NILAI-NILAI PENDIDIKANDALAM TRADISI “GREBEG” MAULUD DUSUN BENTISAN DESA SUKOMARTO KECAMATAN JUMO KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014
SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh : ERMA NAHDLIYATUL FUTIHAH NIM 111 10 187
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Teip. (0298) 323706,323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
DEKLARASI Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Erma Nahdliyatul Futihah
NIM
: 1110187
Fakultas
: Tarbiyah
Jurusan
: PAI
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi. Salatiga, 10 November 2014 Penulis
Erma Nahdliyatul Futihah 111 10 187
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Teip. (0298) 323706,323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.staisalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
SKRIPSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GREBEG MAULUD DUSUN BENTISAN DESA SUKOMARTO KECAMATAN JUMO KABUPATEN TEMANGGUNG DISUSUN OLEH ERMA NAHDLIYATUL FUTIHAH 111 10 187 Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, SekolahTinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24 D esember 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Dr. Agus Waluyo, M.Ag
Sekretaris Penguji
: Sri Guno Najib C.M.A
Penguji I
: Drs. Taufiqul Mu‟in, M.Ag
Penguji II
: Rovi‟in, M.Ag
Penguji III
: Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Teip. (0298) 323706,323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.staisalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
NOTA DINAS Salatiga, 24 Desember2014 Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan pembimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Grebeg Maulud Bentisan Desa Sukomarto Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung Tahun 2014
Nama
: Erma Nahdliyatul Futihah
NIM
: 11110187
Jurusan/Progdi: Tarbiyah/PAI Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga untuk diajukan dalam sidang Munaqosah. Wassalamu‟alaikum Wr. Wb. Pembimbing Skripsi
Sukron Ma‟mun, S.Hi, M.Si NIP. 19790416 200912 1001
ABSTRAKS Judul
: Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Grebeg Malud Bentisan Desa Sukomarto Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung Tahun 2014
Nama
: Erma Nahdliyatul Futihah
NIM
: 11110187
Latar belakang pembuatan skripsi ini untuk membuktikan ada tidaknya nilai-nilai pendidikan dalam tradisi Grebeg Bentisan.Dalam tradisi grebeg bentisan terdapat beberapa rangkaian acara yang memiliki banyak unsur pendidikanya, mulai dari awal acara yaitu pembacaan tahlil dan doa untuk para arwah orang-orang bentisan yang sudah meninggal pada umumnya dan pada khususnya pembacaan doa di tujukan kepada ulama/wali yang ada di desa bentisan yaitu simbah Kyai Tuan Sayid Abdurrahman beliau merupakan tokoh yang mencetuskan nama desa bentisan, dari situ dapat diambil sebuah pendidikan islam yaitu berbakti kepada orang tua. Berkaitan dengan uraian tersebut di atas maka timbul suatu keinginan dari peneliti untuk mengadakan penelitian guna mengetahui maksut, tujuan, dan nilai-nilai pendidikan dari upacara Tradisi Grebeg yang telah mentradisi di kalangan masyarakat Jawa pada umumnya dan masyarakat Desa Bentisan pada khususnya. Di mana masyarakat yang berdomisili di Desa Bentisan dan sekitarnya beranggapan bahwa pelaksanaan dari kegiatan tradisi grebeg tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan.Dalam merumuskan permasalahan tersebut, perlu adanya sistematika analitik untuk mencapai sasaran yang menjadi objek kajian, sehingga pembahasan akan lebih terarah pada pokok masalah. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari pokok masalah dengan pembahasan yang tidak ada relevansinya.Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1). Bagaimanakah sejarah tradisi grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung?, 2). Ritual apa saja yang terdapat dalam prosesi grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung?, 3). Nilai nilai Pendidikan apa saja yang terdapat dalam tradisi grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung?. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, digunakan untuk mengamati tradisi grebeg.Metode wawancara digunakan untuk menggali informasi tentang bentuk tradisi grebeg. Kemudian metode yang terakhir adalah metode dokumentasi, dokumen yang diperoleh dalam hal ini adalah berupa kumpulan dari beberapa pengamatan langsung kelokasi penelitian, yang dikumpulkan bermacam-macam dari berbagai sumber, berupa dokumen foto atau dokumen penting tentang sejarah dan lain-lainya yang berhubungan dengan tradisi grebeg Bentisan.
Hasil dari penelitian ini terdapat tiga nilai pendidikan dalam upacara tradisi Gebeg Bentian Tiga tersebut yaitu: 1). Nilai pendidikan sosial terdapat dalam : gotongroyong, pemberian sedekah, kebersamaa.2). Nilai pendidikan Agama Islam terdapat dalam beberapa ritual yaitu: doa, sedekah, berbakti kepada orang tua, cinta kepada Allah lewat wali-walinya. 3). Nilai pendidikan kebudayaan terdapat dalam ritual-ritual adat dan pakaian adat yang digunakan ketika arak-arak.
MOTTO
خير الناس أنفعهم للناس
“Sebaik-Baik Manusia Adalah Orang Yang Paling Bermanfaat Bagi Manusia”
PERSEMBAHAN Dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur, skripsi ini saya persembahkankepada: 1. Ayahanda (Khoeroni) dan Ibunda (Siti Sholihah). Semoga ananda dapat mengukir“bahagia” pada hari-hari bapak dan ibu selanjutnya setelah kisah berat danpanjang terlampui, tidak lupa Ayahanda (Badrodin) dan Ibunda (Sholiyah) dengan doa restu bapak ibu sekalian juga karya ini ada. 2. Seorang sahabat penyayang pelindung pengasih dan pemberi ketentraman mas Mahrosin yang memberikan inspirasi serta penguat hati ketika lemah dan yang selalu membangkitkan “semangat dalam lelah” dalam perjalanan penyelesaian skripsi ini. 3. Kakak-kakakku mbak ely,mas mahbub dan kakak iparku mas shoim. Yangselama ini tak pernah berhenti menanamkan semangat dan mencurahkankepeduliannya selama ini. 4.
Sahabat-sahabatku di pondok Al Falah (mbak umi, mbak chunul, dek epy, dek riyana, dek uzi, mbak indah, mbak rizka, mbak ulin, mbakkhanif) canda, tawa kalian menjadi pelipur lelahdalampenulisan skripsi ini.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam yang Maha Rahman dan Maha Rahim, tempat memohon pertolongan dan ampunan, tempat berlindung dari segala kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan. Barang siapa diberi petunjuk oleh-Nya, maka tidak ada yang mampu menyesatkan dan barang siapa disesatkan-Nya, maka tidak ada yang mampu memberi petunjuk. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kehadirat Rasulullah Saw, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Dengan kerendahan hati dan penuh kesadaran , penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Perjalanan yangmelelahkan dalam penyelesaian skripsi ini, akan lebih berarti dengan ucapanterima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantudalam proses ini. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada: 1. Ayahanda Khoeroni dan ibunda Siti Sholihah tercinta yang telah mencurahkan pengorbanan dan doa restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis. 2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga 3. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah. 4. Bapak Rasimin, S.PdI, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PAI.
5. Bapak Sukron Ma‟mun. S.Hi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Bapak Ghufron M,Ag, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik. 7. Seluruh Dosen STAIN Salatiga dan para stafnya yang telah memberikan ilmu dan bantuannya bagi penulis, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 8. Bapak K.H. Zoemri RWS beserta ibu Hj. Latifah selaku pengasuh PPTI Al Falah yang telah membina, mendidik, dan mencurahkan ilmunya serta doa kepada penulis selama studi di ponpes. 9. Bapak Miftahudin, S.Ag, selaku kepala Desa Sukomarto yang telah memberikan berbagai informasi serta ijin penelitian bagi penulis. 10. Mas mahrosin yang senantiasa setia menemani, yang selalu bersedia untuk direpotkan dan sahabat pendengar yang bijak ketika penulis mengeluarkan keluh-kesahnya. 11. Kakak-kakak tercinta mas mahbub, mbak ely, mas shoim, yang tiada henti mengingatkan agar terus semangat dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. 12. Teman-teman seperjuangan mbak umi, mbak indah, mbak rizka, mbak ulin, mbak khanif, maz arifin yang selalumensupport penulis untuk tidak bosan-bosan berusaha menjadi lebih baik.
13. Teman-teman dan adik-adik Pondok Al Falah suka duka kita hidup bersama.
14. Seluruh warga masyarakat Bentisan atas kerjasamanya dan doanya skripsi ini dapat selesai tepat waktu.
15. Teman-teman se-Tarbiyah angkatan 2010 dan seluruh pihak yang tidakbisa penulis sebutkan satu persatu di sini yang telah memberikan bantuandan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada semuanya, penulis mengucapkan terima kasih disertai do‟a semoga segala kebaikannya diterima sebagai amal sholih dan mendapatkan balasan berlipat dari-Nya. Serta proses yang selama ini penulis alami semoga bermanfaat di kemudian hari, sebagai bekal mengarungi kehidupan. Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini melainkan Dia yang Maha Sempurna.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu menyempurnakan baik dari segi substansial (isi) maupun metodologi.Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini.Dan penulis berharap semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, 24 Desember 2014 Penulis
Erma Nahdliyatul futihah 111 10 187
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………………….. ii PENGESAHAN ………………………………………………………… iii NOTA PEMBIMBING ……………………………………………….... iv ABSTRAK ……………………………………………………………… v MOTTO …………………………………………………………………. vii PERSEBAHAN ……………………………………………..................
viii
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. ix DAFTAR ISI ……………………………………………………………. xi DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xv BAB I PENDAHULUAN .………….………………………………….. 1 A. Latar Belakang ………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah …………………………………………...
7
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 7 D. Kegunaan Penelitia ………………………………………….. 8 E. Penegasan Istilah …………………………………………….
8
F. Landasan Teori ………………………………………………
11
G. Metode Penelitian …………………………………………… 13 H. Prosedur Pengumpulan Data ……………………….............
17
I. Analisis Data ………………………………………………… 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………… 21 A. Grebeg ……………………………………………………….. 21 1. Pengertian Grebeg ……………………………………….. 21 2. Sejarah Grebeg …………………………………………… 21 B. Pendidikan ……………………………………………………. 24 1. Pengertian Pendidikan ……………………………………. 24 2. Tujuan Pendidikan ………………………………………... 26 3. Subjek Pendidikan ……………………………………….. 28 4. Objek Pendidikan ………………………………………… 35 5. Metode …………………………………………………… 37 6. Media …………………………………………………….. 40 7. Evaluasi ………………………………………………….. 41 8. Bentuk-bentuk Pendidikan ………………………………. 42 BAB III PAPARAN DATA ...……………..………………………….
45
A. Paparan Data ………………………………………………… 45 1. Gambaran Umum Lokasi ………………………………... 45 2. Sejarah Desa Bentisan …………………………………… 46 3. Kependudukan …………………………………………… 47 4. Kondisi Geografis ……………………………………….. 47 5. Kondisi Sosial, Agama dan Budaya ……………………..
48
B. Temuan Penelitian….………………………………………..
49
a. Grebeg Bentisan ………………………………………….. 49 b. Waktu Diadakanya Grebeg ………………………………. 50
c. Tempat-tempat Upacara ………………………………….. 50 d. Upacara Ritual Adat Dalam Tradisi Grebeg ……………
53
BAB IV PEMBAHASAN ……………………………………………… 55 A. Sejarah Tradisi Grebeg …………………………………………
55
B. Prosesi Tradisi Grebeg ………………………………………….
58
C. Nilai-nilai Pendidkan Dalam Tradisi grebeg …………………..
61
1. Nilai Pendidikan Sosial …………………………………….
62
2. Nilai Pendidikan Agama Islam……………………………...
69
3. Nilai Pendidikan Kebudayaan ………………………………
89
BAB V PENUTUP ……………………………………………………...
95
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 95 B. Saran …………………………………………………………….. 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN : PAPARAN HASIL WAWANCARA FOTO-FOTO NOTA PEMBIMBING LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI DAFTAR NILAI SKK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya agama Hindu dan Budha di Jawa, orang Jawa telah mengenal suatu keyakinan yang bersifat sinkritisme, yaitu Animisme dan Dinamisme.Di sinilah akar permasalahanya dari keyakinan orang Jawa hingga saat ini, sedangkan ajaran Hindu dan Budha hanya sebagai pewarna saja.Dan masuknya agama-agama wahyu termasuk agama Islam ternyata tidak mematikan keyakinan dan paham ini.Ia tetap berjalan secara pasang surut mengikuti perubahan waktu dan perkembangan zaman. Hal itu terwujud dalam bentuk kepercayaan adanya danyang-danyang yang berarti hantu penjaga (rumah, pohon, dan sebagainya) di tempat-tempat tertentu dan percaya adanya dewa-dewa yang menguassai tempat-tempat di bagian bumi ini. Agama dan budaya dua sisi yang tidak bisa dipisahkan tetapi sering menimbulkan pertentangan.Masuknya Islam ke tanah Jawa sendiri melalaui jalur budaya, penyebar agama Islam tidak menghilangkan budaya yang telah melekat dimasyarakat, sehingga menimbulkan fenomena budaya baru yaitu campuran antara kejawen dengan Islam.Hal ini dapat dicontohkan dengan budaya pewayangan dari wali songo sebagai salah satu media dakwah Islam, jadi wayang memang merupakan seni pentas yang paling jitu menjadi sarana hiburan yang sekaligus wasilah memasyarakatkan nilai-nilai budaya Jawa yang dipandang luhur.Dalam
pertunjukan wayang diekpresikan tatakrama feodal yang halus yang berlaku di keraton (Simuh, 1999: 119).Melalui seni masyarakat Jawa tertarik dan menyukainya sebagai hiburan pada jaman dahulu mereka juga mendapatkan makna yang disampaikan oleh wali melalui pertunjukan wayang tersebut. Menurut Koentjaraningrat (1984:5), “kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud, ialah : 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagi benda-benda hasil karya manusia”. Wujud pertama bersifat abstrak, dalam artian tak ada bukti kongkrit, tak dapat diraba atau difoto.Wujud kedua bersifat tentang pola tingkah laku manusia dan bias diobservasi, difoto dan didokumentasikan. Sedangkan wujud ketiga adalah merupakan seluruh total dari hasil aktivitas pembuatan dan karya-karya manusia dalam masyarakat, hal ini dapat berwujud benda-benda atau hal-hal yang berwujud dan dapat diraba. Ada dua faktor yang menyebabkan keyakinan atau paham kejawen ini masih berlangsung sampai sekarang ini, yaitu : 1. Faktor intern Hal ini tidak terlepas dari sikap hidup orang Jawa yang telah meyakini betul dengan nilai-nilai dalam tradisi kejawen. Kejawen
merupakan campuran (sinkretisme) kebudayaan agama pendatang, Hindu, Budha, Islam dan Kristen, kejawen (sinkretisme) adalah percampuran Hindu-Budha-Islam, meskipun berupa percampuran namun ajaran kejawen masih berpegang pada tradisi Jawa asli sehingga dapat dikatakan mempunyai kemandirian sendiri, orang Islam tradisional menganggap kejawen adalah merupakan kelengkapan utama dalam kehidupan seharihari. Belum lengkap dalam menjalankan agama Islam tanpa dicampuri dengan nilai-nilai ajaran kejawen, kalangan orang jawa masih banyak melakukan ritual-ritual kuno seperti ciri magis pewayangan, pengorbanan kerbau atau hewan tertentu bahkan ketika mereka sudah menyatakan keislamannya. Karena mereka menjalankan agama hanya sebatas pada pelaksanaan syariat rukun islam yang lima. Sedangkan mereka butuh ketenangan batin dan media atau sarana mendekatkan diri kepada Tuhan. 2. Faktor Ekstern Hal ini banyak diwarnai oleh perjalanan sejarah Jawa.Selain didalam buku horoskop Jawa (primbon) disebutkan adanya larangan keras untuk mantuatau menggelar hajatan (pernikahan) di bulan Suro pada hari Senin dan Selasa.Atau pada tanggal 6, 11, 13, 14, 17, 18, 27 yang mereka sebut sebagai tanggal-tanggal naas atau sial.Paham kejawenjustru dikokohkan oleh Islam yang diajarkan oleh para Walisongo, antara lain tawassul. Pengkultusan orang-orang tertentu, larangan menyembelih hewan tertentu (misalnya sapi) karena untuk menghormati ajaran agama Hindu dan lain sebagainya (Koentjaranigrat, 1994:334-335).
Kebudayaan
mempunyai
berbagai
bentuk
dan
beberapa
unsur.Salah satu unsur di antara unsur-unsur atau nilai yang ada dalam kebudayaan adalah sistem religi atau kepercayaan.Dari unsur yang berupa sistem religi tersebut, dapat berwujud sistem keyakinan dan gagasan dari tuhan, dewa-dewa, roh para leluhur dan sebagainya.Hal ini dimaksudkan agar manusia memiliki kemantapan, keseimbangan dalam kehidupan lahiriyah maupun batiniyah.Sistem religi atau kepercayaan yang merupakan pondasi dan pegangan hidup masyarakat dapat diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk upacara yang dilaksanakan dalam masyarakat setempat guna memperingati, memuliakan terhadap roh para leluhur yang oleh masyarakat tersebut dianggap dapat mendatangkan pengaruh kepada manusia yang masih hidup. Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan menifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki zaman modern. Pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mentransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satu sama lainnya.
Tujuan
pendidikan
pun
adalah
melestarikan
dan
selalu
meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikanlah kita bisa mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi ke generasi selanjutnya. Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara (Hasan Langgulung:1998). Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus. Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut
tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya. Dalam tradisi grebeg bentisan terdapat beberapa rangkaian acara yang memiliki banyak unsur pendidikanya, mulai dari awal acara yaitu pembacaan tahlil dan doa untuk para arwah orang-orang bentisan yang sudah meninggal pada umumnya dan pada khususnya pembacaan doa di tujukan kepada ulama/wali yang ada di desa bentisan yaitu simbah Kyai Tuan Sayid Abdurrahman beliau merupakan tokoh yang mencetuskan nama desa bentisan, dari situ dapat diambil sebuah pendidikan islamyaitu berbakti kepada orang tua seperti yang telah disabdakan nabi Muhammad Saw:
ِ ِ ات ْاْلنِ َسا ُن َ َصلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق َ إِذَا َم: ال َ َع ْن أَِِب ُىَريْ َرة َرض َى اهللُ َعْنوُ اَ َّن َر ُس ْو َل اهلل ِ ٍ ٍ ِِ ِ ٍ ٍ ِ صالِ ٍح يَ ْدعُ ْو لَوُ (رواه َ ص َدقَة َجا ِريَّة اَْو ع ْل ٍم يَْنتَ َف ُع بو اَْو َولَد َ انْ َقطَ َع َع َملُوُ إِالَّ م ْن ثَََلث )ابوداود “Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya” (HR Abu Daud). Berkaitan dengan uraian tersebut di atas maka timbul suatu keinginan dari peneliti untuk mengadakan penelitian guna mengetahui maksud, tujuan, dan nilai-nilai pendidikan dari upacara Tradisi Grebeg yang telah mentradisi di kalangan masyarakat Jawa pada umumnya dan masyarakat Desa Bentisan pada khususnya. Dimanamasyarakat yang berdomisili di Desa Bentisan dan sekitarnya beranggapan bahwa pelaksanaan dari kegiatan tradisi grebeg tersebut mengandung nilai-nilai
pendidikan.Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul skripsi “NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI “GREBEG” MAULUD
DI
DUSUN
BENTISAN
DESA
SUKOMARTO
KECAMATAN JUMO KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014”. B. RumusanMasalah Dalam
merumuskan
permasalahan
tersebut,
perlu
adanya
sistematika analitik untuk mencapai sasaran yang menjadi objek kajian, sehingga pembahasan akan lebih terarah pada pada pokok masalah. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari pokok masalah dengan pembahasan yang tidak ada relevansinya . Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.Bagaimanakah sejarah tradisi grebeg di dusun Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung? 2.Bagaimanakah prosesi tradisi grebeg di dusun Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung? 3.Nilai nilai Pendidikan apa saja yang terdapat dalam tradisi grebeg di dusun Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan Untuk: 1. Mengetahi sejarah tradisi di dusun grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung.
2. Bagaimanakah prosesi tradisi di dusungrebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung. 3. Mengetahui nilai nilai Pendidikan apa saja yang terdapat dalam tradisi grebeg di dusun Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut : 1. Bagi Akademik, memperkaya khasanah pengetahuan terkait dengan nilai pendidikan/edukasi dalam tradisi Grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung. 2. Bagi Masyarakat, sebagai sumbangan informasi bagi segenap masyarakat yang beragama Islam untuk tetap menjaga nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam tradisi Grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung. 3. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk mengembangkan wawasan dan sikap ilmiah serta sebagai bahan dokumen untuk penelitian lebih lanjut. Praktik nilai-nilai pendidikan itu dapat diterapkan setelah penelitian ini terlaksanakan. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan pengertian dan penafsiran judul di atas dan membatasi ruang lingkup pembahasan dan penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung, yaitu:
1. Nilai Nilai adalah prinsip atau hakikat yang menentukan harga atau nilai dan makna bagi sesuatu, atau sesuatu yang tidak terbatas (Abdul Aziz, 2009: 119). Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting/berguna bagi kemanusiaan misal, budaya yang dapat menunjang kesatuan bangsa harus dilestarikan (kamus umum bahasa Indonesia, 1982:677) 2. Pendidikan Pendidikan
adalah
hidup.Pendidikan
adalah
segala
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. (Redja Mudyahardjo, 2010:3). Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1982:204) Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. 3. Tradisi Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1982:959).Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih di jalankan dalam masyarakat.
Berdasarkan kepada kepercayaan terhadap nenek moyang dan leluhar yang mendahului.Tradisi berasal dari kata “traditium” pada dasarnya berarti segala sesuatu yang di warisi dari masa lalu. Tradisi merupakan hasil cipta dan karya manusia objek material, kepercayaan, khayalan, kejadian, atau lembaga yang di wariskan dari sesuatu generasi ke generasi berikutnya.seperti misalnya adatistiadat,kesenian
dan
properti
yang
digunakan.http://tasikuntan.wordpress.com 4. Grebeg DenysLombard dalam (Santoso, 2010:9) menegaskan bahwa grebeg adalah kelanjutan dari suatu ritual kuno yang telah terbukti ada sejak abad ke-14 yang berfungsi untuk memulihkan kepaduan kerajaan. Grebeg
atau garebeg adalah upacara sesajen yang
bertujuan mempersatukan seluruh lapisan masyarakat, diadakan 3 kali setahun yaitu (1) grebeg maulud untuk memperingati lahirnya nabi Muhammad Saw; (2) grebeg besar untuk mengenang tokoh legendaris Islam Hasan dan Husain; (3) grebeg puasa sebagai pernyataan syukur atas berakhirnya bulan puasa Ramadhan (Soemarjan, 1981:33). Dalam skripsi ini penulis akan membahas grebeg yang diadakan dibulan maulud untuk memperingati (haul) pembuka desa dan memperingati lahirnya nabi Muhammad Saw.
F. Landasan Teori Kehidupan manusia dan alam dipengaruhi oleh dinamika perkembangan yang pesat dan disadari oleh manusia modern.Kesadaran tersebut merupakan suatu kepekaan yang mendorong manusia agar secara kritis menilai kebudayaanya.Evaluasi ini secara praktis mendorong manusia menyusun kembali peradabannya. Usaha untuk menilai proses perkembangan budaya ternyata selalu diajukan dalam setiap lingkungan kebudayaan dan dalam setiap tahap perkembangan. Selain itu ada kecenderungan bahwa budaya semakin berkembang menuju ke suatu dunia yang oleh Kluckhohn (1999) disebut “dunia yang secara antropologis peka”. Hal demikian berarti manusia dewasa ini semakin sadar akan unsur-unsur persamaan dan perbedaan dalam eksistensi sebagai manusia, antara manusia yang hidup pada zaman dulu dan sekarang dengan kebudayaannya sendiri-sendiri ternyata ada hubungan timbal balik serta ada kesamaan unsur sekaligus perbedaanya (kluckhohn 1999). Begitu pula dengan sekaten yang mengalami perkembangan sejak awal mulanya hingga sekarang.Perkembangan bertolak dari perubahan yang dalam hal ini terletak pada perbedaan nuansa perayaan sekaten yang semakin komersil dengan penunjukkan jati dirinya sebagai ajang promosi niaga dan pariwisata sehingga perkembangan terkesan cenderung kearah materialistic. Konsekuensi yang timbul yaitu pudarnya makna asli yang sacral dari sekaten itu sendiri sehingga dalam beberapa tahun ini sebagian masyarakat yang dating berkunjung nyaris tidak mengetahui apa makna
essensial-sesungguhnya dari upacara perayaan sekaten karena fokus mereka tertuju hanya pada pameran saja. Menurut Ragil Pamungkas (2006:31-32), “Dalam Agama Islam tidak mengajarkan sesembahan terhadap benda-benda selain hanya kepada Allah Swt. Akan tetapi setelah Islam masuk di tanah Jawa, para Walisongo tidak menghilangkan budaya-budaya asli orang Jawa melainkan para Walisongo memasukkan ajaran-ajaran Islam dalam upacara atau ritual tersebut dengan mengganti keberadaan sesaji dengan penyajian baru seperti menu tumpeng dan kenduri”. Contoh dari ritual-ritual asli Jawa yang telah dimasuki ajaran-ajaran Islam diantaranya seperti upacara :Mitung Dino, Patang Puluh Dino, Nyatus, Mendak, Nyewu, dan lain-lain. Acara-acara tersebut yang dulunya ketika belum dimasuki ajaran Islam hanya diisi dengan acara ritual yang berisi slametan, makan bersama, bahkan bakar kemenyan, kemudian setelah Islam datang dan melalui dakwah para wali, kemudian acara tersebut sedikit-demi sedikit dimasuki ajaran islam dengan di isi dengan bacaan-bacaan kalimat tahlil, tahmid, serta bacaan-bacaan yang terdapat dalam Al Qur‟an dan Al Hadis. Upacara tradisi merupakan bagian dari adat istiadat yang merupakan
salah
satu
upaya
masyarakat
Jawa
untuk
menjaga
keharmonisan dengan alam, dunia roh, sesamanya, sebagai perwujudan dari
itu,
masyarakat
Indonesia
sekarang
ini
masih
memiliki
keanekaragaman hasil kebudayaan. Hal tersebut masih tercermin dengan
dilakukanya beberapa upacara tradisional, diantaranya : upacara jamasan pusaka, sekaten, upacara tabuhan, upacara grebeg, dan lain sebagainya. Dalam agama Islam, Nabi Muhammad merupakan Rosul pembawa ajaran Islam di muka bumi, sehinggah hari kelahirannya diperingati oleh umat Islam.Karena Nabi Muhammad sebagai pembawa kebenaran. Selain itu dalam ajaran Islam disebutkan bahwa orang harus selalu bersyukur atas segala sesuatu yang telah diberikan oleh Allah (QS,14:7). Oleh sebab itu, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah, masyarakat bentisan mengemasnya dalam bentuk upacara tradisional.Salah satu budaya tradisisonal yang hingga saat ini tetap dipertahankan keberadaanya adalah upacara tradisi Grebeg di Desa Sukomarto.Pada dasarnya upacara tradisi ini merupakan upacara memperingati hari kelahiran Nabi Mihammad Saw.Upacara tersebut sebagai wujud rasa syukur atas diutusnya Nabi Muhammad Saw dan syukur atas nikmat rizki, kesehatan, serta keberkahan hidup yang telah Allah berikan.Maka upacara tersebut diadakan setiap tahun sekali dalam penyelenggaraan grebeg perayaan grebeg ini diadakan pada bulan maulud. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada mulanya
bersumber
pada
pengamatan
kualitatif
yang
dipertantangkan dengan pengamatan kualitatif.Mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secarafundamental bergantung pada pengamatan
pada
manusia
dalam
kawasanya
sendiri
dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahanya. Sedangkan menurut Bogdan dan Tailor (2010:3) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, penelitian kualitatif berupa deskriptif kata-kata atau lisan sehingga atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Metode
kualitatif
ini
digunakan
karena
beberapa
pertimbangan, pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan scara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Lexy, 2015:15).
2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan, sedangkan instrument penelitian data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat di gunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu, kehadiran meneliti secara langsung sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang di teliti, sehinnga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak dilakukan. 3. Lokasi Penelitian Dusun Bentisan adalah salah satu desa di kecamatan Jumo kabupaten Temanggung Profinsi Jawa Tengah. Desa Bentisan terletak 15 km barat laut dari pusat kota temanggung, dapat ditempuh kurang lebih 45 menit menggunakan kendaraan bermotor, jalan menuju daerah ini berupa jalan aspal dan sebagian masih jalan berbatu yang ditata rapi sehingga mudah untuk mengaksesnya, sepanjang jalan akan menemui pemandanganyang kebanyakan adalah area persawahan baik padi sayuran-sayuran dan ketika musim kemarau sawah-sawah akan ditanami tembakau.
Mayoritas mata pencaharian warga Bentisan adalah bertani.Penulis memilih desa ini sebagai obyek penelitian karena penulis sendiri adalah warga asli desa tersebut, sehingga memudahkan bagi penulis untuk menyelesaikan karya ini dan mudah untuk mengorek berita-berita/info yang dibutuhkan dalam penyelesaian penelitian ini. Selain itu grebeg bentisan terbilang unik karena adanya perpaduan tradisi Jawa dengan tradisi Islam yang sangat apik didalamya sehingga penulis tertarik untuk meneliti apakah dalam tradisi grebeg ini terdapat nilai-nilai pendidikanya ataukah tidak. 4. Sumber data Jenis data yang di gunakan dalam penelitian adalah data kualitatif yaitu data yang berbentuk kalimat, tata, atau gambar (Sugiono, 2003: 14-15).Data kualitatif yang di maksud dalam penelitian ini adalah dokumen yang berisi nilai-nilai pendidikan dan grebeg.Oleh karena itu, data yang di perlukan adalah data sekunder dan data primer.Data sekunder yaitu data yang bersumber dari pihak ke dua baik berupa catatan, laporan, foto-fotoatau lainnya.Dalam penelitian ini, data sekunder yang di maksud adalah dokumen.Data primer yaitu data yang bersumber dari pihak ke dua, yakni hasil wawancara yang bersumber dari bpk.Kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh agama serta warga masyarakat yang menjadi pengunjung acara grebeg tersebut.
H. Prosedur Pengumpulan Data a. Metode Observasi Observasi biasa di artikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, (Hadari Nawawi, 1990: 100). Peneliti berusaha untuk mengamati dan mendengarkan dalam rangka mengamati dan mendengarkan dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena social keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan dan alalisis. Metode observasi digunakan untuk mengamati tradisi grebeg Bentisan di Desa Sukomarto Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung. b. Metode Wawancara Wawancara identik dengan pengumpulan data dengan bertanya langsung, lisan maupun tertulis kepada nara sumber. Jadi, “wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula” (Hadari Nawawi, 1990:111).Ciri utamanya adalah kontak langsung dengan tatap muka antara penulis dengan sumber informasi.Metode wawancara digunakan untuk menggali informasi
tentang bentuk tradisi grebek Bentisan di Desa Sukomarto Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung. Sumber berita yang akan diwawancarai oleh penulis beberapa masyarakat Bentisan diantaranya adalah pencetus tradisi grebeg, kepala Desa, tokoh masyarakat, warga Bentisan dan sekitarnya
yang
bisa
memberikan
sumber
berita
untuk
menyelesaikan penelitian ini. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan dokumen yang ada.Dengan metode ini dapat diperoleh catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian (Rumidi, 2004:131).Dokumen yang diperoleh penulis dalam hal ini adalah berupa kumpulan dari beberapa pengamatan langsung kelokasi penelitian. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan bermacam-macam dari berbagai sumber, bisa berupa dokumen foto proses tradisi grebeg berlangsung, bisa juga berupa dokumen penting tentang sejarah dan lain-lainya yang berhubungan dengan tradisi grebeg. I. Analisis Data Menurut Noeng Muhadjir (1996:104) mengatakan, “Analisis data merupakan upaya untuk mencapai dan menata secara sistematis catatan
hasil observasi, wawancara dan lainya. Untuk meningkatkanpemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikanya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna”. Sedangkan Menurut Imam Suprayogo dan Tabroni (2001:192), “kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis”. Kegiatan-kegiatan analisis selama penulisan mengumpulkan data meliputi : a. Menetapkan fokus penelitian. b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul. c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuantemuan pengumpulan data sebelumnya. d. Pengembangan
pertanyaan-pertanyaan
analitik
dalam
rangka
pengumpulan data berikutnya; dan e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya. Setelah
data
terkumpul
maka
menganalisis data, sebagai tahap akhir
selanjutnya
adalah
tahap
suatu penelitian maka penulis
menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Jadi, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi dat, penyajian data serta menarik kesimpulan (verifikasi), (Milles,1992:1618). Secara garis besar, teknik analisis data dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.Setelah data dirasakan cukup, selanjutnya data tersebut ditelaah dan diseleksi.Jika terdapat data yang tidak diperlukan, data tersebut direduksi.Setelah data baru hasil reduksi baik, selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, yang merupakan hasil akhir atau jawaban terhadap judul.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Grebeg 1. Pengertian Grebeg Menurut sejarah kata Grebeg berasal dari kata “gumebreg” yang berarti riuh, ribut, dan ramai.Tentu saja ini menggambarkan suasana grebeg yang memang ramai dan riuh.(Aditya Surya dalam Santoso, 2010:23). Grebeg atau garebeg adalah upacara sesajen yang bertujuan mempersatukan seluruh lapisan masyarakat, diadakan 3 kali setahun yaitu (1) Grebek maulud untuk memperingati lahirnya nabi Muhammad Saw; (2) Grebek besar untuk mengenang tokoh legendaris Islam Hasan dan Husain; (3) Grebeg puasa sebagai pernyataan syukur atas berakhirnya bulan puasa Ramadhan (Soemarjan, 1981:33). Inti dari upacara grebeg ini sebetulnya seperti selamatan yaitu makan bersama, hanya saja dalam bentuk besar dan dihadiri oleh masyarakat.Untuk keperluan ini disediakan nasi dan lauk pauk (dibentuk gunungan).Gunungan dipromosikan dari kraton ke Masjid besar, disembahyangi oleh penghulu dan kemudian dibagi kepada hadirin, groneman dalam (Santoso, 2010:24). 2. Sejarah Grebeg Munculnya tradisi-tradisi kejawen yang berbau Islami tidak terlepas dari peran penyebar agama Islam di Jawa yaitu wali sanga
tidak terkecuali tradisi grebeg ini.Pada awalnya grebeg merupakan upacara yang berwujud pertunjukan Jawa-Islam dengan misi dakwah. Kesenian yang ditampilkan antara lain shalawatan, kubrosiswo, samporahan, dan dziba‟an yang diiringi gamelan rebana dan terbang. Upacara itu digelar satu minggu dengan ditandai keluarnya Gamelan (gong) dari keraton untuk dibunyikan di Masjid Agung.Mengingat upacara ini dianggap suci dan sakral, pengunjung yang hendak melihat disaratkan
mencuci
kaki
dan
membaca
kalimat
syahadat.
(www.Joglo.com) Sedangkan pada mulanya grebeg diperkenalkan kepada masyarakat Jawa oleh salah satu anggota wali sanga, yaitu Sunan Kalijaga yang hidup pada zaman kerajaan Islam Demak yang didirikan oleh Raden Patah (abad ke-XV).Upacara grebeg ini sudah ada sejak abad ke XII di jaman Kerajaan Majapahit.Sesudah jatuhnya kerajaan tersebut, Keraton Demak pernah menghentikan upacara ini.Hal ini sempat membuat kecewa rakyat karena mereka sudah terbiasa dengan upacara Grebeg. Kemudian Sunan Kalijaga, salah seorang wali sanga yang terkenal amat bijaksana mengusulkan kepada Sultan Demak untuk
menghidupkan
kembali
Grebeg,
dengan
tujuan
untuk
menyebarkan agama Islam dan pada saat itu dibunyikan Gamelan di dekat Masjid sehingga banyak rakyat yang datang. Sunan Kalijaga seorang Wali yang berwibawa dan sangat ramah dalam menyebarkan agama Islam tidak pernah mejelek-jelekan kepercayaan lain termasuk
kepercayaan masyarakat setempat yang dulunya masih memeluk agama Hindu dan Budha. Sejak saat itu hingga sekarang Grebeg selalu menarik perhatian banyak orang. (Suryonegoro, 2001:81-82) Diantara para wali sanga, sunan kali jaga sangat terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa besar, ulama, pemimpin, dan filosof. Kaum cendekiawan dan bangsawan simpatik kepada beliau karena caranya menyiarkan agama Islam disesuaikan dengan tata cara budaya masyarakat setempat waktu itu. Disamping itu, beliau juga seorang wali yang kritis dan kreatif. Terbukti dengan inisiatifnya membuat wayang kulit yang mengisahkan cerita Hindu dari Hindia yang kemuadian dimodifikasi mejadi cerita yang syarat akan unsur islam kemudian digunakan oleh sunan kalijaga sebagai media dakwah menyebarkan agama Islam. Hal itu dilakukan karena pertimbangan bahwa masyarakat jawa pada waktu itu masih banyak yang berkepercayaan agama nenek moyang Hindu dan Budha, atu dengan kata lain masyarakat masih memegang teguh tradisi adat istiadat lama. Tradisi Grebeg apabila didaerah solo disebut dengan tradisi perayaan sekaten, yang dahulunya diadakan oleh sunan Kalijaga bertujuan untuk menarik minat masyarakat Jawa pada saat itu yang masih banyak memeluk agama nenek moyang serta agama Hindu dan Budha.Rangkaian acara dalam sekaten dimulai dari membaca dua kalimat syahadat. Untuk mengikuti acara sekaten tersebut penduduk diharuskan dalam keadaan suci sehingga harus bersuci/wudlu terlebih
dahulu, kemudian membaca dua kalimat syahadat atau dalam bahasa arabnya syahadatain sebagai syarat memeluk agama islam. Istilah dua kalimat syahadat yang diucapkan sebagai syahadatain ini karena orang Jawa susah dalam pengucapanya kemudian berangsur-angsur berubah menjadi syakatain dan pada akhirnya menjadi istilah sekaten sampai sekarang. Acara sekaten saat itu dimeriahkan dengan pertunjukan pentas seni tradisional, yaitu pertunjukan pentas wayang dengan lakon punokawan dengan senjata ampuh jimat kalimosodo (dua kalimat syahadat).(Santoso, 2010:26) dan pada saat ini acara sekaten kebanyakan ditambah dengan adanya acara pasar malam. Munculnya beberapa tradisi jawa yang telah diwarnai oleh unsur islam tak luput dari campur tangan penyebar agama Islam sendiri di Jawa, Wali Sanga adalah tokoh agama Islam yang menyerukan kebenaran Islam di Jawa dengan metode penyampuran budaya Jawa dengan unsur Islam sebagai media dakwahnya, berikut ini kita akan membahas bagaimana proses Islamisasi di pulau Jawa. B. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan menurut Omar Muhammad Al-Toumy AlSyaibani, pendidikan adalah: proses mengubah tingkahlaku indifidu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. Menurut Hasan Langgunung, pendidikan adalah: suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik. Menurut Ahmad Fuat Al Ahwani pendidikan adalah pranata yang bersifat sosial yang tumbuh dari pandangan hidup tiap masyarakat.Pendidikan senantiasa sejalan dengan pandangan falsafah hidup masyarakat tersebut, atau pendidikan itu pada hakikatnya mengaktualisasikan falsafah dalam kehidupan nyata. Menurut Ali Halil Abul Ainain Pendidikan adalah program yang bersifat kemasyarkatan dan oleh karena itu, setiap falsafah yang dianut oleh suatu masyarakat berbeda dengan falsafah yang dianut oleh masyarakat lain sesuai dengan karakternya, serta kekuatan peradaban yang mempengaruhinya yang dihubungkan
dengan upaya menegakkan spiritual dan falsafah yang dipilih dan disetujui untuk memperoleh kenyamanan hidupnya. Makna dari ungkapan tersebut ialah bahwa tujuan pendidikan diambil dari tujuan masyarakat, dan perumusan operasionalnya ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut, dan disekitar tujuan pendidikan tersebut terdapat atmosfer falsafah hidupnya.dari keadaan
yang demikian itu, maka falsafah
pendidikan yang terdapat dalam suatu masyarakat berbeda dengan falsafah pendidikan yang etrdapat pada masyarakat lainya, yang disebabkan perbedaan sudut pandang masyarakat, serta pandangan hidup yang berhubungan dengan sudut pandang tersebut. Naquib
Attas
(1992:53),
mendefinisikan
pendidikan
menurut Islam sebagai pengenalan dan pengetahuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempattempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan Islam adalah usaha agar manusia mengenali kedudukan Tuhan dalam kehidupan ini. 2. Tujuan Pendidikan Menurut Jalaludin, secara garis besar tujuan pendidikan dapat dilihat dari tujuh dimensi utama: 1) Dimensi hakikat penciptaan manusia pendidikan bertujuan untuk membimbing perkembangan peserta didik secra optimal agar menjadi pengabdi kepada Allah yang setia.
2) Dimensi tauhid pendidikan bertujuan untuk upaya pembentukan sikap takwa. 3) Dimensi moral pendidikan bertujuan untuk manusia sebagai pribadi yang bermoral. 4) Dimensi perbedaan individu pendidikan bertujuan untukuntuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secra optimal, dengan tidak mengabaikan adanya factor perbedaan individu serta menyesuaikan pengembangannya dengan kadar kemampuan dari potensi yang masing-masing 5) Dimensi social pendidikan bertujuan untukpembentukan manusia social yang sebagai dasar perilaku 6) Dimensi professional pendidikan bertujuan untuk membimbing dan mengembangkan peserta didik sesuai dengan bakatnya masingmasing, dengan demikian diharapkan mereka dapat memiliki keterampilan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki, hingga keterampilan itu dapat digunakannya untuk mencari nafkah sebagai penopang hidupnya. 7) Dimensi
ruang
dan
waktu
pendidikan
bertujuan
untuk
membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik seccara optimal agar mereka mampu menopang keselamatan dan kesejakteraan hidup di dunia dengan perintah syariat Islam. Materi pelajaran harus sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai menurut S.Nasution (1991:69-71).Dalam
menetapkan materi pelajaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : 1)
Materi harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2)
Ditulis secara garis besar.
3)
Urutan sesuai dengan urutan tujuan
4)
Berkesinambungan antara materi
5)
Disusun secara hierarkis Materi pelajaran mana yang harus dipilih, tentu tidak
semua bahan atau materi diberikan mengingat keterbatasan waktu dan
pertimbangan-pertimbangan
lain,
seperti
kemampuan
siswa.Menetapkan materi, memperhatikan tujuan pengajaran, urgensi kurikulum nilai kegunaan, dan terbatasnya sumber bahan.Dalam menentukan materi pelajaran kita harus ingat bahwa materi tersebut tidak boleh bertentangan dengan Alquran dan hadis. Jika perlu para pendidik unsur-unsur Islami dalam materi pelajaran yang akan diajarkan. 3. Subjek Pendidikan Yang dimaksud subjek disini adalah pendidik atau guru.Hamalik (2004:36-38) dalam bukunya menyebutkan bahwa guru adalah jabatan professional yang memerlukan berbagai kahlian
khusus.
Profesi,
maka
harus
memenuhi
criteria
professional, (hasi lokakarya pembinaan Kurikulum Pendidikan UPI Bandung 1973) sebagai berikut :
1) Fisik -
Sehat jasmani dan rohani
-
Tidak mempunyai cacat tubuh yang menimbulkan ejekan/ cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik
2) Mental/kepribadian -
Berkepribadian/berjiwa Pancasila
-
Mampu mengayati GBHN
-
Mencintai bangsa dan sesame manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik
-
Berbudi pekerti luhur
-
Berjiwa kreatif, dapat meamnfaatkan rasa pendidikan yan gada secara maksimal
-
Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa
-
Mampu mengembangkan kretivitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya
-
Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi
-
Bersifat terbuka, peka, dan inovatif.
-
Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya.
-
Ketaatannya akan disiplin
-
Memiliki sense of humor
3) Keilmiahkan/pengetahuan -
Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi
-
Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkan dalam tugasnya sebagai pendidik
-
Memahami, menguasai, seta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan
-
Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain
-
Sering membaca buku-buku ilmiah
-
Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi
-
Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar
4) Keterampilan -
Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar
-
Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan structural, interdisipliner, fungsional, behaviour, dan teknologi.
-
Mampu menyusun garis besar prohram pengajaran (GBPP)
-
Mampu memecahkan dan melaksanakan tekik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan
-
Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan
-
Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah Subjek atau pendidik hendaknya memenuhi persyaratan yang tersirat maupun dalam Alquran dan hadis.Hal ini penting karena pendidik membawa beban berat untuk membina para siswa tidak salah jalan di kemudian hari.Maka untuk memenuhi tujuan
ini pendidik harus memperhatikan dirinya sendiri atau instropeksi diri sendiri. Guru yang ideal adalah guru yang dapat menempatkan dirinya
sebagai
seorang
yang
„digugu’dan
‘ditiru’(Moh.Roqib,2009:36). Hal ini, berarti guru haruslah orang yang memiliki kepribadian, ia tidak menguasai sejumlah pengetahuan tetapi juga berbagai sumber nilai-nilai kehidupan, yang bermaanfaat bagi siswa. Guru juga harus dapat berintraksi dengan masyarakat. Guru
juga
kompetensi.Kompetensi
harus guru
berarti
memiliki
beberapa
sejumlah
kemampuan
(pengetahuan, sikap, dan ketrampilan) yang harus dimiliki oleh sorang guru. Atau jelasnyabahwa guru hendaknya memiliki kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru : Menurut A.Samana (1999:51-69) Kompetensi guru sangat banyak, tetapi dapat dikelompokkan menjadi : 1) Kompetensi kepribadian (atau personal) Seorang
guru
harus
mempunyai
kepribadian
yang
mencerminkan tindak-tanduk guru pada umumnya. Seorang pendidik harus menjadikan dirinya sebagai sosok teladan para peserta didiknya 2) Kompetensi professional
Seorang guru harus mempunyai sikap professional terhadap bidang pekerjaan yang dimilikinya yaitu mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar.Seorang pendidik juga diharapkan mampu membimbing dan memotivasi peserta didiknya. 3) Kompetensi sosial Seorang guru harus
mampu menempatkan dirinya
ditengah-tengah masyarakat yang mengharapkan dirinya untuk selalu mempunyai kemampuan “mengajar”.Seorang pendidik diharapkan mampu membantu anak didiknya dalam mencari nilainilai
hidup
dan
mengembankan
kepribadiannya
serta
pengetahuannya di tengah masyarakat. 4) Kompetensi pedagogi Seorang guru harus memiliki intelektual yang baik yaitu : mempunyai pengetahuan yang tentang apa yang akan diajarkan, mempunyai dasar-dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pengajaran yang hendak dicapai, menguasai metode mengajar, memiliki dasar pengetahuan untuk membimbing siswa menyangkut bakat, minat, kebutuhan, dan aspirasi. Sedangkan menurut Nashih Ulwan (1981) seorang pendidik harus memiliki lima kriteria, yaitu : 1)
Bertakwa kepada Allah
2)
Ikhlas
3)
Berilmu
4)
Santun, lemah lembut
5)
Punya rasa tanggung jawab Berbeda dengan pendapat di atas, Abu Bakar Ahad AS
Sayyid berpendapat bahwa seorang pendidik harus mempunyai beberapa kepribadian, yaitu : 1) Mengenakan busana muslim bagi pendidik muslimah 2) Hendaklah
memelihara
jenggot
bagi
pendidik
laki-laki
muslim„peliharalah jenggotmu dan rapikan kumismu. 3) Memulai pembicaraan dengan Basmalah dan Salawat Nabi „setiap perkara yang penting tidak dimulai dengan Basmalah atau Hamdalah, maka terputuslah barokah dari Allah. Lebih lanjut menurut Zahara Idris, bahwa para pendidik adalah mereka yang memiliki criteria sebagai berikut : 1.
Mempunyai pengetahuan yang bulat, up to date, tentang apa yang akan diajarkan
2.
Mempunyai dasar-dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pengajaran yang hendak dicapai
3.
Memiliki
dasar
pengetahuan
untuk
membimbing
siswa
menyangkut bakat, minat, kebutuhan, dan aspirasi 4.
Menguasai metode mengajar Menurut Athiyah Al-Abrasyi (1975:136-137), seorang guru harus memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Zuhud, tidak mementingkan materi (tidak materialistik), dan mengajar karena mencari keridaan Allah 2) Bersih, yaitu berusaha membersihkan diri dari berbuat dosa dan kesalahan secara fisik, serta membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela dengan cara membersihkannya syirik, sifat ria, dengki, maupun permusuhan 3) Ikhlas, antara lain dengan cara menyesuaikan antara perkataan dan perbuatan, serta tidak malu mengatakan secara jujur, bahwa saya tidak tahu terhadap masalah yang belum ia ketahui 4) Suka pemaaf, yaitu memiliki sifat pemaaf yang tinggi 5) Berperan sebagai bapak bagi siswa 6) Menguasai materi pelajaran Pendapat yang lain lagi datang dari Abd al-Rahman alNahlawi (1992:164). Tokoh ini mengemukakan bahwa syarat seorang pendidik meliputi sifat dan perilaku seperti : 1) Harus memiliki sifat robbani 2) Menyempurnakan sifat rabbani dengan keihklasan 3) Memiliki rasa sabar 4) Memiliki kejujuran dengan menerangkan apa yang diajarkan dalam kehidupan pribadi 5) Meningkatkan wawasan pengetahuan dan kajian 6) Menguasai variasi serta metode mengajar
7) Mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatny (proposisi) sehingga ia akan mampu mengontrol diri dan siswa 8) Memahami
dan
menguasai
psikologis
anak
dan
memperlakukan mereka sesuai dengan kemampuan intelektual dan kesiapan psikologisnya 9) Mampu mengasai fenomena kehidupan, sehingga memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak yang akan ditimbulkan bagi peserta didik 10) Dituntut memiliki sifat adil (objektif) terhadap peserta didik 4. ObjekPendidikan Yang dimaksud objek dalam sistem pembelajaran adalah peserta didik.Peserta didik merupakan sasaran sekaligus sebagai subjek pendidikan.Oleh sebab itu dalam memahami hakikat peserta didik, para pendidik perlu dilengkapi pemahaman tentang ciri-ciri umum peserta didik (Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 2003:106-128). Setidaknya secara umum peserta didik memiliki lima ciri, yaitu : 1) Peserta didik sedang dalam keadaan berdaya, maksudnya ia dalam keadaan berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemauan, dan sebagainya. 2) Mempunyai kemauan untuk berkembang ke arah dewasa. 3) Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda.
4) Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan potensi-potensi dasar ynag dimiliki secara individu. Diharapkan perkembangan potensi peserta didik akan sejalan dengan fitrahnya yang hakiki,yaitu makhluk yang memiliki potensi untuk berkembang dan dikembangkan, dengan tujuan akhirnya adalah agar dapat berperan sebagai pengabdi Allah yang setia. 1) Konsep Al Insan (Djamaluddin Darwis, 1996:99-106). a) Khalifah/potensi politik Manusia adalah makhluk yang diangkat sebgai khalifah Allah. Adapun tugas pokok manusia sebagai khalifah adalah untuk mewujudkan kemakmuran dan untuk mewujudkan kebahaiaan dalam kehidupan di bumi ciptaan tuhan-Nya b) Manusia yang memiliki hidayat Kemampuan dasar yang berbentuk potensi ini secara umum disebut sebgai hidayah, yang terdiri atas : -
Ghozirah yang di dalamnya terhimpun sejumlah unsur seperti
insting/fitrah,
dorongan
ingin
tahu,
harga
diri,
seksual,
mempertahankan diri dari dorongan primer lainnya, yang pada intinya merupakan dorongan manusia untuk mempertahankan hidup -
Hissiyah potensi yang berperan sebagai alat kominkasi. Potensi
inderawi ini dapat ditumbuhkembangkan melalui latihan-latihan yang
teratur dan terencana, terprogram, serta berkesinambungan sesuai dengan tujuan agama. -
Aqliyah potensi intelek. Dengan menggunakan akal manusia dapat
meningkatkan
kualitas
dirinya
hingga
dapat
menjadikan
lingkungannya bermanfaat. -
Diniyah potensi agama. Potensi ini dapat ditumbuh kembangkan
dengan cara pemberian informasi tentang norma-norma agama, pembentukan
sikap
dan
pelatihan-pelatihan
rutin
yang
berkesinambungan, terutama dalam pelaksanaan ibadat. 2) Konsep manusia sebagai Al Nas homosocius/potensi social Potensi ini adalah potensi manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk social, wujudnya berupa kecenduerungan untuk bergaul dan menjalin hubungan antar sesama manusa (Ismail Thoib, 2008:10) 3) Konsep manusia sebagai Al Basr fisiologis/fitrah ekonomi/fitrah seni/mempertahankan hidup dan fitrah melangsungkan hidup (Ismail Thoib, 2008:9) Potensi ini dimaksud sebagai daya manusia untuk mempertahankan hidupnya dalam upaya memenuhi kebutuhan jasmani demi kelangsungan hidup. 5. Metode Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pelajaran. Menurut Syaiful Bahri (2000:184-206). Jenis-jenis metode mengajar antara lain : 1) Metode ceramah adalah penuturan materi pelajaran secara lisan. 2) Metode tanya jawab atau dialog metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat lalu lintas dua arah, pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. 3) Metode diskusi adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsure-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. 4) Metode tugas atau resitasi adalah pemberian tugas yang bisa dilaksanakan di sekolah, di rumah, dan di perpustakaan, dan di temapt-tempat lain. Kemudia siswa yang telah melaksanakan tugas memberikan laporan yang disebut resitasi. 5) Metode kerja kelompok adalah metode mengajar yang menjadikan siswa dapat bekerja dalam situasi kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. 6) Metode demonstrasi atau eksperimen adalah metode mengajar dimana guru memberikan demonstrasi di depan kelas.
7) Metode problem solving adalah metode mengajar dimana para guru memberikan suatu permasalahan dana siswa diharapkan mencari jalan keluarnya. 8) Metode sistem regu adalah metode mengajar diamna guru membagi siswa dalam regu dan diharapkan belajar dan bekerja bersama regu yang telah terbentuk tersebut. 9) Metode latihan atau drill adalah metode mengajar diamana guru memberikan latihan-latihan soal kepada siswa. 10) Metode karyawisata adalah metode mengajar dimana guru mengjaka
siswa
berkarya
wisata
ke
tempat-temapt
yang
berhubungan dengan materi pelajaran. 11) Metode manusia sumber atau resource person adalah metode mengajar dimana guru mendatangkan ahli adalam bidangnya untuk menerangkan langsung kepada siswa. 12) Metode simulasi adalah meotde mengajar diama guru menciptakan koalisi tertentu seperti yang ada di kehidupan nyata untuk tujuan pembelajaran 13) Metode sosiodrama adalah metode mengajar dimana guru menugaskan siswa untuk mengadakan survey di masyarakat secara langsung. 14) Metode survey masyarakat adalah metode mengajar dimana guru menugaskan siswa untuk mengadakan survey di masyarakat secara langsung.
Penggunaan metode mengajar dilaksanakan secara selektif dan variatif. Artinya disesuaikan dengan banyak pertimbangan (tujuan, materi, kemampuan guru dan siswa), dan penggunaannya tidak sendiri-sendiri, artinya dalam satu proses belajar mengajar dapat digunakan banyak metode mengajar, dengan pertimbangan efektivitas pengajaran. Sebetulnya menentukan metode mengajar juga erat kaitannya denga meodel, strategi, pendekatan dan juga teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar. 6. Media Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan atau informasi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran atau media pembelajaran dapat disebut juga sebgai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajran. Dengan kata lain media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa, sehingga terjadi proses belajra (Usam.M.Basyiruddin,2002:12). Media pembelajaran dibagi tiga, yaitu : 1) Media audio adalah media yang menghasilkan suara, contoh : kaset, tape recorder, dan radio. 2) Media visual adalah media yang memperlihatkan rupa atau bentuk. Media visual bisa disebut juga sebagai alat perasan. Media visual dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Media visual dua dimensi. -
Media visual dua dimensi pada bidang tidak transparan, contoh :
gambar di atas kertas karton, gambar yang diproyeksikan dengan opaque projector, grafik, diagram poster, gambar cetak dan lain-lain. -
Media visual dua dimensi pada bidang trasparan, contoh : slaid,
lembar transparan untuk OHP b) Media visual tiga dimensi, contoh : benda asli, model, contoh barang, dan alat tiruan sederhana. c) Media audio visual : adalah media yang menghasilkan rupa dan suara dalam satu unit, contoh : film bersuara, video, dan televise (Usman.M.Basyiruddin, 2002:28-32) 7. Evaluasi Evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk predikat pada tingkat kinerja akademik yang dicapai siswa. Jenis instrumen evaluasi adalah sebagai berikut : 1) Tes, dibagi menjadi tiga, yaitu : a) Tes tulis -
Tes objektif (B/S, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi, dan
lain-lain) -
Tes subjektif atau esai (terbatas dan tak terbatas)
b) Tes lisan (tes lisan kelompok maupun individu) c) Tes tindakan (baik kelompok maupun perorangan)
2) Non tes, untuk menilai aspek tingkah laku, seperti sikap, minat, perhatian, motivasi, dan lain sebagainya. Jenisnya antara lain : a) Observasi b) Wawanara c) Skala penilaian d) Check list dan lain sebagainya 8. Bentuk-Bentuk Pendidikan Bentuk-bentuk pendidikan meliputi formal, nonformal, dan informal sebagai sebuah sistem. Pendidikan formal yang disebut perdidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku, misalnya SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, dan bangku Perkuliahan. pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan informal adalah satu fase pendidikan yang berada disamping pendidikan formal dan nonformal. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal adalah ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terujudnya keluaran perndidikan yang berupa sumber daya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan. Disamping itu dalam pendidikan itu sendiri, mulai dari pengetian, tujuan, dasar, materi, metode, subjek, dan objek
pendidikan tersebut adalah serangkaian satu kesatuan yang saling menyertai satu dengan yang lainnya. Begitu pula di dalam tradisi upacara grebeg sendiri merupakan suatu upacara bersama tentunya tidak lepas dari rangkaian pendidikan tersebut dengan kata lain di dalam upacara grebeg, mulai dari perlengkapan upacara, prosesi serta hal-hal lain yang ada dalam upacara tersebut, sudah pasti mengandung nilai-nilai pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari serangkaian upacara tersebut, namun nilai-nilai itu tidak langsung tampak seperti pendidikan itu sendiri.Nilai-nilai pendidikan dalam tradisi ini, kita bisa melihat hal-hal yang terdapat di dalam tradisi tersebut. Hali ini dapat di buktikan mengapa sebagian besar prosesi upacara melibatkan banyak orang yang saling gotong royong untuk mesukseskan acara Grebeg tersebut, ini merupakan suatu bentuk pembelajaran bahwa kita hidup sebagai mahluk sosial selalu berdampingan satu dengan lainya tak akan akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Untuk itu kita diajarkan untuk saling menghormati, menghargai eksistensi orang lain dan menyadari bahwa semua orang mempunyai hak dan kewajiban masing-masing yang harus diselesaikan dalam hidupnya. Upacara grebek berakhir di depan pendopo makam Simbah Sayyid Abdurrahman dari sebelum gunungan sendiri dibagikan ada proses doa dan dibagikan. Hal ini membuktikan bahwa upacara tradisi grebeg maulud merupakan suatu bentuk
pendidikan
ada
pendidikan
sosial
dan
pendidikan
Islam.
Pendidikan dalam kontek ini adalah suatu bentuk pendidikan yang di visualkan dengan simbolik, di antaranya: arsitektur, pakaian, musik atau gamelan, dan nyanyi-nyanyian.
BAB III PAPARAN DATA A. Paparan Data 1. Gambaran Umum Lokasi Desa Sukomarto merupakan salah satu dari 13 desa di Kecamatan Jumo. Jarak dari Ibu Kota Kecamatan sekitar 4 Km dan dari Ibu Kota Kabupaten sekitar 21 Km. Desa ini mempunyai luas wilayah 186,75 Ha yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lahan pertanian. Penduduk Desa Sukomarto berjumlah 2.360 jiwa termasuk kategori masyarakat Agraris Religius. Desa Sukomarto mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup besar di antaranya tersedianya lahan pertanian yang sangat subur untuk tanaman pangan dan hortikultur.Desa ini juga mempunyai potensi yang cukup bagus di bidang peternakan terutama ternak itik (bebek bentisan) sangat terkenal dikalangan masyarakat Temanggung dan ternak sapi, juga sangat berpotensi di bidang perikanan. Di sektor budaya Desa Sukomarto termasuk desa yang kaya akan budaya, adat, dan kesenian tradisional. Budaya adat yang berkembang di kalangan masyarakat Desa Sukomarto antara lain berupa kegiatan ziarah kubur, sodaqoh massal tiap malam jum‟at legi, bersih deso, sodaqoh tolak balak, sadranan, khoul, kirim doa dan tumpengan. Sedangkan kesenian yang ada di Desa Sukomarto berupa
Kuda Lumping, Warokan, Kubro Siswo, Dayaan, Bantulan, Zanzanen, Mauludan, Rebana, dan Ringgitan. 2. Sejarah Desa Bentisan Bentisan adalah nama salah satu dusun di Desa Sukomarto Kecamatan Jumo. Konon ceritanya ketika zaman Sultan Trenggono Raja Demak, telah datang seorang Habaib (keturunan Rasul) yang berasal dari Hadramaut Yaman Selatan sekaligus beliau adalah seorang Ulama yang mempunyai kharisma dan ilmu tinggi, datang ke wilayah Kedu Temanggung. Selanjutnya beliau singgah di Dusun Bentisan Desa Sukomarto Kecamatan Jumo. Masyarakat Bentisan Sukomarto menyebutnya dengan nama “ Simbah Kyai Tuan Sayyid Abdurrahman “. Beliau dipercaya masih kerabat dekat dengan Raden Rahmat
(Sunan
Ampel)
Surabaya.Beliau
datang
ke
wilayah
Temanggung ini dalam rangka menyebarkan agama Islam yang saat itu wilayah Karesidenan Kedu diperkirakan masih menjadi pusat kebudayaan Hindu.Salah satu media dakwah yang beliau gunakan adalah lewat pendekatan budaya serta media pertanian dan perternakan.Sayyid Abdurrahman juga diyakini seorang waliyullah yang mempunyai karomah yang sangat besar. Nama Bentisan diperkirakan berasal dari bahasa Arab “ Baitu Sani “ artinya tempat tinggal yang kedua. Oleh karena itu masyarakat Bentisan memaknai bahwa Bentisan adalah tempat tinggal yang kedua bagi Sayyid
Abdurrahman.Orang jawa saat itu belum bisa berbahasa Arab dengan baik sehingga nama Baitu Tsani menjadi Bentisan. 3. Kependudukan Jumlah penduduk Desa Sukomarto pada tahun 2014 adalah 2.226 jiwa terdiri dari 1.103 laki-laki dan 1.123 wanita. Tersebar di enam Dusun yaitu: Wangangsuko, Gembiro, Toyomerto, Tampingan, Senet, dan Dusun Bentisan. Terpecah menjadi enam rukun tetangga dan empat rukun warga, menempati pemukiman seluas 11.10 ha/m2. 4. Kondisi Geografis Desa Sukomarto terletak sekitar 23 km dari kota Kabupaten dan 4 km jarak ke kota Kecamatan. Bentisan sendiri adalah Dusun yang letaknya paling selatan, disebelah barat berbatasan Dengan dusun Toyomerto sebelah selatan terbentang sungai Guntur yang airnya mengalir deras pengairi area persawahan, sebelah timur dan utara merupakan area persawahan yang subur. Lokasi Bentisan berada di dataran rendah dengan lahan sawah subur yang luas. Tanah di Sukomarto relatif subur ditambah dengan kesediaan air yang cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah ini sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri, seperti tembakau.Lahan persawahan yang luasnya mencapai 167 he/m2 mejadikan tani sebagai mata pencaharian hampir seluruh warga bentisan.
5. Kondisi Sosial, Agama, dan Budaya Masyarakat pedesaan memiliki jiwa sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat perkotaan, begitu juga dengan masyarakat Bentisan memiliki jiwa sosial yang tinggi, memiliki kehidupan bermasyarakat yang tenteram, damai, selaras, jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan konflik. Masyarakat hidup bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat satu sama lain, dengan sifat-sifat yang hampir seragam. Dengan kata lain rasa kekeluargaan masyarakat Desa Bentisan lebih kental. Di sektor budaya Desa Sukomarto termasuk desa yang kaya akan budaya, adat, dan kesenian tradisional. Budaya adat yang berkembang di kalangan masyarakat Desa Sukomarto antara lain berupa kegiatan ziarah kubur, sodaqoh massal tiap malam jum‟at legi, , bersih deso, sodaqoh tolak balak, sadranan, khoul, kirim doa dan tumpengan. Sedangkan kesenian yang ada di Desa Sukomarto berupa Kuda Lumping, Warokan, Kubro Siswo, Dayaan, Bantulan, Zanzanen, Mauludan, Rebana, dan Ringgitan. Pendidikan yang di peroleh warga sebagian besar SD dan masih ada dari warga yang masih belum tamat SD. Lambat-laun warga memikirkan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka sehingga mereka menyekolahkan anaknya sampai kejenjang yang lebih tinggi minimal sampai SMP yang merupakan program wajib belajar Sembilan tahun dari pemerintah. Walaupun mereka menganggap bahwa pendidikan formal penting tapi juga tidak mengesampingkan pendidikan agamanya
sehingga sebagian besar anak mereka bersekolah dan diasramakan dipondok pesantren, sehingga nilai-nilai Ahlaq dan budaya Islam warga bentisan masih tetap terjaga dengan baik. Warga Bentisan sebagian besar menganut paham Ahlissunan Waljamaah mereka termasuk warga yang taat dan sangat religius.Mereka juga aktif dalam kegiatan organisasi ke NU an, ibu-ibu mengikuti muslimat, kaum muda-mudi mengikuti IPNU IPPNU dan juga ansor. Tradisi-tradisi ke NU an juga sering dilakukan seperti tahlilan, dzibaan/berjajen, manaqiban dan tradisi-tradisi lain yang diikuti bersama sehingga memepererat tali persaudaraan antar warga. B. Temuan Penelitian a. Grebeg Bentisan Grebeg Bentisan adalah perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan limpahan rizki yang melimpah dari berbagai usaha warga Bentisan, berkah kesehatan dan kesejahteraan hidup, disamping itu budaya Grebeg bisa menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan, masyarakat mempunyai rasa dekat dan memiliki antara satu dengan yang lainya, melestarikan budaya dan adat tradisional secara turun temurun menjadikan jatidiri kita sebagai Bangsa Indonesia yang berbudaya tinggi dan berbudi pekerti. Lewat even pegelaran budaya tersebut menumbuhkan potensi ekonomi kerakyatan, akan timbul sebuah semangat untuk lebih maju dalam mensejahterakan keluarga dari berbagai sektor yang ada
khususnya sektor pertanian yang merupakan icon yang akan dipamerkan dalam prosesi Grebeg, hasil panen petani akan diarak dan kemudian dibagikan kepada pengunjung. Selain itu menurut Kepala Desa Bentisan Bpk. Miftahudin, S. Ag beliau mengatakan adanya budaya Grebeg ini untuk mempersiapkan Desa Sukomarto sebagai Desa Wisata Budaya Religi. b. Waktu Diadakanya Grebeg Dari hasil wawancara penulis dengan warga desa Bentisan yaitu Bpk. Rosin waktu diadakanya grebeg ini adalah setiap bulan maulud yaitu bulan ke tiga dari penanggalan Hijriyah. Sebagai patokan kapan hari akan diadakan grebeg yaitu hari jum‟at di minggu ke dua dari bulan maulud. c. Tempat-Tempat upacara Serangkaian upacara Grebeg berpusat di tiga tempat, yakni di area komplek wisata religi “Makam Sayyid Abdurrahman“ Dusun Bentisan Desa Sukomarto, Balai Desa Sukomarto, dan Lapangan Desa Sukomarto Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung. Komplek makam Sayyid Abdurrahman merupakan tempat utama dalam prosesi Grebeg, area makam ini berbentuk persegi panjang, bangunan paling utara adalah makam Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman, sebelah selatanya adalah taman dan sekaligus digunakan untuk para peziarah untuk berziarah memanjatkan doa ketika acara grebeg area ini digunakan sebagai panggung untuk acara pengajian akbar.
Sebelah selatanya lagi ada pendopo yang biasanya oleh para peziarah digunakan untuk Sholat atau beristirahat sejenak, bangunan pendopo ini didominasi dengan ukiran batu yang melambangkan beberapa hewan kesukaan yang dipelihara oleh Simbah Tuan Sayyid Abdurahman ketika masa hidupnya ada beberapa hewan yang diukir pada dinding pendopo diantaranya burung, kuda,. Di depan pendopo ini Kepala Desa menyebarkan sedekah sejumlah mata uang logam, ambang pintu depan pendopo digunakan untuk upacara ritual penerimaan gunungan selamatan hasil bumi oleh Kepala Desa dan pemuka agama yang kemudian memanjatkan doa bagi keselamatan, kesentosaan serta kesejahteraan seluruh rakyat. Selain itu, tempat ini digunakan pula untuk penyambutan terhadap tamu-tamu penting diantaranya Habib Muhammad Bin Ali Bin Agil dari Ampel Surabaya beliau adalah keturunan dari Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman, pemuka agama, pemuka masyarakat, sesepuh desa dan beberapa pegawai pemerintahan. Tempat ini sekaligus merupakan tempat akhir prosesi perayaan upacara Grebeg yang ditandai dengan pembagian gunungan hasil bumi pada masyarakat. Bangunan paling selatan dari area komplek Makam ada sebuah kolam yang dulunya merupakan tempat bersuci dan sampai sekarang air dalam kolam tersebut masih ada, konon air tersebut mempunyai khasiat menyegarkan melepas capek dan juga bisa digunakan untuk penyembuh dari sakit tentunya semua itu atas ijin
Allah lewat karamah beliau Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman. Pengunjung boleh mengambil air tersebut bebas tanpa harus membelinya. Balai desa dan Lapangan desa merupakan dua tempat yang lokasinya berdekatan hanya terpisah oleh jalan yang merupakan jalan utama menuju dusun Bentisan, balai desa digunakan untuk pergelaran budaya yang didatangkan dari beberapa desa di Kabupaten Temanggung, pergelaran budaya yang ditampilkan diantaranya Kuda Lumping, Warokan, Kubro Siswo / Dayaan, dan
Wayang Kulit.
Pentas seni ini dilaksanakan di hari kelima dalam rangkaia Grebeg Bentisan. Lapangan desa merupakan tempat yang luas, biasanya digunakan untuk olahraga warga khususnya olahraga sepak bola, ketika Grebeg lahan ini digunakan sebagai areal perlombaan, beberapa lomba yang diadakan untuk memeriahkan Grebeg diantaranya : Panjat Pinang (terdiri dari 7 buah pohon pinang), Tarik Tambang (Kategori usia 50 tahun ke atas untuk Pria dan 30 tahun ke atas untuk Perempuan), Lari Maraton (untuk semua umur dengan ketentuan bagi peserta pria harus pakai sarung dan serban), Pidato Pasrah Manten, Tarik Suara, dan Karya Tulis. Lomba ini diadakan dihari ke tiga yaitu sebelum hari dilangsungkanya kirap arak-arakan dari balai desa menuju area makam Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman. Pemenang lomba akan mendapatkan sejumlah penghargaan dari panitia Grebeg.
d. Upacara Ritual Adat Dalam Tradisi Grebeg 1. Bersih Diri / Sesuci Falsafahnya: seorang pemimpin harus mau membersihkan dirinya dari berbagai kotoran baik lahir maupun batin (jasmani maupun rohani) dalam hal ini dilakukan dengan cara berwudhu. 2. Ziarah Makam Falsafahnya: a). Seorang pemimpin harus selalu ingat akan jasa dan perjuangan para pendahulu sehingga terobsesi untuk selalu meneruskan dan melestarikan perjuangan para pendahulunya. b). Mengingatkan kepada para pemimpin bahwa semua manusia pasti akan mati sehingga para pemimpin agar hati-hati dalam semua perilaku dan langkahnya. 3. Siram Bumi Menyiramkan air ke bumi dengan harapan agar kebutuhan air di bumi ini dicukupi oleh yang Maha Kuasa sehingga Bumi menjadi Subur Makmur Gemah Ripah Loh Jinawi. 4. Siram Gunung Menyiramkan air ke gunungan mengandung permohonan agar semua hasil bumi terhindar dari berbagai penyakit dan dicukupi airnya.
5. Pati Geni Menyiramkan air kepada kerumunan manusia untuk mematikan aura panas dan aura jahad yang menyelimutinya dengan harapan semua masyarakat diberi ketenangan, ketentraman, dan kedamaian. 6. Idin / Tabur Uang Menyebarkan uang receh dalam jumlah banyak kepada para pengunjung grebeg dalam acara puncak sebelum pembagian tumpeng hasil bumi, tabur uang ini dilakukan dengan tujuan sedekah. 7. Hastungkoro / Do‟a Memohon keselamatan, kesejahteraan, kebaikan dan kesuksesan
warga
masyarakat
Desa
Bentisan
dan
semua
masyarakat yang hadir dalam acara grebeg. 8. Penyajian Tumpeng dan Gunungan Acara terakhir dari sederet upacara adat grebeg yaitu membagikan sedekah hasil bumi kepada semua pengunjung dan kemudian dinikmati/dimakan bersama-sama dengan harapan mendapatkan berkah yang melimpah untuk kehidupan selanjutnya.
BAB IV PEMBAHASAN Kumpulan data yang dianalisis ini bersumber dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Bentisan dan orang-orang yang memegang kendali upacara Grebeg Bentisan serta masyarakat Bentisan yang dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang ada. Mengaju pada fokus penelitian ini, maka penulis akan sajikan berikut: A. Sejarah Tradisi Grebeg Pada awalnya Grebeg merupakan upacara yang berwujud pertunjukan Jawa-Islam dengan misi dakwah.Grebeg diperkenalkan kepada masyarakat oleh salah satu anggota wali songo, yaitu Sunan Kalijaga yang hidup pada zaman kerajaan Islam Demak (abad keXV).Di antara para wali songo, Sunan Kalijaga sangat terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa besar, ulama, pemimpin, dan filosof. Kaum cendekiawan dan bangsawaan simpatik kepada beliau karena cara menyiarkan Islam disesuaikan dengan tata cara budaya masyarakat setempat waktu itu. Disamping itu, beliau juga seorang wali yang kritis dan kreatif.Terbukti dengan inisiatifnya mengarang cerita-cerita wayang yang dikombinasikan dengan ajaran agama Islam. Hal ini dilakukan oleh pertimbangan bahwa masyarakat jawa pada waktu itu masih tebal kepercayaanya terhadap agama nenek moyang, atau dengan kata lain masyarakat masih memegang teguh tradisi adat istiadat lama. (kompas, 29 April 2005)
Dari situlah asal muasal tradisi Grebeg ada, Di Bentisan sendiri tradiri Grebeg masih dibilang baru, pada tahun 2011 pertama kali Grebeg diadakan di Bentisan, menurut salah satu tokoh masyarakat Bentisan Bpk. Rosin mengatakan kenapa grebeg ini baru diadakan karena sudah sangat kritisnya kepedulian masyarakat untuk memelihara tradisi-tradisi dari nenek moyang yang mengandung nilainilai kehidupan, selain itu karena baru ditemukanya nasab dari makam Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman dan juga faktor lain karena pemerintah desa yang dulu tidak memperhatikan adanya makam wali yang
penuh
karamah
tersebut.
Diadakan
Grebeg
ini
untuk
mengabadikan tradisi kebaikan yang dilakukan oleh pembuka Desa Bentisan yaitu Simbah Kyai Tuan Sayyid Abdurrahman.Konon ceritanya ketika zaman Sultan Trenggono Raja Demak telah datang seorang Habaib (keturunan Rosul) yang berasal dari Hadramaut Yaman Selatan
sekaligus beliau adalah
seorang Ulama
yang
mempunyai kharisma dan ilmu tinggi ke wilayah kedu Temanggung. Selanjutnya beliau singgah di Dusun Bentisan Desa Sukomarto Kecamatan Jumo. Masyarakat Bentisan Sukomarto menyebutnya dengan nama “ Simbah Kyai Tuan Sayyid Abdurrahman “. Beliau dipercaya masih kerabat dekat dengan Raden Rahmat (Sunan Ampel) Surabaya.Beliau datang ke wilayah Temanggung ini dalam rangka menyebarkan agama Islam yang saat itu wilayah Karesidenan Kedu diperkirakan masih menjadi pusat kebudayaan Hindu.Salah satu media
dakwah yang beliau gunakan adalah lewat pendekatan budaya serta media pertanian dan perternakan.Hingga saat ini masyarakat Sukomarto mempercayai bahwa Bebek Bentisan adalah peninggalan dari Sayyid Abdurrahman yang juga diyakini seorang waliyullah yang mempunyai karomah yang sangat besar. Nama Bentisan diperkirakan berasal dari bahasa Arab “Baitu Sani“ artinya tempat tinggal yang kedua. Oleh karena itu masyarakat Bentisan memaknai bahwa Bentisan adalah tempat tinggal yang kedua bagi Sayyid Abdurrahman. Dalam menyebarkan agama Islam Sayyid Abdurrahman menggunakan media budaya pertanian dan peternakan. Di antara warisan adat dan budaya yang saat ini masih lestari adalah sesuci atau bersih diri, selametan dengan memberikan makan kepada orang banyak,
shodaqoh
kepada
orang-orang
yang
membutuhkan,
permohonan kepada sang kholik untuk penyembuhan, dijauhkan dari penyakit, tolak balak, mengusir aura jahat dan angkara murka, minta agar tanah jadi subur gemah ripah loh jinawi dan masyarakat tentram, adem ayem, damai lewat media air yang dikasih doa-doa. Tradisi lain yang dilakukan oleh Sayyid Abdurrahman adalah memberikan sodaqoh
berupa makanan kepada masyarakat dan
menyebarkan uang receh kepada orang-orang yang membutuhkan. Tradisi ini hingga saat ini masih lestari dan dilakukan oleh masyarakat Bentisan Sukomarto dengan tujuan sebagai tolak balak, minta keselamatan, dan agar diberi rejeki yang berkah melimpah.Berangkat
dari tradisi, budaya, dan adat yang saat ini masih lestari di Bentisan Desa Sukomarto maka dikemas dalam sebuah even yang besar yaitu “ Grebek Budaya Religi Bentisan “. Kegiatan ini dikemas dalam rangka memadukan antara budaya adat dan agama. B. Prosesi Tradisi Grebeg Rangkaian Acara Tradisi Grebeg bentisan 1. Tanggal 8 Maulud 1435 H Kegiatan Sholawat maulud serentak tingkat Desa Sukomarto 2. Tanggal 9 Maulud 1435 H a. Khoul massal dan zikir akbar ( Obyek Wisata Religi Makam Sayyid Abdurrahman ) 1). Khoul Massal dipimpin oleh KH. Nasruddin (Pengasuh PP. ROMAKANTE Rowo Malebo Kandangan Temanggung). 2). Zikir Akbar dipimpin oleh Habib Muhammad Bin Ali Bin Agil dari Ampel Surabaya b. Tahlil
kubro
(Obyek
Wisata
Religi
Makam
Sayyid
Abdurrahman ). Tahlil Kubro akan dipimpin oleh KH Muhammad Shodiq Mubasyir (Katib Syuriah PC NU Kabupaten Temanggung). c. Pengajian akbar (Obyek Wisata Religi Makam Sayyid Abdurrahman). Pengajian Akbar akan diisi Tausiyah oleh KH Muhammad Yusuf Chudhori (GUS YUSUF dari Tegalrejo Magelang) dan
KH. DRS. Ahmad Ikhsan Khadhor, MA (Rois Syuriah PC NU Kota Semarang). 3. Tanggal 10 Maulud 1435 H Kegiatan
Lomba–lomba
(Balai
desa
dan
lapangan
Desa
Sukomarto): a. Panjat Pinang (terdiri dari 7 buah pohon pinang) b. Tarik Tambang (Kategori usia 50 tahun ke atas untuk Pria dan 30 tahun ke atas untuk Perempuan). c. Lari Maraton (untuk semua umur dengan ketentuan bagi peserta pria harus pakai sarung dan serban). d. Pidato Pasrah Manten e. Tarik Suara f. Karya Tulis 4. Tanggal 11 Maulud 1435 H a. Acara inti kirap budaya religidari Balai desa menuju ke komplek Wisata Religi Makam Sayyid Abdurrahman). b. Lomba balapan bebek bentisan (lokasi Dusun Bentisan) c. Pentas seni (Depan Balai desa Sukomarto) 1). Kubro Siswo “ Wahyu Mustika Aji “ dan Dayakan 2). Kuda Lumping “ Eko Sri Widodo “ 3). Warokan (Warok Suro Menggolo dan Warok Suro Dento) 4). Rebana
Dibawah ini kami sajikan susuna acara kirap budaya Grebek :
Susunan Acara Kirap Budaya Grebek Dusun Bentisan, Desa Sukomarto Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung Minggu, 11Maulud 1435 H
NO 1
WAKTU Jam 07.00 – 09.00
2
KEGIATAN -Gendingan/ Kerawitan
TEMPAT
KETERANGAN
Depan Balai Desa
WIB
- Persiapan Kirap
Sukomarto
Jam 09.00
- Prosesi Kirap
Depan Balai
Alunan gending dan
Desa s/d Lokasi
krawitan mengiringi
Wisata
prosesi kirap hingga
Makam Sayyid
selesai
– 11.00 WIB
Budaya Religi
Abdurrahman
3
Jam 11.00
Upacara Ritual
Lokasi Wisata
Setelah upacara adat
– 12.00
Adat
Religi Makam
selesai maka tamu
WIB
- Bersih Diri /
Sayyid
undangan dimohon
Sesuci
Abdurrahman
untuk menuju ke
- Ziarah Makam
tempat yang sudah
- Siram Bumi
disediakan
- Siram Gunung - Pati Geni - Hastungkoro - Sambutan Bupati/Wabup -Penyerahan Tropi - Idin /Tabur Uang - Penyajian Tumpeng dan Gunungan
C. Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Grebeg Dari hasil wawancara dengan Bpk. Kepala Desa Sukomarto Bpk. Miftahudin grebeg Bentisan memiliki beberapa nilai pendidikan, Nilai-
nilai pendidikan tersebut diantaranya: pendidikan Islam, pendidikan Sosial, pendidikan kebudayaa kesemuanya akan kita jabarkan dibawah ini: 1. Nilai Pendidikan Sosial Sebuah Pendidikan bertujuan membentuk agar manusia dapat menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakat dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan sosial merupakan salah satu jenis pendidikan yang harus diberikan kepada seseorang, agar mereka menjadi masyarakat yang tanggap, peduli dan suka menolong orang lain. Karena dengan menolong orang lain akan meringankan beban orang yang terkena kesusahan. Pengertian sosial adalah berasal dari kata latin sociates, yang mempunyai arti masyarakat (Agus Suyanto. 1983:248). Kata sociates dari kata socius yang artinya teman, dan selanjutnya kata sosial berarti hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Sedang menurut Abdullah Nashih Ulwan, yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikhis yang mulia dan bersumber pada akidah Islamiyyah yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tindakan bijaksana .
Nilai-nilai pendidikan sosial, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu suatu hal yang berguna dan dibutuhkan bagi kehidupan manusia yang terdapat dalam masyarakat, yang mengatur hubungan antar manusia yang satu dengan yang lainnya.Sehubungan dengan itu nilai-nilai tersebut haruslah merupakan esensi-esensi, yang terkandung dalam suatu barang serta perbuatan-perbuatan (Louis O. Kaffsoff 1996:345). Menurut Ngalim Purwanto tujuan pendidikan sosial ialah: membentuk
manusia
yang
mengetahui
dan
menginsyafi
tugas
kewajibannya terhadap bermacam-macam golongan dalam masyarakat; dan membiasakan anak-anak berbuat mematuhi tugas kewajiban sebagai anggota
masyarakat
dan
sebagai
warga
Negara
(Ngalim
Purwanto.2000:171). Abdullah Nashih Ulwan berpendapat, bahwa tujuan pendidikan sosial, ialah agar manusia terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama, dasar-dasar kejiwaan yang mulia dan bersumber pada akidah Islamiyyah yang kekal dan kesadaran iman yang mendalam agar ditengahtengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku sosial yang baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana”. Dari tujuan pendidikan sosial tersebut dapat dipahami bahwatujuan dari pendidikan sosial adalah untuk membentuk manusia yang memiliki kesadaran akan kewajiban, hak dan tanggungjawab sosial serta bersikap
toleran sehingga keharmonisan akan terjadi di antara sesama manusia, dapat
berjalan
bermasyarakat.
dengan Tujuan
selaras
dan
pendidikan
harmonis
demikian
dalam
ini
kehidupan
diarahkan
pada
pembentukan manusia yang mempunyai sifat sosial dalam perilakunya. Pendidikan sosial bertujuan untuk membentuk individu yang menyadari dan menginsyafi serta melaksanakan tugas dan kewajibannya dari berbagai golongan dalam masyarakat di manapun ia berada dan mewujudkannya dengan berperilaku sosial yang baik, etis dan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dengan cara demikian diharapkan agar individu yang merupakan bagian dari masyarakat mengerti akan kewajiban-kewajibannya dalam masyarakat.
Sehingga
bantuannya, untuk
apabila
cepat
dalam
masyarakat
tanggap dalam
membutuhkan
melaksanakan
tugasnya
tersebut.Dengan adanya pendidikan sosial juga diharapkan agar individuindividu tidak lagi bersikap egois, dengan tidak mau melihat orang-orang yang ada di sekitarnya yang sedang mengalami kesusahan.Kita tidak boleh menutup mata apabila melihat orang yang memerlukan uluran tangan kita, karena kita diajarkan untuk saling tolong menolong terhadap sesama. Pentingnya pendidikan sosial ditanamkan di dalam masyarakat karena dalam kehidupan ini banyak terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Pendidikan sosial ini melibatkan bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam rangka akidah Islam yang betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama yang
dapat meningkatkan iman, taqwa, takut kepada Allah dan mengerjakan ajaran-ajaran agama-Nya yang mendorong pada produksi, menghargai waktu, jujur, ikhlas dalam perbuatan, adil, kasih sayang, ikhsan, mementingkan orang lain, tolong menolong, setia kawan, menjaga kemaslahatan umum, cinta tanah air, dan lain-lain lagi bentuk akhlak yang mempunyai nilai sosial (Ramayulis Tuanku Khatib. 2001:92). Karena dengan pendidikan sosial orang akan memperhatikan dirinya sendiri dalam berbuat untuk orang lain, tidak akan semena-mena bila dalam keadaan berkecukupan karena sudah menerima pendidikan sosial. Adapun pentingnya pendidikan sosial menurut Al Ustadz Hasan Hafidz, dan kawan-kawan adalah : 1. Mempersiapkan anak agar dapat melakukan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, yakni agar ia mempunyai kecakapan atau ketrampilan. Misalnya, masyarakat butuh akan tenaga guru, dokter, insinyur, pedagang, tukang kayu/ tukang batu dan lain-lain. Pendidikan di sini berarti memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dari beberapa segi. 2. Mempersiapkan anak untuk mampu berkecimpung di tengah-tengah masyarakat dengan mau menerima kenyataan yang ada, baik itu masyarakat kecil, keluarga, sekolah, teman sejawat atau masyarakat lainnya. 3. Membekali anak dengan ide-ide yang sehat (baik) dan kebiasaan kebiasaan yang mulia untuk dapat hidup di masyarakat serta
meningkatkan kemampuannya berinteraksi sosial sehingga menjadi teladan bagi masyarakatnya, berakhlak mulia, menjaga keluarga, berpegang teguh pada tingkah laku yang baik, berdisiplin, tolong menolong, mendahulukan kepentingan umum, bertanggungjawab, menjunjung tinggi norma-norma dan undang-undang yang berlaku. 4. Memberikan pengertian pada anak tentang hak-hak dan kewajiban kewajiban yang harus dijaga dan dilaksanakan. 5. Meningkatkan kehidupan bernegara dan membina generasi penerus yang bertanggungjawab dan mempunyai nasionalisme yang tinggi dengan membekali budaya bangsa, menjunjung tinggi cita-cita luhur bangsa dan negaranya, menanamkan dan menumbuh suburkan rasa harga diri, jiwa bebas dan merdeka. 6. Mengenalkan pada anak tentang problem-problem ekonomi, sosial dan kesehatan masyarakat sekitar serta menanamkan kecenderungan, kemauan dan kemampuan untuk memecahkan problem-problem tersebut secara baik dan efisien. 7. Mempelajari situasi dan kondisi masyarakat, menunjukkan kebaikan kebaikannya dan bagaimana cara melestarikannya. Di samping itu juga kejelekan/ kekurangan-kekurangannya dan bagaimana mengatasinya, mengikuti perubahan-perubahan sosial dan mengadakan pengabdian masyarakat demi perbaikan dan peningkatan tarap hidup/ kehidupan masyarakat (Al Ustadz Hasan Hafidz, dkk:23-24).
Dari paparan uraian tersebut di atas, pendidikan sosial menjadi sangat penting dan diperlukan dalam membangun masyarakat yang sadar akanlingkungan sekitarnya. Melalui pendidikan sosial diharapkan, dapat mendidik dan membentuk manusia yang mengetahui dan menginsyafi tugas dan kewajibannya terhadap berbagai golongan masyarakat dan membiasakannya
berperilaku
sosial
yang
baik
sebagai
anggota
masyarakat, dan sebagai warga negara mengetahui dan menginsyafi tugas dan kewajibannya untuk dilaksanakan terhadap anggota masyarakat yang lain merupakan ciri utama dari suatu pendidikan sosial. Dengan melihat betapa pentingnya pendidikan sosial, maka kita harus mendidik anak secara baik dan mempersiapkannya untuk dapat hidup di masyarakat dan mengarahkan kepribadiannya untuk berkehidupan sosial yang baik, serta meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama agar mereka tidak merasa hina karena adanya perbedaan ekonomi. Demikian penjabaran tentang pendidikan sosial, selanjutnya nilainilai pendidikan sosial apa saja yang ada dalam tradisi Grebeg Bentisan dibahas diantaranya : 1. Gotongroyong meliputi dalam kegiatan mempersiapkan acara Grebeg mulai dari awal pembentukan panitia, acara inti termasuk dalam acara inti arak-arakan tiga gunungan besar berisi hasil bumi, seratus tumpeng, berikut ingkung bebek, yang diarak dari balai desa menuju depan pendopo makam
Syeh Sayid Abdurrahman. Sampai acara selesai dan melakukan kegiatan bersih-bersih bersama. 2. Pemberian
sedekah/sodaqoh
berupa
makanan
kepada
masyarakat dan menyebarkan uang receh kepada orang-orang yang membutuhkan. Merupakan tradisi yang dilakukan oleh Sayyid Abdurrahman,tradisi ini hingga saat ini masih lestari dan dilakukan oleh masyarakat Bentisan Sukomarto. Untuk melestarikan tradisi tersebut masyarakat Desa Sukomarto melaksanakan upacara adat dalam bentuk Grebek budaya religi setiap Bulan Mulud. Pemberian sedekah sendiri sebenarnya merupakan nilai pendidikan agama Islam tapi apabila ditelusuri secara jauh hikmah dari pemberian sedekah yaitu untuk berbagi rasa kebahagian terhadap orang lain dan meringankan beban orang lain merupakan sebuah nilai sosial. 3. Kebersamaanadalah salah satu kata yang mempunyai makna serta arti yang sangat indah, siapapun orangnya bila mendengar kata “kebersamaan” pasti tersentuh hatinya, pasti ingin merasakan arti sebuah “kebersamaan”. Kenapa kebersamaan itu begitu bermakna, karena dengan kebersamaan apapun yang kita dambakan jelas akan terwujud. Sebuah Keluarga yang berjalan diatas kebersamaan insya Allah akan mencapai apa yang di cita-citakan, Negara yang didirikan dan dibangun atas dasar kebersamaan pasti akan tercapai apa yang menjadi tujuannya,
jelas dengan adanya sebuah kebersamaan semua yang didambakan oleh manusia akan tercapai, tidak ada satupun manusia didunia akan berhasil mencapai tujuannya tanpa adanya kebersamaan. Apapun yang menjadi dasar dari kebersamaan itu baik dilaksanakan secara ikhlas maupun terpaksa, atau dengan tujuan yang bermanfaat maupun mudhorat. Sebagai contoh seorang pemimpin dalam sebuah kelompok tanpa didukung oleh anggotanya, takkan berhasil memimpin kelompok tersebut, sebuah team olah raga takkan pernah menang tanpa adanya kekompakan bahkan sekelompok orang yang ingin berbuat jahat tidak akan pernah berhasil mencapai tujuan jahatnya bila tanpa adanya kebersamaan. Begitu juga acara tradisi Grebeg ini tidak akan berlangsung dengan baik tanpa adanya kebersaan antara warga Desa Bentisan. 2. Nilai Pendidikan Agama Islam Pengertian Islam dari segi bahasa berasal dari kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti submission (ketundukan), resignation (pengunduran), dan reconciliation (perdamaian), (to the will of god) (tunduk kepada kehendak Allah). Kata aslama ini berasal dari kata salima yang berarti peace, yaitu: damai, aman, dan sentosa (Abuddin Nata. 2002:32). Pengetian Islam yang demikian itu, sejalan dengan tujuan Islam, yaitu untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada tuhan,
sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa, serta sejalan pula dengan misi ajaran Islam, yaitu menciptakan kedamaian dimuka bumi dengan cara mengajak manusia untuk patuh dan tunduk kepada Tuhan. Islam dengan misi yang demikian itu ialah Islam yang dibawa oleh seluruh para Nabi, dari sejak Nabi Adam As. Hingga Nabi Muhammad SAW. Hal ini dinyatakan dalam Al Qur‟an:
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik. (Qs. Ali Imron:67)
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Qs. Al Baqoroh:136) Berdasarkan ayat-ayat tersebut diatas, terlihat bahwa Islam merupakan misi yang dibawa oleh seluruh para Nabi, yaitu misi suci, agar manusia patuh dan tunduk serta berserah diri kepada Allah Swt.
Pengertian Islam sebagai agama yang ajaran-ajaranya diwahyukan Tuhan untuk umat manusia, melalui RasulNya, Muhammad Saw. Islam dalam pengetian agama ini, selain mengemban misi sebagaimana dibawa para Nabi sebagai mana tersebut diatas, juga merupakan agama yang ajaran-ajaranya lebih lengkap dan sempurna dibandingkan agama yang dibawa oleh para Nabi sebelumnya hal ini sejalan dengan firman Allah Swt.
……… …. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. (Qs. Al Maidah:3)
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orangorang yang rugi. (Qs. Ali Imron:85) Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seluruh komponen atau aspeknya didasarkan pada ajaran Islam.visi, misi, tujuan, proses belajar mengajar, pendidik, peserta didik hubungan pendidikan dan peseta didik, kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan dan aspek atau komponen pendidikan lainya didasarkan pada ajaran Islam. Itulah yang disebut dengan pendidikan Islam, atau pendidkan yang Islami (Abuddin Nata. 2010:36)
Secara umum pendidikan Islam belum memiliki rumusan yang disepakati oleh seluruh ahli pendidikan Islam. Konferensi international pendidikan Islam pertama (firs world conference on muslim education) yang diselenggarakan oleh King Abdul Aziz University Jeddah pada tahun 1977, belum berhasil merumuskan definisi yang jelas dan disepakati tentang pengertian pendidikan menurut Islam pada bagian rekomendasi, para peserta hanya membuat kesimpulan bahwa pengertian atau definisi pendidikan menurut Islam adalah keseluruhan pengertian yang terkandung dalam istilah ta‟lim, tarbiyah, dan ta‟dib (Ahmad Tafsir. 1992:28). Menurut Naquib Attas (1992:53), istilah Ta‟dib merupakan istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan ilmu pendidikan. Istilah tarbiyah menurut pendapatnya dianggap terlalu keras.Karena pendidikan menurut penjelasannya berasal dari kata kerja adabun yang berarti pengenalan atau pengakkuan tentang hakekat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara herakhis sesuai dengan berbagai tingkat dan derajat mereka.Demikian itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah, intelektual maupun rohaniah seseorang. Berdasarkan pengetahuan ini, al-Atas mendefinisikan pendidikan menurut Islam sebagai pengenalan dan pengetahuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan Islam adalah usaha agar manusia mengenali kedudukan Tuhan dalam kehidupan ini.
Pendidikan yang didefinisikan Ridha (1953:261) adalah al-ta’lim. Menurutnya, pendidikan dalam Islam itu adalah al-ta’lim yang merupakan proses transisi berbagi ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Transisi ilmu pengetahuan itu dilakukan secara bertahap sebagaimana Nabi Adam menyaksikan dan menganalisis nama-nama segala sesuatu yang diajarkan oleh Allah kepadanya. Selain Ridha yang juga mengatakan bahwa pendidikan Islam itu identik dengan al-ta’lim adalah Abd.Al-Fata Jalal (1977:17) menurutnya, at-ta‟lim memiliki makna doktrinasi pengetahan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah. Sehingga terjadi tazkiyah alnafs (penyucian diri atau pembersihan diri) dari manusia dari segala kotoran dan menjadikan diri manusia itu berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk menerima al hikmah serta mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa at-ta’lim mencakup fase bayi dan anak-anak. Secara terminologis, para ahli pendidikan memiliki cara yang beragam dalam memberikan makna al-tarbiyah, diantaranya adalah : a. Menurut Athiyah Al-abrasi (1995:8), adalah upaya mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna, kebahagiaanh hidup, cinta tanah air, kekuatan raga, kesempurnaan etika, sistematika dalam berpikir, tajap perasaan, giat dalam berkreasi, toleran pada yang lain, berkompetensi dalam mengungkap bahasa tulis dan lisan, serta terampil berkreativitas.
b. Menurut Al-barusawi (1997:13), al-tarbiyah adalah proses pemberian nafsu dengan berbagai kenikmatan, pemeliharaan hati nurani dengan berbagai kasih sayang, bimbingan jiwa dengan hukum-hukum syari‟ah, serta pengerahan hati nurani dengan berbagai etika kehidupan dan penerangan rahasia hati dengan hakekat pelita. c. Menurut Al-Ghalayani (1994:185), al-tarbiyah adalah penanaman etika yang mulia pada jiwa anak yang sedang tumbuh dengan cara memberi nasehat, sehingga ia memiliki potensi-potensi dan kompetensi-kompetensi jiwa yang mantap yang dapat membuahkan sifat-sifat bijak, baik, cinta akan kreasi dan berguna bagi tanah airnya. Kata al-tarbiyah mempunyai pengertian pendidikan Islam yang memberikan penekanan di masa anak-anak dan juga mencakup dalam hal pemeliharaannya, terutama pemberian nafkah, mencukupi kebutuhan hidupnya
dan
lain-lain.Artinya
mensejahterakan
kehidupan
pada
anak.Kemudian ta’lim merupakan pendidikan yang memfokuskan pada transformasi keilmuan, baik berupa sains, teknologi, ilmu-ilmu sosial, pengetahuan
budaya
ataupun
ilmu-ilmu
keagamaan.Sedangkan
pembentukan perilaku seseorang lebih ditekankan pada pengertian pendidikan yang diambil dari kata ta’dib. Dengan kata lain, pendidikan seseorang sehingga ia menjadi beradab, mempunyai sopan santun dan berakhlak mulia. Merujuk uraian di atas tentang pendidikan dan uraian yang mendukungnya, baik secara langsung atau tidak langsung, maka
pendidikan adalah proses bimbingan dari seseorang kepada orang lain agar ia berkembang secara maksimal, sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber
dari
Al-Qur‟an
dan
Al-Sunnah
serta
mengembangan
pemahaman kedua sumber tersebut berdasarkan kepada pikiran (ra’yu) dan ijtihad Tujuan pendidikan Islam diharapkan sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dalam Al-qur‟an dan Hadis. Peranan tujuan sangat penting sebab menentukan arah proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan Islam dirumuskan dari nilai-nilai filososfis yang rangka dasarnya termuat dalam filsafat pendidikan Islam.Seperti halnya dasar pendidikanya maka tujuan pendidikan Islam juga identic dengan tujuan Islam itu sendiri. Mohammad Athiya El-abrosyi (1975:22-25) seorang Ulama muslim membagi tujuan pendidikan Islam menjadi 4 yaitu: a. Untuk membantu pembentukan ahlaq yang mulia. b. Sebagai persiapan untuk kehidupan dunia dan ahirat. c. Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan menumbuhkan keinginan untuk mengetahui (curiousity) atas segala hal, serta memungkinkan pelajar untuk mengkaji berbagai ilmu. d. Menyiapkan pelajar dari segi professional dan teknis agar ia dapat mencari rezeki didunia dan hidup dengan mulia, disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.
Pentingnya pendidikan Agama Islam untuk manusia adalah sebagai berikut: a. Agama merupakan sumber moral Manusia sangatlah memerlukan akhlaq atau moral, karena moral sangatlah penting dalam kehidupan.Moral adalah mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa moral pada hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas sendiri. Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan negara, sebab soal baik buruk atau halal haram tidak lagi dipedulikan orang. Dan kalau halal haram tidak lagi dihiraukan. Ahmad Syauqi, 1868 – 1932 seorang penyair Arab mengatakan “bahwa keberadaan suatu bangsa ditentukan oleh akhlak, jika akhlak telah lenyap, akan lenyap pulalah bangsa itu”. Dalam kehidupan seringkali moral melebihi peranan ilmu, sebab ilmu adakalanya merugikan. “kemajuan ilmu dan teknologi mendorong manusia kepada kebiadapan”
Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman) ( Ali `Imran: 110) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, karena agama bersumber dari agama.Dan agama menjadi sumber moral, karena agama menganjurkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akherat, dan selain itu karena adanya perintah dan larangan dalam agama. b. Agama merupakan petunjuk kebenaran Salah satu hal yang ingin diketahui oleh manusia ialah apa yang bernama kebenaran. Masalah ini masalah besar, dan menjadi tanda tanya besar bagi manusia sejak zaman dahulu kala. Apa kebenaran itu, dan dimana dapat diperoleh manusia dengan akal, dengan
ilmu
dan
dengan
filsafatnya
ingin
mengetahui
dan
mencapainya dan yang menjadi tujuan ilmu dan filsafat tidak lain juga untuk mencari jawaban atas tanda tanya besar itu, yaitu masalah kebenaran.
Kebenaran itu dalam sekali letaknya tidak terjangkau semuanya oleh manusia.Penganut-penganut sufisme, yaitu aliran baru dalam filsafat Yunani yang timbul pada pertengahan abad ke-5 menegaskan pula”.Kebenaran yang sebenar-benarnya tidak tercapai oleh manusia. Kemudian Bertrand Rossel seorang Failosuf Inggris termasyur juga berkata “apa yang tidak sanggup dikerjakan oleh ahli ilmu pengetahuan, ialah menentukan kebajikan (haq dan bathil).Segala sesuatu yang berkenaan dengan nilai-nilai adalah di luar bidang ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Sesungguhnya telah kami turunkan al-Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran agar kamu memberi kepastian hukum di antara manusia dengan apa yang telah ditunjukkan oleh Allah kepadamu” (an-Nisa‟: 105) c. Agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika Ibnu Khaldum dalam kitab Muqaddimah-nya menulis “akal ada sebuah timbangan yang tepat, yang catatannya pasti dan bisa dipercaya. Tetapi mempergunakan akal untuk menimbang hakekat dari soal-soal yang berkaitan dengan keesaan Tuhan, atau hidup sesudah mati, atau sifat-sifat Tuhan atau soal-soal lain yang luar lingkungan akal, adalah sebagai mencoba mempergunakan timbangan tukang emas untuk menimbang gunung, ini tidak berarti bahwa timbangannya itu sendiri yang kurang
tepat.
Soalnya
ialah
karena
akal
mempunyai
batas-batas
yang
membatasinya. Berhubungan dengan itu persoalan yang menyangkut metafisika masih gelap bagi manusia dan belum mendapat penyelesaian semua tanda tanya tentang itu tidak terjawab oleh akal. d. Agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik dikala suka maupun di kala duka Hidup manusia di dunia yang fana ini kadang-kadang suka tapi kadang-kadang juga duka.Maklumlah dunia bukanlah surga, tetapi juga bukan neraka.Jika dunia itu surga, tentulah hanya kegembiraan yang ada, dan
jika
dunia
itu
neraka
tentulah
hanya
penderitaan
yang
terjadi.Kenyataan yang menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah rangkaian dari suka dan duka yang silih berganti.Firman Allah Swt:
Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, dan engkau kami coba dengan yang buruk dan dengan yang baik sebagai ujian (al-Ambiya‟:35). Dalam masyarakat dapat dilihat seringkali orang salah mengambil sikap menghadapi cobaan suka dan duka ini.Misalnya dikala suka, orang mabuk kepayang dan lupa daratan.Bermacam karunia Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia kepada kebaikan tetapi malah membuat manusia jahat. (Shaleh, 2005: 45) Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa sikap yang salah juga sering dilakukan orang sewaktu di rundung
duka.Misalnya
orang
hanyut
dalam
himpitan
kesedihan
yang
berkepanjangan. Dari sikap yang keliru seperti itu dapat timbul gangguan kejiwaan seperti lesu, murung, malas, kurang gairah hidup, putus asa dan merasa tidak berguna bagi orang lain. Demikianlah penjelasan tentang pendidikan Agama Islam mulai dari pengertian pendidikan Agama Islam, tujuan pendidikan, dan pentingnya pendidikan Agama Islam bagi manusia. Kemudian penulis akan menjabarkan nilai-nilai pendidikan Agama Islam apa saja yang ada dalam rangkaian tradisi Grebeg Bentisan, diantaranya sebagai berikut: 1. Ritual Doa Ritual doa ini dilakukan diahir sebelum pembagian gunungan hasil bumi. Pengertian doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya. Sedangkan sikap khusyu’ dan tadharru’ dalam menghadapkan diri kepada-Nya merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedang mengharapkan tercapainya sesuatu yang dimohonkan. Itulah pengertian doa secara syar‟i yang sebenanya. Doa dalam pengertian pendekatan diri kepada Allah dengan sepenuh hati, banyak juga dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur‟an. Bahkan Al-Qur‟an banyak menyebutkan pula bahwa tadharru’ (berdoa dengan sepenuh hati) hanya akan muncul bila di sertai keikhlasan. Hal tesebut merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang shalih. Dengan
tadharu‟ dapat menambah kemantapan jiwa, sehingga doa kepada Allah akan senantiasa dipanjatkan, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, dalam penderitaan maupun dalam kebahagiaan, dalam kesulitan maupun dalam kelapangan. Dalam Al-Qur‟an Allah telah menegaskan :
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28). Al-Qur‟an juga memberikan penjelasan bahwa orang-orang yang taat melakukan ibadah senantiasa mengadakan pendekatan kepada Allah dengan memanjatkan doa yang disertai keikhlasan hati yang mendalam. Sebuah doa akan cepat dikabulkan apabila disertai keikhlasan hati dan berulangkali dipanjatkan. Hal ini banyak ditegaskan dalam ayat AlQur‟an, diantaranya :
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri (tadharu‟) dan suara yang lembut.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut akan tidak diterima dan penuh harapan untuk dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ar‟af : 55-56). Berdoa haruslah secara terus menerus dan yakinlah bahwa doa yang kita minta pasti akan Allah berikan karena Allah SWT telah berjanji untuk mengabulkan doa para hamba- Nya.
……….. Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, perkenankan bagimu………" (QS. Al- Mukmin: 60)
niscaya
Aku
Doa juga bagian bagian dari ibadah adalah bahwa kedudukan doa dalam ibadah ibarat mustaka dari sebuah bangunan masjid. Doa adalah tiang penyangga, komponen penguat serta syiar dalam sebuah peribadatan. Dikatakan demikian karena doa adalah bentuk pengagungan terhadap Allah dengan disertai keikhlasan hati serta permohonan pertolongan yang disertai kejernihan nurani agar selamat dari segala musibah serta meraih keselamatan abadi.
keutamaan yang akan kita peroleh dalam berdoa. 1. Allah menyertai hamba-nya yang berdoa. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah berfirman:
“Aku
selalu
dalam
persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku selalu bersamanya ketika ia berdoa kepada-Ku. (HR. Bukhori Muslim dari Abu Huroiroh ra)
2. Doa senjata orang mukmin. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Doa adalah senjata orang mukmin, dan tiang agama, serta cahaya langit dan bumi". (HR. Hakim dari Ali bin Abi Tholib ra.) 3. Doa datangkan keselamatan. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Janganlah engkau merasa lemah untuk berdoa, sebab sesungguhnya tidak seorang pun yang binasa selama ia tetap berdoa". (HR. Ibnu Hiban dan Hakim dari Anas ra.) 4. Doa menolak bencana, dan menolak tipu daya musuh. Muhammad Rosulullah saw. bersabda,"Doa berguna terhadap apa saja yang telah menimpa seseorang, dan hal-hal yang Sesungguhnya
belum
turun
kepadanya.
bencana pasti akan turun, dan akan ditemui oleh,
doa. Lalu keduanya selalu bersaingan sampai hari kiamat".
(HR.
Bazaar dan Thobroni dari Aisyah ra.) Maksudnya, bencana senantiasa mengintai manusia, dan semua
itu dapat ditolak hanya dengan doa.
2. Sedekah Sedekah yang dilakukan dalam tradisi Grebeg ini adalah setiap kepala keluarga harus membuat nasi tumpeng beserta ingkung ayam bebek yang akan diarak dan dibagikan kepada semua pengunjung. Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan
yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata.Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah attatawwu' (sedekah secara spontan dan sukarela). Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah SWT:
''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.'' (QS An Nisaa:114) Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.
Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu' berbeda dengan zakat.Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum.Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut. 3. Berbakti kepada orang tua (birul walidain) Sebagai seorang anak wajiblah bagi kita untuk berbakti kepada kedua orang tua kita, karena lewat merekalah kita ada didunia ini kita hidup dengan berkecukupan tanpa harus mencari nafkah sendiri, mereka yang mengajarkan tentang bagaimana cara kita hidup didunia ini. Untuk itu tidaklah berlebihan bila Allah sangat memurkai orang yang berbuat durhaka kepada kedua orang tua. Al Qur‟an dan hadis banyak sekali yang membahas tentang keharusan manusia untuk berbakti kepada kedua orang tua, saking harusnya kita berbakti kepada orang tua sehinggah adab kita sopan santun kita kepada orang tua diajarkan dalam Al Qur‟an:
Artinya: dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Jika kita bertanya, mengapa perintah birrul walidain begitu urgen sehingga ia datang setelah proses penghambaan kepada Allah Subhanahu Wata’ala?? Al-Quran Kembali menjawab
……… “Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan………”(Al-Ahqaf: 15) Berbuat baik kepada kedua orang tua terutama kepada ibu, ini bukanlah sebuah diskriminasi, mendahulukan seorang ibu dari seorang ayah dalam berbakti, bukan berarti kita mengenyampingkan peran seorang ayah dalam kehidupan berumah tangga, akan tetapi berpijak pada sisi rasional, seorang ibu memiliki pengorbanan yang lebih besar ketimbang bapak dalam mengurus sang anak mulai dari proses kehamilan, persalinan,
menyusui dan merawat anaknya, bahkan pengorbanan seorang ibu bukan saja pada materi melainkan jiwa dan raganya apalagi saat melahirkan sang anak. Karena banyak faktor yang membuat seorang ibu harus lebih dihormati, begitu juga Islam dalam memuliakan kaum wanita, dikuatkan dalam sebuah hadits perihal keutamaan berbakti kepada seorang ibu.
ِ ِ ال َ صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم فَ َق َ ََع ْن أَِِب ُىَريْ َرة َر ِض َى اهللُ َعْنوُ ق َ َجاءَ َر ُج ٌل إِ ََل َر ُس ْول اهلل: ال ِ ِ من أَح ُّق الن,ِيارسو َل اهلل َّال ُُث َ َك ق َ َال ُُثَّ َم ْن ? ق َ َ ق, ك َ َصحاَبَ ِىت ? ق َ ال اُُّم َ ال اُُّم َ َّاس ِبُ ْس ِن َ َْ ُْ َ َ ال اَبُ ْو َك َ َ ق, ال ُُثَّ َم ْن َ َ ق, ك َ ََم ْن ? ق َ ال اَُّم Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata:“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam dan berkata, „Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?‟ Nabi shalallaahu „alaihi wasallam menjawab:„Ibumu!‟ Dan orang tersebut kembali bertanya, „Kemudian siapa lagi?‟Nabi shalallaahu „alaihi wasallam menjawab, „Ibumu!‟Orang tersebut bertanya kembali, „Kemudian siapa lagi?‟Beliau menjawab, „Ibumu.‟Orang tersebut bertanya kembali, „Kemudian siapa lagi,‟ Nabi shalallahu „alaihi wasallam menjawab, „Kemudian ayahmu.‟”(HR. Bukhari dan Muslim). Berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban bagi setiap manusia terutama bagi seorang Muslim. Lantas Bagaimana cara berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal? Bagi sebagian dari kita yang orang tuanya masih ada mungkin lebih mudah untuk menunjukan baktinya kepada mereka. Tapi bagaimana jika mereka telah tiada?.Doa merupakan cara berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal yang dapat dilakukan oleh seorang anak. Doa seorang anak yang sholeh dikatakan sebagai salah satu hal yang amat bermanfaat bagi orang tua. Nabi Muhammad Saw menjelaskan tentang doa anak yang sholeh bagi orang
tua yang telah meninggal dunia merupakan amal yang tidak terputus bagi orang tuanya.
ِ ِ ات اْلنِ َسا ُن َ َصلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق َ إِ َذا َم: ال َ َع ْن أَِِب ُىَريْ َرة َرض َى اهللُ َعْنوُ اَ َّن َر ُس ْو َل اهلل ِ ٍ ٍ ِِ ِ ٍ ٍ ِ صالِ ٍح يَ ْدعُ ْو لَوُ (رواه َ ص َدقَة َجا ِريَّة اَْو ع ْل ٍم يُْنتَ َف ُع بو اَْو َولَد َ انْ َقطَ َع َع َملُوُ إِالَّ م ْن ثَََلث )ابوداود “Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya” (HR Abu Daud). Oleh karena itu, didalam tradisi Grebeg ada ritual Haul masal yang ditujukan untuk mendoaakan para arwah orang-orang yang telah meninggal.Dan juga dikhususkan untuk Simbah Sayid Abdurrahman salah satu wali Di Desa Bentisan. 4. Cinta kepada Allah lewat wali-waliNya Kita mengenal Wali Allah sebagai orang yang dikeramatkan, dan mampu melakukan hal hal yang luar biasa. Di Pulau Jawa kita mengenal Wali Songo , sembilan orang kyai yang menyebarkan agama Islam di Pulau jawa yang dikenal mencapai tingkatan para wali. Masing masing wali mempunyai karomah sendiri-sendiri.seperti Sunan Bonang yang menciptakan buah atap (kolang kaling) menjadi butiran emas dihadapan Raden Mas Said (Sunan Kalijaga) yang hendak merampoknya. Sunan Kalijaga membuat tiang utama Masjid Demak dalam semalam dan lain sebagainya.
Tingkat kewalian yang terdapat dalam diri seseorang mukmin sesuai dengan tingkat keimanannya. Para wali Allah yang paling tinggi tingkat kewaliannya adalah para nabi, dan diantara para nabi yang paling tinggi tingkat kewaliannya adalah para rasul, dan diantara para rasul yang paling tinggi tingkat kewaliaanya adalah Rasul ulul azmi, dan diantara rasul ulul azmi yang paling tinggi tingkat kewaliannya adalah Rasulullah Muhammad Saw. Maka barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan dekat dengan-Nya (mengaku sebagai wali Allah), tetapi ia tidak mengikuti sunah Rasulullah Muhammad Saw, maka sebenarnya ia bukanlah wali Allah tetapi musuh Allah dan wali setan. Dalam tradisi Grebeg terdapat ritual Khaul Massal dilakukan untuk mengirim doa bagi para leluhur dan punden di Desa Sukomarto. Punden dan Aulia‟ yang ada di Desa Sukomarto antara lain Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman, Simbah Kyai Muhammad Dahlan, Simbah Kyai Mubarok, Simbah Kyai Suko, Kyai Suro Menggolo, Kyai Suro Dento, Kyai Abdul Basyar. Melalui khaul ini masyarakat mengharapkan berkah dari beliaubeliau wali yang ada Di Desa Sukomarto, dan sebagai wujud rasa bahagia dan cinta kita, karena para wali-wali tersebutlah maka agama Islam bisa masuk Di Desa Sukomarto.Dengan adanya rasa cinta tersebut diharapkan besok ketika dihari kiamat kita bisa dikumpulkan bersama beliau-beliau para wali-wali Allah, kemudian masuk surga bersama-sama dengan
mereka. Ini berdasarkan sebuah hadis bahwa besok dihari kiamat orang akan dikumpulkan bersama dengan orang-orang yang ia cintai:
َح َدثَنَا: ال عُثْ َما ُن َ َ َوق. َخِ ِْبنَا َ َاق بن إِبْ َر ِاىيم (ق ُ ال إِ ْس َح ُ َُب َوإِ ْس َح ْ أ: اق ْ َ َح َدثَنَا عُثْ َما ُن بن أ ِ ِ ِ عن عب ِد, عن أََِب وائِل,) ج ِرير عن األ َْعمش َ َاهلل ق َْ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َجاءَ َر َج ٌل إِ ََل َر ُس ْول اهلل: ال ُصلَّى اهلل ِ ال َ َب قَ ْوًما َوملَّ ََ َّاَ يَْل َح ُق ِبِِ ْم ? ق َ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم فَ َق َّ َح َ يَ َار ُس ْو ُل اهلل ! َكْي: ال َ ف تَ َرى ِف َر ُج ٍل أ ِ ِ ُ رس "ب َّ َح َ ول اهلل َ صلّى اهللُ َعلَْيو َو َسلّ َم " اَلْ َم ْرءُ َم َع َم ْن أ َُ Usman bin Abi Syaibah Ishaq Wa Ibrohim bercerita kepadaku (ishaq berkata: berilah kabar kepadaku wahai usman, dan Usman Berkata: Jarir bin Asmak bercerita kepadaku, dari Abi Wail dari Abdullah, ia berkata:Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum namun dia belum dapat bertemu dengan mereka? Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam menjawab: Seorang akan bersama orang yang dicintai(Hadits Shahih Muslim : 2640165) Dari hadis diatas telah jelas menjelaskan bahwa seseorang akan bersama yang dicintainya. Bukti cinta warga Bentisan bukan hanya dengan khaul (mengirim doa) tetapi juga dengan melestarikan kebiasaan baik beliau-beliau seperti bersedekah dan lain-lain.
3. Nilai Pendidikan Kebudayaan Menurut Geertz dalam (Irwan Abdullah. 2010:1) mengatakan bahwa kebudayaan merupakan system mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik, yang dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap kehidupan.
Budaya merupakan identitas suatu bangsa, maka budaya dijadikan sebagai satu aset yang perlu dijaga keberadaanya. Budaya juga merupakan tolok ukur peradaban sebuah bangsa.Nilai-nilai keluhuran yang dimiliki bangsa inilah yang perlu dijunjung tinggi.Indonesia merupakan negara pluralis yang di dalam negara terdapat banyak adat istiadat atau budaya. Berkembang atau tidaknya suatu budaya tergantung kepada masarakat setempat, dan pemerintah merupakan pengawas yang diharapkan mampu memfasilitasi suatu masyarakat medengan budaya yang ada di dalamnya. Dalam suatu budaya, ada beberapa cirri-ciri khusus yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan budaya tersebut.Makanan khas, kesenian, hingga pandangan hidup yang ada di dalamnya.Dan semuanya itu harus dipelajari oleh generasi muda sehingga budaya yang ada masih mampu eksis di tengah cepatnya perubahan yang ada di dunia ini. Kebudayaan adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu. Salah satunya mari kita kembali mengenal budaya atau kesenian asli atau tradisional., Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih
menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi.Salah satunya tradisi Grebeg yang mencakup banyak budaya dan kesenian-kesenian asli Indonesia khususnya Jawa didalamnya. Istilah kebudayaan hampir selalu terikat pada batas-batas fisik yang jelas, seperti halnya budaya Jawa yang menunjuk pada suatu tradisi yang hidup disebuah pulau yang disebut Jawa, demikian halnya budaya Bali yang secara langsung membawa pikiran kita ke Pulau Dewata.Batas-batas fisik telah menjadi dasar dalam pendefinisian keberadaan suatu kebudayaan, khususnya pada saat sesuatu yang bersifat fisik masih dianggap paling penting dan menentukan.(Irwan Abdullah. 2010:3) karena itulah kebudayaan sebagai identitas kita sebagai warga Negara Indonesia yang mempunyai kebudaya ketimuran yang penuh sopan santun.Jangan samapai budaya timur tercampur oleh adanya budaya barat.Oleh karena itu perlu dipertahankan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Salah satunya dengan melestarikan adanya tradisi Grebeg Bentisan ini. Nilai-nilai pendidikan kebudayaan dalam tradisi Grebeg Bentisan terdapat dalam perlengkapan tradisi Grebek dan ritual-ritual yang dilakukan dalam tradisi Grebeg. Perlengkapan yang digunakan diantaranya kostum tradisional Jawa dan baju muslim, dua kostum berbeda itu menggambarkan perpaduan tradisi Jawa dan Islam. Perlengkapan lainya
tumpeng nasi uduk dan endog kamal (telur asin) yang melambangkan benih (wiji-Jawa) untuk beramal ibadah yaitu rasa iman dan taqwa.Nasi uduk melambangkan harus mengikuti ajaran Rasulullah Saw.Hal ini mengandung arti bahwa rasa iman dan taqwa merupakan dasar amal ibadah manusia yang harus sesuai dengan ajaran-ajaran Rasulullah Saw. (Santoso. 2010:117) Upacara ritual adat dalam tradisi grebeg diantaranya: 1. Bersih Diri / Sesuci Falsafahnya: Seorang pemimpin harus mau membersihkan dirinya dari berbagai kotoran baik lahir maupun batin ( jasmani maupun rohani ) dalam hal ini dilakukan dengan cara berwudhu. 2. Ziarah Makam Falsafahnya: a. Seorang pemimpin harus selalu ingat akan jasa dan perjuangan para pendahulu sehingga terobsesi untuk selalu meneruskan dan melestarikan perjuangan para pendahulunya. b. Mengingatkan kepada para pemimpin bahwa semua manusia pasti akan mati sehingga para pemimpin agar hati-hati dalam semua perilaku dan langkahnya. 3. Siram Bumi
Menyiramkan air ke bumi dengan harapan agar kebutuhan air di bumi ini dicukupi oleh yang Maha Kuasa sehingga Bumi menjadisubur makmur gemah ripah loh jinawi. 4. Siram Gunung Menyiramkan air ke gunungan mengandung permohonan agar semua hasil bumi terhindar dari berbagai penyakit dan dicukupi airnya. 5. Pati Geni Menyiramkan air kepada kerumunan manusia untuk mematikan aura panas dan aura jahad yang menyelimutinya dengan harapan semua masyarakat diberi ketenangan, ketentraman, dan kedamaian. 6. Idin / Tabur Uang Menyebarkan uang receh dalam jumlah banyak kepada para pengunjung grebeg dalam acara puncak sebelum pembagian tumpeng hasil bumi, tabur uang ini dilakukan dengan tujuan sedekah. 7. Hastungkoro / Do‟a Memohon keselamatan, kesejahteraan, kebaikan dan kesuksesan
warga
masyarakat
Desa
masyarakat yang hadir dalam acara grebeg.
Bentisan
dan
semua
8. Penyajian Tumpeng dan Gunungan Acara terakhir dari sederet upacara adat grebeg yaitu membagikan sedekah hasil bumi kepada semua pengunjung dan kemudian dinikmati/dimakan bersama-sama dengan harapan mendapatkan berkah yang melimpah untuk kehidupan selanjutnya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: Tradisi grebeg Bentisan berawal dari adanya seorang mubaligh yang menyebarkan agama islam didesa Bentisan yaitu Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman, beliau mengajarkan Islam dan memberikan kebiasaan/tradisi-tradisi kebaikan kepada masyarakat bentisan dari situ kemudian diadakanlah tradisi grebeg ini untuk mengabadikan dan melestarikan budaya baik beliau. Rangkaian Acara Tradisi Grebeg bentisan 1. Tanggal 8 Maulud 1435 H Kegiatan Sholawat maulud serentak tingkat Desa Sukomarto 2. Tanggal 9 Maulud 1435 H d. Khoul massal dan zikir akbar ( Obyek Wisata Religi Makam Sayyid Abdurrahman ) 1). Khoul Massal dipimpin oleh KH. Nasruddin (Pengasuh PP. ROMAKANTE Rowo Malebo Kandangan Temanggung). 2). Zikir Akbar dipimpin oleh Habib Muhammad Bin Ali Bin Agil dari Ampel Surabaya e. Tahlil
kubro
Abdurrahman ).
(Obyek
Wisata
Religi
Makam
Sayyid
Tahlil Kubro akan dipimpin oleh KH Muhammad Shodiq Mubasyir (Katib Syuriah PC NU Kabupaten Temanggung). f. Pengajian akbar (Obyek Wisata Religi Makam Sayyid Abdurrahman). Pengajian Akbar akan diisi Tausiyah oleh KH Muhammad Yusuf Chudhori (GUS YUSUF dari Tegalrejo Magelang) dan KH. DRS. Ahmad Ikhsan Khadhor, MA (Rois Syuriah PC NU Kota Semarang). 3. Tanggal 10 Maulud 1435 H Kegiatan
Lomba–lomba
(Balai
desa
dan
lapangan
Desa
Sukomarto): g. Panjat Pinang (terdiri dari 7 buah pohon pinang) h. Tarik Tambang (Kategori usia 50 tahun ke atas untuk Pria dan 30 tahun ke atas untuk Perempuan). i. Lari Maraton (untuk semua umur dengan ketentuan bagi peserta pria harus pakai sarung dan serban). j. Pidato Pasrah Manten k. Tarik Suara l. Karya Tulis 4. Tanggal 11 Maulud 1435 H d. Acara inti kirap budaya religidari Balai desa menuju ke komplek Wisata Religi Makam Sayyid Abdurrahman). e. Lomba balapan bebek bentisan (lokasi Dusun Bentisan)
f. Pentas seni (Depan Balai desa Sukomarto) 1). Kubro Siswo “ Wahyu Mustika Aji “ dan Dayakan 2). Kuda Lumping “ Eko Sri Widodo “ 3). Warokan (Warok Suro Menggolo dan Warok Suro Dento) 4). Rebana Grebeg sendiri diadakan satu tahun sekali yaitu dibulan maulud. Tradisi ini memiliki banyak nilai-nilai pendidikan diantaranya: 1. Nilai pendidikan sosial Dalam grebeg ini terdapat nilai sosial yaitu Gotong royong, kebersamaan dan, terdapat ritual Pemberian sedekah/sodaqoh yang memiliki nilai sosial didalamnya. 2. Nilai pendidikan Agama Islam Dalam grebeg ini terdapat nilai pendidkan agama yaitu dalam ritual doa, sedekah, berbakti kepada orang tua, dan mencintai Allah melalui waliwalinya. 3. Nilai pendidikan Kebudayaan Nilai-nilai pendidikan kebudayaan dalam tradisi Grebeg Bentisan terdapat dalam perlengkapan tradisi Grebek dan ritual-ritual yang dilakukan dalam tradisi Grebeg. B. Saran Budaya adalah sebuah identitas Negara, dengan beragamnya budaya yang dimiliki Indonesia diharapkan bagi generasi muda dan penerus cita-cita bangsa untuk merawat dan mencintai budaya kita ini,
khususnya bagi warga masyarakat Bentisan, Desa Sukomarto, Jumo, Kab. Temanggung sebagai pemilik tradisi Grebeg bentisan untuk senantiasa menjaganya dan melaksanakanya setiap tahunnya agar kebudayaan ini tetap jaya menjadi kebanggaan bangsa dan sebagai jati diri Negara ini. Untuk
pemerintah
khususnya
pemerintahan
Kabupaten
Temanggung agar lebih memperhatikan keberlangsungan adanya tradisi grebeg ini, karena adanya tradisi ini sebagai peluang besar menjadi icon wisata budaya yang dimiliki temanggung. Diharapkan adanya studi tentang nilai-nilai pendidikan dalam tradisi Grebeg Bentisan ini, dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari pembahasan topic masalahsehingga dapat digambarkan lebih lengkap dalam skala yang lebih luas.