aktif melu iku.(kalau remaja di lingkungan sini ya Alhamdulillah, artinya ya perilakunya bagus, yang saya lihat dari jamaahnya lima waktu tetep aktif. Disamping itu anakanaknya juga suka pada ikut kegiatan kegamaan rutinan. Dan anak saya juga suka ikut kegiatan seperti itu, ditambah masih ada kegiatan di IRMAMIDA. Mereka juga pada aktif di kegiatan itu)”
Dari jawaban-jawaban tersebut, juga tampak bahwa sikap keagamaan remaja sudah pada fase sikap percaya dengan kesadaran. Darajat (1970: 91) menjelaskan bahwa dalam fase ini remaja ingin menjadikan agama sebagai lapangan baru untuk membuktikan pribadinya, karena mereka tidak mau lagi beragama sekedar ikut-ikutan dan tidak lagi sekedar hanya perintah dari orang tua saat usia kecil dulu. Hal ini terlihat dari beberapa jawaban informan yang menyatakan bahwasanya hal yang dulunya menjadi perintah atau suruhan dari orang tua kini dengan sendirinya mereka melakukannya atas kesadaran masing-masing. Seperti yang di sampaikan oleh SW dengan jawaban sebagai berikut: “Yo tak suruh mas, tapi yo dulune,,,, nak sekarang wes do berangkat sak karepe dewe”.
Ini pun juga dipaparkan oleh seorang remaja yaitu RS. RS menyetakan dalam jawabannya bahwa: “Ya seneng mas, jenenge manungso kan butuh kesibukan apalagi masalah agama mas... mesti butuhe biar uripe ki tenang”.
Tetapi juga masih tampak yang hanya sekedar ikut-ikutan karena ada temannya. Hal itu terjawab dalam jawaban salah satu informan yaitu NK. NK
85
menjelaskan bahwa anaknya hanya sekedar ikut-ikutan karena ada temannya, seperti jawabannya dalam teks wawancara yaitu: “Awal-awalnya dulu anak-anak harus disuruh dulu mas, baru mau ikut tapi setelah banyak temennya yang ikut, tanpa disuruh mereka sudah berangkat dengan sendirinya”.
Dan itu pun dikuatkan dengan beberapa jawaban remaja yang menyatakan bahwa dirinya hanya sekedar ikut-ikutan, seperti yang dikatakan AM yaitu “Yo melu ae”, dan juga MT yang menyatakan dalam jawabannya yaitu “ya sekedar mengikuti mas, apalagi saat ini aku diberi tanggung jawab menjadi ketua IRMAMIDA”. Sehingga dari beberapa pernyataan di atas, perilaku keagamaan remaja memang dipengaruhi lingkungan dimana ia bertempat. Dan pernyataan di atas juga sesuai dengan yang di terangkan Darajat (1970: 91) dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama bahwasannya terdapat beberapa fase sikap remaja terhadap agama. Pertama adalah fase ikut-ikutan, yang kedua adalah fase percaya dengan kesadaran, fase percaya tapi agak ragu-ragu (bimbang), dan fase tidak percaya sama sekali atau cenderung Atheis. Dan sikap yang dimunculkan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol ini telah menunjukkan beberapa fase sikap remaja terhadap remaja.
B. Pola Pembinaan Keagamaan Remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Sarwono (1997: 221) menyebutkan bahwa untuk menjaga stabilitas perkembangan jiwa remaja adalah organisasi atau perkumpulan baik formal maupun non formal. Hal itu yang menjadi dasar masyarakat mengadakan
86
berbagai kegiatan keagamaan yang ditujukan kepada remaja mereka agar terciptanya kestabilan dalam diri remaja. Dalam Al-Qur’an pun menjelaskan pembinaan agama bagi remaja yang dijadikan dasar masyarakat dalam membina agama bagi remajaremajanya yaitu dalam Al-Qur'an Q.S. Ali Imron: 104.
◊p®BÈ&
ˆN‰3YœiB
Œéˆçsɯ:$#
`‰3tF¯9ur
ín<Œ)
tbq„„ÙâtÉ
≈$r„ç˜ËpR˘Q$$Œ/ tbr„ç„B˘'tÉur Ãçs3YJ¯9$# «`t„ tbˆqyg˜ZtÉur „NËd
y7եتs9'rÈ&ur
4
« …Õ» öcqsŒ ¯ˇJ¯9$# Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, dan menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (Depag, 1971: 93). Pola pembinaan keagamaan remaja oleh masyarakat Dusun Krajan Desa Grogol ditunjukkan dengan berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan. Dari hasil wawancara terhadap masyarakat ada beberapa kegiatan yang dilakukan guna pembinaan keagamaan remaja. Diantaranya adalah: 1. Ngaji dan Diskusi Ngaji dan diskusi ini merupakan rutinan remaja yang dilakukan setiap hari bakda magrib. Kegiatan tersebut diimami oleh salah satu pemuka agama dan bertempat di rumah pemuka agama tersebut. Ngaji dan diskusi ini berisi tentang materi kegamaan yang lebih ditekankan pada kajian ketauhidan dan fiqih agama dengan tujuan remaja tersebut
87
mengetahui dasar-dasar keyakinan mereka dan tahu tata cara dalam melaksanakan peribadatan yang benar. Seperti jawaban yang telah diberikan oleh beberapa informan, bahwasanya dalam ragam kegiatan keagamaan remaja terdapat kegiatan ngaji dan diskusi, sebagai contoh jawaban yang diberikan oleh salah satu pemuka agama yaitu NA sebagai berikut: “Dalam bentuk kegiatan mas, contohnya yasinan, tadarus bulan ramadhan, ngaji dan diskusi dan yang lain-lainnya”.
Ditambah beberapa jawaban dari para orang tua seperti yang dituturkan oleh AR yaitu: “Kalau kegiatan disini banyak mas. Ada padang bulan yang tiap tengah bulan pas padang bulan, yasinan, ngaji tapi ngajine yo karo diajak diskusi, dzibaan, kalau pas ramadhan ya ada tadarus juga”
Jawaban dari SM juga memberikan penguatan terhadap kegiatan tersebut, berikut jawaban dari SM: “Kegiatan di sini lumayan banyak mas, misale ngaji kitab sek jare karo diskusi Cuma ya aku belum pernah ikut jadine ya kurang tau, ngaji al-Qur’an, yasinan, berjanjen, yo sak teruse iku mas”.
Jawaban itu juga dikuatkan dengan beberapa jawaban dari para remaja, diantaranya seperti jawaban yang diberikan oleh MT, MT memberikan jawaban sebagai berikut:
88
“Nak bentuk kegiatan mas ya, itu ada ngaji diskusi, iku sek hampir tiap hari, tapi da libure, terus yasinan, nariyahan sek tiap malem rabu, dzibaan malem jumat”.
Jawaban itu juga dikuatkan oleh AM yang memberikan jawaban sebagai berikut: “Yo nak tahunan ki ono pengajian sek biasane dalam rangka mauled nabi, sek harinan mungkin ya ngaji kitab, qur’an yo ngono kui mas”.
2. Dzibaan/ Berjanjen Kegiatan ini dilakukan di rumah-rumah remaja dan saling bergulir dan dilaksanakan pada tanggal 12 hitungan bulan Hijriyah. Tetapi juga ada kegiatan dzibaan yang dilakukan di masjid dan mushola-mushola dan dilakukan pada setiap malam jumat. Kegiatan ini tidak hanya sekedar dzibaan tetapi juga diisi dengan pengajian yang disampaikan secara bergilir oleh anggota-anggota dzibaan. Hal ini bertujuan guna melatih remaja untuk berani menyampaikan materi di depan umum. Dan didalamnya terbentuk struktural kepengurusan dan diadakan uang kas guna membiasakan gotong-royong pada diri remaja. Dari hasil wawancara, beberapa responden menyebutkan bahwa dalam ragam kegiatan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol terdapat kegiatan Dzibaan/ Berjanjen. Seperti halnya jawaban responden dari pemuka agama yang dituturkan oleh RM, pemuka agama yang menjadi imam masjid yaitiu sebagai berikut:
89
“nak disini ya mas, kegiatane ada dzibaan sek paling akeh wonge, nariyahan, yasinan… sek mas, ono padang bulanan juga”.
Hal tersebut juga dituturkan SP yang memberikan jawaban sebagai berikut: “Nak sek tak pimpin yo ki ono yasinan, tapi iku mau gentian karo kyai liane, dzibaan saiki sek gek tak uripke meneh, sek mbiyen wes meh ilang suarane, ono neh padang bulanan sek diadakke tiap tengah wulan pas padang bulan”. Para orang tua pun juga ikut menuturkan bahwasanya terdapat kegiatan keagamaan yang berupa dzibaan. Seperti yang dijelaskan oleh NK, NK memberikan jawaban sebagai berikut: “Lumayan banyak mas kegiatannya. Misalkan dzibaan, ngaji dan masih banyak lagi”.
SM juga memberikan penguatan tentang hal tersebut dengan memberikan jawaban sebagai berikut: “Kegiatan di sini lumayan banyak mas, misale ngaji kitab sek jare karo diskusi Cuma ya aku belum pernah ikut jadine ya kurang tau, ngaji al-Qur’an, yasinan, berjanjen, yo sak teruse iku mas”.
Hal tersebut juga sesuai dengan jawaban yang telah diberikan oleh para remaja. Diantaranya seperti jawaban yang dituturkan oleh MT sebagai ketua IRMAMIDA, yaitu: “Nak bentuk kegiatan mas ya, itu ada ngaji diskusi, iku sek hampir tiap hari, tapi da libure, terus yasinan, nariyahan sek tiap malem rabu, dzibaan malem jumat lan tiap tanggal 12 sek digilir”.
90
Dan juga jawaban yang diberikan oleh AJ, AJ memberikan jawaban sebagai berikut: “Nak aku mbiyene melu koyok yasinan, terbangan (Dzibaan), yo darus al-Qur’an nak saiki yo ono padang bulanan. saiki ngertiku yo lagi kui ae mas”.
Hal seperti itu juga dikuatkan dengan jawaban yang diberikan oleh MH, yaitu: “Ya nak bentuk materiil ya pembangunan masjid, madrasah sama mushola mas, nak bentuke kegiatan ya ngaji iku mas, kegiatan madrasah, kegiatan masjid koyok dzibaan, yasinan…”.
3. Nariyahan Kegiatan ini dilaksanakan pada hari selasa bakda isya bertempat di Mushola dengan membaca sholawat nariyah sebanyak 1000 kali yang dibagi kepada para jamaah yang dipimpin seorang pemuka agama dan dilanjutkan dengan pengajian. Kegiatan ini dilaksanakan bersama-sama dengan orang tua sehingga ini sekaligus menjadi teladan bagi remaja mereka. Kegiatan ini disebutkan dalam jawaban beberapa responden, diantaranya jawaban yang dituturkan oleh RM, RM memberikan jawaban sebagai berikut: “nak disini ya mas, kegiatane ada dzibaan sek paling akeh wonge, nariyahan, yasinan… sek mas, ono padang bulanan juga”.
91
SW juga memberikan jawaban tentang kegiatan keagamaan berupa nariyahan, SW memberikan jawaban sebagai berikut: “Ya contone dari awal dulu masyarakat wes nyelenggaraake kegiatan-kegiatan koyok yasinan sek iku memang kanggo bocah-bocah remaja, liyane yo kayak ngaji kitab, ngajari ngaji al-Qur’an, dzibaan, nariyahan sek nek mushola. Saiki malah ono meneh sek anyar kegiatane arane padang bulanan sek isine manaqiban”.
Dari remaja pun memberikan penguatan tentang kegiatan tersebut, salah satunya jawaban yang diberikan oleh MT, yaitu: “Nak bentuk kegiatan mas ya, itu ada ngaji diskusi, iku sek hampir tiap hari, tapi da libure, terus yasinan, nariyahan sek tiap malem rabu, dzibaan malem jumat lan tiap tanggal 12 sek digilir”.
4. Yasinan Kegiatan ini
sifatnya
rutinan bulanan
dan
giliran
yakni
dilaksanakan pada setiap tanggal 17 dan tempatnya bergiliran dirumah anggota jamaah dengan membaca tahlil, surat yasin dan doa yang dipimpin oleh pimpinan jamaah. Hal ini bertujuan agar remaja lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga tercipta ketenangan pada jiwa mereka dan stabilnya pribadi mereka. Hasil dari wawancara, beberapa jawaban responden menyebutkan bahwa adanya kegiatan keagamaan yang berupa yasinan. Seperti halnya jawaban yang diberikan oleh para pemuka agama, RM memberikan jawaban sebagai berikut:
92
“nak disini ya mas, kegiatane ada dzibaan sek paling akeh wonge, nariyahan, yasinan… sek mas, ono padang bulanan juga”.
Jawaban itu juga diberikan oleh SP yaitu: “Nak sek tak pimpin yo ki ono yasinan, tapi iku mau gentian karo kyai liane, dzibaan saiki sek gek tak uripke meneh, sek mbiyen wes meh ilang suarane, ono neh padang bulanan sek diadakke tiap tengah wulan pas padang bulan”.
Jawaban itu juga dikuatkan oleh NA, NA juga memberikan jawaban sebagai berikut: “Dalam bentuk kegiatan mas, contohnya yasinan, tadarus bulan ramadhan, ngaji dan diskusi dan yang lain-lainnya”.
Jawaban tersebut juga sesuai dengan jawaban yang telah d iberikan oleh para remaja. Diantarannya jawaban yang telah diberikan MH, yaitu: “Ya nak bentuk materiil ya pembangunan masjid, madrasah sama mushola mas, nak bentuke kegiatan ya ngaji iku mas, kegiatan madrasah, kegiatan masjid koyok dzibaan, yasinan…”.
Begitupun penguatan yang diberikan oleh RS, RS memberikan jawaban sebagai berikut: “Perhatian mas, nak bentuk kegiatan ya kayak yasinan, ngaji kan juga bentuke mas”.
93
5. Padang Bulanan Padang bulan ini adalah kegiatan rutinan yang dilaksanakan pada pertengahan bulan pada saat terjadinya bulan purnama. Kegiatan ini diisi dengan membaca manaqib secara bergilir dalam membacanya dan dilaksanakan di rumah-rumah anggota secara bergantian. Kegiatan ini bertujuan guna kebersamaan dan melatih anggota dalam mambaca huruf arab dan sarana mendekatkan diri pada sang Khaliq. Kegiatan ini muncul dari beberapa jawaban responden, salah satunya yang dituturkan oleh SP, SP memberikan jawaban sebagai berikut: “Nak sek tak pimpin yo ki ono yasinan, tapi iku mau gentian karo kyai liane, dzibaan saiki sek gek tak uripke meneh, sek mbiyen wes meh ilang suarane, ono neh padang bulanan sek diadakke tiap tengah wulan pas padang bulan”.
SW juga menuturkan seperti itu, yaitu: “Ya contone dari awal dulu masyarakat wes nyelenggaraake kegiatan-kegiatan koyok yasinan sek iku memang kanggo bocah-bocah remaja, liyane yo kayak ngaji kitab, ngajari ngaji al-Qur’an, dzibaan, nariyahan sek nek mushola. Saiki malah ono meneh sek anyar kegiatane arane padang bulanan sek isine manaqiban”.
Hal tersebut juga terlihat dari jawaban salah satu dari remaja, yaitu jawaban dari AJ. AJ memberikan jawaban sebagai berikut: “Nak aku mbiyene melu koyok yasinan, terbangan (Dzibaan), yo darus al-Qur’an nak saiki yo ono padang bulanan. saiki ngertiku yo lagi kui ae mas”.
94
6. Tadarus Al-Qur’an Tadarus al-Qur’an dilakukan di tempat-tempat peribadatan, seperti mushola-mushola dan masjid. Tadarus ini dilaksanakan setiap malah bakda isya setelah tarawih di bulan ramadhan. Dengan cara membaca alQur’an secara bergantian dan saling menyimak. Kegiatan ini dimunculkan dari berbagai responden, salah satunya yang diungkapkan oleh NA. NA memberikan jawaban sebagai berikut: “Dalam bentuk kegiatan mas, contohnya yasinan, tadarus bulan ramadhan, ngaji dan diskusi dan yang lain-lainnya”. Hal tersebut dikuatkan oleh AR, AR menyebutkan bahwa adanya kegiatan tadarus dengan jawaban sebagai berikut: “Kalau kegiatan disini banyak mas. Ada padang bulan yang tiap tengah bulan pas padang bulan, yasinan, ngaji tapi ngajine yo karo diajak diskusi, dzibaan, kalau pas ramadhan ya ada tadarus juga”. Begitupun jawaban dari MD, MD memberikan jawaban sebagai berikut: “Kegiatan seperti ngaji, tadarus kalau pas ramadhan”.
Dan hal tersebut dikuatkan oleh jawaban dari salah satu remaja, yaitu jawaban dari AJ yang memberikan jawaban sebagai berikut: “Nak aku mbiyene melu koyok yasinan, terbangan (Dzibaan), yo darus al-Qur’an nak saiki jarene ono padang bulanan Cuma aku durung pernah melu. Dadine sak ngertiku yo kui ae”.
95
7. Pengajian Akbar Pengajian Akbar ini juga menjadi salah satu rutinan keagamaan yang sifatnya tahunan, yang biasanya dilakukan untuk memperingati Maulid Nabi dan isro’ mi’roj. Hal ini dibuktikan dengan beberapa jawaban dari responden. Salah satunya adalah jawaban dari AM yang menyebutkan dalam uraiannya yaitu: “Yo nak tahunan ki ono pengajian sek biasane dalam rangka mauled nabi, sek harinan mungkin ya ngaji kitab, qur’an yo ngono kui mas”. Melihat data-data di atas, maka kegiatan-kegiatan tersebut dapat diklasifikasikan menurut polanya sebagai berikut: 1. Bimbingan dan Penyuluhan Pola ini adalah melalui sikap yang lemah lembut dan lunak hati dengan gaya menuntun dan membimbing ke arah kebenaran. Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Krajan Desa Grogol Kec. Karangtengah Demak guna pembinaan remaja yang termasuk dalam klasifikasi bimbingan dan penyuluhann adalah Dzibaan, Yasinan, dan Padang Bulanan. Kegiatan-kegiatan tersebut dimasukkan ke dalam klasifikasi ini dikarenakan dalam pelaksanaannya teradapat beberapa orang tua yang membimbing para remaja untuk mengkondisikan kegiatan tersebut, salalh satunya adalah dengan cara menggilir dan bergantian dalam membaca
96
kitab. Dimulai dari para orang tua dilanjutkan ke remaja-remaja anggota kegiatan. 2. Pemberian Tauladan Pola ini adalah dengan cara memberikan contoh dan suri tauladan yang ditunjukkan oleh orang tua dan masyarakat dalam melakukan pembinaan keagamaan bagi remaja-remaja mereka. Dari kegiatan di atas yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah Nariyahan dan Tadarus. Kegiatan ini termasuk dalam klasifikasi permberian tauladan adalah karena dalam pelaksanaannya para orang tua memberikan contoh kepada para remaja bagaimana bersikap dan tatakrama dalam membaca sebuah
Al-Qur’an,
bagaimana
membawa
dan
bagaimana
cara
membacanya. 3. Al-Mauidzah Al-Hasanah Pola ini adalah dengan cara memberikan tausiyah atau masukan keagamaan para remaja. Dalam hal ini yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah kegiatan pengajian akbar. Dengan kegiatan ini para orang tua lewat ulama dan pemuka agama menyampaikan risalah-risalah agama kepada para remaja. 4. Al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan Pola ini merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberi argumentasi dan bukti yang kuat. Pola ini biasanya dilakukan dengan cara diskusi,
97
dialog dan lain sebagainya. Pola ini selaras dengan penalaran logis yang disampaikan oleh Musfir Bin Said Az Zahrani. Kegiatan yang termasuk dalam kategori ini adalah kegiatan ngaji dan diskusi. Kegiatan ngaji dan diskusi ini dikategorikan dalam penalaran logis karena dalam pelaksanaannya para remaja melaksanakan diskusi dengan adu argument guna mencari sebuah kebenaran yang difasilitatori oleh salah satu pemuka agama.
C. Hambatan dan Kendala dalam kegiatan Pembinaan Remaja Seriring dengan sebuah pencapaian tujuan pastilah terdapat hambatan dalam perjalanannya. Tidak terpungkiri pula dalam pekaksanaan kegiatan pembinaan keagamaan remaja yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Krajan Desa Grogol Karang Tengah Demak. Dari hasil wawancara dengan masyarakat ada beberapa hambatan diantaranya adalah sebagai berikut: g. Kesibukan remaja Kesibukan remaja disini terlihat dari beberapa jawaban yang diberikan oleh responden. Diantaranya adalah jawaban dari salah satu pemuka agama yang juga memperhatikan kendala ini, yaitu NA dengan memberikan jawaban sebagai berikut: “Ya sifat malas dari remaja, mungkin terkadang merasa bosan dengan kegiatan itu, ada juga yang mulai pada naik tingkat sekolahnya, dari yang SMA ke perkuliahan dan lainnya”.
98
Hal tersebut juga disampaikan oleh SW, yaitu: “Ya biasane ki sek dadi kendalane yo bocah-bocah kadang sibuk karo aktivitas di sekolahane, dadine terkadang waktune sek gag nyukupi mas”. Dan juga disampaikan oleh NK, NK memberikan jawaban sebagai berikut: “Ada mas. Biasanya mereka mengeluh kecapekan atau bahkan tidak ada waktu untuk ikut kegiatan disini, karena mereka disibukkan dengan kegiatan sekolah masing-masing”.
Hal itu pun dikuatkan dengan jawaban dari beberapa remaja, seperti jawaban yang dituturkan oleh AJ dan MT, mereka memberikan jawaban sebagai berikut: “Aku kadang gag bali, masalahe kadang aku kuliah tekan sore, kadang yo ngepasi ono kegiatan liyo”. “Kalau bagi saya ya kadang ada kerjaan lain mas, Cuma terkadang juga karena kosong gurune gak ada jadine ya gag jadi ngaji”. Hal ini menjadi sebuah kewajaran. Bahwasanya remaja juga memiliki kesibukan lainnya. Sehingga dalam beberapa kegiatan keagamaan memang mengalami hambatan seperti ini. h. Kesibukan pemuka agama Dari hasil wawancara, ada beberapa jawaban dari responden yang menunjukkan adanya kendala atau hambatan dalam mengikuti kegiatan keagamaan yaituu diantaranya kesibukan pemuka agama. Hal tersebut diungkapkan oleh SP, SP menuturkan bahwa:
99
“Yah wong jenenge koyok nguno kui mas, mestine ono kendalane, kadang kyaine sek gek ono acara, kadang yo ono kegiatan liyo bocah2e, tur kadang ono bocah sek ngojokngojoki ben g melu, tapi alhamdulillahe wes gag terlalu”. Hal itu juga dipaparkan oleh beberapa remaja, salah satu diantaranya adalah jawaban dari MT, yaitu: “Kalau bagi saya ya kadang ada kerjaan lain mas, Cuma terkadang juga karena kosong gurune gak ada jadine ya gag jadi ngaji”. Dan dikuatkan juga oleh MH, MH memberikan jawaban sebagai berikut: “Ya kadang gurune sok ada undangan utowo kegiatan laine, dadine kadang sok kosong”. i. Kurangnya perhatian orang tua Kurangnya perhatian orang tua juga menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan keagamaan di Dusun Krajan. Seperti yang telah diungkapkan oleh salah satu warga yaitu MD yang menyebutkan bahwa: “Saya rasa ada, meskipun tidak banyak seperti ada remaja yang belum mau ikut, mungkin kurange perhatian orang tua mas”. Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah ternyata sangat terbukti dengan keadaan yang seperti itu. Anak akan merasa butuh perhatian, kasih sayang, dan bimbingan orang tua. Dan apabila itu tidak didapatkannya dari orang tua maka seorang anak akan mencari perhatian dan kasih sayang di luar rumah yang bahkan akan menimbulkan efek
100
negatif bagi perkembangan anak tersebut. Hal tersebut juga termasuk bagi remaja. Mereka juga butuh perhatian dari orang tua mereka. Akan mendapatkan pengarahan yang lebih baik. j. Sifat malas pada remaja Sifat malas pada remaja juga tampak pada hambatan kegiatan keagamaan. Hal ini terlihat dari beberapa jawaban dari responden, diantaranya adalah jawaban dari NA. NA memberikan jawaban sebagai berikut: “Ya sifat malas dari remaja, mungkin terkadang merasa bosan dengan kegiatan itu, ada juga yang mulai pada naik tingkat sekolahnya, dari yang SMA ke perkuliahan dan lainnya”. Hal itu pun juga terbukti dari jawaban salah satu dari remaja yaitu RS. RS memberikan jawaban sebagai berikut: “Kadang yo males nak hujan mas, apa pas lagi kesel banget awake”. Inilah yang menjadi sifat asli para remaja. Terkadang begitu membara semangatnya dalam hal apapun, terlebih pada awal kegiatan, tetapi untuk selanjutnya mengalami sebuah degradasi semangat. Sehingga bagi orang tua dan masyarakat mempunyai tugas untuk mempertahankan semangat itu agar tetap melekat pada diri remaja. k. Ajakan teman untuk tidak aktif Hal tersebut juga diungkapkan dari salah satu responden. SP memberikan pernyataan yang memang ada sebuah ajakan teman untuk
101
tidak ikut dalam kegiatan keagamaan. Jawaban yang dipaparkan SP yaitu: “Yah wong jenenge koyok nguno kui mas, mestine ono kendalane, kadang kyaine sek gek ono acara, kadang yo ono kegiatan liyo bocah2e, tur kadang ono bocah sek ngojokngojoki ben g melu, tapi alhamdulillahe wes gag terlalu”. Hal ini ternyata sesuai dengan teori yang sering dikemukakan oleh berbagai ilmuan. Bahwasanya lingkungan dan teman sebaya sangatlah mempengaruhi sikap pribadi remaja bahkan pada sikap keagamaan remaja. l. Benturan dengan kegiatan warga Terkadang memang masyarakat memiliki kegiatan lain yang memang benturan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada. Hal ini disebutkan dalam jawaban salah satu responden. Yaitu RM, RM memberikan jawaban sebagai berikut: “nak menurutku mas kendala pertamane ya terkadang benturan karo kegiatane wargo liyane”. Salah satu hambatan yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan pembinaan keagamaan bagi remaja memang menunjukkan bahwasanya ketidakstabilan pada usia remaja. Terkadang sikap mereka terhadap agama begitu kuat tetapi pada waktu tertentu juga mereke mengalami penurunan keyakinan.
102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kondisi keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Kondisi keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol dalam keadaan cukup stabil. Dalam artian sikap terhadap agama mereka sangat baik, tetapi juga masih terdapat beberapa remaja yang memang masih menunjukkan kondisi naik turunnya kekuatan atau semangat terhadap agama. Dan beberapa remaja juga masih menunjukkan bahwa sikap mereka terhadap agama ada yang masih hanya sekedar ikut-ikutan dan ada yang sudah pada tingkat percaya dan sadar. 2. Pola pembinaan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Pola pembinaan keagamaan bagi remaja yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Krajan Desa Grogol terbagi menjadi empat kategori yaitu: a. Bimbingan dan Penyuluhan Kegiatan yang termasuk dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan adalah sebagai berikut: 1) Dzibaan/ Berjanjen 2) Yasinan 3) Padang bulanan
100
103
b. Pemberian contoh dan Tauladan Sedangkan yang masuk dalam kategori pemberian contoh dan tauladan adalah: 1) Nariyahan 2) Tadarus c. Al-Mauidzah Al-Hasanah Yang termasuk dalam kegiatan kategori ini adalah kegiatan pengajian akbar. d. Al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan (Penalaran Logis) Sedangkan yang termasuk dalam kategori ini adalah kegiatan ngaji dan diskusi. 3. Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam kegiatan pembinaan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol Sedangkan hambatan yang dialami dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja di Dusun Krajan Desa Grogol adalah: a. Kesibukan remaja sehingga beberapa jamaah dari kegiatan-kegiatan tersebut berkurang b. Kesibukan pemuka agama sebagai Pembina sekaligus sebagai fasilitator dan penyampai materi. Sehingga banyak kegiatan yang diliburkan dengan sendirinya. Dan mengakibatkan menurunnya semangat jamaah dalam kegiatan. c. Kurangnya perhatian orang tua sehingga anak belum terarahkan ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang telah diadakan oleh masyarakat. d. Muncul sifat malas pada remaja. Sehingga menjadi hambatan tersendiri bagi kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut.
104
e. Ajakan teman untuk tidak aktif dalam kegiatan. Sehingga hal itu menimbulkan beerapa dari remaja terpengaruh dan menjadi tidak aktif dalam
mengikuti
kegiatan
keagamaan
yyang
diadakan
oleh
masyarakat. f. Terbentur dengan kegiatan masyarakat yang belum tentu dan secara tiba-tiba. Sehingga kegiatan ditunda untuk lain hari.
B. Saran-saran Berdasarkan penelitian dan analisis yang peneliti lakukan tentang pola pembinaan keagamaan remaja. Maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi pemuka agama a. Agar selalu senantiasa mencurahkan ilmunya terhadap para penerus bangsa. b. Agar selalu memberikan perhatian terhadap para remaja, terutama pada hal keagamaannya. Sehingga akan tercipta masyarakat yang religius. c. Agar senantiasa mengajak para orang tua dan masyarakat untuk tetap memberikan perhatian kepada anak-anaknya. Sehingga nantinya benarbenar menjadi manusia yang taat dan berakhlakul karimah. 2. Bagi orang tua dan masyarakat a. Agar senantiasa memberikan perhatiannya terhadap anak-anaknya dan memberikan motivasi agar mereka tidak henti-hentinya menuntut ilmu terlebih ilmu agama sebagai dasar kehidupan.
105
b. Agar selalu memberikan pengarahan kepada anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan karena akan memberikan manfaat yang positif. 3. Bagi remaja a. Agar selalu senantiasa menuntut ilmu terlebih menuntul ilmu agama. b. Agar selalu menyempatkan waktunya untuk mengikuti kegiatan keagamaan. Karena akan memberikan masukan dalam kerohaniahan bagi para remaja. c. Agar selalu taat kepada Allah dan orang tua dan selalu menjaga akhlaknya. Sehingga akan tercipta pribadi yang baik.
C. Penutup Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menyampaikan karunia, taufiq dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya sesuai rencana. Sebagai penutup, penulis sadar bahwa karya ini adalah karya terkecil yang sifatnya masih banyak salah dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan demi kebaikan di masa mendatang. Dengan iringan doa kehadirat Allah SWT penulis harapkan semoga karya ini bermanfaat bagi para pembaca bisa menjadi kontribusi bagi ilmu pengetahuan di masa sekarang maupun di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Ahmad Ruhani, HM. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka cipta. Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Jiwa Agama cet. 15. Jakarta: Bulan Bintang. Departemen Agama RI. 1971. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Jakarta. Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an. Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT Syamil Cipta Media. Hariyadi, Sugeng, MS. dkk. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Semarang: IKIP Semarang Press. Kahmad, Dadang. 2000. Metode Penelitian Agama. Bandung. Pustaka Setia. Mar’at, Samsunuwiyati. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Rosda Karya. Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al Ma'arif. Moleong, Lexy J. 2009. Medologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nata, Abuddin. 1996. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Purwadarminta, Wjs. 2004. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Rumini, sri dan siti sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Sarwono, Salindo Wirawan. 1967. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. Shaleh, Abdul Rahman. 2000. Pendidikan Agama dan Keagamaan, Misi, Visi dan Aksi. Jakarta: PT Gemawinda Panca Perkasa.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Reneka Cipta. Soetopo, Hendyat dan Wanty Soemanto, 1982. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bina Aksara. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukandarrumidi. 2004. Metode Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: UGM Press. Sulistyo, Rono. 2002. Pendidikan Seks, Bandung: Elsar offsex. Syukur, Nico Oaster Ofm. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Jakarta: Kanisius. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Yunus, Hadi Subari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yusuf, Syamsu LN. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Syamsul Arifin
Tempat Tgl Lahir
: Demak, 23 November 1991
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Jurusan
: Tarbiyah
Progdi
: Pendidikan Agama Islam
Alamat
: RT 01 RW III Ds. Krajan Desa Grogol Kec. Karang Tengah Kab. Demak
Pendidikan
: SD N Grogol 1
lulus tahun
2003
MTs Negeri Karang Tengah
lulus tahun
2006
MA Sholahuddin
lulus tahun
2009
STAIN Salatiga
lulus tahun
2014
Salatiga, 09 Maret 2014 Penulis
Syamsul Arifin
Nama NIM Jurusan/Progdi Dosen PA No
DAFTAR NILAI SKK : Syamsul Arifin : 111 09 085 : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam (PAI) : Achmad Maemun, M.Ag
Jenis Kegiatan
1. OPAK 2009 2. 3.
Surat Keterangan Baca Tulis Al Qur’an (BTA) STAIN Salatiga Surat Keterangan Praktikum Etika Profesi Keguruan
Waktu Pelaksanaan Keterangan Nilai 18 -20 Agustus 2009
Peserta
3
2 November 2010
Peserta
2
25 November 2010
Peserta
2
15 Juli 2011
Peserta
3
22 Juli 2011
Peserta
3
23 September 2011
Peserta
2
13 November 2011
Panitia
3
22 Novermber 2011
Peserta
4
29 Januari 2012
Anggota
3
Sertifikat penghargaan seminar 4. nasional dan bedah buku DEMA dan ASWAJA 5.
Sertifikat Kegiatan Praktikum Pramuka Jurusan Tarbiyah Surat Keterangan Praktikum
6. Metodologi Pendidikan Agama Islam Piagam penghargaan “Capacity 7.
building pengurus baru IPNUIPNU Kota Salatiga” PC IPNUIPPNU Kota Salatiga Sertifikat seminar regional kebangsaan “negara islam
8.
dalam tinjauan islam indonesia dan NKRI” IPNU Kab. Semarang dan PMII Kota Salatiga
9. Surat keputusan ketua STAIN
Salatiga pengangkatan pengurus Dewan Mahasiswa tahun 2012 Surat Keterangan “Telaah 10. Kurikulum Pendidikan Agama
13 Maret 2012
Peserta
2
06-08 April 2012
Panitia
3
23 Juni 2012
Panitia
6
08 Juli 2012
Peserta
6
10 Agustus 2012
Peserta
3
Panitia
3
31 Januari 2013
Ketua
3
16 Juli 2013
Panitia
3
Islam” Piagam penghargaan workshop leadership “menumbuhkan jiwa 11. kepemimpina yang ideal dan demokratis” DEMA STAIN Salatiga Seminar Nasional “Mewaspadai 12. Gerakan Islam Garis Keras di Perguruan Tinggi” 13.
Piagam Perkemahan wirakarya nasional PTAI XI tahun 2012 Sertifikat diskusi lintas agama
14.
“gerakan-gerakan fundamentalisme agama di Indonesia” Ponpes Edimancoro
15.
Sertifikat OPAK STAIN Salatiga 2012
05-07 September 2012
Surat keputusan ketua STAIN 16. Salatiga pengangkatan pengurus DEMA tahun 2013 Surat keputusan ketua STAIN Salatiga pengangkatan pengurus 17.
kegiatan OPAK STAIN DEMA STAIN Salatiga
18. Sertifikat seminar internasional “politik jihad dan terorisme” Jurusan Syariah dan ekonomi
11 September 2013
6
islam STAIN Salatiga JUMLAH
60 Salatiga, 10 April 2014 Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan
Moh. Khusen, M.Ag. MA NIP. 19741212 199903 1 003
DAFTAR NAMA REMAJA DI DUSUN KRAJAN DESA GROGOL KEC. KARANG TANGAH KAB. DEMAK No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Nama Ita Atiqoh M. Wasik Lilik Muafa Muhibbah Kamalia Muna Khusna Aufia Kholishotul Muna Umi Lathifah Nu’man M. Faiz Khozinatul Asror Nur Kholifah Ainun Niam Muhamin Ludayah Eni Anggraini Afifah Riyani Siti Roudloh Miftahul Aziz Aji Kusuma Wardani Malika Asadullah Al Asyari Qomariah Mansur Hidayat Syamsul Hidayat Riska Nugroho Restu Kuat Santoso Aufal Marom A Sidqul Wafa A Zidni Anwar M M Rifngani Kabiburrohman M Ismail M. Agus P Mahrus Ali Kamal Dedi Rismanto Andi Yuliyanto Bayu Aji S Lukman Hakim A Qoyyum Muanfis
Jenis Kelamin P L P P P P P L L L P P L P P P P P L L P L P L L L L L L L L L L L L L L L L L
Status Pelajar Pelajar Mahasiswa Pelajar Pelajar Mahasiswa Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar Pekerja Mahasiswa Pelajar Mahasiswa Mahasiswa Pekerja Pelajar Pelajar Mahasiswa Mahasiswa Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar Pekerja Pekerja Mahasiswa Pelajar Pelajar Mahasiswa Mahasiswa Pelajar
41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84.
Imam Safrudi Ahmad Nazrullah Ahmad Fariq A A Mahmud Rosyidi A Mahfud Rosyidi Bima Archami A Kafi Al Mudatsir Hendry Gunawan Abdurrohman Zuhad Endang Setyowati Mar’atus Sholihah Siti Mutmainnah Zaenul Masri’ah Puji Handayani Dwi Ningsih Ari Rupiyati Luluk Ilmaknunah Nuruzzillatul Khusnia Vina Afidatus Sofa Putri Indriani Siti Mar’atus Sholihah Avita Rahmayanti Eva Ambar Sari Nur Khayati Fajriyatul Kholifah Siti Munasiroh Fitri Lutfiah Siti Nur Aisyah Siti Masruroh Munadziroh Murni Halimah Manbaul Hikmah Uswatun Khasanah Siti Khotizah Khoirul Umam M. Supriyadi M. Mahmudi Ngainun Najib Fajar Ali Shodikin Nur Lailatun Nafi’ah Istiqomah Lutfatul Ilmi
L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P L L L L L P P P
Pekerja Pekerja Pelajar Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Pekerja Mahasiswa Pekerja Mahasiswa Pekerja Pekerja Pelajar Pelajar Pekerja Pelajar Pelajar Pekerja Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar Pelajar Mahasiswa Pelajar Pelajar Pekerja Pelajar Pelajar Pekerja Pelajar Pekerja Pekerja Pelajar Pelajar Mahasiswa Pelajar Pelajar
85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96.
Aza Nurul Laila Siti Zumrotun Tri Utami Atina M F Siti Anita Thoyibatuttaliya Mustaqim Chaerul Hadi Nur Faizin Wakidin Mutholib M Amiruddin
P P P P P P L L L L L L
Pelajar Pelajar Pekerja Pelajar Pelajar Pelajar Pekerja Pelajar Pelajar Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa
Hari/tanggal Pukul Responden Lokasi P I
P I P I P I
P I P I
P I P I P I P
: Kamis, 23 Januari 2014 : 19.20 WIB : RM (pemuka agama) : Masjid
: Bagaimana rutinitas keagamaan remaja di dusun sini? : bagus mas… di lingkungan sini Alhamdulillah para remaja aktif mengikuti jamaah, lima waktu Alhamdulillah masjid ini selalu ada jamaah dan jamaahnya ya lumayan banyak. Kalau kesehariane ya yang saya lihat mereka rukun antar remaja jadi sosiale juga bagus kok mas.” : Adakah kegiatan kegamaan yang diselenggarakan bagi remaja oleh masyarakat? : ya ada mas… : Kalau ada dalam bentuk apa saja? : nak disini ya mas, kegiatane ada dzibaan sek paling akeh wonge, nariyahan, yasinan… sek mas, ono padang bulanan juga. : Bagaimana pola penyelenggaraannya? Sendirian atau bersama dengan orang tua, tempat tertentu atau bergilir?, harian, mingguan, atau bulanan? : ya ono sek sendirian yo ono sek bareng-bareng. Nak masalah tempat ono sek giliran mas, koyok toh yasinan, padang bulanan, nak sek liyane biasane ono sek nek masjid yo ono sek nek mushola lan kegiatane ono sek harian, mingguan tur bulanan koyok padang bulanan iku. : Diantara kegiatan itu mana yang paling banyak responnya? Sehingga perlu dikembangkan. : yo mau wes tak sebutke jane mas, yo sek paling akeh uwonge utowo peminate nak pas dzibaan lan nariyahan. : Bagaimana peran bapak dalam kegiatan keagamaan itu? : saya disini ditunjuk sebagai Pembina mas, jadine aku turut membina remaja dalam acara-acara koyok ngono kui koyok toh kon ngisi materi. Tur kebanyakan aku dijaluk kon ngimami doa setiap kegiatan tapi ya ora kabeh mas. : Bagaimana respon remaja disini dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat disini? : menurutku ya apik-apik ae mas respone. Wong yo akeh men sek melu kegiatan-kegiatan ngono kui. : Adakah perubahan sikap keagamaan pada remaja setelah mengikuti kegiatan yang dilakukan masyarakat? : nak masalah perubahan sikap tak kira yo ono mas, jenenge hampir tiap hari di jejeli materi keagamaan mosok yo gak ono perubahan. : Adakah kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pembinaan keagamaan remaja disini? : nak menurutku mas kendala pertamane ya terkadang benturan karo kegiatane wargo liyane. : Apa solusi bapak dalam menanggapi kendala yang ada dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja?
Hari/tanggal Pukul Responden Lokasi P I
P I P I P I
P I P I P I P I
P
: Jumat, 24 Januari 2014 : 14.05 WIB : NA (pemuka agama) : Rumah NA
: Bagaimana rutinitas keagamaan remaja di dusun sini? : Alhamdulillah, bisa dikatakan stabil. Dalam artian secara peribadatan mereka sudah berjalan dengan sendirinya. Bahkan meski tidak ada perintah dari orang tua mereka sudah menjalankannya. Kalau saya lihat dari perilaku sehari-harinya dulu yang mulanya masih banyak remaja yang suka mabuk, sekarang sudah berkurang secara drastic, bahkan sudah bisa dikatakan sudah tidak ada. : Adakah kegiatan kegamaan yang diselenggarakan bagi remaja oleh masyarakat? : Ada mas. : Kalau ada dalam bentuk apa saja? : Dalam bentuk kegiatan mas, contohnya yasinan, tadarus bulan ramadhan, ngaji dan diskusi dan yang lain-lainnya. : Bagaimana pola penyelenggaraannya? Sendirian atau bersama dengan orang tua, tempat tertentu atau bergilir?, harian, mingguan, atau bulanan? : Kalau pola penyelenggaraannya bisa dikatakan sendirian juga bisa dikatakan bersama-sama. Karena beberapa elemen masyarakat juga ikut masuk dalam kegiatan tersebut. Ini ada yang bergilir dan ada juga yang dimasjid atau mushola dan sifate ada yang harian, mingguan dan bulanan. : Diantara kegiatan itu mana yang paling banyak responnya? Sehingga perlu dikembangkan. : Kalau saya lihat, yasinan juga banyak pengikutnya mas, eh tapi yang paling banyak jamaahnya biasanya pas kegiatan nariyahan. : Bagaimana peran bapak dalam kegiatan keagamaan itu? : Aku mendampingi mereka. Terkadang dijadikan sebagai pemateri dan saya juga termasuk sebagai Pembina bagi mereka dalam berbagai kegiatan. : Bagaimana respon remaja disini dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat disini? : Saya anggap baik banget. Karena setiap kegiatan selalu berjallan dengan sendirinya tanpa harus ada komando dari kami selaku Pembina mereka. : Adakah perubahan sikap keagamaan pada remaja setelah mengikuti kegiatan yang dilakukan masyarakat? : Ya pastinya ada mas. Kalau yang saya lihat perkembangan atau perubahan sikap mereka sangat signifikan. Kenapa saya bilang begitu, karena setelah saya perhatikan kebiasaan mereka yang dulunya memang suka minum, sekarang sudah sangat jarang dan bahkan sudah tidak ada. : Adakah kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pembinaan keagamaan remaja disini?
I P I
: Ya sifat malas dari remaja, mungkin terkadang merasa bosan dengan kegiatan itu, ada juga yang mulai pada naik tingkat sekolahnya, dari yang SMA ke perkuliahan dan lainnya. : Apa solusi bapak dalam menanggapi kendala yang ada dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja? : Ya mulai diajak lagi, ya mungkin perlu ada perubahan sistem dalam kegiatan itu mas.
Hari/tanggal Pukul Responden Lokasi P I
P I P I
P I
P I P
: Jumat, 24 Januari 2014 : 19.40 WIB : SP (pemuka agama) : Mushola
: Bagaimana rutinitas keagamaan remaja di dusun sini? : nak remaja lingkungan sini ya Alhamdulillah, artine yo apik-apik ae, sek tak ngeti yo seko jamaahe limang wektu tetep ono. Tur cah-cahe ki iseh do seneng nak melu acara-acara (keagamaan) rutinan ngono kui. Anakku yo podo ae, senengane melunan nak ono acara ngono kui, ditambah iseh ono kegiatan IRMAMIDA (Ikatan Remaja Masjid Miftahul Huda). Anakku lan remaja liane yo seh do aktif melu iku.(kalau remaja di lingkungan sini ya Alhamdulillah, artinya ya perilakunya bagus, yang saya lihat dari jamaahnya lima waktu tetep aktif. Disamping itu anakanaknya juga suka pada ikut kegiatan kegamaan rutinan. Dan anak saya juga suka ikut kegiatan seperti itu, ditambah masih ada kegiatan di IRMAMIDA. Mereka juga pada aktif di kegiatan itu). : Adakah kegiatan kegamaan yang diselenggarakan bagi remaja oleh masyarakat? : Nak jenenge nek masyarakat tetep ono mas, kanggo nglatih agamane tur sesrawungane karo tonggo teparo. : Kalau ada dalam bentuk apa saja? : Nak sek tak pimpin yo ki ono yasinan, tapi iku mau gentian karo kyai liane, dzibaan saiki sek gek tak uripke meneh, sek mbiyen wes meh ilang suarane, ono neh padang bulanan sek diadakke tiap tengah wulan pas padang bulan. : Bagaimana pola penyelenggaraannya? Sendirian atau bersama dengan orang tua, tempat tertentu atau bergilir?, harian, mingguan, atau bulanan? : Mbuh ngono kui mas leh arep jenengke, wong yo campur kok kadang ki. Dadine yo iso diarani bareng-bareng. Yo ono sekk giliran yo ono sek manggon nek mushola kene, sifate yo gawe mingguan ae lah leh ngarani. : Diantara kegiatan itu mana yang paling banyak responnya? Sehingga perlu dikembangkan. : Wes gawe gampange yasinan ngono ae mas, wong tak kiro yo asline podo ae, hehe : Bagaimana peran bapak dalam kegiatan keagamaan itu?
I P I P I
: Yo kadang dadi imam nek kono, tur yo kadang dadi sek ngisi ceramah. : Bagaimana respon remaja disini dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat disini? : Yo apik, wong yo nyatane tekan saiki tetep iseh do mlaku mas, berarti kan y owes dianggep apik tow. : Adakah perubahan sikap keagamaan pada remaja setelah mengikuti kegiatan yang dilakukan masyarakat? : Menurutku ya Alhamdulillah, aku mbiyen yo sempat nggersulo mas karo cah nom-nom kene, senengane nyolongan, tukaran, umben-umben, tapi saiki wes kewilang longko banget mas.
P I
P I
: Adakah kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pembinaan keagamaan remaja disini? : Yah wong jenenge koyok nguno kui mas, mestine ono kendalane, kadang kyaine sek gek ono acara, kadang yo ono kegiatan liyo bocah2e, tur kadang ono bocah sek ngojok-ngojoki ben g melu, tapi alhamdulillahe wes gag terlalu. : Apa solusi bapak dalam menanggapi kendala yang ada dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja? : Nak kayak lagi ono acara yowes pye neh mas, Cuma ya kadang kayak aku ngeneki acara njobo agak tak kurangi. Nak kayak sek ngojokngojoki ngunu kui ya tak panggil rene mas, masalahe wes pernah kedadian koyok ngunu kui terus ono sek lapor karo aku. Yo akhire tak kandani terus gak ono laporan koyok ngono kui neh.
Hari/tanggal Pukul Responden Lokasi P I P I P I P I P I P I P I P I
: Sabtu, 25 Januari 2014 : 16.15 WIB : NK (Orang Tua) : Rumah NK
: Menurut bapak/ ibu apakah masyarakat sudah memberikan kontribusi bagi tumbuh kembang keagamaan remaja? : Sudah mas, masyarakat juga sering berbaur dengan remaja disini. Selain nasehat masyarakat ikut serta dalam kegiatan remaja. : Jika sudah, kontribusi tersebut dalam bentuk kegiatan apa? : Lumayan banyak mas kegiatannya. Misalkan dzibaan, ngaji dan banyak lagi. : Apa yang bapak/ ibu lakukan agar putra-putri bapak ibu aktif dalam kegiatan keagamaan tersebut? : Awal-awalnya dulu anak-anak harus disuruh dulu mas, baru mau ikut tapi setelah banyak temennya yang ikut, tanpa disuruh mereka sudah berangkat dengan sendirinya. : Bagaimana tanggapan bapak/ ibu terhadap kegiatan keagamaan tersebut? : Sangat baik. Karena remaja saat ini kalau tidak dibekali dengan kegiatan positif terutama keagamaan seperti ini saya khawatir mereka akan seperti anak-anak sekarang yang banyak menyimpang. : Adakah manfaat yang bisa diambil dari kegiatan tersebut, khususnya bagi keberagamaan putra/ putri bapak/ ibu? : Manfaat positif ada, tapi tidak langsung begitu. Biasanya anak-anak terpengaruh dengan lingkungan, kalau teman-temannya bagus dia juga akan ikut-ikutan jadi bagus. : Bagaimana respon putra-putri bapak/ ibu disini dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat disini? : Mereka senang mengikuti kegiatannya. Sekarang rata-rata remaja sudah banyak mengikuti. Selain sambil belajar kan mereka senang berkumpul dengan teman-temannya. : Adakah kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pembinaan keagamaan remaja disini? : Ada mas. Biasanya mereka mengeluh kecapekan atau bahkan tidak ada waktu untuk ikut kegiatan disini, karena mereka disibukkan dengan kegiatan sekolah masing-masing. : Menurut anda, solusi yang bagaimanakah yang baik guna menanggapi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan remaja? : Menurut saya ya waktunya disesuaikan dengan anak-anak sekiranya mereka bisa mengikuti begitu.
Hari/tanggal Pukul Responden Lokasi P I P I P I P I P I P I P I P I
: Sabtu, 25 Januari 2014 : 19.21 WIB : AR (Orang Tua) : Rumah
: Menurut bapak/ ibu apakah masyarakat sudah memberikan kontribusi bagi tumbuh kembang keagamaan remaja? : Ya pasti dong mas. Mamsyarakat kan linggkungan remaja juga. Mereka sering mengarahkan anak-anak meskipun dari hal yang sepele. : Jika sudah, kontribusi tersebut dalam bentuk kegiatan apa? : Kalau kegiatan disini banyak mas. Ada padang bulan yang tiap tengah bulan pas padang bulan, yasinan, ngaji tapi ngajine yo karo diajak diskusi, dzibaan, kalau pas ramadhan ya ada tadarus juga. : Apa yang bapak/ ibu lakukan agar putra-putri bapak ibu aktif dalam kegiatan keagamaan tersebut? : Ya tak ingetin, kadang juga tak nasehati kalalu pas lagi ngobrol-ngobrol supaya anak-anak ngerti. : Bagaimana tanggapan bapak/ ibu terhadap kegiatan keagamaan tersebut? : Kami sangat mendukung : Adakah manfaat yang bisa diambil dari kegiatan tersebut, khususnya bagi keberagamaan putra/ putri bapak/ ibu? : Pasti ada mas. Remaja semakin baik akhlaknya meskiipun perlu banyak waktu dan membutuhkan proses, tapi itu wajar kan. : Bagaimana respon putra-putri bapak/ ibu disini dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat disini? : Respon mereka bagus. Saat ini saja hampir sebagian besar dari mereka sudah pada mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. : Adakah kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pembinaan keagamaan remaja disini? : Ada mas, masih ada beberapa anak yang belum mau ikut kegiatan. Mereka malah lebih senang main ngalor ngidul. : Menurut anda, solusi yang bagaimanakah yang baik guna menanggapi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan remaja? : Menurut saya peran orang tua paling penting dan berpengaruh. Bagaimana orang tua itu menasehati anak tersebut.
Hari/tanggal Pukul Responden Lokasi P I P I P I P I P I P I P I P I
: Minggu, 26 Januari 2014 : 06.30 WIB : MD (Orang Tua) : Rumah
: Menurut bapak/ ibu apakah masyarakat sudah memberikan kontribusi bagi tumbuh kembang keagamaan remaja? : Sudah mas. Masyarakat juga ikut andil dalam membimbing dan mengarahkan remaja. : Jika sudah, kontribusi tersebut dalam bentuk kegiatan apa? : Kegiatan seperti ngaji, tadarus kalau pas ramadhan. : Apa yang bapak/ ibu lakukan agar putra-putri bapak ibu aktif dalam kegiatan keagamaan tersebut? : Menasehati dan memotivasi anak akan manfaat nak mereka ikut kegiatan itu mas. : Bagaimana tanggapan bapak/ ibu terhadap kegiatan keagamaan tersebut? : Kami sangat setuju dan sangat mendukung karena itu penting sekali terutama untuk kebiasaan-kebiasaan yang baik. : Adakah manfaat yang bisa diambil dari kegiatan tersebut, khususnya bagi keberagamaan putra/ putri bapak/ ibu? : Ada pasti. Paling tidak mereka terbiasa dengan lingkungan yang baik sehingga perilaku mereka juga terarahkan ke hal-hal yang baik juga. : Bagaimana respon putra-putri bapak/ ibu disini dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat disini? : Responnya sangat baik. Kesadaran ikut kegiatan mereka bagus. : Adakah kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pembinaan keagamaan remaja disini? : Saya rasa ada, meskipun tidak banyak seperti ada remaja yang belum mau ikut, mungkin kurange perhatian orang tua mas. : Menurut anda, solusi yang bagaimanakah yang baik guna menanggapi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan remaja? : Orang tua dan lingkungan yang utama, siapa temen dia main. Karena biasanya anak-anak sukanya ikut-ikutan teman. Nah orang tua lah yang berkewajiban untuk mengingatkan dan menasehati.
Hari/tanggal Pukul Responden Lokasi P I P I P I P I P I P I P I P
: Minggu, 26 Januari 2014 : 19.45 WIB : SM (Orang Tua) : Rumah
: Menurut bapak/ ibu apakah masyarakat sudah memberikan kontribusi bagi tumbuh kembang keagamaan remaja? : Ada mas, masyarakat ikut memmbina remaja. : Jika sudah, kontribusi tersebut dalam bentuk kegiatan apa? : Kegiatan di sini lumayan banyak mas, misale ngaji kitab sek jare karo diskusi Cuma ya aku belum pernah ikut jadine ya kurang tau, ngaji alQur’an, yasinan, berjanjen, nariyahan yo sak teruse iku mas. : Apa yang bapak/ ibu lakukan agar putra-putri bapak ibu aktif dalam kegiatan keagamaan tersebut? : Ya sekedar menyuruh mas. : Bagaimana tanggapan bapak/ ibu terhadap kegiatan keagamaan tersebut? : Mendukung jane mas, karena yo memang perlu ada kegiatan kanggone anak-anak kene, biar gak terlalu koyok wong linglung gag ono gawean. : Adakah manfaat yang bisa diambil dari kegiatan tersebut, khususnya bagi keberagamaan putra/ putri bapak/ ibu? : Yo ono mas, contone yo tatakramane bocah ki tambah apik nak karo wong tua. : Bagaimana respon putra-putri bapak/ ibu disini dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat disini? : Alhamdulillah nak menurutku yo bocahe do seneng mas. : Adakah kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pembinaan keagamaan remaja disini? : Koyone yo gak ada mas, semuane baik dan berjalan lancar. : Menurut anda, solusi yang bagaimanakah yang baik guna menanggapi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan remaja?
Hari/tanggal Pukul Responden Lokasi P I P I
P I P I P I P I P I P I
: Minggu, 26 Januari 2014 : 16.50 WIB : SW (Orang Tua) : Rumah
: Menurut bapak/ ibu apakah masyarakat sudah memberikan kontribusi bagi tumbuh kembang keagamaan remaja? : Sudah mas, yo istilahe masyarakat juga ikut merhatikke remaja kene. : Jika sudah, kontribusi tersebut dalam bentuk kegiatan apa? : Ya contone dari awal dulu masyarakat wes nyelenggaraake kegiatankegiatan koyok yasinan sek iku memang kanggo bocah-bocah remaja, liyane yo kayak ngaji kitab, ngajari ngaji al-Qur’an, dzibaan, nariyahan sek nek mushola. Saiki malah ono meneh sek anyar kegiatane arane padang bulanan sek isine manaqiban. : Apa yang bapak/ ibu lakukan agar putra-putri bapak ibu aktif dalam kegiatan keagamaan tersebut? : Yo tak suruh mas, tapi yo dulune,,,, nak sekarang wes do berangkat sak karepe dewe. : Bagaimana tanggapan bapak/ ibu terhadap kegiatan keagamaan tersebut? : Bagus, dan saya pun mendukung kegiatan-kegiatan itu. : Adakah manfaat yang bisa diambil dari kegiatan tersebut, khususnya bagi keberagamaan putra/ putri bapak/ ibu? : Alhamdulillah ada perubahan sikap karo remaja-remaja sini mas. : Bagaimana respon putra-putri bapak/ ibu disini dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat disini? : Nak tak lihat yo baik, wong dulune sek kudu disuruh saiki ae wes mulai do berangkat sak karepe dewe kok mas, berarti lak iku nunjukke respon sek apik tow. : Adakah kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pembinaan keagamaan remaja disini? : Ya biasane ki sek dadi kendalane yo bocah-bocah kadang sibuk karo aktivitas di sekolahane, dadine terkadang waktune sek gag nyukupi mas. : Menurut anda, solusi yang bagaimanakah yang baik guna menanggapi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan remaja? : Ya mungkin sikap orang tua yang harus memberikan pengarahan ke anak-anake biar mulai membagi waktu.
Hari/tanggal Pukul Responden Lokasi P I P I P I P I P I P I P I P I P I
: Minggu, 26 Januari 2014 : 09.00 WIB : AJ (Remaja) : Rumah
: Apa kegiatan keagamaan yang anda lakukan setiap hari? : Yo opo ya mas? Aku ya ngene ki, mungkin yo sekedar nek mushola, kadang yo nak pas ono acara IRMAMIDA ngono kui, yo seh sok melu aku. : Menurut saudara apakah masyarakat cukup memberi kontribusi akan adanya kegiatan keagamaan? : Tak kiro yo uwis, masalahe yo nak tak ngeti nek kene ki akeh men kegiatan ngono kui ug mas. : Kalau ada, dalam bentuk apa saja? : Nak aku mbiyene melu koyok yasinan, terbangan (Dzibaan), yo darus alQur’an nak saiki jarene ono padang bulanan Cuma aku durung pernah melu. Dadine sak ngertiku yo kui ae. : Bagaimana sikap saudara terhadap kegiatan tersebut? : Yo aku sih biasa ae, Cuma yo kadang seneng kumpul karo konco-konco. : Kegiatan keagamaan apa saja yang saudara ikuti? Diantara kegiatan itu, mana yang paling cocok menurut saudara? : Yo iku mau mas, yasinan, darus, terbangan (dzibaan). Sek paling seneng mangkat ki yo darus mau. : Adakah kelemahan dari pelaksanaan kegiatan keagamaan tersebut? Kalau ada sebutkan! : Ya biasalah mas, jenenge wong-wong kampung, dadine yo kegiatane ngono-ngono kui. : Menurut saudara bagaimana yang seharusnya dilakukan? : Mungkin yo diseling-selingi hiburan to mas. : Adakah kendala yang anda hadapi dalam mengikuti kegiatan tersebut? : Aku kadang gag bali, masalahe kadang aku kuliah tekan sore, kadang yo ngepasi ono kegiatan liyo. : Menurut saudara, solusi yang bagaimanakah guna menanggapi kendala tersebut? : Yo nak aku sih kadang tak sempat-sempatke waktuku mas.
Hari/tanggal Pukul Responden Lokasi P I P I P I P I P I P I P I P I P I
: Minggu, 26 Januari 2014 : 12.45 WIB : RS (Remaja) : Mushola
: Apa kegiatan keagamaan yang anda lakukan setiap hari? : Ya sholat, ngaji, kadang yo ikut kegiatan remas, dzibaan lan liyone mas : Menurut saudara apakah masyarakat cukup memberi kontribusi akan adanya kegiatan keagamaan? : Ya sudah sih mas, Cuma kadang yo ada sek cuek juga. : Kalau ada, dalam bentuk apa saja? : Perhatian mas, nak bentuk kegiatan ya kayak yasinan, ngaji kan juga bentuke mas. : Bagaimana sikap saudara terhadap kegiatan tersebut? : Ya seneng mas, jenenge manungso kan butuh kesibukan apalagi masalah agama mas... mesti butuhe biar uripe ki tenang. : Kegiatan keagamaan apa saja yang saudara ikuti? Diantara kegiatan itu, mana yang paling cocok menurut saudara? : Ngaji, dzibaan, karo padang bulanan mas : Adakah kelemahan dari pelaksanaan kegiatan keagamaan tersebut? : Yo tak anggep biasa mas, gak ono… : Kalau ada sebutkan! : Menurut saudara bagaimana yang seharusnya dilakukan? : Adakah kendala yang anda hadapi dalam mengikuti kegiatan tersebut? : Kadang yo males nak hujan mas, apa pas lagi kesel banget awake. : Menurut saudara, solusi yang bagaimanakah guna menanggapi kendala tersebut? : Yo tinggal niatane mas. Nak males kan personal dadine yo kudune punya niat sek tenanan.
Hari/tanggal Pukul Responden Lokasi P I P I P I P I P I P I P P P I P
: Minggu, 26 Januari 2014 : 13.00 WIB : AM (Remaja) : Mushola
: Apa kegiatan keagamaan yang anda lakukan setiap hari? : Ya sholat tha mas, ngaji… yo kadang kumpul-kumpul karo bolo-bolo nak pas ono kegiatan rutinan. : Menurut saudara apakah masyarakat cukup memberi kontribusi akan adanya kegiatan keagamaan? : Ya mesti mas, nyatane ya iseh ono pengajian-pengajian. : Kalau ada, dalam bentuk apa saja? : Yo nak tahunan ki ono pengajian sek biasane dalam rangka mauled nabi, sek harinan mungkin ya ngaji kitab, qur’an yo ngono kui mas. : Bagaimana sikap saudara terhadap kegiatan tersebut? : Yo melu ae. : Kegiatan keagamaan apa saja yang saudara ikuti? Diantara kegiatan itu, mana yang paling cocok menurut saudara? : Ngaji yoo melu, pengajian ya ikut wong seringe jadi panitiane aku mas, nak aku sek seneng ki nak ono pengajian-pengajian mas, nyenengke ug. : Adakah kelemahan dari pelaksanaan kegiatan keagamaan tersebut? : Gag ada mas, wong semuane uda dipersiapkan ug. : Kalau ada sebutkan! : Menurut saudara bagaimana yang seharusnya dilakukan? : Adakah kendala yang anda hadapi dalam mengikuti kegiatan tersebut? : Aku fine-fine ae mas ngikuti ngono kui, g rumongso ono tekanan po opo ngono. : Menurut saudara, solusi yang bagaimanakah guna menanggapi kendala tersebut?
Hari/tanggal Pukul Responden Lokasi P I P I P I P I P I P I P P P I P I
: Minggu, 26 Januari 2014 : 13.45 WIB : MH (Remaja) : Mushola
: Apa kegiatan keagamaan yang anda lakukan setiap hari? : Yo sholat yo ngaji mas. : Menurut saudara apakah masyarakat cukup memberi kontribusi akan adanya kegiatan keagamaan? : Ya gmn leh ngarani mas?. Ya sudah lah…. : Kalau ada, dalam bentuk apa saja? : Ya nak bentuk materiil ya pembangunan masjid, madrasah sama mushola mas, nak bentuke kegiatan ya ngaji iku mas, kegiatan madrasah, kegiatan masjid koyok dzibaan, yasinan… : Bagaimana sikap saudara terhadap kegiatan tersebut? : Ya begitu mas, aku juga ikut kegiatan-kegiatan itu kok. : Kegiatan keagamaan apa saja yang saudara ikuti? Diantara kegiatan itu, mana yang paling cocok menurut saudara? : Nak aku ikut ngaji, dzibaan, tadarus jane yo ono mas…. Nak yang paling cocok ya ngaji iku mas, maksude ngaji kitab, nek kono ono diskusine tur gurune nyante lan seneng guyonan. : Adakah kelemahan dari pelaksanaan kegiatan keagamaan tersebut? : Enggak ada mas. : Kalau ada sebutkan! : Menurut saudara bagaimana yang seharusnya dilakukan? : Adakah kendala yang anda hadapi dalam mengikuti kegiatan tersebut? : Ya kadang gurune sok ada undangan utowo kegiatan laine, dadine kadang sok kosong. : Menurut saudara, solusi yang bagaimanakah guna menanggapi kendala tersebut? : Ya haruse ada pemberitahuan dulu ma bocah-bocahe mas, ben istilahe gak terlalu kecewa bocah-bocahe.
Hari/tanggal Pukul Responden Lokasi P I P I P I P I P I P I P P P I P I
: Minggu, 26 Januari 2014 : 19.18 WIB : MH (Remaja) : Masjid
: Apa kegiatan keagamaan yang anda lakukan setiap hari? : Ya mestinya sholat lima waktu, itu sudah pasti, terus ngaji itu nak malem, nak habis subuh juga ngaji bareng-bareng sama bapak-bapak ibu-ibu. : Menurut saudara apakah masyarakat cukup memberi kontribusi akan adanya kegiatan keagamaan? : Ya iya mas, masalahe system penggerak dan fasilitator dari semua kegiatan yo masyarakat. : Kalau ada, dalam bentuk apa saja? : Nak bentuk kegiatan mas ya, itu ada ngaji diskusi, iku sek hampir tiap hari, tapi da libure, terus yasinan, nariyahan sek tiap malem rabu, dzibaan malem jumat lan tiap tanggal 12 sek digilir. : Bagaimana sikap saudara terhadap kegiatan tersebut? : Ya sekedar mengikuti mas. : Kegiatan keagamaan apa saja yang saudara ikuti? Diantara kegiatan itu, mana yang paling cocok menurut saudara? : Saya ikut semua mas, jane yang paling bagus ya mas, itu tu ngaji diskusi, masalahe memang sangat ada masukan bagi kami, dan setidake semua ikut latihan mikir. : Adakah kelemahan dari pelaksanaan kegiatan keagamaan tersebut? : Saya anggap tidak ada mas. : Kalau ada sebutkan! : Menurut saudara bagaimana yang seharusnya dilakukan? : Adakah kendala yang anda hadapi dalam mengikuti kegiatan tersebut? : Kalau bagi saya ya kadang ada kerjaan lain mas, Cuma terkadang juga karena kosong gurune gak ada jadine ya gag jadi ngaji. : Menurut saudara, solusi yang bagaimanakah guna menanggapi kendala tersebut? : Ya harus pintar-pintar bagi waktu mas, masalahe memang namane orang ki kesibukane berbeda-beda.
FOTO KEGIATAN NGAJI DAN DISKUSI
FOTO KEGIATAN YASINAN
FOTO KEGIATAN DZIBAAN
FOTO KEGIATAN NARIYAHAN
FOTO KEGIATAN PENGAJIAN AKBAR
FOTO KEGIATAN TADARUS
FOTO KEGIATAN PADANG BULANAN