PEMBINAAN AKHLAK ANAK PADA ORANGTUA PEKERJA PABRIK DI DUSUN NGUMPUL DESA KEDUNGUMPUL KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: ELIA WIDYAWATI NIM111-12-078
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
PEMBINAAN AKHLAK ANAK PADA ORANGTUA PEKERJA PABRIK DI DUSUN NGUMPUL DESA KEDUNGUMPUL KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: ELIA WIDYAWATI NIM111-12-078
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
i
ii
iii
iv
MOTTO
“Memulai dengan penuh keyakinan, Menjalankan dengan penuh keikhlasan, dan menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan”
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”(Albaqarah: 153)
v
PERSEMBAHAN Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan kepada : Bapak & Ibuku tersayang (Budi Suwignyo &Walminah) yang telah mencurahkan segala daya dan upaya, demi kesuksesan putrinya. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini, juga untuk setiap do’a dan restu yang dengan tulus diucapkan, serta materi yang selalu diberikan, Semoga selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan, keberkahan, dan mendapat limpahan kasih sayang Allah SWT dunia akhirat. Muhammad Hanan Alfanani, sang Motivator, Penyemangat, sekaligus sahabat terbaik yang selalu menemani ku dikala suka dan duka, Semoga Allah Meridhoi. Bapak K.H Nasafi,M.Pd.I selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Asna, Salatiga yang selalu memberikan ilmu agama dan mengarahkanku dalam kebaikan; Bapak Muh. Hafidz, M.Agyang telah sabar dalam mengarahkan dan memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini; Teman-teman PAI C, teman-teman PP Nurul Asna, dewan guru Sd Negri 1 Kaemiri dan teman-teman KKNyang selalu menemani dan memberi semangat agar skripsi ini cepat terselesaikan, Teman-teman yang telah menorehkan tinta emas dalam hidup ku dan penuh keikhlasan menemaniku khususnya Khusna,Ms Rais, Ms Mahbub Kurnia, Shinta, Nafis, Encun, Lala & Fitri. Tanpa dukungan dan motivasi dari kalian skripsi ini tak kan dapat ku persembahkan
vi
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Adapun judul skripsi ini adalah Pembinaan Akhlak Anak di Dusun Ngumpul Desa Kedungumpul Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung (Studi Kasus Anak-anak dari Ibu Pekerja Pabrik). Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah banyak berjasa untuk mengasuh penulis dan berkenan memberikan persetujuan/pengesahan terhadap judul skripsi ini. 2. Bapak Suwardi M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag. Selaku Ketua Jurusan PAI 4. Bapak Ali Zamroni, MA. Selaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Bapak Muh Hafidz,M.Ag. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh keikhlasan dan sabar mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian penulisam skripsi ini. 6. Kepada Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Asna Kota Salatiga Bapak KH. Drs. Nasafi, M.Pd.I. beserta keluarga.
vii
7. Kepada Perangkat Desa dan Masyarakat Dusun Ngumpul, Desa Kedungumpul, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. 8. Bapak/ibu Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. 9. Bapak, Ibukku serta Saudara-saudara ku dirumah yang telah mendoakan dan membantu baik moril maupun spiritual dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. 10. sahabat-sahabatku yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan baik berupa tenaga, dana dan motivasi kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga amal mereka diterima sebgai Amal Ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berkah dan berlimpah, Amiin. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia pendidikan, agama, nusa dan bangsa. Amiin. Salatiga, 9 Maret 2017 Yang Menyatakan
Elia Widyawati 111-12- 078
viii
ABSTRAK Elia Widyawati. 2017. PEMBINAAN AKHLAK ANAK PADA ORANGTUA
PEKERJA PABRIK DI DUSUN NGUMPUL DESA KEDUNGUMPUL KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Muh Hafidz, M.Ag. Kata Kunci: Pembinaan, Akhlak Anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Orangtua dalam Pembinaan Akhlak Anak Pekerja Pabrik (studi Kasus Dsn. Ngumpul, Ds. Kedungumpul, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung tahun 2017). Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana strategi orang tua dalam pembinaan akhlak anak di Dusun Ngumpul Desa Kedungumpul tahun 2017? (2) Apa saja kendala orangtua dalam pembinaan akhlak anak di Dusun Ngumpul Desa Kedungumpul tahun 2017 ? Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif dengan subyek penelitian Masyarakat Pekerja Pabrik Dusun Ngumpul, Desa Kedungumpul, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung tahun 2017 yang berjumlah 7 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara untuk mengetahui tentang lokasi, Strategi yang dipakai orangtua dalam membina akhlak anak, hambatan orangtua dan hasil dari strategi tersebut. Sedangkan metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Strategi yang diterapkan orangtua bersifat fleksibel dan keteladanan dari orangtua terkadang menggunakan cara yang sedikit tegas sesuai dengan situasi dan kondisi. Selain itu orangtua juga menggunakan strategi ceramah yang diharapkan anak mampu mengikuti apa yang orangtua inginkan namun tidak membatasi kemampuan anak. (2) Hambatan para orantua dalam pembinaan anak di dalam keluarga adalah kesibukan orangtua dalam bekerja, kurangnya waktu berkumpul, dan kemauan dalam diri anak itu sendiri. Sedangkan pendukungnya, karena kemauan orangtua agar anaknya menjadi anak yang sholih dan sholihah. Keluarga yang selalu berusaha maksimal membantu dalam membina dan memperhatikan anak.
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...........................................................................................i PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................iii PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..........................................................v MOTTO ..............................................................................................................vi PERSEMBAHAN ...............................................................................................vii KATA PENGANTAR .......................................................................................viii ABSTRAK .........................................................................................................x DAFTAR ISI .......................................................................................................xi DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 B. Fokus Penelitian .............................................................................................8 C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................8 D. Kegunaan Penelitian....................................................................................... 8 E. Penegasan Istilah ............................................................................................9 F. Metode Penelitian ...........................................................................................11 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................................................11 2. Kehadiran Peneliti ......................................................................................12 3. Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................12 4. Sumber Data ...................................................................................................13 5. Prosedur Pengumpulan Data ..........................................................................17
x
6. Analisa Data .................................................................................................... 7. pengecekan Keabsahan Data ........................................................................... 8. Tahap-Tahap Penelitian .................................................................................. G. Sistematika Penulisan ....................................................................................18 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembinaan Orangtua ......................................................................... 20 1. Pengertian strategi Pembinaan Anak .......................................................20 2. Strategi-strategi Pembinaan Orangtua.............................................................21 B.Pembinaan Akhlak Anak .................................................................................26 1. Pengertian Pembinaan Akhlak Anak ..............................................................36 2.Tujuan Pembinaan Akhlak Anak .....................................................................30 3.Pembinaan Akhlak Anak Pada Pekerja Pabrik. ...............................................31 4.Kendala-kendala yang Dihadapi dalam pembinaan Akhak Anak....................35 BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ........................................... 39 1.Letak Geografis ................................................................................................39 2.Keadaan Penduduk Menurut Umur ……….. ...................................................40 3.Data Penduduk Menurut Pendidikan. ..............................................................41 4.Data Penduduk Menurut Pekerjaan ..................................................................42 5.Sarana Pendidikam Formal dan Non Formal ...................................................44 6.Data Informasi..................................................................................................45 B.Temuan Penelitian ...........................................................................................46 Hasil Wawancara ............................................................................................46 BAB IV PEMBAHASAN A.Strategi Orangtua dalam Membina Akhlak Anak ...........................................56
xi
B. Faktor Penghambat dan Pendukung ...............................................................58 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................................60 B. Saran ...............................................................................................................61 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL 3.1. jumlah penduduk menurut usia.....................................................................40 3.2. jumlah penduduk menurut pendidikan .........................................................41 3.3. jumlah pemduduk menurut pekerjaan...........................................................43 3.4. sarana pendidikan..........................................................................................44 3.5. daftar informan..............................................................................................45
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Dafttar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Konsultasi Lampiran 3 Keterangan SKK Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian Lampiran 6 Surat Ijin Meneliti Lampiran 7 Dokumentasi
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepribadian seseorang berjalan terus sepanjang hidupnya. Hasil pelajaran dari pengalaman yang lalu menjadi dasar untuk perkembangan selanjutnya. Tiap anak membawa potensi-potensi pembawaan yang berbeda dengan yang dimiliki oleh anak yang lain. Peran Orangtua dalam kehidupan seorang anak juga sangat penting karena pendidikan anak pada jaman moderen ini tidak mudah di satu sisi, jaman ini memberikan banyak kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak memperoleh fasilitas yang canggih. Kemajuan yang demikian cepat juga membawa dampak positif dan negatif, maka sebagai orang tua harus memiliki strategi khusus agar anak dapat membedakan hal positif dan negatif yang mereka peroleh dari luar. Orangtua sebagai pengajar mempunyai tugas yang utama sebagai pendidik dan pengawas utama meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan membina nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedang melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada anak. Akan tetapi setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda sehingga orang tua harus memiliki strategi dalam membina setiap anak-anaknya. Strategi yang digunakan orang tua memiliki peran yang penting dalam membentukpribadi anak-anaknya untuk berpegang teguh kepada ajaran agama, baik aqidah, cara berfikir, maupun tingkah laku praktis baik di rumah
1
dan di luar rumah. Al Quran menandaskan denga tegas contoh teladan dan pergaulan yang baik dalam usaha membentuk kepribadian seseorang. Ia menyuruh kita mempelajari tindak tanduk Rasulullah Saw dan menjadikannya contoh yang pertama (Thoha, dkk, 2004: 124). Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 21:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. Dapat di ketahui bahwa Rasulullah Saw adalah suri teladan yang baik maka sebagai umatnya haruslah mencontoh apa yang telah Rasulullah ajarkan kepada kita. Agar orangtua dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya sehingga mereka akan menjadi anak yang memiliki akhlak seperti Rasulullah. Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang berusaha dalam membimbing jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab dengan nilai-nilai Islam (Lestari, 2010: 77). Akhlak merupakan sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal dan tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan
2
nilai yang cocok dengan dirinya dengan kondisinya dalam kondisi yang berbeda-beda (Mahmud,2004: 26-27). Pembinaan akhlak terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik atau pembinaan pertama adalah orang tua, kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya, merupakan unsur penting dalam pribadinya. Sikap anak terhadap agama, dibentuk pertama kali di rumah melalui pengalaman yang didapatnya dengan orang tuannya, kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru sekolah (Drajat, 1993: 62). Allah berfirman dalam surat An Nisa’ ayat 9
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”. Dari ayat diatas bisa diambil kesimpulan bahwa sebagai orangtua harus bisa membina anak-anak bukan hanya dalam soal pengetahuan, tetapi juga dalam segi moral atau akhlak yang nantinya menjadi dasar bagi anak dalam berperilaku. Lingkungan keluarga termasuk kedua orangtua menjadi salah satu faktor yang mampu mengarahkan anaknya untuk melakukan perilaku yang baik. Peran keluarga sangat besar dalam proses perkembangan jiwa anak, apabila orang tua salah mendidik maka anak pun akan mudah terbawa arus kepada hal-hal yang kurang baik. Maka dibutuhkan peran orang tua sehingga saling melengkapi dan dapat membentuk keluarga yang utuh,
3
harmonis, dan dapat menjalankan perintah agama dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini anak berinteraksi dengan ayah dan ibu dalam kesehariannya. Apa yang diberikan, dilakukan dan dicontohkan orang tua menjadi sumber perlakuan pertama yang akan mempengaruhi pembentukan karakter anak. Seperti hadis Nabi Saw yang berbunyi:
ٍِ ِ ِ ِ ِِ )صَرانِِو اَْوُُيَ ِّج َسانِِو (رواه البخاري ّ َماَ م ْن َم ْولُْود االَّيُ ْولَ ُد َعلَى الفطرِة فَاَ بَ َواهُ يُ َه ِّوَد انو اَْويُن “setiap bayi tidaklah dilahirkan, melainkan dalam keadaan fitrah ( suci ). Maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya, Yahudi, Nasrani, atau Majusi” ( HR. Muslim: 4803 ). Dari hadis tersebut telah dijelaskan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci, ia membuka kedua matanya pada kehidupan dunia ini untuk melihat ibu dan ayahnya yang menjagannya dalam segala urusannya. Ia melihat benda-beda dengan penglihatan orang tuanya dan memperhatikan bentuk-bentuk melalui mata mereka (Zuhaili, 2002: 34). Dalam keluarga orangtua harus mampu menciptakan suasana harmonis, agamis dan memberikan contoh baik untuk anak. Sebagian besar waktu anak berada dilingkungan keluarga, maka hubungan dengan keluarga menjadi landasan atau pondasi anak. Dalam kehidupan sehari-hari hendaklah orang tua memberikan contoh yang baik kepada anak. Misalnya, mengajak anak untuk salat berjamaah, menyuruhnya dengan halus, menasehatinya dengan sabar, mendengarkan cerita anak tentang suatu hal, berbicara lembut kepada anak, memberikan kepercayaan tentang sesuatu kepada anak. Memberikan contoh yang baik akan memberikan dampak positif kepada anak. Dan di sini orang tua harus
4
menjadi suri tauladan atau contoh yang baik jika mengininkan anak yang baik. Orangtua yang sibuk bekerja harus memberhatikan pendidikan akhlak anak. Menjadi pekerja pabrik itu suatu pilihan, orang yang niat untuk bekerja, tetapi ketika sudah berusaha untuk mencari pekerjaan yang lebih layak tetapi bertemu pesaing yang mempunyai ijazah lebih tinggi dari mereka, sehingga mereka memilih bekerja dipabrik daripada menganggur dirumah. Karena zaman yang semakin moderen, banyak juga kebutuhan yang harus dikeluarkan, ingin mendapat penghasilan banyak dengan mudah dan tanpa memiliki keahlian khusus, hampir semua orang bisa asalkan mempunyai tekat melakukannya. Untuk menjadi pekerja pabrik tidak banyak membutuhkan modal hanya mempunyai tekat dan fisik kuat seseorang bisa menjadi pekerja pabrik. Semua itu karena faktor ekonomi, dan lingkungan apalagi bagi orang yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak harus memikirkan kebutuhan keseharian anak, sekolah dan masadepan anak. Kebutuhan sekolah anak yang pertama dipikirkan mereka, karena mereka ingin melihat anak mereka menjadi sukses juga menjadi orang yang berhasil meraih cita-cita, dan mempunyai pendidikan yang tinggi. Kebanyakan orang tua mengharapkan agar anaknya mempunyai kehidupan yang lebih baik dari orang tuanya, sehingga orang tua bekerja keras membanting tulang untuk masa depan anaknya.Sebenarnya gaji mereka tidak terlalu besar, tetapi dibanding dengan keuangan orang yang memiliki ekonomi rendah, keuangan pekerja pabrik cukup lumayan, pendapatan
5
mereka dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan sisanya bisa ditabung. Penduduk
Dusun
Ngumpul
Desa
Kedungumpul
Kecamatan
Kandangan Kabupaten Temanggung sebagian menjadi pekerja pabrik. Mereka bekerja di pabrik kayu lapis yang berbeda. Biasanya mereka bekerja dari pagi sampai sore, sore sampai malam, malam sampai pagi, mengikuti shift atau aturan yang ada di pabrik, ada juga yang setiap harinya bekerja dari pagi ampai sore. Dampak negatif pekerja pabrik berimbas pada anaknya, anak sangat membutuhkan peran orang tua untuk mendapatkan kasih sayang tetapi orangtua tidak mempunyai banyak waktu untuk memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anak sehingga anak akan mencari perhatian diluar rumah bahkan anak tersebut menjadi nakal. Ketika orangtua bekerja, anak berada di rumah sendiri dan menunggu sampai orang tuanya pulang, sebagian orang tua sadar sebelum berangkat mereka menyiapkan kebutuhan anak seperti menyiapkan makan, menyiapkan perlengkapan sekolan, uang saku sehingga anak anak merasa diperhatikan ketika mau berangkat sekolah tetapi ada juga orang tua yang kurang memprthatiakan kebutuhannya seperti hanya meninggalkan uang saku tanpa menyiapkan sarapan dan kererluan sekolah ada juga orang tua yang sama sekali tidak memperhatikan. Alasan-alasan itu menjadi masalah kompleks yang terjadi di Dusun Ngumpul Desa Kedungumpul kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung. Sehingga penanaman agama islam hanya berjalan alakadarnya.
6
Untuk memenuhi kebutuhan tidak hanya kepala keluarga yang membanting tulang untuk memenuhi keluarga, tetapi istri juga berperan dalam hal tersebut. Sebenarrnya yang berkewajiban mencari nafkah adalah kepala keluarga dan wanita berperan sebagai penanggung jawab rumah, menjaganya, memelihara keutuhannya dengan segenap tanggung jawab dalam memelihara wibawa suaminya serta yang paling penting bertanggung jawab atas anakanaknya agar tumbuh sebagai generasi yang sesuai dengan syariat (Washil, 2004:18). Fenomena ini sudah dimaklumi di Desa Ngumpul Desa Kedungumpul Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung. Meskipun ekonomi bukan hal yang diprioritaskan tetapi kenyataanya segala hal tidak mampu kalau tidak ada materi. Sesuai realita diatas peneliti mengambil judul “PEMBINAAN AKHLAK ANAK PADA ORANGTUA PEKERJA PABRIK DI DUSUN NGUMPUL DESA KEDUNGUMPUL KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2017”. B. Fokus Penelitian Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi orangtua dalam membina akhlak anak di Dusun Ngumpul Desa Kedungumpul tahun 2017? 2. Apa saja kendala orangtua dalam membina akhlak anak di Dusun Ngumpul Desa Kedungumpul tahun 2017 ?
7
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahua strategi orang tua dalam membina akhlak anak di Dusun Ngumpul Desa Kedungumpul tahun 2017. 2. Untuk mengetahui kendala orangtua dalam membina akhlak anak di Dusun Ngumpul Desa Kedungumpul tahun 2017. D. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis, antara lain : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan untuk pengembangan kualitas pembinaan akhlak anak di keluarga pekerja pabrik serta meningkatkan kualitas akhlak anak-anak pekerja pabrik terutama di Dusun Ngumpul. 2. Manfaat Praktis Peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis berupa pengetahuan mengenai strategi orang tua pekerja pabrik dalam membina akhlak anak. Sehingga anak merekan akan terdidik akhlaknya dan berakhlakul karimah. E. Penegasan Istilah Penegasan
istilah
ini
dimaksudkan
untuk
memperjelas
dan
mempertegas kata-kata atau istilah kunci yang diberikan dengan judul Pembinaan Akhlak Anak pada di Dusun Ngumpul Desa Kedungumpul
8
Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung (Studi Kasus Anak-anak dari Ibu Pekerja Pabrik) . 1. Strategi Orangtua Strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan (Noehi, 1995:5). Sedangkan Orang tua adalah manusia yang paling berjasa pada setiap anak. Semenjak awal kelahirannya dimuka bumi, setiap anak melibatkan peran penting orangtuannya, seperti peran pendidikan ( novan, 2012:66). Jadi strategi orangtua adalah tindakan orang tua kepada anaknya agar mencapai sesuatu yang telah di tentukan dan baik menurut kaidah maupun ajaran yang baik. 2. Pembinaan Akhlak Anak Pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 152) adalah usaha,tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Syafaat, dkk (2008:153). pembinaan adalah kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada dengan mengamalkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak yang dimaksud dengan akhlak (norma) adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristikkarakteristik
ini
membentuk
kerangka
psikologi
seseoarng
dan
membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok
9
dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda (Mahmud, 2004: 2627). Akhlak berarti suatu komponen (jiwa) yang menghasilkan perbuatan atau pengalan dengan mudah dengan mudah, tanpa harus direnungkan. Jika kemantapan itu sedemikian, sehingga menghasilkan amal-amal yang baik – yaitu amal yang terpuji menurut akal dan syariah – maka ini disebut akhlak yang baik. Jika amal-amal yang tercela yang muncul dari keadaan (kemantapan) maka itu dinamakan akhlak yang buruk (Quasem, 1988: 81-82). Sedangkan Anak adalah keturunan kedua setelah ibu bapak atau manusia yang masih kecil (Subrata, 1988: 69). Jadi yang di maksud dengan Pembinaan Akhlak Anak adalah kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan tingkah laku anak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku sesuai dengan ajaran agama. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan danJenis Penelitian Pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan menyajikan gambaran tentang peran bakat diri dalam peningkatan indeks prestasi mahasiswa disertai faktor pendorong dan penghambat serta solusi permasalahan tersebut. Menurut Moleong (2011:6). penelitian kulitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,dll.,
10
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam buku berjudul Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa (Maslikhah, 2013:67) juga disebutkan bahwa penelitian berjenis kualitatif biasanya memuat tentang jenis pendekatan penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, validitas data, dan teknik analisis data. Penelitian ini adalah field research yang bermaksud untuk mengetahui data responden secara langsung dari lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan mengetahui situasi atau keadaan sebenarnya tentang bagaimana strategi dalam membina akhlak anak pada orangtua yang bekerja di pabrik. 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pencari informasi dan pengamat, dimana peneliti mencari informasi kepada orang tua pekerja pabrik tentang bagaimana melakukan strategi pembinaan akhlak pada anaknya dan apa yang menjadi kendala dan hasil pembinaan dalam proses membina akhlak anak. Sehingga peneliti harus berusaha untuk menggali atau mencari informasi yang berkaitan dengan strategi pembinaan akhlak anak pada orang tua pekerja pabrik di dusun tersebut. 3. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi
penelitian
ini
berada
di
Dusun
Ngumpul,
Desa
Kedungumpul, Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung. Karena
11
di desa ini menarik untuk diteliti tentang bagaimana strategi Pembinaan Akhlak anak yang sebagian besar warganya bekerja di luar rumah sebagai pekerja pabrik. Penelitian dilaksanakan sejak penyusunan proposal yaitu dari bulan januari 2017 sampai penulisan laporan penelitian ini selesai. 4. Sumber Data a. Data Primer Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Kami menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentangbagaimana pola yang dilakukan oleh orang tua yang bekerja di pabrik dalam memberi pembinaan akhlak
kepada
anak-anaknya
di
Dusun
Ngumpul,
Desa
Kedungumpul, Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan orang tua. b. Data Sekunder Data Sekunder yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi dan dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi
yang
telah
dikumpulkan
melalui
wawancara
pengamatan dengan perangkat desa atau narasumber terkait lain.
12
dan
5. Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011:186). Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Sugiyono (2013: 138) mengungkapkan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview atau wawancara adalah sebagai berikut: 1) Bahwa informan adalah yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh informan kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3) Bahwa interpretasi informan tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Adapun jenis interview yang digunakan peneliti dalam meneliti orang tua yang bekerja di pabrik, perangkat desa, dan narasumber terkait adalah model wawancara tidak terstruktur. Wawancara di Dusun Ngumpul, Desa Kedungumpul, Kecamatan Kandangan
Kabupaten
Temanggungtidak
terstruktur
adalah
wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
13
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2013: 140), dan dalam hal ini adalah masalah tentang bagaimana strategi orang tua pekerja pabrik memberikan pembinaan akhlak pada anaknya yang dilakukan di Dusun Ngumpul, serta Kendala dan hasil pembinan dalam melakukan strategi pembinaan akhlak anak tersebut. 6. Analisis Data Menurut Moleong (2008:280) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Pada tahapan ini, peneliti menganalisis data yang terkumpul yang terdiri dari hasil wawancara dan dokumentasi. Pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorisasikannya.Langkah-langkah analisis data yaitu: Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiono (2011:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 1) Mereduksi
atau
merangkum
data,
memilih
hal-hal
pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.
14
2) Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya secara naratif. 3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum pernah ada. 7. Pengecekan Keabsahan Data Menurut Moleong (2008:324). ada empat kriteria yang digunakan yaitu:
kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability),
ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan (credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar
tingkat
kepercayaan
penemuan
dapat
dicapai.
Peneliti
memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008:330). Pada teknik ini peneliti melakukan triangulasi dengan teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan triangulasi dengan sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil wawancara antar narasumber terkait serta membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen. 8. Tahap-Tahap Penelitian Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:
15
a. Tahap sebelum ke lapangan Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian. b. Tahap Pekerjaan Lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan strategi pembinaan akhlak anak dalam keluarga pekerja pabrik. Data ini diperoleh dengan wawancara, dan dokumentasi. c. Tahap Penulisan Laporan Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pemahaman pembaca pada penelitian ini, peneliti menyusun sebuah sistematika penulisan. Sistematika penulisan ini ada lima bab, yang masing-masing membahas masalah yang berbeda. hal itu merupakan satu kesatuan yang menyambung. Adapun rincian dari kelima bab tersebut adalah sebagai berikut: Bab satu, bagian ini merupakan pendahuluan, yang dikemukakan dalam bab ini merupakan pengantar dari keseluruhan isi pembahasan. Pada
16
bagian pertama ini akan dibahas beberapa sub bahasan, yaitu: latar belakang masalah, fokus masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, ruang lingkup peneltian dan keterbatasan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab dua, berisi landasan pijak teoritis dari penelitian. Pada bagian ini dikemukakan teori-teori yang telah diuji kebenarannya yang berkaitan dengan obyek formal penelitian. Sesuai dengan judul skripsi maka pembasahan pada bab ini berisi pembahasan tentang pengertian strategi pembinaan akhlak anak, kendala orangtua dalam membina akhlak, dan dan hasil pembinaan akhlak anak dalam Keluarga Pekerja Pabrik. Bab tiga, penulis menyajikan hasil penelitian tentang lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, metode pembahasan, sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap penelitian. Bab empat, berisikan analisis data, hasil penelitian, pembasahan, dan hasil pembahasan. Bab lima, merupakan kajian paling akhir dari skripsi ini, yang mana pada bagian ini berisi kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi dan saran penulis.
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembinaan Orangtua 1. Pengertian Strategi Pembinaan Anak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1088) bahwa strategi adalah pola (contoh, acuan, ragam, sistem, atau cara kerja) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan (Noehi, 1995:5). Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi adalah kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan, contoh, acuan, dan sebagainya yang memungkinkan kelompok atau seseorang bertindak sesuai dengan strtegi tersebut untuk memperoleh sasaran yang telah ditentukan. Pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 152) adalah usaha,tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Syafaat, dkk (2008:153) Pembinaan adalah kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada dengan mengamalkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Anak adalah keturunan kedua setelah ibu bapak atau manusia yang masih kecil (Subrata, 1988: 69). Jadi yang dimaksud dengan Strategi
Pembinaan Anak adalah
suatu cara atau kegiatan yang mempertahankan dalam menyempurnakan
18
tingkah laku anak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam ajaran agama. 2. Strategi-Strategi Pembinaan Orangtua Beberapa strategi yang bisa digunakan dalam pembinaan Akhlak anak antara lain: a. Strategi Keteladanan Keteladanan merupakan perbuatan yang patut ditiru dan dicontoh dalam praktek pendidikan, anak didik cenderung meneladani pendidiknya karena secara psikologis anak senang meniru tanpa memikirkan dampaknya. Amr bin Utbah berkata kepada guru anaknya,
“langkah
pertama
membimbing
anakku
hendaklah
membimbing dirimu terlebih dahulu. Sebab pandangan anak itu tertuju pada dirimu maka yang baik kepada mereka adalah kamu kerjakan dan yang buruk adalah kamu tinggalkan” (Sa’aduddin, 2006:89). Strategi yang digunakan orang tua memiliki peran yang penting dalam membentuk pribadi anak-anaknya untuk berpegang teguh kepada ajaran agama, baik aqidah, cara berfikir, maupun tingkah laku praktis baik di rumah dan di luar rumah. Al Quran menandaskan dengan tegas contoh teladan dan pergaulan yang baik dalam usaha membentuk kepribadian seseorang. Ia menyuruh kita mempelajari tindak tanduk Rasulullah Saw dan menjadikannya
19
contoh yang pertama (Thoha, dkk, 2004: 124).Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 21:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. Dapat diketahui bahwa Rasulullah Saw adalah suri teladan yang baik maka sebagai umatnya haruslah mencontoh apa yang telah Rasulullah ajarkan kepada kita. Agar orangtua dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya sehingga
mereka akan menjadi anak yang
memiliki akhlak seperti Rasulullah. b. Strategi Latihan dan Pembiasaan Mendidik dengan melatih dan pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma tertentu kemudian membiasakan untuk mengulangi kegiatan tertentu tersebut berkali-kali agar menjadi bagian hidupnya, seperti shalat, puasa, kesopanan dalam bergaul dengan lawan jenis. Oleh karena itu Islam mengharuskan agar semua kegiatan itu dibarengi dengan niat supaya dihitung sebagai kebaikan.Seperti hadis Nabi Saw yang berbunyi:
20
ٍِ ِ ِِ ِ ِ صَرا نِِو اَْوُُيَ ِّج َسا نِِو (رواه ّ َماَم ْن َم ْولُْود االَّيُ ْولَ ُد َعلَى الفطرِة فَاَبَ َواهُ يُ َه ِّوَدا نو اَْو يُن )البخاري “setiap bayi tidaklah dilahirkan, melainkan dalam keadaan fitrah ( suci ). Maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya, Yahudi, Nasrani, atau Majusi” ( HR. Muslim: 4803 ). Dari hadis diatas telah dijelaskan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci, ia membuka kedua matanya pada kehidupan dunia ini untuk melihat ibu dan ayahnya yang menjagannya dalam segala urusannya. Ia melihat benda-benda dengan penglihatan orang tuanya dan memperhatikan bentuk-bentuk melalui mata mereka (Zuhaili, 2002: 34). Dalam keluarga orangtua harus mampu menciptakan suasana harmonis, agamis dan memberikan contoh baik untuk anak. Sebagian besar waktu anak berada dilingkungan keluarga, maka hubungan dengan keluarga menjadi landasan atau pondasi anak, maka dengan pembiasaan latihan tersebut anak akan terbiasa melakukan hal-hal yang positif. c. Strategi Cerita Cerita memiliki daya tarik yang besar
untuk menarik
perhatian setiap orang, sehingga orang akan mengaktifkan segenap indranya untuk memperhatikan orang yang bercerita. Hal itu terjadi karena cerita memiliki daya tarik untuk disukai jiwa manusia. Sebab didalam cerita terdapat kisah-kisah zaman dahulu, sekarang hal-hal yang jarang terjadi dan sebagainya. Selain itu cerita juga lebih lama
21
melekat pada otak seseorang bahwa hampir tidak terlupakan (Asy Syalhub, 2006:115). Sehingga akan mempermudah pemahaman anak untuk mengambil ibrah(pelajaran) dari kisah-kisah yang telah diceritakan dalam pelaksanaan strategi ini, orangtua bisa menyertai penyampaianpenyampaian nasihat untuk anaknya, seperti dalam al-Quran surat Yunus:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. Maka strategi cerita merupakan strategi yang bisa digunakan orangtua dalam membina ankanya berperilaku terpuji, sehingga anak diharapkan mampu mengambil hikmah dari cerita tersebut. Maka anak akan termotivasi untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. d. Strategi Mauidzoh (nasehat) Mauidzah berarti nasihat. Rasyid Ridha mengartikan mauidzah adalah nasehat peringatan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa saja yang dapat menyentuh hati dan membangkitkannya untuk
22
mengamalkan al-Quran juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah yang kemudian dikenal dengan nasihat, sebagaimana firman Allah Swt dalam SuratAn Nahl ayat 125
Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Tetapi nasihat yang disampaikan ini selalu disertai dengan panutan atau teladan dari sipemberi atau penyampai nasehat itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu strategi yakni nasehat dengan strategi lain yang dalam hal ini adalah keteladanan bersifat saling melengkapi (Nata, 1997:98). e. Strategi pahala dan sanksi Jika pembentukan akhlak tidak berhasil dengan strategi keteladanan dan pemberi pelajaran, beralihlah kepada strategi pahala dan sanksi atau metode janji, harapan dan ancaman.Sebab Allah Swt pun sudah menciptakan surga dan neraka, dan berjanji dengan surga itu serta mengancam dengan neraka-Nya. Pemberian harapan adalah janji yang diikuti bujukan dengan kenikmatan, keindahan pasti, atau
23
kebaikan yang murni dari stiap noda, berbanding dengan amal shaleh yang dilakukan atau amal buruk yang dijauhi demi mencari ridha Allah Swt berupa kasih saying Nya kepada para hamba. Sedangkan ancaman adalah mengancam dengan sanksi akibat melanggar larangan Allah Swt atau dimaksudkanunuk menakut-nakuti para hamba, ini merupakan keadilan dari Allah Swt (Mukmin, 2006:83). Al-Quran menggunakan metodeancaman untuk menerangkan tempat kembali orang-orang musyrik dan orang-orang yang menyimpang dari Allah Swt. Dalam pemberian sanksi harus sesuai pelanggaran yang dilakukan dan sanksi tersebut dijatuhkan menurut tahap-tahapnya, karena diantara mereka ada yang cukup disyaratkan saja sudah menghentikan perbuatannya, ada yang belum berhenti hingga dimarahi, ada yang perlu ditaut-takuti dengan tongkat, ada pula yang berhenti dengan tindakan fisik. B. Pembinaan Akhlak Anak 1. Pengertian Pembinaan Akhlak Anak Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufrodnya “khuluqun” ( )خلقyang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai,tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khuluqun” ( )خلقyang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” ) (خا لقyang berarti pencipta dan “Makhluq” ()مخلو قyang berarti yang diciptakan(Zahruddin dan Sinaga,2004: 1).
24
Definisi
akhlak
diatas
muncul
sebagai
mediator
yang
menjembatani komunikasi antara khaliq (pencipta) dengan makhluk (yang diiciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablummin Allah SWT. Dari
produk hablum min Allah SWT yang
verbal biasanya lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan hablum minannas (pola hubungan antar sesama makhluk) (Zahrudin dan Sinaga, 2004:2). Dari penngertian diatas dapat diketaahui bahwa Akhlak ialah sifatsifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik atau disebut akhlak mulia, tetapi bisa juga disebut perbuatan buruk atau akhlak tercela sesuai dengan pembinaan orangtua. Pembinaan akhlak terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik atau pembinaan pertama adalah orangtua, kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya, merupakan unsur penting dalam pribadinya. Sikap anak terhadap agama, dibentuk pertama kali di rumah melalui pengalaman yang didapatnya dengan orang tuannya, kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru sekolah (Drajat, 1993: 62). Pembinaan akhlak atau pendidikan anak merupakan pendidikan tingkah laku yang bertujuan untuk membentuk akhlak mahmudah(akhlak terpuji). Jadi pendidikan akhlak adalah usaha untuk membentuk akhlak dari yang belum baik menjadi baik atau dari yang kurang baik menjadi
25
lebih baik. Pendidikan akhlak adalah kebutuhan bagi setiap anak yang harus diberikan agar ia menjadi insan yang baik. Karena anak yang baik akan menguntungkan orang lain dan dirinya sendiri, tetapi sebaliknya jika orang yang tidak baik akan merugikan orang lain dan dirinya sendiri pula. Istilah akhlak tidak jauh dari etika dan moral, karena ketiganya mencakup pengertian tingkahlaku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Allah Swt atau dengan sesama makhluk. Secara terminologi definisi akhlak menurut imam Al-Ghozali dalm kitab Ihya’ Ulumuddin Juz III adalah: “Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Sedangakan etika adalah teori tentang perbuatan manusia ditimbang menurut baik buruknya, ukuran baik buruknya adalah tanggapan pembawaan manusia (Achmad, tt:13-15). Moral adalah tolakukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang (magnis,2005:19). Jadi pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbulah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dinamakan akhlak mulia dan sebaliknya, apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebut akhlak tercela.
26
Sumber akhlak atau pedoman dalam Islam yang menjelaskan kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah Al-Quran dan Sunnahnya.
(Hamzah,
1993:49),
Barnawie
Umary(1995:1)
menambahkan bahwa dasar akhlak adalah Al-Quran dan Hadits serta hasil pemikiran para hukum filosof, kedua dasar itulah yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk. Dalam Al-Quran diterangkan dasar akhlak pada Q.S Al Qalam : 4 “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Hadis Nabi Riwayat Ahmad
امن بعثت ال ء متم صلح: قال رسلول هللا صلى هللا علىه و سلم: عن اىب هرى رة قال )اال خلق (رواه امحد “Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya aku diutus untuk memperbaiki akhlak” (H.R Ahmad). Jadi jelaslah bahwa Al-Quran dan Al-Hadis pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlak dalam Islam. Firman Allah dan sunnah Nabi adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran maupun hasil renungan dan ciptaan manusia, hingga telah terjadi keyakinan (aqidah) Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk kriteria mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, mana yang halal mana yang haram.
27
Etika digunakan untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk tolak ukur yang digunakan atau sumbernya adalah akal pikiran atau rasio(filsafat), sedangkan dalam pembicaraan moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dimasyarakat. Anak sangat ditentukan perkambangannya oleh keluarga. Ayah dan ibu serta anggota lain dirumah harus bekerjasama membina anak. Mansur mengemukakan “dalam masalah pendidikan yang pertama dan utama, keluargalah yang memegang peranan utama dan memegang tanggung jawab terhadap pendidikan anakanaknya” (mansur, 2005:318). Jadi keutuhan keluarga terutama ayah dan ibu sangat mempengaruhi perkembangan anak-anaknya, sehingga orang tua perlu mempertimbangkan apa yang harus dilakukan terhadap pembinaan akhlak anak, sehingga anak mampu menjadi insan yang mampu membedakan yang baik dan buruk. 2. Tujuan Pembinaan Akhlak Islam adalah agama rahmat bagi umat manusia. Ia datang dengan membawa keberanian dari Allah Swt dan dengan tujuan ingin menyelamatkan dan memberikan kebahagiaan hidup kepada manusia dimanapun mereka berada. Agama Islam mengajarkan kebaikan, kebaktian, mencegah manusia dari tindakan onar dan maksiat. (Hasan Basri, 2004:145). Sebelum merumuskan tujuan pembinaan akhlak, terlebih dahulu harus diketahui mengenai tujuan pendidikan islam dan tujuan pendidikan akhlak.
28
Muhammad Al-Munir menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah: a. Tercapainya manusia seutuhnya b. Tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat c. Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi dan takut kepada Allah Swt (Majid dan Andayani,2004:74) Menurut Muhammad Al Athiyah Al-Abrasy, tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun permpuan, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-citayang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaanya, menghormati hak asasi manusia, tahu membedakan baik dan buruk, memilih suatu fadilah karena ia cinta pada fadilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela, karena ia tercela dan meningingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan (Bustomi, Basri, 1970:108). Sedangkan pendidikan moral dan akhlak dalam Islam ialah untuk membentuk orang-orang berakhlak baik, kemauan keras, sopan dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, beradab, ikhlas, jujur, dan suci(bustomi, basri, 1970:109). Dari beberapa keterangan diatas dapat ditarik rumusan mengenai tujuan pendidikan akhlak, yaitu membentuk akhlakul karimaah, sehingga pembinaan akhlak itu sendiri sebagai sarana dalam mencapai pendidikan akhlak agar mampu menciptakanmanusia yang berakhlakul karimah.
29
3. Pembinaan Akhlak Pada Anak Pekerja Pabrik Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap, dan cara hidup mereka, merupakan unsurunsur pendidikan yang tidak langsung, dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang bertumbuh
itu (Daradjat, 1996:56).
Terutama pendidikan dalam keluarga sangat dibutuhkan, karena anak pertama kali mengenal dunia adalah di lingkungan keluarga. Keluarga memiliki peran dalam membentuk generasi muda yang lebih baik, berkualitas, serta dapat menjunjung tinggi nilai-nilai bangsa. Memang dalam memberikan pendidikan, keluarga
dibantu
lembaga
sekolah
bersama-sama membentuk anak sebagai generasi muda yang dapat aktif mengembangkan potensi dirinya, memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di dalam kehidupan bermasyarakat, keluarga memiliki peranan yang sangat besar. Peranan yang sangat besar itu disebabkan oleh keluarga yang mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam kelangsungan kehidupan masyarakat. Fungsi itu adalah untuk melakukan sosialisasi, yang bertujuan mendidik anak agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang dianut untuk pertama kalinya diperoleh dari dalam keluarga. Manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan pertama kali adalah dalam keluarga.
30
Kesibukan kerja orang tua dan kehidupan masyarakat modern saat ini sering kali memaksakan orang tua meninggalkan kewajibannya sebagai pendidik anak di rumah. Hal ini terjadi karena orang tua sibuk dengan pekerjaanya sehingga intensitas perjumpaan dengan anak berkurang. Ini dapat dilihat dari para orang tua yang bekerja hingga sore atau pagi hari. Sehingga orang tua dalam memberikan keletadanan untuk anak
mereka
berkurang. Anak sekarang cenderung mendapatkan
pengalaman dari dunia luar seperti dari teknologi dan lingkungan sekitar. Pendidikan adalah faktor utama yang memberikan pengaruh penting bagi perkembangan generasi penerus bangsa, serta untuk menyiapkan anak yang dapat berperan dalam masyarakat sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat. Hal tersebut bisa dilakukan melalui pemberian bimbingan, pelatihan dan pengajaran di dalam pendidikan formal maupun informal. Pendidikan merupakan dasar pembangunan manusia. Pentingnya pendidikan harus dilihat dalam konteks hak-hak asasi manusia, artinya setiap manusia berhak untuk memperoleh pendidikan. Pada sisi lain pendidikan merupakan kebutuhan dasar dari keberhasilan dan kesinambungan pembangunan, karena pembangunan memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu memanfaatkan, mengembangkan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka sebagai orangtua harus mampu membina anak agar anak mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi bukan diperbudak oleh perkembangan zaman yang semakin berkembang.
31
Dalam buku keluarga muslim dalam masyarakat modern, dijelaskan bahwa berdasarkan pendekatan budaya, keluarga sekurangkurangnya mempunyai fungsi, yaitu: fungsi biologis, fungsi edukatif, fungsi religius, proyektif, sosialisasi, rekreatif, dan ekonomi (Jalaludin, 1994:21-22). Di Dusun Ngumpul sebagian besar orang tua menjadi pekerja pabrik, dan rata-rata masih dalam usia produktif. Masa kerja orang tua pekerja pabrik ini adalah 5 hari kerja yang masuknya tidak tentu bisa pagi, siang atau malam, tergantung jadwal yang diberikan oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Orang tua
pada
dasarnya
menghendaki anak-anak mereka tumbuh menjadi anak-anak yang baik, cerdas, patuh, dan terampil. Upaya membesarkan, mendidik dan membimbing
anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
rangkaian kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang tua. Kewajiban ini harus dilaksanakan secara selaras dan seimbang agar terjadi keseimbangan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun, dalam kenyataannya, tidak semua keluarga dalam hal ini orang tua dapat melaksanakan perannya dengan baik, karena latar belakang beberapa faktor salah satu faktornya adalah pekerjaan. Orang tua lebih sering berada di luar rumah karena kesibukannya bekerja, sehingga kasih sayang serta perhatian pada anak berkurang. Kurangnya komunikasi antara anak dengan orang tua juga dapat berpengaruh dalam membentuk perilaku dan karakter anak.
32
Salah satu kesalah pahaman orang tua dalam dunia pendidikan adalah menganggap bahwa pendidikan dan pembinaan adalah tanggung jawab sekolah, menyerahkan sepenuhnya pendidikan dan pembinaan akhlak anak pada gurunya, padahal waktu yang dihabiskan anak pada jam sekolah tidaklah sebanyak anak berinteraksi di rumah, di lingkungan keluarga dan masyarakat. Anggapan seperti itu keliru, karena orang tua adalah pendidik yang utama dalam pembinaan akhlak anak. Menurut Yoesoep dalam (Sutarto, 2007:5). Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Disebut sebagai lingkungan atau lembaga pertama karena sebelum manusia mengenal lembaga pendidikan lain, keluarga inilah yang pertama ada. Selain itu Lingkungan pendidikan dalam keluarga atau lingkungan pendidikan informal ini dengan demikian merupakan bentuk yang sebenarnya dari konsep pendidikan seumur hidup, karena disinilah seseorang secara sadar atau tidak, dengan sengaja atau tidak, dengan direncanakan atau tidak, memperoleh sejumlah pengalaman yang sangat berharga dari lingkungannya, sejak dari lahir sampai mati. 4. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Akhlak Anak a. Pendidikan Anak 1) Kondisi pengetahuan pengasuh Anak membutuhkan pengasuhan yang tepat supaya dia terbentuk sesuai dengan yang diharapkan.Hal ini juga dipengaruhi oleh pendidikan pengasuhnya. Orang yang berpendidikan rendah
33
kurang mengerti tentang cara mengasuh yang tepat, mereka juga kurang engetahui tugas anak seolah, prestasi, dan kegiatan-keigatan lain. Orang tua dalam melaksanakan berbagai upaya baik spiritual(psikis) ataupun fisik juga akan sangat dipengaruhi oleh tingkatan pendidikannya. Pendidikan yang rendah biasanya dalam merawat atau perhatian pendidikan seadanya atau alami sesuai dengan perputaran waktu atau bahkan pengaruh lingkungan (Mansur, 2005:358).Hal itulah yang mnjadi kendala pengasuh dalam mendidik akhlaknya. 2) Kondisi kepedulian pengasuh terhadap pendidikan anak Orang tua terkadang menyekolahkan anak tanpa memiliki tujuan yang jelas, dia hanya mengikuti kebiasaan orang yang ada disekitarnya. Sekolah kemudian lulus dan melanjutkan ke jenjang selanjunya. Mereka tidak memperdulikan nilai anak, yang pening sekolah seperti yang lain. Ketika nilai anak rendah atau tidak mau melanjutkan dia membirkan saja, karena tidak adanya tujuan yang jelas dalam sekolah. 3) Putus Sekolah Anak yang kurang mendapat motivasi dan perhatian tidak akan sungguh-sungguh disekolah. Biasanya mereka sekolah agar terhindar dari tugas orangtuaya dan mendapat uang saku setiap hari. Disekolah
dia
hanya
34
bermalas-malasan
dalam
mengikuti
pelajaran.Lama
kelamaan
dia
akan
melakukan
beberapa
pelanggaran yang mengakibatkan dia takut dan enggan ke sekolah. Karena orang yang mengasuhnya kurang memperhatiakannya lama-kelamaan dia tidak akan berangkat sekolah dan berhenti ditengah jalan tanpa ada yang memperdulikan. b. Pengasuh Anak Selama Ditinggal Orangtua Bekerja 1) Orang yang berperan dalam mengasuh selama orangtua bekerja Beberapa orang berperan menggantikan Ibu atau Ayahnya adalah nenek, kakek, paman, bibi, kakak atau orang lain yang tinggal serumah dengannya, karena merekalah keluarganya. Biasanya famili atau tetangga yang ada didekatnya ikut mengasuh anak yang ditinggal kedua orangtuanya bekerja karena rasa iba melihat anak tersebut terlantar sehingga biasanya anak tersebut diberi makan, dimandikan, atau didampingi dalam belajar. 2) Problem pengasuhan yang dirasakan oelh figur pengganti orangtua. Sebagaian anak lebih dekat dengan kedua oranguanaya, sehingga
anak
sulit
diarahkan
oleh
orang
lain
selain
keduaorangtuanaya terutama ibu. Ibu adalah seorang yang mengatur dan membuat rumah tangganya menjadi surge bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya( Darajat,1995:47). Selain itu oranglain selain ibunya
kurang
tlaten
dalam
mengasuh
anak,
hal
itu
mengakibatkan anak kurang menurut dan sulit diarahkan.Karena
35
anak kurang kasih saying dari ibu dan biasanya mencari perhatian dari orang yang kurang tepat. Karena ibu tidak ada disisi mereka, yang mengasuh erusaha agar anak tidak rewel, mereka akan menuruti apapun yang diminta anak. Mereka akan membelikan apa saja yang diinginkan anak. Hal itu menyebabkan anak terbiasa dituruti apapun yang dia ininkan. Terlebih lagi anak mengetahui seberapa besar gaji orangtuanya sehingga akan memancing anak berperilaku boros.
36
BAB III PAPARANDATA DAN TEMUANPENELITIAN A. GambaranUmum 1. LetakGeografis Dusun Ngumpul adalahsalahsatu dari 10 Dusun di Desa Kedungumpu, yaitu Dusun Sendang, Dusun Ngebel, Dusun Juari, Dusun Jurang, Dusun Ngumpul, Dusun Magetan, Dusun piyak, Dusun Ngesrep,
Dusun
merupakansalah
Ngulakkan,
dan
Dusun
Kedungwiyu
satudesayangberadadiwilayahKecamatan
dan
Kandangan
Kabupaten Temanggung. Adapun batasan-batasan Dusun Ngumpul adalah: a. Sebelah Utara
: Persawahan, Dusun Piyak dan Dusun Ngesrep
b. SebelahTimur
: Dusun Juari dan Dusun Jurang
c. SebelahSelatan : Dusun Sendang dan Dusun ngebel d. Sebelah Barat
: Dusun Kedungwiyu
Keadaan Dusun ngumpul dapat dibilang daerah yamg sejuk dan asri. Karena posisi Dusun yang dikelilingi oleh persawahan dan hampir semua rumah mempunyai halaman yang ada tanamannya bahkan pohon yang besar, jarak antara rumah satu ke rumah yang lain tidak berdekatan. 2. Keadaan Penduduk Menurut Umur Jumlah penduduk di Dusun Ngumpul tahun 2017 sebanyak 300 jiwa, yang terbagi menjadi jumlah penduduk laki-laki sebanyak141 orang dan penduduk berjenis perempuan 159 orang.
37
Dari keseluruhan penduduk mayoritas beragama Islam. Data terakhir Dusun tahun 2017 menyebutkan: Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia
NO.
KELOMPOK
L
P
JUMLAH
UMUR(TAHUN) 1.
0-4
3
4
7
2.
5-9
7
9
16
3.
10-14
9
14
32
4.
15-19
23
26
49
5.
20-24
23
26
49
6.
25-29
7
8
15
7.
30-34
4
7
11
8.
35-39
6
7
13
9.
40-44
7
18
25
10.
45-49
13
14
27
11.
50-54
11
8
19
12.
55-59
9
7
16
13.
60-64
5
3
8
14.
65-69
1
3
4
15.
70-74
2
4
6
16.
>75
2
1
3
JUMLAH
141
159
300
(Dokumentasi Dusun Ngumpul, 2017)
38
3. Data Penduduk Menurut Pendidikan Adapun data penduduk menurut pendidikan di Dusun Ngumpul dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
NO
JENIS PENDIDIKAN
L
P
JUMLAH
1.
Tidak/Belum Sekolah
20
11
31
2.
Belum Tamat SD/Sederajat
12
11
23
3.
Tamat SD/Sederajat
11
5
16
4.
SLTP/Sederajat
11
26
37
5.
SLTA/ Sederajat
76
88
164
6.
Diploma III
1
2
3
7.
Akademi/Diploma III/S.Muda
2
4
6
8.
Diploma IV/Strata I
8
10
18
9.
Strata II
0
2
2
10.
Strata III
0
0
0
141
159
300
JUMLAH (Dokumentasi Dusun Ngumpul, 2017)
Rata-rata pendidikan orang tua pekerja pabrik sampai tamat SMA sederajat. Mereka memutuskan untuk tidak meneruskan sekolah lagi karena biaya dan rasa malas yang menjadi penghalang untuk meneruskan sekolah. Sehingga mereka memutuskan untuk mencari pekerjaan kemudian menikah. Dalam hal pengetahuan dan pengalaman mereka
sudah
bisa
dikatakan
39
baik.
Kesadaran
mereka
untuk
menyekolahkan anaknya juga sudah tinggi, dan mereka menginginkan agar anaknya sekolah lebih tinggi dari orangtuanya. 4. Data PendudukMenurutPekerjaan Adapun data penduduk menurut pekerjaan di Dusun Ngumpul adalah Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
NO.
JENIS PEKERJAAN
L
P
JUMLAH
1.
Belum/Tidak Bekerja
17
27
44
2.
Mengurus Rumah Tangga
0
23
23
3.
Pelajar/Mahasiswa
46
46
92
4.
Pensiunan
3
3
6
5.
Pedagang
0
3
3
6.
Petani
7
3
10
7.
Pegawai Negeri Sipil
7
5
12
8.
Tentara Nasional Indonesia
0
0
0
9.
Kepolisian RI
3
0
3
10.
Karyawan Swasta
52
40
92
11.
Karyawan BUMN
0
0
0
12.
Karyawan Honorer
1
0
1
13.
Buruh Harian Lepas
5
4
9
14.
Tukang Jahit
0
1
1
(Dokumentasi Dusun Ngumpul, 2017)
40
Mata pencaharian penduduk Dusun Ngumpul kebanyakan adalah karyawan swasta. Pekerjaan yang begitu banyak menghabiskan waktu di luar rumah daripada di rumah berkumpul bersama keluarganya. Maka dari itu tidak sedikit anak-anak yang kurang kasih sayang dari orang tuanya. Terutama dalam hal Pendidikan agama Islam pada anak. Mereka cenderung menitipkan anak ke orang lain untuk memantau anak mereka. 5. Sarana Pendidikan Formal dan Non Formal Sarana pendidikan yang ada di Dusun Ngumpul antara lain: Tabel 3.4 Sarana Pendidikan
No. 1.
Nama
Pendidik
Bimbingan belajar Sregep Sinau
Bp Anantiyo Widodo, Bp Agus, Ibu Ima, Ibu Ninis
2.
TPQ di masjid
Bp Naseh, Ibu Murwati, ibu Siti
(Hasil Wawancara Dusun Ngumpul 2017)
6. Data Informan Karakteristik informan yang diteliti adalah orangtua yang menjadi pekerja pabrik. Dari jumlah 300 penduduk ada 92 pekerja pabrik yakni 52 laki-laki dan 40 perempuan. Peneliti melibatkan tujuh perempuan pekerja pabrik yang memiliki anak masih mengenyam pendidikan tingkat Sekolah Dasar(SD) karena menurut pandangan peneliti anak usia
41
SD sangat membutuhkan perhatian lebih dibandingkan dengan anak usia diatasnya. Adapun daftar nama mereka adalah Tabel 3.5 Daftar Informan
No.
Nama
Usia
L/P
Pendidikan Terakhir
1.
Jariyanti
31
P
SMK
2.
Sugiarti
35
P
SD
3.
Yani
39
P
SMK
4.
Trinil
30
P
SMP
5.
Ambar
37
P
SMK
6.
Yami
27
P
SMP
7.
Lina
29
P
SMK
B. Temuan Penelitian Data hasil wawancara tentang strategi orangtua dalam pembinaan akhlak anak pekerja pabrik di Dusun Ngumpul Desa Kedungumpul Kec. Kandangan Kab.Temanggung adalah sebagaiberikut: 1. Strategi yang diterapkan dalam membina akhlak anak oleh ibu pekerja pabrik di dusun Ngumpul adalah sebagai berikut: a. Sebagaimana yang dituturkan oleh Ibu JY adalah sebagai berikut: “Ketika dirumah Saya selalu memberi contoh kepada anak saya tentang kedisiplinan, saya tidak pernah banyak bicara mbak dalam menasehati anak karena sejak kelas 1 SD saya sudah memberikan tanggung jawab kepada anak saya minimal tentang
42
kebutuhan pribadinya. Contoh: waktu salat, ngaji, belajar sekarang sudah otomatis dia tidak saya suruh sudah sadar. Di sini kan orang bermacam-macam ya mbak saya juga sering menggambarkan kepada anak saya kalu anak yang baik itu seperti mbk EW dan DW sedangkan anak yang kurang baik itu seperti mbk LU dan mbk NA trus anak saya tak suruh milih kamu pengen yang seperti apa?, anak saya menjawab: “ ya ya pengen jadi yang baik buk”. Karena tidak setiap waktu saya bisa memantau anak dan saya ingin anak saya menjadi anak yang sholekhah selain sekolah sejak umur tiga tahun saya memasukkan anak saya di TPQ kalau sore dan sudah hampir dua tahun ini saya mengikutkan anak saya Bimbingan Belajar (BIMBEL) kalau malam. Yang membuat saya terharu itu saya belum pernah mengajari tentang puasa senin, kamis dan shalat tahajud tapi anak saya sering melakukan amalan sunah tersebut. meskipun saya bekerja tapi anak dan suami tetap nomer satu sebelum berangkat bekerja saya menyiapkan semua keperluan sekolah dan keperluan suami. Karena saya mengingikan anak saya baik sebisa mungkin saya harus bisa menjadi contoh yang baik untuk anak saya” (W/YN/OR/1/16.30/19-02-2017). b. Kemudian kami mengajukan pertanyaan yang sama kepada Ibu SG, dan Ibu SG menjawab sebagai berikut: “Saya selalu menasehati anak saya mbak karena saya tidak bisa memantau secara langsung setiap saat, dan saya bekerja untuk
43
menambah penghasilan, meskipun suami juga bekerja anak yang semakin
besar
juga
membutuhkan
uang
yang
bertambah.
Alhamdulillahnya kalau saya dan suami bekerja ada orangtua saya dirumah sehingga
bisa mengawasi anak-anak karena pergaulan
sekarang yang semakin tidak karuan,karena anak SD sekarang lebih menguasai HP dibanding orangtuanyabahkan ada anak yang sudah mengenal rokok rokok, saya khawatir anak saya terjerumus hal yang seperti itu. Di sini ada TPQ dan Bimbingan Belajar saya sangat bersyukur, saya merasa tidak mampu mbak membimbing sendiri apa lagi masalah agama sehingga saya mengikutkan anak saya di TPQ dan Bimbingan Belajar“(W/SG/OR/2/17.00/19-02-2017). c. Sedangkan Ibu YN memberikan paparannya sebagai berikut: “Saya sering menasehati dan memberikan contoh untuk anakanak mbak, karena waktu saya terbagi-bagi saya ikutkan anak-anak mengaji di TPQ dan Bimbingan Belajar, yang masih menjadi PR anak saya itu masih susah kalau disuruh boso (boso kromo) ini karena kesalahan saya juga mbak sebetulya dulu saya tidak mengajarinya sejak kecil anak saya sudah saya tinggal bekerja. Besuk setelah lulus saya akan memasukkan anak yang pertama di MTS saja agar ada tambahan agamanya khususnya pendidikan akhlak” (W/YN/OR/3/17.00/20-02-2017).
44
d. Alasan yang hampir sama juga di paparkan oleh Ibu TR adalah sebagaiberikut: “Saya memberikan contoh mbak misal ada orangtua yang sedang duduk di depan rumah saya mengatakan permisi sambil mmembungkukkan badan, waktu solat tiba saya ambil air wudhu dan mengajak anak saya shalat, kalau saya bekerja anak saya dirumah sama orangtua (nenek). Orangtua saya juga sering memantau anak saya kalau waktunya mengaji kok masih bermain dicari sama neneknya, karena menanamkan perilaku baik anak kalau tidak sejak kecil akan susah, makanya sebisa mungkin saya harus menjadi contoh baik untuk anak saya, secara otomatis anak akan meniru orangtuanya yang ke dua temannya. Kalau masalah agama saya daftarkan anak saya di TPQ untuk belajar membaca Al-Qur’an dan saya daftarkan di Bimbingan belajar untuk mengantisipasi jika saya, masuk malam, namun karena memang kurangnya perhatian dari saya anak tersebut mau melakukan apa yang saya ajarkan itu jika saya akan memberi hadiah dikemudian hari, mungkin ini faktor kurangnya kasih sayang atau perhatian ya mbk. Sehingga mulai saat ini saya akan memberikan perhatian yang lebih agar anak bisa merubah tingkahlakunya menjadi lebih baik mbk” (W/TR/OR/4/20.00/20-022017).
45
e. Paparan dari Ibu AM sebagai berikut: “saya selalu menasehati anak saya mbk ketika anak saya agak marah dan berbicara dengan nada yang sedikit tinggi, mungkin karena pergaulan ya mbk saya juga sering bilang berteman sama siapa saja boleh tetapi jangan meniru atau mencontoh hal yang kurang baik bahkan tidak baik dari teman kamu. Ketrika masuk rumah saya mengucapkan salam dan ketika anak mau berangkat sekolah kok anak belum mengucapkan salam saya yang mengucapkan terlebih dahulu. Alhamdulillah hal yang seperti itu sudah secara otomatis anak melakukan. Saya juga memasukkan anak saya di TPQ untuk
belajar
dan
menambah
wawasan
tentang
agama”(W/AM/OR/5/21.00/20-02-2017). f.
Sedangkan Ibu YM memaparkan hal yang sedikit berbeda yakni sebagai berikut: “sejak anak saya mulai bicra saya sering mengajaknya bicara dengan baha jawa (boso kromo) begitu pula komunikasi saya dengan yang lain apalagi sama orang yang lebih tua, alhamdulillah sambai sekarang anak saya kelas tiga sudah terbiasa. Suami saya juga sering menekannkan tekan shalat karena shalat yang sungguhsungguh dapat mencegah perbuatan keji dang mungkar. Saya juga mendaftarkan anak saya di TPQ dan Bimbingan Belajar itu mbak karena Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya mempunyai akhlak yang baik begitu pula saya, makanya sebagai orangtua harus
46
bisa menjadi cermin untuk anknya itu adalah pegangan saya dalam membina anak (W/YM/OR/6/16.00/21-02-2017). g. Paparan dari Ibu LN adalah sebagaiberikut: “saya selalu menasehati dan memberi contoh
dan
memberikan pengertian kalau ingin jadi anak yang baik harus dimulai sejak sekarang, waktunya shalat saya juga masih sering mengingatkan, kalau saya bekerja ibu saya yang mengingatkan waktu shalat, alhamdulillah masih ada orangtua dirumah jadinya saya merasa tenang karena ada yang mengontrol perilaku anak saya” (W/LN/OR/16.30/21-02-2017). 2. Penulis menanyakan tentang fasilitas pembinaan apa saja yang tersedia di Dusun Ngumpul Desa Kedungumpul, maka jawabannya adalah sebagai berikut: a. Menurut Ibu JY adalah sebagai berikut: “Kalau saya, dari anak yang pertama saya daftarkan di TPQ,BIMBEL
dan
dapat
pelajaran
dari
sekolah
aja”
(W/JY/OR/1/16.30/19-02-2017). b. Hal yang sama menurut Ibu SG adalah: “Kalau saya, dari anak yang pertama saya daftarkan di TPQ,BIMBEL
dan
dapat
pelajaran
(W/SG/OR/2/17.000/19-02-2017).
47
dari
sekolah
aja”
c. Begitu juga menurut Ibu YM adalah sebagai berikut: “Sama aja sama yang lain mbak, , TPQ, BIMBEL dan dapat pelajaran dari sekolah” (W/YM/OR/3/20.00/19-02-2017). d. menurut Ibu TR adalah sebagai berikut: “Sama yang lain mbak, , TPQ, BIMBEL dan dapat pelajaran dari sekolah” (W/TR/OR/4/20.00/20-02-2017). e. Menurut Ibu AM adalah: “Saya hanya mengikutkan anak saya di TPQ dan dapat pelajaran dari sekolah saja” (W/AM/OR/5/21.00/20-02-2017). f.
Paparan dari Ibu YM dan Ibu LN adalah: “Fasilitas pendidikan agama Islam di sini ya TPQ sore sama BIMBEL mbak”(W/YM & LN/OR/6/16.00/21-02-2017).
3. Penulis mengajukan pertanyaan selanjutnya tentang latar belakang Pendidikan Orang Tua dan strategi pembinaan Anak pada orang tua pekerja pabrik mereka menjawab sebagai berikut: a. yang dituturkan oleh Ibu JY adalah: “Pendidikan saya terakhir SMK, tetapi saya selalu utamakan pendidikan anak saya. Karena saya menginginkan anak saya lebih tinggi pendidikannya dan kesuksesan melebihi orang tuanya. Jadi saya selalu memantau waktu belajar dan nonton tv anak saya, selalu saya ingatkan kalau sukses juga untuk siapa, siapa yang nantinya senang, begitu mbak” (W/JY/OR/1/16.30/19-02-2017).
48
b. Kemudian penuturan Ibu SG yakni sebagai berikut: “Saya itu pendidikan terakhirnya SD mbak, saya mendidik anak saya dengan mengikuti anak saya, maksudnya saya tidak pernah memaksa anak untuk harus saat itu juga belajar, saya memberi pengetahuan dulu apa pentingnya dan lainnya. Saya mendengarkan keinginan anak saya mau belajar seperti apa saya juga mengutarakan apa yang saya inginkan. Kemudian saya ambil jalan tengah, saya mengambil jalan ini supaya anak tidak merasa terbebani dengan keegoan orangtuanya yang selalu menuntut tetapi mempunyai rasa tanggung jawab dan menjadi pribadi yang baik” (W/SG/OR/2/17.000/19-02-2017). c. Ibu YM juga memberikan paparannya: “SMP mbak pendidikan terakhir saya, dalam mendidik anak saya juga dibiasakan setiap solat maghrib tv harus mati, apalagi kalau besoknya tes. Dalam pendidikan agama Islam, selain saya percayakan di TPQ saya kalau ada waktu kosong juga selalu mengulang ajaran-ajaran agama Islam. agar anak saya juga mempunyai akhlak yang baik” (W/YM/OR/3/20.00/19-02-2017). d. Paparkan oleh ibu TR: “Kalau saya pendidikan terakhirnya SMP mbak. Dalam mendidik anak, yang saya lebih tekankan adalah pendidikan akhlak. Anak saya harus pintar dalam pelajaran sekolah tetapi akhlaknya lebih penting. Jadi saya juga memantau waktu belajar dan sopan
49
santunnya kepada orang lain terutama yang lebih tua . karena kepribadian yang baik akan membawa dalam hal yang baik dalam segala hal.” (W/TR/OR/4/20.00/20-02-2017). e. Jawaban Yang dikatakan oleh Ibu AM adalah: “Pendidikan terakhir saya SMK. Anak saya dulu ketika masih belajar di bangku taman kanak-kanak saya selalu mendampingi dalam belajar terutama ketika mendapat tugas dari guru tetapi setelah anak saya masuk SD saya memberikan tanggung jawab kepada anak saya supaya bisa memenuhi kebutuhan belajarnya sendiri supaya tidak tergantung dengan orang lain apalagi ketika ada ulangan dan tidak terbawa dalam pergaulan teman yang kurang baik.” W/AM/OR/6/16.00/21-02-2017). f.
Paparan dari Ibu YMadalah: “Terakhir saya sekolah itu SMA mbak, pola mendidik saya kepada anak saya tentang agama Islam saya titipkan di TPQ yang diadakan sore hari. Saya terkadang kalau sempat juga mengajarkan di rumah. Kalau sekarang sudah besar sudah tidak semudah dulu saya mengajarkan itu mbak, terkadang merasa kwalahan. Yang penting tidak melebihi batas dalam pergaulannya mbak, selalu dalam pantauan saya ” (W/YM/OR/6/16.00/21-02-2017).
g. Paparan dari Ibu LN adalah: “Pendidikanku terakhir SMP, dalam mendidik anak saya itu memberikan pengarahan-pengarahan agar tidak terlewat batas
50
dalam pergaulannya. Pada saat dia kecil juga saya ikutkan TPQ yang berlangsung sore itu, dapat pendidikan agama Islam juga di sekolah. Saya tidak pernah mengontrol waktu belajar anak dan waktu solat anak saya mbak. Dia belajar kalau ada PR, kalau tidak pas dia ada
ujian
akhir
semester
yang
dia
merasa
tidak
bisa”
(W/LN/OR/7/16.30/21-02-2017). 3. Penulis menanyakan tentang faktor penghambat dalam menerapkan strategi orangtua dalam pembinaan akhlak anak pekerja pabrik jawabannya sebagai berikut: a. Paparan dari Ibu JY: “Kalau hambatan ya karena kesibukan orangtua, disuruh ngaji di rumah nanti-nanti, kalah sama tv nya kalo pas libur itu mbak, di sekolah pelajaran agama juga mendapatkan bagus kok” (W/JY/OR/1/16.30/19-02-2017). b. Jawaban Ibu SG adalah sebagai berikut: “Mengenai penghambat dalam mengajarkan pendidikan agama Islam pada anak saya kurangnya waktu berkumpul mbak, saya itu kalau mau mengajarkan kepada anak lebih mengikuti alurnya. Tetapi tetap tak kasih waktu, misalmya lagi pada mainan, terus saya suruh mengaji, jawabanya nanti dulu trus saya kasih waktu 5 menit lagi. Setelah itu ya nanti jalan sendiri” (W/SG/OR/17.00/19-02-2017).
51
c. Ibu YN juga memberikan paparan: “Hambatan saya dalam membina anak itu paling ya anak saya itu susah mbak kalau disuruh, karena jarang berkumpul juga” (W/YN/OR/3/20.00/19-02-2017). d. Ibu TR adalah: “Alhamdulillahnya saya tidak ada hambatan mbak dengan anak, sampai sekarang anak saya ke masjid juga tidak pernah di suruh, meskipun saya lagi tidak ke masjid. Hanya karena orang tuanya sibuk mencari uang jadi sedikit waktu berkumpulnya” (W/TR/OR/4/20.00/20-02-2017). e. Paparkan oleh Ibu AM adalah: “Hambatannya karena anak saya jarang mau keluar dan kumpul dengan teman-temannya, dan jarang berkumpul dengan orang tuanya. Jadi kalau pas pulang bekerja saya berusaha selalu mendekatkan diri kepada anak” (W/AM/OR/5/21.00/20-02-2017). f.
Ibu YM adalah: “Anak saya susah kalau disuruh mbak, terutama saat disuruh ngaji tetapi kalau teman-teman bermainnya mau mengaji pasti dia mau berangkat ngaji tanpa disuruh” (W/YM/OR/6/16.00/21-022017).
g. Ibu LN adalah: “Susah anak saya kalau dinasehati mbak, dia mau mengajarkan sesuatu kalau itu keinginannya. Karna kesibukan saya
52
untuk mencari uang, ketemunya juga kalau pas saya pulang bekerja jadi
saya
kurang
waktu
untuk
pendekatan
kepada
anak”
(W/MJ/OR/7/16.00/27-06-2016). 4. Pertanyaan selanjutnya yang diajukan penulis tentang faktor pendukung dalam menerapkan strategi pembinaan anak pada orang tua pekerja pabrik adalah sebagai berikut: a. Ibu JY adalah: “Kalau pendukungnya ya dari orang tuanya dulu mbak. Di biasakan aja mbak kalau saya, dengan cara pembiasaan dan diberi contoh lebih mudah dalam pembinaannya” (W/JY/OR/1/16.30/19-022017). b. Ibu SG adalah: “Pendukungnya kalau saya yang penting lingkungan rumah dulu” (W/SG/OR/2/17.00/19-02-2017). c. Ibu YN adalah: “saya selalu berusaha mengusahakan pembinaan itu dari peneladanan di dalam keluarga mbak” (W/YN/OR/3/20.00/19-022017). d. Ibu TR adalah: “pendukungnya pendidikan agama Islam ya dari pendekatan antar keluarga itu” (W/TR/OR/4/20.00/20-02-2017).
53
e. Ibu AM adalah: “Melalui pendekatan keluarga mbak, meskipun waktu bertemu tidak setiap waktu. Tapi ketika ada waktu kosong dan libur saya mendekati anak saya” (W/AM/OR/5/21.00/20-02-2017). f.
Ibu YM adalah: “Kalau anak saya itu lingkungan rumah dan luarnya mbak yang dapat dibuat pendukungnya” (W/YM/OR/6/16.00/21-02-2017).
g. Ibu LN adalah: “Lingkungan mbak, karena saya juga sadar kalau kurang memperhatikan
tentang
(W/LN/OR/7/16.30/21-02-2017).
54
pedidikan
agama
Islamnya”
BAB IV PEMBAHASAN Setelah data diolah dan disajikan baik dalam bentuk tabel maupun penjelasan dan uraian, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Penganalisaan dilakukan agar dapat diperoleh hasil yang sesuai dari setiap data yang disajikan dalam penelitian ini. Untuk lebih terarahnya proses analisis ini, penulis mengemukakan berdasarkan penyajian sebelumnya secara sistematis dan berurutan. A. Pembinaan Akhlak Anak-Anak pada Ibu Pekerja Pabrik Berdasarkan temuan di lapangan, pembinaan akhlak anak di Dusun Ngumpul terbukti dengan orangtua yang selalu menyempatkan waktu ketika tidak bekerja, untuk memantau perilaku atau kegiatan anak dan selalu memberi contoh yang baik dalam pendidikan dan perkembangan anak. Selain itu ada juga yang menerapkan strategi ceramah, pahala dan ancaman. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua memperhatikan pembinaan akhlak kepada anak-anaknya. Karena strategi seperti ini tepat untuk menanamkan akhlak pada saat anak masih kecil. Apabila penanaman akhlak dilakukan dengan sembarangan atau sama sekali tidak dilakukan, maka dikhawatirkan anak kecil tersebut dapat melenceng dari akhlakul karimah.Faktor yang mempengaruhi strategi orangtua dalam pembinaan akhlak anak di Dusun Ngumpul adalah:
55
1. Lama bekerja orangtua setiap hari. Orang tua bekerja selama 8 jam dalam sehari. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua lebih banyak berada diluar rumah. Dalam hal ini orangtua memiliki keterbatasan waktu untuk memberikan pembinaan kepada anak mereka. 2. Kesempatan orangtua dalam membina akhlak pada anak Berdasarkan perolehan data yang dijabarkan sebelumya, maka dapat dianalisa bahwa walaupun orangtua bekerja dalam 8 jam sehari dengan sistem shift, mereka masih dapat menyempatkan waktu untuk membina ankak-anaknya agar mempunyai akhlak yang baik. Seperti mengajak sholat berjamaah ketika pulang bekerja, membaca AlQur’an bersama, ketika anak mau tidur diajarkan membaca do’a sebelum tidur, santun kepada orangtua,berbicara lembut dan tidak membentak orangtua. Sehingga dengan waktu yang mereka punya untuk berkumpul dengan keluarga dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Hal ini dapat berpegaruh positif terhadap strategi pembinaan orangtua, namun sebaliknya apabila mereka tidak menggunakan dengan sebaik-baiknya maka dapat berpengaruh negatif terhadap akhlak anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi orangtua dalam pembinaan akhlak anak
pekerja pabrik untuk membina anaknya
menggunakan keteladanan. Karena keteladanan lebih mudah diterima dibandingkan hanya dengan lisan saja.
56
3. Kemauan Dalam Diri Anak itu Sendiri. Setiap anak terlahir memiliki potensi atau kemampuan masing-masing, maka
kewajiban orangtua
membimbing atau
mengarahkan anak mengembangkan potensi tersebut agar anak menjadi generasi yang berakhlakul karimah. B. Faktor-Faktor Penghambat dan Pendukung Strategi Orangtua Pekerja Pabrik dalam Membina Akhlak Anak Faktor penghambat orangtua dalam memberikan pembinaan kepada anak adalah kurangnya waktu orangtua berkumpul dengan anak dan lingkungan pergaulan. Hal itu sangat berpengaruh, walaupun sering bermain, berkumpul bersama teman-temannya, namun karena kesibukan orangtua sehingga kuranglah pengawasan terhadap anak mereka. Akan tetapi, kebanyakan dari mereka tetap mengaji di TPQ dan belajar di BIMBEL. Bimbel(Bimbingan Belajar) adalah sebuah lembaga mandiri atau bukan lembaga yang memiliki pelayanan jasa yang bergerak dibidang pendidikan. Selain itubimbel juga berarti suatu bimbingan belajar kepada siswa yang merupakan suatu bimbingan dasar agar mencapai prestasi yang diinginkan. Pada masa sekarang semakin bekembangnya kompetensi siswa yang harus ditingkatkan sehingga banyak membuat orangtua memilih alternatif untuk mendukung gaya belajar anak dengan bimbel. TPQ(Taman Pendidikan Quran) adalah sebuah lembaga pendidikan diluar sekolah yang menitik beratkan pengajaran pada pembelajaran membaca
57
Al-Qur’an dengan muatan tambahan yang berorientasi pada pembentukan akhlak dan kepribadian islamiyah. Faktor pendukung yang dapat mempengaruhi adalah kemauan orangtua agar anaknya menjadi sholeh dan sholehah, orangtua yang selalu berusaha memberikan teladan yang baik. Karena keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak, tetapi orangtua juga berusaha mencarikan fasilitas pembinaan akhlak agar anaknya tetap mendapatkan pendidikan yang baik meskipun harus mengeluarkan biaya. Fasilitas yang dipilih para orangtua dalam membina akhlak anak adalah dengan mendaftarkan anak ke TPQ dan BIMBEL terdekat, karena terkadang orangtua tidak memiliki waktu luang untuk mengantar jemput anak ketika dimasukkan ke TPQ dan BIMBEL yang jauh. Namun meskipun dekat kualitas pendidikannya terjamin. C. Hasil Strategi Orangtua Pekerja Pabrik dalam Membina Akhlak Anak Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti strategi yang digunakan orangtua dalam membina akhlak anak menggunakan strategi ceramah dan keteladanan karena mereka beranggapan bahwa anak akan mudah menerima ketika anak melihat secara langsung apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Seperti pembinaan yang diterapkan oleh Ibu YN beliau mengatakan bahwa strategi yang digunakan adalah strategi keteladanan, dengan strategi itu anak mudah menerima apa yang beliau katakan, misalnya ketika saya berada dirumah dan mendengar suara adzan maghrib berkumandang saya selalu mematikan TV kemudian bergegas mengambil wudhu lalu menjalankan
58
shalat dan tak lupa mengajak anak saya, begitu pula yang dilakukan anak saya meskipun saya tidak ada. Itu berarti strategi ceramah dan keteladanan yang saya ajarkan kepada anak saya berhasil. Selain strategi keteladanan orangtua juga menggunakan strategi ceramah, karena dengan seringnya mengulang pembicaraan anak tidak akan lupa dengan apa yang dikatakan terutama ayah atau ibundanya. Sehingga anak akan melakukan sesuai dengan apa yang diprtintahkan, anakpun tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, sehingga anak mampu menlakukan perbuatan yang baik sesuai dengan apa
yang orangtua inginkan.
Sesungguhnya tidak ada orangtua yang mengajarkan keburukan kepada anaknya karena orangtua menginginkan memiliki anak yang berakhlak mulia seperti Rasulullah SAW. Begitupula yang dilakukan kepada Ibu AM dalam membina anaknya, Ibu AM menerapkan strategi ceramah, Ibu AM selalu mengajari anaknya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, jikalau anaknya mendapat nilai jelek disekolah, Ibu AM menasehati anaknya agar tidak banyak bermain tetapi banyak belajar, dan Ibu AM tidak hanya menyuruh anaknya untuk belajar tetapi Ibu AM juga menemani anaknya dan mengajari anaknya dalam belajar agar mendapat nilai baik disekolah. Jika Ibu YN dan Ibu AM dalam membina anaknya berjalan mulus berbeda dengan Ibu TR, meskipun beliau sudah menerapkan strategi ceramah dan keteladanan, beliau harus cukup sabar untuk menghadapi anaknya tersebut, seperti yang beliau utarakan bahwasannya anaknya ini memiliki
59
kecerdasan yang kurang, karena kurangnya waktu bersama saya karena kesibukan saya bekerja sehingga anakpun menjadi terlantar dan anak saya mau belajar ketika saya memberikan dia hadiah sehingga saya menerapkan strategi pahala dan sanksi. Menurut saya sebenarnya ini kurang baik karena begitu saya tidak memberi apa-apa anak akan langsung merasa malas untuk belajar, namun jika tidak belajar dia merasa takut kepada saya, yang saya tukutkan adalah anak akan menjadi tertekan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan saya sering mengajak dia bercerita, kemudian memancing dia bercerita anak saya berkata bahwa dia tidak merasa tertekan, walaupun sampai saat ini anak saya masih susah jika disuruh belajar tanpa ada yang mendampingi. Maka jelaslah bahwa pendampingan orangtua adalah nomor satu bagi anak-anaknya. Perhatian orangtua yang anak ingin dapatkan setiap harinya, bagi anak-anak orangtua adalah pelindung utama disetiap masalah yang mereka dapatkan.
60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai strategi orangtua dalam pembinaan akhlak anak pekerja pabrik di Dusun Ngumpul adalah sebagai berikut: 1. Pembinaan yang diterapkan orangtua di Dusun Ngumpul Desa Kedungumpul Kec.Kandangan Kab.Temanggung menerapkan strategi keteladanan, ceramah dan ada juga yang menerapkan strategi pahala dan ancaman. Para orangtua terkadang menggunakan cara yang sedikit tegas sesuai dengan situasi dan kondisi yang diharapkan anak mampu mengikuti apa yang orangtua inginkan namun tidak membatasi kemampuan anak. Sehingga hasil yang diharapakan para orangtua pekerja pabrik dalam membina akhlak anak adalah anak mampu berperilaku yang mencerminkan perilaku terpuji, anak dengan cepat menjadi anak yang baik karena anak tersebut melihat secara langsung dan pasti mencontoh perbuatan yang dilakukan orangtuanya, sehingga terbentuklah generasi yang berakhlakul karimah, maka orangtua harus berhati-hati dalam melakukan suatu hal. 2. Hambatan para orantua dalam pembinaan anak di dalam keluarga adalah kesibukan orangtua dalam bekerja, kurangnya waktu berkumpul, dan kemauan dalam diri anak itu sendiri. Sedangkan pendukungnya, karena kemauan orangtua agar anaknya menjadi anak yang sholih dan sholihah.
61
Keluarga yang selalu berusaha maksimal membantu dalam membina dan memperhatikan anak. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka perlu kami sampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Sebaiknya orangtua dapat memanfaatkan waktu secara efektif dalam menanamkan dan pembinaan akhlak anak-anaknya. 2. Orangtua sebaiknya bisa memberi teladan yang baik terhadap anaknya dimana pun dia berada. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
62
Daftar Pustaka Andayani, Abdul Majid dan Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, bandung: Rosdakarya, 2004, Cet.1 Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktik
(Edisi Revisi VI). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Asy Syalhub, Fuad, Guruku Muhammad SAW, Jakarta: Gema Insani Perss, 2006, Cet. 1. Basri, Hasan, Remaja Berkualias: Problematika Remaja dan Solusinya, Yokyakarta:Mitra pustaka, 2004, Cet.4 Drajat, Zakiyah.1993. Ilmu Jiwa dan Agama. Jakarta: Bumi Aksara. Daradjat, Zakiah. 1995. Pendidikan Islam dalam Kluarga dan Sekolah. Bandung: cv ruhama Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Lestari & Ngatini. 2010. Pendidikan Islam Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mahmud,Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema insani. Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: TrustMedia. Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. edisi revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Moeloeng, J. Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet 1 Quasem, Muhammad Abul. 1988. Etika Ghozali. Bandung: pustaka. Rahmat, Jalaludin. 1994. Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern. Bandung: Rosda Karya. Sinaga, Zahrudin AR, dan Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, cet. 1 Subrata, Hadi,1988. Meningkatkan Intelegensi Anak Balita. Jakarta: Gunun. Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Sutarto, Joko. 2007. Pendidikan Nonformal, Konsep Dasar, Proses Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat. Semarang: Unnes Press Thoha, chabib dkk. 2004. Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Tim penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka. Washil,Nashir Farid. 2004. Wanita Bertanya Islam Menjawab. Bandung: Mujahid. Zuhaili, Muhammad. 2002. Pentingnya Pendidikan islam Sejak Dini. Jakarta: A.Hba’adillahpres.
Daftar Riwayat Hidup
Nama
: Elia Widyawati
Tempat, Tanggal Lahir
: Temanggung, 07 Juni 1994
NIM
: 111-12-078
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Alamat Asal
: Ngumpul, Kedungumpul, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Jenjang Pendidkan
: 1. SD Negeri 1Kedungumpul, Temanggung 2. SMP Negri6 Temanggung 3. MAN Parakan Temanggung 4. S1 PAI IAIN Salatiga
DAFTAR SKK
Nama
: Elia Widyawati
NIM
: 111-12-078
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan
Dosen Pembimbing
: Muh.Hafidz, M.Ag
No
Piagam Penghargaan
Tanggal
Sebagai
Bobot SKK
1
OPAK STAIN 05-07 Sebtember SALATIGA 2012 2012 “Progresifitas Kaum Muda, Kunci Peubahan Indonesia (DEMA)
Peserta
3
2
ORIENTASI PENGENALAN AKADEMIK DAN KEMAHASISWAAN (OPAK) JURUSAN TARBIYAH STAIN SALATIGA “Mewujutkan Gerakan Mahasiswa Tarbiyah Sebagai Tongkat Kebangkitan Pendidikan Indonesia (HMJ)
08-09 Sebtember 2012
Peserta
3
3
ORIENTASI DASAR KEISLAMAN (ODK) “ MEMBANGUN KARAKTER KEISLAMAN BERTARAF INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI
10 Sebtember 2012
Peserta
2
BANGSA” (ITTAQO) 4
Seminar Entrepreneurship dan Perkoprasian “Explore Seminar Entrepreneurship dan Perkoprasian “Explore our Entrepreneurship Talent” (MAPALA)
11 Sebtember 2012
Peserta
2
5
Achicvment Motivation 12 Sebtember 2012 Training “Bangun Karakter Raih Prestasi (JQH dan LDK)
Peserta
2
6
LIBRARY USER EDUCATION (Pendidikan Pemakaian Perpustakaan)
13 Sebtember 2012
Peserta
2
7
Seminar nasional Mahasiswa “Urgensi Media Dalam Pergaulan Politik” (DINAMIKA)
29 Sebtember 2012
Peserta
8
8
MAPABA PMII joko Tingkir salatiga 2012 “ Membentuk Militansi Kader Menuju Hahasiswa Yang Ideal” (PMII)
05-07 Oktober 2012
Peserta
2
9
BAKSOS VI “Membuka Diri Dengan Rendah Hati Menuju Pribadi Suci” ( FORMATAS)
25-28 Oktober 2012
Panitia
3
10
DIALOG PUBLIK DAN SILATURAHMI NASIONAL “Kemanakah Arah Kebijakan BBM? Mendorong Subsidi BBM Untuk Rakyat” (PMII)
10 Nopember 2012
Peserta
8
11
Seminar Nasional “Peran Lembaga Perbankan
29 Nopember 2012
Peserta
8
Syariah dengan adanya otoritas jasa keuangan (UU no.21 Tahun 2011 Tentang OJK) (HMJ Syariah) 12
Penyuluhan Bank Sampah (FORMATAS)
12 Januari 2013
Panitia
3
13
Seminar pencegahan Bahaya NAPZA, HIV/AIDS danLaunching PIK SAHAJASA
29 April 2013
Peserta
2
14.
Seminar Pendidikan HMJ Tarbiyah STAIN Salatiga
2 Mei 20143
Peserta
2
15
Seminar Nasional “Norma 27 Mei 2013 Hukum Serta Kebijakan Pemerintah Dalam Mengendalikan Harga BBM Bersubsidi” (DEMA)
Peserta
8
16
MAKRABKEB “ Satukan Tujuan” (FORMATAS)
07-08 Sebtember 2013
Panitia
3
17.
BAKSOS KE VII “Ikut Serta Menumbuhkan Kecintaan Masyarakat Terhadap pendidikan” (FORMATAS)
17 Oktober 2013
Panitia
3
18.
Sosialisasi Pancasila,Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka tunggal ika
24 Oktober 2013
Peserta
8
19.
TANAM 1000 POHON (FORMATAS)
21 November 2013
Panitia
3
20.
Sertifikat Dalam Kegiatan Pelatihan Administrasi Dengan Tema “ Menciptakan Keseragaman dalam Management Administrasi dan Keuangan Demi Menuju Tertib Organisasi”
20 Januari 2014
Peserta
2
21.
Penyuluhan Pengelolaan sampah
16 Maret 2014
Panitia
3
22.
Dialog Interaktif dan Edukatif “DIASPORA POLITIK INDONESIA di Tahun 2014, MEMILIH UNTUK SALATIGA HATI BERIMAN” (SEMA)
1 April 2014
Panitia
23.
Sertifikat Public Hearing “STAIN Menuju IAIN Dari Mahasiswa Oleh Mahasiswa Untuk Mahasiswa”
10 Juni 2014
Peserta
3
24.
Surat Keputusan Penetapan 10 September 2014 Pengurus Putri
Pengurus
4
25.
MAKRABKEB “Bersama Membuka Pintu Ilmu Dalam Satu Wadah Keluarga (FORMATAS)
14-15 Sebtember 2014
Panitia
3
26.
Seminar Nasional “ Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Profesionalitas Pendidikan”
13 Nopember 2014
Peserta
8
27.
Seminar “Pelatihan, Peternakan, Perikanan dan
31 Januari 2015
Peserta
2
Fermentasi” 28.
Seminar Nasional 30 Oktober 2015 Kewirausahaan. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Salatiga
Peserta
8
29.
Piagam Penghargaan Penyuluhan Bahaya NAPZA DAN HIV/AIDS di Desa Munggangsari
7 Februari 2016
Panitia
3
30.
Seminar Nasional Dengan Tema “ BUDAYA SEBAGAI ATTITUDE PENDIDIKAN”
31 Mei 2016
Peserta
8
Jumlah
121
Lampiran Foto
Wawancara bersama ibu SG (19-02-2017)
Wawancara bersama ibu TR (20-02-2017)
Wawancara bersama ibu YN (20-02-2017
Wawancara bersama ibu YM (19-02-2017)
Wawancara bersama ibu JY (19-02-2017)
Wawancara bersama ibu YM (19-02-2017)
Wawancara bersama ibu AM (21-02-2017)